PANDUAN ZIARAH
JAMA’AH PONDOK PESANTREN AL-KAHFI
SOMALANGU
Periode Jumadil Akhir 1439 H/2018 M
Dirangkai oleh :
Muhammad Fauhan bin Afifuddin Al-Hasani
Diterbitkan oleh ;
Buku Panduan Ziaroh 2
BAB I
HUKUM BERZIARAH KE ATSAR WALIYULLAH
Ziarah adalah bentuk mashdar dari kata zara – – yazuuru –
ziyaratan yang artinya mengunjungi atau kunjungan. Jadi ‘ziarah kubur’
artinya bukan 'menyembah kubur' atau 'meminta pada kuburan'
sebagaimana yang dituduhkan oleh sebagian orang yang keliru faham.
Namun ‘ziarah kubur’ artinya adalah mengunjungi makam seseorang
atau kunjungan seseorang pada orang yang telah wafat.
Hukum berziarah kubur dalam islam adalah sunnah. Dasarnya
sabda rasulullah saw ;
.
Artinya, “Dari Sulaiman bin Buraidah dari ayahnya dari nabi saw ;
Sungguh saya dulu pernah melarang kamu sekalian dari berziarah kubur.
Akan tetapi sekarang, berziarahlah kamu sekalian, karena sungguh Allah
ta’ala telah memberikan idzin kepada nabinya untuk menziara hi kubur
ibunya”. HR Al-
Al -Hakim dalam kitab Mustadrak ‘alas Shahihain juz 1 hal
530.
Rasulullah saw menyuruh kita umatnya untuk berziarah kubur
tentu karena dengan berziarah kubur tersebut ada banyak hal
bermanfaat yang dapat kita peroleh. Jikalau saja ziarah kubur itu tidak
ada manfaatnya sama sekali bagi umat islam maka niscaya Rasulullah
Buku Panduan Ziaroh 3
Auliyaillah
Kata "Auliyaillah" adalah bentuk jamak dari kata "Waliyullah".
Menurut Syekh Al Qusyairi kata waliyullah bisa berarti salah satu
diantara dua makna.
1. Apabila kata tersebut berasal dari wazan "fa'iilun" yang
bermakna maf'ul maka yang dimaksud adalah :
Artinya, "Orang yang diberi kuasa oleh Allah swt untuk
urusannya"
2. Sedangkan apabila kata tersebut diambil dari wazan
"fa'iilun" yang bermakna "muballaghah" maka yang
dimaksud adalah :
Artinya, "Orang yang senantiasa beribadah kepada Allah
swt serta taat kepadaNya".
kepadaNya".
Ulama Indonesia kebanyakan mengartikan kata Waliyullah
dengan arti Kekasih Allah. Jadi apabila digabungkan pengertian tersebut
dengan pengertian yang disampaikan oleh Syekh Al Qusyairi, maka kata
Waliyullah menjadi berarti, " Orang yang menjadi Kekasih Allah swt dan
diberi kuasa untuk urusanNya karena senantiasa taat dan rajin
beribadah kepadaNya ".
Jika para nabi dan rasul sebagai utusan Allah swt mempunyai ciri
khusus tanda kenabian dan kerasulannya berupa sebuah keistimewaan
yang dirnamakan "Mu'jizat", maka para waliyullah-pun sebagai orang
yang dikasihi oleh Allah swt juga mempunyai ciri keistimewaan khusus
yang serupa dengan mu'jizat bernama "Karamah". Hanya saja derajat
Buku Panduan Ziaroh 4
karamah yang dimiliki oleh para waliyullah itu tidak mungkin sama
dengan derajat mu'jizat yang dimiliki oleh para nabi ataupun para rasul.
Karena pada keduanya ada perbedaan.
Perlu juga dijelaskan bahwa karamah itu berbeda pula dengan
apa yang disebut sebagai ilmu hikmah . Karena karamah para waliyullah
itu didapatkan bukan dari sebab hasil usaha tirakat -nya sang wali, akan
tetapi disebabkan semata-mata oleh sebab benar dan kesungguhannya
mereka dalam berkhidmah kepada Allah swt. Sedangkan kelebihan yang
diperoleh oleh seseorang dari sebab hasil riyadhah atau tirakatnya itulah
yang umum disebut dengan ilmu hikmah.
Golongan Waliyullah
Secara umum para waliyullah itu terbagi dalam dua golongan.
Pertama, golongan yang diberi amanah oleh Allah swt untuk memegang
kendali birokrasi wilayah. Golongan ini sering disebut dengan istilah
Rijalul Ghoib. Menurut Al-Imam Ibnu Hajar Al-Haitami, disebut dengan
istilah Rijalul Ghoib karena kebanyakan orang tidak mengetahuinya.
Kedua, golongan yang tidak memegang tampuk birokrasi wilayah.
Golongan ini sering hanya disebut dengan sebutan Rijalullah . Kedua
golongan ini sering juga disebut dengan istilah “Wali Haqiqi”. Merekalah
para “Khawash billah”. Kekhususan itu diperoleh semata – mata hanya
karena pilihan atau rahmat Allah Swt semata. Allah swt berfirman ;
.
Buku Panduan Ziaroh 5
Buku Panduan Ziaroh 6
Artinya, “Dari Abi Hurairah ra bahwasanya rasulullah saw besabda, jika
manusia mati maka amalnya terputus selain tiga yaitu shadaqah jariyah,
ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendoakan orang tuanya”.
HR Al-Bukhari (Adabul Mufrad Juz 1 hal 28 hds no 38), Muslim (Shahih
Muslim Juz 3 hal 1255 hds no 1631), Ahmad (Musnad Imam Ahmad Juz 2
hal 372 hds no 8831), Abu Dawud (Sunan Abu Dawud Juz 3 hal 117 hds
no 2880) dll.
Mafhum hadits diatas menunjukkan kepada kita bahwa kematian
tidak menjadi penghalang dari keberlangsungan doa anak yang shalih
kepada orang tuanya. Karena doa anak yang shalih adalah bagian dari
khidmah (bakti) kebaikan anak kepada orang tuanya.
Jika dipertanyakan apakah mendoakan orang tua yang telah
wafat harus dimakamnya? Jawabnya adalah tidak harus dimakamnya
sebagaimana pula tidak harus tidak dimakamnya. Karena syar’i tidak
menentukan itu. Akan tetapi mendoakan dengan mengunjungi
makamnya adalah sungguh perbuatan yang mulia dan baik karena nabi
saw diriwayatkan dalam hadist shahih juga mendoakan ibunya dengan
mengunjungi makam beliau.
Siapakah orang tua kita menurut islam? Apakah hanya kedua
orang tua kandung saja? Dalam islam orang tua kita itu ada tiga.
Pertama, kedua orang tua yang jadi penyebab lahirnya kita di dunia,
yaitu ayah dan ibu kita. Kedua, mertua (ayah ibu dari suami atau istri).
Ketiga, Guru – guru kita yang menjadi penyebab kita beriman serta
mengenal Allah swt dan rasulNya. Dengan demikian para waliyullah juga
adalah orang tua kita karena dengan sebab merekalah kita menjadi
mengenal islam yaitu mengenal Allah swt dan rasulNya.
Buku Panduan Ziaroh 7
Mencintai Waliyullah
Apabila kita dengan izin Allah swt diberi karunianya bisa
mengenal seseorang yang menjadi waliyullah maka wajib hukumnya
bagi kita sebagai seorang muslim untuk melahirkan rasa cinta kita
kepadanya. Karena mencintai mereka adalah bagian dari mencintai Allah
swt juga.
Disebutkan dalam sebuah riwayat hadits, Rasulullah saw pernah
bersabda ;
.
.
Artinya, "Sesungguhnya diantara hamba-hamba Allah itu ada
golongan yang bukan dari kalangan para nabi akan tetapi mereka itu ikut
Buku Panduan Ziaroh 8
pada jajaran para nabi dan syuhada (dari segi kemuliaannya dihadapan
Allah swt). Ditanyakan pada beliau, "Siapakah mereka itu? Mudah-
mudahan kami dapat ikut mencintainya". Bersabda Rasulullah saw,
"Mereka itu adalah golongan orang yang saling mencintai dengan
cahaya Allah, tanpa dasar kekerabatan dan nasab". Wajahnya bagaikan
cahaya (karena penuh ketulus ikhlasan). Mereka berada diatas mimbar
cahaya (kedudukannya amat mulia dihadapan Allah swt). Mereka tidak
akan merasakan rasa takut ketika kebanyakan orang ketakutan. Dan
mereka tidak akan pernah merasakan kesusahan dikala kebanyakan
orang tengah merasakan susah. Kemudian Rasulullah saw membaca
ayat yang termaktub dalam Al Quranul Karim ;
Artinya, "Ingat-ingatlah, bahwa para waliyullah itu adalah
seseorang yang tiada rasa takut melekat pada diri mereka dan mereka
itu orang yang tidak pernah merasa susah selamanya". HR. Ibnu Hibban
(Shahih Ibnu Hibban, Juz 2 hal 332 hds no 573), Abu Ya’la Ahmad bin Ali
Al-Mushili (Musnad Abi Ya’la, Juz 10 hal 495 hds no 6110).
Jika saja para sahabat merasa wajib untuk mencintai para
waliyullah apabila mereka dapat mengetahuinya, maka tentu saja kita
wajib pula untuk mengikutinya. Karena para sahabat mereka adalah
ikutan kita pula. Fahamilah hal ini sebaik-baiknya.
dialam dunia (alam fana) ini. Kehidupan mereka adalah kehidupan yang
bersifat 'tan'imi (taladzudz bin ni'mah).
Yang dimaksud dengan kehidupan taklifi adalah kehidupan yang
terkait oleh kewajiban dan aturan syari'at. Sedang kehidupan tan'imi
adalah kehidupan yang terkait dengan besarnya pemberian ni'mat oleh
Allah swt.
Oleh karena itu Allah swt berfirman dalam Al Quranul Karim ;
Artinya, "Janganlah kamu sekali-kali berprasangka (beri'tiqad)
bahwasanya orang-orang yang wafat dijalan Allah (para nabi, auliya dan
syuhada) mereka itu mati (sebagaimana matinya kebanyakan orang).
Mereka itu sebenarnya masih hidup serta senantiasa mendapatkan rizki
dihadapan Tuhan mereka". AQ.S. Ali Imran, Ayat 169.
Dalam hal ini Al_Habib Abdullah bin Alwi Al_Haddad berkata ;
Buku Panduan Ziaroh 10
menjaga jatuhnya fitnah. Itu artinya jika illat tersebut dapat dihilangkan
atau diminamilisir maka hukum berziarah bagi wanita menjadi boleh
adanya karena berlaku qa’idah fiqh ;
Artinya, “Hukum itu ada dan tidak ada(nya) berputar karena illat
(alasan)-nya”.
Selain dasar dari kalangan ahli fiqih yang memperbolehkan
berziarah bagi wanita tersebut, perhatikan pula hadits berikut ini ;
: - -
:
: ,
Artinya, “Dari ‘Aisyah rah ia berkata, aku pernah kehilangan
rasulullah saw pada suatu permulaan malam. Aku menyangka mungkin
beliau tengah berada dirumah istri beliau lainnya. Kemudian aku
mencarinya sehingga sampai kutemukan beliau berada di pemakaman
Baqi’. (Aku mendengar) Beliau berkata, Assalamu’alaikum wahai para
penghuni daerahnya orang – orang mu’min. Sesungguhnya aku pasti kan
bertemu dengan kalian semua. (Lalu beliau berdoa) Ya Allah, janganlah
Engkau halangi pahala mereka. Janganlah Engkau sesatkan kami
sesudah mereka. Kemudian beliau menengok melihatku. Beliaupun
Buku Panduan Ziaroh 12
Tujuan Berziarah
Tujuan dari berziarah kemakam para waliyullah yang terpenting adalah :
1) Mengingat-ingat bahwa kita semua juga akan menyusul beliau-
beliau yang ditinggikan derajatnya oleh Allah swt itu untuk
meninggalkan alam dunia ini menuju dan mengarungi alam
akhirat
2) Melahirkan dan senantiasa menambahkan rasa cinta yang
mendalam kepada orang-orang yang memang wajib dan sudah
seharusnya kita cintai secara terus menerus dikarenakan Allah
swt serta rasulNya pun amat mencintai mereka
3) Berharap semoga dengan melahirkan rasa cinta kepada para
kekasih Allah swt itu, Yang Maha Pengampun berkenan untuk
memberikan ampunan atas dosa-dosa yang pernah kita perbuat
baik sengaja ataupun tidak dikarenakan adanya hadist Rasulullah
saw ;
Buku Panduan Ziaroh 13
BAB II
SEKILAS SEJARAH SINGKAT
PONDOK PESANTREN AL-KAHFI SOMALANGU
Pondok Pesantren AL-Kahfi Somalangu Kebumen merupakan
Pondok Pesantren yang telah terhitung cukup tua keberadaannya.
Karena Pondok Pesantren ini telah ada semenjak tahun 1475 M. Adapun
tahun dan waktu berdirinya dapat kita ketahui diantaranya dari Prasasti
Batu Zamrud Siberia (Emerald Fuchsite) berbobot 9 kg yang ada didalam
Masjid Pondok Pesantren tersebut. Sebagaimana diketahui menurut
keterangan yang dihimpun oleh para ahli sejarah bahwa ciri khas
Pondok Pesantren yang didirikan pada awal purmulaan islam masuk di
Nusantara adalah bahwa didalam Pondok Pesantren itu dipastikan
adanya sebuah Masjid. Dan pendirian Masjid ini sesuai dengan
kebiasaan waktu itu adalah merupakan bagian daripada pendirian
sebuah Pesantren yang terkait dengannya.
Prasasti yang mempunyai kandungan elemen kimia Al, Cr, H, K,
O, dan Si ini bertuliskan huruf Jawa & Arab. Huruf Jawa menandai
candra sengkalanya tahun. Sedangkan tulisan dalam huruf Arab adalah
penjabaran dari candra sengkala tersebut. Terlihat jelas dalam angka
tanggal yang tertera dengan huruf A rabic : “25 Sya’ban 879 H”. Ini
artinya bahwa Pondok Pesantren Al-Kahfi Somalangu dinyatakan resmi
berdiri semenjak tanggal 25 Sya’ban 879 H atau bersamaan dengan
Rabu, 4 Januari 1475 M. Sedangkan candra sengkala tahunnya ada
lukisan hewan bulus berkaki tiga dalam tiga sisi berbeda serta pada
wajah prasati tertulis dalam tulisan huruf jawa berbunyi “Bumi Pitu Ina”.
Bae Young dan membuka pesantren di tempat tersebut. Kini tempat itu
lebih dikenal dengan nama Sayung (berasal dari Bae Young), Demak.
Setelah pesantren beliau di Sayung, Demak mulai berkembang
Syeikh As_Sayid Abdul Kahfi Al-Hasani kemudian diminta oleh muballigh
– muballigh islam di Kudus agar berkenan pindah dan mendirikan
pesantren di Kudus. Problem ini terjadi karena para muballigh islam
yang telah lebih dahulu masuk di Kudus sempat kerepotan dalam
mempertahankan dakwah islamiyahnya sehingga mereka merasa amat
membutuhkan sekali kehadiran sosok beliau ditengah – tengah mereka
agar dapat mempertahankan dakwah islamiyah di wilayah tersebut.
Setelah Syekh As_Sayid Abdul Kahfi Al-Hasani tinggal di Kudus
dan mendirikan pesantren ditempat itu, Sunan Ampel kemudian
mengirim puteranya yang bernama Sayid Ja’far As -Shadiq belajar pada
beliau di Kudus. Tempat atsar pesantren Syeikh As_Sayid Abdul Kahfi Al-
Hasani di Kudus ini sekarang lebih dikenal orang dengan nama “Masjid
Bubrah”.
Ketika berada di pesantren beliau ini, Sayid Ja’far As_Shadiq
sempat pula diminta oleh beliau untuk menimba ilmu pada ayah beliau
yang berada di Al-Quds, Palestina yaitu Syeikh As_Sayid Abdur Rasyid Al-
Hasani. Oleh karena itu setelah selesai belajar pada ayah Syeikh
As_Sayid Abdul Kahfi Al-Hasani di Al-Quds, Palestina dan atas rasa suka
cita serta sebagai ungkapan syukur ke hadjirat Allah Swt, beliau bersama
Syeikh As_Sayid Abdul Kahfi Al-Hasani mendirikan sebuah masjid yang ia
beri nama “Al-Quds”. Kata “Al-Quds” ini dikemudian hari masyhur
disebut orang dengan sebutan “Kudus”.
Setelah selesainya pembangunan masjid al-quds, oleh Syeikh
As_Sayid Abdul Kahfi Al-Hasani, Sayid Ja’far As_Shadiq kemudian
ditetapkan sebagai imam masjid tersebut dan Syeikh As_Sayid Abdul
Kahfi Al-Hasani pindah tinggal di Demak guna membantu perjuangan
Sultan Hasan Al-Fatah Pangeran Jimbun Abdurrahman Khalifatullah
Sayidin Panatagama.
Syeikh As_Sayid Abdul Kahfi Al-Hasani menikah di Demak pada
saat usianya kurang lebih 45 tahun. Pada waktu putera pertamanya
Buku Panduan Ziaroh 20
telah berusia kurang lebih 5 tahun, beliau bersama isteri dan puteranya
hijrah dari Demak ke Somalangu untuk mendirikan Pesantren. Di
Somalangu inilah beliau akhirnya bermukim. Dan pesantren yang beliau
dirikan kemudian hari dikenal dengan nama Pesantren Al_Kahfi
Somalangu.
Syeikh As_Sayid Abdul Kahfi Al_Hasani terhitung cukup lama
dalam mengasuh Pondok Pesantren Al-Kahfi Somalangu. Yaitu berkisar
mencapai 130-an tahun.
Syeikh As_Sayid Abdul Kahfi Al_Hasani wafat pada malam
jum’ah, 15 Sya’ban 1018 H atau bertepatan dengan tanggal 12
November 1609 M. Jasad beliau dimakamkan di bukit Lemah Lanang,
Somalangu, Kebumen.
Buku Panduan Ziaroh 21
BAB III
SEJARAH SINGKAT WALIYULLAH, ULAMA
& TEMPAT YANG DIZIARAHI
:
" :
."
Artinya, “Dari Abu Dardaa’, ia berkata : Telah bersabda
Rasulullah Saw :“Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat
dengan nama kalian dan nama bapak-bapak kalian. Maka baguskanlah
nama-nama kalian ” HR. Abu Dawud no. 4948, Ad-Daarimiy no. 2736, Al-
Baihaqi 9/306, dan yang lainnya.
Buku Panduan Ziaroh 23
tubuh manusia lahir dan batin ada lathoif laa ilaha illa Allah !” Lebah -
lebah itu langsung mati. Lalu tubuh orang itu seperti keluar asap. Dia
selamat tanpa bekas luka apapun.
Kedua, saat seseorang membawa istrinya yang buta setelah
melahirkan menemui Syekh Abdul Muhyi untuk minta kesembuhan.
Oleh Syekh Abdul Muhyi mereka diajak dzikir, membaca kalimat tahlil
(laa ilaha illa Alloh) sebanyak 165 kali di masjid. Tak berapa lama wanita
yang buta itu pun sembuh.
Ketiga, di waktu yang lain seseorang membawa anak yang
terkena stroke, tubuhnya mati separuh untuk menemui Syekh Abdul
Muhyi. Kemudian diajak oleh Syekh Abdul Muhyi berzikir kalimat tahlil
sebanyak 165 kali. Akhirnya setelah itu anak yang stroke tadi sembuh
total.
Keempat, ketika ada orang yang tidak bisa tidur selama 11
hari dan minta tolong kepada Syekh Abdul Muhyi. Orang itu juga diajak
berzikir sebanyak 165 kali dan lagi-lagi orang tadi akhirnya bisa tidur.
Kelima, Syekh Abdul Muhyi juga menolong orang lewat
karomahnya untuk memperbanyak hasil panen dan ternak kerbau.
Keenam, Syekh Abdul Muhyi juga dikenal kesaktiannya. Beliau
mengalahkan dua tukang sihir sakti, dan kemudian dua penyihir itu
menjadi murid-muridnya
Disamping ahli dalam llmu agama Syekh Abdul Muhyi juga ahli
dalam ilmu kedokteran, ilmu hisab, ilmu pertanian dan juga ahli seni
baca Alquran.
Maka pada saat itu banyak para wali yang datang ke
Pamijahan untuk berdialog masalah agama seperti waliyullah dari
Banten Syekh Maulana Mansyur, putra Sultan Abdul Patah Ageng
Tirtayasa keturunan Sultan Hasanuddin bin Sunan Gunungjati juga Syekh
Ja’far Shodiq yang makamnya di Cibiuk, Limbangan- Garut.
Wafatnya
Syeikh Abdul Muhyi, wafat dan dimakamkan di Pamijahan,
Bantar Kalong, Tasikmalaya, Jawa Barat pada tahun 1151 H/1738 M.
Buku Panduan Ziaroh 32
siang dia ada di sel, tetapi kalau malam menghilang entah kemana.
Sehingga penjaga tahanan (sipir penjara) menjadi takut oleh kejadian ini.
Kemudian Habib Husein Alaydrus disuruh pulang, tetapi beliau tidak
menghiraukan alias tidak mau pulang, maka Habib Husein Alaydrus
dibiarkan saja. Suatu Waktu beliau sendiri yang mau pergi dari penjara.
Tentu hal seperti ini adalah hal yang ganjil bagi masyarakat umum.
Wafatnya
Habib Husein bin Abu Bakar bin Abdillah Alaydrus wafat pada
hari Kamis 27 Ramadhan 1169 H atau bertepatan dengan 24 Juni 1756
M. Beliau dimakamkan di kamar rumah beliau sendiri.
Buku Panduan Ziaroh 44
Tentu saja pemerintah kolonial tidak senang. Dan sejak itu, beliau selalu
diincar oleh mata-mata Belanda.
Pada tahun 1899, ketika usianya 29 tahun, beliau berkunjung
ke Jawa, ditemani saudaranya, Habib Ali Al-Haddad, dan tiga orang
pembantunya, untuk berziarah ke makam Habib Husein Al Aydrus di
Luar Batang, Jakarta Utara, Sunan Gunung Jati di Cirebon dan Sunan
Ampel di Surabaya. Dalam perjalanan menggunakan perahu layar itu,
beliau banyak menghadapi gangguan dan rintangan. Mata-mata
kompeni Belanda selalu saja mengincarnya. Sebelum sampai di Batavia,
perahunya di bombardir oleh Belanda. Tapi Alhamdulillah, seluruh
rombongan selamat hingga dapat melanjutkan perjalanan sampai di
Batavia.
Dalam perjalanan yang memakan waktu kurang lebih dua
bulan itu, mereka sempat singgah di beberapa tempat. Hingga pada
sebuah perjalanan, perahu mereka dihantam badai. Perahu terguncang,
semua perbekalan tumpah ke laut. Untunglah masih tersisa sebagian
peralatan dapur, antara lain periuk, dan beberapa liter beras. Untuk
menanak nasi, mereka menggunakan beberapa potong kayu kapal
sebagai bahan bakar. Beberapa hari kemudian, mereka kembali
dihantam badai. Kali ini lebih besar. Perahu pecah, bahkan tenggelam,
hingga tiga orang pengikutnya meninggal dunia. Dengan susah payah
kedua Habib itu menyelamatkan diri dengan mengapung menggunakan
beberapa batang kayu sisa perahu. Karena tidak makan selama 10 hari,
akhirnya Habib Hasan jatuh sakit, dan selang beberapa lama kemudian
beliaupun wafat.
Sementara Habib Ali Al-Haddad masih lemah, duduk di perahu
bersama jenazah Habib Hasan, perahu terdorong oleh ombak-ombak
kecil dan ikan lumba-lumba, sehingga terdampar di pantai utara Batavia.
Para nelayan yang menemukannya segera menolong dan memakamkan
jenazah Habib Hasan. Kayu dayung yang sudah patah digunakan sebagai
nisan dibagian kepala; sementara di bagian kaki ditancapkan nisan dari
sebatang kayu sebesar kaki anak-anak. Sementara periuk nasinya
Buku Panduan Ziaroh 46
Wafatnya
Maulana Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati pergi
menghadap Allah Swt pada tanggal 26 Rayagung (Dzulhijjah?) tahun 891
Hijriah atau bertepatan dengan tahun 1568 Masehi. Tanggal Jawanya
adalah 11 Krisnapaksa bulan Badramasa tahun 1491 Saka. Meninggal
dalam usia 120 tahun, sehingga putra dan cucunya tidak sempat
memimpin Cirebon karena meninggal terlebih dahulu. Cicitnyalah yang
meneruskan memimpin Kesultanan Cirebon setelah wafatnya beliau.
Buku Panduan Ziaroh 53
Artinya, “Wahai Tuhan segala sesuatu, dengan kekuasaanMu
atas sesuatu, Ampunilah bagiku segala sesuatu, Dan janganlah Engkau
mintai pertanggung jawaban padaku atas segala sesuatu, juga
Janganlah Engkau hisab bagiku segala sesuatu, serta Berikanlah padaku
segala sesuatu”
Wafatnya
Belum diketahui persis kapan wafatnya beliau. Mudah –
mudahan dilain waktu dapat diperoleh informasi lebih jelas. Yang jelas,
beliau insyaallah min jumlatil auliya. Sehingga kita mendekat para
auliyaillah insyaallah bisa jadi syahadah dunia akhirat bahwa kita masuk
golongan orang – orang yang mencintai mereka.
BAB IV
1. Shalat Safar
Hukum mengerjakan safar adalah sunnah terutama bagi setiap
muslim yang hendak bepergian jauh melebihi jarak dari perjalanan ± 87
km. Adapun kaifiyahnya cukup banyak. Salah satu diantara cara
mengerjakan shalat sunnah safar adalah sebagai berikut:
Berniat degan lafadz niat
3 ×
Artinya, ‘Wahai Tuhanku 3x. Saya titipkan; kedua orang tuaku, anak-
anakku, saudara laki-lakiku, saudara perempuanku, rumahku ini dan
segala sesuatu yang ada di dalamnya kepadaMu. Maka kembalikanlah
semuanya kepadaku dalam keadaan selamat, selamat di saat
kepulanganku’
Doa tersebut dibaca sebanyak 3 (tiga) kali. Kemudian bangun
dari sujud lalu bacalah doa berikut ini sebanyak 3 (tiga) kali.
Buku Panduan Ziaroh 56
Artinya, ‘Ya Allah, hanya kepadaMu lah aku menghadap dan hanya
kepadaMu lah aku memohon perlindungan. Ya Allah, peliharalah aku
atas suatu mara bahaya yang menyusahkanku dan suatu mara bahaya
yang tidak menyusahkanku. Ya Allah, bekalilah aku dengan taqwa.
Ampunilah dosa-dosaku dan tunjukanlah aku pada kebaikan kemana
saja aku menuju.’
Ketika hendak keluar rumah, di depan pintu keluar bacalah ayat
berikut ini sebanyak 3 (tiga) kali.
Artinya, ‘Sesungguhnya Allah mewajibkan atas kalian (membaca) al -
Qur’an agar kalian kembali (mengingat) kepada akhirat.’
Menurut guru penulis, ketika setelah selesai membaca doa ini
maka Anda diminta melangkahkan kaki kanan Anda menuju keluar
rumah dan Anda tidak diperbolehkan lagi masuk kerumah untuk
mengambil sesuatu (barang) sampai dengan Anda kembali dari
perjalanan safar nya. Jika hal ini dilanggar maka Anda harus mengulangi
shalat safar kembali dengan kaifiyah tersebut.
Insyallah jika hal ini dikerjakan dengan sungguh - sungguh, maka
segala sesuatu yang Anda tinggal di rumah, baik berupa barang maupun
keluarga, akan diberi keselamatan sampai dengan kepulangan Anda ke
rumah lagi.
2. Shalat Jama’ -Qashar
Buku Panduan Ziaroh 57
–
Artinya, ‘Saya mengerjakan shalat fardhu dzuhur dijama’ ashar dengan
jama’ taqdim dua rekaat karena qashar dengan menghadap kiblat
karena Allah ta’ala – Allahu akbar.’
–
Artinya, ‘Saya mengerjakan shalat fardhu ashar dijama’ dengan dzuhur
dengan jama’ taqdim serta qashar dua rekaat dengan menghadap kiblat
karena Allah ta’ala – Allahu akbar.’
Buku Panduan Ziaroh 58
–
Artinya, ‘Saya mengerjakan shalat fardhu Maghrib dijama’ Isya dengan
jama’ taqdim tiga rekaat dengan menghadap kiblat karena Allah ta’ala –
Allahu akbar.’
Setelah salam, janganlah sampai berhenti terlalu lama. Langsung
saja Anda mengerjakan shalat Isya dengan lafadz niat
–
Artinya, ‘Saya mengerjakan shalat fardhu Isya dijama’ Maghrib dengan
jama’ taqdim dua rekaat karena qashar dengan menghadap kiblat
karena Allah ta’ala – Allahu akbar.’
–
Buku Panduan Ziaroh 59
–
Artinya, ‘Saya mengerjakan shalat fardhu ashar di jama’ dzuhur dengan
jama’ ta’khir dua rekaat karena qashar dengan menghadap kiblat
karena Allah ta’ala – Allahu akbar.’
–
Artinya, ‘Saya mengerjakan shalat fardhu maghrib di jama’ isya’ dengan
jama’ ta’khir tiga rekaat dengan menghadap kiblat karena Allah ta’ala –
Allahu akbar.’
Setelah salam, janganlah sampai berhenti terlalu lama. Langsung
saja Anda mengerjakan shalat Isya dua rekaat karena qashar dengan
lafadz niat
Buku Panduan Ziaroh 60
–
Artinya, ‘Saya mengerjakan shalat fardhu Isya di jama’ Maghrib dengan
jama’ ta’khir dua rekaat karena qashar dengan menghadap kiblat
karena Allah ta’ala – Allahu akbar.’
Buku Panduan Ziaroh 61
Artinya:
‘Salam dan rahmat Allah disampaikan kehadiratmu wahai waliyullah .
Kami datang berkunjung serta menghadapkan diri di hadapanmu wahai
waliyullah .’
Artinya:
‘Berbahagialah kami karena bisa bertemu denganmu untuk
menyampaikan maksud kami wahai waliyullah . Kami bertawasul
denganmu, kiranya engkau berkenan menyetujuinya.’
Artinya:
Buku Panduan Ziaroh 62
Artinya:
‘Kami berharap mendapatkan keleluasan rizki halal wahai waliyullah .
Juga dapat berkunjung ke Baitullah berkali-kali.’
Artinya:
‘Kami ingin meninggal dalam keadaan bahagia dan husnul khatimah
wahai waliyullah . Semoga saja Allah meridhai kami dan menjadikan
dekat’
Artinya:
‘Mudah-mudahan Allah berkenan (pula) berikan Shalawat Ta’dzim serta
salam kepada Nabi Muhammad saw, wahai waliyullah . Serta puji syukur
kami panjatkan kehadirat Dzat Yang Maha Perkasa
Keleluasan Rizki
Buku Panduan Ziaroh 63
.
Artinya:
‘Cukuplah yang menjadi penolong bagiku ialah Allah . Allah akan
memberikan kepada kami sebagian dari anugerah-Nya dan rasul-Nya.
Sesungguhnya kami termasuk golongan orang-orang yang mencintai-
Nya.’
Doa ini dibaca sebanyak-banyaknya sesuai dengan maksud dan
tujuan Anda.
3×
Artinya;
“Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami
padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya”.
Doa Naik Gunung
Diriwayatkan apabila Rasullullah SAW. berjalan naik menuju ke suatu
pegunungan maka beliau akan membaca doa ini
Artinya:
‘ Ya Allah, Engkaulah yang memiliki kemuliaan lebih dari segala
kemuliaan yang tinggi. BagiMu segala puji atas setiap keadaan.’
.
.
.
Shalawat Arwah
Shalawat ini termaktub dalam kitab “Dalailil Khairat” karya Sayyid as -
Syaikh Muhammad ibn Sulaiman al-Jazuli al-Hasani r.a. Jika peserta
ziarah hendak bertawasul secara pribadi kepada yang di ziarahi, maka
dapat membaca shalawat ini beberapa kali terlebih dah ulu.
Buku Panduan Ziaroh 65
Doa Tawasul
Jika hendak bertawasul pada waliyullah yang diziarahi, maka Anda dapat
membaca doa di bawah ini setelah melakukan tahlil bersama imam
........
........
. .......
Artinya, “Ya Allah, sesungguhnya saya bermohon kepadaMu dan
menghadap kepadaMu beserta kekasihMu...(sebutkan nama dari
waliyullah yang tengah di ziarahi) waliyullah yang mempunnyai
karamah. Wahai waliyullah yang mempunyai karamah......(sebutkan
nama beliau lagi). Sesungguhnnya saya menghadap denganmu kepada
kehadirat Tuhanku dalam hal keperluanku....... (sebutkan hajat
kepentingan Anda) supaya dapat terlaksana. Ya Allah, tolonglah ia untuk
membantuku dan tolonglah aku dalam keperluanku”.
Doa tawasul ini minimalnya dibaca sekali, dapat tiga kali atau
lebih. Yang terpenting dalam membaca sebuah doa, diharapkan
membaca dan memohon dengan sepenuh hati, insyallah dapat terkabul.