Anda di halaman 1dari 5

Laporan Kasus

PENGGUNAAN BLOK GANGLION GASSERI DALAM


PENANGANAN NEURALGIA TRIGEMINAL

THE ROLE OF GASSERIAN GANGLION BLOCK IN TRIGEMINAL


NEURALGIA

Yusak Mangara Tua Siahaan*, Dimas Prasetyo Chandra*

ABSTRACT
A-58-year-old female patient complained of right facial pain since 5 months prior to
admission. The pain was described as an electrical shock felt on right cheek, radiating to right ear
area. It was exacerbated by brushing teeth and chewing; scored 10/10 based on Numeric Pain
Scale. Physical and neurological examinations were normal. Patient had been treated with
Carbamazepine, but the pain persisted. Gasserian ganglion block with pulsed radiofrequency was
then done to this patient. After the procedure, the pain scale was decreased to 3/10 with no
evidence of side effect.
Keywords: Gasserian ganglion block, pulsed radiofrequency, trigeminal neuralgia.

ABSTRAK
Seorang wanita berusia 58 tahun dirawat dengan keluhan nyeri wajah sebelah kanan sejak
lima bulan SMRS. Nyeri seperti tersengat listrik dirasakan pada daerah pipi dan menjalar hingga
ke daerah depan telinga kanan yang timbul saat menggosok gigi dan mengunyah. Berdasarkan
numeric pain scale, skor nyeri pasien adalah 10/10. Pemeriksaan fisik dan neurologis dalam batas
normal. Pasien telah mendapatkan terapi karbamazepin, tetapi nyeri masih sering kambuh
sehingga dilakukan tindakan blok ganglion Gasseri dengan pulsed radiofrequency. Pascatindakan,
terjadi penurunan skor nyeri menjadi 3/10 dan tidak ditemukan adanya efek samping.
Kata kunci: Blok ganglion Gasseri, neuralgia trigeminal, pulsed radiofrequency.

*RS Siloam Lippo Village, Tangerang. Korespondensi: dryusaks2002@yahoo.com.

PENDAHULUAN
Neuralgia trigeminal (NTG) atau tic douloureux merupakan suatu kondisi yang
ditandai dengan nyeri hebat dan tiba-tiba pada daerah persarafan nervus trigeminus.1,2,3
Prevalensi NTG sebesar 4 per 100.000, lebih banyak pada usia di atas 50 tahun dan pada
perempuan dibandingkan laki-laki dengan rasio 1,5:1 sampai 2:1.4
Gejala NTG secara umum berupa nyeri hebat yang timbul spontan di daerah
persarafan nervus trigeminus (n. V), terutama pada cabang maksilaris dan mandibularis,
jarang pada daerah cabang oftalmikus.1,5,6 Nyeri tersebut dapat terprovokasi dengan
sentuhan di wajah, mengunyah, berbicara, minum, menggosok gigi, mencukur, atau
karena paparan udara dingin.1,5
Penyebab NTG sampai sekarang belum diketahui secara pasti, yang paling banyak
dipakai adalah teori kompresi neurovaskular karena ditemukan pada hampir 90% kasus.7
International Headache Society (IHS) membagi NTG menjadi dua kriteria diagnosis,
yaitu: NTG klasik dan NTG simtomatik. Pada NTG klasik tidak didapatkan etiologi lain
selain kompresi vaskuler, sedangkan NTG simtomatik berhubungan dengan penyakit
tertentu seperti sklerosis multipel atau kompresi oleh tumor.3
Obat antiepilepsi merupakan terapi utama penanganan NTG. Menurut European
Federation of Neurological Societies dan American Academy of Neurology, obat lini
pertama NTG adalah karbamazepin.1,8 Obat ini efektif pada hampir 80% kasus dengan
Neurona Vol. 31 No. 4 September 2014
Laporan Kasus

dosis awal 200-300 mg/hari.1 Meskipun mempunyai efektivitas yang tinggi,


karbamazepin juga memiliki beberapa efek samping yang seringkali menjadi alasan
pasien untuk menolak pengobatan seperti misalnya pusing, diplopia, ataksia,
hiponatremi, reaksi alergi, gangguan fungsi hati, SLE, dan anemia aplastik.
Blok Ganglion Gaseri diindikasikan bila nyeri tidak tereradikasi dengan OAE dan
terutama pada pasien lanjut usia yang memiliki risiko tinggi untuk mengalami efek
samping dari penggunaan OAE dan tindakan operasi dekompresi.4
KASUS
Wanita 58 tahun datang dengan keluhan utama nyeri wajah sebelah kanan sejak
lima bulan sebelum masuk rumah sakit. Rasa nyeri terutama pada daerah pipi dan
menjalar hingga ke daerah di depan telinga kanan. Nyeri dirasakan seperti tersengat
listrik, hilang timbul setiap hari. Nyeri biasa timbul pada saat menggosok gigi dan
mengunyah sehingga pasien mengalami kesulitan makan dan minum. Nyeri berlangsung
selama lebih dari 15 menit, kemudian hilang secara spontan. Berdasarkan numeric pain
scale (NPS), skor nyeri pasien adalah 10. Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, atau
konsumsi alkohol dan obat-obatan juga disangkal. Pasien telah mendapatkan terapi
karbamazepin 800 mg per hari tetapi tidak mengurangi nyeri secara bermakna.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dan keadaan umum dalam batas
normal, pemeriksaan neurologis tidak didapatkan adanya kelainan.

Gambar 1. Posisi jarum PRF pada lateral commisura labialis yang terhubungkan dengan
mesin generator RF

Neurona Vol. 31 No. 4 September 2014


Laporan Kasus

Gambar 2. Gambaran fluoroskopi pandangan lateral yang menunjukkan ujung jarum pada
foramen ovale

Pasien dilakukan prosedur BGG sisi kanan menggunakan metode neuroablasi


pulsed radiofrequency (PRF) dengan panduan fluoroskopi. Pasien diposisikan terlentang
dan leher pasien diekstensikan (Gambar 1). Monitor elektrokardiografi (EKG), peralatan
oksigen monitor, serta tekanan darah terpasang. Dilakukan teknik asepsis dan antisepsis
pada daerah wajah, sekitar 2-3cm lateral dari komissura labialis. Kulit dan subkutis
dianestesi menggunakan lidokain 1% dan epinefrin.
Jarum PRF Cosman dengan panjang 10 cm diarahkan ke foramen ovale dengan
panduan fluoroskopi dalam posisi pandangan antero-posterior, submental, dan lateral.
Target akhir penyuntikan adalah batas bawah foramen ovale, sudut klivus, dan tulang
temporal, dilakukan aspirasi dan penyuntikan cairan kontras untuk memastikan jarum
tidak memasuki area duramater. Dilakukan stimulasi tes sensorik dan motorik yang
diikuti prosedur PRF dengan menggunakan generator RF Cosman pada suhu 420C selama
240 detik. Pascatindakan tidak ditemukan efek samping berupa edema maupun hematoma
pada area suntikan.
Evaluasi pascatindakan 1 jam pertama didapatkan penurunan skala nyeri menjadi
3/10. Pada hari ketujuh, satu bulan, dan tiga bulan pascatindakan skala nyeri 0-1/10.
Tetapi pada bulan ke 4 skala nyeri kembali meningkat menjadi 4-5/10.
PEMBAHASAN
Pada kasus di atas, nyeri tidak tereradikasi dengan pemberian karbamazepin
sehingga penggunaan terapi bedah seperti dekompresi mikrovaskular, gamma-knife
surgery serta blok ganglion Gasseri dapat dijadikan pilihan terapi. BGG dapat dilakukan
menggunakan metode percutaneus trigeminal baloon compression (PTBC), obat
neurolitik (alkohol, penol, dan gliserol), dan yang paling umum digunakan adalah
radiofrekuensi ablasi.4
BGG dengan radiofrekuensi ablasi dapat dilakukan dengan metode thermal
conventional radiofrequency (RF) dan pulsed radiofrequency (PRF).9 Kedua metode
radiofrekuensi tersebut walaupun mempunyai mekanisme yang berbeda tetapi secara
selektif keduanya dapat menyebabkan perubahan morfologi mitokondria. Hanya saja RF
konvensional menyebabkan efek destruktif yang lebih besar terhadap serabut saraf C dan
Neurona Vol. 31 No. 4 September 2014
Laporan Kasus

Aδ dibanding PRF. Hal ini disebabkan efek termal yang dikeluarkan pada konvensional
RF lebih tinggi dan berlangsung terus menerus.4,10 Medan elektrik yang dihasilkan oleh
PRF dapat menyebabkan perubahan pada morfologi mitokondria termasuk membran
neuron dan disorganisasi dari mikrofilamen sehingga mempengaruhi transmisi sinyal
nyeri.11,12 Efek termal yang rendah pada metode PRF dapat menurunkan kemungkinan
terjadinya komplikasi seperti neuritis, disfungsi motor, dan nyeri deaferensiasi
dibandingkan dengan konvensional RF.9
Melalui penelitian terhadap 1600 pasien NTG, Kanpolat dkk melaporkan
penggunaan radiofrekuensi konvensional RF dapat menghilangkan nyeri selama 5 tahun
hanya dengan 1 kali tindakan pada 57,7% pasien dan 94,2% dengan tindakan berulang.13
Sedangkan Fang dkk melalui penelitiannya melaporkan 90% pasien idiopatik TN yang
menggunakan PRF mengalami kekambuhan kurang dari 1 tahun paska prosedur.14 Hal
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Erdine dkk, yang membandingkan
penggunaan PRF dan konvensional RF pada 40 pasien NTG. Hasil penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa penggunaan konvensional RF dapat menurunkan skala nyeri yang
lebih bermakna dan lebih lama.10
Menurut Gulur dkk, kekambuhan pada BGG dengan radiofrekuensi ablasi dapat
terjadi pada 4-45% kasus. Variasi yang luas ini disebabkan oleh perbedaan standar dalam
mendefinisikan kekambuhan. Beberapa studi mendefinisikan sebagai peningkatan skala
nyeri sedangkan studi lainnya mendefinisikan kekambuhan sebagai nyeri yang cukup
berat sehingga membutuhkan tindakan pembedahan.4,15 Peningkatan skala nyeri
(kekambuhan) yang terjadi dalam waktu singkat pada penggunaan PRF seperti pada kasus
diatas dapat terjadi akibat efek destruktif yang lebih ringan dibanding penggunaan
konvensional RF karena perubahan-perubahan seluler yang terjadi pada PRF bersifat
reversibel.4,10,12
Diantara berbagai terapi nyeri dengan metode intervensi, radiofrekuensi ablasi
merupakan metode terbaik dalam menghilangkan nyeri pada NTG.4 Studi Taha dan Tew
terhadap 500 pasien NTG yang menjalani terapi radiofrekuensi dan terapi bedah lainnya
menunjukkan bahwa radiofrekuensi memiliki tingkat tertinggi dalam menghilangkan
nyeri pasca tindakan dan tingkat kekambuhan yang terendah jika dibandingkan dengan
terapi intervensi lainnya.16 Pada beberapa pasien yang telah menjalani blok ganglion
Gasseri dengan radiofrekuensi, kekambuhan kadang masih dapat terjadi. Efek samping
yang paling sering timbul akibat prosedur ini adalah anestesi pada kornea. 4
KESIMPULAN
Blok ganglion Gasseri dengan metode neuroablasi pulsed radiofrequency (PRF)
dapat mengurangi skala nyeri secara signifikan pada penderita TN tetapi dengan
kekambuhan yang relatif lebih cepat dibanding metode konvesional radiofrequency ( RF)
DAFTAR PUSTAKA
1. Benetto L, Patel NK, Fuller G. Trigeminal neuralgia and its management. BMJ. 2007;334
(7586):201-205.
2. Nurmikko TJ, Eldrige PR. Trigeminal neuralgia-pathophysiology, diagnosis, and current
treatment. British J Anaesthesia. 2001;87(1):117-32.
3. Headache Classification Subcommitee of the International Headache Society. The
International Classification of Headache Disorders. Edisi kedua. Cephalalgia. Oxford, UK:
Blackwell Publishing 2004;24:1–150.
4. Emril DR, Ho KY. Treatment of trigeminal neuralgia: role of radiofrequency ablation. J Pain
Res. 2010;3:249-54.
5. Gilroy J. Basic neurology. 3rdedition. New York, USA: McGraw-Hill;2000.hlm.585-587.
6. Hall GC, Carroll D, Parry D, McQuay HJ. Epidemiology and treatment of neuropathic pain:
the UK primary care perspective. Pain. 2006;122(1-2):156-62.
Neurona Vol. 31 No. 4 September 2014
Laporan Kasus

7. Coakham HB. The surgical treatment of trigeminal neuralgia. Advances in Clinical


Neuroscinence and Rehabilitation (ACNR). 2007;7(2):17-18.
8. Fishman MS, Ballantyne JC, Rathmell JP. Bonica’s management of pain. Edisi keempat.
Philadelphia, USA: Lippincott Williams & Wilkins; 2010.hlm.953-971.
9. Doan L, Sidhu D, Gharibo C. Pulsed radiofrequency in treatment of peripheral neuralgias.
Pain Medicine News. New York: McMahon; 2013.hlm.57-63.
10. Erdine S, Bilir A, Cosman ER, Cosman ER. Ultrastructural changes in axons following
exposure to pulsed radiofrequency fields. Pain Pract. 2009;9(6):407–417.
11. Byrd D, Mackey Sean. Pulsed radiofrequency for chronic pain. Curr Pain Headache Rep.
2008; 12(1):37-41.
12. Hata J, Perret-Karimi D, DeSilva C, Leung D, Betesh N, Luo ZD, et al. Pulsed
Radiofrequency Current in the Treatment of Pain. Critical Reviews TM in Physical and
Rehabilitation Medicine. 2011, 23 (1-4):213-240.
13. Kanpolat Y, Savas A, Bekar A, Berk C. Percutaneous controlled radiofrequency trigeminal
rhizotomy for the treatment of idiopathic trigeminal neuralgia: 25-year experience with 1600
patients. Neurosurgery. 2001;48(3):524-32.
14. Fang L, Ying S, Tao W. 3D CT-guided pulsed radiofrequency treatment for trigemina
neuralgia. Pain Pract. 2013.
15. Gulur P, Wainger BJ, Young A. Head and facial trigeminal neuralgia. Dalam: Lennard TA,
Walkowski S, Singla AK, Vivian DG, editor. Pain procedures in clinical practice. Edisi ke-3.
Philadelphia: Elsevier; 2011.hlm.297-303.
16. Taha JM, Tew JM. Comparison of surgical treatments for trigeminal neuralgia: evaluation of
radiofrequency rhizotomy. Neurosurg. 1996;38:865-871.

Neurona Vol. 31 No. 4 September 2014

Anda mungkin juga menyukai