Anda di halaman 1dari 3

Nama : Trixananta Dascha Ameidana

Kelas : X IPS 1

Absen : 29

Sejarah Pakaian Muslim dari Awal Peradapan

Busana adalah produk kriya tekstil yang didalamnya mengandung beragam makna sosial. Perkembangan
busana muslimah di Indonesia saat ini mengalami perubahan yang sangat signifikan. Kaidah berpakaian
menurut Islam diadaptasi dengan luwes dan cair di Indonesia, disesuaikan dengan kultur setempat. Dari
hal tersebut menghasilkan desain busana muslim yang kemudian justru menjadi kebudayaan populer.
Tulisan ini membahas perkembangan desain busana muslimah dengan pendekatan sosiologi dari Pierre
Bourdieu untuk melihat habitus dan agen pembawanya. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
kebiasaan yang ada lingkungan sosial secara tidak sadar telah mempengaruhi populernya pemakaian
busana muslim dan peranan publik figur sebagai pedoman gaya terkini. Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa di Indonesia terbentuk gaya dan desain busana muslimah yang memiliki kekhasan
tersendiri termasuk dapat berbaur dengan busana adat pada tiap daerah.

A. Periode Islam Abbasiyah

Tak lama seteleh kematian Nabi Muhammad SAW pada tahun 632 M, izar (sejenis sarung) dan thawb
dari Arab pra-Islam, bersama dengan qamis (kemeja) tanpa kerah dikenal sebagai pakaian Muslim untuk
kedua jenis kelamin di Mesir. Busana seringkali dikombinasikan dengan caba (mantel) yang dilipat dua
kali dari kain lebar. Pada abad ke-8, cimama (turban) dari gulungan kain menjadi busana yang diakui
untuk pria Muslim.

Pada abad ke-8, wanita Muslim menyukai pakaian warna-warni. Meskipun demikian, tidak lama
setelahnya muncul abaya hitam yang mistik dan anggun. Abaya tersebut serupa dengan abaya pada
dunia Muslim saat ini. Namun konon, ada kisah dibalik kepopuleran warna hitam.
B. Kekaisaran Ottoman (abad ke-14)

Kekaisaran Ottoman menguasai perbatasan Laut Mediterania pada abad ke-14. Pada saat yang sama,
pakaian wanita memiliki aura yang menarik dan megah untuk menyampaikan kesan keanggunan dan
kebangsawanan. Enatri atau lebih dikenal dengan kaftan, adalah pakaian yang menjadi pilihan utama
para wanita. Mereka menambahkan hirka (cardigan), salvar (celana panjang) dan ferace (mantel).Para
wanita Saljuk diketahui suka mengenakan kain bordir di kepala mereka atau terlihat mengenakan
diadem (mahkota) yang mempesona dengan permata berbentuk tanaman. Para wanita Saljuk diketahui
suka mengenakan kain bordir di kepala mereka atau terlihat mengenakan diadem (mahkota) yang
mempesona dengan permata berbentuk tanaman di bagian tengah dahi. Tak lama setelahnya, hiasan
kepala wanita mulai berubah menjadi topi lebih ringan yang disebut dengan hotoz.

C. Maroko

Wanita Maroko kuno di Afrika Utara memiliki tradisi mengenakan kaftan bermotif sebagai representasi
keberanian dan kecantikan. Tren kaftan telah meluas ke seluruh dunia, namun tetap mempertahankan
esensi orisinalitas dan keanggunan khas negeri Arab dan Timur Tengah. Kaftan saat ini lekat dengan
busana hari raya Idul Fitri.

D. Indonesia
Seperti banyak literatur yang menuliskan bahwa Islam masuk ke nusantara semenjak kedatangan para
pedagang timur tengah, india, dan persia. Pada abad ke 19 atau masa wali songo menyebarkan islam,
wanita-wanita penganut islam di nusantara belum menutup kepalanya atau berjilbab. Meski sudah sejak
lama diketahui bahwa wanita muslim berkewajiban menutup kepalanya.Dulu para wanita hanya
menggunakan kain panjang tipis yang dikaitkan di bagian kepala dengan rambut, dan leher yang masih
kelihatan serta menggunakan pakaian khas daerah seperti kebaya kutu baru.

Anda mungkin juga menyukai