Kasus 1
KPK menangkap 5 orang di Medan, Sumatera Utara. Kelimanya adalah Ketua
PTUN Medan Tripeni Irianto Putro bersama 2 koleganya sesama hakim PTUN,
Amir Fauzi dan Dermawan Ginting, panitera pengganti PTUN Syamsir Yusfan,
serta seorang pengacara dari kantor OC Kaligis & Associates, M Yagari Bhastara
alias Gerry.
Kurang dari 24 jam kemudian, usai pemeriksaan secara intensif, KPK akhirnya
resmi menetapkan kelimanya sebagai tersangka. Gerry diduga sebagai pemberi
suap, sedangkan Tripeni, Amir, Dermawan, dan Syamsir ditengarai selaku
penerima suap.
Uang sebanyak US$ 15 ribu dan SG$ 5 ribu turut diamankan dalam operasi
tangkap tangan (OTT) itu, dan dijadikan sebagai barang bukti transaksi dugaan
suap yang diberikan Gerry kepada keempat aparat penegak hukum di PTUN
Medan tersebut. Pada perkembangannya, uang itu diberikan untuk memuluskan
putusan gugatan Pemprov Sumut yang ditangani PTUN Medan.
Majelis Hakim Pengadilan Tipikor Jakarta menjatuhkan vonis 2 tahun penjara
terhadap Ketua PTUN Medan Tripeni Irianto Putro. Selain itu, dia juga dikenakan
denda Rp 200 juta subsider 2 bulan kurungan karena dinilai terbukti menerima
5.000 dolar Singapura dan 15.000 dolar AS terkait kasus yang ditanganinya.
Kasus 2
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar ditangkap KPK di rumah
dinasnya pada Rabu 2 Oktober 2013 lalu. Dia diduga terlibat suap dalam
penanganan gugatan Pilkada Kabupaten Gunung Mas,Kalimantan Tengah dan
Kabupaten Lebak, Banten.
KPK juga menetapkan 5 orang lainnya sebagai tersangka. Kelima orang itu salah
satunya Chairun Nisa, anggota DPR Fraksi Partai Golkar, Bupati Gunung Mas
Hambit Bintih, seorang pengusaha bernama Tubagus Chaeri Wardana yang tak
lain adalah adik kandung mantan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah sekaligus
yang juga suami Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany.
Artidjo mengatakan, permohonan kasasi Akil tak bisa dipenuhi karena dia
melakukan korupsi saat menjabat hakim konstitusi.