LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Tata Tertib Praktikum
Setiap praktikan yang melakukan praktikum Kimia Fisika wajib mentaati semua peraturan
yang berlaku di Laboratorium Kimia Fisika (LKF) Program Studi Kimia ITB. Praktikan yang
tidak mentaati tata tertib praktikum ini akan dikenakan sanksi yang dapat berpengaruh pada
nilai praktikum yang merupakan syarat utama kelulusan dalam mata kuliah Kimia Fisika.
I. PENDAFTARAN
1. Pada awal semester, calon praktikan yang akan melakukan praktikum Kimia Fisika harus
mendaftarkan diri secara daring pada waktu yang telah ditentukan.
2. Pada saat pendaftaran ini calon praktikan mengisi data peserta praktikum dan
melengkapinya dengan foto terbaru.
3. Setiap praktikan wajib mengikuti pengarahan praktikum, tata tertib, dan keselamatan
kerja di laboratorium yang diberikan oleh Dosen Pemimpin Kelompok Praktikum.
4. Keterlambatan dalam pendaftaran sebagai peserta praktikum atau tidak hadir dalam
pengarahan di atas tanpa alasan yang sah, dapat menyebabkan ditolaknya sebagai peserta.
III. KEHADIRAN
1. Praktikan diwajibkan hadir tepat waktu di laboratorium.
2. Praktikan yang terlambat tanpa alasan yang sah dianggap absen dan tidak diizinkan
melakukan praktikum.
3. Pengisian daftar kehadiran dilakukan dua kali, yaitu:
a. Menjelang praktikum dimulai.
b. Pada akhir periode praktikum.
4. Praktikan yang tidak mengisi daftar kehadiran dianggap tidak melakukan praktikum.
5. Kehadiran praktikum minimal 80% (7 modul).
6. Tidak ada praktikum susulan.
7. Nilai rata-rata praktikum untuk kelulusan adalah minimal 55.
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Tata Tertib Praktikum
V. LEMARI PRAKTIKUM
1. Setiap percobaan memiliki lemari tersendiri. Kunci lemari dapat dipinjam dari Petugas
LKF sebelum melakukan praktikum. Peralatan inventaris yang terdapat dalam lemari
harus diperiksa terlebih dahulu sebelum dipergunakan, baik jenis dan jumlahnya maupun
keutuhannya dicocokkan dengan daftarnya. Bila terdapat kekurangan/kerusakan, harus
segera dilaporkan pada Petugas LKF saat itu juga.
2. Selama melakukan percobaan, isi lemari sepenuhnya menjadi tanggung jawab praktikan.
Segala kerusakan/ketidakutuhan peralatan yang dilaporkan sesudah praktikum
berlangsung menjadi tanggung jawab praktikan, dan harus diganti sebelum akhir semester.
Keterlambatan dalam penggantian peralatan ini akan menyebabkan tertahannya nilai
praktikum dan mata kuliah Kimia Fisika.
3. Daftar inventaris lemari tidak boleh dicoret-coret.
4. Selesai melakukan percobaan, kelengkapan isi lemari harus diperiksa kembali oleh
praktikan bersama Petugas LKF. Semua peralatan yang dipinjam harus dikembalikan
dalam keadaan utuh dan bersih.
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Tata Tertib Praktikum
2. Setiap peminjaman peralatan harus disertai paraf peminjam dan setiap pengembaliannya
harus disertai paraf Petugas LKF yang menerima pengembalian peralatan tersebut. Alat
yang dipinjam harus kembali dalam keadaan utuh dan bersih.
3. Bon peminjaman peralatan tidak boleh dicoret-coret.
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Tata Tertib Praktikum
kolom-kolom data yang telah dipersiapkan di rumah) yang ditulis tangan dalam
buku jurnal praktikum (tidak boleh ditulis menggunakan pensil).
b. Menjawab pertanyaan tugas pendahuluan yang terdapat dalam petunjuk
praktikum. Jawaban pertanyaan ini harus ditik dalam lembaran kertas berukuran
A-4 yang terpisah dari jurnal praktikum.
3. Tugas-tugas sebelum praktikum harus diserahkan kepada asisten sebelum praktikum
dimulai. Bila tidak dilakukan maka praktikan tidak diperkenankan mengikuti
praktikum.
X. PENGAMATAN PRAKTIKUM
1. Semua pengamatan harus dicatat dalam buku catatan praktikum dan salinannya pada
kertas pengamatan (rangkap dua). Poin-poin berikut harus dicantumkan pada kertas
pengamatan:
a. Nama dan nomor laboratorium praktikan
b. Judul dan nomor percobaan
c. Tanggal percobaan
d. Nama dan paraf asisten yang bertugas.
2. Kertas pengamatan lembar ke-1 diserahkan kepada asisten yang bersangkutan sedangkan
lembar ke-2 dilampirkan pada laporan praktikum.
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Tata Tertib Praktikum
Nama :
NIM :
Shift :
Kelompok :
Mengetahui,
No. Modul** Dikumpulkan tanggal
Asisten Pemimpin Praktikum
1
( ) ( )
2
( ) ( )
3
( ) ( )
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Tata Tertib Praktikum
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Format Laporan Praktikum
I. JUDUL PERCOBAAN
(Sudah jelas)
V. CARA KERJA
Diringkas dari petunjuk praktikum dan dibuat dalam kalimat pasif. Tidak
diperkenankan ditulis dalam bentuk diagram alir.
VIII. PEMBAHASAN
Hasil-hasil yang diperoleh dibahas dan dibandingkan dengan yang dilaporkan di
literatur. Hindari menyalahkan alat yang dipakai.
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Format Laporan Praktikum
IX. KESIMPULAN
Tuliskan kesimpulan yang dapat dirumuskan dari hasil percobaan yang diperoleh
dan dikaitkan dengan teori/literatur yang dipelajari.
X. SARAN
Bila ada, saran berisi masukan yang dapat memperbaiki atau mengembangkan
percobaan yang dilakukan.
LAMPIRAN
Jawaban pertanyaan
Data dari literatur
Dll.
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban G-1
I. TUJUAN
Sudut antara tetesan cairan dengan permukaan padatan disebut dengan sudut
kontak Young. Jika dikaitkan dengan tegangan permukaan tiga antarmuka, maka
sudut kontak Young dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:
Besaran sudut kontak Young adalah hasil energi minimum. Jika tegangan
permukaan cair-gas lebih kecil dari padat-gas (ɣ LV < ɣ SV), antarmuka cair-padat
akan meningkat untuk meminimalkan energi. Hal ini menyebabkan tetesan akan
membasahi permukaan dan sudut kontak mendekati nol.
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban G-1
Tegangan permukaan kritis dari suatu material (padatan), ɣc, adalah ukuran
wettability permukaan sekaligus energi bebas permukaan material. Jika suatu
cairan mempunyai tegangan permukaan kurang dari atau sama dengan tegangan
permukaan kritis material, maka cairan tersebut akan membasahi permukaan,
dengan kata lain sudut kontak akan kurang dari atau sama dengan 90˚. Tegangan
permukaan kritis material dapat ditentukan melalui plot Zisman, yaitu dengan
mengukur berbagai sudut kontak Young cairan dan mengalurkannya terhadap
tegangan permukaan cairan tersebut. Secara empiris, Zisman menyatakan bahwa
plot antara cos (θ) terhadap ɣLV seringkali linier. Nilai tegangan permukaan kritis
didapat dengan mengektrapolasi cos(θ) sama dengan 1.
V. PENGOLAHAN DATA
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban G-1
II
VI. PERTANYAAN
1. Berdasarkan interaksi yang terjadi pada suatu sistem, apa arti sudut kontak
kurang dari 90° dan lebih dari 90°?
2. Parameter apa saja yang dapat mempengaruhi sudut kontak? Jelaskan.
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban G-3
I. TUJUAN
1. Menentukan tegangan permukaan cairan tunggal atau larutan
2. Menentukan tegangan antar muka dua cairan yang tak saling campur
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban G-3
Tegangan permukaan dapat diukur dengan berbagai metode, diantaranya adalah cara
cincin Du Nouy.
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban G-3
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban G-3
Atau
𝟎,𝟎𝟏𝟒𝟓𝟐𝑷 𝟏,𝟔𝟕𝟗𝒓
𝐅𝐫 = 𝟎, 𝟕𝟐𝟓𝟎 + 𝑪𝟐 (𝑫!𝒅)
+ 𝟎, 𝟎𝟒𝟓𝟑𝟒 − 𝑹
(6)
Fr = Faktor koreksi
a = 0,725
b = 0,0009075
R = jari-jari cincin
P = nilai tegangan permukaan yang diukur pada percobaan
K = 0,04534 – 1,679r/R
D = rapat massa fasa di bawah antar muka
d = rapat massa fasa di atas antar muka
c = keliling cincin
r = jari-jari kawat
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban G-3
V. CARA KERJA
1) Kalibrasi terlebih dahulu alat yang akan digunakan dengan menggunakan variasi
beban.
2) Gunakan pinset untuk memegang cincin dan pinset hanya digunakan untuk bagian
atas dari cincin (jangan sekali-kali memegang/menjepit bagian yang melingkar
dari cincin dengan pinset).
3) Bersihkan cincin dengan mencelupkannya ke dalam etanol.
4) Gantungkan cincin pada lengan torsi dalam keadaan teraretir.
5) Cairan yang hendak ditentukan tegangan permukaannya ditempatkan dalam gelas
kimia dan diletakkan di atas penyangga cuplikan. Penyangga ini harus sedemikian
rupa sehingga bila diturunkan, cincin yang semula tercelup di dalam cairan dapat
mencapai permukaan.
6) Naikkan penyangga cuplikan sampai cincin tercelup sedalam ± 0,5 cm dari
permukaan atau dari antar muka untuk menentukan γ.
7) Bebaskan lengan torsi dan nol-kan pembacaan pada kedudukan penunjuk dan
bayangannya berimpit dengan garis pembanding pada cermin. Cincin harus tetap
tercelup dalam cairan selama pengerjaan ini.
8) Turunkan penyangga cuplikan perlahan-lahan sehingga cincin berada pada
permukaan cairan. Pertahankan penunjuk pada garis di tengah cermin. Permukaan
cairan akan terentang tetapi penunjuk harus tetap dipertahankan pada garis tengah
cermin.
9) Putar lengan torsi untuk menarik cincin dari permukaan hingga film cairan pecah.
Baca skala pada saat film cairan pecah.
10) Untuk memperoleh tegangan permukaan pada percobaan (P baca), faktor kalibrasi
alat harus diperhatikan.
VI. TUGAS
Jenis tugas yang dapat diberikan:
1) Dua cairan yang saling larut dan campurannya sebanyak 50 mL masing-masing
dengan komposisi 25 % volume A, 50 % volume A, dan 75 % volume A.
2) Sistem padat-cair yang membentuk larutan homogen dengan konsentrasi 1 M.
3) Sistem 2 cairan yang tak saling larut untuk penentuan tegangan antarmuka dan
dibandingkan terhadap γ dari kedua cairan murni.
4) Tentukan rapat massa zat murni dan campuran dengan piknometer!
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban G-3
VII. PERTANYAAN
1) Bagaimana cara penentuan γ antar muka dari cairan yang kecil kerapatannya ke
cairan yang lebih besar kerapatannya?
2) Jelaskan cara lain untuk penentuan γ dengan prinsip yang sama seperti cara cincin
Du Nouy ?
3) Bagaimana pengaruh suhu pada tegangan permukaan? Jelaskan dengan rumus
Ramsay-Shields!
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban G-4
ISOTERM ADSORPSI
I. TUJUAN
Menentukan nilai tetapan isoterm adsorpsi Freundlich untuk proses adsorpsi asam
asetat dan asam klorida pada arang.
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban G-4
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban G-4
!
3) Alurkan 𝐿𝑜𝑔 !
(sebagai ordinat) terhadap Log C (sebagai absis)!
4) Tentukan tetapan k dan n!
VI. PERTANYAAN
1) Apakah proses adsorpsi ini merupakan adsorpsi fisik atau kimia?
2) Apakah perbedaan kedua jenis adsorpsi ini? Berikan contohnya masing-masing!
3) Bagaimana pengaruh penggunaan arang yang dipanaskan atau tidak dipanaskan
sebagai adsorben?
4) Bagaimana isoterm adsorpsi Freundlich untuk adsorpsi gas pada permukaan
padat?
5) Mengapa isoterm adsorpsi Freundlich untuk adsorpsi gas pada permukaan zat
padat kurang memuaskan dibandingkan dengan isoterm adsorpsi Langmuir?
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban H-1
I. TUJUAN
Mempelajari pengaruh penambahan elektrolit pada sol hidrofob. Menentukan nilai
pengendapan ion-ion bervalensi satu, dua, dan tiga terhadap sol hidrofob tertentu.
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban H-1
gaya tarik menarik Van der Waals. Dalam keadaan ini akan terjadi flokulasi, partikel
sol menggumpal kemudian mengendap. Konsentrasi elektrolit minimum (dalam
mMol/L) yang diperlukan untuk terjadinya flokulasi sol hidrofob dalam waktu tertentu
disebut konsentrasi flokulasi atau nilai pengendapan. Daya flokulasi suatu elektrolit
bergantung pada besarnya muatan elektrolit tersebut.
Derjaguin, Landau, Verwey, dan Overbeek, mengemukakan teori kestabilan
sol liofob terhadap elektrolit (teori DLVO), yang berdasarkan pada perubahan energy
yang terjadi bila partikel-partikel saling mendekat, yang melibatkan perkiraan energi
tolak menolak (akibat tumpangsuh lapisan rangkap listrik) dan energi tarik menarik
(gaya Van der Waals) sebagai fungsi jarak antar partikel. Ungkapan sederhana yang
disertai dengan pendekatan yang baik untuk energi tolak menolak diberikan oleh
Reerink dan Overbeek sebagai
B ∈ k 2T 2 aγ 2e− xH
VR =
H2
B = tetapan yang sama dengan 4,36 x 1020 A-2 det-2
∈ = permitivitas medium pendispersi
Z = muatan ion yang berlawanan dengan muatan sol
k = tetapan Boltzmann
T = suhu mutlak
H = jarak terdekat antara permukaan dengan jari-jari a.
⎡ 2e2 NcZ 2 ⎤
χ =⎢ ⎥
⎣ eKT ⎦
dengan N = bilangan Avogadro
c = konsentrasi elektrolit
Zeψ /2 kT
e[ δ ] − 1
γ= Zeψ /2 kT ]
e[ +1
A = tetapan Hamaker,
A= ( A1 − A2 )
A1 = tetapan Hamaker medium
A2 = tetapan Hamaker partikel
Kurva potensial energi gaya tolak menolak, VR, dengan gaya tarik, VA, terhadap jarak
antar partikel dapat digambarkan sebagai Gambar 2.
Ungkapan konsentrasi flokulasi sembarang elektrolit dapat diturunkan dengan
anggapan bahwa kurva potensial energi seperti V(2) pada Gambar 2. Pada kurva ini
terdapat peralihan antara kestabilan dan flokulasi minimum, pada kondisi V = 0 dan
dv
=0
dH . Dari persamaan (1) dan (2) untuk suatu nilai H.
Energi potensial
Gambar 2. Kurva energi interaksi total, V (1) dan V (2), diperoleh dari penjumlahan kurva gaya
tarik menarik, VA, berturut-turut dengan kurva gaya tolak-menolak VR (1) dan VR
(2)3
B ∈ k 2 aγ 2e− x H A
V=VR + VA = 2
− a =0
Z 12 H
Dan
dv dH R dvA V
= + − χVR − A = 0
dH dH dH H
Maka
χH = 1
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban H-1
Jadi
B ∈ k 2Taγ 2e−1 Aa x
− =0
Z2 12 H
Menghasilkan
4, 415B ∈ k 2T 2γ 2
=
AZ 2
flokulas
Substitusi
1/2
⎛ 2e2 NcZ 2 ⎞
χ =⎜ ⎟
⎝ KT ⎠
Maka
9,75B 2 ∈3 k 5T 5γ 2
C =
e2 NA2 Z 6
flokula
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban H-1
Al2(SO4)3 0,0005 M 90 ml
Na3PO4 0,0005 M 90 ml
V. CARA KERJA
1) Ambil larutan-larutan elektrolit NaF 0,2 M, MgSO4 0,005 M, Al2(SO4)3 0,0005 M,
Na3PO4 0,0005 M. dalam tabung reaksi yang bersih dan kering, buatlah campuran
masing-masing larutan elektrolit seperti daftar di bawah ini.
No tabung reaksi I II III IV V
V elektrolit (mL) 1 2 3 4 5
V air (mL) 4 3 2 1 0
VI. TUGAS
1) Tentukan nilai pengendapan elektrolit bervalensi satu, dua, dan tiga berdasarkan
percobaan yang saudara lakukan.
2) Bandingkan niali pengendapan ini dengan yang didapat dari literatur.
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban H-1
VII. PERTANYAAN
1) Sebutkan cara-cara umum membuat sol.
2) Apa arti dan gunanya dialisis?
3) Bagaimana cara menentukan tanda muatan sol?
4) Bagaimana bunyi hukum Hardy-Schulze? Faktor-faktor apa yang mempengaruhi
nilai pengendapan suatu sol?
5) Apa yang dimaksud dengan koloid pelindung? Berikan contohnya.
6) Jelaskan proses apa yang terjadi pada penjernihan air dengan menggunakan tawas.
IX. PUSTAKA
1. Atkins, Physical Chemistry edisi ke-8, Halaman 682-684, 2006.
2. Tadros, General Principles of Colloid Stability and the Role of Surface Forces,
halaman 5-9. Wiley, 2007.
3. Berka dan Banyai, Colloid Stability of Lyophibic Colloids, University of
Debrecen, http://dragon.unideb.hu/~kolloid/, diakses pada tanggal 6 Oktober 2013.
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban H-2
I. TUJUAN
Mempelajari pengaruh timbal balik dari dua sol hidrofob yang berlawanan muatan.
Menentukan konsentrasi relatif kedua sol hidrofob tersebut pada terjadi pengendapan
timbal balik sempurna.
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban H-2
Percobaan ini akan menentukan perbandingan kedua sol hidrofob yang berlawanan
muatan untuk menghasilkan pengendapan sempurna.
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban H-2
Contoh : Misalnya pada tabung no. 2 terjadi pengendapan sempurna, maka buatlah
komposisi larutan seperti berikut.
V sol positif (mL) 1,2 1,4 1,6 1,8 2,0 2,2 2,4 2,6 2,8
V sol negatif (mL) 8,8 8,6 8,4 8,2 8,0 7,8 7,6 7,4 7,2
5) Amati keadaannya setelah 15 menit
V. TUGAS
Tentukan konsentrasi relatif dari kedua sol pada saat terjadi pengendapan sempurna
setelah campuran dibiarkan 15 menit.
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban H-3
SOL LIOFIL
I. TUJUAN
Mempelajari sifat sol liofil dan menentukan titik isoelektrik melalui pengamatan
viskositas.
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban H-3
V. CARA KERJA
1) Buat larutan-larutan dengan pH berturut-turut : 2,2 ; 3,0 ; 4,4 ; 5,0 ; 6,0 ; 7,0;
masing-masing sebanyak 50 mL. Untuk memperoleh larutan-larutan tersebut
pergunakan komposisi larutan sesuai dengan tabel di bawah ini. Ke dalam tiap
larutan tersebut larutan 0,500 gram gelatin (timbang dengan teliti).
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban H-3
VI. TUGAS
1) Tentukan viskositas sol liofil pada bermacam-macam pH.
2) Buat grafik antara viskositas terhadap pH.
3) Tentukan titik isoelektrik dari grafik dengan cara intrapolasi.
VII. PERTANYAAN
1) Sebutkan sifat-sifat khusus suatu dispersi koloid. Apa perbedaannya dengan
larutan?
2) Fakor-faktor apa saja yang menentukan kestabilan sol liofob dan sol liofil?
3) Apa arti ion-zwitter? Nyatakan aH+ (aktivitas ion hidrogen) pada titik isoelektrik
dengan suatu persamaan.
4) Bagaimana besarnya viskositas sol liofil bila dibandingkan dengan liofob?
Mengapa demikian?
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban H-3
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban K-1
I. TUJUAN
Menentukan viskositas cairan dengan metode Oswald dan menentukan pengaruh
temperatur terhadap viskositas cairan.
a b
Gambar 1 a. profil kecepatan pada aliran laminar; b. gradient kecepatan antara dua lapisan
yang berjarak dr.
Perhatikan suatu lapisan pada jarak r (dari sumbu pipa) yang bergerak dengan
kecepatan tertentu (c). Gaya (f), yang diperlukan untuk mempertahankan beda
kecepatan (dc) antara lapisan ini dengan lapisan yang berjarak dr diatasnya. Gaya
diungkapkan sebagai:
𝒅𝒄
f = ɳ A 𝒅𝒓 (1)
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban K-1
dengan A adalah luas penampang pipa dan ɳ adalah koefisien viskositas. Berdasarkan
persamaan 1, satuan koefisien viskositas dalam satuan SI adalah N m-2 detik atau Pa
detik, sedangkan dalam satuan cgs adalah dyne cm-2 detik atau poise. Kebalikan dari
𝟏
viskositas disebut fluiditas, ϕ = ɳ
yang merupakan ukuran kemudahan mengalir suatu
fluida.
Salah satu cara untuk menentukan viskositas cairan yaitu dengan metode
kapiler dari Poiseuille. Pada metode ini, di ukur waktu (t) yang diperlukan oleh
volume tertentu cairan (V) untuk mengalir melalui pipa kapiler di bawah pengaruh
tekanan penggerak (P) yang tetap. Dalam hal ini untuk cairan yang mengalir dengan
aliran laminar, viskositasnya ditentukan dengan persamaan Poiseuille dinyatakan
sebagai:
𝝅𝑹𝟒 𝑷𝒕
ɳ= 𝟖𝑽𝑳
(2)
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban K-1
ɳ 𝛒𝐭 𝛒𝐭
ɳ𝒐
= 𝛒 𝒐 𝒕𝒐
atau ɳ= 𝛒 𝒐 𝒕𝒐
ɳ𝐨 (3)
Dari persamaan 3, viskositas cairan dapat dihitung dengan merujuk pada viskositas
cairan pembanding.
Viskositas cairan adalah fungsi dari ukuran dan permukaan molekul, gaya tarik
antar molekul dan struktur cairan. Tiap molekul dalam cairan dianggap dalam
kedudukkan setimbang, maka sebelum suatu lapisan molekul dapat melewati lapisan
molekul lainnya diperlukan suatu energi tertentu. Sesuai dengan hukum distribusi
Maxwell-Boltzmann, jumlah molekul yang memiliki energi yang perlukan untuk
mengalir dihubungan dengan faktor eE/RT. Maka fluiditas sebanding dengan e-E/RT
dan viskositas sebanding dengan eE/RT. Secara kuantitatif, pengaruh suhu terhadap
viskositas dinyatakan dengan persamaan empirik:
𝑬
ɳ = A eE/RT atau ln ɳ = 𝑹𝑻 + ln A (4)
dengan A = tetapan yang sangat bergantung pada massa molekul relatif dan volume
molar cairan, dan E = energy ambang per mol yang diperlukan untuk proses awal
aliran. Untuk cairan yang terasosiasi, Batschinski mengemukakan persamaan empirik
yang mengaitkan koefisien viskositas dengan volume jenis pada suhu yang sama
sebagai:
𝒄 ɳ
ɳ = 𝒗!𝒃 atau v=b+ 𝒄
= b + cϕ (5)
b dan c tetapan yang bergantung pada jenis zat cair dan v adalah volume jenis dalam
cm3/g. Ditemukan bahwa tetapan b praktis dengan tetapan Van der Waals cairan yang
bersangkutan.
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban K-1
V. CARA KERJA
1) Pergunakan viskometer yang bersih (Viskometer Ostwald);
2) Letakkan viskometer dalam waterbath pada posisi vertical dengan bantuan statif
dan klem;
3) Ukur sejumlah cairan tertentu (10 – 15 mL) ke dalam reservoir A (Gambar 2),
sehingga ketika cairan di bawah ke reservoir B, permukaannya melewati garis m
dan cairan di reservoir A kira-kira masih terisi setengahnya.
4) Atur waterbath pada suhu yang dikehendaki. Biarkan viskometer dan isinya
selama 5-10 menit untuk mencapai suhu waterbath.
5) Dengan menghisap cairan dengan bantuan filler, bawa cairan ke reservoir B
sampai sedikit di atas garis m. Kemudian biarkan cairan mengalir secara bebas.
Catat waktu yang diperlukan cairan untuk mengalir dari m ke n. Lakukan
pekerjaan ini, minimal triplo.
6) Tentukan rapat massa cairan (ρ) pada suhu yang bersangkutan dengan piknometer.
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban K-1
7) Lakukan pengerjaan 1 sampai 6 di atas untuk cairan pembanding (air suling atau
aqua DM). Gunakan viskometer yang sama.
VI. TUGAS
1) Hitung viskometer cairan yang di ukur pada suhu kamar, 30o, 35o, 40o dan 45oC
dengan merujuk viskositas air (dari literatur) pada suhu-suhu tersebut.
!
2) Alurkan log ɳ terhadap !, kemudian tentukan tetapan A dan energi ambang batas
aliran (E) pada persamaan 4.
3) Alurkan volume jenis (v), terhadap fluiditas (ϕ) , kemudian tentukan tetapan b
pada persamaan 5. Bandingkan harga tetapan ini dengan tetapan Van der Waals
dari cairan yang bersangkutan.
VII. PERTANYAAN
1) Apa yang dimaksud dengan bilangan Reynold dan bagaimana hubungannya
dengan aliran laminar?
2) Sebutkan cara lain yang dapat digunakan untuk menentukan viskositas cairan!
Berikan penjelasan singkat.
3) Jelaskan prinsip penentuan viskositas cairan sebagai fungsi suhu!
4) Mengapa viskositas air lebih besar dari pada kloroform sedangkan densitas
kloroform lebih besar?
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban K-1
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban M-1
I. TUJUAN
Menentukan hukum laju reaksi dan mencari nilai tetapan laju reaksi iodinasi aseton
dalam suasana asam dengan metode penentuan laju awal.
Laju reaksi dapat juga dinyatakan dalam bentuk hukum laju, yaitu persamaan
yang menunjukkan laju reaksi sebagai fungsi dari konsentrasi reaktan. Bentuk huklum
laju dituliskan sebagai berikut:
𝑑𝐴 ! !
− =𝑘 𝐴 𝐵
𝑑𝑡
dimana m dan n berturut-turut merupakan orde reaksi terhadap A dan B.
Hukum laju reaksi tak dapat diramalkan dari persamaan stoikiometrinya, tetapi harus
ditentukan secara eksperimen. Dari bentuk hukum ini sering kali dapat diperoleh
informasi tentang mekanisme reaksi.
Reaksi iodinasi aseton merupakan reaksi yang sangan baik untuk mempelajari
laju reaksi. Beberapa alasan diantaranya yaitu warna dari pereaksi iodin yang khas dan
mudah diamati, laju reaksinya cukup cepat sehingga dapat dilakukan beberapa
pengulangan, namun juga tidak terlalu cepat sehingga sulit untuk diukur, selain itu
juga reaksi ini berorde nol terhadap iodin sehingga perubahan konsentrasi berbanding
linier terhadap waktu.
Stoikiometri reaksi iodinasi aseton dapat dituliskan sebagai berikut:
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban M-1
O O
H+
+ I2 I-
C C + + H+
CH 3 CH3 CH 3 CH 2I
O OH
K2 /(H 2O)
CH3CCH3 + H2 O CH 3C CH 2 + H3 O
K-2
B E
OH OH
K3
CH3 C CH2 + I2 CH 3C CH 2I + H + I
E P
Karena aseton merupakan basa yang sangat lemah, maka letak kesetimbangan reaksi
pada persamaan reaksi ke-2 lebih cenderung ke kiri. Pada keadaan ini konsentrasi ion
(I), yaitu [I]=K [A][H+], dengan K adalah tetapan kesetimbangan reaksi ke-2.
Persamaan laju pembentukan enol (E) dan produk (P) yang sesuai dengan
mekanisme reaksi di atas adalah:
𝑑𝐸
= 𝑘! 𝐵 − 𝑘!! 𝐻! + 𝑘! 𝐼! 𝐸
𝑑𝑡
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban M-1
𝑑𝑃
= 𝑘! 𝐼! 𝐸
𝑑𝑡
![!]
Penyelesaian persamaan laju untuk !"
dengan pendekatan keadaan tunak (steady
![!]
state treatment) untuk E yaitu !"
= 0 dan dengan mensubstitusikan [I]=K [A][H+]
akan menghasilkan persamaan:
𝑑𝑃 𝑘! 𝑘! 𝐾 𝐴 𝐻! 𝐼!
=
𝑑𝑡 𝑘!! 𝐻! + 𝑘! 𝐼!
Persamaan di atas dapat disederhanakan jika bentuk enol (E) lebih cepat bereaksi
dengan halogen daripada dengan H3O+, yaitu juka ka [I2] >> k-2 [H+], maka akan
diperoleh:
𝑑𝑃
= 𝑘!! 𝐾 𝐴 [𝐻! ]
𝑑𝑡
Hasil pendekatan ini sesuai dengan hasil pengamatan bahwa reaksi
keseluruhan masing-masing berorde pertama terhadap aseton dan asam tetapi tidak
tergantung pada konsentrasi halogen. Dapat dilihat bahwa tetapan kecepatan reaksi
orde kedua merupakan gabungan dari k2 dan K.
Berdasarkan stoikiometri reaksi di atas, kecepatan pembentukan monoiodo
aseton (P) sama dengan kecepatan berkurangnya iod. Reaksi sesungguhnya tidak
berhenti hanya sampai monoiodo aseton tetapi reaksi substitusi selanjutnya tidak perlu
diperhatikan jika hanya keadaan awal (reaksi berlangsung hingga kira-kira 10%) yang
diselidiki.
Pada percobaan ini diselidiki reaksi iodinasi aseton yang dikatalisi oleh HCl.
Kecepatan reaksi ditentukan dengan mengikuti kecepatan perubahan konsentrasi
iodium dengan spektrofotometer. Usahakan absorbansi larutan antara 0,2 hingga 0,8
dengan memilih panjang gelombang yang sesuai.
Untuk itu dilakukan cara variasi konsentrasi awal tiap pereaksi. Di dalam
campuran reaksi, konsentrasi aseton dapat bervariasi antara 1,0 hingga 2 M,
konsentrasi iodium anatara 0,001 hingga 0,1 M dan konsentrasi HCl antara 0,01
hingga 0,05 M. Dalam pengerjaannya, larutan aseton dapat dicampur terlebih dahulu
dengan larutan HCl, dan kemudian ke dalam campuran ini ditambahkan larutan
iodium sesuai dengan skema yang kan ditentukan kemudian.
V. CARA KERJA
1) Tentukan panjang gelombang maksimum untuk I2 dengan cara mengalurkan nilai
absorbansi sebagai fungsi panjang gelombang. Lakukan langkah-langkah berikut:
2) Tentukan konsentrasi I2 yang akan digunakan
3) Tuangkan larutan I2 tersebut kedalam kuvet dan ukur absorbansinya pada rentang
panjang gelombang tertentu, misal antara 475-575 nm. Lakukan pengukuran
absorbansi setiap kelipatan 10 nm.
Catatan 1: misalkan jika nilai absorbansi tertinggi berada di antara panjang
gelombang 525-235, maka persempit pengukuran pada rentang tersebut dengan
melakukan pengukuran absorbansi setiap kelipatan 1 nm.
Catatan 2: lakukan pengenceran terhadap larutan I2 sedemikian rupa sehingga nilai
absorbansi berada pada rentang 0,2 hingga 0,8.
4) Tentukan volume masing-masing pereaksi pada percobaan ini sedemikian rupa
sehingga untuk setiap percobaan terdapat empat run dimana salah satu volume
reaktan divariasikan. Denga demikian maksimum ada 12 run. Volume total
pereaksi 25 mL – 40 mL dan diambil tetap. Misal untuk volume total 30 mL run 1
s/d 4 volume aseton divariasikan, run 5 s/d 8 volume HCl divariasikan, run 9 s/d
12 volume I2 divariasikan.
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban M-1
VI. TUGAS
1) Tentukan laju reaksi awal yang dinyatakan dengan perubahan konsentrasi iodium
dalam molar setiap satuan waktu untuk masing-masing percobaab (run 1-12).
2) Alurkan laju reaksi awal terhadap konsentrasi masing-masing pereaksi (aseton,
HCl, dan I2) untuk menentukan orde reaksi.
3) Tentukan bentuk hukum laju reaksi dan kemudian carilah nilai tetapan laju
reaksinya.
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban M-1
VII. PERTANYAAN
1) Turunkan persamaan dan cara yang digunakan untuk membuktikan bahwa suatu
reaksi secara keseluruhan berorde dua!
2) Selain dengan spektroforometer, penentuan hokum laju reaksi iodinasi aseton
dapat dilakukan dengan titrasi volumetri. Jelaskan tentang cara tersebut!
3) Dalam sistem reaksi yang melibatkan katalis, jelaskan secara umum arti dari:
4) Reaksi dikatalisis oleh asam
5) Reaksi dikatalisis oleh basa
6) Turunkan persamaan laju reaksi untuk kedua jenis reaksi pada nomer 3!
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban M-2
I. TUJUAN
Dalam percobaan ini akan ditunjukan bahwa reaksi penyabunan etil asetat oleh ion
hidroksida adalah reaksi orde kedua.
CH3COOC2H5 + OH-à CH3COO- + C2H5OH (1)
Disamping itu akan ditentukan pula tetapan laju reaksinya. Penentuan ini dilakukan
dengan cara titrasi dan konduktometri.
atau sebagai ,
𝒅𝒙
𝒅𝒕
= 𝒌𝟏 𝒂 − 𝒙 𝒃 − 𝒙 (3)
dengan a = konsentrasi awal ester, dalam Mol.L-1
b = konsentrasi awal ion OH-, dalam Mol.L-1
x = jumlah Mol.L-1ester atau basa yang telah bereaksi
k1 = tetapan laju
Baik persamaan (2) maupun persamaan (3) berlaku untuk keadaan reaksi yang tidak
terlalu dekat pada keadaan kesetimbangan. Persamaan (3) dapat diintegrasi dengan
memperhatikan berbagai keadaan awal :
a≠b
Bila persamaan (3) diintegrasiakan memberikan
𝒃(𝒂!𝒙)
𝐥𝐧 𝒂(𝒃!𝒙) = 𝒌𝟏 𝒂 = 𝒃 𝒕 (4)
atau,
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban M-2
(𝒂!𝒙) 𝒂
𝐥𝐧 (𝒃!𝒙) = 𝒌𝟏 𝒂 − 𝒃 𝒕 + 𝐥𝐧 𝒃 (4b)
atau,
𝒙
𝒂(𝒂!𝒙)
= 𝒌𝟏 𝒕 (6b)
𝒙
Persamaan terakhir ini mengungkapkan bahwa aluran 𝒂(𝒂!𝒙) terhadap t merupakan
B. Cara Konduktometri
Pada suhu tetap hantaran suatu larutan bergantung pada (a) konsentrasi ion,
dan (b) kemobilan ion dalam larutan. Umumnya sifat hantaran listrik suatu elektrolit
mengikuti hukum ohm, V = I.R, dengan tegangan V, arus I dan tahanan R. Hantaran
(L) suatu larutan didefinisikan sebagai kelbalikan dari tahanan,
𝑳 = 𝟏/𝑹 (7)
Hantaran jenis (𝜅), suatu larutan ialah hantaran ‘sebatang’ larutan tersebut itu yang
panjangnya 1 meter dan luas penampang lintangnya 1 m2. Maka untuk dua permukaan
yang sejajar seluas A m2 dan berjarak 1 m satu dari yang lainnya, belaku hubungan
𝑳 = 𝜿 𝚨/𝟏 (8)
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban M-2
Dalam pengukuran-pengukuran hantaran diperlukan pula suatu tetapan sel (k) yang
merupakan suatu bilangan, bila dikalikan dengan hantaran suatu larutan dalam sel
bersangkutan akan memberikan hantaran jenis dari larutan tersebut. Jadi :
𝜿 = 𝒌𝑳 = 𝒌/𝑹 (9)
Dari persamaan (8) dan (9) jelaslah bahwa k = 1/A yang merupakan tetapan bagi suatu
sel. Hantaran molar (Λ) suatu elektrolit yang terlarut didefinisikan sebagai hantaran
yang diperoleh, kalau antara dua buah elektroda yang cukup luas, sejajar dan berjarak
1 meter, ditempatkan sejumlah larutan yang mengandung 1 mol elektrolit itu. Dari
definisi hantaran molar ini dan persamaan (8) dapat diturunkan persamaan berikut,
𝚲= 𝜿/ ⊂ (10)
dengan ⊂ adalah konsentrasi larutan dalam Mol.m-3
𝜿=⊂ 𝚲 (10a)
Persamaan (10a) berlaku untuk kehadiran sebuah elektrolit dalam larutan, Jika lebih
dari sebuah elektrolit yang larut, maka sesuai dengan hokum keaditifan hantaran
Kohlrausch untuk larutan yang encer haruslah berlaku:
𝜿 = 𝚺𝒌𝟏 = 𝚺𝒊 ⊂𝒊 𝚲𝒊 = 𝚺𝒊 ( ⊂𝒌𝒊 𝝀𝒌𝒊 + ⊂𝒂𝒊 𝝀𝒂𝒊 ) (10b)
Dengan :
K1 = hantaran jenis karena kehadiran elektrolit
𝟏
𝑳𝒕 = 𝒌
𝚺𝒊 (⊂𝒌𝒊 𝝀𝒌𝒊 + ⊂𝒂𝒊 𝝀𝒂𝒊 ) (11)
Dengan konduktometri dapat ditentukan pula orde reaksi serta tetapan lajureaksinya.
Berlainan dengan cara titrasi maka pada cara konduktometri tidak dilakukan
penghentian reaksi. Selama reaksi berlangsung hantaran campuran makin berkurang
karena terjadi penggantian ion OH- dari larutan dengan ion CH3COO-. Dengan
pengandaian bahwa etil asetat, alcohol dan air tidak menghantarkan listrik sedangkan
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban M-2
𝟏
𝑳𝒕 = 𝒌
𝒃 − 𝒙 𝝀𝑶𝑯! + 𝒙𝝀𝑪𝑯𝟑 𝑪𝑶𝑶! + 𝒃𝝀𝑵𝒂! (11a)
Hubungan hantaran atau tahanan larutan dengan waktu bergantung pada berbagai
keadaan awal.
a≠b
Dengan mensubstitusikan persamaan (15) kedalam persamaan (4b) akan diperoleh,
𝑨 𝑹 !𝟏
𝐥𝐧 𝑩 𝑹 𝒕!𝟏 = 𝒌𝒊 𝒂 − 𝒃 𝒕 + 𝒍𝒏 (16)
𝒕
Dimana,
𝟏 𝒂 𝑹𝒐
𝑨= 𝑹𝒐 𝒃
𝟏− 𝑹𝒄
−𝟏 (16a)
𝟏 𝒂 𝑹𝒐
𝑨= 𝑹𝒐 𝒃
𝟏− 𝑹𝒄
−𝟏 (16b)
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban M-2
𝟏
𝑳𝒕 = 𝒌𝒊 𝒂𝒕
= 𝑳𝟎 − 𝑳𝒕 + 𝑳𝒄 (17a)
V. CARA KERJA
A. Cara Titrasi
1) Panaskan masing-masing 100 mL NaOH 0,02 M dan 100 mL etil asetat 0,02 M
hingga suhunya mencapai 60oC. Konsentrasi kedua larutan ini harus diketahui
dengan tepat.
2) Siapkan 6-12 buah erlenmeyer yang telah diisi HCl 0,02 M masing-masing
sebanyak 10 mL dan tambahkan PP ± 4 tetes.
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban M-2
3) Saat suhu telah mencapai 60oC, segera campurkan larutan etil asetat pada larutan
NaOH dengan cepat dan dikocok dengan baik. Jalankan stopwatch pada saat kedua
larutan itu bercampur.
4) Tiga menit setelah reaksi dimulai (terhitung dari saat stopwatch dijalankan) pipet
10 mL sebanyak 2 kali (data duplo) dari campuran reaksi dan masukkan ke dalam
erlenmeyer yang berisi 10 mL larutan HCl tadi. Aduk dengan baik dan segera
titrasi kelebihan HCl dengan larutan standar NaOH 0,02 M. Titrasi ini hendaknya
dilakukan secepat mungkin (mengapa?). Dalam pengambilan 10 mL dari
campuran reaksi, gunakan pipet yang dapat mengeluarkan isinya dengan cepat
(mengapa?).
5) Lakukan juga pekerjaan no.4 pada saat menit ke 8, 15, 25, 40 dan 65 setelah reaksi
dimulai.
6) Catatan : Percobaan ini dapat dilakukan dengan mengambil
a. 2a = b
b. a = b
B. Cara Konduktometri
1) Siapkan masing-masing 100 mL NaOH 0,02 M dan 100 mL etil asetat 0,02 M,
kemudian dipanaskan hingga suhunya 40oC.
2) Sementara itu tentukan tetapan sel yang digunakan sebagai berikut :
3) Cucilah sel dengan akuades dan tentukan hantarannya di dalam air.
4) Setelah itu tentukan hantarannya di dalam larutan KCL 0,1000N. Set mode satuan
dalam µS/cm. Jika hantarannya mendekati 84 µS/cm, berarti alat masih baik untuk
digunakan.
5) Bila larutan NaOH dan larutan etil asetat (pada B.1) sudah mencapai suhu
termostat, maka larutan etil asetat dicampurkan dengan cepat pada larutan NaOH
dan dikocok dengan baik. Jalankan stopwatch pada saat kedua larutan itu
tercampur.
6) Tentukan tahanan atau hantarannya pada menit ke 3, 8, 15, 25, 40 dan 65 setelah
mulainya reaksi (Lt) dan catat suhu yang terukur.
7) Siapkan pula 100 mL NaOH yang sama seperti pada B.1 dan tambahkan aquades
100 ml. Kemudian letakkan dalam termostat hingga suhunya 40oC. Setelah
mencapai suhu termostat, tentukan tahanan atau hantarannya (=Ro atau Lo) dan
catat suhu yang terukur.
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban M-2
8) Ulangi pekerjaan B.1 dan B.3 dengan pemanasan hingga suhu 60oC. Diamkan ±
1,5 jam lalu ukur hantarannya dengan konduktometer (Lc).
VI. TUGAS
A. Cara Titrasi
1) Dari hasil pengamatan, tentukanlah :
a : konsentrasi eteil asetat dalam campuran
b : konsentrasi NaOH dalam campuran
Vx : volume NaOH yang bereaksi
x : konsentrasi NaOH yang bereaksi
2) Buatlah tabel yang berisi :
Menit 1 b( a − x )
Vtitran (ml) A b Vx x ln
ke- a − b a(b − x)
1 b( a − x )
ln
3) Buat grafik dengan t sebagai ordinat dan a − b a(b − x) sebagai absis,
kemudian tentukan nilai k dengan mencari nilai slope dan tentukan orde reaksi
dengan melihat nilai R2 (kelinierannya).
B. Cara Konduktometri
1) Tentukan harga a (konsentrasi etil asetat dalam campuran).
2) Buatlah tabel yang berisi :
1 Lo − Lt
Menit ke- Lt T (oC)
a Lt − Lc
1 Lo − Lt
3) Buat grafik dengan t sebagai ordinat dan a Lt − Lc sebagai absis, lalu tentukan
nilai k dan ordenya dari nilai slope dan R2 yang diperoleh.
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban M-2
VII. PERTANYAAN
1) Kenyataan apakah yang membuktikan bahwa reaksi penyabunan etil asetat ini
adalah reaksi orde kedua?
2) Turunkan satuan-satuan yang digunakan dalam system Internasional (SI) untuk
hantaran jenis dan hantaran molar.
3) Apakah akibatnya bila titrasi dari HCl tidak dapat segera dilakukan? Seandainya
titrasi ini harus ditunda (misalnya sampai seluruh percobaan selesai), apakah yang
harus dikerjakan?
4) Terangkan tiga buah cara untuk menentukan orde dari suatu reaksi kimia.
5) Energi pengaktifan dapat ditentukan secara percobaan. Terangkan prinsipnya dan
lukiskan pula persamaan-persamaan yang diperlukan.
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban M-3
I. TUJUAN
Menentukan tetapan laju reaksi orde pertama reaksi hidrolisis sukrosa dengan katalis
ion hidrogen H+.
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban M-3
Sukrosa merupakan salah satu senyawa yang memiliki sifat optis aktif yang
memutar bidang polarisasi ke kanan (dektrorotary). Pada reaksi hidrolisis sukrosa
menghasilkan produk yaitu fruktosa dan glukosa dengan bantuan asam atau enzim
invertase. Glukosa memutar bidang polarisasi ke kanan sedangkan fruktosa memutar
bidang polarisasi ke kiri.
H+
+ H2O +
Pada hukum laju tersebut konsentrasi ion H+ tetap dan konsentrasi H2O juga
tetap selama reaksi berlangsung, maka reaksi tersebut menjadi berorde pertama semu.
Hukum laju reaksi orde pertama adalah
𝒅
− 𝒅𝒕 = kt (2)
c adalah konsentrasi zat pereaksi
Integrasi persamaan (2) kemudian subsitusi c = a pada zat t = 0 dan c = c dan t = t,
maka akan dihasilkan persamaan:
𝒂
ln 𝒄 = kt (3)
α = αA + αB + ….. (5)
dengan : α : sudut pemutaran bidang polarisasi karena adanya zat A dan B dalam
larutan, αA : sudut pemutaran bidang polarisasi jika hanya zat A terlarut dan αB : sudut
pemutaran bidang polarisasi jika hanya zat B terlarut
Dengan menggunakan persamaan (4) dan (5) dalam bentuk persamaan (3) maka dapat
diubah menjadi :
𝛂𝟎 ! 𝛂!
ln 𝛂𝐭 ! 𝛂!
= kt (6)
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban M-3
Zat kimia:
Gula 20%
Larutan HCl 4 M
3) Lepaskanlah salah satu tutup tabung polarimeter, lepaskan pula kaca jendelanya
dari penutup. Bersihkan tabung polarimeter dengan air suling.
4) Isi tabung tersebut dengan air suling penuh sampai muka cairan cembung di bibir
tabung itu. Geserkan kaca jendela pelan-pelan di bibir tabung itu hingga tak ada
gelembung di dalamnya. Pasang penutupnya rapat-rapat.
5) Ukur pemutaran bidang polarisasi cahaya oleh air suling. Catat kedudukan itu dan
anggap sebagai titik nol untuk perhitungan selanjutnya. Kosongkan tabung ini dan
usahakan agar kering.
6) Larutkan 20 gram gula itu ke dalam labu Erlenmeyer.
7) Ambil 25 mL larutan gula itu ke dalam labu Erlenmeyer.
8) Tes apakah stopwatch siap digunakan.
9) Tambahkan ke dalam larutan gula tersebut pada 7, volum yang sama larutan asam
yang digunakan. Jalankan stopwatch pada saat itu juga dan aduk larutan sampai
merata.
10) Cepat-cepat bilaslah tabung polarimeter dengan larutan itu dan kemudian isilah
sampai penuh dengan cara seperti pada 4.
11) Lakukan pengukuran yang pertama
12) Lakukan pengukuran – pengukuran berikutnya.
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban M-3
13) Sesudah periode 30 menit pertama selesai maka larutan dipanaskan selama 30
menit (T = 40oC) kemudian dilakukan pengukuran selanjutnya dan dicatat sebagai
pengukuran pada t+∆t.
V. TUGAS
Tentukan tetapan laju reaksi k secara grafis atau pun menggunakan metode kuadrat
terkecil.
VI. PERTANYAAN
1) Bagaimanakah mekanisme katalisis oleh ion H+ pada reaksi ini? Gambarkan
terjadinya protonasi dan pemecahan ikatan.
2) Berapa tetapan laju inverse yang diperoleh bila digunakan larutan asam yang
konsentrasinya dua kali lebih besar?
3) Terangkan dengan singkat istilah – istilah ini
a. Tentang penentuan orde reaksi
i. metode coba-coba
ii. metode isolasi
iii. metode kecepatan awal
b. Tabung katalisis asam – asam
“specific hydrogen ion catalysis”
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Percoban M-3
2. Levine, I.R., 2009, Physical Chemistry, Sixth Edition, Mc. Graw Hill Books.,
Hal. 515-519.
3. The University of Lethbridge, Department of Chemistry & Biochemistry, 2008,
A Kinetic Study of The Acid Catalyzed Hydrolysis of Sucrose, Chemistry 2740
Laboratory.
LABORATORIUM KIMIA FISIK
PROGRAM STUDI KIMIA – FMIPA ITB