Anda di halaman 1dari 2

Assalamu alaikum wr wb, Salam sejahtera bagi kita semua, Shalom, Om Swastyastu, Namo Buddhaya,

dan Salam Kebajikan

Sampurasun,

Puji syukur atas kehadiran Allah Swt, karena atas rahmat dan hidayah nya kita telah diberi kesempatan
dan kesehatan untuk bisa hadir pada hari yang cerah ini.

Pertama-tama, saya hendak berterima kasih terlebih dahulu kepada ibu Hamsiah selaku guru Bahasa
Indonesia saya, juga kawan-kawan, para hadirin sekalian atas kesempatan yang telah diberikan kepada
saya.

Sebelumnya saya izin untuk hadirin menyikapi pidato saya dengan bijaksana, kenapa? Karena tema yang
saya angkat, bersifat agak sensitif untuk sebagian orang. Saya Yasmin Dwi Anatasya Purwanto dari XI
MIPA-1, dan pidato saya berjudul Rasisme.

Hadirin-hadirin sekalian,

Kalian pasti sudah tidak asing dengan permasalahan ras disekitar kita, sebut saja sikap rasis orang
berkulit terang atau kaukasian terhadap kaum berkulit gelap atau negro, tentu saja masalah ini sudah
tidak asing karena kita telah mendengar tentang masalah ini dimanapun, dan masalah ini sendiri telah
terjadi sejak ratusan tahun lalu, sehingga gerakan sosial ‘Black Lives Matter’ dimulai pada 2013 sampai
saat ini.

Lalu ada juga permasalahan dimana orang barat mengaitkan kita orang asia sebagai orang-orang dengan
ciri-ciri berkulit kuning langsat, bermata sipit, berhidung pesek, cenderung pendek, berambut tipis dan
lurus. Namun, apakah benar semua orang beretnis asia seperti itu? Silahkan hadirin putuskan masing-
masing. Tapi tentu, ini adalah tindakan rasisme yang tidak kunjung padam.

Lalu, apakah rasisme itu? Menurut Wikipedia, Rasisme adalah suatu sistem kepercayaan atau doktrin
yang menyatakan bahwa perbedaan biologis ras manusia menentukan pencapaian budaya atau individu
– bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur ras yang lainnya.

Tentu, rasisme tidak terjadi begitu saja, pada tahun 1954, seorang psikologis Amerika, Gordon Allport,
menyebutkan dalam bukunya yang berjudul 'The Nature of Prejudice', bahwa orang-orang
menggunakan kategori-kategori untuk lebih memahami dunia, dan sikap rasis adalah hal tidak disengaja
yang terjadi pada prosesnya.
Sedangkan, Psikologis Sosial Universitas Yale, Jennifer Richeson mengatakan bahwa "orang-orang
belajar untuk menjadi apapun yang masyarakat dan tradisi ajarkan pada mereka. Kita sering berasumsi
bahwa orang tua yang aktif mengajarkan anaknya menjadi rasis, baru anaknya menjadi rasis. Padahal,
tidak perlu orang tua yang seperti itu, mereka akan mengikuti arus dengan sendirinya."

Rasisme tidak terlepas dari dua aspek yaitu diskriminasi ras dan prasangka ras (prejudice). Istilah
diskriminasi ras mencakup segala bentuk perilaku pembedaan berdasakan ras. Sedangkan aspek kedua
dari rasisme adalah prasangka ras. Prasangka atau prejudice merupakan akar dari segala bentuk rasisme.
Prasangka adalah pandangan yang buruk terhadap individu atau kelompok manusia lain dengan hanya
merujuk kepada ciri-ciri tertentu seperti ras, agama, pekerjaan atau kelas.

Tentu kita mengetahui bahwa rasisme adalah tindakan yang tidak baik, bagaimana tidak, sudah banyak
orang yang menjadi korban tindakan tidak terpuji ini, sebut saja tuduhan tidak berdasar, penyerangan,
hingga bunuh diri sebagai bentuk akhir dari depresi korban rasisme. Demikian, apakah hadirin ingin
secara tidak sengaja menjadi pelaku tindakan ini? Tentu tidak. Tentu saja bersama pidato ini saya
menyiapkan cara menghindari sikap rasisme, yaitu sebagai berikut.

- Melihat segala hal dari sudut pandang orang lain.

- Menyadari bahwa setiap orang berbeda.

- Jika terlanjur memiliki stereotip, ubahlah sedikit demi sedikit. Atau, cobalah merespon orang lain
dengan cara yang lebih baik.

Baik, saya pikir cukup dari saya, apabila ada salah kata atau salah paham, mohon dimaafkan dan
dimaklumi, terima kasih atas waktu dan perhatiannya, wabillahi taufik wal hidayah, wassalau alaikum
warahmatullahi wabarakatuh, salam lintas agama.

Anda mungkin juga menyukai