A. Fungsi Produksi
Teori produksi merupakan teori pemilihan atas berbagai alternatif, terutama
menyangkut keputusan yang diambil oleh seorang produsen dalam menentukan pilihan
atas alternatif-alternatif yang ada. Produsen berusaha dalam memaksimalkan produksi
yang dapat dicapainya dengan suatu kendala biaya tertentu agar dapat dihasilkan
keuntungan yang maksimal.
Faktor produksi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan produk yang dihasilkan.
Produk sebagai output (keluaran) dari proses produksi sangat tergantung dari faktor
produksi sebagai input (masukan) dalam proses produksi tersebut.
Untuk memproduksi suatu barang atau jasa, perusahaan memerlukan sumber atau
faktor produksi. Hal ini berarti nilai produk yang dihasilkan tersebut tergantung dari nilai
faktor produksi yang dikorbankan dalam proses produksinya. Keterkaitan antara nilai
produk (output) dengan nilai faktor produksi (input) dalam proses produksi itu disebut
fungsi produksi.
Secara metematik hubungan antara faktor produksi dan produk itu dapat dituliskan
sebagai berikut:
Q = f ( K, L, R, T )
Q = output
K = modal
L = tenaga kerja
R = kekayaan alam
T = Teknologi
Fungsi produksi yang disusun dalam persamaan matematik di atas mengandung arti
bahwa barang/jasa yang dihasilkan (Q) merupakan akibat dari masukan (K, L , R , T) yang
diproses.
Asumsi dasar untuk menjelaskan fungsi produksi ini adalah berlakunya “The Law
Diminishing Returns” yang menyatakan bahwa Apabila suatu input ditambahkan dan
input - input lain tetap, maka tambahan output dari setiap tambahan satu unit input
yang ditambahkan mula-mula menaik, tapi pada suatu tingkat tertentu akan menurun
jika input tersebut terus ditambahkan.
B. Fungsi Biaya
Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk
memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan
untuk menciptakan barang – barang yang diproduksikan oleh perusahaan tersebut.
Biaya produksi merupakan faktor utama dalam menentukan jumlah barang atau jasa
yang akan dijual di pasar. Untuk mengetahui penawaran dan jumlah barang yang
ditawarkan harus mengetahui biaya-biaya yang dikeluarkan, yang berasal dari prinsip
produksi.
Para ekonomi mendefinisikan biaya produksi untuk suatu output tertentu sebagai nilai
yang harus dikorbankan dari alternatif produksi yang menggunakan input dimana input
tersebut digunakan untuk memproduksi output tertentu. Prinsip ini dikenal dengan
nama “opportunity cost principle”.
Jenis-Jenis Biaya
1. Berdasarkan fungsinya
a. Biaya langsung yaitu biaya yang langsung masuk dalam proses produksi suatu
barang, bahan baku, tenaga kerja dll.
b. Biaya tidak langsung Yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mendukung proses
produksi misalnya biaya telepon, listrik, iklan dll.
2. Berdasarkan Sifatnya
a. Biaya eksplisit yaitu biaya yang muncul/kelihatan dalam proses produksi.
b. Biaya implisit yaitu biaya yang tidak kelihatan dalam proses produksi namun
sebenarnya ada dan dikeluarkan.
Biaya variabel rata-rata (average variable cost/AVR). Biaya variabel rata-rata yaitu biaya
variabel yang dibebankan kepada kepada setiap unit output.
AVR = TVC/Q
2. AP mula-mula naik, maksimum lalu turun tapi tidak menjadi negatif disebut The
Law of Deminishing Average Return
Jangka Panjang : Jika semua fixed cost sudah menjadi variable cost.
Dalam menganalisa biaya umumnya tidak terlepas dari analisa penerimaan atau revenue
atau total revenue. Pengertian revenue atau penerimaan adalah seluruh pendapatan
yang diterima dari hasil penjualan barang pada tingkat harga tertentu. Secara matematik
total revenue dirumuskan sebagai berikut:
TR = PQ
AR = TR/Q
MR = ∆TR/∆Q atau turunan dari TR
∆TR = Tambahan penerimaan, ∆Q = Tambahan Produksi.
Berdasarkan konsep penerimaan dan biaya (TR dan TC) dapat diketahui beberapa
kemungkinan diantaranya :
TR < TC = keadaan untung / laba
TR= TC = keadaan Break Even Point
TR > TC = Keadaan rugi.
Contoh Soal:
Sebuah pabrik Sandal dengan Merk " Idaman" mempunyai biaya tetap (FC) = 1.000.000;
biaya untuk membuat sebuah sandal Rp 500; apabila sandal tersebut dijual dengan
harga Rp 1.000, maka:
Ditanya:
a. Fungsi biaya total (C), fungsi penerimaan total ( TR) dan Variable Cost.
b. Pada saat kapan pabrik sandal mencapai BEP.
c. Untung atau rugikah apabila memproduksi 9.000 unit.
Jawab:
a. FC = Rp 1.000.000
VC= Rp 500.
Fungsi biaya variabel VC = 500 Q ..........................................................................(1)
Fungsi biaya total C = FC + VC -----> C = 1.000.000 + 500 Q ..........................(2)
Fungsi penerimaan total TR = P.Q -----> TR = 1.000 Q ..........................................(3)
Bila hanya memproduksi 1.500 unit maka akan mengalami kerugian sebesar :
Rugi = TR – TC
= 1.000 (1.500) - 1.000.000 + 500 ( 1.500)
= 1.500.000 - 1.750.000
= 250.000
http://emilyaumil.blogspot.com/2014/11/fungsi-produksi-dan-fungsi-biaya.html
2. Diskusikan jenis biaya berikut, yaitu biaya tetap, biaya variabel dan biaya
marginal! dan bagaimana dengan bentuk umum kurvanya masing-masingnya?
a. Biaya variabel
VC : variable cost adalah biaya yang berubah jIka terjadi perubahan jumlah
output yang diproduksi
Contoh biaya variable cost : bahan baku pembuatan coklat missal gula dsb
Bentuk kurva variable cost : akan meningkat seiring kenaikan output
b. Biaya Tetap
FC : Fixed cost biaya tetap dimana biaya yang tidak akan berubah berapapun
output yang diproduksi
Contoh : sewa gedung, sewa pabrik
Bentuk kurva FC : horinzontal sebab jumlahnya tidak akan berubah
c. Biaya Marginal
MC/marginal cost kenaikan biaya total yang muncul dari unit produksi
tambahan secara matematis MC = ^ TC/^Q atau biaya tambahan yang diperlukan
untuk tambahan satu unit produk yang dihasilkan. Dikarenakan adanya perluasan
produksi untuk menambah jumlah produk yang dihasilkan.
Contoh kasus : jika produksi 2 gelas biaya total 3,8, produksi 3 gelas biaya total
4,5
MC = 0,70/1 =0,70
http://yulhanrinto.blogspot.com/2013/08/kurva-biaya-dan-bentuknya.html
Dalam menggambarkan kurva-kurva biaya rata-rata perlulah disadari dan diingat bahwa
kurva AVC dan AC dipotong oleh kurva MC pada titik terendah dari masing-masing kurva
tersebut. Hal itu harus dibuat agar tidak menyalahi hukum matematik.
Contoh yang berikut dapat memberikan penerangan mengapa sifat perpotongan yang baru
dijelaskan ini harus wujud. Misalkan pada waktu produksi sebesar 10, nilai AVC adalah Rp
100. Dengan pemisalan ini maka TVC adalah 10 x RP 100 = Rp 1000. Misalkan untuk
menambah 1 unit produksi lagi biaya marjinalnya adalah Rp 56. Dengan demikian TVC
adalah Rp 1000 + Rp 56 = Rp 1056 dan oleh karenanya AVC adalah Rp 1056/11 = Rp 96.
Sekarang kita isalkan pula bahwa biaya marjinal adalah Rp 155. Maka sekarang TVC adalah
Rp 1000 + Rp 155 = Rp 1155, dan oleh sebab itu AVC adalah Rp 1155/11 = Rp 105. Contoh ini
pada hakikatnya menunjukan bahwa:
Apabila MC < AVC, maka nilai AVC menurun (berarti kalau kurva MC di bawah kurva
AVC maka kurva AVC sedang menurun).
Apabila MC > AVC, maka nilai AVC akan semakin besar (berarti kalau kurva MC di
atas AVC maka kurva AVC sedang menaik).
Sebagai akibat keadaan yang dinyatakan dalam (1) dan (2) maka kurva AVC dipotong oleh
kurva MC di titik terendah dari kurva AVC. Dengan cara yang sama dapat dibuktikan bahwa
kurva AC dipotong oleh kurva MC pada titik terendah kurva AC. Secara grafik hubungan di
antara MC dengan AVC dan AC adalah sperti yang ditunjukan dalam Gambar 1.01.
Demikian jawaban diskusi saya, trimakasih dan mohon koreksian dan revisi dari Bapak Estu
Unggul Drajat, S.E., dan teman-teman mahasiswa matkul Pengantar Ekonomi Mikro.
Salam
Alfian Ferdiansyah
(043252759)
Wassalamualaikum