Disusun Oleh:
Brandon 01073190033
Cindy Permata Sari 01073190040
Gerald Reinaldi Tanardi 01073190032
Jessica T. D. Simanjuntak 01073190148
Jesslyn Natalie Hariyanto 01073190092
Rachel Adelia Putri 01073190038
Yonesha R. Prasetya 01073190080
Pembimbing:
BAB I 4
PENDAHULUAN 4
BAB II 5
TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1. Anatomi Kelenjar Adrenal 5
2.2. Fisiologi Kelenjar Adrenal 8
2.2.1. Korteks Adrenal 8
2.2.2. Medulla Adrenal 13
2.3. Definisi 13
2.4. Epidemiologi 14
2.5. Etiologi 15
2.6. Patogenesis dan Patofisiologi 16
2.7. Klasifikasi 18
2.8. Manifestasi Klinis 24
2.8.1 Adrenocortical adenoma dan adrenocortical carcinoma 25
2.8.2 Pheochromocytoma 26
2.8.3 Neuroblastoma 26
2.8.4 Ganglioneuroma 26
2.9. Diagnosis 27
2.9.1. Tumor Cortex Adrenal 27
2.9.1.1 Anamnesis 27
2.9.1.1.1 Adrenocortical adenoma 27
2.9.1.1.2 Adrenocortical carcinoma 27
2.9.1.1.3 Cushing's Syndrome 27
2.9.1.2 Pemeriksaan Fisik 28
2.9.1.2.1 Adrenocortical adenoma 28
2.9.1.2.2 Adrenocortical carcinoma 28
2.9.1.2.3 Cushing's Syndrome 29
2.9.1.3 Pemeriksaan Penunjang 29
2.9.1.3.1 Complete Blood Count 29
2.9.1.3.2 Low Dose Dexamethasone Supression Test 30
2.9.1.3.3 Late Night Salivary Cortisol 31
2.9.1.3.4 24 Hour Urine Free Cortisol 31
2.9.1.3.5 Plasma ACTH Level 31
2.9.1.3.6 Plasma Androgen Levels 32
2.9.1.3.7 Computed Tomography (CT) 32
2.9.1.3.7.1 Adrenocortical adenoma 33
2.9.1.3.7.2 Adrenocortical carcinoma 33
2.9.1.3.8 Magnetic Resonance Imaging (MRI) 34
2.9.1.3.9 Biopsi Adrenal 34
2.9.1.3.10 Adrenal Scintigraphy 35
2.9.2 Primary Aldosteronism (Conn's Syndrome) 35
2.9.2.1 Anamnesis 35
2.9.2.2 Pemeriksaan Fisik 35
2.9.2.3 Pemeriksaan Penunjang 36
2.9.2.3.1 Skrining 37
2.9.2.3.2 Confirmatory Testing 37
2.9.2.3.2.1 Fludrocortisone Suppresion Test 38
2.9.2.3.2.2 Oral Sodium Loading Test 38
2.9.2.3.2.3 Intravenous Saline Infusion Test 38
2.9.2.3.2.3 Captopril Supression Test 38
2.9.2.3.3 Diferensiasi suptipe 39
2.9.2.3.3.1 Computed Tomography (CT) 39
2.9.2.3.3.2 Sampling Vena Adrenal 40
2.9.2.3.3.3 Posture Stimulation 41
2.9.3 Pheochromocytoma 42
2.9.3.1 Anamnesis 42
2.9.3.2 Pemeriksaan Fisik 42
2.9.3.3 Pemeriksaan Penunjang 42
2.9.3.3.1 Pemeriksaan Urin 43
2.9.3.3.2 Katekolamin Plasma 43
2.9.4 Adrenal Incidentaloma 44
2.9.1.1 Massa dengan Pencitraan Jinak 46
2.9.1.2 Massa Berukuran ≥1-<4 cm 46
2.9.1.2 Massa Berukuran ≥4 cm 47
2.9.5 Neuroblastoma 47
2.10. Tatalaksana 48
2.10.1. Adrenalektomi terbuka 50
2.10.2. Adrenalektomi laparaskopi 53
2.10.3. Tantangan intraoperatif 54
2.10.4. Komplikasi 54
2.11. Komplikasi 55
2.12. Prognosis 56
John Hopkins Medicine mendefinisikan tumor sebagai istilah umum yang digunakan
tetapi tidak spesifik untuk neoplasma. Istilah tumor mengacu pada adanya pertumbuhan massa.
John Hopkins Medicine mendefinisikan tumor adrenal sebagai pertumbuhan abnormal pada satu
atau kedua kelenjar adrenal dan dapat bersifat jinak (non-cancerous) atau ganas (cancerous).
Tumor adrenal dapat diklasifikasikan berdasarkan tumor yang memproduksi hormon atau tidak,
functioning dan non-functioning dan berdasarkan lokasi yaitu tumor pada korteks adrenal dan
tumor pada medula adrena dan ekstra-adrenal.
Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018, prevalensi
tumor atau kanker di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan dari 1,4 per 1,000 penduduk di
tahun 2013 menjadi 1,79 per 1,000 penduduk pada tahun 2018. Tumor adrenal merupakan kasus
yang jarang, yang memiliki insidensi sekitar 0,6 – 1,67 kasus per 1 juta penduduk per tahun.
Rasio antara perempuan dan laki – laki untuk terkena tumor adrenal adalah 2,5 – 3: 1. Tujuan
dari referat ini adalah untuk mengetahui peristiwa - peristiwa yang dapat menyebabkan tumor
adrenal, berbagai macam tumor adrenal serta patofisiologis yang mengikuti, sehingga dapat
menentukan pendekatan untuk memperbaiki patofisiologis tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kelenjar Adrenal atau disebut juga kelenjar suprarenal merupakan kelenjar yang
terletak di bagian superior dan medial dari masing-masing ginjal, terletak di ruang
retroperitoneal, dan berada pada level tulang iga ke 11. Pada orang dewasa, setiap
kelenjar adrenal memiliki ukuran dengan panjang 3-5 cm , lebar 2-3 cm, dan dengan
ketebalan kurang dari 1 cm, dengan berat sekitar 4-5 g. 1 Kelenjar adrenal kanan
berbentuk triangular atau piramidal, dan terletak dekat dengan hemidiafragma kanan,
liver dan vena cava inferior. Kelenjar adrenal kiri cenderung berbentuk bulat dan seperti
bulan sabit, dimana terletak dekat dengan struktur aorta, di bagian permukaan bawah
terdapat bagian ekor pankreas, dan terletak limpa di bagian superior dan lateral. 1,2 Ginjal
yaitu arteri adrenal superior yang berasal dari arteri phrenica inferior, arteri adrenal media
yang berasal dari aorta, dan arteri adrenal inferior yang berasal dari arteri renalis.
Beberapa arteri yang berasal dari arteri interkostal dan gonadal juga memberikan suplai
pada kelenjar adrenal. Untuk aliran vena, sangat berbeda dengan suplai arteri dimana
kelenjar adrenal mengalirkan darah hanya ke satu vena besar tiap sisinya. Vena pada
kelenjar adrenal kanan biasanya pendek dan mengalirkan langsung ke vena cava inferior.
Untuk bagian kelenjar adrenal kiri, biasanya lebih panjang, dan mengalirkan darah ke
vena renalis kiri setelah bersatu dengan vena phrenica inferior.1,2 Pada 5-10% kasus,
terdapat vena aksesoris pada kelenjar adrenal, dimana pada sisi kanan, vena aksesoris
akan mengalir ke vena hepatika kanan atau ke vena renalis kanan, dan untuk vena
aksesoris pada sisi kiri, akan secara langsung mengalirkan darah ke vena renalis kiri.1
Saat perkembangan embrionik, kelenjar adrenal terbagi menjadi dua bagian baik
secara struktural maupun fungsional, yaitu bagian adrenal korteks dan adrenal medulla.
Adrenal korteks merupakan struktur yang berada di bagian perifer, dimana tampak
berwarna kuning karena kandungan tinggi lipid dan membentuk 80-90% dari volume
kelenjar. Adrenal medulla berada di bagian sentral, membentuk 10-20% volume kelenjar
Secara Histologi, bagian korteks adrenal terbagi lagi menjadi tiga zona sesuai
hormon yang disekresikan, yaitu zona glomerulosa, zona fasciculata dan zona reticularis.
Zona Glomerulosa merupakan zona terluar dari korteks adrenal, dan terdiri dari sel-sel
yang tersusun secara rapat, berbentuk kelompok bulat atau kolom melengkung, dan
fasciculata, terbentuk dari sel-sel tersusun dalam kolom-kolom panjang dan lurus,
merupakan zona paling besar pada korteks adrenal, dan tempat hormon glucocorticoids
dihasilkan. Bagian terdalam, yaitu zona reticularis, terbentuk dari sel-sel tersusun
lebih dalam terdapat bagian adrenal medulla yang memproduksi hormon katekolamin,
yaitu epinefrin dan norepinefrin. Sel-sel pada adrenal medulla tersusun teratur seperti tali
dan berbentuk polihedral. Sel-sel tersebut dikenal juga dengan nama sel chromaffin,
1. Brunicardi F C, Anderson D, Dunn DL. Schwartz’s Principles of surgery. 10th ed. New
York: McGraw-Hill Medical Publishing. 2010 -- 1
2. Tortora, GJ, Derrickson, B. Principles of Anatomy & Physiology 13th Edition. United
States of America: John Wiley & Sons, Inc. 2012 -- 2
3. Tanagho EA. General Urology. 18th ed. San Fransisco. McGraw-Hill. 2013 -- 3
c. Zona Retikularis
Zona teradalam dari korteks adrenal yang menghasilkan sejumlah kecil
hormon androgen lemah. Androgen utama yang disekresikan adalah
dehydroepiandosterone (DHEA).
Pada pria, setelah masa pubertas, sebuah androgen yaitu testosterone akan
dilepaskan dalam jumlah besar oleh testis sehingga jumlah androgen yang
disekresikan oleh kelenjar adrenal apda laki-laki terbilang sangat rendah dan tidak
signifikan.
Sementara pada wanita, androgen yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal
memiliki peranan penting untuk meningkatkan libido dan diubah menjadi
estrogen. Saat wanita sudah menopause, sekresi estrogen oleh ovarium akan
berhenti sehingga semua estrogen wanita hanya berasal dari konversi androgen
adrenal. Androgen adrenal juga akan merangsang pertumbuhan rambut ketiak dan
kemaluan pada anak laki-laki dan perempuan, serta berkontribusi pada percepatan
pertumbuhan pra-pubertas. Adrenocorticotropic Hormone (ACTH) adalah
hormon utama yang merangsang sekresi hormon di adrenal.
Bagian dalam dari kelenjar adrenal yang merupakan ganglion simpatis yang
dimodifikasi dari sistem saraf otonom. Sel-sel medula adrenal yang mengeluarkan
hormon disebut dengan sel kromafin. Dua hormon utama yang disintesis di medula
adrenal adalah Epinefrin (Adrenalin) dan Norepinefrin (Noradrenalin). Sel-sel kromafin
akan mengeluarkan hormon-hormon ini dalam jumlah yang tidak seimbang yaitu sekitar
80% epinefrin dan 20% norepinefrin. Hormon pada medula adrenal hanya meningkatkan
respons simpatik di bagian tubuh lain.
Kedua hormon yang dihasilkan di medula adrenal ini sangat penting dalam
meningkatkan respons “fight or flight”. Hormon ini akan meningkatkan meningkatkan
detak jantung dan kekuatan kontraksi sehingga akhirnya akan menignkatkan curah
jantung dan tekanan darah. Selain itu, epinephrine dan norepinefrin juga akan
meningkatkan aliran darah ke jantung, hati, otot rangka, dan jaringan adiposa; melakukan
dilatasi saluran udara ke paru-paru, dan meningkatkan kadar glukosa serta asam lemak di
dalam darah.
2.3. Definisi
6. Tarini Sinha. Tumors: Benign and Malignant. Canc Therapy & Oncol Int J. 2018;
10(3): 555790. DOI:10.19080/CTOIJ.2018.10.555790.
7. Jarolim, L., Breza, J., & Wunderlich, H. Adrenal Tumours. European Urology. 2003;
43(1), I–X. doi:10.1016/s0302-2838(02)00365-2
2.4. Epidemiologi
Patogenesis dari tumor adrenal sama dengan patogenesis tumor lainnya, yaitu
dimana akan terjadinya tiga tahap: inisiasi, promosi, dan progresi. Pada tahap inisiasi,
terjadi aktivasi dari oncogene (gen yang pada sel normal menyebabkan pertumbuhan
yang abnormal/tumor), terhambat atau hilangnya kemampuan tumor supressor genes.
Tahap inisiasi dapat dimulai dengan satu sel, atau dapat melibatkan sekumpulan sel pada
organ target yang disebut sebagai field effect. Tahap promosi hanya terjadi apabila sel
atau jaringan target telah melalui tahap inisiasi, pada tahap ini sel tersebut berproliferasi
dan menghasilkan banyak sel turunan yang memiliki inti sel yang berbeda dari sel yang
normal. Tahap promosi disebabkan oleh promoter, yaitu suatu senyawa yang memiliki
efek proliferasi terhadap sel.
Secara garis besar promoter dibagi menjadi dua kategori, yaitu promoter spesifik
yang bekerja pada reseptor sel atau jaringan target, dan promoter non-spesifik yang
bekerja dengan mengubah pola ekspresi gen terhadap proliferasi tanpa diketahuinya
reseptor spesifik. Tahap progresi adalah tahap di mana tumor yang semula jinak
berkembang menjadi lebih agresif secara bertahap hingga menjadi kanker yang invasif.
Progresi dapat terjadi akibat proses mutasi dan proliferasi yang berulang-ulang,
setidaknya diperlukan empat hingga lima mutasi pada gen agar tumor dapat berprogresi
menjadi tumor ganas, sementara tumor jinak hanya memerlukan lebih sedikit mutasi pada
gen.
Karakteristik biologis tumor ditentukan oleh seberapa banyak perubahan pada
kode genetik pada masing-masing inti sel tumor. tergantung pada pertumbuhan tumor
baik jinak atau ganas di zona tertentu. Tumor pada korteks adrenal dapat menimbulkan
salah satu dari tiga sindrom hipersekresi yang terdiri dari Sindrom Conn, Sindrom
Cushing dan Sindrom Androgenital. Sindrom Conn atau dikenal juga dengan
Hiperaldosteronisme terjadi akibat produksi aldosteron yang berlebihan oleh sel-sel pada
zona glomerulosa. Hal tersebut sering terjadi pada pasien dewasa, dengan prevalensi
cenderung lebih tinggi pada wanita. Pada sekitar 80% kasus, penyebabnya adalah
Adenoma Adrenokortikal dan pada 20% kasus terjadi karena Hiperplasia Bilateral
korteks adrenal. Gejala yang muncul berupa kelemahan otot, sakit kepala, hipertensi
arteri, hipokalemia, alkalosis metabolik dan kadar renin plasma yang rendah.
Sindrom Cushing disebabkan oleh hipersekresi dari kortisol. Beberapa gejala khas
dari sindrom cushing meliputi obesitas, wajah moon-shaped, munculnya striae pada
perut, payudara dan paha, hirsutisme, jerawat, hipertensi, dan osteoporosis. Sekitar 20-
30% dari semua kasus sindrom Cushing disebabkan oleh tumor jinak atau ganas dari
korteks adrenal. Pada anak perempuan pubertas, sindrom Cushing biasanya merupakan
konsekuensi dari bentuk tumor ini.
Sindrom adrenogenital hampir selalu disebabkan oleh tumor di dalam zona
reticularis, yang menghasilkan androgen atau estrogen dalam jumlah berlebihan dan
kadang-kadang juga kortisol. Sekitar 50% kasus terjadi pada anak-anak dan remaja. Pada
usia pra pubertas, sindrom adrenogenital jauh lebih sering terjadi pada wanita daripada
pria. Overproduksi androgen pada wanita menyebabkan virilisasi yang memanifestasikan
dirinya melalui hirsutisme, atrofi payudara, dan oligomenorea. Pada anak laki-laki,
kelebihan produksi androgen menyebabkan pubertas yang lebih cepat, sedangkan pada
pria dewasa sindrom adrenogenital hampir tidak dapat dideteksi.
Produksi estrogen yang berlebihan menyebabkan feminisasi pria dewasa, yang
dapat memanifestasikan dirinya melalui ginekomastia, atrofi testis dan penurunan libido.
Pada anak perempuan prapubertas, akibat kelebihan produksi estrogen oleh tumor
kelenjar adrenal adalah pubertas dini. Gejala subjektif pertama dari karsinoma
adrenokortikal adalah nyeri tumpul yang persisten yang disebabkan oleh tekanan tumor
pada organ yang berada di sebelahnya atau oleh infiltrasi ke dalam berkas saraf. Nyeri
perut hebat dapat muncul jika terjadi perdarahan akut ke dalam tumor atau terjadinya
ruptur karsinoma adrenokortikal.
Sel-sel medula adrenal menghasilkan katekolamin, yang utama adalah adrenalin
dan noradrenalin, yang mempengaruhi pengaturan berbagai fungsi fisiologis dan
metabolisme. Penyakit medula adrenal yang paling signifikan adalah pheochromocytoma.
Dalam 80-90% kasus, pheochromocytoma terjadi karena tumor soliter. Tanda
patognomonik dari pheochromocytoma adalah hipertensi paroksismal yang muncul pada
sekitar 50% pasien.
Efek biologis katekolamin bisa berupa stimulasi reseptor alfa-adrenergik yang
menyebabkan peningkatan tekanan darah, peningkatan kontraktilitas jantung,
glikogenolisis, glukoneogenesis, dan relaksasi usus ataupun stimulasi reseptor beta-
adrenergik yang menghasilkan peningkatan denyut jantung dan kontraktilitas. Tingkat
katekolamin relatif juga berbeda pada pheochromocytomas. Kebanyakan
pheochromocytomas mensekresi norepinefrin secara dominan, sedangkan sekresi dari
medula adrenal normal kira-kira 85% epinefrin.
● Jarolim, L., Breza, J., & Wunderlich, H. Adrenal Tumours. European Urology. 2003;
43(1), I–X. doi:10.1016/s0302-2838(02)00365-2
2.7. Klasifikasi
WHO 2017 membagi klasifikasi tumor adrenal secara garis besar menjadi
tumor korteks adrenal dan tumor medula adrenal. Pada pembagian tumor korteks
adrenal, terdiri dari adrenalcortical carcinoma, adrenal cortical adenoma, sex
cord stromal tumor, dan adenomatoid tumor. Untuk klasifikasi tumor medula
adrenal terdiri atas pheochromocytoma, neuroblastoma, dan ganglioneuroma.
Tabel__ Klasifikasi Tumor Adrenal berdarsarkan WHO 2017.
ACA dapat menimbulkan gejala endokrin murni atau campuran. Yang paling
sering ditemukan adalah hiperaldosteronisme (Conn’s Syndrome) dimana
bermanifestasi sebagai hipertensi, kelemahan otot proksimal, sakit kepala,
poliuria, takikardia, hipokalemi dan hipokalsemia karena akibat peningkatan
retensi air dan natrium pada tubulus distal nefron. Feminisasi, karena peningkatan
dari androgen dan proses aromatisasi sehingga ada peningkatan estrogen dengan
tanda ginekomastia. Selain itu ada hiperkotikolism atau sindrom Cushing yang
memiliki gejala dan tanda obesitas, moon facies, striae, kulit tipis yang mudah
memar, hirsutism, telangiectasia dan hiperhidrosis. Virilisasi dapat ditemukan,
pada wanita ada peningkatan massa otot (Herculean habitus), klitoromegali dan
pada laki – laki ada pembesaran penis.
2.7.4 Neuroblastoma
Neuroblastoma tersusun atas sel neuroblast yang bersifat imatur, dan menjadi
tumor ekstra-adrenal yang paling sering terjadi pada anak-anak. Lebih sering
terjadi pada laki-laki, presentasi gejala muncul pada umur 23 bulan dengan
puncak insidensi pada usia 0-4 tahun. Neuroblastoma merupakan keganasan yang
berasal dari sel-sel neural crest yang menimbulkan medula adrenal dan ganglia
simpatis
2.7.6 Ganglioneuroma
Ganglioneuroma merupakan neoplasma jinak matur yang berasal dari sel neural
crest dari simpatetik ganglia ataupun medulla adrenal. Ganglioneuroma termasuk
salah satu jenis tumor yang paling ter diferensiasi. Sering terjadi pada anak-anak
diatas 7 tahun. Kasus adrenal ganglioneuroma cenderung terjadi pada orang
muda, 20% kasus terjadi pada dekade ke 4 dan 5 dan sekitar 50% terjadi pada usia
10-29 tahun. Tumor ini diasosiasikan dengan predisposisi familial Turner
Syndrome.
Manifestasi klinis yang dialami oleh pasien dengan tumor adrenal bergantung pada jenis dari
tumor.
2.8.2 Pheochromocytoma
Pasien dengan tumor jenis ini pada umumnya terdiagnosis setelah adanya
investigasi terhadap hipertensi yang bersifat persisten. Triad dari gejala yang dialami
pasien dengan pheochromocytoma adalah sakit kepala, palpitasi dan diaforesis. Gejala
yang dapat ditimbulkan pada kasus jinak atau ganas adalah sebagai berikut; 46
● Kulit: berkeringat, kemerahan, atau memucat
● Kardiovaskular: hipertensi, takikardi, perubahan ritme yang paroksismal, nyeri
dada, hipotensi postural
● Sistem saraf pusat: sakit kepala, tremor, mudah marah, perubahaan mood,
psikosis dan anoreksia
● Metabolik: penurunan berat badan, peningkatan metabolic rate, dan glikosuria
2.8.3 Neuroblastoma
Tumor jenis ini juga berasal dari sel krista saraf, namun sifat sel nya yang lebih
imatur dan tidak terdiferensiasi dengan baik membuat tumor jenis ini cenderung lebih
ganas dibanding ganglioneuroma. Gejala yang ditimbulkan bervariasi. Gejala berupa
massa abdomen merupakan tanda yang paling sering muncul. Massa bersifat tidak nyeri
namun dapat disertai nyeri abdomen yang bersifat ringan. Gejala lain yang dapat terjadi
berupa demam, kelelahan, penurunan berat badan dan anemia. Apabila sudah
bermetastase, akan menimbulkan gejala lain tergantung dari organ yang terkena dampak
dari tumor.46,52
2.8.4 Ganglioneuroma
Gejala yang ditimbulkan bersifat tidak spesifik, pada umumnya tidak terdeteksi
dari kadar hormon dan gejala bergantung terhadap lokasi dan ukuran. Sekitar 30% pasien
memiliki peningkatan katekolamin plasma dan urin namun sangat jarang yang memiliki
gejala peningkatan vasoaktif amino.51
2.9. Diagnosis
Pasien dengan massa adrenal memerlukan anamnesis dan pemeriksaan fisik lengkap,
pemeriksaan hormonal, serta pemeriksaan imaging untuk evaluasi massa. Umumnya pasien
terdiagnosis dengan massa adrenal memiliki keluhan extra-adrenal sebelumnya, seperti nyeri
abdomen yang tidak spesifik, nyeri lumbar, nefropati, atau gangguan liver/bilier. Keluhan karena
produksi hormon berlebih juga seringkali menjadi keluhan pada pasien dengan massa adrenal,
seperti hipertensi, obesitas generalized, dan toleransi glukosa abnormal, serta beberapa temuan
seperti hirsutism, striae, dan ginekomastia.1,2
2.9.1. Tumor Cortex Adrenal
2.9.1.1 Anamnesis
2.9.1.1.1 Adrenocortical adenoma
Pada adenoma yang bersifat tidak fungsional atau pada massa yang memproduksi
hormon dengan jumlah kecil, pada umumnya bersifat asimtomatik. Pada massa jinak yang
bersifat produktif akan terdapat gejala Cushing's Syndrome. 76
Gambar 2. 14 CT Non-contrast Adrenocortical Carcinoma Kiri (Terdapat Batas Iregular dan Massa
Satelit Kecil dibagian Medial) 72
Karsinoma umumnya memiliki diameter > 5 cm dan seringkali bersifat invasif
secara lokal atau terdapat metastasis ke hati atau paru-paru. Umumnya adrenal
kontralateral akan tertekan sehingga akan terlihat atrofi atau berukuran normal.
Karakteristik yang tampak pada CT scan adalah massa besar, heterogen dengan atenuasi
dibagian central yang rendah karena adanya nekrosis tumor, ukuran yang iregular,
kalsifikasi, unilateral, washout yang lambat (<50% dalam 10 menit), dan adanya tanda
invasi lokal.53,54
2.9.2.1 Anamnesis
Diagnosis adanya hiperaldosteronism primer pada umunya didapatkan pada dekade
ketiga hingga keenam pada kehidupan pada saat dilakukan evaluasi hipertensi. Pasien dapat
mengalami gejala sakit kepala, polidipsi, palpitasi, poliuria, nokturia dan kelemahan otot karena
adanya hipokalemia. Selain itu pasien juga dapat mengalami kebas dan kesemutan pada bagian
ekstremitas.62,72
2.9.3.1 Anamnesis
Trias dari gejala yang dialami pasien dengan pheochromocytoma adalah sakit kepala,
palpitasi dan diaforesis. Pasien akan mengeluhkan adanya sakit kepala yang sesuai dengan tingkat
keparahan tekanan darah tinggi. Terdapat peningkatan kadar berkeringat tanpa ada penyebab
seperti aktivitas fisik dan lingkungan yang panas, flushing, berdebar-debar, kelemahan,
penurunan berat badan, penurunan mortalitas pencernaan, ansietas, dan ketidakstabilan psikis. 62
2.9.3.3.3 Imaging
Pheochromocytoma bersifat intra abdomen pada 98%, dan 90% merupakan intra-adrenal.
Pheochromocytoma yang berada di ekstra abdomen berasal dari mediastinum posterior, jantung
atau perikardium dan di leher. Sedangkan pheochromocytoma extra adrenal berada di
symphatetic chain, area periaorta, dan bifurkasio aorta.
Pasien dengan kadar katekolamin urin yang meningkat 2 kali lipat harus melakukan CT
scan. Jika pada CT scan terdapat tumor unilateral dan adrenal kontralateral normal, makan
diagnosis dapat ditegakkan. Pasien dengan sindroma keturunan dan pasien dengan kecurigaan
keganasan harus melakukan MIBG. Apabila hasil CT menunjukan keadaan normal, maka
dilakukan MRI atau MIBG untuk abdomen dan dada untuk melokalisir tumor. 62
2.9.3.3.3.1 Computed Tomography (CT)
Hasil pemeriksaan CT pada pasien dengan pheochromocytoma adalah vaskular
tinggi, HU >20 (unenhanced attenuation yang meningkat), washout yang lambat (<50%
dalam 10 menit), perubahan kista, perdarahan, dan ukuran yang bervariasi dengan
kemungkinan massa bilateral62
2.9.3.3.3.2 Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Ketepatan pemeriksaan menggunakan MRI sama baiknya dengan pemeriksaan
menggunakan CT, namun memiliki biaya yang lebih mahal. Hasil MRI pada pasien
dengan pheochromocytoma adalah intensitas tinggi pada T2.62
2.9.5 Neuroblastoma
Sekitar 65-70% pasien neuroblastoma karena tumor abdomen merupakan tumor pada
bagian medulla adrenal. Neuroblastoma adrenal lebih umum terjadi pada adrenal kanan dengan
persentase kasus yaitu 49%, adrenal kiri lebih jarang terjadi dengan persentase 24%, sedangkan
neuroblastoma pada kedua adrenal hanya terjadi pada 2% kasus. Pada anamnesis, pasien dapat
datang tanpa gejala, namun pasien dapat mengeluhkan rasa penuh pada perut, demam, penurunan
berat badan, anoreksia, failure to thrive, kelemahan, mudah marah dan nyeri tulang. Pada
pemeriksaan fisik akan ditemukan massa abdomen berbentuk ireguler yang melewati batas
midline, padat, dan tidak nyeri.77
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan sampel urin untuk
mengukur kadar katekolamin. Sebanyak 90% dari seluruh kasus neuroblastoma, terdapat
peningkatan homovanillic acid (HVA) atau vanillylmandelic acid (VMA) pada urin. Selain itu,
pemeriksaan pencitraan juga dapat dilakukan. Pada prenatal neuroblastoma, tumor akan terdeteksi
pada pemeriksaan USG pada usia 19 minggu kehamilan. Pada anak yang datang dengan massa
abdomen, hasil USG akan menunjukan adanya massa padat heterogen dengan kalsifikasi, jika
letak neuroblastoma ada di kelenjar adrenal, akan ada perubahan posisi dari ginjal terdekat. Pada
pemeriksaan CT scan dan MRI, keduanya menunjukkan adanya massa padat heterogen yang
melewati midline. Pada pemeriksaan histologi setelah melakukan biopsi insisi pada lokasi tumor,
neuroblastoma masuk kepada kategori sel tumor ganas yang berbentuk bulat kecil.
Neuroblastoma kadang disebut sebagai “biru” karena memiliki nukleus besar yang hiperkromatik
dengan sitoplasma yang tipis. Pemeriksaan MIBG menggunakan iodine 123 dan 131 sebagai
analog norepinefrin juga dapat dilakukan.78
2.9.6 Ganglioneuroma
Pasien pada umumnya tidak mengeluhkan adanya gejala, walaupun 30% pasien dengan
ganglioneuroma memiliki peningkatan kadar katekolamin pada urin dan plasma, pada umumnya
tetap tidak menimbulkan gejala. Ganglioneuroma terdapat pada 0.3-2% dari seluruh kasus kasus
AI. Pada pemeriksaan USG, ganglioneuroma berbentuk lesi dengan batas jelas, homogen, dan
hypo-echogenic. Pada pemeriksaan CT scan, ganglioneuroma ditemukan sebagai massa dengan
batas jelas, berbentuk lobural, dan padat. Seringkali, massa membungkus pembuluh darah namun
tidak menekan atau menyebabkan adanya oklusi. Pada pemeriksaan MRI, gambar T1
menunjukan sinyal rendah/menengah secara homogen, sedangkan gambar T2 menunjukan sinyal
menengah/tinggi secara heterogen. Pada pemeriksaan histologi, ganglioneuroma memiliki 2 jenis
karakteristik yaitu tipe “mature” dan tipe “maturing”. Tipe mature menunjukan adanya sel
schwann, sel ganglion, dan sel perineural dewasa di dalam fibrosa stroma tanpa neuroblast dan
mitosis. Sedangkan tipe maturing menunjukkan adanya populasi sel yang sama namun memiliki
derajat kematangan sel yang beragam. 79
2.10. Tatalaksana
Adrenalektomi dilakukan melalui insisi garis tengah (midline) atas atau subkostal,
tergantung pada preferensi ahli bedah. Insisi garis tengah atau subkostal diperpanjang lebih
disukai untuk reseksi adrenal bilateral, diseksi dan eksplorasi retroperitoneal dan ketika prosedur
yang tidak terkait adrenal harus dilakukan pada saat yang sama.
Untuk pendekatan secara anterior, kelenjar adrenal dapat dicapai melalui insisi garis
tengah (midline) atau insisi subkostal bilateral. Insisi midline memungkinkan paparan
infraumbilikal yang memadai untuk pemeriksaan tumor ekstra-adrenal, sedangkan insisi
subkostal bilateral memberikan eksposur superior dan lateral yang lebih baik.
Untuk sisi kanan, fleksura hepatika dari kolon dimobilisasi ke inferior dan triangular
ligament diinsisi untuk menarik hepar ke medial dan superior. Manuver Kocher dilakukan
digunakan untuk memobilisasi duodenum ke anterior dan mengekspos lemak retroperitoneal dan
vena cava inferior (IVC) Fasia Gerota diinsisi dan kelenjar dibebaskan dari jaringan fibro-fatty di
sekitarnya dan dari ginjal di bagian inferior. Permukaan lateral dan superior biasanya
dimobilisasi terlebih dahulu. Kemudian, vena adrenal kanan yang pendek dibedah, diikat, dan
dibagi, dengan hati-hati agar tidak melukai vena hepatik dan IVC.
Di sisi kiri, adrenal terletak cephalad ke ekor pankreas dan lateral dari aorta. Untuk
tumor besar, adrenal paling baik didekati dengan rotasi viseral secara medial untuk memobilisasi
limpa, kolon, dan pankreas ke arah garis tengah. Pendekatan alternatif adalah memasuki kantung
yang lebih rendah dengan membagi ligamen gastrokolik. Pankreas dimobilisasi ke superior
dengan insisi perlekatan peritoneum inferiornya, sehingga memperlihatkan ginjal kiri dan
adrenal. Kelenjar tersebut kemudian dimobilisasi seperti pada sisi kanan.
Untuk adrenalektomi unilateral, pasien diposisikan terlentang dengan panggul ipsilateral
ditinggikan dengan bantalan lembut yang memungkinkan eksposur yang memadai dan
fleksibilitas operasi jika ada kebutuhan untuk lebih banyak eksposur atau perluasan ruang
lingkup operasi. Untuk adrenalektomi bilateral, panggul tidak ditinggikan. Selain itu, operasi
terbuka memungkinkan reseksi struktur yang berdekatan bila diperlukan seperti reseksi IVC.
Adrenalektomi transabdominal terbuka dapat dilakukan melalui pendekatan anterior atau
thoracoabdominal. Adrenalektomi transabdominal terbuka biasanya dilakukan dalam keadaan
klinis berikut untuk menghindari ruptur dan tumpahan tumor ganas atau besar:
● Keganasan adrenal primer dalam berbagai ukuran (misalnya, karsinoma kortikal adrenal,
pheochromocytoma ganas)
● Massa adrenal menyerang struktur sekitarnya (misalnya, hati, ginjal, vena cava inferior)
● Massa adrenal yang mencurigakan tetapi tidak dikonfirmasi sebagai keganasan adrenal
primer (misalnya, > 6 cm, tepi tidak teratur, perdarahan atau nekrosis sentral,
hipervaskular)
● Massa adrenal jinak bilateral tidak dapat diakses dengan pendekatan laparoskopi
● Prosedur ekstensif perut bagian atas atau retroperitoneal sebelumnya yang menghalangi
pendekatan minimally-invasive surgery (MIS)
● Prosedur yang dilakukan secara bersamaan (misalnya, reseksi hati) tidak dapat dilakukan
dengan pendekatan laparoskopi.
Pendekatan secara posterior melibatkan pasien ditempatkan secara tengkurap di meja
operasi yang diketahui mirip dengan pendekatan laparoskopi. Insisi hockey stick atau curvilinear
dapat digunakan dan dilanjutkan hingga melalui latisimus dorsi dan fasia sakrospinosa. Tulang
costae kedua belas umumnya dipotong pada dasarnya, dan costae kesebelas ditarik ke superior
untuk mengungkapkan pleura dan ligamen arkuata lateral hati di sisi kanan. Pleura juga
dimobilisasi ke arah cephalad dan adrenal dan ginjal diidentifikasi. Aspek superior kelenjar
dibedah terlebih dahulu dan pembuluh darah superior diidentifikasi dan diikat dengan tujuan
mencegah retraksi superior kelenjar adrenal. Sisa kelenjar kemudian dibedah dan kelenjar
adrenal serta tumor diangkat. Ruang yang dihasilkan umumnya diisi dengan lemak perinefrik
dan ditutup berlapis-lapis. Pemeriksaan x-ray toraks diperoleh pasca operasi untuk
menyingkirkan kemungkinan terjadinya pneumotoraks.
Untuk pendekatan lateral, pasien ditempatkan dalam posisi lateral dengan meja tertekuk,
dan insisi dibuat antara ruang interkostal kesebelas dan kedua belas atau secara subkostal.
Pembedahan kemudian dilakukan dengan langkah-langkah yang sama dengan pendekatan
anterior.
Penempatan drain rutin setelah operasi adrenal jarang diperlukan namun, drainase dapat
membantu jika ada kekhawatiran mengenai kebocoran limfatik retroperitoneal, pankreas, atau
urin. Jika kelenjar adrenal sangat besar, diseksi luas, atau jika ada struktur yang terus-menerus
mengalir, dapat ditempatkan closed-suction drain untuk mencegah pengumpulan cairan. Drain
dapat dilepas dengan aman ketika keluaran dari drain bersifat serous dan volumenya berkurang.
Berdasarkan jenis tumor spesifik dan/atau luasnya penyakit, manajemen dan tantangan teknis
dapat dihadapi selama reseksi, diantara lain:
2.10.4. Komplikasi
Pasien dengan sindrom Cushing lebih rentan terhadap infeksi (abses insisional dan intra-
abdominal) dan komplikasi trombotik. Penciptaan pneumoperitoneum dapat mengakibatkan
cedera pada berbagai organ dari jarum Veress dan dari memasukkan trocar, emfisema subkutan,
pneumotoraks, dan perburukan hemodinamik. Retraksi dan diseksi yang berlebihan dapat
menyebabkan perdarahan akibat cedera pada IVC dan pembuluh darah ginjal atau dari cedera
pada organ di sekitarnya seperti hati, pankreas, limpa, dan lambung. Ketidakstabilan
hemodinamik pascaoperasi dapat terlihat pada pasien dengan pheochromocytoma dan pasien
berisiko mengalami insufisiensi adrenal setelah adrenalektomi bilateral dan terkadang setelah
adrenalektomi unilateral (sindrom Cushing yang tidak diketahui atau, sangat jarang, sindrom
Conn). Morbiditas jangka panjang terutama disebabkan oleh cedera pada nerve root (radiks)
selama insersi trokar, yang dapat menyebabkan sindrom nyeri kronis atau kelemahan otot,
khususnya dalam kasus pembedahan terbuka.
2.11. Komplikasi
Komplikasi dari tumor adrenal sangat bergantung pada jenis tumor yang diderita pasien.
Komplikasi paling sering terjadi karena produksi hormon berlebih yang terjadi pada 40-60%
pasien Karsinoma Adrenokortikal. Kondisi ini disebut hiperkortisolisme yang memunculkan
gejala-gejala klasik seperti diabetes melitus, kelelahan, hipertensi, obesitas sentral, kelemahan
otot, dan osteoporosis.1
Pada tumor adrenal berjenis pheochromocytoma, sebuah studi menunjukkan bahwa pasien
memiliki resiko tinggi untuk menderita gagal jantung kongestif, penyakit paru kronik, dan
hipertensi maligna. Hipertensi diderita oleh >60% pasien, dimana trias sakit kepala, palpitasi,
dan diaphoresis hanya dialami oleh 4% pasien.2
Komplikasi lain yang sangat mungkin terjadi adalah metastasis tumor, pada kasus Karsinoma
Adrenokortikal, >50% pasien biasanya sudah muncul dengan metastasis ke liver (48-85%),
paru-paru (30-60%), kelenjar limfe (7-20%), dan tulang (7-13%).1
Komplikasi lain yang patut dicurigai antara lain adalah komplikasi post-reseksi tumor, sebuah
studi menunjukkan bahwa komplikasi pasca-operasi yang paling sering terjadi adalah
Insufisiensi adrenal (20.8%), gangguan paru (10.6%), ganggian kardiovaskular (7.2%), Infeksi
(6.4%), gangguan urogenital (5.3%), dan gangguan gastrointestinal (4.5%).4
2.12. Prognosis
Sama seperti komplikasi, prognosis pada pasien tumor adenal juga sangat bergantung pada jenis
tumornya. Ada beberapa faktor yang dapat menentukan prognosis dari tumor adrenal, diantara adalah
stage tumor, indeks mitotik/Ki67, dan status reseksi tumor.4
Adenoma Adrenokortikal memiliki prognosis yang baik dengan survival 7 tahun 100%. 5 Adrenocortical
adenoma memiliki risiko kecil untuk menjadi ACC. Komplikasi umumnya berupa hiperaldosteronisme
yang disebabkan oleh tumor yang aktif memproduksi hormon. Tumor non aktif memiliki risiko 17%,
29%, dan 47% untuk menjadi aktif dalam 1, 2, dan 5 tahun.6,7
Pada varian pheochromocytoma, pengobatan yang cepat dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas
pasien secara signifikan.3 Reseksi tumor dapat memperbaiki kondisi kardiomiopati pasien hingga 96%.
Namun, bila tidak dilakukan reseksi, pasien memiliki resiko kematian atau harus melakukan transplantasi
jantung hingga 44%. Penelitian yang sama juga menyatakan bahwa pasien pheochromocytoma dengan
metastasis memiliki peluang bertahan hidup selama 5 tahun kedepan hinga 63%. 2
Pasien dengan Karsinoma Adrenokortikal memiliki resiko rekurensi tumor secara lokal sebesar 19-34%
setelah reseksi tumor total.1 European Network Staging Study for Adrenal Tumors (ENSAT) telah
membuat sistem klasifikasi untuk menentukan peluang hidup pasien dalam 5 tahun kedepan, yaitu 66-
82% untuk pasien kategori I, 58-64% untuk pasien kategori II, 24-50% untuk pasien kategori III, dan 0-
17% untuk pasien kategori IV.1 Selain itu, tindakan reseksi tumor meningkatkan keberlangsungan hidup
pasien, yaitu 76.1 bulan untuk pasien yang direseksi dibandingkan dengan 10.1 bulan bagi pasien yang
tidak melakukan reseksi tumor.2
Selain itu, prognosis dari tumor adrenal juga berhubungan erat dengan komplikasi post-operatif.
Kehadiran komplikasi pasca-operasi ini meningkatkan resiko jangka-panjang yang buruk, dimana infeksi
pasca-operasi menjadi prediktor utama yang menurunkan peluang kesembuhan total. 4
Sedangkan Neuroblastoma memiliki prognosis yang bervariasi. Secara umum, pasien
dengan neuroblastoma terlokalisir dan anak berusia < 1 tahun memiliki prognosis yang baik
dengan angka disease-free survival yang tinggi.8 Neuroblastoma stage 1 memiliki angka disease-
free survival 93% dan overall survival 99%. Neuroblastoma stage 2 memiliki angka disease-free
survival 81% dan overall survival 98%.66 Sebaliknya, neuroblastoma pada anak-anak yang lebih
tua dengan stadium lanjut memiliki prognosis yang lebih buruk dengan kemungkinan sembuh
dan survival rate yang lebih kecil.8 Neuroblastoma stage 3 & 4 memiliki angka disease-free
survival 19-30% dan overall survival 56%.9
KESIMPULAN
Tumor adrenal adalah tumor pada kelenjar adrenal (suprarenal) yang letaknya tepat
berada di atas ginjal. Tumor adrenal dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu functioning yang
berarti tumor adrenal memproduksi hormon yang meningkatkan risiko untuk penyakit dan non-
functioning yang berarti tumor adrenal tidak memproduksi hormon. Terdapat juga klasifikasi
tumor adrenal berdasarkan lokasi tumor, yaitu tumor pada adrenal korteks dan tumor dari adrenal
medula serta ekstra-adrenal paraganglia.
Pada tumor adrenal korteks, prevalensi ACC dan ACA lebih tinggi dibanding lainnya,
dimana ACC harus dipikirkan ketika dicurigai tumor adrenal lebih dari 6 cm. Untuk menilai
stratifikasi rasio dan membuktikan suatu kasus adalah ACC, dapat digunakan Skor Weiss. Selain
ACC, ACA juga termasuk dalam klasifikasi tumor adrenal korteks, yang sering terjadi pada
wanita dan pada dekade kelima hingga ketujuh dari kehidupan. Pada ACA akan sering
ditemukan sindrom Conn’s atau hiperaldosteronisme primer, sindrom Cushing atau
hiperkortisolisme, virilisme pada wanita dan feminisme pada pria.
Pada tumor adrenal medula dan ekstra-adrenal, prevalensi pheochromocytoma,
neuroblastoma dan ganglioneuroma lebih tinggi dibanding lainnya. Pheochromocytoma adalah
tumor sel penghasil katekolamin dari medula adrenal dan lebih sering terjadi pada adrenal
dibandingkan pada ekstra-adrenal. Pheochromocytoma memiliki gejala trias yang terdiri dari
sakit kepala yang bersifat episodik, diaforesis dan takikardia. Neuroblastoma merupakan
keganasan yang berasal dari sel – sel neural crest yang menimbulkan medulla adrenal dan
ganglia simpatis. Neuroblastoma adalah tumor ekstrakranial padat yang paling umum pada masa
kanak – kanak dan bermanifestasi sebagai massa pada abdomen disertai gejala sistemik.
Ganglioneuroma adalah neoplasma neuroektodermal jinak yang terdiri dari sel ganglion dan
schwann. Ganglioneuroma sangat jarang dan memiliki gejala yang tidak spesifik, namun
diagnosis tetap harus dipertimbangkan selama evaluasi ketika ketemu massa adrenal.
Terdapat juga adrenal incidentaloma yaitu massa adrenal yang sering ditemukan
secara kebetulan setelah prosedur pencitraan yang dilakukan yang tidak berhubungan dengan
kelenjar adrenal dan tidak menunjukkan tanda dari kelebihan hormon.
Walaupun tumor adrenal merupakan kasus yang jarang, tumor sering ditemukan pada
dekade pertama kehidupan dan pada decade keempat hingga kelima. Hingga saat ini, belum ada
yang menjelaskan secara pasti penyebab terbentuknya tumor, namun terdapat beberapa bukti
yang menunjukkan bahwa ada sekumpulan faktor risiko yang tidak dapat diubah dan dapat
memengaruhi secara tidak langsung yaitu seperti usia dan mutasi genetik. Beberapa kondisi
genetik yang berhubungan dengan meningkatnya risiko tumor adrenal adalah MEN2, LFS, VHL,
NF1, BWS dan Carney complex. Proses pembentukan tumor adrenal sama dengan patogenesis
tumor pada jaringan lain dalam tubuh pada umumnya.
Diagnosis massa adrenal ditentukan dengan status fungsional yang akan dinilai
berdasarkan riwayat medis dan pemeriksaan fisik termasuk gejala sesuai dengan lokasi tumor
dan pemeriksaan hormon (kortisol, aldosterone, katekolamin, DHEA, dll) dan potensi keganasan
yang dapat ditentukan berdasarkan pemeriksaan fenotipe pada pencitraan dan ukuran massa.
Pada pemeriksaan fisik perlu diperhatikan tekanan darah dan denyut jantung pasien. Massa
adrenal dapat dilihat dengan pencitraan berupa CT scan, MRI, FNAB, Adrenal Scintigraphy,
PET maupun angiografi. Staging pada tumor adrenal menggunakan sistem staging McFarlane-
Sullivan berdasarkan hasil CT scan dan MRI.
Tatalaksana tumor adrenal bergantung pada ukuran dan lokasi tumor untuk menentukan
pemilihan terapi yang sesuai. Dapat dipilih dari terapi radiasi, terapi konservatif dengan skrining,
adrenalektomi dengan atau tanpa terapi adjuvan.