Anda di halaman 1dari 3

Kisah Nabi Idris - Gus Muwafiq

#JendelaSantri
Wahabi takfiri yang gampang menuduh kelompok lain bid’ah, sesat dan kafir, jelas tidak sesuai dengan
ajaran Nabi. Man kaffaro musliman falahu kufruhu. Siapa yang menuduh muslim sebagai kafir, maka
kekafiran itu kembali kepada si penuduh.

Muktamar NU di Lirboyo 1999 memutuskan bahwa salah satu ciri khas Aswaja An-Nahdliyyah adalah
menganggap semua orang yang telah bersyahadat sebagai muslim. Tidak boleh dituduh kafir. Sehingga
kalau mati harus dishalati. Sebagaimana disebut dalam QS Al-Hujurat 15.

rang bodoh yang berprasangka baik, lebih mulia dibanding orang berilmu yang berprasangka buruk.
Berprasangka baik yang diperintahkan QS Al-Hujurat 12 itu bagian terpenting dari akhlak. Dan
akhlak, lebih didahulukan dari pada ilmu. Al-Akhlak fauqol ilmi.
Buahnya ilmu adalah akhlak. Dan akhlak inilah sumber hidayah. Man zada ilman wa lam yazdad hudan lam
yazdad minallahi illa bu’dan. Siapa tambah ilmu, tapi tidak tambah hidayah, maka hanya membuatnya
bertambah jauh dari Allah.

alau Tidak Tahu Dalil, Bilang Saja, Dawuhe Kiaiku Iku Yo Dalil
Jika tidak tahu persoalan agama, QS Annahl 43 memerintahkan kita untuk bertanya kepada ahli
zikir. Siapakah ahli zikir itu? Ahli zikir itu disebut dalam QS Annahl 42. Alladzina shobaru wa
‘ala robbihim yatawakkalun. Orang-orang yang sabar dan senantiasa tawakkal kepada Allah.
Taat Tanpa Takon
Ilmu itu ada dua. Pertama, ilmu yang harus dicari dengan belajar, membaca, meneliti dan berlatih.
Sebagaimana disebut dalam QS Al Alaq 4, allama bil qolam.
Kedua, ilmu yang hanya bisa diperoleh dengan ketaatan dan pengabdian. Sebagaimana yang disebut
dalam QS Alkahfi 65. Wa allamnahu min ladunna ilma. Biasa disebut ilmu laduni.
Ilmu ini hanya bisa diperoleh dengan cara tunduk, patuh dan taat kepada guru.
Sebagaimana diterangkan dalam QS Alkahfi 65-82. Nabi Musa hendak belajar ilmu itu kepada
Nabi Khidir. Nabi Khidir menyuruh Nabi Musa diam. Tapi Nabi Musa justru banyak tanya.
Sehingga akhirnya gagal berguru.
mam Syafii Subuh qunut, Imam Maliki tidak.
Imam Syafii tidak pernah mengkritik Imam Maliki yang merupakan gurunya. Bahkan ketika shalat
di daerah Imam Maliki, Imam Syafii tidak qunut. Ini demi menghormati gurunya. Sekali lagi, al
akhlak fauqol ilmi. Akhlak itu di atas ilmu.
Apakah ada dalilnya kalau sowan kiai NU itu dengan membawa sesuatu, misalnya gula, dan kopi?
Ada.
Ya ayyuhal ladzina amanu idza najaitumurrosula faqoddimu baina yadai najwakum shodaqoh.
Wahai orang beriman, jika kamu hendak sowan Rosulullah dahulukan beri sedekah. (QS Al
mujadalah 12).
Asbabun nuzul ayat itu memang menegur orang-orang yang sowan Nabi tanpa membawa sedekah.
Padahal Nabi tidak punya makanan untuk suguhan tamu. Nabi jadi malu. Allah menyuruh orang
sowan Nabi bawa sedekah agar bisa dipakai suguhan sehingga Nabi tidak malu.

Al ibrotu bi umumil lafdzi la bi khususis sabab. Pelajaran dari ayat Quran itu diambil dari
keumuman teksnya, bukan dari sebab khususnya.

Karena itu semua ayat Qur’an tetap berlaku sepanjang zaman dan waktu.

Pemberlakukan ayat ini bisa dalam tiga hal. Pertama, kalau mau sowan ke makam Nabi di Madinah
hendaknya bawa sedekah. Kedua, kalau mau menghadiri acara Salawat Nabi hendaknya bawa
sedekah. Ketiga, kalau mau sowan pewaris Nabi yakni para ulama hendaknya bawa sedekah.

Ayat 11 QS Al Mujadalah menjelaskan tentang ilmu. Yarfa’illahulladzina amanu walladzina


utul ilma darojat. Dalam konteks munasabah atau korelasi antar ayat, bisa diambil pelajaran
bahwa murid yang ingin berhasil dan barokah ilmunya, kalau sowan guru juga hendaknya
membawa gula kopi.
Dari sini kita bisa menemukan dalil-dalil etika mencari ilmu yang disebutkan dalam Ta’limul
Mutaalim. Karena sekarang ini, ada yang mengkritik bahwa isi Ta’limul Mutaalim tidak berdasar
Quran Hadits, jadi tak perlu dipakai. Sekali lagi, nasehat-nasehat ulama seperti tercantum dalam
Ta’limul Mutaalim pasti ada dalilnya. Kebodohan kita semata yang membuat belum menemukan
dalilnya. Jadi kembali ke dalil, nasehat kiaiku iku yo dalil.

Ciri orang NU selalu menyebut dengan penghormatan. Adakah dalilnya?

La taj’alu du’aarrosuli bainakum kadu’ai ba’dikum ba’dho. Janganlah kamu jadikan


panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian yang lain.
(QS Annur 63)

Asbabun nuzul ayat itu memang menegur orang-orang yang memanggil Nabi dengan namanya
secara langsung. Misalnya, Mad, Muhammad. Ayat ini menyuruh kaum muslim memanggil Nabi
dengan penuh penghormatan. Sebab di Alquran, Allah memanggil semua nabi langsung namanya.
Ya Adam, Ya Ibrahim, Ya Musa, dan lain-lain. Khusus Nabi Muhammad SAW, Allah memanggil
penuh penghormatan. Ya ayyuhannabiyyu, sebagaimana dalam Q S Attholaq dan Attahrim.

Pengertian Ihsan
Ihsan berasal dari bahasa Arab yaitu ahsan - yuhsinu - ihsanan yang artinya kebaikan atau berbuat baik.

Menurut istilah, ihsan ialah berbakti dan mengabdikan diri kepada Allah SWT atas dasar kesadaran dan
keikhlasan.

Pelakunya disebut Muhsin.

Ihsan atau kebaikan tertinggi adalah seperti disabdakan Rasulullah Saw: "Ihsan hendaknya kamu beribadah
kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, dan jika kamu tidak dapat melihat-Nya, sesungguhnya Dia
melihat kamu.” (HR. Bukhari).

Selain dalam hal ibadah kepada Allah SWT, ihsan juga bermakna akhlak atau perilaku baik kepada sesama
sebagai pengamalan iman dan Islam. Rasulullah Saw bersabda

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan kepada hari akhir, hendaknya ia tidak menyakiti
tetangganya, barangisiapa yang beriman kepada Allah dan kepada hari akhir, hendaknya ia memuliakan
tamunya, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan kepada hari akhir, hendaknya ia berkata baik atau
diam.” (Muttafaq ‘alaih).

Demikian Pengertian Iman, Islam, dan Ihsan sebagai Trilogi Risalah Islam. Wallahu a'lam bish-shawabi.
(www.risalahislam.com).*
Gara-gara Burung dan Semut, Rasulullah
Tegur Para Sahabat
alam sebuah momen perjalanan bersama Rasulullah, para sahabat pernah menyaksikan seekor humarah
(semacam burung emprit) bersama dua anaknya. Entah dengan alasan apa, mereka tiba-tiba mengambil
kedua anak burung itu. Tentu saja sang induk berontak dan mengepak-ngepakkan sayapnya.

Rasulullah yang saat itu sedang membuang hajat tak tahu apa yang dilakukan para sahabatnya. Ketika
kembali, beliau pun seperti terkejut lalu berseru, “Siapa yang mengusik burung ini dengan mengambil
anaknya? Kembalikan anak burung itu kepada induknya!”

Belum lama Nabi berhenti menasihati, beliau melihat lagi peristiwa ganjil: sebuah sarang semut hangus
terbakar.

“Siapa yang telah membakar sarang ini?”

“Kami,” aku para sahabat Nabi.

“Sungguh, tidak pantas menyiksa dengan api kecuali Tuhan pencipta api,” sabda Rasulullah. Demikian cerita
yang termaktub dalam hadits riwayat Abu Dawud.

Para sahabat memang bukan orang-orang yang maksum atau terbebas dari dosa. Tapi, dari kekeliruan
merekalah Rasulullah memberikan sejumlah pelajaran kepada umatnya. Tingkah para sahabat yang
mengganggu induk burung dan anak-anaknya, serta menghanguskan kerajaan semut membuat Rasululah
merasa perlu untuk menegur.

Peringatan Rasulullah kepada para sahabatnya adalah bukti betapa Islam sangat menghargai binatang dan
kehidupannya. Islam mengizinkan manusia membela diri tatkala diserang binatang yang mengancam
keselamatan fisik dan jiwanya. Namun, Islam melarang pemeluknya untuk berbuat semena-mena, baik
untuk melampiaskan amarah ataupun keisengan belaka.

Binatang, sebagaimana manusia, adalah makhluk Allah rabbul ‘âlamîn. Bahkan, binatang-binatang
dianugerahi kemampuan untuk bertasbih—dengan caranya sendiri. “Telah bertasbih kepada Allah apa saja
yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS
Ash-Shaffat: 1). Jika terhadap binatang saja manusia dilarang keras berlaku lalim, apalagi terhadap sesama
manusia? (Mahbib)

Anda mungkin juga menyukai