Anda di halaman 1dari 19

MODUL LABORATORIUM KETERAMPILAN

KLINIS (CLINICAL SKILLS LAB)


Blok 3.2 – Kelainan Sistem Urinari

INTEGRATED PATIENT MANAGEMENT/IPM

Source: https://www.flickr.com/photos/nihgov/25137782099

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JAMBI
TA. 2021/2022
KONTRIBUTOR

KOORDINATOR BLOK 3.2 : dr. Rina Nofri Enis, M.Sc.


KOORDINATOR SKILLS LAB 3 : dr. Patrick W Gading, Sp.KFR

Blok 3.2 | Kelainan Sistem Urinari | 2021/2022 Page 2


| FKIK UNJA
KATA PENGANTAR

Proses pembelajaran pada Blok 3.2 (Kelainan Sistem Urinari) ini


merupakan integrasi dari ilmu urologi dan genitalia eksterna (pria dan wanita).
Dalam blok ini, mahasiswa akan mempelajari penyakit-penyakit pada sistem
urogenital yang akan dijumpai dalam praktek sehari-hari. Penyakit yang akan
dibahas akan berhubungan dengan penerapan ilmu kedokteran dasar (Anatomi,
Fisiologi, Histologi, Patologi Anatomi, Patologi Klinik dan farmakologi).
Untuk mendukung kemampuan tersebut, dalam blok ini mahasiswa akan
dititik-beratkan pada metode belajar mandiri secara aktif serta keterampilan
menyatakan pendapat baik secara verbal maupun tertulis, terdiri dari sesi tatap
muka, diskusi kelompok, dan skills lab. Proses pembelajaran ini telah disusun
sedemikian rupa dengan maksud agar mahasiswa dapat mengembangkan
kemampuan analisis, evaluasi dan argumentasi dalam konteks sosial budaya
masyarakat Indonesia dengan mempertimbangkan aspek etika kedokteran dan
humaniora.
Dalam rangka mencapai tujuan akhir yaitu menjadi dokter keluarga, selain
mempunyai perilaku yang baik, beretika, seorang dokter juga harus terampil serta
mampu berkomunikasi secara efektif. Dalam blok 3.2 (Kelainan Sistem Urinari)
ini mahasiswa akan mempelajari tentang skills lab pemasangan beserta pelepasan
kateter (pria dan wanita), sirkumsisi, dan anamnesis terkait kasus-kasus pada sistem
urogenital. Untuk masing-masing materi skill lab akan dilakukan dalam 3 sesi,
yang pertama merupakan sesi terbimbing dimana mahasiswa akan didampingi oleh
seorang fasilitator untuk masing-masing kelompok, sesi kedua adalah feedback
(proses evaluasi), dan sesi ketiga adalah ujian OSCE yang akan diadakan pada
akhir semester. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, mahasiswa diharapkan
dapat mengikuti skill lab dengan sebaik-baiknya.

Blok 3.2 | Kelainan Sistem Urinari | 2021/2022 Page 3


| FKIK UNJA
DAFTAR ISI

KONTRIBUTOR ........................................................................................................ 2
KATA PENGANTAR ................................................................................................ 3
DAFTAR ISI ............................................................................................................... 4
DAFTAR KOMPETENSI .......................................................................................... 5
INTEGRATED PATIENT MANAGEMENT (IPM)
A. Tujuan pembelajaran ...................................................................................... 9
B. Rencana Pembelajaran .................................................................................... 10
C. Tinjauan Teori ................................................................................................ 10
CONTOH SKENARIO KASUS IPM
SKENARIO 1 ....................................................................................................... 17
SKENARIO 2 ....................................................................................................... 17
CHECKLIST KETERAMPILAN IPM..................................................................... 18

Blok 3.2 | Kelainan Sistem Urinari | 2021/2022 Page 4


| FKIK UNJA
DAFTAR KOMPETENSI

AREA KOMPETENSI
1. Komunikasi efektif (Area kompetensi 1)
2. Ketrampilan Klinis (Area Kompetensi 2)
3. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran (Area Kompetensi 3)
4. Pengelolaan Informasi (Area Kompetensi 4)

Kompetensi yang akan dicapai pada Blok 3.2 sesuai dengan yang tercantum pada Buku Standar
Kompetensi Dokter Indonesia dari KKI. Daftar kompetensi tersebut dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:

NO DAFTAR PENYAKIT KEMAMPUAN


1 Infeksi saluran kemih 4A
2 Glomerulonefritis akut 3A
3 Glomerulonefritis kronik 3A
4 Gonore 4A
5 Karsinoma sel renal 2
6 Tumor W ilms 2
7 Acute kidney injury 2
8 Penyakit ginjal kronik 2
9 Sindrom nefrotik 2
10 Kolik renal 3A
11 Batu saluran kemih (vesika urinaria, ureter, uretra ) Tanpa 3A
Kolik
12 Ginjal polikistik simtomatik 2
13 Ginjal tapal kuda 1
14 Pielonefritis tanpa komplikasi 4A
15 Nekrosis tubular akut 2
Alat Kelamin Pria
16 Hipospadia 2
17 Epispadia 2
18 Testis tidak turun/ kriptorkidismus 2
19 Rectratile testis 2
20 Varikokel 2
21 Hidrokel 2
22 Fimosis 4A
23 Parafimosis 4A
24 Spermatokel 2
25 Epididimitis 2
26 Prostatitis 3A
27 Torsio testis 3B
28 Ruptur uretra 3B
29 Ruptur kandung kencing 3B
30 Ruptur ginjal 3B
31 Karsinoma uroterial 2
32 Seminoma testis 1
33 Teratoma testis 1

Blok 3.2 | Kelainan Sistem Urinari | 2021/2022 Page 5


| FKIK UNJA
34 Hiperplasia prostat j inak 2
35 Karsinoma prostat 2
36 Striktura uretra 2
37 Priapismus 3B
38 Chancroid 3A

Keterangan:
Tingkat kemampuan yang diharapkan dicapai pada akhir pendidikan dokter

Tingkat Kemampuan 1
Dapat mengenali dan menempatkan gambaran-gambaran klinik sesuai penyakit ini ketika
membaca literatur. Dalam korespondensi, ia dapat mengenal gambaran klinik ini, dan tahu
bagaimana mendapatkan informasi lebih lanjut. Level ini mengindikasikan overview level. Bila
menghadapi pasien dengan gambaran klinik ini dan menduga penyakitnya, Dokter segera
merujuk.

Tingkat Kemampuan 2
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaanpemeriksaan
tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan laboratorium sederhana atau X- ray).
Dokter mampu merujuk pasien secepatnya ke spesialis yang relevan dan mampu menindaklanjuti
sesudahnya

Tingkat Kemampuan 3
3a. Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-
pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya: pemeriksaan laboratorium
sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta
merujuk ke spesialis yang relevan (bukan kasus gawat darurat).
3b. Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-
pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya: pemeriksaan laboratorium
sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta
merujuk ke spesialis yang relevan (kasus gawat darurat).

Tingkat Kemampuan 4
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaanpemeriksaan
tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan laboratorium sederhana atau X- ray).
Dokter dapat memutuskan dan mampu menangani problem itu secara mandiri hingga tuntas.

Blok 3.2 | Kelainan Sistem Urinari | 2021/2022 Page 6


| FKIK UNJA
Kompetensi keterampilan klinis dapat dilihat pada bagan berikut (berdasarkan standar
KKI):
NO KETERAMPILAN TINGKAT
KETERAMPILAN
1 Pemeriksaan bimanual ginjal 4A
2 Pemeriksaan nyeri ketok ginjal 4A
3 Perkusi kandung kemih 4A
4 Palpasi prostat 4A
5 Refleks bulbokavernosus 3
PROSEDUR DIAGNOSTIK
6 Swab uretra 4A
7 Persiapan dan pemeriksaan sedimen urine 4A
(menyiapkan slide dan uji mikroskopis urine)
8 Uroflowmetry 1
9 Micturating cystigraphy 1
10 Pemeriksaan urodinamik 1
11 Metode dip slide (kultur urine) 3
12 Permintaan pemeriksaan BNO IVP 4A
13 Interpretasi BNO-IVP 3
TERAPEUTIK
14 Pemasangan kateter uretra 4A
15 Clean intermitten chateterization (Neurogenic bladder) 3
16 Sirkumsisi 4A
17 Pungsi suprapubik 3
18 Dialisis ginjal 2

Keterangan:
Tingkat kemampuan 1 (Mengetahui dan Menjelaskan)
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini, sehingga dapat
menjelaskan kepada teman sejawat, pasien maupun klien tentang konsep, teori, prinsip
maupun indikasi, serta cara melakukan, komplikasi yang timbul, dan sebagainya.

Tingkat kemampuan 2 (Pernah Melihat atau pernah didemonstrasikan)


Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini (baik konsep,
teori, Prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi, dan sebagainya). Selain itu,
selama pendidikan pernah melihat atau pernah didemonstrasikan keterampilan ini.

Tingkat kemampuan 3 (Pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah


supervisi)
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini (baik konsep,
teori, prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi, dan sebagainya). Selama

Blok 3.2 | Kelainan Sistem Urinari | 2021/2022 Page 7


| FKIK UNJA
pendidikan pernah melihat atau pernah didemonstrasikan keterampilan ini, dan pernah
menerapkan keterampilan ini beberapa kali di bawah supervisi.

Tingkat kemampuan 4 Mampu melakukan secara mandiri


Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini (baik konsep,
teori, Prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi, dan sebagainya). Selama
pendidikan pernah melihat atau pernah didemonstrasikan ketrampilan ini, dan pernah
menerapkan keterampilan ini beberapa kali di bawah supervisi serta memiliki
pengalaman untuk menggunakan dan menerapkan keterampilan ini dalam konteks praktik
dokter secara mandiri.

Catatan:
Tingkat kemampuan tersebut diharapkan dapat dicapai sesuai standar masing- masing
pada saat mahasiswa menyelesaikan pendidikan profesi dokter.

Blok 3.2 | Kelainan Sistem Urinari | 2021/2022 Page 8


| FKIK UNJA
INTEGRATED PATIENT MANAGEMENT (IPM)/ PENATALAKSANAAN
PASIEN TERINTEGRASI

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan keterampilan Integrated Patient Management ini
secara baik dan benar.

Tujuan Khusus
Setelah mempelajari keterampilan Integrated Patient Management ini, diharapkan
mahasiswa mampu:
1. Mendapatkan riwayat medis (biophysical history) secara menyeluruh dan
akurat, dengan tujuan untuk mengenali suatu pola yang bisa mengarah pada
suatu penyakit.
2. Menyusun suatu wawancara medis yang efektif dan efisien dalam segi waktu
tetapi tetap dapat meningkatkan proses “diagnostic reasoning”.
3. Mengikut-sertakan pasien dalam suatu proses interaktif, meningkatkan
pemahaman pasien, serta menjaga hubungan baik dengan pasien.
4. Melakukan pemeriksaan fisik yang relevan dengan kondisi medis yang dialami
oleh pasien, dimana pemeriksaan meliputi tanda-tanda vital, pemeriksaan
status lokalis dan generalisata.
5. Menentukan differential diagnosis dan diagnosis kerja sesuai dengan informasi
medis yang telah didadapatkan dari anamnesis maupun pemeriksaan fisik.
6. Perencanaan prosedur klinik dan pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan
diagnosis dari penyakit sistem digestivus,
7. Perencanaan manajemen tatalaksana untuk pasien berdasarkan diagnosis baik
tatalaksaana farmakologis maupun non-farmakologis.
8. Menentukan prognosis dan komplikasi dari diagnosis penyakit serta mampu
melakukan edukasi untuk pasien.
9. Menunjukkan sikap profesional sebagai seorang dokter.

Blok 3.2 | Kelainan Sistem Urinari | 2021/2022 Page 9


| FKIK UNJA
B. RENCANA PEMBELAJARAN
Pra sesi
1. Pemberian tugas kepada mahasiswa untuk mempelajari materi pasien terintegrasi dari
berbagai sumber termasuk materi skills lab dari blok-blok sebelumnya yang
berhubungan dengan materi penatalaksanaan pasien terintegrasi (IPM), agar mahasiswa
memiliki pengetahuan dasar tentang anamnesis dan IPM.
2. Mahasiswa akan membuat artikel berupa daftar mengenai penyakit-penyakit pada
kelainan sistem urinari dan akan dikumpulkan sebelum sesi skills lab terbimbing
dilaksanankan.
3. Menyaksikan video anamnesis dokter-pasien.
https://www.youtube.com/watch?v=FkF6JP0qZhI

Sesi Terbimbing
1. Sesi skills lab dilakukan tatap muka secara daring menggunakan aplikasi zoom.
2. Dosen pengampu akan menjelaskan materi IPM secara singkat kepada mahasiswa.
3. Dosen pengampu dan mahasiswa melakukan simulasi mengenai kasus-kasus kelainan
sistem urinari berdasarkan contoh kasus yang terdapat di dalam panduan skills lab.
Pengampu berperan sebagai pasien dan bertugas memberikan feedback kepada
mahasiswa.
4. Hal yang harus dilakukan oleh mahasiswa adalah:
a. Mempraktekkan keterampilan anamnesis
b. Mempraktekkan keterampilan pemeriksaan fisik
c. Mengajukan pemeriksaan penunjang yang relevan
d. Menentukan diagnosis banding dan diagnosis pasti
e. Memberikan terapi non-farmakologis dan farmakologis (termasuk menulis resep)
f. Menyampaikan edukasi kepada pasien
5. Instruktur bertugas untuk mengobservasi dan memberikan feedback di akhir simulasi.

C. TINJAUAN TEORI
Dalam ilmu kedokteran, pendekatan klinis kelainan sistem urinari hampir sama
dengan penyakit lain. Pendekatan klinis gangguan urinarius sangat ditentukan dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis bertujuan untuk mendapatkan informasi
keluhan terkait gangguan pada traktus maupun organ pada sistem urinarius baik dari

Blok 3.2 | Kelainan Sistem Urinari | 2021/2022 Page 10


| FKIK UNJA
pasien atau keluarga yang kemudian dikonfirmasi dengan pemeriksaan fisik secara
objektif. Selain itu anamnesis juga berkontribusi dalam penentuan kemungkinan
diagnosis banding berdasarkan informasi medis yang telah didapatkan. Anamnesis dapat
dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis.

Dalam anamnesis, alur pikir yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Pendekatan sistematis, perlu diingat : Fundamental Four & Basic Seven.

2. Pemahaman neruoanatomi dan neurofisiologi harus dikuasai dengan baik.

3. Anamnesis menggunakan keterampilan interpersonal sehingga dibutuhkan


pengetahuan sosiologi, psikologi dan antropologi.

Sistematika Data Anamnesis


Data anamnesis terdiri atas beberapa kelompok data penting sebagai berikut:
1. Identitas pasien
2. Riwayat penyakit sekarang (didahului keluhan utama)
3. Riwayat penyakit dahulu
4. Riwayat penyakit keluarga
5. Riwayat pribadi, sosial-ekonomi-budaya.
6. Anamnesis sistem
1. Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, suku, agama, status
perkawinan, dan pekerjaan. Seperti diketahui, data-data dari identitas pasien ini
sangat penting oleh karena data tersebut sangat berkaitan dengan masalah klinik
maupun gangguan sistem atau organ tertentu misal penyakit tertentu berkaitan
dengan umur, jenis kelamin, perkerjaan dan suku bangsa tertentu pula.
2. Riwayat penyakit sekarang Dalam mendalami riwayat penyakit sekarang
(simptom) jangan lupa menanyakan anamnesisnya di dalam kerangka “Tujuh
Butir Mutiara” (basic seven) di bawah ini:
a. Lokasi keluhan
b. Karakter atau sifat keluhan
c. Berat ringannya kelainan (severity)

Blok 3.2 | Kelainan Sistem Urinari | 2021/2022 Page 11


| FKIK UNJA
d. Waktu terjadinya (misal : nyeri dada diperberat dengan batuk)
e. Faktor-faktor pencetus dan yang memperberat
f. Faktor yang meringankan keluhan
g. Manifestasi lain yang menyertainya (seringkali simptom ini merupakan
bagian dari satu sindrom)
3. Riwayat penyakit dahulu
 Catatlah penyakit-penyakit yang pernah diderita beserta waktunya, yang
ditanyakan termasuk apakah pasien pernah mengalami kecelakaan atau
operasi, maupun keadaan alergi.
 Riwayat penyakit dahulu ini mencakup anamnesis tentang penyakit
sistem urogenital (nyeri pinggang, nyeri kolik, riwayat keluar batu / pasir
dari salauran kencing, hipertensi, dll.
 Pada pasien dengan riwayat kecelakaan atau operasi dicatat keterangan
tentang waktu, indikasi operasi, lamanya penyembuhan, sembuh
sempurna atau tidak.
4. Riwayat penyakit keluarga Anggota keluarga meliputi: kakek, nenek, ayah,
ibu, saudara laki-laki, saudara perempuan, dan ank-anak pasien. Tanyakan
tentang keadaan kesehatan masing-masing bila masih hidup atau penyebab
meninggal. Cari tahu hal-hal yang berhubungan dengan peran hereditas atau
kontak diantara anggota keluarga, misalnya hipertensi, obesitas, penyakit
degenerative lain. Bila mengenai penyakit herediter misal diabetes mellitus,
buatlah gambar diagram untuk mencari anggota-anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sama.
5. Riwayat sosial ekonomi dan budaya Riwayat sosial mencakup keterangan
pendidikan, perkerjaan (macam jam kerja, pengaruh lingkungan kerja, dll),
asuransi, aktivitas diluar kampus (olahraga, hobi, organisasi), perumahan,
perkawinan (lamanya, jumlah anak, keluarga berencana,perkawinan
sebelumnya), tanggungan, makanan (teratur atau tidak, variasi, banyaknya,
berapa kali makan sehari, komposisi makan sehari-hari, pengunyahan, nafsu
makan, dan pencernaan), tidur (lamanya, teratur, ventilasi, jumlah orang dalam
satu kamr tidur, penyebab gangguan tidur), kebiasaan merokok, teh, kopi,
alkohol,obat dan jamu. Hal terakhir yang ditanyakan ialah tentang kesulitan

Blok 3.2 | Kelainan Sistem Urinari | 2021/2022 Page 12


| FKIK UNJA
hidup yang dihadapi pasien, yang mungkin mengenai masalah perkerjaan,
keluarga, keuangan, dan sebagainya. Data-data dari riwayat pribadi, sosial
ekonomi, budaya dan keluarga ini merupakan informasi penting, baik dalam
kaitannya dengan masalah klinik atau penyakit yang diderita saat ini dan sebagai
bahan pertimbangan dalam pengelolaan yang optimal untuk pasien selanjutnya.
Dari berbagai riwayat diatas, yang perlu ditanyakan adalah hal-hal yang
berhubungan dengan penyakit pasien.
6. Anamnesis sistem Bila ada keluhan yang berhubungan dengan keluhan utama,
catatlah deskripsi lengkap. Bila tidak ada keluhan, berilah tanda negatif (-).

Berikut akan kita bahas beberapa keluhan yang disebabkan oleh penyakit
genitourinaria, sehingga diharapkan dengan teknik anamnesis yang baik dapat membantu
dalam menegakkan diagnosis penyakit tersebut.

1. Nyeri
Nyeri yang disebabkan oleh kelainan yang terdapat pada organ urogenitalia
dirasakan sebagai nyeri lokal yaitu nyeri yang dirasakan di sekitar organ itu sendiri,
atau berupa referred pain yaitu nyeri yang dirasakan jauh dari tempat organ yang
sakit. Di bidang urologi banyak dijumpai bermacam-macam nyeri yang dikeluhkan
oleh pasien sewaktu datang ke tempat praktek, yaitu:
- Nyeri ginjal: sering dikeluhkan di daerah punggung yaitu sekitar pinggang atau
daerah lumbar. Nyeri bersifat tumpul dan konstan. Nyeri biasanya mejalar
sepanjang daerah subcosta menuju umbilikus atau kuadran bawah abdomen.
- Nyeri kolik: akibat spasme otot polos ureter karena gerakan peristaltiknya
terhambat oleh batu, bekuan darah, dan lainnya. Nyeri terasa sangat sakit, hilang
timbul sesuai dengan gerakan peristaltik otot polos. Pertama-tama dirasakan di
daerah sudut kostovertebra kemudian menjalar ke dinding depan abdomen, ke
regio inguinal, hingga ke daerah kemaluan.
- Nyeri vesika: dirasakan di daerah suprasimfisis. Terjadi akibat overdistensi buli-
buli yang mengalami retensi urine atau terdapat inflamasi pad buli-buli.
Inflamasi buli dirasakan sebagai perasaan kurang nyaman di daerah suprapubik.
Nyeri muncul ketika buli terisi penuh dan nyeri berkurang pada saat selesai

Blok 3.2 | Kelainan Sistem Urinari | 2021/2022 Page 13


| FKIK UNJA
miksi. Tidak jarang pasien sistitis merasa nyeri yang sangat hebat seperti
ditusuk-tusuk pada akhir miksi dan kadang kala disertai dengan hematuria.
- Nyeri prostat: umumnya disebabkan inflamasi yang mengakibatkan edema
kelenjar prostat dan distensi kapsul prostat. Lokasi nyeri akibat inflamasi ini
sulit untuk ditentukan tetapi pada umumnya dapat dirasakan pada abdomen
bawah, inguinal, perineal, lumbosakral, atau nyeri rektum. Sering diikuti dengan
keluhan miksi berupa frekuensi, disuria, bahkan retensi urine.
- Nyeri testis/epididimis: nyeri pada daerah kantong skrotum dapat berasal dari
nyeri akibat kelainan di kantong skrotum (nyeri primer) atau nyeri (refered pain)
yang berasal dari organ di luar kantong skrotum. Nyeri testis dirasakan hingga
ke daerah abdomen sehingga dikacaukan dengan nyeri karena kelainan organ
abdominal. Begitu pula nyeri akibat inflamasi pada ginjal dan inguinal,
seringkali dirasakan di daerah skrotum. Nyeri tumpul di sekitar testis dapat
disebabkan karena varikokel, hidrokel, maupun tumor testis.
- Nyeri penis: dirasakan pada daerah penis yang sedang tidak ereksi (flaksid)
biasanya merupakan referred pain dari inflamasi pada mukosa buli-buli atau
uretra, yang terutama dirasakan pada meatus uretra eksternum. Selain itu
parafimosis dan keradangan pada prepusium maupun glans penis memberikan
rasa nyeri yang terasa pada ujung penis. Nyeri yang terjadi pada saat ereksi
mungkin akibat penyakit Peyronie atau priapismus.
2. Edema
Edema bisa ringan, berat, dan generalisata. Biasanya terjadi di daerah periorbital,
wajah, pergelangan kaki, dan tungkai bawah. Ascites bisa didapatkan pada SN.
3. Perubahan warna/gambaran urin
- Hematuria makroskopik atau gross hematuria yaitu bila adanya darah dalam urin
dapat dilihat dengan mata telanjang, sedangkan mikroskopik bila 3 diketahui
dengan pemeriksaan mikroskop. Hematuria inisial (darah pada awal berkemih)
menunjukkan penyebab berasal dari uretra. Hematuria terminal (darah setelah
berkemih) menunjukkan penyebab berasal dari kandung kemih atau prostat,
sedangkan bila terjadi mulai dari awal hingga akhir berkemih kemungkinan
karena perdarahan glomeruler.
- Urin bewarna gelap (dark urine) juga bisa disebabkan karena mioglobinuria

Blok 3.2 | Kelainan Sistem Urinari | 2021/2022 Page 14


| FKIK UNJA
(pada rhabdomiolisis) atau karena hemoglobinuria (pada hemolisis).
- Hematuria tanpa disertai nyeri (painless hematuria) kemungkinan karena tumor
atau perdarahan glomeruler.
- Hematuria disertai nyeri kemungkinan diakibatkan oleh adanya batu, kista atau
infeksi yang berat.
- Blood clots menunjukkan perdarahan non glomeruler, penyebab tersering
adalah batu, trauma, tumor dan kista.
4. Keluhan saat berkemih atau perubahan pola berkemih
- Disuria: rasa tidak enak yang dapat berupa rasa nyeri atau panas saat berkemih.
Disuria yang terjadi di awal miksi biasanya berasal dari kelainan utetra dan jika
terjadi pada akhir miksi adalah kelainan pada kandung kemih. ISK merupakan
penyebab tersering pada dewasa. Gejala sistemik dan nyeri pinggang
menunjukkan adanya ISK asenden (pielonefritis).
- Frekuensi atau polakisuria: meningkatnya frekuensi berkemih, volume urin bisa
sedikit misalnya pada sistitis, bisa juga banyak (poliuria). Setiap hari orang
normal rata - rata berkemih sebanyak 5 hingga 6 kali dengan volume kurang
lebih 300 ml setiap berkemih.
- Nokturia: polakisuria yang terjadi pada malam hari. Pada pasien usia tua tidak
jarang terjadi peningkatan produksi urine pada malam hari karena kegagalan
ginjal melakukan konsentrasi (pemekatan urine).
- Hesitansi: awal keluarnya urin menjadi lebih lama dan seringkali pasien harus
mengejan untuk memulai berkemih.
- Pancaran keluarnya urin lemah, tidak jauh dan kecil (bahkan urine jatuh di dekat
kaki pasien).
- Intermitensi: di pertengahan miksi seringkali miksi berhenti kemudian
memancar lagi / miksi terputus-putus.
- Terminal dribbling: berkemih diakhiri dengan perasaan masih terasa ada sisa
urin di dalam buli (BAK tidak puas) dengan masih keluar tetesan – tetesan urin.
- Enuresis: ketidakmampuan menahan miksi
- Retensi urin: ketidakmampuan berkemih. Retensi akut ditandai dengan nyeri,
sensasi kandung kemih yang penuh dan distensi kandung kemih ringan. Retensi
kronis ditandai dengan gejala-gejala iritasi kandung kemih (frekuensi, disuria,

Blok 3.2 | Kelainan Sistem Urinari | 2021/2022 Page 15


| FKIK UNJA
volume sedikit), atau tanpa nyeri, distensi yang nyata, inkontinensia urin.
Retensi urin sering ditemukan pada pria usia lanjut (sering akibat kelainan
prostat).
- Inkontinensia urin: ketidakmampuan seseorang untuk menahan urin yang keluar
dari kandung kemih, baik disadari ataupun tidak disadari.
5. Perubahan jumlah urin
- Poliuria: volume total urin meningkat(>3l/24 jam). Penyebabnya antara lain
karena gangguan mekanisme konsentrasi urin atau karena jumlah air yang
diminum berlebihan.
- Oliguria: volume total urin <400ml/24jam. Ini merupakan tanda dari gagal
ginjal.
- Anuria: volume total urin <100ml/24 jam. Biasanya disebabkan oleh obstruksi
uretra atau ureter bilateral, glomerulonefritis progresif, atau karena adanya
oklusi aorta atau a. renalis bilateral.
6. Sindroma uremik
Rasa lelah, malaise, anoreksia, gatal-gatal, kram otot, nyeri tulang merupakan bagian
dari sindroma uremik pada CKD.
7. Massa Pasien mungkin memberitahu adanya massa yang terlihat dan teraba pada
perut bagian atas yang mungkin menunjukkan tumor ginjal, hidronefrosis, atau
polikistik ginjal. Pembesaran kelenjar limfe pada leher mungkin menunjukkan
adanya metastase tumor dari prostat atau testis. Benjolan pada selangkangan dapat
menandakan adanya penyebaran tumor dari penis atau limfadenitis, sifilis, atau
limfogranuloma venerum. Keluhan massa pada skrotum dan isinya meliputi buah
zakar membesar, terdapat bentukan berkelok kelok seperti cacing di dalam kantong
(varikokel), atau buah zakar yang tidak berada di dalam kantong skrotum
(kriptorkismus). Pembesaran pada buah zakar mungkin disebabkan oleh tumor testis,
hidrokel, spermatokel, hematokel atau hernia skrotalis.
8. Keluhan disfungsi seksual: meliputi libido menurun, kekuatan ereksi menurun,
disfungsi ereksi, ejakulasi retrograd (air mani tidak keluar pada saat ejakulasi), tidak
pernah merasakan orgasmus atau ejakulasi dini.
9. Luka yang terdapat pada glans penis atau leher penis mungkin menunjukkan adanya
luka sifilis, chancroid, herpes simpleks, atau karsinoma sel skuamosa. Tampak

Blok 3.2 | Kelainan Sistem Urinari | 2021/2022 Page 16


| FKIK UNJA
kelainan berupa kutil pada penis.
CONTOH KASUS KELAINAN SISTEM URINARIUS

SKENARIO 1
Seorang pasien datang dengan keluhan susah buang air kecil dan sering merasa tidak puas
ketika selesai buang air kecil sejak satu hari yang lalu.
Lakukan:
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan fisik (menanyakan hasil kepada dosen) .
c. Pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan
d. Diagnosis banding dan diagnosis kerja
e. Tatalaksana dan tindakan medis yang perlu dilakukan

SKENARIO 2
Seorang pasien datang ke IGD dengan keluhan demam sejak 3 hari yang lalu. Demam dirasakan
bersamaan disertai dengan nyeri pinggang sebelah kiri.
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan fisik (menanyakan hasil kepada dosen) .
c. Pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan
d. Diagnosis banding dan diagnosis kerja
e. Tatalaksana dan tindakan medis yang perlu dilakukan

Blok 3.2 | Kelainan Sistem Urinari | 2021/2022 Page 17


| FKIK UNJA
CHECKLIST KETERAMPILAN INTEGRATED PATIENT MANAGEMENT
(IPM) KELAINAN SISTEM URINARIUS

Skor
No Kriteria Penilaian
0 1 2 3
a. Anamnesis
1 Menyapa pasien
2 Memperkenalkan diri dan sambung rasa
3 Menunjukkan sikap hormat dan respek pada pasien
4 Menanyakan identitas penderita
5 Menanyakan keluhan utama
6 Menanyakan onset dan kronologi
8 Menanyakan kualitas dan kuantitas keluhan
Menanyakan factor-faktor yang mendahului, menstimulir,
9
memperberat/memperingan keluhan penyakit
10 Menanyakan gejala penyerta :
11 Menanyakan riwayat penyakit dahulu :
12 Menanyakan riwayat kesehatan keluarga
13 Menanyakan riwayat pengobatan penyakit
14 Menanyakan riwayat sosial ekonomi
15 Menanyakan kebiasaan pribadi
16 Menggunakan bahasa yang mudah dipahami pasien
17 Menggunakan pertanyaan terbuka secara tepat
18 Menggunakan pertanyaan tertutup secara tepat
Menutup wawancara dengan menanyakan kepada pasien
19 apakah ada hal yang terlewat, kemudian membuat suatu
ringkasan dari wawancara yang telah dilakukan.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksa menempatkan diri disebelah kanan tempat periksa
20 dan menjelaskan secara singkat tindakan yang akan
dilakukan kepada pasien.
Pemeriksa mempersiapkan bahan dan alat yang diperlukan
21
untuk pemeriksaan yang akan dilakukan.
Memberikan instruksi dengan sopan agar penderita untuk
22 berbaring dan membuka baju/celana untuk pemeriksaan
yang diperlukan
Menyebutkan langkah-langkah pemeriksaan sesuai dengan
23 prosedur secara berurutan. (menanyakan hasil pemeriksaan
kepada dosen pengampu)
Pemeriksa menjelaskan interpretasi hasil pemeriksaan
24
kepada dosen pengampu skills lab
25 Menentukan Pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan

Blok 3.2 | Kelainan Sistem Urinari | 2021/2022 Page 18


| FKIK UNJA
berdasarkan informasi medis yang telah didapatkan dari
anamnesis dan juga pemeriksaan fisik.
26 Menentukan Diagnosis banding
27 Menentukan Diagnosa kerja
- Penatalaksanaan umum: Tatalaksana pertama yang perlu
diberikan sesuai kompetensi dokter umum.
28
- Penatalaksanaan khusus: Rujuk ke dokter spesialis jika
diperlukan
29 Memberikan empati dan dukungan kepada pasien
JUMLAH

Blok 3.2 | Kelainan Sistem Urinari | 2021/2022 Page 19


| FKIK UNJA

Anda mungkin juga menyukai