Anda di halaman 1dari 11

Rencana Induk SPAM

BAB V
KRITERIA
PERENCANAAN

5.1. Kebijakan dan Strategi


Pada Pasal 5 UU No.7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air disebutkan bahwa: Negara
menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal
sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih, dan produktif. Selanjutnya
pada Pasal 40 disebutkan: Pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah
tangga dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM).

Pada Pasal 5 Peraturan Pemerintah No.16 tahun 2005 tentang Pengembangan SPAM
disebutkan bahwa:

1. SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan/atau bukan


jaringan perpipaan.
2. SPAM dengan jaringan perpipaan dapat meliputi unit air baku, unit produksi,
unit distribusi, unit pelayanan dan unit pengelolaan.
3. SPAM bukan jaringan perpipaan dapat meliputi : sumur dangkal, sumur pompa
tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, intalasi air
kemasan, atau bangunan perlindungan mata air.
4. SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dikelola secara baik dan
berkelanjutan.

Air minum merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia, dengan
demikian air minum mutlak harus tersedia dengan kualitas dan kuantitas yang memadai.
Misi dari Pengembangan SPAM sebagaimana tertuang dalam Permen PU
No.20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan SPAM

Laporan Akhir 5-1


Rencana Induk SPAM

adalah : Air minum dinikmati tidak hanya oleh masyarakat mampu saja, tetapi dapat
dinikmati oleh masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dengan harga terjangkau.
Berdasarkan Permen PU No.14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang disebutkan , bahwa : Tersedianya akses air minum
yang aman melalui SPAM dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan
terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 Liter/orang/hari.

5.2 Standar Kebutuhan Air


5.2.1 Domestik
Secara umum kebutuhan air sehari- hari rumah tangga (domestic) dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
 Air untuk minum, masak, dan mencuci tangan serta peralatan dapur
 Air untuk mandi, cuci dan kakus
 Air untuk keperluan membersihkan dan lainnya

Berdasarkan jenis kebutuhan air tersebut, maka besar kebutuhan air perkapita akan
sangat dipengaruhi oleh kondisi social ekonomi masyarakat, iklim (kelembaban udara
dan temperature), dan perilaku masyarakat dalam penggunaan air.
Standar kebutuhan air perkapita, mengacu pada ketentuan yang ada adalah:
 Kebutuhan Pokok sebesar 60 L/org/hari (Permen PU No.20 th 2006 dan Permen
PU No.14 th 2010).
 Perdesaan sebesar 100 L/org/hari (SNI 19-6728.1-2002)
 Rata-Rata sebesar 120 L/org/hari (Permen PU No.20 th 2006)
 Kota Besar/ Metropolitan 150 L/org/hari (SNI 19-6728.1-2002)

5.2.2 Non Domestik


Kebutuhan air non domestic antara lain adalah : niaga, social (sekolah, rumah sakit,
rumah ibadah), industry, dan pelabuhan (laut dan udara).
Standar kebutuhan air non domestic, berdasarkan ketentuan yang ada, antara lain:
 Perdesaan 10-20% dari kebutuhan domestic (DJCK 1997)
 Perkotaan 20-30% dari kebutuhan domestic (DJCK 1997)
 Sekolah : 10 L/org/hari (SNI 19-6728.1-2002)

Laporan Akhir 5-2


Rencana Induk SPAM

 Kantor, Rumah Ibadah, Fas.Kesehatan (non Rumah Sakit) : 2 m3/unit/hari


 Industri : 0,4-1 L/dt/Ha (SNI 19-6728.1-2002)
 Industri kecil/ rumah tangga : 2 m3/unit/hari
 Rumah Sakit, Industri Besar : 5-10 L/dt/unit

5.3 Kriteria Perencanaan


5.3.1 Unit Air Baku
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 2005, disebutkan criteria unit air baku
sebagai berikut:
 Pasal 7 unit air baku terdiri dari bangunan pengambilan/penyadapan, system
pemompaan dan/atau bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya, alat
pengukuran dan peralatan pemantauan.
 Pasal 8 ayat 1 air baku wajib memenuhi baku mutu yang ditetapkan untuk
penyediaan air minum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
 Passal 8 ayat 5 penggunaan air baku untuk memenuhi kebutuhan kelompok non
pengusahaan wajib berdasarkan izin guna pakai air sesuai dengan peraturan
perundangundangan.
 Pasal 8 ayat 6 penggunaan air baku khususnya dari air tanah dan mata air wajib
memperhatikan keperluan konservasi dan pencegahan kerusakan lingkungan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
 Pasal 14 ayat 1 perlindungan air baku dilakukan melalui keterpaduan
pengaturan pengembangan SPAM dan Prasarana dan Sarana Sanitasi.

Survei air baku dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai berbagai


alternatif sumber air baku yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat di lokasi sasaran yang direncanakan.
Sumber air baku harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
 debit minimum dari sumber air baku;
 kuantitas sumber air baku harus terjamin kontinuitasnya;
 kualitas air baku harus memenuhi ketentuan baku mutu air yang berlaku;

Laporan Akhir 5-3


Rencana Induk SPAM

 jarak sumber air baku ke daerah pelayanan maksimum sesuai dengan ketentuan
untuk masing-masing sumber air baku.

Tabel 5. 1. Kriteria Air Baku

No
Uraian Kriteria
.
1. Kuantitas Debit andalan > kapasitas penyadapan
2. Kualitas Memenuhi persyaratan standar air baku air minum
(Peraturan Pemerintah RI No.82 tanggal 14 Desember
2001)
3. Kontinuitas Tersedia sepanjang waktu
4. Pencemaran Limbah Tidak ada potensi pencemaran
5. Konflik Sosial Tidak ada potensi konflik social pemanfaatan
6. Pemanfaatan Harus ada izin dari instansi berwenang (SIPA)
7. Jarak ke Daerah Pelayanan Seefisien mungkin sesuai topografi
Sumber : berbagai referensi

5.3.2 Unit Transmisi


Pipa transmisi sedapat mungkin harus diletakkan sedemikian rupa dibawah level garis
hidrolis untuk menjamin aliran sebagaimana diharapkan dalam perhitungan agar debit
aliran yang dapat dicapai masih sesuai dengan yang diharapkan.

Dalam pemasangan pipa transmisi, perlu memasang angker penahan pipa pada bagian
belokan baik dalam bentuk belokan arah vertical maupun belokan arah horizontal untuk
menahan gaya yang ditimbulkan akibat tekanan internal dalam pipa dan energi kinetik
dari aliran air dalam pipa yang mengakibatkan kerusakan pipa maupun kebocoran aliran
air dalam pipa tersebut secara berlebihan.

Sistem transmisi harus menerapkan metode-metode yang mampu mengendalikan


pukulan air (water hammer) yaitu bilamana sistem aliran tertutup dalam suatu pipa
transmisi terjadi perubahan kecepatan aliranair secara tiba-tiba yang menyebabkan
pecahnya pipa transmisi atau berubahnya posisi pipa transmisi dari posisi semula.

Laporan Akhir 5-4


Rencana Induk SPAM

Tabel 5.2 Kriteria Pipa Transmisi

No Uraian Notasi Kriteria


1 Debit Perencanaan Q max Kebutuhan air hari maksimum
Q max = F max x Q rata-rata
2 Faktor hari maksimum Fmax 1,10 – 1,50
3 Jenis saluran Pipa atau saluran terbuka
4 Kecepatan aliran air dalam pipa
a) Kecepatan minimum
b) Kecepatan maksimum V min 0,3-0,6 m/det
-Pipa PVC
-Pipa DCIP V max 3,0-4,5 m/det
V max 6,0 m/det
5 Tekanan air dalam pipa
a) Tekanan minimum H min 1 atm
b) Tekanan maksimum
-Pipa PVC H maks 6-8 atm
-Pipa DCIP 10 atm
-Pipa PE 100 12,4 Mpa
-Pipa PE 80 9,0 Mpa
6 Kecepatan saluran terbuka
a) Kecepatan minimum V min 0,6 m/det
b) Kecepatan maksimum V maks 1,5 m/det
7 Kemiringan saluran terbuka S (0,5 -1) 0/00
8 Tinggi bebas saluran terbuka Hw Minimum 15 cm
9 Kemiringan tebing terhadap 450 (utk bentuk trapezium)
dasar saluran
*) Saluran terbuka hanya digunakan untuk transmisi air baku
Sumber : Permen PU No.18 tahun 2007

5.3.3 Unit Produksi


Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 2005, disebutkan criteria unit produksi
sebagai berikut:
 Pasal 9 ayat 1 unit produksi merupakan prasarana dan sarana yang dapat
digunakan untuk mengolah air baku menjadi air minum melalui proses fisik,
kimiawi, dan/atau biologi.

Laporan Akhir 5-5


Rencana Induk SPAM

 Pasal 9 ayat 2 unit produksi terdiri dari bangunan pengolahan dan


perlengkapannya, perangkat operasional, alat pengukuran dan peralatan
pemantauan, serta bangunan penampungan air minum.
 Pasal 9 ayat 3 limbah akhir dari proses pengolahan air baku menjadi air minum
wajib diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke sumber air baku dan daerah
terbuka.

Proses pengolahan air baku air minum agar menjadi air yang memenuhi persyaratan
standar air minum yang diterapkan saat ini, secara umum mencakup proses fisik, kimiawi
dan biologis.
Standard kualitas air baku air minum mengacu pada Peraturan Pemerintah RI No.82
tanggal 14 Desember 2001 tentang standar kualitas air baku.
Sebagai gambaran efektivitas proses pengolahan air secara fisik-kimiawi-biologis tersebut
dapat diuraikan secara kualitatif sebagai berikut :

Tabel 5.3 Efektivitas Proses Pengolahan Air

Proses Pengolahan Air


Aerasi *) Koagulasi Sedimentasi Saringan Saringan Klorinasi
Parameter
Flokulasi *) Pasir Pasir **)
Kualitas Air
**) Cepat *) Lambat
***)
Kandungan
Oksigen + 0 0 - -- +
Terlarut
Kandungan
Karbon - 0 0 + ++ +
Dioksida
Penguranga
n 0 +++ + +++ ++++ 0
Kekeruhan
Penguranga
n 0 ++ + + ++ ++
Warna Air
Penguranga ++ + + ++ ++ +
n

Laporan Akhir 5-6


Rencana Induk SPAM

Proses Pengolahan Air


Aerasi *) Koagulasi Sedimentasi Saringan Saringan Klorinasi
Parameter
Flokulasi *) Pasir Pasir **)
Kualitas Air
**) Cepat *) Lambat
***)
Rasa dan
Bau
Penguranga
n 0 + ++ ++ ++++ ++++
Bakteri
Penguranga
n
++ + + ++++ ++++ 0
Besi dan
Mangan
Penguranga
n
+ + ++ +++ ++++ +++
Materi
Organik
Sumber : dari berbagai literatur
++++ efek positif dan peningkatannya *) proses fisik
0 tidak ada efek **) proses kimiawi
_ efek negative/ pengurangan ***) proses fisik-biologis

Pedoman yang diterbitkan terkait dengan proses pengolahan air, antara lain:
- SNI 6774:2008 Tata Cara Perencanaan Unit Paket Instalasi Pengolahan Air

- SNI 6773: 2008 Spesifikasi UnitPaket Instalasi Pengolahan Air

- Pt T-28-2000-C Tata Cara Pembubuhan Kaporit pada Unit IPA

- Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Unit Produksi SPAM, BPP SPAM, tahun
2009

5.3.4 Unit Distribusi


Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 2005, disebutkan criteria unit distribusi
sebagai berikut:
 Pasal 10 ayat 1 unit distribusi terdiri dari system pemompaan, jaringan distribusi,
bangunan penampungan, alat ukur dan peralatan pemantauan.

Laporan Akhir 5-7


Rencana Induk SPAM

 Pasal 10 ayat 2 unit distribusi wajib memberikan kepastian kuantitas, kualitas


air, dan kontinuitas pengaliran.
 Pasal 10 ayat 3 kontinuitas sebagaimana dimaksud pada ayat 2,wajib
memberikan jaminan pengaliran 24 jam per hari.

Perencanaan teknis pengembangan SPAM unit distribusi dapat berupa jaringan


perpipaan yang terkoneksi satu dengan lainnya membentuk jaringan tertutup (loop),
sistem jaringan distribusi bercabang (dead-end distribution system), atau kombinasi dari
kedua sistem tersebut (gradesystem).
Bentuk jaringan pipa distribusi ditentukan oleh kondisi topografi, lokasi reservoir, luas
wilayah pelayanan, jumlah pelanggan dan jaringan jalan dimana pipa akan dipasang.
Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam perancangan denah (lay-out) sistem
distribusi adalah sebagai berikut:
a. Denah (Lay-out) sistem distribusi ditentukan berdasarkan keadaan topografi
wilayah pelayanan dan lokasi instalasi pengolahan air;
b. Tipe sistem distribusi ditentukan berdasarkan keadaan topografi wilayah
pelayanan;
c. Jika keadaan topografi tidak memungkinkan untuk sistem gravitasi seluruhnya,
diusulkan kombinasi sistem gravitasi dan pompa. Jika semua wilayah pelayanan
relatif datar, dapat digunakan system perpompaan langsung, kombinasi dengan
menara air, atau penambahan pompa penguat (booster pump);
d. Jika terdapat perbedaan elevasi wilayah pelayanan terlalu besar atau lebih dari
40 m, wilayah pelayanan dibagi menjadi beberapa zone sedemikian rupa
sehingga memenuhi persyaratan tekanan minimum.

Untuk mengatasi tekanan yang berlebihan dapat digunakan katup pelepas tekan
(pressure reducing valve). Untuk mengatasi kekurangan tekanan dapat digunakan pompa
penguat.

Laporan Akhir 5-8


Rencana Induk SPAM

Tabel 5.4 Kriteria Pipa Distribusi

No. Uraian Notasi Kriteria


1 Debit Perencanaan Q puncak Kebutuhan air jam puncak
Q peak = F peak x Q rata-rata
2 Faktor jam puncak F puncak 1,15 - 3
3 Kecepatan aliran air dalam
pipa
a) Kecepatan minimum V min 0,3 – 0,6 m/det
b) Kecepatan maksimum
Pipa PVC atau ACP V max 3,0 – 4,5 m/det
Pipa baja atau DCIP V max 6,0 m/det
4 Tekanan air dalam pipa
a) Tekanan minimum h min (0,5-1,0) atm,pada titik jangkauan
pelayanan terjauh
b) Tekanan maksimum
Pipa PVC atau ACP h max 6-8 atm
Pipa baja atau DCIP h max 10 atm
Pipa PE 100 h max 12,4 MPa
Pipa PE 80 h max 9,0 MPa
Sumber : Permen PU No.18 tahun 2007

Lokasi dan tinggi reservoir ditentukan berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:


a. Reservoir pelayanan di tempat sedekat mungkin dengan pusat daerah
pelayanan, kecuali kalau keadaan tidak memungkinkan.
b. Selain itu harus dipertimbangkan pemasangan pipa paralel;
c. Tinggi reservoir pada sistem gravitasi ditentukan sedemikian rupa sehingga
tekanan minimum sesuai hasil perhitungan hidrolis dijaringan pipa distribusi.
d. Muka air reservoir rencana diperhitungkan berdasarkan tinggi muka air
minimum;

Laporan Akhir 5-9


Rencana Induk SPAM

e. Jika elevasi muka tanah wilayah pelayanan bervariasi, maka wilayah pelayanan
dapat dibagi menjadi beberapa zona wilayah pelayanan yang dilayani masing-
masing dengan satu reservoir.
Volume reservoir pelayanan (service reservoir) ditentukan berdasarkan:
a. Jumlah volume air maksimum yang harus ditampung pada saat pemakaian air
minimum ditambah volume air yang harus disediakan pada saat pengaliran jam
puncak karena adanya fluktuasi pemakaian air di wilayah pelayanan dan periode
pengisian reservoir.

b. Cadangan air untuk pemadam kebakaran kota sesuai dengan peraturan yang
berlaku untuk daerah setempat Dinas Kebakaran.

Debit pompa distribusi ditentukan berdasarkan fluktuasi pemakaian air dalam satu hari.
Pompa harus mampu mensuplai debit air saat jam puncak dimana pompa besar bekerja
dan saat pemakaian minimum pompa kecil yang bekerja. Debit pompa besar ditentukan
sebesar 50% dari debit jam puncak. Pompa kecil sebesar 25% dari debit jam puncak.

5.3.5 Unit Layanan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 2005, disebutkan criteria unit layanan
sebagai berikut:
 Pasal 11 ayat 1 unit pelayanan terdiri dari sambungan rumah, hidran umum dan
hidran kebakaran.
 Pasal 11 ayat 2 untuk mengukur besaran pelayanan pada sambungan rumah dan
hidran umum harus dipasang alat ukur berupa meter air.
 Pasal 11 ayat 3 untuk menjamin keakurasiannya, meter air sebagaimana
dimaksud pada ayat 2 wajib ditera secara berkala oleh instansi yang berwenang.

5.4 Periode Perencanaan

Rencana Induk Pengembangan SPAM disusun berdasarkan proyeksi kebutuhan air


dengan periode perencanaan 15 tahun, dengan pentahapan perencanaan dalam periode
5 tahunan.

5.5 Kriteria Daerah Layanan

Laporan Akhir 5-10


Rencana Induk SPAM

Sasaran pelayanan pada tahap awal prioritas harus ditujukan pada daerah yang belum
mendapat pelayanan air minum dan berkepadatan tinggi serta kawasan strategis. Setelah
itu prioritas pelayanan diarahkan pada daerah pengembangan sesuai dengan arahan
dalam perencanaan induk kota.

Laporan Akhir 5-11

Anda mungkin juga menyukai