!t:r '
Direktur Uta ma
�
DARMAWAN DAU D
Wa ki l Direktur Uta m a
Direktur Per
dan U m m d a n Kea manan
a ICERETA API INDONESIA
KANTOR PUSAT
(PERSERO)
TENTANG
PERATURAN DINAS 19 (PD 19) J i lid I
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Bandung
Pada Tanggal : 23 September 2011
IGNASIUS JONAN
NIPP63621
Tembusan:
1. Dewan Komisaris PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) di Jakarta
2. Direksi PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) di Bandung
3. EVP, VP, GM, SM PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) di Bandung
4. EVP/VP Daerah Operasi dan Regional PT KERETA API INDONESIA (PERSERO)
di Jawa dan Sumatra
TIM PEM BAHARUAN DAN PERBAIKAN REGLEMEN M ENJADI PERATU RAN DI NAS
TENTANG U RUSAN PERJALANAN KERETA API DAN U RUSAN LANGSI R
A. Herl ianto Joke Margono
Albert Tarra Reno Pradipto
Candra Purnama Arief M u djono
Herry Barkah W. Bamba ng Sulistio
Rusta m Harahap Hari Koesdarmanto
M u l ia nta Sinul ingga R. Didin Su priadi
Totok Suryono Agus Wa hjuana
M. Sa hli Barn ba ng Tia rso
Porwanto H.N. Suryadi Rachmat
Agus N ugroho H a rtomo Wiropuspito
Tating Setiawan Sukirno E.S.
Ahmad Saifudin Sri H a rtanto
Rochsjid Budiantoro Kadi Supriatna
I ra Nevasa
Bagus Rosadi
A. Najib Tawanga l u n
Zulka rnain
H u sein N u roni
Agus Fadillah
Sukamto
Su priyanto
Dicky Eka Priandana
Sekretariat:
Muhardjito Aifil Dia mri
Sri Mu rwa nto Wahyu N u rdiansya h
Neneng Ratna Dewi Didit Andi l ndrayana
PERUBAHAN DAN TAMBAHAN
Berlaku
Diteta pkan denga n Surat Keputusa n Dikerjaka n
No mulai Ketera ngan
oleh
Dari Nomor Ta nggal ta nggal
Peraturan Dinas 19 Jilid I
DAFTAR ISi
KATA PENGANTAR ............................................................................................ I
ii
Peraturan Dinas 19 Jilid I
iii
Peraturan Dinas 19 Jilid I
iv
Peraturan Dinas 19 Jilid I
v
Peraturan Dinas 19 Jilid I
vi
Peraturan Dinas 19 Jilid I
vii
Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 1
BAB I
ARTI DAN ISTILAH
Pasal 1
Dalam Peratu ran Dinas ini yang dimaksud denga n.
1. Kepala Stasiun adalah kepala u nit pel a ksana teknis ya ng menguasa i
stasiun dan salah satu ta nggung jawa bnya adalah mengatur perjalanan
kereta a pi dan langsir di stasiun, jika di stasiun tersebut tida k
ditugaska n/diperba ntu ka n Ppka ata u Pap.
2. Pengatur Perjalanan Kereta Api, selanjutnya disebut Ppka adalah pegawa i
yang ditugasi u ntuk mengatur dan melaku kan sega la tindaka n u ntuk
menjamin keselamata n dan ketertiba n berikut segala sesuatu ya ng
berka ita n dengan u rusan perjalanan kereta api dan urusa n la ngsir dalam
batas stasiu nnya u ntuk wilaya h pengaturan setempat ata u bebera pa
stasiun u ntuk wilaya h pengatu ra n daera h .
3. Pengawas Peron, selanjutnya disebut Pap adalah pembantu Ppka dalam
melaksa nakan tugas pengaturan perjalanan kereta a pi dan langsir serta
berta nggung jawa b atas u rusan administrasi perjalanan kereta a pi.
4. Pengendali Perjalanan Kereta Api Terpusat, selanjutnya disebut Ppkp
adalah pegawa i ya ng bertugas di ka ntor pengenda lian perjalanan kereta
api terpusat ( P K) ya ng melaksa naka n tugas pengenda lian perja lanan
kereta api denga n menggu nakan a lat komunikasi di wilaya h
pengendaliannya .
5. Stasiun Operasi, selanjutnya disebut sta siun adalah tempat kereta api
berhenti dan bera ngkat, bersila ng, menyusul ata u disusul, dan la ngsir,
serta dapat berfu ngsi u ntuk naik turu n penumpa ng dan/atau muat
bongka r bara ng, yang dikuasai oleh seorang kepa la ya ng berta nggung
jawa b penuh atas urusa n perjalanan kereta api dan la ngsiran, ya ng
diperlengkapi dengan fasilitas pengoperasian. Batas stasiun denga n jalan
bebas adalah sinyal masuk dan sinya l masuk ja l u r kiri ata u tanda batas
berhenti jalur kiri pada jalur ga nda.
6. Perhentian adalah stasiun ya ng bukan stasiun operasi ata u suatu tempat
yang ha nya untuk naik turun penumpang yang dikuasa i oleh seorang
kepa la atau petugas ya ng dibebaskan atas urusan perjalanan kereta api
dan u rusa n langsira n.
7. Stasiun Batas Biasa adalah stasiun ya ng tetap buka dalam melayani
perjalanan kereta a pi ya ng membatasi petak jalan dinas tutu p, dan
dinyata ka n dalam Ga peka .
33. Pul adalah sub u n it di bawah Unit Pelaksana Teknis Dipo Lokomotif ata u
Unit Pelaksa na Teknis Dipo Traksi ya ng mempunya i tugas melaksanaka n
penyiapan d a n penyera han lokomotif atau kereta rel diesel ( KRD) untuk
dinas kereta a pi ata u langsir dan menerima penyerahan lokomotif ata u
KRD selesa i dinas di wilaya hnya.
34. Puk adalah sub u n it di bawa h u nit pelaksana teknis dipo kereta ya ng
mempunyai tugas melaksa nakan pemeriksaa n haria n dan perba ika n
kereta, gerbong ata u kereta rel listrik ( KRL) serta mengatur dinasan Tka,
menyia pka n dan memeriksa rangkaian kereta, gerbong ata u KRL u ntuk
dinas kereta api ata u pemeriksaan rangka ian kereta a pi di stasiun
pemeriksa tertentu.
35. Pug adalah sub u nit di bawa h unit pelaksa na teknis dipo gerbong ya ng
mempunyai tugas melaksa nakan pemeriksaa n haria n dan perba ika n
gerbong serta mengatur dinasan Tka, menyia pkan d a n memeriksa
ra ngka ian gerbong u ntuk dinas kereta a pi ata u pemeriksaan rangka ian
kereta api di stasiun pemeriksa tertentu .
36. Teknisi Kereta Api, selanjutnya disebut Tka adalah petugas ya ng
ditugaskan oleh Kdk/Pu k ata u Kdg/Pug u ntuk dinas kereta api guna
mengoperasika n fasilitas sarana kereta api serta melaku ka n perba ika n
ringa n pera lata n ata u fasilitas sara na kereta api da n/ata u sarana kereta
api.
37. PT KERETA API INDONESIA (PERSERO), yang selanjutnya disebut
Perusa haan.
38. Direksi adalah Direksi Perusa haan.
BAB II
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Um um
Paragraf 1
Urusa n Perjalanan Kereta Api dan U rusan Langslr
Pasal 2
(6) Penetapan perjalanan kereta api sebagaimana pada ayat (5) adalah
menentu kan perjalanan kereta a pi.
(7) Pengu muman perjalanan kereta api sebaga imana pada ayat (5) adalah
mewa rta kan perjalanan kereta api yang telah diteta pkan.
(8) Pembata lan perjalanan kereta api sebagaimana pada ayat (5) adalah
mewa rta kan ba hwa kereta api ya ng telah diumu mkan tidak dijalankan.
B. Urusan Langsir
(9) U rusan la ngsir adalah pekerjaan menyusun rangka ian kereta a p'I yang a kan
berangkat ata u memisah-misahka n rangka ian kereta a pi yang datang, dan
juga pekerjaan meminda hka n kereta-kereta, gerbong-gerbong, dan sarana
lain dari suatu ja l u r ke jalur lain di emplasemen dan tempat lainnya .
(10) Menyusun rangka ian kereta api sebagaimana pada ayat (9) adalah
menyusun kereta-kereta, gerbong-gerbong, dan sarana lain menjadi satu
ra ngka ian ya ng telah ditetapka n untuk suatu kereta api berdasa rkan
ketentuan mengenai batasan berat dan panjang rangka ian,
menggandengkan alat pera ngka i dan menya mbungka n sa lura n udara
teka n antara lokomotif dan ra ngka ian.
(11) Memisa h-misa hka n rangka ian kereta a pi sebagaimana pada ayat (9)
adalah melepas a lat pera ngka i anta ra lokomotif dan rangkaian, serta
melepaska n h u bu nga n sal uran udara teka n u ntuk dapat mela ngsir
ra ngka ian kereta api dalam bebera pa bagian guna keperluan muat
bongka r, pemeliharaan, dan sebaga inya .
Paragraf 2
Pimpinan dan Pengawasa n U rusan Perjalanan Kereta Api dan Urusa n La ngsir
Pasa l 3
(1) Pimpinan Daera h selaku pimpinan u m u m atas u rusan perjalanan kereta
api dan u rusan langsir di wilayahnya, berkewajiban melaku kan
pengawasan dan sega la tindaka n tepat pada waktunya u ntuk menjamin
keselamatan dan kela ncaran perjalanan kereta a pi serta pekerjaan la ngsir
yang sesuai dengan tujuan Peratu ran Dinas ini.
(2) Selaku pimpinan u m u m, sebaga imana pada ayat (1), dalam mengambil
tinda ka n, dibantu oleh para ma nager beserta stafnya .
Paragraf 3
Penyelengga raan U rusa n Perja lanan Kereta Api dan Urusa n La ngsir
Pasal 4
(1) Penyelenggaraan u rusan perjalanan kereta a pi dan u rusan la ngsir di
stasiun menjadi tanggung jawa b Kepala Stasiun sepenuhnya sehingga
harus memastika n bahwa pa ra petugas di stasiun benar-benar mema hami
dan menaati peratura n ya ng berka ita n dengan u rusa n perjalanan kereta
api dan u rusan langsir dalam l ingku p pengawasannya.
(2) Kepa la Stasiun wajib memimpin langsung pengaturan u rusan perjalanan
kereta a pi di stasiu nnya apabila
a. Terjadi kekusuta n hebat perjalanan kereta api.
b. Pada wa ktu ada a ngkutan penting, m isalnya, a ngkuta n Presiden/Wa kil
Presiden, ata u pejabat tinggi nega ra melakuka n perjalanan resmi
denga n menggu nakan kereta a pi.
c. Saat Direksi ata u Pimpinan Daera h melaku ka n inspeksi denga n
menggu naka n kereta a pi.
(3) Apabila di suatu stasiun tidak terdapat seora ng pegawa i ya ng ditugaska n
sebagai Ppka, Kepala Stasiun sendiri ya ng harus melakuka n pengatu ra n
perjalanan kereta api.
(4) Dalam melaksa naka n pengaturan perjalanan kereta a pi dan langsiran,
Ppka harus patu h pada perinta h Ppkp.
(5) Di setia p stasiun ata u blokpos yang buka di luar l ingku ngan stasiun, Kepala
Stasiun menugaska n seora ng pegawa i yang telah memiliki sertifikat
keca ka pa n sebagai Ppka u ntuk melaku ka n pekerjaan pengatura n
perjalanan kereta api.
(6) Ppka da pat dibantu oleh seora ng ata u beberapa orang Pap sesuai denga n
kebutuhan. U ntuk setia p tindakan Pap ya ng berh u bu nga n denga n u rusa n
perjalanan kereta api dan langsir harus atas perintah ata u seizin Ppka .
(7) Perintah atau izin yang diberika n oleh Ppka kepada Pa p sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) termasuk tindakan Pap berdiri denga n memakai
pet mera h di peron u ntuk mem beri "isyarat kondisi sia p" kepada masinis
dan u ntuk mengawasi :
a. kereta api ya ng masuk, dimulai setelah Ppka melayani sinyal masuk
hingga kereta a pi berhenti betul dan berada di a ntara dua tanda batas
ruang bebas (semboyan 18) pada jalur u ntuk kereta a pi tersebut,
seda ngka n u ntuk kereta api yang berjalan la ngsu ng hingga melal u i
wesel tera khir;
b. kereta api berangkat hingga saat kereta a pi melalui wesel tera khir.
(8) Apa bila Ppka dan Pa p tidak berada dalam 1 (satu) rua ngan, perintah
sebaga imana pada ayat (6) dapat menggu na ka n alat komunikasi ya ng
terekam.
Paragraf 4
Serah Terima Dinasa n Pengatu r Perjalanan Kereta Api atau
Pengawas Peron kepada Pengga ntinya
PasalS
(1) Sera h terima dinasan Ppka atau Pa p kepada penggantinya ha nya da pat
dilaku ka n a pa bila
a. wa ktu dinas sesuai denga n ikhtisa r jam kerja telah berakhir; dan
b. pegawai pengganti dinasan Ppka ata u Pap telah sia p.
(2) Sera h terima dinasan sebaga imana pada ayat (1) dilaku ka n ta npa
perantara dan dicatat da lam:
a . buku warta kereta a p i (buku WK), khusus u ntuk sera h terima Ppka;
b. buku sera h terima.
(3) Bukti sera h terima anta ra Ppka dan penggantinya ya ng dicatat di dalam
buku WK sebaga imana pada ayat (2) huruf a berisi, a ntara lain:
a . ta nggal d a n wa ktu penyerahan; dan
b. tanda tangan dan nama jelas kedua petugas yang bersa ngkutan.
(4) Bukti sera h terima dinasan dari Ppka kepada penggantinya, dalam buku
sera h terima sebagaimana pada ayat (2) huruf b berisi, anta ra lain:
a. catatan yang berka ita n dengan u rusan perjalanan kereta api dan
urusan la ngsir, anta ra lain:
1) jam kereta api ya ng akan masuk dan baru berangkat;
2) keterlambata n kereta api;
3) pemindahan persila ngan dan penyusulan;
4) perja lanan kereta api fa ku ltatif/kereta a pi luar biasa;
5) berhenti luar biasa;
6) semboyan-semboya n yang terpasang di l intas;
7) langsiran yang seda ng dilaku ka n;
8) situasi emplasemen.
b. catatan khusus tentang kekusuta n perjalanan kereta api serta
penyeba bnya;
c. dokumen penting ya ng harus disera hkan, a nta ra lain:
1) warta perjalanan, warta dinas, dan su rat-su rat yang harus
diketah u i oleh penggantinya;
2) informasi dan instru ksi-instruksi ya ng diterima dengan telepon.
Paragraf 5
Kewajiban Pengatu r Perjalanan Kereta Api atau Pengawas Peron
di Stasiun yang Ditentukan
Pasal 6
A. Di Stasiun Pemeriksa
( 1) Dalam ga peka ditentuka n stasiun yang diteta pka n sebagai stasiun
pemeriksa ya ng dita ndai denga n garis tipis di bawah nama stasiu n.
(2) Untu k kereta api ya ng men u rut peraturan perjalanan berjalan la ngsu ng di
stasiun sebaga imana pada ayat ( 1), stasiun tersebut dia ngga p sebagai
stasiun lain dan berlaku ketentuan sebagaimana pada Sub-B pasal ini.
(3) Ppka/Pap stasiun pemeriksa dalam wilaya h pengawasa nnya sebagaimana
pada ayat ( 1) diharuskan memeriksa dan mencatat:
a. dalam La pka terhadap kereta a pi ya ng berhenti di stasiun, ya itu :
1) persilanga n dengan kereta api fakultatif, kereta api luar biasa, dan
kereta a pi biasa ya ng dibata lkan;
2) catatan penting, misa lnya, berjalan hati-hati, berhenti luar biasa,
pembatas kecepatan, dan hal lain ya ng harus diperhatikan dalam
perjala nan;
3) catatan hasil pemeriksaan rangka ian kereta a pi ya ng dilakukan oleh
Puk/Pug di stasiun tertentu, yaitu stasiun pemeriksa ya ng
diperlu ka n u ntuk pemeriksaa n sistem pengereman dan a lat
B. Di Stasiun Lain
(5) Stasiun lain adalah stasiun pemeriksa ya ng diangga p sebagai stasiun biasa
karena kereta a pi berjalan langsung di stasiun tersebut men u rut peratura n
perjalanan ata u stasiun ya ng buka n stasiun pemeriksa yang da pat
memberika n catatan peru bahan atau catatan penting u ntuk kereta api
langsu ng denga n cara diberhentikan luar biasa maupun kereta a pi ya ng
berhenti di stasiun tersebut.
(6) Apa bila ternyata ba hwa catata n sebaga imana pada ayat (3) hu ruf a butir
1) dan 2) dan h u ruf b harus diuba h setelah kereta a pi bera ngkat dari
stasiun awa l atau dari stasiun pemeriksa tempat pemberhentian tera khir,
dan telah dila porka n kepada Ppkp ata u telah d iberita huka n kepada Ppka
stasiun la in, Ppka/Pap stasiun lain tersebut atas perinta h atau seizin Ppkp
memberhentika n luar biasa kereta api la ngsu ng u ntuk pem beria n :
a. catatan peru bahan sebaga imana pada ayat (3) h u ruf a butir 1) pada
Lapka, dan dikerjakan sesuai dengan ketentuan tentang pencatata n
sebagaimana dalam pasal 30 Su b-C;
b. catatan penting pada Lapka dan Lkdr, m isa lnya, berjalan hati-hati,
berhenti luar biasa, pembatas kecepata n, dan hal lain ya ng harus
diperhatikan dalam perjalanan.
(7) Catata n penting sebagaimana pada ayat (3) hu ruf b ka lau perlu ditu l is oleh
Ppka/Pap stasiun tempat berhenti perta ma yang dica pa i.
(8) Ppka/Pap stasiun lain wajib pa raf pada Lapka dan Lkdr kereta a pi ya ng
diperiksa nya.
Paragraf 6
Awak Sarana Kereta Api
Pasa l 7
(1) Awak sarana kereta api adalah petugas yang d itugaskan di dalam kereta
api selama perjalanan kereta a pi, yang terdiri d a ri awa k kereta api diba ntu
kondektur, teknisi kereta api, dan/atau petugas lain.
(2) Awa k kereta api sebaga imana pada ayat (1) bertugas mengoperasika n
kereta a pi, dengan ketentuan:
a. u ntuk pengoperasian kereta api a nta rkota, masinis diba ntu oleh
asisten masinis;
b. u ntuk pengoperasia n kereta a pi perkotaan masinis dapat dibantu oleh
asisten masinis.
(3) Masinis sebaga imana pada ayat (2) bertindak sebagai pemimpin selama
dalam perjalanan kereta a pi.
(4) Masinis sebagaimana pada ayat (2) pada waktu dinas kereta api atau dinas
langsir, diharuska n mematu hi:
a . isyarat, sinya l, tanda, d a n ma rka;
b. perintah yang diberika n oleh Ppka/Pa p selama berada di stasiun;
c. perintah dari petugas ya ng mempunya i wewenang u ntuk memimpin
suatu la ngsira n selama dinas la ngsir;
d. perintah Ppkp selama dalam perjala nan.
(5) Asisten masinis sebaga imana pada ayat (2) bertugas membantu masinis
dalam melaksanakan tugas sebagaimana pada ayat (3) dan (4), dan dalam
keadaan tertentu harus dapat menggantika n tugas masinis apabila karena
suatu hal masinis tidak dapat melanjutkan tugas dalam perjalanan.
(6) Kondektur sebagaimana pada ayat (1) bertugas:
a . memeriksa d a n mengisi Lkdr dan surat angkutan;
b. menyaksika n percoba a n pengereman statis (bila tidak ada Tka);
c. memeriksa dan menertibkan penumpang ata u bara ng;
d. membantu masinis dalam pem bera ngkatan kereta api;
e. membantu masinis dalam memandu jalannya kereta a pi denga n
kecepatan terbatas atau dalam pemasanga n semboya n untuk
mengama nka n rangkaian kereta api a pabila terjadi gangguan pada
prasara na da n/ata u sarana kereta a pi; dan
f. sebaga i koordinator bagi para Tka dan petugas lain di ra ngkaian kereta
a pi dalam melaksanaka n tugas.
(7) Teknisi kereta api sebaga imana pada ayat (1) bertugas:
a . melakukan pemeriksaan d a n perbaika n ringa n pera lata n atau fasilitas
sarana kereta api dan/ata u sa rana kereta api;
b. menyaksika n percoba a n pengereman statis;
c. mengoperasika n fasilitas sa rana kereta api;
d. membantu masinis dalam memandu jalannya kereta a pi denga n
kecepatan terbatas atau dalam pemasanga n semboya n untuk
mengama nka n rangkaian kereta api a pabila terjadi gangguan pada
prasara na da n/ata u sarana kereta a pi.
(8) Petugas lain sebagaimana pada ayat ( 1) a ntara la in, petugas kea manan
dan pegawai ya ng turut jalan.
(9) Pembantu masinis sebaga imana pada ayat ( 1), selain menjalanka n
tugasnya juga harus mematu hi perintah masinis selama dalam perjalanan
kereta api.
( 10) Apa bila awa k sarana kereta api untuk kereta api tertentu tidak diperlu ka n
adanya kondektur, Tka ata u petugas l a i n sebaga imana pada ayat ( 1),
diatu r tersendiri oleh Direksi.
( 11) Apa bila awa k kereta a pi untuk pengoperasian kereta a pi perkotaan
tertentu tida k diperlu kan ada nya asisten masinis sebaga imana pada ayat
(2) h u ruf b, diatur tersendiri oleh Direksi.
Bagian Kedua
Jenis dan Kecepatan Kereta Api
Paragraf 1
Jenis Kereta Api Menu rut Sifatnya
Pasa l 8
( 1) Jenis kereta a pi men u rut sifatnya dibagi atas:
a. kereta a pi biasa;
b. kereta a pi fakultatif; dan
c. kereta a pi luar biasa .
(2) Kereta a pi biasa sebagaimana pada ayat ( 1) huruf a adalah kereta api ya ng
perjalanannya telah tergam ba r dalam Ga peka dan tertu l is dalam daftar
waktu yang berjalan setiap hari.
(3) Kereta api fa ku ltatif sebaga imana pada ayat ( 1) huruf b adalah kereta api
yang perjalanannya telah terga mbar dalam Ga peka dan tertu lis dalam
daftar waktu, teta pi ha nya dija lanka n apabila dibutuhka n .
(4) Kereta api luar biasa sebaga imana pada ayat ( 1) h u ruf c adalah kereta a pl
yang perjalanannya bel u m terga mbar dalam Ga peka dan belu m tertulis
dalam dafta r waktu, tetapi diteta pka n d a n diumu mkan menurut
kebutuhan.
Paragraf 2
Jenis Kereta Api Menurut Kegunaannya
Pasal 9
( 1) Jenis kereta api' menu rut kegunaannya dibagi atas:
a. kereta api penumpang;
b. kereta api bara ng; dan
c. kereta api dinas.
(2) Kereta api penu m pang sebaga imana pada ayat ( 1) h u ruf a adalah kereta
api ya ng digu naka n u ntuk angkutan ora ng, yang susunan rangka iannya
da pat ditambah denga n kereta bagasi u ntuk angkutan bagasi dan kiriman
ba rang hanta ran.
(3) Kereta api barang sebaga imana pada ayat (1) huruf b adalah kereta a pi
yang digu nakan u ntuk angkutan bara ng ya ng susu nan ra ngkaiannya
menggu nakan gerbong ata u kereta bagasi.
(4) Kereta api dinas sebaga imana pada ayat ( 1) huruf c adalah kereta api ya ng
digunaka n untuk keperluan dinas, a ntara lain:
a. kereta a pi dinas lokomotif;
b. kereta a pi dinas rangka ian;
c. kereta a pi inspeksi;
d. kereta a pi kerja; dan
e. kereta a pi penolong.
Paragraf 3
Jenis Kereta Api Menurut Metode Pengoperasiannya
Pasa l 10
( 1) Jenis kereta apt' menu rut metode pengoperasia nnya dibagi atas:
a. kereta api a ntar stasiun;
b. konvoi; dan
c. lokomotif pendorong.
(2) Kereta api anta r stasiun sebaga imana pada ayat ( 1) huruf a adalah kereta
api ya ng dijalanka n dari stasiun ke stasiun.
(3) Konvoi sebagaimana pada ayat ( 1) h u ruf b adalah kereta api ya ng
dijala nkan dari suatu stasiun ke suatu tem pat di jalan bebas pada petak
jalan anta ra dua stasiun ya ng berbatasa n dan kembali ke stasiun semula.
(4) Lokomotif pendorong sebaga imana pada ayat ( 1) h u ruf c adalah lokomotif
sendiria n yang dipergu naka n untu k mendorong kereta a pi, tetapi alat
perangka i tida k terku nci dan ranta i pengam a n tida k difu ngsika n, dari suatu
stasiun ke suatu tem pat di jalan bebas pada petak jalan a ntara dua stasiun
yang berbatasan dan kembali ke stasiun semula.
Paragraf 4
Kecepata n Kereta Api
Pasal 11
(1) Kecepata n kereta a pi terdiri dari:
a. kecepata n maksimum (Vmaks); dan
b. kecepata n operasional (Vop).
(2) Kecepata n maksimum kereta a pi (Vmaks) sebagaimana pada ayat ( 1) huruf
a ditentu ka n berdasa rka n :
a. kecepata n maksimum ya ng paling rendah a ntara kecepata n maksim um
kemampuan prasa rana jalan rel dalam Ga peka dan kecepata n
maksimum sara na kereta api; dan
b. sifat barang yang dia ngkut.
(3) Kecepata n operasional (Vop) sebagaimana pada ayat ( 1) h u ruf b adalah
kecepata n di bawa h kecepatan maksimum sebaga imana pada ayat (2), dan
ditetapka n dalam peratura n perjalanan u ntuk tia p-tiap kereta a pi.
(4) Sifat barang yang diangkut sebaga imana pada ayat (2) h u ruf b adalah jenis
ba rang ya ng ka rena sifatnya memba haya ka n terhadap kualitas ba ra ng
tersebut, perjalanan kereta a pi, dan lingku nga n sekitarnya, anta ra la in,
angkuta n rel, angkutan bahan berba haya dan beracun, serta l imbah
berba haya dan beracun.
(5) Kecepata n operasional kereta api di lintas raya ditentu ka n berdasar
ketentuan sebaga imana pada ayat (3), kecua l i u ntuk kereta api berikut ini
tidak melebihi kecepata n yang ditetapka n :
a. kereta a pi kerja, kereta api perawata n, dan konvoi 45 km/jam;
b. kereta a pi dan konvoi yang didorong 30 km/jam;
c. kereta api yang perjalanannya tidak diumumkan
terlebih dahulu {periksa Pasal 24 ayat (3)} 30 km/jam;
d. kereta api penolong ya ng berupa lokomotif berjalan
sendiria n ya ng perjalanannya tida k diumu mkan
terlebih dahulu {periksa Pasal 24 ayat (3)} 45 km/jam;
e. kereta a pi pada lintas bergigi 20 km/jam;
f. kereta api ya ng berjalan dalam satu petak jalan terdiri
dari bagia n bergigi dan tida k bergigi, kecepata n pada
bagia n ya ng tidak bergigi 30 km/jam.
Bagian Ketiga
Pengoperasian Kereta Api di Jalur Ganda
Pasa l 12
( 1) Pengoperasia n kereta api di jalur ganda pada prinsipnya menggu naka n
ja l u r ka nan.
(2) Dalam keadaan tertentu, pengoperasian kereta api di jalur ganda da pat
menggu nakan jalur kiri, a ntara lain:
a . ada nya gangguan operasi, misalnya, kecelakaan kereta api d a n kereta
a pi mogok/rusa k;
b. ada nya kereta api perawatan jalan rel, selama telah ditetapkan dalam
maklu mat perjalanan kereta a pi ata u warta maklu mat ketika ada
pekerjaan perbaika n ja l u r;
c. seba b lain ya ng mengakibatka n sa lah satu ja l u r tidak da pat dila l u i ata u
terhala ng;
d. perjalanan kemba li lokomotif pendoro ng;
e. perjalanan konvoi.
(3) Pada lintas jalur ganda dibedakan atas "jalur hulu" dan "ja l u r hilir",
masing-masing ditentu ka n menurut kereta api yang berjalan ke ara h
"hulu" ata u ke ara h "hilir".
Dalam Ga peka, arah "hulu" ditunjukka n denga n gam ba r anak panah,
sedangkan u ntuk a ra h sebaliknya bera rti a ra h "hilir".
Bagian Keempat
Pengaturan Perjalanan Kereta Api
Pasa l 13
( 1) Pengatura n perjalanan kereta api terdiri atas wilaya h pengatu ran :
a. setempat; dan
b. daerah.
(2) Pengatura n perjalanan kereta api setem pat sebaga imana pada ayat ( 1)
huruf a adalah pengatura n perjalanan kereta a pi dan langsir yang
dilaksanaka n oleh Ppka di stasiun yang bersangkutan.
(3) Pengatura n perjalanan kereta api daera h sebaga imana pada ayat ( 1) h u ruf
b adalah pengatura n perjalanan kereta api ya ng dilaksa naka n oleh Ppka di
stasiun ya ng diteta pka n dalam Ga peka ata u oleh Ppkp u ntuk mengatur
perjalanan kereta api pada 2 (dua) stasiun ata u lebih.
(4) Penetapan pengatura n perjalanan kereta api daerah oleh Ppkp
sebagaimana pada ayat (3) ha nya da pat dilakukan u ntuk stasiu n-stasiun
Bagian Kelima
Pengendalian Perjalanan Kereta Api
Pasal 14
( 1) Pengendalian perjalanan kereta api dilaksa naka n denga n ketentuan
sebaga i berikut.
a. Dilaku ka n oleh Ppkp di pusat pengendalian perjalanan kereta api
terpusat ( PK) u ntuk pengenda l ian perjalana n kereta a pi dalam 1 (satu)
wilaya h pengendalian dan keputusan ya ng telah diteta pkan oleh Ppkp
dilaksa naka n oleh Ppka di tiap stasiun ya ng bersa ngkuta n.
b. Pengenda lian perjalanan kereta api dilaku ka n oleh Ppkp bertuju a n
agar perjalanan kereta api da pat berjalan sesuai peratura n perja la nan,
dan pada saat kereta api berjalan tidak sesua i denga n peratu ran
perjala nan, Ppkp mempunya i kewena nga n sepenuhnya u ntuk
meneta pkan hal-hal ya ng terkait denga n u rusan perjalanan kereta api
di wilaya h pengendaliannya .
c. Pengenda lian oleh Ppkp sebagaimana pada h u ruf a dilaku kan mela l u i
alat kom u nikasi yang terekam (telepon PK) ya ng dapat digunakan
untuk hubunga n kom u nikasi antara Ppkp denga n Ppka dan masinis di
dalam wilayah pengendal ia nnya, demikian juga untuk hubungan
kom u nikasi denga n Ppkp ya ng berdekatan.
d. Pengenda lian perjalanan kereta api ya ng dilakukan oleh Ppkp
sebagaimana pada h u ruf a tidak mengura ngi tanggung jawab Ppka
dalam pengatu ra n perjalanan kereta a pi.
(2) Ha l-hal ya ng dikomunikasika n a nta ra Ppkp dan Ppka, anta ra la in, sebaga i
berikut :
a . kesiapan kereta api sebelum berangkat;
b. jam bera ngkat/la ngsu ng/data ng kereta a pi di tia p-tia p stasi u n, berikut
penjelasa n tentang penyebab a pabila terjadi keterlambata n;
c. penetapan pemindahan persilanga n dan penyusulan;
d. perjalanan kereta a pi dalam kondisi ba haya;
e. la pora n pergantia n dinas (Ppka dan Ppkp);
f. keadaan emplasemen stasiun yang berkaita n dengan perjalanan kereta
a pi atau la ngsira n;
g. semua ha l/kejadian di stasiu nnya yang dipandang perlu untu k
kela ncaran perjalanan kereta api da n/atau yang dipandang perlu u ntuk
diketa hui oleh Ppkp dan J POD.
(3) Ha l-hal ya ng dikomunikasikan a nta ra Ppkp dan masinis ya ng seda ng dinas
kereta a pi, antara la in, sebagai berikut :
a . kesiapan awak sara na kereta api;
b. kesiapan ra ngkaian kereta api;
c. kelengkapan dan kondisi Go No Go item;
d. posisi kereta a pi, posisi kereta a pi lawan persilangan, atau penyusulan;
e. segala kejadian dan penyimpa ngan terhadap perjalanan kereta api;
f. kondisi kereta a pi dalam perjalana n;
g. Pembatas kecepata n di lintas.
(4) Catatan-catatan ya ng harus dilakuka n oleh Ppkp ditu lis da lam:
a. buku catatan kereta api (catka, buku 103) u ntuk mencatat keadaan
kereta api sewa ktu berangkat dari stasiun awa l dan peru ba han ya ng
terjadi selama dalam perjalanan berka itan dengan berat dan jumlah
ra ngkaian serta awak sara na kereta api;
b. buku harian (buku 103A) u ntuk mencatat laporan-la poran ya ng
diterima dari Ppka/Pa p dan meru pakan data untuk Ppkp dalam
mengambil keputusan;
c. buku PK (buku 103 8) untuk mencatat semua perinta h dan instruksi
harus bernomor u rut yang dikelua rka n PK serta jawa ba nnya dan
catatan penyerahan dinas;
d. lembar kerja PK.
(5) Dalam keadaan mendesa k atau adanya kejadian luar biasa, Ppka ata u
masinis diperkenanka n memotong pem bica raa n dengan cara menekan
tombol E M ERG (emergency call), dan Ppkp akan menerima nada panggil
daru rat, pembica raan ya ng seda ng berlangsung segera dihentika n,
kem udian pa nggilan darurat harus segera d ijawa b oleh Ppkp dengan :
"D1. sm1
Masin{ lr4 ·-···" l'lonlrJr KA
Silakan melaporkan berita penting".
Catatan :
* ) coret yang tidak dipaka i
Selanjutnya, pembicaraan tenta ng keadaan mendesa k ata u adanya
kejadian luar biasa da pat dimulai.
(6) Apa bila diperl ukan, masinis kereta api dapat berhubunga n denga n Ppka
stasiun terdekat atau seba liknya menggu naka n radio masinis/telepon PK
mela l u i Ppkp.
(7) Apa bila telepon PK terganggu ata u atas perintah Ppkp, pengendalian
perjalanan kereta a pi sebaga imana pada ayat ( 1), dilaku ka n antar Ppka
secara pengaturan perjalanan kereta a pi sebagai ma na dalam pasal 13.
Bagian Keenam
Pengaturan Waktu Kerja
Pasal 15
Ditinjau dari sisi u rusan perjalanan kereta a pi, pada petak jalan ja l u r
tungga l m a u p u n jalur ganda, waktu kerja sela ma 2 4 jam dapat diatur
sebaga i berikut:
a. wa ktu kerja buka, berlaku semua ketentuan dalam peratura n dinas ini
kecua l i Bab VI;
b. wa ktu kerja tutup, berlaku ketentuan sebagaimana diatu r dalam BAB
VI peratura n dinas ini;
c. wa ktu kerja perawata n, berlaku ketentua n sebaga imana diatur dalam
PTDO oleh Direksi atas usulan Pimpinan Daerah.
BAB Ill
PENETAPAN, PENGUMUMAN, DAN PEMBATALAN PERJALANAN KERETA API
Bagian Kesatu
Peraturan Perjalanan
Pasa l 16
( 1) Setia p kereta api ditetapka n dalam peraturan perja lanan, yang isinya,
anta ra lain:
a . nomor (angka ata u angka d a n hu ruf) dan jenis kereta api;
b. jam berangkat, jam data ng, ata u jam la ngsu ng di stasiun;
c. persilangan dan penyusulan.
(2) Peratu ra n perjalanan sebaga imana pada ayat ( 1) beru pa :
a. ga peka ya ng berisi :
1) ga mbar ga ris perjalanan kereta api biasa dan kereta a pi fakultatif;
2) bebera pa ketera ngan penting yang berka ita n denga n u rusa n
perjalanan kereta api;
3) ta nggal mulai berlaku nya .
b. maklu mat perjalanan kereta api ( M a lka );
c. wa rta maklu mat (Warn);
d. buku dafta r waktu yang berisi:
1) nomor (a ngka atau a ngka dan hu ruf), jenis dan nama kereta a pi,
jam bera ngkat, dan jam data ng kereta a pi di stasiu n. Dem ikia n pula
jam berhenti (jika perlu) dan jam la ngsu ng di perhentian;
2) lama perjalanan dengan kecepata n operasional yang
diperbolehkan;
3) persilanga n dita ndai denga n tanda X, penyusulan ditandai denga n
tanda II (menyusul) ata u tanda = (disusul);
4) hari saat kereta api biasa berjalan ata u tidak berjalan;
5) ta nggal mulai berlaku nya .
(3) Gapeka meru pa ka n peneta pan dan pengu muman perja lanan kereta api
biasa dan peneta pan kereta a pi faku ltatif sesuai ta nggal mulai berlaku nya
gapeka.
(4) Gapeka dapat diubah dengan :
a . peru bahan d a n ta mbahan ( P d a n T) Ga peka;
b. pem berita huan tentang perjalanan kereta api faku ltatif dan kereta a pi
luar biasa dan pembatalan kereta api biasa pada tiap-tiap hari ( PPK);
c. maklu mat perjalanan kereta api ( M a lka );
d. wa rta maklu mat (Warn).
(5) Selama Gapeka berla ku, peru bahan da pat dilaku ka n dengan :
a. P dan T u ntuk selama berlaku nya Gapeka;
b. PPK u ntuk 1 (satu) bu Ian takwim (kalender);
c. Malka untuk selama waktu yang ditetapka n oleh Direksi, teta pi tidak
melebihi masa berlaku Ga peka;
d. Wa rn u ntuk waktu pa ling lama 31 hari, teta pi tida k melebihi masa
berlaku nya PPK.
(6) Ca ra pendistribusian Ga peka dilakukan sama denga n ketentuan
pendistribusian Malka sebagaimana dalam pasa l 18 ayat (4).
Bagian Kedua
Menetapkan Perjalanan Kereta Api Luar Biasa
Paragraf 1
Kewenanga n untu k Menetapkan
Pasal 17
(1) Meneta pka n perjalanan kereta api luar biasa ha rus dilakukan denga n :
a. maklu mat perjalanan kereta a pi ( M alka);
b. wa rta maklu mat (Warn).
(2) Pejabat yang berwenang untuk meneta pka n perjalanan kereta api luar
biasa sebagaimana pada ayat (1) adalah.
a. Direksi, dengan menggunakan Malka atau Wa rn u ntuk perjalanan
anta r daerah.
b. Pimpinan Daera h, denga n menggunaka n Wa rn untuk perjalanan dalam
wilaya hnya setelah memberita hukan terlebih da hulu kepada Direksi.
(3) Dalam keadaan mendesak yang tida k da pat d itangguhka n, kewenanga n
sebaga imana pada ayat (2) da pat dilaksa naka n oleh:
a. Pimpinan Daera h, selain u ntuk perjalanan kereta api luar biasa dalam
wilayahnya, juga untuk perjalanan kereta api luar biasa ya ng melewati
batas wilayahnya setelah mendapat kesepa katan dari Pimpinan Daerah
yang terkait.
b. Kepala Stasiun yang dalam Gapeka diteta pkan u ntuk mengu m u m kan
dan membatalkan perjalanan kereta api ( KS Warn), u ntuk paling lama 1
(satu) ha ri, dan dilaporka n kepada Ppkp, u nt u k:
1) kereta api perawatan jalan rel sepanjang l intas Wa rn ya ng
ditetapka n dalam Ga peka, atas dasar permintaan kepala u n it
pelaksa na teknis perawata n jalan rel, selama keperl uan tersebut
sangat mendesa k u ntuk keselamata n perjalanan kereta api;
Paragraf 2
Menetapka n Perja lanan Kereta Api denga n M a kl u mat Perja lanan Kereta Api
Pasa l 18
perm intaan instansi lain, Malka tersebut harus dikirim juga kepada
instansi ya ng bersa ngkuta n.
B. Cara Pendistribusian
(4) Pendistribusian Malka dilakukan denga n ketentuan sebagai berikut.
a. Ppka/Pap stasiun awa l pem berangkatan memberikan Malka beserta
su rat pengantar u ntuk setiap pejabat sebaga imana pada ayat (3) huruf
a, b, c, dan d kepada kondektur kereta api ya ng menurut peratura n
perjalanan berhenti di setia p stasiun sepanjang lintas ya ng dilewati
ata u kereta a pi ya ng telah ditetapka n dalam PTDO dan kondektur
mena ndatanga ni buku penyera han dari Ppka/Pa p.
b. Malka harus disa mpa ika n kepada alamat sesuai dengan yang tertulis
dalam surat pengantar.
c. Dalam surat penga ntar Ppka/Pap sendiri harus ya ng mena ndatangani
(bukan pa raf) penerimaan Malka dan untuk stasiu nnya maupun u ntuk
para pejabat yang berkedudukan dil ingkungan stasiu nnya .
d. Malka yang diterima Ppka/Pa p segera disampaika n ke alamat masing
masing denga n mempergunakan buku penyera han ya ng harus
dita ndata nga ni oleh penerima.
e. Kepada Ppka/Pap stasiun penghabisan pada l intas tersebut oleh
kondektu r diserahkan sisa Malka beserta surat penga nta r
pendistribusian Malka dengan mempergunaka n buku penyera han ya ng
dita ndata nga ni oleh Ppka/Pa p u ntuk b u kti penerimaan.
f. Ppka/Pap stasiun pengha bisa n sebaga imana pada h u ruf e, memeriksa
su rat penga nta r Malka dan selanjutnya jika semua Ppka/Pap telah
menerima dan mena ndata ngani su rat penga nta r, dibuatkan warta
lintas beres (m1} kepada :
1) Direksi dan Pimpinan Daera h,
2) Ppkp lintas yang bersa ngkutan,
3) Ppka/Pa p stasiun pemulaan perjalanan kereta a pi,
4) Ppka/Pa p stasiun pemeriksa; dan
5) Ppka/Pa p penerima Malka .
Warta lintas beres adalah sebaga i berikut:
malka no.................... lintas................./................ beres (m1}
g. Apa bila su rat penga ntar bel u m dita ndatanga ni oleh semua Ppka/Pap,
warta m1 tidak boleh dikirim, dan Ppka/Pa p stasiun penghabisan harus
segera menanya ka n kepada Ppka/Pap stasiun ya ng belu m
mena ndatanga ni su rat pengantar pengiriman Malka .
h. Apa bila menurut wa rta ternyata Malka telah diterima, tetapi surat
penga ntarnya belu m ditandata nga ni, tindaka n pengiriman warta m1
da pat dilaku kan. Selanjutnya, a pabila surat penga nta r Malka sudah
dita ndata ngani, harus segera dikirirnka n kepada Direksi dan Pirnpinan
Daera h disertai ketera ngan rnengenai alasan keterlarnbata n.
i. Apabila Malka bel u rn diterirna oleh sa lah satu ata u bebera pa stasiun
dan tidak ada kesernpatan lagi u ntuk rnengirirnka n turunan Malka yang
tanda terirnanya ditandatanga ni oleh Kepala Stasiun ya ng belu rn
rnenerirnanya, Ppka/Pa p stasiun penghabisan harus rnenya rnpaikan
sa linan denga n warta kepada Ppka/Pa p yang bersa ngkuta n.
j. Setelah Ppka/Pap ya ng rnenerirna telah rnenyata ka n penerirnaan
sa linan Malka denga n pernyataan pengulanga n wa rta, tindakan
pengirirnan warta m1 da pat dilakukan oleh Ppka/Pa p stasiun
penghabisan sesuai denga n su rat penga ntar.
k. Setelah rnenerirna warta m1, Ppka/Pa p stasiun awal pernbera ngkata n
da pat rnernbera ngkatka n kereta a pi denga n persetujuan Ppkp.
I. Apabila warta m1 diterirna tidak tepat pada wa ktu nya, Ppka/Pa p
stasiun pengirirn Malka harus berusaha rnengetah u i penyebabnya.
rn. Apabila warta m1 bel urn diterirna pada waktu nya pada saat Plb a ka n
dija lankan, jika perlu, dapat dibatalkan oleh Ppka/Pa p stasiun awal
tersebut, dengan rnenya rn pa ikan wa rta kepa da:
1) Ppkp dan Ppka/Pap sebagairnana pada h u ruf f butir 2), 4), dan 5)
dikirirnkan wa rta ke kantor-kantor (kkt), dengan warta m2 sebagai
berikut.
plb no. ........... .lintas ............/............. tidak berjalan (m2)
2) Direksi dan Pirnpinan Daera h dikirirn denga n warta m3 sebagai
berikut :
plb no. ...... lintas ......./....... dibatalkan, Ppka..... (nama
stasiun) tidak menandatangani (m3)
Paragraf 3
Meneta pkan Perjalanan Kereta Api dengan Warta M a klu rnat
Pasal 19
( 1) Apa bila untuk rneneta pkan perjalanan kereta api luar biasa dengan Malka
tidak cukup wa ktu, peneta pa n dapat dilaku ka n denga n Wa rn sebagai
kereta api luar biasa.
(2) Dalarn Warn sebaga irnana pada ayat ( 1) seda pat rnu ngkin disebutka n
keteranga n sebagairnana dalarn pasal 18 ayat ( 1).
Karena kereta api luar biasa ya ng perjalana nnya diteta pka n denga n Warn
tidak rnernpunya i sebuta n a ngka tersendiri, sebaga i pengganti a ngka
sebuta n dipakai nomor Warn ya ng bersa ngkutan berikut subnya (bila ada)
dan ditu lis dalam la poran wa rta (bentuk 142), sebagai berikut:
k/ct no . ka
..........................
(3) Pengajuan permohonan kereta api luar biasa ( Klb) harus menggu nakan
surat kepada pejabat yang berwenang denga n ketentuan sebagai berikut.
a. Permohonan kereta api luar biasa harus sudah diterima pejabat ya ng
berwenang ( Direksi ata u Pimpinan Da era h) pa ling lambat 4 hari kerja
sebelum hari dijalanka n klb.
b. Dalam keadaan mendesa k ata u daru rat (misal, Kl b penanga nan rinja,
pencega han Pih, dan a ngkuta n penting) da pat dim inta saat itu juga
kepada Direksi, Pimpinan Daera h, atau KS Wa rn.
c. Dalam su rat permohonan harus dicantumka n :
1 ) perihal atau jenis angkutan;
2) hari dan ta nggal perjala nan;
3) relasi yang a ka n dijala ni; dan
4) jumlah serta jenis kereta/gerbong ya ng a kan digu nakan.
(4) Dalam Wa rn sebaga imana pada ayat ( 1) harus disebutka n keteranga n
sebagai berikut.
a. Nomor wa rta Klb.
b. Jam berangkat, jam data ng, dan jam l a ngsu ng di stasiun dan berhenti
ata u langsu ng diperhentian, la ngsu ng di blokpos ya ng terleta k di lintas
ya ng akan dilewati Klb, persilanga n yang dinyata ka n denga n tulisa n
"bersilang" (bers), dan penyusulan yang dinyatakan denga n tulisa n
"menyusul". Untuk kereta api yang disusul, dinyatakan dengan tu lisa n
"disusul" (nama stasiun, perhentia n, dan blokpos ditu lis denga n
singkatan).
c. Lintas ya ng akan dila l u i kereta api.
d. Jenis kereta a pi men u rut keperl uan.
e. Batas kecepata n kereta a pi.
f. Kereta api tersebut dijala nkan u ntuk keperlu a n dinas ata u perusa haan
ya ng memerl u ka n .
g. Susunan rangkaian kereta a pi.
h. Ternpat m uat bongkar ya ng diperl ukan u ntuk kereta a pi kerja.
i. Peru ba han penetapan peratu ran perjalanan kereta a pi biasa ka rena
perjalanan Klb tersebut.
j. Ta nggal terbit, masa berlaku Warn .
k. Keteranga n lain yang dipandang perl u.
(5) Pendistribusian Wa rn dilaku kan sebagai berikut.
a. Dikirimkan kepada Ppka stasiun yang tersebut sebagaimana dalam
pasa l 18 ayat (3) h u ruf a, c, dan d, juga kepada Ppka stasiun kedudukan
pejabat tersebut sebaga imana dalam pasal 18 ayat (3) huruf b dan e.
b. Ppka stasiun tempat keduduka n pejabat tersebut sebaga imana dalam
pasa l 18 ayat (3) huruf b dan e, setelah m enerima warta kkt, harus
menya mpaika n salinannya kepada peja bat terkait ya ng wajib
menerima. J ika perlu, menurut ketentuan tambahan ya ng diteta pkan
oleh Direksi ata u Pimpinan Daera h.
c. Stasiun pengirim dan stasiun batas Warn diberita hu oleh Ppka sendiri
atau petugas lain dalam pengawasa n Ppka dan Ppka juga harus
memeriksa sendiri terhadap semua stasiun ya ng sudah memberika n
pengu langa n. Untu k petugas blokpos da pat dimintakan ba ntua n
kepada stasiun terdekat u ntuk memberita hu mela l u i telepon.
d. Di atas ala mat warta kkt tentang pengumuman perjalanan kereta api
ditu lis petunj u k dinas =Wa rn=; dan ka rena petunj u k dinas tersebut,
Ppka stasiun tempat kedudukan pejabat sebaga imana dalam pasa l 18
ayat (3) huruf b dan e harus segera menya mpaikan sa linan warta
tersebut kepada para pejabat ya ng berhak menerima.
(6) Penetapan perjalanan kereta api denga n menggunakan Warn juga
meru pa ka n pengu muman perjalanannya sebaga imana dalam pasal 23.
Bagian Ketiga
Pengumuman dan Pembatalan Perjalanan Kereta Api Fakultatif dan
Kereta Api Luar Biasa, dan Pembatalan Kereta Api Biasa
Paragraf 1
Kewenangan Mengumumkan dan Membatal kan
Pasal 20
( 1) Mengumu mka n dan membata lka n perjalanan kereta api fakultatif dan
kereta a pi luar biasa serta membata lka n perjalanan kereta api biasa harus
dilaku ka n denga n :
a. pemberita huan tenta ng perjalanan kereta api fakultatif dan kereta api
luar biasa, dan tenta ng pembata lan kereta api biasa ( PPK);
b. Wa rn;
c. sya rat lain.
(2) Ya ng mempunya i hak mengu mumka n dan membatalkan perjalananan
kereta api adala h :
a. Direksi, u ntuk selama waktu ya ng ditetapkan;
b. Pimpinan Daerah dalam wilaya hnya, untuk pa ling lama 31 (tiga puluh
satu) ha ri, teta pi tidak melebihi masa berlakunya PPK;
sampa1
tm.� ·· •-. .. da11 k�
, mf1a"N
(nama stasiun) pukul....... (waktu keberangkatan).
Ppka.......... (nama stasiun)
1a -. sampa1 n.ereta
� il
lf" A-m..
, , drrn i-Pmlm · •
Paragraf 2
Pengu muman dan Pembatalan denga n PPK
Pasal 21
( 1) Setiap bulan Direksi menerbitkan PPK ya ng bernomor sesuai dengan
nomor bulan berlaku nya, dengan ketentuan sebaga i berikut :
a. PPK yang telah diterbitka n u ntuk bu Ian berjalan tida k boleh dibata lka n;
b. a pa bila PPK sebagaimana pada hu ruf a karena sesuatu hal yang
mendasa r sehingga perlu diadaka n perubahan, harus diterbitkan Wa rn
u ntuk meneta pkan dan mengu mu mkan peru ba han ketentuan dalam
PPK.
(2) Penu l isan dalam PPK dilakuka n sebaga i berikut.
a. Kereta api fakultatif dan kereta api luar biasa ya ng berjalan setiap hari
harus ditulis nomor dan lintas ya ng aka n dijalani. Aka n teta pi, jika
suatu Plb diteta pka n dengan Malka, ya ng dicatat dalam PPK adalah
nomor Plb ya ng dida h u l u i denga n singkatan " Plb". Apabila pada hari
tertentu (misa l : minggu ata u hari raya) kereta api tersebut tida k perlu
jalan, di bagia n bawah PPK harus ditera ngka n kereta a pi mana ya ng
tida k jalan pada hari tersebut dan Kepala Stasiun Warn mana ya ng
harus mem bata lka n perjalana nnya pada hari tersebut.
b. Kereta api biasa ya ng dibata lka n setia p ha ri, apabila pada hari tertentu
(misa l : minggu ata u hari raya) harus berjalan, di bagian bawa h dalam
PPK harus ditera ngka n kereta api mana yang berjalan pada hari
tersebut, dan Kepa la Stasiun Wa rn mana ya ng harus mengu mumka n
perjalanannya pada hari tersebut.
c. Keteranga n ya ng dipandang perlu, misa l nya, mem perpendek dan
memperpanjang peta k jalan dinas tutu p dan sebaga inya .
(3) Pendistribusian PPK sebaga i berikut:
a. PPK dikirimka n kepada :
1) sem ua Kepa la Stasiun, petugas jalan silang dan petugas blokpos
terka it;
2) sem ua kepala u n it pelaksana teknis (Kupt) terka it;
3) sem ua inspector dan kepa la pusat pengendalian operasi kereta a pi
terka it;
4) sem ua ma nager daerah terka it; dan
5) Pimpinan Daera h terkait;
6) Direksi.
b. Pendistribusian PPK kepada pejabat sebaga imana pada huruf a butir 4)
dan 5) dilakukan sesuai dengan pendistribusia n Malka sebaga imana
dalam pasa l 18 ayat (4).
Paragraf 3
Pengu muman dan Pembatalan Perjalanan Luar Biasa yang Ditetapka n denga n
Maklu mat Perjalanan Kereta Api
Pasal 22
( 1) Dalam Malka ditera ngka n ca ra pengumuman ata u pembatalan perjalanan
luar biasa yang a ka n dilakukan denga n PPK atau Warn .
(2) Perjalanan luar biasa yang diperlukan u ntuk ja ngka waktu lama seda pat
mungkin diumumka n dengan PPK.
Paragraf 4
Pengumuman dan Pembatalan denga n Warta M a kl umat
Pasal 23
( 1) U ntuk mengu mumkan dan membata lka n perjalanan kereta api dengan
Warn, berlaku ketentuan sebaga imana dalam pa sa l 19.
(2) Dalam Warn harus ditulis ha l-hal sebagai berikut :
a. hari dan ta nggal kereta a pi dija la nka n ata u dibata lkan;
b. nama dan nomor yang ditu lis denga n huruf menurut angka bilangan
atau sebutan kereta api;
c. lintas kereta a pi ya ng a ka n dija la nkan ata u dibata lka n termasuk stasiun
pengirim Warn.
Da lam warta tersebut diperbolehkan memakai seba nyak m u ngkin
singkatan ya ng telah diteta pkan.
Conteh :
pada hari Selasa ta nggal 2 8 Juni kereta api 2446 fa ku ltatif harus
diumu mka n perjalanannya a ntara Pru puk sampai dengan Pu rwokerto
dengan warta sebaga i berikut.
no. 327 ka.
= wam=
ppka klct kgd sampai ppk, en.
selasa, 28 juni berjalan ka dua empat empat enam sub f
ppk/pwt.
ppka pwt. (t1)
(3) Apa bila terjadi suatu perjalanan kereta api ya ng telah diumu mkan denga n
wa rta kkt harus dibatalkan, warta t1 harus dibata lka n .
Untu k mencega h kesalahan d a l a m pembata lan wa rta, harus dijelaska n
ba hwa kereta a pi ya ng perjalanannya telah diumu mka n tersebut tida k jadi
jalan.
Conteh:
KA 2446 fakultatif yang telah diumumka n perjalana nnya pada ayat (2)
karena sesuatu hal harus dibatalkan denga n warta sebaga i berikut.
no. 328 ka.
= wam =
ppka klct kgd sampai ppk, en.
klct saya no. 327 ka batal. ka dua empat empat enam sub f
ppk/pwt tidak jadi jalan.
ppka pwt. (t2)
(4) Apabila perjalanan kereta api ya ng telah d ibatalkan denga n wa rta kkt a ka n
dijala nkan, perjalanan kereta api tersebut harus diumu mkan kem bali.
Selanjutnya, warta t2 harus dibatalkan.
Untu k mencegah kesa lahan dalam pem bata lan wa rta, harus dijelaska n
ba hwa kereta api yang perjalanannya tel a h dibatalkan teta p akan jalan.
Conteh:
KA 2446 fa ku ltatif yang telah dibatal ka n perjalanannya pada ayat (3)
karena sesuatu hal harus diumu mka n dengan wa rta sebaga i berikut.
no. 329 ka.
= wam =
ppka klct kgd sampai ppk, en.
klct saya no. 328 ka batal. ka dua empat empat enam sub f
ppk/pwt tetap jalan.
ppka pwt. (t3)
(5) Ppka di setiap stasiun peralihan batas PK menya mpaika n jawa ba n beres
atas penerimaan wa rta pengu la ngan kepad a :
a. Ppka stasiun pengirim warta tersebut;
b. Ppka stasiun awa l kereta api yang perja lanannya diu m u m kan ata u
dibatal kan;
c. Ppka stasiun pemeriksa .
dengan wa rta sebaga i berikut:
klct no................. ka lintas ................../.................. beres. (t4)
Paragraf 5
Pengu muman Perjalanan Kereta Api denga n Sya rat La in
Pasal 24
( 1) Perjalanan kereta a pi pada suatu petak jalan diangga p telah diumu mka n
apabila :
a. Ppka di kedua stasiun dan penjaga blokpos pada petak jalan telah
diberitahu tenta ng perjalanan kereta api tersebut denga n telepon
anta rstasiun dan dengan permintaan blok ata u wa rta tanya jawa b
kondisi "a man";
b. penjaga perlintasa n dan petugas perawata n prasara na telah diberitahu
tentang perjalanan kereta a pi tersebut dengan telepon, ata u radio
komunikasi. Untu k penjaga perl intasa n dipergunaka n juga semboya n
genta;
c. Penga nta r lori ya ng berada di peta k jalan telah mengetah u i perjalanan
kereta a pi tersebut.
(2) Apa bila syarat sebaga imana pada ayat ( 1) hu ruf a tidak da pat dipenuhi,
kereta api tersebut harus dianggap sebagai kereta api ya ng perjalanannya
tidak diumumkan terlebih dahulu ya ng tidak boleh dijalanka n .
( 3 ) Apa bila sya rat sebagaimana pada ayat ( 1) hu ruf a terpenuhi seda ngka n
syarat sebaga imana pada ayat ( 1) huruf b d a n c tidak da pat terpenu hi,
kereta api boleh dijalanka n denga n kecepata n tidak melebihi 30 km/jam,
dan u ntuk lokomotif sendirian tidak melebihi 45 km/jam.
(4) Kereta a pi ya ng berjalan sebagaimana pada ayat (3), apabila akan mela l u i
tempat j a l a n silang atau perlintasan, harus membunyika n semboya n 3 9
(petunj u k ba haya) bebera pa kali.
(5) Tentang pembatasan kecepata n kereta api sebagaimana pada ayat (3)
masinis harus diberitahu secara lisan dan diberikan juga bentuk BH
(perintah berjalan hati-hati), dan u ntuk keperlu a n pemberia n BH terhadap
kereta a pi langsu ng harus diberhentika n luar biasa dengan ketentuan
sebaga imana dalam pasa l 86 ayat (3).
(6) Tentang pengumuman perjalanan kereta a pi penolong diatur sebagaimana
dalam pasa l 92.
Bagian Keempat
Pemberitahuan Bila Terjadi Perubahan Perjalanan Kereta Api
Pasa l 25
( 1) Pem beritahuan perubahan perjalanan kereta api karena terbitnya PPK,
Malka ata u Wa rn denga n cara sebagai berikut:
a. u ntuk penjaga perl intasan dan petugas lain dalam emplasemen stasfun
diberita hu oleh KS/Ppka yang bersa ngkutan tepat pada waktu nya
secara tertu lis atau lisan;
J ika pemberita huan dilaku ka n secara tertul is, harus dipergunakan
buku penyerahan ya ng ditanda ta nga n i oleh penerima sebaga i tanda
penerimaan;
b. u ntuk petugas perawata n prasara na dan penjaga perlintasa n di luar
emplasemen diberitahu oleh kepa la u n it pelaksa na teknis perawata n
prasara na yang bersa ngkutan tepat pada waktu nya secara tertul is ata u
lisan. J ika pemberitahuan dila kuka n secara tertul is, harus
dipergunaka n buku penyerahan yang ditanda tanga ni oleh penerima
sebaga i tanda penerimaan. Sedangkan untuk penjaga perl intasa n
dipergunaka n juga semboya n genta.
(2) Untu k pemberita huan tenta ng peru baha n perjalanan kereta a pi ka rena
pemindahan persila ngan dan pem inda han penyusulan diatur sebagaimana
dalam Bab V.
Bagian Kelima
Pengumuman Perjalanan Lokomotif Pendorong
Pasa l 26
( 1) Pengu muman perjalanan lokomotif pendorong dia nggap telah dilaku ka n
jika pada waktu menyampa ika n warta berangkat kereta a p i telah
ditam ba hka n kata-kata "dgn lokpdr" sebaga imana dalam pasal 37.
(2) Pengu muman kepada para penjaga perlintasa n dan petugas perawata n
prasa rana pada peta k jalan dilaku ka n denga n :
a. menggu naka n alat komunikasi; dan
b. memasang 2 (dua) pasa ng semboya n 21, pada kereta a pi yang
didorong dan pada lokomotif pendorong.
Bagian Keenam
Ketentuan Jika Terjadi Penambahan atau Pengurangan
Perjalanan Kereta Api terhadap Gapeka
Paragraf 1
Menandai Garis Perjalanan Kereta Api dalam Ga peka dengan Benang Berwarna
Pasal 27
( 1) Selama satu bulan takwim ga ris perja lanan kereta a pi diberi tanda:
a. benang hijau jika kereta a pi fa ku ltatif atau kereta api luar biasa
men u rut PPK berjalan tiap ha ri;
b. benang putih jika kereta api biasa menurut PPK dibatalkan
perjalanannya setiap hari.
(2) Setiap hari ga ris perjalanan kereta api diberi ta nda :
a. benang mera h jika kereta api faku ltatif ata u kereta a pi luar biasa atau
juga kereta api biasa ya ng menu rut ayat (1) huruf b telah dibatal ka n
perjalanannya, men u rut Wa rn dija lankan u ntuk pa ling l a m a 3 1 hari,
teta pi tidak melebihi masa berlakunya PPK;
b. benang ku ning jika kereta api biasa atau kereta a pi fa ku ltatif atau
kereta api luar biasa yang telah diumu mka n perjalanannya dalam PPK
selama satu bulan ta kwim sebaga imana pada ayat ( 1) huruf a, menurut
Wa rn dibata lka n u ntuk pa ling lama 31 ha ri, teta pi tidak melebihi masa
berlaku nya PPK.
(3) Pemberian tanda denga n benang warna ganda u ntuk kereta api ya ng telah
dija lanka n denga n PPK kemudian dibata lkan ata u kereta api ya ng telah
dibata lka n dengan PPK kemudian dijala nkan kembali maka :
a . perjalanan kereta a pi sebagaimana pada ayat (1) h u ruf a dan b yang
tergam ba r dalam Gapeka dapat diberi tanda dua jenis benang
bersa ma-sama, yaitu hijau dan kuning ata u putih dan mera h;
b. perjalanan kereta api fa ku ltatif ata u kereta a pi luar biasa yang telah
diumu mka n dalam PPK kemudian dibata lkan denga n Wa rn, apabila
pembatalan tersebut dicabut kem ba li, aka n tetap bertanda benang
hija u .
(4) Setiap habis masa berlaku Warn, benang mera h ata u ku ning ya ng telah
dipasang sebaga imana pada ayat (2) harus d icabut, selanjutnya diatu r
kembali pemasangan benang untuk hari berikutnya.
Paragraf 2
Pemberita huan Kepada Penjaga Perlintasan Dan Petugas Perawatan Prasa rana
Pasa l 28
( 1) Kereta a pi fakultatif dan kereta api luar biasa yang menurut PPK setiap
hari berjalan selama bulan berlaku nya PPK dipandang sebagai kereta a pi
biasa .
Jika kereta api pada suatu hari dibata lkan perjalana nnya, maka
pembatalan tersebut, harus diberita h u ka n kepada penjaga perlintasa n
dan petugas perawata n prasa ra na mela l u i alat komunikasi. Dalam Ga peka,
garis perjalanan kereta api tersebut dita mbah dengan benang ku ning,
menjadi hijau dan ku ning.
Jika kem udian perjalanannya diumumka n kembali atau pem bata la nnya
dica but ata u selesa i, maka pemberita huan kepada penjaga perlintasa n
dan petugas perawata n prasa ra na dilaku kan mela l u i a lat komu nikasi, dan
benang ku ning harus dicabut.
(2) Kereta api biasa ya ng menurut PPK setia p hari dibatalkan perjalanannya
selama bulan berlaku nya PPK dipandang sebaga i kereta a pi fa ku ltatif, dan
selama pembatalan.
Jika kereta api pada suatu hari harus berjalan, maka perja lanan tersebut
harus diberitahuka n kepada penjaga perl intasa n dan petugas perawata n
prasa rana melal u i a lat komunikasi dan semboya n genta. Dalam Ga peka,
garis perjalanan kereta api tersebut dita mbah dengan benang mera h,
menjadi putih dan mera h .
Jika kereta api diumu mka n u ntuk satu hari tersebut dibata lka n lagi ata u
selesa i perjalanannya maka kereta api tersebut kem ba li dalam keadaan
bata l, dan pem beritahuan kepada penjaga perlintasa n dan petugas
prasa rana mela l u i a lat komunikasi, kemudian benang mera h harus
dica but.
Paragraf 3
Catata n dalam Lapora n Kereta Api
Pasa l 29
( 1) Dalam La pka selain pengisia n kolom mengenai persilanga n luar biasa harus
dicatat juga :
a. "KA no. ..... dari sta ..... s.d. sta ..... hari ini berjalan ", Jika kereta api
a ka n bersilang denga n:
1) kereta a pi faku ltatif atau kereta a pi luar biasa ya ng menurut PPK
atau Warn dija la nkan, ata u
BAB IV
KETENTUAN PADA WAKTU PERJALANAN KERETA API SESUAI
PERATURAN PERJALANAN
Bagian Kesatu
Persilangan dan Penyusulan
Paragraf 1
Persilanga n
Pasa l 30
A. Arti Persilangan
( 1) Di suatu tempat pada petak jalan ja l u r tu ngga l, kereta a pi dikata ka n
bersilang denga n kereta a pi lain jika kereta a pi tersebut u ntuk perta ma
ka linya berjalan mela l u i sel uruh ata u sebagian peta k jalan yang sel uruhnya
atau sebagia n bekas dila l u i kereta api lain dari a rah seba liknya.
(2) Persilangan dibagi atas dua jenis, yaitu :
a. persilangan biasa; dan
b. persilangan luar biasa .
(3) Persilangan biasa sebaga imana pada ayat (2) huruf a adalah persilangan
dengan kereta api biasa .
(4) Persilangan luar biasa sebagaimana pada ayat (2) h u ruf b adalah
persila nga n dengan kereta api fa ku ltatif atau kereta api luar biasa.
B. Tempat Persilangan
(5) Persilangan anta r kereta api pada peta k jalan jalur tu nggal harus
dilaksanaka n di stasiu n.
(6) Persilangan di luar stasiun hanya diperbolehka n atas perintah Pimpinan
Daerah pada wa ktu terjadi kecela kaan. Adapun ya ng dimaksud dengan
persila nga n di luar stasiun adalah:
a. jika di lokasi kecelakaan dibuatkan tambahan jalur sementara,
sehingga di lokasi tersebut teta p da pat dila l u i kereta api;
b. dilaku ka n pertukara n nomor kereta a pi dari dua rangka ian kereta api
ya ng berbeda, ya ng sa ling melanjutka n dari lokasi kecela kaan.
C. Catatan Persilangan
(7) Persilangan dicatat dala m :
a. daftar waktu, Malka, Warn;
b. tabel kereta a pi (ha nya persila nga n bia sa); dan
c. Lapka (hanya persilanga n luar biasa),
Gambar 1
Pada ga mbar 1, di stasiun B dicatat:
• KA 1 bersilang denga n KA 2102, KA 124, dan KA 2;
• KA 2101 bersilang denga n KA 2102, KA 124, dan KA 2;
• KA 2 bersilang denga n KA 2101 dan KA 1;
• KA 124 bersilang denga n KA 2101 d a n KA 1; dan
• KA 2102 bersilang denga n KA 2101 d a n KA 1.
b. Apabila menurut peratura n perja lanan, satu atau bebera pa kereta api
berangkat dari stasiun permulaan paling lam bat 40 menit sesudah satu
atau beberapa kereta api lain dari a rah ya ng berlawanan datang dan
bera khir perjalanannya di stasiun tersebut.
Conteh :
A
!
�--.,----.i--�--.��.--�...-��--��
B ��,._._�...:s.>.�-------....--..
$ 28
f --..
... _... . �__,....�
...,..
�
Gambar 2
Pada ga mbar 2, di stasiun B dicatat:
• KA 335 bersilang dengan KA 2304, KA 332, dan KA 2;
• KA 2101 bersilang dengan KA 2304, KA 332, dan KA 2; dan
• KA 1 bersilang denga n KA 332 d a n KA 2.
c. Apa bila menurut peratura n perjalana n satu ata u bebera pa kereta a pi
berangkat dari stasiun awal sebelu m ata u selambat-la mbatnya 20
menit sesudah satu ata u bebera pa kereta api lain yang data ng dari
a rah ya ng berlawa nan berangkat meneruska n perjalanannya .
Conteh :
Gambar 3
Pada ga mbar 3, di stasiun B dicatat:
• KA 337 bersilang dengan KA 23 10, KA 2, dan KA 334 dan
• KA 2101 bersilang dengan KA 23 10 dan KA 334
d. Apa bila menurut peratura n perjalana n satu ata u bebera pa kereta a pi
ya ng belu m mengakhiri perjalanannya data ng di suatu stasiun sebelum
ata u sela m bat-la mbatnya 20 menit sesudah satu ata u beberapa kereta
a pi lain dari ara h yang berlawa nan data ng di stasiun tersebut untuk
mengakhiri perjalana nnya .
Conteh:
A ;
\
�������
12;02 l I 2�b1 I
B �� �
-,-'-'-- � �'-L....---
.-, � _, ��������
_.___,-"'- �o
01
c __
� ,f
__..
,________...,_
__ ____________________�
Gambar 4
Pada ga mbar 4, di stasiun B dicatat:
• KA 1 bersilang denga n KA 124 dan KA 22;
• KA 125 bersilang dengan KA 2102, KA 124, dan KA 22; dan
• KA 2101 bersilang denga n KA 2102, KA 124, dan KA 22.
e. Di stasiun persimpa ngan, yang mempunyai dua lintas uta ma ata u
lebih, diatur sebagai berikut:
1) Apabila menurut peratura n perjalanan satu ata u beberapa kereta
l nw u m ma
api dari ya ng masih akan meneruska n perjalanan
lfnil3& \J _m a, Tn
ilfitfi. Uti!ifDI! I� in • • •
Catatan : dibaca sesuai dengan tata letak, atas dengan atas atau
bawah dengan bawah.
Conteh:
A �-..�-------..-----.-------..--------�---
,
l2lo2I �
B -----
--
o\
T"""'"
-- --t'.lrl!l'"'""'
l"""l ..._.,...'""'"'
/4
.. _.."'""'rinir-
i -------
Gambar 5
Pada gam ba r 5, di stasiun B dicatat:
• KA 41 bersilang dengan KA 2402 dan KA 424;
B
� ! 40
,3
\
cMmJ �
\
c \
�
Gambar 6
Pada ga mbar 6, di stasiun B dicatat :
• KA 421 bersilang dengan KA 424 dan KA 2;
• KA 2411 bersilang denga n KA 424.
f. Di stasiun peraliha n, dari jalur ganda ke jalur tu nggal diatur sebagai
berikut.
1) Apabila menurut peratura n perjalanan satu ata u bebera pa kereta
api dari suatu stasiun peralihan yang a ka n berangkat meneruska n
perjalanan dari ja l u r ganda ke jalur tungga l data ng di stasiun
pera lihan tersebut selambat lambatnya pada jam bera ngkat kereta
api ata u bebera pa kereta a pi ya ng datang dari jalur tu nggal ke jalur
ga nda.
Conteh:
A
\
ITjb1 I
t
GWJ
\ '
i 40
B
\
Gambar 7
Pada ga mbar 7, di stasiun B dicatat :
KA 2101 bersilang dengan KA 132.
I CllllJ
.
1 40
B
,5
I $ \
c
Gambar 8
Pada gam ba r 8, di stasiun B dicatat:
• KA 139 bersilang denga n KA 16 dan KA 132;
Paragraf 2
Penyusulan
Pasal 31
A. Arti Penyusulan
( 1) Penyusulan terjadi a pabila perjalanan dua kereta api ya ng seara h
mengalami peru ba han u ruta n perjalanan.
(2) Peru bahan u ruta n perjalanan sebagaimana pada ayat ( 1) terjadi apabila :
a. kereta api yang berjalan di m u ka setelah penyusulan menjadi kereta
api berjalan di bela kang;
b. kereta api ya ng berjalan di belakang setelah penyusulan menjadi
kereta a pi berjalan di m u ka .
B. Tempat Penyusulan
(3) Penyusulan a ntarkereta a pi (menyusul ata u disusul) harus dilakukan di
stasiun atau tem pat yang terda pat fasilitas penyusulan ya ng telah
ditentuka n sesuai dengan peratura n perjalanan.
(4) Penyusulan di luar stasiun hanya diperbolehkan atas perintah J POD pada
situasi dan kondisi tertentu (misa lnya, wa ktu terjadi kecelakaan).
(5) Penyusulan di luar stasiun sebaga imana pada ayat (4) adalah jika dilokasi
kecelakaan dibuatkan ta mbahan jalur sementa ra sehingga teta p bisa
dilalui kereta a pi.
C. Catatan Penyusulan
(6) Penyusulan men u rut peratura n perjalanan kereta a pi tercatat dalam
dafta r wa ktu, dan Malka atau Wa rn.
Penyusulan tida k tercatat dalam tabel kereta api.
(7) Masinis tidak diwajibka n mengetahui penyusulan dan pemindahan
penyusulan.
Bagian Kedua
Dokumen Perjalanan Kereta Api
Paragraf 1
Laporan Kereta Api
Pasa l 32
h. pem berita huan penting, misa l nya, terjadi ga ngguan h u bu nga n blok,
gangguan pera lata n persinya lan, huru-hara;
i. persilangan luar biasa;
j. berjalan hati-hati (pembatasa n kecepatan);
k. berhenti luar biasa; dan
I. pem berita huan khusus, misa lnya, kereta api jalan ata u bata l.
(4) Stasiun tempat kereta a pi berganti nomor senantiasa menjadi stasiun
pemeriksa kereta api. U ntuk kereta a pi yang berjalan melewati bebera pa
daera h, data Lapka dapat diakses dari data base Lapka oleh setiap daera h .
(5) Catatan ya ng harus dilaku ka n oleh Ppka/Pap stasiun batas biasa pada saat
dinas tutup.
a. Dalam la poran kereta api harus dicatat nama stasiun batas sementa ra
ya ng melaku kan dinas buka oleh Ppka stasiun batas biasa sehingga
kereta api la ngsu ng harus diberhentikan luar biasa.
b. Apa bila ka rena keterla mbatan kereta a pi pada waktu peralihan dari
wa ktu kerja buka ke wa ktu kerja tut u p ata u sebaliknya a ka n terjadi di
stasiun selain stasiun ya ng ditetapka n dalam peratu ran perjalanan,
peralihan tersebut harus dicatat dala m Lapka oleh Ppka/Pap stasiun
batas biasa .
(6) Tanda ta nga n ata u pa raf Ppka/Pap merupaka n tanda bukti bahwa
pengisia n Lapka sebagaimana pada ayat (3), (4) dan (5) telah dikerjaka n
dengan teliti dan sesua i denga n keadaan sebenarnya.
6)sinyal terganggu;
7)kereta api berja lan di jalur kiri;
8)pintu perlintasa n tidak tertutu p;
9)di suatu tem pat di peta k ja lan, kereta api terasa bergoya ng keras;
dan
10) kejadian lain yang patut diduga dapat mengganggu/
memba haya ka n perjalanan kereta a pi.
c. khusus u ntuk h u ruf b butir 6), 7), dan 8) selain dicatat dalam Lapka
juga harus segera dila porkan kepada Ppkp dan/ata u Ppka stasiun
terdekat di mukanya;
d. tanda tanga n ata u pa raf masinis meru paka n tanda bukti ba hwa
pengisian pada Lapka telah dikerjakan dengan teliti dan sesuai dengan
keadaan sebena rnya .
(8) Pejabat yang tu rut jalan di dalam kabin masinis harus mengisi kolom yang
ditentuka n di dalam La pka.
(9) Apa bila tidak ada persilanga n luar biasa sebaga imana pada ayat (3) huruf i,
khusus u ntuk l intas yang aka n dilalui oleh kereta api tersebut, Ppka/Pa p
stasiun awa l ata u stasiun pemeriksaan dalam kolom ya ng disediaka n pada
Lapka ditulis "tiada" dan diparaf.
( 10) Pada wa ktu kereta api berjalan denga n lokomotif lebih dari satu (tetapi
buka n multiple unit), catata n mengenai kejadian selama dalam perjalanan
kereta api hanya ditu lis pada Lapka lokomotif depan. Apa bila masinis
lokomotif belaka ng minta ketera ngan tenta ng catatan tersebut, catata n
da pat disa m pa ika n secara lisa n.
( 11) Apa bila kereta api menurut peratura n perjalana n berhenti di suatu stasiun
pemeriksa, masinis ata u asisten masinis mem bawa lapora n kereta a pi
kepada Ppka/Pa p u ntuk diisi catata n yang diperlu ka n dalam perjalanan.
( 12) Semua catatan peru bahan dan tambahan harus diparaf oleh Ppka/Pap,
khusus dalam Lapka, catatan tenta ng nama stasiun harus ditulis lengka p.
( 13) Apa bila masinis di tenga h perjalanan kehila ngan lapora n kereta api,
masinis berkomunikasi mempergunaka n radio masinis dengan Ppka/Pap
stasiun pertama di m u ka dengan seizin Ppkp dan kereta api langsung
diperbolehka n berhenti luar biasa di stasiun perta ma di muka u ntuk
meminta pengga ntian Lapka ya ng hilang.
( 14) Atas perm intaan masinis sebaga imana pada ayat ( 13), Ppka/Pa p
membuatka n La pka pengganti dengan melengkapi catata n Lapka tersebut
berdasa rka n catatan tentang perjalanan kereta a pi kutipan dari Lkdr.
Sela njutnya, Lapka dilengka pi denga n informasi dari Ppkp u ntuk lintas
yang masih harus dijalani oleh masinis tersebut dan harus ditandatanga ni
oleh Ppka/Pa p pembuat Lapka pengganti.
( 15) Setelah masinis sa mpai di stasiun a khir dinas awa k kereta a pi, Lapka
disera hka n kepada Ppka/Pa p untuk diperi ksa, kemudian Lapka disera hka n
kepada J PAK u ntuk diperiksa d a n diberi catata n. Sela njutnya, Lapka
disera hka n kembali kepada masinis.
e. Apa bila kereta api dalam perjalanannya berganti nomor, semua nomor
harus ditu liskan dalam Lkdr pada halaman 1.
(3) Ketentuan dalam pengisian dan pemberia n la pora n kondektur sebagai
berikut.
a. Lkdr ya ng telah diisi diberika n kepada kondektur oleh Ppka/Pap stasiun
awal pembera ngkatan, stasiun pemeriksa ata u stasiun a khir dinas.
b. Kondektur mengisi catatan penting selama dalam perja lanan ya ng
menjadi ta nggung jawa bnya pada kolom yang telah disediakan.
c. Lkdr da pat dipergu nakan u ntuk satu ra ngkaian kereta api ya ng sa ma
dan berganti nomor yang berjalan da l a m wilaya h satu daera h .
d . Stasiun tempat kereta api berganti nomor sena ntiasa menjadi stasiun
pemeriksa kereta a pi. U ntuk kereta api yang berjalan melewati
beberapa daerah, data Lkdr dapat diakses dari data base Lkdr oleh
setia p daerah.
e. Setiap kondektur ya ng menjalani dinas kereta a pi harus membawa
Lkdr, termasuk kondektur ya ng menga mbil bagia n kereta a pi yang
ditinggalkan di jalan bebas.
f. Laporan kondektur harus diisi denga n tel iti dan sesuai dengan keadaan
sebenarnya.
g. Pada wa ktu diserahka n kepada kondektur oleh Ppka/Pa p, Lkdr harus
sudah diisi lengka p:
1) ta nggal Lkdr, nama, nomor KA atau nomor dan huruf (Plb ...... ),
serta jenis kereta a pi, dari dan ke stasiun tujuan kereta api;
2) nama awak sara na kereta api yang ditugaska n;
3) jenis dan nomor lokomotif/KRD/KRL, jenis dan nomor kereta/
gerbong ya ng dirangka ika n pada kereta api, tujuan, serta berat
kereta a pi dalam satua n ton;
4) nama stasiun dan perhentian ya ng terletak di sepanjang lintas ya ng
akan dilewati kereta api tersebut ditu lis lengkap, termasuk batas
kecepata n operasional sepanjang lintas yang a kan dilalui;
5) jam berangkat, jam datang, atau j a m la ngsu ng di stasiun menurut
peratu ran perja la nan;
6) jika ada catatan khusus, misa lnya, ta mbah/ku ra ng m uata n,
berhenti luar biasa, persila ngan, d a n penyusulan;
7) tanda ta nga n atau paraf Ppka/Pap meru pa ka n tanda bukti bahwa
pengisian pada Lkdr telah dikerjaka n denga n teliti dan sesuai
dengan keadaan sebenarnya .
Paragraf 3
Tabel Kereta Api
Pasa l 34
( 1) Untu k menja lani dinas kereta a pi, masinis harus membawa tabel kereta
api (0. 100), kecuali untuk lokomotif pendorong, lokomotif penolong ata u
konvoi.
(2) 0. 100 sebaga imana pada ayat ( 1), dibuat berdasa r peratu ran perjalanan
dan ditandata nga ni oleh J POD dengan dilengka pi tangga l pembuata n, dan
harus menca ntumka n ketera ngan sebaga i berikut :
a. nomor kereta api ata u nomor perjalanan luar biasa (Plb);
b. jam berangkat, jam data ng, atau jam la ngsu ng di stasiun dan di tem pat
persimpangan;
c. nama stasi u n, perhentian, dan blokpos harus ditulis lengka p.
d. berhenti (jika perl u), langsu ng, atau berhenti pada hari tertentu di
perhentian;
e. persilangan biasa ditandai dengan tanda X;
f. persilangan denga n kereta api ya ng menurut peratura n perjalanan
ata u dafta r wa ktu, yang berjalan pada hari tertentu adalah persilanga n
biasa, dalam tabel kereta api persilanga n tersebut dicatat sebagai
persilangan biasa;
g. stasiun pemeriksa diberi tanda ga ris bawa h tipis seperti ya ng terl ihat
dalam Ga peka;
h. kereta api dimasukka n ke jalur buntu di stasiun yang bukan stasiun
buntu diberi tanda � ;
i. lama perjalanan biasa dan lama perjalanan tercepat dari stasiun ke
stasiun;
j. batas kecepata n kereta a pi;
k. leta k stasiun ditera ngka n kilometer dan hektometer ya ng dibu latkan;
I. u ntuk peta k jalan dinas tutu p :
1) di depan nama stasiun batas biasa harus ditu liskan singkatan
"SBB";
Bagian Ketiga
Ketentuan Tentang Perjalanan Kereta Api
Paragraf 1
Um u m
Pasal 35
Paragraf 2
Hubungan Blok dan Telepon Antarstasiu n Terga nggu
Pasal 36
(4) Selama h u bu nga n blok terganggu sebagaimana pada ayat (1), u ntuk
pengaturan perjalanan kereta api di peta k jalan ya ng bersa ngkutan, harus
dilakukan pertuka ran wa rta kereta api sebaga i berikut.
a. Pada petak jalan jalur ganda.
1) Untuk setiap kereta a pi yang mel a l u i petak jalan yang hu bunga n
bloknya terganggu, harus menggu nakan wa rta kereta api: ta nya
jawa b tentang kondisi petak jalan, wa rta berangkat, dan wa rta
masuk.
2) Sebaga i permulaan dipergunakan wa rta masuk u ntuk kereta a pi
ya ng tera khir mela l u i peta k blok sebel um hubungan blok terganggu.
3) Pertu ka ra n warta kereta api dilakukan oleh kedua Ppka stasiun
berdekatan pada peta k jalan ya ng terganggu hubungan bloknya .
4) Pada blok elektromekanis, jika pada peta k jalan ya ng terganggu
hubungan bloknya terda pat blokpos, pertukara n warta kereta api
dilaku ka n sebaga imana dalam pasa l 37 Sub-E.
b. Pada petak jalan jalur tu nggal.
Berlaku ketentuan pada peta k jalan ja l u r ganda denga n perbedaa n
bahwa pada peta k jalan j a l u r tu ngga l, wa rta kereta a pi dipergu naka n
u ntuk setiap kereta api pada kedua arah.
(5) Pada persinya lan mekanik, ketika sinya l blok di suatu blokpos tidak dapat
diubah pada indikasi "berjalan" ka rena ganggua n hubungan blok, Ppka
blokpos tersebut, setelah menerima warta masuk dari kereta a pi ya ng
lewat tera khir, boleh memasukkan kereta a pi melewati sinya l tersebut
dengan memberikan perintah MS (bentu k 92) ata u denga n menunj u kka n
isyarat perinta h masuk (semboyan 4A) kepada masinis sebaga imana dalam
pasa l 49 ayat (6) atau (7).
(6) Pada persinya lan elektrik, diatur u ntuk:
a. sinya l blok a ntara tidak da pat diuba h pada indikasi "berjalan" maka
Ppka stasiun pada petak jalan ya ng berka ita n denga n sinya l blok anta ra
tersebut mem berikan perintah MS (bentu k 92) kepada masinis kereta
a pi ya ng aka n melewati sinyal blok a ntara ya ng terganggu tersebut;
b. sinya l blok/sinyal kel uar tida k dapat diubah pada indikasi "berja lan"
ka rena gangguan hubunga n blok m a ka Ppka stasiun ya ng berka ita n
denga n sinyal blok/sinya l kel uar tersebut memberika n perintah MS
(bentuk 92) kepada masinis kereta api ya ng akan melewati sinya l
blok/sinyal kel uar ya ng terganggu tersebut.
(7) Wa rta kereta api ya ng dilaku ka n sebagaimana pada ayat (4) harus ditulis
dalam buku WK.
(8) Pertukara n wa rta kereta a pi harus teta p dila kukan oleh Ppka kedua pihak
sebelum mendapat kepastian ba hwa hubunga n blok sudah ba ik kemba li
sebaga imana pada ayat (7).
(9) H u bu nga n blok sudah baik kem ba li a pabila peralatan blok sudah dapat
digunakan sebagaimana mestinya dan dinyata ka n baik kembali secara
tertulis oleh petugas perawatan persinya lan dan telekomunikasi serta
diketa h u i oleh Ppka yang bersa ngkutan.
Pada blok elektromekanis, pera latan blok sudah diplombir kembali.
( 10) Saat permulaan hubunga n blok dapat digunakan kembali sebagaimana
pada ayat (9):
a. pada peta k jalan jalur ganda, mulai saat pertama kalinya dapat
digu naka n kemba li untuk pengaturan perjalanan kereta api
sepenuhnya pada petak jalan yang bersa ngkutan;
b. pada peta k jalan jalur tu nggal, mulai saat pertama ka linya da pat
digu naka n kemba li untuk pengaturan perjalanan kereta api
sepenuhnya untuk kedua ara h .
berja lan beru ruta n, kereta api ya ng kedua harus menu nggu
kembalinya pengawal kereta api ya ng berjalan di m u ka;
6) Apabila pada peta k jalan A B terdapat dua kereta a pi yang a ka n
-
berja lan berlawa nan a rah dari stasiun B , kereta a p i dari stasiun B
harus menu nggu datangnya kereta a pi dari stasiun A berikut
pengawa l stasiun A, kemudian setel ah dida pat kesepakatan
denga n Ppka stasiun A, Ppka stasiun B da pat membera ngkatka n
kereta api dari stasiun B berikut pengawa l stasiun B.
c. Semua warta berangkat dan wa rta masu k dengan pengawal harus
ditu lis dalam buku WK, diserta i ketera nga n nama dan pangkat
pengawa l kereta api dan cara kom u nikasi yang dilaku ka n .
d. Pengawa l kereta a pi harus memakai tanda beru pa b a n lengan pada
lenga n kiri, denga n bentuk sebagai berikut:
Keteranga n :
PENGAWAL KA
1) Wa rna dasar oranye;
Antara ••••... - • . •• . • .
2) Tulisan warna hitam;
3) Ukura n : Panjang 20 cm dan Lebar 10 cm .
( 18) Pengamanan peta k blok denga n pengawal sebagaimana pada ayat (3)
harus teta p dilakukan oleh Ppka kedua pihak sebelum menda pat kepastia n
ba hwa h u bu nga n blok, telepon a nta rstasiun dan/ata u telepon PK sudah
ba ik kembali sebaga imana pada ayat ( 19).
( 19) H u bu nga n blok, telepon a nta rstasiun dan/atau telepon PK sudah baik
kembali a pa bila peralatan hubungan blok, telepon a ntarstasiun da n/ata u
telepon PK sudah dapat digu naka n sebagai ma na mestinya dan telah
dinyata ka n ba ik kembali secara tertu lis oleh petugas perawata n
persinya lan dan telekomu nikasi serta diketa h u i oleh Ppkp dan Ppka ya ng
be rs a ngkuta n.
Paragraf 3
Pertukara n Warta Kereta Api
Pasa l 37
w2 atau w3 dan w4. Akan tetapi, nomor kereta api diganti denga n
sebutan konvoi.
b. Pada petak jalan jalur ganda, di belakang sebuta n konvoi dalam warta
kereta api wl, w2, w3 dan w4 dita mba h dengan kata-kata :
"berangkat jalur kiri kembali jalur kanan" ata u
"berangkat jalur kanan kembalijalur kiri".
Penu l isan dalam buku WK.
"br jalur kr kembali jalur kn" atau
"br jalur kn kembali jalur kr".
( 14) Tanya jawab tentang kondisi petak jalan untuk kereta a pi ya ng aka n
mela l u i petak jalan j a l u r ganda pada wa ktu berlaku ketentuan " berjalan
ja l u r kiri", dilaku ka n dengan menggu nakan wl dan w2 ata u w3 dan w4
dengan ta mbahan kata-kata ''.ia/ur kanan "atau ''.ialur kiri"di belakang
nomor ata u sebutan kereta api tersebut menu rut ja l u r ya ng dilalu inya.
( 15) Apabila pada wa ktu Ppka B menerima perta nyaan dari Ppka A, kondisi
peta k jalan tida k ata u bel u m "aman", ka rena terha lang atau kereta a pi
yang berjalan terlebih dahulu belu m masu k di B, Ppka B menjawab sebagai
berikut.
Ppka 8 : tidak, petak jalan untuk KA...... (nomor KA) be/um
aman, tunggu kabar. Pukul (waktu jawab)
...• (w7)
Penu l isa n dalam buku WK.
A. tidak. Tunggu ......... (waktu jawab) 8. (w7a)
Jawa ba n w7 dijawa b oleh Ppka A denga n jawaban "mengerti" sebaga l
berikut.
Ppka A : Mengerti. Pukul ......... (waktu mengerti)
Penu l isa n dalam buku WK.
8. mengerti ........ (waktu mengerti). A.
Kemudian apabila peta k jalan sudah "ama n", Ppka B harus segera
memberitah u ka n kepada Ppka A sebagai berikut.
Ppka 8 : Ppka A, KA .... (nomor KA) masuk pukul.... (waktu
KA masuk), KA ... (nomor KA) kini "aman". Pukul.....
(waktu jawab) (wB)
Penu l isa n dalam buku WK.
A. ka........ (nomor KA) msk...•..... (waktu ka masuk),
ka......... (nomor ka) kini aman. ..... (waktu jawab) 8. (wBa)
Jawaban aman w8 dijawa b oleh Ppka A denga n jawaban "mengerti"
sebaga i berikut.
Ppka A : Mengerti. Pukul .............. (waktu mengerti)
C. Warta Berangkat
( 16) Warta bera ngkat disa mpaikan oleh Ppka stasiun tempat bera ngkat (A)
kepada Ppka stasiun yang dituju ( B) dan harus disa m pa ika n segera setelah
kereta api berangkat ata u lewat, kecua l i jika dalam PTDO menentuka n lain
karena petak jalan pendek, m isa lnya :
u ntuk kereta api langsu ng ata u kereta api yang hanya berhenti
sebentar, wa rta berangkat boleh disa mpaikan lebih dahulu daripada
wa rta masuk.
( 17) Warta berangkat sebaga imana pada ayat ( 16) disa mpaika n sebagai
berikut.
a. Ppka A menghubungi B melal u i telepon a nta rstasiun, dan dijawab oleh
Ppka B sebagai berikut.
Ppka 8 : Di sini ........ (nama ppka) Ppka 8.
b. Setelah dijawa b oleh Ppka B, Ppka A segera menya m paikan warta
berangkat sebagai berikut.
Ppka A : Ppka 8, KA ..... (nomor KA) berangkat pukul ..... .
(waktu berangkat). (w9)
Penu l isa n dalam buku WK.
8. ka....., (nomor KA) br...... (waktu berangkat). A. (w9a)
Sela njutnya, warta berangkat w9 dijawab oleh Ppka B dengan jawa ba n
"mengerti" sebaga i berikut.
Ppka 8 : Mengerti. Pukul .......... (walctu mengerti)
Penulisan dalam buku WK.
A. mengerti......... (walctu mengerti). 8.
( 18) Warta berangkat u ntuk kereta api ya ng m empergu naka n lokomotif
pendorong, menggu nakan warta berangkat w9 dengan ta mbahan kata
kata "dengan lokpdr dan a ka n kembali dari km" di belakang nomor KA,
sebaga i berikut:
Ppka A : Ppka 8, KA.... (nomor KA) dengan lokpdr dan akan
kembali dari km......., berangkat pukul...... (waktu
berangkat)
Penulisan dalam buku WK.
8. ka...... (nomor KA) dgn lokpdr km..... br..... (waktu
berangkat). A.
D. Warta Masuk
(21) Wa rta masuk ha nya boleh disa m pa ika n oleh Ppka stasiun kedatangan ( B)
kepada Ppka stasiun tempat berangkat (A) setelah memastikan bahwa :
a. kereta a pi sudah masuk sel uruhnya di stasiun lengka p denga n
semboyan 21 (ta nda a khira n kereta a pi) dengan ketentua n :
1 ) u ntuk KA berhenti, rangka ian kereta a p i telah berhenti betul dan
berada di a nta ra dua tanda batas ruang bebas (semboyan 18) pada
jalur u ntuk kereta a pi tersebut;
2) u ntuk kereta a pi ya ng berjalan langsung, setelah mela l u i wesel
tera khir.
b. kereta api yang masuk tidak memperl ihatkan semboya n 3 1 (tanda jalur
kereta api tidak a ma n) pada sia ng ha ri atau tidak memperdenga rka n
semboyan 39 (petunj u k bahaya) pada malam hari; ata u
c. sinya l masuk telah dikembal ika n ke indikasi "berhenti" (semboyan 7).
(22) Apabila sinyal masuk sebaga imana ayat (21) huruf c tida k dapat kemba li
pada indikasi "berhenti" ka rena terganggu maka warta masuk ha nya boleh
(26) Wa rta masuk u ntuk kereta a pi ya ng datang melal u i petak jalan jalur ganda
pada wa ktu berlaku ketentuan "berjalan ja l u r kiri", menggunaka n wa rta
masuk w10, denga n ta mbahan kata-kata ']alur kanan "atau ']alur kiri"di
belakang nomor atau sebuta n kereta api tersebut menurut ja l u r ya ng
dilaluinya.
(27) Apabila suatu kereta api harus segera bera ngkat setelah kereta a pi lawa n
persila nga n masuk, wa rta masuk kereta api ya ng data ng dan wa rta
berangkat kereta a pi ya ng berangkat disusun sebagai berikut.
Ppka 8 : Ppka A, KA ..... (nomor KA) masuk pukul .... (waktu
masuk) dan ka...... (nomor KA) berangkat pukul .... .
(waktu berangkat) (w11}
Penu l isa n dalam buku WK.
A. ka ...... (nomor KA) msk..... (waktu masuk) ka... .
(nomor KA) br........ (waktu berangkat). 8. (w11a)
(28) Apabila diperl u ka n, wa rta masuk boleh disatukan denga n jawa ba n "a man"
atas perta nyaa n kondisi peta k jalan sebaga i berikut.
Ppka 8 : Ppka A, KA......... (nomor KA) masuk pukul .......... .
(waktu masuk) dan KA...... (nomor KA) kini "aman". (w12)
Penu l isa n dalam buku WK.
A. ka..... (nomor KA) msk ... . •(waktu masuk) ka.....
(nomor KA) kini aman. ...... (waktu jawab) 8. (w12a)
(29) Wa rta masuk sebaga imana pada ayat (23), (26), (27) dan (28) harus segera
dijawa b oleh Ppka A denga n jawaban "mengerti" sebaga i berikut.
Ppka A : Mengerti. Pukul .............. (waktu mengerti)
Penu l isa n dalam buku WK.
8. mengerti............ (waktu mengerti). A.
E. Pertukaran Warta Kereta Api pada Petak Jalan yang Memakai Blokpos Saat
Hubungan Blok Terganggu
(30) Pada wa ktu hu bunga n blok terganggu, Ppka di blokpos berkewajiba n :
a. mengatur perjalanan kereta api aga r tidak terjadi lebih dari 1 (satu)
kereta a pi berja lan bersamaan dalam satu peta k blok antara stasiun
denga n blokpos ata u anta ra blokpos dengan stasiun, denga n demikia n
harus memastika n telah:
1) menerima warta berangkat u ntuk setia p kereta a pi ya ng berangkat
menuju ke blokpos;
2) menerima warta masuk u ntuk setiap kereta api yang disa mpa ika n
oleh stasiun berdekatan;
F. Pembatalan Warta Kereta Api Tanya Jawab tentang Kondisi Petak Jalan"
(35) Perta nyaan tenta ng kondisi petak jalan yang sudah dilakukan oleh Ppka
stasiun tempat berangkat (A), dan telah dijawa b "a man" oleh Ppka stasiun
yang dituju ( B), jika perlu, boleh dibata lkan oleh Ppka A:
mengizinka n, pemberian jawa ban aman harus diu langi denga n wa rta
kereta api w8.
G. Warta Pembatalan Blok yang Telah Dibuka pada Petak Jalan Jalur Tunggal
(37) Blok yang telah dibuka untu k kereta a pi, jika perlu, da pat dibatalka n .
(38) Pembata lan sebagaimana pada ayat (37) harus dilakuka n dengan warta
kereta api sebaga i berikut.
Ppka 8 : Ppka A, awas berbahaya, pembukaan blok untuk
KA.......... (nomor KA) saya batalkan, tunggu kabar.
pukul..... (waktu pembatalan) (w17)
Penulisan dalam buku WK.
A. awas berbahaya, buka blok untuk ka...... (nomor
KA) batal, tunggu. ........ (waktu pembatalan) 8. (w17a)
Sela njutnya, wa rta kereta api pembatalan blok w1 7 dijawab oleh Ppka A
denga n jawa ban "mengerti" sebagai berikut.
Ppka A : Mengerti KA........ (nomor KA) tunggu. Pukul........ .
(waktu mengerti) (w18)
Penulisan dalam buku WK.
8. mengerti KA............ (nomor KA) tunggu.......... .
(waktu mengerti) A. (w18a)
(39) Apa bila pembukaan blok sebagaimana pada ayat (37) dilakukan ka rena
salah pelaya nan, buka n atas permintaan, warta pem bata lan blok denga n
wa rta kereta api sebaga i berikut.
Ppka 8 : Ppka A, awas berbahaya, pembukaan blok salah,
tunggu kabar. pukul......... (waktu pembatalan) (w19)
Penulisan dalam buku WK.
A. awas, berbahaya, pembukaan blok salah,
tunggu. ........ (waktu pembatalan) 8. (w19a)
Sela njutnya, wa rta kereta api tersebut dijawa b oleh Ppka A dengan
jawaban "mengerti" sebaga i berikut.
Ppka A : Mengerti. Pukul .............. (waktu mengerti) (w20)
Penulisan dalam buku WK.
8. mengerti............ (waktu mengerti). A. (w20a)
(40) M u l a i pada saat pembata lan pembukaan blok sa mpai pada saat blok
tersebut kemba li dalam keadaan normal maka pengaturan perjalanan
kereta api dilakukan denga n pertukaran wa rta kereta api menurut
ketentuan yang berlaku pada wa ktu hubunga n blok terga nggu.
Bagian Keempat
Pemberangkatan Kereta Api
Paragraf 1
Kesiapan Awa k Sarana Kereta Api M u l a i Dinas
Pasa l 38
( 1) Dalam membuat dinasan, J PAK harus memastikan bahwa awak kereta a pi
yang a ka n didinaska n :
a. memil iki sertifikat keca ka pa n yang masih berlaku;
b. memil iki ketera nga n kecaka pan pemahaman lintas (0.63) u ntuk lintas
ya ng akan didinasi, teruta ma u ntuk masinis;
Paragraf 2
Tempat Lokomotif pada Rangkaian Kereta Api
Pasa l 39
E. Kereta Api Menggunakan Dua Lokomotif atau Lebih Secara Multiple Unit
( 14) Pada lokomotif yang dilengka pi denga n perlengka pan ya ng memungkinka n
d u a lokomotif ata u lebih ya ng sejenis dira ngka ika n secara m u ltiple unit,
dioperasika n ha nya oleh satu orang masinis ya ng berada di lokomotif
depa n.
Paragraf 3
Pemeriksaa n Kereta Api Sebelum Berangkat
Pasa l 40
( 1) Di staslun awa l pembera ngkatan, di stasiun antara tempat menambah
atau melepas kereta/gerbong, sebelum kereta api berangkat, Ppka/Pa p
harus memastikan bahwa :
a. ra ngkaian telah disusun sesua i denga n stamformasi;
b. pemeriksaa n rangkaian dan percobaa n pengereman telah dilaku ka n
denga n hasil baik oleh Puk/Pug dengan disa ksika n kondektu r/Tka d a n
petugas stasiun atas perinta h Ppka;
c. dokumen perjalanan telah siap dan lengkap;
d. semboyan kereta api telah terpasang pada tempatnya; dan
e. naik turun penumpang atau muat bongka r bara ng, bagasi, serta ba ra ng
hanta ra n telah selesai dilakukan.
(2) Di stasiun awa l pembera ngkatan, Tka harus memba ntu/menyaksikan
pemeriksaan kesiapan rangka ian kereta a pi termasuk pera ngkat
pengereman, pera latan keselamatan, peralata n pera ngkai, kelistrikan, dan
kelengka pan inventaris kereta/gerbong, serta melaku ka n pemasangan
semboya n 21 pada rangka ian kereta api.
(3) Apabila melihat suatu kerusa ka n pada ra ngka ian, awa k sarana kereta a pi
harus segera mem beritah u ka n perihal tersebut kepada masinis, dan
masm1s ya ng akan menentu ka n apakah kerusa ka n tersebut
memba haya ka n ata u tidak maka setelah menda pat pem berita huan dari
masinis, Ppka/Pap harus bertindak sebaga imana mestinya, a nta ra lain :
a. memenuhi permintaan masinis;
b. memberita huka n kepada Puk/Pug/Pu l untuk perba ika n;
c. melaporkan kepada Ppkp tenta ng kerusa ka n tersebut dan taksira n
wa ktu u ntuk penyelesa ian.
(4) Di stasiun awal pemberangkatan dan di stasiu n tempat perga ntian awak
sara na kereta api, masinis dan kondektu r ha rus mencocokkan a rlojinya
denga n jam induk stasiu n.
(5) Ppka wajib mencocokkan jam induk stasiun dengan jam induk perusahaan
(ja m pada telepon PK).
Paragraf 4
Pemeriksaa n Jalur Kereta Api
Pasal 41
( 1) U ntuk keselamata n dan ketertiba n perjalanan kereta a pi, jalur kereta a pi
harus diperiksa secara berka la, pa ling sedikit 2 (dua) kali dalam waktu 24
(dua puluh empat) jam, masing-masing disesuaikan denga n tenggat wa ktu
anta ra satu kereta api dan kereta api berikutnya .
(2) U ntuk memenu hi ketentuan sebagaimana pada ayat ( 1), Pimpinan Daerah
meneta pka n jadwa l pemeriksaan jalur ata u bagian ja l u r u ntuk
pemeriksaan pertama dan kedua, baik ya ng berjalan ka ki maupun
menggu naka n kendaraan pemeriksa ja l u r ( Kpj). Selanjutnya, denga n
berpedoman pada peratura n perjalanan dan PTDO dibuat "grafik
perjalanan pemeriksa jalur" yang dita ndata nga n i oleh J PJ D dan J POD, dan
dalam pela ksa naannya di bawah pengawasa n Ppka .
(3) U ntuk keperluan pengawasa n Ppka sebagaimana pada ayat (2) di setiap
stasiun harus dipasang "grafik perjalanan pemeriksa jalur".
(4) Pengawasa n Ppka sebagaimana pada ayat (2) adalah a pa bila buku "pas
jalan" (bentuk J. 91) telah diterima dan dita ndatanga ni oleh Ppka stasiun
yang dilewati da n/ata u stasiun a khir perjalana n petugas pemeriksa jalur
(Ppj) ya ng ditentuka n dalam buku "pas jalan".
(5) Pada bagia n jalur tertentu yang dia ngga p rawa n (daera h longsora n,
amblesan, ba njir), Pimpinan Daerah da pat menambah pemeriksaan ekstra
di luar jadwa l pemeriksaan sebaga imana pada ayat (2).
(6) Pemberita huan perjalanan Ppj ekstra sebagaimana pada ayat (5) dilakuka n
oleh J PJD.
(7) Apa bila pada lintas yang diperiksa oleh petugas pemeriksa jalur yang
pemeriksaannya dimulai dari:
a. stasiun buka atau melewati stasiun ya ng tela h dibuka, pas jalan harus
dita ndata ngani oleh Ppka stasiun ya ng bersa ngkutan;
Paragraf 5
Mem berangkatkan Kereta Api
Pasal 42
( 1) Kereta a pi tidak boleh bera ngkat dari suatu staslu n menuju ke stasiun di
depa nnya selama bel u m terdapat kepastian ba hwa kereta api ya ng
berjalan di depannya telah masuk ke stasiun tersebut ata u sedikitnya telah
sampai pada blokpos yang perta ma pada peta k jalan anta ra kedua stasiun
terse but.
(2) Pada peta k jalan jalur tungga l, selain ketentuan sebagaimana pada ayat
( 1), kereta a pi tidak boleh diberangkatka n sebelum menda pat kepastia n
ba hwa tida k ada kereta api yang berjalan atau seda ng berangkat menuju
ke stasiu nnya dari stasiun di depa nnya.
(3) Di stasiun awa l dan di stasiun tempat kereta a pi berhenti sebentar,
langsiran harus selesa i sebelum jam bera ngkat kereta api. Apabila kereta
api di suatu stasiun a ntara harus melaku kan langsiran, sedangkan wa ktu
kebera ngkata n telah data ng atau melewati, setelah la ngsiran selesai
kereta a pi diperbolehka n berangkat dari tempat akhir la ngsira n tersebut.
(4) lsyarat pembera ngkata n kereta api (sem boya n 40) ha nya boleh
diperlihatkan setelah Ppka/Pa p mendapat kepastia n bahwa :
a. semua petugas di stasiun telah sia p di tempat tugasnya;
b. pemeriksaa n kereta api telah dila kuka n sesuai dengan ketentuan
sebaga imana dalam pasa l 39 dan pasal 40;
c. kondisi jalur, wesel, dan semboya n telah memenuhi ketentuan
sebaga imana dalam pasa l 46 dan pasal 47;
d. pada kereta api ya ng data ng dari a rah seba liknya tida k terlihat
semboyan 31 (tanda jalur kereta api tidak a man) siang hari atau tidak
memperdenga rka n sem boya n 39 (ta nda ba haya) pada malam hari dan
terlihat semboya n 2 1 (tanda a khira n kereta a pi);
e. ketentuan sebaga imana pada ayat ( 1) d a n (2) telah dipenu hi;
f. petak jalan telah diperiksa sesuai denga n jadwal pemeriksaa n jalur
pada hari yang bersangkutan sebaga imana dalam pasa l 41.
(5) Untu k memperlihatkan semboya n 40 kepada kondektur, Ppka/Pa p berdiri
menghadap ke ara h ka bin masinis dan setelah terl ihat oleh kondektur,
pemberian isyarat kereta api sia p bera ngkat kepada masinis dilakuka n
sebagai berikut.
a. Pada kereta a pi anta r kota: kondektur yang masih berada di sam ping
ra ngkaian kereta a pi segera menga lihka n panda ngan ke ara h lokomotif
u ntuk memberi isya rat kereta api sia p berangkat (sem boya n 41) dan
bergegas masuk ke dalam rangka ian kereta api.
b. Pada kereta a pi perkotaa n : kondektur ya ng telah berada dalam
ra ngkaian kereta api segera meneka n tombol buzzer sebagai isyarat
kereta api sia p berangkat beru pa satu kal i suara panjang.
Setelah menerima isya rat kereta a pi sia p berangkat, masinis menjawab
dengan semboyan 35.
(6) Masinis ha nya boleh membera ngkatka n kereta apinya setelah menerima
semboya n 41 dari kondektur dan masinis telah melihat semboyan 40 ya ng
diperlihatkan oleh Ppka/Pap.
(7) Apa bila lebih dari satu kereta ap1 s1ap u ntuk bera ngkat, pemberia n
semboyan 40 sebaga imana tersebut pada ayat (5) harus disertai seruan
yang berbu nyi sebaga i berikut.
KA................ (nomor dan nama kereta api). berangkat.
(8) Kereta api penumpa ng tidak boleh diberangkatkan sebelu m waktu yang
ditetapka n dalam peratura n perjalanan, seda ngka n wa ktu keberangkatan
kereta api barang boleh dimajukan apabila diteta pkan dalam PTDO,
denga n ketentuan tida k ada lori ya ng berjalan pada peta k jalan yang a kan
dilalui kereta api tersebut, kecua l i jika pengantar lori sudah mengeta hui
hal tersebut.
(9) Kereta a pi ya ng seda ng bergerak bera ngkat dari stasiun, kemudian karena
suatu hal terpaksa berhenti, kereta api itu tidak boleh melanjutkan
perjalanan sebelum diberi isyarat pembera ngkata n kereta a pi lagi oleh
Ppka/Pap.
Bagian Kelima
Ketentuan Tentang Peralatan Persinyalan
Paragraf 1
lndikasi Sinya l Uta ma
Pasal 43
( 1) l ndikasi biasa sinya l uta ma di stasiun adalah "berhenti" (semboyan 7),
kecuali apabila diatu r lain dalam PDPS.
(2) Sinya l keluar boleh dilaya n i menjadi indikasi "berja lan" untuk kereta a pi,
setelah mendapat wa rta kondisi "aman" atau buka blok dari stasiun ata u
blokpos di m u ka nya, seda ngka n sinya l kelu a r u ntuk kereta a pi langsung
yang diberhentikan luar biasa boleh dilaya ni menjadi indikasi "berjalan"
setelah kereta a pi berhenti betul dan berada d i a ntara dua tanda batas
rua ng bebas (semboya n 18) pada jalur u ntuk kereta api tersebut.
(3) Sinya l masuk u ntuk kereta a pi ya ng a ka n masuk boleh dilayani menjadi
indikasi "berja lan" (semboya n 5) ata u indikasi "berjalan hati-hati"
(semboyan 6) setelah menerima tanda berangkat dari stasiun sebel u m nya
dan setelah ketentuan sebagaimana dalam pasal 46 dipenuhi.
Pada petak jalan ya ng ja raknya pendek, sinya l masuk tida k memungkinka n
dilaya n i tepat pada wa ktunya d a n akan menyeba bkan kereta a p i tertahan
di sinyal masuk a pabila pelaya nan tersebut harus menu nggu tanda
berangkat. Selanjutnya, untuk mengatasi hal tersebut, perl u diatur dalam
PTDO, ya ng memperbolehkan sinyal masuk dilayani setelah buka blok
(tanpa menu nggu tanda bera ngkat dari stasiun sebelu m nya).
(4) Mengembalika n indikasi sinyal masuk dari "berja lan" menjadi "berhenti" :
a. pada persinya lan mekanik, ha nya boleh dilaku ka n setelah kereta api
ya ng masuk berhenti betul dan berada di anta ra dua tanda batas rua ng
bebas (semboyan 18) pada jalur u ntuk kereta api tersebut atau jika
berjalan langsu ng telah mela l u i semua wesel pada jalur yang dilalui;
b. pada persinyalan elektrik, berla ngsung secara otomatis oleh pera lata n
itu sendiri.
(5) Untu k menghinda rka n ba haya ata u dalam keadaan ya ng luar biasa, sinya l
utama ya ng telah dilayani menjadi indikasi "berja lan" diperbolehka n
sewaktu-waktu dikem ba likan lagi dalam indikasi "berhenti".
Paragraf 2
Keduduka n Wesel
Pasa l 44
( 1) Kedudukan wesel-wesel di stasiun
a. Pada persinya lan meka nik:
1) keduduka n biasa wesel-wesel di ja l u r kereta a pi pada setiap stasiun
diteta pkan dalam PDPS dan wesel-wesel harus dikem ba likan ke
keduduka n biasa setiap selesa i melaya ni;
2) wesel dalam kedudukan biasa sebaga imana pada butir 1) di stasiun
ya ng mempunya i jalur ta ngka p menga ra h ke ja l u r tersebut, ya ng
men u rut PDPS dipergu naka n u ntuk menangkap gel undungan
sarana kereta a pi.
b. Pada persinya lan elektrik:
keduduka n biasa wesel-wesel di jalur kereta api pada setiap stasiun
tida k ditetapka n dalam PDPS, kecua l i wesel pada jalur tangkap yang
menurut PDPS dipergunakan u ntuk menangka p gelundungan sarana
kereta a pi, harus menga ra h ke ja l u r tersebut.
(2) Pada stasiun yang tida k dilengka pi jalur ta ngkap sebaga imana pada ayat
( 1), gelundunga n sarana kereta api dapat diarahka n ke jalur lu ncur jika
tidak ada tindaka n lain ya ng dapat memberhentikan, u ntuk mencega h
berta brakan denga n kereta a pi ya ng sedang berjalan dari ara h
berlawanan.
(3) Di stasiun tutu p, wesel-wesel sebaga imana pada ayat ( 1) ya ng terleta k di
ja l u r l u rus harus diarahka n ke ja l u r l u rus.
Paragraf 3
Petugas ya ng Berhak Melaya ni Pera Iata n Persinya lan
Pasal 45
( 1) Pelaya nan pera lata n persinya lan di stasiun harus dilakuka n sendiri oleh
Ppka stasiun ya ng bersangkutan, kecua l i pada persinya lan mekanik
apabila :
a. kesehatan fisik Ppka tidak mengizinkan m a ka sebagian pelayanan
da pat dilaku ka n oleh petugas lain u ntuk sementara wa ktu sampai a khir
dinas pada hari ya ng bersa ngkuta n setelah mendapat izin J POD;
b. pada suatu stasiun selain pos P terdapat juga rumah sinya l maka
pelayanan pera lata n persinyalan di ru mah sinya l tersebut dilakuka n
oleh j u ru ru mah sinyal sesuai denga n PDPS.
(2) Apa bila Ppka meningga lka n pera ngkat pelaya nan persinya lan (panel
pelaya nan ata u perka kas handel) karena suatu keperl uan, yang
bersangkutan harus memastikan ba hwa pera ngkat tersebut tida k a kan
da pat dilayani oleh ora ng ya ng tidak berhak. Demikia n pula u ntuk juru
ru mah sinya l apabila meninggalkan perkakas handel karena suatu
keperl uan.
(3) Apa bila peralata n persinyalan mekanik dilaya n i oleh petugas lain ka rena
kesehata n fisik Ppka tida k mengizinka n sebaga imana pada ayat ( 1) huruf a :
a. pekerjaan melepaska n sekat hendel, mengunci, d a n membuka kunci
pada peralatan persinyalan teta p harus dila kukan oleh Ppka;
b. Ppka tidak dibebaska n dari pekerjaan melepas aret hendel wesel yang
harus dilaya ni;
c. Ppka diharuska n berdiri di dekat petugas ya ng melayani peralatan
persinya lan tersebut agar da pat mencega h kem ungkinan terjadinya
sa lah pelaya nan;
d. Ppka teta p berta nggung jawab terhadap setiap pelaya nan ya ng harus
dilaku ka n menurut perintahnya .
(4) Seora ng Ppka dia nggap melanggar ketentuan, dan dapat dikenai sa nksi
hukuman sesuai denga n peratu ran kepegawa ia n a pabila :
a. menyerahkan pekerjaan kepada ora ng lain u ntuk menarik atau
mengembal ika n hendel, melepas sekat hendel, mengu nci, dan
membuka kunci pada peralata n persinya lan, tanpa menda pat izin dari
J POD;
b. menyerahkan pekerjaan pembentukan dan penghapusan rute,
mengu nci/menga ncing dan membebaska n ku nci/kancing pada meja
pelayanan peralatan persinyalan elektrik;
c. meningga lkan anak kunci dalam l u ba ng ku nci jam in.
Paragraf 4
Tindaka n yang Harus Dilaku ka n untuk Kesela mata n Kereta Api ya ng Data ng,
Berangkat atau Langsung
Pasa l 46
( 1) Sebelum kereta api datang, bera ngkat, atau la ngsu ng, Ppka/Pap harus
memastika n :
a. jalur dan wesel ya ng a kan dila l u i kereta api bebas dari rintanga n;
b. kereta api yang masuk terlebih dahulu di jalur la in, telah berhenti betul
dan berada di antara tanda "batas rua ng bebas" (semboyan 18) pada
jalur kereta a pi tersebut;
c. wesel ya ng bersa ngkuta n betul kedu d u kannya, dan telah tersekat,
terka ncing, ata u terku nci;
d. gerakan langsiran ya ng mengarah ke j a l u r yang akan dila l u i kereta api
telah dihentikan;
e. semua petugas terkait sudah sia p di tempatnya masing-masing.
(2) Selama ketentuan sebagaimana pada ayat ( 1) belu m dipenu hi, indikasi
sinyal masuk u ntuk kereta api ya ng datang atau indikasi sinyal kelu a r
untuk kereta a pi ya ng bera ngkat dan indikasi sinya l m a s u k serta sinya l
kel uar u ntuk kereta api berjalan langsu ng, tidak boleh diuba h menjadi
indikasi "berjala n".
(3) Sebelum kereta api data ng, bera ngkat, atau la ngsung, perl intasan di
emplasemen ya ng berpintu harus dijaga dan ditutup pada wa ktunya.
(4) Untu k pelaya nan pintu perlintasa n di luar emplasemen tetapi masih dalam
wilaya h stasiun, ditunjuk petugas penjaga perlintasa n ( Pjl) berdasa rka n
ketetapan J POD.
(5) Untu k persinya lan mekanik.
a. Pada malam hari mulai pukul 18.00 sampai denga n pukul 06.00, dan
pada siang hari ya ng gelap karena halimun atau lain sebab, semua
semboya n ya ng terl ihat di stasiun harus dinya lakan lentera nya .
b. Pada stasiun tutup, dengan keteta pan PTDO, wesel-wesel di jalur
utama ya ng diarahkan ke jalur l u rus dan disekat ata u dikunci dengan
kunci pengamanan, tidak perl u dipasang lentera.
Paragraf 5
Mengancing, Melaya ni, dan Mengawasi Wesel
Pasal 47
( 1) Guna menjamin kesela matan perjalanan kereta api pada waktu mela l u l
wesel, ketepata n d a n kekuatan keduduka n wesel tersebut harus terjamin
dalam bebera pa tingkatan jaminan menurut kepentingan, yaitu tersekat,
dikancing, dikunci, dilayani, dan diawasi.
(2) Wesel dalam keadaan terjamin kedudukannya a pabila:
a. pada pera lata n persinya lan mekanik,
1) wesel terlaya n pusat dalam kedudukannya telah tersekat;
2) hendel wesel terlaya n pusat dalam salah satu kedudukannya
terkancing oleh suatu alat dalam pera lata n persinya lan;
3) untuk wesel terlaya n setempat ya ng dikunci denga n kunci jamin,
anak kuncinya terga ntu ng pada pa pan ku nci di tempat Ppka atau
tergengga m pada pera latan persinyalan;
b. Pada pera latan persinya lan elektrik,
1) Wesel terlayan pusat, indikator sekat ata u ka ncing wesel pada meja
pelayanan menya la;
2) Untu k wesel terlaya n setem pat ya ng diku nci dengan kunci jam in,
anak kuncinya tergenggam pada pem bebas ku nci, atau diku nci
denga n kunci elektrik.
(3) Melayani wesel bera rti :
a. pada wesel terlaya n setem pat, denga n ca ra memegang dan meneka n
ba ndul wesel pada saat la ngsira n mela l u i wesel tersebut;
b. pada wesel terlaya n pusat, mengu bah keduduka n wesel sesuai dengan
kebutuhan dalam keadaan tida k dikancing.
(4) Mengawasi wesel berarti mengamat-a mati wesel agar tida k dapat diubah
ubah keduduka n nya oleh ora ng yang tidak berta nggung jawab.
(5) Wesel di ja l u r uta ma ya ng dilalui kereta a pi dari a ra h uju ngnya harus:
a. tersekat atau dikancing bagi kereta api la ngsung maupun kereta api
berhenti di stasiun (pada wesel terlaya n pusat);
b. tersekat ata u diku nci dengan ku nci jamin (pada wesel terlayan
setem pat).
(6) Wesel ya ng dikunci dengan kunci jamin apabila oleh seora ng petugas atas
perintah Ppka dibuka guna suatu keperluan, setelah selesai harus segera
dikunci kembali dan anak kunci dikembalikan kepada Ppka u ntuk
dileta kkan pada pa pan anak ku nci di ruang Ppka.
(7) Pengu ncian wesel jalur simpang di jalan bebas berlaku juga ketentuan
tentang pengu ncia n wesel di stasiun pada waktu dilalui kereta api
sebagaimana pada ayat (2).
(8) Wesel di jalur utama yang menuju ke jalur simpang, pada waktu a ka n
dilalui kereta api dari ara h ujungnya, harus dilaya ni kondektur ata u Tka
yang diawasi kondektu r kereta api tersebut.
Bagian Keenam
Perjalanan Kereta Api terhadap lndikasi Sinyal Utama
Paragraf 1
Berhenti di M u ka Sinyal Utama ya ng Men u nj u kkan l ndikasi "Berhenti"
Pasa l 48
( 1) Apabila masinis menghadapi sinyal masu k di stasiun ata u sinyal uta ma di
jalan bebas menunj u kkan indikasi "berhenti",
a. masinis harus menghentika n kereta a pinya di m u ka sinya l yang
dihadapi dan pada sinyal masuk m asinis harus memperdenga rka n
semboyan 35,
b. jika sinyal utama tersebut bel u m berubah indikasinya, masinis segera
melaporkan kepada Ppkp,
c. setelah sinya l masuk ata u sinya l uta ma tersebut diubah menjadi
semboyan 5 ata u semboya n 6, masinis diperbolehkan menggera kka n
kereta api denga n dida hului memperdenga rka n semboyan 35, dan
tida k perl u menu nggu "lsyarat Kereta Api Siap Bera ngkat" dari
kondektur.
(2) Pada waktu hubungan blok dan telepon a ntarstasiun terganggu
sebagaimana dalam pasa l 36 Su b-B, kereta a pi tidak boleh dita han di m u ka
sinya l masuk pada peta k jalan ya ng bersa ngkutan kecua l i jika sangat perl u,
dan apabila terjadi demikian,
a. Ppka harus memberita hu masinis a lasan tentang kereta a pi ditahan di
m u ka sinyal masuk (semboyan 7) dan memerintahka n masinis untuk
melindungi kereta a pinya.
b. Masinis segera memerintahkan kepada sa lah satu petugas dalam
kereta api u ntuk mem perlihatkan sem boya n 3 pada jarak minimal 100
meter di belaka ng kereta apinya dan h a rus da pat terl ihat oleh masinis
kereta api lainnya yang kemu ngkinan datang dari ara h belaka ng pa ling
dekat dari jarak 600 meter.
c. Prosedur memasukka n kereta api ke stasiun sebagaimana diatu r dalam
pasal 49.
Paragraf 2
Melewati Sinya l Uta ma yang Menunjukka n lndikasi " Berhenti"
Pasal 49
( 1) Kereta api diperbolehka n melewati sinya l masuk ya ng menunjukka n
indikasi "berhenti" (semboyan 7) a pa bila kepada masinis:
a. diperlihatka n sinya l da rurat (pada persinya lan elektrik);
b. telah diberika n bentuk perinta h mela lui sinyal ya ng berindikasi
"berhenti" (bentuk 92) ya ng ditandata nga ni oleh Ppka yang menguasa i
sinyal tersebut; atau
c. di belakang sinya l (di em plasemen) diperlihatkan semboyan 4A (isyarat
perinta h masuk).
(2) Kereta api diperbolehka n melewati sinya l keluar yang menunjukka n
indikasi "berhenti" a pabila kepada masinis:
a. diperlihatkan sinyal daru rat (pada persinyal a n elektrik); ata u
b. telah diberika n bentuk perinta h mela lui sinyal ya ng berindikasi
"berhenti" (bentuk 92) ya ng ditandata nga ni oleh Ppka yang menguasa i
sinyal tersebut.
(3) Kereta api diperbolehka n melewati sinya l blok a nta ra yang menunjukka n
indikasi "berhenti" apabila masinis telah mendapat perintah dari Ppka
stasiun perta ma berikutnya yang menguasai petak blok.
(4) U ntuk memberikan perinta h sebagaimana pada ayat (3), Ppka stasiun yang
menguasai petak blok melakukan tindaka n sebagai berikut.
a. Apabila sinya l blok anta ra pada petak blok terga nggu, Ppka kedua
belah pihak harus berkoordinasi dan Ppka ya ng menguasai peta k blok,
harus melapor perihal gangguan tersebut kepada Ppkp, kemudian
mem berikan perintah MS kepada masinis menggu naka n telepon PK
melalui Ppkp.
b. Dalam perintah MS sebaga imana pada huruf a, Ppka harus
menyebutka n "nomor perinta h MS" dan "nomor sinya l serta letak
Paragraf 3
Sinya l Uta ma Memperl ihatkan lndikasi Kurang Tegas
Pasa l 50
Apabila masm1s ragu-ragu terhadap indikasi sinyal uta ma di stasiun,
masinis harus menga mbil tindaka n terberat denga n menghentika n kereta
apinya di m u ka sinyal uta ma ya ng dihadapi dan memperdengarkan
semboya n 35 untuk m inta perhatian. Selanjutnya, masinis segera
menghubungi Ppka dengan radio masm1s mela l u i Ppkp atau
memerintahka n pembantu nya menuju stasiun u ntuk meminta penjelasa n
perihal indikasi sinyal tersebut, kem udian masinis menunggu perintah
lebih lanjut dari Ppka stasiun yang bersa ngkuta n, dan kejadian tersebut
harus dicatat dalam La pka.
Paragraf 4
Pelayanan Sinya l ya ng Beru ruta n
Pasa l 51
( 1) Yang dimaksud sebaga i sinya l yang beru ruta n adalah
a. sinya l utama denga n sinya l m u ka;
b. dua sinyal utama di stasiun ya ng berl a ku bagi satu kereta api.
(2) Pada persinyalan meka nik, u ruta n pelaya nan dua sinya l yang beru ruta n
dalam satu peralatan persinyalan sebagaimana pada ayat ( 1) telah
tertuang dalam PDPS, yaitu indikasi sinyal ya ng pertama tidak da pat
diubah sebelum sinyal ya ng kedua diubah indikasinya . Adapun ya ng
dimaksud denga n sinya l pertama ada l a h sinyal ya ng dila l u i kereta a pi
terlebih dahulu, seperti halnya :
a . sinya l m u ka denga n sinya l uta ma;
b. sinya l masuk dengan sinya l jalur masu k;
c. sinya l masuk ata u sinya l kelu a r dengan sinyal jalan silang di stasiun;
d. sinya l kelu a r dengan sinyal ja l u r kelu a r;
e. sinya l kelu a r dengan sinyal ara h .
(3) Pada persinya lan elektrik, apabila u ruta n pelaya nan dua sinya l utama
sebagaimana pada ayat ( 1) huruf b, u ruta n pelaya nan harus dilaku ka n
sebagai berikut.
Rute keluar (sinyal kel uar sebaga i sinya l yang kedua) hanya boleh dilayani
setelah rute masuk (sinya l masuk sebaga i sinya l ya ng pertama) dilayani.
Paragraf 5
Sinya l Uta ma Tidak Dapat Dikem ba likan pada lndikasi "Berhenti"
Pasal 52
( 1) Pada pera lata n persinya lan meka nik, apabila sinyal uta ma terganggu dan
tidak dapat dikem ba likan pada indikasi "berhenti", Ppka harus segera
menga m bil tindakan sebaga i berikut.
a. Memberitahukan kepada Ppkp atau Ppka stasiun berdekatan denga n
wa rta melalui telepon PK atau telepon a nta rstasiun diserta i pemintaan
agar diberitahuka n kepada masinis semua kereta api yang berangkat
menuju ke sinyal tersebut secara lisa n dan dicatat dalam Lapka sebaga i
berikut.
sinyal...... (jenis dan nomor sinyal) di stasiun............ (nama
stasiun) terganggu, tidak dapat dikembalikan pada indikasi
berhenti, awas akan semboyan 3 yang seharusnya
diperlihatkan disana.
b. Mela porka n gangguan kepada petugas perawatan persinya lan u ntuk
diperbaiki, apabila perlu, setelah mendapat izin dari petugas
perawatan persinyalan, Ppka ata u petugas stasiun atas perinta h Ppka
boleh melepas atau memutuskan h u bu ngan kawat sinyal, sam bil
menu nggu kedata ngan petugas perawata n persinyalan.
c. Sebelum sinya l ya ng terganggu dapat dikembalikan pada indikasi
berhenti, pelaya nan u ntuk kereta api diatu r sebaga i berikut:
1) apabila u paya sebaga imana pada h u ruf a tida k berhasil, sebelu m
memberika n wa rta kondisi "aman" kepada stasiun berdekatan,
Ppka harus memastikan sem boya n 3 telah terpasang pada jarak
minimal 100 meter di m u ka sinyal yang terganggu dan dapat
terl ihat pada jara k 600 meter oleh masinis kereta api ya ng datang
dari a rah depan;
2) setelah kereta api berhenti di m u ka sem boya n 3, petugas stasiun
yang mem perlihatka n semboyan 3 memandu sa mpai berhenti di
muka sinya l ya ng terganggu. Selanjutnya,
a) masinis membu nyika n sem boya n 35;
b) setelah mendenga r semboyan 35, Ppka ata u petugas stasiun
atas perinta h Ppka mem perlihatkan "isyarat perinta h masuk"
(semboyan 4A) dan kereta api diperbolehka n masuk denga n
kecepatan setinggi-tingginya 30 km/jam.
d. Setelah sinya l da pat dikem ba likan pada indikasi berhenti dan telah
dipastika n teta p berindikasi berhenti, maka dalam penerimaan kereta
api diatu r sebaga imana dalam pasa l 49.
Bagian Ketuju h
Ketentuan tentang Memasukkan Kereta Api d i Stasiun
Paragraf 1
Um u m
Pasa l 53
( 1) Menurut peratura n perjala nan, kereta api da pat diteta pka n sebagai :
a . Kereta api langsu ng, yaitu kereta a pi ya ng menurut peratura n
perjalanan harus berjalan langsu ng di suatu stasiun; ata u
b. Kereta api berhenti di stasiun, yaitu kereta api ya ng menurut peratura n
perjalanan harus berhenti di suatu stasiun.
(2) Jalur masuk disebut jalur l urus apabila:
a. u ntuk kereta a pi la ngsu ng, kereta api tersebut berjalan mela l u i wesel
dalam kedudukan l urus ya ng tida k mengharuskan pembatasa n
kecepatan sepa nja ng jalur emplasemen (periksa gambar 9).
<
Gambar 9
__
,. -·
-- -- � �
b. u ntuk kereta api ya ng berhenti, kereta api tersebut berjalan sam pa i di
tempat berhenti ya ng ditentukan m ela l u i wesel dalam keduduka n
l u rus ya ng tidak mengha ruskan pem batasan kecepatan (periksa
ga mbar 10 dan 11).
�-
� --·--�
Gambar 10
/ 7
Gambar 11
(3) J a l u r masuk disebut jalur belok a pa bila kereta api ya ng masuk melalui
wesel dalam keduduka n belok ya ng mengha ruska n pembatasa n
kecepata n.
(4) Kereta api ya ng masuk dan berhenti di emplasemen stasiun, terbatas
hingga penghabisa n jalur utama dan sebaga i ta nda pengha bisan jalur
utama tersebut dapat digu naka n sa lah satu dari semboya n atau a lat di
bawah ini:
a. sem boya n 7;
b. sem boya n 3;
c. sem boya n 18 (ta nda batas rua ng bebas);
d. sem boya n BG (ta nda batas berhenti pada jalur a khir, ha nya di ja l u r
buntu); ata u
e. penahan, pelalau, perintang, ata u alat lain yang sejenis (ha nya di ja l u r
bu ntu).
(5) J a l u r uta ma adalah jalur kereta api di emplesemen ya ng dipergunaka n
untu k memberangkatkan dan menerima kedata ngan kereta a pi, dan dapat
juga digunaka n untuk melaksanaka n kegiatan la ngsir.
(6) J a l u r langsir adalah jalur di emplasemen yang buka n ja l u r utama dan
ha nya dipergunaka n untuk melaksa naka n kegiatan la ngsir.
(7) J a l u r buntu adalah jalur utama ya ng tidak menerus.
a. Jalur buntu di stasiun buntu (periksa gam ba r 12).
Tanda ·,a�1.11r akhir
Gambar 12
Gambar 14
����� �
...- --���� r r �-------7"----
••I �
....... .;I
�---1
·)
� r/'-
4
- •'
._--
- --- r r --+ b ------
· _.
,
/.�_1i
�Pe1 ____
tang/pelalau
------ ill . [ f1-1119
..
'
Jalur Simpan
Gambar 16
(9) J a l u r utama dia ngga p isi a pabila jalur tersebut oleh kereta api yang masuk
tidak dapat dila l u i sel u ruhnya melewati penghabisa n ja l u r utama hingga
sepanjang lu ncuran ya ng diteta pkan.
( 10) J a l u r bu ntu dia nggap isi a pabila jalur tersebut tidak dapat dila l u i kereta api
selu ru h nya.
( 11) J a l u r l uncur, selain digunaka n sebaga i lu ncu ra n, dalam keadaan tertentu
da pat juga digu naka n u ntuk kegiata n langsir.
( 12) J a l u r ta ngkap adalah jalur di emplasemen ya ng hanya dipergunaka n u ntuk
menangka p gel undungan sarana kereta a pi.
( 13) J a l u r simpan adalah jalur di emplasemen yang dipergunakan u ntuk
menyimpan sarana kereta api, dan dilengkapi denga n perintang ata u
pelalau (periksa gambar 16).
( 14) Kereta a pi ya ng masuk terlu ncur melampaui ta nda batas pengha bisa n jalur
uta ma tidak diperbolehkan mundur sebelum menerima perinta h dari
Ppka/Pap. Sebel um mem beri perintah m u ndur, Ppka/Pap harus
memastika n ba hwa gerakkan tersebut tidak membahaya ka n dan masinis
ha nya boleh menggerakkan mundur kereta apinya setelah mengulangi
perintah mundur dari Ppka/Pa p denga n suling lokomotif.
Paragraf 2
Tertib Penerimaan Kereta Api Masuk
Pasa l 54
( 1) Apabila tidak diatu r dalam PDPS, kereta api tidak diperbolehkan
dimasukka n bersa maan di stasiun, kereta api kedua (ketiga, keempat, dan
seterusnya), baru boleh dimasukkan setelah kereta a pi perta ma (kedua,
ketiga, dan seterusnya) berhenti betul di suatu jalur dan jalur lain yang
akan dilalui oleh kereta api kedua (ketiga, keempat, dan seterusnya) telah
dipersia pkan.
(2) Apabila pada kedua ara h stasiun sebagaimana pada ayat ( 1) terda pat
ta njaka n, yang harus dimasukka n terlebih dahulu adalah kereta api ya ng
melalui tanjakan berat atau ya ng lebih berat daripada ya ng lain.
(3) Setelah melaya n i sinya l masuk, Ppka/Pa p harus menunj u kkan "isyarat
kondisi sia p" (semboya n 1) dan mengawasi kereta a pi ya ng masuk
termasuk semua semboya n kereta a pi serta jalur yang aka n dila l u i sampai
kereta api telah berhenti betul dan berada di a nta ra dua tanda batas rua ng
bebas (semboya n 18) pada jalur u ntuk kereta api tersebut, seda ngka n
untuk kereta api ya ng berjalan langsu ng hingga mela l u i wesel terakhir.
Paragraf 3
Peneta pan Jalur Kereta Api dan Tem pat Berhenti Kereta Api
Pasa l 55
( 1) Sebelum Ga peka diberlaku ka n, harus dibuat dafta r jalur di setia p stasiun
denga n ketentuan sebagai berikut.
a. Kepala Stasiun harus membuat dafta r jalur pada bentuk yang telah
diteta pkan dan berisi dafta r jalur yang a kan dila l u i oleh kereta a pi
biasa dan kereta api fa ku ltatif serta d isahkan oleh J POD. Selanjutnya,
daftar jalur harus diletakkan pada tem pat ya ng mudah terlihat di
ruang Ppka dan ru mah sinyal.
b. Dalam pembuata n daftar jalur, seda pat mu ngkin setiap jalur kereta api
digu naka n seka l i dalam sehari.
Gambar 17
Apabila tidak ada jalur l u rus, kereta a pi l a ngsu ng dapat dilewatkan
jalur belok (periksa gam ba r 18 dan 19), dengan ketentuan
sebagaimana dalam pasal 56 ayat (3)
I .. ..
• z 7
Gambar 18
I ..
.. z • 7
Gambar 19
c. Di stasiun pada petak jalan jalur ganda, m emasukka n kereta a pi ke
jalur belok dapat dilaku ka n, a nta ra lain, untuk:
1) kereta api yang disusul (periksa gambar 20);
2) kereta a pi ya ng di stasiun men u rut peraturan perjalanan harus
merangkai atau melepas kereta/gerbong;
3) kereta api yang perl u dimasukkan ke jalur buntu atau ke jalur
lu ncu r;
4) kereta api ya ng di stasiun tersebut, u nt u k kepentinga n naik turun
penumpa ng dan muat bongka r barang.
Paragraf 4
Ketentuan Khusus tenta ng Memasukkan Kereta Api
Pasa l 56
( 1) Kereta api yang menurut peraturan perjalanan masuk di jalur buntu di
stasiun yang bukan stasiun buntu maka J POD harus mencantumkan tanda
!&! di belaka ng nama stasiun tersebut dalam tabel kereta api (0. 100) u ntuk
kereta api yang bersa ngkuta n, dan Kepa la Stasiun harus mencatat dalam
dafta r jalur.
(2) Apabila peraturan perjalanan sebagaimana pada ayat ( 1) mengenai
perjalanan kereta api fakultatif ata u kereta api luar biasa, KS harus
memberitahukan hal tersebut secara tertulis kepada Ppka. Na mun, apabila
pemberita huan tertu lis tida k diterima Ppka ata u dalam dafta r jalur tidak
terda pat catatan tentang hal tersebut, Ppka harus memasu kkan kereta a pi
tersebut menurut ketentuan sebaga imana dalam pasa l 57 ayat (4).
(3) Kereta a pi ya ng menurut peratu ran perjalanan harus berjalan langsu ng
mela l u i jalur belok di suatu stasiun ya ng tidak ada jalur l u rus, harus
dibatasi kecepata nnya.
Paragraf 5
Memasukka n Kereta Api dengan Ketentuan La in dari Cara Biasa
Pasa l 57
( 1) Dalam keadaan memaksa, Ppka da pat memasu kka n kereta api ke ja l u r
selain jalur pada dafta r jalur sebaga imana d a l a m pasa l 55.
(2) Memasukka n kereta api tida k menurut daftar jalur sebaga imana pada ayat
( 1) maupun memasu kka n kereta api luar biasa ya ng belu m ditentukan oleh
pejabat ya ng menetapka n dan mengu m u mka n perjalanan kereta api,
harus ditentu ka n oleh Ppka sendiri secara tertulis dalam buku sera h terima
Ppka.
(3) Di stasiun ya ng menggu nakan peralata n persinya lan mekanik,
memasukkan kereta api sebaga imana pada ayat (2), Ppka harus
memberitahukan secara lisan denga n jelas kepada juru rumah sinya l ya ng
di bawa h pengawasa nnya u ntuk menghindari sa lah pengertia n.
(4) Memasukka n kereta a pi berjalan langsung ke jalur selain jalur ya ng
ditetapka n dalam dafta r jalur denga n ketentuan sebaga i berikut.
a. Suatu kereta api yang berjalan langsung harus melal u i ja l u r l u rus
sebaga imana dimaksud dalam pasa l 55, a pa bila tidak dapat dilaku ka n
(misalnya, j a l u r l u rus ya ng a ka n dila l u i kereta api terhalang atau rusa k),
kereta api dapat dilewatkan mela l u i jalur belok denga n cara berhenti
luar biasa sebaga imana dalam pasal 86 ayat (3).
b. Apabila kereta api la ngsu ng harus dimasukkan di jalur buntu di stasiun
yang bukan stasiun buntu, kereta api harus dimasukkan dengan cara
mem berhentikan luar biasa kereta a pi la ngsu ng sebagaimana dalam
pasa l 86 ayat (3). Apa bila mela l u i tanjakan lebih dari 8 %0, kereta api
tidak perl u diberhentika n di m u ka sinya l masuk, dan pada:
1) pada persinyalan mekanik, semboya n 3 harus diperl ihatkan pada
jarak pal ing dekat 50 meter dari batas jalur buntu dan sinyal keluar
tetap diperta hankan pada semboyan 7 ( periksa gam ba r 21);
2) Pada persinyalan elektrik, sinya l kelu a r tetap diperta hankan pada
semboya n 7, selanjutnya mulai dari sinyal kel uar kereta a pi
dipandu menuju ke ja l u r buntu oleh petugas stasiun ya ng
membawa semboya n 3 (periksa ga mbar 22).
Paling sedlk.lt
90m
� ,,- Semboya n 3
--7
.. ---- - ""
•
!'+
..,. i-
( ....
-• - !!!!""'"
.. ""!! •
4- � emboya n 2B
- -
Pen:ghablsain Jalur l:lontu
..
IL
(5) Apa bila kereta api berhenti yang biasanya tidak masuk jalur buntu, di luar
ketentuan dalam daftar jalur aka n dimasukkan ke ja l u r buntu di stasiun
yang bukan stasiun buntu, kereta a pi harus diberhentika n terlebih dahulu
Paragraf 6
Ketentuan tentang Memasukka n Kereta Api di Jalur lsi
Pasa l 58
100 m 100 m 50 m
Gamba r 23
(2) Tata ca ra memasukka n kereta a pi pada tia p-tiap zona sebagaimana pada
ayat ( 1) adalah sebagai berikut.
a. Apa bila kereta a pi akan dimasukkan ke jalur isi zona a,
'
�--
tOliil a
--•�1��- '
ron;i b 2ona c
' '
' '
�
�
� --���41!1i(--�--·---�
1��.--.-� ' .
:'· ...
...
I
'
: ...._.
==:���:
:_0.,__---!!Ii(----·
. ' '
__
__/_
· .---1!1 . ---
� -/.::-+ -41(
...
....
ZOIHI I:
.�
·. sedi kit 100 rn
' .
. .
. .
'
/� '
M.
�-+-
�
:�
+-
�__.
�
: ...._
����
-
�+
: 0-i
�
- . ;--
:
5� rri bovan SE _,,,. : :
,. "
mo m lOO m 50 m
Gambar 30
(4) Tata cara memasu kka n kereta a pi pada tiap-tia p zona sebaga imana pada
ayat (3) adalah sebaga i berikut.
a. Apabila kereta api a kan dimasukka n ke ja l u r isi zona a,
1) kereta a pi tersebut harus dimasukka n denga n cara
memberhentika n kereta api langsu ng sebaga imana dalam pasal 86
ayat (3), seda ngkan ketentuan sebaga imana dalam pasa l 86 ayat
(4) tidak boleh dilaku kan.
'
: ctH
....
Z'ona a. ZO'na c
ZOl"la b ZO·r'!a c.
zona b :rona c
���������---·
� �
"'"----I I _; __-
. ID- : '"""'1(1 ,
zona c
sedikit 100 m
Paragraf 7
Persilanga n Kereta Api ya ng Pa njang Ra ngka iannya Melebihi
Pa njang Jalur Emplasemen
Pasa l 59
( 1) Menja la nka n kereta api ya ng panjang rangkaiannya melebihi panja ng jalur
emplasemen pada suatu lintas harus atas persetujuan Pimpinan Daerah
untuk perjalanan kereta api di wilayahnya dan Direksi u ntuk perjalanan
kereta a pi yang melewati beberapa daera h .
(2) Berdasa rka n persetujuan sebaga imana pada ayat ( 1), Ppkp harus
mengendalika n persilangan di wilaya hnya dengan meneta pkan stasiun
stasiun tempat persila ngan ya ng emplasemennya memadai dan Ppka
tem pat persilanga n harus mempersiapkan emplasemennya .
(3) Apabila terjadi persilanga n kereta a pi ya ng panjang ra ngkaiannya melebihi
pa nja ng jalur emplasemen denga n kereta a pi rangka ian pendek, diatur
sebagai berikut.
a. Apa bila kedua kereta api tersebut masu knya pada saat yang hampir
bersa maan, harus dipe rtimbangkan, kereta a pi ma nakah ya ng menu rut
keadaan seba iknya dimasukkan terlebih dahulu.
b. Apa bila kereta api rangkaian panja ng tida k menghadapi tanjakan dan
bisa dita han di sinya l masuk, kereta api rangkaian pendek harus
dimasukka n terlebih da hulu ke jalur belok.
c. Apa bila kereta api rangkaian panja ng menghadapi ta njaka n dan tida k
boleh dita han di sinyal masuk, kereta api rangka ian panjang dapat
dimasukka n terlebih dahulu ke jalur l u rus, sedangka n kereta a pi
ra ngkaian pendek dapat dimasukka n ke jalur emplasemen yang ada
jalur lu ncu r. Untuk emplasemen yang tidak mempunya i jalur lu ncu r,
£4\\U}§\\j\@\\S\\�
KA X
IB
Gambar 37
(5) Apa bila dua kereta api yang bersilang keduanya lebih panjang dari jalur
emplasemen dan salah satu rangka ian kereta a pi tida k dapat dipisa hkan
menjadi 2 bagian, persilanga n harus dilaksa nakan di stasiun dengan
emplasemen pa nja ng.
Paragraf 8
Kecepata n Kereta Api Masuk
Pasal 60
( 1) Kecepata n kereta a pi masuk melal u i wesel ya ng diara hkan ke jalur belok
tidak boleh melebihi kecepata n yang ditunju kka n oleh sem boya n yang
menunj u kkan batas kecepata n atau masuk jalur belok.
(2) U ntuk kereta api ya ng masuk dan berhenti di emplasemen stasiun:
a. kecepata n kereta api harus diatu r agar da pat berhenti di tempat yang
ditentuka n sebaga imana dalam pasa l 53 ayat (4);
Paragraf 9
Ketentuan Pada Waktu Sinya l Uta ma Dapat Dilayani, Tetapi Ada Bagia n
Pera lata n Persinyalan Ya ng Rusa k
Pasa l 61
( 1) Apabila pada waktu sinya l utama aka n dilayani teta pi ada bagia n pera lata n
persinya lan yang rusak, u ntuk setia p kereta api ya ng a kan masuk, Ppka
harus mempertaha nkan sinya l masu k dalam indikasi "berhenti"
(semboya n 7). Setelah memastika n, bahwa kereta api sudah berhenti di
muka sinya l tersebut, kereta api dapat dimasukkan ke stasiun secara
memberhentikan kereta a pi langsu ng sebagaimana dalam pasa l 86 ayat
(3).
(2) Apabila peralatan ya ng rusa k tida k membahayaka n perjalanan kereta api,
maka tindakan sebaga imana pada ayat (1) tidak perlu dilaku kan.
Apabila ka rena kerusa ka n pera latan sebaga imana pada ayat ( 1) sehingga
kea manan perjalanan kereta api disetasiun tidak terjamin sepenu hnya,
Ppka harus mengam bil tindakan penga manan yang perlu sebelum
Bagian Kedelapan
Kereta Api dalam Perjalanan
Paragraf 1
Perjalanan Kereta Api di Jalan Bebas
Pasal 62
( 1) Kereta api dija lanka n denga n kecepata n ya ng sesuai dengan ketentuan
dalam peratu ran perjalanan.
(2) Berhenti di jalan bebas ha nya diperbolehka n :
a. men u rut peratura n perjalanan;
b. atas perinta h Pimpinan Daera h;
c. untuk menghindari kecela kaan;
d. ka rena kerusa ka n prasa ra na dan/ata u sara na; ata u
e. ka rena kecelakaan.
(3) Kereta a pi ya ng berhenti di jalan bebas ka rena suatu kecelakaan boleh
meneruskan perjalanannya atas perintah Ppkp setelah masm1s
memastika n ba hwa tida k terdapat kerusakan sa rana yang membahaya ka n
perjalanan kereta a pi.
Jika terda pat ata u terlihat kerusakan yang memba haya ka n, ya ng tida k
memu ngkinkan u ntuk meneruska n perja la nan, harus dilakukan tindakan
sebagaimana dalam pasa l 87, 88, 89, 90, 91, 92, dan 95.
Paragraf 2
Tindaka n terhadap Perjalanan Konvoi
Pasal 63
( 1) U ntuk perjalanan konvoi pada peta k jalan jalur tu nggal maupun jalur
ganda, pertu ka ra n wa rta kereta a pi sebaga imana dalam pasal 37 ayat ( 1)
huruf a butir 3) atau huruf b butir 4) harus dilaku ka n oleh Ppka di kedua
stasiun pada petak jalan yang terda pat perjalanan konvoi.
(2) Pertukara n wa rta kereta api sebagaimana pada ayat ( 1) dilakuka n denga n
ketentuan sebaga i berikut.
a . Menggu nakan warta kereta a p i untuk konvoi sebaga imana d a l a m pasal
37 ayat ( 13), ( 19), dan (25).
b. Pada petak jalan yang terdapat blokpos d iatu r sebaga imana dalam
pasa l 37 Sub-E.
PERHATIAN
Petak jalan ............. - ............. terhalang
PERHATIAN
li utu
Petak jalan .......... - ........... arah terhalang
h il i l'
(5) Sinya l-sinyal ya ng berlaku dan dilayani u ntuk perjalanan konvoi adalah
sebagai berikut.
a. Pada petak jalan jalur tu nggal :
1 ) sem ua sinya l berlaku;
2) hubungan blok tidak boleh dipergu naka n;
3) sinya l kelu a r ya ng tetap dalam "semboya n 7" boleh dilewati atas
izin Ppka denga n perintah MS ( bentuk 92) sebagaimana dalam
pasa l 49 ayat (6);
4) sinya l jalan silang harus dilaya ni;
5) sinya l masuk dilayani.
b. Pada petak jalan jalur ganda:
1) perjalanan konvoi melal u i ja l u r kanan:
a) semua sinyal berlaku,
b) hu bunga n blok tida k boleh dipergu nakan,
c) sinyal keluar ya ng tetap da l a m "semboyan 7" boleh dilewatl
atas izin Ppka denga n perinta h MS (bentuk 92) sebaga imana
dalam pasa l 49 ayat (6).
d) u ntuk perjalanan kembali:
1. sinya l masuk jalur ka nan tidak dilaya n i (pada stasiun ya ng
tidak dilengka pi sinya l jalur kiri) atau
Paragraf 3
Kereta Api dengan Lokomotif Pendorong
Pasa l 64
( 1) Apabila suatu kereta api ha nya perlu didorong pada wa ktu melal u i
ta njaka n yang tidak dida h u l u i j a l a n menuru n, alat perangkai lokomotif
pendorong denga n kereta api ya ng didorong tida k boleh terku nci dan
ranta i pengaman tidak boleh difu ngsikan.
Kereta api tidak boleh mempergu naka n lokomotif pendorong, a pa bila
kereta api berjalan dengan lokomotif ganda (bukan m u ltiple unit) dan
kereta a pi yang membawa muata n melebihi panjang gerbong.
(2) Perja lanan lokomotif pendorong, ba ik perjalanan bera ngkat maupun
perjalanan kem ba li, dia nggap sebagai kereta api tersendiri yang hanya
dilayani oleh masinis dan asisten masinis. Denga n demikian, masinis
lokomotif pendorong harus membawa Lapka ya ng telah diisi lengkap oleh
Ppka/Pa p.
(3) Perja lanan lokomotif pendorong tidak d iteta pka n tersendiri, seda ngkan
tentang pengumuman perjalanannya dan pemasanga n tanda a khira n
kereta a pi (semboya n 21) diteta pkan sebaga imana dalam pasal 26.
(4) Ppka/Pa p tidak boleh memberangkatkan kereta a pi ya ng mempergunaka n
lokomotif pendorong, sebelum:
a. memberita huka n hal tersebut kepada masinis, kondektur, dan jika ada,
juga kepada Tka kereta api yang didorong;
b. ketentuan pertukaran wa rta kereta api sebagaimana pada ayat (5) dan
(6) da pat dipenuhi.
(5) Untu k perjalanan lokomotif pendorong dilakukan pertukara n warta kereta
api sebaga i berikut.
a. Pada wa ktu hubungan blok normal:
selain pengamanan blok ya ng dilaya ni sebagaimana biasa, dilaku ka n
juga pemberian wa rta berangkat u ntuk lokomotif pendorong dan
wa rta masuk u ntuk kedatanga n kem bali lokomotif pendorong.
b. Pada wa ktu hubungan blok terganggu :
u ntuk kereta api ya ng memakai lokomotif pendorong dipergunaka n
"warta kereta a pi" ta nya jawa b tentang kondisi peta k jalan, warta
berangkat dan wa rta masuk, sedangka n kedata nga n kembali lokomotif
pendorong harus dikaba rkan denga n wa rta masuk.
(6) Pertuka ran wa rta kereta api sebaga imana pada ayat (5) dilakukan denga n
ketentuan sebagai berikut.
a . Menggu nakan warta kereta api u ntuk kereta api ya ng menggu naka n
lokomotif pendorong sebaga imana dalam pasal 37 ayat ( 12), ( 18), dan
(24).
b. Pada peta k jalan ya ng memaka i blokpos diatur sebaga imana dalam
pasa l 37 Sub-E ditambah dengan keteranga n ba hwa warta masuk
untuk lokomotif pendorong harus disam pa ika n kepada semua blokpos
yang terda pat pada petak jalan yang dilewati.
(7) Apa bila wa ktu disa mpaikan pertanyaan tenta ng kondisi petak jalan belu m
diketa h u i ba hwa kereta a pi mempergunaka n lokomotif pendorong, hal
tersebut dapat dika ba rka n denga n wa rta kereta api yang ditetapka n
sebaga imana pada pasal 37 ayat ( 17), kecua l i d a l a m keadaan sebagaimana
pada ayat (8).
(8) Apa bila kereta api a ka n berangkat dari A ke B dan telah terjadi pertu ka ra n
"wa rta kereta a pi" antara stasiun A dan B, kem udian kereta a pi tersebut
dibera ngkatkan denga n memakai lokomotif pendorong, sedangkan dari
stasiun B a ka n diberangkatkan segera kereta api lainnya ke stasiun A,
pertuka ran wa rta kereta a pi dibata lka n dan harus diperbaharui denga n
wa rta kereta api dengan lokomotif pendorong sebaga imana dalam pasal
37 ayat ( 12).
(9) Pada peta k jalan ja l u r tungga l dan jalur ganda ya ng memaka i hubunga n
blok tidak boleh dilaku ka n pembukaan blok untuk suatu kereta a pi ya ng
berja lan di belaka ng kereta a pi yang mema kai lokomotif pendorong
sebelum diterima warta masuk u ntuk lokomotif pendorong tersebut.
( 10) Pada peta k jalan jalur tu nggal yang memakai h u bunga n blok tidak boleh
dilakukan pembukaan blok oleh stasiun A untuk kereta a pi yang bersilang
di stasiun B denga n kereta a pi dari A ke B ya ng memakai lokomotif
pendorong sebelu m lokomotif pendorong kem bali masuk di A.
( 11) Sinya l dan tanda ya ng berlaku u ntuk perjalanan kembali lokomotif
pendorong adalah sebagai berikut.
a. Pada petak jalan ja l u r tungga l.
1) Sem ua sinya l berlaku sebaga imana mestinya . Aka n tetapi, sinya l
masuk tidak dilayani. Masinis ha nya boleh mela l u i sinyal masuk
yang menunj u kka n "semboyan 7" apabila telah mendapat perinta h
MS (bentuk 92) ata u "isyarat perinta h masuk" (semboya n 4A)
sebaga imana dalam pasa l 49 ayat (6) atau (7).
2) Sinya l jalan silang harus dilaya ni.
b. Pada petak jalan ja l u r ga nda.
Paragraf 4
Pelaya nan Jalur Simpang di Jalan Bebas
Pasa l 65
( 1) Untu k keperluan melaya n i jalur sim pang di jalan bebas da pat
mempergunaka n :
a. konvoi; atau
b. kereta api ya ng lewat.
(2) Anak kunci jalur simpang di jalan bebas dikuasai oleh Kepala Stasiun ya ng
ditetapka n dalam PDPS.
Penyera han anak kunci kepada Petugas lain u ntuk pelaya nan atau
pemel ihara a n jalur simpang harus dilakukan denga n buku penyera han.
(3) Untu k keperluan melaya n i jalur simpang diusa ha kan dengan
mempergunaka n kereta a pi ata u konvoi ya ng berangkat dari stasiun
tern pat anak ku nci ja l u r simpang tersebut.
(4) Untu k kereta a pi ya ng dipergunaka n melayani jalur simpang di petak jalan
yang dilal ui, warta berangkat dan wa rta masuk ya ng disa mpaikan harus
ditam ba h denga n kata-kata tenta ng pelayanan ja l u r simpang tersebut,
ba ik untuk petak jalan yang tidak memaka i sistem blok maupun yang
memakai sistem blok.
(5) Apa bila pelayanan jalur simpang dilakuka n denga n kereta api ata u konvoi
yang berangkat dari:
a. stasiun tempat anak ku nci jalur simpang m a ka anak ku nci disera hkan
oleh Ppka/Pap kepada kondektur kereta api ata u konvoi tersebut;
b. stasiun sebelah pada petak jalan tern pat jalur simpang maka Ppka ya ng
menguasai anak kunci harus mengirimka n anak kunci tersebut kepada
Ppka stasiun tempat berangkat kereta api atau konvoi dengan
menya mpaika n wa rta mela l u i telepon a nta rstasiun sebaga i berikut.
Ppka A : Ppka 8, anak kunci jalur simpang X dikirim
dengan KA...... (nomor KA) (s1)
Penu l isa n dalam buku WK.
8. anak kunci jalur simpang X dengan ka ...... .
(nomor KA). A. (s1a)
Setelah menerima anak kunci tersebut, Ppka B harus memberi kabar
kepada Ppka A sebaga i berikut.
Ppka 8 : Ppka A, anak kunci jalur simpang X telah saya
terima. Pukul...... (waktu diterima) (s2)
Penu l isa n dalam buku WK.
A. anak kunci jalur simpang X, terima ........ .
(waktu diterima). 8. (s2a)
Wa rta berangkat ya ng ditetapka n sebagai mana dalam pasa l 37 ayat
( 17) untuk kereta api ya ng melayani jalur simpang harus ditambah
dengan kata-kata :
.................... melayani jalur simpang X
(6) Apa bila kereta api telah selesa i melaya n i ja l u r simpa ng dan meneruskan
perjalanan dan data ng di stasiun depa nnya, anak kunci ja l u r simpang oleh
kondektur harus diserahka n kepada Ppka stasiu n tersebut.
Penerimaan anak kunci tersebut harus disa m pa ika n kepada Ppka yang
memberikan anak kunci kepada kondektur denga n ca ra menambah wa rta
masuk sebaga imana dalam pasal 37 ayat (23) denga n kata-kata :
......... anak kuncijalur simpang X terima kembali.
(7) Penyera han anak kunci ja l u r simpang dilakuka n sebagai berikut.
a. Apabila ja l u r simpang dilayani dengan kereta a pi ya ng berangkat dari
stasiun A, tempat Ppka ya ng menguasai anak ku nci, menuju ke stasiun
B, anak kunci jalur simpang ya ng diterima di stasiun A oleh kondektur,
setelah dipergunakan harus diserahka n kepada Ppka B.
a. Ppka A (yang mem berikan anak kunci) menya m paikan wa rta kepada
Ppka B (stasiun sebelah pada petak jalan tem pat jalur simpang)
sebaga i berikut.
Ppka A : Ppka 8, anak kunci jalur simpang X telah
diserahkan kepada kupt sinyal...... (nama kupt) (s6)
Penu l isan dalam buku WK.
8.anak kunci jalur simpang X telah diserahkan
kepada kupt sinyal.......... (nama kupt). A. (s6a)
b. Setelah anak ku nci diterima kembali, Ppka stasiun A menya m pa ika n
wa rta kepada Ppka stasiun B sebagai berikut.
Ppka A : Ppka 8, anak kunci jalur simpang X telah
diterima kembali dari kupt sinyal......... (nama
kupt) (s7)
Penu l isan dalam buku WK.
8. anak kunci jalur simpang X telah diterima
kembali dari kupt sinyal ............. (nama kupt). A. (s7a)
c. Apa bila Ppka stasiun A atau stasiun B akan membera ngkatkan kereta
a pi melewati tempat ja l u r simpa ng tersebut sebelum anak kunci
kembali, Ppka tersebut harus memberika n bentuk perinta h BH kepada
masinis dengan catata n sebaga i berikut.
berjalan hati-hati di km.... (tempat jalur simpang) awas
semboyan 2A, 28, 2C, atau 3 yang mungkin diperlihatkan.
d. Kepala u n it pelaksa na teknis perawatan persinyalan yang bekerja pada
jalur simpang tersebut diharuska n m emasa ng semboyan 2A, 2B, 2C,
ata u 3 sesuai keadaan, pada kedua belah pihak wesel jalur simpang di
jalan bebas.
( 13) Wa rta penyerahan dan penerimaan anak ku nci sebagaimana pada ayat (5),
(7), ( 10) dan ( 12) harus ditulis dalam bu ku WK diserta i keteranga n ca ra
pengirimannya.
Paragraf 5
Tindaka n terhadap Kereta/Gerbong ya ng Dilepas di Stasiun Antara
Pasa l 66
( 1) Apabila kereta api di suatu stasiun ka rena suatu sebab harus melepas satu
atau lebih kereta/gerbong dari rangka ian, Ppka/Pa p memerinta hka n
kepada masinis u ntuk melangsir kereta/gerbong tersebut k e ja l u r simpan
atau jalur lain.
PERHATIAN
Jalur .......... isi
Bagian Kesembilan
Kereta Api Berhenti di Stasiun Akhir
Paragraf 1
Kereta Api ya ng Ditarik Lokomotif
Pasal 67
( 1) Setelah kereta a pi mengakhiri perja lanan di stasiun akhir, awa k sarana
kereta api melaku ka n kegiatan sebaga i berikut.
a. Mela por dan menyera hkan doku men perjalanan kereta apt.
b. Melepas rangka ian kereta/gerbong.
c. Menem patkan rangka ian kereta/gerbong sesuai pengatu ra n Ppka yang
bersa ngkuta n.
(2) Melapor dan menyerahka n doku men sebaga imana pada ayat ( 1) huruf a,
dilaku ka n oleh.
a. awak kereta api :
Paragraf 2
Kereta Rel Listrik dan Kereta Rel Diesel
Pasal 68
( 1) Apa bila perjalanan dinas kereta rel listrik ( KRL)/kereta rel diesel ( KRD)
bera khir, masinis harus menyerahka n KRL/KRD berikut laporan teknik
(T.200) ya ng telah diisi dan ditanda ta nga ni serta menya m paikan secara
lisa n tentang segala kejadian teknis KRL/KRD selama dalam menjalankan
dinas kepada Puk/Pu l di stasiun a khir.
(2) Sebelum menyera hka n KRL/KRD sebaga imana pada ayat ( 1), Masinis tida k
diperbolehka n meningga lka n KRL/KRD sebelum memastika n bahwa :
a . Rangkaian KRL/KRD tidak a ka n menggelundu ng, rem parkir telah
terikat dan roda telah diganjal denga n stopblok serta uju ng KRL/KRD
yang dekat wesel tidak melampaui batas rua ng bebas;
b. Rangkaian KRL/KRD tidak dimu ngkinkan digerakka n oleh orang ya ng
tidak berhak, pintu kabin masinis telah ditut u p dan diku nci.
(3) Setelah selesa i menjala nkan dinas:
Bagian Kesepuluh
Penutupan petak jalan untuk Perawatan Prasarana
Paragraf 1
Um u m
Pasal 69
( 1) Penutu pan peta k jalan u ntuk pekerjaan perawatan harus dalam waktu
kerja perawata n (Wkp) atau da pat di luar Wkp dengan ketentuan tidak
menyeba bkan penghentian operasi kereta a pi.
(2) Wkp sebaga imana pada ayat ( 1) diteta pkan dala m PTDO berdasa r Gapeka .
Paragraf 2
Permintaa n, Peneta pan, dan Pengu muman Penutu pan Peta k jalan
Pasal 70
""J
(nama stasiun) untuk pekerjaan perawatan prasarana dan
selesai pukul....... (walctu pembukaan petak jalan) atau
""
sebelum KA... (nomor KA) berangkat dari .•..(nama stasiun) J
Paragraf 3
Pengoperasia n Sarana Pemeliharaan Prasa rana
Pasa l 71
( 1) Mengoperasika n sarana pemeliharaan prasara na, baik di emplasemen
maupun di jalan bebas, harus diantar dan d iawasi oleh seora ng penganta r.
(2) Penga nta r sara na pemeliharaan prasarana sebagaimana pada ayat ( 1)
adalah petugas ya ng ditugaskan oleh kepa la u n it pelaksana teknis
perawata n prasa rana yang telah mempunyai ketera ngan kecaka pa n
penganta r sarana pemeliharaan prasarana ya ng dikeluarkan oleh pejabat
berwenang terkait ya ng harus berta nggu ng jawa b atas berlaku nya semua
ketentuan tentang memaka i dan menja la nka n sarana pemeliha raan
prasa rana.
(3) Sarana pemel iharaan prasa ra na ya ng tid a k mempunya i penggera k sendiri,
ha nya dapat dijala nkan pada peta k jalan denga n kelandaian tidak lebih
dari 5 %0.
(4) Rangkaian sarana pemeliharaan prasa rana sebaga imana pada ayat (3)
harus memenuhi ketentuan sebaga i berikut:
a. tidak boleh lebih dari 8 ga ndar dan harus tera ngka i;
b. sarana pemelihara a n prasa rana ya ng perta ma dan terakhir harus
dilayani rem pa rkirnya;
c. dalam rangka ian sarana pemelihara a n prasa rana dengan muatan berat
harus tersedia:
1) pa ling sedikit 4 (em pat) buah stopblok;
2) lentera ata u lampu porta bel u ntuk penganta r sara na pemelihara a n
prasa rana pada m a l a m hari dan seka ligus penera nga n pada waktu
kerja atau muat bongka r;
3) pa ling sedikit 4 (empat) buah lentera sem boya n tanga n untu k
penera nga n tia p perl intasan ya ng a kan dilalui pada malam hari;
4) alat kom u nikasi ya ng da pat berhu bungan dengan kedua stasiu n
berdekata n pada peta k jalan ya ng bersa ngkuta n;
5) perlengkapan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan ( P3 K).
Paragraf 4
Tinda ka n Penga manan
Pasal 72
BAB V
KETENTUAN PADA WAKTU PERJALANAN KERETA API TIDAK SESUAI
PERATURAN PERJALANAN
Bagian Kesatu
Tindakan pada Waktu Kereta Api Terlambat
Pasa l 73
( 1) Mencega h keterlambata n kereta api adalah salah satu kewajiba n bagi
petugas ya ng terkait denga n perjalanan kereta api.
(2) Perjalanan kereta api harus sesuai denga n jadwal ya ng telah ditentu ka n
dalam peratura n perjalanan. Apabila terjadi keterla m bata n ya ng melebihi
batas toleransi yang diizinka n, petugas ya ng terkait denga n perjalanan
kereta a pi harus menga mbil la ngka h-langka h u ntuk mengu rangi
keterlambata n perjalanan kereta a pi, antara la in, melakukan pemindahan
persila nga n ata u penyusulan.
(3) Petugas ya ng terkait dengan perjalanan kereta a pi sebaga imana pada ayat
( 1), anta ra lain,
a. Ppkp harus:
1) mengkoordinasika n stasiun-stasiu n di wilaya h pengaturannya
dalam rangka ketertiban dan kelanca ra n operasi kereta a pi;
2) meneta pkan pem inda han persilangan ata u penyusulan secara
cepat dan tepat;
3) berkoordinasi denga n Ppkp ya ng berdekatan.
b. Ppka harus:
1) melaksanakan peminda han persilanga n atau penyusulan ya ng
dilaku ka n secara cepat dan tepat denga n teta p mengutamaka n
keselamata n perja lanan kereta api;
2) melaksanakan koordinasi denga n Ppka ya ng berdekatan.
c. Ppka/Pap, masinis, dan kondektur harus beru paya meneka n
keterlam batan, misa l nya :
1) bongka r dan muat bara ng dilakukan cepat dan tertib;
2) naik turun penumpa ng dipercepat dan waktu berhenti kereta api
ya ng terlambat seda pat mu ngkin dikurangi (diperpendek) dengan
teta p memperhatika n keselamatan penu mpang;
3) apabila terpaksa melaku ka n la ngsira n, harus dilaku ka n denga n
cepat dan tertib;
4) jika keterla mbatan terjadi karena ganggua n lokomotif sehingga
tidak dapat menarik beba n rangka ian maksim u m, atas permintaan
masinis, beba n rangka ian tersebut dapat dikurangi denga n
Conteh :
Ppka kkt kdh s.d. jng jpak kdl jng
KA 103 lambat 13.
Ppka kw.
Ppka di stasiun kkt yang terjauh yang terima ka ba r keterlam bata n
berkewajiban meneruska n ka ba r keterla m bata n tersebut, kecua l i kalau
keterlambata n tersebut berku rang menjad i tidak lebih dari 10 menit.
(8) Wa rta keterlam batan sebaga imana pada ayat (5) harus disampa ika n
setelah dipastika n ba hwa berangkat ata u langsu ng kereta a p i a ka n
terlambat lebih dari 10 menit, wa rta tersebut harus disa mpa ika n
selambat-lambatnya 1 0 menit setelah wa ktu berangkat ata u waktu
langsung resmi dilampa u i.
Jika pada saat itu besar keterlambatan bel u m da pat diketa hui tepat, harus
dikirimka n terlebih da hulu ka bar sementara tentang besa r keterlam bata n
menu rut taksira n denga n wa rta sebaga i berikut.
Ppka kkt.......s.d. .......... jpak.... kdt/kdl...... .
KA... (nomor KA) lambat, taksiran... (keterlambatan dalam menit).
Ppka ....... (Ppka stasiun permulaan terjadi keterlambatan) (k2)
Conteh :
Ppka kkt kdh s.d. jng jpak kdl jng
KA 103 lambat, taksiran 36.
Ppka kw.
(9) Apabila keterlambata n yang telah dilaporka n sebaga imana pada ayat (5)
berta mbah atau berku ra ng dari 10 menit, harus dilaporka n juga oleh Ppka
stasiun tempat bertambah ata u berku ra ngnya keterlambatan tersebut
kepada Ppkp dan selanjutnya Ppkp menya m paika n kepada Ppka semua
stasiun yang telah menerima ka ba r keterlambata n sebelu m nya
sebagaimana pada ayat (6).
( 10) Apabila kom u nikasi dengan Ppkp tidak dapat dilakukan, keterlambata n
yang telah disa mpaikan sebaga imana pada ayat (5) berta mbah ata u
berku ra ng dari 10 menit, harus disa mpaikan juga oleh Ppka stasiun tern pat
berta mbah atau berkura ngnya keterla m batan tersebut kepada Ppka
sem ua stasiun ya ng telah menerima ka bar keterlam bata n sebelumnya
sebagaimana pada ayat (7).
( 11) Waktu tu nggu u ntuk kereta api ya ng bersambu nga n dengan kereta a pi lain
di stasiun persambu nga n relasi kereta api ditetapka n dalam PTDO.
( 12) Tata cara pengiriman wa rta keterlambatan sebaga imana pada ayat (5), (6)
dan (7) adalah sebaga i berikut.
a. Wa rta keterla mbatan harus disa m pa ikan dan diterima oleh Ppka
sendiri melalui:
1) telepon PK;
2) telepon anta rstasiun; atau
3) alat komu nikasi lain.
b. Wa rta keterla mbatan tersebut pada ayat (5), (6), dan (7) beserta
wa ktu penya mpaian dan wa ktu terima harus:
1) ditul iska n dalam buku WK;
2) diberi nomor dan dicatat dalam bentuk lapora n warta dinas,
sedangka n wa rta dinas tidak digu naka n kecua l i membuat salinan
kepada Kdt/kdl dan J PAK.
c. Wa rta keterlambatan ha nya boleh disa mpa ikan setelah ditu lis dalam
buku WK oleh Ppka.
Bagian Kedua
Pemindahan Persilangan
Paragraf 1
Um u m
Pasal 74
( 1) Persilanga n ya ng tercatat dan yang tida k tercatat dalam peratura n
perjalanan dapat dipinda hka n ke stasiun l a i n dengan tujuan u ntuk
mengu rangi keterla m batan suatu kereta api da n/ata u kereta a pi lainnya.
(2) Ketentuan umum pemindahan persilanga n
a. Pada waktu mempertimba ngka n peminda han persila nga n
sebagaimana pada ayat ( 1) harus mem perhatika n tingkata n prioritas
kereta a pi sebagaimana dalam pasal 73 ayat (4).
b. Persila ngan dapat dipindahka n :
1 ) ke stasiun yang terdekat; ata u
2) langsu ng ke stasiun ya ng melampa u i bebera pa stasiun, teta pi tida k
boleh melampa u i stasiun batas pera lihan PK, kecua l i Ppkp
menghendaki pemindahan persilangan melampaui stasiun batas
pera l ihan PK sebaga imana dalam pasal 75 ayat (5).
c. Persila ngan dua kereta api ya ng berhenti di setiap stasiun hanya boleh
dipinda hka n tia p kal i ke stasiun ya ng terdekat.
Conteh :
1 ) Apabila persilanga n kereta api T
langsung ( KA 23) denga n kereta s ---'-r----::::�.....,_--
api ya ng berhenti di tia p stasiun R ---''c::---:i�___.=- ___
p �_...�
.., ��.,._ _____
4) Apabila KA 46 ya ng terlambat,
persila ngan KA 43 dengan KA 46 Q
da pat dipinda hka n langsu ng ha nya R .. �""'"""����-
.-�....�
ke stasiun Q. Akan teta pi, u ntuk $ �-=- ·...--
- ....--
- --�
mencega h keterla mbatan KA 43, T - ----:r--=J..:
- --'3.,--
---
x -1----�-�--=\c--��
Gamba r 41
(3) Sebagai pedoman pemindahan persilangan bagi Ppkp dan Ppka di setiap
stasiun, oleh J POD dibuatka n dafta r peminda han persilanga n.
(4) Penetapan pemindahan persila ngan dapat dilakuka n :
a . Secara pengenda lian perjalanan kereta api; ata u
b. Secara pengatu ra n perjalanan kereta api.
(5) Penetapan pemindahan persilanga n secara pengendalian perjalanan
kereta api sebaga imana pada ayat (4) huruf a, dilaku ka n oleh Ppkp
berdasa rka n ketentuan u m u m sebagaimana pada ayat (2), seda ngka n
pelaksanaannya menjadi tanggung jawab Ppka stasiun ya ng bersa ngkuta n.
(6) Penetapan pemindahan persilanga n secara pengaturan perjalanan kereta
api sebaga imana pada ayat (4) h u ruf b, dilakukan denga n cara
persepakata n a ntar Ppka yaitu Ppka stasiun persilanga n resmi denga n
Ppka stasiun persilanga n ba ru
(7) Pengaturan perjalanan kereta a pi sebagaimana pada ayat (6) ha nya
dilaku ka n atas perintah Ppkp atau a pabila Ppkp tidak dapat berkomunikasi
denga n semua Ppka di wilaya h pengatura nnya d iseba bkan oleh gangguan
pera lata n komunikasi.
Paragraf 2
Pemindahan Persila ngan Secara Pengendalian Perjalanan Kereta Api
Pasa l 75
( 1) Apabila suatu kereta a p'I menga lami keterla m batan 10 menit atau lebih,
Ppkp harus berinisiatif u ntuk menetapkan pemindahan persilanga n setelah
bersepakat denga n Ppka stasiun persila ngan resmi dan Ppka stasiun
persila nga n baru, kemudian Ppkp memerinta hka n kepada kedua Ppka
stasiun tersebut denga n wa rta yang disa m pa ikan melal u i telepon PK
sebagai berikut.
perintah ppkp ..... (kode Ppkp) no (nomor urut) pukul....
. . • . ...
(waktu perintah).
Ppka............. (stasiun persilangan resmi) s.d Ppka........... .
(stasiun persilangan baru).
Persilangan KA ....... (nomor KA) dengan KA ...... (nomor KA)
ditetapkan di.......... (stasiun persilangan baru), laksanakan.
ppkp......, •.... (kode, nama Ppkp). (x1)
Conteh :
perintah Ppkp 8.1 n o 5 pukul 13.20.
Ppka A s.d Ppka C.
Persilangan KA 30 dan KA 175 ditetapkan di A, laksanakan.
Ppkp 8.1, martin.
Ppka stasiun persilanga n resmi dan Ppka stasiun persilangan ba ru
menjawa b berga ntian kepada Ppkp sebaga i berikut :
Ppkp ......... (kode ppkp),
perintah ppkp no.... (nomor perintah Ppkp) mengerti pukul..... .
(waktu mengerti), persilangan KA ..... (nomor KA) dengan KA .... .
(nomor KA) ditetapkan di........ (stasiun persilangan baru).
Ppka......... (nama stasiun) (x2)
Conteh :
Ppkp 8.1,
perintah ppkp 8.1 no. 5 mengerti pukul 13.21, persilangan KA 30
dengan KA 175 ditetapkan di A.
Ppka A.
Selanjutnya, Ppkp memastikan pelaksa naan pemindahan persilanga n ya ng
dilaksanaka n oleh Ppka bersa ngkuta n.
(2) Apa bila Ppka tem pat persilanga n resmi menga nggap perlu u ntuk
memindahkan persilangan, Ppka tempat persila ngan resmi harus
mengusulka n kepada Ppkp u ntuk ditetapka n tem pat persilangan baru,
setelah mengetah u i keterla m bata n kereta a pi ata u hal lain ya ng
menyeba bkan tidak dapat dilaksanakan persila ngan di stasiu nnya,
misal nya rel putus, gangguan wesel.
(3) Apa bila telah menda pat peneta pa n dari Ppkp, pela ksa naan pemindahan
persila ngan sebaga imana pada ayat (2) dilaksanaka n dengan
memperhatikan ketentuan sebaga i berikut.
a. Pada wa ktu hubungan blok normal, pela ksanaan dan pengawasan
pemindahan persilanga n dilakukan oleh Ppka ya ng bersa ngkuta n.
b. Pada waktu hubungan blok terganggu, pela ksanaan dan pengawasan
pemindahan persilanga n dilaku kan sesua i dengan ketentuan
sebagaimana dalam pasal 76 ayat (7).
(4) Apa bila Ppkp menghendaki pemindahan persila nga n lebih jauh dari stasiun
batas peralihan PK, Ppkp yang bersangkutan melaku ka n peru ndingan
denga n Ppkp berdekatan, dengan wa rta sebagai berikut.
Ppkp.......... (kode Ppkp pengendali stasiun persilangan baru).
dapatkah persilangan KA.... (nomor KA) dengan KA.... (nomor KA)
dilaksanakan di stasiun..... ? (stasiun persilangan yang diusulkan)
wilayah Ppkp..... (Ppkp pengendali stasiun persilangan baru)?.
Ppkp.........., .................. (kode, nama Ppkp pengendali stasiun
persilangan resmi). (x3)
Conteh :
Ppkp 5.2.
dapatkah persilangan KA 74 dengan KA 91 dilaksanakan di
stasiun C ? wilayah Ppkp 5.2 ?.
Ppkp 5.1, Robert.
Apa bila terjadi kesepakatan, Ppkp pengendali stasiun persila ngan baru
menya m pa ika n persetujuan pem inda han persilanga n tersebut dengan
wa rta sebaga i berikut:
Ppkp ....... (kode Ppkp pengendali stasiun persilangan resmi)
setuju persilangan KA.... (nomor KA) dengan KA... (nomor KA)
dipindahkan ke........ (stasiun persilangan baru)
Ppkp.........., .................. (kode, nama Ppkp pengendali stasiun
persilangan baru) (x4)
Conteh:
Ppkp 5.1
setuju persilangan KA 74 dengan KA 91 dipindahkan ke C
Ppkp 5.2, Gunawan
Ppkp pengenda l i stasiun persilanga n resmi menjawab sebaga i berikut.
Ppkp ......... (kode Ppkp pengendali stasiun persilangan baru)
mengerti pukul........ (waktu mengerti)
persilangan KA.......... (nomor KA) dengan KA....... (nomor KA)
dipindahkan ke stasiun.... (stasiun persilangan baru).
Ppkp.........., .................. (kode, nama Ppkp pengendali stasiun
persilangan resmi) (x5)
Conteh :
Ppkp 5.2
mengerti pukul 13.00
persilangan KA 74 dengan KA 91 dipindahkan ke stasiun C.
Ppkp 5.1, Robert
Kemudian, Ppkp persila ngan ba ru memerinta hkan kepada Ppka stasiun
persila nga n baru, dan Ppkp pengendali stasiun persilangan resmi
memerintahka n kepada Ppka stasiun persila ngan resmi dengan wa rta ya ng
disam pa ikan mela l u i telepon PK serta kedua Ppka melaksanaka n
ketentuan sebagaimana pada ayat ( 1).
(5) Setia p peneta pa n pem inda han persilangan sebaga imana pada ayat ( 1)
atau (5), oleh Ppkp harus diberi nomor dan ditu lis dalam buku catata n
kereta a pi (catka), dan oleh Ppka harus dicatat dalam buku WK.
(6) Selama hu bunga n blok normal, berlaku ketentuan sebagai berikut.
a. Masinis dibebaskan atas pengawasan persilangan sehingga
pem inda han persilanga n pada bagia n jalan ata u peta k jalan tersebut
tida k perlu diberitahu, dan bentu k pemberitahuan tentang
pem inda han persilanga n ( Ptp) tidak perlu diberika n.
b. Warta penetapan pem inda han persila nga n harus dilaku ka n oleh Ppkp
sebelum Ppka stasiun persilangan melayani hubunga n blok untuk
kereta api ya ng akan bersilang.
c. Ppkp harus mengingatka n kepada Ppka tenta ng kewajiba nnya untuk
memberita huka n kepada petugas penjaga perl intasan dan petugas
perawata n prasara na di peta k jalan tenta ng pem inda han persilanga n
melal u i a lat komunikasi.
Conteh :
Apa bila persilanga n KA 25 denga n
242 di P dipinda hkan ke stasiun S
m a ka stasiun N memberika n Ptp
s -__._,.-----==��--
kepada masinis KA 25 sebaga i
R --�--'F�=----- berikut.
Q -----=i..--...c:...-=-�
.:...._ --- Perintah Ppkp 3.1 no 5 pukul
19.20
p ----'-h----
Ppka N agar memberi Ptp kepada
0 ----1��--i...-
.- masinis KA 25, akan bersilang
dengan KA 242 di S Persilangan di
N _
_ ._ _...,,___,__
___,...,.,._
P batal.
Ppkp 31, Sahrul
Gambar 42
19.20
P --__,,,.----F-==--....._� Ppka N agar memberi Ptp kepada
masinis KA 57, harus bersilang
0 -
- ----- -+----
dengan KA 506 di Q.
N ------..--'----� Ppkp 31, Sahrul
Paragraf 3
Pemindahan Persila ngan Secara Pengaturan Perjalanan Kereta Apt
Pasal 76
( 1) Apa bila atas perintah Ppkp ata u telepon PK terganggu, inisiatif u ntuk
memindahkan persilangan harus dilakukan oleh Ppka stasiun tempat
persila ngan sebagaimana dalam pasa l 74 ayat ( 1) yang diteta pkan dalam
peraturan perjalanan.
a. Apabila KA 236 terlambat (periksa ga mba r 45, 46, dan 47), inisiatif
pemindahan persilanga n aka n dilaku ka n oleh Ppka P kepada Q.
.-
torlamba
. . . � -
Q ---'<:::::=-----:�,-- Q --'-=----"k-- Q
p -=-.--:::t--"'"
:;;;0 -=t- p
o ---.,.L=--- 0
Gambar 48
Apa bila Ppka stasiun S menyetuju i pemindah a n persilangan, perta nyaa n
tersebut dijawa b secara wa rta kkt d a n diala matka n kepada Ppka stasiun Q
dan R sebaga i berikut.
Gambar 49
e. Tata cara pem berian Ptp adalah sebagai berikut.
1) Apabila kereta api yang terlambat sudah harus bersilang dengan
kereta api lawa nnya sebelu m sam pa i di stasiun persilanga n resmi,
kepada masinis kereta a pi ya ng terlambat diberikan Ptp oleh Ppka
stasiun persila ngan ya ng baru denga n catata n ba hwa persilanga n
sudah terjadi di stasiun yang bersangkutan.
2) Untu k pemberian Ptp, kereta api langsu ng harus diberhentikan luar
biasa sebaga imana dalam pasal 86 ayat (3). Pemberhentian
tersebut tida k perl u dilaku ka n jika ketentua n sebaga imana pada
u --- .1.;�i\\:ioi-..
- 1--
- --
T -
- ��=----Jf-- --
Gambar 50
f. Ppka ya ng seha rusnya memberhentika n kereta api la ngsung di
stasiunnya untuk pemberian Ptp kepada masinis da pat mem inta
kepada Ppka stasiun tempat berhenti kereta api tersebut yang tera khir
u ntuk membuatka n dan mem berika n Ptp.
1) Permintaan tersebut harus disa mpaikan denga n warta xl
sebagaimana pada ayat (4) kepada Ppka stasiun pem berhentia n
terakhir dita mbah dengan ka limat di bawa h ini.
Ppka ........ (nama stasiun) diminta memberi Ptp kepada
petugas KA.......... (nomor KA)
Pada ga mbar 49 permintaan tersebut dikirim oleh Ppka S kepada
Ppka N, seda ngka n pada gambar 50 Ppka Q kepada Ppka N .
2 ) Jika perm intaan tersebut da pat d ipenu hi, Ppka yang menerima
warta Xl yang memakai ta mbahan sebaga imana pada butir 1)
harus membalas dengan wa rta sebaga i berikut.
mwk kkt no......... (nomor warta ka) mengerti Ptp sudah
saya berikan.
Ppka.... (nama stasiun)
Paragraf 4
Kewajiban Masinis atas Pengawasa n Persilangan
Pasal 77
( 1) Pada waktu hubunga n blok normal, masinis dibebaskan atas pengawasan
persila ngan.
(2) Pada waktu hu bungan blok terganggu, Ppka harus mem berita h u kan
kepada masinis tenta ng gangguan tersebut dan mencatat dalam Lapka.
Sela njutnya, masinis berkewajiban atas pengawasan persilanga n.
Paragraf 5
Persilangan ( Pemindahan Persilanga n) Yang Bersifat Khusus
Pasa l 78
A. Ketentuan Tentang Persilangan Kereta Api yang Sedang Melayani Jalur Simpang
Panjang
( 1) Apabila dalam dafta r wa ktu, Malka, Wa rn, tabel kereta api dan Lapka
suatu kereta api ya ng diteta pka n untuk melayani jalur simpang ya ng
terhubung langsu ng denga n emplasemen suatu stasiun ya ng terda pat
persila nga n tercatat, harus dilaku ka n dengan ketentuan sebaga i berikut:
a. pada wa ktu hubungan blok normal, masinis dibebaskan dari
pengawasan persilanga n sebaga imana dalam pasal 77 ayat ( 1);
b. pada waktu h u bu nga n blok terganggu,
1) Jika kereta a pi selama di jalur simpang tidak kelihata n dari stasiun
a) Setelah kereta api tiba di stasiun dan akan berangkat menuju
ke ja l u r simpang sebelum kereta api lawan persilangan tiba,
masinis dan kondektur harus menyera hkan Lapka kepada
Ppka/Pap. Setelah kereta a pi kembali dari jalur simpa ng,
Ppka/Pap memberita hukan kepada masinis tenta ng terjadinya
gangguan hubunga n blok d a n semua persilangan yang telah
terjadi selama kereta api berada di jalur simpa ng.
b) Dalam Lapka oleh Ppka/Pap dicatat sebaga i berikut:
Hubungan blok terganggu dan persilangan dengan
KA.... (nomor KA) telah terjadi di sini. Ppka/pap..... .
(singkatan nama stasiun dan tanda tangan).
0 ------+-----
stasiun tempat berhenti KA 847
ya ng tera khir (stasiun N) telah
N -------.r'-
diberikan Ptp kepada masinis dan
telah d i berita h u kan secara lisan
Gambar 55
s s
R R
Q Q
p p
0 0
N N
Gambar 56 Gambar 57
s s
R R
Q Q
p p
0 0
N N
Gambar 58 Gambar 59
Bagian Ketiga
Pemindahan Penyusulan
Paragraf 1
Um u m
Pasal 79
( 1) U ntuk mengu rangi atau mencega h bertambahnya keterla m batan, suatu
penyusulan dapat dipindahka n ke stasiun lain.
Pada u m u m nya, suatu penyusulan harus dipinda hka n jika dapat
dipastikan bahwa perjalanan kereta api m u ka a kan memperlambat ata u
menambah keterlambata n kereta api belakang.
Aka n teta pi, a pa bila kereta api belaka ng yang aga k terlam bat ka rena
tertahan oleh kereta api m u ka, tida k sa ngat mengganggu perjalanan
kereta api lain, pemindahan penyusulan tidak perl u dilaku ka n, daripada
keterla mbatan kereta a pi m u ka a ka n berta mbah besa r ka rena harus
disusul oleh kereta api belaka ng.
(2) Pemindahan penyusulan dilaku ka n men u rut keadaan keterlambata n
sebaga i berikut.
a. Jika ya ng terlambat (terla m bat lebih ba nyak) kereta api m u ka,
penyusulan dipinda hka n ke stasiun sebelu m stasiun penyusulan ya ng
diteta pkan dalam peraturan perja lanan.
b. Jika ya ng terlambat (terla m bat lebih ba nyak) kereta a pi belakang,
penyusulan dipinda hkan ke stasiun sesuda h stasiun penyusulan ya ng
diteta pkan dalam peraturan perja lanan.
(3) Penetapan pemindahan penyusulan dapat dilakukan:
a. Secara pengendalian perjalanan kereta a pi; atau
b. Secara pengaturan perjalanan kereta a pi.
(4) Penetapan pemindahan penyusulan secara pengenda lian perjalanan
kereta api sebagaimana pada ayat (3) huruf a, dilakukan oleh Ppkp,
sedangka n pela ksa naannya menjadi ta nggung jawab Ppka stasiun ya ng
be rs a ngkuta n.
(5) Penetapan pemindahan penyusulan secara pengatura n perjalanan kereta
api sebaga imana pada ayat (3) h u ruf b, dilakukan denga n cara
persepakata n a nta r Ppka ya itu Ppka stasiun penyusulan resmi denga n
Ppka stasiun penyusulan ba ru .
(6) Pengaturan perjalanan kereta a pi sebagaimana pada ayat (5) ha nya
dilaku ka n atas perintah Ppkp atau a pabila Ppkp tidak dapat berkomunikasi
denga n semua Ppka di wilaya h pengatura nnya d iseba bkan oleh gangguan
pera lata n komunikasi.
Paragraf 2
Pem indahan Penyusulan Secara Pengendalian Perja lanan Kereta Api
Pasa l 80
( 1) Apabila suatu kereta a p'I menga lami keterla m batan 10 menit atau lebih,
Ppkp harus berinisiatif u ntuk meneta pka n pemindahan penyusulan setelah
bersepakat dengan Ppka stasiun penyusulan ba ru dan Ppka stasiun
penyusulan resmi, kemudian Ppkp mem erinta hka n kepada kedua Ppka
stasiun tersebut denga n wa rta ya ng disa m pa ika n mela l u i telepon PK
sebagai berikut.
perintah Ppkp...... (kode Ppkp) no........ (nomor urut) pukul.....
(waktu perintah).
Ppka......... (stasiun penyusulan baru) s.d Ppka........ (stasiun
penyusulan resmi).
Penyusulan KA ..... (nomor KA) dengan KA ........ (nomor KA)
ditetapkan di.......... (stasiun penyusulan baru), laksanakan.
Ppkp...., (kode, nama Ppkp).
. • ... (y1)
Conteh :
perintah Ppkp 2.1 n o 5 pukul 13.20.
Ppka A dan Ppka B.
Penyusulan KA 30 dengan KA 110 ditetapkan di A, laksanakan.
Ppkp 2.1, Robert.
Ppka stasiun penyusulan resmi dan Ppka stasiun penyusulan baru
menjawa b berga ntian kepada Ppkp sebaga i berikut.
Ppkp ........ (kode Ppkp),
perintah ppkp no...... mengerti pukul........ (waktu mengerti),
penyusulan KA ........ (nomor KA) dengan KA ....... (nomor KA)
ditetapkan di........ (stasiun penyusulan baru).
Ppka......... (nama stasiun) (y2)
sela njutnya Ppka ya ng bersangkutan mel a ksa nakan perintah Ppkp u ntuk
melakuka n pemindahan penyusulan.
(2) Apabila Ppka tempat penyusulan resmi menga nggap perlu untu k
meminda hka n penyusulan, Ppka harus m engusulka n kepada Ppkp untu k
ditetapka n tempat penyusulan baru, setelah mengeta h u i keterlam bata n
kereta api atau hal lain yang menyeba bka n tidak dapat dilaksa naka n
penyusulan di stasiunnya, misa lnya rel putus, ga ngguan wesel.
(3) Pem inda han penyusulan harus dilakuka n denga n warta perjalanan dan
apabila telepon antarstasiun terganggu, dapat menggu nakan telepon PK
dengan seizin Ppkp.
(4) Apa bila Ppkp menghendaki pemindahan penyusulan lebih jauh dari stasiun
batas pera l ihan PK, Ppkp yang bersa ngkuta n melaku ka n koordinasi dengan
Ppkp yang berdekatan, dengan warta sebaga i berikut.
Ppkp......... (kode Ppkp pengendali stasiun penyusulan baru).
dapatkah penyusulan KA... (nomor KA) dengan KA... (nomor KA)
dilaksanakan di stasiun..... ? (stasiun penyusulan yang diusulkan)
wilayah Ppkp... (Ppkp pengendali stasiun penyusulan baru)?.
Ppkp............, ............. (kode, nama Ppkp pengendali stasiun
persilangan resmi). (y3)
Apa bila telah bersepakat, Ppkp pengendali stasiun penyusu lan baru
menya m pa ika n persetujuan pemindahan penyusulan tersebut denga n
wa rta sebaga i berikut.
Ppkp .... (kode Ppkp pengendali stasiun penyusulan resmi)
setuju penyusulan KA........ (nomor KA) dengan KA........ (nomor
KA) dipindahkan ke........ (stasiun penyusulan baru)
Ppkp............, ............. (kode, nama Ppkp pengendali stasiun
penyusulan baru) (y4)
Ppkp pengendali stasiun penyusulan resmi menjawa b sebaga i berikut.
Ppkp ...... (kode Ppkp pengendali stasiun penyusulan baru)
mengerti pukul........ (waktu mengerti)
penyusulan KA..... (nomor KA) dengan KA ....... (nomor KA)
dipindahkan ke stasiun.... (stasiun penyusulan baru).
Ppkp............, ............. (kode, nama Ppkp pengendali stasiun
penyusulan resmi) (yS)
Kemudian, Ppkp pengenda l i stasiun penyusulan baru memerinta hkan
kepada Ppka stasiun penyusulan baru dan Ppkp pengenda li stasiun
penyusulan resmi memerinta hkan kepada Ppka stasiun penyusulan resmi
denga n warta ya ng disa mpaika n secara l isan melal u i telepon PK serta
kedua Ppka melaksa naka n ketentuan sebagaimana pada ayat ( 1).
(5) Setiap penetapan pem indahan penyusulan sebagaimana pada ayat ( 1)
ata u (2) harus diberi nomor dan ditulis dalam buku catatan kereta apl
(catka) oleh Ppkp dan harus dicatat dalam buku WK oleh Ppka .
Paragraf 3
Pemindahan Penyusulan Secara Pengat u ran Perjalanan Kereta Api
Pasa l 81
• ·
� • � • :If lerfamba
Ppka S.
Gambar 61
(4) Masing-masing Ppka ya ng menerima warta yl mempertimbangkan
dengan perhitu nga n tentang kemu ngkinan tindaka n sebaga imana pada
ayat ( 1) dan (2).
Apabila salah satu Ppka sebagaimana pada ayat ( 1) dapat menetapkan
ba hwa penyusulan akan dapat terjadi di stasiunnya, Ppka stasiun
penyusulan tersebut harus menya m pa ika n warta y6 kepada Ppka setiap
stasiun yang a ka n dilewati kedua kereta api dan ya ng telah menerima
warta yB.
Apabila penyusulan KA 921 oleh KA 27 ya ng terlambat seperti pada
gam ba r 61 terjadi di Q, Ppka Q harus menya mpaikan warta y6 sebaga i
berikut.
P. penyusulan KA sembilan dua satu oleh KA dua tujuh terjadi di
a. a.
Paragraf 4
Penyusulan ( Pemindahan Penyusulan) ya ng Bersifat Khusus
Pasal 82
p �---�--�---- P'
R r----�--::r-"-----:�
:::1
R i------=---::r-"'-
s f-----F-....=--
....--' ---.;F:;__
T �------�-- T
Gambar 62 Gamba r 63
p p
Q r--��----.��....--'-�--
a i--��,-1-:::;L-���
R R
s s
T T
Gambar 64 Gamba r 65
B. Ketentuan tentang Persilangan Konvoi dengan Kereta Api Lain yang Berubah
Menjadi Penyusulan
(5) Apabila KA 145 terlambat hingga konvoi P2 dapat berangkat dan kembali
ke P sebelum KA 145 masuk ke petak jalan Q- P (periksa ga mbar 66), Ppka
P harus menya m paikan denga n warta v1 kepada Ppka Q sebagai berikut.
Ppka P : Ppka Q, dapatkah persilangan konvoi P 2 dengan
KA 145 di P diubah menjadi penyusulan ? (v1)
Penu l isa n dalam buku WK.
Q. dapatkah persilangan konvoi P dua dengan KA
satu empat lima di P diubah menjadi penyusulan ?.
� �aj
Apabila peru bahan tersebut disetuju i oleh Ppka Q, perta nyaan tersebut
harus dijawab denga n warta v2 sebagai berikut.
Ppka Q : Ppka P, persilangan konvoi P 2 dengan KA 145 di P
diubah menjadi penyusulan. (v2)
Penu l isa n dalam buku WK.
P. persilangan konvoi P dua dengan KA satu empat
lima di P diubah menjadi penyusulan. Q. (v2a)
p p
P2 P2 P2
Q Q
- • terfamba • �
- .... .. . . . � �
Gambar 66 Gambar 67
Setelah warta v2 tersebut oleh Ppka P dijawab dengan wa rta denga n kata
"mengerti" yang dibubuhi wa ktu penerimaan dan singkata n nama stasiun,
persila ngan beru bah menjadi penyusulan.
Masinis konvoi P2 diberi Ptp ya ng berisi pemberita huan tenta ng
perubahan tersebut.
Masinis KA 145 tidak diwajibkan untuk mengeta h u i peru bahan persila ngan
yang menjadi penyusulan tersebut.
Apa bila peru ba han ya ng dimaksud dalam warta v1 di atas tidak da pat
disetuju i oleh Ppka Q, warta v1 tersebut harus dijawa b dengan warta v3
sebaga i berikut.
Ppka Q : Ppka P, tidak, persilangan konvoi P 2 dengan KA
145 di P tidak dapat diubah menjadi penyusulan (v3)
Penulisan dalam buku WK.
P. tidak, persilangan konvoi p dua dengan KA satu
empat lima di P tidak dapat diubah menjadi
penyusulan. Q. (v3a)
(6) Apabila konvoi P2 (periksa ga mbar 67) terlam bat hingga KA 146 dapat
melewati peta k jalan P-Q terlebih dahulu, Ppka P a kan mengu bah
persila ngan KA 146 denga n konvoi ( P 2) di P menjadi penyusulan dan
memberita hu dengan wa rta kepada Ppka Q sebagai berikut.
Ppka P : Ppka Q, persilangan KA 146dengan konvoi P 2 di P
diubah menjadi penyusulan (v4)
Penulisan dalam buku WK.
Q. persilangan KA satu empat enam dengan konvoi
p dua di P diubah menjadi penyusulan. P. (v4a)
Masinis KA 146 diberi Ptp ya ng berisi pem beritahuan tenta ng peru bahan
terse but.
KA 146 ya ng berjalan la ngsu ng di P harus diberhentikan sebagaimana
dalam pasal 86 ayat (3), kecua l i jika Ptp da pat d iberika n di stasiun tempat
berhenti KA 146 ya ng tera khir sebelu m P sebaga imana dimaksud dalam
pasal 76 ayat (7) h u ruf f.
Masinis Konvoi P 2 tidak perlu diberita hu tentang peru ba han tersebut.
(7) Setelah peru ba han persila nga n menjadi penyusulan selesa i dikerjakan,
pertuka ran warta kereta api sebagaimana dala m pasa l 37 ayat ( 1) dan (2)
harus dilaku kan.
(8) Tentang penya m pa ia n warta vl, v2, v3, d a n v4 berlaku ketentuan
sebaga imana dalam pasa l 37 Sub-I.
Gambar 68 Ga mbar 69
( 10) KA 156 berjalan di belaka ng konvoi Q3. Ka rena keterla m batan konvoi Q3,
KA 156 da pat berjalan melewati peta k jalan P-Q sebelu m konvoi Q3
berangkat dari Q (periksa ga mbar 69).
Da lam keadaan demikian, Ppka Q harus meneta pka n peru ba han tersebut
kepada P denga n wa rta sebagai berikut.
Ppka Q : Ppka P, karena kelambatan konvoi Q 3 KA 156
berjalan di muka konvoi a 3 sebagai kereta api
muka. (v6)
Bagian Keempat
Tindakan Jika Salah Satu Jalur pada Lintas Jalur Ganda Tidak Dapat Dilalui
Paragraf 1
Um u m
Pasa l 83
( 1) Apabila salah satu jalur di peta k jalan j a l u r ganda perl u ditutu p (tidak
da pat dila l u i), perjalanan kereta a pi pada peta k jalan tersebut diatur
men u rut ketentuan:
a. "berjalan jalur kiri";
b. "berjalan jalur tu nggal sementa ra".
(2) Berjalan jalur kiri sebaga imana pada ayat ( 1) huruf a berarti bahwa kereta
api dari kedua ara h hanya mela l u i satu jalur sehingga kereta a pi dari salah
satu ara h harus berjalan jalur kiri, sedangka n kereta a pi dari ara h
sebaliknya teta p berjalan j a l u r kanan.
(3) Berjalan jalur tu ngga l sementa ra sebaga imana pada ayat ( 1) huruf b
berarti ba hwa suatu petak jalan jalur ga nda u ntuk sementa ra waktu lebih
dari 1 (satu) hari diperlakuka n sebaga i petak jalan ja l u r tungga l.
(4) Penetapan bahwa suatu jalur ditutu p (tida k dapat dilalui) sebagaimana
pada ayat ( 1) dapat terjadi ka rena :
a. pekerjaan ya ng harus dikerjakan ata u d iselesaika n pada jalur tersebut;
b. sesuatu kecelakaan atau kerusakan petak jalan (rinta ng jalan).
(5) Penutu pan suatu jalur karena suatu pekerjaan ya ng harus dikerjakan
sebagaimana pada ayat (4) huruf a diteta pkan oleh:
a. Pimpinan Daera h,
1) u ntuk ketentuan "berjalan jalur kiri" dalam wilayahnya dan setia p
penetapan berla ku hanya untuk 1 (satu) hari;
2) u ntuk peta k jalan ya ng berbatasan dengan daera h la in, ketentuan
"berjalan jalur kiri" dapat diteta pkan oleh salah satu Pimpinan
Daera h setelah memperoleh kesepakatan denga n Pimpinan
Daera h terkait dan setia p peneta pan berlaku hanya untuk 1 (satu)
hari.
b. Direksi, u ntuk ketentuan " berjalan ja l u r tu nggal sementara " dan setiap
penetapan berlaku lebih dari 1 (satu) hari.
(6) Perintah menutup jalur u ntuk ketentuan:
a. "berjalan ja l u r kiri" disam paikan dengan warta perjalanan oleh
Pimpinan Daera h mela l u i Ppkp kepada KS/Ppka di kedua stasiun pada
petak jalan yang bersangkutan;
b. "berjalan jalur tu nggal sementa ra" disa mpaikan dengan Malka/Warn .
(7) Dalam keadaaan memaksa, yaitu bila terjadi rinta ng jalan, KS/Ppka berha k
menutup suatu jalur dan menetapka n ketentuan "berjalan ja l u r kiri"
setelah memberita h u kan kepada KS/Ppka stasiun berdekata n.
Paragraf 2
Berjalan Jalur Kiri
Pasal 84
( 1) Apabila perinta h penutupan jalur sebaga imana dalam pasa l 83 ayat (6)
huruf a telah diterima, Ppka di kedua stasiu n pada peta k jalan yang
bersa ngkuta n harus segera berkoordinasi mela l u i telepon antarstasiun
untu k menetapka n :
a. jam mulai ketentuan berlaku;
b. kereta a pi perta ma ya ng akan melal u i ja l u r kiri.
(2) Saat berlaku nya ketentuan berjalan ja l u r kiri (periksa ga mbar 70) adalah.
a. Setelah pembica raa n sebaga imana pada ayat ( 1) dilaku ka n dan
diteta pkan denga n warta r1 oleh Ppka stasiun tem pat kereta a pi yang
teta p melalui jalur ka nan sebaga i berikut.
Ppka 8 : Ppka A, jalur hulu/hilir A-8 ditutup mulai
pukul......... (waktu mulai ditutup). KA.......... .
(nomor KA) adalah kereta api pertama yang
akan melalui jalur kiri setelah KA ........... (nomor
KA) masuk A. (r1)
Penu l isa n dalam buku WK.
A. jalur hulu/hilir A-8 ditutup... ....... (waktu
mulai ditutup). ka.... (nomor KA) adalah KA
pertama yang akan melalui jalur kiri setelah ka
..... (nomor KA) msk A. 8. (r1a)
13 15
A
Gambar 70
dan (26);
d) Pada persinya lan elektrik, kereta api hanya boleh berjalan
berturut-turut dari stasiun ke stasiun;
e) Pada persinya lan mekanik, kereta api ha nya boleh berjalan
berturut-turut dari stasiun ke stasiun, dari stasiun ke blokpos,
dan blokpos ke blokpos, ata u dari blokpos ke stasiun;
catatan : dalam keadaan tersebut, blokpos berubah status
sebagai seinpos.
f) Bentuk perinta h BK sebaga imana pada ayat (7) h u ruf b juga
meru pa ka n izin bagi masinis u ntuk melewati sinyal keluar jalur
kanan ya ng tida k dilaya n i sebaga imana pada butir b).
g) Kereta api yang berjalan mela l u i jalur kiri harus berhenti:
1. di m u ka tanda batas berhenti jalur kiri (sem boya n 8D) ya ng
terletak sejajar denga n sinyal masuk jalur ka nan;
2. di m u ka sinya l blok dan sinya l jalan silang yang berlaku
u ntuk jalur yang tidak dila l u i;
3. di m u ka wesel jalur simpang di jalan bebas.
h) Kereta a pi hanya boleh meneruskan perjalanan melewati sinyal
ata u tanda sebaga imana pada butir g) a ngka 1 dan 2 setelah
menerima perintah MS (bentuk 92) atau sem boya n 4A
sebaga imana dalam pasa l 49 ayat (6) atau (7), dan hanya boleh
meneruskan perjalanan mela l u i wesel jalur simpang di jalan
bebas sebaga imana pada butir g) a ngka 3, setelah masinis
memastika n ba hwa wesel tersebut dapat dilalui.
( 10) Dalam keadaan hubunga n blok terga nggu, harus dilaku ka n pertu kara n
warta kereta api untuk semua kereta a pi, ba ik ya ng berjalan pada ja l u r kiri
maupun yang berjalan pada jalur ka nan, dan semua warta kereta api ya ng
disam pa ikan harus dita mbah dengan kata-kata ''jalur kanan" ata u ''jalur
kiri" di belaka ng nomor ata u sebuta n kereta api sebaga imana dalam pasal
37 ayat ( 14), (20), dan (26);
( 11) Dalam keadaan hubunga n blok dan telepon a ntarstasiun terganggu secara
bersamaan berlaku ketentuan sebaga imana dalam pasa l 36 Sub-B.
( 12) Dalam keadaan hubungan blok, telepon a nta rstasiun dan telepon PK
terganggu secara bersa maan.
a. Ppka di kedua stasiun pada peta k jalan, jika mu ngkin, da pat
mempergunakan alat komunikasi lain untu k menca ri keteranga n
tenta ng perjalanan kereta api di peta k jalan ya ng bersa ngkuta n;
b. U ntuk pengatura n perjalanan kereta a pi, berlaku ketentuan
sebaga imana dalam pasa l 36 Su b-C.
Paragraf 3
Berjalan Jalur Tu ngga l Sementa ra
Pasal 85
(1) Ketentuan "berjalan jalur tu nggal sementara", ditetapka n dengan
makl umat perjalanan kereta api.
(2) Da lam maklu mat perjalanan kereta a pi sebagaimana pada ayat ( 1)
ditetapka n :
a. jalur di jalan bebas yang dila l u i;
b. penambahan peratura n perjala nan;
c. persilanga n dan penyusulan ya ng terjadi;
d. wa rta kereta a pi harus disa mpaika n u ntuk setiap a ra h;
e. peru bahan susu nan dan pemakaian pera lata n persinya lan berikut
penetapan sinya l utama pada jalur ya ng ditutup berlaku u ntuk kereta
api ya ng berjalan pada jalur ya ng dipergu naka n;
f. penetapan jalur ya ng dila l u i di stasiun; dan
g. penetapan lain ya ng diperl ukan bagi kesela mata n perjalanan kereta
api.
Bagian Kelima
Berhenti Luar Biasa di Stasiun
Pasa l 86
( 1) Kereta a pi ha nya boleh berhenti di tempat ya ng telah ditetapka n dalam
peratu ran perjalanan.
(2) Selain di tempat sebaga imana pada ayat ( 1), kereta api ha nya boleh
diberhentika n luar biasa di stasiun, a pabila:
a . atas perintah ata u seizin Pimpinan Daera h mela l u i Ppkp kepada Ppka;
b. telah diteta pkan dalam PTDO;
c. u ntuk menghindari kecelaka a n;
d. ka rena kerusakan prasara na da n/ata u sarana; atau
e. ka rena peristiwa luar biasa
(3) Untu k memberhentika n luar biasa sebaga imana pada ayat (2), Ppka harus
melakuka n tindakan sebaga i berikut.
a . Di stasiun denga n peralatan persinyalan meka nik:
1) memperta hanka n sinya l keluar pada semboya n 7;
2) mem perlihatkan semboyan 3 d i tem pat yang dikehendaki
lokomotif harus berhenti;
3) mem perlihatkan semboyan 2B pada wesel uju ng ya ng a ka n dilalui
kereta a pi datang;
4) memperta hanka n sinya l masuk pada sem boya n 7.
Setelah Ppka mendenga r semboyan 35 yang dibu nyikan oleh masinis
berkali-ka li, sebagai tanda ba hwa kereta api telah berhenti di muka
sinya l masuk, Ppka diperbolehkan mengubah sinyal masuk tersebut
menjadi semboyan 5 ata u semboya n 6.
Kemudian kereta api berjalan masuk emplasemen dan berhenti di
tempat semboyan 3 dan sinyal keluar tetap pada semboyan 7.
b. Di stasiun denga n peralatan persinyalan elektrik:
1) memperta hanka n sinya l masuk pada sem boya n 7;
2) memperta hanka n sinya l keluar pada semboya n 7.
Setelah Ppka mendenga r semboyan 35 yang dibu nyikan oleh masinis
berkali-ka li, sebagai tanda ba hwa kereta api telah berhenti di muka
sinya l masuk, Ppka diperbolehkan mengubah sinyal masuk tersebut
menjadi semboyan 6 dan tetap mem pertaha nkan sinya l kel uar pada
semboyan 7.
(4) Apabila Ppka sebaga imana pada ayat (3) akan memasu kkan kereta api
mela l u i ta nja ka n ya ng menurut grafik lebih dari 8%0 tidak perlu
memperta hanka n sinya l masuk pada sem boya n 7, denga n ketentuan:
kereta a pi yang berla ku u ntuk kereta api dari ara h berlawa nan berula ng
ulang (hanya pada pera latan persinya lan meka nik).
Masinis yang melihat lenga n sinya l masu k tersebut bergerak-gerak harus
segera menghentika n kereta a pinya. Apa bila kereta a pi baru dapat
dihentikan setelah melewati sinyal masuk, masinis harus menggera kkan
rangkaiannya u ntuk mundur hingga berhenti di belakang sinya l masuk
tanpa memperhatikan indikasi sinya l tersebut. Setelah berhenti, masinis
menu nggu perinta h lebih lanjut dari Ppka .
Bagian Keenam
Ketentuan tentang Kereta Api yang Berhenti di Jalan Bebas atau
Bagian Kereta Api yang Ditinggalkan di Jalan Bebas
Pasa l 87
( 1) Apabila suatu kereta api terpaksa berhenti di jalan bebas ka rena suatu
sebab ya ng bukan karena terta han sinya l uta ma yang menunj u kkan
semboya n 7, masinis harus segera memberita hukan kepada Ppkp perihal
penyeba bnya dan menya mpaika n perlu ata u tida knya lokomotif penolong,
kem udian mencatat dalam Lapka dan melaku kan langka h-langkah sebagai
berikut.
a. Pada petak jalan denga n hubungan blok otomatis tertutup:
1) u ntuk peta k jalan jalur tu ngga l, saat kereta api berhenti, masinis
harus segera memerinta h pemba ntu nya u ntuk memasa ng
sem boya n 3 di belakang dan di m u ka kereta a pi pada jarak 100
meter dan harus da pat terlihat oleh masinis kereta api ya ng
kem u ngkinan data ng dari a rah m u ka ata u belakang paling dekat
dari jarak 600 meter;
2) u ntuk peta k jalan jalur ganda, saat kereta api berhenti, masinis
harus segera memerinta h pemba ntu nya u ntuk memasa ng
sem boya n 3 ha nya di belakang kereta api sebagaimana pada butir
1). Apabila telah dimintakan lokomotif penolong, semboya n 3 juga
dipasa ng di sebelah muka;
3) namun, a pa bila da pat dipastikan bahwa kereta a pi berhenti tidak
lebih dari 5 menit, pemasangan semboyan 3 sebaga imana pada
butir 1) ata u 2) tersebut di atas tidak perlu dilaku ka n .
b. Pada petak jalan jalur ganda dengan h u bu nga n blok otomatis terbuka
(misalnya, pada lintas Ja bodeta bek) :
1) saat kereta api berhenti, masinis harus segera memerintah
pembantu nya u ntuk memasa ng semboya n 3 di belaka ng kereta a pi
pada jara k 50 meter dan harus da pat terlihat oleh masinis kereta
karena mendenga r semboya n SSC ( isya rat ba haya), masinis harus segera
(2) Apa bila kereta api diberhentika n di jalan bebas oleh penjaga perlintasan
Bagian Ketuju h
Tindakan Terhadap Jalur Kereta Api di Jalan Bebas yang Tidak Dapat Dilalui
atau Tidak Dapat Dilalui dengan Kecepatan yang ditetapkan
Pasa l 88
( 1) Setia p pegawai/petugas ya ng mengeta h u i bahwa sebagian dari jalur
kereta api di jalan bebas tida k dapat dilalui, terha lang ata u tida k da pat
dilalui dengan kecepatan ya ng ditetapkan, harus segera melakukan segala
tindakan u ntuk melindungi kereta api yang akan melalui bagia n jalur
tersebut dengan mem perlihatkan semboya n 3 ata u semboya n pembatas
kecepata n.
(2) Pada bagia n ja l u r ya ng tida k dapat dila l u i sebaga imana pada ayat (1) harus
segera ditutup denga n mem perlihatkan semboya n 3 pada kedua arah
pada jara k 500 meter dan dapat terlihat oleh masinis paling dekat dari
jarak 600 meter. Dalam pemasanga nnya, harus mendahul uka n pihak yang
diperkira ka n akan ada kereta a pi ya ng data ng terlebih dahulu.
(3) Pada jalur ganda, apabila jalur sebelahnya terha lang karena kecela kaan,
ja l u r tersebut harus segera dilindu ngi dengan semboya n 3 u ntuk
memberhentika n kereta api ya ng akan melal u i tem pat tersebut.
(4) Pada tempat kecelakaan sebaga imana pada ayat (3) harus segera ditutup
denga n memperl ihatka n semboyan 3 pada kedua a rah pada jara k 100
meter dan dapat terlihat oleh masinis paling dekat dari jara k 600 meter.
Da lam pemasanga nnya, harus mendahul ukan pihak ya ng diperkira kan
aka n ada kereta api yang datang terlebih dahu l u .
(5) Apa bila ditempat yang terhalang sebagaimana pada ayat (3) ada kereta api
yang berhenti, jara k pemasangan sem boya n 3 harus dihitung dari kereta
api ya ng berhenti tersebut.
(6) Masinis yang melihat jalur sebelahnya terhalang ata u ha nya da pat dilalui
denga n kecepata n terbatas sebaga imana pada ayat ( 1), harus
menghentikan kereta a pinya kemudian memerinta hka n kepada
pem ba ntu nya u ntuk melakukan tindakan penga manan dengan memasa ng
semboyan pada jalur tersebut.
(7) Setelah pemasanga n sem boya n dilakukan pada kedua ara h tempat ya ng
membahaya kan sebaga imana pada ayat (6) selesai, masinis boleh
membera ngkatkan kereta apinya u ntuk meneruska n perjalanan setelah
mela porkan kepada Ppkp, dengan memastika n juga tindaka n sebagai
berikut:
a. sem boya n yang telah dipasang u ntuk menutup jalur ya ng terhalang
atau untuk pembatasa n kecepatan harus d ijaga . Jika tidak terdapat
petugas perawata n jalan rel sebaga i penjaga, harus ditunj u k petugas
dari awa k sarana kereta api ya ng ditinggalkan u ntuk penjagaan
tersebut;
b. pada siang hari, semboyan 31 telah dipasa ng pada kereta api yang
meneruska n perjalanannya, sedangka n pada malam hari, mulai dari
sinya l masuk stasiun harus diperdenga rka n sem boyan 39.
Masinis harus mencatat dalam La pka dan memberita huka n juga secara
lisa n kepada kondektur aga r mencatat kejadian tersebut dalam Lkdr.
c. Masinis harus menghentika n kereta a pinya di stasiun perta ma ya ng
didatangi, kem udian masm1s mela l u i kondektur segera
mem beritah u ka n kepada Ppka denga n bentuk pemberita huan tentang
peristiwa luar biasa (bentuk 94) ba hwa sebagian jalan di sebelah peta k
jalan yang ba ru dilewati terhala ng, kereta a pi tidak dapat lewat atau
ha nya da pat lewat dengan kecepatan ora ng berjalan ka ki.
(8) Apabila kereta api yang berhenti tidak da pat meneruska n perjalanan
ka rena jalan terhalang, mas1rns harus segera memerintahkan
pembantunya u ntuk memasa ng semboyan 3 sebaga imana ketentuan pada
ayat (3). Selanjutnya, masinis melaporkan kepada Ppkp dan/atau salah
satu Ppka pada petak jalan ya ng terhalang mela l u i a lat kom u nikasi atau
memerintahka n pembantu masinis menuju ke stasiun terdekat, melal u i
j a l a n yang tercepat, jika mungkin, mempergunakan kendaraan j a l a n raya.
Bagian Kedelapan
Kereta Api Penolong
Paragraf 1
Permintaan Kereta Api Penolong
Pasa l 89
( 1) Apabila kereta api yang berhenti di jalan bebas akan meneruskan
perjalanan ha nya denga n lokomotif sendiri atau lokomotif denga n
sebagian rangkaian, masinis boleh menjalanka n sebagian kereta apinya
dengan tida k memakai ta nda a khiran (sem boya n 21) dan harus memasa ng
sem boya n 3 1 sa mpai stasiun pertama berikutnya . Bagia n kereta api yang
ditingga lkan di jalan bebas harus dilindu ngi denga n semboyan 3
sebagaimana ketentuan dalam pasa l 87. Untuk mengam bil bagia n yang
ditingga lkan tersebut, dipergunakan kereta api penolong.
(2) Apabila kereta a pi ya ng berhenti di jalan bebas tidak dapat meneruskan
perjalanannya (misa l nya, ka rena kerusa ka n atau sebab la in), masinis da pat
memutuska n untuk meminta kereta api penolong.
(3) Perm intaan kereta api penolong oleh masinis disampaika n kepada Ppkp
da n/ata u stasiun terdekat mela l u i radio masinis atau a lat komunikasi lain,
kecua l i apabila permintaan mela l u i kedua a lat kom u nikasi tersebut tidak
da pat dilaku kan, permintaan tersebut disa m pa ika n hanya secara tertul is.
(4) Perm intaan kereta a pi penolong sebagaimana pada ayat (3) diaj u ka n
denga n mempergunaka n bentuk "permintaan kereta a pi penolong"
(bentuk 93) sebagaimana pada lampiran 5, dan harus ditu l is:
a. nomor kereta api ya ng membutuhkan pertolongan;
b. penjelasaan singkat menga pa dibutu h ka n kereta a pi penolong;
c. tempat kereta api ya ng harus ditolong;
d. keteranga n singkat a pa yang harus dibawa oleh kereta a pi penolong;
e. penetapan dari a ra h mana kereta api penolong harus dikirim jika
dalam keadaan memaksa .
Paragraf 2
Ketentuan tentang Kereta Api ya ng Mem butuhkan Pertolongan
Pasal 90
( 1) J ika permintaan kereta api penolong telah diaj u ka n baik secara tertul is
maupun melalui a lat komunikasi, kereta api ya ng membutuhka n
pertolonga n tersebut tidak boleh berpindah tem pat sebelum kereta api
penolong data ng, kecuali apabila kereta api penolong tida k diperl ukan lagi,
denga n ketentua n :
a. telah disa mpaika n pembatalan permintaan pertolongan kepada Ppka
stasiun penerima Kap dan masinis da pat melanjutka n perjalanannya
setelah menda pat izin dari Ppka stasiun di depannya;
b. jika hu bunga n kom u nikasi dengan Ppkp tida k dapat dilakukan, masinis
da pat menja lanka n kereta apinya menuju stasiun terdekat dengan
kecepata n tidak melebihi 5 km/jam ya ng d ida h u l u i dan diikuti oleh
petugas, masing-masing pada jarak minimum 100 meter sa mbil
mem perlihatkan sem boya n 3, yang diperlihatka n di muka dan
belakang.
(2) Pada lintas bergigi, lokomotif tidak boleh dilepas dari ra ngkaian dan
masinis harus teta p tinggal di lokomotif.
(3) Untu k kereta api penu mpang, kondektur tidak boleh meninggalkan kereta
apinya .
Apabila dalam bagian rangka ian ya ng ditingga lkan di jalan bebas tida k
terda pat kereta berisi penu mpang, kondektur diharuska n mengikuti
sebagian kereta api ya ng meneruska n perjalanan.
(4) Lokomotif kereta api penolong harus diga ndengkan pada ra ngkaian kereta
api ya ng ditolong.
Paragraf 3
Tinda ka n Pengenda li/Pengatu r Perjalanan Kereta Api yang Menerima
Permintaan Kereta Api Penolong
Pasa l 91
( 1) Ppkp/Ppka yang menerima perm intaan kereta api penolong harus segera
menga mbil tindaka n u ntuk memenuhi perm intaan tersebut.
(2) Apabila Ppka sendiri tidak m u ngkin memenuhi permintaan tersebut,
permintaan harus segera diteruskan denga n wa rta dan jika perlu, melal u i
telepon ke stasiun yang men u rut petu njuk d a l a m Gapeka akan segera
da pat memenuhi permintaan tersebut.
(3) Apabila kereta a pi ya ng membutu hka n pertolonga n tersebut berhenti
dekat stasiun yang ba ru dilewati, seba iknya kereta api tersebut
dita rik/didorong ke stasiun ya ng baru dilewati dengan kereta api penolong.
(4) Sebaga i kereta api penolong dapat diperg u na ka n :
a. lokomotif yang membawa bentuk permintaan kap;
b. lokomotif cadangan ata u lokomotif la ngsira n;
c. lokomotif kereta api ya ng ada di stasiu n atau ya ng segera a ka n datang,
denga n mempertimba ngka n kepentinga n perjalanan kereta a pi
terse but.
Paragraf 4
Perjalanan Kereta Api Penolong
Pasa l 92
( 1) Kereta api penolong dapat dijala nkan sebagai kereta api yang sudah atau
bel u m diumumkan terlebih dahulu perjalana nnya .
(2) Apabila tidak ada wa ktu u ntuk meneta pka n perjalanan kereta api
penolong, kereta a pi dapat dijala nkan dari stasiun ke stasiun berikutnya
sebagai kereta api ya ng belu m diumu mka n perjalana nnya terlebih da hulu
kepada semua petugas sebaga imana dala m pasal 24 ayat (1) h u ruf b dan c.
(3) Pada petak jalan tempat kereta a pi yang membutu hka n pertolongan,
kecepata n kereta a pi penolong setinggi-tingginya 30 km/jam, kecua l i
kereta api penolong yang terdiri dari lokomotif sendirian diperbolehkan
hingga 45 km/jam.
(4) Perjalanan lokomotif sebagai kereta api penolong yang harus menarik
bagia n kereta api ya ng ditinggalkan di jalan bebas sebagaimana dalam
pasal 89 ayat ( 1) tidak perl u diteta pka n dan diumumka n tersendiri dan
tidak perlu mempergunakan Lkdr dan tabel kereta a pi.
Bagian Kesembilan
Kereta Api yang Putus atau yang Terlihat Tidak Membawa Tanda Akhiran
Paragraf 1
Tindaka n Awak Kereta Api dan Petugas dalam Kereta Api
Pasal 93
( 1) Apa bila rangka ian kereta a pi terputus dalam perja lana n, kedua bagia n
ra ngka ian seharusnya berhenti denga n sendirinya, dan masinis segera
memerinta hkan pem ba ntu nya mengikat semu a rem pa rkir dari kedua
bagian rangka ian tersebut dan memasang stopblok.
(2) Setelah melaku ka n tindakan sebaga imana pada ayat ( 1), masinis segera
mela porkan kepada Ppkp dan memerintah ka n pembantunya u ntuk
melindu ngi kereta apinya denga n semboya n 3 ya ng dipasang di belaka ng
rangka ian.
(3) Apa bila bagian ra ngkaian ya ng terputus sebaga imana pada ayat ( 1)
disebabka n oleh a lat pera ngka i ya ng terlepas:
a. masinis dibantu asisten masinis, kondektur atau Tka berusaha
mera ngka ika n kem ba li rangka ian yang terputus;
b. setelah perangka ian kembali dan percobaan pengereman berhasil
ba ik, kereta a pi dapat melanjutkan perjalanan menuju stasiun pertama
berikutnya setelah mendapat izin dari Ppka melalui Ppkp;
c. masinis dibantu asisten masinis atau kondektur berdasarkan data dari
tempat kejadian berkewajiban melapor kepada KS/Ppka atas kejadian
tersebut dan membuat laporan "kejadian luar biasa" ( Kjlb) kejadian
pada bentuk 94 sebaga imana lampira n 6.
(4) Apa bila bagian rangka ian ya ng terputus sebaga imana pada ayat ( 1)
diseba bka n oleh alat perangka i putus (rusak), masinis harus segera
melaporkan kepada Ppkp sekal igus meminta lokomotif penolong dan regu
perba ikan. Sela njutnya,
a. setelah menda pat izin dari Ppkp:
Paragraf 2
Tindaka n Petugas di Stasiun
Pasa l 94
( 1) Apabila Ppka, penjaga blokpos ata u j u ru rumah sinya l tidak melihat ada nya
tanda akhira n kereta api (semboyan 21) pada kereta a pi yang berhenti
atau berjalan la ngsu ng maka kereta api tersebut harus diangga p terputus.
Selanjutnya, u ntuk menjaga keselamatan, harus melakuka n tindaka n
sebagai berikut.
a. Pembukaan blok u ntuk kereta a pi belakangnya tidak boleh dilakukan,
seda ngka n blokpos ya ng seha rusnya setelah kereta api masuk ata u
la ngsu ng melayani peralata n blok, pelayanan tersebut harus
dita ngguhkan hingga menda pat kepastian ba hwa tidak ada nya
sem boya n 21 tersebut buka n ka rena rangkaian terputus.
b. Pada saat hubungan blok terga nggu, kereta a pi tidak boleh diwa rta ka n
masuk.
c. Di l intas jalur ganda a pa bila ada kereta api ya ng a ka n berangkat
melalui jalur kiri, masinis harus diberi bentuk perintah BH (bentuk 90).
d. Memberitahukan perihal tersebut kepada Ppkp u ntuk menghubungi
masinis kereta api ya ng bersa ngkutan dan kepada Ppka stasiun yang
akan dila l u i u ntuk mem berhentika n kereta api tersebut.
(2) Ppka stasiun (misa lnya, B) ya ng mengetah u i ba hwa pada kereta a pi yang
langsu ng tida k terlihat semboyan 21 harus berupaya mem berhentikan
kereta api tersebut denga n melakukan tindaka n sebagai berikut.
a. Menya mpaikan hal tersebut denga n wa rta kepada Ppka stasiun di
belakangnya ya ng baru dilewati (misa lnya A) sebaga i berikut:
Ppka 8 : Ppka A, KA ...... (nomor KA) langsung di 8 tidak
memakai semboyan 21 tahan semua kereta
api. (sa1)
Penu l isa n dalam buku WK.
A. ka ........ (nomor KA) langsung tidak memakai
dipasa ng semboyan 21, warta sa2 sebagaimana pada ayat (2) dapat
dijawab sebaga i berikut:
Ppka C : Ppka B, kereta api berikutnya boleh berjalan (sa3)
Penu l isan dalam buku WK.
B. ka berikutnya boleh berjalan. C. (sa3a)
Kereta api tersebut oleh Ppka stasiu n B boleh diwa rtaka n masuk ke
stasiun A ata u pem buka a n blok unt u k kereta api berikutnya boleh
dilaku ka n .
b. Apabila dalam pemeriksaan ternyata, ba hwa tidak ada nya sem boya n
21 ka rena sebagia n rangka ian kereta api terputus, Ppka harus
melakuka n tindakan sebaga i berikut.
1) Apabila bagia n ya ng terputus tersebut menggelu ndung kemba l i,
Ppka pertama ya ng mengeta hu inya harus segera memberita hukan
kepada
digulung.
Apabila dalam bagian tersebut terda pat penum pa ng, jika perlu,
Ppka harus mengatur perja lanan selanjutnya .
c. melaporka n kepada Ppkp tentang tindakan ya ng telah dilaku ka n
sebagaimana pada h u ruf a atau b
(5) Apa bila kelihata n ata u berdasa rka n ka bar ya ng diterima ternyata, bahwa
bagian kereta api ya ng terputus berhenti di jalan bebas, bagia n tersebut
dalam la poran warta (bentu k 142), seda ngka n warta dinas (bentuk 131)
(6) Semua wa rta harus ditu lis dalam buku WK, d iberi nomor, dan dicatat
Bagian Kesepuluh
Perjalanan Kereta Api ke Tempat Halangan di Jalan Bebas dan Kembali
Pasal 95
( 1) Apa bila pada peta k jalan yang terhalang penerusan angkutan kereta api
masih da pat dilaku ka n dengan pemindahan angkutan di tempat hala ngan,
kereta api dapat dijala nkan di a ntara kedua stasi u n ke tempat halanga n.
(2) Selama sistem pengenda lian perjalanan kereta a pi terpusat ( P K) berfu ngsi,
penu njukka n kereta api u ntuk pemindahan angkutan diatur oleh Ppkp.
(3) Selama pada peta k jalan ada halangan, la ngsiran kelu a r tanda batas
gerakan la ngsir tidak diperbolehkan.
(4) Perjalanan kereta a pi ke tempat hala ngan sebaga imana pada ayat ( 1)
dilaku ka n dengan ca ra sebagai berikut.
Warta kereta a pi sebaga imana pada ayat (4) h u ruf e dika barkan a ntara
Ppka di stasiun sementara tersebut dan Ppka kedua stasiun, kata-kata "ke
(8)
Bagian Kesebelas
Pengalihan Perjalanan Kereta Api
Pasa l 96
( 1) Perjalanan kereta api da pat dialihkan a pabila terjadi rinta ng jalan pada
ja l u r kereta api ya ng aka n dila l u i dan taksira n lamanya rintang jalan
ditam ba h waktu sisa perjalanan sesuai peratu ra n perjalanan mulai dari
stasiun persimpanga n melebihi waktu pengalihan perjalanan memuta r.
(2) Pengatura n perjalanan kereta api sebagaimana pada ayat ( 1) diatur
dengan :
a. Malka rintang jalan (rinja) yang berlaku sesuai denga n masa
berlaku nya Gapeka .
b . Warn u ntuk mengu mumka n perjalanan men u rut Malka rinja serta
meneta pka n dan mengu mumka n kereta api luar biasa (klb)
persa mbungan.
(3) Perjalanan kereta api yang dial ihka n ka rena adanya rinja, diatur sebagai
berikut.
a. U ntuk kereta api anta r daerah, penga lihan perjalanan kereta api
diteta pka n oleh Direksi, seda ngka n pengendalian perjalanan kereta api
dilaksa nakan oleh PK Pusat.
b. U ntuk kereta a pi dalam satu daerah, pengatura n perja lanan kereta a pi
diteta pka n oleh Pimpinan Daera h, seda ngka n pengenda lian perjalanan
kereta api dilaku ka n oleh PK Daera h .
c. Sesuai denga n Peratura n dan ta mbaha n dinas operasi ( PTDO);
d. Apa bila masinis tida k mempunyai ketera ngan kecaka pan pema haman
lintas (0.63) u ntuk l intas ya ng aka n dija lani, masinis harus didampingi
penu nj u k jalan.
(4) Perubahan perjalanan kereta api dari perjalanan kereta api sesuai
peratu ran perjalanan menjadi perjalanan kereta api ya ng dialihka n,
dilaksanaka n denga n pertimba ngan, a ntara lain, sebagai berikut.
a. Pemindahan angkutan (overstapen) sulit dilaksa naka n karena situasi
la pangan dan terbatasnya sarana.
b. Tela h diperoleh kepastian tenta ng "ta ksira n lamanya rinja" ( LR) dari
Pimpinan Daera h.
c. Apabila diperkira ka n "wa ktu sisa perj a lanan sesuai peratura n
perjalanan m u l a i stasiun persimpa ngan" (WG) dita mbah taksira n
lamanya rinja ( LR) lebih lama dari "waktu penga l ihan perjalanan" (WP)
atau WG + LR > WP, diputuskan perjalanan kereta api dialihkan
(contoh perhitu ngan dapat dil ihat pada lam piran 7).
(5) U ntuk kereta api ya ng terpera ngkap rinja dapat diambil a lternatif tindaka n
sebaga i berikut:
a. menu nggu rinja selesa i;
b. kereta api mundur kembali ke stasiun yang dapat mengal ihkan
perjala nan; atau
c. pemindahan angkutan.
Hal itu ditentu ka n menurut situasi dan denga n mem pertimba ngka n
efisiensi.
(6) Sebagai panduan pengalihan perjalana n, dibuatka n petunj u k pela ksa naan
(ju klak) penga lihan perjalanan kereta api ya ng d iteta pka n oleh Direksi.
BAB VI
KETENTUAN PERJALANAN KERETA API PADA WAKTU KERJA TUTUP
Bagian Kesatu
Ketentuan Umum
Paragraf 1
Peta k Jalan Dinas Tutup dan Sta siun ya ng Terkait
Pasa l 97
( 1) Petak jalan dinas tutup dinyatakan dalarn Ga peka denga n kode tertentu .
(2) Pada peta k jalan j a l u r ganda, kedua j a l u r (hilir dan h u l u ) ditetapkan
sebagai peta k jalan dinas tutu p dalarn waktu bersa rnaan.
(3) Petak jalan dinas tutu p sebaga irnana pada ayat ( 1), pada l intas jalur
tu nggal rnaupun jalur ganda ha nya dapat dilaku ka n apabila peralata n
persinya lan di stasiun-stasiun tutu p dilengkapi denga n fasilitas dinas tutup
terrnasuk anak kuncinya.
(4) Stasiun-stasiun pada peta k jalan dinas tutup ya ng terletak di a nta ra stasiun
batas selarna dinas tutup disebut stasiun tutup, da pat dipergunakan
sebagai perhentia n.
(5) Kereta api ya ng berhenti di perhentia n sebagairnana pada ayat (4) diatur
dalarn peratura n tarnbahan dinas operasi ( PTDO), terrnasuk u ntuk
pelayanan dan ketertiban naik turun penu rnpang.
(6) Petak jalan dinas tutu p yang dinyataka n dalarn Ga peka da pat diperpanjang
atau diperpendek denga n peneta pa n dalarn PPK atau Wa rn, selarna ata u
sebagian dari dinas tutu p.
(7) Mernperpendek "peta k jalan dinas tutup" sebagairnana pada ayat (6)
da pat rnenyebabka n ada nya stasiun batas baru yang disebut stasiun batas
sernenta ra, seda ngka n rnernperpanjang peta k jalan dinas tutup selain
rnenyeba bka n adanya stasiun batas baru juga rnenghapuska n stasiun
batas biasa.
Mernperpa njang "peta k jalan dinas tut u p" sebaga irnana pada ayat (7),
berarti rnengga bungkan dua petak jalan d inas tutu p yang berbatasan atau
(8)
satu peta k jalan dinas tutup dengan sebagia n petak jalan dinas tutup ya ng
berbatasan, ya ng diteta pkan dalarn PPK ata u Wa rn dan u rn u rn nya
dilakukan u ntuk efisiensi pegawa i.
(9) Mernperpa njang "petak jalan dinas tut u p" sebagairnana pada ayat (7)
tidak boleh dilaku ka n apabila:
Paragraf 2
Waktu Kerja Stasiun
Pasal 98
( 1) U ntuk urusan perjalanan kereta a pi, waktu kerja buka dan waktu kerja
tutup diteta pkan dalam PTDO berdasa r Gapeka .
(2) Selama wa ktu kerja tutup berlaku, semua stasiun batas biasa tetap buka,
dan semua stasiun dia ntara stasiun batas biasa jika tida k menjadi stasiun
batas sementa ra atau stasiun batas luar biasa harus tutu p.
(3) Tia p-tia p stasiun batas biasa, stasiun batas sementa ra, dan stasiun batas
luar biasa harus mengetah u i ada nya stasiun batas luar biasa ya ng dibuka
pada wa ktu kerja tutup, dan da pat diketa hui dari wa rta permulaan dinas
sebaga imana dalam pasa l 99.
(4) Stasiun batas sementa ra memulai dan mengakhiri dinas pada saat yang
ditetapka n dalam PPK dengan cara ya ng diteta pka n sebaga imana dalam
pasal 100 dan pasa l 102.
(5) Stasiun batas luar biasa memulai dan menga khiri dinas dengan cara ya ng
ditetapka n sebagaimana dalam pasal 100 dan pasal 102.
(6) M u l a i permulaan wa ktu kerja tutup, stasiun yang seha rusnya tutu p tetapi
bel um dapat tutup, harus tetap buka sebagai stasiun batas luar biasa .
Sela njutnya, stasiun tersebut hanya dapat tutup dengan cara ya ng
ditetapka n sebagaimana dalam pasal 100 dan pasal 108.
Paragraf 3
Waktu Permulaan dan Akhir "Dinas Tutu p" pada "Petak Jalan Dinas Tutu p"
Pasa l 99
( 1) Waktu permulaan "dinas tutup" pada "peta k jalan dinas tutup" jalur
tu nggal maupun ja l u r ganda ditetapka n dalam PTDO berdasar Ga peka .
(2) Sebaga i pedoman untuk meneta pka n waktu permulaan "dinas tutu p"
adalah sebaga i berikut.
a. U ntuk petak jalan yang terda pat 1 (satu) stasiun tutup:
1) stasiun B harus sudah selesa i m elaku ka n hubunga n blok ata u
pertukara n wa rta kereta api untuk kereta api tera khir sebelum
dinas tutup denga n stasiun batas paling lambat 10 menit sebelum
dinas tutu p, ata u
2) stasiun B harus sudah selesai melayani peralatan dinas tutup serta
hubungan a nta r stasiun batas berfu ngsi dengan baik, paling lambat
10 menit sebelum kereta a pi perta ma dinas tutu p bera ngkat
menuju peta k jalan dinas tutu p.
Conteh:
Pada ga mbar 71:
apabila pada petak jalan
A
. .
Gamba r 71
1. Stasiun B harus selesai melakuka n hu bunga n blok atau
pertuka ran warta kereta a pi, u ntuk kereta a pi tera khir sebelum
dinas tutup paling lambat puku l 13.50
2. stasiun B harus sudah selesa i melayani pera lata n dinas tutu p
serta hubunga n a ntara stasiu n batas A dan stasiun batas C
berfungsi dengan baik pa ling la mbat pukul 14.00.
b. U ntuk petak jalan dinas tutup ya ng terdapat bebera pa stasiun tutup,
pela ksa naan dinas tutu p dilakukan dengan ca ra beru ruta n dari salah
satu stasiun batas dan masing-masing harus memenuhi ketentuan
sebaga imana pada huruf a ayat ini.
Conteh:
Pada ga mbar 72: A t :i----
Apabila petak jalan A-D
__...._____.,...____2
_· �-
(3) Waktu mengakhiri dinas tutup u ntuk memulai dinas buka pada jalur
tu nggal maupun ja l u r ganda diatu r sebaga i berikut.
a. diteta pka n dan diumu mka n dalam PTDO, PPK ata u Warn.
b. Sebagai pedoman untuk meneta pkan waktu akhir "dinas tutu p" adalah
sebaga i berikut.
1) stasiun batas harus sudah selesa i melaku kan hu bunga n blok ata u
pertukara n wa rta kereta api untuk kereta api terakhir dinas tutup
paling lambat 10 menit sebel um dinas buka; atau
2) harus sudah selesa i melaya n i pera lata n dinas tutu p serta hubunga n
dengan stasiun buka di kedua piha k berfu ngsi dengan ba ik, paling
lambat 10 menit sebelum kereta a pi pertama dinas buka .
c. Pada peta k jalan ja l u r ganda, kedua j a l u r (hulu dan hil ir) ditetapka n
saat wad stp ya ng bersa maan.
Paragraf 4
Akhir Dinas Stasiun
Pasal 100
(2) Apabila stasiun B ya ng terletak pada petak jalan dinas tutu p A-C belu m
da pat mengakhiri dinas pada saat perm u l a a n dinas tutup, stasiun tersebut
harus teta p buka sebaga i stasiun batas l u a r biasa.
Paragraf 5
Pem buka a n Stasiun Batas Sementa ra da n Stasiun Batas Lua r Biasa
pada Waktu Kerja Tutup
Pasal 101
( 1) Apabila stasiun tutup B pada petak ja l a n dinas tutu p A-C, setelah tutup
harus dibuka lagi sebagai stasiun batas sementara ata u stasiun batas luar
biasa, stasiun tersebut harus menyampa ika n warta bt1 menggu nakan
telepon PK melalui Ppkp kepada Ppka stasiun batas biasa A yang ditunj u k
untuk mem berika n wa rta akhir dinas buka sebaga i berikut.
Ppka 8 : Ppka A, dapatkah 8 buka kembali pukul...... (waktu
Apabila Ppka A pada peta k jalan dinas tutup lintas jalur tu ngga l ber
8. setuju ..... (waktu jawab) A. (bt2a)
keberata n ka rena seda ng sibuk, warta bt1 dari B harus dijawab denga n :
Apabila Ppka A telah menya m paikan warta bt2 dan Ppka B telah
8. tunggu ..... (waktu jawab) A. (bt3a)
Paragraf 6
Pembukaan Stasiun u ntuk "Waktu Kerja Buka" pada Akhir "Waktu Kerja Tutu p"
Pasa l 102
A. Stasiun Tutup
( 1) Apa bila stasiun B pada peta k jalan dinas tutup A-C aka n melakukan dinas
buka sesuai denga n waktu ya ng ditetapka n dalam PTDO, Ppka stasiun B
harus melakukan tindaka n :
a. Sebelum dinas buka, Ppka stasiun B harus melapor seka ligus
mem beritah u ka n maksudnya u ntuk buka m ela l u i telepon PK kepada
Ppkp, dengan cara sebagai berikut:
1) Ppka stasiun B melapor kepada Ppkp denga n warta wbl :
Ppka 8 : Ppkp.... (kode Ppkp), dapatkah 8 buka?. (wb1)
Penu l isa n dalam buku WK di stasiun d a n buku Catka di PK.
Ppkp.... (kode Ppkp). 8 buka?. 8. (wb1a)
2) Ppkp menjawab sebaga i berikut.
a) Apa bila Ppkp setuju :
Ppkp..... (kode Ppkp) : ppka 8. Setuju 8uka. pukul..... (waktu
jawab). (wb2)
c. Apa bila Ppka A telah menya mpa ika n warta wb5 dan B menerima wa rta
tersebut, sela njutnya Ppka B segera mempersia pka n dinas buka
sebaga imana dalam Pasal 100 dan Pasa l 108 Su b-A dan B maka
pera lata n persinya lan dikem ba likan dalam posisi awa l, anak kunci
dinas tutu p dicabut, dan sebaga inya sesua i PDPS.
d. Kemudian Ppka B harus menya m paikan wa rta mela l u i telepon
a ntarstasiun kepada Ppka A sebaga i berikut.
Ppka 8 : Ppka A, anak kunci dinas tutup sudah dicabut.
B. Stasiun Batas
(2) Apa bila stasiun batas biasa, sementa ra, ata u luar biasa tidak mengakhiri
dinas selama atau pada a khir wa ktu kerja tutu p, stasiun tersebut teta p
buka u ntuk melakukan dinas, seda ngkan stasiun batas yang menga khiri
dinas karena perpanjanga n petak jalan harus dibuka pada wa ktunya pada
perm ulaan dinas aga r dapat menerima wa rta permulaan dinas dari stasiun
tutup sebagaimana pada Su b-A.
Paragraf 7
Stasiun Batas Biasa Pemeriksa
Pasa l 103
Kewajiban KS/Ppka stasiun batas biasa pemeriksa adalah sebaga i berikut.
a. Memeriksa adanya stasiun ya ng a ka n menga khiri dinas.
b. Memeriksa adanya stasiun ya ng dibuka untuk melakukan dinas.
c. Memberitahukan kepada Ppkp, stasiun batas biasa ya ng berdekatan,
stasiun batas sementara, dan stasiun batas luar biasa jika di a ntara
kedua stasiun batas biasa tersebut ada stasiun ya ng teta p buka sebaga i
stasiun batas luar biasa pada saat petak jala n dinas tutup.
d. Memberitahukan kepada stasiun batas sementara dan stasiun batas
luar biasa ya ng timbul dalam wa ktu kerja tutup tenta ng posisi kereta
api ya ng menuju stasiun-stasiun tersebut.
e. Memberitahukan posisi kereta api yang terakhir pada saat pera l ihan
dinas.
Paragraf 8
H u bu ngan Kom u nikasi a ntara Stasiun Batas
Pasa l 104
( 1) Stasiun batas pada petak jalan dinas tutu p harus dapat berh u bu nga n satu
dan ya ng lain mela l u i pera lata n telekomu nikasi sebaga i berikut.
a. Telepon a nta rstasiu n.
b. Telepon PK mela l u i Ppkp.
(2) Kedua belah pihak stasiun batas pada peta k jalan dinas tutup harus
mencoba dan mengecek telepon a nta rstasiun pada permulaan dinas tutu p
untuk memastikan ba hwa hubungan telepon a nta rstasiun batas berfungsi
dengan ba ik.
(3) Apabila hubungan sebaga imana pada ayat (2) terganggu, dapat dipastika n
ba hwa peralatan persinya lan di salah satu stasiun tutup mengalami
gangguan, Ppka stasiun batas ya ng bersa ngkuta n harus mela porkan
perihal gangguan tersebut kepada Ppkp d a n petugas perawata n sinya l dan
telekomunikasi u ntuk perbaika n nya.
(4) Dalam keadaan sebagaimana pada ayat (3), Ppkp harus memberita hukan
kepada masinis kereta api yang memasuki petak jalan dinas tutup dan
untuk kereta api yang berjalan langsung harus diberhentikan luar biasa
sebagaimana pasa l 86 ayat (3) oleh Ppka stasiun batas u ntuk diberi
perinta h "berjalan hati-hati" pada bentuk 90 sebagaimana lampiran 2.
(5) Tentang terhubu ngnya ata u terganggunya hubungan telepon a ntarstasiun
sebagaimana pada ayat (3) dan (4), harus diberitahukan denga n
menggu nakan telepon PK mela l u i Ppkp kepada kedua Ppka stasiun batas
pada petak jalan dinas tutu p ya ng diperpanja ng denga n wa rta sebagai
berikut.
Ppka... dan...... (nama Ppka dan nama kedua stasiun batas)
telepon antarstasiun terhubung/terganggu pukul...... (waktu
gangguan).
Ppka..... (nama stasiun yang melaporkan) (gt1)
Bagian Kedua
Menetapkan, Mengumumkan, dan Membatalkan Perjalanan Kereta Api
Paragraf 1
Peratu ra n Perjalanan
Pasal 105
( 1) Pada petak jalan dinas tutu p perjalanan kereta api luar biasa ditetapka n
oleh Pimpinan Daerah dalam wilayahnya, dan u ntuk perjalanan antar
daera h diteta pkan oleh Direksi.
(2) Penetapan perjalanan kereta api luar biasa pada petak jalan dinas tutup
sebagaimana pada ayat ( 1) dengan Wa rn harus dilakukan pada wa ktu nya
dan secepat-cepatnya aga r semua pihak terkait sudah dapat mengeta hui
sela m bat-la mbatnya pada hari dinas buka sebel u m dinas tutup stasiun
yang bersa ngkutan.
(3) Perjalanan kereta api penolong pada peta k jalan dinas tutup ha nya boleh
ditetapka n untuk tia p peta k jalan dinas tutu p oleh salah satu dari kedua
belah pihak stasiun batas setelah berkoordinasi dan mendapat
persetuju a n dari Ppkp.
(4) Perjalanan konvoi pada peta k jalan dinas tutu p hanya boleh diteta pka n
oleh stasiun batas u ntuk salah satu petak j a l a n sejauh petak jalan dinas
buka di kedua belah pihak stasiun batas tersebut.
(5) Dalam PTDO sem ua stasiun tutu p da pat dipandang sebaga i perhentia n.
Oleh karena itu, "ja m la ngsu ng" di stasiun tersebut tidak perlu ditu lis.
(6) Dalam PTDO ditera ngka n stasiun tempat peralihan dinas buka ke dinas
tutup dan dinas tutu p ke dinas buka dan juga ditera ngkan stasiun batas
sementara ya ng harus melakuka n dinas denga n diberita h u kan batas
wa ktunya .
Paragraf 2
Pengu muman dan Pem bata lan Perjalanan Kereta Api Biasa,
Fakultatif, dan Luar Biasa
Pasa l 106
( 1) Pengu muman dan pem batata lan perjalanan kereta api biasa, fakultatif,
dan luar biasa pada peta k jalan dinas tutu p, selain oleh Pimpinan Daerah,
ha nya boleh diumu mka n dan dibata lka n oleh Kepa la Stasiun batas biasa
yang ditunj u k dalam Ga peka ( KS Warn) sebatas wilaya hnya sebagaimana
ketentuan dalam pasa l 17 ayat (3) huruf d atas persetujuan Ppkp.
(2) Pembata lan perjalanan kereta api pada peta k jalan dinas tutup
sebaga imana pada ayat ( 1) harus dilakukan pada waktu nya dan secepat
cepatnya aga r semua pihak terkait sudah da pat mengeta h u i selambat
lambatnya pada peralihan hari dinas buka sebelu m dinas tutup stasiun
yang bersangkuta n.
(3) Apa bila pada suatu petak jalan dinas tutup a ka n ada perjalanan kereta api
fa ku ltatif/kereta api luar biasa ya ng menurut peratura n perja lanannya
sebagia n dalam wa ktu sesudah pukul 24.00, KS/Ppka harus
mengu mumka n juga kepada petugas perawata n prasa rana dan penjaga
perlintasa n sebaga i pem beritahuan u ntuk perjalanan kereta api
fa ku ltatif/luar biasa pada esok ha rinya melal u i alat komunikasi.
(4) Pengu muman sebagaimana pada ayat (3) dengan wa rta perjalanan
sebaga imana dalam pasal 20 ayat (3) denga n mengganti kata-kata "ha ri
ini" menjadi "ha ri esok" serta harus dicatat dalam buku warta KA.
Bagian Ketiga
Tindakan Terhadap Perjalanan Kereta Api dalam Keadaan
Sesuai dengan Peraturan Perjalanan
Paragraf 1
Pencatata n Wa rta Kereta Api dalam B u ku Warta Kereta Api
Pasal 107
( 1) Ketentuan pemakaian wa rta kereta a pi, selama hubungan blok dalam
kondisi normal maupun dalam kondisi terganggu, pada peta k jalan jalur
tu nggal maupun petak jalan jalur ganda, d iatu r sebaga imana dalam pasal
37.
(2) Untu k kereta a pi ya ng tera khir berjalan pada petak jalan dinas tutu p
disam pa ikan wa rta masuk dari stasiun batas ke stasiun batas, apabila
terda pat stasiun batas sementa ra harus disa mpaikan secara wa rta kkt
melewati semua stasiun batas sementa ra ya ng harus memberi
"pengu la ngan pesa n" juga .
(3) Apabila kereta a pi yang seha rusnya berjalan dalam dinas tutup karena
keterlambata n terpa ksa harus meneruska n perjalanannya dalam dinas
buka, warta masuk di stasiun tempat permulaan perjalanan dalam dinas
buka kereta api tersebut harus disa mpaikan ke stasiun tutup terakhir ya ng
telah buka dan kedua belah pihak stasiun batas.
(4) Semua warta sebagaimana dalam pasa l 99, 100, 101, 102, dan 103 harus
ditulis dalam buku WK, diberi nomor, dan dicatat dalam laporan wa rta
(bentuk 142), seda ngka n wa rta dinas (bentuk 131) tidak dipergu naka n .
Paragraf 2
Pengamanan Perjalanan Kereta Api di Stasiun
Pasal 108
a. jalur simpan, dihalangi denga n pelalau, perinta ng, stopblok, ata u wesel
pemisah dari jalur kereta api dan dalam keadaan terkunci serta rem
pa rkir setia p kereta/gerbong harus terikat keras;
b. sa lah satu jalur uta ma, jalur langsir ata u jalur lu ncu r, rem pa rkir setiap
kereta/gerbong/dresin sudah terikat keras dan roda-nya telah diga njal
dengan stopblok serta ujung kereta/gerbong/dresin ya ng dekat wesel
tidak melampaui tanda batas rua ng bebas;
(2) Semua wesel pada ja l u r utama yang disiapka n u ntuk kereta api langsung
dan semua wesel jaga sa mping harus dalam keadaan terku nci (tersekat
ata u dika ncing) sesua i dengan PDPS stasiun ya ng bersa ngkutan.
(3) Ana k ku nci pengikat ku nci dinas tutu p dan anak kunci lain yang
diperguna ka n u ntuk mengunci peralata n persinya lan dan pera lata n luar
pada saat dinas tutup harus disimpan dalam lemari atau laci ya ng terkunci.
Ana k kunci tersebut disimpan oleh Ppka yang melakuka n dinas stasiun
buka . J ika dinas stasiun buka dilakukan oleh Ppka la in, Ppka stasiun buka
harus memakai ku nci duplikat ya ng disimpan olehnya.
(4) Pintu perlintasa n di emplasemen ya ng dijaga selama dinas buka dan pintu
perlintasa n yang dilaya ni dari ja u h, selama dinas tutu p, harus dijaga dan
dilaya n i menurut ketentuan ya ng berlaku.
C. Kereta Api terhadap lndikasi Sinyal Uta ma pada Petak Jalan Dinas Tutup
(8) Pada peta k jalan jalur tu ngga l, di stasiu n denga n peralata n persinya lan
mekanik, sinya l masuk dan sinya l kelu a r ya ng telah menunj u kkan
semboya n 5 dalam dinas tutu p pada peta k jalan dinas tutup tida k berlaku
bagi kereta api ya ng berjalan dari pihak sebaliknya. Oleh ka rena itu,
masinis tida k perl u menghira ukan sinyal yang men u njukkan semboyan 5
tersebut dan boleh berjalan terus denga n kecepata n yang ditetapkan.
Ketentuan tersebut ha nya berlaku sampai saat kereta api mulai berjalan
pada dinas buka.
(9) Apabila dalam perjalanan menghadapi sinya l uta ma di stasiun tutu p ya ng
men u nju kkan sem boyan 7, masinis harus menghentika n kereta a pinya di
muka sinyal uta ma yang dihadapi dan memperdengarkan sem boya n 35.
Apabila tidak berhasil,
a. masinis memerinta hkan pembantunya untu k menghubu ngi Kepa la
Stasiun ya ng bersa ngkuta n;
b. setelah masinis menda pat perintah MS ata u semboyan 4A
sebaga imana dalam pasal 49 ayat (6) atau (7), kereta api
diperbolehkan melewati sinya l uta ma yang menunjukka n semboya n 7
u ntuk melanjutkan perjalanannya menuju stasiun;
c. a pa bila Kepa la Stasiun tidak ada, m asinis segera memberitah u ka n
keadaan tersebut kepada Ppkp d a n setelah mendapat persetujuan dari
Ppkp kereta api dapat melanjutka n perjalanannya menuju stasiun.
( 10) Apabila tindaka n sebagaimana pada ayat (9) h u ruf c tidak berhasil, masinis
da pat bertindak menurut keadaan, m elewati sinya l uta ma ya ng
men u nju kkan indikasi "berhenti" u ntuk melanjutka n perjalanan sa mpai
stasiun batas pertama dengan kecepatan tidak melebihi 5 km/jam. Masinis
men u nj u k seorang pembantu nya untuk berjalan di depa n kereta api pada
jara k 100 meter guna memperlihatka n "isyarat berhenti" (semboyan 3)
kepada masinis kereta api yang kemu ngkinan datang dari a rah
berlawanan.
( 11) Apa bila di suatu stasiun masinis ragu-ragu terhadap indikasi sinya l uta ma
pada persinya lan mekanik, ata u menghadapi sinyal uta ma yang padam
pada persinyalan elektrik, masinis harus menga mbil tindaka n terberat
denga n menghentika n kereta a pinya di m u ka sinyal utama yang dihadapi
dan memperdengarkan sem boya n 35 u nt u k meminta perhatian.
Sela njutnya, masinis melaku ka n tindaka n sebagaimana pada ayat (9) ata u
(10).
( 12) Apa bila kejadian sebaga imana pada ayat (9), ( 10), ata u ( 11) diseba bkan
oleh pera lata n persinya lan di stasiun ya ng bersangkutan mengalami
gangguan, stasiun tersebut harus tetap buka sebagai stasiun batas luar
biasa setelah Ppka stasiun tersebut berkoordinasi denga n Ppka stasiun
kedua pihak dan melapor kepada Ppkp.
Paragraf 3
Tindaka n u ntuk Tertib Perjalanan Kereta Api di Jalan Bebas
Pasa l 109
A. Pemeriksaan Jalur
( 1) Pada peta k jalan dinas tutu p, petugas pemeriksa jalur yang bersa ngkutan
harus melaku ka n pertukara n buku "pas jalan antara" antara petugas
pemeriksa jalur dan petugas pemeriksa jalur dari a rah yang berlawanan di
suatu tem pat pertemuan pada kilometer ya ng ditentuka n, sebaga i bukti
ba hwa petak jalan atau sebagia n peta k ja l a n di belaka ngnya telah
diperiksa .
E. Perjalanan Lori
(5) Lori tidak boleh dijala nkan pada petak ja l a n dinas tutup selama dinas tutu p
berlaku.
Bagian Keempat
Tindakan terhadap Perjalanan Kereta Api
dalam Keadaan Tidak Sesuai dengan Peraturan Perjalanan
Paragraf 1
Pemindahan Persila ngan dan Penyusulan
Pasal 110
( 1) Apabila terjadi keterlambata n suatu kereta a pi, sehingga persilanga n ata u
penyusulan yang seharusnya terjadi pada saat dinas buka tetapi akan
terjadi pada saat dinas tutup maka persilanga n ata u penyusulan ha nya
da pat dipinda hka n di salah satu stasiun batas biasa.
(2) Apabila pemindahan persilanga n atau penyusulan kereta a pi melewati
dinas tutup sebaga imana pada ayat ( 1), kedua kereta a pi ya ng bersilang
atau menyusul tetap harus diberhentika n luar biasa di stasiun batas untuk
diberika n catatan mengenai dinas tutup.
(3) Pada peta k jalan ja l u r tu ngga l, apabila terjadi keterlam bata n perjalanan
kereta a pi sehingga mendekati waktu kerja tutup maka u ntuk membatasl
keterla m bata n, Ppkp dapat meneta pka n perubahan waktu permulaan
dinas u ntuk stasiun tutu p (wpd stp) dan persila ngan resmi ba ru .
Conteh:
A t
Pada gambar 73:
I
1. A-C sudah berlaku B I
sebagai petak I
II
A 1if .1-
' '"""-___;,;;...1-=
... _,�;.,;;... -�-=r--+=,., ....
21.;._
...;;. _,,..:tp.L......;;;,.
....; ...
+·
- --
I :
B !I : 1--�r=1--1--"----1'-"-'---i1-- --+-""--!----+=- +-----�
-.i --+ +-
il :
- -- -
1
c 1 ·t ��7-....P"--
...., "'""'it' �-- """'"'t- �,...��
.. -- �t--
•
- - - - - --
� .
D * : �....,._._
...._ ...___.
_ 1-4...,_ _.__ �__.--��--
·�
�
Jam Tutu p
.
� .
.. "' - ..
- · - · - - - - · · · Terlambat - · · - · · � · · · · · ·
Gambar 74
Pada ga mbar 74:
1. A-D sudah berlaku sebagai petak jalan dinas tutu p mulai pukul
20.00.
2. KA 10 dan KA 63 men u rut peratura n perjalanan bersilang di stasiun
C. Ka rena kedua KA terlambat, diperkira ka n a ka n terjadi
persila ngan di sa lah satu stasiun ya ng sudah melaksanakan dinas
tutu p, Ppkp harus meneta pkan persila nga n resmi baru di sal a h satu
stasiun batas (stasiun A ata u D), misalnya, di stasiun A;
3. Ppkp memerinta hka n u ntuk memberikan catata n dalam La pka dan
Lkdr:
a. Kepada Ppka D untuk mem berhentikan luar biasa KA 63 di D
ba hwa stasiun C dan B sebaga i stasiun tutu p dan stasiun C
berfungsi sebaga i perhentian.
b. Kepada Ppka A u ntuk mem berhentika n luar biasa KA 10 bahwa
stasiun B dan C sebaga i stasiun tutup.
(5) Apabila dua kereta a pi yang harus melakuka n penyusu lan di suatu stasiun
dengan perkira a n keterlambata n sama, yang sela njutnya diperkiraka n
kedua kereta a pi tersebut akan melaku ka n penyusulan setelah stasiun
tersebut melaksa naka n dinas tutup, Ppkp meneta pkan penyusulan ba ru di
stasiun batas.
Conteh :
A t :�7-----.-�....... -....-.-
.. -----1---
11 -.---..,,.-
... · 1__,,,...__....,.
--2�
I :
iB I : 1---....,....
,,, �... ---,,...- .. 1--\-:=:,.---1-_,.-__,"-f'
... 1---+....-
I :
I :
C I ; 1----P-U#JU.t--�--1--J-M----1--4---J--.11---1--i.
I :
D "'° : 1--��L--P=.J..--'l-1-J!B...--.i---+-----1 - �____.'--"
'i'·
Gambar 75
Pada gambar 75:
1. A-D sudah berlaku sebaga i peta k jalan dinas tutu p mulai pukul
20.00.
2. KA 11 dan KA 9 men u rut peraturan perjalanan melaku ka n
penyusulan di stasiun B. Karena kedua KA terlambat, diperkiraka n
akan tetap terjadi penyusulan di sa lah satu stasiun yang sudah
melaksanakan dinas tutup, Ppkp menetapka n penyusulan resmi
baru di salah satu stasiun batas (stasiun A ata u D), misal nya, di
stasiun D;
3. Ppkp memerinta hka n kepada Ppka D u ntuk memberhentika n luar
biasa :
a. KA 11 untu k memberika n catatan dalam Lapka dan Lkdr bahwa
stasiun C dan B sebagai stasiu n tutup dan stasiun B berfungsi
sebaga i perhentian.
Paragraf 2
Berjalan Jalur Kiri
Pasa l 111
( 1) Berjalan jalur kiri ha nya da pat dilaku ka n pada peta k jalan dinas tutup ya ng
jauhnya sama denga n peta k jalan dinas buka.
(2) Apa bila pada peta k jalan dinas tutu p dari stasiu n A sa mpai dengan stasiun
H ya ng meru paka n ga bunga n bebera pa peta k jalan dinas bu ka, salah satu
ja l u r di a nta ra stasiun C dan stasiun D tidak da pat dilalui kereta api maka
kedua stasiun tersebut, selama dinas tutup, harus teta p buka sebagai
stasiun batas luar biasa. Selanjutnya, berlaku ketentuan sebaga imana
dalam BAB V Bagia n Keempat.
Paragraf 3
Kereta Api yang Berhenti di Jalan Bebas, Rinta ng Jalan, dan Perm intaan
Kereta Api Penolong
Pasa l 112
( 1) Apa bila kereta apl yang melewati dinas tut u p memerl u kan kereta apl
penolong, masinis menya m paikan permintaa n pertolonga n tersebut
kepada Ppkp mela l u i radio masinis ata u masinis memerinta hkan salah satu
pem ba ntu nya u ntuk mendatangi stasiun terdekat. Stasiun ya ng menerima
perm intaan pertolongan, jika tutu p, harus dibuka menjadi stasiun batas
luar biasa.
(2) Kereta api penolong yang dim inta tidak da pat dija lanka n sebaga i kereta
api ya ng telah diumumkan perjalana nnya terlebih da hulu. Oleh karena itu,
kecepata n kereta api penolong tersebut tida k melebihi 30 km/jam u ntuk
yang membawa rangka ian dan 45 km/jam u ntuk yang tidak membawa
rangka ian.
(3) Apa bila terjadi "rintang jala n", stasiun tutup pada kedua belah pihak
rintang jalan tersebut harus dibuka sebaga i stasiun batas luar biasa.
Paragraf 4
Tindakan Khusus terhadap Kereta Api ya ng Berjalan di Peta k Jalan Dinas Tutup
Pasal 113
Apabila kereta api ya ng berjalan di peta k jalan dinas tutup ka rena keadaan
mema ksa harus melepaskan gerbong di salah satu stasiun tutu p di tengah
perjalanannya, masinis kereta api tersebut harus berhenti di stasiun tutu p
dan mem berita h u ka n kepada Ppkp tentang renca na melepas gerbong
serta memerintahkan pembantu nya u ntu k menghubu ngi KS. Selanjutnya,
KS yang bersangkutan melaku ka n tindakan sebaga i berikut.
a. Membuka stasiun sebaga i stasiun batas luar biasa men u rut ketentuan
sebaga imana dalam pasa l 101 ayat (3).
b. Gerbong ya ng harus dilepas setelah selesai dilangsir ke sa lah satu jalur
simpan, Kepala Stasiun harus memberitahuka n nya dengan wa rta
melal u i telepon antarstasiun kepada kedua belah pihak stasiun batas
tenta ng adanya gerbong yang dilepas di stasiunnya .
c. Menutup stasiu nnya kem ba li menurut ketentuan sebaga imana dalam
pasal 100 ayat (5).
BAB VII
KETENTUAN TENTANG LANGSIR DI STASIUN DAN DI JALAN BEBAS
Bagian Kesatu
Um um
Pasal 114
( 1) Kegiatan langsira n dilaku ka n u ntuk:
a. menyusun rangka ian kereta a pi;
b. memisa h-misa hkan rangka ian kereta a pi; atau
c. memindahka n kereta-kereta, gerbong-gerbong, atau sarana lain dari
satu jalur ke ja l u r lain.
(2) La ngsira n sebaga imana dimaksud pada ayat ( 1) dapat dilaku ka n di stasiun
atau di tempat lain denga n ketentuan tidak mengganggu perjalanan kereta
api.
(3) La ngsira n sebaga imana pada ayat ( 1) dapat dilaku ka n denga n
menggu naka n :
a. tenaga ora ng;
b. lokomotif; ata u
c. sarana ya ng berpenggerak sendiri (sela in lokomotif).
Bagian Kedua
Pemandu Langsiran
Pasal 115
( 1) La ngsira n di emplasemen stasiun (di l u a r batas emplasemen dipo ata u
ba lai yasa) harus atas perintah Ppka dan pelaksa naanya dipandu oleh
petugas ya ng berhak melakuka n langsira n.
(2) Petugas ya ng berha k memandu langsira n di stasiun sebagaimana pada
ayat ( 1) adalah sebagai berikut.
a. Ppka, Pap, atau petugas langsir ya ng telah mempunya i keteranga n
kecakapan tentang la ngsira n ya ng d iberika n oleh J POD, dan pada
wa ktu melaku ka n langsira n :
1 ) harus mempergunaka n selompret atau alat lain beru pa peralata n
elektronik ya ng da pat memberikan isyarat langsir;
2) Ppka/Pa p harus memakai pet mera h selama melakukan la ngsira n.
b. kondektur, khusus u ntuk kereta apinya sendiri, a pabila Ppka atau Pa p
seda ng menyelesa ika n pekerjaan ya ng tidak dapat ditingga lka n dan
tida k ada lagi petugas yang berha k m elaku ka n la ngsira n, pada waktu
melakukan la ngsira n da pat mempergu nakan suling mulut ata u a lat lain
beru pa peralatan elektronik ya ng dapat memberika n isyarat la ngsir.
(3) Petugas sebaga imana pada ayat (2) dalam u rusan langsir sela njutnya
disebut juru langsir.
(4) Apa bila Pap/petugas langsir dan kondektu r sebagaimana pada ayat (2)
tidak ada, Ppka harus memandu sendiri langsira n dan harus dibantu oleh
petugas stasiun u ntuk meneruskan isyarat la ngsir ya ng diberika n kepada
masinis jika la ngsira n tersebut dikerjaka n j a u h dari tempat pera lata n
persinya lan. Hal tersebut tidak mengu ra ngi ta nggung jawab Ppka terhadap
langsiran ya ng dipimpinnya .
Bagian Ketiga
Pengaturan Langsiran
Paragraf 1
Ketentuan U m u m Langsiran
Pasa l 116
( 1) Apa bila di stasiun dilaku ka n la ngsira n bersama-sa ma di bebera pa tempat,
Ppka harus mengam bil tindakan aga r langsiran tersebut tidak sal ing
merinta ngi dan para juru la ngsir ya ng bersangkuta n harus melaku kan
koordinasi terlebih dahulu.
(2) Ketentuan dalam memberikan perintah langsir adalah sebaga i berikut.
a. Perinta h la ngsir diberikan dengan isya rat langsir sebaga imana diatu r
dalam Peratu ran Dinas 3.
b. Perinta h langsir tidak boleh diberika n apabila sinyal langsir
men u njukka n indikasi "tidak diperbolehka n la ngsir" (semboya n 7B),
kecuali:
1) jika sinyal langsir tersebut terganggu atau padam, j u ru langsir
harus memandu la ngsira n u ntuk melewati sinyal tersebut setelah
mendapat izin secara tertulis dari Ppka;
2) jika bagia n la ngsir harus ditarik kem ba li ke tempat tertentu setelah
mendapat izin secara tertulis dari Ppka; dan
3) untu k menghindarkan ba haya .
c. Apabila tidak tampak jelas indikasinya, sinya l la ngsir harus dia ngga p
sebagai indikasi "tidak diperbolehka n langsir" (semboya n 7B).
(3) Bagian dari la ngsira n harus selalu dianta r a pabil a :
a. didorong;
b. melalui perlintasa n;
c. kereta berisi penu mpang; ata u
d. gerbong berisi binata ng atau bahan berbahaya.
Paragraf 2
Ketentuan Langsiran terhadap Perjalanan Kereta Api
Pasal 117
( 1) Di stasiun, gera ka n langsir kel uar em plasemen ke ara h jalan bebas dibatasi
oleh tanda batas gerakan langsir ya ng dipasa ng pada jarak 50 meter di
belakang:
a. sinya l masuk pada jalur tu nggal;
b. sinya l masuk jalur ka nan pada jalur ga nda;
c. sinya l masuk jalur kiri pada ja l u r ga nda;
d. tanda batas berhenti jalur kiri pada jal u r ganda.
(2) Sebelum kereta api data ng, gera ka n la ngsir harus diberhentika n, kecua l i
apabila la ngsira n dilaku ka n di ja l u r yang tidak terhubung dengan jalur ya ng
akan digunakan u ntuk memasukka n kereta api sehingga tidak
dimungkinka n bersinggunga n dengan kereta api ya ng a kan masuk.
(3) Apa bila ketentuan sebaga imana pada ayat (2) tidak terpenuhi, sel u ru h
gerakan la ngsir harus sudah diberhentika n pada saat kereta a pi datang,
berjalan langsu ng, atau bera ngkat, dan lara ngan tersebut berlaku:
a. Sebelum sinyal masuk diubah menjadi semboyan 5 ata u semboyan 6
hingga kereta a pi berhenti di stasiun ata u berjalan la ngsung mela l u i
wesel tera khir yang dila l u i;
b. Sebelum sinya l kelu a r diubah menjadi semboyan 5 hingga kereta api
melalui wesel terakhir ya ng dilalui.
Paragraf 3
Pelayanan Rem dalam Langsiran
Pasa l 118
( 1) Apa bila la ngsira n tidak lebih dari 5 (lima) kereta/gerbong, pengereman
da pat dilakukan denga n menggu nakan rem lokomotif.
(2) Apa bila la ngsira n lebih dari 5 (lima) kereta/gerbong, pelayanan rem harus
dilaku ka n dari lokomotif denga n rem rangka ian, dengan ketentuan:
a. sedikitnya 20% dari jumlah kereta/gerbong, pengereman harus
berfu ngsi denga n baik;
b. kereta/gerbong ya ng terjauh dari lokomotif pengereman harus
berfu ngsi denga n baik.
(3) Apa bila pelayanan rem dari lokomotif sebaga imana pada ayat (2) tidak
memu ngkinka n, pelaya nan rem dapat dilaku kan oleh petugas langsir
denga n menggu naka n rem pa rkir ya ng terda pat pada kereta/gerbong yang
dilangsir.
Paragraf 4
Pelayanan dan Pengawasan Wesel pada Wa ktu La ngsir
Pasa l 119
( 1) Wesel terlaya n setempat ya ng tidak dika ncing, tidak diku nci, ata u tidak
dilaya ni, pada saat dilalui langsiran dari a ra h uj u ngnya, j u ru langsir harus
memastika n bahwa keduduka n wesel yang akan dila l u i la ngsira n dalam
keduduka n benar dan dalam kondisi baik.
(2) Apa bila la ngsira n a ka n mela l u i bebera pa wesel, pembal ika n wesel dalam
keduduka n yang sesuai denga n a ra h la ngsira n dilakukan mulai dari wesel
yang terjauh.
(3) Pada persinya lan mekanik, setelah langsira n selesai, wesel harus
dikembalika n dalam keduduka n biasa .
Paragraf 5
Merangkai Sa rana
Pasal 120
( 1) Pada waktu melangsir kereta/gerbong, alat perangka i harus digandengka n
dan tidak diperbolehkan ha nya mempergunakan ra ntai penga man sebagai
alat penggandeng.
(2) Setelah langsiran selesai, rangka ian kereta/gerbong harus ditempatka n
tidak melampaui batas ruang bebas dan rem pa rkir harus terikat serta
roda kereta/gerbong diganjal dengan stopblok.
Paragraf 6
Langsiran Melewati Perlintasa n
Pasal 121
( 1) Perlintasa n yang berpintu, jika dilewati langsira n, harus ditutup.
(2) Di perlintasa n ya ng tidak dijaga pada jalur simpa ng, langsiran harus
dida h u l u i oleh seora ng petugas yang ditunjuk masm1s untuk
memperlihatka n bendera mera h pada siang hari dan lentera bercahaya
mera h pada malam hari u ntuk memberhentika n kendaraan jalan raya .
(3) Untu k menjamin kesela matan langsira n ya ng melewati perlintasa n di
halaman pelabuhan, kecepata n langsiran d ibatasi 5 km/jam.
Baglan Keempat
Pengamanan Khusus pada Waktu Langsir
Paragraf 1
Langsir dengan Tenaga Ora ng
Pasal 122
( 1) La ngsir dengan tenaga orang harus dipandu oleh Ppka/Pap dan tida k boleh
dilakukan di tempat denga n ta nja ka n yang lebih dari 2,5 %0.
(2) Bagia n langsir yang dila ngsir denga n tenaga orang tidak boleh lebih dari 8
gandar.
(3) Mela ngsir gerbong denga n tenaga orang tidak diperbolehka n keluar tanda
batas gerakan la ngsir.
Paragraf 2
Langsir Keluar Ta nda Batas Gera ka n La ngsir
Pasa l 123
( 1) Di stasiun pada peta k jalan jalur tu ngga l atau j a l u r ganda, langsir kel uar
tanda batas gerakan langsir ha nya dilakukan dalam keadaan ya ng
mema ksa dan ha nya atas perintah Ppka, serta dicatat dalam Lapka ya ng
bersangkutan ke a rah petak jalan mana tanda batas gera ka n langsir boleh
dilewati,
(2) Catata n dalam Lapka sebaga imana pada ayat ( 1) juga merupakan izin
ba hwa langsiran diperbolehka n melampa u i sinya l masuk, sedangkan u ntuk
kembalinya ke emplasemen tida k perlu mempergu nakan perinta h MS.
(3) La ngsiran kel uar tanda batas gera ka n langsir sebaga imana pada ayat (2)
harus memenuhi ketentuan sebaga i berikut.
a. Untu k emplasemen rangka ian kereta api biasa, langsira n
diperbolehkan bergera k di luar sinya l masuk pada jara k pa ling jauh 250
meter.
b. Untu k emplasemen rangka ian kereta api panjang, langsira n
diperbolehkan bergera k di luar sinyal masuk pada jarak pa ling jauh
1000 meter.
(4) La ngsir melampaui sinyal masuk sebaga imana pada ayat (2) tidak
diperkena nkan pada petak jalan jika:
a. jara knya ku rang dari 2 km, u ntuk kereta api ra ngka ian biasa dan
b. jara knya ku rang dari 4 km, u ntuk kereta api ra ngka ian pa njang.
(5) Di stasiun pada peta k jalan jalur ganda, langsir di ja l u r uta ma sebaiknya
dilaku ka n pada ja l u r berangkat.
(6) Sebelum memperbolehkan langsir keluar ta nda batas gerakan la ngsir,
Ppka harus memastikan bahwa :
a. tidak ada kereta a pi, konvoi atau lokomotif pendorong di peta k jalan
yang a ka n dilalui la ngsira n;
b. bel u m membuka blok ata u belu m menya m pa ika n warta kereta apl
jawa ban kondisi "aman" u ntuk kereta a pi yang a ka n menuju ke peta k
jalan yang aka n dila l u i la ngsira n;
c. petugas penjaga perl intasan dan penjaga jalan silang pada peta k jalan
yang a ka n dilalui la ngsira n telah diberita hu;
d. pengereman bagia n langsir telah dinyata ka n ba ik;
e. telah mela porkan kepada Ppkp tenta ng la ngsira n kel uar tanda batas
gera ka n la ngsir.
(7) Selama ada gera ka n langsir melewati tanda batas gera ka n la ngsir, Ppka
tidak diperbolehka n :
a. membera ngkatka n kereta a pi ke peta k jalan ternpat langsiran tersebut;
b. membuka blok atau memberi jawa ban kondisi "aman" untuk kereta
a pi ya ng aka n menuju ke peta k jalan tern pat la ngsira n tersebut.
(8) Selama langsir melewati tanda batas gera ka n la ngsir, pada telepon
anta rstasiun, pera lata n blok, atau meja pelayanan pera lata n persinyalan di
stasiun tersebut, dipasa ng sekeping pa pan peringatan sebagaimana dalam
pasa l 63 ayat (4).
(9) La ngsira n boleh mengikuti kereta apl ya ng berangkat pada jara k pal ing
dekat 100 meter.
( 10) Pada petak jalan A B, Ppka stasiun B ya ng akan melaku ka n la ngsir keluar
tanda batas gera ka n la ngsir (l lbl) a ra h A harus mewartakan kepada Ppka
-
( 11) Apabila wa rta masuk kereta api ya ng terakhir berjalan dari A ke B ata u
A. I/bl ?.......... (waktu tanya) 8. (ls1a)
( 13) Apa bila la ngsira n melewati tanda batas gera ka n la ngsir telah selesai, Ppka
stasiun B harus memberitahukannya kepada Ppka stasiun A dengan warta
sebaga i berikut.
Ppka B : langsir keluar tanda batas gerakan langsir telah
selesai. Pukul...... (waktu selesai) (ls3)
Penu l isa n dalam buku WK.
A. I/bl selesai............ (waktu selesai) B. (ls3a)
Sebel um warta ls3 diterima, Ppka stasiun A tida k boleh mem bera ngkatka n
kereta api ke stasiun B.
( 14) Setelah selesai kegiatan langsir melewati tanda batas gera kan langsir, Ppka
harus melaporka n kepada Ppkp.
( 15) Pada waktu kom u nikasi antarstasiun mengalami gangguan sebagaimana
dalam pasal 36 Sub-B dan pada wa ktu jalan kereta api terhalang, kegiata n
langsir kel uar tanda batas gerakan la ngsir dilara ng sebaga imana dalam
pasal 95 ayat (3).
( 16) Warta sebagaimana pada ayat (9), ( 10), ( 1 1), dan ( 12) harus ditulis dalam
buku WK, diberi nomor, dan dicatat dalam lapora n wa rta (bentuk 142),
sedangka n wa rta dinas (bentuk 131) tidak dipergunakan.
Paragraf 3
Langsir di Stasiun ya ng Terletak di Tanjakan ata u Mendekati Ta njaka n
Pasa l 124
( 1) Stasiun ya ng terletak di tanjakan ata u mendekati ta njakan, apabila a ka n
melakuka n langsiran k e a ra h j a l a n kereta a pi yang menurun maka u ntuk
mencegah agar kereta/gerbong tidak menggelu ndung keluar tanda batas
gerakan la ngsir, harus memenuhi ketentua n sebagai berikut.
a. La ngsir ha nya boleh mempergunaka n lokomotif;
b. Semua a lat pera ngka i harus digandengkan.
c. Pengereman berfu ngsi dengan baik.
(2) Apa bila kereta api berhenti di stasiun ya ng terleta k di ta njaka n ata u
mendekati ta njaka n, kereta/gerbong ya ng tergandeng di belakang ha nya
boleh dilepas dari rangka ian setelah langsiran d i bagia n m u ka selesa i dan
kereta/gerbong ya ng a ka n dilepas tersebut tel a h direm denga n rem pa rkir
da n/ata u roda kereta/gerbong diganjal dengan stopblok.
(3) Stasiun sebagaimana pada ayat (1) beserta ketentuannya diteta pkan oleh
Pimpinan Daerah.
Paragraf 4
Langsir di Jalur Simpang di Jalan Bebas
Pasal 125
( 1) La ngsir di jalur simpang di jalan bebas, harus dipandu dan dilakukan oleh
kondektur, termasuk pelaya nan a lat penga man jalur simpa ng.
(2) Ketentuan melepas dan mera ngkai a lat perangka i di ja l u r simpa ng, adalah
sebagai berikut.
a. Melepas dan mera ngka i alat pera ngka i harus dilaku ka n setelah
ra ngkaian la ngsira n berhenti betul dan semua rem telah terikat
denga n baik.
b. Melepas dan mera ngka i gerbong oleh Tka hanya boleh dilakukan atas
perintah masinis.
c. Perinta h melepas atau mera ngkai gerbong sebel u m kereta api
berhenti tidak boleh dilaku kan.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 126
( 1) Peratu ra n Dinas 19 Jilid I ini diteta pkan dengan Surat Keputusa n Direksi PT
KERETA API I N DON ESIA (PERSERO) Nomor KEP. U/HK. 215/IX/3/KA-2011
Tangga l 23 Septem ber 2011.
(2) Pengatura n perja lanan kereta a pi untuk lintas cabang diatur dengan
peratu ran tersendiri oleh Pimpinan Daera h mengacu pada peratura n dinas
ini dan disahka n oleh Direksi.
(3) Peratu ra n-peratu ran yang berkaita n dengan u rusan perjalanan kereta a pi
dan u rusan langsir masih tetap berla ku selama tida k bertentanga n
da n/ata u diga nti denga n ketetapan khusus sebaga i perubahan dan
ta mbahan peratura n dinas ini.
Peratu ra n D i n a s ya ng berj u d u l
yang d isusun o l e h
PT Ke reta A p i Indonesia ( Pe rsero)
tel a h d is u n t i n g d e n g a n ka i d a h ba h a sa I n d o n es i a ya n g ben a r.
ad M u rn i·ah, M . ,.,
9 590 9 1 6 1 9 8503 L. 00:7
Lampiran 1
PEMBERITAH UAN
TENTANG PERSILANGAN
---
K 'E R IE TA A PI
( PTP)
PE M I N DAHAN PERSILANGAN
sudah terjadi di
(PD 19 Ji/id I pasal 74). 11
...............................
. . . . . . . . . . . , ......................... 20 ......
Ppka,
..
( )
Bentuk 89 (ta nda ta nga n dan nama)
...................................
No . .............. .
BERJALAN HATl-HATI
M asinis kereta api ...................................................................................................... .
Ppka,
X--------------------------- - -----------------------
No . .............. . Sudah terima :
Masin is,
( . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . )
. . . . . . . . . . . ..
- - - -
Kereta api ............. harus berjalan melalui jalur kiri dari.. . ......... sa mpai.. ............ ..
Sinyal keluar ya ng berindikasi kereta api harus "berhenti" boleh dilalui.
( ................................... )
Bentuk 91 (ta nda tangan dan nama)
. ka n m e I a I u .1 : 11
K ere ta ap1. no. ......... ........................... d"1 1zm
., Sinya l masuk no .................... di .................... pihak .................... .
•' Tanda batas berhenti jalur kiri pada jalur ganda no .......... .
Yang b erin
. d'k
1 as1. ............ ...... .............................. .................. .................
21
11"1� 11
Den g�n
- - - nom
- or ur
· - u ... ...... ,...,.. lint;i)_s,.,,,_ ,,,,, , . , , t...... . . ...... liilir
Ppi.,...
Perhatian : kecepatan kereta api tidak boleh melebihi :
1} 15 km/jam (hubungan blok otomatis terbuka).
2} 30 km/jam (hubungan blok otomatis tertutup).
{ ................................... )
Bentuk 92 {ta nda tangan dan nama)
No . .............. .
Kepada
Ppka
di .................................. .
Sudah terima permintaan kereta api penolong dari masinis kereta api.. . ............... pada
tangga l ...................... 20 ....... .... pukul ............ .
Ppka stasiun/blokpos 11 ........................ ..
( ................................... )
Bentuk 93 (ta nda tangan dan nama)
Kepada
Ppka
di .................................. .
+ ......................
anta ra /........... ........
...... . . . . . . . . . . . .
d iteruskan melalui o :
)
1
telepon PK sbb
2)
3)
surat
kepada . . . . . ..........................................
....................................................
....................................................
....................................................
Catata n
....................................................
,.
Ppka
..... ............ ....... ..
Stasiun ............................. ..
( )
Bentuk 94 (tanda ta nga n dan nama)
................................
Rinja anta ra Ppk-Kya, dita ksir 6 jam sejak pukul 18.00 sehingga
Contoh 1
= 5 jam 39 menit
lama rinja ( LR), sebaga i berikut:
= 9 jam 44 menit
----- +
Jumlah
c.
Rinja anta ra 5mt-Tg, dita ksir 10 jam sejak pukul 08.00 sehingga
Contoh 2
diperkira kan selesai pukul 18.00, misa lnya KA ya ng dialihka n perja lana nnya
KA 1 (KA Argo Bromo Anggrek 5bi-5mt-Gmr).
KA 1 sesuai Ga peka datang 5mt pukul 11.55, berangkat pukul 12.00
Plb 1 5 (5mt-51o) berangkat 5mt pukul 12.20, datang 510 pukul 14.21; dan
Plb 1 52 (51o-Cn) berangkat 510 pukul 14.36 datang Cn pukul 19.42
a. Waktu perjalanan sesuai peraturan perja lanan (WG) ta mbah taksiran
= 3 jam 4 menit
lama rinja ( LR) berikut:
LR ( 12.00 - 18.00)
WG
= 6 jam
----- +
Jumlah = 9 jam 4 menit
c.
selesai pukul 10.00, misa lnya KA yang dia lihka n perjalanannya KA 84 (KA
KA 84 sesuai Ga peka data ng Slo pukul 08.06, berangkat pukul 08. 10;
Sancaka Yk-Sgu).
Plb 84 U l (Slo-Gbn) berangkat Slo pukul 08. 10, data ng Gbn pukul 09.26;
Plb 84 U (Gbn-Klm) berangkat Gbn pukul 09.39 datang Kim pukul 13.53;
Plb 84 U3 ( Klm-Sgu) berangkat Kim pukul 14.03 data ng Sgu pukul 14.36.
dan
= 4 jam 03 menit
lama rinja ( LR) berikut:
----- +
Jumlah = 5 jam 53 menit