Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 1

OLEH JORDY MUHAMMAD

Jurusan Ilmu Komunikasi

042032904

1. Jelaskan fungsi bahasa menurut M.A.K. Halliday.


2. Jelaskanlah perkembangan (peningkatan) bahasa Indonesia berdasarkan hasil kongres
VII s.d. XI dengan menggunakan peta konsep (mind mapping).
3. Artikel Sisi Positif Parenting Budaya Jepang.

Jawaban :

1. - Fungsi instrumental (the instrumental function), melayani pengelolaaan


lingkungan, menyebabkan peristiwa-peristiwa tertentu terjadi.
- Fungsi regulasi (the regulatory function), bertindak untuk mengawasi serta
mengendalikan peristiwa-peristiwa. Fungsi regulasi ini memang agak sulit
dibedakan dari fungsi instrumental. Fungsi regulasi atau fungsi pengaturan ini
bertindak untuk mengendalikan serta mengatur oranglain.
- Fungsi pemerian (the representational function) adalah penggunaan bahasa untuk
membuat pernyataan-pernyataan, memyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan,
menjelaskan atau melaporkan, dengan kata lain menggambarkan realitas yang
sebenarnya, seperti yang dilihat oleh seseorang.
- Fungsi interaksi (the interactional function) bertugas untuk menjamin serta
memntapkan ketahan dan kelangsungan komunikasi, interaksi sosial.
Keberhasilan komunikasi interaksional ini menuntut pengetahuan secukupnya
mengenai logat (slang), logat khusus (jargon), lelucon, cerita rakyat (folklore),
adat-istiadat dan budaya setempat, tata krama pergaulan, dan sebagainya.
- Fungsi perorangan (the personal function) memberi kesempatan kepada seseorang
pembicara untuk mengekspresikan perasaan, emosi, pribadi, serta reaksi-reaksinya
yang mendalam. Kepribadian seseorang biasanya ditandai oleh penggunaan fungsi
personal bahasanya dalam berkomunikasi dengan orang lain. Dalam hakikat
bahasa perorangan ini jelas bahwa kesadaran, perasaan, dan budaya turut sama-
sama berinteraksi dengan cara yang beraneka ragam.
- Fungsi heuristik (the heuristic function) melibatkan penggunaan bahasa untuk
memperoleh ilmu pengetahuan, mempelajari seluk beluk lingkungan. Fungsi
heuristik seringkali disampaikan dalam bentuk pertanyaan yang menuntut
jawaban. Secara khusus, anak-anak memanfaatkan penggunaan fungsi heuristik
ini dalam aneka pertanyaan “mengapa?” yang tidak ada putusannya mengenai
dunia sekeliling, alam sekitar mereka. Penyelidikan, rasa ingin tahu, merupakan
suatu metode heuristik untuk memperoleh representasi realitas dari orang lain.
- Fungsi imajinatif (the imaginative function) melayani penciptaan sistem-sistem
atau gagasan yang bersifat imajinatif. Mengisahkan cerita-cerita dongeng,
membacakan lelucon, atau menulis novel, merupakan praktik penggunaan fungsi
imajinatif bahasa, kita bebas bertualang dan mengembara ke sebrang dunia nyata
untuk menjelajahi puncak keluhuran serta keindahan bahasa itu sendiri, dan
melalui bahasa itu kita dapat menciptakan mimpi-mimpi yang mustahil jika
memang yang kita inginkan seperti itu.
2. - Kongres Bahasa Indonesia VII lebih memfokuskan pada peran bahasa dan sastra
dalam era globalisasi. Kongres yang diselenggarakan di Jakarta 26—30 Oktober 1998
bertepatan peringatan 70 tahun Hari Sumpah Pemuda. Kongres yang dihadiri 700
peserta dari dalam dan luar negeri ini mengusung tema “Pemantapan Peran Bahasa
sebagai Sarana Pembangunan Bangsa dalam Era Globalisasi”. Di samping itu,
penyelenggara kongres ini juga menetapkan tiga subtema, yakni “Memperkukuh
Kedudukan Bahasa dalam Era Globalisasi”, Meningkatkan Mutu Bahasa sebagai
Sarana Komunikasi”, dan “Meningkatkan Daya Cipta dan Apresiasi Sastra.
Keseluruhan masalah yang dibahas dituangkan ke dalam kurang lebih 80 judul
makalah. Kongres kali ini juga diiringi dengan pelaksanaan pameran.
- Kongres Bahasa Indonesia VIII juga diselenggarakan di Jakarta pada 14—17
Oktober 2003, di Hotel Indonesia. Pelaksanaan kongres ini dilatarbelakangi oleh
komitmen untuk memantapkan posisi bahasa Indonesia sebagai lambang jati diri
bangsa dan alat pemersatu berbagai kelompok etnis ke dalam satu kesatuan
bangsa di tengah terjadinya berbagai perkembangan dan perubahan di dalam
kehidupan masyarakat Indonesia sebagai akibat bergulirnya gerakan reformasi
yang terjadi sejak 1998. Runtuhnya kekuasaan Orde Baru, dan lahirnya gerakan
reformasi tentu saja mengubah tatanan kehidupan yang awalnya serba sentralistik
ke arah desentralistik yang secara langsung maupun tidak langsung memengaruhi
bidang kebahasaan dan kesastraan. Pada era reformasi, masalah bahasa dan sastra
Indonesia menjadi kewenangan pemerintah pusat, sedangkan masalah bahasa dan
sastra daerah menjadi urusan pemerintah daerah. Sesuai perkembangannya,
kongres kali ini mengusung tema “Pemberdayaan Bahasa Indonesia
Memperkukuh Ketahanan Budaya Bangsa dalam Era Globalisasi” yang dijabarkan
ke dalam tiga pokok bahasan dengan cakupan sebagai berikut. 1. Bahasa a.
Pemantapan peran bahasa Indonesia dalam menghadapi budaya global b.
Peningkatan mutu bahasa Indonesia dalam memanfaatkan perkembangan ilmu dan
teknologi informasi c. Peningkatan mutu penggunaan bahasa Indonesia dalam
upaya memantapkan kesadaran berbangsa d. Peningkatan mutu pendidikan bahasa
Indonesia dalam membangun kehidupan masyarakat madani e. Perkembangan
pengajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing (BIPA) f. Peningkatan mutu
pengajaran bahasa asing di Indonesia g. Pemantapan peran bahasa daerah dalam
memperkukuh ketahanan budaya bangsa. 2. Sastra a. Pemantapan peran sastra
Indonesia dalam menghadapi budaya global b. Peningkatan mutu karya sastra
Indonesia dalam kaitannya dengan pemanfaatan ilmu dan teknologi informasi c.
Peningkatan apresiasi sastra Indonesia dalam upaya memantapkan kesadaran
bangsa d. Peningkatan mutu pendidikan sastra Indonesia dalam membangun
kehidupan masyarakat madani e. Pemantapan peran sastra daerah dalam
memperkukuh ketahanan budaya bangsa. 3. Media Massa a. Peran media massa
dalam meningkatkan mutu penggunaan bahasa Indonesia dan penyebaran hasil
pengembangan bahasa b. Peran media massa dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa melalui penggunaan bahasa Indonesia yang baik c. Dampak pemakaian
bahasa Indonesia dalam media massa terhadap dunia pendidikan d. Peran media
massa dalam memasyarakatkan dan meningkatkan apresiasi sastra e. Peran media
massa di daerah dalam memelihara bahasa dan budaya daerah. Kongres Bahasa
Indonesia VIII ini diikuti sekitar 1.000 orang yang terdiri atas peserta undangan
dan peserta biasa meliputi tokoh masyarakat, pakar, sastrawan, budayawan,
pejabat pemerintah, peminat bahasa dan sastra, serta wakil organisasi profesi dari
dalam dan luar negeri Di samping mendiskusikan 80 makalah terkait kebahasaan
dan kesastraan, panitia kongres juga menyelenggarakan Pameran dan Pentas Seni.
Pada pameran ini ditampilkan beberapa materi meliputi (a) dokumen tertulis
salinan makalah atau guntingan surat kabar dari penyaji utama Kongres Bahasa
Indonesia I—VII, (b) terbitan (buku) tentang kebahasaan dan kesastraan di
Indonesia, (c) poster/foto kegiatan pertemuan nasional/internasional kebahasaan
dan kesasastraan, (d) slogan kampanye penggunaan bahasa Indonesia dan
pemasyarakatan sastra, (e) peta bahasa dan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia;
dan sistem informasi kebahasaan.
- Kongres Bahasa Indonesia IX
Kongres IX Bahasa Indonesia pada tanggal 28 Oktober—1 November 2008 di
Jakarta. Kongres tersebut akan membahas lima hal utama, yakni bahasa Indonesia,
bahasa daerah, penggunaan bahasa asing, pengajaran bahasa dan sastra, serta
bahasa media massa. Kongres bahasa ini berskala internasional dengan
menghadirkan para pembicara dari dalam dan luar negeri. Para pakar bahasa dan
sastra yang selama ini telah melakukan penelitian dan mengembangkan bahasa
Indonesia di luar negeri sudah sepantasnya diberi kesempatan untuk memaparkan
pandangannya dalam kongres tahun ini. 2.Tema Berdasarkan permasalahan
tersebut di atas, Kongres IX Bahasa Indonesia ini mengambil tema “Bahasa
Indonesia Membentuk Insan Indonesia Cerdas Kompetitif di Atas Fondasi
Peradaban Bangsa”. 3.Pokok Bahasan Tema tersebut dijabarkan ke dalam lima
pokok bahasan sebagai berikut. a. Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, dan
Penggunaan Bahasa Asing b. Sastra Indonesia dan Sastra Daerah c. Pengajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia, Daerah, dan Asing d. Pengajaran Bahasa Indonesia
bagi Orang Asing e. Penggunaan Bahasa Indonesia di Media Massa 4.Tujuan
Sesuai dengan tema dan topik tersebut, secara umum Kongres IX Bahasa
Indonesia ini bertujuan meningkatkan peran bahasa dan sastra Indonesia dalam
mewujudkan insan Indonesia cerdas kompetitif menuju Indonesia yang
bermartabat, berkepribadian, dan berperadaban unggul. 5.Waktu dan Tempat
Kongres IX Bahasa Indonesia ini akan diselenggarakan di Hotel Bumi Karsa,
Kompleks Bidakara, Jalan M.T. Haryono, Jakarta Selatan pada tanggal 28 Oktober
—1 November 2008. 6.Pemakalah Pemakalah dalam kongres ini berasal dari
dalam dan luar negeri. Adapun jenis makalahnya terdiri atas makalah utama,
makalah undangan, dan makalah partisipasi. Untuk itu, peminat yang tidak
mendapat undangan menyajikan makalah silakan mengirimkan abstrak makalah
sekitar 250 kata selambat-lambatnya pada 31 Juli 2008 sudah diterima panitia.
Abstrak yang terpilih untuk disajikan akan diumumkan 8 Agustus 2008, dan
makalah lengkap selambat-lambatnya sudah diterima panitia 22 September 2008.
7.Peserta Peserta kongres terdiri atas para pakar bahasa, baik dari dalam maupun
luar negeri, pakar bidang ilmu, tokoh, budayawan, sastrawan, pejabat publik,
birokrat, dosen, guru, mahasiswa, perwakilan organisasi, dan peminat bahasa dan
sastra dari dalam dan luar negeri. 8.Pendaftaran a.Pendaftaran peserta dimulai
sejak diedarkan pengumuman ini sampai dengan tanggal 15 September 2008,
tetapi pendaftaran akan ditutup sebelum batas waktu itu jika jumlah pendaftar
telah memenuhi target. b. Biaya pendaftaran: a. umum: Rp750.000,00 b.
guru/mahasiswa S2/S3: Rp600.000,00 c. mahasiswa S1 Rp500.000,00 d. peserta
luar negeri: US$ 170 Peserta mendapat kelengkapan seminar: makalah, sejumlah
terbitan Pusat Bahasa, dan makan siang serta kudapan. e.Pembayaran dilakukan
melalui BNI 1946 Cabang Rawamangun a.n. H. Warkim Harnaedi dengan nomor
rekening 0140057467. f.Daftar ulang peserta dilakukan di Hotel Bumi Karsa,
Kompleks Bidakara, tanggal 28 Oktober 2008, mulai pukul 08.00—12.00 dengan
membawa bukti pembayaran (transfer). 9. Alamat Panitia Panitia Kongres IX
Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Jalan
Daksinapati Barat IV, Rawamangun Jakarta 13220 Telepon (+6221)4896558,
4706288, 4750406 Pesawat 207 Faksimile (+6221) 4706287 Pos-el:
pusba@indo.net.id

3. 1. Parenting menjadi isu yang hangat dewasa ini. Semakin tinggi kesadaran
masyarakat untuk lebih mempelajari bagaimana ilmu-ilmu parenting agar dapat
diimplementasikan bagi putra-putrinya, atau sebagai bekal untuk membina rumah
tangga di kemudian hari.
Secara sederhana terdapat 4 jenis gaya parenting, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa,
permisif, dan terlalu protektif. berikut adalah sedikit penjelasan mengenai keempat
gaya asuh tersebut.
2. – Apa saja 4 gaya parenting yang sederhana?
- Pada umur berapa anak tidak tidur bersama ibunya?
- Jika anak melakukan kesalahan, apa yang dilakukan ibunya?
3. - 4 jenis gaya parenting, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa, permisif, dan
terlalu protektif.
- Diatas usia 5 tahun

- Orangtua memilih menunggu situasi dan tempat yang lebih privasi untuk
menasehatinya. Anak diajarkan untuk dapat memiliki sikap empati dan saling
menghormati orang lain.

4. Parenting pada Negara Jepang ada 4 gaya sederhana yaitu : gaya asuh otoriter,
berwibawa, permisif dan terlalu protektif. Pada usia antara 0-5 tahun, anak
diperbolehkan melakukan apa saja. Mungkin budaya ini sedikit berbeda dengan
negara lain. Yang dimaksud diperbolehkan melakukan apa saja adalah membiarkan
anak berksplorasi dengan kegiatan yang ia lakukan. Selain mengajari dan
mempersiapkan anak untuk dapat hidup di komunitas sosial masyarakat yang lebih
luas, anak juga diberikan semangat untuk dapat memahami dan menghormati
perasaanya sendiri. Orangtua mengajarkan anaknya untuk melakukan hal yang tidak
mempermalukannya. Contohnya tidak menegur anaknya atau menasehati anaknya di
muka umum ketika melakukan hal yang dirasa kurang pantas.
5. Parenting dalam Budaya Jepang sisi positifnya yang bias kita ambil ialah : Usia 0-5
tahun anak bebas melakukan apapun dan ibunya selalu mendampingi anaknya.
Namun orangtua tetap menstimulus dengan hal yang positif dan menjadi role model
yang baik. Filosofi ini menunjukan, dengan anak dibiarkan aktif menandakan bahwa
sang anak tumbuh sehat. Setelah fase usia 5 tahun di mana anak boleh bereksplorasi
melakukan sesuatu, lalu usia 5-15 tahun anak mulai diajari untuk melakukan kegiatan
seperti membersihkan rumah, belajar untuk disiplin, dan melakukan apa yang
dilakukan oleh orangtua. Setelah anak berusia 15 tahun, orang tua mulai memberikan
ruang untuk anak dapat lebih mandiri dengan mengurangi batasan yang diterapkan
pada fase sebelumnya. Setelah usia 20 tahun anak dianggap resmi menjadi dewasa
dengan biasanya diadakan upacara hari kedewasaan yang diselenggarakan di
distrik/kota setempat yang diikuti oleh pemuda berusia 20 tahun. Selain mengajari dan
mempersiapkan anak untuk dapat hidup di komunitas sosial masyarakat yang lebih
luas, anak juga diberikan semangat untuk dapat memahami dan menghormati
perasaanya sendiri. Anak diajarkan untuk dapat memiliki sikap empati dan saling
menghormati orang lain.

Anda mungkin juga menyukai