1 SM
1 SM
PASAR TRADISIONAL
DALAM PERSPEKTIF NILAI DAYA TARIK WISATA
(Studi Tentang Pasar Pagi Monju Kota Bandung)
Didin Syarifuddin
ARS International School of Tourism
didinars@yahoo.com
ABSTRAK
Pasar merupakan tempat yang sangat menarik untuk dikunjungi, karena di pasar masyarakat
bisa berbelanja, termasuk di Pasar Monju Bandung. Pasar Monju merupakan pasar yang
menarik, karena para pengunjung bisa mendapatkan barang untuk memenuhi kebutuhannya.
Masyarakat pada umumnya belum sepenuhnya dapat memaknai Pasar Monju sebagai tempat
yang dapat membangun hubungan sosial masyarakatnya. Penelitian ini bertujuan untuk
menjelaskan pasar tradisional Monju dilihat dari perspektif nilai daya tarik wisata, dengan
metode penelitian deskriptif kualitatif, pengambilan data melalui wawancara kepada 10 orang
informan penjual dan pembeli. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pasar Monju merupakan
pasar yang beroperasi pada Hari Minggu dari pukul 06.00 sampai pukul 13.00, di sekitar
Monumen Juang sampai depan PT Telkom Indonesia. Barang yang dijual mencakup
kebutuhan sandang dan papan. Pengunjung berasal dari Kota Bandung dan sekitarnya,
beberapa Kabupaten di Jawa Barat, bahkan dari luar Jawa Barat. Pasar Monju termasuk ke
dalam kategori Pasar Tradisional, karena transaksinya secara manual tanpa kuitansi, harga
bisa ditawar, tidak mengenal pembagian kerja, artinya para penjual berperan juga sebagai
bagian keuangan, pelayan, dan juga sales. Pasar Monju sebagai jawaban atas kebutuhan
masyarakat yang lebih memilih barang dengan harga terjangkau. Hal lain adalah tumbuhnya
saling percaya diantara penjual dengan pembeli dan penjual dengan penjual yang lain. Pada
aspek nilai sosial pariwisata, tumbuhnya ikatan emosional di dalam membangun interaksi
sosialnya, tumbuhnya nilai gotong royong, khususnya diantara para penjualnya, tumbuhnya
ikatan persaudaraan antara pembeli dengan penjualnya, karena terbangun interaksi sosial
dalam bentuk menawar, sehingga menumbuhkan kedekatan yang menumbuhkan nilai rasa
saling menghargai, menghormati, dan ikatan emosional dalam bentuk persaudaraan. Nilai
relasional ini menumbuhkan empati dan simpati, sehingga menjadi daya tarik wisata dari
aspek sosial, yang disebut nilai sosial pariwisata.
Kata Kunci: Pasar, pasar tradisional, nilai, nilai sosial, daya tarik wisata, nilai daya
tarik wisata
19
Jurnal Manajemen Resort dan Leisure Vol. 15, No. 1, April 2018
in West Java, even from outside West Java. Pasar Monju is included in the category of
Traditional Market, because the transaction is manually without receipt, the price is
negotiable, does not recognize the division of labor, meaning that the seller also serves as
part of finance, servants, and sales. Monju market in answer to the needs of people who
prefer goods at affordable prices. Another thing is the growing trust between sellers with
buyers and sellers with other sellers. In the aspect of social value of tourism, the growth of
emotional bond in building social interaction, the growth of mutual cooperation value,
especially among the seller, the growing of brotherly relationship between the buyer and the
seller, because of the social interaction in the form of bargaining, thus growing the proximity
that fosters the value of mutual respect, respect, and emotional bond in the form of
brotherhood. This relational value fosters empathy and sympathy, thus becoming a tourist
attraction of the social aspect, called the social value of tourism.Keywords: Store Image,
Consumer Satisfaction, Consumer Loyalty.
Keywords: Market, traditional market, value, social value, value of tourim attraction
20
Didin Syarifuddin: Pasar Tradisional Dalam Perspektif Nilai Daya Tarik Wisata (Studi Tentang
Pasar Pagi Monju Kota Bandung)
22
Didin Syarifuddin: Pasar Tradisional Dalam Perspektif Nilai Daya Tarik Wisata (Studi Tentang
Pasar Pagi Monju Kota Bandung)
dilakukan penyampaikan informasi dari aktivitas jual beli barang dan jasa dan
satu generasi ke generasi berikutnya baik bernilai sosial adanya hubungan sosial
secara lisan maupun tulisan. dalam bentuk tawar menawar barang,
dengan transaksi dilaksanakan secara alami
Ciri-Ciri Tradisional dan para penjual berperan melaksanakan
Menurut Redfield (Ifzanul, penawaran, penjualan, dan transaksi
2010:1), ciri-ciri tradisional adalah (a) keuangan.
Belum adanya perkembangan pengetahuan Nilai. Memahami nilai tidak hanya
dan teknologi; (b) Tumbuhnya rasa cinta berlaku bagi barang hasil pembandingan
pada cara hidup sesuai pendahulunya; (c) antara dua atau lebih, untuk mendapatkan
tidak mengenal pembagian kerja, sesuatu yang lebih baik, ketika
spesialisasi dan kebudayaan masih bersifat dikonsumsi; juga tidak berlaku bagi
homogen. pembandingan antara dua orang atau lebih
Pasar Tradisional. Menurut Bagoes pada aspek kelebihan dalam kepintarannya
P. Winyomartono (dalam Astonik, 2008) (Syarifuddin, D. dan Nurlatipah L,
pasar tradisional adalah kejadian yang p104:2015), namun dalam konteks
berkembang secara priodik, dimana yang penelitian ini nilai yang dimaksud adalah
menjadi sentral adalah interaksi sosial dan nilai sosial yang berbasis budaya, yang
ekonomi dalam satu peristiwa. Pasar selanjutnya disebut nilai sosial budaya
berasal dari kata peken yang berarti pada masyarakat yang beraktivitas selama
kumpul. Fungsi pasar sebagai pusat kegiatan jual beli di Pasar Monju.
kegiatan ekonomi, saat terjadi jual beli dan Kluckhon (1962) menyampaikan bahwa
fungsi sosial pasar terjadi saat tawar nilai adalah sesuatu yang pantas dan benar
menawar. bagi masyarakat. Setiadi (2006:122) nilai
Pasar tradisional merupakan tempat adalah kemampuan yang diyakini terdapat
bertemunya penjual dan pembeli serta pada suatu objek untuk memuaskan hasrat
ditandai dengan adanya transaksi penjual manusia dan menjadi daya tarik. Wiranata
pembeli secara langsung dan biasanya ada (2011), terdapat tiga hal yaitu simbol atau
proses tawar-menawar, bangunan biasanya sikap, tingkah laku serta kepercayaan yang
terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan tertanam mengakar dan menjadi kerangka
dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual acuan dalam bertindak dan berperilaku,
maupun suatu pengelola pasar yang disebut nilai budaya.
(disbudparbandung.go.id). Kebanyakan Koentjaraningrat (1978) bahwa nilai
menjual kebutuhan sehari-hari seperti budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang
bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, hidup di masyarakat yang dianggap sangat
sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian mulia, yang dijadikan orientasi dan rujukan
barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain dalam berperilaku dalam kehidupan sehari-
itu, ada pula yang menjual kue-kue dan hari, menjadikannya sebagai alternatif
barang-barang lainnya. Pasar seperti ini dalam menentukan suatu tujuan.
masih banyak ditemukan di Indonesia, dan Dari pengertian tentang nilai
umumnya terletak dekat kawasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
perumahan agar memudahkan pembeli nilai adalah sikap dan perilaku yang
untuk mencapai pasar. unggul dibandingkan dengan yang lain,
Dari pengertian tentang pasar pantas dan memiliki nilai kebenaran di
tradisional di atas serta mengacu pada tema masyarakat, dianggap sangat mulia untuk
penelitian ini, maka dapat disampaikan dijadikan pedoman berperilaku atau acuan
bahwa pasar tradisional adalah tempat perilaku sehari-hari dalam hubungan sosial
berkumpulnya penjual dan pembeli dalam dengan masyarakat yang lain, atas dasar
kegiatan yang bernilai ekonomis melalui nilai ini, maka dapat memberikan kepuasan
23
Jurnal Manajemen Resort dan Leisure Vol. 15, No. 1, April 2018
24
Didin Syarifuddin: Pasar Tradisional Dalam Perspektif Nilai Daya Tarik Wisata (Studi Tentang
Pasar Pagi Monju Kota Bandung)
26
Didin Syarifuddin: Pasar Tradisional Dalam Perspektif Nilai Daya Tarik Wisata (Studi Tentang
Pasar Pagi Monju Kota Bandung)
Apa yang disampaikan Kluckhon, Setiadi turun temurun dari penjual yang satu
dan Wiranata menguatkan pendapat kepada penjual yang lain, yang disebut
Koentjaraningrat (1978) bahwa nilai sebagai sebuah tradisi. Sikap tradisional ini
budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang dianggap hal yang penting dalam
hidup di masyarakat yang dianggap sangat transformasi nilai-nilai kebudayaan. Jadi
mulia, yang dijadikan orientasi dan rujukan dapat disampaikan bahwa tradisional Pasar
dalam berperilaku dalam kehidupan sehari- Monju atas dasar sikap dan perilakunya
hari, menjadikannya sebagai alternatif memiliki tujuan yang mulia yaitu
dalam menentukan suatu tujuan. Inilah bagaimana membangun kesejahteraan
Pasar Monju dari sudut pandang nilai daya masyarakat yang lebih baik, atas dasar
tarik wisata. kepuasan yang dirasakan. Hal ini sejalan
Pasar Monju sebagai Pasar dengan pendapat yang disampaikan oleh
Tradisional. Pasar Monju baik dilihat dari Sajogyo dan Pudjiwati (1985:90) bahwa
penggunaan ruang untuk berjualan maupun tradisional merupakan sikap mental dalam
dalam kegiatan jual belinya, termasuk ke merespon berbagai persoalan yang terjadi
dalam kategori Pasar Tradisional, karena di masyarakat. Respon yang ditunjukkan
Pasar Monju adalah pasar yang menjadi dalam bentuk sikap atas dasar apa yang
tempat berkumpulnya masyarakat baik dirasakan yang selanjutnya ditindaklanjuti
pedagang maupun pembeli, termasuk dengan perilaku dengan berpegang teguh
masyarakat yang datang untuk rekreasi. pada nilai-nilai dan norma yang berlaku di
Berkumpulnya masyarakat ini dalam masyarakat. Yang selanjutnya disebut
bentuk aktivitas jual beli melalui hubungan sebagai suatu tradisi (Julius Hr.,
sosial tawar menawar, ketika sampai pada 2009:p40).
hubungan transaksional melalui penjualan Karakteristik belum adanya
barang, maka dilakukan secara alami, perkembangan pengetahuan dan teknologi.
artinya tidak menggunakan tanda bukti Kegiatan masyarakat di Pasar Monju,
pembelian. sepenuhnya tidak berbasis teknologi dan
Aspek tradisional yang lain adalah pengetahuan, artinya berjalan secara
bahwa Pasar Monju sebagai jawaban atas alamiah. Tempat berjualan hanya
stimulan yang disampaikan oleh menggunakan tikar yang menutupi jalan
masyarakat dalam bentuk sikapnya atau rumput taman atau menggunakan
terhadap permasalahan masyarakat yang tenda sebagai pelindung dari panas
terjadi saat berdirinya sampai matahari atau air hujan. Barang yang dijual
beroperasinya Pasar Monju. Sikap dan lebih banyak disimpan di atas tikar tanpa
perilaku masyarakat yang terjadi adalah adanya penataan. Pengetahuan para
dalam bentuk tuntutan secara tidak tertulis penjual khususnya adalah pengetahuan
atas tingginya kebutuhan masyarakat yang lahir dari pengalaman selema
terhadap barang dan jasa, dengan harga berjualan, bukan berbasis pendidikan
barang yang relatif tidak terjangkau, formal dengan jenjang pendidikan tinggi.
artinya daya beli masyarakat rendah. Hal Dalam transaksi penjualan, tidak
lain yang juga mendukung tetap menyertakan alat bukti pembayaran, hanya
beroperasinya Pasar Monju disamping atas dasar kepercayaan dengan mengatakan
harganya sangat terjangkau dan bisa “ini barangnya, dan diterima uangnya”.
ditawar, adalah lingkungan sosial yang Kondisi ini mungkin dianggap sebagai satu
tetap menjaga nilai dan norma masyarakat, hambatan, namun sebenarnya berbasis
seperti tumbuhnya kerjasama, gotong nilai efektivitias, efisiensi dan berbasis
royong, saling menghargai, saling nilai sosial yang sangat mulia. Dianggap
menghormati, dan saling percaya. Hal-hal bernilai efektivitas yang tinggi, karena
inilah yang selanjutnya berlaku secara pekerjaan lebih cepat dikerjakan, sehingga
27
Jurnal Manajemen Resort dan Leisure Vol. 15, No. 1, April 2018
28
Didin Syarifuddin: Pasar Tradisional Dalam Perspektif Nilai Daya Tarik Wisata (Studi Tentang
Pasar Pagi Monju Kota Bandung)
Daya Tarik Wisata Aspek pedagang ini, dapat dipastikan bahwa pasar
Lingkungan, Ekonomi dan Sosial. Pasar ini memiliki daya tarik. Daya tarik adalah
Monju dari dimensi lingkungan, dapat segala sesuatu yang menarik minat
digambarkan bahwa Pasar Monju adalah pengunjung untuk berkunjung ke suatu
tempat jual beli yang mudah untuk tempat, karena memiliki nilai yang
dikunjungi karena aksesibilitas yang sangat bermanfaat bagi pengunjungnya.
memadai, karena letaknya sangat strategis, Daya Tarik Pasar Monju. Pasar
mudah dijangkau oleh semua arah mata Monju adalah pasar yang menjual barang
angin, berada di Pusat Kota. Pasar Monju, dan jasa dengan aneka barang yang
menempatkan pedagangnya di dua taman tersedia, baik sandang seperti pakaian dan
yang tumbuh rindang pepohonan, sehingga pangan seperti makanan dan minuman,
memberikan udara yang relatif sejuk, dengan harga yang sangat terjangkau.
sehingga layak untuk dikunjungi. Pasar Penetapan harga yang cukup murah, tidak
Monju dari dimensi ekonomi, dapat menyurutkan minat para calon pembeli,
digambarkan bahwa Pasar Monju paling untuk tidak menurunkan harga, sehingga
tidak untuk setiap Minggunya telah dan hubungan sosial yang terjadi antara
terus menjadi sumber devisa bagi pedagang dan pembeli sebelum terjadinya
masyarakat pedagang dan masyarakat transaksi pembelian, terjadi tawar
sekitar, sehingga ikut membantu menawar, yang pada umumnya harga lebih
meningkatkan ekonomi wilayahnya yang sering mengikuti keinginan pembelinya.
sebelumnya termasuk ke dalam kategori Pepatah mengatakan bahwa pembeli
kurang mampu. Adanya Pasar Monju ikut adalah raja, artinya keputusan ada di
berpartisipasi dalam memajukan ekonomi tangan pembeli, dan pembeli adalah orang
daerah sekitarnya yang kurang yang harus dilayani sepenuhnya. Proses
berkembang (Yoeti, 1997). Pasar Monju “penurunan harga” dalam bentuk “tawar
dari dimensi Sosial, hubungan sosial dalam menawar”, bukan upaya terakhir yang
bentuk tawar menawar yang menjadi dilakukan oleh pembeli, ternyata para
karakter Pasar Tradisional, dan terjadi pada pembeli adalah orang yang paling pintar,
Pasar Monju, dapat meningkatkan para bagaimana harga bisa terjangkau dan
pedagang kaki lima, sehingga memiliki barang yang dibeli bisa dalam jumlah yang
sumber penghasilan disamping banyak. Makanya, pembeli meminta
memberikan layanan kepada para “emboh”, atau tambahan barang setelah
pengunjung. Dalam konteks Pasar Monju adanya kesesuaian harga menjelang
hanya pedagang kaki lima yang dapat transaksi, khususnya terjadi pada makanan
memberikan peluang bagi para calon berupa buah-buahan.
pembelinya, untuk melakukan tawar Banyaknya pedagang yang menjual
menawar. barang bervariasi, dengan penetapan harga
Pasar Monju adalah pasar pagi yang relatif terjangkau, dan tumbuhnya
mingguan yang memiliki jumlah pedagang hubungan sosial dalam bentuk tawar
sekitar 1.300 pedagang dan jumlah menawar, disertai permintaan “emboh”
pengunjung sekitar 10 ribuan orang yang oleh pembeli, sampai terjadinya transaksi
menempati area dari Monumen Juang pembelian, merupakan aspek yang menarik
sampai PT Telekomunikasi Indonesia. bagi para pengunjung. Hal ini sejalan
Luas area yang digunakan untuk dengan pendapat yang disampaikan oleh
berdagang dengan jumlah pengunjung dan A. Yoeti (1985) bahwa daya tarik wisata
pedagang tersebut, menjadikan Pasar adalah segala sesuatu yang menjadi daya
Monju sebagai Pasar Pagi Mingguan tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu
terbesar di Kota Bandung dan sekitarnya. daerah tertentu. Nyoman S. Pendit (1994)
Jumlah 10 ribu pengunjung dengan 1.300 memberikan penguatan terhadap
29
Jurnal Manajemen Resort dan Leisure Vol. 15, No. 1, April 2018
30
Didin Syarifuddin: Pasar Tradisional Dalam Perspektif Nilai Daya Tarik Wisata (Studi Tentang
Pasar Pagi Monju Kota Bandung)
32