BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbusana merupakan hal yang sudah dilakukan dari zaman dulu. Maka
pastilah terjadi suatu perkembangan busana. Apalagi dunia ini sudah masuk abad
ke-21. Salah satu perkembangan busana pada zaman dahulu adalah pada masa
gothik.
Kata gothik ini sangat tua. Kaum gothik yang sesungguhnya membuat
kerusakan fisik ketika mereka mengambil alih kekuasaan romawi pada tahun 410.
Hal ini digunakan oleh renaisance untuk mempercayai bahwa jatuhnya kekaisaran
romawi mengakibatkan munculnya era gradasi budaya, sebelum kemudian seni
budaya bangkit kembali pada abad 15.
Fashion gothik sendiri merupakan gaya pakaian yang ditandai dengan fitur
gelap yang mencolok, misterius, dan eksotis. Gaya pakaian yang begitu
mengerikan, gaya khas dari fashion gothik termasuk kulit yang dipucatkan, bibir
hitam, serta pakaian yang serba hitam pula. Gothic banyak mengadaptasi dari
gaya era Punk, Victoria, dan Elizabeth.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah gothik berasal dari nama nenek moyang bangsa jerman, visigoth, yang
berkepercayaan pangan. Orang-orang visigoth dikenal sebagai bangsa bar-bar
yang pemberani. Tak heran jika mereka menjadi musuh yang paling merepotkan
tentara kerajaan romawi. Gaya seni rupa gothik lahir pada abad ke-13 di Eropa
yang disebut abad pertengahan (abad 13 sampai abad 15). Pada abad ini gereja
dibuat dengan menara menjulang tinggi pada motif hias figure santa-santa berupa
relief dan mozaic. Ornamen yang berlebihan menghiasi pintu-pintu, tiang jendela,
dan dinding gereja, ini merupakan gaya gothik.
Seabad kemudian, perempuan di Eropa mulai mengenal gaun luar yang ketat
atau disebut sucrot. Namun agar dapat menggunakan sucrot, orang harus
merampingkan badannya dengan menggunakan stagen ketat, atau lebih dikenal
dengan corset.
Busana yang tak kalah penting bagi kaum hawa pada masa ini adalah sucrot
ouvert. Busana ini berbentuk jubag akbar tanpa lengan, kerung lengannya
berbentuk sangat besar sehingga cotte hardie yang dikenakan didalamnya bisa
terlihat. Sucrot ouvert ini juga menggunakan bulu hewan sebagai hiasannya yang
disebut sebagai hermelin. Pada bagian bawah sucrot ouvert ini berbentuk longgar
dan panjang serta dilengkapi dengan ekor.
Pada pakaian pria sama seperti pakaian perempuan. Pada abad ke-13, terjadi
perubahan perkembangan busana di Eropa. Busana mulai dilengkapi dengan
bukaan pada bagian depan atau belakangnya yang dapat di tutup kembali. Busana
kaum pria saat itu menjadi semakin pendek, sehingga membuat mereka semakin
ringkas dan gesit.
Selain itu, ada lagi busana pria yang disebut ganacha dan jounarde. Ganacha
adalah jubah luar yang sangat bidang dan dilengkapi dengan hermelin (hiasan
yang terbuat dari bulu hewan). Jounarde merupakan busana dengan atau tampa
lengan, sependek pourpoint berbentuk lingkar, tanpa sabuk. Journade ini banyak
digunakan oleh pria Italia, tak jarang dipakai juga sebagai busana untuk
menunggang kuda.
D. Aksesoris
Selain dalam segi busana yang dipakai oleh orang-orang pada masa gothik,
penggunaan hiasan kepala atau tutup kepala juga menjadi ciri khas yang menarik,
pada kaun pria dikenal dengan chaperon, semacam tudung dengan ujungnya yang
lamcip (cornette), lubang wajah (visagere), dan lubang bawah tudung (guleron).
Hiasan kepala perempuan saat itu juga tidak kalah menarik, karena pada
abad-abad tersebut mereka menggunakan jala rambut (haarnet) atau topi-topi pas
kepala yang kecil, gaya ini dikenal dengan nama coiffe a cornes. Lalu
berkembang menjadi bentuk topi, yaitu disebut escoiffions dan hennin.
Escoiffions terbuat dari kain linen yang dibentuk dan dikeraskan dengan kanji,
yang dilapisi dengan kain mahal dan ditaburi dengan permata. Hennin berbentuk
topi panjang yang runcing (serupa dengan topi perayaan ulang tahun kalau
digambarkan saat ini) yang berlapiskan kain mahal, dan sering digunakan dengan
sorban.
E. Tatanan Rambut
Untuk tatanan rambut pria, mungkin tidak ada yang aneh-aneh. Mereka
menggerai rambutnya, dan sebagian dari mereka juga memiliki janggut dan juga
kumis.
G. Warna
Warna-warna yang menjadi ciri khas pada masa ini adalah warna-warna yang
kontras yang dapat mengekspresikan perasaan mereka. Namun, meskipun
warna-warna kontras menjadi ciri khasnya, namun nyatanya hampir 3 abad
kemudian warna-warna netral lah yang banyak digunakan. Hal ini karena
timbulnya sebuah gejolak dan mengakibatkan timbulnya reaksi terhadap
warna-warna kontras.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah gothik berasal dari nama nenek moyang bangsa jerman, visigoth, yang
berkepercayaan pangan. Gaya seni rupa gothik lahir pada abad ke-13 di Eropa
yang disebut abad pertengahan (abad 13 sampai abad 15).
Pada masa ini bahan sutra, taft, damast, beledru, dan brokat lah yang marak
digunakan. Untuk motifnya sendiri semakin bervariatif dan dekoratif.
Warna-warna yang menjadi ciri khas pada masa ini adalah warna-warna yang
kontras, namun, meskipun warna-warna kontras menjadi ciri khasnya, namun
nyatanya hampir 3 abad kemudian warna-warna netral lah yang banyak
digunakan. Ini dikarenakan timbulnya sebuah gejolak dan mengakibatkan
timbulnya reaksi terhadap warna-warna kontras.
Pada abad pertengahan ini khususnya gothik yang melanda Eropa merupakan
mode yang banyak dipelopori oleh Perancis dan banyak diikuti negara-negara
lain di Eropa. Namun busana-busana gothik ini harus berakhir pada abad ke-16
dimana masa renaisan mulai masuk Eropa.
DAFTAR RUJUKAN
https://www.google.com/amp/s/ginandardoxten.wirdpress.com/2014/07/03/sejarah-go
thik-dan-perkembangannya/amp/
https://m.kumparan.com/amp/potongan-nostalgia/mode-busana-gotik-abad-pertengah
an-bagian-ii
https://www.google.com/amp/s/m.kumparan.com/amp/potongan-nostalgia/mode-busa
na-gotik-abad-pertengahan-bagian-i
https://riraclothing.com/perkembangan-mode-periode-gothic/