Anda di halaman 1dari 242

KER TA API

P1er,at,uran Dinas 1'9


(PD 19)
Jili,d I
A. Urusan Perjalanan Kereta Api
B. Urusan Langsir

EDIS! SEPTEMBER 201 1

Diteta pka n dengan Keputusan Direksi PT KERETA API I N DONESIA ( PERSERO)


Nomor KEP. U/HK.215/IX/3/KA-2011 Ta ngga l 23 September 2011
KATA PENGANTAR
Syukur alha mduli llah Peratura n Dinas 19 Jilid I mengenai urusan
perjalanan kereta a pi dan urusan langsir telah d a pat diselesaikan.
Peratu ran Dinas ini disusun sesuai dengan a manat U nda ng-Undang N emer
23 Tahun 2007 tentang Perkeretaa pian, Peratura n Pemerinta h Nemer 56 Tahun
2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian dan Peratura n Pemerinta h
N emer 72 Tahun 2009 tentang La lu Lintas dan Angkuta n Kereta Api.
Peratura n Di nas i ni tela h mengakemedasi ba hwa:
a. di bebera pa li ntas telah diguna ka n pera lata n persinya l a n elektrik;
b. semua lintas telah menggunakan hubunga n blek;
c. semua lintas telah menggunakan sistem pengendalian perjalanan kereta a pi
terpusat;
d. semua lintas tidak menggunaka n sistem rem tanga n;
e. semua lintas tidak menggunaka n a lat perangkai gance; dan
f. semua lintas tidak menggunaka n lagi telegraf.
Peratura n Dinas ini berlaku pada lintas raya dengan leba r jalan rel
1.067 m m untuk kereta a pi denga n kecepata n maksimum 120 km/j a m .
Peratura n Di nas ini h a rus dipa hami d a n dil a ksanakan eleh seluruh pegawal
PT KERETA API I N DONESIA ( PERSERO) d a la m menjala nka n tugasnya guna
mewujudka n kesela mata n, ketepata n wa ktu, pelaya nan, dan kenya manan
dala m pengeperasian kereta a pi .

Bandung,23 September 2011


PT KERETA API IN DONESIA ( PERSERO)
" ...

!t:r '
Direktur Uta ma


DARMAWAN DAU D
Wa ki l Direktur Uta m a

Direktur Per
dan U m m d a n Kea manan
a ICERETA API INDONESIA
KANTOR PUSAT
(PERSERO)

KEPUTUSAN DIREKSI PT KERETA API INDONESIA (PERSERO)


NO MOR: KEP. U/HK .215/IX/3/KA-2011

TENTANG
PERATURAN DINAS 19 (PD 19) J i lid I

A. URUSAN PERJALANAN KERETA API


B. URUSAN LANGSIR

DIREKSI PT KERETA API INDONESIA (PERSERO)

Menimba ng : a. Bahwa dengan berlakunya Peratura n Pem erintah


Nomor 72 Tahun 2009 tenta ng Lalu Lintas dan
Angkuta n Kereta Api perlu perubahan ketentuan
Reglemen 19 Jilid I tentang peraturan urusa n perjalanan
kereta api dalam waktu kerja siang dan peraturan
urusa n langsir, Reglemen 19 Jilid II tentang peraturan
urusa n perjalanan kereta api dalam wa ktu kerja ma lam;
b. Bahwa sehubungan dengan huruf a tersebut di atas
perlu diatur dalam Keputusan Direksi PT KERETA API
I NDON ESIA ( PERSERO) tenta ng Peraturan Dinas
mengenai urusan perjalanan kereta api dan urusan
langsir.
Mengingat 1. Unda ng-U ndang Nomor 19 Tahun 2003 tenta ng Badan
Usaha Milik Negara (Lem baran N ega ra Republi k
Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tam bahan Lem bara n
Nega ra Repulik Indonesia Nomor 4297);
2. Unda ng-Undang Nomor 23 Tah u n 2007 tentang
Perkeretaa pian (Lemba ra n Negara Republik I ndonesia
Tahun 2007 Nomor 65, T a m bahan Lem bara n Nega ra
Republi k Indonesia Nomor 4722);
3. Peraturan Pemerintah N omor 19 Tahun 1998 tentang
Penga lihan Bentu k Perusahaan Umum ( P E R U M ) Kereta
Api Menjadi Perusahaa n (PERSERO) Kereta Api
(Lembaran Nega ra Republik Indonesia Tahun 1998
Nomor 31);
KESELAMATAN, KETEPATAN WAKTU, PELA YANAN DAN KENYAMANAN
JI. Perintis Kemerdekaan No. 1 Bandung 40117, Telp. (022) 4230031 -4230039, faxs. (022) 4203342-4230062, Telegram: Q DIRUTKA- Telex 28263
DIRUTKABD
4. Peratura n Pemerinta h N omor 56 Tahun 2009 tentang
Penyelengga raan Perkeretaa pian (Lembara n Negara
Repu blik I ndonesia Tahun 2009 N omor 129);
5. Peratura n Pemerinta h N omor 72 Ta hun 2009 tentang
La lu Lintas dan Angkuta n Kereta Api (Lembara n Negara
Repu blik I ndonesia Tahun 2009 N omor 176);
6. Keputusa n Menteri Hukum dan Hak Asasi Ma nusia
Republik I ndonesia Nomor C-17171 HT.01.01 TH. 1999
Ta ngga l 1 Oktober 1999 jo N omor AHU-
999484.AH.01.02 Tahun 2008 Ta nggal 23 Desember
2008 tentang Pengesahan Badan Hukum Persero, PT
KERETA API I N DONESIA (PERSERO);
7. Keputusan Menteri Perhu bunga n N omor KP. 217 Ta hun
2010 tentang lzin Usaha Penyelenggara a n Sara na
Perkeretaa pian Umum PT KERETA API I N DONESIA
( PERSERO);
8. Keputusa n Menteri Perhu bunga n N omor KP. 218 Tahun
2010 tentang lzin Operasi Sara na Perkeretaa pian Umum
PT KERETA API I N DONESIA ( PERSERO);
9. Keputusa n Menteri Perhu bungan N omor KP. 219 Tahun
2010 tentang Pela ksa na Penyelenggara Prasara na
Perkeretaapian Umum yang Ada Saat lni oleh PT
KERETA API I N DONESIA (PERSERO);
10. Keputusan Menteri Perhu bunga n Nomor KP. 220 Ta hun
2010 tentang lzin Usa ha Penyelengga raan Prasa ra na
Perkeretaa pian Umum PT KERETA APJ I N DON ESIA
( PERSERO);
11. Keputusa n Menteri Perhu bungan N omor KP. 221 Tahun
2010 tentang lzin Operasi Prasa ra na Perkeretaa pian
Umum PT KERETA API I N DONESIA (PERSERO);
12. Peratura n Menteri Perhubungan Nomor PM. 19 Tahun
2011 tentang Sertifikat Kecaka pa n Penjaga Perlintasan
Kereta Api.
13. Peratura n Menteri Perhu bungan N omor PM. 21 Tahun
2011 tentang Sertifikat Keca ka pa n Pengatur Perja lanan
Kereta Api da n Pengenda li Perjalanan Kereta Api.
14. Peratura n Menteri Perhu bungan N omor PM. 23 Tahun
2011 tentang Sertifikat Kecakapa n Awak Sara na
Perkeretaa pian.
15. Peratura n Menteri Perhubungan N omor KM. 44 Tahun
2010 tentang Standar Spesifikasi Teknis Pera lata n
Khusus;
M emperhatika n 1. Reglemen 19 Jilid I ( R. 19 Jilid I}, Peratura n U rusan
Perjalanan Kereta Api dalam Wa ktu Siang dan Peratura n
U rusan Langsir, ya ng ditetapka n denga n Su rat
Keputusan Kepa la J awatan Kereta Api Ta nggal 10
Oktober 1953 No. 66151/BB/53 dan disahkan denga n
Su rat Keputusan M e nteri Perhubu nga n Tangga l 8
Oktober 1953 No. F 15/1/15.
2. Reglemen 19 Jilid II ( R . 19 Jilid II}, Peratu ra n U rusan
Perjalanan Kereta Api dalam Wa ktu Kerja M alam, ya ng
ditetapkan denga n Surat Keputusa n Direktu r Jenderal
Kepa la Perusahaan J aw atan Kereta Api Tangga l 14
Desember 1955 No. 99397/BB/55.
3. Keputusan Direksi PT KERETA API I NDONESIA ( PE RSERO}
Nomor Kep.U/OT.003/111/6/KA-2009 Tangga l 21 M a ret
2009 tentang Orga nisasi dan Tata Laksa na di
Lingkungan Kantor Pusat PT KERETA API I NDON ESIA
(PERSERO}.
4. Keputusan Direksi Nomor Kep.U/OT.003/IX/8/KA-2009
Ta nggal 28 September 2009 tentang Pembentuka n
Satuan Organisasi Unit Pelaksa na Teknis (U PT} Kru
Kereta Api di Bawah M a najer Operasi di Lingku nga n PT
KERETA API I NDONESIA ( PERSERO} jo Keputusa n Direksi
Nomor Kep.U/OT.003/Xl/4/KA-2009 Tangga l 16
November 2009 tentang Peru bahan d a n Tambaha n U n it
Pelaksana Teknis (U PT} K ru Kereta Api.
5. Keputusan Direksi PT KE R ETA API I NDON ESIA (PERSE RO}
Nomor KEP. U/HK.215/V l l/1/KA-2010 tenta ng
Peratura n Dinas 3 ( PD3} mengenai Semboya n .

MEMUTUSKAN

M eneta pka n KEPUTUSAN DIREKSI PT KERETA API I NDONESIA (PERSE RO}


T E NTANG PERATU RAN DINAS 19 (PD 19} JILi D I :
A. U RUSAN PERJALA NAN KE R ETA API
B. U RUSAN LANGSI R
PERTAMA Peraturan Dinas 19 J ilid I mengenai u rusan perjalanan
kereta api dan u rusa n la ngsir sebaga imana terca ntu m
dalam lampiran keputusa n ini.
KEDUA Direktur Teknik, Direktur Operasi, Direktur SDM dan
Umum, Direktu r Kesela matan dan Keamanan, Executive
Vice President, serta Vice President di pusat dan daerah
melaku ka n pem binaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan keputusan ini.
KETIGA a. Untuk memberikan kesempatan kepada petugas
operasional di lapangan dalam memahami Peraturan
Dinas 19 Jilid I ini, Direktur Teknik, Direktur Operasi,
Direktur SOM dan Umum, Direktur Keselamatan dan
Keamanan, Executive Vice President,serta Vice President
di pusat dan daerah melakukan sosialisasi dan
pendampingan pelaksanaannya selama 1 (satu) tahun
sejak keputusan direksi ini ditetapkan.
b. Peraturan Dinas 19 Jilid I ini berlaku efektif dengan
keputusan direksi tersendiri, setelah masa sosialisasi
dan pendampingan sebaga imana dimaksud dalam huruf
a selesai, serta seluruh perangkat yang terkait dengan
peraturan dinas ini telah terpenuhi.
KEEMPAT a. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan
ketentuan bahwa apabila terdapat kekeliruan dan
kekurangan dalam keputusan ini maka akan diadakan
perubahan dan tambahan sebagaimana mestinya.
b. Peraturan-peraturan lainnya yang tidak bertentangan
dengan surat keputusan ini masih tetap berlaku.

Ditetapkan di : Bandung
Pada Tanggal : 23 September 2011

a.n. DIREKSI PT KERETA API INDONESIA (PERSERO),


DIREKT UR UTAMA,

IGNASIUS JONAN
NIPP63621

Tembusan:
1. Dewan Komisaris PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) di Jakarta
2. Direksi PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) di Bandung
3. EVP, VP, GM, SM PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) di Bandung
4. EVP/VP Daerah Operasi dan Regional PT KERETA API INDONESIA (PERSERO)
di Jawa dan Sumatra
TIM PEM BAHARUAN DAN PERBAIKAN REGLEMEN M ENJADI PERATU RAN DI NAS
TENTANG U RUSAN PERJALANAN KERETA API DAN U RUSAN LANGSI R
A. Herl ianto Joke Margono
Albert Tarra Reno Pradipto
Candra Purnama Arief M u djono
Herry Barkah W. Bamba ng Sulistio
Rusta m Harahap Hari Koesdarmanto
M u l ia nta Sinul ingga R. Didin Su priadi
Totok Suryono Agus Wa hjuana
M. Sa hli Barn ba ng Tia rso
Porwanto H.N. Suryadi Rachmat
Agus N ugroho H a rtomo Wiropuspito
Tating Setiawan Sukirno E.S.
Ahmad Saifudin Sri H a rtanto
Rochsjid Budiantoro Kadi Supriatna
I ra Nevasa
Bagus Rosadi
A. Najib Tawanga l u n
Zulka rnain
H u sein N u roni
Agus Fadillah
Sukamto
Su priyanto
Dicky Eka Priandana

Sekretariat:
Muhardjito Aifil Dia mri
Sri Mu rwa nto Wahyu N u rdiansya h
Neneng Ratna Dewi Didit Andi l ndrayana
PERUBAHAN DAN TAMBAHAN

Berlaku
Diteta pkan denga n Surat Keputusa n Dikerjaka n
No mulai Ketera ngan
oleh
Dari Nomor Ta nggal ta nggal
Peraturan Dinas 19 Jilid I

DAFTAR ISi
KATA PENGANTAR ............................................................................................ I

PERUBAHAN DAN TAMBAHAN .......................................................................... I

DAFTAR ISi ........................................................................................................ 1

BAB I ARTI DAN ISTILAH ......................................................................... 1-1

BAB II KETENTUAN UMUM ..................................................................... 11-1


Bagian Kesatu U m u m . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ........................................ 11-1
Pa ragraf 1 Urusa n Perjalanan Kereta Api dan Urusan Langsir. . . . . . . 11-1
Pa ragraf 2 Pimpinan dan Pengawasan U rusan Perjalanan
Kereta Api dan Urusa n La ngsir . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11-2
Pa ragraf 3 Penyelenggaraan U rusan Perjalanan Kereta Api
dan Urusa n La ngsir . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11-3
Pa ragraf 4 Sera h Terima Dinasa n Pengatu r Perjalanan Kereta
Api atau Pengawas Peron kepada Penggantinya . . . . . . . . . 11-4
Pa ragraf 5 Kewajiban Pengatu r Perja lanan Kereta Api atau
Pengawas Peron di Stasiun ya ng Ditentuka n . . . . . . . . . . . . . . . 11-5
Pa ragraf 6 Awa k Sarana Kereta Api ............................................... 11-6
Bagian Kedua Jenis dan Kecepatan Kereta Api ................................... 11-8
Pa ragraf 1 Jenis Kereta Api Menu rut Sifatnya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11-8
Pa ragraf 2 Jenis Kereta Api Menurut Kegu naannya ...................... 11-9
Pa ragraf 3 Jenis Kereta Api Menurut Metode
Pengoperasia nnya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11-9
Pa ragraf 4 Kecepata n Kereta Api . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11-10
Bagian Ketiga Pengoperasian Kereta Api di Jalur Ga nda . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11-11
Bagian Keempat Pengatu ra n Perjalanan Kereta Api . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11-11
Bagian Kelima Pengendalian Perja lanan Kereta Api . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11-12
Bagian Keenam Pengatu ra n Wa ktu Kerja . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11-14

BAB Ill PENETAPAN, PENGUMUMAN, DAN PEMBATALAN


PERJALANAN KERETA API ............................................................ 111-1
Bagian Kesatu Peratura n Perjalanan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 111-1
Bagian Kedua Meneta pka n Perjalanan Kereta Api Lua r Biasa . . . . . . . . . . . 111-2
Pa ragraf 1 Kewenanga n untuk Menetapkan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 111-2
Pa ragraf 2 Meneta pka n Perjalanan Kereta Api denga n
Maklu mat Perja lanan Kereta Api . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 111-3
Peraturan Dinas 19 Jilid I

Paragraf 3 Meneta pka n Perjalanan Kereta Api dengan Warta


M a klu mat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 111-6
Bagia n Ketiga Pengu muman dan Pem bata lan Perjalanan Kereta
Api Fa ku ltatif dan Kereta Api Lua r Biasa, dan
Pembatalan Kereta Api Biasa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 111-8
Paragraf 1 Kewena ngan Mengumumkan dan Membatal kan . . . . . . . 111-8
Paragraf 2 Pengu muman dan Pem bata lan dengan PPK . . . . . . . . . . . . . 111-10
Paragraf 3 Pengu muman dan Pem bata lan Perjalanan Lua r
Biasa yang Diteta pkan denga n Maklumat
Perjalanan Kereta Api . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 111-12
Paragraf 4 Pengu muman dan Pem bata lan dengan Wa rta
M a klu mat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 111-12
Paragraf 5 Pengu muman Perjalanan Kereta Api dengan Syarat
Lain . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 111-14
Bagia n Keempat Pemberita huan Bila Terjadi Peru bahan Perja lanan
Kereta Api . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 111-15
Bagia n Kelima Pengu muman Perjalanan Lokomotif Pendorong . . . . . . 111-15
Bagia n Keenam Ketentuan J ika Terjadi Pena mbahan atau
Pengu ranga n Perjalanan Kereta Api terhadap
Ga peka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 111-16
Paragraf 1 Menandai Garis Perjalanan Kereta Api dalam
Ga peka dengan Benang Berwarna . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 111-16
Paragraf 2 Pemberita huan Kepada Penjaga Perlintasan Dan
Petugas Perawatan Prasa rana . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 111-17
Paragraf 3 Catata n dalam Lapora n Kereta Api . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 111-17

BAB IV KETENTUAN PADA WAKTU PERJALANAN KERETA API


SESUAI PERATURAN PERJALANAN .............................................. IV-1
Bagia n Kesatu Persilanga n dan Penyusulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV-1
Paragraf 1 Persilanga n . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV-1
Paragraf 2 Penyusulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV-6
Bagia n Kedua Doku men Perja lanan Kereta Api . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV-7
Paragraf 1 Lapora n Kereta Api . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV-7
Paragraf 2 Lapora n Kondektur . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV-11
Paragraf 3 Ta bel Kereta Api . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV-15
Bagia n Ketiga Ketentuan Tentang Perjalanan Kereta Api . . . . . . . . . . . . . . . . IV-16
Paragraf 1 U m u m . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV-16

ii
Peraturan Dinas 19 Jilid I

Pa ragraf 2 Hu bunga n Blok dan Telepon Antarstasiu n


Terga nggu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV-18
Pa ragraf 3 Pertukara n Warta Kereta Api . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV-23
Bagian Keempat Pem berangkatan Kereta Api ..................................... IV-35
Pa ragraf 1 Kesiapan Awa k Sarana Kereta Api M u l a i Dinas ......... IV-35
Pa ragraf 2 Tern pat Lokomotif pada Rangkaian Kereta Api ......... IV-37
Pa ragraf 3 Pemeriksaan Kereta Api Sebelu m Berangkat ............ IV-39
Pa ragraf 4 Pemeriksaan Jalur Kereta Api . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV-40
Pa ragraf 5 Membera ngkatka n Kereta Api .................................. IV-42
Bagian Kelima Ketentuan Tentang Peralata n Persinya lan . . . . . . . . . . . . . . . . IV-44
Pa ragraf 1 lndikasi Sinya l Utama . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV-44
Pa ragraf 2 Kedudukan Wesel. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV-45
Pa ragraf 3 Petugas yang Berhak Melaya n i Pera Iatan
Persinyalan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV-46
Pa ragraf 4 Tindaka n yang Harus Dilaku ka n untuk Keselamata n
Kereta Api yang Datang, Berangkat atau Langsu ng .. IV-47
Pa ragraf 5 Mengancing, Melayani, dan Mengawasi Wesel ........ IV-48
Bagian Keenam Perjalanan Kereta Api terhadap l ndikasi Sinya l
Utama . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV-49
Pa ragraf 1 Berhenti di M u ka Sinya l Uta ma yang Menunjukka n
lndikasi " Berhenti" . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV-49
Pa ragraf 2 Melewati Sinyal Uta ma ya ng Menunj u kkan l ndikasi
"Berhenti" . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV-50
Pa ragraf 3 Sinya l Uta ma Memperl ihatkan l ndikasi Kurang
Tegas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV-53
Pa ragraf 4 Pelaya nan Sinyal yang Berurutan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV-53
Pa ragraf 5 Sinya l Uta ma Tidak Dapat Dikembalika n pada
lndikasi "Berhenti" . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV-54
Bagian Ketuju h Ketentuan tentang Memasukka n Kereta Api di
Stasiun . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV-55
Pa ragraf 1 Umum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV-55
Pa ragraf 2 Tertib Penerimaan Kereta Api Masuk . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV-59
Pa ragraf 3 Penetapan Jalur Kereta Api dan Tempat Berhenti
Kereta Api . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV-59
Pa ragraf 4 Ketentuan Khusus tenta ng Memasukka n Kereta
Api . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV-61

iii
Peraturan Dinas 19 Jilid I

Paragraf 5 Memasukka n Kereta Api dengan Ketentuan Lain


dari Ca ra Biasa ........................................................... IV-61
Paragraf 6 Ketentuan tenta ng Memasu kka n Kereta Api di
Jalur lsi ....................................................................... IV-63
Paragraf 7 Persilanga n Kereta Api yang Panjang Rangkaiannya
Melebihi Panjang Jalur Emplasemen ......................... IV-69
Paragraf 8 Kecepata n Kereta Api Masuk .................................... IV-70
Paragraf 9 Ketentuan Pada Waktu Sinya l Uta ma Dapat
Dilaya ni, Teta pi Ada Bagian Peralatan Persinya lan
Ya ng Rusa k ................................................................ IV-71
Bagia n Kedelapan Kereta Api dalam Perjalanan ..................................... IV-72
Paragraf 1 Perjalanan Kereta Api di Jalan Bebas ........................ IV-72
Paragraf 2 Tindakan terhadap Perja lanan Konvoi ...................... IV-72
Paragraf 3 Kereta Api denga n Lokomotif Pendorong ................. IV-75
Paragraf 4 Pelayanan Jalur Simpang di Jalan Bebas ................... IV-77
Paragraf 5 Tindakan terhadap Kereta/Gerbong ya ng Dilepas
di Stasiun Antara ....................................................... IV-81
Bagia n Kesembilan Kereta Api Berhenti di Stasiun Akhir ......................... IV-82
Paragraf 1 Kereta Api yang Dita rik Lokomotif ............................ IV-82
Paragraf 2 Kereta Rel Listrik dan Kereta Rel Diesel. .................... IV-84
Bagia n Kesepu l u h Penutupan peta k j a l a n untuk Perawata n Prasara na . IV-86
Paragraf 1 Umum ....................................................................... IV-86
Paragraf 2 Permintaa n, Peneta pan, dan Pengu muman
Penutupan Peta k jalan .............................................. IV-86
Paragraf 3 Pengoperasian Sarana Pemeliharaan Prasa rana ....... IV-87
Paragraf 4 Tindakan Pengamanan .............................................. IV-88

BAB V KETENTUAN PADA WAKTU PERJALANAN KERETA API TIDAK


SESUAI PERATURAN PERJALANAN ............................................... V-1
Bagia n Kesatu Tindakan pada Waktu Kereta Api Terlambat ............... V-1
Bagia n Kedua Pemindahan Persila ngan .............................................. V-4
Paragraf 1 Umum .......................................................................... V-4
Paragraf 2 Pemindahan Persila ngan Secara Pengendalian
Perjalanan Kereta Api . .................................................. V-7
Paragraf 3 Pemindahan Persila ngan Secara Pengaturan
Perjalanan Kereta Api . ................................................ V-12
Paragraf 4 Kewajiba n Masinis atas Pengawasa n Persilanga n ...... V-18

iv
Peraturan Dinas 19 Jilid I

Pa ragraf 5 Persilanga n ( Pemindahan Persilanga n) Yang


Bersifat Khusus ........................................................... V-19
Bagian Ketiga Pem inda han Penyusulan ............................................ V-24
Pa ragraf 1 Umum ........................................................................ V-24
Pa ragraf 2 Pem inda han Penyusulan Secara Pengendalian
Perjalanan Kereta Api. ................................................ V-25
Pa ragraf 3 Pem inda han Penyusulan Secara Pengaturan
Perjalanan Kereta Api. ................................................ V-27
Pa ragraf 4 Penyusulan ( Pemindahan Penyusulan) ya ng
Bersifat Khusus ........................................................... V-30
Bagian Keempat Tindaka n J ika Salah Satu Jalur pada Lintas Jalur
Ganda Tidak Da pat Dila l u i .......................................... V-35
Pa ragraf 1 Umum ........................................................................ V-35
Pa ragraf 2 Berja lan Jalur Kiri . ....................................................... V-36
Pa ragraf 3 Berja lan Jalur Tu ngga l Sementara .............................. V-40
Bagian Kelima Berhenti Luar Biasa di Stasiun .................................... V-41
Bagian Keenam Ketentuan tentang Kereta Api yang Berhenti di
Jalan Bebas ata u Bagia n Kereta Api yang
Ditinggalkan di Jalan Bebas ........................................ V-43
Bagian Ketuju h Tindaka n Terhadap J a l u r Kereta Api di Jalan Bebas
yang Tidak Da pat Dila l u i ata u Tidak Dapat Dila l u i
denga n Kecepata n yang diteta pka n ........................... V-45
Bagian Kedelapan Kereta Api Penolong ................................................... V-47
Pa ragraf 1 Perm intaan Kereta Api Penolong ............................... V-47
Pa ragraf 2 Ketentuan tentang Kereta Api yang Membutuhkan
Pertolongan ................................................................ V-48
Pa ragraf 3 Tindaka n Pengenda l i/Pengatu r Perjalanan Kereta
Api ya ng Menerima Perm intaan Kereta Api
Penolong .................................................................... V-49
Pa ragraf 4 Perjalanan Kereta Api Penolong ................................. V-49
Bagian Kesembilan Kereta Api yang Putus ata u yang Terlihat Tidak
Membawa Ta nda Akhira n .......................................... V-50
Pa ragraf 1 Tindaka n Awa k Kereta Api dan Petugas dalam
Kereta Api ................................................................... V-50
Pa ragraf 2 Tindaka n Petugas di Stasiun ....................................... V-51

v
Peraturan Dinas 19 Jilid I

Bagia n Kesepu l u h Perjalanan Kereta Api k e Tempat Ha langan di Jalan


Bebas dan Kembali . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . V-54
Bagia n Kesebelas Penga l ihan Perjalanan Kereta Api .............................. V-57

BAB VI KETENTUAN PERJALANAN KERETA API PADA WAKTU KERJA


TUTUP ......................................................................................... Vl-1
Bagia n Kesatu Ketentuan U m u m . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Vl-1
Paragraf 1 Peta k Jalan Dinas Tutup dan Stasiun ya ng Terkait . . . . . . Vl-1
Paragraf 2 Waktu Kerja Stasiun . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Vl-2
Paragraf 3 Waktu Permulaan dan Akhir "Dinas Tutu p" pada
"Petak Jalan Dinas Tutu p" . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Vl-3
Paragraf 4 Akhir Dinas Stasiun . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Vl-5
Paragraf 5 Pembukaan Stasiun Batas Sementara dan Stasiun
Batas Lua r Biasa pada Waktu Kerja Tutup ................... Vl-9
Paragraf 6 Pembukaan Stasiun untuk "Waktu Kerja Buka"
pada Akhir "Waktu Kerja Tutup" . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Vl-10
Paragraf 7 Stasiun Batas Biasa Pemeriksa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Vl-12
Paragraf 8 H u bu nga n Kom u nikasi a ntara Stasiun Batas . . . . . . . . . . . . . Vl-12
Bagia n Kedua Meneta pkan, Mengu mumka n, dan Membatalkan
Perjalanan Kereta Api . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Vl-13
Paragraf 1 Peratu ran Perjalanan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Vl-13
Paragraf 2 Pengu muman dan Pem bata lan Perjalanan Kereta
Api Biasa, Fakultatif, dan Lua r Biasa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Vl-14
Bagia n Ketiga Tindakan Terhadap Perjalanan Kereta Api dalam
Keadaan Sesuai denga n Peraturan Perjalanan . . . . . . . . . . Vl-15
Paragraf 1 Pencatata n Wa rta Kereta Api dalam Buku Warta
Kereta Api . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Vl-15
Paragraf 2 Pengamanan Perjalanan Kereta Api di Stasiun ......... Vl-15
Paragraf 3 Tindakan u ntuk Tertib Perjalanan Kereta Api di
Jalan Bebas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Vl-18
Bagia n Keempat Tindakan terhadap Perja lanan Kereta Api
dalam Keadaan Tidak Sesuai dengan Peratu ran
Perjalanan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Vl-19
Paragraf 1 Pemindahan Persila ngan dan Penyusulan . . . . . . . . . . . . . . . . Vl-19
Paragraf 2 Berjalan Jalur Kiri . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Vl-22
Paragraf 3 Kereta Api yang Berhenti di Jalan Bebas, Rinta ng
Jalan, dan Perm intaan Kereta Api Penolong .... Vl-22

vi
Peraturan Dinas 19 Jilid I

Pa ragraf 4 Tindaka n Khusus terhadap Kereta Api yang


Berja lan di Peta k Jalan Dinas Tutup .......................... Vl-23

BAB VII KETENTUAN TENTANG LANGSIR DI STASIUN DAN DI JALAN


BEBAS •••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• Vll-1
Bagian Kesatu Umum ........................................................................ Vll-1
Bagian Kedua Pemandu La ngsira n .................................................... Vll-1
Bagian Ketiga Pengatu ra n La ngsira n ................................................. Vll-2
Pa ragraf 1 Ketentuan Umum La ngsira n ....................................... Vll-2
Pa ragraf 2 Ketentuan La ngsira n terhadap Perjalanan Kereta
Api .............................................................................. Vll-3
Pa ragraf 3 Pelaya nan Rem dalam La ngsira n ................................ Vll-4
Pa ragraf 4 Pelaya nan dan Pengawasa n Wesel pada Waktu
La ngsir ........................................................................ Vll-4
Pa ragraf 5 Merangkai Sarana ...................................................... Vll-5
Pa ragraf 6 La ngsira n Melewati Perlintasa n ................................. Vll-5
Bagian Keempat Penga manan Khusus pada Waktu La ngsir .................. Vll-5
Pa ragraf 1 La ngsir denga n Tenaga Orang .................................... Vll-5
Pa ragraf 2 La ngsir Kelu a r Tanda Batas Gerakan Langsir .............. Vll-6
Pa ragraf 3 La ngsir di Stasiun ya ng Terleta k di Ta nja ka n atau
Mendekati Tanjaka n ................................................... Vll-8
Pa ragraf 4 La ngsir di J a l u r Simpang di Jalan Bebas ...................... Vll-9

BAB VIII KETENTUAN PENUTUP •••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• Vlll-1

vii
Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 1

BAB I
ARTI DAN ISTILAH
Pasal 1
Dalam Peratu ran Dinas ini yang dimaksud denga n.
1. Kepala Stasiun adalah kepala u nit pel a ksana teknis ya ng menguasa i
stasiun dan salah satu ta nggung jawa bnya adalah mengatur perjalanan
kereta a pi dan langsir di stasiun, jika di stasiun tersebut tida k
ditugaska n/diperba ntu ka n Ppka ata u Pap.
2. Pengatur Perjalanan Kereta Api, selanjutnya disebut Ppka adalah pegawa i
yang ditugasi u ntuk mengatur dan melaku kan sega la tindaka n u ntuk
menjamin keselamata n dan ketertiba n berikut segala sesuatu ya ng
berka ita n dengan u rusan perjalanan kereta api dan urusa n la ngsir dalam
batas stasiu nnya u ntuk wilaya h pengaturan setempat ata u bebera pa
stasiun u ntuk wilaya h pengatu ra n daera h .
3. Pengawas Peron, selanjutnya disebut Pap adalah pembantu Ppka dalam
melaksa nakan tugas pengaturan perjalanan kereta a pi dan langsir serta
berta nggung jawa b atas u rusan administrasi perjalanan kereta a pi.
4. Pengendali Perjalanan Kereta Api Terpusat, selanjutnya disebut Ppkp
adalah pegawa i ya ng bertugas di ka ntor pengenda lian perjalanan kereta
api terpusat ( P K) ya ng melaksa naka n tugas pengenda lian perja lanan
kereta api denga n menggu nakan a lat komunikasi di wilaya h
pengendaliannya .
5. Stasiun Operasi, selanjutnya disebut sta siun adalah tempat kereta api
berhenti dan bera ngkat, bersila ng, menyusul ata u disusul, dan la ngsir,
serta dapat berfu ngsi u ntuk naik turu n penumpa ng dan/atau muat
bongka r bara ng, yang dikuasai oleh seorang kepa la ya ng berta nggung
jawa b penuh atas urusa n perjalanan kereta api dan la ngsiran, ya ng
diperlengkapi dengan fasilitas pengoperasian. Batas stasiun denga n jalan
bebas adalah sinyal masuk dan sinya l masuk ja l u r kiri ata u tanda batas
berhenti jalur kiri pada jalur ga nda.
6. Perhentian adalah stasiun ya ng bukan stasiun operasi ata u suatu tempat
yang ha nya untuk naik turun penumpang yang dikuasa i oleh seorang
kepa la atau petugas ya ng dibebaskan atas urusan perjalanan kereta api
dan u rusa n langsira n.
7. Stasiun Batas Biasa adalah stasiun ya ng tetap buka dalam melayani
perjalanan kereta a pi ya ng membatasi petak jalan dinas tutu p, dan
dinyata ka n dalam Ga peka .

Edisi September 2011 I-1


Pasal 1 Peraturan Dinas 19 Jilid I

8. Stasiun Batas Luar Biasa adalah stasiun ya ng seharusnya tutu p teta pi


tetap buka walaupun sudah memasuki wa ktu kerja tutup karena harus
melayani kegiatan operasi kereta a pi di stasiu nnya.
9. Stasiun Batas Sementara adalah stasiun ya ng teta p buka ka rena peratura n
perjalanan dalam melaya n i perjalanan kereta a pi sebaga i batas ta mbahan
sementara ya ng mem batasi peta k jalan dinas tutu p.
10. Stasiun tutup adalah stasiun ya ng telah memenu hi persya rata n dinas
tutup serta tida k dilaya n i oleh pengatu r perjalanan kereta api dalam
melayani perjalanan kereta a pi pada waktu kerja tutup dan berada
dia ntara stasiun batas.
11. Petak Jalan Dinas Tutup adalah petak jalan anta ra dua stasiun batas pada
waktu kerja tutu p, ya ng diantaranya terda pat stasiun tutup.
12. Stasiun Buka adalah stasiun ya ng melayani perja lanan kereta a pi dalam
pelaya nan penga manan setempat bagi kereta a pi data ng, berhenti, ata u
langsu ng pada stasiun yang dijaga .
13. Stasiun Sementara adalah tempat berhenti di tem pat hala ngan (Tph) di
jalan bebas yang diperl u ka n u ntuk pengatura n operasi kereta a pi karena
terjadinya ha langa n atau rintang jalan.
14. Jalan Bebas adalah bagian petak jalan a nta ra sinyal masuk suatu stasiun
denga n sinya l masuk stasiun yang berdekata n
15. Petak Jalan adalah bagia n jalur kereta api ya ng terleta k di a ntara dua
stasiun berdekatan. Petak jalan dibedakan atas petak jalan dinas buka dan
petak jalan dinas tutu p.
16. Peraturan Dinas Pengaman Setempat, selanjutnya disebut PDPS adalah
peraturan tenta ng susu nan dan pelayanan pera latan persinya lan dan
telekomunikasi yang berlaku di suatu stasiun ata u blokpos
17. Kereta Api adalah sarana kereta api denga n tenaga gerak, baik berjalan
sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana kereta api lainnya, ya ng a ka n
ata u seda ng bergerak di j a l a n rel ya ng terkait denga n perjalanan kereta
api.
18. Blokpos adalah suatu tempat yang dilengka pi peralatan blok dan
kom u nikasi u ntuk menja min tertib perjalanan kereta a pi dan dikuasa i oleh
seorang petugas ya ng berta nggung jawa b tentang perjalanan kereta api
anta ra blokpos dan stasiun ata u denga n blokpos lainnya ya ng berdekata n
menurut tertib penggu naan peralatan blok.
19. Telepon Antarstasiun adalah pera latan telekom unikasi yang digu naka n
untu k h u bu nga n a nta rstasiun berdekatan d a n tereka m (telepon T dan
telepon blok).

I-2 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 1

20. Daerah Operasi/Divisi Regional, selanjutnya disebut daera h .


21. Hubungan Blok Otomatis Tertutup adalah sinyal blok menunj u kkan
indikasi "berhenti" pada kondisi ja l u r tida k ada perjalanan kereta a pi.
22. Hubungan Blok Otomatis Terbuka adalah sinya l blok men u nju kkan
indikasi "berjalan" pada kondisi ja l u r tidak ada perjalanan kereta a pi ya ng
pelaksa naannya dilaku ka n secara otomatis oleh pera latan itu .
23. Kepala Dipo Traksi, sela njutnya disebut Kdt adalah kepa la u nit pelaksana
teknis yang berta nggung jawab atas pengatura n dinasan lokomotif dan
kereta rel diesel ( KRD), perawata n dan penyiapan lokomotif dan KRD
untuk dinas kereta api.
24. Kepala Dipo Lokomotif, sela njutnya d isebut Kdl adalah kepa la unit
pelaksa na teknis yang berta nggung jawa b atas pengatura n dinasan
lokomotif, perawata n dan penyiapan lokomotif u ntuk dinas kereta api.
25. Kepala Dipo Kereta, selanjutnya disebut Kdk adalah kepala u n it pelaksana
teknis yang bertanggung jawa b atas pengatura n dinasan kereta ata u
kereta rel listrik (KRL), Tka, perawata n d a n penyiapan kereta atau KRL
untuk dinas kereta api.
26. Kepala Dipo Gerbong, sela njutnya disebut Kdg adalah kepala unit
pelaksa na teknis yang berta nggung jawa b atas pengatura n dinasan
gerbong, Tka, perawata n dan penyiapan gerbong u ntuk dinas kereta api.
27. Suling Lokomotif adalah pera lata n operasiona l lokomotif yang
dipergunakan u ntuk memperdenga rka n semboya n suara.
28. JOC adalah pejabat ya ng berta nggung jawab atas perenca naan dan
pengendalian dinasan awak kereta a pi da n kondektur di pusat.
29. JPTD adalah pejabat yang berta nggung jawab atas perawatan dan
kea nda lan sarana di daera h .
3 0 . JPJD a d a l a h peja bat yang berta nggung jawab atas perawatan d a n
kea nda lan j a l a n rel dan jembatan di daera h .
31. JPOD adalah pejabat yang berta nggung jawa b atas perencanaan dan
pengendalian operasi kereta api di daerah.
32. JPAK adalah pejabat yang berta nggung jawa b atas penugasa n awa k kereta
api dan kondektu r u ntuk dinas kereta a pi, la ngsiran, dan cada ngan di
stasiun awa l pemberangkata n kereta api atau di stasiun perga ntian awak
sarana kereta api.

Edisi September 2011 I-3


Pasal 1 Peraturan Dinas 19 Jilid I

33. Pul adalah sub u n it di bawah Unit Pelaksana Teknis Dipo Lokomotif ata u
Unit Pelaksa na Teknis Dipo Traksi ya ng mempunya i tugas melaksanaka n
penyiapan d a n penyera han lokomotif atau kereta rel diesel ( KRD) untuk
dinas kereta a pi ata u langsir dan menerima penyerahan lokomotif ata u
KRD selesa i dinas di wilaya hnya.
34. Puk adalah sub u n it di bawa h u nit pelaksana teknis dipo kereta ya ng
mempunyai tugas melaksa nakan pemeriksaa n haria n dan perba ika n
kereta, gerbong ata u kereta rel listrik ( KRL) serta mengatur dinasan Tka,
menyia pka n dan memeriksa rangkaian kereta, gerbong ata u KRL u ntuk
dinas kereta api ata u pemeriksaan rangka ian kereta a pi di stasiun
pemeriksa tertentu.
35. Pug adalah sub u nit di bawa h unit pelaksa na teknis dipo gerbong ya ng
mempunyai tugas melaksa nakan pemeriksaa n haria n dan perba ika n
gerbong serta mengatur dinasan Tka, menyia pkan d a n memeriksa
ra ngka ian gerbong u ntuk dinas kereta a pi ata u pemeriksaan rangka ian
kereta api di stasiun pemeriksa tertentu .
36. Teknisi Kereta Api, selanjutnya disebut Tka adalah petugas ya ng
ditugaskan oleh Kdk/Pu k ata u Kdg/Pug u ntuk dinas kereta api guna
mengoperasika n fasilitas sarana kereta api serta melaku ka n perba ika n
ringa n pera lata n ata u fasilitas sara na kereta api da n/ata u sarana kereta
api.
37. PT KERETA API INDONESIA (PERSERO), yang selanjutnya disebut
Perusa haan.
38. Direksi adalah Direksi Perusa haan.

I-4 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 2

BAB II
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Um um
Paragraf 1
Urusa n Perjalanan Kereta Api dan U rusan Langslr
Pasal 2

A. Urusan Perjalanan Kereta Api


(1) Urusa n perjalanan kereta a pi adalah sega la kegiata n ya ng berkaita n
dengan perjalanan kereta api dan pelayanan kereta a pi. Demikia n juga
yang berhubungan denga n perjalanan lori.
(2) Kegiatan ya ng berkaita n denga n perjalanan kereta a pi sebagaimana pada
ayat (1) meliputi:
a. pengoperasian pera latan persinya lan;
b. penga manan peta k blok ata u petak jalan, dan penya m paian wa rta
perjalana n; dan
c. pengenda lian dan/ata u pengatu ra n perjalanan kereta api da ri/ke jalan
bebas dan selama di jalan bebas.
(3) Kegiatan ya ng berka itan denga n pelayanan kereta api sebagaimana pada
ayat (1) meliputi:
a. menerima dan membera ngkatkan kereta a pi;
b. mengadakan percobaan pengereman;
c. melakukan tindaka n untuk mem percepat naik turun penu m pa ng
dan/ata u muat bongkar ba rang;
d. mengisi La pka dan Lkdr sesuai dengan data pendu ku ng ya ng dimiliki,
serta menyera hkan doku men lain ya ng diperlu kan kepada masinis dan
kondektur.
(4) Wa rta kereta api sebagaimana pada ayat (2) huruf b adalah wa rta ya ng
disam pa ikan dengan telepon a nta rstasiu n mengenai ta nya jawab tentang
kondisi petak jalan, bera ngkat dan masuk suatu kereta api.
(5) Wa rta perjalanan sebaga imana pada ayat (2) huruf b adalah warta ya ng
disam pa ikan mela l u i a lat kom u nikasi ya ng terekam mengenai perja lanan
kereta api, yang meliputi pemindahan persilangan dan penyusulan kereta
api, peneta pan, pengum uman, dan pembatalan perjalanan kereta api,
berjalan jalur kiri, demikian juga pembatal a n wa rta tersebut.

Edisi September 2011 II-1


Pasal 3 Peraturan Dinas 19 Jilid I

(6) Penetapan perjalanan kereta api sebagaimana pada ayat (5) adalah
menentu kan perjalanan kereta a pi.
(7) Pengu muman perjalanan kereta api sebaga imana pada ayat (5) adalah
mewa rta kan perjalanan kereta api yang telah diteta pkan.
(8) Pembata lan perjalanan kereta api sebagaimana pada ayat (5) adalah
mewa rta kan ba hwa kereta api ya ng telah diumu mkan tidak dijalankan.

B. Urusan Langsir
(9) U rusan la ngsir adalah pekerjaan menyusun rangka ian kereta a p'I yang a kan
berangkat ata u memisah-misahka n rangka ian kereta a pi yang datang, dan
juga pekerjaan meminda hka n kereta-kereta, gerbong-gerbong, dan sarana
lain dari suatu ja l u r ke jalur lain di emplasemen dan tempat lainnya .
(10) Menyusun rangka ian kereta api sebagaimana pada ayat (9) adalah
menyusun kereta-kereta, gerbong-gerbong, dan sarana lain menjadi satu
ra ngka ian ya ng telah ditetapka n untuk suatu kereta api berdasa rkan
ketentuan mengenai batasan berat dan panjang rangka ian,
menggandengkan alat pera ngka i dan menya mbungka n sa lura n udara
teka n antara lokomotif dan ra ngka ian.
(11) Memisa h-misa hka n rangka ian kereta a pi sebagaimana pada ayat (9)
adalah melepas a lat pera ngka i anta ra lokomotif dan rangkaian, serta
melepaska n h u bu nga n sal uran udara teka n u ntuk dapat mela ngsir
ra ngka ian kereta api dalam bebera pa bagian guna keperluan muat
bongka r, pemeliharaan, dan sebaga inya .

Paragraf 2
Pimpinan dan Pengawasa n U rusan Perjalanan Kereta Api dan Urusa n La ngsir
Pasa l 3
(1) Pimpinan Daera h selaku pimpinan u m u m atas u rusan perjalanan kereta
api dan u rusan langsir di wilayahnya, berkewajiban melaku kan
pengawasan dan sega la tindaka n tepat pada waktunya u ntuk menjamin
keselamatan dan kela ncaran perjalanan kereta a pi serta pekerjaan la ngsir
yang sesuai dengan tujuan Peratu ran Dinas ini.
(2) Selaku pimpinan u m u m, sebaga imana pada ayat (1), dalam mengambil
tinda ka n, dibantu oleh para ma nager beserta stafnya .

II-2 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 4

Paragraf 3
Penyelengga raan U rusa n Perja lanan Kereta Api dan Urusa n La ngsir
Pasal 4
(1) Penyelenggaraan u rusan perjalanan kereta a pi dan u rusan la ngsir di
stasiun menjadi tanggung jawa b Kepala Stasiun sepenuhnya sehingga
harus memastika n bahwa pa ra petugas di stasiun benar-benar mema hami
dan menaati peratura n ya ng berka ita n dengan u rusa n perjalanan kereta
api dan u rusan langsir dalam l ingku p pengawasannya.
(2) Kepa la Stasiun wajib memimpin langsung pengaturan u rusan perjalanan
kereta a pi di stasiu nnya apabila
a. Terjadi kekusuta n hebat perjalanan kereta api.
b. Pada wa ktu ada a ngkutan penting, m isalnya, a ngkuta n Presiden/Wa kil
Presiden, ata u pejabat tinggi nega ra melakuka n perjalanan resmi
denga n menggu nakan kereta a pi.
c. Saat Direksi ata u Pimpinan Daera h melaku ka n inspeksi denga n
menggu naka n kereta a pi.
(3) Apabila di suatu stasiun tidak terdapat seora ng pegawa i ya ng ditugaska n
sebagai Ppka, Kepala Stasiun sendiri ya ng harus melakuka n pengatu ra n
perjalanan kereta api.
(4) Dalam melaksa naka n pengaturan perjalanan kereta a pi dan langsiran,
Ppka harus patu h pada perinta h Ppkp.
(5) Di setia p stasiun ata u blokpos yang buka di luar l ingku ngan stasiun, Kepala
Stasiun menugaska n seora ng pegawa i yang telah memiliki sertifikat
keca ka pa n sebagai Ppka u ntuk melaku ka n pekerjaan pengatura n
perjalanan kereta api.
(6) Ppka da pat dibantu oleh seora ng ata u beberapa orang Pap sesuai denga n
kebutuhan. U ntuk setia p tindakan Pap ya ng berh u bu nga n denga n u rusa n
perjalanan kereta api dan langsir harus atas perintah ata u seizin Ppka .
(7) Perintah atau izin yang diberika n oleh Ppka kepada Pa p sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) termasuk tindakan Pap berdiri denga n memakai
pet mera h di peron u ntuk mem beri "isyarat kondisi sia p" kepada masinis
dan u ntuk mengawasi :
a. kereta api ya ng masuk, dimulai setelah Ppka melayani sinyal masuk
hingga kereta a pi berhenti betul dan berada di a ntara dua tanda batas
ruang bebas (semboyan 18) pada jalur u ntuk kereta a pi tersebut,
seda ngka n u ntuk kereta api yang berjalan la ngsu ng hingga melal u i
wesel tera khir;
b. kereta api berangkat hingga saat kereta a pi melalui wesel tera khir.

Edisi September 2011 II-3


Pasal 5 Peraturan Dinas 19 Jilid I

(8) Apa bila Ppka dan Pa p tidak berada dalam 1 (satu) rua ngan, perintah
sebaga imana pada ayat (6) dapat menggu na ka n alat komunikasi ya ng
terekam.

Paragraf 4
Serah Terima Dinasa n Pengatu r Perjalanan Kereta Api atau
Pengawas Peron kepada Pengga ntinya
PasalS
(1) Sera h terima dinasan Ppka atau Pa p kepada penggantinya ha nya da pat
dilaku ka n a pa bila
a. wa ktu dinas sesuai denga n ikhtisa r jam kerja telah berakhir; dan
b. pegawai pengganti dinasan Ppka ata u Pap telah sia p.
(2) Sera h terima dinasan sebaga imana pada ayat (1) dilaku ka n ta npa
perantara dan dicatat da lam:
a . buku warta kereta a p i (buku WK), khusus u ntuk sera h terima Ppka;
b. buku sera h terima.
(3) Bukti sera h terima anta ra Ppka dan penggantinya ya ng dicatat di dalam
buku WK sebaga imana pada ayat (2) huruf a berisi, a ntara lain:
a . ta nggal d a n wa ktu penyerahan; dan
b. tanda tangan dan nama jelas kedua petugas yang bersa ngkutan.
(4) Bukti sera h terima dinasan dari Ppka kepada penggantinya, dalam buku
sera h terima sebagaimana pada ayat (2) huruf b berisi, anta ra lain:
a. catatan yang berka ita n dengan u rusan perjalanan kereta api dan
urusan la ngsir, anta ra lain:
1) jam kereta api ya ng akan masuk dan baru berangkat;
2) keterlambata n kereta api;
3) pemindahan persila ngan dan penyusulan;
4) perja lanan kereta api fa ku ltatif/kereta a pi luar biasa;
5) berhenti luar biasa;
6) semboyan-semboya n yang terpasang di l intas;
7) langsiran yang seda ng dilaku ka n;
8) situasi emplasemen.
b. catatan khusus tentang kekusuta n perjalanan kereta api serta
penyeba bnya;
c. dokumen penting ya ng harus disera hkan, a nta ra lain:
1) warta perjalanan, warta dinas, dan su rat-su rat yang harus
diketah u i oleh penggantinya;
2) informasi dan instru ksi-instruksi ya ng diterima dengan telepon.

II-4 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 6

d. catatan barang-barang inventaris termasuk semboyan-semboyan;


e. catatan kondisi pera lata n persinya lan d a n telekomunikasi termasuk :
1) anak kunci dari ku nci pengamanan;
2) angka pen u nj u kkan alat pencatat (counter) pada saat serah terima
untuk persinyalan elektrik.
(5) Bukti sera h terima dinasan Pap kepada penggantinya, dalam buku serah
terima sebagaimana pada ayat (2) huruf b berisi, antara lain:
a. catatan ya ng berka ita n dengan u ru san perjalanan kereta a pi dan
u rusan la ngsir sebaga imana pada ayat (4) h u ruf a;
b. dokumen penting ya ng harus disera hkan, sebagaimana pada ayat (4)
h u ruf c;
c. catatan barang-barang inventaris termasuk semboyan-semboya n.
(6) Serah terima a nta ra Ppka atau Pa p kepada penggantinya harus dikerjaka n
men u rut ketentuan dalam peratura n stasiun sesuai denga n kondisi tia p­
tia p stasiun ya ng diteta pkan oleh J POD.

Paragraf 5
Kewajiban Pengatu r Perjalanan Kereta Api atau Pengawas Peron
di Stasiun yang Ditentukan
Pasal 6

A. Di Stasiun Pemeriksa
( 1) Dalam ga peka ditentuka n stasiun yang diteta pka n sebagai stasiun
pemeriksa ya ng dita ndai denga n garis tipis di bawah nama stasiu n.
(2) Untu k kereta api ya ng men u rut peraturan perjalanan berjalan la ngsu ng di
stasiun sebaga imana pada ayat ( 1), stasiun tersebut dia ngga p sebagai
stasiun lain dan berlaku ketentuan sebagaimana pada Sub-B pasal ini.
(3) Ppka/Pap stasiun pemeriksa dalam wilaya h pengawasa nnya sebagaimana
pada ayat ( 1) diharuskan memeriksa dan mencatat:
a. dalam La pka terhadap kereta a pi ya ng berhenti di stasiun, ya itu :
1) persilanga n dengan kereta api fakultatif, kereta api luar biasa, dan
kereta a pi biasa ya ng dibata lkan;
2) catatan penting, misa lnya, berjalan hati-hati, berhenti luar biasa,
pembatas kecepatan, dan hal lain ya ng harus diperhatikan dalam
perjala nan;
3) catatan hasil pemeriksaan rangka ian kereta a pi ya ng dilakukan oleh
Puk/Pug di stasiun tertentu, yaitu stasiun pemeriksa ya ng
diperlu ka n u ntuk pemeriksaa n sistem pengereman dan a lat

Edisi September 2011 II-5


Pasal 7 Peraturan Dinas 19 Jilid I

perangka i untuk sem ua kereta api ya ng akan menghadapi jalur


kereta api yang menurun dengan kelandaian tertentu .
b. dalam Lkdr (hanya dilaku ka n jika ada catata n penting).
(4) Ppka/Pap stasiun pemeriksa wajib pa raf pada Lapka dan Lkdr kereta api
yang diperiksa nya.

B. Di Stasiun Lain
(5) Stasiun lain adalah stasiun pemeriksa ya ng diangga p sebagai stasiun biasa
karena kereta a pi berjalan langsung di stasiun tersebut men u rut peratura n
perjalanan ata u stasiun ya ng buka n stasiun pemeriksa yang da pat
memberika n catatan peru bahan atau catatan penting u ntuk kereta api
langsu ng denga n cara diberhentikan luar biasa maupun kereta a pi ya ng
berhenti di stasiun tersebut.
(6) Apa bila ternyata ba hwa catata n sebaga imana pada ayat (3) hu ruf a butir
1) dan 2) dan h u ruf b harus diuba h setelah kereta a pi bera ngkat dari
stasiun awa l atau dari stasiun pemeriksa tempat pemberhentian tera khir,
dan telah dila porka n kepada Ppkp ata u telah d iberita huka n kepada Ppka
stasiun la in, Ppka/Pap stasiun lain tersebut atas perinta h atau seizin Ppkp
memberhentika n luar biasa kereta api la ngsu ng u ntuk pem beria n :
a. catatan peru bahan sebaga imana pada ayat (3) h u ruf a butir 1) pada
Lapka, dan dikerjakan sesuai dengan ketentuan tentang pencatata n
sebagaimana dalam pasal 30 Su b-C;
b. catatan penting pada Lapka dan Lkdr, m isa lnya, berjalan hati-hati,
berhenti luar biasa, pembatas kecepata n, dan hal lain ya ng harus
diperhatikan dalam perjalanan.
(7) Catata n penting sebagaimana pada ayat (3) hu ruf b ka lau perlu ditu l is oleh
Ppka/Pap stasiun tempat berhenti perta ma yang dica pa i.
(8) Ppka/Pap stasiun lain wajib pa raf pada Lapka dan Lkdr kereta a pi ya ng
diperiksa nya.

Paragraf 6
Awak Sarana Kereta Api
Pasa l 7
(1) Awak sarana kereta api adalah petugas yang d itugaskan di dalam kereta
api selama perjalanan kereta a pi, yang terdiri d a ri awa k kereta api diba ntu
kondektur, teknisi kereta api, dan/atau petugas lain.

II-6 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 7

(2) Awa k kereta api sebaga imana pada ayat (1) bertugas mengoperasika n
kereta a pi, dengan ketentuan:
a. u ntuk pengoperasian kereta api a nta rkota, masinis diba ntu oleh
asisten masinis;
b. u ntuk pengoperasia n kereta a pi perkotaan masinis dapat dibantu oleh
asisten masinis.
(3) Masinis sebaga imana pada ayat (2) bertindak sebagai pemimpin selama
dalam perjalanan kereta a pi.
(4) Masinis sebagaimana pada ayat (2) pada waktu dinas kereta api atau dinas
langsir, diharuska n mematu hi:
a . isyarat, sinya l, tanda, d a n ma rka;
b. perintah yang diberika n oleh Ppka/Pa p selama berada di stasiun;
c. perintah dari petugas ya ng mempunya i wewenang u ntuk memimpin
suatu la ngsira n selama dinas la ngsir;
d. perintah Ppkp selama dalam perjala nan.
(5) Asisten masinis sebaga imana pada ayat (2) bertugas membantu masinis
dalam melaksanakan tugas sebagaimana pada ayat (3) dan (4), dan dalam
keadaan tertentu harus dapat menggantika n tugas masinis apabila karena
suatu hal masinis tidak dapat melanjutkan tugas dalam perjalanan.
(6) Kondektur sebagaimana pada ayat (1) bertugas:
a . memeriksa d a n mengisi Lkdr dan surat angkutan;
b. menyaksika n percoba a n pengereman statis (bila tidak ada Tka);
c. memeriksa dan menertibkan penumpang ata u bara ng;
d. membantu masinis dalam pem bera ngkatan kereta api;
e. membantu masinis dalam memandu jalannya kereta a pi denga n
kecepatan terbatas atau dalam pemasanga n semboya n untuk
mengama nka n rangkaian kereta api a pabila terjadi gangguan pada
prasara na da n/ata u sarana kereta a pi; dan
f. sebaga i koordinator bagi para Tka dan petugas lain di ra ngkaian kereta
a pi dalam melaksanaka n tugas.
(7) Teknisi kereta api sebaga imana pada ayat (1) bertugas:
a . melakukan pemeriksaan d a n perbaika n ringa n pera lata n atau fasilitas
sarana kereta api dan/ata u sa rana kereta api;
b. menyaksika n percoba a n pengereman statis;
c. mengoperasika n fasilitas sa rana kereta api;
d. membantu masinis dalam memandu jalannya kereta a pi denga n
kecepatan terbatas atau dalam pemasanga n semboya n untuk
mengama nka n rangkaian kereta api a pabila terjadi gangguan pada
prasara na da n/ata u sarana kereta a pi.

Edisi September 2011 II-7


Pasal 8 Peraturan Dinas 19 Jilid I

(8) Petugas lain sebagaimana pada ayat ( 1) a ntara la in, petugas kea manan
dan pegawai ya ng turut jalan.
(9) Pembantu masinis sebaga imana pada ayat ( 1), selain menjalanka n
tugasnya juga harus mematu hi perintah masinis selama dalam perjalanan
kereta api.
( 10) Apa bila awa k sarana kereta api untuk kereta api tertentu tidak diperlu ka n
adanya kondektur, Tka ata u petugas l a i n sebaga imana pada ayat ( 1),
diatu r tersendiri oleh Direksi.
( 11) Apa bila awa k kereta a pi untuk pengoperasian kereta a pi perkotaan
tertentu tida k diperlu kan ada nya asisten masinis sebaga imana pada ayat
(2) h u ruf b, diatur tersendiri oleh Direksi.

Bagian Kedua
Jenis dan Kecepatan Kereta Api
Paragraf 1
Jenis Kereta Api Menu rut Sifatnya
Pasa l 8
( 1) Jenis kereta a pi men u rut sifatnya dibagi atas:
a. kereta a pi biasa;
b. kereta a pi fakultatif; dan
c. kereta a pi luar biasa .
(2) Kereta a pi biasa sebagaimana pada ayat ( 1) huruf a adalah kereta api ya ng
perjalanannya telah tergam ba r dalam Ga peka dan tertu l is dalam daftar
waktu yang berjalan setiap hari.
(3) Kereta api fa ku ltatif sebaga imana pada ayat ( 1) huruf b adalah kereta api
yang perjalanannya telah terga mbar dalam Ga peka dan tertu lis dalam
daftar waktu, teta pi ha nya dija lanka n apabila dibutuhka n .
(4) Kereta api luar biasa sebaga imana pada ayat ( 1) h u ruf c adalah kereta a pl
yang perjalanannya bel u m terga mbar dalam Ga peka dan belu m tertulis
dalam dafta r waktu, tetapi diteta pka n d a n diumu mkan menurut
kebutuhan.

II-8 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 9

Paragraf 2
Jenis Kereta Api Menurut Kegunaannya
Pasal 9
( 1) Jenis kereta api' menu rut kegunaannya dibagi atas:
a. kereta api penumpang;
b. kereta api bara ng; dan
c. kereta api dinas.
(2) Kereta api penu m pang sebaga imana pada ayat ( 1) h u ruf a adalah kereta
api ya ng digu naka n u ntuk angkutan ora ng, yang susunan rangka iannya
da pat ditambah denga n kereta bagasi u ntuk angkutan bagasi dan kiriman
ba rang hanta ran.
(3) Kereta api barang sebaga imana pada ayat (1) huruf b adalah kereta a pi
yang digu nakan u ntuk angkutan bara ng ya ng susu nan ra ngkaiannya
menggu nakan gerbong ata u kereta bagasi.
(4) Kereta api dinas sebaga imana pada ayat ( 1) huruf c adalah kereta api ya ng
digunaka n untuk keperluan dinas, a ntara lain:
a. kereta a pi dinas lokomotif;
b. kereta a pi dinas rangka ian;
c. kereta a pi inspeksi;
d. kereta a pi kerja; dan
e. kereta a pi penolong.

Paragraf 3
Jenis Kereta Api Menurut Metode Pengoperasiannya
Pasa l 10
( 1) Jenis kereta apt' menu rut metode pengoperasia nnya dibagi atas:
a. kereta api a ntar stasiun;
b. konvoi; dan
c. lokomotif pendorong.
(2) Kereta api anta r stasiun sebaga imana pada ayat ( 1) huruf a adalah kereta
api ya ng dijalanka n dari stasiun ke stasiun.
(3) Konvoi sebagaimana pada ayat ( 1) h u ruf b adalah kereta api ya ng
dijala nkan dari suatu stasiun ke suatu tem pat di jalan bebas pada petak
jalan anta ra dua stasiun ya ng berbatasa n dan kembali ke stasiun semula.
(4) Lokomotif pendorong sebaga imana pada ayat ( 1) h u ruf c adalah lokomotif
sendiria n yang dipergu naka n untu k mendorong kereta a pi, tetapi alat
perangka i tida k terku nci dan ranta i pengam a n tida k difu ngsika n, dari suatu

Edisi September 2011 II-9


Pasal 11 Peraturan Dinas 19 Jilid I

stasiun ke suatu tem pat di jalan bebas pada petak jalan a ntara dua stasiun
yang berbatasan dan kembali ke stasiun semula.

Paragraf 4
Kecepata n Kereta Api
Pasal 11
(1) Kecepata n kereta a pi terdiri dari:
a. kecepata n maksimum (Vmaks); dan
b. kecepata n operasional (Vop).
(2) Kecepata n maksimum kereta a pi (Vmaks) sebagaimana pada ayat ( 1) huruf
a ditentu ka n berdasa rka n :
a. kecepata n maksimum ya ng paling rendah a ntara kecepata n maksim um
kemampuan prasa rana jalan rel dalam Ga peka dan kecepata n
maksimum sara na kereta api; dan
b. sifat barang yang dia ngkut.
(3) Kecepata n operasional (Vop) sebagaimana pada ayat ( 1) h u ruf b adalah
kecepata n di bawa h kecepatan maksimum sebaga imana pada ayat (2), dan
ditetapka n dalam peratura n perjalanan u ntuk tia p-tiap kereta a pi.
(4) Sifat barang yang diangkut sebaga imana pada ayat (2) h u ruf b adalah jenis
ba rang ya ng ka rena sifatnya memba haya ka n terhadap kualitas ba ra ng
tersebut, perjalanan kereta a pi, dan lingku nga n sekitarnya, anta ra la in,
angkuta n rel, angkutan bahan berba haya dan beracun, serta l imbah
berba haya dan beracun.
(5) Kecepata n operasional kereta api di lintas raya ditentu ka n berdasar
ketentuan sebaga imana pada ayat (3), kecua l i u ntuk kereta api berikut ini
tidak melebihi kecepata n yang ditetapka n :
a. kereta a pi kerja, kereta api perawata n, dan konvoi 45 km/jam;
b. kereta a pi dan konvoi yang didorong 30 km/jam;
c. kereta api yang perjalanannya tidak diumumkan
terlebih dahulu {periksa Pasal 24 ayat (3)} 30 km/jam;
d. kereta api penolong ya ng berupa lokomotif berjalan
sendiria n ya ng perjalanannya tida k diumu mkan
terlebih dahulu {periksa Pasal 24 ayat (3)} 45 km/jam;
e. kereta a pi pada lintas bergigi 20 km/jam;
f. kereta api ya ng berjalan dalam satu petak jalan terdiri
dari bagia n bergigi dan tida k bergigi, kecepata n pada
bagia n ya ng tidak bergigi 30 km/jam.

II-10 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 12

Bagian Ketiga
Pengoperasian Kereta Api di Jalur Ganda
Pasa l 12
( 1) Pengoperasia n kereta api di jalur ganda pada prinsipnya menggu naka n
ja l u r ka nan.
(2) Dalam keadaan tertentu, pengoperasian kereta api di jalur ganda da pat
menggu nakan jalur kiri, a ntara lain:
a . ada nya gangguan operasi, misalnya, kecelakaan kereta api d a n kereta
a pi mogok/rusa k;
b. ada nya kereta api perawatan jalan rel, selama telah ditetapkan dalam
maklu mat perjalanan kereta a pi ata u warta maklu mat ketika ada
pekerjaan perbaika n ja l u r;
c. seba b lain ya ng mengakibatka n sa lah satu ja l u r tidak da pat dila l u i ata u
terhala ng;
d. perjalanan kemba li lokomotif pendoro ng;
e. perjalanan konvoi.
(3) Pada lintas jalur ganda dibedakan atas "jalur hulu" dan "ja l u r hilir",
masing-masing ditentu ka n menurut kereta api yang berjalan ke ara h
"hulu" ata u ke ara h "hilir".
Dalam Ga peka, arah "hulu" ditunjukka n denga n gam ba r anak panah,
sedangkan u ntuk a ra h sebaliknya bera rti a ra h "hilir".

Bagian Keempat
Pengaturan Perjalanan Kereta Api
Pasa l 13
( 1) Pengatura n perjalanan kereta api terdiri atas wilaya h pengatu ran :
a. setempat; dan
b. daerah.
(2) Pengatura n perjalanan kereta api setem pat sebaga imana pada ayat ( 1)
huruf a adalah pengatura n perjalanan kereta a pi dan langsir yang
dilaksanaka n oleh Ppka di stasiun yang bersangkutan.
(3) Pengatura n perjalanan kereta api daera h sebaga imana pada ayat ( 1) h u ruf
b adalah pengatura n perjalanan kereta api ya ng dilaksa naka n oleh Ppka di
stasiun ya ng diteta pka n dalam Ga peka ata u oleh Ppkp u ntuk mengatur
perjalanan kereta api pada 2 (dua) stasiun ata u lebih.
(4) Penetapan pengatura n perjalanan kereta api daerah oleh Ppkp
sebagaimana pada ayat (3) ha nya da pat dilakukan u ntuk stasiu n-stasiun

Edisi September 2011 II-11


Pasal 14 Peraturan Dinas 19 Jilid I

yang pera latan persinyalannya dilengka pi dengan fasilitas pengatura n


daera h yang diatu r dalam PD PS, d a n dilaku ka n misa lnya, a pa bila terjadi
gangguan pada panel pelayanan ( Video Display Unit/VDU) di salah satu
stasiun dalam wilaya h pengaturan daerah.
(5) Selama pengatu ra n perjalanan kereta a pi daerah sebagaimana pada ayat
(3), Ppka di stasiun ya ng mengatur diba ntu oleh Pa p di stasiu n-stasiun
yang diatu r.
(6) Ppka sebaga imana pada ayat (4) harus selalu berkoordinasi denga n Pa p
stasiun ya ng diatur dalam wilayah pengatu ra nnya u ntuk setiap kegiatan
pengatura n perjalanan kereta api dan langsiran.
(7) Setiap peneta pan secara pengatu ra n perjalanan kereta a pi setempat
dilaku ka n oleh Ppka dengan cara bersepakat anta ra Ppka ya ng
bersangkutan dan setiap kesepa kata n harus ditu l is dalam buku WK.

Bagian Kelima
Pengendalian Perjalanan Kereta Api
Pasal 14
( 1) Pengendalian perjalanan kereta api dilaksa naka n denga n ketentuan
sebaga i berikut.
a. Dilaku ka n oleh Ppkp di pusat pengendalian perjalanan kereta api
terpusat ( PK) u ntuk pengenda l ian perjalana n kereta a pi dalam 1 (satu)
wilaya h pengendalian dan keputusan ya ng telah diteta pkan oleh Ppkp
dilaksa naka n oleh Ppka di tiap stasiun ya ng bersa ngkuta n.
b. Pengenda lian perjalanan kereta api dilaku ka n oleh Ppkp bertuju a n
agar perjalanan kereta api da pat berjalan sesuai peratura n perja la nan,
dan pada saat kereta api berjalan tidak sesua i denga n peratu ran
perjala nan, Ppkp mempunya i kewena nga n sepenuhnya u ntuk
meneta pkan hal-hal ya ng terkait denga n u rusan perjalanan kereta api
di wilaya h pengendaliannya .
c. Pengenda lian oleh Ppkp sebagaimana pada h u ruf a dilaku kan mela l u i
alat kom u nikasi yang terekam (telepon PK) ya ng dapat digunakan
untuk hubunga n kom u nikasi antara Ppkp denga n Ppka dan masinis di
dalam wilayah pengendal ia nnya, demikian juga untuk hubungan
kom u nikasi denga n Ppkp ya ng berdekatan.
d. Pengenda lian perjalanan kereta api ya ng dilakukan oleh Ppkp
sebagaimana pada h u ruf a tidak mengura ngi tanggung jawab Ppka
dalam pengatu ra n perjalanan kereta a pi.

II-1 2 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 14

(2) Ha l-hal ya ng dikomunikasika n a nta ra Ppkp dan Ppka, anta ra la in, sebaga i
berikut :
a . kesiapan kereta api sebelum berangkat;
b. jam bera ngkat/la ngsu ng/data ng kereta a pi di tia p-tia p stasi u n, berikut
penjelasa n tentang penyebab a pabila terjadi keterlambata n;
c. penetapan pemindahan persilanga n dan penyusulan;
d. perjalanan kereta a pi dalam kondisi ba haya;
e. la pora n pergantia n dinas (Ppka dan Ppkp);
f. keadaan emplasemen stasiun yang berkaita n dengan perjalanan kereta
a pi atau la ngsira n;
g. semua ha l/kejadian di stasiu nnya yang dipandang perlu untu k
kela ncaran perjalanan kereta api da n/atau yang dipandang perlu u ntuk
diketa hui oleh Ppkp dan J POD.
(3) Ha l-hal ya ng dikomunikasikan a nta ra Ppkp dan masinis ya ng seda ng dinas
kereta a pi, antara la in, sebagai berikut :
a . kesiapan awak sara na kereta api;
b. kesiapan ra ngkaian kereta api;
c. kelengkapan dan kondisi Go No Go item;
d. posisi kereta a pi, posisi kereta a pi lawan persilangan, atau penyusulan;
e. segala kejadian dan penyimpa ngan terhadap perjalanan kereta api;
f. kondisi kereta a pi dalam perjalana n;
g. Pembatas kecepata n di lintas.
(4) Catatan-catatan ya ng harus dilakuka n oleh Ppkp ditu lis da lam:
a. buku catatan kereta api (catka, buku 103) u ntuk mencatat keadaan
kereta api sewa ktu berangkat dari stasiun awa l dan peru ba han ya ng
terjadi selama dalam perjalanan berka itan dengan berat dan jumlah
ra ngkaian serta awak sara na kereta api;
b. buku harian (buku 103A) u ntuk mencatat laporan-la poran ya ng
diterima dari Ppka/Pa p dan meru pakan data untuk Ppkp dalam
mengambil keputusan;
c. buku PK (buku 103 8) untuk mencatat semua perinta h dan instruksi
harus bernomor u rut yang dikelua rka n PK serta jawa ba nnya dan
catatan penyerahan dinas;
d. lembar kerja PK.
(5) Dalam keadaan mendesa k atau adanya kejadian luar biasa, Ppka ata u
masinis diperkenanka n memotong pem bica raa n dengan cara menekan
tombol E M ERG (emergency call), dan Ppkp akan menerima nada panggil
daru rat, pembica raan ya ng seda ng berlangsung segera dihentika n,
kem udian pa nggilan darurat harus segera d ijawa b oleh Ppkp dengan :

Edisi September 2011 II-13


Pasal 15 Peraturan Dinas 19 Jilid I

Pplfu _ ( Ntrmu 5/fJ?>tfJHJ ")


. . ppkp......... I,nama ppkp'I
1
___ ,.

"D1. sm1
Masin{ lr4 ·-···" l'lonlrJr KA
Silakan melaporkan berita penting".
Catatan :
* ) coret yang tidak dipaka i
Selanjutnya, pembicaraan tenta ng keadaan mendesa k ata u adanya
kejadian luar biasa da pat dimulai.
(6) Apa bila diperl ukan, masinis kereta api dapat berhubunga n denga n Ppka
stasiun terdekat atau seba liknya menggu naka n radio masinis/telepon PK
mela l u i Ppkp.
(7) Apa bila telepon PK terganggu ata u atas perintah Ppkp, pengendalian
perjalanan kereta a pi sebaga imana pada ayat ( 1), dilaku ka n antar Ppka
secara pengaturan perjalanan kereta a pi sebagai ma na dalam pasal 13.

Bagian Keenam
Pengaturan Waktu Kerja
Pasal 15
Ditinjau dari sisi u rusan perjalanan kereta a pi, pada petak jalan ja l u r
tungga l m a u p u n jalur ganda, waktu kerja sela ma 2 4 jam dapat diatur
sebaga i berikut:
a. wa ktu kerja buka, berlaku semua ketentuan dalam peratura n dinas ini
kecua l i Bab VI;
b. wa ktu kerja tutup, berlaku ketentuan sebagaimana diatu r dalam BAB
VI peratura n dinas ini;
c. wa ktu kerja perawata n, berlaku ketentua n sebaga imana diatur dalam
PTDO oleh Direksi atas usulan Pimpinan Daerah.

II-1 4 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 16

BAB Ill
PENETAPAN, PENGUMUMAN, DAN PEMBATALAN PERJALANAN KERETA API
Bagian Kesatu
Peraturan Perjalanan
Pasa l 16
( 1) Setia p kereta api ditetapka n dalam peraturan perja lanan, yang isinya,
anta ra lain:
a . nomor (angka ata u angka d a n hu ruf) dan jenis kereta api;
b. jam berangkat, jam data ng, ata u jam la ngsu ng di stasiun;
c. persilangan dan penyusulan.
(2) Peratu ra n perjalanan sebaga imana pada ayat ( 1) beru pa :
a. ga peka ya ng berisi :
1) ga mbar ga ris perjalanan kereta api biasa dan kereta a pi fakultatif;
2) bebera pa ketera ngan penting yang berka ita n denga n u rusa n
perjalanan kereta api;
3) ta nggal mulai berlaku nya .
b. maklu mat perjalanan kereta api ( M a lka );
c. wa rta maklu mat (Warn);
d. buku dafta r waktu yang berisi:
1) nomor (a ngka atau a ngka dan hu ruf), jenis dan nama kereta a pi,
jam bera ngkat, dan jam data ng kereta a pi di stasiu n. Dem ikia n pula
jam berhenti (jika perlu) dan jam la ngsu ng di perhentian;
2) lama perjalanan dengan kecepata n operasional yang
diperbolehkan;
3) persilanga n dita ndai denga n tanda X, penyusulan ditandai denga n
tanda II (menyusul) ata u tanda = (disusul);
4) hari saat kereta api biasa berjalan ata u tidak berjalan;
5) ta nggal mulai berlaku nya .
(3) Gapeka meru pa ka n peneta pan dan pengu muman perja lanan kereta api
biasa dan peneta pan kereta a pi faku ltatif sesuai ta nggal mulai berlaku nya
gapeka.
(4) Gapeka dapat diubah dengan :
a . peru bahan d a n ta mbahan ( P d a n T) Ga peka;
b. pem berita huan tentang perjalanan kereta api faku ltatif dan kereta a pi
luar biasa dan pembatalan kereta api biasa pada tiap-tiap hari ( PPK);
c. maklu mat perjalanan kereta api ( M a lka );
d. wa rta maklu mat (Warn).

Edisi September 2011 III-1


Pasal 17 Peraturan Dinas 19 Jilid I

(5) Selama Gapeka berla ku, peru bahan da pat dilaku ka n dengan :
a. P dan T u ntuk selama berlaku nya Gapeka;
b. PPK u ntuk 1 (satu) bu Ian takwim (kalender);
c. Malka untuk selama waktu yang ditetapka n oleh Direksi, teta pi tidak
melebihi masa berlaku Ga peka;
d. Wa rn u ntuk waktu pa ling lama 31 hari, teta pi tida k melebihi masa
berlaku nya PPK.
(6) Ca ra pendistribusian Ga peka dilakukan sama denga n ketentuan
pendistribusian Malka sebagaimana dalam pasa l 18 ayat (4).

Bagian Kedua
Menetapkan Perjalanan Kereta Api Luar Biasa
Paragraf 1
Kewenanga n untu k Menetapkan
Pasal 17
(1) Meneta pka n perjalanan kereta api luar biasa ha rus dilakukan denga n :
a. maklu mat perjalanan kereta a pi ( M alka);
b. wa rta maklu mat (Warn).
(2) Pejabat yang berwenang untuk meneta pka n perjalanan kereta api luar
biasa sebagaimana pada ayat (1) adalah.
a. Direksi, dengan menggunakan Malka atau Wa rn u ntuk perjalanan
anta r daerah.
b. Pimpinan Daera h, denga n menggunaka n Wa rn untuk perjalanan dalam
wilaya hnya setelah memberita hukan terlebih da hulu kepada Direksi.
(3) Dalam keadaan mendesak yang tida k da pat d itangguhka n, kewenanga n
sebaga imana pada ayat (2) da pat dilaksa naka n oleh:
a. Pimpinan Daera h, selain u ntuk perjalanan kereta api luar biasa dalam
wilayahnya, juga untuk perjalanan kereta api luar biasa ya ng melewati
batas wilayahnya setelah mendapat kesepa katan dari Pimpinan Daerah
yang terkait.
b. Kepala Stasiun yang dalam Gapeka diteta pkan u ntuk mengu m u m kan
dan membatalkan perjalanan kereta api ( KS Warn), u ntuk paling lama 1
(satu) ha ri, dan dilaporka n kepada Ppkp, u nt u k:
1) kereta api perawatan jalan rel sepanjang l intas Wa rn ya ng
ditetapka n dalam Ga peka, atas dasar permintaan kepala u n it
pelaksa na teknis perawata n jalan rel, selama keperl uan tersebut
sangat mendesa k u ntuk keselamata n perjalanan kereta api;

III-2 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 18

2) kereta a pi penolong sepa njang lintas Warn;


3) Konvoi luar biasa dan lokomotif pendorong sepanjang petak jalan
ya ng berbatasa n dengan stasiunnya;
4) kereta api luar biasa selain kereta api penolong, sampai stasiun
perta ma berikutnya.
c. Kepala Stasiun ya ng lain, u ntuk pal ing lama 1 (satu) hari dan dilaporka n
kepada Ppkp, u ntuk:
1) kereta a pi perawatan jalan rel sepanjang petak jalan ya ng
berbatasan denga n stasiu nnya, atas dasar permintaan kepala unit
pelaksa na teknis perawata n jalan rel, selama keperluan tersebut
sa ngat mendesa k u ntuk kesela matan perjalanan kereta a pi;
2) kereta api penolong, konvoi luar biasa, kereta api pendorong dan
kereta api luar biasa yang la in, sampai denga n stasiun pertama
berikutnya.
d. Selama pengatura n perjalanan kereta api daerah sebagaimana dalam
pasa l 13 ayat (3), KS di stasiun yang d itunjuk sebagai stasiun pengatu r
da pat menetapka n d a n mengu mu mka n perja lanan kereta a p i luar biasa
dalam wilaya h pengatu ra nnya sa m pai denga n stasiun perta ma
berikutnya.

Paragraf 2
Menetapka n Perja lanan Kereta Api denga n M a kl u mat Perja lanan Kereta Api
Pasa l 18

A. Ketentuan dan Alamat Penerima


( 1) Perjalanan kereta api luar biasa yang d itetapka n denga n Malka, harus
menyebutka n tenta ng :
a. nomor maklu mat dan nomor "perjalanan luar biasa" (Plb)
sebaga imana pada ayat (2) h u ruf c da n d;
b. jam bera ngkat, jam datang, dan jam langsu ng di stasiun dan berhenti
ata u langsu ng diperhentian, langsung di blokpos ya ng terletak dilintas
ya ng a kan dilewati, persilanga n ya ng dinyatakan denga n ta nda X, dan
penyusulan ya ng dinyatakan dengan tanda // jika kereta api menyusul
ata u dengan tanda = jika kereta api disusul (nama stasiun, tempat
simpa nga n, perhentian, dan blokpos harus ditulis lengka p);
c. lintas yang a ka n dilalui kereta a pi;
d. jenis kereta a pi men u rut keperluan;
e. batas kecepata n kereta a pi;

Edisi September 2011 III-3


Pasal 18 Peraturan Dinas 19 Jilid I

f. cara mengu mumkan menggunaka n PPK atau Warn;


g. pejabat ya ng berhak mengu mumkan ata u membata lka n kereta a pi
tersebut;
h. kereta api tersebut dijala nka n u ntuk keperlu a n dinas atau instansi lain
yang memerl u ka n;
i. susu nan ra ngkaian kereta a pi;
j. tempat u ntuk m uat bongka r yang harus dilaku kan untuk kereta api
pemeliharaan;
k. peru bahan peratura n perjalanan kereta api biasa ka rena Plb tersebut;
I. ta nggal berlaku dan/ata u tangga l terbit M a l ka; dan
m. berjalan saat dinas tutu p dan berjalan jalur tu ngga l sementa ra .

(2) Malka harus memenuhi ketentuan sebagai berikut.


a. Berisi tenta ng ketentuan peratura n perjalanan sebagaimana dalam
pasa l 16 ayat ( 1).
b. Masa berlakunya Malka tidak melebihi masa berla ku Gapeka.
c. Malka-ma l ka diberi nomor dimulai dari nomor 1, tiap-tiap pergantian
Gapeka dibuat baru lagi dimulai dari nomor 1.
d. Peratura n perjalanan kereta api luar biasa ya ng ditetapka n dengan
Malka disebut "perjalanan luar biasa" disingkat Plb.
Plb tersebut diberi nomor menurut ketentuan yang ditetapka n oleh
Direksi, dan dibuku ka n dalam "dafta r kereta api luar biasa".
e. Plb ya ng sama, yang diteta pka n dalam Malka baru harus diberi nomor
ba ru .
f. Dalam Malka ya ng telah distribusika n tidak boleh diadaka n peru ba han,
dan apabila harus diubah maka diterbitkan Malka baru sebagai
pengganti Malka ya ng telah didistribusika n, selanjutnya Malka ya ng
telah diga nti segera dimusna hkan.

(3) Malka harus dikirim tepat waktu kepada :


a. sem ua KS stasiun yang a ka n dilewati Plb;
b. KS stasiun pemeriksa sebagaimana dalam pasal 6 Su b-A;
c. KS stasiun batas daerah yang mem berangkatka n kereta api ya ng
bersilang ata u mengadaka n penyusulan denga n Plb tersebut;
d. sem ua kepala u n it pelaksana teknis perawatan prasara na dan sara na
yang terkait denga n Plb tersebut;
e. sem ua manager, semua inspector dan kepala pusat pengendalian
operasi kereta api daerah ya ng bersa ngkuta n dan daerah yang terkait
dengan Plb tersebut;
f. direksi dan Pimpinan Daera h yang bersangkuta n dan yang berbatasan
dengan Plb tersebut, seda ngka n a pa bila Plb tersebut dijalanka n atas

III-4 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 18

perm intaan instansi lain, Malka tersebut harus dikirim juga kepada
instansi ya ng bersa ngkuta n.

B. Cara Pendistribusian
(4) Pendistribusian Malka dilakukan denga n ketentuan sebagai berikut.
a. Ppka/Pap stasiun awa l pem berangkatan memberikan Malka beserta
su rat pengantar u ntuk setiap pejabat sebaga imana pada ayat (3) huruf
a, b, c, dan d kepada kondektur kereta api ya ng menurut peratura n
perjalanan berhenti di setia p stasiun sepanjang lintas ya ng dilewati
ata u kereta a pi ya ng telah ditetapka n dalam PTDO dan kondektur
mena ndatanga ni buku penyera han dari Ppka/Pa p.
b. Malka harus disa mpa ika n kepada alamat sesuai dengan yang tertulis
dalam surat pengantar.
c. Dalam surat penga ntar Ppka/Pap sendiri harus ya ng mena ndatangani
(bukan pa raf) penerimaan Malka dan untuk stasiu nnya maupun u ntuk
para pejabat yang berkedudukan dil ingkungan stasiu nnya .
d. Malka yang diterima Ppka/Pa p segera disampaika n ke alamat masing­
masing denga n mempergunakan buku penyera han ya ng harus
dita ndata nga ni oleh penerima.
e. Kepada Ppka/Pap stasiun penghabisan pada l intas tersebut oleh
kondektu r diserahkan sisa Malka beserta surat penga nta r
pendistribusian Malka dengan mempergunaka n buku penyera han ya ng
dita ndata nga ni oleh Ppka/Pa p u ntuk b u kti penerimaan.
f. Ppka/Pap stasiun pengha bisa n sebaga imana pada h u ruf e, memeriksa
su rat penga nta r Malka dan selanjutnya jika semua Ppka/Pap telah
menerima dan mena ndata ngani su rat penga nta r, dibuatkan warta
lintas beres (m1} kepada :
1) Direksi dan Pimpinan Daera h,
2) Ppkp lintas yang bersa ngkutan,
3) Ppka/Pa p stasiun pemulaan perjalanan kereta a pi,
4) Ppka/Pa p stasiun pemeriksa; dan
5) Ppka/Pa p penerima Malka .
Warta lintas beres adalah sebaga i berikut:
malka no.................... lintas................./................ beres (m1}
g. Apa bila su rat penga ntar bel u m dita ndatanga ni oleh semua Ppka/Pap,
warta m1 tidak boleh dikirim, dan Ppka/Pa p stasiun penghabisan harus
segera menanya ka n kepada Ppka/Pap stasiun ya ng belu m
mena ndatanga ni su rat pengantar pengiriman Malka .
h. Apa bila menurut wa rta ternyata Malka telah diterima, tetapi surat
penga ntarnya belu m ditandata nga ni, tindaka n pengiriman warta m1

Edisi September 2011 III-5


Pasal 19 Peraturan Dinas 19 Jilid I

da pat dilaku kan. Selanjutnya, a pabila surat penga nta r Malka sudah
dita ndata ngani, harus segera dikirirnka n kepada Direksi dan Pirnpinan
Daera h disertai ketera ngan rnengenai alasan keterlarnbata n.
i. Apabila Malka bel u rn diterirna oleh sa lah satu ata u bebera pa stasiun
dan tidak ada kesernpatan lagi u ntuk rnengirirnka n turunan Malka yang
tanda terirnanya ditandatanga ni oleh Kepala Stasiun ya ng belu rn
rnenerirnanya, Ppka/Pa p stasiun penghabisan harus rnenya rnpaikan
sa linan denga n warta kepada Ppka/Pa p yang bersa ngkuta n.
j. Setelah Ppka/Pap ya ng rnenerirna telah rnenyata ka n penerirnaan
sa linan Malka denga n pernyataan pengulanga n wa rta, tindakan
pengirirnan warta m1 da pat dilakukan oleh Ppka/Pa p stasiun
penghabisan sesuai denga n su rat penga ntar.
k. Setelah rnenerirna warta m1, Ppka/Pa p stasiun awal pernbera ngkata n
da pat rnernbera ngkatka n kereta a pi denga n persetujuan Ppkp.
I. Apabila warta m1 diterirna tidak tepat pada wa ktu nya, Ppka/Pa p
stasiun pengirirn Malka harus berusaha rnengetah u i penyebabnya.
rn. Apabila warta m1 bel urn diterirna pada waktu nya pada saat Plb a ka n
dija lankan, jika perlu, dapat dibatalkan oleh Ppka/Pa p stasiun awal
tersebut, dengan rnenya rn pa ikan wa rta kepa da:
1) Ppkp dan Ppka/Pap sebagairnana pada h u ruf f butir 2), 4), dan 5)
dikirirnkan wa rta ke kantor-kantor (kkt), dengan warta m2 sebagai
berikut.
plb no. ........... .lintas ............/............. tidak berjalan (m2)
2) Direksi dan Pirnpinan Daera h dikirirn denga n warta m3 sebagai
berikut :
plb no. ...... lintas ......./....... dibatalkan, Ppka..... (nama
stasiun) tidak menandatangani (m3)

Paragraf 3
Meneta pkan Perjalanan Kereta Api dengan Warta M a klu rnat
Pasal 19
( 1) Apa bila untuk rneneta pkan perjalanan kereta api luar biasa dengan Malka
tidak cukup wa ktu, peneta pa n dapat dilaku ka n denga n Wa rn sebagai
kereta api luar biasa.
(2) Dalarn Warn sebaga irnana pada ayat ( 1) seda pat rnu ngkin disebutka n
keteranga n sebagairnana dalarn pasal 18 ayat ( 1).
Karena kereta api luar biasa ya ng perjalana nnya diteta pka n denga n Warn
tidak rnernpunya i sebuta n a ngka tersendiri, sebaga i pengganti a ngka

III-6 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 19

sebuta n dipakai nomor Warn ya ng bersa ngkutan berikut subnya (bila ada)
dan ditu lis dalam la poran wa rta (bentuk 142), sebagai berikut:
k/ct no . ka
..........................

(3) Pengajuan permohonan kereta api luar biasa ( Klb) harus menggu nakan
surat kepada pejabat yang berwenang denga n ketentuan sebagai berikut.
a. Permohonan kereta api luar biasa harus sudah diterima pejabat ya ng
berwenang ( Direksi ata u Pimpinan Da era h) pa ling lambat 4 hari kerja
sebelum hari dijalanka n klb.
b. Dalam keadaan mendesa k ata u daru rat (misal, Kl b penanga nan rinja,
pencega han Pih, dan a ngkuta n penting) da pat dim inta saat itu juga
kepada Direksi, Pimpinan Daera h, atau KS Wa rn.
c. Dalam su rat permohonan harus dicantumka n :
1 ) perihal atau jenis angkutan;
2) hari dan ta nggal perjala nan;
3) relasi yang a ka n dijala ni; dan
4) jumlah serta jenis kereta/gerbong ya ng a kan digu nakan.
(4) Dalam Wa rn sebaga imana pada ayat ( 1) harus disebutka n keteranga n
sebagai berikut.
a. Nomor wa rta Klb.
b. Jam berangkat, jam data ng, dan jam l a ngsu ng di stasiun dan berhenti
ata u langsu ng diperhentian, la ngsu ng di blokpos ya ng terleta k di lintas
ya ng akan dilewati Klb, persilanga n yang dinyata ka n denga n tulisa n
"bersilang" (bers), dan penyusulan yang dinyatakan denga n tulisa n
"menyusul". Untuk kereta api yang disusul, dinyatakan dengan tu lisa n
"disusul" (nama stasiun, perhentia n, dan blokpos ditu lis denga n
singkatan).
c. Lintas ya ng akan dila l u i kereta api.
d. Jenis kereta a pi men u rut keperl uan.
e. Batas kecepata n kereta a pi.
f. Kereta api tersebut dijala nkan u ntuk keperlu a n dinas ata u perusa haan
ya ng memerl u ka n .
g. Susunan rangkaian kereta a pi.
h. Ternpat m uat bongkar ya ng diperl ukan u ntuk kereta a pi kerja.
i. Peru ba han penetapan peratu ran perjalanan kereta a pi biasa ka rena
perjalanan Klb tersebut.
j. Ta nggal terbit, masa berlaku Warn .
k. Keteranga n lain yang dipandang perl u.
(5) Pendistribusian Wa rn dilaku kan sebagai berikut.
a. Dikirimkan kepada Ppka stasiun yang tersebut sebagaimana dalam

Edisi September 2011 III-7


Pasal 20 Peraturan Dinas 19 Jilid I

pasa l 18 ayat (3) h u ruf a, c, dan d, juga kepada Ppka stasiun kedudukan
pejabat tersebut sebaga imana dalam pasal 18 ayat (3) huruf b dan e.
b. Ppka stasiun tempat keduduka n pejabat tersebut sebaga imana dalam
pasa l 18 ayat (3) huruf b dan e, setelah m enerima warta kkt, harus
menya mpaika n salinannya kepada peja bat terkait ya ng wajib
menerima. J ika perlu, menurut ketentuan tambahan ya ng diteta pkan
oleh Direksi ata u Pimpinan Daera h.
c. Stasiun pengirim dan stasiun batas Warn diberita hu oleh Ppka sendiri
atau petugas lain dalam pengawasa n Ppka dan Ppka juga harus
memeriksa sendiri terhadap semua stasiun ya ng sudah memberika n
pengu langa n. Untu k petugas blokpos da pat dimintakan ba ntua n
kepada stasiun terdekat u ntuk memberita hu mela l u i telepon.
d. Di atas ala mat warta kkt tentang pengumuman perjalanan kereta api
ditu lis petunj u k dinas =Wa rn=; dan ka rena petunj u k dinas tersebut,
Ppka stasiun tempat kedudukan pejabat sebaga imana dalam pasa l 18
ayat (3) huruf b dan e harus segera menya mpaikan sa linan warta
tersebut kepada para pejabat ya ng berhak menerima.
(6) Penetapan perjalanan kereta api denga n menggunakan Warn juga
meru pa ka n pengu muman perjalanannya sebaga imana dalam pasal 23.

Bagian Ketiga
Pengumuman dan Pembatalan Perjalanan Kereta Api Fakultatif dan
Kereta Api Luar Biasa, dan Pembatalan Kereta Api Biasa
Paragraf 1
Kewenangan Mengumumkan dan Membatal kan
Pasal 20
( 1) Mengumu mka n dan membata lka n perjalanan kereta api fakultatif dan
kereta a pi luar biasa serta membata lka n perjalanan kereta api biasa harus
dilaku ka n denga n :
a. pemberita huan tenta ng perjalanan kereta api fakultatif dan kereta api
luar biasa, dan tenta ng pembata lan kereta api biasa ( PPK);
b. Wa rn;
c. sya rat lain.
(2) Ya ng mempunya i hak mengu mumka n dan membatalkan perjalananan
kereta api adala h :
a. Direksi, u ntuk selama waktu ya ng ditetapkan;
b. Pimpinan Daerah dalam wilaya hnya, untuk pa ling lama 31 (tiga puluh
satu) ha ri, teta pi tidak melebihi masa berlakunya PPK;

III-8 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 20

c. Kepala Stasiun ya ng tersebut di bawa h ini, setiap ka li u ntuk 1 (satu)


hari:
1) Kepa la Stasiun Wa rn sebagaimana dalam pasal 17 ayat (3) h u ruf b
berhak mengu mumka n dan membata lka n perjalanan kereta a pi
pada lintas ya ng telah ditetapkan dalam Ga peka . Pada lintas di luar
wilaya h Wam-nya, hanya diperbolehka n mengu mumka n dan
membata lkan perjalanan Kaf atau Klb u ntuk satu petak jalan ya ng
berbatasan denga n stasiu nnya.
2) Kepa la Stasiun lain berhak mengu mumkan perjalanan kereta api
sebagaimana ketentuan dalam pasal 17 ayat (3) h u ruf c, u ntuk Kaf
atau klb hanya sepa njang petak jalan ya ng berbatasan, dan hanya
diperbolehkan membata lka n perjalanan kereta a pi jika keadaan
mendesak.
Pembatalan ha nya boleh berla ku sa mpai di stasiun perta ma ya ng
menurut Gapeka mempunyai kewenanga n mengu mumka n dan
membata l kan perjalanan kereta api. Pengu muman ata u pembatalan
harus dilaku ka n secara tertulis atau denga n wa rta menurut ketentuan
ya ng telah diteta pkan sebagaimana dalam pasal 21, 22, dan 23, harus
dialamatka n kepada pa ra pejabat sebagaimana dalam pasal 18 ayat
(3).
(3) Setia p peru ba han perjalanan kereta api ya ng diteta pka n dan diumu mkan
oleh KS sebaga imana pada ayat (2) huruf c, Ppka stasiun yang
bersa ngkuta n harus juga memberita h u ka n tepat pada wa ktu nya kepada
penjaga perlintasa n dan petugas perawatan prasa ra na di petak jalan ya ng
dilalui kereta a pi tersebut, mela l u i a l at kom u nikasi dengan warta
perjalanan sebaga i berikut.
a. Pada jalur tu ngga l.
1) pemberita huan perjalanan kereta a pi fakultatif ata u kereta a pi luar
biasa .
Hari ini .........,................ (hari, tanggal, bu/an, dan
tahun) setelah KA........... (nomor KA) masuk di......... .
M foxwta tlf
(nama stasiun) dijalankan
"
J (nomor KA) .. ·· ···

lfA I,; !th rn.... �- - -


Ci �(11ifua •• , ,. , . . J. n.ereta
" v
apt. berangkat dan.. .....

sampa1
tm.� ·· •-. .. da11 k�
, mf1a"N
(nama stasiun) pukul....... (waktu keberangkatan).
Ppka.......... (nama stasiun)

Edisi September 2011 III-9


Pasal 21 Peraturan Dinas 19 Jilid I

2) pemberita huan pembatalan kereta api biasa.


Hari ini .........,.. ......... ..... (hari, tanggal, bu/an, dan
tahun) setelah KA.......... (nomor KA yang lewat) masuk
di....... (nama stasiun), KA.......... (nomor KA) dibatalkan.
Ppka.......... (nama stasiun)
b. Pada jalur ganda.
1) pemberita huan perja lanan kereta api fa ku ltatif atau kereta api luar
biasa .
Hari ini .........,.................. (nama hari, tanggal, bu/an,
dan tahun) setelah KA....... (nomor KA) masuk di ........ .
KA Ju, fai ' - · -·,, •J
(nama stasiun) dijalankan (nomor KA) di
11'.1\ uar .l!To a ... - ..
ll111u •J dl rca n n .. ..... . . ") v
. Iur ap1.

1a -. sampa1 n.ereta
� il
lf" A-m..
, , drrn i-Pmlm · •

berangkat dari .......... (nama stasiun) pukul ........ (waktu


keberangkatan).
Ppka....... (nama stasiun)
2) pemberita huan pembatalan kereta api biasa.
Hari ini .........,.................. (nama hari, tanggal, bu/an,
dan tahun) setelah KA....... (nomor KA yang lewat) masuk
di ......... (nama stasiun), KA.......... (nomor KA) di jalur
•J
t. lu dibatalkan.
111 rr

Ppka....... (nama stasiun)


Catatan:
* ) coret ya ng tidak dipakai
(4) Pemberita huan perjalanan kereta api sebaga imana pada ayat (3) harus
dicatat dalam buku WK.
(5) U ntuk pemberita huan kepada penjaga perlintasan, selain pemberita huan
sebaga imana pada ayat (3), pada saat kereta api a ka n berangkat ata u
langsu ng Ppka wajib membu nyika n semboyan genta, pada dinas buka
maupun dinas tutup dan pada siang hari maupun malam hari.

Paragraf 2
Pengu muman dan Pembatalan denga n PPK
Pasal 21
( 1) Setiap bulan Direksi menerbitkan PPK ya ng bernomor sesuai dengan
nomor bulan berlaku nya, dengan ketentuan sebaga i berikut :

III-10 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 21

a. PPK yang telah diterbitka n u ntuk bu Ian berjalan tida k boleh dibata lka n;
b. a pa bila PPK sebagaimana pada hu ruf a karena sesuatu hal yang
mendasa r sehingga perlu diadaka n perubahan, harus diterbitkan Wa rn
u ntuk meneta pkan dan mengu mu mkan peru ba han ketentuan dalam
PPK.
(2) Penu l isan dalam PPK dilakuka n sebaga i berikut.
a. Kereta api fakultatif dan kereta api luar biasa ya ng berjalan setiap hari
harus ditulis nomor dan lintas ya ng aka n dijalani. Aka n teta pi, jika
suatu Plb diteta pka n dengan Malka, ya ng dicatat dalam PPK adalah
nomor Plb ya ng dida h u l u i denga n singkatan " Plb". Apabila pada hari
tertentu (misa l : minggu ata u hari raya) kereta api tersebut tida k perlu
jalan, di bagia n bawah PPK harus ditera ngka n kereta a pi mana ya ng
tida k jalan pada hari tersebut dan Kepala Stasiun Warn mana ya ng
harus mem bata lka n perjalana nnya pada hari tersebut.
b. Kereta api biasa ya ng dibata lka n setia p ha ri, apabila pada hari tertentu
(misa l : minggu ata u hari raya) harus berjalan, di bagian bawa h dalam
PPK harus ditera ngka n kereta api mana yang berjalan pada hari
tersebut, dan Kepa la Stasiun Wa rn mana ya ng harus mengu mumka n
perjalanannya pada hari tersebut.
c. Keteranga n ya ng dipandang perlu, misa l nya, mem perpendek dan
memperpanjang peta k jalan dinas tutu p dan sebaga inya .
(3) Pendistribusian PPK sebaga i berikut:
a. PPK dikirimka n kepada :
1) sem ua Kepa la Stasiun, petugas jalan silang dan petugas blokpos
terka it;
2) sem ua kepala u n it pelaksana teknis (Kupt) terka it;
3) sem ua inspector dan kepa la pusat pengendalian operasi kereta a pi
terka it;
4) sem ua ma nager daerah terka it; dan
5) Pimpinan Daera h terkait;
6) Direksi.
b. Pendistribusian PPK kepada pejabat sebaga imana pada huruf a butir 4)
dan 5) dilakukan sesuai dengan pendistribusia n Malka sebaga imana
dalam pasa l 18 ayat (4).

Edisi September 2011 III-11


Pasal 22 Peraturan Dinas 19 Jilid I

Paragraf 3
Pengu muman dan Pembatalan Perjalanan Luar Biasa yang Ditetapka n denga n
Maklu mat Perjalanan Kereta Api
Pasal 22
( 1) Dalam Malka ditera ngka n ca ra pengumuman ata u pembatalan perjalanan
luar biasa yang a ka n dilakukan denga n PPK atau Warn .
(2) Perjalanan luar biasa yang diperlukan u ntuk ja ngka waktu lama seda pat
mungkin diumumka n dengan PPK.

Paragraf 4
Pengumuman dan Pembatalan denga n Warta M a kl umat
Pasal 23
( 1) U ntuk mengu mumkan dan membata lka n perjalanan kereta api dengan
Warn, berlaku ketentuan sebaga imana dalam pa sa l 19.
(2) Dalam Warn harus ditulis ha l-hal sebagai berikut :
a. hari dan ta nggal kereta a pi dija la nka n ata u dibata lkan;
b. nama dan nomor yang ditu lis denga n huruf menurut angka bilangan
atau sebutan kereta api;
c. lintas kereta a pi ya ng a ka n dija la nkan ata u dibata lka n termasuk stasiun
pengirim Warn.
Da lam warta tersebut diperbolehkan memakai seba nyak m u ngkin
singkatan ya ng telah diteta pkan.
Conteh :
pada hari Selasa ta nggal 2 8 Juni kereta api 2446 fa ku ltatif harus
diumu mka n perjalanannya a ntara Pru puk sampai dengan Pu rwokerto
dengan warta sebaga i berikut.
no. 327 ka.
= wam=
ppka klct kgd sampai ppk, en.
selasa, 28 juni berjalan ka dua empat empat enam sub f
ppk/pwt.
ppka pwt. (t1)
(3) Apa bila terjadi suatu perjalanan kereta api ya ng telah diumu mkan denga n
wa rta kkt harus dibatalkan, warta t1 harus dibata lka n .
Untu k mencega h kesalahan d a l a m pembata lan wa rta, harus dijelaska n
ba hwa kereta a pi ya ng perjalanannya telah diumu mka n tersebut tida k jadi
jalan.

III-1 2 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 23

Conteh:
KA 2446 fakultatif yang telah diumumka n perjalana nnya pada ayat (2)
karena sesuatu hal harus dibatalkan denga n warta sebaga i berikut.
no. 328 ka.
= wam =
ppka klct kgd sampai ppk, en.
klct saya no. 327 ka batal. ka dua empat empat enam sub f
ppk/pwt tidak jadi jalan.
ppka pwt. (t2)
(4) Apabila perjalanan kereta api ya ng telah d ibatalkan denga n wa rta kkt a ka n
dijala nkan, perjalanan kereta api tersebut harus diumu mkan kem bali.
Selanjutnya, warta t2 harus dibatalkan.
Untu k mencegah kesa lahan dalam pem bata lan wa rta, harus dijelaska n
ba hwa kereta api yang perjalanannya tel a h dibatalkan teta p akan jalan.
Conteh:
KA 2446 fa ku ltatif yang telah dibatal ka n perjalanannya pada ayat (3)
karena sesuatu hal harus diumu mka n dengan wa rta sebaga i berikut.
no. 329 ka.
= wam =
ppka klct kgd sampai ppk, en.
klct saya no. 328 ka batal. ka dua empat empat enam sub f
ppk/pwt tetap jalan.
ppka pwt. (t3)
(5) Ppka di setiap stasiun peralihan batas PK menya mpaika n jawa ba n beres
atas penerimaan wa rta pengu la ngan kepad a :
a. Ppka stasiun pengirim warta tersebut;
b. Ppka stasiun awa l kereta api yang perja lanannya diu m u m kan ata u
dibatal kan;
c. Ppka stasiun pemeriksa .
dengan wa rta sebaga i berikut:
klct no................. ka lintas ................../.................. beres. (t4)

Edisi September 2011 III-13


Pasal 24 Peraturan Dinas 19 Jilid I

Paragraf 5
Pengu muman Perjalanan Kereta Api denga n Sya rat La in
Pasal 24
( 1) Perjalanan kereta a pi pada suatu petak jalan diangga p telah diumu mka n
apabila :
a. Ppka di kedua stasiun dan penjaga blokpos pada petak jalan telah
diberitahu tenta ng perjalanan kereta api tersebut denga n telepon
anta rstasiun dan dengan permintaan blok ata u wa rta tanya jawa b
kondisi "a man";
b. penjaga perlintasa n dan petugas perawata n prasara na telah diberitahu
tentang perjalanan kereta a pi tersebut dengan telepon, ata u radio
komunikasi. Untu k penjaga perl intasa n dipergunaka n juga semboya n
genta;
c. Penga nta r lori ya ng berada di peta k jalan telah mengetah u i perjalanan
kereta a pi tersebut.
(2) Apa bila syarat sebaga imana pada ayat ( 1) hu ruf a tidak da pat dipenuhi,
kereta api tersebut harus dianggap sebagai kereta api ya ng perjalanannya
tidak diumumkan terlebih dahulu ya ng tidak boleh dijalanka n .
( 3 ) Apa bila sya rat sebagaimana pada ayat ( 1) hu ruf a terpenuhi seda ngka n
syarat sebaga imana pada ayat ( 1) huruf b d a n c tidak da pat terpenu hi,
kereta api boleh dijalanka n denga n kecepata n tidak melebihi 30 km/jam,
dan u ntuk lokomotif sendirian tidak melebihi 45 km/jam.
(4) Kereta a pi ya ng berjalan sebagaimana pada ayat (3), apabila akan mela l u i
tempat j a l a n silang atau perlintasan, harus membunyika n semboya n 3 9
(petunj u k ba haya) bebera pa kali.
(5) Tentang pembatasan kecepata n kereta api sebagaimana pada ayat (3)
masinis harus diberitahu secara lisan dan diberikan juga bentuk BH
(perintah berjalan hati-hati), dan u ntuk keperlu a n pemberia n BH terhadap
kereta a pi langsu ng harus diberhentika n luar biasa dengan ketentuan
sebaga imana dalam pasa l 86 ayat (3).
(6) Tentang pengumuman perjalanan kereta a pi penolong diatur sebagaimana
dalam pasa l 92.

III-1 4 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 25

Bagian Keempat
Pemberitahuan Bila Terjadi Perubahan Perjalanan Kereta Api
Pasa l 25
( 1) Pem beritahuan perubahan perjalanan kereta api karena terbitnya PPK,
Malka ata u Wa rn denga n cara sebagai berikut:
a. u ntuk penjaga perl intasan dan petugas lain dalam emplasemen stasfun
diberita hu oleh KS/Ppka yang bersa ngkutan tepat pada waktu nya
secara tertu lis atau lisan;
J ika pemberita huan dilaku ka n secara tertul is, harus dipergunakan
buku penyerahan ya ng ditanda ta nga n i oleh penerima sebaga i tanda
penerimaan;
b. u ntuk petugas perawata n prasara na dan penjaga perlintasa n di luar
emplasemen diberitahu oleh kepa la u n it pelaksa na teknis perawata n
prasara na yang bersa ngkutan tepat pada waktu nya secara tertul is ata u
lisan. J ika pemberitahuan dila kuka n secara tertul is, harus
dipergunaka n buku penyerahan yang ditanda tanga ni oleh penerima
sebaga i tanda penerimaan. Sedangkan untuk penjaga perl intasa n
dipergunaka n juga semboya n genta.
(2) Untu k pemberita huan tenta ng peru baha n perjalanan kereta a pi ka rena
pemindahan persila ngan dan pem inda han penyusulan diatur sebagaimana
dalam Bab V.

Bagian Kelima
Pengumuman Perjalanan Lokomotif Pendorong
Pasa l 26
( 1) Pengu muman perjalanan lokomotif pendorong dia nggap telah dilaku ka n
jika pada waktu menyampa ika n warta berangkat kereta a p i telah
ditam ba hka n kata-kata "dgn lokpdr" sebaga imana dalam pasal 37.
(2) Pengu muman kepada para penjaga perlintasa n dan petugas perawata n
prasa rana pada peta k jalan dilaku ka n denga n :
a. menggu naka n alat komunikasi; dan
b. memasang 2 (dua) pasa ng semboya n 21, pada kereta a pi yang
didorong dan pada lokomotif pendorong.

Edisi September 2011 III-15


Pasal 27 Peraturan Dinas 19 Jilid I

Bagian Keenam
Ketentuan Jika Terjadi Penambahan atau Pengurangan
Perjalanan Kereta Api terhadap Gapeka
Paragraf 1
Menandai Garis Perjalanan Kereta Api dalam Ga peka dengan Benang Berwarna
Pasal 27
( 1) Selama satu bulan takwim ga ris perja lanan kereta a pi diberi tanda:
a. benang hijau jika kereta a pi fa ku ltatif atau kereta api luar biasa
men u rut PPK berjalan tiap ha ri;
b. benang putih jika kereta api biasa menurut PPK dibatalkan
perjalanannya setiap hari.
(2) Setiap hari ga ris perjalanan kereta api diberi ta nda :
a. benang mera h jika kereta api faku ltatif ata u kereta a pi luar biasa atau
juga kereta api biasa ya ng menu rut ayat (1) huruf b telah dibatal ka n
perjalanannya, men u rut Wa rn dija lankan u ntuk pa ling l a m a 3 1 hari,
teta pi tidak melebihi masa berlakunya PPK;
b. benang ku ning jika kereta api biasa atau kereta a pi fa ku ltatif atau
kereta api luar biasa yang telah diumu mka n perjalanannya dalam PPK
selama satu bulan ta kwim sebaga imana pada ayat ( 1) huruf a, menurut
Wa rn dibata lka n u ntuk pa ling lama 31 ha ri, teta pi tidak melebihi masa
berlaku nya PPK.
(3) Pemberian tanda denga n benang warna ganda u ntuk kereta api ya ng telah
dija lanka n denga n PPK kemudian dibata lkan ata u kereta api ya ng telah
dibata lka n dengan PPK kemudian dijala nkan kembali maka :
a . perjalanan kereta a pi sebagaimana pada ayat (1) h u ruf a dan b yang
tergam ba r dalam Gapeka dapat diberi tanda dua jenis benang
bersa ma-sama, yaitu hijau dan kuning ata u putih dan mera h;
b. perjalanan kereta api fa ku ltatif ata u kereta a pi luar biasa yang telah
diumu mka n dalam PPK kemudian dibata lkan denga n Wa rn, apabila
pembatalan tersebut dicabut kem ba li, aka n tetap bertanda benang
hija u .
(4) Setiap habis masa berlaku Warn, benang mera h ata u ku ning ya ng telah
dipasang sebaga imana pada ayat (2) harus d icabut, selanjutnya diatu r
kembali pemasangan benang untuk hari berikutnya.

III-1 6 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 28

Paragraf 2
Pemberita huan Kepada Penjaga Perlintasan Dan Petugas Perawatan Prasa rana
Pasa l 28
( 1) Kereta a pi fakultatif dan kereta api luar biasa yang menurut PPK setiap
hari berjalan selama bulan berlaku nya PPK dipandang sebagai kereta a pi
biasa .
Jika kereta api pada suatu hari dibata lkan perjalana nnya, maka
pembatalan tersebut, harus diberita h u ka n kepada penjaga perlintasa n
dan petugas perawata n prasa ra na mela l u i alat komunikasi. Dalam Ga peka,
garis perjalanan kereta api tersebut dita mbah dengan benang ku ning,
menjadi hijau dan ku ning.
Jika kem udian perjalanannya diumumka n kembali atau pem bata la nnya
dica but ata u selesa i, maka pemberita huan kepada penjaga perlintasa n
dan petugas perawata n prasa ra na dilaku kan mela l u i a lat komu nikasi, dan
benang ku ning harus dicabut.
(2) Kereta api biasa ya ng menurut PPK setia p hari dibatalkan perjalanannya
selama bulan berlaku nya PPK dipandang sebaga i kereta a pi fa ku ltatif, dan
selama pembatalan.
Jika kereta api pada suatu hari harus berjalan, maka perja lanan tersebut
harus diberitahuka n kepada penjaga perl intasa n dan petugas perawata n
prasa rana melal u i a lat komunikasi dan semboya n genta. Dalam Ga peka,
garis perjalanan kereta api tersebut dita mbah dengan benang mera h,
menjadi putih dan mera h .
Jika kereta api diumu mka n u ntuk satu hari tersebut dibata lka n lagi ata u
selesa i perjalanannya maka kereta api tersebut kem ba li dalam keadaan
bata l, dan pem beritahuan kepada penjaga perlintasa n dan petugas
prasa rana mela l u i a lat komunikasi, kemudian benang mera h harus
dica but.
Paragraf 3
Catata n dalam Lapora n Kereta Api
Pasa l 29
( 1) Dalam La pka selain pengisia n kolom mengenai persilanga n luar biasa harus
dicatat juga :
a. "KA no. ..... dari sta ..... s.d. sta ..... hari ini berjalan ", Jika kereta api
a ka n bersilang denga n:
1) kereta a pi faku ltatif atau kereta a pi luar biasa ya ng menurut PPK
atau Warn dija la nkan, ata u

Edisi September 2011 III-17


Pasal 29 Peraturan Dinas 19 Jilid I

2) kereta api biasa ya ng dibata lka n perjalanannya rnen u rut PPK,


dijala nkan kernbali rnenurut Malka ata u Warn;
b. "KA no. ..... dari sta ..... s.d. sta ..... hari ini dibatalkan ", Jika kereta api
rnen u rut peratura n perjalanan seha rusnya bersilang denga n :
1 ) kereta api biasa yang rnenurut PPK atau Wa rn dibatal ka n
perja lanannya; atau
2) kereta api faku ltatif ata u kereta api luar biasa ya ng berjalan
rnen u rut PPK, teta pi kernudian dibata l ka n perjalanannya denga n
Wa rn.
(2) Catata n ya ng dirnaksud pada ayat ( 1) di atas harus dituliskan oleh
Ppka/Pap stasiun awa l atau stasiun perneriksa ata u oleh Ppka/Pa p stasiun
lain ya ng rnernpunya i kewajiban rnengu bah ata u rnenarnbah isi Lapka
karena peru bahan keadaan.

III-1 8 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 30

BAB IV
KETENTUAN PADA WAKTU PERJALANAN KERETA API SESUAI
PERATURAN PERJALANAN
Bagian Kesatu
Persilangan dan Penyusulan
Paragraf 1
Persilanga n
Pasa l 30

A. Arti Persilangan
( 1) Di suatu tempat pada petak jalan ja l u r tu ngga l, kereta a pi dikata ka n
bersilang denga n kereta a pi lain jika kereta a pi tersebut u ntuk perta ma
ka linya berjalan mela l u i sel uruh ata u sebagian peta k jalan yang sel uruhnya
atau sebagia n bekas dila l u i kereta api lain dari a rah seba liknya.
(2) Persilangan dibagi atas dua jenis, yaitu :
a. persilangan biasa; dan
b. persilangan luar biasa .
(3) Persilangan biasa sebaga imana pada ayat (2) huruf a adalah persilangan
dengan kereta api biasa .
(4) Persilangan luar biasa sebagaimana pada ayat (2) h u ruf b adalah
persila nga n dengan kereta api fa ku ltatif atau kereta api luar biasa.

B. Tempat Persilangan
(5) Persilangan anta r kereta api pada peta k jalan jalur tu nggal harus
dilaksanaka n di stasiu n.
(6) Persilangan di luar stasiun hanya diperbolehka n atas perintah Pimpinan
Daerah pada wa ktu terjadi kecela kaan. Adapun ya ng dimaksud dengan
persila nga n di luar stasiun adalah:
a. jika di lokasi kecelakaan dibuatkan tambahan jalur sementara,
sehingga di lokasi tersebut teta p da pat dila l u i kereta api;
b. dilaku ka n pertukara n nomor kereta a pi dari dua rangka ian kereta api
ya ng berbeda, ya ng sa ling melanjutka n dari lokasi kecela kaan.

C. Catatan Persilangan
(7) Persilangan dicatat dala m :
a. daftar waktu, Malka, Warn;
b. tabel kereta a pi (ha nya persila nga n bia sa); dan
c. Lapka (hanya persilanga n luar biasa),

Edisi September 2011 IV-1


Pasal 30 Peraturan Dinas 19 Jilid I

jika kereta api ya ng bersilang sama-sa ma "terlihat" ata u "ada" di stasiun


tempat persila ngan.
(8) Ya ng dimaksud "terlihat" ata u "ada" sebagaimana pada ayat (7) adalah
ba hwa kereta a pi sunggu h terlihat atau ada di stasiun tempat persila nga n,
ba ik berhenti maupun berjalan la ngsu ng, denga n ketentuan sebagai
berikut.
a. Kereta api ya ng berangkat dari stasiun awa l tem pat persilangan
diangga p sudah terl ihat di stasiun tersebut 20 menit sebelum wa ktu
keberangkatan menurut peratu ran perjalanan.
b. Kereta api ya ng telah selesai perjalanannya dia ngga p masih terl ihat di
stasiun tempat persila ngan 20 menit sesudah waktu kedatangan
men u rut peratura n perjalanan.
(9) Berdasarka n ketentuan sebagaimana pada ayat (8), keadaan ya ng dicatat
adalah sebaga i berikut.
a. Apabila dua ata u bebera pa kereta api dari dua a ra h yang berlawanan
data ng bertemu di suatu stasiun, kem udia n berangkat ke a rah ya ng
berlawa nan.
Conteh:

Gambar 1
Pada ga mbar 1, di stasiun B dicatat:
• KA 1 bersilang denga n KA 2102, KA 124, dan KA 2;
• KA 2101 bersilang denga n KA 2102, KA 124, dan KA 2;
• KA 2 bersilang denga n KA 2101 dan KA 1;
• KA 124 bersilang denga n KA 2101 d a n KA 1; dan
• KA 2102 bersilang denga n KA 2101 d a n KA 1.
b. Apabila menurut peratura n perja lanan, satu atau bebera pa kereta api
berangkat dari stasiun permulaan paling lam bat 40 menit sesudah satu
atau beberapa kereta api lain dari a rah ya ng berlawanan datang dan
bera khir perjalanannya di stasiun tersebut.

IV-2 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 30

Conteh :
A
!
�--.,----.i--�--.��.--�...-��--��

B ��,._._�...:s.>.�-------....--..
$ 28
f --..
... _... . �__,....�
...,..

Gambar 2
Pada ga mbar 2, di stasiun B dicatat:
• KA 335 bersilang dengan KA 2304, KA 332, dan KA 2;
• KA 2101 bersilang dengan KA 2304, KA 332, dan KA 2; dan
• KA 1 bersilang denga n KA 332 d a n KA 2.
c. Apa bila menurut peratura n perjalana n satu ata u bebera pa kereta a pi
berangkat dari stasiun awal sebelu m ata u selambat-la mbatnya 20
menit sesudah satu ata u bebera pa kereta api lain yang data ng dari
a rah ya ng berlawa nan berangkat meneruska n perjalanannya .
Conteh :

Gambar 3
Pada ga mbar 3, di stasiun B dicatat:
• KA 337 bersilang dengan KA 23 10, KA 2, dan KA 334 dan
• KA 2101 bersilang dengan KA 23 10 dan KA 334
d. Apa bila menurut peratura n perjalana n satu ata u bebera pa kereta a pi
ya ng belu m mengakhiri perjalanannya data ng di suatu stasiun sebelum
ata u sela m bat-la mbatnya 20 menit sesudah satu ata u beberapa kereta
a pi lain dari ara h yang berlawa nan data ng di stasiun tersebut untuk
mengakhiri perjalana nnya .

Edisi September 2011 IV-3


Pasal 30 Peraturan Dinas 19 Jilid I

Conteh:
A ;
\
�������

12;02 l I 2�b1 I
B �� �
-,-'-'-- � �'-L....---
.-, � _, ��������
_.___,-"'- �o
01

c __
� ,f

__..
,________...,_
__ ____________________�

Gambar 4
Pada ga mbar 4, di stasiun B dicatat:
• KA 1 bersilang denga n KA 124 dan KA 22;
• KA 125 bersilang dengan KA 2102, KA 124, dan KA 22; dan
• KA 2101 bersilang denga n KA 2102, KA 124, dan KA 22.
e. Di stasiun persimpa ngan, yang mempunyai dua lintas uta ma ata u
lebih, diatur sebagai berikut:
1) Apabila menurut peratura n perjalanan satu ata u beberapa kereta
l nw u m ma
api dari ya ng masih akan meneruska n perjalanan
lfnil3& \J _m a, Tn
ilfitfi. Uti!ifDI! I� in • • •

masuk ke data ng d1 stas1 u n pers1 mpa nga n selam bat-


ll·n - u 'imiil

Catatan : dibaca sesuai dengan tata letak, atas dengan atas atau
bawah dengan bawah.
Conteh:
A �-..�-------..-----.-------..--------�---
,

l2lo2I �
B -----
--
o\
T"""'"
-- --t'.lrl!l'"'""'
l"""l ..._.,...'""'"'
/4
.. _.."'""'rinir-
i -------

Gambar 5
Pada gam ba r 5, di stasiun B dicatat:
• KA 41 bersilang dengan KA 2402 dan KA 424;

• KA 421 bersilang denga n KA 2402 d a n KA 424;


• KA 2411 bersilang denga n KA 2402, KA 2, dan KA 424.

IV-4 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 30

2) Apabila menurut peratura n perjalanan satu ata u bebera pa kereta


api berangkat dari stasiun perm u laan ke " � u·iarna selambat­
unrn.s 1:.. rnma· 1a1n

lambatnya 20 menit, sesudah satu atau bebera pa kereta api lain


. A1lfu.> ul.o1,.u lu!il
1 nya b era ng kat k e ----
ya ng d ata ng d an a ra h se b a l"k
Ii"*' tdr)�

Catatan : dibaca sesuai dengan tata letak, atas dengan atas


atau bawah dengan bawah.
Conteh:
A ��--�� �
--- �---.��---��
:

B
� ! 40
,3
\

cMmJ �
\
c \

Gambar 6
Pada ga mbar 6, di stasiun B dicatat :
• KA 421 bersilang dengan KA 424 dan KA 2;
• KA 2411 bersilang denga n KA 424.
f. Di stasiun peraliha n, dari jalur ganda ke jalur tu nggal diatur sebagai
berikut.
1) Apabila menurut peratura n perjalanan satu ata u bebera pa kereta
api dari suatu stasiun peralihan yang a ka n berangkat meneruska n
perjalanan dari ja l u r ganda ke jalur tungga l data ng di stasiun
pera lihan tersebut selambat lambatnya pada jam bera ngkat kereta
api ata u bebera pa kereta a pi ya ng datang dari jalur tu nggal ke jalur
ga nda.
Conteh:
A
\
ITjb1 I
t

GWJ
\ '
i 40
B
\

Gambar 7
Pada ga mbar 7, di stasiun B dicatat :
KA 2101 bersilang dengan KA 132.

Edisi September 2011 IV-5


Pasal 31 Peraturan Dinas 19 Jilid I

2) Apabila menurut peratura n perjalanan satu ata u beberapa kereta


api yang berangkat dari stasiun permulaan yang juga meru pa ka n
stasiun pera lihan k e j a l u r tu ngga l sela m bat-la mbatnya 20 menit
sesudah satu ata u beberapa kereta api lain ya ng datang dari ara h
yang berlawanan berangkat k e j a l u r ganda.
Conteh:
A
I 1d\;2J I
'
.

I CllllJ
.

1 40
B
,5

I $ \
c

Gambar 8
Pada gam ba r 8, di stasiun B dicatat:
• KA 139 bersilang denga n KA 16 dan KA 132;

• KA 2111 bersilang denga n KA 16 dan KA 132.

Paragraf 2
Penyusulan
Pasal 31

A. Arti Penyusulan
( 1) Penyusulan terjadi a pabila perjalanan dua kereta api ya ng seara h
mengalami peru ba han u ruta n perjalanan.
(2) Peru bahan u ruta n perjalanan sebagaimana pada ayat ( 1) terjadi apabila :
a. kereta api yang berjalan di m u ka setelah penyusulan menjadi kereta
api berjalan di bela kang;
b. kereta api ya ng berjalan di belakang setelah penyusulan menjadi
kereta a pi berjalan di m u ka .

B. Tempat Penyusulan
(3) Penyusulan a ntarkereta a pi (menyusul ata u disusul) harus dilakukan di
stasiun atau tem pat yang terda pat fasilitas penyusulan ya ng telah
ditentuka n sesuai dengan peratura n perjalanan.
(4) Penyusulan di luar stasiun hanya diperbolehkan atas perintah J POD pada
situasi dan kondisi tertentu (misa lnya, wa ktu terjadi kecelakaan).

IV-6 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 32

(5) Penyusulan di luar stasiun sebaga imana pada ayat (4) adalah jika dilokasi
kecelakaan dibuatkan ta mbahan jalur sementa ra sehingga teta p bisa
dilalui kereta a pi.

C. Catatan Penyusulan
(6) Penyusulan men u rut peratura n perjalanan kereta a pi tercatat dalam
dafta r wa ktu, dan Malka atau Wa rn.
Penyusulan tida k tercatat dalam tabel kereta api.
(7) Masinis tidak diwajibka n mengetahui penyusulan dan pemindahan
penyusulan.

Bagian Kedua
Dokumen Perjalanan Kereta Api
Paragraf 1
Laporan Kereta Api
Pasa l 32

A. Pengisian dan Pemberian Laporan Kereta Api


( 1) La pora n kereta api ( Lapka) berisi :
a. catatan nama awa k sara na kereta api dan susu nan rangka ian kereta
a pi;
b. catatan Ppka/Pa p sebaga i petunj u k bagi awa k kereta a pi dalam
perjalanan kereta a pi; dan
c. la pora n kejadian selama dalam perjalanan kereta api dan langsira n.
(2) Lapka sebagaimana pada ayat ( 1) terdiri dari 2 halaman, yaitu :
a. Halaman 1 anta ra lain berisi :
1) ta nggal Lapka;
2) nama kereta a pi, nomor kereta api, jenis kereta api
(penumpa ng/ba ra ng), serta asa l dan tujuan kereta a pi;
3) nama awak sarana kereta api berikut nomor registrasi perinta h
perjalanan dinas (PPD);
4) jenis dan nomor seri lokomotif/KRD/KRL ( u ntuk KRD/KRL hanya
ditulis kereta pa ling depan ata u paling bela kang), dipo induk, dan
metode perangka ian lokomotif diisi tu nggal/ga nda/mu/tip/e
unit/pendorong, dari stasiun dan sam pai stasiun tujuan, khusus
u ntuk ganda diberi ketera ngan depan atau belaka ng;
5) catatan ma sin is tentang:
a) tambah/kurang muatan,

Edisi September 2011 IV-7


Pasal 32 Peraturan Dinas 19 Jilid I

b) telah terjadinya persila ngan denga n kereta api la in,


c) telah terjadinya penyusulan denga n kereta a pi lain,
d) menjadi kereta api m u ka dari kereta a pi ya ng disusu l.
6) catata n mulai dan bera khirnya dinas tut u p serta nama stasiun dan
jam buka stasiun tutup;
7) pernyataan kesiapan sara na untuk dinas kereta a pi termasuk
percobaan pengerema n.
b. Halaman 2 a nta ra lain berisi:
1) rangka ian kereta api:
a) jenis, ju mlah, dan berat rangka ian kereta penu mpa ng/barang;
ata u
b) jenis, jumlah gerbong isi ata u gerbong kosong, dan berat
rangkaian gerbong ba rang;
2) Stasiun/km tem pat berhenti luar biasa;
3) pemberita huan penting dari Ppka/Pa p;
4) persila ngan luar biasa;
5) berja lan hati-hati (pembatasan kecepata n);
6) pemberita huan khusus Ppka/Pa p tenta ng:
a) kereta api ya ng berjalan/batal;
b) kereta api ya ng didorong;
c) persila nga n/penyusulan lori.
7) catata n lengka p dari masinis selama dalam perjalanan kereta api;
8) Pem berita huan Ppka/Pa p dilintas ca bang tenta ng penyusulan.
(3) Ppka/Pap stasiun awa l pemberangkata n, stasiu n perga ntian awa k kereta
api, ata u stasiun pemeriksa, harus mengisi da n memeriksa kolom yang
ditentuka n di dalam Lapka anta ra lain tenta ng:
a. nama awa k sarana kereta api berikut nomor registrasi perintah
perjalanan dinas (PPD);
b. nama, nomor, jenis kereta a pi, dan nama stasiun awa l serta stasiun
tujuan;
c. metode perangka ian lokomotif yang lebih dari satu lokomotif, maka
diberi penjelasa n dikolom metode perangka ian (tu nggal, ganda,
m u ltiple ata u pendorong);
d. dinas cada ngan dan langsir;
e. jenis dan nomor seri lokomotif/KRL/KRD, dipo induk, serta nama
stasiun awal dan stasiun tujuan;
f. pernyataan kesiapan sarana u ntuk dinas kereta a pi termasuk
percobaan pengereman dari petugas terkait;
g. rangkaian kereta a pi;

IV-8 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 32

h. pem berita huan penting, misa l nya, terjadi ga ngguan h u bu nga n blok,
gangguan pera lata n persinya lan, huru-hara;
i. persilangan luar biasa;
j. berjalan hati-hati (pembatasa n kecepatan);
k. berhenti luar biasa; dan
I. pem berita huan khusus, misa lnya, kereta api jalan ata u bata l.
(4) Stasiun tempat kereta a pi berganti nomor senantiasa menjadi stasiun
pemeriksa kereta api. U ntuk kereta a pi yang berjalan melewati bebera pa
daera h, data Lapka dapat diakses dari data base Lapka oleh setiap daera h .
(5) Catatan ya ng harus dilaku ka n oleh Ppka/Pap stasiun batas biasa pada saat
dinas tutup.
a. Dalam la poran kereta api harus dicatat nama stasiun batas sementa ra
ya ng melaku kan dinas buka oleh Ppka stasiun batas biasa sehingga
kereta api la ngsu ng harus diberhentikan luar biasa.
b. Apa bila ka rena keterla mbatan kereta a pi pada waktu peralihan dari
wa ktu kerja buka ke wa ktu kerja tut u p ata u sebaliknya a ka n terjadi di
stasiun selain stasiun ya ng ditetapka n dalam peratu ran perjalanan,
peralihan tersebut harus dicatat dala m Lapka oleh Ppka/Pap stasiun
batas biasa .
(6) Tanda ta nga n ata u pa raf Ppka/Pap merupaka n tanda bukti bahwa
pengisia n Lapka sebagaimana pada ayat (3), (4) dan (5) telah dikerjaka n
dengan teliti dan sesua i denga n keadaan sebenarnya.

B. Catatan dalam Laporan Kereta Api di Perjalanan


(7) Masinis harus mengisi kolom ya ng ditentukan di dalam La pka denga n
catata n mengena i:
a. tambah kurang m uata n, berhenti l u a r biasa, persilangan, penyusulan,
dan penggabungan dua kereta api ya ng terjadi;
b. catatan penting yang terjadi dalam perja la nan, m isal nya :
1) kereta api diberhentika n di tem pat yang menurut peraturan
perjalanan tida k berhenti dan pada waktu terjadi kecelakaan harus
segera dicatat dengan tepat tem pat dan waktu diberhentika nnya
kereta a pi tersebut;
2) kereta api berhenti luar biasa menu nggu persila ngan denga n lori
kerja;
3) kereta a pi harus berjalan hati-hati di jalan bebas;
4) diketa hui adanya kereta, gerbong, lokomotif, ata u m uata n dalam
rangkaian ku rang ba ik keadaa nnya;
5) Jika menggu nakan lokomotif penolong;

Edisi September 2011 IV-9


Pasal 32 Peraturan Dinas 19 Jilid I

6)sinyal terganggu;
7)kereta api berja lan di jalur kiri;
8)pintu perlintasa n tidak tertutu p;
9)di suatu tem pat di peta k ja lan, kereta api terasa bergoya ng keras;
dan
10) kejadian lain yang patut diduga dapat mengganggu/
memba haya ka n perjalanan kereta a pi.
c. khusus u ntuk h u ruf b butir 6), 7), dan 8) selain dicatat dalam Lapka
juga harus segera dila porkan kepada Ppkp dan/ata u Ppka stasiun
terdekat di mukanya;
d. tanda tanga n ata u pa raf masinis meru paka n tanda bukti ba hwa
pengisian pada Lapka telah dikerjakan dengan teliti dan sesuai dengan
keadaan sebena rnya .
(8) Pejabat yang tu rut jalan di dalam kabin masinis harus mengisi kolom yang
ditentuka n di dalam La pka.
(9) Apa bila tidak ada persilanga n luar biasa sebaga imana pada ayat (3) huruf i,
khusus u ntuk l intas yang aka n dilalui oleh kereta api tersebut, Ppka/Pa p
stasiun awa l ata u stasiun pemeriksaan dalam kolom ya ng disediaka n pada
Lapka ditulis "tiada" dan diparaf.
( 10) Pada wa ktu kereta api berjalan denga n lokomotif lebih dari satu (tetapi
buka n multiple unit), catata n mengenai kejadian selama dalam perjalanan
kereta api hanya ditu lis pada Lapka lokomotif depan. Apa bila masinis
lokomotif belaka ng minta ketera ngan tenta ng catatan tersebut, catata n
da pat disa m pa ika n secara lisa n.
( 11) Apa bila kereta api menurut peratura n perjalana n berhenti di suatu stasiun
pemeriksa, masinis ata u asisten masinis mem bawa lapora n kereta a pi
kepada Ppka/Pa p u ntuk diisi catata n yang diperlu ka n dalam perjalanan.
( 12) Semua catatan peru bahan dan tambahan harus diparaf oleh Ppka/Pap,
khusus dalam Lapka, catatan tenta ng nama stasiun harus ditulis lengka p.
( 13) Apa bila masinis di tenga h perjalanan kehila ngan lapora n kereta api,
masinis berkomunikasi mempergunaka n radio masinis dengan Ppka/Pap
stasiun pertama di m u ka dengan seizin Ppkp dan kereta api langsung
diperbolehka n berhenti luar biasa di stasiun perta ma di muka u ntuk
meminta pengga ntian Lapka ya ng hilang.
( 14) Atas perm intaan masinis sebaga imana pada ayat ( 13), Ppka/Pa p
membuatka n La pka pengganti dengan melengkapi catata n Lapka tersebut
berdasa rka n catatan tentang perjalanan kereta a pi kutipan dari Lkdr.
Sela njutnya, Lapka dilengka pi denga n informasi dari Ppkp u ntuk lintas

IV-10 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 33

yang masih harus dijalani oleh masinis tersebut dan harus ditandatanga ni
oleh Ppka/Pa p pembuat Lapka pengganti.
( 15) Setelah masinis sa mpai di stasiun a khir dinas awa k kereta a pi, Lapka
disera hka n kepada Ppka/Pa p untuk diperi ksa, kemudian Lapka disera hka n
kepada J PAK u ntuk diperiksa d a n diberi catata n. Sela njutnya, Lapka
disera hka n kembali kepada masinis.

C. Penyerahan Kembali Laporan Kereta Ap1


( 16) Setelah sa mpai di stasiun tempat kedudukan, Lapka pemberangkata n dan
Lapka kem ba li disera hkan oleh masinis kepada :
a. Ppka u ntuk diperiksa waktu kedata ngan sekaligus melaporka n secara
lisan tenta ng kejadian penting selama dalam perjalanan (jika ada); dan
b. J PAK di stasiun tempat keduduka n setelah diperiksa oleh Ppka
sebaga imana pada huruf a .
( 17) Berdasa rka n data dari Lapka sebaga imana pada ayat ( 16) h u ruf b , J PAK
membuat rekapitu lasi bulanan khususnya mengenai data jam kerja awak
kereta api dan data operasi kereta api u ntuk dilaporka n kepada J POD dan
menyimpan a rsip La pka minimal selama masa 1 (satu) tahun. Selanjutnya,
berdasa rka n lapora n dari J PAK, J POD membuat eva luasi u ntuk dilaporka n
kepada JOC.
Paragraf 2
La pora n Kondektur
Pasa l 33

A. Pengisian dan Pemberian Laporan Kondektur


( 1) La pora n kondektur ( Lkdr) berisi :
a. catatan nama awa k sara na kereta api dan susu nan rangka ian kereta
a pi;
b. catatan Ppka/Pa p sebagai petu njuk bagi kondektu r dalam perjalanan
kereta a pi; dan
c. la pora n kejadian selama dalam perjalanan kereta a pi.
(2) Lkdr sebagaimana pada ayat ( 1) terdiri dari 4 halaman, yaitu :
a. Halaman 1 berisi :
1) ta nggal Lkdr;
2) nama kereta a pi, nomor kereta api, jenis kereta api
(penumpa ng/ba ra ng), serta asa l dan tujuan kereta a pi;
3) data awak sara na kereta api berikut nomor registrasi perinta h
perjalanan dinas ( PPD) diisi secara lengkap dan diparaf oleh
Ppka/Pap;

Edisi September 2011 IV-11


Pasal 33 Peraturan Dinas 19 Jilid I

4) pencocoka n arloji dengan jam induk stasiun;


5) hasil pengeceka n kebersihan kereta api berdasa rka n checklist oleh
kondektur ditandata ngani;
6) catata n dinas tutup dari stasiun batas, stasiun pemeriksa tenta ng
saat stasiun tutu p, dan peralihan ke stasiun buka;
7) catata n Ppka/Pap stasiun pem berangkatan ata u stasiun pemeriksa
untu k penambahan da n/ata u pengu ra ngan m uata n, berhenti luar
biasa, pem batasa n kecepata n, persilangan, dan penyusulan.
b. Halaman 2 berisi:
1) dafta r inventaris meliputi:
a) pera lata n keselamatan;
b) semboyan;
c) perlengka pa n Pertolonga n Perta ma pada Kecelaka a n ( P3K);
d) pera lata n komu nikasi.
2) catata n kejadian penting ya ng terjadi dalam perjalanan.
c. Halaman 3 berisi:
1) data lokomotif ya ng menarik rangka ian, meliputi jenis dan nomor,
dipo induk, dirangka ika n di stasiun, dilepas di stasiun, serta berat
lokomotif;
2) data sara na dalam rangka ian kereta a pi, meliputi kereta, KRD/KRL,
gerbong isi atau kosong, dira ngka ika n di stasiun, tujuan
sebena rnya, dilepas di stasiun, berat isi dan kosong ra ngkaian, dan
berat kereta api termasuk berat lokomotif.
d. Halaman 4 berisi:
1) puncak kecepata n kereta api pada petak jalan yang dilal ui;
2) nama stasiun ya ng dilewati (da lam pengisian tidak boleh disingkat);
3) waktu kedatanga n kereta api menu rut peratura n perja lanan,
rea lisasi, dan perbedaan;
4) jam berangkat kereta api menurut peratura n perjalana n, real isasi,
dan perbedaan;
5) pa raf Ppka/Pa p stasiun awal, pemeriksaan, dan pengha bisan
setelah melaku ka n pengeceka n dan pengisian pada halaman 4
lapora n kondektur;
6) catata n penyebab kereta api terlambat yang ditulis oleh
Ppka/Pap/kondektu r;
7) pada waktu kerja tutup, jam data ng, jam bera ngkat, dan jam
langsu ng ha nya diisi u ntuk stasiun batas biasa dan stasiun batas
sementa ra, dan "jam la ngsu ng" tidak diisi u ntuk stasiun tutu p dan
stasiun batas luar biasa.

IV-1 2 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 33

e. Apa bila kereta api dalam perjalanannya berganti nomor, semua nomor
harus ditu liskan dalam Lkdr pada halaman 1.
(3) Ketentuan dalam pengisian dan pemberia n la pora n kondektur sebagai
berikut.
a. Lkdr ya ng telah diisi diberika n kepada kondektur oleh Ppka/Pap stasiun
awal pembera ngkatan, stasiun pemeriksa ata u stasiun a khir dinas.
b. Kondektur mengisi catatan penting selama dalam perja lanan ya ng
menjadi ta nggung jawa bnya pada kolom yang telah disediakan.
c. Lkdr da pat dipergu nakan u ntuk satu ra ngkaian kereta api ya ng sa ma
dan berganti nomor yang berjalan da l a m wilaya h satu daera h .
d . Stasiun tempat kereta api berganti nomor sena ntiasa menjadi stasiun
pemeriksa kereta a pi. U ntuk kereta api yang berjalan melewati
beberapa daerah, data Lkdr dapat diakses dari data base Lkdr oleh
setia p daerah.
e. Setiap kondektur ya ng menjalani dinas kereta a pi harus membawa
Lkdr, termasuk kondektur ya ng menga mbil bagia n kereta a pi yang
ditinggalkan di jalan bebas.
f. Laporan kondektur harus diisi denga n tel iti dan sesuai dengan keadaan
sebenarnya.
g. Pada wa ktu diserahka n kepada kondektur oleh Ppka/Pa p, Lkdr harus
sudah diisi lengka p:
1) ta nggal Lkdr, nama, nomor KA atau nomor dan huruf (Plb ...... ),
serta jenis kereta a pi, dari dan ke stasiun tujuan kereta api;
2) nama awak sara na kereta api yang ditugaska n;
3) jenis dan nomor lokomotif/KRD/KRL, jenis dan nomor kereta/
gerbong ya ng dirangka ika n pada kereta api, tujuan, serta berat
kereta a pi dalam satua n ton;
4) nama stasiun dan perhentian ya ng terletak di sepanjang lintas ya ng
akan dilewati kereta api tersebut ditu lis lengkap, termasuk batas
kecepata n operasional sepanjang lintas yang a kan dilalui;
5) jam berangkat, jam datang, atau j a m la ngsu ng di stasiun menurut
peratu ran perja la nan;
6) jika ada catatan khusus, misa lnya, ta mbah/ku ra ng m uata n,
berhenti luar biasa, persila ngan, d a n penyusulan;
7) tanda ta nga n atau paraf Ppka/Pap meru pa ka n tanda bukti bahwa
pengisian pada Lkdr telah dikerjaka n denga n teliti dan sesuai
dengan keadaan sebenarnya .

Edisi September 2011 IV-13


Pasal 33 Peraturan Dinas 19 Jilid I

B. Catatan dalam Laporan Kondektur di Perjalanan


(4) Kondektur harus mencatat dalam Lkdr sebagai berikut.
a. Waktu kedatanga n dan waktu keberangkata n sesunggu hnya di setiap
stasiun, kecua l i di stasiun pemeriksa da n di stasiun pengha bisan,
pengisian wa ktu kedata nga n sesu ngguhnya dikerjaka n oleh Ppka/Pa p.
Catatan : yang dimaksud waktu kedatangan sesungguhnya adalah
waktu kereta api berhenti betul pada jalur yang telah
ditentukan di emplasemen, sedangkan waktu keberangkatan
sesungguhnya adalah saat kondektur memberikan isyarat
kereta api siap berangkat (semboyan 41} kepada masinis;
b. Nama stasiun tempat mena mbah atau melepas kereta/gerbong.
c. Jumlah berat kereta api dalam satuan ton di setiap stasiun tem pat
menambah ata u melepas kereta/gerbong.
d. Penyebab keterlam bata n harus dicatat, termasuk lamanya berhenti di
suatu stasiun yang melampa u i jadwa l yang diteta pka n dalam
peratu ran perja lanan.
e. Lintas yang dilalui menggu nakan traksi ga nda.
f. Jika menggu nakan lokomotif penolong.
g. Catatan penting dalam perja lana n, misa l nya :
1) kereta api diberhentika n di tempat yang menurut peratura n
perja lanan tidak berhenti d a n pada wa ktu terjadi kecelaka a n harus
dicatat dengan tepat tempat dan waktu diberhentikannya kereta
api tersebut;
2) diketah u i adanya kereta, gerbong, ata u muata n dalam rangka ian
yang kurang baik kondisinya;
3) lokasi saat kereta a pi menga lami goya nga n keras; dan
4) kejadian lain yang patut diduga dapat mengganggu/
memba haya ka n perjalanan kereta a pi.
h. Tanda ta nga n ata u paraf kondektur meru paka n tanda bukti ba hwa
pengisian pada Lkdr telah dikerjaka n denga n teliti dan sesuai denga n
keadaan sebena rnya .

C. Penyerahan Kembali Laporan Kondektur


(5) Setelah sam pa i di stasiun tempat kedudukan, Lkdr pembera ngkatan dan
Lkdr kembali disera hkan oleh kondektur kepada :
a. Masinis (apa bila masinis memerl u ka n);
b. Ppka/Pa p u ntuk diperiksa wa ktu kedata ngan, seka ligus mela porka n
secara lisa n tentang kejadian penting selama dalam perja lanan
(apabila ada);

IV-1 4 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 34

c. J PAK di stasiun tempat keduduka n setelah diperiksa oleh Ppka/Pap dan


masinis sebagaimana pada h u ruf a d a n b.
(6) Berdasa rka n data dari Lkdr sebaga imana pada ayat (5), J PAK membuat
reka pitu lasi bula nan, khususnya mengenai data perhitunga n keuanga n dan
data operasi kereta a pi, u ntuk dilaporkan kepada J POD dan menyimpan
arsip Lkdr minimal selama masa 1 (satu) tahun. Selanjutnya, berdasa rka n
lapora n dari J PAK, J POD membuat eval uasi u ntuk dilaporka n kepada JOC.

Paragraf 3
Tabel Kereta Api
Pasa l 34
( 1) Untu k menja lani dinas kereta a pi, masinis harus membawa tabel kereta
api (0. 100), kecuali untuk lokomotif pendorong, lokomotif penolong ata u
konvoi.
(2) 0. 100 sebaga imana pada ayat ( 1), dibuat berdasa r peratu ran perjalanan
dan ditandata nga ni oleh J POD dengan dilengka pi tangga l pembuata n, dan
harus menca ntumka n ketera ngan sebaga i berikut :
a. nomor kereta api ata u nomor perjalanan luar biasa (Plb);
b. jam berangkat, jam data ng, atau jam la ngsu ng di stasiun dan di tem pat
persimpangan;
c. nama stasi u n, perhentian, dan blokpos harus ditulis lengka p.
d. berhenti (jika perl u), langsu ng, atau berhenti pada hari tertentu di
perhentian;
e. persilangan biasa ditandai dengan tanda X;
f. persilangan denga n kereta api ya ng menurut peratura n perjalanan
ata u dafta r wa ktu, yang berjalan pada hari tertentu adalah persilanga n
biasa, dalam tabel kereta api persilanga n tersebut dicatat sebagai
persilangan biasa;
g. stasiun pemeriksa diberi tanda ga ris bawa h tipis seperti ya ng terl ihat
dalam Ga peka;
h. kereta api dimasukka n ke jalur buntu di stasiun yang bukan stasiun
buntu diberi tanda � ;
i. lama perjalanan biasa dan lama perjalanan tercepat dari stasiun ke
stasiun;
j. batas kecepata n kereta a pi;
k. leta k stasiun ditera ngka n kilometer dan hektometer ya ng dibu latkan;
I. u ntuk peta k jalan dinas tutu p :
1) di depan nama stasiun batas biasa harus ditu liskan singkatan
"SBB";

Edisi September 2011 IV-15


Pasal 35 Peraturan Dinas 19 Jilid I

2) jam berangkat, jam datang, ata u jam la ngsu ng di stasiun batas


biasa dan stasiun bu ka/tutup, demikian juga jam langsung di
stasiun tutup.
(3) Apabila seorang masinis harus menjalankan dinas kereta api teta pi bel u m
mempu nyai 0. 100, sebel um bera ngkat harus diberika n :
a. 0. 100 dari ma sin is lokomotif ya ng diganti lokomotifnya; atau
b. 0. 100 sa linan yang dibuat dan dita ndata ngani oleh Ppka/Pap, akan
teta pi pada wa ktu masuk di suatu stasiun buka n stasiun buntu yang
mempunya i ja l u r buntu, masinis harus berhati-hati karena kereta
apinya kemu ngkinan dimasukka n ke jalur buntu ya ng dalam 0. 100
sa linan tidak diberi tanda !181 sebagaimana pa da ayat (2) huruf h.

Bagian Ketiga
Ketentuan Tentang Perjalanan Kereta Api
Paragraf 1
Um u m
Pasal 35

A. Sebutan dan Singkatan Kereta Api, Stasiu n, dan Blokpos


( 1) Sebuta n dan singkata n u ntuk kereta a pi, stasiun, dan blokpos adalah
sebaga i berikut.
a. Setia p kereta api yang memakai sebutan a ngka ata u huruf ditu l is
dengan singkata n "ka" dita mbah dengan a ngka ata u h u ruf dimaksud,
sedangka n yang tidak memakai sebuta n angka ata u huruf harus ditulis
lengkap sehingga diketa hui jenis kereta a pinya, kecua l i beberapa
sebuta n jenis kereta api di bawa h ini, disingkat sebaga i berikut.
Kereta a pi penolong - Kap
Kereta a pi inspeksi - Kais
Kereta a pi ukur - Kau
Kereta a pi perawatan - Kaper
Kereta a pi kerja - Kaker
Konvoi - Konvoi
Lokomotif sendirian - Loks
Lokomotif penolong - Lokpen
Lokomotif pendorong - Lokpdr
b. Ka rena kereta a pi luar biasa ya ng perjalanannya diteta pkan dengan
Wa rn tidak mempunyai sebutan a ngka tersendiri, sebagai pengganti
angka sebutan dipakai nomor Wa rn ya ng bersa ngkuta n berikut subnya
(jika ada), sebagai berikut:
kkt no. ............................... ka.

IV-1 6 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 35

c. Nama stasiun dan blokpos harus mempunyai sebutan dan disingkat


menurut singkata n ya ng telah ditetapka n .

B. Pengamanan Petak Blok atau Petak Jalan


(2) Jalur kereta api, untuk kepentinga n perjalanan kereta api dibagi dalam
bebera pa petak blok.
(3) Petak blok dibatasi oleh dua sinya l beru ruta n sesuai dengan ara h
perjalanan ya ng terdiri atas:
a . sinya l masuk dan sinya l keluar pada 1 (satu) stasiun;
b. sinya l kelu a r dan sinyal blok;
c. sinya l kelu a r dan sinyal masuk di stasiun berikutnya;
d. sinya l blok dan sinya l blok berikutnya; ata u
e. sinya l blok dan sinya l masuk.
(4) Pada prinsipnya, dalam 1 (satu) petak blok tidak diizinkan berjalan lebih
dari 1 (satu) kereta api pada saat bersa maan.
(5) Dalam keadaan tertentu, pada 1 (satu) petak blok boleh terdapat lebih
dari 1 (satu) kereta a pi berdasarkan izin yang diberika n oleh Ppka, a ntara
lain untuk:
a. kereta api penolong;
b. kereta api guna keperl uan kerja.
(6) Guna memenu hi ketentuan sebagaimana pada ayat (4), penga manan
peta k blok atau petak jalan da pat dilakukan denga n cara :
a. h u bu nga n blok; ata u
b. pertukara n wa rta kereta a pi.
(7) Hubunga n blok sebaga imana pada ayat (6) huruf a, terdiri atas:
a. h u bu nga n blok manual, meliputi:
1) blok elektromekanis; ata u
2) blok elektris
b. h u bu nga n blok otomatis, meliputi:
1) otomatis tertutup; ata u
2) otomatis terbuka.
(8) Pelaya nan hubunga n blok manual sebaga imana pada ayat (7) h u ruf a
harus dilakukan oleh kedua Ppka stasiun berdekata n sesuai denga n PDPS
stasiun ya ng bersa ngkuta n.
(9) Wa rta kereta api sebaga imana pada ayat (6) h u ruf b adalah sebaga i
berikut.
a. ta nya jawa b tenta ng kondisi petak jalan u ntuk perjalanan suatu kereta
api;

Edisi September 2011 IV-17


Pasal 36 Peraturan Dinas 19 Jilid I

b. warta berangkat, yaitu pemberita huan ba hwa suatu kereta api


berangkat;
c. warta masuk, yaitu pem beritahuan bahwa suatu kereta api telah
masuk;
d. pembatalan wa rta kereta a pi tanya jawa b tenta ng kondisi peta k jalan
sebagaimana pada h u ruf a;
e. pembata lan blok yang telah dibuka.
( 10) Pertukara n wa rta kereta a pi sebagaimana pada ayat (6) huruf b dilaku ka n :
a. selama h u bu nga n blok terganggu; ata u
b. untuk perjalanan:
1) konvoi dan lokomotif pendorong;
2) kereta api yang berjalan di peta k jalan jalur ganda pada wa ktu
berlaku ketentuan berjalan jalur kiri;
3) kereta api yang melayani ja l u r simpa ng; ata u
4) kereta api ya ng terakhir sebelum dinas stasiun tutup.
( 11) Pertukara n wa rta kereta api sebaga imana pada ayat ( 10) harus dilaku ka n
oleh kedua Ppka stasiun berdekata n denga n menggu nakan telepon
anta rstasiun dan ditulis dalam buku warta kereta api (buku WK).

Paragraf 2
Hubungan Blok dan Telepon Antarstasiu n Terga nggu
Pasal 36

A. Hubungan Blok Terganggu


( 1) H u bu nga n blok dinyata kan terga nggu :
a. Pada blok elektromeka nis, a pabila :
1) peralata n blok tidak da pat dilayani; da n/atau
2) kawat p/ombir putus.
b. Pada blok elektris, apabila rute bera ngkat tidak dapat dibentuk atau
sinya l keluar tida k dapat men u njukkan indikasi berjalan (semboya n 5)
atau berjalan hati-hati (semboya n 6).
(2) Selama h u bu nga n blok terganggu sebaga imana pada ayat ( 1) maka :
a . pada peta k jalan jalur tu nggal, terjadi di sel u ru h peta k jalan dari kedua
arah wa laupun peta k jalan tersebut dibagi menjadi dua peta k blok;
b. pada petak jalan jalur ganda, da pat terjadi pada setia p peta k blok dan
pada peta k jalan setia p ara h tersendiri.
(3) Saat permulaan hubunga n blok terganggu adala h saat hubungan blok tida k
da pat dilakukan sesuai dengan ketentuan dalam PDPS.

IV-1 8 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 36

(4) Selama h u bu nga n blok terganggu sebagaimana pada ayat (1), u ntuk
pengaturan perjalanan kereta api di peta k jalan ya ng bersa ngkutan, harus
dilakukan pertuka ran wa rta kereta api sebaga i berikut.
a. Pada petak jalan jalur ganda.
1) Untuk setiap kereta a pi yang mel a l u i petak jalan yang hu bunga n
bloknya terganggu, harus menggu nakan wa rta kereta api: ta nya
jawa b tentang kondisi petak jalan, wa rta berangkat, dan wa rta
masuk.
2) Sebaga i permulaan dipergunakan wa rta masuk u ntuk kereta a pi
ya ng tera khir mela l u i peta k blok sebel um hubungan blok terganggu.
3) Pertu ka ra n warta kereta api dilakukan oleh kedua Ppka stasiun
berdekatan pada peta k jalan ya ng terganggu hubungan bloknya .
4) Pada blok elektromekanis, jika pada peta k jalan ya ng terganggu
hubungan bloknya terda pat blokpos, pertukara n warta kereta api
dilaku ka n sebaga imana dalam pasa l 37 Sub-E.
b. Pada petak jalan jalur tu nggal.
Berlaku ketentuan pada peta k jalan ja l u r ganda denga n perbedaa n
bahwa pada peta k jalan j a l u r tu ngga l, wa rta kereta a pi dipergu naka n
u ntuk setiap kereta api pada kedua arah.
(5) Pada persinya lan mekanik, ketika sinya l blok di suatu blokpos tidak dapat
diubah pada indikasi "berjalan" ka rena ganggua n hubungan blok, Ppka
blokpos tersebut, setelah menerima warta masuk dari kereta a pi ya ng
lewat tera khir, boleh memasukkan kereta a pi melewati sinya l tersebut
dengan memberikan perintah MS (bentu k 92) ata u denga n menunj u kka n
isyarat perinta h masuk (semboyan 4A) kepada masinis sebaga imana dalam
pasa l 49 ayat (6) atau (7).
(6) Pada persinya lan elektrik, diatur u ntuk:
a. sinya l blok a ntara tidak da pat diuba h pada indikasi "berjalan" maka
Ppka stasiun pada petak jalan ya ng berka ita n denga n sinya l blok anta ra
tersebut mem berikan perintah MS (bentu k 92) kepada masinis kereta
a pi ya ng aka n melewati sinyal blok a ntara ya ng terganggu tersebut;
b. sinya l blok/sinyal kel uar tida k dapat diubah pada indikasi "berja lan"
ka rena gangguan hubunga n blok m a ka Ppka stasiun ya ng berka ita n
denga n sinyal blok/sinya l kel uar tersebut memberika n perintah MS
(bentuk 92) kepada masinis kereta api ya ng akan melewati sinya l
blok/sinyal kel uar ya ng terganggu tersebut.
(7) Wa rta kereta api ya ng dilaku ka n sebagaimana pada ayat (4) harus ditulis
dalam buku WK.

Edisi September 2011 IV-19


Pasal 36 Peraturan Dinas 19 Jilid I

(8) Pertukara n wa rta kereta a pi harus teta p dila kukan oleh Ppka kedua pihak
sebelum mendapat kepastian ba hwa hubunga n blok sudah ba ik kemba li
sebaga imana pada ayat (7).
(9) H u bu nga n blok sudah baik kem ba li a pabila peralatan blok sudah dapat
digunakan sebagaimana mestinya dan dinyata ka n baik kembali secara
tertulis oleh petugas perawatan persinya lan dan telekomunikasi serta
diketa h u i oleh Ppka yang bersa ngkutan.
Pada blok elektromekanis, pera latan blok sudah diplombir kembali.
( 10) Saat permulaan hubunga n blok dapat digunakan kembali sebagaimana
pada ayat (9):
a. pada peta k jalan jalur ganda, mulai saat pertama kalinya dapat
digu naka n kemba li untuk pengaturan perjalanan kereta api
sepenuhnya pada petak jalan yang bersa ngkutan;
b. pada peta k jalan jalur tu nggal, mulai saat pertama ka linya da pat
digu naka n kemba li untuk pengaturan perjalanan kereta api
sepenuhnya untuk kedua ara h .

B. Hubungan Blok d a n Telepon Antarstasiu n Terganggu


( 11) Apa bila hu bunga n blok dan telepon a ntarstasiun terganggu secara
bersamaan, u ntuk pengatura n perjalanan kereta api diatur sebagaimana
pada ayat (1) sa mpai dengan ayat (6), sedangkan pertukara n warta kereta
api dilakuka n oleh Ppka kedua stasiun berdekata n menggu naka n telepon
PK mela l u i Ppkp.
( 12) Selama hubunga n blok dan telepon a ntarstasiun terganggu secara
bersamaan sebaga imana pada ayat ( 1 1), berla ku ketentuan sebagai
berikut.
a. Tertib perjalanan kereta api harus sesua i dengan peratura n perjalanan
(tidak boleh diuba h).
b. Pem indahan persila ngan ata u penyusulan tidak boleh dilaku ka n .
c. Kereta a pi fakultatif dan kereta api luar bia sa tida k boleh dijala nka n,
kecua l i perjalana nnya telah diumu mka n, sedangkan kereta api
penolong u ntuk mengatasi kecelakaan hebat ha nya boleh dijala nkan
atas perinta h Pimpinan Daera h.
d. Pem bata lan perjalanan kereta a pi tidak boleh dilakukan, kecua l i dalam
keadaan sa ngat mendesa k.
e. Semua kereta api ya ng menuju petak jalan h a rus diberika n bentuk BH.
( 13) Pertukara n wa rta kereta api dengan menggu nakan telepon PK harus tetap
dilaku ka n oleh Ppka kedua pihak sebelum menda pat kepastia n ba hwa

IV-20 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 36

hubungan blok da n/ata u telepon a ntarstasiun sudah baik kemba l i


sebagaimana pada ayat ( 14).
( 14) Gangguan hu bunga n blok dan/ata u telepon antarstasiun dinyataka n sudah
ba ik kem bali apabila hubungan blok da n/atau telepon anta rstasiun sudah
da pat digu naka n sebaga imana mestinya dan dinyata kan baik kemba l i
secara tertu lis oleh petugas perawata n persinyalan d a n telekomunikasi
serta diketahui oleh Ppka yang bersangkutan.
( 15) Wa rta kereta api ya ng dilaku ka n sebaga imana pada ayat ( 13) harus diberi
nomor dan ditu l is dalam buku WK diserta i keteranga n cara pengirimannya
dan bentuk 131 tidak perlu dipergu naka n, teta pi nomor tetap dicatat pada
lapora n warta (bentuk 142).

C. Hubungan Blok, Telepon Antarstasiun, dan Telepon PK Terganggu


( 16) Apabila hu bunga n blok, telepon a nta rstasiun, dan telepon PK terganggu
secara bersamaan, pengatu ra n perjalanan kereta api diatur secara daru rat
sebagai berikut.
a. harus memenuhi ketentuan sebagaimanan pada ayat ( 12).
b. penga manan peta k jalan harus dilakuka n denga n pengawal kereta api.
( 17) Penga manan peta k jalan denga n pengawal kereta a pi sebagaimana pada
ayat ( 16) huruf b dilakukan sebaga i berikut.
a. Ppka di kedua stasiun pada peta k jalan, jika mu ngkin, da pat
mempergunakan alat komunikasi lain untu k menca ri keteranga n
tenta ng perjalanan kereta api di peta k jalan ya ng bersa ngkuta n.
b. Kereta api yang berjalan melal u i petak jalan tersebut harus dikawal
oleh seora ng petugas pengawa l kereta api yang berada di ka bin
masinis, denga n syarat:
1) u ntuk satu ara h pada petak jalan tidak boleh ditunj u k lebih dari
seora ng pengawal kereta api;
2) nama dan pangkat pegawa i yang ditunjuk sebaga i petugas
pengawa l kereta a pi harus ditegaska n melal u i a lat komunikasi atau
secara tertulis sehingga tidak terjadi sa lah pengertia n a nta ra Ppka
di kedua stasiun pada petak jalan tersebut;
3) penegasa n denga n a lat komu nikasi lain atau secara tertu lis
sebagaimana pada butir 2) tentang pengawa l kereta api harus
dilaku ka n oleh setia p Ppka tempat kereta a pi yang a ka n berangkat;
4) guna menya m pa ikan ketentuan secara tertu lis sebagaimana pada
butir 2) di anta ra Ppka di kedua belah pihak harus diantar denga n
cepat oleh petugas;

Edisi September 2011 IV-21


Pasal 36 Peraturan Dinas 19 Jilid I

5) apabila pada peta k jalan A B terdapat dua kereta a pi ya ng a ka n


-

berja lan beru ruta n, kereta api ya ng kedua harus menu nggu
kembalinya pengawal kereta api ya ng berjalan di m u ka;
6) Apabila pada peta k jalan A B terdapat dua kereta a pi yang a ka n
-

berja lan berlawa nan a rah dari stasiun B , kereta a p i dari stasiun B
harus menu nggu datangnya kereta a pi dari stasiun A berikut
pengawa l stasiun A, kemudian setel ah dida pat kesepakatan
denga n Ppka stasiun A, Ppka stasiun B da pat membera ngkatka n
kereta api dari stasiun B berikut pengawa l stasiun B.
c. Semua warta berangkat dan wa rta masu k dengan pengawal harus
ditu lis dalam buku WK, diserta i ketera nga n nama dan pangkat
pengawa l kereta api dan cara kom u nikasi yang dilaku ka n .
d. Pengawa l kereta a pi harus memakai tanda beru pa b a n lengan pada
lenga n kiri, denga n bentuk sebagai berikut:

Keteranga n :
PENGAWAL KA
1) Wa rna dasar oranye;
Antara ••••... - • . •• . • .
2) Tulisan warna hitam;
3) Ukura n : Panjang 20 cm dan Lebar 10 cm .

( 18) Pengamanan peta k blok denga n pengawal sebagaimana pada ayat (3)
harus teta p dilakukan oleh Ppka kedua pihak sebelum menda pat kepastia n
ba hwa h u bu nga n blok, telepon a nta rstasiun dan/ata u telepon PK sudah
ba ik kembali sebaga imana pada ayat ( 19).
( 19) H u bu nga n blok, telepon a nta rstasiun dan/atau telepon PK sudah baik
kembali a pa bila peralatan hubungan blok, telepon a ntarstasiun da n/ata u
telepon PK sudah dapat digu naka n sebagai ma na mestinya dan telah
dinyata ka n ba ik kembali secara tertu lis oleh petugas perawata n
persinya lan dan telekomu nikasi serta diketa h u i oleh Ppkp dan Ppka ya ng
be rs a ngkuta n.

IV-22 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 37

Paragraf 3
Pertukara n Warta Kereta Api
Pasa l 37

A. Ketentuan Pemakaian Warta Kereta Api


( 1) Selama hubungan blok dalam kondisi normal, u ntuk pengaturan semua
perjalanan kereta api, tidak mempergu nakan wa rta kereta a pi, kecuali:
a . pada peta k j a l a n j a l u r tu ngga l :
1 ) kereta a p i ya ng melayani ja l u r simpa ng di jalan bebas, harus
mempergunaka n wa rta bera ngkat dan wa rta masuk;
2) kereta api terakhir sebelum dinas tutu p harus dikaba rkan wa rta
masuknya kepada stasiun batas;
3) konvoi dan lokomotif pendorong harus mempergunaka n warta
kereta api sebagaimana dalam pasal 35 ayat (9) huruf a, b, dan c
dengan memperhatika n ketentuan sebaga imana dalam pasal 63
dan pasa l 64.
b. pada peta k jalan jalur ga nda :
1) ya ng tidak dilengka pi sinyal jalur kiri, untuk kereta a pi yang
berjalan mela l u i ja l u r kiri, harus mempergunakan warta kereta api :
ta nya jawa b tenta ng kondisi petak jalan, wa rta berangkat dan
wa rta masuk;
2) kereta api ya ng melayani ja l u r simpa ng di jalan bebas, harus
mempergunaka n : wa rta berangkat dan wa rta masuk;
3) kereta a pi tera khir sebelu m dinas tutu p pada kedua a rah, harus
dika ba rka n warta masu knya kepada kedua pihak stasiun batas;
4) konvoi dan lokomotif pendorong harus mempergunaka n warta
kereta api sebagaimana dalam pasal 35 ayat (9) huruf a, b, dan c
dengan memperhatika n ketentuan sebaga imana dalam pasal 63
dan pasa l 64.
Selanjutnya, selama h u bu nga n blok norma l, dalam buku WK hanya dicatat
jam berangkat dan jam masuk semua kereta api.
(2) Selama hubungan blok terga nggu, baik pada petak jalan jalur tu ngga l
maupun jalur ganda, untuk pengatu ra n setiap perjalanan kereta a pi, harus
mempergunaka n wa rta kereta a pi sebagai mana dalam pasal 35 ayat (9).
(3) Ppka harus menga barkan setiap kebera ngkata n kereta a pi ba ik dalam
keadaan hu bunga n blok normal sebagaimana pada ayat ( 1) maupun dalam
keadaan hu bunga n blok terganggu sebagaimana pada ayat (2) kepada
penjaga perlintasa n mempergunakan semboyan genta, denga n ketentuan
sebagai berikut.

Edisi September 2011 IV-23


Pasal 37 Peraturan Dinas 19 Jilid I

a. Semboyan genta dibu nyikan pada saat kereta a pi berangkat ata u


lewat, kecua l i jika diteta pkan lain dalam PTDO atas usulan Pimpinan
Daera h.
b. Setia p pemberita huan dengan semboya n genta harus dicatat dalam
buku WK.
(4) J ika pemberian semboyan genta sebaga imana pada ayat (3) tidak da pat
dilaku ka n karena pera latan ga ngguan ata u tidak berfungsi, Ppka dapat
mengabarka n keberangkata n kereta api mengguna kan telepon perlintasa n
ata u alat komunikasi lain.

B. Tanya Jawab tentang Kondisi Petak Jalan


(5) Tanya jawab tenta ng kondisi petak jalan u ntuk perjalanan suatu kereta api
dilaku ka n oleh Ppka di kedua stasiun pada peta k jalan, yaitu stasiun
tempat berangkat (A) dan stasiun ya ng dituju ( B).
(6) Perta nyaan tentang kondisi peta k jalan sebaga imana pada ayat (5) harus
dilakuka n :
a. sebelum kereta api bera ngkat dari atau lewat di A;
b. setelah diterima wa rta berangkat kereta api d a ri stasiun berdekata n.
Saat sebaga imana pada h u ruf a dan b tidak boleh lebih dari 10 menit
sebelum jam berangkat atau jam langsu ng ya ng sesu ngguhnya, dan u ntuk
kereta a pi la ngsu ng saat sebaga imana pada h u ruf b apabila perlu dapat
ditetapka n tersendiri oleh J POD.
(7) Perta nyaan tentang kondisi peta k jalan sebaga imana pada ayat (6)
dilaku ka n sebagai berikut.
a. Ppka A menghubungi Ppka B melal u i telepon a nta rstasiun, dijawab
oleh Ppka B:
Ppka 8 : Di sini ........ (nama ppka) Ppka 8.
b. Setelah dijawab oleh Ppka B, Ppka A segera m enya m pa ika n pertanyaan
wl :
Ppka A : Ppka 8, apakah petak jalan untuk KA.... (nomor
KA) "aman"? pukul... (waktu permintaan). (w1)
Penu l isa n dalam buku WK.
8. ka ... (nomor KA) ? ... (waktu permintaan). A. (w1a)
(8) Ppka B ha nya diperbolehka n menjawa b "am a n" atas pertanyaan wl
sebaga imana pada ayat (7) huruf b:
a. pada peta k jalan jalur tu nggal, a pa bila :
1) tidak ada kereta a pi bera ngkat ata u aka n berangkat dari B ke A;

IV-24 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 37

2) Ppka B telah menerima warta masuk kereta api ya ng telah


berangkat dari B ke A;
3) kereta api yang berjalan di depan kereta a pi ya ng dimintaka n
pernyataa n kondisi peta k jalan telah data ng di B dan telah
dinyataka n denga n warta masuk kepada Ppka A;
4) tidak ada lori, konvoi, dan lokomotif pendorong di petak jalan ya ng
akan dila l u i;
5) tidak ada la ngsiran ya ng mengarah ke jalur uta ma yang a kan
dilalui.
b. pada petak jalan jalur ganda, a pabila kereta a pi ya ng berjalan di depan
kereta api ya ng dimintaka n pernyataan kondisi peta k jalan telah
datang di B dan telah dinyata kan denga n wa rta masuk kepada Ppka A.
(9) Setelah memenuhi ketentuan sebaga imana pada ayat (8), Ppka B
menjawa b pertanyaa n wl dari Ppka A dengan jawa ba n aman w2 sebaga i
berikut.
Ppka 8 : Ppka A, petak jalan untuk KA............. (nomor KA)
"aman" pukul....... (waktu jawab) (w2)
Penu l isa n dalam buku WK.
A. ka ....... (nomor KA) aman ..... (waktu jawab) 8. (w2a)
Selanjutnya, jawa ba n aman w2 dijawa b oleh Ppka A denga n jawaban
"mengerti" sebagai berikut.
Ppka A : Mengerti. Pukul .............. (waktu mengerti)
Penu l isa n dalam buku WK.
8. mengerti............ (waktu mengerti). A.
( 10) Untu k menghindari kem ungkinan terjadinya kelambata n, perta nyaan
tentang kondisi petak jalan oleh suatu stasiun persilanga n boleh dilaku ka n
sebel u m kereta a pi lawa n persilanga n datang di stasiun tersebut, denga n
perta nyaan sebagai berikut:
Ppka A : Ppka 8, jika KA.... (nomor KA) masuk A, apakah
petak jalan untuk KA...... (nomor KA) "aman"?
pukul....... (waktu tanya) (w3)
Penu l isa n dalam buku WK.
8. jika ka...... (nomor KA) msk A (singkatan nama
stasiun yang bertanya tentang kondisi) ka...... .
(nomor KA) ? ....... (waktu tanya) A. (w3a)
Apabila kondisi peta k jalan "ama n", pertanyaan w3 dijawa b oleh Ppka B
sebagai berikut:

Edisi September 2011 IV-25


Pasal 37 Peraturan Dinas 19 Jilid I

Ppka 8 : Ppka A, Jika KA .... (nomor KA) masuk A, petak jalan


untuk KA...... (nomor KA) "aman" pukul..... (waktu
jawab) (w4)
Penulisan dalam buku WK.
A. jika ka ..... (nomor KA) msk A ka..... (nomor KA)
aman ........ (waktu jawab) 8. (w4a)
Sela njutnya, jawaban aman w4 dijawa b oleh Ppka A denga n jawa ban
"mengerti" sebaga i berikut.
Ppka A : Mengerti. Pukul .............. (waktu mengerti)
Penulisan dalam buku WK.
8. mengerti............ (waktu mengerti). A.
( 11) Perta nyaan tentang kondisi peta k jalan denga n kata "jika" sebaga imana
pada ayat ( 10) tidak boleh dilaku ka n untuk kereta api ya ng bersilang
denga n lokomotif pendorong ya ng kembali ata u bersilang denga n kereta
api ya ng memaka i lokomotif pendorong.
( 12) Tanya jawab tenta ng kondisi petak jalan u ntuk kereta api yang
mempergunakan lokomotif pendorong adalah sebaga i berikut.
Ppka A : ppka 8, apakah petak jalan untuk KA ....... (nomor
KA) dengan lokpdr dan akan kembali dari km ....... ?
pukul ..... (waktu tanya) (wS)
Penulisan dalam buku WK.
8. ka .......... (nomor KA) dgn lokpdr km .............. ?
..... (waktu tanya) A. (wSa)
Apa bila kondisi peta k jalan "a ma n", perta nya a n w5 dijawa b oleh Ppka B
sebaga i berikut:
Ppka 8 : Ppka A, petak jalan untuk KA ...... (nomor KA)
dengan lokpdr dan akan kembali dari km ...... .
"aman". Pukul ..... (waktu jawab) (w6)
Penulisan dalam buku WK.
A. ka ... dgn lokpdr km... "aman"... (waktu jawab) 8. (w6a)
Sela njutnya, jawaban aman w6 dijawa b oleh Ppka A denga n jawa ban
"mengerti" sebaga i berikut.
Ppka A : Mengerti. Pukul ............ (waktu mengerti)
Penulisan dalam buku WK.
8. mengerti .......... (waktu mengerti). A.
( 13) Tanya jawa b tentang kondisi petak jalan u ntuk perjalanan konvoi adalah
sebaga i berikut.
a. Pada petak jalan jalur tungga l, warta kereta api menggu naka n wl dan

IV-26 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 37

w2 atau w3 dan w4. Akan tetapi, nomor kereta api diganti denga n
sebutan konvoi.
b. Pada petak jalan jalur ganda, di belakang sebuta n konvoi dalam warta
kereta api wl, w2, w3 dan w4 dita mba h dengan kata-kata :
"berangkat jalur kiri kembali jalur kanan" ata u
"berangkat jalur kanan kembalijalur kiri".
Penu l isan dalam buku WK.
"br jalur kr kembali jalur kn" atau
"br jalur kn kembali jalur kr".
( 14) Tanya jawab tentang kondisi petak jalan untuk kereta a pi ya ng aka n
mela l u i petak jalan j a l u r ganda pada wa ktu berlaku ketentuan " berjalan
ja l u r kiri", dilaku ka n dengan menggu nakan wl dan w2 ata u w3 dan w4
dengan ta mbahan kata-kata ''.ia/ur kanan "atau ''.ialur kiri"di belakang
nomor ata u sebutan kereta api tersebut menu rut ja l u r ya ng dilalu inya.
( 15) Apabila pada wa ktu Ppka B menerima perta nyaan dari Ppka A, kondisi
peta k jalan tida k ata u bel u m "aman", ka rena terha lang atau kereta a pi
yang berjalan terlebih dahulu belu m masu k di B, Ppka B menjawab sebagai
berikut.
Ppka 8 : tidak, petak jalan untuk KA...... (nomor KA) be/um
aman, tunggu kabar. Pukul (waktu jawab)
...• (w7)
Penu l isa n dalam buku WK.
A. tidak. Tunggu ......... (waktu jawab) 8. (w7a)
Jawa ba n w7 dijawa b oleh Ppka A denga n jawaban "mengerti" sebaga l
berikut.
Ppka A : Mengerti. Pukul ......... (waktu mengerti)
Penu l isa n dalam buku WK.
8. mengerti ........ (waktu mengerti). A.
Kemudian apabila peta k jalan sudah "ama n", Ppka B harus segera
memberitah u ka n kepada Ppka A sebagai berikut.
Ppka 8 : Ppka A, KA .... (nomor KA) masuk pukul.... (waktu
KA masuk), KA ... (nomor KA) kini "aman". Pukul.....
(waktu jawab) (wB)
Penu l isa n dalam buku WK.
A. ka........ (nomor KA) msk...•..... (waktu ka masuk),
ka......... (nomor ka) kini aman. ..... (waktu jawab) 8. (wBa)
Jawaban aman w8 dijawa b oleh Ppka A denga n jawaban "mengerti"
sebaga i berikut.
Ppka A : Mengerti. Pukul .............. (waktu mengerti)

Edisi September 2011 IV-27


Pasal 37 Peraturan Dinas 19 Jilid I

Penulisan dalam buku WK.


8. mengerti............ (walctu mengerti). A.

C. Warta Berangkat
( 16) Warta bera ngkat disa mpaikan oleh Ppka stasiun tempat bera ngkat (A)
kepada Ppka stasiun yang dituju ( B) dan harus disa m pa ika n segera setelah
kereta api berangkat ata u lewat, kecua l i jika dalam PTDO menentuka n lain
karena petak jalan pendek, m isa lnya :
u ntuk kereta api langsu ng ata u kereta api yang hanya berhenti
sebentar, wa rta berangkat boleh disa mpaikan lebih dahulu daripada
wa rta masuk.
( 17) Warta berangkat sebaga imana pada ayat ( 16) disa mpaika n sebagai
berikut.
a. Ppka A menghubungi B melal u i telepon a nta rstasiun, dan dijawab oleh
Ppka B sebagai berikut.
Ppka 8 : Di sini ........ (nama ppka) Ppka 8.
b. Setelah dijawa b oleh Ppka B, Ppka A segera menya m paikan warta
berangkat sebagai berikut.
Ppka A : Ppka 8, KA ..... (nomor KA) berangkat pukul ..... .
(waktu berangkat). (w9)
Penu l isa n dalam buku WK.
8. ka....., (nomor KA) br...... (waktu berangkat). A. (w9a)
Sela njutnya, warta berangkat w9 dijawab oleh Ppka B dengan jawa ba n
"mengerti" sebaga i berikut.
Ppka 8 : Mengerti. Pukul .......... (walctu mengerti)
Penulisan dalam buku WK.
A. mengerti......... (walctu mengerti). 8.
( 18) Warta berangkat u ntuk kereta api ya ng m empergu naka n lokomotif
pendorong, menggu nakan warta berangkat w9 dengan ta mbahan kata­
kata "dengan lokpdr dan a ka n kembali dari km" di belakang nomor KA,
sebaga i berikut:
Ppka A : Ppka 8, KA.... (nomor KA) dengan lokpdr dan akan
kembali dari km......., berangkat pukul...... (waktu
berangkat)
Penulisan dalam buku WK.
8. ka...... (nomor KA) dgn lokpdr km..... br..... (waktu
berangkat). A.

IV-28 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 37

Selanjutnya, wa rta tersebut dijawa b oleh Ppka B dengan jawa ba n


"mengerti" sebagai berikut.
Ppka B : Mengerti. Pukul .............. (walctu mengerti)
Penu l isa n dalam buku WK.
A. mengerti............ (waktu mengerti). B.
( 19) Wa rta berangkat u ntuk perjalanan konvoi menggu nakan wa rta kereta a pi
sebagai berikut:
a. pada peta k jalan ja l u r tu nggal, wa rta kereta api menggu nakan wa rta
berangkat w9, a kan tetapi nomor kereta a pi diga nti denga n sebuta n
konvoi;
b. pada peta k jalan jalur ganda, di bela kang sebutan konvoi dalam wa rta
berangkat w9 ditam ba h denga n kata-kata sebaga i berikut.
"berangkat jalur kiri kembali jalur kanan" ata u
"berangkat jalur kanan kembali jalur kiri".
Penu l isan dalam buku WK.
"br jalur kr kembali jalur kn" ata u
"br jalur kn kembali jalur kr".
(20) Wa rta berangkat u ntuk kereta api ya ng berjalan di peta k jalan jalur ganda
pada waktu berlaku ketentuan "berjalan ja l u r kiri", dilakuka n denga n
menggu nakan wa rta berangkat w9 dengan ta mbahan kata-kata ''ialur
kanan" atau ''ialur kiri" di belaka ng nomor ata u sebuta n kereta api
tersebut menu rut jalur yang dilaluinya .

D. Warta Masuk
(21) Wa rta masuk ha nya boleh disa m pa ika n oleh Ppka stasiun kedatangan ( B)
kepada Ppka stasiun tempat berangkat (A) setelah memastikan bahwa :
a. kereta a pi sudah masuk sel uruhnya di stasiun lengka p denga n
semboyan 21 (ta nda a khira n kereta a pi) dengan ketentua n :
1 ) u ntuk KA berhenti, rangka ian kereta a p i telah berhenti betul dan
berada di a nta ra dua tanda batas ruang bebas (semboyan 18) pada
jalur u ntuk kereta a pi tersebut;
2) u ntuk kereta a pi ya ng berjalan langsung, setelah mela l u i wesel
tera khir.
b. kereta api yang masuk tidak memperl ihatkan semboya n 3 1 (tanda jalur
kereta api tidak a ma n) pada sia ng ha ri atau tidak memperdenga rka n
semboyan 39 (petunj u k bahaya) pada malam hari; ata u
c. sinya l masuk telah dikembal ika n ke indikasi "berhenti" (semboyan 7).
(22) Apabila sinyal masuk sebaga imana ayat (21) huruf c tida k dapat kemba li
pada indikasi "berhenti" ka rena terganggu maka warta masuk ha nya boleh

Edisi September 2011 IV-29


Pasal 37 Peraturan Dinas 19 Jilid I

disa mpaika n setelah melakukan tindaka n sesuai ketentuan sebagaimana


dalam pasa l 52.
(23) Apa bila ketentuan sebagaimana pada ayat (21) telah terpenu hi, Ppka B
menghubu ngi Ppka A melal u i telepon antarstasiun dan setelah dijawa b
oleh Ppka A, Ppka B segera menya mpaikan wa rta masuk sebaga i berikut.
Ppka 8 : Ppka A, KA......... (nomor KA) sudah masuk di 8
pukul.......... (walctu masuk) (w10)
Penulisan dalam buku WK.
A. ka.......... (nomor KA) msk ......... (walctu masuk). 8. (w10a)
(24) Warta masuk untu k lokomotif pendorong ya ng kembali ke stasiun tempat
berangkat (A), wa rta masuk w10 disa mpaika n oleh Ppka A dan di depa n
nomor KA ditambah dengan kata "lokpdr", sebaga i berikut.
Ppka A : Ppka 8, Lokpdr KA........... (nomor KA) sudah masuk
di A pukul........ (waktu masuk)
Penulisan dalam buku WK.
8. lokpdr ka......... (nomor KA) msk ........... (waktu
masuk). A.
Selanjutnya, wa rta masuk u ntuk lokomotif pendorong w10 dijawa b oleh
Ppka B denga n jawaban "mengerti" sebagai berikut.
Ppka 8 : Mengerti. Pukul .............. (waktu mengerti)
Penulisan dalam buku WK.
A. mengerti............ (walctu mengerti). 8.
(25) Warta masuk untuk perjalanan konvoi menggu nakan wa rta kereta apl
sebaga i berikut.
a. Pada peta k jalan jalur tu nggal, wa rta m asuk menggunaka n warta
masuk w10, teta pi nomor kereta api diga nti denga n sebuta n konvoi.
b. Pada peta k jalan jalur ganda, warta masuk menggu naka n warta masuk
w10 dan di belakang sebutan konvoi ditambah denga n kata-kata
sebagai berikut.
"kembali jalur kanan" atau
"kembali jalur kiri".
Penu l isan dalam buku WK.
"kembali jalur kn" atau
"kembali jalur kr''.
Sela njutnya, wa rta masuk u ntuk konvoi sebaga imana pada huruf a atau b
tersebut dijawab oleh Ppka B denga n jawa ban "mengerti" sebagai berikut.
Ppka 8 : Mengerti. Pukul .............. (waktu mengerti)
Penulisan dalam buku WK.
A. mengerti............ (walctu mengerti). 8.

IV-30 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 37

(26) Wa rta masuk u ntuk kereta a pi ya ng datang melal u i petak jalan jalur ganda
pada wa ktu berlaku ketentuan "berjalan ja l u r kiri", menggunaka n wa rta
masuk w10, denga n ta mbahan kata-kata ']alur kanan "atau ']alur kiri"di
belakang nomor atau sebuta n kereta api tersebut menurut ja l u r ya ng
dilaluinya.
(27) Apabila suatu kereta api harus segera bera ngkat setelah kereta a pi lawa n
persila nga n masuk, wa rta masuk kereta api ya ng data ng dan wa rta
berangkat kereta a pi ya ng berangkat disusun sebagai berikut.
Ppka 8 : Ppka A, KA ..... (nomor KA) masuk pukul .... (waktu
masuk) dan ka...... (nomor KA) berangkat pukul .... .
(waktu berangkat) (w11}
Penu l isa n dalam buku WK.
A. ka ...... (nomor KA) msk..... (waktu masuk) ka... .
(nomor KA) br........ (waktu berangkat). 8. (w11a)
(28) Apabila diperl u ka n, wa rta masuk boleh disatukan denga n jawa ba n "a man"
atas perta nyaa n kondisi peta k jalan sebaga i berikut.
Ppka 8 : Ppka A, KA......... (nomor KA) masuk pukul .......... .
(waktu masuk) dan KA...... (nomor KA) kini "aman". (w12)
Penu l isa n dalam buku WK.
A. ka..... (nomor KA) msk ... . •(waktu masuk) ka.....
(nomor KA) kini aman. ...... (waktu jawab) 8. (w12a)
(29) Wa rta masuk sebaga imana pada ayat (23), (26), (27) dan (28) harus segera
dijawa b oleh Ppka A denga n jawaban "mengerti" sebaga i berikut.
Ppka A : Mengerti. Pukul .............. (waktu mengerti)
Penu l isa n dalam buku WK.
8. mengerti............ (waktu mengerti). A.

E. Pertukaran Warta Kereta Api pada Petak Jalan yang Memakai Blokpos Saat
Hubungan Blok Terganggu
(30) Pada wa ktu hu bunga n blok terganggu, Ppka di blokpos berkewajiba n :
a. mengatur perjalanan kereta api aga r tidak terjadi lebih dari 1 (satu)
kereta a pi berja lan bersamaan dalam satu peta k blok antara stasiun
denga n blokpos ata u anta ra blokpos dengan stasiun, denga n demikia n
harus memastika n telah:
1) menerima warta berangkat u ntuk setia p kereta a pi ya ng berangkat
menuju ke blokpos;
2) menerima warta masuk u ntuk setiap kereta api yang disa mpa ika n
oleh stasiun berdekatan;

Edisi September 2011 IV-31


Pasal 37 Peraturan Dinas 19 Jilid I

3) menya m paikan warta masuk untu k setiap kereta a pi yang masuk


blokpos;
4) untu k perjalanan konvoi dan lokomotif pendorong, Ppka di blokpos
ha nya menerima warta berangkat dan warta masuk.
b. mencatat dalam buku WK semua warta berangkat, warta masuk yang
diterima, dan wa rta masuk ya ng dikirim.
(31) Tanya jawa b tentang kondisi peta k jalan anta ra dua stasiun pada petak
jalan yang memaka i blokpos dilaku ka n sebagai mana pada ayat (5), kecua l i
untu k kereta api belaka ng, ya itu kereta a pi yang berjalan di belakang
kereta api lain.
Oleh ka rena kereta api belakang sudah boleh bera ngkat a pabila kereta apl
di depa nnya sudah masuk blokpos di depa nnya, warta kereta a pi "ta nya
jawab tenta ng kondisi petak jalan" adalah sebagai berikut.
Ppka blokpos... : Ppka B, KA ... (nomor KA di depannya)
sudah masuk di blokpos...... (nama
blokpos), apakah jalur untuk KA.... (nomor
KA) "aman"? pukul...... (waktu tanya) (w13)
Penulisan dalam buku WK.
B. ka ...... (nomor KA di depannya) msk blokpos ...... .
(nama blokpos) ka....... (nomor KA)?......... (waktu
tanya) blokpos..... (w13a)
Sela njutnya, pem berian jawaban "a man" atas pertanyaan w13 dilaku ka n
denga n jawa ban a m a n w2.
Tanya jawa b tenta ng kondisi peta k jalan u ntuk kereta api ya ng a ka n
berangkat di belakang konvoi atau di belaka ng kereta a p i yang memakai
lokomotif pendorong tidak boleh dilaku ka n sebelum konvoi atau lokomotif
pendorong kembali.
(32) Warta berangkat w9, oleh Ppka A disa mpaikan j uga kepada Ppka Blokpos.
(33) Warta masuk disa mpaikan oleh Ppka blokpos kepada Ppka A, setelah
kereta api lewat di blokpos.
Ppka B di stasiun tempat kedata ngan kereta a pi tersebut menyampa ika n
wa rta masuk kepada blokpos d a n kepada Ppka A.
(34) Warta masuk dan wa rta berangkat u ntuk kereta ap1 yang bersilang
dikirimkan sebaga imana pada ayat (27).

F. Pembatalan Warta Kereta Api Tanya Jawab tentang Kondisi Petak Jalan"
(35) Perta nyaan tenta ng kondisi petak jalan yang sudah dilakukan oleh Ppka
stasiun tempat berangkat (A), dan telah dijawa b "a man" oleh Ppka stasiun
yang dituju ( B), jika perlu, boleh dibata lkan oleh Ppka A:

IV-32 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 37

a. a pa bila ternyata ba hwa kereta api ya ng bersangkutan ka rena sesuatu


hal akan terlam bat lebih dari 10 menit terhitung dari jam berangkat
ya ng telah diperhitu ngka n pada saat pertanyaan tentang kondisi peta k
jalan tersebut disa mpaikan; ata u
b. a pa bila karena sesuatu hal ya ng da pat mengganggu tertib perjalanan
kereta api ya ng bersangkuta n.
Ppka A menya m pa ika n wa rta kereta a pi pembatalan sebaga i berikut.
Ppka A : Ppka 8, jawaban "aman" dari 8 untuk KA..... (nomor
KA) saya nyatakan batal. pukul... (waktu batal) (w14)
Penu l isa n dalam buku WK.
8.aman dari 8 untuk ka ....... (nomor KA) batal. .... .
(waktu batal) A. (w14a)
Selanjutnya, wa rta kereta api pem batalan w14 dijawa b oleh Ppka B
dengan jawaban "mengerti" sebaga i berikut.
Ppka 8 : Mengerti. Pukul .............. (waktu mengerti)
Penu l isa n dalam buku WK.
A. mengerti............ (waktu mengerti). 8.
Apabila Ppka A telah memberi keteranga n kepada Ppka B mela lui telepon
anta rstasiun tenta ng sebab pem bata lan, tanya dan jawa b tentang kondisi
peta k jalan harus diperbaharui men u rut keadaan perjalanan kereta a pi
yang sesu ngguhnya.
(36) Jawaban "a man" yang telah diberika n oleh Ppka stasiun yang dituju ( B),
jika perlu, boleh dibatal kan, denga n sya rat Ppka stasiun ya ng menerima
jawa ba n "a ma n"(A) bel um menga barkan wa rta bera ngkat kereta api ya ng
bersa ngkuta n, dengan wa rta kereta api pembata lan sebaga i berikut.
Ppka 8 : Ppka A, awas berbahaya, jawaban "aman" dari
saya untuk KA....... (nomor KA), saya batalkan.
tunggu kabar. pukul........ (waktu pembatalan) (w15)
Penu l isa n dalam buku WK.
A. awas berbahaya, jawaban aman untuk ka......
(nomor KA) batal tunggu ..... (waktu pembatalan) 8. (w15a)
Wa rta kereta api pembata lan w15 dijawab oleh Ppka A sebaga i berikut.
Ppka A : Mengerti KA........ (nomor KA) tunggu. Pukul........ .
(waktu mengerti) (w16)
Penu l isa n dalam buku WK.
8. mengerti ka....... (nomor KA) tunggu....... (waktu
mengerti) A. (w16a)
Apabila Ppka B telah mem beri ketera nga n kepada Ppka A mela lui telepon
anta rstasiun tentang seba b pem batalan, dan setelah keadaan

Edisi September 2011 IV-33


Pasal 37 Peraturan Dinas 19 Jilid I

mengizinka n, pemberian jawa ban aman harus diu langi denga n wa rta
kereta api w8.

G. Warta Pembatalan Blok yang Telah Dibuka pada Petak Jalan Jalur Tunggal
(37) Blok yang telah dibuka untu k kereta a pi, jika perlu, da pat dibatalka n .
(38) Pembata lan sebagaimana pada ayat (37) harus dilakuka n dengan warta
kereta api sebaga i berikut.
Ppka 8 : Ppka A, awas berbahaya, pembukaan blok untuk
KA.......... (nomor KA) saya batalkan, tunggu kabar.
pukul..... (waktu pembatalan) (w17)
Penulisan dalam buku WK.
A. awas berbahaya, buka blok untuk ka...... (nomor
KA) batal, tunggu. ........ (waktu pembatalan) 8. (w17a)
Sela njutnya, wa rta kereta api pembatalan blok w1 7 dijawab oleh Ppka A
denga n jawa ban "mengerti" sebagai berikut.
Ppka A : Mengerti KA........ (nomor KA) tunggu. Pukul........ .
(waktu mengerti) (w18)
Penulisan dalam buku WK.
8. mengerti KA............ (nomor KA) tunggu.......... .
(waktu mengerti) A. (w18a)
(39) Apa bila pembukaan blok sebagaimana pada ayat (37) dilakukan ka rena
salah pelaya nan, buka n atas permintaan, warta pem bata lan blok denga n
wa rta kereta api sebaga i berikut.
Ppka 8 : Ppka A, awas berbahaya, pembukaan blok salah,
tunggu kabar. pukul......... (waktu pembatalan) (w19)
Penulisan dalam buku WK.
A. awas, berbahaya, pembukaan blok salah,
tunggu. ........ (waktu pembatalan) 8. (w19a)
Sela njutnya, wa rta kereta api tersebut dijawa b oleh Ppka A dengan
jawaban "mengerti" sebaga i berikut.
Ppka A : Mengerti. Pukul .............. (waktu mengerti) (w20)
Penulisan dalam buku WK.
8. mengerti............ (waktu mengerti). A. (w20a)
(40) M u l a i pada saat pembata lan pembukaan blok sa mpai pada saat blok
tersebut kemba li dalam keadaan normal maka pengaturan perjalanan
kereta api dilakukan denga n pertukaran wa rta kereta api menurut
ketentuan yang berlaku pada wa ktu hubunga n blok terga nggu.

IV-34 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 38

H. Ketentuan Khusus mengenai Pertukaran Warta Kereta Api pada


Lintas Jalur Tunggal Bergigi
(41) Pada jalur kereta api bergigi, kereta api boleh bera ngkat beriringan denga n
tenggat waktu 5 menit di belakang kereta api m u ka.
(42) Beberapa kereta api ya ng berjalan beriringan pada satu petak jalan
sebagaimana pada ayat (41) diangga p sebagai satu kelompok kereta a pi.
(43) Wa rta tanya jawab tenta ng kondisi petak jalan u ntuk suatu kelompok
kereta api sebaga imana pada ayat (42) dilaku ka n satu kali dengan
menyebutka n nomor-nomor kereta api dalam kelompok beserta
jumla hnya .
(44) Untu k beberapa kereta a pi yang berja l a n dalam satu kelompok, hanya
yang pertama disa m pa ika n warta bera ngkatnya denga n menyebutka n
jumlah kereta api dalam kelompok tersebut. J ika sa lah satu kereta a pi
dalam kelompok tersebut terlambat lebih dari 10 menit, kelambata n
tersebut harus dika barkan men u rut ketentuan sebagaimana dalam pasal
73 ayat (5) dan (6).
(45) Untu k bebera pa kereta api ya ng berjalan dalam satu kelompok ha nya ya ng
terakhir disa mpaikan warta masu knya denga n menyebutka n jumlah kereta
api dalam kelompok tersebut.

I. Petugas yang Berhak Melakukan Pertukaran Warta Kereta Api


(46) Pertuka ran wa rta kereta api harus dilakukan sendiri oleh Ppka.
(47) Apabila pertu ka ra n wa rta kereta a pi dilaku ka n oleh petugas la in, Ppka dan
petugas tersebut a ka n dikena kan sa nksi sesuai peratu ran kepegawa ian
dan u ntuk Ppka selain sanksi kepegawaian juga penca buta n B.50.

Bagian Keempat
Pemberangkatan Kereta Api
Paragraf 1
Kesiapan Awa k Sarana Kereta Api M u l a i Dinas
Pasa l 38
( 1) Dalam membuat dinasan, J PAK harus memastikan bahwa awak kereta a pi
yang a ka n didinaska n :
a. memil iki sertifikat keca ka pa n yang masih berlaku;
b. memil iki ketera nga n kecaka pan pemahaman lintas (0.63) u ntuk lintas
ya ng akan didinasi, teruta ma u ntuk masinis;

Edisi September 2011 IV-35


Pasal 38 Peraturan Dinas 19 Jilid I

c. memiliki keteranga n keca ka pan pengoperasian jenis lokomotif, KRL


atau KRD yang didinasi;
d. telah menjalani pemeriksaa n kesehatan berkala denga n hasil baik.
(2) Kesiapan awa k kereta api pada saat aka n menjalanka n dinas, a nta ra lain:
a . Harus sudah melapor kepada J PAK d a n mengisi dafta r hadir selam bat-
lambatnya 45 (em pat pu l u h lima) menit sebel um kereta a pi bera ngkat;
b. Tela h melakukan pemeriksaa n kesehatan d a n dinyataka n laik dinas;
c. Tela h menyata ka n sia p menjalanka n dinas;
d. Tela h mem bawa a rloji, sul ing mulut, senter, dan doku men perja la nan,
misa lnya, permintaan kereta api penolong (bentuk 93) dan
Pem berita huan tentang peristiwa luar biasa (bentuk 94);
e. Tela h menerima perintah perjalanan dinas dan 0. 100 dari J PAK;
f. Tela h menerima La pka dari Ppka/Pa p paling lambat 10 menit sebelum
keberangkatan kereta api, jika ada yang kura ng jelas masih dapat
mem inta penjelasan.
Ketentuan tentang waktu sebaga imana pada h u ruf a dan f dapat
ditetapka n lain oleh J POD sesuai denga n kebutuhan setem pat.
(3) Kesiapan kondektur sebelu m dinas, a nta ra lain :
a. harus sudah melapor kepada J PAK, m engisi dafta r hadir, dan
menyata ka n sia p u ntuk menja lanka n d i nas kereta api selambat­
lambatnya 45 (em pat pu l u h lima) menit sebel um kereta a pi bera ngkat;
b. telah melaku ka n pemeriksaan kesehata n sebelum dinas;
c. telah menyatakan siap menjala nkan dinas;
d. telah membawa a rloji, suling m u l ut, bendera mera h, bendera ku ning,
dan senter, serta gunting karcis (khusus u ntuk dinas kereta api
penumpa ng);
e. telah menerima perinta h perjalanan dinas dari J PAK; dan
f. telah menerima Lkdr dari Ppka/Pa p pa ling lambat 10 menit sebelum
keberangkatan kereta a pi, termasuk dokumen lain (jika ada).
Ketentuan tenta ng wa ktu sebagai mana pada huruf a dan f da pat
ditetapka n lain oleh J POD sesuai denga n kebutuhan setem pat.
(4) Sebel um dinas kereta a pi, teknisi kereta api dan petugas lain harus
melapor kepada Ppka/Pa p selambat-lambatnya 30 menit sebelum
kebera ngkata n kereta api, kecua l i ditetapka n lain oleh J POD sesuai dengan
kebutuhan setem pat.

IV-36 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 39

Paragraf 2
Tempat Lokomotif pada Rangkaian Kereta Api
Pasa l 39

A. Lokomotif untuk Berjalan Tunggal, Ganda, atau Lebih


( 1) Kereta api yang menggu nakan lokomotif tungga l, ganda, ata u lebih diatur
dalam 0. 18 (dinasan lokomotif) ya ng ditetapka n oleh Direksi.
(2) Dinasan lokomotif ya ng belu m diatur dalam 0. 18, tetapi dipandang perlu
untuk didinaskan lokomotif ganda atau lebih, dapat ditetapkan oleh
Pimpinan Daera h dalam batas wilayah nya dan oleh Direksi untuk
perjalanan mela l u i beberapa wilaya h.

B. Penempatan Lokomotif dalam Rangkaian Kereta Api


(3) Denga n memperhatikan daya tarik lokomotif dan berat kereta api,
lokomotif ditempatka n pada bagian depa n rangka ian kereta a pi.
(4) Pada kondisi ya ng mengha ruska n, lokomotif dapat ditempatka n pada
bagia n belaka ng rangka ian sebagai lokomotif mendorong, denga n
memperhatika n ha l-hal sebagai berikut.
a. Lokomotif mendorong rangka ian kereta a pi ha nya diperbolehka n
u ntuk:
1) kereta api dalam keadaan darurat (pada wa ktu terjadi rintang jalan
atau kecelakaan);
2) kereta api yang menuju ke jalur simpang di jalan bebas atau
sebaliknya;
3) kereta api yang harus dinas di petak jalan pendek atau peta k jalan
di anta ra stasiun ya ng leta knya berdekata n dengan titik permulaan
ja l u r simpang denga n mem perhatika n ketentuan setempat ya ng
ditetapka n oleh Pimpinan Daerah;
4) kereta api perawatan jalan rel;
5) konvoi; dan
6) kereta api yang berjalan menanjak di l intas bergigi.
b. Kereta api dengan lokomotif mendorong harus memenuhi ketentuan
sebaga i berikut.
1) Kecepata n kereta api denga n lokomotif mendorong tidak
diperbolehka n melebihi 30 km/jam.
2) Pada kereta/gerbong ya ng paling depa n harus ditempatka n
seorang petugas yang ditunj u k masinis u ntuk membawa semboyan
(bendera merah pada siang hari ata u lentera berca haya mera h

Edisi September 2011 IV-37


Pasal 39 Peraturan Dinas 19 Jilid I

pada malam ha ri) ya ng dapat diperl ihatkan kepada masinis apabila


terdapat ba haya .
3) Lokomotif mendorong harus digandengka n denga n ra ngkaian
kereta api ya ng didorong.

C. Penempatan Lokomotif Ganda


(5) Dua lokomotif yang a ka n dipakai secara ganda diga ndengkan di depan
ra ngka ian kereta api.
(6) Apa bila sa lah satu lokomotif ditempatkan di bagian belakang ra ngkaian,
kereta api ha nya diperbolehka n berja lan dengan kecepata n tidak melebihi
50 km/jam.
(7) Dari 0. 18 dapat diketahui penjelasan dan ketentuan ya ng berlaku bagi
perjalanan lokomotif ganda u ntuk berbagai jenis lokomotif pada berbagai
lintas.
(8) Penggu naan lebih dari satu jenis lokomotif u ntuk dinas lokomotif ganda
tidak diperbolehkan, kecua l i dalam keadaan mendesa k dan atas izin J PTD.

D. Kereta Api yang Menggunakan Dua Lokomotif di Depan


(9) Pada lokomotif ganda denga n tenaga berbeda, lokomotif yang tenaganya
lebih besar harus ditempatkan di depa n. M a sinis lokomotif depa n
bertindak sebaga i pemimpin selama dalam perjalanan kereta a pi, kecua l i
d a l a m keadaan tertentu, misa lnya, u ntuk keperlu a n percobaan lokomotif.
( 10) Kedua masinis sebaga imana pada ayat (9) harus mempunyai tabel kereta
api dan Lapka .
( 11) Masinis lokomotif depan mengatur jalannya kereta a p i dan memberika n
semboyan ya ng telah ditentukan, denga n menggu naka n sul ing lokomotif.
Pemberita huan mengenai perjalanan kereta a pi, seperti hal-hal luar biasa
yang perl u dicatat oleh Ppka pada Lapka hanya ditu lis dalam Lapka dari
lokomotif depa n. Akan teta pi, hal tersebut tidak membebaskan awa k
kereta api lokomotif belakang dari kewajiban u ntuk memperhatikan
semboyan-semboya n tetap.
( 12) Masinis lokomotif belakang berkewajiban mem berikan semboya n bahaya
apabila mengetah u i suatu bahaya terlebih dulu dari pada masinis depan,
dan harus patu h terhadap semboya n serta petunjuk ya ng diberika n oleh
masinis lokomotif depa n.
( 13) Kedua masinis mempunya i kewajiban yang sama u ntuk mem perhatika n
d a n menaati semboya n teta p di j a l u r kereta a pi. Selama hubunga n blok

IV-38 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 40

terganggu, pengawasa n persilangan dan peminda han persilangan menjadi


ta nggung-jawab masinis lokomotif depan.

E. Kereta Api Menggunakan Dua Lokomotif atau Lebih Secara Multiple Unit
( 14) Pada lokomotif yang dilengka pi denga n perlengka pan ya ng memungkinka n
d u a lokomotif ata u lebih ya ng sejenis dira ngka ika n secara m u ltiple unit,
dioperasika n ha nya oleh satu orang masinis ya ng berada di lokomotif
depa n.

Paragraf 3
Pemeriksaa n Kereta Api Sebelum Berangkat
Pasa l 40
( 1) Di staslun awa l pembera ngkatan, di stasiun antara tempat menambah
atau melepas kereta/gerbong, sebelum kereta api berangkat, Ppka/Pa p
harus memastikan bahwa :
a. ra ngkaian telah disusun sesua i denga n stamformasi;
b. pemeriksaa n rangkaian dan percobaa n pengereman telah dilaku ka n
denga n hasil baik oleh Puk/Pug dengan disa ksika n kondektu r/Tka d a n
petugas stasiun atas perinta h Ppka;
c. dokumen perjalanan telah siap dan lengkap;
d. semboyan kereta api telah terpasang pada tempatnya; dan
e. naik turun penumpang atau muat bongka r bara ng, bagasi, serta ba ra ng
hanta ra n telah selesai dilakukan.
(2) Di stasiun awa l pembera ngkatan, Tka harus memba ntu/menyaksikan
pemeriksaan kesiapan rangka ian kereta a pi termasuk pera ngkat
pengereman, pera latan keselamatan, peralata n pera ngkai, kelistrikan, dan
kelengka pan inventaris kereta/gerbong, serta melaku ka n pemasangan
semboya n 21 pada rangka ian kereta api.
(3) Apabila melihat suatu kerusa ka n pada ra ngka ian, awa k sarana kereta a pi
harus segera mem beritah u ka n perihal tersebut kepada masinis, dan
masm1s ya ng akan menentu ka n apakah kerusa ka n tersebut
memba haya ka n ata u tidak maka setelah menda pat pem berita huan dari
masinis, Ppka/Pap harus bertindak sebaga imana mestinya, a nta ra lain :
a. memenuhi permintaan masinis;
b. memberita huka n kepada Puk/Pug/Pu l untuk perba ika n;
c. melaporkan kepada Ppkp tenta ng kerusa ka n tersebut dan taksira n
wa ktu u ntuk penyelesa ian.

Edisi September 2011 IV-39


Pasal 41 Peraturan Dinas 19 Jilid I

(4) Di stasiun awal pemberangkatan dan di stasiu n tempat perga ntian awak
sara na kereta api, masinis dan kondektu r ha rus mencocokkan a rlojinya
denga n jam induk stasiu n.
(5) Ppka wajib mencocokkan jam induk stasiun dengan jam induk perusahaan
(ja m pada telepon PK).

Paragraf 4
Pemeriksaa n Jalur Kereta Api
Pasal 41
( 1) U ntuk keselamata n dan ketertiba n perjalanan kereta a pi, jalur kereta a pi
harus diperiksa secara berka la, pa ling sedikit 2 (dua) kali dalam waktu 24
(dua puluh empat) jam, masing-masing disesuaikan denga n tenggat wa ktu
anta ra satu kereta api dan kereta api berikutnya .
(2) U ntuk memenu hi ketentuan sebagaimana pada ayat ( 1), Pimpinan Daerah
meneta pka n jadwa l pemeriksaan jalur ata u bagian ja l u r u ntuk
pemeriksaan pertama dan kedua, baik ya ng berjalan ka ki maupun
menggu naka n kendaraan pemeriksa ja l u r ( Kpj). Selanjutnya, denga n
berpedoman pada peratura n perjalanan dan PTDO dibuat "grafik
perjalanan pemeriksa jalur" yang dita ndata nga n i oleh J PJ D dan J POD, dan
dalam pela ksa naannya di bawah pengawasa n Ppka .
(3) U ntuk keperluan pengawasa n Ppka sebagaimana pada ayat (2) di setiap
stasiun harus dipasang "grafik perjalanan pemeriksa jalur".
(4) Pengawasa n Ppka sebagaimana pada ayat (2) adalah a pa bila buku "pas
jalan" (bentuk J. 91) telah diterima dan dita ndatanga ni oleh Ppka stasiun
yang dilewati da n/ata u stasiun a khir perjalana n petugas pemeriksa jalur
(Ppj) ya ng ditentuka n dalam buku "pas jalan".
(5) Pada bagia n jalur tertentu yang dia ngga p rawa n (daera h longsora n,
amblesan, ba njir), Pimpinan Daerah da pat menambah pemeriksaan ekstra
di luar jadwa l pemeriksaan sebaga imana pada ayat (2).
(6) Pemberita huan perjalanan Ppj ekstra sebagaimana pada ayat (5) dilakuka n
oleh J PJD.
(7) Apa bila pada lintas yang diperiksa oleh petugas pemeriksa jalur yang
pemeriksaannya dimulai dari:
a. stasiun buka atau melewati stasiun ya ng tela h dibuka, pas jalan harus
dita ndata ngani oleh Ppka stasiun ya ng bersa ngkutan;

IV-40 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 41

b. stasiun tutup, petugas pemeriksa j a l u r yang bersangkutan harus


meninggal kan buku "pas jalan" di stasiun anta ra sebagai bukti bahwa
petak jalan atau sebagia n peta k jalan di belakangnya telah diperiksa .
(8) Pemeriksaa n perta ma dan kedua sebagai mana pada ayat (2) dilaksanaka n
dengan ketentuan petugas pemeriksa j a l u r harus data ng di stasiun
selambat-lambatnya 15 (lima belas) menit sebel um kereta a pi bera ngkat
menuju ke petak jalan ya ng telah diperiksa, baik u ntuk pemeriksaan
dengan jalan ka ki maupun dengan Kpj.
(9) Apabila kereta api mela l u i peta k jalan yang belu m diperiksa sebagian ata u
selu ru h nya maka:
a. sebelum membera ngkatka n kereta a pi, Ppka harus memberitah u ka n
kepada masinis dengan perintah "berjalan hati-hati" (bentuk 90),
seda ngka n untuk kereta api la ngsu ng h a rus diberhentika n luar biasa di
stasiun guna pemberian bentuk tersebut;
b. pada petak jalan jalur ganda, tindaka n sebaga imana pada huruf a
harus dilaku ka n terhadap kereta api, baik yang berjalan mela lui jalur
hulu maupun ya ng mela l u i jalur hilir;
c. setelah menerima bentuk 90, selama berja lan, masinis harus benar­
benar memperhatika n a ka n kemu ngkinan adanya halanga n pada petak
jalan yang bersa ngkuta n dan kecepata n perjalanan kereta api dibatasi
pal ing cepat 60 km/jam.
( 10) Kedata ngan petugas pemeriksa jalur ha rus segera disa mpaikan denga n
warta melalui telepon anta rstasiun kepada Ppka stasiun arah sebaliknya
dari perjalanan petugas pemeriksa jal u r ya ng telah memeriksa jalur
tersebut selu ru h nya ata u sebagia n oleh Ppka stasiun:
a. ya ng menurut buku "pas ja lan" ditentu ka n sebaga i stasiun a khir
perjalanan petugas pemeriksa jalur; dan
b. sebaga imana pada ayat (6) setelah Ppka mena ndatangani pas jalan
ata u menerima buku "pas jalan".
( 11) Wa rta sebaga imana pada ayat ( 10) adalah sebaga i berikut.
a. Masuk ata u lewatnya petugas pemeriksa jalur harus disa mpa ika n
denga n warta sebaga i berikut.
Ppka B : Ppka A, petugas pemeriksa jalur telah datang
di stasiun B (j1)
Penu l isan dalam buku WK.
A. ppj masuk....... (waktu masuk). B. (j1a)
Selanjutnya, dijawa b oleh Ppka A denga n jawaban "mengerti" sebaga i
berikut.

Edisi September 2011 IV-41


Pasal 42 Peraturan Dinas 19 Jilid I

Ppka A : Mengerti. Pukul .............. (walctu mengerti)


Penu l isa n dalam buku WK.
8. mengerti............ (waktu mengerti). A.
b. Apabila petugas pemeriksa jalur sampai pada saat yang diteta pkan
pada ayat (9) belu m masuk, hal itu harus dika barkan denga n wa rta
sebagai berikut.
Ppka 8 : Ppka A, petugas pemeriksa jalur be/um datang
di stasiun 8 (j2)
Penu l isa n dalam buku WK.
A. ppj be/um masuk......... (waktu pengiriman
warta). 8. (j2a)
Selanjutnya, dijawab oleh Ppka A denga n jawaban "mengerti" sebaga i
berikut.
Ppka A : Mengerti. Pukul .............. (walctu mengerti)
Penu l isa n dalam buku WK.
8. mengerti............ (waktu mengerti). A.
( 12) Apa bila setelah diberita hu denga n warta j2, kemudian petugas pemeriksa
ja l u r data ng sebelum kereta api berangkat maka :
a. masuknya petugas pemeriksa jalur harus dikabarkan denga n warta j1;
b. a pa bi la wa rta kereta a pi ta nya jawa b tentang kondisi petak jalan u ntuk
kereta a pi tersebut belu m terjawab, ka ba r masu knya petugas
pemeriksa jalur dapat dita mbahka n pada wa rta kereta api tentang
jawa ban kondisi "a man", perinta h BH (bentuk 90) yang telah diberikan
harus diminta kem ba li;
c. warta j1 dan warta j2 berikut tambahan ka l imat mengenai masu knya
petugas pemeriksa jalur pada wa rta kereta api tentang jawaban
kondisi "a man" harus dicatat dalam buku WK.

Paragraf 5
Mem berangkatkan Kereta Api
Pasal 42
( 1) Kereta a pi tidak boleh bera ngkat dari suatu staslu n menuju ke stasiun di
depa nnya selama bel u m terdapat kepastian ba hwa kereta api ya ng
berjalan di depannya telah masuk ke stasiun tersebut ata u sedikitnya telah
sampai pada blokpos yang perta ma pada peta k jalan anta ra kedua stasiun
terse but.

IV-42 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 42

(2) Pada peta k jalan jalur tungga l, selain ketentuan sebagaimana pada ayat
( 1), kereta a pi tidak boleh diberangkatka n sebelum menda pat kepastia n
ba hwa tida k ada kereta api yang berjalan atau seda ng berangkat menuju
ke stasiu nnya dari stasiun di depa nnya.
(3) Di stasiun awa l dan di stasiun tempat kereta a pi berhenti sebentar,
langsiran harus selesa i sebelum jam bera ngkat kereta api. Apabila kereta
api di suatu stasiun a ntara harus melaku kan langsiran, sedangkan wa ktu
kebera ngkata n telah data ng atau melewati, setelah la ngsiran selesai
kereta a pi diperbolehka n berangkat dari tempat akhir la ngsira n tersebut.
(4) lsyarat pembera ngkata n kereta api (sem boya n 40) ha nya boleh
diperlihatkan setelah Ppka/Pa p mendapat kepastia n bahwa :
a. semua petugas di stasiun telah sia p di tempat tugasnya;
b. pemeriksaa n kereta api telah dila kuka n sesuai dengan ketentuan
sebaga imana dalam pasa l 39 dan pasal 40;
c. kondisi jalur, wesel, dan semboya n telah memenuhi ketentuan
sebaga imana dalam pasa l 46 dan pasal 47;
d. pada kereta api ya ng data ng dari a rah seba liknya tida k terlihat
semboyan 31 (tanda jalur kereta api tidak a man) siang hari atau tidak
memperdenga rka n sem boya n 39 (ta nda ba haya) pada malam hari dan
terlihat semboya n 2 1 (tanda a khira n kereta a pi);
e. ketentuan sebaga imana pada ayat ( 1) d a n (2) telah dipenu hi;
f. petak jalan telah diperiksa sesuai denga n jadwal pemeriksaa n jalur
pada hari yang bersangkutan sebaga imana dalam pasa l 41.
(5) Untu k memperlihatkan semboya n 40 kepada kondektur, Ppka/Pa p berdiri
menghadap ke ara h ka bin masinis dan setelah terl ihat oleh kondektur,
pemberian isyarat kereta api sia p bera ngkat kepada masinis dilakuka n
sebagai berikut.
a. Pada kereta a pi anta r kota: kondektur yang masih berada di sam ping
ra ngkaian kereta a pi segera menga lihka n panda ngan ke ara h lokomotif
u ntuk memberi isya rat kereta api sia p berangkat (sem boya n 41) dan
bergegas masuk ke dalam rangka ian kereta api.
b. Pada kereta a pi perkotaa n : kondektur ya ng telah berada dalam
ra ngkaian kereta api segera meneka n tombol buzzer sebagai isyarat
kereta api sia p berangkat beru pa satu kal i suara panjang.
Setelah menerima isya rat kereta a pi sia p berangkat, masinis menjawab
dengan semboyan 35.
(6) Masinis ha nya boleh membera ngkatka n kereta apinya setelah menerima
semboya n 41 dari kondektur dan masinis telah melihat semboyan 40 ya ng
diperlihatkan oleh Ppka/Pap.

Edisi September 2011 IV-43


Pasal 43 Peraturan Dinas 19 Jilid I

(7) Apa bila lebih dari satu kereta ap1 s1ap u ntuk bera ngkat, pemberia n
semboyan 40 sebaga imana tersebut pada ayat (5) harus disertai seruan
yang berbu nyi sebaga i berikut.
KA................ (nomor dan nama kereta api). berangkat.
(8) Kereta api penumpa ng tidak boleh diberangkatkan sebelu m waktu yang
ditetapka n dalam peratura n perjalanan, seda ngka n wa ktu keberangkatan
kereta api barang boleh dimajukan apabila diteta pkan dalam PTDO,
denga n ketentuan tida k ada lori ya ng berjalan pada peta k jalan yang a kan
dilalui kereta api tersebut, kecua l i jika pengantar lori sudah mengeta hui
hal tersebut.
(9) Kereta a pi ya ng seda ng bergerak bera ngkat dari stasiun, kemudian karena
suatu hal terpaksa berhenti, kereta api itu tidak boleh melanjutkan
perjalanan sebelum diberi isyarat pembera ngkata n kereta a pi lagi oleh
Ppka/Pap.

Bagian Kelima
Ketentuan Tentang Peralatan Persinyalan
Paragraf 1
lndikasi Sinya l Uta ma
Pasal 43
( 1) l ndikasi biasa sinya l uta ma di stasiun adalah "berhenti" (semboyan 7),
kecuali apabila diatu r lain dalam PDPS.
(2) Sinya l keluar boleh dilaya n i menjadi indikasi "berja lan" untuk kereta a pi,
setelah mendapat wa rta kondisi "aman" atau buka blok dari stasiun ata u
blokpos di m u ka nya, seda ngka n sinya l kelu a r u ntuk kereta a pi langsung
yang diberhentikan luar biasa boleh dilaya ni menjadi indikasi "berjalan"
setelah kereta a pi berhenti betul dan berada d i a ntara dua tanda batas
rua ng bebas (semboya n 18) pada jalur u ntuk kereta api tersebut.
(3) Sinya l masuk u ntuk kereta a pi ya ng a ka n masuk boleh dilayani menjadi
indikasi "berja lan" (semboya n 5) ata u indikasi "berjalan hati-hati"
(semboyan 6) setelah menerima tanda berangkat dari stasiun sebel u m nya
dan setelah ketentuan sebagaimana dalam pasal 46 dipenuhi.
Pada petak jalan ya ng ja raknya pendek, sinya l masuk tida k memungkinka n
dilaya n i tepat pada wa ktunya d a n akan menyeba bkan kereta a p i tertahan
di sinyal masuk a pabila pelaya nan tersebut harus menu nggu tanda
berangkat. Selanjutnya, untuk mengatasi hal tersebut, perl u diatur dalam
PTDO, ya ng memperbolehkan sinyal masuk dilayani setelah buka blok
(tanpa menu nggu tanda bera ngkat dari stasiun sebelu m nya).

IV-44 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 44

(4) Mengembalika n indikasi sinyal masuk dari "berja lan" menjadi "berhenti" :
a. pada persinya lan mekanik, ha nya boleh dilaku ka n setelah kereta api
ya ng masuk berhenti betul dan berada di anta ra dua tanda batas rua ng
bebas (semboyan 18) pada jalur u ntuk kereta api tersebut atau jika
berjalan langsu ng telah mela l u i semua wesel pada jalur yang dilalui;
b. pada persinyalan elektrik, berla ngsung secara otomatis oleh pera lata n
itu sendiri.
(5) Untu k menghinda rka n ba haya ata u dalam keadaan ya ng luar biasa, sinya l
utama ya ng telah dilayani menjadi indikasi "berja lan" diperbolehka n
sewaktu-waktu dikem ba likan lagi dalam indikasi "berhenti".

Paragraf 2
Keduduka n Wesel
Pasa l 44
( 1) Kedudukan wesel-wesel di stasiun
a. Pada persinya lan meka nik:
1) keduduka n biasa wesel-wesel di ja l u r kereta a pi pada setiap stasiun
diteta pkan dalam PDPS dan wesel-wesel harus dikem ba likan ke
keduduka n biasa setiap selesa i melaya ni;
2) wesel dalam kedudukan biasa sebaga imana pada butir 1) di stasiun
ya ng mempunya i jalur ta ngka p menga ra h ke ja l u r tersebut, ya ng
men u rut PDPS dipergu naka n u ntuk menangkap gel undungan
sarana kereta a pi.
b. Pada persinya lan elektrik:
keduduka n biasa wesel-wesel di jalur kereta api pada setiap stasiun
tida k ditetapka n dalam PDPS, kecua l i wesel pada jalur tangkap yang
menurut PDPS dipergunakan u ntuk menangka p gelundungan sarana
kereta a pi, harus menga ra h ke ja l u r tersebut.
(2) Pada stasiun yang tida k dilengka pi jalur ta ngkap sebaga imana pada ayat
( 1), gelundunga n sarana kereta api dapat diarahka n ke jalur lu ncur jika
tidak ada tindaka n lain ya ng dapat memberhentikan, u ntuk mencega h
berta brakan denga n kereta a pi ya ng sedang berjalan dari ara h
berlawanan.
(3) Di stasiun tutu p, wesel-wesel sebaga imana pada ayat ( 1) ya ng terleta k di
ja l u r l u rus harus diarahka n ke ja l u r l u rus.

Edisi September 2011 IV-45


Pasal 45 Peraturan Dinas 19 Jilid I

Paragraf 3
Petugas ya ng Berhak Melaya ni Pera Iata n Persinya lan
Pasal 45
( 1) Pelaya nan pera lata n persinya lan di stasiun harus dilakuka n sendiri oleh
Ppka stasiun ya ng bersangkutan, kecua l i pada persinya lan mekanik
apabila :
a. kesehatan fisik Ppka tidak mengizinkan m a ka sebagian pelayanan
da pat dilaku ka n oleh petugas lain u ntuk sementara wa ktu sampai a khir
dinas pada hari ya ng bersa ngkuta n setelah mendapat izin J POD;
b. pada suatu stasiun selain pos P terdapat juga rumah sinya l maka
pelayanan pera lata n persinyalan di ru mah sinya l tersebut dilakuka n
oleh j u ru ru mah sinyal sesuai denga n PDPS.
(2) Apa bila Ppka meningga lka n pera ngkat pelaya nan persinya lan (panel
pelaya nan ata u perka kas handel) karena suatu keperl uan, yang
bersangkutan harus memastikan ba hwa pera ngkat tersebut tida k a kan
da pat dilayani oleh ora ng ya ng tidak berhak. Demikia n pula u ntuk juru
ru mah sinya l apabila meninggalkan perkakas handel karena suatu
keperl uan.
(3) Apa bila peralata n persinyalan mekanik dilaya n i oleh petugas lain ka rena
kesehata n fisik Ppka tida k mengizinka n sebaga imana pada ayat ( 1) huruf a :
a. pekerjaan melepaska n sekat hendel, mengunci, d a n membuka kunci
pada peralatan persinyalan teta p harus dila kukan oleh Ppka;
b. Ppka tidak dibebaska n dari pekerjaan melepas aret hendel wesel yang
harus dilaya ni;
c. Ppka diharuska n berdiri di dekat petugas ya ng melayani peralatan
persinya lan tersebut agar da pat mencega h kem ungkinan terjadinya
sa lah pelaya nan;
d. Ppka teta p berta nggung jawab terhadap setiap pelaya nan ya ng harus
dilaku ka n menurut perintahnya .
(4) Seora ng Ppka dia nggap melanggar ketentuan, dan dapat dikenai sa nksi
hukuman sesuai denga n peratu ran kepegawa ia n a pabila :
a. menyerahkan pekerjaan kepada ora ng lain u ntuk menarik atau
mengembal ika n hendel, melepas sekat hendel, mengu nci, dan
membuka kunci pada peralata n persinya lan, tanpa menda pat izin dari
J POD;
b. menyerahkan pekerjaan pembentukan dan penghapusan rute,
mengu nci/menga ncing dan membebaska n ku nci/kancing pada meja
pelayanan peralatan persinyalan elektrik;
c. meningga lkan anak kunci dalam l u ba ng ku nci jam in.

IV-46 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 46

(5) Pekerjaan membalik wesel terlayan setempat harus dilakuka n oleh


penjaga wesel ata u petugas stasiun ya ng d itunjuk oleh Ppka.

Paragraf 4
Tindaka n yang Harus Dilaku ka n untuk Kesela mata n Kereta Api ya ng Data ng,
Berangkat atau Langsung
Pasa l 46
( 1) Sebelum kereta api datang, bera ngkat, atau la ngsu ng, Ppka/Pap harus
memastika n :
a. jalur dan wesel ya ng a kan dila l u i kereta api bebas dari rintanga n;
b. kereta api yang masuk terlebih dahulu di jalur la in, telah berhenti betul
dan berada di antara tanda "batas rua ng bebas" (semboyan 18) pada
jalur kereta a pi tersebut;
c. wesel ya ng bersa ngkuta n betul kedu d u kannya, dan telah tersekat,
terka ncing, ata u terku nci;
d. gerakan langsiran ya ng mengarah ke j a l u r yang akan dila l u i kereta api
telah dihentikan;
e. semua petugas terkait sudah sia p di tempatnya masing-masing.
(2) Selama ketentuan sebagaimana pada ayat ( 1) belu m dipenu hi, indikasi
sinyal masuk u ntuk kereta api ya ng datang atau indikasi sinyal kelu a r
untuk kereta a pi ya ng bera ngkat dan indikasi sinya l m a s u k serta sinya l
kel uar u ntuk kereta api berjalan langsu ng, tidak boleh diuba h menjadi
indikasi "berjala n".
(3) Sebelum kereta api data ng, bera ngkat, atau la ngsung, perl intasan di
emplasemen ya ng berpintu harus dijaga dan ditutup pada wa ktunya.
(4) Untu k pelaya nan pintu perlintasa n di luar emplasemen tetapi masih dalam
wilaya h stasiun, ditunjuk petugas penjaga perlintasa n ( Pjl) berdasa rka n
ketetapan J POD.
(5) Untu k persinya lan mekanik.
a. Pada malam hari mulai pukul 18.00 sampai denga n pukul 06.00, dan
pada siang hari ya ng gelap karena halimun atau lain sebab, semua
semboya n ya ng terl ihat di stasiun harus dinya lakan lentera nya .
b. Pada stasiun tutup, dengan keteta pan PTDO, wesel-wesel di jalur
utama ya ng diarahkan ke jalur l u rus dan disekat ata u dikunci dengan
kunci pengamanan, tidak perl u dipasang lentera.

Edisi September 2011 IV-47


Pasal 47 Peraturan Dinas 19 Jilid I

Paragraf 5
Mengancing, Melaya ni, dan Mengawasi Wesel
Pasal 47
( 1) Guna menjamin kesela matan perjalanan kereta api pada waktu mela l u l
wesel, ketepata n d a n kekuatan keduduka n wesel tersebut harus terjamin
dalam bebera pa tingkatan jaminan menurut kepentingan, yaitu tersekat,
dikancing, dikunci, dilayani, dan diawasi.
(2) Wesel dalam keadaan terjamin kedudukannya a pabila:
a. pada pera lata n persinya lan mekanik,
1) wesel terlaya n pusat dalam kedudukannya telah tersekat;
2) hendel wesel terlaya n pusat dalam salah satu kedudukannya
terkancing oleh suatu alat dalam pera lata n persinya lan;
3) untuk wesel terlaya n setempat ya ng dikunci denga n kunci jamin,
anak kuncinya terga ntu ng pada pa pan ku nci di tempat Ppka atau
tergengga m pada pera latan persinyalan;
b. Pada pera latan persinya lan elektrik,
1) Wesel terlayan pusat, indikator sekat ata u ka ncing wesel pada meja
pelayanan menya la;
2) Untu k wesel terlaya n setem pat ya ng diku nci dengan kunci jam in,
anak kuncinya tergenggam pada pem bebas ku nci, atau diku nci
denga n kunci elektrik.
(3) Melayani wesel bera rti :
a. pada wesel terlaya n setem pat, denga n ca ra memegang dan meneka n
ba ndul wesel pada saat la ngsira n mela l u i wesel tersebut;
b. pada wesel terlaya n pusat, mengu bah keduduka n wesel sesuai dengan
kebutuhan dalam keadaan tida k dikancing.
(4) Mengawasi wesel berarti mengamat-a mati wesel agar tida k dapat diubah­
ubah keduduka n nya oleh ora ng yang tidak berta nggung jawab.
(5) Wesel di ja l u r uta ma ya ng dilalui kereta a pi dari a ra h uju ngnya harus:
a. tersekat atau dikancing bagi kereta api la ngsung maupun kereta api
berhenti di stasiun (pada wesel terlaya n pusat);
b. tersekat ata u diku nci dengan ku nci jamin (pada wesel terlayan
setem pat).
(6) Wesel ya ng dikunci dengan kunci jamin apabila oleh seora ng petugas atas
perintah Ppka dibuka guna suatu keperluan, setelah selesai harus segera
dikunci kembali dan anak kunci dikembalikan kepada Ppka u ntuk
dileta kkan pada pa pan anak ku nci di ruang Ppka.

IV-48 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 48

(7) Pengu ncian wesel jalur simpang di jalan bebas berlaku juga ketentuan
tentang pengu ncia n wesel di stasiun pada waktu dilalui kereta api
sebagaimana pada ayat (2).
(8) Wesel di jalur utama yang menuju ke jalur simpang, pada waktu a ka n
dilalui kereta api dari ara h ujungnya, harus dilaya ni kondektur ata u Tka
yang diawasi kondektu r kereta api tersebut.

Bagian Keenam
Perjalanan Kereta Api terhadap lndikasi Sinyal Utama
Paragraf 1
Berhenti di M u ka Sinyal Utama ya ng Men u nj u kkan l ndikasi "Berhenti"
Pasa l 48
( 1) Apabila masinis menghadapi sinyal masu k di stasiun ata u sinyal uta ma di
jalan bebas menunj u kkan indikasi "berhenti",
a. masinis harus menghentika n kereta a pinya di m u ka sinya l yang
dihadapi dan pada sinyal masuk m asinis harus memperdenga rka n
semboyan 35,
b. jika sinyal utama tersebut bel u m berubah indikasinya, masinis segera
melaporkan kepada Ppkp,
c. setelah sinya l masuk ata u sinya l uta ma tersebut diubah menjadi
semboyan 5 ata u semboya n 6, masinis diperbolehkan menggera kka n
kereta api denga n dida hului memperdenga rka n semboyan 35, dan
tida k perl u menu nggu "lsyarat Kereta Api Siap Bera ngkat" dari
kondektur.
(2) Pada waktu hubungan blok dan telepon a ntarstasiun terganggu
sebagaimana dalam pasa l 36 Su b-B, kereta a pi tidak boleh dita han di m u ka
sinya l masuk pada peta k jalan ya ng bersa ngkutan kecua l i jika sangat perl u,
dan apabila terjadi demikian,
a. Ppka harus memberita hu masinis a lasan tentang kereta a pi ditahan di
m u ka sinyal masuk (semboyan 7) dan memerintahka n masinis untuk
melindungi kereta a pinya.
b. Masinis segera memerintahkan kepada sa lah satu petugas dalam
kereta api u ntuk mem perlihatkan sem boya n 3 pada jarak minimal 100
meter di belaka ng kereta apinya dan h a rus da pat terl ihat oleh masinis
kereta api lainnya yang kemu ngkinan datang dari ara h belaka ng pa ling
dekat dari jarak 600 meter.
c. Prosedur memasukka n kereta api ke stasiun sebagaimana diatu r dalam
pasal 49.

Edisi September 2011 IV-49


Pasal 49 Peraturan Dinas 19 Jilid I

(3) Kereta api ya ng melanggar indikasi sinya l uta ma ya ng menunj u kka n


indikasi "berhenti" ata u ragu-ragu, kem udian berhenti, kereta api harus
tetap berhenti sa mpai menerima perintah lebih lanjut dari Ppka stasiun
yang bersangkutan.
Apa bila masinis berpenda pat ba hwa berhenti d i tempat setelah melewati
sinyal tersebut berbahaya, atas usaha sendiri masinis dapat memundurka n
kereta a pinya kembali ke m u ka sinya l dengan mem perhatika n hal-hal ya ng
mungkin da pat memba hayaka n, misalnya, kemu ngkina n terda pat
perlintasa n di belaka ng kereta api yang tidak tertutu p atau dijaga.

Paragraf 2
Melewati Sinya l Uta ma yang Menunjukka n lndikasi " Berhenti"
Pasal 49
( 1) Kereta api diperbolehka n melewati sinya l masuk ya ng menunjukka n
indikasi "berhenti" (semboyan 7) a pa bila kepada masinis:
a. diperlihatka n sinya l da rurat (pada persinya lan elektrik);
b. telah diberika n bentuk perinta h mela lui sinyal ya ng berindikasi
"berhenti" (bentuk 92) ya ng ditandata nga ni oleh Ppka yang menguasa i
sinyal tersebut; atau
c. di belakang sinya l (di em plasemen) diperlihatkan semboyan 4A (isyarat
perinta h masuk).
(2) Kereta api diperbolehka n melewati sinya l keluar yang menunjukka n
indikasi "berhenti" a pabila kepada masinis:
a. diperlihatkan sinyal daru rat (pada persinyal a n elektrik); ata u
b. telah diberika n bentuk perinta h mela lui sinyal ya ng berindikasi
"berhenti" (bentuk 92) ya ng ditandata nga ni oleh Ppka yang menguasa i
sinyal tersebut.
(3) Kereta api diperbolehka n melewati sinya l blok a nta ra yang menunjukka n
indikasi "berhenti" apabila masinis telah mendapat perintah dari Ppka
stasiun perta ma berikutnya yang menguasai petak blok.
(4) U ntuk memberikan perinta h sebagaimana pada ayat (3), Ppka stasiun yang
menguasai petak blok melakukan tindaka n sebagai berikut.
a. Apabila sinya l blok anta ra pada petak blok terga nggu, Ppka kedua
belah pihak harus berkoordinasi dan Ppka ya ng menguasai peta k blok,
harus melapor perihal gangguan tersebut kepada Ppkp, kemudian
mem berikan perintah MS kepada masinis menggu naka n telepon PK
melalui Ppkp.
b. Dalam perintah MS sebaga imana pada huruf a, Ppka harus
menyebutka n "nomor perinta h MS" dan "nomor sinya l serta letak

IV-50 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 49

sinya l blok a ntara" ya ng menunj u kka n indikasi "berhenti" (semboya n


7) a pa bila da pat dipastika n bahwa peta k blok yang aka n dila l u i tida k
terdapat kereta api lain, selanjutnya kereta a pi diperbolehka n
melanjutkan perjalanan.
c. Setelah kereta api datang di stasiun pertama berikutnya, Ppka harus
memberika n bentuk MS tersebut, seda ngka n u ntuk kereta api
la ngsu ng harus diberhentika n luar bia sa sebagaimana dalam pasa l 86
ayat (3).
(5) Sinya l darurat pada sinya l masuk sebaga imana pada ayat ( 1) huruf a dan
pada sinya l kel uar sebagaimana pada ayat (2) h u ruf a, menunj u kka n
indikasi "berjalan hati-hati" (semboya n GA) yang ha nya menyala pal ing
lama 90 detik, dengan ketentuan sebaga i berikut :
a. pada sinya l masuk, kereta api berhenti/la ngsu ng diperbolehka n
melewati sinyal dengan kecepata n tidak melebihi 30 km/jam saat
melal u i wesel; ata u
b. pada sinyal kel uar, kereta api diperbolehka n melewati sinya l denga n
kecepatan tidak melebihi 30 km/jam saat melal u i wesel.
(6) Perintah melalui sinya l yang berindikasi "berhenti" denga n bentuk MS
sebagaimana pada ayat ( 1) huruf b dan ayat (2) h u ruf b ya ng telah
dita ndata ngani Ppka harus diberikan kepada masinis pada saat kereta a pi
masih berhenti di m u ka sinya l masuk/kel uar ya ng menunj u kka n indikasi
"berhenti" denga n ketentuan sebagai berikut.
a. Ppka hanya dapat memberikan perintah MS setelah memastika n
bahwa wesel-wesel yang a kan dila l u i kereta api dalam keduduka n
benar d a n j a l u r yang a ka n dila l u i dala m kondisi "aman".
b. Masinis ya ng menerima perintah MS harus mena ndata nga ni tanda
terima sebaga i bukti ba hwa masinis mengerti. Selanjutnya, tanda
terima diserahka n kem ba li kepada petugas ya ng menyerahka n
perintah MS.
c. Pada sinyal masuk, kereta api berhenti/la ngsu ng diperbolehka n
melewati sinyal dengan kecepata n tidak melebihi 3 0 km/jam saat
melal u i wesel.
d. U ntuk sinyal keluar, kereta api diperbolehkan melewati sinyal denga n
kecepatan tidak melebihi 30 km/jam saat melal u i wesel.
e. Dalam satu bentuk MS da pat diberikan juga perinta h u ntuk melewati
beberapa sinya l uta ma ya ng tera ngkai denga n sinya l utama tersebut
dan semua sinya l uta ma yang boleh dilewati harus ditulis denga n jelas.
(7) lsyarat perinta h masuk sebaga imana pada ayat ( 1) huruf c harus
diperlihatkan oleh Ppka atau oleh petugas stasiun atas perinta h Ppka,
dengan ketentuan sebaga i berikut.

Edisi September 2011 IV-51


Pasal 49 Peraturan Dinas 19 Jilid I

a. Hanya dapat diperl ihatkan setelah memastika n bahwa wesel-wesel


yang aka n dila l u i kereta api dalam kedudukan benar dan jalur ya ng
akan dila l u i dalam kondisi "a man".
b. Harus diperlihatkan dari wesel uju ng yang akan dilalui, pada tempat
yang dapat terlihat jelas dari kereta api yang berhenti di m u ka sinya l
masuk.
c. Apabila masinis tida k menggera kka n kereta a pi pada saat isyarat
perinta h masuk ya ng diperlihatka n kepada nya, petugas ya ng
mem perlihatkan tanda tersebut harus berjalan ke a rah kereta api
hingga isyarat perintah masuk tersebut terlihat oleh masinis.
Kemudian, petugas tersebut berjalan kembali ke tempatnya sem ula
sa mbil terus-menerus memperl ihatkan isyarat tersebut.
d. Tia p ka li dipergu naka n, isya rat perintah masuk harus dicatat dalam
buku WK dan harus disebutka n sinya l-sinyal yang boleh dilalui.
e. Di stasiun, isyarat perintah masuk tidak d i pergunaka n u ntuk sinya l
keluar ata u sinya l blok.
(8) Kereta api ya ng masuk denga n isyarat perintah masuk sebaga imana pada
ayat (5):
a. harus berjalan dengan kecepatan tida k melebihi 30 km/jam;
b. harus berhenti di dekat petugas ya ng memperl ihatka n isyarat perintah
masuk u ntuk pemberian petunjuk kepada masinis dan catatan dalam
Lapka oleh petugas tersebut tenta ng:
1) sinyal berindikasi "berhenti" ya ng sudah dila l u i dan
2) ja l u r ya ng akan dila l u i masuk berhenti ata u langsu ng.
(9) Apa bila kereta a pi harus berhenti di m u ka sinya l jalan silang ya ng
menunj u kkan indikasi "berhenti" dan ternyata bahwa penjaga jalan silang
tidak ada di tempat, masinis melaku ka n tindakan sebaga i berikut.
a. Memeriksa kondisi jalan silang dan memastika n indikasi sinya l-sinya l
jalan kereta a pi yang menyilang.
b. Apabila dapat dipastika n tidak ada rinta nga n, kereta a pi dapat mela l u i
sinya l j a l a n silang ya ng men u njukkan indikasi "berhenti" dan mencatat
dalam Lapka . Sela njutnya, kereta api harus berhenti di stasiun yang
perta ma didata ngi u ntuk mela porka n keadaan tersebut kepada Ppka .
c. Mela porka n perihal kejadian tersebut kepada Ppkp mela l u i radio
masinis.

IV-52 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal SO

Paragraf 3
Sinya l Uta ma Memperl ihatkan lndikasi Kurang Tegas
Pasa l 50
Apabila masm1s ragu-ragu terhadap indikasi sinyal uta ma di stasiun,
masinis harus menga mbil tindaka n terberat denga n menghentika n kereta
apinya di m u ka sinyal uta ma ya ng dihadapi dan memperdengarkan
semboya n 35 untuk m inta perhatian. Selanjutnya, masinis segera
menghubungi Ppka dengan radio masm1s mela l u i Ppkp atau
memerintahka n pembantu nya menuju stasiun u ntuk meminta penjelasa n
perihal indikasi sinyal tersebut, kem udian masinis menunggu perintah
lebih lanjut dari Ppka stasiun yang bersa ngkuta n, dan kejadian tersebut
harus dicatat dalam La pka.

Paragraf 4
Pelayanan Sinya l ya ng Beru ruta n
Pasa l 51
( 1) Yang dimaksud sebaga i sinya l yang beru ruta n adalah
a. sinya l utama denga n sinya l m u ka;
b. dua sinyal utama di stasiun ya ng berl a ku bagi satu kereta api.
(2) Pada persinyalan meka nik, u ruta n pelaya nan dua sinya l yang beru ruta n
dalam satu peralatan persinyalan sebagaimana pada ayat ( 1) telah
tertuang dalam PDPS, yaitu indikasi sinyal ya ng pertama tidak da pat
diubah sebelum sinyal ya ng kedua diubah indikasinya . Adapun ya ng
dimaksud denga n sinya l pertama ada l a h sinyal ya ng dila l u i kereta a pi
terlebih dahulu, seperti halnya :
a . sinya l m u ka denga n sinya l uta ma;
b. sinya l masuk dengan sinya l jalur masu k;
c. sinya l masuk ata u sinya l kelu a r dengan sinyal jalan silang di stasiun;
d. sinya l kelu a r dengan sinyal ja l u r kelu a r;
e. sinya l kelu a r dengan sinyal ara h .
(3) Pada persinya lan elektrik, apabila u ruta n pelaya nan dua sinya l utama
sebagaimana pada ayat ( 1) huruf b, u ruta n pelaya nan harus dilaku ka n
sebagai berikut.
Rute keluar (sinyal kel uar sebaga i sinya l yang kedua) hanya boleh dilayani
setelah rute masuk (sinya l masuk sebaga i sinya l ya ng pertama) dilayani.

Edisi September 2011 IV-53


Pasal 52 Peraturan Dinas 19 Jilid I

Paragraf 5
Sinya l Uta ma Tidak Dapat Dikem ba likan pada lndikasi "Berhenti"
Pasal 52
( 1) Pada pera lata n persinya lan meka nik, apabila sinyal uta ma terganggu dan
tidak dapat dikem ba likan pada indikasi "berhenti", Ppka harus segera
menga m bil tindakan sebaga i berikut.
a. Memberitahukan kepada Ppkp atau Ppka stasiun berdekatan denga n
wa rta melalui telepon PK atau telepon a nta rstasiun diserta i pemintaan
agar diberitahuka n kepada masinis semua kereta api yang berangkat
menuju ke sinyal tersebut secara lisa n dan dicatat dalam Lapka sebaga i
berikut.
sinyal...... (jenis dan nomor sinyal) di stasiun............ (nama
stasiun) terganggu, tidak dapat dikembalikan pada indikasi
berhenti, awas akan semboyan 3 yang seharusnya
diperlihatkan disana.
b. Mela porka n gangguan kepada petugas perawatan persinya lan u ntuk
diperbaiki, apabila perlu, setelah mendapat izin dari petugas
perawatan persinyalan, Ppka ata u petugas stasiun atas perinta h Ppka
boleh melepas atau memutuskan h u bu ngan kawat sinyal, sam bil
menu nggu kedata ngan petugas perawata n persinyalan.
c. Sebelum sinya l ya ng terganggu dapat dikembalikan pada indikasi
berhenti, pelaya nan u ntuk kereta api diatu r sebaga i berikut:
1) apabila u paya sebaga imana pada h u ruf a tida k berhasil, sebelu m
memberika n wa rta kondisi "aman" kepada stasiun berdekatan,
Ppka harus memastikan sem boya n 3 telah terpasang pada jarak
minimal 100 meter di m u ka sinyal yang terganggu dan dapat
terl ihat pada jara k 600 meter oleh masinis kereta api ya ng datang
dari a rah depan;
2) setelah kereta api berhenti di m u ka sem boya n 3, petugas stasiun
yang mem perlihatka n semboyan 3 memandu sa mpai berhenti di
muka sinya l ya ng terganggu. Selanjutnya,
a) masinis membu nyika n sem boya n 35;
b) setelah mendenga r semboyan 35, Ppka ata u petugas stasiun
atas perinta h Ppka mem perlihatkan "isyarat perinta h masuk"
(semboyan 4A) dan kereta api diperbolehka n masuk denga n
kecepatan setinggi-tingginya 30 km/jam.
d. Setelah sinya l da pat dikem ba likan pada indikasi berhenti dan telah
dipastika n teta p berindikasi berhenti, maka dalam penerimaan kereta
api diatu r sebaga imana dalam pasa l 49.

IV-54 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 53

(2) Setelah perbaikan selesa i dan petugas perawatan persinyalan menyata ka n


secara tertulis bahwa sinya l telah baik kembali, Ppka segera
memberitahukannya kepada Ppkp dan Ppka stasiun berdekatan dengan
warta dinas.
(3) Pada peta k jalan jalur tu ngga l catatan sebaga imana pada ayat ( 1) huruf a
harus ditul iska n juga dalam Lapka terhadap semua kereta api ya ng
berangkat melewati sinyal ya ng terganggu, a ka n teta pi perm intaan
perhatian tenta ng semboyan 3 tida k perlu ditul is.
Oleh ka rena itu, terhadap kereta api langsung harus diberhentikan
men u rut ketentuan sebaga imana dalam pasa l 86 ayat (3).

Bagian Ketuju h
Ketentuan tentang Memasukkan Kereta Api d i Stasiun
Paragraf 1
Um u m
Pasa l 53
( 1) Menurut peratura n perjala nan, kereta api da pat diteta pka n sebagai :
a . Kereta api langsu ng, yaitu kereta a pi ya ng menurut peratura n
perjalanan harus berjalan langsu ng di suatu stasiun; ata u
b. Kereta api berhenti di stasiun, yaitu kereta api ya ng menurut peratura n
perjalanan harus berhenti di suatu stasiun.
(2) Jalur masuk disebut jalur l urus apabila:
a. u ntuk kereta a pi la ngsu ng, kereta api tersebut berjalan mela l u i wesel
dalam kedudukan l urus ya ng tida k mengharuskan pembatasa n
kecepatan sepa nja ng jalur emplasemen (periksa gambar 9).

<
Gambar 9
__
,. -·
-- -- � �
b. u ntuk kereta api ya ng berhenti, kereta api tersebut berjalan sam pa i di
tempat berhenti ya ng ditentukan m ela l u i wesel dalam keduduka n
l u rus ya ng tidak mengha ruskan pem batasan kecepatan (periksa
ga mbar 10 dan 11).

Edisi September 2011 IV-55


Pasal 53 Peraturan Dinas 19 Jilid I

�-
� --·--�
Gambar 10

/ 7
Gambar 11
(3) J a l u r masuk disebut jalur belok a pa bila kereta api ya ng masuk melalui
wesel dalam keduduka n belok ya ng mengha ruska n pembatasa n
kecepata n.
(4) Kereta api ya ng masuk dan berhenti di emplasemen stasiun, terbatas
hingga penghabisa n jalur utama dan sebaga i ta nda pengha bisan jalur
utama tersebut dapat digu naka n sa lah satu dari semboya n atau a lat di
bawah ini:
a. sem boya n 7;
b. sem boya n 3;
c. sem boya n 18 (ta nda batas rua ng bebas);
d. sem boya n BG (ta nda batas berhenti pada jalur a khir, ha nya di ja l u r
buntu); ata u
e. penahan, pelalau, perintang, ata u alat lain yang sejenis (ha nya di ja l u r
bu ntu).
(5) J a l u r uta ma adalah jalur kereta api di emplesemen ya ng dipergunaka n
untu k memberangkatkan dan menerima kedata ngan kereta a pi, dan dapat
juga digunaka n untuk melaksanaka n kegiatan la ngsir.
(6) J a l u r langsir adalah jalur di emplasemen yang buka n ja l u r utama dan
ha nya dipergunaka n untuk melaksa naka n kegiatan la ngsir.
(7) J a l u r buntu adalah jalur utama ya ng tidak menerus.
a. Jalur buntu di stasiun buntu (periksa gam ba r 12).
Tanda ·,a�1.11r akhir

Penghablsan jalur urama.

Gambar 12

IV-56 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 53

b. Jalur bu ntu di stasiun bukan stasiun b u ntu (periksa gambar 13).

Penghaibisan jalur utama


Gambar 13
(8) Lu ncura n adalah bagian jalur ya ng terletak setelah penghabisa n jalur
utama ya ng digu naka n untuk kereta api data ng dan berhenti yang
meluncur, da pat berwujud jalur l u ncur atau ja l u r terusa n dengan pa nja ng
tertentu ya ng dinyata ka n dalam PD PS, denga n ketentuan sebagai berikut.
a. U ntuk kereta a pi masuk jalur l u rus dan berhenti, panja ng luncura n
diteta pka n 100 meter dari pengha bisa n j a l u r uta ma (periksa gambar
14).
b. U ntuk kereta api masuk jalur belok dan berhenti, panjang lu ncu ra n
ya ng menga rah k e ja l u r l u ncur atau j a l u r terusa n boleh ku ra ng dari 100
meter dan pa ling pendek 50 meter dari pengha bisan jalur uta ma
(periksa gam ba r 14 dan 15).

Penghabisan jalur utama �1


..,._ 1 00 me·ter � '

Gambar 14
����� �
...- --���� r r �-------7"----­
••I �

....... .;I
�---1
·)
� r/'-
4
- •'

Penghabisan jalur utam a


L1:1ncuran
Gambar 15

Edisi September 2011 IV-57


Pasal 53 Peraturan Dinas 19 Jilid I

Conteh manfaat ja l u r lu ncur (periksa ga mbar 15).


J ika pada jalur I masuk kereta a pi yang berhenti (menurut anak panah
a), sedangkan pada waktu bersa maan juga dari jalur II (menurut anak
panah b) ada kereta api ya ng bera ngkat dari jalur I I tersebut.
Jalur Luncur
engh abisan jaliu r ut"a ma
�1--����=-+
l-----J ---... a --------
-_ l """"_
""" /
...._
· _
-

._--
- --- r r --+ b ------
· _.
,

/.�_1i
�Pe1 ____

tang/pelalau
------ ill . [ f1-1119
..
'

Jalur Simpan
Gambar 16
(9) J a l u r utama dia ngga p isi a pabila jalur tersebut oleh kereta api yang masuk
tidak dapat dila l u i sel u ruhnya melewati penghabisa n ja l u r utama hingga
sepanjang lu ncuran ya ng diteta pkan.
( 10) J a l u r bu ntu dia nggap isi a pabila jalur tersebut tidak dapat dila l u i kereta api
selu ru h nya.
( 11) J a l u r l uncur, selain digunaka n sebaga i lu ncu ra n, dalam keadaan tertentu
da pat juga digu naka n u ntuk kegiata n langsir.
( 12) J a l u r ta ngkap adalah jalur di emplasemen ya ng hanya dipergunaka n u ntuk
menangka p gel undungan sarana kereta a pi.
( 13) J a l u r simpan adalah jalur di emplasemen yang dipergunakan u ntuk
menyimpan sarana kereta api, dan dilengkapi denga n perintang ata u
pelalau (periksa gambar 16).
( 14) Kereta a pi ya ng masuk terlu ncur melampaui ta nda batas pengha bisa n jalur
uta ma tidak diperbolehkan mundur sebelum menerima perinta h dari
Ppka/Pap. Sebel um mem beri perintah m u ndur, Ppka/Pap harus
memastika n ba hwa gerakkan tersebut tidak membahaya ka n dan masinis
ha nya boleh menggerakkan mundur kereta apinya setelah mengulangi
perintah mundur dari Ppka/Pa p denga n suling lokomotif.

IV-58 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 54

Paragraf 2
Tertib Penerimaan Kereta Api Masuk
Pasa l 54
( 1) Apabila tidak diatu r dalam PDPS, kereta api tidak diperbolehkan
dimasukka n bersa maan di stasiun, kereta api kedua (ketiga, keempat, dan
seterusnya), baru boleh dimasukkan setelah kereta a pi perta ma (kedua,
ketiga, dan seterusnya) berhenti betul di suatu jalur dan jalur lain yang
akan dilalui oleh kereta api kedua (ketiga, keempat, dan seterusnya) telah
dipersia pkan.
(2) Apabila pada kedua ara h stasiun sebagaimana pada ayat ( 1) terda pat
ta njaka n, yang harus dimasukka n terlebih dahulu adalah kereta api ya ng
melalui tanjakan berat atau ya ng lebih berat daripada ya ng lain.
(3) Setelah melaya n i sinya l masuk, Ppka/Pa p harus menunj u kkan "isyarat
kondisi sia p" (semboya n 1) dan mengawasi kereta a pi ya ng masuk
termasuk semua semboya n kereta a pi serta jalur yang aka n dila l u i sampai
kereta api telah berhenti betul dan berada di a nta ra dua tanda batas rua ng
bebas (semboya n 18) pada jalur u ntuk kereta api tersebut, seda ngka n
untuk kereta api ya ng berjalan langsu ng hingga mela l u i wesel terakhir.

Paragraf 3
Peneta pan Jalur Kereta Api dan Tem pat Berhenti Kereta Api
Pasa l 55
( 1) Sebelum Ga peka diberlaku ka n, harus dibuat dafta r jalur di setia p stasiun
denga n ketentuan sebagai berikut.
a. Kepala Stasiun harus membuat dafta r jalur pada bentuk yang telah
diteta pkan dan berisi dafta r jalur yang a kan dila l u i oleh kereta a pi
biasa dan kereta api fa ku ltatif serta d isahkan oleh J POD. Selanjutnya,
daftar jalur harus diletakkan pada tem pat ya ng mudah terlihat di
ruang Ppka dan ru mah sinyal.
b. Dalam pembuata n daftar jalur, seda pat mu ngkin setiap jalur kereta api
digu naka n seka l i dalam sehari.

Edisi September 2011 IV-59


Pasal 55 Peraturan Dinas 19 Jilid I

(2) Pada waktu menentukan jalur u ntuk memasukka n kereta a pi di stasiu n :


a. Untu k kereta a p i ya ng berhenti, harus memperhatikan kesela matan,
kepentinga n penumpa ng, dan mencega h terjadinya kelambata n
perjalanan.
b. Untu k kereta a pi la ngsu ng di stasiun pada petak jalan jalur tu ngga l,
harus dilewatkan jalur l urus (periksa ga mbar 17).

Gambar 17
Apabila tidak ada jalur l u rus, kereta a pi l a ngsu ng dapat dilewatkan
jalur belok (periksa gam ba r 18 dan 19), dengan ketentuan
sebagaimana dalam pasal 56 ayat (3)
I .. ..
• z 7
Gambar 18

I ..
.. z • 7
Gambar 19
c. Di stasiun pada petak jalan jalur ganda, m emasukka n kereta a pi ke
jalur belok dapat dilaku ka n, a nta ra lain, untuk:
1) kereta api yang disusul (periksa gambar 20);
2) kereta a pi ya ng di stasiun men u rut peraturan perjalanan harus
merangkai atau melepas kereta/gerbong;
3) kereta api yang perl u dimasukkan ke jalur buntu atau ke jalur
lu ncu r;
4) kereta api ya ng di stasiun tersebut, u nt u k kepentinga n naik turun
penumpa ng dan muat bongka r barang.

Kereta api yang dlsusu I

Kereta api y,ang menyusu, __..;r


Gambar 20

IV-60 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 56

Paragraf 4
Ketentuan Khusus tenta ng Memasukkan Kereta Api
Pasa l 56
( 1) Kereta api yang menurut peraturan perjalanan masuk di jalur buntu di
stasiun yang bukan stasiun buntu maka J POD harus mencantumkan tanda
!&! di belaka ng nama stasiun tersebut dalam tabel kereta api (0. 100) u ntuk
kereta api yang bersa ngkuta n, dan Kepa la Stasiun harus mencatat dalam
dafta r jalur.
(2) Apabila peraturan perjalanan sebagaimana pada ayat ( 1) mengenai
perjalanan kereta api fakultatif ata u kereta api luar biasa, KS harus
memberitahukan hal tersebut secara tertulis kepada Ppka. Na mun, apabila
pemberita huan tertu lis tida k diterima Ppka ata u dalam dafta r jalur tidak
terda pat catatan tentang hal tersebut, Ppka harus memasu kkan kereta a pi
tersebut menurut ketentuan sebaga imana dalam pasa l 57 ayat (4).
(3) Kereta a pi ya ng menurut peratu ran perjalanan harus berjalan langsu ng
mela l u i jalur belok di suatu stasiun ya ng tidak ada jalur l u rus, harus
dibatasi kecepata nnya.

Paragraf 5
Memasukka n Kereta Api dengan Ketentuan La in dari Cara Biasa
Pasa l 57
( 1) Dalam keadaan memaksa, Ppka da pat memasu kka n kereta api ke ja l u r
selain jalur pada dafta r jalur sebaga imana d a l a m pasa l 55.
(2) Memasukka n kereta api tida k menurut daftar jalur sebaga imana pada ayat
( 1) maupun memasu kka n kereta api luar biasa ya ng belu m ditentukan oleh
pejabat ya ng menetapka n dan mengu m u mka n perjalanan kereta api,
harus ditentu ka n oleh Ppka sendiri secara tertulis dalam buku sera h terima
Ppka.
(3) Di stasiun ya ng menggu nakan peralata n persinya lan mekanik,
memasukkan kereta api sebaga imana pada ayat (2), Ppka harus
memberitahukan secara lisan denga n jelas kepada juru rumah sinya l ya ng
di bawa h pengawasa nnya u ntuk menghindari sa lah pengertia n.
(4) Memasukka n kereta a pi berjalan langsung ke jalur selain jalur ya ng
ditetapka n dalam dafta r jalur denga n ketentuan sebaga i berikut.
a. Suatu kereta api yang berjalan langsung harus melal u i ja l u r l u rus
sebaga imana dimaksud dalam pasa l 55, a pa bila tidak dapat dilaku ka n
(misalnya, j a l u r l u rus ya ng a ka n dila l u i kereta api terhalang atau rusa k),

Edisi September 2011 IV-61


Pasal 57 Peraturan Dinas 19 Jilid I

kereta api dapat dilewatkan mela l u i jalur belok denga n cara berhenti
luar biasa sebaga imana dalam pasal 86 ayat (3).
b. Apabila kereta api la ngsu ng harus dimasukkan di jalur buntu di stasiun
yang bukan stasiun buntu, kereta api harus dimasukkan dengan cara
mem berhentikan luar biasa kereta a pi la ngsu ng sebagaimana dalam
pasa l 86 ayat (3). Apa bila mela l u i tanjakan lebih dari 8 %0, kereta api
tidak perl u diberhentika n di m u ka sinya l masuk, dan pada:
1) pada persinyalan mekanik, semboya n 3 harus diperl ihatkan pada
jarak pal ing dekat 50 meter dari batas jalur buntu dan sinyal keluar
tetap diperta hankan pada semboyan 7 ( periksa gam ba r 21);
2) Pada persinyalan elektrik, sinya l kelu a r tetap diperta hankan pada
semboya n 7, selanjutnya mulai dari sinyal kel uar kereta a pi
dipandu menuju ke ja l u r buntu oleh petugas stasiun ya ng
membawa semboya n 3 (periksa ga mbar 22).

Paling sedlk.lt
90m
� ,,- Semboya n 3

--7
.. ---- - ""

!'+
..,. i-
( ....
-• - !!!!""'"
.. ""!! •
4- � emboya n 2B

- -
Pen:ghablsain Jalur l:lontu
..
IL

Sinyal masuk semula semboyan 7,


Gambar 21 kemudian diubah menjadi semboyan 6
lihat pasa l 86 ayat (3) huruf a.

Sinyal masuk semula semboyan 7,


kemudian diubah menjadi semboyan 6
lihat pasa l 86 ayat (3) huruf b, selanjutnya
Gambar 22 didahului oleh petugas stasiun yang
berjalan dengan memperlihatkan
semboyan 3 menuju ke jalur buntu.

(5) Apa bila kereta api berhenti yang biasanya tidak masuk jalur buntu, di luar
ketentuan dalam daftar jalur aka n dimasukkan ke ja l u r buntu di stasiun
yang bukan stasiun buntu, kereta a pi harus diberhentika n terlebih dahulu

IV-62 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 58

di m u ka sinyal masuk, kecua l i a pa bila mela l u i tanjakan lebih dari 8 %0,


kereta a pi tidak perl u diberhentikan di m u ka sinya l masuk, dan pada :
a. persinyalan mekanik, di wesel ya ng terja u h dari a rah kedatanga n
kereta api diperlihatkan semboya n 2 B dan sedikitnya 50 meter dari
penghabisan ja l u r buntu diperlihatkan semboya n 3 serta sinya l kelu a r
teta p dipertahanka n pada semboya n 7 (periksa ga mbar 21); atau
b. persinyalan elektrik, sinya l keluar teta p diperta hanka n pada semboya n
7, sela njutnya mulai dari sinya l kel u a r, kereta api dipandu menuju ke
jalur buntu oleh petugas stasiun ya ng membawa semboyan 3 (periksa
ga mbar 22).

Paragraf 6
Ketentuan tentang Memasukka n Kereta Api di Jalur lsi
Pasa l 58

A. Pada Peralatan Persinyalan Mekanik


( 1) Apabila kereta api ka rena sesuatu hal terpa ksa harus dimasukkan ke jalur
isi di suatu stasiun, stasiun tersebut harus dibagi dalam 3 "zona", yaitu
zona a, b, dan c seperti di bawah ini (periksa gambar 23).
Zona a : 100 meter dari tanda batas ruang bebas (semboyan 18)
perm u laan tiap-tiap ja l u r kereta a pi ya ng a kan dila l u i sa mpai
100 meter melewati tanda batas ruang bebas penghabisa n
jalur kereta api tersebut.
Zona b : dari tanda batas gera ka n la ngsir (semboya n BE) hingga
perm u laan zona a .
Zona c : dari sinya l masuk hingga perm u laan zona b.
zona a zorr.i b zona· c

Pe ngh a bisan j lu r kereta �pj


--�
/�
�: �_11�:-
_-�:�
�------�:�
.
Semboyan 18

100 m 100 m 50 m

Gamba r 23
(2) Tata ca ra memasukka n kereta a pi pada tia p-tiap zona sebagaimana pada
ayat ( 1) adalah sebagai berikut.
a. Apa bila kereta a pi akan dimasukkan ke jalur isi zona a,

Edisi September 2011 IV-63


Pasal 58 Peraturan Dinas 19 Jilid I

1) kereta a pi tersebut harus dimasukkan dengan ca ra


memberhentika n kereta api langsu ng sebagaimana dalam pasal 86
ayat (3), seda ngka n ketentuan sebaga imana dalam pasal 86 ayat (4)
tidak boleh dilaku ka n;
2) minimum 50 meter dari bagia n ja l u r ya ng isi harus diperl ihatka n
semboya n 3 (periksa ga mbar 24, 25, da n 26), kecuali a pabila pada
ja l u r yang bersa ngkuta n terdapat sinya l uta ma ya ng berlaku u ntuk
kereta api tersebut dan men u nj u kkan semboya n 7.

'
�--
tOliil a
--•�1��- '
ron;i b 2ona c

' '
' '



� --���41!1i(--�--·---�
1��.--.-� ' .
:'· ...

� Sinyal masuk yang semula


Pallng (;ldik·i 50m
berindikasi "berhenti" (semboyan 7),
Gambar 24 setelah kereta api berhenti, dapat
diubah menjadi semboyan 5.

�ona a :z.ona b zon a c

...
I

'
: ...._.

Paling edlkit SOm) Sinyal masuk yang semula


berindikasi "berhenti" (semboyan 7),
setelah kereta api berhenti, dapat
Gambar 25
diubah menjadi semboyan 6.
Paling Scedik"t Som
zona a ;zon a b zona c

==:���:
:_0.,__---!!Ii(----·
. ' '
__
__/_
· .---1!1 . ---
� -/.::-+ -41(
...

Sinyal masuk yang semula


berindikasi "berhenti" (semboyan 7),
Gambar 26 setelah kereta api berhenti, dapat
diubah menjadi semboyan 6.

b. Apabila kereta api a kan dimasukka n ke ja l u r isi zona b,

IV-64 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 58

1) kereta api tersebut harus diberhentika n terlebih dahulu di m u ka


sinya l masuk;
2) setelah sinya l diuba h menjadi semboyan 5, kereta a pi
diperbolehkan berjalan dengan kecepata n orang berjalan kaki, dan
dida h u l u i oleh seorang petugas stasiun ya ng berjalan membawa
sem boya n 3 sam pa i di tempat ya ng ditentukan (periksa ga mbar 27
dan 28).
iona b zona c

Sesudah kereta api berhenti, lalu didahului


oleh petugas stasiun yang berjalan dengan
memperlihatkan semboyan 3.
Gambar 27
zona b zona c

....

Sesudah kereta api berhenti, lalu didahului


oleh petugas stasiun yang berjalan dengan
Gambar 28 memperlihatkan semboyan 3.

c. Apa bila kereta a pi akan dimasukkan di jalur isi zona c,


1) pada jarak sedikitnya 100 meter dari bagian jalur isi harus
diperlihatkan sem boyan 3 oleh seora ng petugas stasiun dan harus
dapat terlihat oleh masinis paling dekat pada jara k 600 meter.
2) setelah kereta a pi berhenti di m u ka sem boya n 3, kereta a pi
diperbolehkan berjalan denga n dida hului oleh petugas,
sebagaimana pada butir 1), ya ng berjalan membawa semboyan 3
sa mpai di m u ka sinyal masuk ya ng tetap diperta hanka n pada
sem boya n 7 (periksa gambar 29).
3) setelah tindakan sebaga imana pada butir 2) dilaksanakan, harus
dilaku ka n tindaka n menu rut keadaan.

Edisi September 2011 IV-65


Pasal 58 Peraturan Dinas 19 Jilid I

ZOIHI I:
.�
·. sedi kit 100 rn
' .
. .
. .

'

Setelah kereta api berhenti pada semboyan 3


kemudian maju sampai di muka sinyal masuk
Gambar 29 dengan didahului oleh petugas stasiun yang
berjalan dengan memperlihatkan semboyan 3.

B. Pada Peralatan Persinyalan Elektrik


(3) Apa bila kereta a pi ka rena suatu hal terpa ksa h a rus dimasukkan ke jalur isi
di suatu stasiun, stasiun tersebut harus dibagi dalam 3 "zona", yaitu zona
a, b, dan c seperti di bawah ini (periksa ga mbar 30) :
Zona a : 100 meter dari tanda batas rua ng bebas (semboyan 18)
permulaan tiap-tiap jalur kereta api ya ng a ka n dila l u i hingga
100 meter melewati tanda batas ruang bebas pengha bisa n
jalur kereta a pi tersebut;
Zona b : dari ta nda batas gera ka n langsir (semboyan BE) hingga
permulaan zona a;
Zona c : dari sinya l masuk hingga permulaan zona b.

;zo rn a a zona b iomt c

Pengha bisa n jaJ u r ker · ta ;a pi


; Sembo'van lS
11

/� '
M.

�-+-

:�
+-
�__.

: ...._
����

-
�+
: 0-i

- . ;--
:
5� rri bovan SE _,,,. : :
,. "
mo m lOO m 50 m

Gambar 30
(4) Tata cara memasu kka n kereta a pi pada tiap-tia p zona sebaga imana pada
ayat (3) adalah sebaga i berikut.
a. Apabila kereta api a kan dimasukka n ke ja l u r isi zona a,
1) kereta a pi tersebut harus dimasukka n denga n cara
memberhentika n kereta api langsu ng sebaga imana dalam pasal 86
ayat (3), seda ngkan ketentuan sebaga imana dalam pasa l 86 ayat
(4) tidak boleh dilaku kan.

IV-66 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 58

2) sinya l keluar teta p menunj u kka n semboya n 7 (periksa ga mbar 3 1,


dan 32) ata u minim u m 50 meter dari bagia n jalur yang isi harus
diperlihatkan semboyan 3 (periksa ga mbar 33).
z. o a a zona b z.ona c
--- 1�
'
'
'

'

: ctH
....

Setelah kereta api berhenti di depan


sinyal masuk yang berindikasi "berhenti"
Gambar 3 1
(semboyan 7), semboyan 6A (sinyal
darurat) dapat ditunjukkan

Z'ona a. ZO'na c

Setelah kereta api berhenti di depan


sinyal masuk yang berindikasi "berhenti"
Gambar 32 (semboyan 7), semboyan 6A (sinyal
darurat) dapat ditunjukkan

.zo na a . ona b zoria

Setelah kereta api berhenti di depan


sinyal masuk yang berindikasi "berhenti"
(semboyan 7), semboyan 6A (sinyal
Gambar 33
darurat) dapat ditunjukkan

b. Apa bila kereta a pi akan dimasukkan ke jalur isi zona b,


1) kereta api tersebut harus diberhentika n terlebih dahulu di m u ka
sinya l masuk;

Edisi September 2011 IV-67


Pasal 58 Peraturan Dinas 19 Jilid I

2) setelah sinya l diubah pada indikasi "berjalan hati-hati" (sinyal


darurat), kereta api diperbolehka n berjalan dengan kecepatan
ora ng berjalan ka ki dan dida h u l u i oleh seorang petugas stasiun
yang berjalan memperl ihatkan semboya n 3 sampai di tem pat ya ng
ditentukan (periksa ga mbar 34 dan 35).

ZOl"la b ZO·r'!a c.

Setelah kereta api berhenti, kemudian


didahului oleh petugas stasiun yang berjalan
Gambar 34
dengan memperlihatkan semboyan 3.

zona b :rona c
���������---·

� �
"'"----I I _; __-
. ID- : '"""'1(1 ,

Setelah kereta api berhenti, kemudian


Gambar 35 didahului oleh petugas stasiun yang berjalan
dengan memperlihatkan semboyan 3.

c. Apabila kereta api a kan dimasukka n ke ja l u r isi zona c,


1) pada jara k sedikitnya 100 meter dari bagia n ja l u r isi harus
diperlihatkan semboya n 3 oleh seorang petugas stasiun dan harus
da pat terlihat oleh masinis pal ing dekat d a ri jarak 600 meter.
2) setelah kereta api berhenti di m u ka sem boya n 3 tersebut, kereta
api diperbolehkan berjalan dengan dida hului oleh petugas
sebaga imana pada butir 1) yang berjalan memperl ihatka n
semboya n 3 sampai di m u ka sinyal masuk ya ng teta p
diperta hanka n pada indikasi "berhenti" ( periksa gambar 36).
3) setelah tindakan sebaga imana pada butir 2) dilaksa naka n, harus
dilakukan tindaka n men u rut keadaan.

IV-68 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 59

zona c

sedikit 100 m

Gambar 36 Setelah kereta api berhenti pada semboyan


3 kemudian maju sampai di muka sinyal
masuk dengan didahului oleh petugas
stasiun yang berjalan dengan
memperlihatkan semboyan 3.

Paragraf 7
Persilanga n Kereta Api ya ng Pa njang Ra ngka iannya Melebihi
Pa njang Jalur Emplasemen
Pasa l 59
( 1) Menja la nka n kereta api ya ng panjang rangkaiannya melebihi panja ng jalur
emplasemen pada suatu lintas harus atas persetujuan Pimpinan Daerah
untuk perjalanan kereta api di wilayahnya dan Direksi u ntuk perjalanan
kereta a pi yang melewati beberapa daera h .
(2) Berdasa rka n persetujuan sebaga imana pada ayat ( 1), Ppkp harus
mengendalika n persilangan di wilaya hnya dengan meneta pkan stasiun­
stasiun tempat persila ngan ya ng emplasemennya memadai dan Ppka
tem pat persilanga n harus mempersiapkan emplasemennya .
(3) Apabila terjadi persilanga n kereta a pi ya ng panjang ra ngkaiannya melebihi
pa nja ng jalur emplasemen denga n kereta a pi rangka ian pendek, diatur
sebagai berikut.
a. Apa bila kedua kereta api tersebut masu knya pada saat yang hampir
bersa maan, harus dipe rtimbangkan, kereta a pi ma nakah ya ng menu rut
keadaan seba iknya dimasukkan terlebih dahulu.
b. Apa bila kereta api rangkaian panja ng tida k menghadapi tanjakan dan
bisa dita han di sinya l masuk, kereta api rangkaian pendek harus
dimasukka n terlebih da hulu ke jalur belok.
c. Apa bila kereta api rangkaian panja ng menghadapi ta njaka n dan tida k
boleh dita han di sinyal masuk, kereta api rangka ian panjang dapat
dimasukka n terlebih dahulu ke jalur l u rus, sedangka n kereta a pi
ra ngkaian pendek dapat dimasukka n ke jalur emplasemen yang ada
jalur lu ncu r. Untuk emplasemen yang tidak mempunya i jalur lu ncu r,

Edisi September 2011 IV-69


Pasal 60 Peraturan Dinas 19 Jilid I

kereta api rangka ian pendek dimasukka n ke ja l u r isi dengan cara


sebagaimana dalam pasal 58.
(4) Apa bila dua kereta api yang bersilang keduanya lebih panjang dari jalur
emplasemen, kedua kereta api harus dita han di sinya l masuk A dan B,
selanjutnya dilaku ka n tindakan sebaga i berikut ( periksa ga mbar 37).
a. Rangka ian KA Y dipisahka n menjadi 2 bagia n ( M dan N),
b. Bagia n N dita rik menuju ke dan berhenti di j a l u r II,
c. KA X dimasuka n ke jalur I sa m pa i ra ngkaian terakhir melewati ta nda
batas rua ng bebas wesel 1,
d. N dita rik sejauh mu ngkin sa mpai melewati sinya l masuk A,
e. Rangka ian KA X mundur sam pa i lokomotif melewati wesel 1,
f. Lokomotif KA X dilepas dan bagia n ra ngkaian M ditarik masuk ke dan
berhenti di jalur I I,
g. Lokomotif dilepas dan dirangkai kem ba li dengan ra ngkaian KA X,
h. KA X berangkat dari jalur I,
i. Rangka ian N mundur ke jalur II dan dirangka ikan kembali dengan
rangkaian M,
j. KA Y berangkat dari jalur I I .

£4\\U}§\\j\@\\S\\�
KA X
IB
Gambar 37
(5) Apa bila dua kereta api yang bersilang keduanya lebih panjang dari jalur
emplasemen dan salah satu rangka ian kereta a pi tida k dapat dipisa hkan
menjadi 2 bagian, persilanga n harus dilaksa nakan di stasiun dengan
emplasemen pa nja ng.

Paragraf 8
Kecepata n Kereta Api Masuk
Pasal 60
( 1) Kecepata n kereta a pi masuk melal u i wesel ya ng diara hkan ke jalur belok
tidak boleh melebihi kecepata n yang ditunju kka n oleh sem boya n yang
menunj u kkan batas kecepata n atau masuk jalur belok.
(2) U ntuk kereta api ya ng masuk dan berhenti di emplasemen stasiun:
a. kecepata n kereta api harus diatu r agar da pat berhenti di tempat yang
ditentuka n sebaga imana dalam pasa l 53 ayat (4);

IV-70 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 61

b. a pa bila sinya l masuk memperlihatka n sem boya n 6, kereta a pi harus


mengurangi kecepatan dan tida k boleh melebihi batas kecepatan ya ng
ditunju kka n mulai dari wesel perta ma yang dila l u i;
c. a pa bila sinya l masuk dilengka pi dengan semboyan pembatas
kecepatan, kereta api harus mengura ngi kecepatan dan tida k boleh
melebihi batas kecepata n yang ditunj u kka n mulai dari wesel perta ma
ya ng dila l u i;
d. pada persinya lan mekanik, a pa bila sinya l masuk memperlihatka n
semboyan 5, kereta a pi ya ng masuk jalur l u rus boleh berjalan sesua i
denga n kecepata n u ntuk da pat berhenti di tempat yang ditentu ka n
sebaga imana dalam pasa l 53 ayat (4).
(3) Di setiap stasiun, kereta api dapat berjalan langsu ng (kecuali PDPS
mengatur lain) dan a pa bila :
a. sinya l masuk men u njukkan sem boya n 5, kecepata n kereta api pada
waktu berjalan la ngsu ng di emplasemen tidak perlu dikurangi, kecuali
jika diperlihatkan semboyan pem batas kecepatan;
b. sinya l masuk memperlihatka n sem boyan pembatas kecepatan maka
kecepata n kereta api mulai wesel perta ma hingga wesel tera khir ya ng
dila l u i tidak boleh melebihi batas kecepata n ya ng ditunjukkan, kecuali
jika diperl ihatkan sem boya n pem batas kecepata n lain ya ng berlaku
untuk kereta api tersebut.

Paragraf 9
Ketentuan Pada Waktu Sinya l Uta ma Dapat Dilayani, Tetapi Ada Bagia n
Pera lata n Persinyalan Ya ng Rusa k
Pasa l 61
( 1) Apabila pada waktu sinya l utama aka n dilayani teta pi ada bagia n pera lata n
persinya lan yang rusak, u ntuk setia p kereta api ya ng a kan masuk, Ppka
harus mempertaha nkan sinya l masu k dalam indikasi "berhenti"
(semboya n 7). Setelah memastika n, bahwa kereta api sudah berhenti di
muka sinya l tersebut, kereta api dapat dimasukkan ke stasiun secara
memberhentikan kereta a pi langsu ng sebagaimana dalam pasa l 86 ayat
(3).
(2) Apabila peralatan ya ng rusa k tida k membahayaka n perjalanan kereta api,
maka tindakan sebaga imana pada ayat (1) tidak perlu dilaku kan.
Apabila ka rena kerusa ka n pera latan sebaga imana pada ayat ( 1) sehingga
kea manan perjalanan kereta api disetasiun tidak terjamin sepenu hnya,
Ppka harus mengam bil tindakan penga manan yang perlu sebelum

Edisi September 2011 IV-71


Pasal 62 Peraturan Dinas 19 Jilid I

memasukka n kereta api dan segera melaporka n kepada petugas


perawata n persinya lan u ntuk perba ikan.

Bagian Kedelapan
Kereta Api dalam Perjalanan
Paragraf 1
Perjalanan Kereta Api di Jalan Bebas
Pasal 62
( 1) Kereta api dija lanka n denga n kecepata n ya ng sesuai dengan ketentuan
dalam peratu ran perjalanan.
(2) Berhenti di jalan bebas ha nya diperbolehka n :
a. men u rut peratura n perjalanan;
b. atas perinta h Pimpinan Daera h;
c. untuk menghindari kecela kaan;
d. ka rena kerusa ka n prasa ra na dan/ata u sara na; ata u
e. ka rena kecelakaan.
(3) Kereta a pi ya ng berhenti di jalan bebas ka rena suatu kecelakaan boleh
meneruskan perjalanannya atas perintah Ppkp setelah masm1s
memastika n ba hwa tida k terdapat kerusakan sa rana yang membahaya ka n
perjalanan kereta a pi.
Jika terda pat ata u terlihat kerusakan yang memba haya ka n, ya ng tida k
memu ngkinkan u ntuk meneruska n perja la nan, harus dilakukan tindakan
sebagaimana dalam pasa l 87, 88, 89, 90, 91, 92, dan 95.

Paragraf 2
Tindaka n terhadap Perjalanan Konvoi
Pasal 63
( 1) U ntuk perjalanan konvoi pada peta k jalan jalur tu nggal maupun jalur
ganda, pertu ka ra n wa rta kereta a pi sebaga imana dalam pasal 37 ayat ( 1)
huruf a butir 3) atau huruf b butir 4) harus dilaku ka n oleh Ppka di kedua
stasiun pada petak jalan yang terda pat perjalanan konvoi.
(2) Pertukara n wa rta kereta api sebagaimana pada ayat ( 1) dilakuka n denga n
ketentuan sebaga i berikut.
a . Menggu nakan warta kereta a p i untuk konvoi sebaga imana d a l a m pasal
37 ayat ( 13), ( 19), dan (25).
b. Pada petak jalan yang terdapat blokpos d iatu r sebaga imana dalam
pasa l 37 Sub-E.

IV-72 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 63

(3) Ppka berkewajiban u ntuk memberita h u ka n kepada petugas penjaga


perlintasa n dan petugas perawatan prasara na di peta k jalan tentang
perjalanan konvoi melal u i alat komunikasi dan semboyan genta, serta
memberikan bentuk berjalan hati-hati kepada masinis konvoi.
(4) M u lai berangkat hingga kembalinya konvoi, pada pesawat telepon
anta rstasiun atau pada pera lata n blok atau meja pelayanan persinyalan
elektrik di kedua stasiun pada peta k jalan dan di blokpos ya ng dilewati
konvoi harus dipasang sekeping papan peringata n denga n dasar putih dan
tulisan mera h sebaga i berikut.
a. Pada petak jalan jalur tu nggal :

PERHATIAN
Petak jalan ............. - ............. terhalang

b. Pada petak jalan jalur ganda:

PERHATIAN
li utu
Petak jalan .......... - ........... arah terhalang
h il i l'

(5) Sinya l-sinyal ya ng berlaku dan dilayani u ntuk perjalanan konvoi adalah
sebagai berikut.
a. Pada petak jalan jalur tu nggal :
1 ) sem ua sinya l berlaku;
2) hubungan blok tidak boleh dipergu naka n;
3) sinya l kelu a r ya ng tetap dalam "semboya n 7" boleh dilewati atas
izin Ppka denga n perintah MS ( bentuk 92) sebagaimana dalam
pasa l 49 ayat (6);
4) sinya l jalan silang harus dilaya ni;
5) sinya l masuk dilayani.
b. Pada petak jalan jalur ganda:
1) perjalanan konvoi melal u i ja l u r kanan:
a) semua sinyal berlaku,
b) hu bunga n blok tida k boleh dipergu nakan,
c) sinyal keluar ya ng tetap da l a m "semboyan 7" boleh dilewatl
atas izin Ppka denga n perinta h MS (bentuk 92) sebaga imana
dalam pasa l 49 ayat (6).
d) u ntuk perjalanan kembali:
1. sinya l masuk jalur ka nan tidak dilaya n i (pada stasiun ya ng
tidak dilengka pi sinya l jalur kiri) atau

Edisi September 2011 IV-73


Pasal 63 Peraturan Dinas 19 Jilid I

2. sinyal masuk jalur kiri dilaya ni (pada stasiun ya ng dilengkapi


sinyal ja l u r kiri).
2) perja lanan konvoi mela l u i jalur kiri:
a) pada ja l u r ganda ya ng tidak dilengka pi sinya l jalur kiri :
1. hubunga n blok tidak boleh dipergunaka n,
2. untu k bera ngkat menggunaka n bentuk BK sebagaimana
dalam pasa l 84 ayat ( 10),
3. sinyal masuk dilayani.
b) pada ja l u r ganda ya ng dilengkapi sinyal ja l u r kiri:
1. hubunga n blok tidak boleh dipergunaka n,
2. sinyal keluar jalur kiri yang tetap dalam "sem boya n 7"
boleh dilewati atas izin Ppka denga n perinta h MS (bentuk
92) sebaga imana dalam pasa l 49 ayat (6),
3. sinyal masuk dilayani.
3) sinyal jalan silang harus dilayani u ntuk konvoi ya ng berjalan melal u i
ja l u r ka nan;
4) setiap konvoi harus berhenti:
a) di m u ka "ta nda batas berhenti jalur kiri pada jalur ganda"
(semboyan 8D), ya ng terleta k pada jalur kiri sejajar denga n
sinya l masuk jalur ka nan, ata u di m uka sinya l masuk jalur kiri
pada peta k jalan jalur ganda yang dilengka pi sinya l jalur kiri;
b) di m u ka "ta nda batas berhenti jalur kiri pada jalur ganda"
(semboyan 8D), ya ng terleta k pada jalur kiri sejajar denga n
sinya l blok jalur kanan dan sinyal jalan silang jalur ka nan, ata u
di m u ka sinya l blok jalur kiri dan sinyal jalan silang ja l u r kiri
pada peta k jalan jalur ganda yang dilengka pi sinya l jalur kiri;
c) di m u ka wesel jalur simpang di jalan bebas.
5) setelah berhenti sebagaimana pada butir 4), konvoi ha nya
diperbolehka n meneruska n perjalanan m elewati tanda ata u sinya l
tersebut apabila kepada masinis telah diberikan perinta h MS
(bentuk 92) atau diperlihatkan "isyarat perinta h masuk"
(semboya n 4A) sebaga imana dalam pasal 49 ayat (6) atau (7), ata u
sinyal darurat pada sinyal utama jalur kiri (khusus pada petak jalan
ja l u r ganda ya ng dilengkapi sinyal jalur kiri).
Jika akan mela l u i wesel jalur simpang, masinis harus memastika n
kedudukan wesel tersebut benar d a n d a l a m kondisi baik.
(6) Pada waktu berlaku ketentuan berjalan jalur kiri bersamaan denga n
terjadinya ga ngguan hu bunga n blok sebaga ima na dalam pasa l 36, konvoi
tidak boleh dijalanka n .

IV-74 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 64

Paragraf 3
Kereta Api dengan Lokomotif Pendorong
Pasa l 64
( 1) Apabila suatu kereta api ha nya perlu didorong pada wa ktu melal u i
ta njaka n yang tidak dida h u l u i j a l a n menuru n, alat perangkai lokomotif
pendorong denga n kereta api ya ng didorong tida k boleh terku nci dan
ranta i pengaman tidak boleh difu ngsikan.
Kereta api tidak boleh mempergu naka n lokomotif pendorong, a pa bila
kereta api berjalan dengan lokomotif ganda (bukan m u ltiple unit) dan
kereta a pi yang membawa muata n melebihi panjang gerbong.
(2) Perja lanan lokomotif pendorong, ba ik perjalanan bera ngkat maupun
perjalanan kem ba li, dia nggap sebagai kereta api tersendiri yang hanya
dilayani oleh masinis dan asisten masinis. Denga n demikian, masinis
lokomotif pendorong harus membawa Lapka ya ng telah diisi lengkap oleh
Ppka/Pa p.
(3) Perja lanan lokomotif pendorong tidak d iteta pka n tersendiri, seda ngkan
tentang pengumuman perjalanannya dan pemasanga n tanda a khira n
kereta a pi (semboya n 21) diteta pkan sebaga imana dalam pasal 26.
(4) Ppka/Pa p tidak boleh memberangkatkan kereta a pi ya ng mempergunaka n
lokomotif pendorong, sebelum:
a. memberita huka n hal tersebut kepada masinis, kondektur, dan jika ada,
juga kepada Tka kereta api yang didorong;
b. ketentuan pertukaran wa rta kereta api sebagaimana pada ayat (5) dan
(6) da pat dipenuhi.
(5) Untu k perjalanan lokomotif pendorong dilakukan pertukara n warta kereta
api sebaga i berikut.
a. Pada wa ktu hubungan blok normal:
selain pengamanan blok ya ng dilaya ni sebagaimana biasa, dilaku ka n
juga pemberian wa rta berangkat u ntuk lokomotif pendorong dan
wa rta masuk u ntuk kedatanga n kem bali lokomotif pendorong.
b. Pada wa ktu hubungan blok terganggu :
u ntuk kereta api ya ng memakai lokomotif pendorong dipergunaka n
"warta kereta a pi" ta nya jawa b tentang kondisi peta k jalan, warta
berangkat dan wa rta masuk, sedangka n kedata nga n kembali lokomotif
pendorong harus dikaba rkan denga n wa rta masuk.
(6) Pertuka ran wa rta kereta api sebaga imana pada ayat (5) dilakukan denga n
ketentuan sebagai berikut.

Edisi September 2011 IV-75


Pasal 64 Peraturan Dinas 19 Jilid I

a . Menggu nakan warta kereta api u ntuk kereta api ya ng menggu naka n
lokomotif pendorong sebaga imana dalam pasal 37 ayat ( 12), ( 18), dan
(24).
b. Pada peta k jalan ya ng memaka i blokpos diatur sebaga imana dalam
pasa l 37 Sub-E ditambah dengan keteranga n ba hwa warta masuk
untuk lokomotif pendorong harus disam pa ika n kepada semua blokpos
yang terda pat pada petak jalan yang dilewati.
(7) Apa bila wa ktu disa mpaikan pertanyaan tenta ng kondisi petak jalan belu m
diketa h u i ba hwa kereta a pi mempergunaka n lokomotif pendorong, hal
tersebut dapat dika ba rka n denga n wa rta kereta api yang ditetapka n
sebaga imana pada pasal 37 ayat ( 17), kecua l i d a l a m keadaan sebagaimana
pada ayat (8).
(8) Apa bila kereta api a ka n berangkat dari A ke B dan telah terjadi pertu ka ra n
"wa rta kereta a pi" antara stasiun A dan B, kem udian kereta a pi tersebut
dibera ngkatkan denga n memakai lokomotif pendorong, sedangkan dari
stasiun B a ka n diberangkatkan segera kereta api lainnya ke stasiun A,
pertuka ran wa rta kereta a pi dibata lka n dan harus diperbaharui denga n
wa rta kereta api dengan lokomotif pendorong sebaga imana dalam pasal
37 ayat ( 12).
(9) Pada peta k jalan ja l u r tungga l dan jalur ganda ya ng memaka i hubunga n
blok tidak boleh dilaku ka n pembukaan blok untuk suatu kereta a pi ya ng
berja lan di belaka ng kereta a pi yang mema kai lokomotif pendorong
sebelum diterima warta masuk u ntuk lokomotif pendorong tersebut.
( 10) Pada peta k jalan jalur tu nggal yang memakai h u bunga n blok tidak boleh
dilakukan pembukaan blok oleh stasiun A untuk kereta a pi yang bersilang
di stasiun B denga n kereta a pi dari A ke B ya ng memakai lokomotif
pendorong sebelu m lokomotif pendorong kem bali masuk di A.
( 11) Sinya l dan tanda ya ng berlaku u ntuk perjalanan kembali lokomotif
pendorong adalah sebagai berikut.
a. Pada petak jalan ja l u r tungga l.
1) Sem ua sinya l berlaku sebaga imana mestinya . Aka n tetapi, sinya l
masuk tidak dilayani. Masinis ha nya boleh mela l u i sinyal masuk
yang menunj u kka n "semboyan 7" apabila telah mendapat perinta h
MS (bentuk 92) ata u "isyarat perinta h masuk" (semboya n 4A)
sebaga imana dalam pasa l 49 ayat (6) atau (7).
2) Sinya l jalan silang harus dilaya ni.
b. Pada petak jalan ja l u r ga nda.

IV-76 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 65

Semua sinyal tidak berlaku untuk lokomotif pendorong ya ng berja lan


kem ba li ke stasiun sem ula, dan harus d i berhentikan :
1 ) di m u ka "ta nda batas berhenti ja l u r kiri pada j a l u r ganda"
(semboya n 8D), ya ng terleta k pada jalur kiri sejajar dengan denga n
sinya l masuk jalur ka nan;
2) di m u ka "ta nda batas berhenti ja l u r kiri pada jalur ganda"
(semboya n 8D), ya ng terleta k pada jalur kiri sejajar dengan denga n
sinya l blok ja l u r ka nan dan sinyal ja l a n silang jalur kanan.
Selanjutnya, lokomotif pendorong boleh melewati "ta nda batas
berhenti jalur kiri pada jalur ganda" tersebut a pa bila kepada masinis
telah diberika n perintah MS (bentu k 92) ata u diperlihatka n "isyarat
perintah masuk" (semboyan 4A) sebaga imana dalam pasa l 49 ayat (6)
ata u (7), atau sinyal darurat pada sinyal masuk jalur kiri (khusus pada
petak jalan ja l u r ganda ya ng dilengka pi sinya l ja l u r kiri).
( 12) Mulai pada saat lokomotif pendorong berangkat mendorong kereta a pi
sam pa i di suatu tempat di tengah petak jalan hingga pada saat kembali ke
stasiun, pada pesawat telepon anta rstasiun, pera latan blok, ata u meja
pelayanan persinya lan elektrik di kedua stasiun pada petak jalan dan di
blokpos pada petak jalan tersebut, dipasa ng sekeping papan peringata n
sebagaimana dalam pasa l 63 ayat (4).

Paragraf 4
Pelaya nan Jalur Simpang di Jalan Bebas
Pasa l 65
( 1) Untu k keperluan melaya n i jalur sim pang di jalan bebas da pat
mempergunaka n :
a. konvoi; atau
b. kereta api ya ng lewat.
(2) Anak kunci jalur simpang di jalan bebas dikuasai oleh Kepala Stasiun ya ng
ditetapka n dalam PDPS.
Penyera han anak kunci kepada Petugas lain u ntuk pelaya nan atau
pemel ihara a n jalur simpang harus dilakukan denga n buku penyera han.
(3) Untu k keperluan melaya n i jalur simpang diusa ha kan dengan
mempergunaka n kereta a pi ata u konvoi ya ng berangkat dari stasiun
tern pat anak ku nci ja l u r simpang tersebut.
(4) Untu k kereta a pi ya ng dipergunaka n melayani jalur simpang di petak jalan
yang dilal ui, warta berangkat dan wa rta masuk ya ng disa mpaikan harus
ditam ba h denga n kata-kata tenta ng pelayanan ja l u r simpang tersebut,

Edisi September 2011 IV-77


Pasal 65 Peraturan Dinas 19 Jilid I

ba ik untuk petak jalan yang tidak memaka i sistem blok maupun yang
memakai sistem blok.
(5) Apa bila pelayanan jalur simpang dilakuka n denga n kereta api ata u konvoi
yang berangkat dari:
a. stasiun tempat anak ku nci jalur simpang m a ka anak ku nci disera hkan
oleh Ppka/Pap kepada kondektur kereta api ata u konvoi tersebut;
b. stasiun sebelah pada petak jalan tern pat jalur simpang maka Ppka ya ng
menguasai anak kunci harus mengirimka n anak kunci tersebut kepada
Ppka stasiun tempat berangkat kereta api atau konvoi dengan
menya mpaika n wa rta mela l u i telepon a nta rstasiun sebaga i berikut.
Ppka A : Ppka 8, anak kunci jalur simpang X dikirim
dengan KA...... (nomor KA) (s1)
Penu l isa n dalam buku WK.
8. anak kunci jalur simpang X dengan ka ...... .
(nomor KA). A. (s1a)
Setelah menerima anak kunci tersebut, Ppka B harus memberi kabar
kepada Ppka A sebaga i berikut.
Ppka 8 : Ppka A, anak kunci jalur simpang X telah saya
terima. Pukul...... (waktu diterima) (s2)
Penu l isa n dalam buku WK.
A. anak kunci jalur simpang X, terima ........ .
(waktu diterima). 8. (s2a)
Wa rta berangkat ya ng ditetapka n sebagai mana dalam pasa l 37 ayat
( 17) untuk kereta api ya ng melayani jalur simpang harus ditambah
dengan kata-kata :
.................... melayani jalur simpang X
(6) Apa bila kereta api telah selesa i melaya n i ja l u r simpa ng dan meneruskan
perjalanan dan data ng di stasiun depa nnya, anak kunci ja l u r simpang oleh
kondektur harus diserahka n kepada Ppka stasiu n tersebut.
Penerimaan anak kunci tersebut harus disa m pa ika n kepada Ppka yang
memberikan anak kunci kepada kondektur denga n ca ra menambah wa rta
masuk sebaga imana dalam pasal 37 ayat (23) denga n kata-kata :
......... anak kuncijalur simpang X terima kembali.
(7) Penyera han anak kunci ja l u r simpang dilakuka n sebagai berikut.
a. Apabila ja l u r simpang dilayani dengan kereta a pi ya ng berangkat dari
stasiun A, tempat Ppka ya ng menguasai anak ku nci, menuju ke stasiun
B, anak kunci jalur simpang ya ng diterima di stasiun A oleh kondektur,
setelah dipergunakan harus diserahka n kepada Ppka B.

IV-78 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 65

b. Demikian juga apabila pelaya nan j a l u r simpang dilakuka n denga n


konvoi dari stasiun B pulang pergi m a ka setelah dipergunaka n oleh
kondektu r anak kunci harus diserahka n kembali kepada Ppka B.
c. U ntuk mengirimka n anak ku nci sebagaimana pada h u ruf a dan b, Ppka
B harus segera mengirimkan kemba li anak kunci tersebut denga n
kereta api lain ya ng berangkat menuju ke stasiun A.
Pengiriman kembali anak kunci tersebut harus disa mpaikan denga n
wa rta melal u i telepon a ntarstasiun sebagai berikut.
Ppka 8 : Ppka A, anak kunci jalur simpang X dikirim
kembali dengan KA...... (nomor KA). (s3)
Penu l isan dalam buku WK.
A. anak kunci jalur simpang X kembali
ka.... (nomor KA) .8. (s3a)
Setelah anak kunci diterima kembali, Ppka A harus memberitah u ka n
kepada Ppka B dengan wa rta sebagai berikut.
Ppka A : Ppka 8, anak kunci jalur simpang X telah saya
terima kembali. Pukul...... (waktu diterima) (s4)
Penu l isan dalam buku WK.
8. anak kunci jalur simpang X terima
kembali....... (waktu diterima) A. (s4a)
(8) Apabila warta s2 ata u s4 ata u warta masu k tidak diterima pada wa ktunya,
Ppka ya ng berkepentinga n harus meminta ketera ngan tenta ng hal
tersebut.
Apabila kemudian ternyata, bahwa anak kunci tertingga l di jalur simpang,
kedua Ppka ya ng bersa ngkutan harus segera berkoordinasi dan melakuka n
tindakan secepatnya u ntuk menga mbil a na k kunci yang tertingga l di jalur
simpang tersebut.
(9) Selama bel um mendapat kepastia n dengan wa rta, bahwa anak ku nci
tersebut telah diterima oleh sa lah seora ng dari kedua Ppka sebagaimana
pada ayat (8), Ppka ya ng akan membera ngkatka n kereta api mela l u i petak
jalan tempat jalur simpa ng, harus memberika n bentuk perintah BH kepada
masinis ya ng berisi catatan:
a. harus berjalan hati-hati pada petak jalan denga n kecepatan tida k
melebihi 30 km/jam;
b. anak ku nci jalur simpang ya ng terletak pada petak jalan ya ng a ka n
dila l u i belu m kembali;
c. kereta a pi harus diberhentika n di m u ka wesel jalur simpang di jalan
bebas;

Edisi September 2011 IV-79


Pasal 65 Peraturan Dinas 19 Jilid I

d. kondektur harus memeriksa kedudukan wesel sebagaimana huruf c,


jika perl u, harus membetu l ka n sega la sesuatu yang tida k bena r,
mengunci kunci wesel, dan menca but anak kunci u ntuk disera hka n
kepada Ppka yang a ka n menerima kedatanga n kereta a pi.
Selanjutnya, kereta api ya ng telah diberhentika n di m u ka wesel, baru
boleh berjalan mela l u i wesel tersebut setelah m endapat kepastia n ba hwa
wesel tersebut ba ik keadaannya dan bena r keduduka n nya .
Untu k pemberita huan dan catatan tersebut di atas, kereta api langsung
harus diberhentika n luar biasa sebaga imana dalam pasal 86 ayat (3).
( 10) Apa bila kereta api ya ng melayani jalur simpang sebagaimana pada ayat (9)
data ng di stasiun B, kondektur l upa menyera hka n anak kunci jalur simpang
tersebut kepada Ppka/Pap stasiun B, sedangka n Ppka/Pa p stasiun B juga
lupa mena nyakan sehingga anak kunci tersebut terbawa terus oleh
kondektur sa mpai di stasiun m u kanya (stasi u n C), anak kunci tersebut
apabila diketa h u i, harus disera hka n di stasiun C.
Ppka stasiun C yang menerima anak kunci harus menya mpaikan hal
tersebut kepada Ppka stasiun A ya ng menguasai anak ku nci dan Ppka
stasiun B yang seha rusnya menerima anak kunci u ntuk dikirim kemba li ke
A, denga n warta sebaga i berikut.
Ppka C : Ppka A dan Ppka B, anak kunci jalur simpang X saya
terima dari kondektur KA....... (nomor KA) (sS)
Penulisan dalam buku WK.
A dan B. anak kunci jalur simpang X saya terima
dari kondektur ka.......... (nomor KA). C. (sSa)
Warta s5 ini menjadi pengganti wa rta sebagaimana pada ayat (9).
Ppka C harus segera mengirimka n kem bali anak ku nci tersebut ke stasiun
A sebagaimana pada ayat (7).
( 11) Ana k kunci ya ng berhubungan dengan ja l u r simpang di jalan bebas, selama
tidak dipergu naka n, harus digantu ngka n pada papan anak kunci ya ng
dikuasa i Ppka .
( 12) Apa bila kepa la u n it pelaksana teknis perawatan persinyalan perlu
mempergunakan anak kunci ja l u r simpang u ntuk melaku kan pekerjaan
perawata n, anak ku nci tersebut boleh diberikan, sedangka n anak kunci
cada ngan tidak boleh diberikan. Selanjutnya anak kunci jalur simpang yang
diberika n kepada kepa la u n it pelaksa na teknis perawata n persinya lan
harus diperlakuka n sa ma dengan pada wa ktu menyera hkan anak kunci
untu k melaya ni konvoi pada jalur simpang, dengan ketentuan:

IV-80 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 66

a. Ppka A (yang mem berikan anak kunci) menya m paikan wa rta kepada
Ppka B (stasiun sebelah pada petak jalan tem pat jalur simpang)
sebaga i berikut.
Ppka A : Ppka 8, anak kunci jalur simpang X telah
diserahkan kepada kupt sinyal...... (nama kupt) (s6)
Penu l isan dalam buku WK.
8.anak kunci jalur simpang X telah diserahkan
kepada kupt sinyal.......... (nama kupt). A. (s6a)
b. Setelah anak ku nci diterima kembali, Ppka stasiun A menya m pa ika n
wa rta kepada Ppka stasiun B sebagai berikut.
Ppka A : Ppka 8, anak kunci jalur simpang X telah
diterima kembali dari kupt sinyal......... (nama
kupt) (s7)
Penu l isan dalam buku WK.
8. anak kunci jalur simpang X telah diterima
kembali dari kupt sinyal ............. (nama kupt). A. (s7a)
c. Apa bila Ppka stasiun A atau stasiun B akan membera ngkatkan kereta
a pi melewati tempat ja l u r simpa ng tersebut sebelum anak kunci
kembali, Ppka tersebut harus memberika n bentuk perinta h BH kepada
masinis dengan catata n sebaga i berikut.
berjalan hati-hati di km.... (tempat jalur simpang) awas
semboyan 2A, 28, 2C, atau 3 yang mungkin diperlihatkan.
d. Kepala u n it pelaksa na teknis perawatan persinyalan yang bekerja pada
jalur simpang tersebut diharuska n m emasa ng semboyan 2A, 2B, 2C,
ata u 3 sesuai keadaan, pada kedua belah pihak wesel jalur simpang di
jalan bebas.
( 13) Wa rta penyerahan dan penerimaan anak ku nci sebagaimana pada ayat (5),
(7), ( 10) dan ( 12) harus ditulis dalam bu ku WK diserta i keteranga n ca ra
pengirimannya.

Paragraf 5
Tindaka n terhadap Kereta/Gerbong ya ng Dilepas di Stasiun Antara
Pasa l 66
( 1) Apabila kereta api di suatu stasiun ka rena suatu sebab harus melepas satu
atau lebih kereta/gerbong dari rangka ian, Ppka/Pa p memerinta hka n
kepada masinis u ntuk melangsir kereta/gerbong tersebut k e ja l u r simpan
atau jalur lain.

Edisi September 2011 IV-81


Pasal 67 Peraturan Dinas 19 Jilid I

(2) Apa bila kereta/gerbong ya ng dilepas dilangsir ke jalur simpan, Ppka/Pa p


harus memastika n bahwa :
a. kereta/gerbong ditempatkan pada jalur simpan dan dihala ngi denga n
pelalau, perinta ng, ata u wesel pemisah dari jalur kereta api, serta Tka
telah mengikat rem pa rkir kereta/gerbong;
b. alat-a lat sebaga imana pada h u ruf a harus dalam keadaan terkunci,
terikat, atau tersekat agar kereta/gerbong tidak menggelundung.
(3) J ika jalur simpan tida k tersedia, untuk sementara da pat dipakai ja l u r lain
dan Ppka/Pap harus memastikan bahwa :
a. apabila jalur tersebut adalah sa lah satu j a l u r uta ma, ja l u r la ngsir ata u
jalur l uncur, Tka telah mengikat rem parkir kereta/gerbong da n
mengga njal roda denga n stopblok serta uju ng kereta/gerbong yang
dekat wesel tida k melampaui batas rua ng bebas;
b. Kereta/gerbong ya ng berada di jalur sebaga imana pada huruf a tidak
akan menggelundung.
c. Selama jalur isi sebagaimana pada h u ruf a, pada meja pelaya nan
pera latan persinya lan di stasiun tersebut harus diga ntu ngkan/
diletakka n sekeping papan dengan dasa r putih tulisa n mera h :

PERHATIAN
Jalur .......... isi

Bagian Kesembilan
Kereta Api Berhenti di Stasiun Akhir
Paragraf 1
Kereta Api ya ng Ditarik Lokomotif
Pasal 67
( 1) Setelah kereta a pi mengakhiri perja lanan di stasiun akhir, awa k sarana
kereta api melaku ka n kegiatan sebaga i berikut.
a. Mela por dan menyera hkan doku men perjalanan kereta apt.
b. Melepas rangka ian kereta/gerbong.
c. Menem patkan rangka ian kereta/gerbong sesuai pengatu ra n Ppka yang
bersa ngkuta n.
(2) Melapor dan menyerahka n doku men sebaga imana pada ayat ( 1) huruf a,
dilaku ka n oleh.
a. awak kereta api :

IV-82 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 67

1) lapora n teknik (T.200) ya ng sudah diisi catata n kejadian dalam


perjalanan dan diparaf oleh masinis lalu diserahkan kepada Pul
berikut keteranga n secara l isan;
2) Lapka diserahka n kepada Ppka/Pap u ntuk selanjutnya diserahka n
kepada J PAK sebaga imana diatur dalam pasa l 32 Su b-C berikut
tabel kereta api (0. 100).
b. Kondektu r :
1) Lkdr ya ng sudah diisi dan dita ndata ngani sebagaimana diatu r
dalam pasal 33 Su b-C;
2) su rat angkutan ( u ntuk kereta a pi bara ng);
3) su rat dinas lainnya (apa bila ada),
diserahka n kepada Ppka/Pap beserta keteranga n secara lisan.
c. teknisi kereta api (Tka),
Check list rangka ian kereta a pi ya ng sudah diisi dan dita ndatanga ni
oleh Tka yang bersangkuta n serta diketahui oleh kondektu r diserahka n
kepada Puk/Pug stasiun akhir.
(3) Melepas ra ngkaian kereta/gerbong sebaga imana pada ayat ( 1) h u ruf b,
mel iputi kegiata n:
a. melepas sem boya n 21 oleh Tka sebelum ra ngkaian dilepas dari
lokomotif;
b. melepas alat pera ngkai dan sa l u ra n udara teka n dilaku kan oleh
petugas Puk/Pug seka l igus mela kukan tindakan penga manan
ra ngkaian denga n mengikat rem parkir dan mengga njal roda denga n
stopblok;
c. lokomotif ya ng telah dilepas dari ra ngkaian, u ntuk selanjutnya disera h
terimaka n kepada P U L.
(4) Penempatan rangka ian kereta/gerbong di emplasemen stasiun
sebagaimana pada ayat ( 1) h u ruf c diat u r dan ditentu ka n oleh Ppka, dan
apabila ditempatkan di :
a. Jalur muat bongka r barang :
Setelah rangka ian gerbong dilangsir d a n dilepas di jalur muat /bongkar,
Ppka/Pap harus memastika n bahwa :
1) Ra ngka ian gerbong telah dihalangi denga n pelalau, perintang, atau
wesel pemisah dari jalur kereta a pi, serta petugas langsir telah
mengikat rem pa rkir kereta/gerbong;
2) alat-a lat sebagaimana pada butir 1) harus dalam keadaan terku nci,
terikat, ata u tersekat agar kereta/gerbong tida k menggelundu ng;
3) Selama pela ksa naan muat bongka r ba ra ng harus diawasi oleh
petugas stasiu n.
b. Jalur utama ata u ja l u r la ngsir:

Edisi September 2011 IV-83


Pasal 68 Peraturan Dinas 19 Jilid I

1) untu k keperluan menu nggu dinasan berikutnya ata u pemeriksaan


rangka ian kereta/gerbong dapat ditem patkan di sa lah satu jalur di
emplasemen stasiun atas persetujuan Ppka;
2) selama rangka ian kereta/gerbong berada di jalur sebagaimana
pada butir 1) harus dalam pengawasa n Puk/Pug, rem parkir dalam
posisi "mengikat", stopblok terpasa ng serta uju ng kereta/gerbong
yang dekat wesel tidak melampa u i batas ruang bebas dan
dilindungi sem boya n 3;
3) Selama ja l u r isi, pada meja pelaya nan pera lata n persinya lan di
stasiun tersebut harus digantungkan/d ileta kka n sekeping papan
peringatan sebaga imana dalam pasa l 66 ayat (3) huruf c;
4) setiap pergera kan rangka ian kereta/gerbong selama dalam
pemeriksaan harus seizin Ppka/Pap dan dalam pelaksanaanya
harus dalam pengawasa n Puk/Pug.
c. Jalur Simpa n:
Setelah rangka ian dilangsir dan dilepas di jalur simpan, Ppka/Pap harus
memastika n ba hwa :
a. Rangkaian kereta/gerbong telah dihalangi dengan pelalau,
perintang, atau wesel pemisa h dari j a l u r kereta a pi, serta petugas
Puk/Pug telah mengikat rem parkir kereta/gerbong;
b. alat-a lat sebaga imana pada h u ruf a harus dalam keadaan terkunci,
terikat, ata u tersekat agar kereta/gerbong tidak menggelundung.

Paragraf 2
Kereta Rel Listrik dan Kereta Rel Diesel
Pasal 68
( 1) Apa bila perjalanan dinas kereta rel listrik ( KRL)/kereta rel diesel ( KRD)
bera khir, masinis harus menyerahka n KRL/KRD berikut laporan teknik
(T.200) ya ng telah diisi dan ditanda ta nga ni serta menya m paikan secara
lisa n tentang segala kejadian teknis KRL/KRD selama dalam menjalankan
dinas kepada Puk/Pu l di stasiun a khir.
(2) Sebelum menyera hka n KRL/KRD sebaga imana pada ayat ( 1), Masinis tida k
diperbolehka n meningga lka n KRL/KRD sebelum memastika n bahwa :
a . Rangkaian KRL/KRD tidak a ka n menggelundu ng, rem parkir telah
terikat dan roda telah diganjal denga n stopblok serta uju ng KRL/KRD
yang dekat wesel tidak melampaui batas rua ng bebas;
b. Rangkaian KRL/KRD tidak dimu ngkinkan digerakka n oleh orang ya ng
tidak berhak, pintu kabin masinis telah ditut u p dan diku nci.
(3) Setelah selesa i menjala nkan dinas:

IV-84 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 68

a. awak kereta api menyerahka n La pka kepada Ppka/Pa p untu k


selanjutnya disera hkan kepada J PAK sebagaimana diatu r dalam pasal
32 Su b-C berikut tabel kereta api (0. 100);
b. kondektu r menyera hka n :
1 ) Lkdr ya ng sudah diisi dan d itandata nga ni oleh kondektur
sebagaimana diatur dalam pasa l 33 Sub-C berikut ketera ngan
secara lisa n;
2) Su rat dinas lainnya (a pabila ada) kepada Ppka/Pap.
c. teknisi kereta api (Tka) menyerahka n :
Check list rangka ian kereta a pi yang sudah diisi d a n dita ndatanga ni
oleh Tka yang bersangkutan serta diketah u i oleh kondektur dan
selanjutnya diserahka n kepada Puk sta siun a khir.
(4) Untu k keperluan sta bling guna menu nggu dinasan berikutnya, rangka ian
KRL/KRD da pat ditem patka n di emplasemen stasiun atas pengaturan Ppka
stasiun ya ng bersa ngkuta n, dan a pa bila ditempatka n di:
a. Jalur uta ma ata u jalur langsir:
1) selama rangkaian KRL/KRD berada di jalur uta ma ata u jalur langsir
harus dalam pengawasan Puk, rem pa rkir dalam posisi "mengikat",
stopblok terpasa ng serta uju ng KRL/KRD ya ng dekat wesel tida k
melampa u i batas rua ng bebas;
2) setiap pergera ka n rangka ian KRL/KRD selama dalam pemeriksaa n
harus seizin Ppka/Pa p dan da l a m pela ksa naa nya harus dalam
pengawasa n Puk;
3) Selama jalur isi, pada meja pelayanan peralata n persinyalan di
stasiun tersebut harus digantu ngka n/diletakka n sekeping pa pa n
peringata n sebagaimana dalam pasal 66 ayat (3) huruf c.
b. Jalur Simpa n:
Setelah rangka ian berada di jalur simpa n, Ppka/Pap harus memastika n
ba hwa :
1) Ra ngka ian KRL/KRD telah diha langi denga n pelalau, perintang, ata u
wesel pemisa h dari jalur kereta a pi, serta petugas Puk telah
mengikat rem pa rkir KRL/KRD;
2) alat-a lat sebagaimana pada butir 1) harus dalam keadaan terku nci,
terikat, ata u tersekat agar KRL/KRD tidak menggelundung.

Edisi September 2011 IV-85


Pasal 69 Peraturan Dinas 19 Jilid I

Bagian Kesepuluh
Penutupan petak jalan untuk Perawatan Prasarana
Paragraf 1
Um u m
Pasal 69
( 1) Penutu pan peta k jalan u ntuk pekerjaan perawatan harus dalam waktu
kerja perawata n (Wkp) atau da pat di luar Wkp dengan ketentuan tidak
menyeba bkan penghentian operasi kereta a pi.
(2) Wkp sebaga imana pada ayat ( 1) diteta pkan dala m PTDO berdasa r Gapeka .

Paragraf 2
Permintaa n, Peneta pan, dan Pengu muman Penutu pan Peta k jalan
Pasal 70

A. Permfntaan Penutupan Petak Jalan


( 1) Permintaan penutupan petak jalan harus dilaku ka n sebagai berikut.
a. Disa mpaikan dengan su rat permintaan kepada J POD paling lambat 4
hari sebelumnya .
b. Dalam su rat permintaa n sebaga imana pada h u ruf a harus disebutkan :
1) lokasi petak jalan yang aka n ditutu p;
2) ha ri, ta ngga l, waktu mulai dan a khir penutupan petak jalan;
3) nama penanggung jawab di lokasi penut u pa n peta k jalan.

B. Penetapan dan Pengumuman Penutupan Petak Jalan


(2) Berdasar penetapan dari J POD, sa lah satu Ppka pada peta k jalan yang akan
ditutup menetapka n dan mengu mumka n penutupan petak jalan dengan
Warn, sebaga i berikut.
a. Pada peta k jalan jalur ga nda.
Dalam wa rta pengu muman harus dijelaskan hari,tangga l, wa ktu, dan
ja l u r hulu atau hilir, misal nya, mela l u i jalur h u l u, sebagai berikut.
ppka klct ..... (singkatan stasiun) s.d. ..... (singkatan stasiun)
hari ini...., ............ (hari, tanggal, bu/an, dan tahun) mulai
pukul..... (walctu mulai penutupan petak jalan) atau setelah
""
KA..... (nomor KA) masuk di...... (nama stasiun) J dilakukan
,,,,ru "J
penutupan petak JO . lan pada JO. Iur -.- . antara....... ...... .
-

""J
(nama stasiun) untuk pekerjaan perawatan prasarana dan
selesai pukul....... (walctu pembukaan petak jalan) atau
""
sebelum KA... (nomor KA) berangkat dari .•..(nama stasiun) J

IV-86 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 71

sebelum mulai kerja, ...... (jabatan penanggung jawab


perawatan) harus melapor ke stasiun ........... (nama stasiun
""
terdekat dengan lokasi pekerjaan) J.
ppka........... (stasiun pengirim)
b. Pada petak jalan jalur tu nggal.
Dalam wa rta pengu mu man, sebagai berikut.
ppka kkt ..... (singkatan stasiun) s.d. ..... (singkatan stasiun)
hari ini...., ............ (hari, tanggal, bu/an, dan tahun) mulai
pukul..... (waktu mulai penutupan petak jalan) atau setelah
""
KA..... (nomor KA) masuk di...... (nama stasiun) J dilakukan
""
penutupan petak 1alan an fara
• I
-....... ,nama
.....• sfas1un) )

untuk pekerjaan perawatan prasarana dan selesai pukul....... .

(waktu pembukaan petak jalan) atau sebelum KA...... (nomor


""
KA) berangkat dari ......... (nama stasiun) J
sebelum mulai kerja, .......... (jabatan penanggung jawab
perawatan) harus melapor ke stasiun ........... (nama stasiun
""
terdekat dengan lokasi pekerjaan) J.
ppka........... (stasiun pengirim)
"J
coret yang tidak dipergunakan
""J
nama stasiun diucapkan lengkap

Paragraf 3
Pengoperasia n Sarana Pemeliharaan Prasa rana
Pasa l 71
( 1) Mengoperasika n sarana pemeliharaan prasara na, baik di emplasemen
maupun di jalan bebas, harus diantar dan d iawasi oleh seora ng penganta r.
(2) Penga nta r sara na pemeliharaan prasarana sebagaimana pada ayat ( 1)
adalah petugas ya ng ditugaskan oleh kepa la u n it pelaksana teknis
perawata n prasa rana yang telah mempunyai ketera ngan kecaka pa n
penganta r sarana pemeliharaan prasarana ya ng dikeluarkan oleh pejabat
berwenang terkait ya ng harus berta nggu ng jawa b atas berlaku nya semua
ketentuan tentang memaka i dan menja la nka n sarana pemeliha raan
prasa rana.
(3) Sarana pemel iharaan prasa ra na ya ng tid a k mempunya i penggera k sendiri,
ha nya dapat dijala nkan pada peta k jalan denga n kelandaian tidak lebih
dari 5 %0.

Edisi September 2011 IV-87


Pasal 72 Peraturan Dinas 19 Jilid I

(4) Rangkaian sarana pemeliharaan prasa rana sebaga imana pada ayat (3)
harus memenuhi ketentuan sebaga i berikut:
a. tidak boleh lebih dari 8 ga ndar dan harus tera ngka i;
b. sarana pemelihara a n prasa rana ya ng perta ma dan terakhir harus
dilayani rem pa rkirnya;
c. dalam rangka ian sarana pemelihara a n prasa rana dengan muatan berat
harus tersedia:
1) pa ling sedikit 4 (em pat) buah stopblok;
2) lentera ata u lampu porta bel u ntuk penganta r sara na pemelihara a n
prasa rana pada m a l a m hari dan seka ligus penera nga n pada waktu
kerja atau muat bongka r;
3) pa ling sedikit 4 (empat) buah lentera sem boya n tanga n untu k
penera nga n tia p perl intasan ya ng a kan dilalui pada malam hari;
4) alat kom u nikasi ya ng da pat berhu bungan dengan kedua stasiu n
berdekata n pada peta k jalan ya ng bersa ngkuta n;
5) perlengkapan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan ( P3 K).

Paragraf 4
Tinda ka n Penga manan
Pasal 72

A. Tindakan Pengamanan Sebelum Petak Jalan Ditutup


( 1) KS/Ppka stasiun permulaan pada petak jalan ya ng ditutup harus
melakuka n tindaka n sebaga i berikut.
a. Mewa rta ka n kepada KS/Ppka stasiun berdekatan dan mela porka n
kepada Ppkp perihal wa ktu tutup peta k jalan.
b. Memastika n ba hwa KS yang berdekata n telah menerima
pemberita huan tentang penutupan petak jalan dan dicatat dalam buku
WK.
c. Memastika n dapat berkomunikasi denga n pengantar ya ng a kan
melakukan kerja perawata n prasa ra na pada waktu kerja perawatan di
peta k jalan.

B. Tindakan Pengamanan pada Waktu Petak Jalan Ditutup


(2) Setelah peta k jalan dinyata ka n ditutu p dan Ppka di kedua belah pihak
sudah memberikan izin, pena nggung jawa b perawatan dapat menjala nka n
sara na pemeliharaan ke lokasi pekerjaan.
(3) Pada saat sarana pemeliharaan a kan melewati perlintasan, harus
dilaku ka n tindaka n sebaga i berikut.

IV-88 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 72

a . J ika berpintu, penga ntar harus memberita huka n kepada penjaga


perlintasan u ntuk menutup pintu perlintasan.
b. J ika tida k berpintu, pada siang hari penganta r memperlihatka n bendera
merah ke a rah jalan raya, sedangka n pada malam hari penga ntar
meleta kkan lentera berca haya merah d i kiri dan ka nan jalur kereta api.
Selanjutnya setelah kendaraan perawatan melalui perlintasa n, perlintasa n
dibuka kem ba li dan kedua lentera berca haya merah dia ngkat dan dibawa
oleh sa lah satu pegawa i ya ng mengikuti kenda raan perawata n tersebut.
(4) Pada jalur ganda, a pabila penga nta r sa rana pemeliharaan pada ma lam hari
di jalan bebas melihat kereta a pi data ng dari ara h berlawa nan berja lan
mela l u i ja l u r yang sebelah, lentera m era h ya ng menghadap ke a rah
kedata nga n kereta api harus segera ditutu p.
(5) Selama petak jalan ditutup, langsiran keluar tanda batas la ngsir tidak
diperbolehka n .
(6) Selama petak j a l a n ditutup, KS/Ppka stasi u n ya ng berbatasa n harus
memasa ng sekeping pa pan peringata n sebagaimana dalam pasa l 63 ayat
(4) pada pesawat telepon anta rstasiun ata u pada pera latan blok ata u meja
pelayanan persinya lan elektrik di kedua stasiun pada petak jalan dan di
blokpos.

C. Tindakan Pengamanan pada Akhir Penutupan Petak Jalan


(7) Setelah pekerjaan selesai, pena nggung jawab perawata n harus memeriksa
dan memastika n ba hwa petak jalan a m a n u ntuk dila l u i oleh KA sebelu m
menyata ka n penca butan penutu pan peta k jalan.
(8) Apabila sarana pemelihara a n kembali ke stasiun, penganta r sarana
pemel ihara a n meminta izin masuk kepada Ppka stasiun ya ng dituju.
(9) Apabila penutu pan peta k jalan telah dinyataka n dicabut, kepa la u n it
pelaksa na teknis perawata n prasara na harus menya m paikan secara
tertulis kepada salah satu KS/Ppka pada peta k jalan ya ng ditutup ba hwa
pekerjaan perawatan telah selesa i dengan menyebutka n jam selesai
pekerjaan dan pernyataan peta k jalan siap dilalui.
( 10) KS/Ppka ya ng menerima penyataan tertulis sebagaimana pada ayat (9)
segera mewa rta ka n juga kepada KS/Ppka berdekatan dan mela porkan
kepada Ppkp.

Edisi September 2011 IV-89


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 73

BAB V
KETENTUAN PADA WAKTU PERJALANAN KERETA API TIDAK SESUAI
PERATURAN PERJALANAN
Bagian Kesatu
Tindakan pada Waktu Kereta Api Terlambat
Pasa l 73
( 1) Mencega h keterlambata n kereta api adalah salah satu kewajiba n bagi
petugas ya ng terkait denga n perjalanan kereta api.
(2) Perjalanan kereta api harus sesuai denga n jadwal ya ng telah ditentu ka n
dalam peratura n perjalanan. Apabila terjadi keterla m bata n ya ng melebihi
batas toleransi yang diizinka n, petugas ya ng terkait denga n perjalanan
kereta a pi harus menga mbil la ngka h-langka h u ntuk mengu rangi
keterlambata n perjalanan kereta a pi, antara la in, melakukan pemindahan
persila nga n ata u penyusulan.
(3) Petugas ya ng terkait dengan perjalanan kereta a pi sebaga imana pada ayat
( 1), anta ra lain,
a. Ppkp harus:
1) mengkoordinasika n stasiun-stasiu n di wilaya h pengaturannya
dalam rangka ketertiban dan kelanca ra n operasi kereta a pi;
2) meneta pkan pem inda han persilangan ata u penyusulan secara
cepat dan tepat;
3) berkoordinasi denga n Ppkp ya ng berdekatan.
b. Ppka harus:
1) melaksanakan peminda han persilanga n atau penyusulan ya ng
dilaku ka n secara cepat dan tepat denga n teta p mengutamaka n
keselamata n perja lanan kereta api;
2) melaksanakan koordinasi denga n Ppka ya ng berdekatan.
c. Ppka/Pap, masinis, dan kondektur harus beru paya meneka n
keterlam batan, misa l nya :
1) bongka r dan muat bara ng dilakukan cepat dan tertib;
2) naik turun penumpa ng dipercepat dan waktu berhenti kereta api
ya ng terlambat seda pat mu ngkin dikurangi (diperpendek) dengan
teta p memperhatika n keselamatan penu mpang;
3) apabila terpaksa melaku ka n la ngsira n, harus dilaku ka n denga n
cepat dan tertib;
4) jika keterla mbatan terjadi karena ganggua n lokomotif sehingga
tidak dapat menarik beba n rangka ian maksim u m, atas permintaan
masinis, beba n rangka ian tersebut dapat dikurangi denga n

Edisi September 2011 V-1


Pasal 73 Peraturan Dinas 19 Jilid I

melepas gerbong di stasiun, atau a pa bila mu ngkin lokomotif


tersebut diga nti.
(4) Apabila keterlambatan menyeba bkan tertib perjalanan kereta a pi harus
diubah ka rena tidak sesua i denga n peratu ra n perjala nan, harus di­
perhatika n tingkata n prioritas kereta a pi sebagai berikut.
a. Kereta api luar biasa u ntuk keperl uan dinas Peja bat Tinggi Negara,
misa lnya, Presiden dan Wakil Presiden Republik I ndonesia,
Ketua/Wa kil Ketua Majelis Perm usyawa rata n Rakyat/Dewa n
Perwakilan Ra kyat;
b. Kereta api penu mpang;
c. Kereta api bara ng; dan
d. Kereta a pi dinas (kereta a pi yang mengirim sara na, lokomotif
sendiria n, dan peralatan khusus).
(5) Setiap keterlambatan kereta a pi lebih dari 10 menit harus disa mpaikan
denga n warta keterlambata n oleh Ppka stasiun tempat permulaan terjadi
keterla m bata n, kecua l i keterla mbatan beberapa kereta a pi bara ng yang
ditetapka n oleh J POD ya ng bersangkuta n.
(6) Wa rta keterlambata n sebaga imana pada ayat (5) diala matka n kepada
Ppkp. Selanjutnya, Ppkp mem berita h u ka n keterlambata n kepada semua
stasiun ya ng akan dilewati kereta a pi yang terla mbat, sampai pada sa lah
satu stasiun sebagai berikut:
a. stasiun batas daera h;
b. stasiun batas pera l ihan pengenda lian PK;
c. stasiun tern pat dipo lokomotif ya ng terdekat;
d. stasiun tempat perga ntian awak sara na kereta api; dan
e. stasiun pengha bisa n kereta api ya ng terl a mbat dan apabila melewati
stasiun batas pengenda lian PK, pemberita huan dilanjutka n secara
bera ntai oleh Ppkp sebelahnya .
(7) Apabila kom u nikasi denga n Ppkp tidak dapat dilaku kan, wa rta
keterlambata n sebaga imana pada ayat (5) disa mpa ika n mela l u i telepon
anta rstasiun secara bera ntai kepada semua stasiun yang a kan dilewati
kereta a pi yang terla mbat sa mpai pada salah satu stasiun sebagaimana
pada ayat (6) dengan wa rta sebaga i berikut.
Ppka kkt....... s.d. ...... jpak..... kdt/kdl......
KA...... (nomor KA) lambat...... (keterlambatan dalam menit).
Ppka....... (Ppka stasiun permulaan terjadi keterlambatan) (k1)

V-2 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 73

Conteh :
Ppka kkt kdh s.d. jng jpak kdl jng
KA 103 lambat 13.
Ppka kw.
Ppka di stasiun kkt yang terjauh yang terima ka ba r keterlam bata n
berkewajiban meneruska n ka ba r keterla m bata n tersebut, kecua l i kalau
keterlambata n tersebut berku rang menjad i tidak lebih dari 10 menit.
(8) Wa rta keterlam batan sebaga imana pada ayat (5) harus disampa ika n
setelah dipastika n ba hwa berangkat ata u langsu ng kereta a p i a ka n
terlambat lebih dari 10 menit, wa rta tersebut harus disa mpa ika n
selambat-lambatnya 1 0 menit setelah wa ktu berangkat ata u waktu
langsung resmi dilampa u i.
Jika pada saat itu besar keterlambatan bel u m da pat diketa hui tepat, harus
dikirimka n terlebih da hulu ka bar sementara tentang besa r keterlam bata n
menu rut taksira n denga n wa rta sebaga i berikut.
Ppka kkt.......s.d. .......... jpak.... kdt/kdl...... .
KA... (nomor KA) lambat, taksiran... (keterlambatan dalam menit).
Ppka ....... (Ppka stasiun permulaan terjadi keterlambatan) (k2)
Conteh :
Ppka kkt kdh s.d. jng jpak kdl jng
KA 103 lambat, taksiran 36.
Ppka kw.
(9) Apabila keterlambata n yang telah dilaporka n sebaga imana pada ayat (5)
berta mbah atau berku ra ng dari 10 menit, harus dilaporka n juga oleh Ppka
stasiun tempat bertambah ata u berku ra ngnya keterlambatan tersebut
kepada Ppkp dan selanjutnya Ppkp menya m paika n kepada Ppka semua
stasiun yang telah menerima ka ba r keterlambata n sebelu m nya
sebagaimana pada ayat (6).
( 10) Apabila kom u nikasi dengan Ppkp tidak dapat dilakukan, keterlambata n
yang telah disa mpaikan sebaga imana pada ayat (5) berta mbah ata u
berku ra ng dari 10 menit, harus disa mpaikan juga oleh Ppka stasiun tern pat
berta mbah atau berkura ngnya keterla m batan tersebut kepada Ppka
sem ua stasiun ya ng telah menerima ka bar keterlam bata n sebelumnya
sebagaimana pada ayat (7).
( 11) Waktu tu nggu u ntuk kereta api ya ng bersambu nga n dengan kereta a pi lain
di stasiun persambu nga n relasi kereta api ditetapka n dalam PTDO.
( 12) Tata cara pengiriman wa rta keterlambatan sebaga imana pada ayat (5), (6)
dan (7) adalah sebaga i berikut.

Edisi September 2011 V-3


Pasal 74 Peraturan Dinas 19 Jilid I

a. Wa rta keterla mbatan harus disa m pa ikan dan diterima oleh Ppka
sendiri melalui:
1) telepon PK;
2) telepon anta rstasiun; atau
3) alat komu nikasi lain.
b. Wa rta keterla mbatan tersebut pada ayat (5), (6), dan (7) beserta
wa ktu penya mpaian dan wa ktu terima harus:
1) ditul iska n dalam buku WK;
2) diberi nomor dan dicatat dalam bentuk lapora n warta dinas,
sedangka n wa rta dinas tidak digu naka n kecua l i membuat salinan
kepada Kdt/kdl dan J PAK.
c. Wa rta keterlambatan ha nya boleh disa mpa ikan setelah ditu lis dalam
buku WK oleh Ppka.

Bagian Kedua
Pemindahan Persilangan
Paragraf 1
Um u m
Pasal 74
( 1) Persilanga n ya ng tercatat dan yang tida k tercatat dalam peratura n
perjalanan dapat dipinda hka n ke stasiun l a i n dengan tujuan u ntuk
mengu rangi keterla m batan suatu kereta api da n/ata u kereta a pi lainnya.
(2) Ketentuan umum pemindahan persilanga n
a. Pada waktu mempertimba ngka n peminda han persila nga n
sebagaimana pada ayat ( 1) harus mem perhatika n tingkata n prioritas
kereta a pi sebagaimana dalam pasal 73 ayat (4).
b. Persila ngan dapat dipindahka n :
1 ) ke stasiun yang terdekat; ata u
2) langsu ng ke stasiun ya ng melampa u i bebera pa stasiun, teta pi tida k
boleh melampa u i stasiun batas pera lihan PK, kecua l i Ppkp
menghendaki pemindahan persilangan melampaui stasiun batas
pera l ihan PK sebaga imana dalam pasal 75 ayat (5).
c. Persila ngan dua kereta api ya ng berhenti di setiap stasiun hanya boleh
dipinda hka n tia p kal i ke stasiun ya ng terdekat.

V-4 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 74

Conteh :
1 ) Apabila persilanga n kereta api T
langsung ( KA 23) denga n kereta s ---'-r----::::�.....,_--
api ya ng berhenti di tia p stasiun R ---''c::---:i�___.=- ___

( KA 124) terlam bat, harus dipin-


Q -___;�_ µc:____;:�---
dahkan. Pemindahan dapat dila-
ku ka n ke stasiun Q ata u sa mpai P
dengan stasiun T, yaitu stasiun o ---f--'-..----­
persilanga n baru a nta ra KA 23 dan N ="'"........
__ .._ ...,
,...__..- .......
_

KA 124 (periksa ga mbar 38).


Gambar 38

2) Apabila persilanga n kereta api


ya ng berhenti di tiap stasiun ( KA r ---=::.a..-----1---­
l24) denga n kereta api langsu ng 5 ---:::;:f=-'T----:;;;;r--­
( KA 23) yang sedang terlambat
harus dipindahkan. Pemindahan R
dapat dilakukan ke stasiun T ata u 0: --+-'-"---=.----1---­
ke stasiun peta k berikutnya secara p ---+----,�--­
beru ruta n sa mpai denga n stasiun
Q --4-=---__.._-+-
_ ---­
N, yaitu stasiun tempat persi-
langa n ba ru a ntara KA 23 dan KA
124 (periksa ga mbar 39).
Gambar 39
3) Apabila kereta a pi langsu ng ( KA p --.--.-"----r"--
43) terlambat, persilanga n kereta --4-- .....--_,,_._
Q
_
__

api la ngsu ng ( KA 46) dengan KA 43


dapat dipindahka n langsu ng hanya .R
ke stasiun V, sebaga i tempat S ----=E'-..,_-____,�----

berhenti KA 46 yang terdekat dari T -��...:;-"==-� ­


- �---
stasiun persilanga n resmi (yaitu
u ----..-'----=lr--.-L-
sta s i u n persilanga n menu rut
peratu ran perjalanan ata u stasiun V --:-1'-----.--.,,...-
.._ ----

persilanga n ba ru yang terpa ksa w ---..------7-t''------­


dipinda hka n lagi ke tempat
x -_-+------4'--+--
persilanga n ba ru).

Edisi September 2011 V-5


Pasal 74 Peraturan Dinas 19 Jilid I

Aka n teta pi, u ntuk mencegah keterlam batan KA 46, persilanga n


da pat dipinda hka n lagi dari stasiun V ke stasiun W (periksa ga mbar
40).

p �_...�
.., ��.,._ _____

4) Apabila KA 46 ya ng terlambat,
persila ngan KA 43 dengan KA 46 Q
da pat dipinda hka n langsu ng ha nya R .. �""'"""����-
.-�....�
ke stasiun Q. Akan teta pi, u ntuk $ �-=- ·...--
- ....--
- --�
mencega h keterla mbatan KA 43, T - ----:r--=J..:
- --'3.,--
---

persila ngan da pat dipinda hkan


u ---r''--�'----""'!;::...---­
j u ga dari stasiun Q ke stasiun P
(periksa ga mbar 41) V
w ._
�,..._ ____--4----

x -1----�-�--=\c--��

Gamba r 41
(3) Sebagai pedoman pemindahan persilangan bagi Ppkp dan Ppka di setiap
stasiun, oleh J POD dibuatka n dafta r peminda han persilanga n.
(4) Penetapan pemindahan persila ngan dapat dilakuka n :
a . Secara pengenda lian perjalanan kereta api; ata u
b. Secara pengatu ra n perjalanan kereta api.
(5) Penetapan pemindahan persilanga n secara pengendalian perjalanan
kereta api sebaga imana pada ayat (4) huruf a, dilaku ka n oleh Ppkp
berdasa rka n ketentuan u m u m sebagaimana pada ayat (2), seda ngka n
pelaksanaannya menjadi tanggung jawab Ppka stasiun ya ng bersa ngkuta n.
(6) Penetapan pemindahan persilanga n secara pengaturan perjalanan kereta
api sebaga imana pada ayat (4) h u ruf b, dilakukan denga n cara
persepakata n a ntar Ppka yaitu Ppka stasiun persilanga n resmi denga n
Ppka stasiun persilanga n ba ru
(7) Pengaturan perjalanan kereta a pi sebagaimana pada ayat (6) ha nya
dilaku ka n atas perintah Ppkp atau a pabila Ppkp tidak dapat berkomunikasi
denga n semua Ppka di wilaya h pengatura nnya d iseba bkan oleh gangguan
pera lata n komunikasi.

V-6 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 75

Paragraf 2
Pemindahan Persila ngan Secara Pengendalian Perjalanan Kereta Api
Pasa l 75
( 1) Apabila suatu kereta a p'I menga lami keterla m batan 10 menit atau lebih,
Ppkp harus berinisiatif u ntuk menetapkan pemindahan persilanga n setelah
bersepakat denga n Ppka stasiun persila ngan resmi dan Ppka stasiun
persila nga n baru, kemudian Ppkp memerinta hka n kepada kedua Ppka
stasiun tersebut denga n wa rta yang disa m pa ikan melal u i telepon PK
sebagai berikut.
perintah ppkp ..... (kode Ppkp) no (nomor urut) pukul....
. . • . ...

(waktu perintah).
Ppka............. (stasiun persilangan resmi) s.d Ppka........... .
(stasiun persilangan baru).
Persilangan KA ....... (nomor KA) dengan KA ...... (nomor KA)
ditetapkan di.......... (stasiun persilangan baru), laksanakan.
ppkp......, •.... (kode, nama Ppkp). (x1)
Conteh :
perintah Ppkp 8.1 n o 5 pukul 13.20.
Ppka A s.d Ppka C.
Persilangan KA 30 dan KA 175 ditetapkan di A, laksanakan.
Ppkp 8.1, martin.
Ppka stasiun persilanga n resmi dan Ppka stasiun persilangan ba ru
menjawa b berga ntian kepada Ppkp sebaga i berikut :
Ppkp ......... (kode ppkp),
perintah ppkp no.... (nomor perintah Ppkp) mengerti pukul..... .
(waktu mengerti), persilangan KA ..... (nomor KA) dengan KA .... .
(nomor KA) ditetapkan di........ (stasiun persilangan baru).
Ppka......... (nama stasiun) (x2)
Conteh :
Ppkp 8.1,
perintah ppkp 8.1 no. 5 mengerti pukul 13.21, persilangan KA 30
dengan KA 175 ditetapkan di A.
Ppka A.
Selanjutnya, Ppkp memastikan pelaksa naan pemindahan persilanga n ya ng
dilaksanaka n oleh Ppka bersa ngkuta n.

Edisi September 2011 V-7


Pasal 75 Peraturan Dinas 19 Jilid I

(2) Apa bila Ppka tem pat persilanga n resmi menga nggap perlu u ntuk
memindahkan persilangan, Ppka tempat persila ngan resmi harus
mengusulka n kepada Ppkp u ntuk ditetapka n tem pat persilangan baru,
setelah mengetah u i keterla m bata n kereta a pi ata u hal lain ya ng
menyeba bkan tidak dapat dilaksanakan persila ngan di stasiu nnya,
misal nya rel putus, gangguan wesel.
(3) Apa bila telah menda pat peneta pa n dari Ppkp, pela ksa naan pemindahan
persila ngan sebaga imana pada ayat (2) dilaksanaka n dengan
memperhatikan ketentuan sebaga i berikut.
a. Pada wa ktu hubungan blok normal, pela ksanaan dan pengawasan
pemindahan persilanga n dilakukan oleh Ppka ya ng bersa ngkuta n.
b. Pada waktu hubungan blok terganggu, pela ksanaan dan pengawasan
pemindahan persilanga n dilaku kan sesua i dengan ketentuan
sebagaimana dalam pasal 76 ayat (7).
(4) Apa bila Ppkp menghendaki pemindahan persila nga n lebih jauh dari stasiun
batas peralihan PK, Ppkp yang bersangkutan melaku ka n peru ndingan
denga n Ppkp berdekatan, dengan wa rta sebagai berikut.
Ppkp.......... (kode Ppkp pengendali stasiun persilangan baru).
dapatkah persilangan KA.... (nomor KA) dengan KA.... (nomor KA)
dilaksanakan di stasiun..... ? (stasiun persilangan yang diusulkan)
wilayah Ppkp..... (Ppkp pengendali stasiun persilangan baru)?.
Ppkp.........., .................. (kode, nama Ppkp pengendali stasiun
persilangan resmi). (x3)
Conteh :
Ppkp 5.2.
dapatkah persilangan KA 74 dengan KA 91 dilaksanakan di
stasiun C ? wilayah Ppkp 5.2 ?.
Ppkp 5.1, Robert.
Apa bila terjadi kesepakatan, Ppkp pengendali stasiun persila ngan baru
menya m pa ika n persetujuan pem inda han persilanga n tersebut dengan
wa rta sebaga i berikut:
Ppkp ....... (kode Ppkp pengendali stasiun persilangan resmi)
setuju persilangan KA.... (nomor KA) dengan KA... (nomor KA)
dipindahkan ke........ (stasiun persilangan baru)
Ppkp.........., .................. (kode, nama Ppkp pengendali stasiun
persilangan baru) (x4)

V-8 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 75

Conteh:
Ppkp 5.1
setuju persilangan KA 74 dengan KA 91 dipindahkan ke C
Ppkp 5.2, Gunawan
Ppkp pengenda l i stasiun persilanga n resmi menjawab sebaga i berikut.
Ppkp ......... (kode Ppkp pengendali stasiun persilangan baru)
mengerti pukul........ (waktu mengerti)
persilangan KA.......... (nomor KA) dengan KA....... (nomor KA)
dipindahkan ke stasiun.... (stasiun persilangan baru).
Ppkp.........., .................. (kode, nama Ppkp pengendali stasiun
persilangan resmi) (x5)
Conteh :
Ppkp 5.2
mengerti pukul 13.00
persilangan KA 74 dengan KA 91 dipindahkan ke stasiun C.
Ppkp 5.1, Robert
Kemudian, Ppkp persila ngan ba ru memerinta hkan kepada Ppka stasiun
persila nga n baru, dan Ppkp pengendali stasiun persilangan resmi
memerintahka n kepada Ppka stasiun persila ngan resmi dengan wa rta ya ng
disam pa ikan mela l u i telepon PK serta kedua Ppka melaksanaka n
ketentuan sebagaimana pada ayat ( 1).
(5) Setia p peneta pa n pem inda han persilangan sebaga imana pada ayat ( 1)
atau (5), oleh Ppkp harus diberi nomor dan ditu lis dalam buku catata n
kereta a pi (catka), dan oleh Ppka harus dicatat dalam buku WK.
(6) Selama hu bunga n blok normal, berlaku ketentuan sebagai berikut.
a. Masinis dibebaskan atas pengawasan persilangan sehingga
pem inda han persilanga n pada bagia n jalan ata u peta k jalan tersebut
tida k perlu diberitahu, dan bentu k pemberitahuan tentang
pem inda han persilanga n ( Ptp) tidak perlu diberika n.
b. Warta penetapan pem inda han persila nga n harus dilaku ka n oleh Ppkp
sebelum Ppka stasiun persilangan melayani hubunga n blok untuk
kereta api ya ng akan bersilang.
c. Ppkp harus mengingatka n kepada Ppka tenta ng kewajiba nnya untuk
memberita huka n kepada petugas penjaga perl intasan dan petugas
perawata n prasara na di peta k jalan tenta ng pem inda han persilanga n
melal u i a lat komunikasi.

Edisi September 2011 V-9


Pasal 75 Peraturan Dinas 19 Jilid I

d. Ppkp senantiasa menginformasikan kepada masinis tentang situasi


yang tidak sesuai dengan peratura n perjalanan, misalnya posisi kereta
api lawa n persilanga n.
(7) Apa bila h u bu nga n blok terganggu, berlaku ketentuan sebaga i berikut.
a. Ppkp harus memberitah u ka n kepada masinis tenta ng gangguan
tersebut.
b. Ppkp harus mengingatkan kepada Ppka stasiun ya ng terkait denga n
pemindahan persilanga n untuk:
1) memberika n Ptp kepada masinis kereta a pi.
2) memberitahukan kepada petugas penjaga perlintasan dan petugas
perawata n prasa ra na di petak jalan.
c. Ppkp harus mengingatkan Ppka u ntuk memberhentika n luar biasa
kereta a pi ya ng berjalan langsu ng guna pemberian Ptp kepada masinis.
d. Ppkp harus memerintahka n kepada Ppka tem pat berhenti tera khir
kereta a pi ya ng akan, sudah, atau harus bersila ng. Dan selanjutnya,
untuk memberikan Ptp kepada masinis tentang persila ngan ya ng akan
terjadi di stasiun persilanga n ba ru .
e. Ppkp harus memerintahka n kepada Ppka tem pat berhenti tera khir
kereta api ya ng a kan bersilang u ntuk memberika n Ptp kepada masinis
tentang persila ngan kereta api yang a ka n terjadi dan ya ng sudah
terjadi (sebaga imana dalam pasal 74), ata u ya ng harus bersila ng
(sebagaimana dalam pasal 30 Su b-C) di stasiun persilangan ba ru.
Perintah Ppkp........ (kode Ppkp) no........ (nomor perintah)
pukul...... (waktu perintah)
Ppka........... (nama stasiun tempat berhenti terakhir) agar
memberi Ptp kepada masinis KA.......... (nomor KA),
akan/sudah/harus bersilang dengan KA....... (nomor KA)
di........... (nama stasiun persilangan baru) Persilangan
di........... (nama stasiun persilangan resmi) batal.
Ppkp...., ....... (kode, nama Ppkp) (x6)

V-10 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 75

Conteh :
Apa bila persilanga n KA 25 denga n
242 di P dipinda hkan ke stasiun S
m a ka stasiun N memberika n Ptp
s -__._,.-----==��--
kepada masinis KA 25 sebaga i
R --�--'F�=----- berikut.

Q -----=i..--...c:...-=-�
.:...._ --- Perintah Ppkp 3.1 no 5 pukul
19.20
p ----'-h----
Ppka N agar memberi Ptp kepada
0 ----1��--i...-
.- ­ masinis KA 25, akan bersilang
dengan KA 242 di S Persilangan di
N _
_ ._ _...,,___,__
___,...,.,._
P batal.
Ppkp 31, Sahrul
Gambar 42

Apa bila persilanga n KA 27 denga n


,- ----;1f----­
T ----t==:i,,,- KA 240 di U dipinda hkan ke stasiun
Q m a ka stasiun N memberikan Ptp
s -� ----=a1"-=-�-��� kepada masinis KA 27 sebaga i
berikut.
" ..._"f"-----�
R --"""'F'""""'--
Perintah Ppkp 3.1 no 5 pukul
a ----------­
19.20
P ----------- Ppka N agar memberi Ptp kepada
masinis KA 27, sudah bersilang
0 ----+----------
dengan KA 240 di Q persilangan
- -
- ---'-.---
N -==.-"---''--------.-''---- -- - di U batal.
Ppkp 31, Sahrul
Gambar 43

Edisi September 2011 V-11


Pasal 76 Peraturan Dinas 19 Jilid I

Apabila KA 57 harus bersilang


denga n 506 di Q maka stasiun N
s _._..,...�
.. ...
��....� �---� memberika n Ptp kepada masinis
R ----t::::--
-- � :-
'c:::--r-

KA 57 sebagai berikut.
Perintah Ppkp 3.1 no 5 pukul
Q ---=T- --- ==r-r- -­

19.20
P --__,,,.----F-==--....._� Ppka N agar memberi Ptp kepada
masinis KA 57, harus bersilang
0 -
- ----- -+----
dengan KA 506 di Q.
N ------..--'----� Ppkp 31, Sahrul

Paragraf 3
Pemindahan Persila ngan Secara Pengaturan Perjalanan Kereta Apt
Pasal 76
( 1) Apa bila atas perintah Ppkp ata u telepon PK terganggu, inisiatif u ntuk
memindahkan persilangan harus dilakukan oleh Ppka stasiun tempat
persila ngan sebagaimana dalam pasa l 74 ayat ( 1) yang diteta pkan dalam
peraturan perjalanan.
a. Apabila KA 236 terlambat (periksa ga mba r 45, 46, dan 47), inisiatif
pemindahan persilanga n aka n dilaku ka n oleh Ppka P kepada Q.
.-
torlamba
. . . � -

Q ---'<:::::=-----:�,-- Q --'-=----"k--­ Q

p -=-.--:::t--"'"
:;;;0 -=t-­ p

o ---.,.L=--- 0

Gambar 45 Gamba r 46 Gambar 47


Peneta pa n pemindahan persilanga n denga n warta x6 sebagaimana
pada ayat (4) harus dilakukan oleh Ppka stasiun persilanga n resmi.
b. Ppka Q ya ng telah ditetapkan sebaga i tempat persilanga n ya ng
dipinda hka n u ntuk KA 236 dan KA 233, jika perlu, da pat melaku kan
inisiatif juga u ntuk meminda hka n persila ngan ke stasiun yang lebih
jauh (misa lnya S) ata u kembali ke sa lah satu stasiun lebih dekat
(misa lnya R) setelah memperkira ka n ba hwa KA 236 bertambah
keterlambata nnya sehingga diperkiraka n tida k dapat bersilang dengan
KA 233 di stasiunnya, denga n cara pemindahan persilangan
sebagaimana pada h u ruf a .

V-1 2 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 76

(2) Ppka ya ng berkewajiban melaku kan inisiatif atau yang berkewajiban


menetapkan pemindahan persilanga n sebaga imana pada ayat ( 1) setelah
mengetahui keterla mbatan kereta api yang menyebabka n pemindahan
persila nga n, harus segera menca ri ketera ngan denga n a lat kom unikasi
tentang perjalanan kereta a pi lawan persilanga n.
Selanjutnya, pemindahan persilanga n da pat dilaku ka n, a pa bila ternyata
ba hwa kereta a pi lawan persila ngan tida k terlambat atau sedikit
keterla mbata nnya, dan da pat diteruskan perja lanannya melampaui stasiun
persila nga n resmi sampai pada stasiun persilanga n ba ru dengan tidak
menahan terlalu lama perja lanan kereta a pi ya ng terlam bat atau ya ng
besar keterlambata nnya .
(3) Pem inda han persilanga n harus dilakukan dengan wa rta perjalanan dan
apabila telepon antarstasiun terganggu, dapat menggu nakan telepon PK
dengan seizin Ppkp.
(4) Apabila persila ngan dari stasiun P harus d ipinda hkan ke stasiun Q, Ppka P
menya m paikan wa rta kepada Ppka Q sebagai berikut.
Ppka P : Ppka Q, dapatkah persilangan KA.... (nomor KA)
dengan KA.... (nomor KA) dilaksanakan di Q? (x7)
Penu l isa n dalam buku WK.
Q. dapatkah persilangan ka.... (nomor KA) dengan
ka........ (nomor KA) dilaksanakan di Q (nama
stasiun)?. P. (x6a)
Apabila Ppka Q menyetujui dijawa b dengan wa rta sebaga i berikut.
Ppka Q : Ppka P, persilangan KA...... (nomor KA) dengan
KA....... (nomor KA), ditetapkan di Q (nama stasiun),
persilangan di P (nama stasiun) batal. (xB)
Penu l isa n dalam buku WK.
P. persilangan ka....... (nomor KA) dengan ka ...... .
(nomor KA), ditetapkan di Q (nama stasiun),
persilangan di P (nama stasiun) batal. Q. (xBa)
Warta xB dialamatkan juga kepada Ppka blokpos di a ntara P dan Q (jika
ada).
Setelah warta xB tersebut oleh Ppka P da n oleh Ppka blokpos yang mene­
rima nya dijawab denga n warta "mengerti" yang dilengka pi waktu
penerimaan serta singkata n nama stasiun dan blokpos, pemindahan
persila nga n dapat dilaku kan sebaga i berikut.
Ppka P : Mengerti. Pukul .............. (waktu mengerti)

Edisi September 2011 V-13


Pasal 76 Peraturan Dinas 19 Jilid I

Penu l isa n dalam buku WK.


Q. mengerti............ (waktu mengerti). P.
Apa bila Ppka Q tidak da pat menyetujui peminda han persilangan tersebut,
warta x6 dijawab sebaga i berikut.
Ppka Q : tidak. persilangan KA .... (nomor KA) dengan KA.....
(nomor KA) di Q tidak mungkin (x9)
Penu l isa n dalam buku WK.
P. tidak. persilangan ka .... (nomor KA) dengan ka ...
(nomor) di a tidak mungkin. Q. (x9a)
Nomor-nomor kereta api harus ditulis denga n h u ruf bila nga n angka, misa l
nya, KA 132 ditu lis KA satu tiga dua.
Warta tersebut di atas tida k boleh diubah sedikit pun. Warta yang ku ra ng
jelas atau tidak sesua i denga n bentuk ya ng ditetapka n dia nggap tida k sa h
dan harus dimintakan perba ika n atau diulangi.
Warta Xl, XB , dan X9 harus ditu lis dalam bu ku WK, diberi nomor, dan
dicatat dalam lapora n warta (bentuk 142), seda ngkan wa rta dinas (bentuk
131) tida k dipergu naka n .
(5) Pada gambar 48 terlihat persilangan KA 25 denga n KA 242 di stasiun P.

Apa bila persila ngan KA 25 denga n


��----ilF-l'�
KA 242 di P dipinda hka n ke stasiun
R -
- -----

ya ng melampui stasiun terdekat,


Q -- --=:i..---+-=--=---=
- -
--�- misa lnya ke S, pemindahan tersebut
p ----'�•.,.________
harus dilakuka n sebaga imana pada
ayat (4).
0 ------lf--..__,_----'-.--

Gambar 48
Apa bila Ppka stasiun S menyetuju i pemindah a n persilangan, perta nyaa n
tersebut dijawa b secara wa rta kkt d a n diala matka n kepada Ppka stasiun Q
dan R sebaga i berikut.

V-1 4 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 76

Ppka kkt P s.d. R.


persilangan KA.... (nomor) dengan KA.... (nomor), saya tetapkan
di S (nama stasiun), persilangan di P (nama stasiun) batal.
Ppka S.
Selanjutnya, setelah Ppka Q dan R (yaitu stasiun ya ng terleta k di antara P
dan S) beserta semua blokpos menjawa b dengan warta :
mwk kkt no............ (nomor warta ka) mengerti Ppka........... .
maka pem indahan persila ngan dapat dilakukan.
Warta xl, xB, dan jawaban tersebut harus ditu lis dalam buku WK, diberi
nomor, dan dicatat dalam la poran wa rta (bentuk 142), seda ngkan warta
dinas (bentuk 131) tidak dipergunakan.
(6) Selama hu bunga n blok normal, berlaku ketentuan sebagai berikut.
a. Masinis dibebaskan atas pengawasan persilangan sehingga
pem inda han persilanga n pada bagia n jalan ata u peta k jalan tersebut
tida k perlu diberita hu, dan bentuk Ptp tidak perlu diberika n.
b. Warta pemindahan persilangan harus selesa i sebelu m pelaya nan blok
dilaku ka n .
c . Ppka berkewajiban u ntuk memberita h u kan kepada petugas penjaga
perl intasa n dan petugas perawata n prasarana di petak jalan tenta ng
pem inda han persilanga n melal u i alat kom u nikasi dan semboya n genta.
(7) Apabila hubunga n blok terganggu, berlaku ketentuan sebaga i berikut.
a. Ppka harus memberitah u ka n kepada masinis tenta ng gangguan
terse but;
b. Setelah menda pat pemberitahuan sebaga imana pada huruf a, masinis
juga berkewajiban atas pengawasan persilangan;
c. Ppka stasiun persilanga n resmi, ya itu stasiun ya ng melaku kan inisiatif
u ntuk pem inda han persilangan sebagaimana pada ayat (2) harus
melakukan tindaka n sebagai berikut.
1) Pa p atas perinta h Ppka harus memberita h u kan pemindahan
persilanga n tersebut kepada masinis serta memberikan bentuk
pemberita huan tentang pemindahan persilanga n ( Ptp) denga n
bentuk 89 sebaga imana pada lampira n 1, dengan ketentuan:
a) pem berian Ptp kepada masinis harus dilaku ka n memaka i tanda
penerimaan;
b) dalam Ptp disebutka n nama sta siun persila ngan ya ng resmi dan
yang baru;
c) pem berian Ptp mengandung perintah bahwa kereta api harus
meneruskan perjalana nnya dengan tidak perlu menu nggu
kereta api lawa n persila nga n.

Edisi September 2011 V-15


Pasal 76 Peraturan Dinas 19 Jilid I

2) Ptp sebaga imana pada butir 1) dibuat ra ngkap 2 (dua):


a) Lembar 1 yang diberikan kepada masinis dilekatka n pada
lapora n kereta a pi;
b) Lembar 2 ditingga l dalam buku dan dilekatkan tanda terima Ptp
dari masinis.
3) Memberita huka n kepada petugas penjaga perlintasan dan petugas
perawata n prasa rana di petak jalan tentang pemindahan
persila ngan dilakuka n oleh Ppka/Pa p melalui a lat kom u nikasi dan
semboya n genta .
d. Apabila kereta a pi tidak terla m bat ata u ya ng paling sedikit
keterlambata nnya, yaitu kereta api yang dipinda hkan persilangannya,
men u rut peratu ran perjalanan tidak berhenti di stasiun persilangan
resmi ya ng melakuka n inisiatif tersebut, kereta api tersebut harus
diberhentika n sebagaimana dalam pasa l 86 ayat (3).
Pem berhentian kereta a pi tersebut tida k perlu dilaku kan jika
ketentuan sebagaimana pada huruf f ayat ini dapat dipenuhi.

Sebaga imana terlihat pada


s _ :l "----­
_,,,r-----::IT
gamba r 49, jika persila ngan KA 25
R -- --'-.:=--
- -'F---"'-'-c=--
--­ dengan KA 242 ya ng mengalami
kelambata n a ka n dipinda hka n
a ------'=---"�____:::i.....---- dari P ke S, maka KA 2 5 harus
diberhentika n di P, kecua l i jika KA
25 tela h diberi Ptp di N . KA 25
ha nya d iberhentika n di S jika KA
242 belu m masuk.

Gambar 49
e. Tata cara pem berian Ptp adalah sebagai berikut.
1) Apabila kereta api yang terlambat sudah harus bersilang dengan
kereta api lawa nnya sebelu m sam pa i di stasiun persilanga n resmi,
kepada masinis kereta a pi ya ng terlambat diberikan Ptp oleh Ppka
stasiun persila ngan ya ng baru denga n catata n ba hwa persilanga n
sudah terjadi di stasiun yang bersangkutan.
2) Untu k pemberian Ptp, kereta api langsu ng harus diberhentikan luar
biasa sebaga imana dalam pasal 86 ayat (3). Pemberhentian
tersebut tida k perl u dilaku ka n jika ketentua n sebaga imana pada

V-1 6 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 76

huruf f ayat ini da pat dipenuhi dan kereta a pi lawan persilangan


ya ng tidak terlam bat ata u yang pal ing sedikit keterla m batannya
sudah datang dan diberhentika n di stasiun persilanga n ba ru
tersebut.
3) Di stasiun persilanga n resmi kereta api ya ng terlambat tidak perlu
diberhentika n jika menurut peratu ran perjalanan berja lan
la ngsung.

u --- .1.;�i\\:ioi-..
- 1--
- --­

T -
- ��=----Jf-- --­

Pada ga mbar 50 terl ihat bahwa


S ---c::::-"'""-
:;;;1 -=r
- -.;;;i1;-----
KA 27 harus diberhentika n di Q
untuk pemberian Ptp, kecua l i
R ---1=-=='---...,,,__
,_, ____
jika ketentuan tersebut pada
huruf hayat ini da pat dilaku ka n
Q --of-----.....----
d a n KA 240 telah data ng dan
diberhentika n di Q, sedangka n
di U KA 27 berja lan la ngsu ng
men u rut peratura n perjalanan.

Gambar 50
f. Ppka ya ng seha rusnya memberhentika n kereta api la ngsung di
stasiunnya untuk pemberian Ptp kepada masinis da pat mem inta
kepada Ppka stasiun tempat berhenti kereta api tersebut yang tera khir
u ntuk membuatka n dan mem berika n Ptp.
1) Permintaan tersebut harus disa mpaikan denga n warta xl
sebagaimana pada ayat (4) kepada Ppka stasiun pem berhentia n
terakhir dita mbah dengan ka limat di bawa h ini.
Ppka ........ (nama stasiun) diminta memberi Ptp kepada
petugas KA.......... (nomor KA)
Pada ga mbar 49 permintaan tersebut dikirim oleh Ppka S kepada
Ppka N, seda ngka n pada gambar 50 Ppka Q kepada Ppka N .
2 ) Jika perm intaan tersebut da pat d ipenu hi, Ppka yang menerima
warta Xl yang memakai ta mbahan sebaga imana pada butir 1)
harus membalas dengan wa rta sebaga i berikut.
mwk kkt no......... (nomor warta ka) mengerti Ptp sudah
saya berikan.
Ppka.... (nama stasiun)

Edisi September 2011 V-17


Pasal 77 Peraturan Dinas 19 Jilid I

Wa rta balasan tersebut pada ga mbar 49 oleh Ppka N diala matkan


kepada Ppka P dan Ppka S, seda ngka n pada gambar 50 oleh Ppka N
kepada Ppka Q.
3) Berdasa rka n ba lasan sebaga imana pada butir 2), kereta a pi
langsu ng yang tida k terlambat ata u pa ling sedikit
keterla m bata nnya di stasiun persila nga n resmi P dan di stasiun
persila ngan baru S tidak perlu diberhentikan (periksa ga mbar 49).
4) Apabila kedua kereta a pi di stasiun persila ngan baru menurut
peratu ran perjalanan berjalan la ngsu ng (periksa ga mbar 49),
kereta api ya ng datang lebih dahulu harus diberhentika n luar biasa
di jalur belok sebagaimana dalam pasal 86 ayat (3), sedangka n
yang datang dari a rah berlawanan da pat berjalan langsung melalui
ja l u r l u rus.
g. Pencatata n tentang pemindahan persila nga n dalam Lapka dikerjaka n
oleh masinis.
h. Setelah pemindahan persila ngan selesa i dikerjaka n, pertu ka ran warta
kereta a pi harus dilakukan.
(8) Apa bila hubunga n blok berfu ngsi baik, pemberian Ptp tidak perlu
dilaku ka n, sedangka n pem berita huan pemindahan persila ngan kepada
petugas perawata n prasara na di jalan bebas dan penjaga perlintasan
tetap dilaku ka n mela l u i alat kom u nikasi dan semboya n genta .
(9) Apa bila wa rta pemindahan persila ngan ditetapka n setelah blok dibuka,
pera lata n blok tida k berlaku untuk melayani kereta api ya ng
bersangkutan dan dia ngga p sebaga i gangguan blok. Dengan demikian,
sebelum petuka ran warta pem inda han persila ngan dimulai:
a. wa rta masuk harus diwartakan u ntuk kereta a pi yang terakhir
melewati peta k jalan tersebut;
b. blok ya ng telah dibuka u ntuk kereta api yang tidak jadi berangkat
harus dibata lka n dengan wa rta sebagaimana dalam pasal 37 Sub-G .

Paragraf 4
Kewajiban Masinis atas Pengawasa n Persilangan
Pasal 77
( 1) Pada waktu hubunga n blok normal, masinis dibebaskan atas pengawasan
persila ngan.
(2) Pada waktu hu bungan blok terganggu, Ppka harus mem berita h u kan
kepada masinis tenta ng gangguan tersebut dan mencatat dalam Lapka.
Sela njutnya, masinis berkewajiban atas pengawasan persilanga n.

V-1 8 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 78

(3) Selama masinis berkewajiban atas pengawasa n persilanga n sebaga imana


pada ayat (2) maka.
a. Kereta api tidak diperbolehka n berjalan langsu ng melewati stasiun
tempat persilangan atau berangkat dari stasiun tempat persilanga n
sebelum masinis memastika n bahwa kereta api lawan persilanga n
(yang tercatat dalam Lapka, tabel kereta a pi, atau Ptp) sudah masuk.
b. Ketentuan sebaga imana h u ruf a tida k berla ku jika persilanga n ternyata
telah dipinda hkan lagi ya ng dibuktika n dengan Ptp sebaga imana dalam
pasal 76 ayat (7) huruf c yang telah diterima oleh masinis.
c. Apa bila masinis kereta api langsung tidak menda pat kepastian bahwa
kereta api lawa n persila ngan sudah masuk, masm1s harus
menghentikan kereta apinya dan meminta penjelasa n kepada
Ppka/Pap.

Paragraf 5
Persilangan ( Pemindahan Persilanga n) Yang Bersifat Khusus
Pasa l 78

A. Ketentuan Tentang Persilangan Kereta Api yang Sedang Melayani Jalur Simpang
Panjang
( 1) Apabila dalam dafta r wa ktu, Malka, Wa rn, tabel kereta api dan Lapka
suatu kereta api ya ng diteta pka n untuk melayani jalur simpang ya ng
terhubung langsu ng denga n emplasemen suatu stasiun ya ng terda pat
persila nga n tercatat, harus dilaku ka n dengan ketentuan sebaga i berikut:
a. pada wa ktu hubungan blok normal, masinis dibebaskan dari
pengawasan persilanga n sebaga imana dalam pasal 77 ayat ( 1);
b. pada waktu h u bu nga n blok terganggu,
1) Jika kereta a pi selama di jalur simpang tidak kelihata n dari stasiun
a) Setelah kereta api tiba di stasiun dan akan berangkat menuju
ke ja l u r simpang sebelum kereta api lawan persilangan tiba,
masinis dan kondektur harus menyera hkan Lapka kepada
Ppka/Pap. Setelah kereta a pi kembali dari jalur simpa ng,
Ppka/Pap memberita hukan kepada masinis tenta ng terjadinya
gangguan hubunga n blok d a n semua persilangan yang telah
terjadi selama kereta api berada di jalur simpa ng.
b) Dalam Lapka oleh Ppka/Pap dicatat sebaga i berikut:
Hubungan blok terganggu dan persilangan dengan
KA.... (nomor KA) telah terjadi di sini. Ppka/pap..... .
(singkatan nama stasiun dan tanda tangan).

Edisi September 2011 V-19


Pasal 78 Peraturan Dinas 19 Jilid I

c) Catata n sebagaimana pada butir b) h a rus diberika n juga dalam


Lapka kereta api ya ng bersilang dan berangkat meneruska n
perjalanan sebelum kereta a pi yang berada di j a l u r simpang
kembali dari ja l u r simpang. Disa m ping itu oleh Ppka/Pa p
diberita hukan secara lisa n kepada masinis sebagai berikut:
ka......... sudah datang dan sedang langsir dijalur simpang.
d) Apa bila kereta api ya ng bersilang denga n kereta api yang
masuk di ja l u r simpang men u rut peratura n perjalanan berjalan
la ngsu ng, pemberitahuan dilaku ka n dengan cara
memberhentika n kereta api sebagaimana dalam pasa l 86 ayat
(3) dan dilaku ka n pencatata n sebagaimana pada butir b).
e) Masinis ya ng telah menda pat pemberita huan ba hwa h u bu nga n
blok terganggu sebagaimana pada butir b) berkewajiban juga
atas pengawasan persilanga n sebaga imana dalam pasal 77 ayat
(2).
2) Jika kereta api selama di jalur simpang kelihatan dari stasiun
berlaku ketentuan biasa tentang keamanan perjalanan kereta api
yang bersilang pada waktu terjadi gangguan blok.

B. Ketentuan Tentang Persilangan Tercatat dengan Kereta Api


yang Tidak Terlihat Lagi
(2) Apa bila suatu kereta api men u rut catata n harus bersila ng, tetapi kereta api
lawa n persila nga n tidak terlihat di stasiun tempat persilangan, harus
dilaku ka n dengan ketentuan sebaga i berikut.
a. Pada wa ktu hubungan blok normal, m asinis dibebaskan dari
pengawasa n persilanga n sebagaimana dalam pasa l 77 ayat ( 1).
b. Pada wa ktu hu bunga n blok terga nggu :
1) Ppka/Pap harus memberika n ketera ngan secara lisan kepada
masinis kereta api tersebut tentang terjadinya gangguan hu bungan
blok dan kereta api yang tidak terlihat serta mencatat dalam Lapka
sebaga i berikut.
Hubungan blok terganggu dan persilangan dengan
KA........... telah terjadi di sini Ppka/Pap....... (singkatan
nama stasiun dan tanda tangan).
Sebagai contoh :
1. ketika KA 441 ya ng terlambat datang di stasiun tempat
persilanga n P, KA 440 tida k terlihat lagi di stasiun tersebut
karena .
a . pada gambar 51, KA 440 sudah dila ngsir;

V-20 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 78

b. pada gambar 52, KA 440 sudah bera ngkat masuk jalur


simpang;
c. pada ga mbar 53, KA 440 sudah berangkat masuk petak jalan
jalur ganda.

terlambat ter1arnbat 1erlembal

Gamba r 51 Ga mbar 52 Gambar 53


2. a pabila KA 441 menurut peratura n perjalanan di P berjalan
langsu ng seperti pada ga mbar 53, pemberita huan dilaku kan
setelah memberhentikan kereta api sebaga imana dalam pasa l
86 ayat (3).
2) Setelah masinis menerima pemberita huan sebaga imana pada butir
1), masinis juga berkewajiban atas pengawasan persilanga n
sebagaimana dalam pasal 77 ayat (2).

C. Ketentuan tentang Persilangan Tidak Tercatat Berubah Menjadi Tercatat karena


Keterlambatan
(3) Apabila persilanga n tida k tercatat beru bah menjadi tercatat karena
keterlambata n kereta api, harus dilaku ka n dengan ketentuan sebagai
berikut.
a. Pada waktu hu bunga n blok normal, tidak perl u dilaku ka n pemberia n
Ptp kepada masinis, dikarenakan masinis dibebaskan dari pengawasan
persilangan sebagaimana dalam pasal 77 ayat ( 1).
b. Pada saat hu bunga n blok terganggu, harus dilaku kan pemberian Ptp
kepada masinis, sebagai berikut.
1) Pada ga mbar 54 terlihat bahwa KA 845 di stasiun P bersilang
dengan KA 832, dan sesua i dengan ketentuan sebaga imana dalam
pasa l 30 Sub-C disebut persila ngan ya ng tida k tercatat.
Apabila KA 832 terlambat sehingga bersilang denga n KA 845 di R,
ya ng semula persilangannya tidak tercatat di P menjadi persilanga n
tercatat di R.

Edisi September 2011 V-21


Pasal 78 Peraturan Dinas 19 Jilid I

Ppka P melaku ka n inisiatif u ntuk pemindahan persilanga n KA 845


denga n KA 832 ke R. Atas inisiatif tersebut, Ppka R menetapka n
pemindahan persilangan KA 845 denga n KA 832 menurut
ketentuan sebagaimana dalam pasa l 76.

Persila nga n KA 845 denga n


T _.�---"""-r-�r--­
KA 832 di R yang berganti
S ----'--.-----'..,__...,..c'--­ sifat menjadi persilanga n
R ·----=-----,r;:=-
tercatat, tidak perlu dicatat
dalam Lapka, cukup
0 -- -"""+--�'---+---
-"" ---

d iberitah u kan secara lisa n,


teta pi harus dibuat Ptp
u ntuk masinis KA 845 dan
dalam Lapka dicatat perihal
N ------
gangguan blok.
Gambar 54
Pem berian Ptp berlaku ketentuan sebaga imana pada pasa l 76 ayat
(7) h u ruf c sam pa i denga n huruf h.
Apabila KA 832 seperti pada ga mbar 54 berjalan langsu ng, di R
harus diberhentikan sebagaimana da l a m pasa l 86 ayat (3), kecua l i
jika Ptp telah diberikan di stasiun tem pat berhenti KA 832 yang
tera khir (stasiun S). Sela njutnya, berl a ku ketentuan yang sa ma
denga n pemindahan persilangan tercatat.
2) Pada gam ba r 55 terl ihat ba hwa persila ngan KA 847 denga n KA 844
di P, dan sesuai dengan ketentuan sebaga imana dalam pasa l 30
Su b-C disebut persilanga n yang tidak tercatat.
Apa bila KA 844 terlam bat,
sehingga harus bersilang denga n
KA 847 di stasiun R sehingga
persila nga n berganti sifat
menjadi persilanga n tercatat.
R ---""l=----'=f-r---�
Selanj utnya, KA 847 harus
a -��---:-1---!c::�-- diberhentika n di stasiun P u ntuk
P -----"-'�-,F=---='---- pemberian Ptp, kecua l i jika di

0 ------+-----­
stasiun tempat berhenti KA 847
ya ng tera khir (stasiun N) telah
N -------.r'-
diberikan Ptp kepada masinis dan
telah d i berita h u kan secara lisan

Gambar 55

V-22 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 78

tentang terjadinya persila ngan KA 847 denga n KA 844 di stasiun R.


Jika KA 844 telah datang di stasiun R lebih dahulu maka KA 847
dapat berjalan langsu ng di stasiun R.
3) Persila ngan ya ng terjadi ka rena keterla m bata n di stasiun
penghu bu ng dan di stasiun batas peralihan peta k jalan jalur
tu nggal dengan jalur ganda (periksa ga mbar 56, 57, 58, dan 59),
berlaku ketentuan sebaga imana pada huruf a .
.. . ... .. . .. .& .. ,.,,
, I rl<irnba t
• � ..

s s

R R

Q Q

p p

0 0

N N

Gambar 56 Gambar 57

s s

R R

Q Q

p p

0 0

N N

Gambar 58 Gambar 59

D. Persilangan Menjadi Penyusulan


(6) Ketentuan persilanga n ya ng beru bah m enjadi penyusulan sebaga imana
dalam pasa l 82 Sub-B.

Edisi September 2011 V-23


Pasal 79 Peraturan Dinas 19 Jilid I

Bagian Ketiga
Pemindahan Penyusulan
Paragraf 1
Um u m
Pasal 79
( 1) U ntuk mengu rangi atau mencega h bertambahnya keterla m batan, suatu
penyusulan dapat dipindahka n ke stasiun lain.
Pada u m u m nya, suatu penyusulan harus dipinda hka n jika dapat
dipastikan bahwa perjalanan kereta api m u ka a kan memperlambat ata u
menambah keterlambata n kereta api belakang.
Aka n teta pi, a pa bila kereta api belaka ng yang aga k terlam bat ka rena
tertahan oleh kereta api m u ka, tida k sa ngat mengganggu perjalanan
kereta api lain, pemindahan penyusulan tidak perl u dilaku ka n, daripada
keterla mbatan kereta a pi m u ka a ka n berta mbah besa r ka rena harus
disusul oleh kereta api belaka ng.
(2) Pemindahan penyusulan dilaku ka n men u rut keadaan keterlambata n
sebaga i berikut.
a. Jika ya ng terlambat (terla m bat lebih ba nyak) kereta api m u ka,
penyusulan dipinda hka n ke stasiun sebelu m stasiun penyusulan ya ng
diteta pkan dalam peraturan perja lanan.
b. Jika ya ng terlambat (terla m bat lebih ba nyak) kereta a pi belakang,
penyusulan dipinda hkan ke stasiun sesuda h stasiun penyusulan ya ng
diteta pkan dalam peraturan perja lanan.
(3) Penetapan pemindahan penyusulan dapat dilakukan:
a. Secara pengendalian perjalanan kereta a pi; atau
b. Secara pengaturan perjalanan kereta a pi.
(4) Penetapan pemindahan penyusulan secara pengenda lian perjalanan
kereta api sebagaimana pada ayat (3) huruf a, dilakukan oleh Ppkp,
sedangka n pela ksa naannya menjadi ta nggung jawab Ppka stasiun ya ng
be rs a ngkuta n.
(5) Penetapan pemindahan penyusulan secara pengatura n perjalanan kereta
api sebaga imana pada ayat (3) h u ruf b, dilakukan denga n cara
persepakata n a nta r Ppka ya itu Ppka stasiun penyusulan resmi denga n
Ppka stasiun penyusulan ba ru .
(6) Pengaturan perjalanan kereta a pi sebagaimana pada ayat (5) ha nya
dilaku ka n atas perintah Ppkp atau a pabila Ppkp tidak dapat berkomunikasi
denga n semua Ppka di wilaya h pengatura nnya d iseba bkan oleh gangguan
pera lata n komunikasi.

V-24 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 80

Paragraf 2
Pem indahan Penyusulan Secara Pengendalian Perja lanan Kereta Api
Pasa l 80
( 1) Apabila suatu kereta a p'I menga lami keterla m batan 10 menit atau lebih,
Ppkp harus berinisiatif u ntuk meneta pka n pemindahan penyusulan setelah
bersepakat dengan Ppka stasiun penyusulan ba ru dan Ppka stasiun
penyusulan resmi, kemudian Ppkp mem erinta hka n kepada kedua Ppka
stasiun tersebut denga n wa rta ya ng disa m pa ika n mela l u i telepon PK
sebagai berikut.
perintah Ppkp...... (kode Ppkp) no........ (nomor urut) pukul.....
(waktu perintah).
Ppka......... (stasiun penyusulan baru) s.d Ppka........ (stasiun
penyusulan resmi).
Penyusulan KA ..... (nomor KA) dengan KA ........ (nomor KA)
ditetapkan di.......... (stasiun penyusulan baru), laksanakan.
Ppkp...., (kode, nama Ppkp).
. • ... (y1)
Conteh :
perintah Ppkp 2.1 n o 5 pukul 13.20.
Ppka A dan Ppka B.
Penyusulan KA 30 dengan KA 110 ditetapkan di A, laksanakan.
Ppkp 2.1, Robert.
Ppka stasiun penyusulan resmi dan Ppka stasiun penyusulan baru
menjawa b berga ntian kepada Ppkp sebaga i berikut.
Ppkp ........ (kode Ppkp),
perintah ppkp no...... mengerti pukul........ (waktu mengerti),
penyusulan KA ........ (nomor KA) dengan KA ....... (nomor KA)
ditetapkan di........ (stasiun penyusulan baru).
Ppka......... (nama stasiun) (y2)
sela njutnya Ppka ya ng bersangkutan mel a ksa nakan perintah Ppkp u ntuk
melakuka n pemindahan penyusulan.
(2) Apabila Ppka tempat penyusulan resmi menga nggap perlu untu k
meminda hka n penyusulan, Ppka harus m engusulka n kepada Ppkp untu k
ditetapka n tempat penyusulan baru, setelah mengeta h u i keterlam bata n
kereta api atau hal lain yang menyeba bka n tidak dapat dilaksa naka n
penyusulan di stasiunnya, misa lnya rel putus, ga ngguan wesel.
(3) Pem inda han penyusulan harus dilakuka n denga n warta perjalanan dan
apabila telepon antarstasiun terganggu, dapat menggu nakan telepon PK
dengan seizin Ppkp.

Edisi September 2011 V-25


Pasal 80 Peraturan Dinas 19 Jilid I

(4) Apa bila Ppkp menghendaki pemindahan penyusulan lebih jauh dari stasiun
batas pera l ihan PK, Ppkp yang bersa ngkuta n melaku ka n koordinasi dengan
Ppkp yang berdekatan, dengan warta sebaga i berikut.
Ppkp......... (kode Ppkp pengendali stasiun penyusulan baru).
dapatkah penyusulan KA... (nomor KA) dengan KA... (nomor KA)
dilaksanakan di stasiun..... ? (stasiun penyusulan yang diusulkan)
wilayah Ppkp... (Ppkp pengendali stasiun penyusulan baru)?.
Ppkp............, ............. (kode, nama Ppkp pengendali stasiun
persilangan resmi). (y3)
Apa bila telah bersepakat, Ppkp pengendali stasiun penyusu lan baru
menya m pa ika n persetujuan pemindahan penyusulan tersebut denga n
wa rta sebaga i berikut.
Ppkp .... (kode Ppkp pengendali stasiun penyusulan resmi)
setuju penyusulan KA........ (nomor KA) dengan KA........ (nomor
KA) dipindahkan ke........ (stasiun penyusulan baru)
Ppkp............, ............. (kode, nama Ppkp pengendali stasiun
penyusulan baru) (y4)
Ppkp pengendali stasiun penyusulan resmi menjawa b sebaga i berikut.
Ppkp ...... (kode Ppkp pengendali stasiun penyusulan baru)
mengerti pukul........ (waktu mengerti)
penyusulan KA..... (nomor KA) dengan KA ....... (nomor KA)
dipindahkan ke stasiun.... (stasiun penyusulan baru).
Ppkp............, ............. (kode, nama Ppkp pengendali stasiun
penyusulan resmi) (yS)
Kemudian, Ppkp pengenda l i stasiun penyusulan baru memerinta hkan
kepada Ppka stasiun penyusulan baru dan Ppkp pengenda li stasiun
penyusulan resmi memerinta hkan kepada Ppka stasiun penyusulan resmi
denga n warta ya ng disa mpaika n secara l isan melal u i telepon PK serta
kedua Ppka melaksa naka n ketentuan sebagaimana pada ayat ( 1).
(5) Setiap penetapan pem indahan penyusulan sebagaimana pada ayat ( 1)
ata u (2) harus diberi nomor dan ditulis dalam buku catatan kereta apl
(catka) oleh Ppkp dan harus dicatat dalam buku WK oleh Ppka .

V-26 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 81

Paragraf 3
Pemindahan Penyusulan Secara Pengat u ran Perjalanan Kereta Api
Pasa l 81

A. Pemindahan Penyusulan karena Keterlambatan Kereta Api Muka


( 1) Apabila Ppka menurut ka bar keterlambata n ya ng diterimanya
sebagaimana dalam pasal 73 ayat (7) dapat menentukan bahwa
penyusulan tidak a ka n terjadi di stasiun penyusulan resmi, tetapi a ka n
terjadi di stasiu nnya, Ppka harus menetapka n penyusulan tersebut d i
stasiu nnya (periksa ga mbar 60).
Ppka tida k boleh meneta pka n pemindah a n penyusulan tersebut sebelum
kereta a pi berangkat dari stasiun di sebela hnya menuju ke stasiu nnya.
Conteh:
p ----- -J""-l'-1---- Apa bila KA 915 ya ng terlam bat berjalan
t--r- �:-'-t----­ terus sebagai kereta api m u ka sa mpai di Q,
Q
tentu aka n memperlambat KA 23. Dengan
­
R t-=i---F-!:J---- demikian, Ppka S bertindak u ntuk
memindah kan penyusulan di stasiu nnya.
- +-=-----
S 1-1=--.-
Penetapan pem indahan penyusulan
T '--#-_,.._.______ dilaku ka n setelah KA 915 berangkat dari
� . stasiun T denga n pemberita huan
• erl amtJal
· -

• ·

sebaga imana pada ayat (2).


Gamba r 60
(2) Ppka ya ng menetapkan pem inda han penyusulan harus memberitah u ka n
penyusulan yang terjadi di stasiunnya kepada sem ua Ppka stasiun ya ng
dilewati kereta api setelah terjadi penyusulan sampai pada stasiun
penyusulan resmi.
Pem beritahuan tersebut dilaku ka n dengan wa rta kkt sebagai berikut.
Ppka kkt ........ s.d. ...... .
penyusulan ka....... (nomor KA muka yang disusul) oleh ka........ .
(nomor KA belakang yang menyusul) terjadi di........... (nama
stasiun penyusulan baru).
Ppka ....... (nama stasiun penyusulan baru) (y6)
Conteh wa rta pemindahan penyusulan pada ga mbar 60 sebagai berikut:
Ppka kkt R s.d. Q
penyusulan KA sembilan satu lima oleh KA dua tiga terjadi di S
(nama stasiun disingkat)
Ppka S.

Edisi September 2011 V-27


Pasal 81 Peraturan Dinas 19 Jilid I

Warta pemindahan penyusulan ya ng dialamatka n hanya kepada satu


stasiun berdekata n dika barka n melalui telepon a ntarstasiun.
Apa bila KA 23 ternyata mengalami keterlam batan juga setelah wa rta
pem beritahuan tentang pemindahan penyusulan tersebut di atas
dikirimkan sehingga KA 915 da pat meneruska n perjalanan dari S sebagai
kereta api m u ka, Ppka S harus menya mpa ika n w a rta sebaga i berikut.
Ppka kkt....... s.d...... .
ka....... (nomor KA) tetap berjalan di muka ka..... (nomor KA)
mulai............ (nama stasiun disingkat).
Ppka........ (nama stasiun penyusulan baru) (y7)
contoh warta pem indahan penyusulan sebagai berikut:
Ppka kkt R s.d. P
ka sembilan satu lima tetap berjalan di muka ka dua tiga mulai S.
Ppka S

B. Pemindahan Penyusulan karena Keterlambatan Kereta Api Belakang


(3) Apa bila Ppka stasiun penyusulan resmi menurut ka ba r keterla m batan yang
diterimanya berpenda pat ba hwa penyusulan a ka n dapat terjadi di sa lah
satu stasiun ya ng lebih jauh dari stasiu nnya, Ppka stasiun penyusulan
resmi :
a. harus mengara hka n penyusulan ke a rah stasi u n berikutnya;
b. tidak berkewajiba n meneta pka n stasiun tempat a ka n terjadinya
penyusulan;
c. mem beritah u ka n ba hwa kereta api m u ka ya ng a ka n berangkat dari
stasiu nnya tetap sebaga i kereta a pi m u ka dengan wa rta kkt kepada
Ppka di semua stasiun dan blokpos berikutnya sa mpai stasiun
penghubung ya ng terdekat atau sampai stasiun penghabisa n
perjalanan salah satu dari kedua kereta a pi tersebut sebaga i berikut.
Ppka kkt ........... s.d. ............ .
ka........ (nomor KA belakang) berjalan di muka ka......... .
(nomor KA muka) sebagai kereta api muka mulai......... .
(nama stasiun penyusulan resmi)
Ppka...... (nama stasiun penyusulan resmi) (yB)

V-28 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 81

Contoh warta yB untuk gam ba r 61


Q ..____ __,'---f-,1--,;J='- '-­
sebagai berikut.
Ppka kkt R s.d. P
R i----r--=1---t---
KA sembilan dua satu berjalan di
muka KA dua tujuh sebagai
kereta api muka mulai S

� • � • :If lerfamba
Ppka S.
Gambar 61
(4) Masing-masing Ppka ya ng menerima warta yl mempertimbangkan
dengan perhitu nga n tentang kemu ngkinan tindaka n sebaga imana pada
ayat ( 1) dan (2).
Apabila salah satu Ppka sebagaimana pada ayat ( 1) dapat menetapkan
ba hwa penyusulan akan dapat terjadi di stasiunnya, Ppka stasiun
penyusulan tersebut harus menya m pa ika n warta y6 kepada Ppka setiap
stasiun yang a ka n dilewati kedua kereta api dan ya ng telah menerima
warta yB.
Apabila penyusulan KA 921 oleh KA 27 ya ng terlambat seperti pada
gam ba r 61 terjadi di Q, Ppka Q harus menya mpaikan warta y6 sebaga i
berikut.
P. penyusulan KA sembilan dua satu oleh KA dua tujuh terjadi di
a. a.

C. Tindakan Terkait dengan Pemindahan Penyusulan


(5) Ka rena peminda han penyusulan kereta a pi langsu ng tida k perl u
diberhentika n, kecua l i kereta api langsung yang berjalan sebagai kereta a pi
muka ya ng terlambat dan harus disusu l oleh kereta a pi la in, pemindahan
penyusulan harus diberhentika n sesuai denga n ketentuan sebaga imana
dalam pasal 86 ayat (3). Pada ga mbar 44, KA 915 harus diberhentika n di S
dan pada gambar 61, KA 921 harus diberhentika n di Q.
(6) Warta y6, yl dan yB harus ditu lis dalam buku WK dan tenta ng
penyam pa iannya berlaku ketentua n sebagaimana dalam pasa l 37 Sub-I.
(7) Warta y6, yl dan yB tidak boleh menyimpang dari ketentuan sebaga imana
pada ayat (2) dan (3).

Edisi September 2011 V-29


Pasal 82 Peraturan Dinas 19 Jilid I

Paragraf 4
Penyusulan ( Pemindahan Penyusulan) ya ng Bersifat Khusus
Pasal 82

A. Penyusulan yang Tidak Tercatat dalam Peraturan Perjalanan


( 1) Dua kereta a pi yang berja lan seara h beruruta n dan tidak terjadi
penyusulan sepanjang perjalanan maka yang berjalan di muka disebut
kereta a pi muka, sedangka n ya ng berjalan di belaka ng disebut kereta a pi
belaka ng.
(2) Apa bila kereta api m u ka terlambat dan mulai dari suatu stasiun tempat
kereta api belaka ng menjadi kereta api m u ka, u ruta n perjalanan kedua
kereta api tersebut beru bah.
(3) Ppka stasiun tem pat peru bahan u ruta n perj a lanan kedu a kereta a pi
tersebut harus menga barka nnya ke stasiun berikutnya.
(4) Ppka T pada gam ba r 62, Ppka S pada ga mbar 63 dan 64, serta Ppka R
gambar 65 harus bertindak sebaga imana ketentuan dalam pasa l 81 ayat
(3), sedangka n pa ra Ppka di stasiun-stasiun berikutnya, yang a ka n dilewati
kedua kereta a pi setelah terjadi penyusu l a n, harus memperhatika n
ketentuan sebaga imana dalam pasa l 81 ayat (4).

p �---�--�----­ P'

Q t-------.--.-.-....-- Q ,__ __ ___,,__


, ____.��-

R r----�--::r-"-----:�
:::1
R i------=---::r-"'-
s f-----F-....=--
....--' ---.;F:;__

T �------�-- T

Gambar 62 Gamba r 63

V-30 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 82

p p

Q r--��----.��....--'-�--
a i--��,-1-:::;L-���­

R R

s s

T T

Gambar 64 Gamba r 65

B. Ketentuan tentang Persilangan Konvoi dengan Kereta Api Lain yang Berubah
Menjadi Penyusulan
(5) Apabila KA 145 terlambat hingga konvoi P2 dapat berangkat dan kembali
ke P sebelum KA 145 masuk ke petak jalan Q- P (periksa ga mbar 66), Ppka
P harus menya m paikan denga n warta v1 kepada Ppka Q sebagai berikut.
Ppka P : Ppka Q, dapatkah persilangan konvoi P 2 dengan
KA 145 di P diubah menjadi penyusulan ? (v1)
Penu l isa n dalam buku WK.
Q. dapatkah persilangan konvoi P dua dengan KA
satu empat lima di P diubah menjadi penyusulan ?.
� �aj
Apabila peru bahan tersebut disetuju i oleh Ppka Q, perta nyaan tersebut
harus dijawab denga n warta v2 sebagai berikut.
Ppka Q : Ppka P, persilangan konvoi P 2 dengan KA 145 di P
diubah menjadi penyusulan. (v2)
Penu l isa n dalam buku WK.
P. persilangan konvoi P dua dengan KA satu empat
lima di P diubah menjadi penyusulan. Q. (v2a)

p p

P2 P2 P2

Q Q
- • terfamba • �
- .... .. . . . � �

Gambar 66 Gambar 67

Edisi September 2011 V-31


Pasal 82 Peraturan Dinas 19 Jilid I

Setelah warta v2 tersebut oleh Ppka P dijawab dengan wa rta denga n kata
"mengerti" yang dibubuhi wa ktu penerimaan dan singkata n nama stasiun,
persila ngan beru bah menjadi penyusulan.
Masinis konvoi P2 diberi Ptp ya ng berisi pemberita huan tenta ng
perubahan tersebut.
Masinis KA 145 tidak diwajibkan untuk mengeta h u i peru bahan persila ngan
yang menjadi penyusulan tersebut.
Apa bila peru ba han ya ng dimaksud dalam warta v1 di atas tidak da pat
disetuju i oleh Ppka Q, warta v1 tersebut harus dijawa b dengan warta v3
sebaga i berikut.
Ppka Q : Ppka P, tidak, persilangan konvoi P 2 dengan KA
145 di P tidak dapat diubah menjadi penyusulan (v3)
Penulisan dalam buku WK.
P. tidak, persilangan konvoi p dua dengan KA satu
empat lima di P tidak dapat diubah menjadi
penyusulan. Q. (v3a)
(6) Apabila konvoi P2 (periksa ga mbar 67) terlam bat hingga KA 146 dapat
melewati peta k jalan P-Q terlebih dahulu, Ppka P a kan mengu bah
persila ngan KA 146 denga n konvoi ( P 2) di P menjadi penyusulan dan
memberita hu dengan wa rta kepada Ppka Q sebagai berikut.
Ppka P : Ppka Q, persilangan KA 146dengan konvoi P 2 di P
diubah menjadi penyusulan (v4)
Penulisan dalam buku WK.
Q. persilangan KA satu empat enam dengan konvoi
p dua di P diubah menjadi penyusulan. P. (v4a)
Masinis KA 146 diberi Ptp ya ng berisi pem beritahuan tenta ng peru bahan
terse but.
KA 146 ya ng berjalan la ngsu ng di P harus diberhentikan sebagaimana
dalam pasal 86 ayat (3), kecua l i jika Ptp da pat d iberika n di stasiun tempat
berhenti KA 146 ya ng tera khir sebelu m P sebaga imana dimaksud dalam
pasal 76 ayat (7) h u ruf f.
Masinis Konvoi P 2 tidak perlu diberita hu tentang peru ba han tersebut.
(7) Setelah peru ba han persila nga n menjadi penyusulan selesa i dikerjakan,
pertuka ran warta kereta api sebagaimana dala m pasa l 37 ayat ( 1) dan (2)
harus dilaku kan.
(8) Tentang penya m pa ia n warta vl, v2, v3, d a n v4 berlaku ketentuan
sebaga imana dalam pasa l 37 Sub-I.

V-32 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 82

C. Ketentuan tentang Perubahan Tertib Perjalanan


Kereta Api dengan Konvoi
(9) Konvoi Ql sebaga i kereta api belakang KA 155, ka rena keterlambatan KA
155, konvoi Q 1 dapat berjalan sebaga i kereta a pi m u ka KA 155 (periksa
gam ba r 68).
Perubahan tersebut oleh Ppka Q harus disampa ika n kepada Ppka P denga n
warta sebaga i berikut.
Ppka Q : Ppka P, karena kelambatan KA 155 konvoi Q1
berjalan di muka KA 155 sebagai kereta api muka (v5)
Penu l isa n dalam buku WK.
P. karena kelambatan KA satu lima lima konvoi q
satu berjalan di muka KA satu lima lima sebagai
kereta api muka. Q. (v5a)
Ppka Q memberita hukan secara l isa n peru ba han tersebut kepada masinis
konvoi Ql karena perubahan tersebut menyebabka n persilangan KA 155
dengan konvoi Ql di Q.
Terkait dengan KA 155 yang berja lan langsung di Q, KA 155 harus
diberhentika n luar biasa u ntuk pemberitahuan tenta ng terjadinya
persila nga n denga n konvoi Ql dan u ntuk pemberian Ptp kepada masinis,
kecua l i jika pemberian Ptp tersebut telah dapat dilakuka n di stasiun
tem pat berhenti KA 155 ya ng tera khir sebaga imana dimaksud dalam pasal
76 ayat (7) huruf f.

Gambar 68 Ga mbar 69
( 10) KA 156 berjalan di belaka ng konvoi Q3. Ka rena keterla m batan konvoi Q3,
KA 156 da pat berjalan melewati peta k jalan P-Q sebelu m konvoi Q3
berangkat dari Q (periksa ga mbar 69).
Da lam keadaan demikian, Ppka Q harus meneta pka n peru ba han tersebut
kepada P denga n wa rta sebagai berikut.
Ppka Q : Ppka P, karena kelambatan konvoi Q 3 KA 156
berjalan di muka konvoi a 3 sebagai kereta api
muka. (v6)

Edisi September 2011 V-33


Pasal 82 Peraturan Dinas 19 Jilid I

Penulisan dalam buku WK.


P. karena kelambatan konvoi Q tiga KA satu lima
enam berjalan di muka konvoi a tiga sebagai kereta
api muka. Q. (v6a)
Kemudian, Ppka Q memberikan Ptp kepada masinis konvoi Q3.
( 11) Setelah perubahan tertib perjalanan kereta a pi dengan konvol
sebaga imana pada ayat (9) dan ( 10) selesai dikerjaka n, pertu ka ran warta
kereta api tersebut sebagaimana dalam pasal 37 ayat ( 1) harus dilakukan.
( 12) Tentang penya mpaian warta vs dan v6 berl a ku ketentuan sebaga imana
dalam pasal 37 Sub-I.

D. Penyusulan pada Lintas Kereta Api Perkotaan


( 13) Apa bila diketa hui ba hwa kereta a pi mulai dari suatu stasiun a ka n
terlambat sehingga bebera pa kereta api yang l a i n harus berjalan
menda h u l u i kereta a pi tersebut, Ppka stasiun tersebut harus
menya m pa ika n warta kepada semua stasiun ya ng a ka n dilewati kereta api
tersebut sampai stasiun penghabisa n perjalanan kereta api ya ng
terlambat, denga n warta y9 sebaga i berikut.
Ppka kkt...........s.d. ...... .
KA....... (nomor KA yang pertama berjalan mendahului kereta api
yang terlambat dan semua kereta api berikut) mulai....... (nama
stasiun) berjalan mendahului KA....... (nomor KA yang terlambat).
Ppka....... (nama stasiun). (y9)
Jika kereta a pi yang dida hului perjalanannya oleh beberapa kereta a pi yang
lain telah sia p berangkat meneruskan perjalanannya, Ppka yang
menya m paikan warta y10 harus menya m paikan juga kepada semua
ala mat sebaga imana pada warta y9 sebagai berikut.
Ppka kkt....... s.d.......... .
KA.......... (nomor KA yang meneruskan perjalanan) berjalan di
belakang KA .......... (nomor KA).
Ppka........ (nama stasiun). (y10)
Jika perlu, warta y10 harus diperba harui dan dika ba rka n juga oleh stasiun
anta ra karena peru bahan tertib perjalanan kereta a pi ya ng bersangkuta n.

V-34 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 83

Bagian Keempat
Tindakan Jika Salah Satu Jalur pada Lintas Jalur Ganda Tidak Dapat Dilalui
Paragraf 1
Um u m
Pasa l 83
( 1) Apabila salah satu jalur di peta k jalan j a l u r ganda perl u ditutu p (tidak
da pat dila l u i), perjalanan kereta a pi pada peta k jalan tersebut diatur
men u rut ketentuan:
a. "berjalan jalur kiri";
b. "berjalan jalur tu nggal sementa ra".
(2) Berjalan jalur kiri sebaga imana pada ayat ( 1) huruf a berarti bahwa kereta
api dari kedua ara h hanya mela l u i satu jalur sehingga kereta a pi dari salah
satu ara h harus berjalan jalur kiri, sedangka n kereta a pi dari ara h
sebaliknya teta p berjalan j a l u r kanan.
(3) Berjalan jalur tu ngga l sementa ra sebaga imana pada ayat ( 1) huruf b
berarti ba hwa suatu petak jalan jalur ga nda u ntuk sementa ra waktu lebih
dari 1 (satu) hari diperlakuka n sebaga i petak jalan ja l u r tungga l.
(4) Penetapan bahwa suatu jalur ditutu p (tida k dapat dilalui) sebagaimana
pada ayat ( 1) dapat terjadi ka rena :
a. pekerjaan ya ng harus dikerjakan ata u d iselesaika n pada jalur tersebut;
b. sesuatu kecelakaan atau kerusakan petak jalan (rinta ng jalan).
(5) Penutu pan suatu jalur karena suatu pekerjaan ya ng harus dikerjakan
sebagaimana pada ayat (4) huruf a diteta pkan oleh:
a. Pimpinan Daera h,
1) u ntuk ketentuan "berjalan jalur kiri" dalam wilayahnya dan setia p
penetapan berla ku hanya untuk 1 (satu) hari;
2) u ntuk peta k jalan ya ng berbatasan dengan daera h la in, ketentuan
"berjalan jalur kiri" dapat diteta pkan oleh salah satu Pimpinan
Daera h setelah memperoleh kesepakatan denga n Pimpinan
Daera h terkait dan setia p peneta pan berlaku hanya untuk 1 (satu)
hari.
b. Direksi, u ntuk ketentuan " berjalan ja l u r tu nggal sementara " dan setiap
penetapan berlaku lebih dari 1 (satu) hari.
(6) Perintah menutup jalur u ntuk ketentuan:
a. "berjalan ja l u r kiri" disam paikan dengan warta perjalanan oleh
Pimpinan Daera h mela l u i Ppkp kepada KS/Ppka di kedua stasiun pada
petak jalan yang bersangkutan;
b. "berjalan jalur tu nggal sementa ra" disa mpaikan dengan Malka/Warn .

Edisi September 2011 V-35


Pasal 84 Peraturan Dinas 19 Jilid I

(7) Dalam keadaaan memaksa, yaitu bila terjadi rinta ng jalan, KS/Ppka berha k
menutup suatu jalur dan menetapka n ketentuan "berjalan ja l u r kiri"
setelah memberita h u kan kepada KS/Ppka stasiun berdekata n.

Paragraf 2
Berjalan Jalur Kiri
Pasal 84
( 1) Apabila perinta h penutupan jalur sebaga imana dalam pasa l 83 ayat (6)
huruf a telah diterima, Ppka di kedua stasiu n pada peta k jalan yang
bersa ngkuta n harus segera berkoordinasi mela l u i telepon antarstasiun
untu k menetapka n :
a. jam mulai ketentuan berlaku;
b. kereta a pi perta ma ya ng akan melal u i ja l u r kiri.
(2) Saat berlaku nya ketentuan berjalan ja l u r kiri (periksa ga mbar 70) adalah.
a. Setelah pembica raa n sebaga imana pada ayat ( 1) dilaku ka n dan
diteta pkan denga n warta r1 oleh Ppka stasiun tem pat kereta a pi yang
teta p melalui jalur ka nan sebaga i berikut.
Ppka 8 : Ppka A, jalur hulu/hilir A-8 ditutup mulai
pukul......... (waktu mulai ditutup). KA.......... .
(nomor KA) adalah kereta api pertama yang
akan melalui jalur kiri setelah KA ........... (nomor
KA) masuk A. (r1)
Penu l isa n dalam buku WK.
A. jalur hulu/hilir A-8 ditutup... ....... (waktu
mulai ditutup). ka.... (nomor KA) adalah KA
pertama yang akan melalui jalur kiri setelah ka
..... (nomor KA) msk A. 8. (r1a)

13 15
A

Gambar 70

V-36 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 84

b. Pada ga mbar 70.


1) Ppka B menya mpaikan warta r1 kepada Ppka A sebagai berikut:
Ppka B : Ppka A, jalur hulu A-8 ditutup mulai pukul 13.20. KA
2 adalah kereta api pertama yang akan melalui
jalur kiri setelah KA 1 masuk A.
2) Setelah Ppka A memberi "pengu la ngan" atas warta r1, berlakulah
ketentuan "berjalan jalur kiri" maka kereta api perta ma ( KA 2)
da pat diberangkatkan berjalan mel a l u i jalur kiri setelah KA 1 masuk
di A.
(3) Semua kereta api langsung dari kedua a ra h ya ng akan melewati peta k
jalan yang sa lah satu jalurnya ditut u p (tidak da pat dilalui) harus
diberhentika n luar biasa di stasiun perm ulaan peta k jalan sebagaimana
dalam pasa l 86 ayat (3).
(4) Selama ketentuan "berjalan jalur kiri" berlaku, pada pesawat telepon
anta rstasiun, pera lata n blok ata u meja pelaya nan pera lata n persinya lan di
kedua stasiun, dan blokpos petak jalan ya ng bersa ngkutan harus
digantu ngka n/diletakka n sekeping papan peringatan sebaga imana dalam
pasa l 63 ayat (4) huruf b.
(5) Sebelum ketentuan " berja lan jalur kiri" d iberlakukan, Ppka stasiun ya ng
ja l u r ka nannya ditutup melakukan tindaka n sebagai berikut.
a. Mem beritah u ka n kepada semua penjaga perlintasan dan petugas
perawata n jalan rel di peta k jalan ya ng bersa ngkuta n mela l u i a lat
komunikasi.
b. J ika pemberita huan sebaga imana pa da h u ruf a tidak berhasil, hal
tersebut harus diberita hukan kepada m asinis kereta api pertama ya ng
melal u i ja l u r kiri aga r dalam menjalanka n kereta a pinya denga n
kecepatan terbatas sebaga imana dalam pasal 24 ayat (3), sam bil
memperdenga rka n "ta nda kereta api berjalan jalur kiri" (sem boya n
39A) sebagai pemberita huan kepada petugas penjaga perlintasa n dan
petugas perawatan jalan rel di peta k jalan ya ng bersangkuta n.
(6) Di luar ketentuan sebaga imana dalam pasal 30 Sub-C, persila ngan ya ng
terjadi karena ketentuan "berjalan jalur kiri" tidak perlu dicatat dalam
Lapka, dan selama berlaku ketentuan "berjalan ja l u r kiri" pemindahan
persila nga n tida k boleh dilaku ka n, seda ngka n pemindahan penyusulan
tetap sebaga imana mestinya.
(7) Sejak ketentuan "berjalan jalur kiri" berl a ku pada suatu petak ja lan, untuk
kereta a pi yang berjalan mela l u i ja l u r kiri d iatu r sebaga i berikut.
a. Setiap kereta api a ka n dibera ngkatka n, harus dida h u l u i pembicaraa n

Edisi September 2011 V-37


Pasal 84 Peraturan Dinas 19 Jilid I

anta r kedua Ppka mela l u i telepon a ntarstasiun dan setiap persetujuan


yang disepa kati harus ditulis dalam buku WK dan dila porka n kepada
Ppkp.
b. Masinis kereta a pi ya ng a ka n melalui jalur kiri harus diberitahu secara
lisa n dan diberi bentuk perinta h berjalan jalur kiri (bentuk perintah BK)
oleh Ppka/Pap.
(8) Karena tanda/isyarat pembatasa n kecepatan ya ng dipasa ng di peta k jalan
ja l u r ganda hanya dapat terlihat dan berlaku bagi kereta api yang berjalan
"jalur kanan", u ntuk kereta a pi ya ng berjalan jalur kiri, pembatas
kecepata n tersebut diberitahuka n dalam bentu k perinta h BK (periksa
lampira n 3).
(9) Dalam keadaan hu bunga n blok normal, berlaku ketentuan sebagai berikut.
a. Untu k kereta a pi ya ng mela l u i ja l u r ka nan.
1) Sem ua sinya l berlaku dan dilayani;
2) Hu bunga n blok dilaku ka n;
3) Wa rta kereta api ta nya jawa b tenta ng kondisi petak ja lan, wa rta
berangkat, dan warta masuk harus digu nakan denga n ditambah
kata-kata ''ialur kanan" di belaka ng nomor ata u sebutan kereta a pi
sebaga imana dalam pasa l 37 ayat ( 14), (20), dan (26).
4) Kereta a pi boleh berjalan beru ruta n berj a rak satu peta k blok.
b. Untu k kereta a pi ya ng mela l u i ja l u r kiri:
1) Pada peta k jalan ya ng dilengka pi sinya l jalur kiri.
a) Hubungan blok dilakukan.
b) Semua sinya l jalur kiri harus dilayani dan berlaku u ntuk kereta
a pi yang berjalan "ja l u r kiri".
c) Warta kereta a pi ta nya jawab tenta ng kondisi peta k ja lan,
wa rta bera ngkat, dan wa rta masuk harus digu nakan denga n
dita mbah kata-kata ''ialur kiri" di belakang nomor atau sebuta n
kereta api sebaga imana dalam pasal 37 ayat (14), (20), dan
(26).
d) Kereta api ha nya boleh berja lan bertu rut-tu rut dari stasiun ke
stasiun, dari stasiun ke blok anta ra, dan blok antara ke blok
a ntara, ata u dari blok anta ra ke stasiun.
2) Pada peta k jalan ya ng tida k dilengka pi sinya l jalur kiri.
a) Hubungan blok tidak dilaku kan.
b) Semua sinya l jalur kanan tidak berlaku dan tidak boleh dilayani.
c) Warta kereta a pi ta nya jawab tenta ng kondisi peta k jalan,
wa rta bera ngkat dan wa rta masuk h a rus dipergunakan denga n
dita mbahkan kata-kata ''ialur kiri" di belaka ng nomor ata u
sebutan kereta api sebagaimana dalam pasa l 37 ayat ( 14), (20),

V-38 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 84

dan (26);
d) Pada persinya lan elektrik, kereta api hanya boleh berjalan
berturut-turut dari stasiun ke stasiun;
e) Pada persinya lan mekanik, kereta api ha nya boleh berjalan
berturut-turut dari stasiun ke stasiun, dari stasiun ke blokpos,
dan blokpos ke blokpos, ata u dari blokpos ke stasiun;
catatan : dalam keadaan tersebut, blokpos berubah status
sebagai seinpos.
f) Bentuk perinta h BK sebaga imana pada ayat (7) h u ruf b juga
meru pa ka n izin bagi masinis u ntuk melewati sinyal keluar jalur
kanan ya ng tida k dilaya n i sebaga imana pada butir b).
g) Kereta api yang berjalan mela l u i jalur kiri harus berhenti:
1. di m u ka tanda batas berhenti jalur kiri (sem boya n 8D) ya ng
terletak sejajar denga n sinyal masuk jalur ka nan;
2. di m u ka sinya l blok dan sinya l jalan silang yang berlaku
u ntuk jalur yang tidak dila l u i;
3. di m u ka wesel jalur simpang di jalan bebas.
h) Kereta a pi hanya boleh meneruskan perjalanan melewati sinyal
ata u tanda sebaga imana pada butir g) a ngka 1 dan 2 setelah
menerima perintah MS (bentuk 92) atau sem boya n 4A
sebaga imana dalam pasa l 49 ayat (6) atau (7), dan hanya boleh
meneruskan perjalanan mela l u i wesel jalur simpang di jalan
bebas sebaga imana pada butir g) a ngka 3, setelah masinis
memastika n ba hwa wesel tersebut dapat dilalui.
( 10) Dalam keadaan hubunga n blok terga nggu, harus dilaku ka n pertu kara n
warta kereta api untuk semua kereta a pi, ba ik ya ng berjalan pada ja l u r kiri
maupun yang berjalan pada jalur ka nan, dan semua warta kereta api ya ng
disam pa ikan harus dita mbah dengan kata-kata ''jalur kanan" ata u ''jalur
kiri" di belaka ng nomor ata u sebuta n kereta api sebaga imana dalam pasal
37 ayat ( 14), (20), dan (26);
( 11) Dalam keadaan hubunga n blok dan telepon a ntarstasiun terganggu secara
bersamaan berlaku ketentuan sebaga imana dalam pasa l 36 Sub-B.
( 12) Dalam keadaan hubungan blok, telepon a nta rstasiun dan telepon PK
terganggu secara bersa maan.
a. Ppka di kedua stasiun pada peta k jalan, jika mu ngkin, da pat
mempergunakan alat komunikasi lain untu k menca ri keteranga n
tenta ng perjalanan kereta api di peta k jalan ya ng bersa ngkuta n;
b. U ntuk pengatura n perjalanan kereta a pi, berlaku ketentuan
sebaga imana dalam pasa l 36 Su b-C.

Edisi September 2011 V-39


Pasal 85 Peraturan Dinas 19 Jilid I

c. Kereta api perta ma ya ng mela l u i jalur kiri ha nya boleh diberangkatkan


setelah menda pat persetujuan dari Ppka tempat kereta api ya ng
melalui jalur ka nan, dan apabila bel u m mendapat persetujuan, hanya
kereta a pi ya ng mela l u i jalur ka nan ya ng boleh dibera ngkatka n.
( 13) Setelah peta k jalan A-B bebas dari halangan dan dapat dilalui kem ba li
sebaga i petak jalan jalur ganda maka .
a. Apabila kedua Ppka sebagaimana pada ayat (8) huruf a telah
bersepa kat, Ppka stasiun tempat kereta api ya ng berjalan ja l u r kanan
harus menetapka n dengan warta r2 ba hwa ja l u r ganda da pat normal
kemba li sebagai berikut.
Ppka B : Ppka A, jalur hulu/hilir A-8 pukul....... (waktu
selesai) dapat digunakan lagi. KA...... (nomor
KA) adalah KA pertama yang tidak melalui
jalur kiri. (r2)
Penu l isan dalam buku WK.
A. jalur hulu/hilir AB pukul.... ... (waktu selesai)
dapat digunakan lagi. ka....... (nomor KA) ka
pertama yang tidak melalui jalur kiri. B (r2a)
b. Setelah diterima "pengulangan" atas wa rta tersebut, petak jalan ja l u r
ganda normal kembali.

Paragraf 3
Berjalan Jalur Tu ngga l Sementa ra
Pasal 85
(1) Ketentuan "berjalan jalur tu nggal sementara", ditetapka n dengan
makl umat perjalanan kereta api.
(2) Da lam maklu mat perjalanan kereta a pi sebagaimana pada ayat ( 1)
ditetapka n :
a. jalur di jalan bebas yang dila l u i;
b. penambahan peratura n perjala nan;
c. persilanga n dan penyusulan ya ng terjadi;
d. wa rta kereta a pi harus disa mpaika n u ntuk setiap a ra h;
e. peru bahan susu nan dan pemakaian pera lata n persinya lan berikut
penetapan sinya l utama pada jalur ya ng ditutup berlaku u ntuk kereta
api ya ng berjalan pada jalur ya ng dipergu naka n;
f. penetapan jalur ya ng dila l u i di stasiun; dan
g. penetapan lain ya ng diperl ukan bagi kesela mata n perjalanan kereta
api.

V-40 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 86

Bagian Kelima
Berhenti Luar Biasa di Stasiun
Pasa l 86
( 1) Kereta a pi ha nya boleh berhenti di tempat ya ng telah ditetapka n dalam
peratu ran perjalanan.
(2) Selain di tempat sebaga imana pada ayat ( 1), kereta api ha nya boleh
diberhentika n luar biasa di stasiun, a pabila:
a . atas perintah ata u seizin Pimpinan Daera h mela l u i Ppkp kepada Ppka;
b. telah diteta pkan dalam PTDO;
c. u ntuk menghindari kecelaka a n;
d. ka rena kerusakan prasara na da n/ata u sarana; atau
e. ka rena peristiwa luar biasa
(3) Untu k memberhentika n luar biasa sebaga imana pada ayat (2), Ppka harus
melakuka n tindakan sebaga i berikut.
a . Di stasiun denga n peralatan persinyalan meka nik:
1) memperta hanka n sinya l keluar pada semboya n 7;
2) mem perlihatkan semboyan 3 d i tem pat yang dikehendaki
lokomotif harus berhenti;
3) mem perlihatkan semboyan 2B pada wesel uju ng ya ng a ka n dilalui
kereta a pi datang;
4) memperta hanka n sinya l masuk pada sem boya n 7.
Setelah Ppka mendenga r semboyan 35 yang dibu nyikan oleh masinis
berkali-ka li, sebagai tanda ba hwa kereta api telah berhenti di muka
sinya l masuk, Ppka diperbolehkan mengubah sinyal masuk tersebut
menjadi semboyan 5 ata u semboya n 6.
Kemudian kereta api berjalan masuk emplasemen dan berhenti di
tempat semboyan 3 dan sinyal keluar tetap pada semboyan 7.
b. Di stasiun denga n peralatan persinyalan elektrik:
1) memperta hanka n sinya l masuk pada sem boya n 7;
2) memperta hanka n sinya l keluar pada semboya n 7.
Setelah Ppka mendenga r semboyan 35 yang dibu nyikan oleh masinis
berkali-ka li, sebagai tanda ba hwa kereta api telah berhenti di muka
sinya l masuk, Ppka diperbolehkan mengubah sinyal masuk tersebut
menjadi semboyan 6 dan tetap mem pertaha nkan sinya l kel uar pada
semboyan 7.
(4) Apabila Ppka sebaga imana pada ayat (3) akan memasu kkan kereta api
mela l u i ta nja ka n ya ng menurut grafik lebih dari 8%0 tidak perlu
memperta hanka n sinya l masuk pada sem boya n 7, denga n ketentuan:

Edisi September 2011 V-41


Pasal 86 Peraturan Dinas 19 Jilid I

a. di stasiun denga n persinya lan mekanik, diperlihatka n sem boya n 2B


pada wesel ujung ya ng aka n dila l u i kereta api dan semboyan 3 di
tern pat ditentu ka nnya lokomotif harus berhenti, serta
memperta hanka n sinya l keluar pada semboya n 7;
b. di stasiun dengan persinya lan elektrik, dibentu k rute masuk berhenti
dan teta p memperta hanka n sinya l keluar pada semboya n 7.
(5) Pemberita huan kepada masinis dan kondektur tenta ng renca na berhenti
luar biasa ( Bib) di suatu stasiun, seda pat m u ngkin harus diminta ka n
kepada Ppka stasiun pemberhentian ya ng tera khir denga n wa rta sebagai
berikut.
Ppka stasiun peminta Bib:
KA....... (nomor KA) agar dicatat bib di....... (nama
stasiun peminta Bib) untuk....... (keperluan). (b1)
Penu l isan dalam buku WK.
ppka....... (stasiun pemberhentian terakhir) ka...... .
(nomor KA) agar dicatat bib di...... (nama stasiun
peminta Bib) untuk... (keperluan).
Ppka..... (stasiun yang meminta bib). (b1a)
Jika pemintaan tersebut diterima tepat pada waktu nya, Ppka stasiun yang
menerima pemintaan harus:
a. mem beritah u ka n secara lisan kepada masinis dan kondektur, serta
mencatat dalam Lapka dan Lkdr.
b. segera menyam pa ika n wa rta kereta a pi kepada Ppka stasiun tempat
pemberhentian luar biasa, sebaga i berikut:
Ppka pemberhentian terakhir :
berhenti luar biasa KA... (nomor KA) di......... .
(nama stasiun peminta bib) telah diperintahkan
kepada masinis dan kondektur. (b2)
Penu l isa n dalam buku WK.
ppka....... (stasiun peminta Bib). bib ka....
(nomor KA) di............ (nama stasiun peminta
bib) telah diperintahkan kepada mas dan kdr.
Ppka..... (stasiun yang memberi tahu) (b2a)
Apa bila warta b2 telah diterima pada waktunya, tindaka n sebagaimana
pada ayat (3) huruf a butir 4) atau h u ruf b butir 1) tidak perlu dilaku kan.
(6) Dalam keadaan mendesa k dan jika peralatan persinya lan memungkinkan,
Ppka boleh memberhentikan kereta api ya ng baru berangkat atau
langsu ng denga n ca ra menggera k gera ka n lenga n sinyal masuk di m u ka

V-42 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 87

kereta a pi yang berla ku u ntuk kereta api dari ara h berlawa nan berula ng­
ulang (hanya pada pera latan persinya lan meka nik).
Masinis yang melihat lenga n sinya l masu k tersebut bergerak-gerak harus
segera menghentika n kereta a pinya. Apa bila kereta a pi baru dapat
dihentikan setelah melewati sinyal masuk, masinis harus menggera kkan
rangkaiannya u ntuk mundur hingga berhenti di belakang sinya l masuk
tanpa memperhatikan indikasi sinya l tersebut. Setelah berhenti, masinis
menu nggu perinta h lebih lanjut dari Ppka .

Bagian Keenam
Ketentuan tentang Kereta Api yang Berhenti di Jalan Bebas atau
Bagian Kereta Api yang Ditinggalkan di Jalan Bebas
Pasa l 87
( 1) Apabila suatu kereta api terpaksa berhenti di jalan bebas ka rena suatu
sebab ya ng bukan karena terta han sinya l uta ma yang menunj u kkan
semboya n 7, masinis harus segera memberita hukan kepada Ppkp perihal
penyeba bnya dan menya mpaika n perlu ata u tida knya lokomotif penolong,
kem udian mencatat dalam Lapka dan melaku kan langka h-langkah sebagai
berikut.
a. Pada petak jalan denga n hubungan blok otomatis tertutup:
1) u ntuk peta k jalan jalur tu ngga l, saat kereta api berhenti, masinis
harus segera memerinta h pemba ntu nya u ntuk memasa ng
sem boya n 3 di belakang dan di m u ka kereta a pi pada jarak 100
meter dan harus da pat terlihat oleh masinis kereta api ya ng
kem u ngkinan data ng dari a rah m u ka ata u belakang paling dekat
dari jarak 600 meter;
2) u ntuk peta k jalan jalur ganda, saat kereta api berhenti, masinis
harus segera memerinta h pemba ntu nya u ntuk memasa ng
sem boya n 3 ha nya di belakang kereta api sebagaimana pada butir
1). Apabila telah dimintakan lokomotif penolong, semboya n 3 juga
dipasa ng di sebelah muka;
3) namun, a pa bila da pat dipastikan bahwa kereta a pi berhenti tidak
lebih dari 5 menit, pemasangan semboyan 3 sebaga imana pada
butir 1) ata u 2) tersebut di atas tidak perlu dilaku ka n .
b. Pada petak jalan jalur ganda dengan h u bu nga n blok otomatis terbuka
(misalnya, pada lintas Ja bodeta bek) :
1) saat kereta api berhenti, masinis harus segera memerintah
pembantu nya u ntuk memasa ng semboya n 3 di belaka ng kereta a pi
pada jara k 50 meter dan harus da pat terlihat oleh masinis kereta

Edisi September 2011 V-43


Pasal 87 Peraturan Dinas 19 Jilid I

api ya ng kemu ngkinan data ng dari a ra h belakang paling dekat dari


jarak 600 meter;
2) apabila telah dimintaka n lokomotif penolong, semboyan 3 juga
dipasa ng di sebelah muka dan harus d a pat terl ihat oleh masinis
kereta a pi ya ng kem u ngkinan data ng d a ri a rah berlawanan paling
dekat dari jara k 600 meter;

lebih dari S menit, semboya n 3 tersebut tidak perlu dipasang.


3) na m u n, apabila da pat dipastika n bahwa kereta api berhenti tida k

karena mendenga r semboya n SSC ( isya rat ba haya), masinis harus segera
(2) Apa bila kereta api diberhentika n di jalan bebas oleh penjaga perlintasan

meminta keteranga n kepada stasiun terdekat m enggunaka n radio masinis

a. kereta api dapat berjalan denga n kecepata n S km/jam (secepat orang


mela l u i Ppkp, sedangka n jika tidak dida pat keteranga n maka :

berjalan ka ki) sampai di stasiun perta ma di m u ka nya;


b. di m u ka kereta api harus dida hului dan di belakang kereta a pi harus
diikuti oleh petugas ya ng berjalan kaki, masing-masing pada jara k 100
meter dengan memperlihatkan semboyan 3;

mendapatkan ketera ngan tentang semboyan SSC tersebut melal u i a lat


c. apabila kereta api melewati blokpos, masinis harus berusa ha

kom u nikasi lain;


d. selama belu m menerima perintah la ngsu ng dari Ppka stasiun di
m u ka nya, kecepata n kereta a pi harus teta p sebagaimana pada huruf a.
(3) Apa bila suatu kereta a pi ka rena suatu sebab terpa ksa berja lan S km/jam
terus menerus (bukan ka rena semboya n 2C), kereta api tersebut harus
dilindu ngi semboya n 3 yang diperlihatkan oleh seorang petugas ya ng
ditunj u k oleh masinis u ntuk berjalan di belakang kereta api pada jara k 100
meter.
(4) Bagian kereta a pi (rangkaian kereta dan gerbong) ya ng terpaksa dilepas
dan ditingga lka n di jalan bebas harus dil indungi semboya n 3 di m u ka dan
di belaka ng pada jara k 100 meter dan dapat terlihat dari jara k pa ling dekat
600 meter oleh masinis kereta api lain ya ng kem u ngkina n datang.
(S) Dalam keadaan ya ng sangat mendesak, kereta api boleh berjalan kem ba li
dari jalan bebas ke stasiun asa l :
a. jika hubungan kom u nikasi dapat dilaku ka n denga n Ppka stasiun di
belakangnya menggu naka n radio masinis mela l u i Ppkp, perjalanan
kemba li tersebut diatu r oleh Ppka stasiun yang bersa ngkuta n denga n
ketentua n :

V-44 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 1

1) kereta api yang kem ba li diperl a ku ka n sebaga i kereta api ya ng


lokomotifnya mendorong rangkaian sehingga kecepata nnya tidak
diperbolehkan melebihi 30 km/jam;
2) pada petak jalan ja l u r tungga l, kereta api yang kemba li diperboleh­
ka n masuk stasiun bila sinya l masuk telah menunjukka n sem boyan
5 atau 6, ata u setelah menerima perinta h MS (bentuk 92) ata u
sem boya n 4A sebaga imana dalam pasa l 49 ayat (6) atau (7).
3) Pada peta k jalan ja l u r ganda, kereta a pi yang kembali diperlakuka n
sebagai kereta a pi berjalan j a l u r kiri yang a ka n masuk ke stasiu n.
b. jika hubungan kom u nikasi sebagaimana h u ruf a ayat ini tida k dapat
dilaku ka n, masinis da pat menjala nkan kereta apinya kemba li ke stasiun
asal selama kereta a pi bel u m melewati sinyal blok a nta ra, sebaga i
perjalanan kemba li yang tidak diatur oleh Ppka, dengan ketentua n :
1 ) perjalanan kembali tersebut tidak boleh melebihi kecepatan 5
km/jam dan dida hului oleh petugas ya ng berjalan sambil
mem perlihatkan semboyan 3 pada jara k 100 meter,
2) kereta a pi yang berjalan kem ba li harus berhenti di m u ka sinyal
masuk meskipun menunjukka n semboyan 5 ata u semboyan 6.
Selanjutnya, kereta api hanya boleh masuk stasiun setelah masinis
menerima perintah MS (bentuk 92) atau semboya n 4A
sebagaimana dalam pasal 49 ayat (6) ata u (7).
c. u ntuk kereta api yang berja lan kem ba l i, semboyan 21 teta p pada
tempatnya sebagai tanda ba hwa kereta api berjalan berlawa nan arah.
(6) Apabila kereta api berhenti ditanjaka n pada lintas biasa ata u lintas bergigi,
semua rem lokomotif dan rangka ian harus dalam keadaan terikat.

Bagian Ketuju h
Tindakan Terhadap Jalur Kereta Api di Jalan Bebas yang Tidak Dapat Dilalui
atau Tidak Dapat Dilalui dengan Kecepatan yang ditetapkan
Pasa l 88
( 1) Setia p pegawai/petugas ya ng mengeta h u i bahwa sebagian dari jalur
kereta api di jalan bebas tida k dapat dilalui, terha lang ata u tida k da pat
dilalui dengan kecepatan ya ng ditetapkan, harus segera melakukan segala
tindakan u ntuk melindungi kereta api yang akan melalui bagia n jalur
tersebut dengan mem perlihatkan semboya n 3 ata u semboya n pembatas
kecepata n.
(2) Pada bagia n ja l u r ya ng tida k dapat dila l u i sebaga imana pada ayat (1) harus
segera ditutup denga n mem perlihatkan semboya n 3 pada kedua arah
pada jara k 500 meter dan dapat terlihat oleh masinis paling dekat dari

Edisi September 2011 V-45


Pasal 88 Peraturan Dinas 19 Jilid I

jarak 600 meter. Dalam pemasanga nnya, harus mendahul uka n pihak yang
diperkira ka n akan ada kereta a pi ya ng data ng terlebih dahulu.
(3) Pada jalur ganda, apabila jalur sebelahnya terha lang karena kecela kaan,
ja l u r tersebut harus segera dilindu ngi dengan semboya n 3 u ntuk
memberhentika n kereta api ya ng akan melal u i tem pat tersebut.
(4) Pada tempat kecelakaan sebaga imana pada ayat (3) harus segera ditutup
denga n memperl ihatka n semboyan 3 pada kedua a rah pada jara k 100
meter dan dapat terlihat oleh masinis paling dekat dari jara k 600 meter.
Da lam pemasanga nnya, harus mendahul ukan pihak ya ng diperkira kan
aka n ada kereta api yang datang terlebih dahu l u .
(5) Apa bila ditempat yang terhalang sebagaimana pada ayat (3) ada kereta api
yang berhenti, jara k pemasangan sem boya n 3 harus dihitung dari kereta
api ya ng berhenti tersebut.
(6) Masinis yang melihat jalur sebelahnya terhalang ata u ha nya da pat dilalui
denga n kecepata n terbatas sebaga imana pada ayat ( 1), harus
menghentikan kereta a pinya kemudian memerinta hka n kepada
pem ba ntu nya u ntuk melakukan tindakan penga manan dengan memasa ng
semboyan pada jalur tersebut.
(7) Setelah pemasanga n sem boya n dilakukan pada kedua ara h tempat ya ng
membahaya kan sebaga imana pada ayat (6) selesai, masinis boleh
membera ngkatkan kereta apinya u ntuk meneruska n perjalanan setelah
mela porkan kepada Ppkp, dengan memastika n juga tindaka n sebagai
berikut:
a. sem boya n yang telah dipasang u ntuk menutup jalur ya ng terhalang
atau untuk pembatasa n kecepatan harus d ijaga . Jika tidak terdapat
petugas perawata n jalan rel sebaga i penjaga, harus ditunj u k petugas
dari awa k sarana kereta api ya ng ditinggalkan u ntuk penjagaan
tersebut;
b. pada siang hari, semboyan 31 telah dipasa ng pada kereta api yang
meneruska n perjalanannya, sedangka n pada malam hari, mulai dari
sinya l masuk stasiun harus diperdenga rka n sem boyan 39.
Masinis harus mencatat dalam La pka dan memberita huka n juga secara
lisa n kepada kondektur aga r mencatat kejadian tersebut dalam Lkdr.
c. Masinis harus menghentika n kereta a pinya di stasiun perta ma ya ng
didatangi, kem udian masm1s mela l u i kondektur segera
mem beritah u ka n kepada Ppka denga n bentuk pemberita huan tentang
peristiwa luar biasa (bentuk 94) ba hwa sebagian jalan di sebelah peta k
jalan yang ba ru dilewati terhala ng, kereta a pi tidak dapat lewat atau
ha nya da pat lewat dengan kecepatan ora ng berjalan ka ki.

V-46 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 89

(8) Apabila kereta api yang berhenti tidak da pat meneruska n perjalanan
ka rena jalan terhalang, mas1rns harus segera memerintahkan
pembantunya u ntuk memasa ng semboyan 3 sebaga imana ketentuan pada
ayat (3). Selanjutnya, masinis melaporkan kepada Ppkp dan/atau salah
satu Ppka pada petak jalan ya ng terhalang mela l u i a lat kom u nikasi atau
memerintahka n pembantu masinis menuju ke stasiun terdekat, melal u i
j a l a n yang tercepat, jika mungkin, mempergunakan kendaraan j a l a n raya.

Bagian Kedelapan
Kereta Api Penolong
Paragraf 1
Permintaan Kereta Api Penolong
Pasa l 89
( 1) Apabila kereta api yang berhenti di jalan bebas akan meneruskan
perjalanan ha nya denga n lokomotif sendiri atau lokomotif denga n
sebagian rangkaian, masinis boleh menjalanka n sebagian kereta apinya
dengan tida k memakai ta nda a khiran (sem boya n 21) dan harus memasa ng
sem boya n 3 1 sa mpai stasiun pertama berikutnya . Bagia n kereta api yang
ditingga lkan di jalan bebas harus dilindu ngi denga n semboyan 3
sebagaimana ketentuan dalam pasa l 87. Untuk mengam bil bagia n yang
ditingga lkan tersebut, dipergunakan kereta api penolong.
(2) Apabila kereta a pi ya ng berhenti di jalan bebas tidak dapat meneruskan
perjalanannya (misa l nya, ka rena kerusa ka n atau sebab la in), masinis da pat
memutuska n untuk meminta kereta api penolong.
(3) Perm intaan kereta api penolong oleh masinis disampaika n kepada Ppkp
da n/ata u stasiun terdekat mela l u i radio masinis atau a lat komunikasi lain,
kecua l i apabila permintaan mela l u i kedua a lat kom u nikasi tersebut tidak
da pat dilaku kan, permintaan tersebut disa m pa ika n hanya secara tertul is.
(4) Perm intaan kereta a pi penolong sebagaimana pada ayat (3) diaj u ka n
denga n mempergunaka n bentuk "permintaan kereta a pi penolong"
(bentuk 93) sebagaimana pada lampiran 5, dan harus ditu l is:
a. nomor kereta api ya ng membutuhkan pertolongan;
b. penjelasaan singkat menga pa dibutu h ka n kereta a pi penolong;
c. tempat kereta api ya ng harus ditolong;
d. keteranga n singkat a pa yang harus dibawa oleh kereta a pi penolong;
e. penetapan dari a ra h mana kereta api penolong harus dikirim jika
dalam keadaan memaksa .

Edisi September 2011 V-47


Pasal 90 Peraturan Dinas 19 Jilid I

Bentuk perm intaan kereta a pi penolong ditulis rangka p dua. Ppka ya ng


menerima aslinya, setelah menandata nga ni lembar tanda terima,
mengembalikan lembar tersebut kepada masinis untuk dilekatka n pada
bentuk perm intaan kereta api penolong.
(5) Permintaan mela l u i a lat komu nikasi sebaga imana pada ayat (3), isi
pem bica raan harus sa ma seperti yang ditera ngka n dalam bentuk
perm intaan kereta api penolong sebaga imana pada ayat (4).
(6) Bentuk perm intaan kereta a pi penolong apa bila h u bu nga n komunikasl
tidak da pat dilakukan sebaga imana pada ayat (3) harus dikirim ke stasiun
terdekat oleh:
a. masinis, menggu naka n lokomotif sendiria n ata u berikut sebagia n
rangkaian tanpa tanda a khiran (semboya n 21) dan memasa ng
sem boya n 3 1 pada sia ng hari ata u memperdengarkan sem boya n 39
pada malam ha ri; ata u
b. pembantu masinis atau petugas perawatan jalan rel, melal u i jalan
terdekat ata u tercepat, jika mu ngkin, mempergunaka n kendaraan
jalan raya .

Paragraf 2
Ketentuan tentang Kereta Api ya ng Mem butuhkan Pertolongan
Pasal 90
( 1) J ika permintaan kereta api penolong telah diaj u ka n baik secara tertul is
maupun melalui a lat komunikasi, kereta api ya ng membutuhka n
pertolonga n tersebut tidak boleh berpindah tem pat sebelum kereta api
penolong data ng, kecuali apabila kereta api penolong tida k diperl ukan lagi,
denga n ketentua n :
a. telah disa mpaika n pembatalan permintaan pertolongan kepada Ppka
stasiun penerima Kap dan masinis da pat melanjutka n perjalanannya
setelah menda pat izin dari Ppka stasiun di depannya;
b. jika hu bunga n kom u nikasi dengan Ppkp tida k dapat dilakukan, masinis
da pat menja lanka n kereta apinya menuju stasiun terdekat dengan
kecepata n tidak melebihi 5 km/jam ya ng d ida h u l u i dan diikuti oleh
petugas, masing-masing pada jarak minimum 100 meter sa mbil
mem perlihatkan sem boya n 3, yang diperlihatka n di muka dan
belakang.
(2) Pada lintas bergigi, lokomotif tidak boleh dilepas dari ra ngkaian dan
masinis harus teta p tinggal di lokomotif.

V-48 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 91

(3) Untu k kereta api penu mpang, kondektur tidak boleh meninggalkan kereta
apinya .
Apabila dalam bagian rangka ian ya ng ditingga lkan di jalan bebas tida k
terda pat kereta berisi penu mpang, kondektur diharuska n mengikuti
sebagian kereta api ya ng meneruska n perjalanan.
(4) Lokomotif kereta api penolong harus diga ndengkan pada ra ngkaian kereta
api ya ng ditolong.

Paragraf 3
Tinda ka n Pengenda li/Pengatu r Perjalanan Kereta Api yang Menerima
Permintaan Kereta Api Penolong
Pasa l 91
( 1) Ppkp/Ppka yang menerima perm intaan kereta api penolong harus segera
menga mbil tindaka n u ntuk memenuhi perm intaan tersebut.
(2) Apabila Ppka sendiri tidak m u ngkin memenuhi permintaan tersebut,
permintaan harus segera diteruskan denga n wa rta dan jika perlu, melal u i
telepon ke stasiun yang men u rut petu njuk d a l a m Gapeka akan segera
da pat memenuhi permintaan tersebut.
(3) Apabila kereta a pi ya ng membutu hka n pertolonga n tersebut berhenti
dekat stasiun yang ba ru dilewati, seba iknya kereta api tersebut
dita rik/didorong ke stasiun ya ng baru dilewati dengan kereta api penolong.
(4) Sebaga i kereta api penolong dapat diperg u na ka n :
a. lokomotif yang membawa bentuk permintaan kap;
b. lokomotif cadangan ata u lokomotif la ngsira n;
c. lokomotif kereta api ya ng ada di stasiu n atau ya ng segera a ka n datang,
denga n mempertimba ngka n kepentinga n perjalanan kereta a pi
terse but.

Paragraf 4
Perjalanan Kereta Api Penolong
Pasa l 92
( 1) Kereta api penolong dapat dijala nkan sebagai kereta api yang sudah atau
bel u m diumumkan terlebih dahulu perjalana nnya .
(2) Apabila tidak ada wa ktu u ntuk meneta pka n perjalanan kereta api
penolong, kereta a pi dapat dijala nkan dari stasiun ke stasiun berikutnya
sebagai kereta api ya ng belu m diumu mka n perjalana nnya terlebih da hulu
kepada semua petugas sebaga imana dala m pasal 24 ayat (1) h u ruf b dan c.

Edisi September 2011 V-49


Pasal 93 Peraturan Dinas 19 Jilid I

(3) Pada petak jalan tempat kereta a pi yang membutu hka n pertolongan,
kecepata n kereta a pi penolong setinggi-tingginya 30 km/jam, kecua l i
kereta api penolong yang terdiri dari lokomotif sendirian diperbolehkan
hingga 45 km/jam.
(4) Perjalanan lokomotif sebagai kereta api penolong yang harus menarik
bagia n kereta api ya ng ditinggalkan di jalan bebas sebagaimana dalam
pasal 89 ayat ( 1) tidak perl u diteta pka n dan diumumka n tersendiri dan
tidak perlu mempergunakan Lkdr dan tabel kereta a pi.

Bagian Kesembilan
Kereta Api yang Putus atau yang Terlihat Tidak Membawa Tanda Akhiran
Paragraf 1
Tindaka n Awak Kereta Api dan Petugas dalam Kereta Api
Pasal 93
( 1) Apa bila rangka ian kereta a pi terputus dalam perja lana n, kedua bagia n
ra ngka ian seharusnya berhenti denga n sendirinya, dan masinis segera
memerinta hkan pem ba ntu nya mengikat semu a rem pa rkir dari kedua
bagian rangka ian tersebut dan memasang stopblok.
(2) Setelah melaku ka n tindakan sebaga imana pada ayat ( 1), masinis segera
mela porkan kepada Ppkp dan memerintah ka n pembantunya u ntuk
melindu ngi kereta apinya denga n semboya n 3 ya ng dipasang di belaka ng
rangka ian.
(3) Apa bila bagian ra ngkaian ya ng terputus sebaga imana pada ayat ( 1)
disebabka n oleh a lat pera ngka i ya ng terlepas:
a. masinis dibantu asisten masinis, kondektur atau Tka berusaha
mera ngka ika n kem ba li rangka ian yang terputus;
b. setelah perangka ian kembali dan percobaan pengereman berhasil
ba ik, kereta a pi dapat melanjutkan perjalanan menuju stasiun pertama
berikutnya setelah mendapat izin dari Ppka melalui Ppkp;
c. masinis dibantu asisten masinis atau kondektur berdasarkan data dari
tempat kejadian berkewajiban melapor kepada KS/Ppka atas kejadian
tersebut dan membuat laporan "kejadian luar biasa" ( Kjlb) kejadian
pada bentuk 94 sebaga imana lampira n 6.
(4) Apa bila bagian rangka ian ya ng terputus sebaga imana pada ayat ( 1)
diseba bka n oleh alat perangka i putus (rusak), masinis harus segera
melaporkan kepada Ppkp sekal igus meminta lokomotif penolong dan regu
perba ikan. Sela njutnya,
a. setelah menda pat izin dari Ppkp:

V-50 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 94

1) bagia n rangka ian ya ng ditingga lkan harus segera dilindungi


sem boya n 3 ya ng dipasang 100 meter di belaka ng dan m u ka,
pemasanga nnya dida huluka n dari belaka ng rangkaian;
2) bagia n rangkaian yang tida k terputus dapat melanjutka n
perjalanannya sam pai stasiun perta ma berikutnya setelah pada
lokomotif dipasa ng semboyan 31 pada sia ng hari, sedangka n pada
malam hari mulai dari sinyal masuk stasiun harus diperdengarka n
sem boya n 39 dan ta npa menggu naka n sem boya n 21.
b. masinis berkewajiban melapor kepada KS/Ppka atas kejadian tersebut
dan membuat la poran "kejadian luar biasa" ( Kjlb) pada bentuk 94
sebaga imana lampira n 6 ya ng dibantu asisten masinis ata u kondektur
berdasarka n data dari tempat kejadia n,
c. bagian rangkaian ya ng ditingga lka n di tempat kejadian setelah
dilaku ka n perbaikan sementara oleh regu perba ika n maka rangkaian
tersebut dapat ditarik/didorong menuju stasiun terdekat denga n
kecepatan tidak melebihi 30 km/j a m denga n pengawasan regu
perba ikan.
(5) Apabila pada kereta a pi di jalan bebas tidak terlihat tanda a khira n dan
tidak terl ihat juga tanda-ta nda bahwa rangka ian terputus, kereta a pi
tersebut harus diberhentika n di stasiun perta ma di mukanya lalu masinis:
a. memberita huka n hal tersebut kepada Ppkp dan Ppka;
b. memerinta hkan pembantu nya u ntuk segera memeriksa rangkaian dan
setelah dipastika n ba hwa tidak terlihatnya ta nda a khira n ha nya karena
terlepas/hilang maka dipasang sem boya n 21 sementara menggu naka n
bendera merah ya ng digu l ung sa m pai dengan stasiun tempat
keduduka n Puk/Pug, u ntuk melengka pi semboyan 21.

Paragraf 2
Tindaka n Petugas di Stasiun
Pasa l 94
( 1) Apabila Ppka, penjaga blokpos ata u j u ru rumah sinya l tidak melihat ada nya
tanda akhira n kereta api (semboyan 21) pada kereta a pi yang berhenti
atau berjalan la ngsu ng maka kereta api tersebut harus diangga p terputus.
Selanjutnya, u ntuk menjaga keselamatan, harus melakuka n tindaka n
sebagai berikut.
a. Pembukaan blok u ntuk kereta a pi belakangnya tidak boleh dilakukan,
seda ngka n blokpos ya ng seha rusnya setelah kereta api masuk ata u
la ngsu ng melayani peralata n blok, pelayanan tersebut harus

Edisi September 2011 V-51


Pasal 94 Peraturan Dinas 19 Jilid I

dita ngguhkan hingga menda pat kepastian ba hwa tidak ada nya
sem boya n 21 tersebut buka n ka rena rangkaian terputus.
b. Pada saat hubungan blok terga nggu, kereta a pi tidak boleh diwa rta ka n
masuk.
c. Di l intas jalur ganda a pa bila ada kereta api ya ng a ka n berangkat
melalui jalur kiri, masinis harus diberi bentuk perintah BH (bentuk 90).
d. Memberitahukan perihal tersebut kepada Ppkp u ntuk menghubungi
masinis kereta api ya ng bersa ngkutan dan kepada Ppka stasiun yang
akan dila l u i u ntuk mem berhentika n kereta api tersebut.
(2) Ppka stasiun (misa lnya, B) ya ng mengetah u i ba hwa pada kereta a pi yang
langsu ng tida k terlihat semboyan 21 harus berupaya mem berhentikan
kereta api tersebut denga n melakukan tindaka n sebagai berikut.
a. Menya mpaikan hal tersebut denga n wa rta kepada Ppka stasiun di
belakangnya ya ng baru dilewati (misa lnya A) sebaga i berikut:
Ppka 8 : Ppka A, KA ...... (nomor KA) langsung di 8 tidak
memakai semboyan 21 tahan semua kereta
api. (sa1)
Penu l isa n dalam buku WK.
A. ka ........ (nomor KA) langsung tidak memakai

b. Ppka stasiun berikutnya (misa lnya, C) harus diberita hu mengenai hal


S.21 tahan semua kereta api. 8. (sa1a)

tersebut sebagai berikut.


Ppka 8 : Ppka C, KA .......... (nomor KA) langsung di 8
tidak memakai semboyan 21, dapatkah KA
berikutnya berjalan ? (sa2)
Penu l isa n dalam buku WK.
C. ka ..... (nomor KA) langsung tidak memakai
S.21, dapatkah KA berikutnya berjalan ?. 8. (sa2a)
(3) Ppka C ya ng telah menerima pem beritahuan sa 2 sebaga imana pada ayat
(2) harus berupaya memberhentikan kereta a pi tersebut, dan melakukan

a. Apabila kereta api tersebut di stasiun C menurut peratura n perjalanan


tinda ka n sebagai berikut

berjalan la ngsung, Ppka C harus memberhentika n kereta api dengan

b. Setelah kereta api berhenti di stasiunnya, Ppka C harus segera


cara sebagaimana dalam pasal 86 ayat (3).

melakukan tindaka n u ntuk memasu kka n bagia n yang mu ngkin


terputus dan menggelundung mengikuti kereta a pi tersebut ke ja l u r
lain.

V-52 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 94

c. Apa bila kereta api tersebut tidak da pat diberhentika n di stasiun C,


Ppka stasiun C harus memberita h u kan kepada stasiun berikutnya
(misalnya stasiun D) u ntuk berupaya memberhentika n kereta api
terse but.
(4) Ppka stasiun ya ng dapat memberhentika n kereta a pi ya ng tidak membawa
sem boya n 21 harus memeriksa tenta ng tida k adanya semboyan 21
tersebut, dan melakukan tindaka n sebagai berikut.

21 ka rena terlepas/hila ng, kem udia n di stasiun C kereta a pi telah


a. Apabila dalam pemeriksaan ternyata, ba hwa tidak ada nya sem boya n

dipasa ng semboyan 21, warta sa2 sebagaimana pada ayat (2) dapat
dijawab sebaga i berikut:
Ppka C : Ppka B, kereta api berikutnya boleh berjalan (sa3)
Penu l isan dalam buku WK.
B. ka berikutnya boleh berjalan. C. (sa3a)
Kereta api tersebut oleh Ppka stasiu n B boleh diwa rtaka n masuk ke
stasiun A ata u pem buka a n blok unt u k kereta api berikutnya boleh
dilaku ka n .
b. Apabila dalam pemeriksaan ternyata, ba hwa tidak ada nya sem boya n
21 ka rena sebagia n rangka ian kereta api terputus, Ppka harus
melakuka n tindakan sebaga i berikut.
1) Apabila bagia n ya ng terputus tersebut menggelu ndung kemba l i,
Ppka pertama ya ng mengeta hu inya harus segera memberita hukan
kepada

denga n semboyan 55 C (semboyan ba haya) dan


a) penjaga perlintasa n yang a ka n dilewati gelundungan tersebut

b) Ppka tiga stasiun bertu rut-tu rut denga n wa rta kkt ya ng


terdekat di a rah gelu ndunga n dan harus ditera ngka n juga
a pabila bagian ya ng menggelu ndung berisi penumpa ng.
2) Tia p-tiap Ppka stasiun yang dilewati bagia n kereta a pi ya ng
menggelu ndung harus mengaba rka n pula kepada Ppka tiga stasiun
berturut-tu rut ya ng terdekat di a ra h gelundunga n sebaga imana
pada butir 1).
3) Ppka ya ng menerima ka ba r tentang gelundunga n bagian kereta a pi
harus segera beru paya u ntuk dapat memberhentika n gelundunga n
ke ja l u r ta ngkap ata u jalur lu ncu r sebaga imana dalam pasal 44 ayat
(2) dan Ppka ya ng berhasil memberhentikan bagia n kereta a pi ya ng
menggelu ndung harus menga barka n kepada Ppka sebagaimana
pada butir 1) dan 2) dan dikabarkan pula jumlah kereta atau
gerbong ya ng telah diberhentika n.

Edisi September 2011 V-53


Pasal 95 Peraturan Dinas 19 Jilid I

4) Apabila telah diterima kabar ba hwa bagian kereta a pi yang


menggel u nd u ng da pat diberhentika n di salah satu stasiun, dalam
Lkdr catatan kereta dan gerbong yang terputus tersebut dicoret
dan su rat-su rat pengantarnya disera hkan kepada Ppka/Pap.
Kem udian, bagian kereta api yang terdiri dari lokomotif denga n sisa

semboya n 21 atau dapat mempergu n a ka n 2 bendera mera h ya ng


rangka ian boleh meneruskan perja lanannya setelah dipasa ng

digulung.
Apabila dalam bagian tersebut terda pat penum pa ng, jika perlu,
Ppka harus mengatur perja lanan selanjutnya .
c. melaporka n kepada Ppkp tentang tindakan ya ng telah dilaku ka n
sebagaimana pada h u ruf a atau b
(5) Apa bila kelihata n ata u berdasa rka n ka bar ya ng diterima ternyata, bahwa
bagian kereta api ya ng terputus berhenti di jalan bebas, bagia n tersebut

sebaga imana dalam pasa l 91 dan pasal 92.


harus ditarik ke stasiun denga n kereta a pi penolong men u rut ketentuan

dalam la poran warta (bentu k 142), seda ngka n warta dinas (bentuk 131)
(6) Semua wa rta harus ditu lis dalam buku WK, d iberi nomor, dan dicatat

tidak dipergu nakan.

Bagian Kesepuluh
Perjalanan Kereta Api ke Tempat Halangan di Jalan Bebas dan Kembali
Pasal 95
( 1) Apa bila pada peta k jalan yang terhalang penerusan angkutan kereta api
masih da pat dilaku ka n dengan pemindahan angkutan di tempat hala ngan,
kereta api dapat dijala nkan di a ntara kedua stasi u n ke tempat halanga n.
(2) Selama sistem pengenda lian perjalanan kereta a pi terpusat ( P K) berfu ngsi,
penu njukka n kereta api u ntuk pemindahan angkutan diatur oleh Ppkp.
(3) Selama pada peta k jalan ada halangan, la ngsiran kelu a r tanda batas
gerakan la ngsir tidak diperbolehkan.
(4) Perjalanan kereta a pi ke tempat hala ngan sebaga imana pada ayat ( 1)
dilaku ka n dengan ca ra sebagai berikut.

kedua stasiun sebaga imana dalam pasa l 86 ayat (3).


a. Kereta api la ngsu ng dari kedua a rah harus d iberhentika n luar biasa di

didorong denga n kecepatan tidak melebihi 30 km/jam, kecuali


b. Kereta a pi yang dijalanka n dari stasiun ke tempat halangan harus

lokomotif sendirian diperbolehka n hingga 45 km/jam.


c. Ppka di kedua stasiun pada peta k jalan tersebut harus berkoordinasi

V-54 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 95

melal u i telepon a nta rstasiun tentang kereta api ya ng a ka n dija la nka n


dari stasiun masing-masing k e tempat ha langa n d a n perjalanan
kembal inya ke stasiun, dan masing-masing harus sa ling menegaska n
tenta ng:
1) nomor ata u sebutan kereta a pi;
2) waktu bera ngkat dan kembali di stasiun;
3) sam pa i di mana kereta a pi tersebut boleh berjalan; dan
4) ja l u r mana ya ng akan dila l u i pada petak jalan ja l u r ga nda.
d. Pengaturan perjalanan kereta api d i anta ra stasiun dan tempat
halangan dilakukan sebaga i berikut.
1) Pada petak jalan ja l u r tungga l
a) Antara stasiun dan tem pat halangan ha nya diperbolehka n
berjalan satu kereta api, seda ngkan dalam keadaan mendesa k
diperbolehka n dija la nka n kereta api kedua denga n kecepata n 5
km/jam (secepat ora ng berjalan kaki) dida h u l u i oleh petugas
yang memperlihatkan semboyan 3 pada jara k 100 meter.
b) Ca ra penga manan sebaga ima na pada butir a) harus tetap
dilakuka n hingga kereta api perta ma telah melewati sem boya n
3 ya ng melindungi tempat halanga n ata u sampai kedua kereta
api tersebut bertemu dan terga ndeng.
2) Pada peta k jalan jalur ga nda ketentuan tersebut di atas berlaku
u ntuk tiap jalur ya ng terhalang.
e. U ntuk kereta a pi ya ng berjalan ke tem pat hala ngan dan kembali, Ppka
di kedua stasiun pada petak jalan tersebut harus menga ba rkan warta
kereta api tentang tanya jawab kondisi peta k jalan, wa rta bera ngkat,
dan wa rta masuk, kecuali dalam kejadian ya ng dimaksud pada h u ruf f.
Apa bila kereta api pertama bel um kembali dan a ka n dijalanka n kereta
a pi lagi, pada wa ktu menya m pa ika n warta kereta a pi tentang ta nya
jawab kondisi petak jalan untu k kereta api kedua, harus diterangka n
bahwa kereta api pertama bel um kem bali.
Tia p-tiap wa rta kereta a pi harus ditam bah denga n kata-kata "ke tph"
(ke tempat halanga n) ata u "dari tph" (dari tempat halangan) dan pada
petak jalan ja l u r ganda harus ditera ngka n pula jalur mana ya ng dilalui
kereta a pi.
f. Apa bila hubunga n telepon a ntara kedua stasiun ya ng dimaksud pada
h u ruf c terga nggu, kereta api boleh dijala nkan ke tempat ha langa n dan
kemba l i atas ta nggung jawa b Ppka stasiun kedua belah petak jalan
terse but.
g. Petugas blokpos ya ng dilewati kereta api tersebut harus diberita hu
melal u i telepon tenta ng perjalanan kereta api tersebut.

Edisi September 2011 V-55


Pasal 95 Peraturan Dinas 19 Jilid I

h. Petugas perlintasa n dan jalan silang ya ng dilewati kereta a pi harus


diberitahu tenta ng perjalanan kereta api tersebut.
(5) Ketentuan tentang perjalanan kereta api ke tempat halangan sebaga imana
pada ayat (4) dilaku kan sesuai ketentuan perjalanan konvoi sebagaimana
dalam pasa l 63.
(6) Setelah di tempat ha langa n tersedia hubungan telepon dan telah
diberita h u kan oleh kepa la u nit pelaksana teknis perawata n persinya lan
dan telekomunikasi kepada Pimpinan Daera h, para ma nager daera h, para
kepala unit pelaksana teknis ya ng bersangkutan, dan Ppka di kedua stasiun
pada petak jalan yang terha lang maka tempat pelaya nan telekomu nikasl
sementara tersebut dia nggap sebagai stasiun sementa ra. Nama stasiun
sementara sa ma denga n nama stasiun di dekatnya sebelah hulu denga n
dida hului h u ruf "P" (pihak), misa lnya, stasiun sementa ra yang letaknya
anta ra Boo dan Btt disebut PBtt.
Di stasiun sementa ra sebagaimana pada ayat (6) harus ditu njuk seora ng
petugas yang berha k melaku ka n urusa n perjalanan kereta api oleh J POD.
(7)

Warta kereta a pi sebaga imana pada ayat (4) h u ruf e dika barkan a ntara
Ppka di stasiun sementara tersebut dan Ppka kedua stasiun, kata-kata "ke
(8)

tph" dan "da ri tph" tidak perlu ditamba hkan.


(9) Apa bila tempat halanga n sudah da pat dilalui kereta api sebelum diterima
kabar resmi ba hwa halanga n sudah baik kem bali, sedangkan stasiun
sementara bel um diadaka n, kereta api diperbolehkan berjalan melewati
tempat tersebut berdasarka n ketentuan:
a. apabila di kedua belah pihak tempat halanga n ada kereta a pi,
kedua nya harus dipersatukan dan dijala nka n denga n kecepatan tida k
melebihi 30 km/jam ke sa lah satu stasiun pada peta k jalan tersebut;
b. apabila di tem pat halanga n itu, ha nya ada satu kereta api, kereta api
boleh berjalan terus melewati tempat halanga n tersebut dengan
kecepata n tidak melebihi 5 km/jam da n dida hului oleh seora ng
petugas ya ng memperl ihatkan sem boyan 3 pada jarak 100 meter
ka rena kem ungkinan a kan bertemu dengan kereta api dari ara h lawan;
c. di stasiun pada peta k jalan tersebut kereta api harus diberhentika n
untuk disusun menurut ketentuan;
d. dalam kejadian sebagaimana pada h u ruf a dan b, tiap kereta api ya ng
telah melewati tem pat ha langa n harus diwa rta kan masuk oleh stasiun
yang didatangi perta ma kepada stasiun di pihak lain pada petak jalan
tempat ha langa n tersebut dengan dita mbah kata-kata "telah melewati
tph".

V-56 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 96

( 10) Ha langa n telah dinyata ka n dica but a pa bila :


a. wa rta dinas penca buta n halanga n tela h disampa ika n oleh serendah­
rendahnya kepala u n it pelaksana teknis perawata n jalan rel; dan
b. Ppka di kedua stasiun pada peta k jalan telah menyata ka n menerima
wa rta dinas tersebut denga n wa rta pengu langa n.

Bagian Kesebelas
Pengalihan Perjalanan Kereta Api
Pasa l 96
( 1) Perjalanan kereta api da pat dialihkan a pabila terjadi rinta ng jalan pada
ja l u r kereta api ya ng aka n dila l u i dan taksira n lamanya rintang jalan
ditam ba h waktu sisa perjalanan sesuai peratu ra n perjalanan mulai dari
stasiun persimpanga n melebihi waktu pengalihan perjalanan memuta r.
(2) Pengatura n perjalanan kereta api sebagaimana pada ayat ( 1) diatur
dengan :
a. Malka rintang jalan (rinja) yang berlaku sesuai denga n masa
berlaku nya Gapeka .
b . Warn u ntuk mengu mumka n perjalanan men u rut Malka rinja serta
meneta pka n dan mengu mumka n kereta api luar biasa (klb)
persa mbungan.
(3) Perjalanan kereta api yang dial ihka n ka rena adanya rinja, diatur sebagai
berikut.
a. U ntuk kereta api anta r daerah, penga lihan perjalanan kereta api
diteta pka n oleh Direksi, seda ngka n pengendalian perjalanan kereta api
dilaksa nakan oleh PK Pusat.
b. U ntuk kereta a pi dalam satu daerah, pengatura n perja lanan kereta a pi
diteta pka n oleh Pimpinan Daera h, seda ngka n pengenda lian perjalanan
kereta api dilaku ka n oleh PK Daera h .
c. Sesuai denga n Peratura n dan ta mbaha n dinas operasi ( PTDO);
d. Apa bila masinis tida k mempunyai ketera ngan kecaka pan pema haman
lintas (0.63) u ntuk l intas ya ng aka n dija lani, masinis harus didampingi
penu nj u k jalan.
(4) Perubahan perjalanan kereta api dari perjalanan kereta api sesuai
peratu ran perjalanan menjadi perjalanan kereta api ya ng dialihka n,
dilaksanaka n denga n pertimba ngan, a ntara lain, sebagai berikut.
a. Pemindahan angkutan (overstapen) sulit dilaksa naka n karena situasi
la pangan dan terbatasnya sarana.

Edisi September 2011 V-57


Pasal 96 Peraturan Dinas 19 Jilid I

b. Tela h diperoleh kepastian tenta ng "ta ksira n lamanya rinja" ( LR) dari
Pimpinan Daera h.
c. Apabila diperkira ka n "wa ktu sisa perj a lanan sesuai peratura n
perjalanan m u l a i stasiun persimpa ngan" (WG) dita mbah taksira n
lamanya rinja ( LR) lebih lama dari "waktu penga l ihan perjalanan" (WP)
atau WG + LR > WP, diputuskan perjalanan kereta api dialihkan
(contoh perhitu ngan dapat dil ihat pada lam piran 7).
(5) U ntuk kereta api ya ng terpera ngkap rinja dapat diambil a lternatif tindaka n
sebaga i berikut:
a. menu nggu rinja selesa i;
b. kereta api mundur kembali ke stasiun yang dapat mengal ihkan
perjala nan; atau
c. pemindahan angkutan.
Hal itu ditentu ka n menurut situasi dan denga n mem pertimba ngka n
efisiensi.
(6) Sebagai panduan pengalihan perjalana n, dibuatka n petunj u k pela ksa naan
(ju klak) penga lihan perjalanan kereta api ya ng d iteta pka n oleh Direksi.

V-58 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 97

BAB VI
KETENTUAN PERJALANAN KERETA API PADA WAKTU KERJA TUTUP
Bagian Kesatu
Ketentuan Umum
Paragraf 1
Peta k Jalan Dinas Tutup dan Sta siun ya ng Terkait
Pasa l 97
( 1) Petak jalan dinas tutup dinyatakan dalarn Ga peka denga n kode tertentu .
(2) Pada peta k jalan j a l u r ganda, kedua j a l u r (hilir dan h u l u ) ditetapkan
sebagai peta k jalan dinas tutu p dalarn waktu bersa rnaan.
(3) Petak jalan dinas tutu p sebaga irnana pada ayat ( 1), pada l intas jalur
tu nggal rnaupun jalur ganda ha nya dapat dilaku ka n apabila peralata n
persinya lan di stasiun-stasiun tutu p dilengkapi denga n fasilitas dinas tutup
terrnasuk anak kuncinya.
(4) Stasiun-stasiun pada peta k jalan dinas tutup ya ng terletak di a nta ra stasiun
batas selarna dinas tutup disebut stasiun tutup, da pat dipergunakan
sebagai perhentia n.
(5) Kereta api ya ng berhenti di perhentia n sebagairnana pada ayat (4) diatur
dalarn peratura n tarnbahan dinas operasi ( PTDO), terrnasuk u ntuk
pelayanan dan ketertiban naik turun penu rnpang.
(6) Petak jalan dinas tutu p yang dinyataka n dalarn Ga peka da pat diperpanjang
atau diperpendek denga n peneta pa n dalarn PPK atau Wa rn, selarna ata u
sebagian dari dinas tutu p.
(7) Mernperpendek "peta k jalan dinas tutup" sebagairnana pada ayat (6)
da pat rnenyebabka n ada nya stasiun batas baru yang disebut stasiun batas
sernenta ra, seda ngka n rnernperpanjang peta k jalan dinas tutup selain
rnenyeba bka n adanya stasiun batas baru juga rnenghapuska n stasiun
batas biasa.
Mernperpa njang "peta k jalan dinas tut u p" sebaga irnana pada ayat (7),
berarti rnengga bungkan dua petak jalan d inas tutu p yang berbatasan atau
(8)

satu peta k jalan dinas tutup dengan sebagia n petak jalan dinas tutup ya ng
berbatasan, ya ng diteta pkan dalarn PPK ata u Wa rn dan u rn u rn nya
dilakukan u ntuk efisiensi pegawa i.
(9) Mernperpa njang "petak jalan dinas tut u p" sebagairnana pada ayat (7)
tidak boleh dilaku ka n apabila:

Edisi September 2011 VI-1


Pasal 98 Peraturan Dinas 19 Jilid I

a. menga kibatkan penghapusan stasiun batas biasa yang tidak boleh


ditutup menjadi stasiun tutu p ka rena keadaan khusus, m isal nya,
stasiun batas biasa ya ng terletak pada stasiun pera l ihan petak jalan
jalur tu ngga l ke jalur ganda atau sebaliknya, dan stasiun batas biasa
pemeriksa;
b. melampa u i batas pengenda lian PK; ata u
c. kedua belah pihak peta k jalan dinas tutu p ya ng diperpanjang akan
dibatasi dengan stasiun batas sementara .
( 10) Memperpendek "petak jalan dinas tutu p" sebaga imana pada ayat (7)
bera rti mem bagi satu petak jalan dinas tutu p menjadi dua petak jalan
dinas tutup, dan da pat dilaksa nakan a pa bila:
a. Diteta pka n dalam PPK ata u Warn; ata u
b. Dalam keadaan memaksa, a nta ra lain, disebabka n :
1 ) fasilitas d i n a s tutup terga nggu; d a n
2) harus melayani perjalanan kereta api penolong.

Paragraf 2
Waktu Kerja Stasiun
Pasal 98
( 1) U ntuk urusan perjalanan kereta a pi, waktu kerja buka dan waktu kerja
tutup diteta pkan dalam PTDO berdasa r Gapeka .
(2) Selama wa ktu kerja tutup berlaku, semua stasiun batas biasa tetap buka,
dan semua stasiun dia ntara stasiun batas biasa jika tida k menjadi stasiun
batas sementa ra atau stasiun batas luar biasa harus tutu p.
(3) Tia p-tia p stasiun batas biasa, stasiun batas sementa ra, dan stasiun batas
luar biasa harus mengetah u i ada nya stasiun batas luar biasa ya ng dibuka
pada wa ktu kerja tutup, dan da pat diketa hui dari wa rta permulaan dinas
sebaga imana dalam pasa l 99.
(4) Stasiun batas sementa ra memulai dan mengakhiri dinas pada saat yang
ditetapka n dalam PPK dengan cara ya ng diteta pka n sebaga imana dalam
pasal 100 dan pasa l 102.
(5) Stasiun batas luar biasa memulai dan menga khiri dinas dengan cara ya ng
ditetapka n sebagaimana dalam pasal 100 dan pasal 102.
(6) M u l a i permulaan wa ktu kerja tutup, stasiun yang seha rusnya tutu p tetapi
bel um dapat tutup, harus tetap buka sebagai stasiun batas luar biasa .
Sela njutnya, stasiun tersebut hanya dapat tutup dengan cara ya ng
ditetapka n sebagaimana dalam pasal 100 dan pasal 108.

VI-2 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 99

Paragraf 3
Waktu Permulaan dan Akhir "Dinas Tutu p" pada "Petak Jalan Dinas Tutu p"
Pasa l 99
( 1) Waktu permulaan "dinas tutup" pada "peta k jalan dinas tutup" jalur
tu nggal maupun ja l u r ganda ditetapka n dalam PTDO berdasar Ga peka .
(2) Sebaga i pedoman untuk meneta pka n waktu permulaan "dinas tutu p"
adalah sebaga i berikut.
a. U ntuk petak jalan yang terda pat 1 (satu) stasiun tutup:
1) stasiun B harus sudah selesa i m elaku ka n hubunga n blok ata u
pertukara n wa rta kereta api untuk kereta api tera khir sebelum
dinas tutup denga n stasiun batas paling lambat 10 menit sebelum
dinas tutu p, ata u
2) stasiun B harus sudah selesai melayani peralatan dinas tutup serta
hubungan a nta r stasiun batas berfu ngsi dengan baik, paling lambat
10 menit sebelum kereta a pi perta ma dinas tutu p bera ngkat
menuju peta k jalan dinas tutu p.
Conteh:
Pada ga mbar 71:
apabila pada petak jalan
A
. .

A-C, Stasiun B ditetapka n


d a n diumumkan sebagal
B

stasiun tutu p pada pukul


14.00 maka : c

Gamba r 71
1. Stasiun B harus selesai melakuka n hu bunga n blok atau
pertuka ran warta kereta a pi, u ntuk kereta a pi tera khir sebelum
dinas tutup paling lambat puku l 13.50
2. stasiun B harus sudah selesa i melayani pera lata n dinas tutu p
serta hubunga n a ntara stasiu n batas A dan stasiun batas C
berfungsi dengan baik pa ling la mbat pukul 14.00.
b. U ntuk petak jalan dinas tutup ya ng terdapat bebera pa stasiun tutup,
pela ksa naan dinas tutu p dilakukan dengan ca ra beru ruta n dari salah
satu stasiun batas dan masing-masing harus memenuhi ketentuan
sebaga imana pada huruf a ayat ini.

Edisi September 2011 VI-3


Pasal 99 Peraturan Dinas 19 Jilid I

Conteh:
Pada ga mbar 72: A t :i----
Apabila petak jalan A-D
__...._____.,...____2
_· �-

diteta pkan sebaga i peta k


I

jalan dinas tutu p pada pukul


IB ii :11---#-=----t-"""".,,,.
"" - .. --1-
I :
20.00, stasiun A dan D c
sebagai stasiun batas, stasiun
B dan C sebaga i stasiun
tutu p, maka :
Gambar 72
1. stasiun C diteta pkan sebagai stasiun tutup pada pukul 19.50,
denga n demikia n stasiun tersebut h a rus selesa i melaku ka n
hubungan blok ata u pertuka ran wa rta kereta api d a n peralata n
dinas tutup telah dilaya ni serta hu bungan anta ra stasiun batas D
dan stasiun buka B berfu ngsi dengan baik.
2. stasiun B diteta pka n sebaga i stasiun tutu p pada pukul 20.00,
denga n demikia n stasiun tersebut h a rus selesa i melaku ka n
hubungan blok ata u pertuka ran wa rta kereta api d a n peralata n
dinas tutup telah dilaya ni serta hu bungan anta ra stasiun batas D
dan stasiun batas A berfu ngsi dengan baik.
c. Setelah memenuhi ketentuan sebagaimana pada h u ruf a ata u b ayat
ini, stasiun batas ya ng berhak memberikan wa rta dinas tutu p, harus
mewa rtaka n wa ktu perm u laan dinas (Wpd) untuk stasiun tutup (Stp)
pada petak jalan dinas tutu p ya ng bersa ngkuta n, jika perlu,
mem beritah u ka n nama stasiun ya ng seha rusnya tutu p teta pi masih
teta p buka sebaga i stasiun batas luar biasa (Sbl) ata u stasiun batas
sementa ra (Sbs).
d. Apabila terdapat stasiun yang seha rusnya tutup tetapi masih tetap
buka sebaga i stasiun batas luar biasa ata u stasiun batas sementa ra,
wa rta permulaan dinas tutup sebagaimana pada huruf c disampaikan
secara berantai ata u melal u i Ppkp, sebaga i berikut:
ks...... (semua stasiun batas pada petak jalan dinas tutup yang
melakukan dinas) wpd stp ......... (petak jalan dinas tutup).
sbl..... (nama stasiun batas luar biasa) atau sbs...... (nama
stasiun batas sementara)
ks .......... (ks stasiun batas yang ditunjuk) (wt1)
e. Pada peta k jalan jalur ganda, kedua ja l u r ( h u l u dan hilir) ditetapka n
wa ktu permulaan "dinas tutu p" secara bersa maan.

VI-4 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 100

(3) Waktu mengakhiri dinas tutup u ntuk memulai dinas buka pada jalur
tu nggal maupun ja l u r ganda diatu r sebaga i berikut.
a. diteta pka n dan diumu mka n dalam PTDO, PPK ata u Warn.
b. Sebagai pedoman untuk meneta pkan waktu akhir "dinas tutu p" adalah
sebaga i berikut.
1) stasiun batas harus sudah selesa i melaku kan hu bunga n blok ata u
pertukara n wa rta kereta api untuk kereta api terakhir dinas tutup
paling lambat 10 menit sebel um dinas buka; atau
2) harus sudah selesa i melaya n i pera lata n dinas tutu p serta hubunga n
dengan stasiun buka di kedua piha k berfu ngsi dengan ba ik, paling
lambat 10 menit sebelum kereta a pi pertama dinas buka .
c. Pada peta k jalan ja l u r ganda, kedua j a l u r (hulu dan hil ir) ditetapka n
saat wad stp ya ng bersa maan.

Paragraf 4
Akhir Dinas Stasiun
Pasal 100

A. Mengakhiri Dinas Buka dalam Mewujudkan Stasiun Tutup


( 1) Apabila stasiun B yang terletak pada petak jalan dinas tutup A-C aka n
memulai dinas tutup, ha nya boleh dilaku ka n setelah hubunga n blok ata u
pertu ka ra n warta kereta a pi selengkapnya selesa i u ntuk kereta a pi ya ng
melewati B dari kedua a rah dan pekerjaan langsir di B telah selesa i,
selanjutnya :
a. Sebelum melakukan dinas tutu p Ppka stasiun B harus melapor
seka ligus memberitah u ka n maksudnya u ntuk tutu p melal u i telepon PK
kepada Ppkp, dengan cara sebaga i berikut:
1) Ppka stasiun B melapor kepada Ppkp denga n warta wt2.
Ppka B : ppkp ..... (kode ppkp) stasiun B siap dinas
tutup pukul... (waktu siap tutup) (wt2)
Penu l isa n dalam buku WK di stasiun dan buku Catka di PK.
ppkp ..... (kode ppkp). B siap tutup pukul...
(waktu siap tutup). B. (wt2a)
2) Ppkp menjawa b sebaga i berikut.
a. Apa bila Ppkp setuju :
Ppkp... (kode Ppkp) Ppka..... (nama stasiun) setuju
tutup pukul..... (waktu jawab). (wt3)

Edisi September 2011 VI-5


Pasal 100 Peraturan Dinas 19 Jilid I

Penu lisan dalam buku WK di stasiun dan buku Catka di PK.


Ppka...... (nama stasiun). setuju tutup pukul..
(waktu jawab). Ppkp..... (kode Ppkp) (wt3a)
b. Apa bila Ppkp belu m menyetuju i :
Ppkp... (kode Ppkp) : Ppka...... (nama stasiun) tunggu
pukul..... (waktu jawab). (wt4)
Penu lisan dalam buku WK di stasiun dan buku Catka di PK.
Ppka...... (nama stasiun) tunggu pukul..... (waktu
jawab). Ppkp..... (kode Ppkp) (wt4a)
3) Apabila sudah mendapat persetujuan dari Ppkp, B menjawab
denga n :
Ppka 8 : Ppkp..... (kode Ppkp) stasiun 8 mengertl
pukul..... (waktu jawab)
Penu l isa n dalam buku WK di stasiun dan buku Catka di PK.
Ppkp..... (kode Ppkp) mengerti pukul.....
(waktu jawab). 8
b. Setelah mendapat persetujuan Ppkp:
1) Ppka stasiun B memberitah u ka n maksu dnya u ntuk tutu p dengan
warta wt5 melal u i telepon a nta rstasiun kepada stasiun batas biasa
yang aka n memberika n wa rta dinas tutup (stasiun batas yang
ditunj u k dalam PTDO, misal stasiun A), sebagai berikut:

Apakah stasiun 8 dapat tutu p pukul


Ppka 8 : Ppka A (nama stasiun batas yang ditunjuk).
••••••

(waktu siap tutup) (wtS)


Penu l isa n dalam buku WK.
A tutup? ..... (waktu siap tutup) 8. (wtSa)
2) Setelah menerima warta wt5 dari B, Ppka A menjawab denga n
warta sebagai berikut.
a) Apa bila Ppka A setuju, harus dijawab denga n warta wt6 mela l u i
telepon a ntarstasiun sebagai berikut.
Ppka A : Ppka 8, setuju tutup pukul..... (waktu
jawab). (wt6)
Penu lisan dalam buku WK.
8. setuju ..... (waktu jawab) A. (wt6a)

VI-6 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 100

b) Apa bila A bel um menyetuju i, warta wt5 harus dijawab dengan


warta wtl sebagai berikut.
Ppka A : Ppka 8, tunggu pukul..... (waktu jawab). (wt7)
Penu l isa n dalam buku WK.
8. tunggu ..... (waktu jawab) A. (wt7a)
Apa bila Ppka B menerima warta wtl dari A, sepu l u h menit
kemudian jika perlu, wa rta wt5 harus diulang.
c. Apa bila telah menerima warta wt6, Ppka B harus melakukan tindaka n
sebaga imana dalam pasa l 108 sub-A dan B , selanjutnya :
1) Menyam paikan warta wtB ke Ppka stasiun A sebagai berikut.
Ppka 8 : Ppka A, semua sinyal telah diubah menjadi
indikasi "berjalan" (wtB)
Penu l isa n dalam buku WK.
A semua sinyal indikasi berjalan. 8. (wtBa)
2) Setelah menerima warta wtB, Ppka A menya mpa ika n warta dinas
tutu p ke stasiun B denga n warta wt9 sebagai berikut.
Ppka A : Ppka 8, dinas tutup.......... (waktu tutup) (wt9)
Penu l isa n dalam buku WK.
8 dinas tutup...... (waktu tutup) A. (wt9a)
d. Selanjutnya Ppka A melaporkan ke Ppkp, bahwa stasiun B telah tutup
sebaga i berikut:
PpkaA : Ppkp...... (kode Ppkp), stasiun 8 tutup pukul......
(waktu tutup) (wt10)
Penu l isan dalam buku WK di stasiun dan buku Catka di PK.
Ppkp.... (kode Ppkp), 8 tutup pukul...... (waktu
tutup). A (wt10a)
e. Apa bila komu nikasi dengan Ppkp tida k berhasil, Ppka stasiun B dan
Stasiun A melakukan langkah-la ngka h sebaga imana pada h u ruf b dan
c , tanpa persetujuan dari Ppkp.

(2) Apabila stasiun B ya ng terletak pada petak jalan dinas tutu p A-C belu m
da pat mengakhiri dinas pada saat perm u l a a n dinas tutup, stasiun tersebut
harus teta p buka sebaga i stasiun batas l u a r biasa.

B. Mengakhiri Dinas Stasiun Batas pada Petak Jalan Dinas Tutup


(3) Jika tidak diperl u ka n lagi, stasiun batas sementa ra atau stasiun batas luar
biasa boleh mengakhiri dinas buka dengan ketentuan sebaga i berikut.

Edisi September 2011 VI-7


Pasal 100 Peraturan Dinas 19 Jilid I

a. Untu k stasiun batas sementara harus ditetapka n dalam PPK,


sedangka n stasiun batas luar biasa sesuai kebutu han operasional dan
diteta pkan dalam Wa rn.
b. apabila telah menerima wa rta berangkat suatu kereta a pi yang menuju
dan mengakhiri perjalanan di stasiu nnya, kereta a pi tersebut telah
masuk di stasiunnya dan warta masuk tel a h disa mpa ika n ke stasiun
sebelumnya atau
c. telah menerima wa rta masuk dari stasiun berikutnya untuk kereta api

yang berangkat dari stasiunnya .


(4) U ntuk menga khiri dinas stasiun batas, sebelum menya m pa ika n warta wt 6
sebaga imana pada ayat ( 1) harus memastika n ba hwa ketentuan
sebaga imana pada ayat (3) huruf b atau c telah d ipen u hi.
(5) Stasiun batas sementa ra ya ng diha puskan ka rena perpanjanga n peta k
jalan dinas tutup dapat mengakhiri dinas sebagai stasiun tutup dengan
ketentuan ba hwa kedua pihak peta k jalan dinas tutu p yang seharusnya
sudah terwujud.
Sela njutnya, stasiun batas tersebut berlaku ketentuan sebagaimana pada
stasiun tutu p.

C. Mengakhiri Dinas Stasiun Batas pada Akhir Dinas Tutup


(6) U ntuk mengakhiri dinas stasiun batas pada a khir dinas tutup, berlaku
ketentuan sebaga i berikut.
a. Apabila suatu stasiun batas telah menya m paikan wa rta berangkat
untuk kereta api terakhir sebelum dinas bu ka, stasiun tersebut harus
teta p sebagai stasiun batas sa mpai menerima wa rta masuk dari stasiun
batas di m u kanya .
b. Apabila di anta ra stasiun batas biasa dan stasiun batas biasa di
m u ka nya terdapat stasiun batas sementara ata u stasiun batas luar
biasa, stasiun batas tersebut ha nya boleh menga khiri dinas setelah
menerima warta masuk u ntuk kereta a pi terakhir sebelu m dinas buka
dari stasiun batas biasa di m u ka nya.
(7) Setelah ketentuan sebaga imana pada ayat (6) dipenuhi, Ppka stasiun batas
mela porkan kepada Ppkp u ntuk mengakhiri dinas stasiun batas pada a khir
dinas tutup.

VI-8 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 101

Paragraf 5
Pem buka a n Stasiun Batas Sementa ra da n Stasiun Batas Lua r Biasa
pada Waktu Kerja Tutup
Pasal 101
( 1) Apabila stasiun tutup B pada petak ja l a n dinas tutu p A-C, setelah tutup
harus dibuka lagi sebagai stasiun batas sementara ata u stasiun batas luar
biasa, stasiun tersebut harus menyampa ika n warta bt1 menggu nakan
telepon PK melalui Ppkp kepada Ppka stasiun batas biasa A yang ditunj u k
untuk mem berika n wa rta akhir dinas buka sebaga i berikut.
Ppka 8 : Ppka A, dapatkah 8 buka kembali pukul...... (waktu

Penu l isa n dalam buku WK.


tanya)? (bt1)

Ppka A menjawab denga n warta bt2 menggu nakan telepon PK mela l u l


A. dapatkah 8 buka kembali.... (waktu tanya). 8 (bt1a)

Ppkp sebaga i berikut.

Penu l isa n dalam buku WK.


Ppka A : ppka 8. setuju buka. pukul..... (waktu jawab). (bt2)

Apabila Ppka A pada peta k jalan dinas tutup lintas jalur tu ngga l ber­
8. setuju ..... (waktu jawab) A. (bt2a)

keberata n ka rena seda ng sibuk, warta bt1 dari B harus dijawab denga n :

Penu l isa n dalam buku WK.


Ppka A : ppka 8. tunggu. pukul..... (waktu jawab). (bt3)

Apabila Ppka A telah menya m paikan warta bt2 dan Ppka B telah
8. tunggu ..... (waktu jawab) A. (bt3a)

menerima wa rta tersebut, Ppka B segera membata lka n segala persia pa n


untuk dinas tutup yang telah diselesa ika n sebaga imana dalam Pasa l 100
dan Pasal 108pasa l 108 Su b-A dan B, pera latan persinyalan dikembalika n
pada posisi awal dinas buka, a n a k ku nci dinas tutu p dicabut, d a n
sebagainya sesuai PDPS. Dalam keadaan daru rat, pem bata lan tersebut
da pat dilaku kan sebel um warta bt2 diterima.
(2) Apabila stasiun batas sementa ra ata u stasiun batas luar biasa ya ng telah
menga khiri dinas menurut Pasa l 100 Sub-B harus kem ba li sebagai stasiun
batas lagi, harus dilakukan sesua i dengan ketentuan sebagaimana pada
ayat ( 1).
(3) Setelah stasiun B dibuka, Ppka A mem berita h u ka n kepada :
a. Ppka C tenta ng adanya stasiun batas luar biasa B ya ng bekerja pada
petak jalan A-C; dan
b. Ppka B tentang ada nya kereta api yang berjalan pada peta k jalan dinas
tutup di kedua belah pihak stasiun.

Edisi September 2011 VI-9


Pasal 102 Peraturan Dinas 19 Jilid I

Paragraf 6
Pembukaan Stasiun u ntuk "Waktu Kerja Buka" pada Akhir "Waktu Kerja Tutu p"
Pasa l 102

A. Stasiun Tutup
( 1) Apa bila stasiun B pada peta k jalan dinas tutup A-C aka n melakukan dinas
buka sesuai denga n waktu ya ng ditetapka n dalam PTDO, Ppka stasiun B
harus melakukan tindaka n :
a. Sebelum dinas buka, Ppka stasiun B harus melapor seka ligus
mem beritah u ka n maksudnya u ntuk buka m ela l u i telepon PK kepada
Ppkp, dengan cara sebagai berikut:
1) Ppka stasiun B melapor kepada Ppkp denga n warta wbl :
Ppka 8 : Ppkp.... (kode Ppkp), dapatkah 8 buka?. (wb1)
Penu l isa n dalam buku WK di stasiun d a n buku Catka di PK.
Ppkp.... (kode Ppkp). 8 buka?. 8. (wb1a)
2) Ppkp menjawab sebaga i berikut.
a) Apa bila Ppkp setuju :
Ppkp..... (kode Ppkp) : ppka 8. Setuju 8uka. pukul..... (waktu
jawab). (wb2)

Penul isan dalam buku WK di stasiun d a n buku Catka di PK.


8.setuju.......... (waktu jawab). ppkp..... (kode
Ppkp). (wb2a)
b) Apa bila Ppkp belu m setuju :
Ppkp.... (kode Ppkp): ppka 8. tunggu. pukul. . (waktu
jawab).
Penul isan dalam buku WK di stasiun d a n buku Catka di PK.
8. tunggu ...... (waktu jawab). ppkp..... (kode
Ppkp). (wb3a)
3) Apabila sudah menda pat persetujuan dari Ppkp, B menjawab
denga n :
Ppka 8 : Ppkp..... (kode Ppkp) stasiun 8 mengerti
pukul..... (waktu jawab)
Penu l isa n dalam buku WK di stasiun dan buku Catka di PK.
Ppkp..... (kode Ppkp) mengerti pukul.....
(waktu jawab). 8

VI-10 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 102

b. Setelah mendapat persetujuan Ppkp:


1) Ppka stasiun B mem berita h u ka n maksudnya u ntuk buka denga n
wa rta wb4 mela l u i telepon anta rstasi u n kepada stasiun batas biasa
ya ng a ka n mem berikan wa rta dinas buka (misa l stasiun A), sebaga i
berikut:
Ppka 8 : Ppka A, 8 buka. dapatkah anak kunci dinas

Penu l isa n dalam buku WK.


tutup dicabut?. (wb4)

A. wpd anak kunci dinas tutup?. 8. (wb4a)


2) Ppka A menjawa b dengan wa rta sebaga i berikut.
a) Apa bila Ppka setuju
Ppka A : ppka 8. anak kunci dinas tutup boleh

Penu lisan dalam buku WK.


dicabut. pukul..... (waktu jawab). (wbS)

8.setuju.......... (waktu jawab).A. (wbSa)


b) Apa bila Ppka A sedang sibuk, untu k sementa ra warta wb4
harus dijawa b dengan :

Penu lisan dalam buku WK.


Ppka A : ppka 8. tunggu. pukul..... (waktu jawab). (wb6)

8. tunggu ...... (waktu jawab) A. (wb6a)


Apa bila Ppka B menerima warta wb6 dari A, sepu l u h menit
kemudian jika perl u, wa rta wb4 harus diu lang

c. Apa bila Ppka A telah menya mpa ika n warta wb5 dan B menerima wa rta
tersebut, sela njutnya Ppka B segera mempersia pka n dinas buka
sebaga imana dalam Pasal 100 dan Pasa l 108 Su b-A dan B maka
pera lata n persinya lan dikem ba likan dalam posisi awa l, anak kunci
dinas tutu p dicabut, dan sebaga inya sesua i PDPS.
d. Kemudian Ppka B harus menya m paikan wa rta mela l u i telepon
a ntarstasiun kepada Ppka A sebaga i berikut.
Ppka 8 : Ppka A, anak kunci dinas tutup sudah dicabut.

Penu l isan dalam buku WK.


Pukul..... (waktu pencabutan) (wb7)

A. anak kunci dicabut..... (waktu pencabutan). 8. (wb7a)


e. Setelah menya mpaika n warta wbl kepada stasiun A, Ppka B segera
melapor kepada Ppkp denga n wa rta wbB.
Ppka 8 : Ppkp.... (kode Ppkp), Stasiun 8 dinas buka
pukul..... (waktu buka) (wbB)

Edisi September 2011 VI-11


Pasal 103 Peraturan Dinas 19 Jilid I

Penu l isa n dalam buku WK di stasiun dan buku Catka di PK.


Ppkp..... (kode Ppkp). buka..... (walctu buka). B. (wbBa)
f. Apabila kom u nikasi denga n Ppkp tidak berhasil, Ppka stasiun B dan
Stasiun A melakukan la ngkah-la ngkah sebagaimana pada h u ruf b
sa mpai dengan huruf d, ta npa persetujuan dari Ppkp.

B. Stasiun Batas
(2) Apa bila stasiun batas biasa, sementa ra, ata u luar biasa tidak mengakhiri
dinas selama atau pada a khir wa ktu kerja tutu p, stasiun tersebut teta p
buka u ntuk melakukan dinas, seda ngkan stasiun batas yang menga khiri
dinas karena perpanjanga n petak jalan harus dibuka pada wa ktunya pada
perm ulaan dinas aga r dapat menerima wa rta permulaan dinas dari stasiun
tutup sebagaimana pada Su b-A.

Paragraf 7
Stasiun Batas Biasa Pemeriksa
Pasa l 103
Kewajiban KS/Ppka stasiun batas biasa pemeriksa adalah sebaga i berikut.
a. Memeriksa adanya stasiun ya ng a ka n menga khiri dinas.
b. Memeriksa adanya stasiun ya ng dibuka untuk melakukan dinas.
c. Memberitahukan kepada Ppkp, stasiun batas biasa ya ng berdekatan,
stasiun batas sementara, dan stasiun batas luar biasa jika di a ntara
kedua stasiun batas biasa tersebut ada stasiun ya ng teta p buka sebaga i
stasiun batas luar biasa pada saat petak jala n dinas tutup.
d. Memberitahukan kepada stasiun batas sementara dan stasiun batas
luar biasa ya ng timbul dalam wa ktu kerja tutup tenta ng posisi kereta
api ya ng menuju stasiun-stasiun tersebut.
e. Memberitahukan posisi kereta api yang terakhir pada saat pera l ihan
dinas.

Paragraf 8
H u bu ngan Kom u nikasi a ntara Stasiun Batas
Pasa l 104
( 1) Stasiun batas pada petak jalan dinas tutu p harus dapat berh u bu nga n satu
dan ya ng lain mela l u i pera lata n telekomu nikasi sebaga i berikut.
a. Telepon a nta rstasiu n.
b. Telepon PK mela l u i Ppkp.

VI-1 2 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 105

(2) Kedua belah pihak stasiun batas pada peta k jalan dinas tutup harus
mencoba dan mengecek telepon a nta rstasiun pada permulaan dinas tutu p
untuk memastikan ba hwa hubungan telepon a nta rstasiun batas berfungsi
dengan ba ik.
(3) Apabila hubungan sebaga imana pada ayat (2) terganggu, dapat dipastika n
ba hwa peralatan persinya lan di salah satu stasiun tutup mengalami
gangguan, Ppka stasiun batas ya ng bersa ngkuta n harus mela porkan
perihal gangguan tersebut kepada Ppkp d a n petugas perawata n sinya l dan
telekomunikasi u ntuk perbaika n nya.
(4) Dalam keadaan sebagaimana pada ayat (3), Ppkp harus memberita hukan
kepada masinis kereta api yang memasuki petak jalan dinas tutup dan
untuk kereta api yang berjalan langsung harus diberhentikan luar biasa
sebagaimana pasa l 86 ayat (3) oleh Ppka stasiun batas u ntuk diberi
perinta h "berjalan hati-hati" pada bentuk 90 sebagaimana lampiran 2.
(5) Tentang terhubu ngnya ata u terganggunya hubungan telepon a ntarstasiun
sebagaimana pada ayat (3) dan (4), harus diberitahukan denga n
menggu nakan telepon PK mela l u i Ppkp kepada kedua Ppka stasiun batas
pada petak jalan dinas tutu p ya ng diperpanja ng denga n wa rta sebagai
berikut.
Ppka... dan...... (nama Ppka dan nama kedua stasiun batas)
telepon antarstasiun terhubung/terganggu pukul...... (waktu
gangguan).
Ppka..... (nama stasiun yang melaporkan) (gt1)

Bagian Kedua
Menetapkan, Mengumumkan, dan Membatalkan Perjalanan Kereta Api
Paragraf 1
Peratu ra n Perjalanan
Pasal 105
( 1) Pada petak jalan dinas tutu p perjalanan kereta api luar biasa ditetapka n
oleh Pimpinan Daerah dalam wilayahnya, dan u ntuk perjalanan antar
daera h diteta pkan oleh Direksi.
(2) Penetapan perjalanan kereta api luar biasa pada petak jalan dinas tutup
sebagaimana pada ayat ( 1) dengan Wa rn harus dilakukan pada wa ktu nya
dan secepat-cepatnya aga r semua pihak terkait sudah dapat mengeta hui
sela m bat-la mbatnya pada hari dinas buka sebel u m dinas tutup stasiun
yang bersa ngkutan.

Edisi September 2011 VI-13


Pasal 106 Peraturan Dinas 19 Jilid I

(3) Perjalanan kereta api penolong pada peta k jalan dinas tutup ha nya boleh
ditetapka n untuk tia p peta k jalan dinas tutu p oleh salah satu dari kedua
belah pihak stasiun batas setelah berkoordinasi dan mendapat
persetuju a n dari Ppkp.
(4) Perjalanan konvoi pada peta k jalan dinas tutu p hanya boleh diteta pka n
oleh stasiun batas u ntuk salah satu petak j a l a n sejauh petak jalan dinas
buka di kedua belah pihak stasiun batas tersebut.
(5) Dalam PTDO sem ua stasiun tutu p da pat dipandang sebaga i perhentia n.
Oleh karena itu, "ja m la ngsu ng" di stasiun tersebut tidak perlu ditu lis.
(6) Dalam PTDO ditera ngka n stasiun tempat peralihan dinas buka ke dinas
tutup dan dinas tutu p ke dinas buka dan juga ditera ngkan stasiun batas
sementara ya ng harus melakuka n dinas denga n diberita h u kan batas
wa ktunya .

Paragraf 2
Pengu muman dan Pem bata lan Perjalanan Kereta Api Biasa,
Fakultatif, dan Luar Biasa
Pasa l 106
( 1) Pengu muman dan pem batata lan perjalanan kereta api biasa, fakultatif,
dan luar biasa pada peta k jalan dinas tutu p, selain oleh Pimpinan Daerah,
ha nya boleh diumu mka n dan dibata lka n oleh Kepa la Stasiun batas biasa
yang ditunj u k dalam Ga peka ( KS Warn) sebatas wilaya hnya sebagaimana
ketentuan dalam pasa l 17 ayat (3) huruf d atas persetujuan Ppkp.
(2) Pembata lan perjalanan kereta api pada peta k jalan dinas tutup
sebaga imana pada ayat ( 1) harus dilakukan pada waktu nya dan secepat­
cepatnya aga r semua pihak terkait sudah da pat mengeta h u i selambat­
lambatnya pada peralihan hari dinas buka sebelu m dinas tutup stasiun
yang bersangkuta n.
(3) Apa bila pada suatu petak jalan dinas tutup a ka n ada perjalanan kereta api
fa ku ltatif/kereta api luar biasa ya ng menurut peratura n perja lanannya
sebagia n dalam wa ktu sesudah pukul 24.00, KS/Ppka harus
mengu mumka n juga kepada petugas perawata n prasa rana dan penjaga
perlintasa n sebaga i pem beritahuan u ntuk perjalanan kereta api
fa ku ltatif/luar biasa pada esok ha rinya melal u i alat komunikasi.
(4) Pengu muman sebagaimana pada ayat (3) dengan wa rta perjalanan
sebaga imana dalam pasal 20 ayat (3) denga n mengganti kata-kata "ha ri
ini" menjadi "ha ri esok" serta harus dicatat dalam buku warta KA.

VI-1 4 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 107

Bagian Ketiga
Tindakan Terhadap Perjalanan Kereta Api dalam Keadaan
Sesuai dengan Peraturan Perjalanan
Paragraf 1
Pencatata n Wa rta Kereta Api dalam B u ku Warta Kereta Api
Pasal 107
( 1) Ketentuan pemakaian wa rta kereta a pi, selama hubungan blok dalam
kondisi normal maupun dalam kondisi terganggu, pada peta k jalan jalur
tu nggal maupun petak jalan jalur ganda, d iatu r sebaga imana dalam pasal
37.
(2) Untu k kereta a pi ya ng tera khir berjalan pada petak jalan dinas tutu p
disam pa ikan wa rta masuk dari stasiun batas ke stasiun batas, apabila
terda pat stasiun batas sementa ra harus disa mpaikan secara wa rta kkt
melewati semua stasiun batas sementa ra ya ng harus memberi
"pengu la ngan pesa n" juga .
(3) Apabila kereta a pi yang seha rusnya berjalan dalam dinas tutup karena
keterlambata n terpa ksa harus meneruska n perjalanannya dalam dinas
buka, warta masuk di stasiun tempat permulaan perjalanan dalam dinas
buka kereta api tersebut harus disa mpaikan ke stasiun tutup terakhir ya ng
telah buka dan kedua belah pihak stasiun batas.
(4) Semua warta sebagaimana dalam pasa l 99, 100, 101, 102, dan 103 harus
ditulis dalam buku WK, diberi nomor, dan dicatat dalam laporan wa rta
(bentuk 142), seda ngka n wa rta dinas (bentuk 131) tidak dipergu naka n .

Paragraf 2
Pengamanan Perjalanan Kereta Api di Stasiun
Pasal 108

A. Tindakan di Stasiun tutup


( 1) Apabila kereta a pi yang tera khir di stasiun ya ng akan dinas tutup telah
berangkat, la ngsu ng, ata u datang menga khiri perjalana nnya, atau
pekerjaan langsir sudah selesai dan sebel u m semua tindaka n ya ng
ditetapka n dalam PDPS u ntuk dinas tutu p dilakukan, Ppka harus
memastika n ba hwa kereta/gerbong/dresin yang berada di emplasemen
telah dirangka i satu denga n lainnya serta saling terikat agar tidak da pat
bergera k dan apabila disimpan di:

Edisi September 2011 VI-15


Pasal 108 Peraturan Dinas 19 Jilid I

a. jalur simpan, dihalangi denga n pelalau, perinta ng, stopblok, ata u wesel
pemisah dari jalur kereta api dan dalam keadaan terkunci serta rem
pa rkir setia p kereta/gerbong harus terikat keras;
b. sa lah satu jalur uta ma, jalur langsir ata u jalur lu ncu r, rem pa rkir setiap
kereta/gerbong/dresin sudah terikat keras dan roda-nya telah diga njal
dengan stopblok serta ujung kereta/gerbong/dresin ya ng dekat wesel
tidak melampaui tanda batas rua ng bebas;
(2) Semua wesel pada ja l u r utama yang disiapka n u ntuk kereta api langsung
dan semua wesel jaga sa mping harus dalam keadaan terku nci (tersekat
ata u dika ncing) sesua i dengan PDPS stasiun ya ng bersa ngkutan.
(3) Ana k ku nci pengikat ku nci dinas tutu p dan anak kunci lain yang
diperguna ka n u ntuk mengunci peralata n persinya lan dan pera lata n luar
pada saat dinas tutup harus disimpan dalam lemari atau laci ya ng terkunci.
Ana k kunci tersebut disimpan oleh Ppka yang melakuka n dinas stasiun
buka . J ika dinas stasiun buka dilakukan oleh Ppka la in, Ppka stasiun buka
harus memakai ku nci duplikat ya ng disimpan olehnya.
(4) Pintu perlintasa n di emplasemen ya ng dijaga selama dinas buka dan pintu
perlintasa n yang dilaya ni dari ja u h, selama dinas tutu p, harus dijaga dan
dilaya n i menurut ketentuan ya ng berlaku.

B. Tentang Peralatan Persinyalan


(5) Apa bila dinas tutup berla ngsu ng pada malam hari, pada pera lata n
persinya lan mekanik, lentera sinyal-sinya l dan wesel-wesel yang a ka n
dilewati kereta a p i serta lentera sinya l jalan silang harus dipasang dan
menyala.
(6) U ntuk menyia pkan dinas tutu p, Ppka melaku ka n tindakan sebaga i berikut:
a. Memastika n ba hwa tindaka n sebaga ima na pada Su b-A terhadap
sarana dan kesiapan jalur-jalur telah selesai dilakuka n,
b. Memastika n ba hwa wa rta masuk u ntuk kereta api tera khir sebelu m
dinas tutu p d a n persetuju a n tutu p dari stasiun batas (wt6)
sebagaimana dalam pasal 100 ayat ( 1) telah d iterima.
c. Melaya ni peralata n persinya lan untuk dinas tutu p sesuai denga n PDPS
stasiun ya ng bersa ngkuta n.
d. Melaya ni kunci dinas tutup sesuai dengan PDPS stasiun yang
bersa ngkuta n.
e. Memastika n ba hwa perangkat pelayanan persinya lan tida k dapat
dilayani oleh ora ng ya ng tidak berhak, kem udian menutup dan
mengunci ruang Ppka, kecua l i di dalam ruangan tersebut terda pat alat
pelayanan pintu perlintasan, petugas penjaga pintu perlintasa n selain

VI-1 6 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 108

melaksanaka n tugasnya juga bertugas u ntuk menjaga pera lata n yang


berada di dalam ruanga n tersebut.
(7) Untu k menyia pka n dinas buka, Ppka melakukan tindaka n sebagai berikut:
a. Memastikan bahwa persetujuan buka dari stasiun batas (wb5}
sebaga imana dalam pasa l 102 telah diterima
b. Melaya n i pera lata n persinyalan pada posisi awal u ntuk dinas buka
sesuai dengan PDPS stasiun ya ng bersa ngkuta n.
c. Melaya n i kunci dinas tutup sesua i denga n PDPS stasiun yang
bersa ngkuta n.
d. Mencoba hubunga n telepon antarstasiun dengan kedua pihak stasiu n.

C. Kereta Api terhadap lndikasi Sinyal Uta ma pada Petak Jalan Dinas Tutup
(8) Pada peta k jalan jalur tu ngga l, di stasiu n denga n peralata n persinya lan
mekanik, sinya l masuk dan sinya l kelu a r ya ng telah menunj u kkan
semboya n 5 dalam dinas tutu p pada peta k jalan dinas tutup tida k berlaku
bagi kereta api ya ng berjalan dari pihak sebaliknya. Oleh ka rena itu,
masinis tida k perl u menghira ukan sinyal yang men u njukkan semboyan 5
tersebut dan boleh berjalan terus denga n kecepata n yang ditetapkan.
Ketentuan tersebut ha nya berlaku sampai saat kereta api mulai berjalan
pada dinas buka.
(9) Apabila dalam perjalanan menghadapi sinya l uta ma di stasiun tutu p ya ng
men u nju kkan sem boyan 7, masinis harus menghentika n kereta a pinya di
muka sinyal uta ma yang dihadapi dan memperdengarkan sem boya n 35.
Apabila tidak berhasil,
a. masinis memerinta hkan pembantunya untu k menghubu ngi Kepa la
Stasiun ya ng bersa ngkuta n;
b. setelah masinis menda pat perintah MS ata u semboyan 4A
sebaga imana dalam pasal 49 ayat (6) atau (7), kereta api
diperbolehkan melewati sinya l uta ma yang menunjukka n semboya n 7
u ntuk melanjutkan perjalanannya menuju stasiun;
c. a pa bila Kepa la Stasiun tidak ada, m asinis segera memberitah u ka n
keadaan tersebut kepada Ppkp d a n setelah mendapat persetujuan dari
Ppkp kereta api dapat melanjutka n perjalanannya menuju stasiun.
( 10) Apabila tindaka n sebagaimana pada ayat (9) h u ruf c tidak berhasil, masinis
da pat bertindak menurut keadaan, m elewati sinya l uta ma ya ng
men u nju kkan indikasi "berhenti" u ntuk melanjutka n perjalanan sa mpai
stasiun batas pertama dengan kecepatan tidak melebihi 5 km/jam. Masinis
men u nj u k seorang pembantu nya untuk berjalan di depa n kereta api pada
jara k 100 meter guna memperlihatka n "isyarat berhenti" (semboyan 3)

Edisi September 2011 VI-17


Pasal 109 Peraturan Dinas 19 Jilid I

kepada masinis kereta api yang kemu ngkinan datang dari a rah
berlawanan.
( 11) Apa bila di suatu stasiun masinis ragu-ragu terhadap indikasi sinya l uta ma
pada persinya lan mekanik, ata u menghadapi sinyal uta ma yang padam
pada persinyalan elektrik, masinis harus menga mbil tindaka n terberat
denga n menghentika n kereta a pinya di m u ka sinyal utama yang dihadapi
dan memperdengarkan sem boya n 35 u nt u k meminta perhatian.
Sela njutnya, masinis melaku ka n tindaka n sebagaimana pada ayat (9) ata u
(10).
( 12) Apa bila kejadian sebaga imana pada ayat (9), ( 10), ata u ( 11) diseba bkan
oleh pera lata n persinya lan di stasiun ya ng bersangkutan mengalami
gangguan, stasiun tersebut harus tetap buka sebagai stasiun batas luar
biasa setelah Ppka stasiun tersebut berkoordinasi denga n Ppka stasiun
kedua pihak dan melapor kepada Ppkp.

Paragraf 3
Tindaka n u ntuk Tertib Perjalanan Kereta Api di Jalan Bebas
Pasa l 109

A. Pemeriksaan Jalur
( 1) Pada peta k jalan dinas tutu p, petugas pemeriksa jalur yang bersa ngkutan
harus melaku ka n pertukara n buku "pas jalan antara" antara petugas
pemeriksa jalur dan petugas pemeriksa jalur dari a rah yang berlawanan di
suatu tem pat pertemuan pada kilometer ya ng ditentuka n, sebaga i bukti
ba hwa petak jalan atau sebagia n peta k ja l a n di belaka ngnya telah
diperiksa .

B. Tindakan di Petak Jalan


(2) Sela ma dinas tutu p
a. Pada persinyalan meka nik:
1) blokpos pada petak jalan dinas tutu p tidak dilaya n i dan
2) sinyal di blokpos tidak berlaku.
b. Persinya lan elektrik
Sinya l blok anta ra teta p dilayani secara otomatis pada wa ktu
pembentukan rute.

C. Mempergunakan Lokomotif Pendorong


(3) Apa bila diperl u ka n, kereta api melewati dinas tutu p diperbolehkan
mempergunakan lokomotif pendorong selama tidak melebihi petak jalan
dinas buka.

VI-1 8 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 110

D. Pelayanan Jalur Simpang di Jalan Bebas


(4) Apabila kereta api ya ng melewati dinas tutu p ditu njuk u ntuk melaya n i
ja l u r simpang di jalan bebas pada petak j a l a n dinas tutu p, stasiun tutup
tem pat anak kunci jalur simpang yang dikuasai Kepala Stasiun harus
dibuka sebaga i stasiun batas luar biasa sa mpai saat diterima ka ba r bahwa
anak kunci sudah diserahka n kepada stasiun batas berikutnya atau sudah
diterima kem ba li di stasiun tutup tersebut.

E. Perjalanan Lori
(5) Lori tidak boleh dijala nkan pada petak ja l a n dinas tutup selama dinas tutu p
berlaku.

Bagian Keempat
Tindakan terhadap Perjalanan Kereta Api
dalam Keadaan Tidak Sesuai dengan Peraturan Perjalanan
Paragraf 1
Pemindahan Persila ngan dan Penyusulan
Pasal 110
( 1) Apabila terjadi keterlambata n suatu kereta a pi, sehingga persilanga n ata u
penyusulan yang seharusnya terjadi pada saat dinas buka tetapi akan
terjadi pada saat dinas tutup maka persilanga n ata u penyusulan ha nya
da pat dipinda hka n di salah satu stasiun batas biasa.
(2) Apabila pemindahan persilanga n atau penyusulan kereta a pi melewati
dinas tutup sebaga imana pada ayat ( 1), kedua kereta a pi ya ng bersilang
atau menyusul tetap harus diberhentika n luar biasa di stasiun batas untuk
diberika n catatan mengenai dinas tutup.
(3) Pada peta k jalan ja l u r tu ngga l, apabila terjadi keterlam bata n perjalanan
kereta a pi sehingga mendekati waktu kerja tutup maka u ntuk membatasl
keterla m bata n, Ppkp dapat meneta pka n perubahan waktu permulaan
dinas u ntuk stasiun tutu p (wpd stp) dan persila ngan resmi ba ru .

Edisi September 2011 VI-19


Pasal 110 Peraturan Dinas 19 Jilid I

Conteh:
A t
Pada gambar 73:
I
1. A-C sudah berlaku B I
sebagai petak I

jalan dinas tutu p


mulai pukul 20.00; I
ex
Gambar 73
- l!h - .. . . .. . .. . .. ..

2. KA 55 terlambat dan tiba di C setelah A-C sebaga i peta k jalan dinas


tutu p;
3. Ppkp meneta pkan persilanga n resmi di stasiun batas C antar KA 2
dengan KA 55;
4. Ppkp memerintahkan Ppka stasiun C untuk memberhentika n luar
biasa KA 55 di stasiunnya u ntuk menu nggu bersilang dengan KA 2 dan
dicatat pada Lapka;
(4) Apa bila dua kereta a pi yang harus bersilang di suatu stasiun denga n
perkiraan keterlambatan sa ma, ya ng selanj utnya diperkira ka n kedua
kereta api tersebut akan bersilang setelah stasiun tersebut melaksanakan
dinas tutu p, Ppkp meneta pka n persilangan baru di sa lah satu stasiun
batas.
Conteh:
. .. ... ...
r- .,. .
!! • ·- ·Ter1ambat --

• • �-·- • • •
.. .
. . .
.. . .

II
A 1if .1-
' '"""-___;,;;...1-=
... _,�;.,;;... -�-=r--+=,., ....
21.;._
...;;. _,,..:tp.L......;;;,.
....; ...

- --

I :
B !I : 1--�r=1--1--"----1'-"-'---i1-- --+-""--!----+=- +-----�
-.i --+ +-
il :
- -- -

1
c 1 ·t ��7-....P"--
...., "'""'it' �-- """'"'t- �,...��
.. -- �t--

- - - - - --

� .
D * : �....,._._
...._ ...___.
_ 1-4...,_ _.__ �__.--��--
·�

Jam Tutu p
.
� .
.. "' - ..

- · - · - - - - · · · Terlambat - · · - · · � · · · · · ·

Gambar 74
Pada ga mbar 74:
1. A-D sudah berlaku sebagai petak jalan dinas tutu p mulai pukul
20.00.
2. KA 10 dan KA 63 men u rut peratura n perjalanan bersilang di stasiun
C. Ka rena kedua KA terlambat, diperkira ka n a ka n terjadi
persila ngan di sa lah satu stasiun ya ng sudah melaksanakan dinas

VI-20 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 110

tutu p, Ppkp harus meneta pkan persila nga n resmi baru di sal a h satu
stasiun batas (stasiun A ata u D), misalnya, di stasiun A;
3. Ppkp memerinta hka n u ntuk memberikan catata n dalam La pka dan
Lkdr:
a. Kepada Ppka D untuk mem berhentikan luar biasa KA 63 di D
ba hwa stasiun C dan B sebaga i stasiun tutu p dan stasiun C
berfungsi sebaga i perhentian.
b. Kepada Ppka A u ntuk mem berhentika n luar biasa KA 10 bahwa
stasiun B dan C sebaga i stasiun tutup.
(5) Apabila dua kereta a pi yang harus melakuka n penyusu lan di suatu stasiun
dengan perkira a n keterlambata n sama, yang sela njutnya diperkiraka n
kedua kereta a pi tersebut akan melaku ka n penyusulan setelah stasiun
tersebut melaksa naka n dinas tutup, Ppkp meneta pkan penyusulan ba ru di
stasiun batas.
Conteh :

A t :�7-----.-�....... -....-.-
.. -----1---
11 -.---..,,.-
... · 1__,,,...__....,.
--2�
I :
iB I : 1---....,....
,,, �... ---,,...- .. 1--\-:=:,.---1-_,.-__,"-f'
... 1---+....-
I :
I :
C I ; 1----P-U#JU.t--�--1--J-M----1--4---J--.11---1--i.
I :
D "'° : 1--��L--P=.J..--'l-1-J!B...--.i---+-----1 - �____.'--"
'i'·

Gambar 75
Pada gambar 75:
1. A-D sudah berlaku sebaga i peta k jalan dinas tutu p mulai pukul
20.00.
2. KA 11 dan KA 9 men u rut peraturan perjalanan melaku ka n
penyusulan di stasiun B. Karena kedua KA terlambat, diperkiraka n
akan tetap terjadi penyusulan di sa lah satu stasiun yang sudah
melaksanakan dinas tutup, Ppkp menetapka n penyusulan resmi
baru di salah satu stasiun batas (stasiun A ata u D), misal nya, di
stasiun D;
3. Ppkp memerinta hka n kepada Ppka D u ntuk memberhentika n luar
biasa :
a. KA 11 untu k memberika n catatan dalam Lapka dan Lkdr bahwa
stasiun C dan B sebagai stasiu n tutup dan stasiun B berfungsi
sebaga i perhentian.

Edisi September 2011 VI-21


Pasal 111 Peraturan Dinas 19 Jilid I

b. KA 9 u ntuk memberika n catatan da l a m Lapka dan Lkdr ba hwa


KA 9 sebaga i KA muka KA 11 m u l a i dari D, stasiun B dan C
sebaga i stasiun tutup.

Paragraf 2
Berjalan Jalur Kiri
Pasa l 111
( 1) Berjalan jalur kiri ha nya da pat dilaku ka n pada peta k jalan dinas tutup ya ng
jauhnya sama denga n peta k jalan dinas buka.
(2) Apa bila pada peta k jalan dinas tutu p dari stasiu n A sa mpai dengan stasiun
H ya ng meru paka n ga bunga n bebera pa peta k jalan dinas bu ka, salah satu
ja l u r di a nta ra stasiun C dan stasiun D tidak da pat dilalui kereta api maka
kedua stasiun tersebut, selama dinas tutup, harus teta p buka sebagai
stasiun batas luar biasa. Selanjutnya, berlaku ketentuan sebaga imana
dalam BAB V Bagia n Keempat.

Paragraf 3
Kereta Api yang Berhenti di Jalan Bebas, Rinta ng Jalan, dan Perm intaan
Kereta Api Penolong
Pasa l 112
( 1) Apa bila kereta apl yang melewati dinas tut u p memerl u kan kereta apl
penolong, masinis menya m paikan permintaa n pertolonga n tersebut
kepada Ppkp mela l u i radio masinis ata u masinis memerinta hkan salah satu
pem ba ntu nya u ntuk mendatangi stasiun terdekat. Stasiun ya ng menerima
perm intaan pertolongan, jika tutu p, harus dibuka menjadi stasiun batas
luar biasa.
(2) Kereta api penolong yang dim inta tidak da pat dija lanka n sebaga i kereta
api ya ng telah diumumkan perjalana nnya terlebih da hulu. Oleh karena itu,
kecepata n kereta api penolong tersebut tida k melebihi 30 km/jam u ntuk
yang membawa rangka ian dan 45 km/jam u ntuk yang tidak membawa
rangka ian.
(3) Apa bila terjadi "rintang jala n", stasiun tutup pada kedua belah pihak
rintang jalan tersebut harus dibuka sebaga i stasiun batas luar biasa.

VI-22 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 113

Paragraf 4
Tindakan Khusus terhadap Kereta Api ya ng Berjalan di Peta k Jalan Dinas Tutup
Pasal 113
Apabila kereta api ya ng berjalan di peta k jalan dinas tutup ka rena keadaan
mema ksa harus melepaskan gerbong di salah satu stasiun tutu p di tengah
perjalanannya, masinis kereta api tersebut harus berhenti di stasiun tutu p
dan mem berita h u ka n kepada Ppkp tentang renca na melepas gerbong
serta memerintahkan pembantu nya u ntu k menghubu ngi KS. Selanjutnya,
KS yang bersangkutan melaku ka n tindakan sebaga i berikut.
a. Membuka stasiun sebaga i stasiun batas luar biasa men u rut ketentuan
sebaga imana dalam pasa l 101 ayat (3).
b. Gerbong ya ng harus dilepas setelah selesai dilangsir ke sa lah satu jalur
simpan, Kepala Stasiun harus memberitahuka n nya dengan wa rta
melal u i telepon antarstasiun kepada kedua belah pihak stasiun batas
tenta ng adanya gerbong yang dilepas di stasiunnya .
c. Menutup stasiu nnya kem ba li menurut ketentuan sebaga imana dalam
pasal 100 ayat (5).

Edisi September 2011 VI-23


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 114

BAB VII
KETENTUAN TENTANG LANGSIR DI STASIUN DAN DI JALAN BEBAS
Bagian Kesatu
Um um
Pasal 114
( 1) Kegiatan langsira n dilaku ka n u ntuk:
a. menyusun rangka ian kereta a pi;
b. memisa h-misa hkan rangka ian kereta a pi; atau
c. memindahka n kereta-kereta, gerbong-gerbong, atau sarana lain dari
satu jalur ke ja l u r lain.
(2) La ngsira n sebaga imana dimaksud pada ayat ( 1) dapat dilaku ka n di stasiun
atau di tempat lain denga n ketentuan tidak mengganggu perjalanan kereta
api.
(3) La ngsira n sebaga imana pada ayat ( 1) dapat dilaku ka n denga n
menggu naka n :
a. tenaga ora ng;
b. lokomotif; ata u
c. sarana ya ng berpenggerak sendiri (sela in lokomotif).

Bagian Kedua
Pemandu Langsiran
Pasal 115
( 1) La ngsira n di emplasemen stasiun (di l u a r batas emplasemen dipo ata u
ba lai yasa) harus atas perintah Ppka dan pelaksa naanya dipandu oleh
petugas ya ng berhak melakuka n langsira n.
(2) Petugas ya ng berha k memandu langsira n di stasiun sebagaimana pada
ayat ( 1) adalah sebagai berikut.
a. Ppka, Pap, atau petugas langsir ya ng telah mempunya i keteranga n
kecakapan tentang la ngsira n ya ng d iberika n oleh J POD, dan pada
wa ktu melaku ka n langsira n :
1 ) harus mempergunaka n selompret atau alat lain beru pa peralata n
elektronik ya ng da pat memberikan isyarat langsir;
2) Ppka/Pa p harus memakai pet mera h selama melakukan la ngsira n.
b. kondektur, khusus u ntuk kereta apinya sendiri, a pabila Ppka atau Pa p
seda ng menyelesa ika n pekerjaan ya ng tidak dapat ditingga lka n dan
tida k ada lagi petugas yang berha k m elaku ka n la ngsira n, pada waktu
melakukan la ngsira n da pat mempergu nakan suling mulut ata u a lat lain
beru pa peralatan elektronik ya ng dapat memberika n isyarat la ngsir.

Edisi September 2011 VII-1


Pasal 116 Peraturan Dinas 19 Jilid I

(3) Petugas sebaga imana pada ayat (2) dalam u rusan langsir sela njutnya
disebut juru langsir.
(4) Apa bila Pap/petugas langsir dan kondektu r sebagaimana pada ayat (2)
tidak ada, Ppka harus memandu sendiri langsira n dan harus dibantu oleh
petugas stasiun u ntuk meneruskan isyarat la ngsir ya ng diberika n kepada
masinis jika la ngsira n tersebut dikerjaka n j a u h dari tempat pera lata n
persinya lan. Hal tersebut tidak mengu ra ngi ta nggung jawab Ppka terhadap
langsiran ya ng dipimpinnya .
Bagian Ketiga
Pengaturan Langsiran
Paragraf 1
Ketentuan U m u m Langsiran
Pasa l 116
( 1) Apa bila di stasiun dilaku ka n la ngsira n bersama-sa ma di bebera pa tempat,
Ppka harus mengam bil tindakan aga r langsiran tersebut tidak sal ing
merinta ngi dan para juru la ngsir ya ng bersangkuta n harus melaku kan
koordinasi terlebih dahulu.
(2) Ketentuan dalam memberikan perintah langsir adalah sebaga i berikut.
a. Perinta h la ngsir diberikan dengan isya rat langsir sebaga imana diatu r
dalam Peratu ran Dinas 3.
b. Perinta h langsir tidak boleh diberika n apabila sinyal langsir
men u njukka n indikasi "tidak diperbolehka n la ngsir" (semboya n 7B),
kecuali:
1) jika sinyal langsir tersebut terganggu atau padam, j u ru langsir
harus memandu la ngsira n u ntuk melewati sinyal tersebut setelah
mendapat izin secara tertulis dari Ppka;
2) jika bagia n la ngsir harus ditarik kem ba li ke tempat tertentu setelah
mendapat izin secara tertulis dari Ppka; dan
3) untu k menghindarkan ba haya .
c. Apabila tidak tampak jelas indikasinya, sinya l la ngsir harus dia ngga p
sebagai indikasi "tidak diperbolehka n langsir" (semboya n 7B).
(3) Bagian dari la ngsira n harus selalu dianta r a pabil a :
a. didorong;
b. melalui perlintasa n;
c. kereta berisi penu mpang; ata u
d. gerbong berisi binata ng atau bahan berbahaya.

VII-2 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 117

(4) Untu k kesela matan la ngsira n, juru langsir harus:


a. memberita huka n kepada masinis jalannya la ngsira n yang aka n
dikerjakan;
b. menerima perintah dari Ppka dan memenuhi petunj u k penjaga ru mah
sinya l u ntuk mengosongka n atau mela l u i suatu jalur;
c. meneruska n gera ka n la ngsira n apabila bagian la ngsir mela ngga r wesel,
dan tida k boleh melakukan geraka n seba liknya ka rena kem ungkina n
dapat mengakibatkan jatu hnya sarana dari rel pada wesel tersebut.
(5) Kecepata n langsiran setinggi-tingginya 30 km/jam, seda ngka n la ngsira n
mela l u i peron tidak boleh melebihi kecepata n ora ng berjalan kaki dan
untuk menjamin keselamata n u m u m, langsira n tersebut harus dida hului
oleh j u ru langsir ya ng memperlihatka n bendera merah.
(6) Guna mencegah kecelakaan, kereta api yang menga ngkut penumpang,
setelah berhenti, ha nya boleh melakuka n gerakan langsir setelah
Ppka/Pap ata u kondektur mengu mu mka n nya kepada para penu m pang.
(7) Untu k pelaya nan penu mpang ya ng a kan melewati emplasemen, ra ngkaian
kereta api ya ng seda ng berhenti di stasiu n dapat dipisa hkan menjadi dua
bagia n dengan jara k a nta ra kedua bagia n tersebut paling dekat 8 meter.
Kedua bagia n ra ngkaian tersebut hanya boleh diga ndengkan lagi atas
perinta h Ppka/Pa p dan pada waktu melangsir u ntuk mera ngkaika n kedua
bagia n ya ng terpisah tersebut, bagian ya ng bergera k harus dida h u l u i oleh
juru la ngsir yang memperl ihatka n bendera mera h.

Paragraf 2
Ketentuan Langsiran terhadap Perjalanan Kereta Api
Pasal 117
( 1) Di stasiun, gera ka n langsir kel uar em plasemen ke ara h jalan bebas dibatasi
oleh tanda batas gerakan langsir ya ng dipasa ng pada jarak 50 meter di
belakang:
a. sinya l masuk pada jalur tu nggal;
b. sinya l masuk jalur ka nan pada jalur ga nda;
c. sinya l masuk jalur kiri pada ja l u r ga nda;
d. tanda batas berhenti jalur kiri pada jal u r ganda.
(2) Sebelum kereta api data ng, gera ka n la ngsir harus diberhentika n, kecua l i
apabila la ngsira n dilaku ka n di ja l u r yang tidak terhubung dengan jalur ya ng
akan digunakan u ntuk memasukka n kereta api sehingga tidak
dimungkinka n bersinggunga n dengan kereta api ya ng a kan masuk.

Edisi September 2011 VII-3


Pasal 118 Peraturan Dinas 19 Jilid I

(3) Apa bila ketentuan sebaga imana pada ayat (2) tidak terpenuhi, sel u ru h
gerakan la ngsir harus sudah diberhentika n pada saat kereta a pi datang,
berjalan langsu ng, atau bera ngkat, dan lara ngan tersebut berlaku:
a. Sebelum sinyal masuk diubah menjadi semboyan 5 ata u semboyan 6
hingga kereta a pi berhenti di stasiun ata u berjalan la ngsung mela l u i
wesel tera khir yang dila l u i;
b. Sebelum sinya l kelu a r diubah menjadi semboyan 5 hingga kereta api
melalui wesel terakhir ya ng dilalui.

Paragraf 3
Pelayanan Rem dalam Langsiran
Pasa l 118
( 1) Apa bila la ngsira n tidak lebih dari 5 (lima) kereta/gerbong, pengereman
da pat dilakukan denga n menggu nakan rem lokomotif.
(2) Apa bila la ngsira n lebih dari 5 (lima) kereta/gerbong, pelayanan rem harus
dilaku ka n dari lokomotif denga n rem rangka ian, dengan ketentuan:
a. sedikitnya 20% dari jumlah kereta/gerbong, pengereman harus
berfu ngsi denga n baik;
b. kereta/gerbong ya ng terjauh dari lokomotif pengereman harus
berfu ngsi denga n baik.
(3) Apa bila pelayanan rem dari lokomotif sebaga imana pada ayat (2) tidak
memu ngkinka n, pelaya nan rem dapat dilaku kan oleh petugas langsir
denga n menggu naka n rem pa rkir ya ng terda pat pada kereta/gerbong yang
dilangsir.

Paragraf 4
Pelayanan dan Pengawasan Wesel pada Wa ktu La ngsir
Pasa l 119
( 1) Wesel terlaya n setempat ya ng tidak dika ncing, tidak diku nci, ata u tidak
dilaya ni, pada saat dilalui langsiran dari a ra h uj u ngnya, j u ru langsir harus
memastika n bahwa keduduka n wesel yang akan dila l u i la ngsira n dalam
keduduka n benar dan dalam kondisi baik.
(2) Apa bila la ngsira n a ka n mela l u i bebera pa wesel, pembal ika n wesel dalam
keduduka n yang sesuai denga n a ra h la ngsira n dilakukan mulai dari wesel
yang terjauh.
(3) Pada persinya lan mekanik, setelah langsira n selesai, wesel harus
dikembalika n dalam keduduka n biasa .

VII-4 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 120

Paragraf 5
Merangkai Sa rana
Pasal 120
( 1) Pada waktu melangsir kereta/gerbong, alat perangka i harus digandengka n
dan tidak diperbolehkan ha nya mempergunakan ra ntai penga man sebagai
alat penggandeng.
(2) Setelah langsiran selesai, rangka ian kereta/gerbong harus ditempatka n
tidak melampaui batas ruang bebas dan rem pa rkir harus terikat serta
roda kereta/gerbong diganjal dengan stopblok.

Paragraf 6
Langsiran Melewati Perlintasa n
Pasal 121
( 1) Perlintasa n yang berpintu, jika dilewati langsira n, harus ditutup.
(2) Di perlintasa n ya ng tidak dijaga pada jalur simpa ng, langsiran harus
dida h u l u i oleh seora ng petugas yang ditunjuk masm1s untuk
memperlihatka n bendera mera h pada siang hari dan lentera bercahaya
mera h pada malam hari u ntuk memberhentika n kendaraan jalan raya .
(3) Untu k menjamin kesela matan langsira n ya ng melewati perlintasa n di
halaman pelabuhan, kecepata n langsiran d ibatasi 5 km/jam.

Baglan Keempat
Pengamanan Khusus pada Waktu Langsir
Paragraf 1
Langsir dengan Tenaga Ora ng
Pasal 122
( 1) La ngsir dengan tenaga orang harus dipandu oleh Ppka/Pap dan tida k boleh
dilakukan di tempat denga n ta nja ka n yang lebih dari 2,5 %0.
(2) Bagia n langsir yang dila ngsir denga n tenaga orang tidak boleh lebih dari 8
gandar.
(3) Mela ngsir gerbong denga n tenaga orang tidak diperbolehka n keluar tanda
batas gerakan la ngsir.

Edisi September 2011 VII-5


Pasal 123 Peraturan Dinas 19 Jilid I

Paragraf 2
Langsir Keluar Ta nda Batas Gera ka n La ngsir
Pasa l 123
( 1) Di stasiun pada peta k jalan jalur tu ngga l atau j a l u r ganda, langsir kel uar
tanda batas gerakan langsir ha nya dilakukan dalam keadaan ya ng
mema ksa dan ha nya atas perintah Ppka, serta dicatat dalam Lapka ya ng
bersangkutan ke a rah petak jalan mana tanda batas gera ka n langsir boleh
dilewati,
(2) Catata n dalam Lapka sebaga imana pada ayat ( 1) juga merupakan izin
ba hwa langsiran diperbolehka n melampa u i sinya l masuk, sedangkan u ntuk
kembalinya ke emplasemen tida k perlu mempergu nakan perinta h MS.
(3) La ngsiran kel uar tanda batas gera ka n langsir sebaga imana pada ayat (2)
harus memenuhi ketentuan sebaga i berikut.
a. Untu k emplasemen rangka ian kereta api biasa, langsira n
diperbolehkan bergera k di luar sinya l masuk pada jara k pa ling jauh 250
meter.
b. Untu k emplasemen rangka ian kereta api panjang, langsira n
diperbolehkan bergera k di luar sinyal masuk pada jarak pa ling jauh
1000 meter.
(4) La ngsir melampaui sinyal masuk sebaga imana pada ayat (2) tidak
diperkena nkan pada petak jalan jika:
a. jara knya ku rang dari 2 km, u ntuk kereta api ra ngka ian biasa dan
b. jara knya ku rang dari 4 km, u ntuk kereta api ra ngka ian pa njang.
(5) Di stasiun pada peta k jalan jalur ganda, langsir di ja l u r uta ma sebaiknya
dilaku ka n pada ja l u r berangkat.
(6) Sebelum memperbolehkan langsir keluar ta nda batas gerakan la ngsir,
Ppka harus memastikan bahwa :
a. tidak ada kereta a pi, konvoi atau lokomotif pendorong di peta k jalan
yang a ka n dilalui la ngsira n;
b. bel u m membuka blok ata u belu m menya m pa ika n warta kereta apl
jawa ban kondisi "aman" u ntuk kereta a pi yang a ka n menuju ke peta k
jalan yang aka n dila l u i la ngsira n;
c. petugas penjaga perl intasan dan penjaga jalan silang pada peta k jalan
yang a ka n dilalui la ngsira n telah diberita hu;
d. pengereman bagia n langsir telah dinyata ka n ba ik;
e. telah mela porkan kepada Ppkp tenta ng la ngsira n kel uar tanda batas
gera ka n la ngsir.

VII-6 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 123

(7) Selama ada gera ka n langsir melewati tanda batas gera ka n la ngsir, Ppka
tidak diperbolehka n :
a. membera ngkatka n kereta a pi ke peta k jalan ternpat langsiran tersebut;
b. membuka blok atau memberi jawa ban kondisi "aman" untuk kereta
a pi ya ng aka n menuju ke peta k jalan tern pat la ngsira n tersebut.
(8) Selama langsir melewati tanda batas gera ka n la ngsir, pada telepon
anta rstasiun, pera lata n blok, atau meja pelayanan pera lata n persinyalan di
stasiun tersebut, dipasa ng sekeping pa pan peringatan sebagaimana dalam
pasa l 63 ayat (4).
(9) La ngsira n boleh mengikuti kereta apl ya ng berangkat pada jara k pal ing
dekat 100 meter.
( 10) Pada petak jalan A B, Ppka stasiun B ya ng akan melaku ka n la ngsir keluar
tanda batas gera ka n la ngsir (l lbl) a ra h A harus mewartakan kepada Ppka
-

stasiun A sebaga i berikut.


Ppka 8 : Ppka A, apakah saya boleh langsir keluar tanda
batas gerakan langsir ke arah A ?. Pukul... (waktu

Penu l isa n dalam buku WK.


tanya) (ls1)

( 11) Apabila wa rta masuk kereta api ya ng terakhir berjalan dari A ke B ata u
A. I/bl ?.......... (waktu tanya) 8. (ls1a)

lokomotif pendorong telah diwartakan oleh B, Ppka stasiun A menjawab


sebagai berikut.
Ppka A : Ppka 8, langsir keluar tanda batas gerakan langsir

Penu l isa n dalam buku WK.


ke arah A, setuju. Pukul....... (waktu jawab) (ls2)

Setelah menerima jawa ba n warta di atas, Ppka B boleh memerintahka n


8. lib/ setuju....... (waktu jawab) A. (Isla)

langsir keluar tanda batas gerakan la ngsir.


( 12) Apabila warta masuk kereta api ya ng tera khir dari A ke B belu m diterima
oleh Ppka A ata u a pabila Ppka A akan segera memberangkatkan kereta api
ke B, permintaan la ngsir kel uar tanda batas gera ka n langsir di stasiun B
harus ditolak denga n wa rta secara singkat dan dijelaska n penyeba bnya,
misa lnya :
• Ppka A : tidak setuju, KA.... (nomor KA) be/um diwartakan masuk
• Ppka A : tidak setuju, KA.... (nomor KA) akan segera berangkat
• Ppka A : tidak setuju, KA.... (nomor KA) telah berangkat, warta
berangkat sudah diterima

Edisi September 2011 VII-7


Pasal 124 Peraturan Dinas 19 Jilid I

( 13) Apa bila la ngsira n melewati tanda batas gera ka n la ngsir telah selesai, Ppka
stasiun B harus memberitahukannya kepada Ppka stasiun A dengan warta
sebaga i berikut.
Ppka B : langsir keluar tanda batas gerakan langsir telah
selesai. Pukul...... (waktu selesai) (ls3)
Penu l isa n dalam buku WK.
A. I/bl selesai............ (waktu selesai) B. (ls3a)
Sebel um warta ls3 diterima, Ppka stasiun A tida k boleh mem bera ngkatka n
kereta api ke stasiun B.
( 14) Setelah selesai kegiatan langsir melewati tanda batas gera kan langsir, Ppka
harus melaporka n kepada Ppkp.
( 15) Pada waktu kom u nikasi antarstasiun mengalami gangguan sebagaimana
dalam pasal 36 Sub-B dan pada wa ktu jalan kereta api terhalang, kegiata n
langsir kel uar tanda batas gerakan la ngsir dilara ng sebaga imana dalam
pasal 95 ayat (3).
( 16) Warta sebagaimana pada ayat (9), ( 10), ( 1 1), dan ( 12) harus ditulis dalam
buku WK, diberi nomor, dan dicatat dalam lapora n wa rta (bentuk 142),
sedangka n wa rta dinas (bentuk 131) tidak dipergunakan.

Paragraf 3
Langsir di Stasiun ya ng Terletak di Tanjakan ata u Mendekati Ta njaka n
Pasa l 124
( 1) Stasiun ya ng terletak di tanjakan ata u mendekati ta njakan, apabila a ka n
melakuka n langsiran k e a ra h j a l a n kereta a pi yang menurun maka u ntuk
mencegah agar kereta/gerbong tidak menggelu ndung keluar tanda batas
gerakan la ngsir, harus memenuhi ketentua n sebagai berikut.
a. La ngsir ha nya boleh mempergunaka n lokomotif;
b. Semua a lat pera ngka i harus digandengkan.
c. Pengereman berfu ngsi dengan baik.
(2) Apa bila kereta api berhenti di stasiun ya ng terleta k di ta njaka n ata u
mendekati ta njaka n, kereta/gerbong ya ng tergandeng di belakang ha nya
boleh dilepas dari rangka ian setelah langsiran d i bagia n m u ka selesa i dan
kereta/gerbong ya ng a ka n dilepas tersebut tel a h direm denga n rem pa rkir
da n/ata u roda kereta/gerbong diganjal dengan stopblok.
(3) Stasiun sebagaimana pada ayat (1) beserta ketentuannya diteta pkan oleh
Pimpinan Daerah.

VII-8 Edisi September 2011


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 125

Paragraf 4
Langsir di Jalur Simpang di Jalan Bebas
Pasal 125
( 1) La ngsir di jalur simpang di jalan bebas, harus dipandu dan dilakukan oleh
kondektur, termasuk pelaya nan a lat penga man jalur simpa ng.
(2) Ketentuan melepas dan mera ngkai a lat perangka i di ja l u r simpa ng, adalah
sebagai berikut.
a. Melepas dan mera ngka i alat pera ngka i harus dilaku ka n setelah
ra ngkaian la ngsira n berhenti betul dan semua rem telah terikat
denga n baik.
b. Melepas dan mera ngka i gerbong oleh Tka hanya boleh dilakukan atas
perintah masinis.
c. Perinta h melepas atau mera ngkai gerbong sebel u m kereta api
berhenti tidak boleh dilaku kan.

Edisi September 2011 VII-9


Peraturan Dinas 19 Jilid I Pasal 126

BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 126
( 1) Peratu ra n Dinas 19 Jilid I ini diteta pkan dengan Surat Keputusa n Direksi PT
KERETA API I N DON ESIA (PERSERO) Nomor KEP. U/HK. 215/IX/3/KA-2011
Tangga l 23 Septem ber 2011.
(2) Pengatura n perja lanan kereta a pi untuk lintas cabang diatur dengan
peratu ran tersendiri oleh Pimpinan Daera h mengacu pada peratura n dinas
ini dan disahka n oleh Direksi.
(3) Peratu ra n-peratu ran yang berkaita n dengan u rusan perjalanan kereta a pi
dan u rusan langsir masih tetap berla ku selama tida k bertentanga n
da n/ata u diga nti denga n ketetapan khusus sebaga i perubahan dan
ta mbahan peratura n dinas ini.

Edisi September 2011 VIII-1


KEM ENTERIAN PEN D I D I KAN NAS IONAL
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBI NAAN BAHASA
PUSAT PEMBINAAN DAN PEMASYARAKATAN
Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun, Jakarta 1 3220, Kotak Pos 6259
Telepon (02 1 ) 4706287, 4706288, 4896558, 4894564; Faksimile 4750407
Laman : www.badanbahasa.kemdiknas.go.id; Pos-el (E-mail) : badanbahasa@indo.net.id

S U RAT K ETE RANGAN


N o m o r 260/ H 3 . 2/PB/2 0 1 1

Kep a l a S u b b i d a n g Pem b i n a a n Ten a g a Keba h a s a a n da n Kesa stra a n


Bid a n g Pem belaj a ra n
P usat Pe m b i n a a n d a n Pema sya ra kata n Ba h a sa
B a d a n Pengemba n g a n d a n Pem b i n a a n B a h a:::i c
Kementeri a n Pen d i d i ka n N a s i o n a l
me nera n g ka n ba hwa

Peratu ra n D i n a s ya ng berj u d u l

Peratu ra n D i nas 1 9· ( P D 1 9 ) J i li d l me ngena i Ul rU·!il.im Perj�al<u· ai·.


Kereta Api d a n U rusan La ngsir

yang d isusun o l e h
PT Ke reta A p i Indonesia ( Pe rsero)

tel a h d is u n t i n g d e n g a n ka i d a h ba h a sa I n d o n es i a ya n g ben a r.

ad M u rn i·ah, M . ,.,
9 590 9 1 6 1 9 8503 L. 00:7
Lampiran 1

PEMBERITAH UAN
TENTANG PERSILANGAN
---
K 'E R IE TA A PI
( PTP)

PE M I N DAHAN PERSILANGAN

1. Persilanga n kereta api ...................... denga n kereta api ............................ . .

akan terjadi I d .. .... .............. .... ......... I


Persilangan di ............................. batal
....

sudah terjadi di
(PD 19 Ji/id I pasal 74). 11
...............................

2. Kereta api ...................... harus bersilang dengan kereta a pi ......................


di . . ................................ (PD 19 Ji/id I pasal 78 Sub-C). 11
..

3. Persilanga n kereta api ......................... dengan kereta api ..........................


diubah menjadi penyusulan kereta a pi . . . . . . . . . . . . . oleh kereta api ..............
.

di ..................... (PD 19 Ji/id I pasal 82 Sub-B). 11


..

. . . . . . . . . . . , ......................... 20 ......
Ppka,
..

Bentuk ini ha rus dibuat ra ngka p 2 (dua).


Lembar perta ma u ntuk Masinis. ( )
Lembar kedua tingga l dalam buku, (ta nda ta nga n dan nama)
..........................................

Catata n : N a ma stasiun ha rus ditulis lengkap.


11 Coret yang tida k dipakai.
X-

No . .............. Sudah terima :


Masinis,
.

( )
Bentuk 89 (ta nda ta nga n dan nama)
...................................

Edisi September 2011 L 1-1


Lampiran 2

PERI NTAH BERJALAN HATl-HATI


IC E R·ETA � 'Pl
(PERI NTAH BH)

No . .............. .
BERJALAN HATl-HATI
M asinis kereta api ...................................................................................................... .

I. Harus berjalan hati - hati sampai di ............................................................................ ..

dengan kecepatan setinggi-tinggi nya 60 km/jam ka rena : 11


a. Pemeriksa jalur belum masuk. (PD 19 jilid I pasal 41}
b. Lori lawa n persilangan belum masu k. (PD 19 jilid II pasal 13}
c . ................................................................................................................................ .

II. Harus berjalan hati - hati sampai di ............................................................................ ..

dengan kecepatan setinggi-tinggi nya 30 km/jam ka rena : 11


a. Kereta api ya ng perjalanannya belum diberita h u kan kepada penjaga perlintasan
dan petugas perawatan prasa rana di petak jalan {PD 19 jilid I pasal 20 ayat {3}}
b. H u bu ngan blok, telepon anta rstasi u n, dan telepon PK secara bersamaan
terganggu (PD 19 jilid I pasal 36 Sub-C)
c. Anak kunci jalur simpang di a ntara ... ............... /... .............. belum kembali.
{PD 19 jilid I pasal 65 ayat {9}}
kereta api harus di berhentikan di m u ka wesel jalur si mpang di jalan bebas;
kondektur ha rus memeriksa kedudukan wesel tersebut, jika perlu, harus
mem betulkan sega la sesuatu yang tidak benar, m engunci kunci menerima
kedatangan kereta api.
d . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..

................., ............................. 20 ...... ..

Ppka,

Bentuk ini harus dibuat rangkap 2.


( .......................................... )
Lembar pertama untuk M asinis.
(ta nda tangan dan nama)
Lembar ked ua tingga l dalam buku
Catatan : Nama stasiun ha rus ditu lis lengka p.
1 1 Caret ya ng tidak dipakai.

X--------------------------- - -----------------------
No . .............. . Sudah terima :
Masin is,

( . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . )
. . . . . . . . . . . ..

Bentuk 90 (ta nda tangan dan nama)

Edisi September 2011 L 2-1


Lampiran 3

PERINTAH BERJALAN JALU R KIRI


(PERI NTAH BK)
----
liC il!. R i!TA A Pi
No . ................ ..

BE RJALAN JALU R KIRI PADA PETAK JALAN JALU R GAN DA

- - - -

Kereta api ............. harus berjalan melalui jalur kiri dari.. . ......... sa mpai.. ............ ..
Sinyal keluar ya ng berindikasi kereta api harus "berhenti" boleh dilalui.

Semboyan Pem batas Tida k ada


1)
Kecepatan Dipasa ng di a ntara

km ......... + ......... s.d. km ...... ... + ......... = ......... km/ja m

km ......... + ......... s.d. km ......... + ......... = ......... km/ja m

km ......... + ......... s.d. km ......... + ......... = ......... km/ja m


..............., ................................. 20 ....... .
Ppka,

( ...... . .............. ......... ..... )


(ta nda tangan dan nama)
Bentuk ini harus dibuat rangkap 2.
Lembar perta ma u ntuk M asinis
Lembar kedua tingga l dalam buku

Catatan : Nama stasi u n harus ditulis lengkap.


1) Ya ng tidak perlu harus dicoret
�<----------------------------------------- - - -- --
Sud ah terima :
No . .............. . Masin is,

( ................................... )
Bentuk 91 (ta nda tangan dan nama)

Edisi September 2011 L 3-1


1. Persilanga n yang terjadi ka rena ketentuan "berjalan jalur kiri" tida k perlu
dicatat dalam Lapka, dan selama berlaku ketentuan "berjalan jalur kiri"
pemindahan persilanga n tidak boleh dilaku ka n, sedangka n pemindahan
penyusulan teta p sebaga imana mestinya . {PD 19 Jilid 1 pasa l 84 ayat (6)}
2. Kereta api hanya boleh berjalan melalui jalur kiri, apabila masinis telah
diberita hu secara lisan dan diberi bentuk perintah berjalan jalur kiri
(bentuk perintah BK) oleh Ppka/Pa p.
{PD 19 Jilid 1 pasa l 84 ayat (7) h uruf b}
3. Dalam keadaan hubu ngan blok normal, untuk kereta a pi ya ng mela l u i ja l u r
kiri berlaku ketentu a n sebagai berikut:
a. Pada petak jalan ya ng dilengka pi sinyal jalur kiri:
1) hubu ngan blok dilaku kan.
2) semua sinya l jalur kiri ha rus dilayani dan berlaku u ntuk kereta a pi
yang berjalan "ja l u r kiri".
b. Pada petak jalan ya ng tidak dilengkapi sinyal jalur kiri :
1) hubu ngan blok tidak dilaku kan.
2) semua sinya l jalur ka nan tida k berlaku dan tidak boleh dilaya ni.
3) bentuk perinta h BK sebaga imana pada ayat (7) h uruf b juga
merupakan izin bagi masinis untuk melewati sinyal keluar jalur
kanan yang tidak dilayani sebagaimana pada butir b).
4) kereta a pi ya ng berjalan mela l u i jalur kiri harus berhenti:
a) di m uka tanda batas berhenti jalur kiri (semboya n 8D) yang
terleta k sejajar denga n sinyal masuk ja l u r ka nan;
b) di m uka sinyal blok dan sinyal jalan silang ya ng berlaku u ntuk
ja l u r yang tida k dilal u i;
c) di m u ka wesel ja l u r simpang di jalan bebas.
5) kereta api hanya boleh meneruska n perja lanan melewati sinyal
ata u tanda sebagaimana pada butir 4) a) dan b) setelah menerima
perintah MS (bentuk 92) atau semboya n 4A, dan ha nya boleh
meneruskan perjalanan mel a l ui wesel jalur simpang di jalan bebas
sebagaimana pada butir 4) c), setelah masinis memastikan bahwa
wesel tersebut dapat dilal ui. {PD 19 Jilid 1 pasa l 84 ayat (9)}
4. Jika pemberitahuan kepada penjaga pintu perlintasa n dan petugas
perawata n prasarana di jalan bebas tidak berhasil, atas perintah Ppka/Pap,
masinis kereta api pertama yang mel a l ui jalur kiri agar dalam menja la nka n
kereta a pinya berjalan hati-hati sambil memperdengarkan semboya n 39A
sebaga i pemberita huan kepada petugas penjaga perlintasa n dan petugas
perawata n jalan rel di peta k jalan yang bersangkutan. {PD 19 Jilid 1 pasa l
84 ayat (5) h uruf b}

L 3-2 Edisi September 2011


Lampiran 4

PERI NTAH M ELEWATI SI NYAL


----­ B E R I N D I KASI "BERHENTI"
( PERI NTAH MS)
K E 'R E l A A Pl1
No ........................ .

M E LEWATI SI NYAL BERI N D I KASI BERHENTI

. ka n m e I a I u .1 : 11
K ere ta ap1. no. ......... ........................... d"1 1zm
., Sinya l masuk no .................... di .................... pihak .................... .

·• Sinya l jalur masuk di .................. pi hak ................ jalur .............. ..

•' Sinya l keluar/sinyal kel uar a ntara no .......... di .......... p i h a k . . . . . . . . .

• Sinya l jalur keluar di ..................... pi hak ............... jalur ............ ..

•' Tanda batas berhenti jalur kiri pada jalur ganda no .......... .

di .......................................... pihak .............................................. .

• Sinya l jalan silang a ntara ............................. I ............................ ..

Yang b erin 1 as1. ...................................................... 21


. d'k ..

Perhatian : Wesel-wesel tidak boleh dilalui dengan


kecepatan lebih dari 30 km/jam atau sesuai
pembatas kecepatan yang ditunjukkan 11
•' Sinya l blok a ntara : no ....... a ntara .............. I ............ di Km .......... .

no ....... a ntara .............. I ............ di Km .......... .

Yang b erin
. d'k
1 as1. ............ ...... .............................. .................. .................
21
11"1� 11
Den g�n
- - - nom
- or ur
· - u ... ...... ,...,.. lint;i)_s,.,,,_ ,,,,, , . , , t...... . . ...... liilir
Ppi.,...
Perhatian : kecepatan kereta api tidak boleh melebihi :
1} 15 km/jam (hubungan blok otomatis terbuka).
2} 30 km/jam (hubungan blok otomatis tertutup).

Bentuk ini harus dibuat rangkap 2. . .........., .................... 20....... ..

Lembar pertama untuk M asinis. Atas perintah Ppkp/Ppka 1)


Lembar ked ua tingga l dalam buku.
Catatan : Nama stasiun harus ditulis lengka p. { .......................................... )
11 Caret yang tida k dipakai. {ta nda tangan dan nama)
21 Diisi menu rut keadaan "indikasi kereta api harus berhenti", "tidak

tegas" atau "terganggu"


:K ------- ------·----

No . .............. . Sudah Teri ma :


Masin is,

{ ................................... )
Bentuk 92 {ta nda tangan dan nama)

Edisi September 2011 L 4-1


Lampiran 5

PERM I NTAAN KERETA API PENOLONG


( KAP)
IC E R E T� A PI

No . .............. .
Kepada
Ppka
di .................................. .

PERMI NTAAN KERETA API P E NOLONG


Diisi oleh Ppka ya ng menerima Diisi oleh Masin is yang mi nta
pemintaan pertolonga n .
Diterima pada tgl ......................... Minta d il!:iri m : 11
Jam ......... ...... oleh ..................... - Lokomotif penolong
• • T8'l <11 p a-n PK l) - Kereta a pi penolong
d 1teruskan melalu1
T•UPOfl .. . . . . .. .
...... . . ..... ., . .... . .
. .., .,. . ..... .
l:J
. . ... ... . . . . . . . ., . . . ... .. . . . . ... .. . . . .. .....

Kepada .............................................. Beserta :


jam ........ oleh ................................... a . Ra ngkaia n ............................................
.......................................................... b. Pera latan, petugas dan pekerja u n -
.......................................................... tuk perba1lkan sara na dan prasaranaU
.......................................................... guna keperluan kereta api ....................
.......................................................... di km ......... ............ + . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Jalur Karuu1 l } )
Petak jalan .........- ......... 3
Catatan /a lur Kiri
., Bentuk ini harus dibuat rangkap 2 ka rena : ............... ...... ......... ........ ............
4)
Tem busan tingga l dalam buku. . ...........................................................
••I Nama stasi u n harus ditulis lengkap. ........................ ...... ................. 20 ...........

11 Caret ya ng tidak dipakai
.,
21 Jika sa ngat perlu sebutka nlah dari Masinis KA .......................
pihak mana pertolongan diharap
kedata nga n nya.
.,
31 Tem pat kereta api ya ng .....................................
membutu h ka n pertolongan (ta nda tanga n)
41
., keperluan permintaan pertolongan .

Sudah terima permintaan kereta api penolong dari masinis kereta api.. . ............... pada
tangga l ...................... 20 ....... .... pukul ............ .
Ppka stasiun/blokpos 11 ........................ ..

( ................................... )
Bentuk 93 (ta nda tangan dan nama)

1. Permintaan kereta a pi penolong oleh masinis disampa ikan kepada Ppkp


Edisi September 2011 L S-1
dan/ata u stasiun terdekat mela l u i radio masinis ata u alat komu nikasi la in,
kecuali apabila permintaan melalui kedua a lat komunikasi tersebut tidak
dapat dilakuka n, permintaan tersebut disampaikan ha nya secara tertulis.
{PD 19 Ji/id I pasal 89 ayat (3)}
2. Bentuk permintaan kereta a pi penolong apabila hubu nga n komunikasi tida k
da pat dila kukan harus dikirim ke stasiun terdekat oleh:
a. masinis, menggunakan lokomotif sendirian ata u berikut sebagian
rangkaian tanpa tanda akhira n (semboyan 21) dan memasa ng
semboya n 3 1 pada siang hari atau memperdengarkan sem boya n 39
pada malam hari; ata u
b. pembantu masinis atau petugas perawatan jalan rel, melal u i jalan
terdekat atau tercepat, jika m u ngkin, mempergunaka n kendaraan
jalan raya . {PD 19 Ji/id I pasal 89 ayat (6)}
3. J ika permintaan kereta api penolong telah diaju kan baik secara tertulis
ma upun melalui a lat kom unikasi, kereta a pi yang membutuhka n
pertolonga n tersebut tidak boleh berpindah tempat sebelum kereta api
penolong datang, kecuali apabila kereta a pi penolong tidak diperlu kan lagi,
dengan ketentuan:
a. telah disa mpaika n pembata lan permintaa n pertolongan kepada Ppka
stasiun penerima Ka p dan masinis da pat melanjutkan perja lana nnya
setelah mendapat izin dari Ppka stasiun di depannya;
b. jika hubunga n kom u nikasi dengan Ppkp tida k dapat dila kukan, masinis
dapat menja lanka n kereta a pinya menuj u stasiun terdekat denga n
kecepatan tida k melebihi 5 km/jam yang dida h u l ui dan diikuti oleh
petugas, masing-masing pada jarak minimum 100 meter sambil
memperl ihatkan semboyan 3, ya ng diperlihatkan di m uka dan
belaka ng. {PD 19 Ji/id I pasal 90 ayat (1)}
4. Pada lintas bergigi lokomotif tidak boleh dilepas dari rangkaian dan masinis
harus tetap tingga l di lokomotif. {PD 19 Ji/id I pasal 90 ayat (2)}
5. U ntuk kereta a pi penu m pa ng, kondektur tidak boleh meningga lka n kereta
a pinya .
Apa bila dalam bagia n rangka ian yang ditingga lka n di jalan bebas tida k
terda pat kereta berisi penu mpang, kondektur diharuska n mengikuti sebagia n
kereta api ya ng meneruskan perjalanan. {PD 19 Ji/id I pasal 90 ayat (3)}

L S-2 Edisi September 2011


Lampiran 6

----- PEM BERITAH UAN TENTANG


PERISTIWA LUAR BIASA
K E R l! TA A PI
No . .............. .

Kepada
Ppka
di .................................. .

P EMB ERITAH UAN TE NTANG PERISTIWA LUAR BIASA


Diisi oleh Ppka yang menerima Diisi oleh Masinis ya ng
pemberita huan memberitahu.
Diterima pada tgl . .............................. Hari ini tanggal 20 ......
pukul ........... oleh . . ............................... Di km
.................

+ ......................
anta ra /........... ........
...... . . . . . . . . . . . .

d iteruskan melalui o :

telepon Telah terjadi kejadian l ua r biasa


.....................

)
1

telepon PK sbb
2)

3)
surat
kepada . . . . . ..........................................
....................................................

pukul . . . oleh ........................................


....................................................

....................................................

....................................................

Catata n
....................................................

Bentuk ini harus dibuat ra ngkap 2


....................................................

,.

Tembusan tinggal dalam buku.


....................................................

Nama-na ma stasiun harus ditulis Masinis KA .......................


lengkap.

11 Coret yang tidak dipakai


(Ta nda tangan)
••

X ------ - ------- ----------- -- -


----------

No . ........................ Sudah terima Pem beritahuan tentang


peristiwa luar biasa dari masinis KA ..............
.

Pada tangga l 20 , pukul ..........


..

Ppka
..... ............ ....... ..

Stasiun ............................. ..

( )
Bentuk 94 (tanda ta nga n dan nama)
................................

Edisi September 2011 L 6-1


Lampiran 7

CONTOH PERHITUNGAN UNTUK PEN ETAPAN PENGALIHAN JALUR

Rinja anta ra Ppk-Kya, dita ksir 6 jam sejak pukul 18.00 sehingga
Contoh 1

diperkira kan selesai pukul 24.00, misalnya, KA yang dialihkan


perja lana nnya KA 34 ( KA Bima Gmr-Yk-5b).
KA 34 sesuai Ga peka data ng Cn pukul 19.49, berangkat pukul 19.55
Plb 34 U berangkat Cn pukul 19.55
a. Waktu perjalanan sesuai peraturan perja lanan (WG) ta mbah taksiran

= 5 jam 39 menit
lama rinja ( LR), sebaga i berikut:

LR ( 19.55 - 24.00) = 4 jam 5 menit


WG

= 9 jam 44 menit
----- +
Jumlah

WP Plb 34 U dari Cn - 510 = 19.55 - 01.40 = 5 Jam 45 menit


b. Waktu pengalihan perjalanan (WP) Cn-5m-51o sebaga i berikut :

c.

diputuska n penga lihan perjalanan KA 34 menjadi Plb 34 U ka rena


Kesimpulan:

WG + LR (=9 jam 44 menit) > WP (= 5 jam 45 menit).

Rinja anta ra 5mt-Tg, dita ksir 10 jam sejak pukul 08.00 sehingga
Contoh 2

diperkira kan selesai pukul 18.00, misa lnya KA ya ng dialihka n perja lana nnya
KA 1 (KA Argo Bromo Anggrek 5bi-5mt-Gmr).
KA 1 sesuai Ga peka datang 5mt pukul 11.55, berangkat pukul 12.00
Plb 1 5 (5mt-51o) berangkat 5mt pukul 12.20, datang 510 pukul 14.21; dan
Plb 1 52 (51o-Cn) berangkat 510 pukul 14.36 datang Cn pukul 19.42
a. Waktu perjalanan sesuai peraturan perja lanan (WG) ta mbah taksiran

= 3 jam 4 menit
lama rinja ( LR) berikut:

LR ( 12.00 - 18.00)
WG
= 6 jam
----- +
Jumlah = 9 jam 4 menit

WP 5mt-slo dan 510-Cn = 12.20 - 19.42 = 7 jam 22 menit


b. Waktu pengalihan perjalanan (WP) 5mt-51o dan 510-Cn sebagai berikut:

c.

diputuska n pengalihan perjalanan KA 1 menjadi Plb 1 5 dan Plb 1 52


Kesimpulan:

WG + LR (=9 jam 4 menit) > WP (= 7 jam 22 menit).


karena

Edisi September 2011 L 7-1


Rinja a nta ra Sk-Mn, dita ksir 4 jam sejak pukul 06.00 sehingga diperkirakan
Contoh 3

selesai pukul 10.00, misa lnya KA yang dia lihka n perjalanannya KA 84 (KA

KA 84 sesuai Ga peka data ng Slo pukul 08.06, berangkat pukul 08. 10;
Sancaka Yk-Sgu).

Plb 84 U l (Slo-Gbn) berangkat Slo pukul 08. 10, data ng Gbn pukul 09.26;
Plb 84 U (Gbn-Klm) berangkat Gbn pukul 09.39 datang Kim pukul 13.53;

Plb 84 U3 ( Klm-Sgu) berangkat Kim pukul 14.03 data ng Sgu pukul 14.36.
dan

a. Waktu perjalanan sesuai peraturan perja lanan (WG) ta mbah taksiran

= 4 jam 03 menit
lama rinja ( LR) berikut:

LR (08 . 10 - 10.00) = 1 jam 50 menit


WG

----- +
Jumlah = 5 jam 53 menit

b. Waktu penga lihan perjalanan (WP) Slo-Gbn dan Klm-Sgu sebaga i

WP Slo-Gbn, Gbn-Klm dan Klm-Sgu = 08. 10 - 14.36 = 6 jam 26 menit


berikut:

karena WG + LR ( = 5 jam 53 menit) < WP ( = 6 jam 26 menit), a lternatif


c. Kesimpulan:

KA 8 4 tunggu di Slo (tidak dialihkan); ata u


keputusan :

peminda han angkuta n dengan Ka 83 di Sr data ng pukul 9.40

L 7-2 Edisi September 2011

Anda mungkin juga menyukai