Modul Etikolegal
Modul Etikolegal
OLEH :
Ririn Ratnasari, SST., M.Kes
VISI : Pada tahun 2036 menjadi program studi kebidanan diploma unggul dan berdaya saing
global menghasilkan tenaga bidan profesional berlandaskan nilai islami dan berjiwa
entrepreneur
MISI : 1.Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran dalam ilmu kebidanan yang terkini
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................
LATIHAN ...............................................................................................................
TES 1 .......................................................................................................................
LATIHAN .................................................................................................................
TES 2 ........................................................................................................................
LATIHAN ................................................................................................................
TES 3 ........................................................................................................................
LATIHAN .................................................................................................................
TES 4 ........................................................................................................................
LATIHAN ................................................................................................................
TES 5 ........................................................................................................................
TES 6 ........................................................................................................................
LATIHAN ......................................................................................................................
TES 7 ..............................................................................................................................
LATIHAN ......................................................................................................................
TES 8 ..............................................................................................................................
KUNCI JAWABAN........................................................................................................
Mahasiswa DILARANG:
1. Merokok, makan dan minum, membuat kericuhan selama kegiatan praktikum dan di
dalam ruang laboratorium.
2. Duduk/tidur di bed yang ada dilaboratorium.
3. Menyentuh, menggeser/memindahkan dan menggunakan peralatan di laboratorium
yang tidak sesuai dengan acara praktikum mata kuliah yang diambil.
4. Menggunakan laboratorium untuk kegiatan selain praktikum tanpa seijin petugas
laboratorium.
5. Menggunakan handphone untuk pembicaraan dan/atau SMS selama kegiatan
praktikum.
Panduan Praktikum
Praktikum merupakan salah satu metode pembelajaran di mana mahasiswa belajar di
laboratorium yang di dampingi oleh seorang pembimbing. Pembeljaran praktikum
memperkenalkan mahasiswa tentang kasus melalui skenario kasus dan memberikan
pengalaman kepada mahasiswa dalam melakukan pemeriksaan fisik serta tindakan kebidanan
secara mandiri. Praktikum kebidanan juga memberikan pengalaman dalam berkomunikasi,
bekerja tim, problem solving, belajar mandiri, sharing informasi serta etika profesi.
A. Strategi Kegiatan
1. Setiap praktikum dimulai dengan “Pre Confrence” laporan pendahuluan yang harus
sudah dibuat mahasiswa.
2. Laporan Pendahuluan meliputi konsep teori sistem persepsi sensori dan asuhan
kebidanan pada gangguan sistem pencernaan.
3. Melakukan tindakan kebidanan sesuai standar operasional prosedur
4. Memahami penerapan berbagai konsep dasar dalam merawat kasus tersebut :
a. Teori kebidanan
b. Komunikasi terpeutik
c. Etika kebidanan
B. Tugas Mahasiswa
1. Wajib mematuhi tata tertib laboratorium.
2. Membuat laporan pendahuluan sesuai ketentuan
3. Mengikuti Pre Confrence.
4. Mendiskusikan skenario kasus
5. Setiap mahasiswa melakukan tindakan kebidanan secara mandiri.
C. Metode Penilaian
Penilaian selama studi kasus merupakan nilai kumulatif dari :
1. Observasi Penampilan Kerja
Penampilan kerja praktikan dinilai oleh pembimbing praktik dengan
menggunakan penilaian sesuai standar operasional prosedur (SOP) yang meliputi :
a. Persiapan alat
b. Persiapan pasien dan lingkungan
c. Pelaksanaan
d. Evaluasi
2. Penilaian laporan pendahuluan yang terdiri dari :
a. Konsep teori
b. Diagnosa kebidanan
c. Intervensi kebidanan
d. SOP
3. Kemampuan kognitif dan afektif saat ”Conference” dan melakukan tindakan
kebidanan mandiri
E. Evaluasi
Penilaian/evaluasi meliputi :
1. Penilaian kinerja mandiri : 30%
2. Penilaian Laporan Pendahuluan :20%
3. Penilaian penampilan: 25%
4. Kognitif : 25%
MODUL 1
PENGERTIAN ETIKA
Etika diartikan "sebagai ilmu yang mempelajari kebaikan dan keburukan dalam
hidup manusia khususnya perbuatan manusia yang didorong oleh kehandak dengan
didasari pikiran yang jernih dengan pertimbangan perasaan". Etik ialah suatu cabang ilmu
filsafat. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa etik adalah disiplin yang mempelajari
tentang baik atau buruk sikap tindakan manusia.
Etika merupakan bagian filosofis yang berhubungan erat dengan nilai manusia
dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah, dan penyelesaiannya baik atau
tidak (Jones, 1994). Menurut bahasa, Etik diartikan sebagai:
INGGRIS à Ethis, tingkah laku atau prilaku manusia yg baik tindakan yg harus dilaksanakan
manusia sesuai dengan moral pada umumnya.
ETIK adalah aplikasi dari proses dan teori filsafat moral terhadap kenyataan yg
sebenarnya. Hal ini berhubungan dengan prinsip-prinsip dasar dan konsep yg membimbing
makhluk hidup dalam berpikir dan bertindak serta menekankan nilai-nilai mereka. (Shirley R
Jones- Ethics in Midwifery)
TEORI MORAL
Karma etik berkaitan dengan filsafat moral maka sebagai filsafat moral, etik
mencari jawaban untuk menentukan serta mempertahankan secara rasional teori yang
berlaku tentang apa yang benar atau salah, baik atau buruk, yang secara umum dapat
dipakai sebagai suatu perangkat prinsip moral yang menjadi pedoman bagi tindakan
manusia. Dan moral diartikan mengenai apa yang dinialinya seharusnya oleh masyarakat dan
etik dapat diartikan pula sebagai moral yang ditujukan kepada profesi. Oleh karma itu
etik profesi sebaiknya jugs berbentuk normatif.
SISTEMATIKA ETIKA
Sebagai suatu ilmu maka Etika terdiri atas berbagai macam jenis dan ragamnya antara lain:
1. Etika deskriptif, yang memberikan gambaran dan ilustrasi tentang tingakh laku manusia
ditinjau dari nilai baik dan buruk serta hal-hai,mana yang boleh dilakukan sesuai dengan
norma etis yang dianut oleh masyarakat.
2. Etika Normatif, membahas dan mengkaji ukuran baik buruk tindakan manusia,
yang biasanya dikelompokkan menjadi :
a. Etika umum; yang membahas berbagai hal yang berhubungan dengan kondisi
manusia untuk bertindak etis dalam mengambil kebijakan berdasarkan
teori-teori dan prinsip-prinsip moral.
b. Etika khusus; terdiri dari Etika sosial, Etika individu dan Etika Terapan.
a. Etika sosial menekankan tanggungjawab sosial dan hubungan
antarsesama manusia dalam aktivitasnya,
b. Etika individu lebih menekankan pada kewajiban-kewajiban manusia
sebagai pribadi,
c. Etika terapan adalah etika yang diterapkan pada profesi
SUMBER ETIKA
1. Act Utilitarian: semakin besar manfaat yang diperoleh, semakin besar pula
kemungkinan suatu tindakan dianggap benar
2. Rule Utilitarian: suatu tindakan dianggap benar jika sesuai dengan peraturan yang
benar. Peraturan disebut benar jika isinya dapat memaksimalkan manfaat.
3. Deontology: paham deontology berkeyakinan bahwa sesuatu yang baik berakar dari
keberhasilan manusia mengerjakan tugas atau kewajibannya. Paham Deontologi
biasanya merupakan dorongan hati individu terjadi saat membela Negara atau
membela keluarganya.
4. Intuitionistic Pluralism : paham ini tidak memeiliki prinsip utama yang harus
dilakukan manusia :
a) Kewajiban kebenaran, kepatuhan, menjaga rahasia, setia dan tidak berbohong.
b) Berdherma, murah hati, membantu orang lain.
c) Tidak merugikan orang lain
d) Menjunjung tinggi keadilan.
e) Wajib memperbaiki kesalahan yang ada.
f) Bersyukur, membalas budi.
g) Mengembangkan kemampuan diri
Hak dan kewajiban adalah hubungan timbal balik dalam kehidupan sosial sehari-hari.
Pasien memiliki hak terhadap bidan atas pelayanan yang diterimanya. Hak pasti
berhubungan dengan individu, yaitu pasien. Sedangkan bidan mempunyai kewajiban
atau keharusan untuk pasien, jadi hak adalah sesuatu yang diterima oleh pasien. Sedang
kewajiban adalah suatu yang diberikan oleh bidan. Seharusnya juga ada hak yang harus
diterima oleh bidan dan kewajiban yang harus diberikan oleh pasien.
A. Hak Pasien
Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien atau klien:
1. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di rumah sakit atau instusi pelayanan kesehatan.
2. Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.
3. Pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai dengan profesi bidan tanpa
diskriminasi.
4. Pasien berhak memilih bidan yang akan menolongnya sesuai dengan keinginannya.
5. Pasien berhak mendapatkan informasi yang meliputi kehamilan, persalinan, nifas dan
bayinya yang baru dilahirkan.
6. Pasien berhak mendapat pendampingan suami atau keluarga selama proses
persalinan berlangsung.
7. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan seuai dengan keinginannya dan
sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.
8. Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat kritis
dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dad pihak luar.
9. Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit
t ersebut (second opinion) t erhadap penyakit yang dider it anya
sepe ngat ahua n do kt er ya ng merawat.
10. Pasien berhak memint a at as pr ivasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya.
11. Pasien berhak mendapat infor masi yang meliputi:
a. Penyakit yang diderita
b. Tindakan kebidanan yang akan dilakukan
c. Alternatif terapi lainnya
d. Prognosisnya
e. Perkiraan biaya pengobatan
12. Pasien berhak menyetujui atau memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan
oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.
13. Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggungjawab sendiri sesuadah
memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.
14. Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
15. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang
dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
16. Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
rumah sakit.
17. Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual.
18. Pasien berhak mendapatkan perlindungan hukum atas terjadinya kasus mal-
praktek.
B. Kewaiiban Pasien
1). Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tat tertib
rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan.
2). Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter, bidan, perawat yang
merawatnya.
3). Pasien dan atau penangungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan atas jasa
pelayanan rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan, dokter, bidan dan perawat.
4). Pasien dan atau penangggungnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang selalu
disepakati atau perjanjian yang telah dibuatnya.
C. Hak Bidan
1).Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan profesinya.
2).Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap tingkat
jenjang pelayanan kesehatan.
3).Bidan berhak menolak keinginan pasien atau klien dan keluarga yang
bertentangan dengan peraturan perundangan dan kode etik profesi.
4).Bidan berhak atas privasi dan menuntut apabila nama baiknya dicemarkan baik oleh
pasien, keluarga maupun profesi lain.
5).Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan
maupun pelatihan.
6).Bidan berhak memperoleh kesempatan untuk mmingkatkan jenjang karir dan jabatan
yang sesuai.
7).Bidan berhak mendapat kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai.
D. Kewaiiban Bidan
1). Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan hukum antara
bidan tersebut dengan rumah sakit bersalin dan sarana pelayanan dimana ia bekerja.
2).Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan standar profesi
dengan menghormati hak-hak pasien.
3).Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang mempunyai
kemampuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan pasien.
4).Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk didampingi suami atau
keluarga.
5).Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadah
sesuai dengan keyakinannya.
6).Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang
pasien.
7).Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan yang akan dilakukan
serta risiko yang mungkiri dapat timbul.
8).Bidan wajib meminta persetujuan tertulis (informed consent) atas tindakan yang akan
dilakukan.
9). Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan.
10).BidanwajibmengikutiperkembanganIPTEKdanmenambahilmupengetahuannya
melalui pendidikan formal atau non formal.
11).Bidan wajib bekerja sama dengan profesi lain dan pihak yang terkait secra timbal
balik dalam memberikan asuhan kebidanan.
Setiap profesi mutlak mengenal atau mempunyai kode etik. Dengan demikian dokter,
perawat, bidan, guru dan sebagainya yang merupakan bidang pekerjaan profesi mempunyai
kode etik.
Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap
anggota profesi yang bersangkutan didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam
hidupnya di masyarakat.
Kode etik profesi merupakan "suatu pernyataan komprehensif dari profesi yang
memberikan tuntunan bagi angotanya untuk melaksanakan praktik dalam bidang profesinya
baik yang berhubungan dengan klien atau pasien, keluarga, masyarakat, teman sejawat,
profesi dan dirinya sendin". Namun dikatakan bahwa kode etik pada zaman dimana
nilai-nilai perada dan semakin kompleks, kode etik tidak dapat lagi dipakai sebagai
pegangan satu-satunya dalam menyelesaikan masalah etik, untuk itu dibutuhkan juga suatu
pengetahuan yang berhubungan dengan hukum. Benar atau salah pada penerapan kode
etik, ketentuan atau nilai moral yang berlaku terpulang kepada profesi.
Pada dasarnya tujuan menciptakan atau merumuskan kode etik suatu profesi adalah
untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi.
Dalam hal ini yang dijaga adalah image dad pihak luar atau masyarakat mencegah orang
luar memandang rendah atau remeh suatu profesi. Oleh karena itu, setiap kode etik suatu
profesi akan melarang berbagai bentuk tindak tanduk atau kelakuan anggota profesi yang
dapat mencemarkan nama baik profesi di dunia luar. Dari segi ini kode etik juga disebut kode
kehormatan.
Yang dimaksud kesejahteraan ialah kesejahteraan material dan spiritual atau mental.
Dalam hal kesejahteraan materil angota profesi kode etik umumnya menerapkan larangan-
larangan bagi anggotanya untuk melakukan perbuatan yang merugikan kesejahteraan. Kode
etik juga menciptakan peraturan-peraturan yang ditujukan kepada pembahasan tingkah laku
yang tidak pantas atau tidak jujur para anggota profesi dalam interaksinya dengan sesama
anggota profesi.
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh organisasi untuk para anggotanya. Penetapan kode
etik IBI harus dilakukan dalam kongres IBI.
Kode etik bidan di Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disyahkan dalam
kongres nasional IBI X tahun 1988, sedang petunjuk pelaksanaanya disyahkan dalam rapat
kerja nasional (RAKERNAS) IBI tahun 1991, kemudian disempurnakan dan disyahkan pada
kongres nasional IBI XII tahun 1998. Sebagai pedoman dalam berperilaku, kode etik bidan
Indonesia mengandung beberapa kekuatan yang semuanya tertuang dalam mukadimah,
tujuan dan bab.
1. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan
suasana kerja yang serasi.
2. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap
sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.
1. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya
dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang
bermutu kepada masyarakat.
2. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan did dan meningkatkan kemampuan
profesinya seuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan
sejenis yang dapat meningkatkan mute dan citra profesinya.
Latihan :
Tes:
1. Di bawah ini adalah fungsi etika dan moralitas dalam pelayanan kebidanan, kecuali ?
A. Menjaga otonomi dari sertian induvidu khususnya bidan dan klien
B. Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah tindakan yang
merugikan / membahayaka orang lain
C. Tidak menjaga privacy setiap induvidu
D. Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai dengan porsinya
2. Etika mencari ukuran baik buruknya tinggkah laku manusia. Etika hendak mencari
tindakan manusia manakah yang baik. Berikut adalah definisi etika menurut ?
A. Ki Hajar dewantara 1962
B. Poedjawijatna 1972
C. Encyclopedia Britanica
D. Autinfogothey
3. Suatu sikap seperti sopan santun atau aturan lainnya yang mengatur hubungan antara
kelompok manusia yang beradap dalam pergaulan. Adalah pengertian dari?
A. Etika
B. Etiket
C. Moral
D. Kode etik
4. Di sebuah rumah sakit ada seorang pasien yang membutuhkan pertolongan persalinan.
Akan tetapi bidan di rumah sakit tersebut bermalas-malasan dalam membantu
persalinan.
berikut adalah salah satu pelanggaran kode etik terhadap ?
A. Diri sendri
B. Pasien
C. Perawat
D. Dokter
5. Ny.C datang ke bidan “X” untuk mengkonsulkan perkembangan kehamilannya. Bidan
“X” menyebut Ny.C dengan sopan santun. Hal tersebut merupakan ?
A. Etika
B. Etiket
C. Moral
D. Kode etik
MODUL 2
Pengertian Nilai
Nilai – nilai (values) adalah suatu keyakinan seseorang tentang penghargaan terhadap
suatu standar atau pegangan yang mengarah pada sikap atau perilaku seseorang. Sistem nilai
dalam suatu organisasi adalah tentang nilai – nilai yang dianggap penting dan sering diartikan
sebagai perilaku personal.
Nilai merupakan milik setiap pribadi yang mengatur langkah–langkah yang seharusnya
dilakukan karena merupakan cetusan dari hati nurani yang dalam dan di peroleh seseorang
sejak kecil. Nilai dipengaruhi oleh lingkungan dan pendidikan, yang mendapat perhatian
khusus, terutama bagi para petugas kesehatan karena perkembangan peran menjadikan
mereka lebih menyadari nilai dan hak orang lain.
Klasifikasi nilai- nilai adalah suatu proses dimana seorang dapat menggunakannya untuk
mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri. Seorang bidan dalam melaksanakan asuhan
kebidanannya. Selain menggunakan ilmu kebidanan yang ia miliki juga diperkuat oleh nilai
yang ada didalam diri mereka
Hati Nurani
Hati nurani akan memberikan penghayatan tentang baik atau buruk berhubungan dengan
tingkah laku nyata kita. Hati nurani memerintahkan atau melarang kita untuk melakukan
sesuatu sekarang dan disini. Ketika kita tidak mengikuti hati nurani berarti kita
menghancurkan integritas kepribadian kita dan mengkhianati martabat terdalam kita. Hati
nurani berkaitan erat dengan kenyataan bahwa manusia mempunyai kesadaran.
Terdapat hubungan timbal balik antara kebebasan dan tanggung jawab, sehingga
pengertian manusia bebas dengan sendirinya menerima juga bahwa manusia itu bertanggung
jawab tanpa kebebasan.
Batas-batas kebebasan meliputi :
a) Faktor internal
b) Lingkungan
1. Masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-
undang Dasar 1945.
2. Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.
3. Tingkat kesehatan yang optimal bagi setiap warga Negara Indonesia.
Maka Ikatan Bidan Indonesia sebagai organisasi profesi kesehatan yang menjadi wadah
persatuan dan kesatuan para bidan di Indonesia Menciptakan Kode Etik Bidan Indonesia
yang disusun atas dasar penekanan keselamatan klien diatas kepentingan lainnya.
Terwujudnya kode etik ini merupakan bentuk kesadaran dan kesungguhan hati dari setiap
bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan pada umumnya, KIA atau KB dan Kesehatan
Keluarga pada khususnya. Mengupayakan segala sesuatu agar kaumnya pada detik-detik
yang sangat menentukan pada saat menyambut kelahiran insan generasi secara selamat, aman
dan nyaman merupakan tugas sentral dari para bidan.
3. Equality (kesetaraan). Memiliki hak atau status yang sama termasuk penerimaan
dengan sikap kejujuran, harga diri dan toleransi.
6. Justice (keadilan). Menjunjung tinggi moral dan prinsip – prinsip legal. Temasuk
objektifitas, moralitas, integritas, dorongan dan keadilan serta keawajaran.
Latihan:
1. Jelaskan pengertian nilai !
2. Sebutkan pendekatan asuhan kebidanan dalam perilaku etis profesional keboidanan !
3. Jelaskan pengertian issue etik dalam pelayanan kebidanan !
4. Jelaskan istilah etik dalam masalah kebidanan berikut :
a. Legislasi
b. Lisensi
c. Deontologi
d. Hak
e. Instutionit
5. Jelaskan pengertian Alturisme !
Tes :
2. Hak yang berfungsi dalam sistem moral aturan berdasarkan oleh prinsip etis disebut…
a. Hak legal
b. Hak individu
c. Hak moral
d. Hak sosial
Beberapa dasar dalam otonomi dan aspek legal yang mendasari dan terkait dengan
pelayanan kebidana antara lain sebagai berikut:
1. Kepmenkes Republik Indonesia 900/ Menkcs/SK/ VII/ 2002 Tentang registrasi dan praktik
bidan.
2. Standar Pelayanan Kebidanan, 2001.
3. Kepmenkes Republik Indonesia Nomor 369/Menkes/SK/III/ 2007 Tentang Standar Prof esi
Bidan.
4. UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
5. PP No 32/Tahun 1996 Tentang tenaga kesehatan.
6. Kepmenkes Republik Indonesia 1277/Menkes/SK/XI/2001 Tentang organisasi dan tata kerja
Depkes.
7. UU No 22/ 1999 Tentang Otonomi daerah.
8. UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
9. UU tentang aborsi, adopsi, bayi tabung, dan transplantasi.
10. KUHAP, dan KUHP, 1981.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 585/ Menkes/ Per/ IX/ 1989
Tentang Persetujuan Tindakan Medik.
12. UU yang terkait dengan Hak reproduksi dan Keluarga Berencana;
a) UU No. 10/1992 Tentang pengembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Sejahtera.
b) UU No. 23/2003 Tentang Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan di Dalam
Rumah Tangga.
Aplikasi proses Registrasi dalam Praktik kebidanan adalah sebagai berikut, bidan
yang baru lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan kelengkapan registrasi kepada
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana Institusi pendidikan berada guna memperoleh SIB
(Surat Ijin Bidan) selambat-lambatnya satu bulan setelah menerima Ijasah bidan.
Kelengkapan registrasi menurut Kepmenkes No. 900/ Menkes/SK/VII/2002 adalah meliputi:
fotokopi ijasah bidan, fotokopi transkrip nilai akademik, surat keterangan sehat dari dokter,
pas foto sebanyak 2 lembar. SIB berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbaharui, serta
merupakan dasar untuk penerbitan lisensi praktik kebidanan atau SIPB (Surat Ijin Praktik
Bidan). Bentuk formulir permohonan registrasi atau SIB dapat dilihat pada lampiran. SIB
tidak berlaku lagi karena: dicabut atas dasar ketentuan Perundang-undangan yang berlaku,
habis masa berlakunya dan tidak mendaftar ulang, dan atas permintaan sendiri.
Aplikasi Lisensi dalam praktik kebidanan adalah dalam bentuk SlPB (Surat Ijin
Praktik Bidan). SIPB adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Depkes RI kepada tenaga
bidan yang menjalankan praktik setelah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Bidan yang
menjalankan praktik harus memiliki SIPB, yang diperoleh dengan cara mengajukan
permohonan kepada Kepa1a Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota setempat dengan
memenuhi persyaratan sebagai berikut: fotokopi SIB yang masih berlaku, fotokopi ijasah
bidan, surat persetujuan atasan, surat keterangan sehat dari dokter, rekomendasi dari
organisasi profesi, pas foto. Rekomendasi yang diberikan organisasi profesi setelah terlebih
dahulu dilakukan penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan, kepatuhan terhadap kode
etik serta kesanggupan melakukan praktik bidan.
Bentuk penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan inilah yang diaplikasikan
dengan rencana diselenggarakannya Uji Kompetensi bagi bidan yang mengurus SIPB atau
lisensi. Meskipun Uji Kompetensi sekarang ini baru pada tahap uji coba di beberapa wilayah,
namun terdapat beberapa propinsi yang menerapkan kebijaksanaan daerah untuk
penyelenggaraan uji kompetensi dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan bidan,
misalnya Propinsi Jawa Tengah, Yogyakarta dan beberapa propinsi lainnya, dengan
menempatkan uji kompetensi pada tahap pengajuan SIB. Uji kompetensi sedang dalam
pembahasan termasuk mengenai bagaimana dasar hukumnya. Dengan diselenggarakannya uji
kompetensi diharapkan bahwa bidan yang menyelenggarakan praktik kebidanan adalah bidan
yang benar-benar kompeten. Upaya ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas
pelayanan kebidanan, mengurangi medical error atau malpraktik dalam tujuan utama untuk
menurunkan angka kematian ibu dan anak. Dalam rancangan uji kompetensi apabila bidan
tidak lulus uji kompetensi, maka bidan tersebut menjadi binaan Ikatan Bidan Indonesia (IBI)
setempat. Materi uji kompetensi sesuai 9 area kompetensi dalam standar profesi bidan
Indonesia. Namun demikian uji kompetensi belum di bakukan dengan suatu dasar hukum,
sehingga baru pada tahap draft atau rancangan.
Menurut Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 SIPB berlaku sepanjang SIB
belum habis masa berlakunya dan dan dapat diperbaharui kembali. Bentuk permohonan SIPB
dapat dilihat pada lampiran.
Latihan :
1. Praktik kebidanan merupakan inti dan berbagai kegiatan bidan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus menerus ditingkatkan
mutunya melalui ?
2. Tujuan umum registrasi adalah Melindungi masyarakat dari mutu pelayanan
profesi, Sedangkan Tujuan Khusus Registrasi adalah...
3. Sebutkan peran legislasi adalah....
4. Sebutkan Beberapa dasar dalam otonomi dan aspek legal yang mendasari dan
terkait dengan pelayanan kebidana antara lain adalah….
5. Bidan dikatakan profesional, memenuhi beberapa kriteria adalah...
Tes:
1. Pelayanan kebidanan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan
kebidanan serta penyelenggaraannya sesuai kode etik dan standar profesi yang
ditetapkan………
a. Pelayanan kebidanan bermutu
b. Kepuasan pelayanan kebidanan
c. Asuhan pelayanan kebidanan
d. Etika pelayanan kebidanan
2. Dibawah ini yang bukan merupakan latar belakang dari sistem legislasi
kecuali....
a. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b. UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
c. Hubungan yang erat tentang penyediaan SDM bidang kesehatan
d. UU No. 23 Tahun 1998 Tentang Kesehatan
4. proses ministrasi yang dilakukan oleh pemerintah atau yang berwenang berupa
surat ijin praktik yang diberikan kepada tenaga profesi yang telah teregistrasi
untuk pelayanan mandiri adalah.....
a. legislasi
b. lisensi
c. sertifikat
d. registrasi
5. sebuah proses di mana seorang tenaga profesi harus mendaftarkan dirinya
pada suatu badan tertentu secara periodik guna mendapatkan kewenangan dan
hak untuk melakukan tindakan profesionalnya setelah memenuhi syarat-syarat
tertentu yang ditetapkan oleh suatu badan disebut....
a. registrasi
b. lisensi
c. legislensi
d. aspek legal
MODUL 4
Etika diartikan sebagai ilmu yang mempelajari kebaikan dan keburukan dalam
hidupmanusia khususnya perbuatan manusia yang didorong oleh kehandak dengan
didasaripikiran yang jernih dengan pertimbangan perasaan.
Bentuk Etika
1. Etika deskriptif, yang memberikan gambaran dan ilustrasi tentang tingakh laku manusia
ditinjau dari nilai baik dan buruk serta hal-hai, mana yang boleh dilakukan sesuai
dengan norma etis yang dianut oleh masyarakat.
2. Etika Normatif, membahas dan mengkaji ukuran baik buruk tindakan manusia, yang
biasanya dikelompokkan menjadi:
a. Etika umum; yang membahas berbagai hal yang berhubungan dengan kondisi
manusia untuk bertindak etis dalam mengambil kebijakan berdasarkan teori-teori dan
prinsip-prinsip moral.
b. Etika khusus; terdiri dari Etika sosial, Etika individu dan Etika Terapan.
a) Etika sosial menekankan tanggungjawab sosial dan hubungan antarsesama manusia
dalam aktivitasnya,
b) Etika individu lebih menekankan pada kewajiban-kewajiban manusia sebagai
pribadi,
c) Etika terapan adalah etika yang diterapkan pada profesi
ISSUE ETIK yang terjadi antara Bidan dengan Klien, Kelurga, dan Masyarakat Teman
Sejawat, Teman kesehatan lainya, Organisasi profesi.
A. Issue etik yang terjadi antara bidan dengan klien, keluarga, masyarakat
Issue etik yang terjadi antara bidan dengan klien, keluarga dan masyarakat mempunyai
hubungan erat dengan nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan. Seorang bidan
dikatakan profesional bila ia mempunyai kekhususan sesuai dengan peran dan fungsinya
yang bertanggung jawab menolong persalinan. Dengan demikian penyimpangan etik
mungkin saja akan terjadi dalam praktek kebidanan misalnya dalam praktek mandiri, bidan
yang bekerja di RS, RB atau institusi kesehatan lainnya. Dalam hal ini bidan yang praktek
mandiri menjadi pekerja yang bebas mengontrol dirinya sendiri. Situasi ini akan besar sekali
pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan etik.
Kasus
Di sebuah desa, ada seorang bidan yang sudah membuka praktek kurang lebih selama satu
tahun. Pada suatu hari datang seorang klien bernama Ny „A‟ usia kehamilan 38 minggu
dengan keluhan perutnya terasa kenceng kenceng dan terasa sakit sejak 5 jam yang lalu.
Setelah dilakukan VT, didapatkan hasil pembukaan 3 dan ternyata janin dalam keadaan letak
sungsang. Oleh karena itu bidan menyarankan agar di Rujuk ke Rumah Sakit untuk
melahirkan secara operasi SC. Namun keluarga klien terutama suami menolak untuk di Rujuk
dengan alasan tidak punya biaya untuk membayar operasi. Tapi bidan tersebut berusaha
untuk memberi penjelasan bahwa tujuan di Rujuk demi keselamatan janin dan juga ibunya
namun jika tetap tidak mau dirujuk akan sangat membahayakan janin maupun ibunya. Tapi
keluarga bersikeras agar bidan mau menolong persalinan tersebut.
Sebenarnya, dalam hal ini bidan tidak yakin bisa berhasil menolong persalinan dengan
keadaan letak sungsang seperti ini karena pengalaman bidan dalam hal ini masih belum
begitu mendalam. Selain itu juga dengan di Rujuk agar persalinan berjalan dengan lancar dan
bukan kewenangan bidan untuk menolong persalinan dalam keadaan letak sungsang seperti
ini. Karena keluarga tetap memaksa, akhirnya bidan pun menuruti kemauan klien serta
keluarga untuk menolong persalinan tersebut. Persalinan berjalan sangat lama karena kepala
janin tidak bisa keluar. Setelah bayi lahir ternyata bayi sudah meninggal. Dalam hal ini
keluarga menyalahkan bidan bahwa bidan tidak bisa bekerja secara profesional dan dalam
masyarakatpun juga tersebar bahwa bidan tersebut dalam melakukan tindakan sangat lambat
dan tidak sesuai prosedur.
KONFLIK :
Keluarga terutama suami menolak untuk di rujuk ke Rumah sakit dan
melahirkan secara operasi SC dengan alasan tidak punya biaya untuk
membayaroperasi.
ISSU :
Di mata masyarakat, bidan tersebut dalam pelayanan atau melakukan
tindakan tidak sesuai prosedur dan tidak profesioanl. Selain itu juga
masyarakat menilai bahwa bidan tersebut dalam menangani pasien
dengan kelas ekonomi rendah sangat lambat atau membeda-bedakan antara pasien yang
ekonomi atas dengan ekonomi rendah.
DILEMA :
Bidan merasa kesulitan untuk memutuskan tindakan yang tepat untuk
menolong persalinan Resiko Tinggi. Dalam hal ini letak sungsang seharusnya tidak boleh
dilakukan oleh bidan sendiri dengan keterbatasan alat dan kemampuan medis. Seharusnya
ditolong oleh Dokter Obgyn, tetapi dalam hal ini diputuskan untuk menolong persalianan itu
sendiri dengan alasan desakan dari kelurga klien sehingga dalam hatinya merasa kesulitan
untuk memutuskan sesuai prosedur ataukah kenyataan di lapangan.
ISSUE ETIK adalah topic yang cukup penting untuk dibicarakan sehingga mayoritas
individu akan mengeluarkan opini terhadap masalah tersebut sesuai dengan asas ataupun nilai
yang berkenaan dengan akhlak, niali benar salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.
Contoh:
Di suatu desa yang tidak jauh dari kota dimana di desa tersebut ada dua orang bidan yaitu
bidan “A” dan bidan “B” yang sama – sama memiliki BPS dan ada persaingan di antara dua
bidan tersebut.Pada suatu hari datang seorang pasien yang akan melahirkan di BPS bidan “B”
yang lokasinya tidak jauh dengan BPS bidan “A”. Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata
pembukaan masih belum lengkap dan bidan “B” menemukan letak sungsang dan bidan
tersebut tetap akan menolong persalinan tersebut meskipun mengetahui bahwa hal tersebut
melanggar wewenang sebagai seorang bidan demi mendapatkan banyak pasien untuk
bersaing dengan bidan “A”.Sedangkan bidan “A” mengetahui hal tersebut. Jika bidan “B”
tetap akan menolong persalinan tersebut,bidan “A” akan melaporkan bidan “B” untuk
menjatuhkan bidan “B” karena di anggap melanggar wewenang profesi bidan.
ISSU MORAL:
seorang bidan melakukan pertolongan persalinan normal.
KONFLIK MORAL:
menolong persalinan sungsang untuk nendapatkan pasien demi persaingan atau dilaporkan
oleh bidan “A”.
DILEMA MORAL:
Bidan “B” tidak melakukan pertolongan persalinan sungsang tersebut namun bidan
kehilangan satu pasien.
Bidan “B” menolong persalinan tersebut tapi akan dijatuhkan oleh bidan “A” dengan
di laporkan ke lembaga yang berwewenang
Kasus
Disuatu desa yang ada sebuah BPS, suatu hari ada seorang Ibu berusia 35 Tahun
keadaannya sudah lemah. bidan menanyakan kepada keluarga pasien apa yang terjadi pada
pasien. Dan suami pasien menjawab ketika dirumah Px jatuh & terjad iperdarahan hebat.
Setelahitu bidan memberikan pertolongan , memberikan infuse dst…. Bidan menjelaskan
pada keluarga, agar istrinya di bawa ke rumah sakit untuk dilakukan curretase.Kemudian
keluarga pxmenolak saran bidan tsb, dan meminta bidan yang melakukan currentase. selang
waktu 2 hari pxmengalami perdarahan lagi kemudian keluarga merujuk ke RS.Dokter
menanyakan kapeda suami px, apa yang sebenarnya terjadi dan suami px menjelaskan bahwa
3 hari yang lalu istrinya mengalami keguguran & di currentase bidan didesany. dokter
mendatangi bidan terebut. Maka Terjadilah konflik antara bidan & dokter.
ISSUE ETIK :
Mall Praktek Bidan melakukan tindakan diluar wewenangnya.
KONFLIK :
bidan melakukan currentase diluar wewenangnya sehingga terjadilah konflik antara bidan &
dokter.
DILEMA :
jika tidak segera dilakukan tindakan takutnya merenggut nyawa px karena BPS jauh dari RS.
Dan jika dilakukan tindakan bidan merasa melanggar kode etik kebidanan & merasa
melakukan tindakan diluar wewenangnya.
PENGERTIAN
Issue etik yang terjadi antara bidan dan organisasi profesi adalah suatu topic
masalahyang menjadi bahan pembicaraan antara bidan dengan organisasi profesi karena
terjadinyasuatu hal-hal yangmenyimpang dari aturan-aturan yang telah ditetapkan.
Kasus
Seorang ibu yang ingin bersalin di BPS pada bidan A sejak awal kehamilan ibutersebut
memang sudah sering memeriksakan kehamilannya. Menurut hasil pemeriksaanbidan Ibu
tersebut mempunyai riwayat hipertensi. Maka kemungkinan lahir pervaginanyasangat
beresiko Saat persalinan tiba. Tekanan darah ibu menjadi tinggi. Jik atidak dirujuk maka
beresiko terhadap janin dan kondisi si Ibu itu sendiri. Resiko pada janin bisa terjadigawat
janin dan perdarahan pada ibu. Bidan A sudah mengerti resiko yang akan terjadi. Tapiia ebih
memntingkan egonya sendiri karena takut kehilangan komisinya dari pada dirujuk kermah
sakit. Setelah janin lahir Ibu mengalami perdarahan hebat, sehingga kejang-kejang
danmeninggal. Saaat berita itu terdengar organisasi profesi ( IBI ), maka IBI memberikan
sanksiyang setimpal bahwa dari kecerobohannya sudah merugikan orang lain. Sebagai
gantinya,ijin praktek ( BPS ) bidan A dicabut dan dikenakan denda sesuai dengan
pelanggarantersebut.
Issue etik:
1). Terjadi malpraktek
2). Pelangaran wewenang Bidan
Dilema etik
Warga yang mengetahui hal tersebut segera melaporkan kepada organisasi profesi dan
diberikan penangan.
Biasanyan beberapa contoh mengenai isu etik dalm pelayananan kebidanan adalah
berhubungan dengan masalah-masalah sebagai berikut:
a. Agama / kepercayaan.
b. Hubungan dengan pasien.
c. Hubungan dokter dengan bidan.
d. Kebenaran.
e. Pengambilan keputusan.
Bidan dituntut untuk berprilaku hati-hati dalm setiap tindakannya dalam memberikan asuhan
kebidanan dengan menampilkan perilaku yang etis dan profesional.
KONFLIK MORAL:
menolong persalinan sungsang untuk nendapatkan pasien demi persaingan atau dilaporkan
oleh bidan “A”.
DILEMA MORAL:
1) Bidan “B” tidak melakukan pertolongan persalinan sungsang tersebut namun bidan
kehilangan satu pasien.
2) Bidan “B” menolong persalinan tersebut tapi akan dijatuhkan oleh bidan “A” dengan di
laporkan ke lembaga yang berwenang.
2. Pengambilan keputusan dalam menghadapi dilema Etik/ Moral pelayanan kesehatan
Menurut George R.Terry, pengambilan keputusan adalah memilih alternatif yang ada.
TK I
Keputusan dan tindakan : Bidan merefleksikan pada pengalaman atau pengalaman rekan
kerja.
TK II
Peraturan : berdasarkan kaidah kejujuran ( berkata benar), privasi, kerahasiaan dan kesetiaan
( menepati), Bidan sangat familiar, tidak meninggalkan kode etik dan
panduan praktek profesi.
TK III
Ada 4 prinsip etik yang digunakan dalam perawatan praktek kebidanan:
1) ANTONOMY, memperhatikan penguasaan diri, hak kebebasan dan pilihan individu.
2) BENETICENCE, memperhatikan peningkatan kesejahteraan klien, selain itu berbuat
terbaik untuk orang lain.
3) NON MALETICENCE, tidak melakukan tindakan yang menimbulkan penderitaan apapun
kerugian pada orang lain.
4) YUSTICE, memperhatikan keadilan, pemerataan beban dan keuntungan. ( Beaucamo &
Childrens 1989 dan Richard, 1997)
2) Teori Deontology
Menurut Immanuel Kant: sesuatu dikatakan baik bila bertindak baik. Contoh bila berjanji
ditepati, bila pinjam hrus dikembalikan
3) Teori Hedonisme:
Menurut Aristippos , sesui kodratnya, setiap manusia mencari kesenangan dan menghindari
ketidaksenangan.
4) Teori Eudemonisme:
Menurut Filsuf Yunani Aristoteles , bahwa dalam setiap kegiatannya manusia mengejar suatu
tujuan, ingin mencapai sesuatu yang baik bagi kiata
latihan:
1. Sebut dan jelaskan bentuk-bentuk etika !
2. Buatlah kasus issue etik yang terjadi anatara bidan dengan klien, keluarga, dan
masyarakat !
3. Apa yang anda ketahui tentang dilema moral dan konflik moral !
4. Sebutkan 2 tipe konflik !
5. Bagaimana ciri-ciri pengambuilan keputusan yang etis ?
Tes :
1. Ada beberapa cara pengamilan keputusan di antaranya adalah sebagai berikut,
kecali…
a. Teori dentology
b. Teori itedonisme
c. Teori edemonisme
d. Teori dermatologi
a. strategi
b. cara kerja
c. pengalaman
d. peraturan
MODUL 5
HUKUM
Adalah peraturan atau ketentuan baik tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur tata
pergaulan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dan disertai adanya sanksi
bagi pelanggarnya.
Hukum adalah peraturan perundang-undangan yg dibuat oleh suatu kekuasaan, dalam
mengatur pergaulan hidup masyarakat
PERAN HUKUM
Seperti kita ketahui:
a. Hasil penelitian para sosiolog dan antropolog membuktikan bahwa masyarakat kuno dan
bagaimana primitifnya jg terdapat hukum
b. Selama ada masyarakat, besar maupun kecil, selalu diikuti oleh hukum.
c. Hukum terdapat dimana saja diseluruh dunia selama ada manusia bermasyarakat; hanya
bentuk hukum itu yang berbeda beda tergantung pada tingkat peradaban masyarakat.
d. Kesemuanya itumenunjukkan bahwa hukum itu berperan sekali di dalam kehidupan
masyarakat.
e. Hukum menghubungkan manusia dengan benda-benda disekelilingnya. (Manusia waktu
lahir, kawin, perdagangan, jasa-jasa lainnya).
Contoh:
a. Nikah diatur UU Perkawinan
b. Kelahiran anak dibuatkan akte kelahiran
c. Orang bekerja pada suatu instansi menandatangani perjanjian
d. Seorang bidan tdk akan malakukan aborsi karena terikat oleh undand-undang.
e. Manusia sbg makluk sosial atau makhluk bermasyarakat. Tiap masyarakat mempunyai
hubungan satu dengan lainnya. Tiap hubungan tentu menimbulkan hak dan kewajiban.
f. Masing-masing anggota masyarakat tentu mempunyai kepentingan (berbeda-beda
bahkan berlawanan). Disinilah hukum mempunyai peran penting agar masyarakat hidup
aman tentram, damai adil dan makmur
g. Sadar atau tidak manusia sebagai angota masyarakat selalu melakukan perbuatan hukum
dan hubungan hukum Sejak ia belum lahir sampai mati hukum mencampuri kehidupan
manusia. Hukum melindungi benih dalam kendungan dan jenazah manusia setelah ia
meninggal dunia.
FUNGSI HUKUM
1. Sebagai alat pengatur tata tertib hubungan masyarakat
2. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan Sosial lahir dan batin
3. Sebagai sarana penggerak pembangunan
4. Sebagai fungsi kritis
BERLAKUNYA HUKUM
· IUS CONSTITUTUM (Hukum Nasional atau Hukum Positif)
Adalah hukum yang berlaku saat ini.
· IUS CONSTITUENDUM
Adalah hukum yang dicita-citakan.
SUBYEK HUKUM
(Segalan sesuatu yang menurut hukum mempunyai hak dan kewajiban):
1. Manusia
Manusia sbg pembawa hak (subyek) mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban untuk
melakukan tindakan hukum. Ia dapat mengadakan persetujuan, menikah, membuat wasiat dll.
2. Badan Hukum
a. Publik (Pemerintah)
b. Privat (Swasta)
TUJUAN HUKUM
· Keadilan
· Kemanfaatan
· Kepastian Hukum
SUMBER HUKUM
1. Peraturan Perundang-undangan
2. Traktat (Perjanjian Internasional Publik)
a. Bilateral
b. Multilateral
3. Perjanjian atau Kontrak
4. Yurisprudensi
(keputusan hakim yg selalu dijadikan pedoman hakim lain dalam memutuskan kasus-kasus
yang sama)
5. Hukum Kebiasaan atau Adat
(kebiasaan-kebiasaan yg baik dan diterima masyarakat sesuai dengan kepribadian masyarakat
yg kemudian berkembang menjadi hukum kesehatan)
HUBUNGAN HUKUM
Lahir karena:
a. Perjanjian (Wanprestasi)
b. Peraturan Perundang-Undangan (Perbuatan Melawan Hukum)
PERJANJIAN
Menurut Pasal 1313 KUHPer.
Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya (atau saling mengikatkan dirinya) terhadap satu orang lain atau lebih.
1. SEPAKAT
JENIS-JENIS PERJANJIAN
1. Perjanjian Sepihak, adalah suatu perjanjian dimana hanya terdapat kewajiban pada salah
satu pihak saja.
2. Perjanjian Dua Pihak (Timbal Balik), ialah suatu perjanjian yang memberi kewajiban dan
hak kepada kedua belah pihak.
3. Perjanjian Bersyarat, jika digantungkan pada suatu peristiwa yang masih akan datang dan
masih belum tentu akan terjadi, baik secara menangguhkan perikatan hingga terjadinya
peristiwa semacam itu menurut terjadi atau tidak terjadinya peristiwa tersebut” (pasal 1253
KUH Perdata).
4. Perjanjian Untung-untungan, adalah suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai untung
ruginya, baik bagi semua pihak, maupun bagi sementara pihak, bergantung pada suatu
kejadianyang belum tentu (Pasal 1774 KUHPerdata)
HUBUNGAN PASIEN-BIDAN
a. Berawal dari kepercayaan berubah menjadi perjanjian/ kontrak, sehingga terjadi 2
hubungan, yaitu hubungan karikatif yang berdasarkan kaedah etika dengan alat kontrol
moral dan yuridis/normatif berdasarkan kaedah hukum dengan sanksi-sanksi yang lebih
konkrit.
b. Hubungan hukum timbal balik mengembangkan hukum kesehatan.
c. Hubungan hukum antara pasien dengan bidan dalam tindakan medis cenderung kearah
perjanjian membawa pengaruh terhadap perluasan tanggung jawab bidan yaitu tanggung
jawab etika dan atau tanggung jawab hukum tertentu yang bersifat interdisipliner hukum.
d. Penegakan etika diselenggarakan oleh kelompok profesi.
e. Penegakan hukum dapat melalui penerapan peraturan perundng-undangan,
kontrak/perjanjian, yurisprudensi dsb.
INFORMED CONSENT
Informed consent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas
dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien
Informed consent hanya sekedar membebaskan risiko hukum bagi timbulnya akibat yang
tidak dikehendaki dalam hal perlakuan medis yang benar dan tidak menyimpang
Informed consent berfungsi ganda:
a. Bagi Bidan: Informed consent dapat membuat rasa aman dalam menjalankan tindakan
medis pada pasien, sekaligus dapat digunakan sebagai pembelaan diri terhadap
kemungkinan adanya tuntutan atau gugatan dari pasien atau keluarganya apabila timbul
akibat yang tidak dikehendaki.
b. Bagi Pasien: Informed consent merupakan penghargaan terhadap hak-haknya oleh Bidan
dan dapat digunakan sebagai alasan gugatan terhadap Bidan apabila terjadi
penyimpangan praktek Bidan dari maksud diberikannya informed consent
PERJANJIAN TERAPEUTIK
Perjanjian Terapeutik adalah perjanjian antara Bidan dengan Pasien, berupa hubungan
hukum yang melahirkan hak dan kewajiban bagi Bidan dan Pasien.
Perjanjian Terapeutik berbeda dengan perjanjian pada umumnya yaitu memiliki sifat khusus
pada obyek perjanjiannya.
Obyek Perjanjian Terapeutik adalah berupa upaya atau terapi berupa penyembuhan
pasien.
Perjanjian Terapeutik adalah suatu perjanjian untuk menentukan atau upaya untuk mencari
terapi yang paling tepat bagi pasien yang dilakukan oleh Bidan.
Jadi Obyek Perjanjian Terapeutik adalah bukan janji kesembuhan pasien, melainkan
mencari upaya yang tepat untuk kesembuhan pasien.
VERBINTENIS
1. Inspannings verbintenis
Adalah perjanjian upaya, artinya kedua belah pihak yang berjanji berdaya upaya secara
maksimal untuk mewujudkan apa yang diperjanjikan.
2. Resultaat verbintenis
Adalah perjanjian bahwa pihak yang berjanji akan memberikan suatu resultaat, yaitu suatu
hasil yang nyata sesuai dengan apa yang diperjanjikan.
Perjanjian antara Bidan dengan Pasien termasuk perjanjian Inspannings verbintenis, atau
perjanjian upaya, sebab dalam perjanjian ini dokter hanya berkewajiban untuk melakukan
upaya pelayanan kesehatan secara maksimal, dengan mengerahkan seluruh kemampuan dan
perhatiannya sesuai dengan standar profesinya.
latihan:
1. Jelaskan pengertian hukum dan peran hukum !
2. Buatlah contoh peran hukum !
3. Sebutkan fungsi hukum !
4. Sebutkan sumber-sumber hukum !
5. Jelaskan perjanjian terapeutik !
Tes:
1. Suatu peraturan yang bersifat memaksa disebut...
A. Norma
B. Adat istiadat
C. Hukum
D. Etiket
2. Hukum di Indonesia sangat banyak. Salah satunya hukum adat. Tergolong ke dalam
apakah hukum adat ini...
A. Hukum pidana
B. Hukum tertulis
C. Hukum tidak tertulis
D. Hukum perdata
3. Seorang pasangan suami istri datang untuk berkonsultasi kepada bidan tetapi pada
saat sampai ditempat klinik bidan. Bidan tidak memberikan pelayanan yang sesuai
dan bertindak sesuka hati. Sesuai cerita di atas pemenuhan apa yg tidak tercapai..
A. Hak bidan
B. Kewajiban klien
C. tidak sema
D. hak klien
4. Disebuah desa, ada seseorang bidan yang sudah membuka praktik. Suatu hari datang
seorang klien dengan usia kehamilan 38 Minggu dengan keluhan perutnya terasa
kencang sejak 5 jam lalu. Setelah dilakukan VT. Di dapatkan sudah pembukaan 3 dan
letak janin dalam keadaan letak sungsang. Oleh karena itu bidan menyarankan untuk
agar dirujuk ke Rs untuk dilakukan SC. Tindakan bidan tersebut sesuai dengan…..
A. Ketentuan IBI
B. Sesuai kode etik kebidanan dan kewajiban bidan
C. Peraturan UU
D. Kewajiban bidan
Jika Bidan memberikan Pelayanan diluar kewenangan bisa dikenai sangsi hukum
Undang-Undang No 23 tahun 1992
a) Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan Hukum dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan Profesinya
b) Dalam melakukan kewajibannya harus memenuhi standar Profesi dan menghormati hak
pasien
Kewajiban pasien
e. Memberikan informasi yang lengkap & tepat
f. Menghormati Profesi Bidan
g. Mentaati nasehat & petunjuk pelayanan
h. Menghormati aturan dan pengaturan
i. Memenuhi semua kewajiban membayar biaya pelayanan
j. Menghormati dan memperhatikan kepentingan milik pasien lain dan petugas
kesehatan
k. Bertanggung jawab sendiri atas penolakan pengobatan
a. Dalam menjalankan kewenangan yang sesuai dengan Landasan Hukum maka Bidan
bertanggung jawab atas pelayanan mandiri yang diberikan dan berupaya secara
optimal dengan mengutamakan keselamatan ibu dan bayi atau janin
b. Tuntutan Hukum atau tanggung gugat bisa berupa:
i. Tuntutan pidana
ii. Tuntutan Perdata
iii. Tuntutan Administrasi
Tuntutan Pidana terjadi karena dakwaan dilakukan kejahatan atau pelanggaran seperti
yang diatur dalam KUH Pidana
A. Tuntutan Perdata dapat terjadi karen gugatan telah dilakukan :
a. Tindakan melawan hukum
b. Tindakan ingkar janji
Pasal 16:
Kehamilan diluar cara alami dapat dilaksanakan untuk membantu suami sebagai upaya
terakhir mendapatkan keturunan hanya oleh pasangan yang syah.
Ketentuan diatas ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
Contoh kasus:
Di sebuah desa terpencil seorang ibu mengalami perdarahan post partum telah melahirkan
bayinya yang pertama di rumah. Ibu tersebut menolak untuk diberikan suntikan utero tonika,
bila ditinjau dari hak pasien atas keputusan yang menyangkut dirinya maka bidan bisa saja
memberikan suntikan jika kemauan pasien tetapi bidan akan berhadapan dengan masalah
yang rumit lagi. Bila terjadi perdarahan hebat dan harus diupayakan pertolongan untuk
merujuk pasien dan yang lebih fatal lagi bila pasien akhirnya meninggal akibat perdarahan
dalam hal ini bidan dikatakan tidak melaksanakan tugasnya dengan baik, walaupun bidan
harus memaksa pasiennya untuk disuntik mungkin itu keputusan yang terbaik untuk
dilakukan.
Bidan termasuk tenaga kerja yang mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting
sebagai pelaku dan tujuan pembangunan Mempunyai Hak :
1) Memperoleh perlindungan sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan
2) Perlindungan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja
3) Menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi
Tes:
MODUL 7
PERAN DAN FUNGSI MAJELIS PERTIMBANGAN ETIK PROFESI
1. Memberi pertimbangan tentang etik dan standar profesi tenaga kesehatan kepada
menteri.
2. Membina, mengembangkan dan mengawasi secara aktif pelaksanaan kode etik
kedokteran gigi, perawat, bidan, sarjana farmasi dan rumah sakit.
3. Menyelesaikan persoalan, menerima rujukan dan mengadakan konsultasi dengan instansi
terkait
4. MP2EPM pusat atas mentri yang berwenang mereka yang ditunjuk mengurus persoalan
etik tenaga kesehatan.
1. Menerima dan memberi pertimbangan, mengawasi persoalan kode etik, dan mengadakan
konsultasi dengan instansi terkait dengan persoalan kode etik.
2. Memberi nasehat, membina dan mengembangkan serta mengawasi secara aktif etik
profesi tenaga kesehatan dalam wilayahnya bekejasama dengan organisasi profesi seperti
IDI, PDGI, PPNI, IBI, ISFI, PRS2I.
3. Memberi pertimbangan dan saran kepada instansi terkait.
4. MP2EPM propinsi atas nama kepala kantor Wilayah Departemen Kesehatan Profinsi
berwenang memanggil mereka yang bersangkutan dalam suatu etik profesi.
Latar belakang dibentuknya majelis pertimbangan Etika Bidan atau MPEB adalah adanya
unsur unsur pihak pihak terkait:
1. Pemeriksaan pelayanan untuk pasien
2. Sarana pelayanan kesehatan
3. Tenaga pemberi, yaitu bidan.
Pelaksanaan tugas bidan dibatasi oleh norma etiaka dan agama. Tetapi apabila ada
kesalahan dan menimbulkan konflik etik maka diperlukan wadah untuk menentukan
standar profesi, prosedur yang baku dan kode etik yang disepakati, maka perlu dibentuk
majelis etika bidan, yaitu MPEB dan MPA.
Tujuan dibentuknya majelis etika bidan adalah untuk memberikan perlindungan yang
seimbang dan objektif kepada bidan dan penerima pelayanan.
Dalam pelaksanaannya dilapangan sekarang ini bahwa organisasi profesi bidan IBI, telah
melantik MPEB (Majelis Pertimbangan Etika Bidan) dan MPA (Majelis Pembelaan
Anggota), namun dalam pelaksanaannya belum terealisasi dengan baik.
D. Badan Konsil Kebidanan
Dalam organisasi profesi bidan Indonesia hingga saat ini belum terbentuk badan konsil
kebidanan. Secara konseptual badan konsil merupakan badan yang dibentuk dalam rangka
melindungi masyarakat penerima jasa pelayanan dan meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan. Konsil kebidanan Indonesia merupakan lembaga otonom dan independen,
bertanggung jawab kepada Presiden sebagai Kepala negara.
Konsil kebidanan Indonesia berfungsi mengatur menetapkan serta membina tenaga bidan
yang menjalankan praktik kebidanan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan.
F. Kasus
Diduga Malpraktik, Tubuh Warga Pengaradan Melepuh
Usai mengonsumsi obat gatal-gatal yang diberikan bidan desa, seorang ibu di Brebes,
Jawa Tengah sekujur tubuhnya melepuh seperti korban luka bakar. Diduga Turisah menjadi
korban malpraktik dan hingga Senin (30/4) masih menjalani perawatan serius di Rumah Sakit
Umum Islam Harapan Anda.
Warga Desa Pengaradan, Brebes itu didianogsa terkena alergi obat atau terkena
sindrom Stevens-Johnson yaitu penyakit kulit disebabkan alergi atau infeksi. Sindrom ini
mengakibatkan kematian pada sel sel kulit sehingga kulit mengelupas. Awal kejadian
menurut pasien saat itu dirinya menderita gatal-gatal dan memeriksa ke bidan desa. Tapi
setelah mendapatkan obat dan diminum, tubuh Turisah mengalami demam tinggi. Tak lama
kemudian seluruh tubuh melepuh. Dari kulit muka sampai kaki mengelupas.
Sementara Roidah, bidan yang menangani Turisah mengaku saat pasien datang menderita
gatal-gatal. Ia hanya memberikan obat CTM serta amoxilin untuk diminum pasien. Roidah
mengatakan apa yang dilakukan sesuai prosedur tetap atau protap. Bahkan saat menjalani
pemeriksaan kondisi pasien sudah melepuh pada bagian paha.
Keluarga pasien mengaku pasrah. Apalagi suaminya, Rosikin hanya berprofesi sebagai buruh
nelayan. Namun keluarga miskin ini berharap agar sang bidan mau bertanggung jawab untuk
membantu biaya pasien selama menjalani perawatan di rumah sakit.
G. Penyelesaian masalah
Terkait dengan kasus tersebut maka disini peran majelis pertimbangan etik profesi
adalah:
Terdapat dalam Kepmenkes RI no.554/Menkes/Per/XII/1982.
Memberikan pertimbangan, pembinaan dan melaksanakan pengawasan terhadap semua
profesi tenaga kesehatan dan sarana pelayanan medis.
Maka disini majelis etik mempunyai kewajiban atas tugas yang telah dikerjakan oleh bidan
dalam pengawasan dan pembinaan.
juga terdapat Tugas majelis disiplin tenaga kesehatan (MDTK) yaitu meneliti menentukan
ada atau tidaknya kesalahan atau kelalaian dalam menerapkan stadar profesi yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Melakukan supervisi lapangan,termasuk tentang tehnis,dan pelaksanaan
praktik,termasuk penyimpangan yang terjadi. apakan pelaksanaan praktik bidan sesuai
dengan Standar Praktik Bidan,Standar Profesi dan Standar Pelayanan Kebidanan,juga batas-
batas kewenangan bidan.
Membuat pertimbangan bila terjadi kasus-kasus dalam praktik kebidanan.
latihan :
1. Sebutkan tugas dan wewenang MP2EPM wilayah Pusat !
2. Apa tujuan dibentuknya majelis etika bidan ?
3. Sebutkan lingkup majelis etika bidan !
4. Sebutkan tugas majelis etik Kebidanan !
5. Apa yang disebut dengan badan konsil kebidanan ?
Tes:
1. Di awah ini yang bukan Tugas dan Wewenag MP2EPM Wilayah Pusat adalah…
a. Memberi pertimbangan tentang etik dan standar profesi tenaga kesehatan kepada
menteri.
b. Membina, mengembangkan dan mengawasi secara aktif pelaksanaan kode etik
kedokteran gigi, perawat, bidan, sarjana farmasi dan rumah sakit.
c. Menyelesaikan persoalan, menerima rujukan dan mengadakan konsultasi dengan
instansi terkait
d. Memberi pertimbangan dan saran kepada instansi terkait.
2. Berikut di bawah ini yang bukan Latar belakang dibentuknya majelis pertimbangan
Etika Bidan atau MPEB adalah…..
a. Pemeriksaan pelayanan untuk pasien
b. Sarana pelayanan kesehatan
c. Tenaga pemberi, yaitu bidan.
d. Tenaga pemerian gizi pada ibu nifas
4. di Bawah ini yang kan termasuk dari Persyaratan anggota konsil adalah..
a. Lembaga Konsumen
b. Sehat jasmani dan rohani.
c. Berkelakuan baik.
d. Usia sekurangnya 40 tahun.
MODUL 8
PENGERTIAN STANDAR PRAKTIK KEBIDANAN
Standar adalah ukuran atau parameter yang digunakan sebagai dasar untuk menilai
tingkat kualitas yang telah disepakati dan mampu dicapai dengan ukuran yang telah
ditetapkan. Penentuan standar profesi selalu berkaitan erat dengan situasi dan kondisi dari
tempat standar profesi itu berlaku. Sebagai tenaga kesehatan yang profesional maka bidan
dalam melakukan tugasnya wajib memenuhi standar profesi sesuai dengan apa yang
dinyatakan dalam UU No. 23/92 Tentang Kesehatan, bahwa tenaga kesehatan dalam
melakukan tugasnya berkewajiban untuk memenuhi standar profesi dan menghormati hak
pasien.
Sesuai Pasal 53 UU No. 23/92 menetapkan sebagai berikut : Standar profesi adalah
pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi secara baik.
Tenaga kesehatan yang berhadapan dengan pasien seperti dokter, bidan, dan perawat dalam
melaksanakan tugasnya harus menghormati hak pasien. Standar praktik kebidanan dibuat dan
disusun oleh organisasi profesi bidan ( PP IBI) berdasarkan kompetensi inti bidan, dimana
kompetensi ini lahir sebagai bukti bahwa bidan telah menguasai pengetahuan, keterampilan,
dan sikap minimal yang harus dimiliki bidan sebagai hasil belajar dalam pendidikan.
Karena latar belakang pendidikan kebidanan sangat bervariasi maka organisasi profesi
IBI membuat standar praktik bidan berdasarkan kompetensi inti sehingga dengan adanya
standar praktik kebidanan, bidan mempunyai suatu ukuran yang sama untuk semua bidan
dalam melaksanakan tugasnya walaupun latar belakang pendidikannya berbeda-beda.
Maka Standar praktik kebidanan adalah pelayanan kebidanan yang diberikan oleh
bidan yang telah terdaftar dan memperoleh surat izin praktik bidan (SIPB) dan dari
pemerintah (DIKES setempat) untuk melaksanakan praktik pelayanan kebidanan secara
mandiri, tetapi standar praktik mengacu kepada kopetensi inti (Care Competency).
Standar III : diagnosa kebidanan dirumuskan berdasarkan analisis data yang telah
dikumpulkan
Hal ini berarti bidan memberikan pengawasan yang diperlukan asuhan serta nasehat bagi
wanita selama masa hamil, bersalin dan nifas.
Difinisi Operasional :
1. Ada format manajemen kebidanan yang sudah terdaftar pada catatan medis.
2. Format manajemen kebidanan terdiri dari : format pengumpulan data, rencana format
pengawasan resume dan tindak lanjut catatan kegiatan dan evaluasi.
Standar II : Pengkajian
Pengumpulan data tentang status kesehatan kilen dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan. Data yang diperoleh dicatat dan dianalisis.
Difinisi Operasional :
B. Teanaga kesehatan
A. Wawancara
B. Observasi
C. Pemeriksaan fisik
D. Pemeriksaan penunjang
1. Diagnosa kebidanan dibuat sesuai dengan kesenjangan yang dihadapi oleh klien /
suatu keadaan psikologis yang ada pada tindakan kebidanan sesuai dengan wewenang
bidan dan kebutuhan klien
2. Diagnosa kebidanan dirumuskan dengan padat, jelas sistematis mengarah pada asuhan
kebidanan yang diperlukan oleh klien.
Standar V : Tindakan
Difinisi Operasional :
Difinisi Operasional :
Standar IX : Dokumentasi
Difinisi Operasional :
Latihan :
Tes :
1. Di bawah ini yang termask dari Pengumpulan data secara sistematis, dan terfokus,
adalah…
a. Demografi identitas klien
b. Wawancara
c. Observasi
d. Pemeriksaan fisik
PRAKTIKUM 1
Persiapan Sebelum melakukan praktikum mahasiswa harus mempersiapkan alat dan bahan
yang dibutuhkan untuk praktikum dan melakukan kontrak waktu dengan instruktur
praktikum.
1. Alat tulis
2. Komputer / laptop
3. Printer
Petunjuk pelaksanaan
PRAKTIKUM 2
PERSIAPAN
Sebelum melaksanakan praktikum mahasiswa harus mempersiapkan alat dan bahan yang
diperlukan, bidan sebagai responden, panduan wawancara, menyampaikan permohonan ijin
kepada pimpinan instansi tempat praktik, dan melakukan kontrak waktu dengan responden
dan pembimbing klinik untuk pelaksanaan waktu praktik.
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Alat Tulis
2. Kamera
3. Lembar observasi
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Alat Tulis
2. Referensi terkait tema
3. Komputer/laptop
PETUNJUK PELAKSANAAN
1. Penulisan Laporan Praktikum Laporan Praktikum dibuat dalam bentuk makalah dengan
sistimatika sebagai berikut :
a. Pendahuluan.
b. Tinjauan Pustaka : menurut teori praktikum c. Hasil dan pembahasan
: berisikan studi kasus dan pembahasannya
c. Kesimpulan
d. Daftar pustaka
PRAKTIKUM 4
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Alat Tulis
2. Komputer / laptop
3. Media Presentasi
1. Tempat pengambilan kasus dalam praktikum ini sesuai dengan tempat kerja / dinas
mahasiswa
2. Ruang lingkup meliputi asuhan antenatal, intranatal, postnatal dan KB
3. Setiap mahasiswa memilih satu ruang lingkup asuhan
4. Carilah contoh kasus issue etik dan moral yang pernah terjadi di tempat kerja saudara
5. Topik issue etik adalah issue etik antara bidan dengan klien dan keluarga, issue etik
antara bidan dengan teman sejawat, issue etik antara bidan dengan tenaga kesehatan
lainnya.
6. Pilihlah salah satu topik issue etik yang sesuai
7. Apabila kasus tidak ada, ada boleh mencari kasus di media masa / internet
8. Lakukan kajian terhadap kasus tersebut berdasarkan etik dan moral dalam pelayanan
kebidanan dan buatlah laporannya
TES 1 TES 5
2. C 2. C
3. B 3. C
4. B 4. D
5. B 5. B
6. B 6. C
TES 2 TES 6
2. A 2. D
3. C 3. C
4. B 4. D
5. B 5. D
6. D 6. C
TES 3 TES 7
2. A 2. D
3. D 3. D
4. C 4. B
5. B 5. A
6. A 6. B
TES 4 TES 8
2. D 2. A
3. A 3. A
4. A 4. D
5. A 5. A
6. C 6. D
DAFTAR PUSTAKA
Dwienda Ristica, Octa & Juliarti, Widya. 2014 Prinsip Etika Dan Moralitas Dalam
Pelayanan Kebidanan. Yogyakarta: Deepublish
Endang dan Siwi Walyani, Elisabeth. 2015. Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Marimbi, Hanum. 2008. Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan. Jogjakarta: Mitra
Cendikia Press. Pp: 30-6
Tribowo, Cecep. 2014. Etika & Hukum Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika