Anda di halaman 1dari 33

Tugas 1 TAP

Nama : Mariyana

NIM : 030207203

Jurusan : Administrasi Negara

Ringkasan 1 :

1. SISTEM ADMINISTRASI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

- ADMINISTRASI SEBAGAI SUATU SISTEM

a. Pengertian Sistem

Sistem secara umum berasal dari bahasa inggris walaupun pada awalnya berasaldari bahasa yunai
yaitu terdiri dar kata ‘’syn’’ dan ‘’histania’’ yang berarti to placetogether (menempatkan
bersama). sistem adalah satu kesatuan yang utuh dari suaturangkaian yang kait mengait antara
satu dengan yang lain. Bagian atau anak dari sistem(subsistem), menjadi induk sistem dari rangkaian
dari selanjutnya dan sampai menjadibagian dari yang terkecil. Rusaknya salah satu bagian dari sistem
akan merusak sistemyang lain karena sifatnya yang saling kait mengait dan berkesinambungan.

b.Administrasi Negara Sebagai Suatu Sistem

Sebagai suatu sistem pada khakekatnya adalah seperangkat komponen, elemen,unsur atau subsistem
dengan segala atributnya, yang satu sama lain saling berkaitan,pengaruh-mempengaruhi dan
saling tergantung sehingga keseluruhannnya merupakansuatu kesatuan yang terintgrasi atau
totalitas, serta mempunyai peranan atau tujuantertentu. Nilai atau peranan suatu sistem akan
dipengaruhi oleh nilai atau peranan dari sub-sistemnya. Sebaliknya nilai atau peranan suatu subsistem
akan ditentukan oleh nilai atauperanan sistem yang bersangkutan. Suatu sistem bersama dengan
berbagai sistem lain yangsaling berinteraksi merupakan sub-sistem dari suatu sistem yang lebih
besar.Secara elementer, administrasi terjadi apabila terdapat dua orang atau lebih, yangbekerjasama
melakukan kegiatan tertentu dengan sarana tertentu untuk mencapai tujuanbersama tertentu.
Dengan sendirinya antara manusia, kerjasama, kegiatan, sarana dantujuan tersebut saling
berkaitan satu sama lain. Oleh karena itu, administrasi merupakansuatu sistem. Sebagai suatu sistem
administrasi merupakan sistem yang bersifat:

1.Abstrak, karena tidak dapat dikenali wujud rupanya.

2.Buatan manusia (man made systems), karena dia buatan manusia tentunya mempunyaikelemahan
dan tidak terlepas dari berbagai kepentingan dari manusia itu sendiri.
3.Terbuka (open systems), karena peka terhadap pengaruh lingkungan, baik sosial maupun
fisik. Sebagai sesuatu yang sifatnya terbuka harusw terbuka terhadap sesuatu yang baru dan
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.

4.Hidup (living systems), berkembang terus akibatnya sifat terbukanya. Akan berubah sesuai dengan
perkembangan zaman, ketika dia bersentuhan dengan hal-hal yang baru, dia akan dituntut untuk
mengikuti perkembangan zaman itu sendiri sehingga dia tetap bisa dipaka dan berdaya guna tidak
menjadi (out of date).

5.kompleks, karena di dalamnya terdapat banyak subsistem, terjadi banyak hubunganantara subsistem
antara satu dengan yang lain.

Administrasi negara adalah juga suatu sistem dengan sifat-sifat seperti yang disebutkan di
atas. Administrasi sebagai suatu sistem terdiri dari berbagai subsistem antaralain: tugas pokok, fungsi
kelembagaan, ketatalaksanaan, kepegawaian, sarana danprasarana. Sistem administrasi
berinteraksi dengan berbagai sistem lain seperti sistempolitik, ekonomi, sosial budaya, agama,
hukum, di samping ekosistem lain seperti geografi,demografi, dan kekayaan alam.Beberapa subsistem
yang mungkin terdapat dalam administrasi :

1.Subsistem struktural. Artinya adanya susunan organisasi yang memudahkan penjabarantugas pokok
dan fungsi serta mempermudah pembagian wewenang dan tanggungjawab.

2.Subsistem fungsional. Administrasi kepegawaian, administrasi keuangan, administrasilogistic,


administrasi perencanaan dan sejenisnya merupakan contoh dari subsistemfungsional.

3.Subsistem sektoral. Beberapa contoh dari subsistem sektoral adalah administrasipertanian,


administrasi industry, administrasi kesehatan, administrasi pendidikan, dan sebagainya.

c. Super Sistem Yang Mempengaruhi Administrasi Atau Interaksi Antar Subsistem

Administrasi tidak akan pernah bergerak hampa. Oleh karena itu sistemadministrasi yang
baik adalah administrasi yang selalu memperhitungkan tekananpengaruh dari faktor-faktor yang
meskipun berada diluar administrasi akan tetapi pastiuturut menentukan derajat ketangguhan
administrasi itu sebagai suatu sistem.

Ada depalan super sistem atau Interaksi antar sub-sub sistem :

1.Super sistem yang bersifat geografis. Implikasi dari factor geografis terhadappembinaan
dan pengembangan sistem administrasi terlihat pada dua bidang utamayaitu komunikasi dan
transportasi.

2.Penduduk sebagai Super Sistem. Bertitik tolak dari filsafat bahwa pembangunan adalahpembangunan
manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan adalah untuk seluruhrakyat Indonesia, jelas bahwa
faktor penduduk merupakan satu super sistem yang tidakbisa tidak diperhitungkan.
3.Kekayaan alam sebagai super sistem. Satu bangsa yang dikaruniai dengan kekayaanalam yang
melimpah, sungguh adalah satu bangsa yang sangat berbahagia. Sistemadministrasi yang
perlu dikembangkan oleh suatu Negara yang tidak memilikikekayaan alam akan sangat
berbeda dengan suatu Negara yang memiliki kekayaanalam, apa lagi jika kekayaan alamnya
melimpah.

4.Ideologi sebagai super sistem. Administrasi sebagai total sistem hanya akan terbinasecara tangguh
apabila pembinaan sistem administrasi itu dilandaskan atas suatuideologi dan falsafah
bangsa yang bersangkutan. Bagi Indonesia landasan bagipembinaan dan pengembangan sistem
administrasi yang bulat adalah Pancasila denganseluruh sila-silanya sebagai suatu kesatuan yang bulat.

5.Sistem politik sebagai super sistem. Apabila proses politik telah selesai maka mulailahproses
administrasi. Ungkapan itu telah menunjukkan dengan jelas adanya hubungan yang sangat erat
antara proses politik dengan proses administrasi. Bahkan bolehdikatakan bahwa proses
administrasi merupakan tindak lanjut dari prioses politik.

6.Faktor ekonomi sebagai super sistem. Mebicarakan faktor ekonomoi sebagai supersistem
terhadap administrasi sebagai total sistem berarti menyangkut beberapa masalahadministrasi yang jelas
dipengaruhi oleh faktor ekonomi.

7.Faktor sosial budaya sebagai super sistem. Berbicara mengenai faktor sosial budayasebagai super
sistem terhadap administrasi pada hakikatnya berbicara mengenai nilai-nilai sosial yang hidup dalam
suatu masyarakat. Sangat sulit untuk menentukan nilai-nilai tersebut tidak dapat dirumuskan atas dasar
generalisasi. Baik buruknya suatu nilaisosial tergantung pada kenyataan apakah nilai itu diterima
atau ditolak olehmasyarakat.

d. Lingkungan Administrasi Lingkungan

administasi adalah proses kegiatan yang dilakukan pemerintahdanmasyarakat dengan tujuan


berwawasan lingkungan dan tidak mengesampingkankualitas manusia sertea kualitas
lingkungan (serasi,selaras,seimbang). Pengelolaanlingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidupmeliputi kebijaksanaan, penataan, pemanfaatan,
pengembangan, dan pengendalianlingkungan hidup.

Wilayah lingkungan administasi meliputi 3 konsep yaitu :

1.Perencanaan lingkungan. Perencanaan sangat menentukan tingkat perubahan kualitaslingkungan.


Perencanaan lingkungan dengan memperhatikan usaha pemulihan danusaha memanfaatkan sumber
daya alam secara efisien.

2.Manajemen lingkungan .Manajemen lingkungan berkaitan dengan pengurusanmanusi dalam


efisiensi pemanfaatan sumber daya alam.

3.Informasi lingkungan. Informasi lingkungan sangat penting bagi persiapanpenyusunan


perencanaan lingkungan.
Dalam lingkungan administasi, di kenal juga dengan elemen lingkungan, antara lain :

1. Lingkungan Khusus

Lingkungan khusus adalah bagian dari lingkungan yang secara langsung relevan bagiorganisasi dalam
mencapai tujuannya. Lingkungan khusus juga merupakan sesuatu yangkhas bagi setiap organisasi dan
berubah sesuai dengan kondisinya. Lingkungan khusussebuah organisasi berbeda-beda tergantung pada
daerah yang dipilihnya.

2.Lingkungan Umum

Lingkungan umum mencakup kondisi yang mungkin dapat mempengaruhi danmempunyai


dampak terhadap organisasi, namun relevansinya tidak sedemikian jelas.Lingkungan ini jauh
lebih luas dan lebih besar daripada lingkungan mikro. Lingkungan inidapat berupa lingkungan ekonomi,
hokum, alam, dan global.

3.Ketidakpastian Lingkungan

Karakter utama dari lingkungan adalah ketidakpastian. Ketidakpastian lingkunganmeupakan substansi


lingkungan yang harus dihadapi dalam berorganisasi.

- MANAJEMEN ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pengertian manajemen administrasi negara republik Indonesia secara umum adalah suatu bentuk usaha
dan aktivitas yang erat kaitannya dengan pengaturan suatu kebijakan di dalam perusahaan agar tujuan
perusahaan bisa terwujud secara baik.

Pengertian administrasi secara khusus adalah suatu bentuk kegiatan yang mencakup pencatatan,
penyuratan, pembukuan sederhana, pengetikan pada komputer, serta aktivitas lain yang bersifat teknis
dalam hal ketatausahaan.

George R. Terry menjelaskan bahwa manajemen administrasi adalah suatu kegiatan perencanaan,
pengendalian, pengorganisasian pekerjaan dan juga pergerakannya dilakukan untuk meraih tujuan yang
sebelumnya memang sudah ditetapkan.

Disisi lain, Millis Geoffrey menjelaskan bahwa manajemen administrasi adalah suatu proses
pembimbingan personil perusahaan dalam hal menggunakan sarana dan juga prasarana yang tersedia
agar bisa mencapai tujuan bisnis yang sudah ditentukan.

Jadi, manajemen administrasi adalah salah satu ilmu manajemen yang mampu memberikan informasi
layanan administrasi agar bisa melakukan operasional secara lebih maksimal. Manajemen administrasi
ini sangat mempengaruhi kelancaran pada divisi lainnya dan juga kerap kali dimanfaatkan sebagai bahan
utama dalam mengambil suatu kebijakan.

Walaupun begitu, manajemen administrasi selalu menjadi bentuk kekuatan yang tidak terlihat. Namun
ketika Anda salah dalam mengelola nya, maka yang akan terjadi adalah kekacauan yang sangat banyak
sekali.

Tujuan Manajemen Administrasi

Saat manajemen administrasi diterapkan dan dijalankan, maka perusahaan akan mendapatkan informasi
penting terkait seberapa sukseskah tujuan yang sudah diraih dengan memanfaatkan saran dan juga
prasarana yang sebelumnya sudah dirancang. Bentuk efisiensi yang terkandung di dalamnya mengacu
pada syarat ekonomi, psikologis dan juga teknis.

Jadi perusahaan akan mendapatkan informasi berupa keefektifan biaya dan penggunaan pada saran dan
prasarana, pemanfaatan hal tersebut secara maksimal, dan juga kepuasan terhadap karyawan dan
pelanggan.

Berbagai tujuan administrasi akan bisa diraih jika berbagai fungsinya mampu dilakukan secara tepat dan
benar. Jika diuraikan secara lebih lengkap, maka bisa diketahui bahwa tujuan administrasi mencakup:

Melakukan pengelolaan data serta keterangan perusahaan di dalamnya secara lengkap, melindungi dan
juga menyimpan serta menginformasikannya kepada mereka yang memerlukan.

Memberikan dan mempresentasikan laporan serta catatan penting dengan rincian biaya yang tepat dan
sesuai.

Membantu pihak perusahaan dalam hal memelihara dan juga memenuhi keperluan yang erat kaitannya
dengan proses administrasi.

Memberikan layanan tata usaha kepada para mitra kerja dan juga pada pelanggan atau konsumen.

Memberikan laporan yang terbaru dan juga relevan terkait perusahaan.

Fungsi Manajemen Administrasi

Adapun fungsi manajemen administrasi adalah sebagai berikut:

Merencanakan kegiatan administrasi, seperti memelihara sarana dan prasarana yang ada misal ruang
kerja perusahaan, anggaran perusahaan, ventilasi, dan lain sebagainya.

Melakukan pengorganisasian dengan cara mengelompokkan berbagai alat yang digunakan dalam bidang
usaha, tugas, tanggung jawab dan sumber daya manusia yang ada di dalamnya agar mampu melahirkan
organisasi yang memang sesuai dengan visi dan misi perusahaan.

Memotivasi seluruh karyawan agar mampu meraih tujuan perusahaan, khususnya dalam hal hal
administrasi. Mengawasi berbagai proses administrasi perusahaan.
Tugas Pokok Manajemen Administrasi :

Berdasarkan arti dari manajemen administrasi itu sendiri, seorang pakar bernama Millis Geoffrey
membagi tugas pokok manajemen administrasi menjadi penggandaan (duplicating), pengiriman surat
atau pesan sejenis (mailing), kalkulasi (calculating), pengarsipan (filing), menelepon (telephoning),
pengecekan (checking), dan lain sebagainya.

Tahapan Manajemen Administrasi :

Beberapa tahapan ataupun proses dalam manajemen administrasi meliputi:

1. Perencanaan

Perencanaan adalah tahapan fundamental dalam mengarahkan pada kegiatan lain yang hendak
dilakukan.

2. Pengorganiasasian

Setelah direncanakan, maka tahapan selanjutnya yang harus dilakukan adalah pengorganisasian pada
keuangan, material, dan sumber daya manusia. Dalam pengorganisasian ini akan disusun kebijakan dan
mereka yang terlibat didalamnya akan ditugaskan sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.

3. Eksekusi atau Arahan

Setelah melakukan perencanaan dan juga pengorganisasian, maka hal selanjutnya yang harus dilakukan
adalah pengarahan atau pengeksekusian strategi tersebut agar terjadi suatu proses yang berkelanjutan
agar nantinya mampu memotivasi karyawan agar mampu mencapai tujuan perusahaan secara lebih
efisien.

4. Pengontrolan

Agar aktivitas perusahaan bisa dilakukan secara lebih maksimal, dan juga tujuan perusahaan bisa
tercapai dengan baik, maka harus dilakukan kontrol atau pengendalian yang dikomunikasikan secara
baik kepada karyawan.

- STRATEGI PENYEMPURNAAN ADMINISTRASI NEGARA

1 . Definisi

Adalah suatu motif yang terarah dan perubahan administrasi menghadapi tantangan/rintangan.
Disengaja: dibuat dan direncanakan oleh manusia.
Motif: dalam melakukan perubahan administrasi ini digunakan persuasi, argumentasi, dan ancaman
berupa sanksi. Suatu usaha untuk menerapkan ide baru dalam sistem administrasi, serta dengan sadar
memperbaiki sistem tersebut bagi pencapaian tujuan & sasaran pembangunan yang positif. Perubahan
langsung keseluruhan sistem administrasi untuk mencapai tujuan masyarakat yang menyeluruh.

2. Penyempurnaan administrasi

Suatu usaha sadar untuk melakukan perubahan dan penyesuain administrasi pemerintah untuk
melakukan perbaikan administrasi pemerintah, yaitu: Tujuan, susunan, prosedur organisasi lembaga
negara baik yang bersifat departemental atau non departemental. Sistem dan prosedur pengurusan
alat-alat negara termasuk sikap dan kesejahteraannya dengan maksud untuk meningkatkan efektivitas
organisasi dalam mencapai pembangunan nasional.

3. Berdasarkan definisi di atas dapat dipahami bahwa ada 2 faktor sebagai hubungan sebab akibat dalam
strategi penyempurnaan administrasi, yaitu:
- Faktor penyebab: perubahan tujuan, struktur dan cara organisasi serta sikap aparat negara
- Faktor akibat: efektivitas organisasi.

4. Ada 3 unsur yg membedakan perubahan administrasi dengan perubahan lainnya:


- Kepentingan moral: memperbaiki status quo menghilangkan cara yang salah di bidang administrasi.
- Perubahan terarah: sekali penyempurnaan dilakukan maka diusahakanpenyempurnaan itu bersifat
permanen.

- Ketahanan administrasi: perlu ada dukungan politik agar perubahan status quo berjalan lancar.

5. Faktor yang mempengaruhi penyempurnaan administrasi:


- Keadaan perubahan: tujuan, sasaran dsb

- Agen pembaharu: orang yg melakukan perubahan


- Faktor lingkungan: kondisi negara tsb
- Berhasilnya penyempurnaan administrasi tergantung dari berapa banyak jumlah orang yang
berpartisipasi secara langsung atau tidak langsung dalam proses perubahan yg dilaksanakan.

- E-GOVERNMENT

1. Pengertian E-Government

E-Government merupakan kependekan dari elektronik pemerintah. E-Governtment biasa dikenal e-gov,
pemerintah digital, online pemerintah atau pemerintah transformasi.

E-Government adalah Suatu upaya untuk mengembangkan penyalenggaraan kepemerintahan yang


berbasis elektronik. Suatu penataan system manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah
dengan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Atau E-Goverment adalah
penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan pelayanan bagi
warganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain yang berkenaan dengan pemerintahan. e-Government dapat
diaplikasikan pada legislatif, yudikatif, atau administrasi publik, untuk meningkatkan efisiensi internal,
menyampaikan pelayanan publik, atau proses kepemerintahan yang demokratis.

Ada tiga model penyampaian E-Government, antara lain :

a. Government-to-Citizen atau Government-to-Customer (G2C)

Adalah penyampaian layanan publik dan informasi satu arah oleh pemerintah ke masyarakat,
Memungkinkan pertukaran informasi dan komunikasi antara masyarakat dan pemerintah,

contohnya G2C : Pajak online, mencari Pekerjaan, Layanan Jaminan sosial, Dokumen pribadi (Kelahiran
dan Akte perkawinan, Aplikasi Paspor, Lisensi Pengarah), Layanan imigrasi,Layanan kesehatan, Beasiswa,
penanggulangan bencana.

b. Government-to-Business (G2B)

Adalah transaksi-transaksi elektronik dimana pemerintah menyediakan berbagai informasi yang


dibutuhkan bagi kalangan bisnis untuk bertransaksi dengan pemerintah. Mengarah kepada pemasaran
produk dan jasa ke pemerintah untuk membantu pemerintah menjadi lebih efisien melalui peningkatan
proses bisnis dan manajemen data elektronik. Aplikasi yang memfasilitasi interaksi G2B maupun B2G
adalah Sistem e-procurement.

Contoh : Pajak perseroan, Peluang Bisnis, Pendaftaran perusahaan, peraturan pemerintah (Hukum
Bisnis), Pelelangan dan penjualan yang dilaksanakan oleh pemerintah, hak paten merk dagang, dll.

c. Government-to-Government (G2G)

Adalah Memungkinkan komunikasi dan pertukaran informasi online antar departemen atau lembaga
pemerintahan melalui basisdata terintegrasi.

Contoh : Konsultasi secara online,blogging untuk kalangan legislative, pendidikan secara online,
pelayanan kepada masyarakat secara terpadu.

Ringkasan 2 :

1. KEBIJAKAN PUBLIK

- Identifikasi dan Perumusan Masalah Kebijakan Publik

A. Pengertian Kebijakan Publik

Kebijakan publik merupakan pola tindakan yang ditetapkan oleh pemerintah dan terwujud dalam
bentuk peraturan perundang-undangan dalam rangka penyelenggaraan pemerintah negara.Anderson
mengartikan kebijakan publik sebagai kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh lembaga atau pejabat
pemerintah. Anderson mencatat lima lima implikasi dari konsepnya mengenai kebijakan publik,
diantaranya yaitu:

- Kebijakan publik adalah tindakan yang berorientasi tujuan.

- Kebijakan publik berisikan rangkaian tindakan yang diambil sepanjang waktu.

- Kebijakan publik merupakan tanggapan dari kebutuhan akan adanya suatu kebijakan mengenai hal-hal
tertentu.

- Kebijakan publik merupakan gambaran dari pemerintah pusat senyatanya, dan bukan sekedar
keinginan yang akan dilaksanakan.

- Kebijakan pemerintah dapat merupakan kegiatan aktif atau pasif dalam menghadapi suatu masalah.

Banyak sekali definisi dari kebijakan publik. Sebagian besar ahli memberikan pengertian kebijakan publik
kaitanya dengan keputusan atau ketetapan pemerintah untuk melakukan suatu tindakan yang dianggap
akan membawa dampak baikbagi kehidupan warganya.

B. Proses Perumusan Kebijakan Publik

Perumusan Masalah ( Defining Problem)

Merumuskan masalah merupakan langkah yang paling fundamental.Untuk dapat merumuskan kebijakan
dengan baik, maka masalah publik juga harus dikenali dengan baik pula.Kebijakan publik dibuat pada
dasarnya untuk memecahkan masalah yang ada dalam masyarakat. Maka dari itu dalam langkah ini
harus dilakukan dengan hati-hati karena dengan adanya kesalaahan yang diambil dalam perumusan
masalah ( isue-isue ) akan mengakibatkan kebijakan yang dikeluarkan pun akan salah. Rushefky secara
eksplisit menyatakan bahwa kita sering gagal menemukan pemecahan masalah yang tepat dibandingkan
menemukan masalah yang tepat.

Ada 4 syarat masalah bisa teridentifikasi sebagai sebuah isu kebijakan, diantaranya yaitu:

1. Disepakati banyak pihak memiliki prospek akan solusinya sejalan dengan pertimbangan politik &
sejalan dengan ideology

2. Merumuskan Agenda Kebijakan

Agenda dalam kebijakan publik diartikan sebagai daftar perihal atau masalah. Penentuan agenda
merupakan proses untuk menjadikan suatu masalah agar mendapat perhatian dari pemerintah.

3. Agenda kebijakan juga dapat dianalogikan dengan sebuah topik diskusi atau agenda rapat yang
dibahas dalam sebuah pertemuan besar para pejabat pemerintah.
4. Agenda kebijakan ini berperan sebagai pengingat bahwa dalam kondisi keterbatasan sumber daya dan
waktu, para pembuat kebijakan harus memberikan perhatian pada beberapa isu saja yang paling
prioritas.

Ada beberapa faktor internal dan ekstenal yang mempengaruhi pergeseran isu menjadi agenda
kebijakan.

Faktor internal :

1) Gaya kepemimpinan politis.

2) Visi dan misi partai pendukung pemerintah.

3) Keberhasilan pemerintah dimasa lalu.

4) Perubahan anggaran pendapatan dan belanja negara.

Salah satu faktor internal yang sangat menentukan apakah sebuah isu bisa menjadi agenda kebijakan
adalah penstrukturan masalah. Jadi harus dirumuskan dengan cara sitematis, terstruktur, sederhana,
dan menyentuh mata hati publik.

Faktor eksternal :

1) Perubahan ekonomi

2) Pemberitaan media massa

3) Opini publik

4) Perubahan keputusan pengadilan.hubungan internasional

5) Pembangunan tegnologi

6) Perubahan demografi.

Pemilihan Alternatif Kebijakan Untuk Memecahkan Masalah yaitu :

Pemilihan alternatif ini dilakukan dengan melakukan konsultasi, ide-ide dapat di uji dan proposal
kebijakan dapat disempurnakan. Ada beberapa alasan mengapa pemerintah perlu mengkonsultasikan
agenda kebijakan, salasan tersebut yaitu sebagai berikut:

- Sesuai nilai demokratis yang menekan pentingnya keterbukaan, partisipasi dan keterbukaan dari
banyak orang.

- Membangun konsensus dan dukungan politik.


- Meningkatkan koordinasi diantara berbagai lembaga yang terkait dengan agenda kebijakan dan
lembaga yang akan merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan tersebut.

- Meningkatkan kualitas agenda kebijakan melalui pengumpulan informasi dari beragam pihak dan
dengan menggunakan beragam media.

- Mempercepat respon dan perumusan strategi-strategi kebijakan yang akan ditetapkan untuk
mengatasi agenda kebijakan prioritas.[4]

Penetepan Kebijakan :

Sebuah kebijakan yang akan ditetapkan dalam bentuk UU biasanya dibuat dalam dua format, yakni draft
atau rancangan undang undang (RUU) dan naskah akademik (NA). RUU merupakan naskah terdiri dari
pasal-pasal beserta penjelasanya. Sedangkan NA pada dasarnya merupakan naskah kebijakan ( policy
paper ) yang menjelaskan konsep-konsep ilmiah yang mendukung peraturan atau pasal-pasal yang
dinyatakan dalam RUU.[5]

Kraft dan Furlong berpendapat bahwa, paling tidak terdapat dua makna dari penetapan kebijakan.
Pertama, penetapan kebijakan merupakan proses yang dilakukan pemerintah untuk melaksanakan
suatu pola tindakan tertentu atau sebaliknya, untuk tidak melakukan tindakan tertentu. Kedua,
penetapan kebijakan berkaitan dengan pencapaian konsensus dalam pemilihan alternatif-alternatif yang
tersedia.

Pelaksanaan Kebijakan :

Kebijakan yang baik tidak memiliki arti apa-apa jika tidak dapat diimplementasikan. Tahap ini melibatkan
serangkaian kegiatan yang meliputi pemberitahuan kepada publik mengenai pilihan kebijakan yang
diambil, instrumen kebijakan yang digunakan, staf yang akan melaksanakan program pelayanan yang
akan diberikan, anggaran yang telah disiapkan, dan laporan yang akan dievaluasi. Kebijakan publik harus
dibuat untuk mencapai tujuan tertentu.Tugas para pembuat dan penasihat pembuat kebijakan harus
mencakup perumusan langkah-langkah strategis dan sumber-sumber yang diperlukan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.

- MENYUSUN AGENDA KEBIJAKAN

Penyusunan agenda merupakan sebuah proses yang sangat strategis dalam realitas kebijakan publik.
Didalamnya terdapat ruang dimana terjadi pemaknaan apa yang disebut dengan masalah publik dan
prioritas ddalam agenda politik dipertarungakan, Membahas mengapa mengapa beberapa persoalan
muncul sebagai agenda pemerintah, sedangkan yang lain tidak. Membahas tentang siapa saja yang
mempengaruhi agenda pemerintah, dan mengapa mereka melakukan itu. Jika sebuah isu mampu
mendapatkan status sebagai masalah publik, dan mendapat prioritas dalam agenda, maka isu tersebut
mendapat alokasi sumber daya publik yang lebih daripada isu yang lainnya. Agenda merupakan pola-
pola tindakan pemerintah yang spesifik sifatnya. Dapat diartikan sebagai analisis tentang bagaimana
suatu masalah dikembangkan, didefinisikan, diformulasikaan, dan dibuat pemecahnnya. Apabila
penyusunan agenda dilakukan secara terbuka maka akan menguntungkan kelompok - kelompok yang
kuat. Akan tetapi apabila dilakukan secara tertutup akan menimbulkan bias-bias atau kelemahan-
kelemahan. Sebagaimana telah diketahui bahwa kebijakan publik adalah suatu upaya yang diambil
untuk memecahkan masalah-masalah publik, maka sudah seharusnya proses penyusunan kebijakan
publik diawali dari penyusunan agenda yang disusun berdasarkan partisipasi publik juga. Penyusunan
agenda kebijakan selalu dipengaruhi oleh kondisi politik. Dalam agenda setting terdapat isu-isu
kebijakan sebagai hasil dari silang pendapat diantara para aktor mengenai arah tindakan yang akan
ditempuh oleh pemerintah. Isu kebijakan ada karena telah terjadi konflik atau “perbedaan presepsional”
diantara para aktor atau suatu situasi problematik yang dihadapi oleh masyarakat pada suatu waktu
tertentu.

- MEMFORMULASI KEBIJAKAN

Model – Model Formulasi Kebijakan Publik dibagi dalam sembilan model formulasi sebagai berikut :

1. Model Kelompok :

Model pengambilan kebijakan teori kelompok mengandaikan kebijakan sebagai titik keseimbangan
( equilibrium ). Inti gagasannya adalah interaksi didalam kelompok akan menghasilkan keseimbangan,
dan kesimbangan adalah yang terbaik. Disini individu didalam kelompok-kelompok kepentingan
berinteraksi secara formal maupun informal, secara langsung atau melalui media massa menyampaikan
tuntunnya kepada pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan publik yang diperlukan. Disini peran
politik adalah untuk memenejemi konflik yang muncul dari adanya perbedaan tuntutan melalui :

1. Merumuskan aturan main antar kelompok kepentingan;

2. Menata kompromi dan menyeimbangkan kepentingan;

3. Memungkinkan terbentuknya kompromi didalam kebijakan publik yang akan dibuat;

4. Memperkuat kompromi-kompromi tersebut.

Model teori kelompok sesungguhnya merupakan abstraksi dari proses formulasi kebijakan yang
didalamnya beberapa kelompok kepentingan berusaha untuk mempengaruhi isi dan bentuk kebijakan
secara interaktif.

2. Model Kelembagaan :

Formulasi kebijakan model kelembagaan secara sederhana bermakna bahwa tugas membuat kebijakan
publik adalah tugas pemerintah. Jadi apapun yang dibuat oleh pemerintah dengan cara apapun adalah
kebijakan publik. Ini adalah model yang paling sempit dan sederhana didalam formulasi kebijakan
publik. Model ini mendasarkan kepada fungsi-fungsi kelembagaan dari pemerintah, disetiap sector dan
tingkat didalam formulasi kebijakan.

Ada tiga hal yang membenarkan pendekatan ini yaitu bahwa pemerintah memang sah membuat
kebijakan publik, fungsi tersebut bersifat universal dan memang pemerintah memonopoli fungsi
pemaksaan (koersi) dalam kehidupan bersama. Model kelembagaan sebenarnya merupakan derivasu
atau turunan dari ilmu politik tradisional yang lebih menekankan struktur dari pada proses atau perilaku
politik. Proses mengandaikan bahwa tugas lembaga-lembaga pemerintah yang dilakukan secara otonom
tanpa berinteraksi dengan lingkungannya. Salah satu kelemahan dari pendekatan ini adalah
terabaikannya masalah-masalah lingkungan dimana kebijakan itu diterapkan.

3. Model Elit :
Model teori elit berkembang dari teori politik elit-massa yang melandaskan diri pada asumsi bahwa
didalam setiap masyarakat pasti terdapat dua kelompok yaitu pemegang kekuasaan atau elit dan yang
tidak memiliki kekuasaan atau massa. Teori ini mengembangkan diri pada kenyataan bahwa
sedemokratis apapun selalu ada bias didalam formulasi kebijakan karena pada akhirnya kebijakan-
kebijakan yang dilahirkan merupakan preferensi politik dari para elit. Ada dua penilaian didalam
pendekatan ini negative dan positif. Pada pandangan negative dikemukakan bahwa pada akhirnya
didalam sistem politik pemegang kekuasaan politiklah yang menyelenggarakan kekuasaan sesuai dengan
selera dan keinginannya. Dalam konteks ini rakyat dianggap sebagai kelompok yang dimanipulasi
sedemikian rupa agar tidak masuk dalam proses formulasi kebijakan. Pemilihan umum pun bukan
bermakna partisipasi melainkan mobilisasi. Pandangan positif melihat bahwa seseorang elit menduduki
puncak kekuasaan karena

berhasil memenangkan gagasan membawa negara-bangsa ke kondisi yang lebih baik dibandingkan
dengan pesaingnya. Pemimpin atau elit pasti mempunyai visi tentang kepemimpinannya dan kebijakan
publik adalah bagian dari karyanya untuk mewujud nyatakan visi tersebut menjadi kenyataan. Tidak ada
yang secara mutlak keliru karena ini hanya masalah preferensi dari visi elit serta tentang bagaimana
tujuan atau cita-cita bangsa yang sudah disepakati akan dijalani melalui jalur yang diyakininya. Pada
gambar di atas tampak bahwa elit secara top down membuat kebijakan publik untuk di implementasikan
oleh administrator publik kepada rakyat banyak atau massa. Pendekatan ini dapat dikaitkan dengan
paradigm pemisahan antara politik dengan administrasi publik yang di ikonkan dalam konstanta where
politics end administrations begin. Jadi model elit merupakan abstraksi dari proses formulasi kebijakan
dimana kebijakan publik merupakan perspeksi elit politik. Prinsip dasarnya adalah karena setiap elit
politik ingin mempertahankan status quo maka kebijakannya menjadi bersifat konservatif. Kebijakan-
kebijakan yang dibuat oleh para elit politik tidaklah berarti selalu mementingkan kesejahteraan
masyarakat. Ini adalah kelemahan-kelemahan dari model elit.

- MENGIMPLEMENTASI KEBIJAKAN
Implementasi kebijakan merupakan persoalan yang penting di Indonesia. Pasalnya, setiap tahun
pemerintah mengeluarkan dana ribuan triliun rupiah untuk mendanai berbagai program pembangunan.
Sayangnya realitas yang ada menunjukkan bahwa implementasi berbagai program tersebut lebih banyak
yang gagal daripada yang berhasil. Praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) menjadi batu sandungan
serius yang menyebabkan kegagalan berbagai program pembangunan pemerintah tersebut. Selain
pratik KKN, masih ada banyak faktor lain yang menjadi penyebab sulitnya implementasi dilaksanakan,
seperti buruknya koordinasi antar sektor, kesalahan dalam memilih instrumen kebijakan, kesalahan
dalam memilih kelompok sasaran, dan lain sebagainya. Buku ini membahas implementasi dari dua
perspektif. Pertama, implementasi ditempatkan sebagai bagian dari siklus perumusan kebijakan publik.
Dalam hal ini implementasi dilihat sebagai upaya policy maker untuk mencapai tujuan kebijakan melalui
tahapan-tahapan yang dimulai dari perumusan agenda, formulasi, legitimasi, implementasi, evaluasi,
dan terminasi kebijakan. Kedua, implementasi diposisikan sebagai suatu field of study. Dalam perspektif
ini, implementasi adalah suatu fokus studi di mana para sarjana berusaha untuk memahami persoalan
implementasi. Sebagai suatu fokus studi maka implementasi memiliki ontologi, epistimologi dan
metodologi yang digunakan untuk memahami persoalan implementasi. Dengan menggunakan dua
perspektif tersebut, buku ini mencoba menghubungkan dua dunia yang sering kali terdikotomi, yaitu :
dunia praktik dan dunia teori. Harapannya, penggunaan dua pendekatan ini akan memberikan
kontribusi perkembangan teori dan praktik implementasi di dua wilayah yang berbeda tersebut secara
simultan.

- MENGEVALUASI HASIL DAN DAMPAK KEBIJAKAN

a. Pengertian Evaluasi Kebijakan

Evaluasi merupakan salah satu tahapan penting dalam proses kebijakan publik, namun seringkali
tahapan ini diabaikan dan hanya berakhir pada tahap implementasi. Evaluasi adalah kegiatan untuk
menilai tingkat kinerja suatu kebijakan.[1] Evaluasi kebijakan digunakan untuk mengukur keberhasilan
dan kegagalan pelaksanaan suatu kebijakan publik. Menurut Muhadjir dalam Widodo mengemukakan
“Evaluasi kebijakan publik merupakan suatu proses untuk menilai seberapa jauh suatu kebijakan publik
dapat “membuahkan hasil”, yaitu dengan membandingkan antara hasil yang diperoleh dengan tujuan
dan/atau target kebijakan publik yang ditentukan”.[2] Dalam bahasa yang lebih singkat Jones
mengartikan evaluasi adalah “Kegiatan yang bertujuan untuk menilai “manfaat” suatu kebijakan”. Serta
secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai “Kegiatan yang menyangkut estimasi atau
penilaian kebijakan yang menyangkut substansi, implementasi, dan dampak”.40 Hal ini berarti bahwa
proses evaluasi tidah hanya dapat dilakukan pada tahapan akhir saja, melainkan keseluruhan dari proses
kebijakan dapat dievaluasi.

b. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Kebijakan


Sebagai salah satu tahapan dalam proses kebijakan, evaluasi memiliki fungsi dan tujuan. Menurut
Wibawa dalam Nugroho, evaluasi kebijakan publik memilik empat fungsi, yaitu:

Melalui evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan program dan dapat dibuat suatu generalisasi
tentang pola-pola hungungan antar berbagai dimensi realitas yang diamatinya. Dari evaluasi ini
evaluator dapat mengidentifikasi masalah ,kondisi, dan aktor yang mendukung keberhasilan atau
kegagalan kebijakan.

Melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang dilakukan oleh para pelaku, baik birokrasi
maupun pelaku lainnya, sesuai dengan standar dan prosedur yang ditetapkan oleh kebijakan.

Melalui evaluasi dapat diketahui, apakah output benar-benar sampai ke tangan kelompok sasaran
kebijakan, atau justru ada kebocoran atau penyimpangan.

Dengan evaluasi dapat diketahui apa akibat sosial ekonomi dari kebijakan tersebut[3].

Beberapa ahli juga mengemukakan tentang tujuan-tujuan dari evaluasi, Subarsono merinci beberapa
tujuan dari evaluasi antara lain sebagai berikut :

Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan. Melalui evaluasi maka dapat diketahui derajat pencapaian
tujuan dan sasaran kebijakan.

Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan. Dengan evaluasi juga dapat diketahui derajad diketahui
berapa biaya dan manfaat suatu kebijakan.

Mengukur tingkat keluaran (outcome) suatu kebijakan. Salah satu tujuan evaluasi adalah mengukur
berapa besar dan kualitas pengeluaran atau output dari suatu kebijakan.

Mengukur dampak suatu kebijakan. Pada tahap lebih lanjut, evaluasi ditujukan untuk melihat dampak
dari suatu kebijakan, baik dampak positif maupun negatif.

Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan. Evaluasi juga bertujuan untuk mengetahui adanya
penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi, dengan cara membandingkan antara tujuan dan
sasaran dengan pencapaian target.

Sebagai bahan masukan (input) unutk kebijakan yang akan datang. Tujuan akhir evaluasi adalah untuk
memberikan masukan bagi proses kebijakan ke depan agar dihasilkan kebijakan yang lebih baik.[4]

Oleh karena itu evaluasi kebijakan, pada prinsipinya digunakan untuk mengevaluasi empat asek dalam
proses kebijakan publik, yaitu “a) proses pembuatan kebijakan; 2) proses implementasi; 3) konsekuensi
kebijakan; 4) efektifitas dampak kebijakan”.

Ringkasan 3 :

1. PENGEMBANGAN ORGANISASI
- DIAGNOSIS ORGANISASI

diagnosis organisasi ini adalah cara yang efektif untuk melihat organisasi untuk menentukan
kesenjangan antara kinerja saat ini dan yang diinginkan, dan bagaimana ia dapat mencapai tujuannya.
Diagnosis dapat dibatasi pada tim, proyek atau perusahaan pada umumnya.

Ini adalah proses yang melibatkan tiga langkah: memasuki sistem manusia secara publik, mengumpulkan
data yang valid tentang berbagai pengalaman dan umpan balik ke sistem untuk meningkatkan kinerja
perusahaan. Ini adalah pendekatan terstruktur yang mengevaluasi operasi dan efisiensi organisasi.

- INTERVENSI ORGANISASI

Dalam intervensi pengembangan organisasi di organisasi pembelajaranterdapat tiga proses intervensi


yaitu :

1. Diagnosis (Diagnosis) : untuk mengidentifikasi unsur-unsur yang akan dievaluasi dalam bidang
konsentrasi,

2. Presentation (Presentasi): diagnosis mempresentasikan hasil diagnosis dalam bentuk proposal untuk
mengimplementasikan hasil

3. Implementation (Implementasi) : hasil proposal melalui usaha perubahan yang telah direncanakan.

Tiga proses intervensi di atas merupakan dasar yang digunakan untuk menghasilkan berbagai diagnosa
yang digunakan untuk koreksi kekurangan dan / atau disfungsional konsentrasi (bidang utama) yang ada
dalam intervensi pengembangan organisasi di organisasi pembelajaranyaitu kebijakan dan prosedur
sumber daya manusia, evaluasi sumber daya manusia, struktur dan desain, pelatihan dan
pengembangan sumber daya manusia, komunikasi dan kepemimpinan.

Setiap proses atau situasi perubahan pada intervensi harus senantiasa dievaluasi dan dilakukan
penilaian bagaimana ketercapaiannya. Seperti yang ada pada jurnal ini, melalui 3 proses intervensi, yang
mana sudah dipaparkan proses diagnosa terhadap konsentrasi (kebijakan dan prosedur sumber daya
manusia, evaluasi sumber daya manusia, struktur dan desain, pelatihan dan pengembangan sumber
daya manusia, komunikasi dan kepemimpinan) secara mendalam pada elemen-elemen sumber daya
manusia yang ada pada organisasi pembelajaran.

Setelah proses mendiagnosa dan mempresentasikan hasil diagnosa, selanjutnya adalah implementasi.
Menurut analisis penulis, jenis intervensi yang digunakan dalam jurnal ini adalah menggunakan Human
Process Intervention atau intervensi yang berfokus pada orang dalam organisasi dan proses melalui
mana anggota organisasi mencapai tujuan organisasi, karena berkaitan dengan hubungan interpersonal
dan dinamika kelompok. Oleh sebab itu, dapat disusun sebuah program yang dapat dilakukan agar
perubahan dalam internal organisasi antara lain :

a. Survey feedback.
Sebuah pengumpulan informasi dengan cara survey atas organisasi dan olah langsung oleh atasan.
Setelah diolah oleh atasan akan diberikan ke manajer ataupun anggota untuk pemecahan masalahnya.

b. Organization confrontation meeting.

Masalah yang ada dari evaluasi akan diidentifikasi olah anggota yang sudah berpengalaman atau
berkompeten dalam organisasi tersebut.

d. Intergruop relations

Dengan memasukkan orang ketiga dalam grup agar dapat membantu memecahkan masalah yang
dihadapi.

e. Pendekatan normatif

Memberikan pelatihan kepada anggota dalam kegiatan organisasi. didalamnya pemberian prosedur
yang berlaku dalam organisasi.

- TEKNOLOGI DAN STRUKTUR KERJA

Teknologi Informasi sudah menjadi senjata atau alat dalam proses bisnisperusahaan yang dapat
membuat aliran informasi berjalan secara cepat, secara internal maupun eksternal. Teknologi
diharapkan dapat menjadi fasilitator daninterpreter dari mulai mengembangkan ide–ide baru untuk
mengatasi persaingan yangsemakin ketat pada masa mendatang. Maka penerapan Struktur organisasi
yangmerupakan faktor penting diperlukan untuk mempengaruhi perilaku individu dankelompok–
kelompok yang ada di dalam organisasi. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui bagaimana pengaruh
teknologi informasi dan struktur organisasi terhadapkualitas sistem informasi akuntansi manajemen
pada PT. Panca Anugerah Indomobili.Data yang diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada 40
responden. Metodeanalisis yang digunakan adalah statsitik desktiftif, diolah secara statistic dengan
SEMPLSdanmenggunakanprogramSMARTPLS3.0forwindows. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa
teknologi informasi berpengaruhsignifikan terhadap kualitas sistem informasi akuntansi manajemen.
Struktur organisasitidak berpengaruh terhadap kualitas sistem informasi akuntansi manajemen.

- KONSEP TEKNOSTRUKSTUR ORGANISASI

Teknostruktur. Adalah para analis yang bertanggungjawab untuk melaksanakan standarisasi dalam
organisasi. Dalam melakukan pekerjaannya teknostruktur menggunakan teknik-teknik analisis
pekerjaan. Mereka melakukan analisis atas pekerjaan-pekerjaan yang ada dalam organisasi dan
kemudian distandarisasi untuk kemudian diterapkan dalam organisasi. Mereka juga bertanggungjawab
atas pelatihan-pelatihan anggota organisasi. Dalam organisasi besar umunya ada tiga jenis analis yaitu :

a. Analisis studi kerja, yang bertugas menganalisis dan menstandarisasi proses kerja.

b. Analisis perencanaan dan pengendalian yang bertugas menstandarisasi output.


c. Analisis personel, yang bertugas menstandarisasi keahlian.

Ringkasan 4 :

1. TEORI ORGANISASI

- STRUKTUR ORGANISASI

Struktur organisasi sebagai suatu garis hirarki yang mendeskripsikan berbagai komponen yang
menyusun perusahaan, dimana setiap individu atau Sumber Daya Manusia pada lingkup perusahaan
tersebut kemudian memiliki posisi dan fungsinya masing-masing.

Struktur organisasi sendiri dibuat untuk kepentingan perusahaan dengan sebelumnya menempatkan
orang-orang yang kompeten sesuai dengan bidang dan keahliannya. Bagi HRD sendiri, dengan adanya
struktur organisasi, kita dapat mengetahui peran dan tanggung jawab karyawan-karyawannya.

Dengan menempatkan seseorang ke dalam sebuah posisi dalam struktur sesuai dengan kemampuannya
juga bisa menjadi patokan HRD dalam menentukan jumlah gaji karyawan bersangkutan.

Misalnya saja Jika A pandai dalam pemasaran tetapi tidak dengan penjualan, sedangkan B sebaliknya,
pandai dalam penjualan tetapi tidak dengan pemasaran, kerja sama adalah cara paling efisien untuk
mencapai tujuan tunggal. Setiap kekuatan berguna dalam sistem organisasi.

Fungsi Struktur Organisasi

Struktur organisasi sebagai sebuah hierarki (jenjang atau garis yang bertingkat) berisi komponen-
komponen dimana pendiri dan penyusun perusahaan kemudian menggambarkan pembagian kerja, dan
bagaimana aktivitas dalam perusahaan yang berbeda mampu saling terkoordinasi. Struktur organisasi
yang baik sendiri kemudian akan menunjukkan adanya spesialisasi pada masing-masing fungsi
pekerjaan, maupun penyampaiannya melalui sebuah laporan.

Struktur organisasi adalah sistem yang digunakan untuk mendefinisikan hierarki dalam sebuah
organisasi dengan tujuan menetapkan cara sebuah organisasi dapat beroperasi, dan membantu
organisasi tersebut dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan di masa depan.

- TEKNOLOGI

Keberadaan teknologi telah mempengaruhi masyarakat dan lingkungan disekitarnya seiring dengan
perkembangan zaman.

Di mana dengan teknologi mampu membantu dalam berbagai hal, seperti membantu memperbaiki
ekonomi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata teknologi mengandung arti metode ilmiah untuk
mencapai tujuan praktis, ilmu pengetahuan terapan atau keseluruhan sarana untuk menyediakan
barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.

Dikutip dari Encyclopaedia Britannica (2015), teknologi merupakan penerapan pengetahuan ilmiah
untuk tujuan praktis dalam kehidupan manusia atau pada perubahan dan manipulasi lingkungan
manusia. Teknologi berasal dari kata technologia (bahasa Yunani) techno artinya ‘keahlian’ dan logia
artinya ‘pengetahuan’.

Istilah teknologi pertama kali muncul dalam bahasa Inggris pada abad ke-17. Di mana waktu itu dipakai
untuk maksud diskusi tentang seni terapan saja.

Tapi lambat laun, seni menjadi obyek penunjukan. Pada abad ke-20, istilah tersebut berkembang pesat
dan mencakup berbagai cara, proses, dan ide selain mengenai perkakas dan mesin.

Pada abad pertengahan teknologi didefinisikan dengan frasa seperti cara atau aktivitas yang digunakaan
manusia untuk mengubah atau memanipulasi lingkungan.

Namun, definisi luas seperti itu telah dikritik oleh pengamat yang menunjukkan semakin sulitnya
membedakan antara penyelidikan ilmiah dan aktivitas teknologi.

Dikutip dari buku Menanti Kemakmuran Negeri: kumpulan esai tentang pembangunan sosial Ekonomi
Indonesia (2006) karya Burhanuddin Abdullah, disamping berati alat dan mesin, pengertian teknologi
juga mencakup cara, proses, dan gagasan.

- ORGANISASI, KEKUASAAN DAN KONFLIK

Kekuasaan dalam Organisasi

Kekuasaan adalah kapasitas seseorang, tim, atau organisasi untuk mempengaruhi yang lain. Kekuasaan
tidak dimaksudkan untuk mengubah perilaku seseorang, melainkan potensi untuk mengubah seseorang
(Mc. Shane & Von Glnow, 2010: 300). Lebih jauh lagi, kedua ahli ini menjelaskan bahwa kekuasaan
mensyaratkan kebergantungan. Dengan kata lain, pihak yang berkuasa memiliki hal yang dianggap
penting oleh pihak lainnya sehingga pihak tersebut merasa berada di bawah kendali pihak yang memiliki
kekuasaan.

Politik dalam Organisasi

Politik organisasi merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu dalam organisasi untuk
memperjuangkan kepentingannya sendiri (Colquitt, J.A., Lepine, J.A., & Wesson, M.J. 2011: 460).
Sedangkan menurut Mc Shane & Van Glnow (2010: 315-316) politik organisasi terkait erat dengan taktik
organisasi. Menurut kedua pakar ini, politik organisasi adalah prilaku yang dianggap oleh orang lain
sebagai taktik yang menguntungkan diri sendiri dengan mengatasnamakan organisasi. Taktik tersebut
sering kali bertentangan dengan kepentingan organisasi.

Politik organisasi tumbuh subur dalam kondisi-kondisi tertentu, misalnya pada saat kurangnya sumber
daya manusia, sangat mungkin ada individu-individu yang mempertahankan satu posisi atau jabatan di
organisasi.

Secara faktual, politik organisasi bukanlah merupakan suatu hal yang tabu bagi orang-orang tertentu.
Hal ini merupakan imbas dari berkumpulnya banyak individu di dalam organisasi. Semakin banyak
individu di dalam organisasi, semakin banyak pula tarik menarik kepentingan di dalam organisasi
tersebut.

Hal tersebut berimplikasi pada maraknya politik organisasi. Setiap pihak akan melakukan apa pun yang
bisa mereka lakukan untuk mendukung kepentingannya serta untuk melakukan hal-hal yang
menguntungkan dirinya. Hal inilah yang pada akhirnya memunculkan politicking atau berpolitik dalam
organisasi.

Politik dalam Organisasi

Politik organisasi merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu dalam organisasi untuk
memperjuangkan kepentingannya sendiri (Colquitt, J.A., Lepine, J.A., & Wesson, M.J. 2011: 460).
Sedangkan menurut Mc Shane & Van Glnow (2010: 315-316) politik organisasi terkait erat dengan taktik
organisasi. Menurut kedua pakar ini, politik organisasi adalah prilaku yang dianggap oleh orang lain
sebagai taktik yang menguntungkan diri sendiri dengan mengatasnamakan organisasi. Taktik tersebut
sering kali bertentangan dengan kepentingan organisasi.

Politik organisasi tumbuh subur dalam kondisi-kondisi tertentu, misalnya pada saat kurangnya sumber
daya manusia, sangat mungkin ada individu-individu yang mempertahankan satu posisi atau jabatan di
organisasi.

Secara faktual, politik organisasi bukanlah merupakan suatu hal yang tabu bagi orang-orang tertentu.
Hal ini merupakan imbas dari berkumpulnya banyak individu di dalam organisasi. Semakin banyak
individu di dalam organisasi, semakin banyak pula tarik menarik kepentingan di dalam organisasi
tersebut.

Hal tersebut berimplikasi pada maraknya politik organisasi. Setiap pihak akan melakukan apa pun yang
bisa mereka lakukan untuk mendukung kepentingannya serta untuk melakukan hal-hal yang
menguntungkan dirinya. Hal inilah yang pada akhirnya memunculkan politicking atau berpolitik dalam
organisasi.

Manajemen Konflik
Dalam satu organisasi, konflik kadang-kadang merupakan hal yang sangat sulit untuk dihindari.
Karenanya perlu ada strategi yang dapat mengarahkan konflik menjadi hal yang lebih positif. Para ahli
menjelaskan beberapa strategi yang dapat digunakan untuk mengatasi konflik, yaitu avoiding,
collaborating, compromising, avoiding, dan accommodating, dan forcing.

Avoiding adalah menghadapi konflik dengan cara menghindarinya. Cara ini akan menimbulkan masalah
yang lebih besar jika konflik sudah terjadi. Collaborating biasanya digunakan jika pihak-pihak yang
berkonflik memiliki kekuasaan yang relative seimbang. Dalam collaborating pemecahan masalah
diusahakan memenuhi kepentingan semua pihak. Compromising adalah mengelola konflik melalui
konsensus. Dalam compromising, setiap pihak mendapatkan setengah dari total kepentingannya.
Compromising dinilai efektif untuk menyelesaikan masalah secara cepat. Berbeda dengan tiga cara
pengelolaan konflik yang sudah sisebutkan di atas, accommodating merupakan strategi mengelola
konflik dengan mengorbankan kepentingan salah satu pihak dengan memberikan kesempatan kepada
pihak lain untuk memenuhi kepentingannya. Selain itu, ada pula strategi mengelola konflik yang
dilakukan dengan sistem pemaksaan atau forcing. Forcing dinilai efektif jika keputusan yang diambil oleh
pihak yang memaksa adalah keputusan yang benar. Sebaliknya, jika keputusan yang diambil oleh pihak
yang melakukan pemaksaan tidak benar, maka akan menimbulkan permusuhan di dalam organisasi.

Dosen Perbanas

RANDOMNESS0

Kekuasaan, Politik, dan Konflik di dalam Organisasi

BY NANI FITRIANI · 14 OCTOBER 2016

image_print

Manusia yang dikenal sebagai Homo Homini Socius memiliki kebutuhan dan keinginan untuk berkumpul
serta berinteraksi dengan sesamanya. Dalam tataran formal, aktifitas berkumpul dan berinteraksi ini
dapat disebut dengan berorganisasi. Hal ini sejalan dengan buah pikiran Mc. Shane dan Von Glnow
(2010:4) yang mengemukakan bahwa “Organizations are groups of people who work interdependently
toward some purposes… Throughout history, organizations have consisted of people who communicate,
coordinate, and collaborate with each other to achieve common objectives”. Dalam organisasi, individu-
individu yang unik berkumpul, berkolaborasi, dan berkoordinasi untuk mencapai tujuan tertentu.
Keunikan individu yang beragam inilah yang kemudian memunculkan hal-hal penting di dalam
organisasi, seperti kekuasaan, politik, dan konflik.
Kekuasaan dalam Organisasi

Kekuasaan adalah kapasitas seseorang, tim, atau organisasi untuk mempengaruhi yang lain. Kekuasaan
tidak dimaksudkan untuk mengubah perilaku seseorang, melainkan potensi untuk mengubah seseorang
(Mc. Shane & Von Glnow, 2010: 300). Lebih jauh lagi, kedua ahli ini menjelaskan bahwa kekuasaan
mensyaratkan kebergantungan. Dengan kata lain, pihak yang berkuasa memiliki hal yang dianggap
penting oleh pihak lainnya sehingga pihak tersebut merasa berada di bawah kendali pihak yang memiliki
kekuasaan.

Seseorang dapat dikatakan memiliki kekuasaan terhadap orang lain jika ia dapat mengontrol perilaku
orang lain. Kekuasaan adalah hubungan nonresiprokal antara dua orang atau lebih. Nonresiprokal di
dalam konteks ini dapat diartikan sebagai ketidakseimbangan kuasa yang dimiliki oleh individu yang satu
dan individu yang lain. Dengan kata lain, dua pihak yang memiliki hubungan nonresiprokal mungkin saja
tidak memiliki kekuasaan yang sama di dalam wilayah yang sama (Brown dan Gilman, 2003: 158).

Ada banyak hal yang menjadi dasar terbentuknya faktor kekuasaan, seperti kekuatan, kekayaan, umur,
jender, serta jabatan atau posisi. Brown dan Gilman (ibid) menggunakan contoh kata ganti tu (T) dan vos
(V) untuk menggambarkan faktor kuasa. Kata ganti T dan V yang sebenarnya berasal dari bahasa Latin
banyak diadopsi oleh bahasa-bahasa eropa seperti Perancis, Spanyol, dan Italia. Kata ganti V pada
awalnya merupakan kata ganti jamak yang ditujukan kepada para kaisar, sedangkan T merupakan kata
ganti tunggal yang ditujukan kepada rakyat jelata. Pada perkembangan selanjutnya V dan T digunakan
sebagai kata ganti yang menunjukkan kekuasaan yang dimiliki oleh masing-masing pihak. Orang yang
memiliki kekuasaan dipanggil dengan V dan orang yang tidak memiliki kekuasaan dipanggil dengan T.
Contoh yang dikemukakan oleh Brown dan Gilman adalah kata ganti T yang digunakan oleh Paus Gregori
I di dalam surat yang ditujukan pada bawahannya dan kata ganti V yang digunakan oleh bawahan Paus
Gregori I untuk menyapa sang Paus. Pada jaman Eropa pertengahan, kata ganti V dan T digunakan di
dalam skala yang lebih luas, misalnya para pembantu rumah tangga memanggil tuannya dengan V dan
tuannya memanggil pembantunya dengan T, pekerja memanggil pengusaha dengan V dan pengusaha
memanggil pekerja dengan T. Di dalam hubungan keluarga, anak memanggil orang tuanya V dan orang
tuanya memanggil anaknya T.

Ketidakmerataan distribusi kekuasaan sebenarnya dialami oleh setiap individu. Pertama kali individu
mengenal adanya ketidakseimbangan distribusi kekuasaan di dalam keluarga. Seorang anak harus
menyapa orang tuanya dengan sapaan yang dianggap santun. Seperti yang dikemukakan oleh Brown
dan Gilman di atas, anak pertama kali mengenal kata ganti V pada saat ia berinteraksi dengan orang
tuanya. Seiring dengan berkembangnya individu, subordinasi dalam hal kekuasaan merambah ke hal-hal
lain, seperti dalam hubungan kerja.

Thomas (1995: 124-130) dan Mc Shane & Van Glnow (2010: 301 – 304) mengemukakan lima sumber
kekuasaan di dalam organisasi, yaitu legitimate power, reward power, coercive power, expert power,
dan referent power.

Legitimate power merupakan kesepakatan anggota organisasi bahwa individu dalam peran-peran
tertentu dapat menentukan prilaku tertentu dari orang lain. Legitimate power biasanya ditentukan oleh
deskripsi pekerjaan dalam suatu jabatan, misalnya seorang atasan memiliki kekuasaan untuk meminta
bawahannya melaksanakan tugas-tugas organisasi sesuai dengan kapasitasnya.

Reward power adalah kekuasaan untuk mengontrol atau memberikan penghargaan kepada pihak lain.
Seorang manajer dapat mempromosikan bawahannya ke level yang lebih tinggi, member bonus, atau
member hak berlibur sebagai imbalan yang diberikan kepada karyawan yang mencapai target kerja
tertentu. Sebaliknya, seorang bawahan dapat memberikan umpan balik atas kinerja atasannya.

Coercive power adalah kekuasaan untuk member sanksi atau hukuman. Contoh coercive power adalah
seorang atasan memiliki kekuasaan untuk memberikan sanksi kepada bawahannya yang terbukti
memiliki kesalahan fatal yang merugikan organisasi.

Expert power adalah kekuasaan yang berhubungan dengan kemampuan, keahlian, atau pengetahuan
yang dimiliki oleh individu. Misalnya, tim peneliti yang dimiliki oleh perusahaan pertambangan memiliki
kekuasaan apakah sebuah projek dapat dilanjutkan atau tidak.

Referent power adalah kekuasaan yang diasosiasikan dengan charisma seseorang. Secara ilmiah, definisi
referent power memunculkan perdebatan di kalangan para ahli karena ukuran kharisma yang sulit untuk
distandarkan. Namun, secara factual referent power memang ada di dalam kehidupan berorganisasi. Di
banyak perkampungan di Indonesia ada tokoh-tokoh masyarakat yang disegani karena memiliki
kharisma. Hal itu merupakan contoh yang nyata dari referent power.
Dalam kenyataannya, kekuasaan memberikan beberapa keleluasaan bagi pihak yang memiliki posisi
superior. Keleluasaan tersebut dapat menentukan optimal atau tidaknya kinerja sebuah organisasi.

Politik dalam Organisasi

Politik organisasi merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu dalam organisasi untuk
memperjuangkan kepentingannya sendiri (Colquitt, J.A., Lepine, J.A., & Wesson, M.J. 2011: 460).
Sedangkan menurut Mc Shane & Van Glnow (2010: 315-316) politik organisasi terkait erat dengan taktik
organisasi. Menurut kedua pakar ini, politik organisasi adalah prilaku yang dianggap oleh orang lain
sebagai taktik yang menguntungkan diri sendiri dengan mengatasnamakan organisasi. Taktik tersebut
sering kali bertentangan dengan kepentingan organisasi.

Politik organisasi tumbuh subur dalam kondisi-kondisi tertentu, misalnya pada saat kurangnya sumber
daya manusia, sangat mungkin ada individu-individu yang mempertahankan satu posisi atau jabatan di
organisasi.

Secara faktual, politik organisasi bukanlah merupakan suatu hal yang tabu bagi orang-orang tertentu.
Hal ini merupakan imbas dari berkumpulnya banyak individu di dalam organisasi. Semakin banyak
individu di dalam organisasi, semakin banyak pula tarik menarik kepentingan di dalam organisasi
tersebut.

Hal tersebut berimplikasi pada maraknya politik organisasi. Setiap pihak akan melakukan apa pun yang
bisa mereka lakukan untuk mendukung kepentingannya serta untuk melakukan hal-hal yang
menguntungkan dirinya. Hal inilah yang pada akhirnya memunculkan politicking atau berpolitik dalam
organisasi.

Dalam jangka panjang, tarik menarik kepentingan ini akan memberikan dampak tidak baik terhadap
eksistensi organisasi. Semakin banyak individu yang mengedepankan kepentingannya, semakin
terabaikan pula tujuan organisasi. Karenanya, seorang pemimpin yang baik harus dapat meminimalkan
politik organisasi atau berupaya semaksimal mungkin agar politik organisasi tidak memicu timbulnya
konflik yang dapat mengancam keberadaan organisasi.
Konflik dalam Organisasi

Semakin banyaknya individu yang melakukan politik organisasi, semakin besar pula potensi terjadinya
konflik. Mc Shane dan Von Glnow (2010: 328) mendefinisikan konflik sebagai suatu proses di mana salah
satu pihak menganggap bahwa kepentingannya bertentangan dengan pihak lain. Pandangan ini didasari
oleh fakta bahwa setiap individu adalah unik. Mereka memiliki persepsi yang berbeda atas suatu realita.
Perbedaan ini berpengaruh kepada heterogenitas individu dalam berinteraksi di lingkungannya. Di sisi
lain, organisasi juga harus menetapkan visi dan misi, yang tak jarang tidak searah dengan persepsi
individu.

Perbedaan-perbedaan atau benturan-benturan yang terjadi di dalam interaksi social telah


menempatkan konflik sebagai hal yang dianggap negatif. Konflik menciptakan ketidak sepahaman di
antara berbagai pihak. Dampaknya, konflik banyak menciptakan ketidak efisienan dalam berbagai sendi
organisasi (conflict is bad perspective). Ketidak sepahaman ini juga sering memicu timbulnya berbagai
politik organisasi yang pada akhirnya berpengaruh negatif kepada kinerja individu dan organisasi.

Pada era 1970an – 1990an muncul persepsi lain yang memandang konflik dengan kaca mata yang lebih
positif (optimal – conflict – perspective). Pada titik tertentu, ada kemungkinan bahwa pihak-pihak yang
mengalami konflik berbicara satu sama lain. Pada saat seperti inilah konflik dapat menjadi hal positif.
Dalam kondisi ini, keterbukaan antara pihak-pihak yang berkonflik akan memunculkan alternatif
pemecahan masalah.

Selepas tahun 1990an, muncul pandangan yang berbeda mengenai konflik. Di era ini konflik dibagi
menjadi dua, yakni constructive conflict dan relationship conflict. Constructive conflict dianggap dapat
mendorong lahirnya ide-ide dan rekomendasi baru untuk memecahkan masalah. Di sisi lain, relationship
conflict hanya terfokus pada manusia sebagai pihak yang mencetuskan konflik.

Setiap hal yang terjadi di dunia ini pasti memiliki efek positif dan negatif, begitu pula dengan konflik. Di
dalam konteks organiosasi, konflik dapat menyebabkan beberapa hal positif sebagai seperti
memperkuat hubungan antar individu (jika semua pihak yang berkonflik dapat saling bicara dengan
baik); menumbuhkan kepercayaan terhadap orang lain (konflik yang diselesaikan dengan baik akan
menumbuhkan rasa kepercayaan terhadap pihak lain); Meningkatkan harga diri (pihak-pihak yang
berkonflik akan memiliki harga diri tinggi, dan secara positif mereka akan memperbaiki argument-
argumen untuk ,membela dirinya). Pengaruh positif tersebuat akan berdampak pula pada organisasi.
Salah satu dampaknya yaitu organisasi memiliki atternatif pemecahan masalah karena adanya keinginan
dari pihak-pihak yang berkonflik untuk duduk bersama. Hal ini akan berpengaruh terhadap produktifitas
organisasi yang semakin membaik.

Di samping pengaruh positif, konflik juga memiliki beberapa pengaruh negatif seperti mengakibatkan
ketidaknyamanan antar individu karena adanya perasaan saling curiga dan hilangnya kepercayaan.
Dalam jangka panjang, hal tersebut akan berdampak pada menurunnya kinerja organisasi.

Manajemen Konflik

Dalam satu organisasi, konflik kadang-kadang merupakan hal yang sangat sulit untuk dihindari.
Karenanya perlu ada strategi yang dapat mengarahkan konflik menjadi hal yang lebih positif. Para ahli
menjelaskan beberapa strategi yang dapat digunakan untuk mengatasi konflik, yaitu avoiding,
collaborating, compromising, avoiding, dan accommodating, dan forcing.

Avoiding adalah menghadapi konflik dengan cara menghindarinya. Cara ini akan menimbulkan masalah
yang lebih besar jika konflik sudah terjadi. Collaborating biasanya digunakan jika pihak-pihak yang
berkonflik memiliki kekuasaan yang relative seimbang. Dalam collaborating pemecahan masalah
diusahakan memenuhi kepentingan semua pihak. Compromising adalah mengelola konflik melalui
konsensus. Dalam compromising, setiap pihak mendapatkan setengah dari total kepentingannya.
Compromising dinilai efektif untuk menyelesaikan masalah secara cepat. Berbeda dengan tiga cara
pengelolaan konflik yang sudah sisebutkan di atas, accommodating merupakan strategi mengelola
konflik dengan mengorbankan kepentingan salah satu pihak dengan memberikan kesempatan kepada
pihak lain untuk memenuhi kepentingannya. Selain itu, ada pula strategi mengelola konflik yang
dilakukan dengan sistem pemaksaan atau forcing. Forcing dinilai efektif jika keputusan yang diambil oleh
pihak yang memaksa adalah keputusan yang benar. Sebaliknya, jika keputusan yang diambil oleh pihak
yang melakukan pemaksaan tidak benar, maka akan menimbulkan permusuhan di dalam organisasi.

Mensinergikan Kekuasaan, Politik, dan Konflik di Dalam Organisasi


Kekuasaan memungkinkan seseorang memaksakan kehendaknya untuk mencapai tujuan yang ia
inginkan. Perbedaan tujuan berbagai pihak yang terhimpun di dalam organisasi akan mendorong pihak-
pihak tersebut melakukan politik organisasi. Politik organisasi inilah yang selanjutnya menimbulkan
benturan-benturan atau konflik di dalam organisasi. Namun, konflik tidak selalu membawa dampak
buruk bagi organisasi, tetapi juga dapat membawa dampak positif jika dikelola dengan benar.

- ORGANISASI YANG BELAJAR

Organisasi belajar

Organisasi belajar atau organisasi pembelajaran adalah sebuah pemikiran dimana organisasi dianggap
mampu untuk terus menerus memperagakan anggota pembelajaran mandiri (self leraning) sehingga
organisasi tersebut memiliki ‘kecepatan berpikir dan bertindak’ dalam merespon beragam perubahan
yang muncul.

Pedler, Boydell dan Burgoyne merumuskan bahwa organisasi pembelajaran adalah “Sebuah organisasi
yang memfasilitasi pembelajaran dari seluruh anggotanya dan secara terus menerus
mentransformasikan diri”. • Menurut Lundberg (Dale, 2003) menyatakan bahwa pembelajaran adalah
“suatu cara bertujuan yang diarahkan pada pemerolehan dan pengembangan keterampilan dan ilmu
serta aplikasinya”. • Menurut Sandra Kerka (1995) yang paling konseptual dari learning organization
adalah asumsi bahwa ‘belajar itu penting’, berkelanjutan, dan bertambah efektif ketika dibagikan dan
bahwa setiap pengalaman adalah sebuah kesempatan untuk belajar.

Kerka menyatakan, lima disiplin yang diidentifikasikan Peter Senge adalah kunci untuk mencapai
organisasi jenis ini. Peter Senge juga menekankan pentingnya diskusi dalam organisasi, khususnya
dengan memperhatikan pada disiplin belajar tim (team learning). Maka diskusi merupakan keliru satu
ciri dari setiap pembicaraan sesungguhnya dimana setiap orang membuka dirinya terhadap yang lain,
benar-benar menerima sudut pandangnya sebagai pertimbangan berharga dan memasuki yang lain
dalam batasan bahwa dia mengerti tidak sebagai individu secara khusus, namun inti pembicaraannya.
Tujuannya bukan memenangkan gagasan melainkan untuk pengertian bertambah lanjut. Belajar tim
(team learning) memerlukan kapasitas anggota golongan untuk mencabut asumsi dan mesu ke dalam
pola “berfikir bersama” yang sesungguhnya. [Senge. 1990]

 Dimensi Learning Organization Peter Senge (1999) mengemukakan bahwa di dalam learning
organization yang efektif diperlukan 5 dimensi yang akan memungkinkan organisasi untuk belajar,
dijadikan bertambah sempurna, dan berinovasi yakni:

1. Personal Mastery Kemampuan untuk secara terus menerus dan sabar memperbaiki wawasan supaya
objektif dalam melihat realitas dengan pemusatan energi pada hal-hal yang strategis. Organisasi
pembelajaran memerlukan karyawan yang memiliki kompetensi yang tinggi, supaya mampu beradaptasi
dengan tuntutan perubahan, khususnya perubahan teknologi dan perubahan paradigma bisnis dari
paradigma yang berbasis daya fisik ke paradigma yang berbasis ilmu.
2. Mental Model Sebuah anggota menilai diri sendiri untuk memahami, asumsi, kepercayaan, dan
prasangka atas rangsangan yang muncul. Mental model memungkinkan manusia memperagakan
pekerjaan dengan bertambah cepat. Namun, dalam organisasi yang terus berubah, mental model ini
kadang-kadang tidak berfungsi dengan sama berat dan menghambat adaptasi yang diperlukan. Dalam
organisasi pembelajar, mental model ini didiskusikan, dicermati, dan direvisi pada level individual,
golongan, dan organisasi.

3. Shared Vision Komitmen untuk menggali visi bersama tentang masa hadapan secara murni tanpa
paksaan. Oleh karena organisasi terdiri atas beragam orang yang tidak sama latar balik pendidikan,
kesukuan, pengalaman serta norma budayanya, maka akan sangat sulit untuk organisasi untuk
memperagakan pekerjaan secara terpadu kalau tidak memiliki visi yang sama. Selain perbedaan latar
balik karyawan, organisasi juga memiliki beragam unit yang pekerjaannya tidak sama selang satu unit
dengan unit lainnya. Untuk menggerakkan organisasi pada tujuan yang sama dengan cara yang terfokus
pada pencapaian tujuan bersama diperlukan demikianlah keadaanya visi yang dipunyai oleh semua
orang dan semua unit yang benar dalam organisasi.

4. Team Learning Kemampuan dan motivasi untuk belajar secara adaptif, generatif, dan
berkesinambungan. Kini makin jumlah organisasi berbasis tim, karena rancangan organisasi diciptakan
dalam lintas fungsi yang biasanya berbasis team. Kemampuan organisasi untuk mensinergikan cara tim
ini ditetapkan oleh demikianlah keadaanya visi bersama dan kemampuan berfikir sistemik seperti yang
telah diuraikan di atas. Namun tanpa demikianlah keadaanya norma budaya berbagi wawasan sukses
dan gagal yang terjadi dalam sebuah tim, maka pembelajaran organisasi akan sangat lambat, dan
bahkan mandek. Pembelajaran dalam organisasi akan makin cepat kalau orang ingin berbagi wawasan
dan belajar bersama-sama. Berbagi wawasan ilmu dalam tim dijadikan sangat penting untuk
peningkatan kapasitas organisasi dalam menambah modal intelektualnya

5. System Thinking Organisasi pada dasarnya terdiri atas unit yang harus memperagakan pekerjaan sama
untuk menghasilkan kinerja yang optimal. Unit-unit itu selang lain benar yang dinamakan divisi,
direktorat, bidang, atau cabang. Keberhasilan sebuah organisasi sangat ditetapkan oleh kemampuan
organisasi untuk memperagakan pekerjaan secara sinergis. Kemampuan untuk membangun hubungan
yang sinergis ini hanya akan dipunyai kalau semua anggota unit saling memahami pekerjaan unit lain
dan memahami juga dampak dari kinerja unit tempat dia memperagakan pekerjaan pada unit lainnya.
Kelima dimensi dari Peter Senge tersebut perlu dipadukan secara utuh, dikembangkan dan dihayati oleh
setiap anggota organisasi, dan diwujudkan dalam perilaku sehari-hari. Kelima dimensi organisasi
pembelajaran ini harus mempunyai bersama-sama dalam sebuah organisasi untuk meningkatkan mutu
pengembangan SDM, karena mempercepat anggota pembelajaran organisasi dan meningkatkan
kemampuannya untuk beradaptasi pada perubahan dan mengantisipasi perubahan pada masa hadapan.
Kelima dimensi dari Peter Senge tersebut perlu dipadukan secara utuh, dikembangkan dan dihayati oleh
setiap anggota organisasi, dan diwujudkan dalam perilaku sehari-hari. Kelima dimensi organisasi
pembelajaran ini harus mempunyai bersama-sama dalam sebuah organisasi untuk meningkatkan mutu
pengembangan SDM, karena mempercepat anggota pembelajaran organisasi dan meningkatkan
kemampuannya untuk beradaptasi pada perubahan dan mengantisipasi perubahan pada masa hadapan.
Ringkasan 5 :

1. KEPEMIMPINAN

- PERAN PEMIMPIN

Peran pemimpin dalam mengambil keputusan adalah sentral dan strategis. Salah satu fungsi
manajemen, dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa desicion maker memiliki gaya tersendiri.
Biasanya gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh pemimpin ada beberapa yang sering menjadi pola
dalam pengambilan keputusan. Seringkali seorang manajer menggunakan dua atau tiga gaya dalam
pengambilan keputusan. Kekuatan dan kelemahan pembuat keputusan ditentukan pada Gaya yang
digunakan oleh pemimpin atau manajer. Informasi yang sama akan dievaluasi dan diambil keputusannya
dengan gaya kepemimpinan yang berbeda. Hal ini membantu menjelaskan mengapa manajer yang
berbeda membuat keputusan yang berbeda. Secara keseluruhan, analisis gaya pembuat keputusan
berguna dalam memberikan pemikiran mengenai bagaimana menghadapi berbagai gaya pengambilan
keputusan. Seorang pemimpin dalam suatu organisasi dapat mengambil keputusan yang tepat dan
menerapkan gaya kepmimpinan sesuai dengan situasi dengan berbagai pertimbangan yang telah
diperhutungkan secara matang.

- KEKUASAAN DAN KONFLIK DALAM KEPEMIMPINAN

Konflik yang fungsional akan merangsang organisasi menjadi kritis terhadap perubahan-perubahan yang
selalu terjadi baik itu dari dalam (intern) maupun dari luar (ekstern) dan lebih inovatif serta kreatif,
sedangkan konflik yang desdruktif (merusak) hanya akan merangsang organisasi menjadi kacau balau
dan tidak kooporatif. Kalau kita lihat atau kita tinjau dari sudut pandang tradisional konflik itu hanya
akan merusak sehingga harus dihindari bahkan sama halnya dengan irasionalitas, kekerasan dan
kehancuran.

Jika dalam suatu organisasi timbul suatu konflik, maka manajemenlah yang dapat memadamkan
konflik, seorang leader/manager/pemimpin/dituntut bertindak baik secara administrasi maupun
manajemen. Bagaimana seorang leader/manajer bertindak secara administrasi bisa dilihat dari caranya
mengatur dan menjalankan penyelenggaraan apa yang dikehendaki suatu organisasi, sedangkan
tindakan manajemen dapat dilihat dari bagaimana cara seorang pemimpin dalam mengendalikan,
mengarahkan dan memanfaatkan segala faktor dan sumber daya, baik itu manusia, bahan, peralatan
dan lain-lain, yang berdasarkan perencanaan yang diperlukan untuk menyelesaikan atau mencapai suatu
tujuan. Hal ini memang bukan tugas yang mudah, dari sini orang akan melihat bahkan dapat menilai
peranan seorang pemimpin khususnya pemimpin hirarki yang berperan sebagai wasit atas pemutus
pertentangan dalam organisasi secara efektif. Didalam melaksanakan tugasnya pemimpin yang satu
dengan yang lainnya selalu ada perbedaan-perbedaan tertentu. Sikap dan tindak tanduk seorang
pemimpin akan terlihat justru dalam caranya melakukan pekerjaan kepemimpinannya (leadership)
seperti misalnya sewaktu dia memberi perintah kepada bawahannya, caranya menegur kesalahan-
kesalahan bawahan, caranya memimpin rapat, cara berkomunikasinya, caranya menegakkan disiplin
pada para bawahannya, cara merekomendasikan kegiatan yang sifatnya training kepada bawahan, dan
sebagainya.

Terkadang dalam merekomendasikan tugas kepada bawahan tidak sesuai dengan apa sebenarnya
tugas pokok dan fungsi bawahan tersebut, sering kita lihat cara seorang pemimpin merekomendasikan
suatu tugas pekerjaan, sesuaikah tugas yang diberikan kepada bawahan tersebut, karena jika
rekomendasi tugas tersebut terjadi ketidaksesuaian tugas pokok dan fungsi si penerima tugas, hal inilah
yang nantinya akan membuat suatu pekerjaan didalam suatu organisasi menjadi kebingungan akan
wewenang kelompoknya. Hal seperti ini akan sangat mempengaruhi keberhasilan seorang pemimpin
(Leader) dalam merubah perilaku pengikut atau bawahannya. Belum lagi pendapat atasan yang
terkadang beranggapan bahwa staf/pegawai/bawahan itu adalah orang yang pasif, malas, tidak
berambisi untuk maju, takut memikul tanggung jawab, baru bekerja setelah ada peringatan dari atasan,
pendapat seperti ini sebaiknya ditinjau kembali oleh semua atasan atau pemimpin, karena ada satu
pendapat para ahli managemen terutama managemen Sumber Daya Manusia”Tidak ada satu orang staf
pun yang bodoh, tetapi yang bodoh itu adalah manager pengelola SDM nya itu sendiri”, karena jika
sumber daya manusia tersebut ditempatkan sesuai dengan kompetensinya atau keahliannya, maka akan
terlihatlah kemampuan yang sebenarnya dari orang tersebut. Memang staf atau bawahan memiliki
bermacam-macam karakteristik dan kompetensi.

- KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN

Kepemimpinan pemerintahan dalam suatu wilayah pemerintahan sangat ditentukan oleh kapabilitas
yang dimiliki oleh setiap pemimpin. Kapabilitas yang dimaksud adalah kemampuan dalam melaksanakan
tugas pemerintahan yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan rakyatnya serta tuntutan
masyarakat global. Dibutuhkan kemampuan seorang pemimpin dalam memahami aspirasi rakyatnya
dan membaca kecenderungan zaman yang terus berubah. Dalam memahami aspirasi rakyat, seorang
pemimpin harus senantiasa melakukan komunikasi timbal balik dengan rakyat yang dipimpinnya. Dari
proses interaksi tersebut akan diketahui hakikat dari keinginan dan realitas yang dihadapi masyarakat.
Jangan sampai orang di luar wilayah pemerintahan yang memberitahu kondisi internal wilayah seorang
pemimpin. Hal ini sangat fatal, namun tidak jarang terjadi dalam realitas kehidupan kepemimpinan
pemerintahan. Dalam konteks kemampuan membaca kecenderungan zaman yang terus berubah,
seorang pemimpin tidak boleh kehilangan informasi, wacana, dan isu yang terus berkembang dalam
pelaksanaan pemerintaan. Dari perkembangan informasi tersebut, seorang pemimpin dapat melakukan
inovasi-inovasi dan kreasi dalam melaksanakan pemerintahan. Tidak terpaku mati pada aturan normatif
yang cenderung kaku dan tidak perspektif. Sepanjang tidak bertentangan dengan aturan yang ada dan
diabdikan untuk kepentingan pemerintahan dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, maka
inovasi dan kreaktivitas pemimpin adalah suatu keniscayaan. Dalam konteks ini pula, maka aktivitas
studi banding yang kerap kali dilakukan dapat dipahami dan dianggap perlu. Lewat studi banding,
seorang pemimpin akan terbuka mata dan wawasannya dalam melakukan perubahan di wilayahnya.
Suatu hal yang keliru kalau studi banding hanya dijadikan ajang rekreasi untuk kepentingan yang tidak
berhubungan dengan tugas dan pekerjaan seorang pemimpin, apalagi rakyat semakin kritis.

Ringkasan 6 :

1. ETIKA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

- ETIKA JABATAN

Dari uraian tentang konsep etika jabatan di atas dapat dipahami bahwa etika jabatan merupakan nilai-
nilai, norma-norma atau standar-standar yang mengatur perilaku moral para aparatur atau pejabat
publik/aparatur dalam melaksanakan tugas dan melakukan tindakan jabatan. Etika jabatan berisi ajaran-
ajaran moral dan tingkahlaku yang baik dan benar bagi segenap aparatur di dalam menunaikan tugas
dan menjalankan jabatan. Etika jabatan berusaha menentukan norma-norma mengenai apa yang
seharisnya dilakukan oleh setiap aparatur dalam melaksanakan fungsinya dan menjalankan jabatannya.
Sementara itu, sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa kinerja dalam organisasi itu ditunjukkan tidak
hanya oleh kuantitas (jumlah) hasil kerja dan mutu (kualitas) kerja yang dihasilkan, akan tetapi juga oleh
faktor sikap dan perilaku / tingkahlaku dalam melaksanakan pekerjaan itu seperti ketangguhan,
kesetiaan, inisiatif, kerjasama, kejujuran, tanggung jawab, dan sebagainya (Flippo, 2000). Dimensi-
dimensi kinerja pada aspek sikap dan perilaku dalam melaksanakan pekerjaan tersebut dapat terwujud
antara lain dengan penerapan nilai-nilai atau norma-norma yang terkandung dalam etika jabatan;
dengan kata lain dapat dikatakan bahwa penerapan nilai-nilai atau norma-norma yang terkandung
dalam etika jabatan akan menciptakan kondisi moril di dalam melaksanakan tugas dan melakukan
tindakan jabatan seperti kerjasama, kesetiaan, inisiatif, kejujuran, tanggung jawab, dan sebagainya yang
merupakan dimensi kinerja pada aspek perilaku. Beberapa pendapat di atas dapat menunjukkan bahwa
bahwa etika jabata dapat berpengaruh terhadap kinerja aparatur. Artinya, semakin baik pemahaman
dan penghayatan aparatur terhadap etika jabatan maka akan semakin tinggi pula kinerja yang dicapai.

- MASALAH PENGEMBANGAN ETIKA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

Masalah utama pengembangan etika administrasi pemerintahan publik sebenarnya adalah peningkatan
kualitas pelayanan publik itu sendiri. Pelayanan publik yang berkualitas dipengaruhi oleh berbagai aspek,
yaitu bagaimana pola penyelenggaraannya,sumber daya manusia yang mendukung,dan kelembagaan.
Beberapa kelemahan pelayanan publik berkaitan dengan pola penyelenggaraannya antara lain :

a. Sukar Diakses. Unit pelaksana pelayanan publik terletak sangat jauh dari jangkauan masyarakat,
sehingga mempersulit mereka yang memerlukan pelayanan publik tersebut.

b. Belum informatif.Informasi yang disampaikan kepada masyarakat cenderung lambat atau bahkan
tidak diterima oleh masyarakat.
c. Belum bersedia mendengar keluhan/saran/aspirasi masyarakat.Biasanya aparat pelayanan publik
belum bersedia mendengar keluhan/saran/ aspirasi dari masyarakat. Sehingga, pelayanan publik
dilaksanakan semau sendiri dan sekedarnya, tanpa ada perbaikan dari waktu ke waktu.

d. Belum responsif.Hal ini terjadi pada hampir semua tingkatan unsur pelayanan publik, mulai pada
tingkatan petugas pelayanan (front line) sampai dengan tingkatan penanggungjawab instansi.
Tanggapan terhadap berbagai keluhan, aspirasi, maupun harapan masyarakat seringkali lambat atau
bahkan tidak dihiraukan sama sekali.

e. Belum saling berkoordinasi. Setiap unit pelayanan yang berhubungan satu dengan lainnya belum
saling berkoordinasi. Dampaknya, sering terjadi tumpang tindih ataupun pertentangan kebijakan antara
satu instansi pelayanan dengan instansi pelayanan lain yang terkait.

f. Tidak Efisien. Berbagai persyaratan yang diperlukan (khususnya dalam pelayanan perijinan) seringkali
tidak ada hubungannya dengan pelayanan yang diberikan.

g. Birokrasi yang bertele-tele. Pelayanan (khususnya pelayanan perijinan) pada umumnya dilakukan
melalui proses yang terdiri dari berbagai tingkatan, sehingg menyebabkan penyelesaian pelayanan yang
terlalu lama.

- APLIKASI KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI

APLIKASI KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI

Kepemimpinan, Organisasi dan Perubahan LingkunganAda tiga jenis perubahan yaitu perubahan rutin,
perubahan pengembangan, dan inovasi.Mengelola perubahan adalah hal yang sulit. Ukuran kapasitas
kepemimpinan seseorangsalah satu diantaranya adalah kemampuannya dalam mengelola perubahan.
Kemampuanini penting sebab pada masa kini pemimpin, akan selalu dihadapkan pada perubahan-
perubahan, sehingga pemimpin dituntut untuk mampu menyesuaikan dengan perubahanlingkungan.
Pemimpin yang kuat bahkan mampu mempelopori perubahan lingkungan.Ada empat tahap yang harus
dilakukan agar pemimpin dapat mengelola perubahanlingkungan. Tahap-tahap tersebut adalah
pertama, mengidentifikasi perubahan; Kedua,Menilai posisi organisasi; Ketiga, Merencanakan dan
melaksanakan perubahan; danKeempat, Melakukan evaluasi. Untuk memperoleh hasil yang diharapkan
maka keempatlangkah tersebut perlu dilakukan secara berurutan dan
berkesinambungan.Kepemimpinan dan Budaya OrganisasiTugas utama seorang pemimpin adalah
mengajak orang untuk menyumbangkan bakatnyasecara senang hati dan bersemangat untuk
kepentingan organisasi. Dengan demikian pemimpin atau manajer harus mengarahkan perilaku para
anggota organisasi agar tujuanorganisasi dapat tercapai. Para pemimpin perlu membentuk, mengelola,
meningkatkan,dan mengubah budaya kerja organisasi. Untuk melaksanakan tugas tersebut, manajer
perlu menggunakan kemampuannya dalam membaca kondisi lingkungan organisasi,menetapkan
strategi organisasi, memilih teknologi yang tepat, menetapkan struktur organisasi yang sesuai, sistem
imbalan dan hukuman, sistem pengelolaan sumberdayamanusia, sistem dan prosedur kerja, dan
komunikasi serta motivasi.Salah satu cara mengembangkan budaya adalah dengan menetapkan visi
yang jelas danlangkah yang strategis, mengembangkan alat ukur kinerja yang jelas,
menindaklanjutitujuan yang telah dicapai, menetapkan sistem imbalan yang adil, menciptakan iklim
kerjayang lebih terbuka dan transparan, mengurangi permainan politik dalam organisasi,
danmengembangkan semangat kerja tim melalui pengembangan nilai-nilai inti.Kepemimpinan dan
InovasiInovasi berbeda dengan kreativitas. Kreativitas lebih berfokus pada penciptaan idesedangkan
inovasi berfokus pada bagaimana mewujudkan ide. Karena inovasi adalah proses mewujudkan ide, maka
diperlukan dukungan dari faktor-faktor organisasional danleaderships.Dalam membahas inovasi paling
tidak ada duabelas tema umum yang berkaitan dengan pembahasan tentang inovasi yaitu kreativitas
dan inovasi, karakteristik umum orang-orang kreatif, belajar atau bakat, motivasi, hambatan untuk
kreatif dan budaya organisasi,struktur organisasi, struktur kelompok, peranan pengetahuan, kreativitas
radikal atauinkrimental, struktur dan tujuan,proses, dan penilaian. Kemampuan organisasi
dalammengelola keduabelas tema tersebut akan menentukan keberhasilannya dalam melakukan
inovasi.

Anda mungkin juga menyukai