Anda di halaman 1dari 7

BAB 4

Teknik Dasar Proses Produksi pada Industri Busana

Deskripsi Pembelajaran

Lingkup pembelajaran meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam
memahami ekosistem mode dan overview fashion industry, gaya, dan selera sesuai dengan
perkembangan fashion dan trend, dan memahami karya desainer dan konsep sustainable fashion (dunia
industri dan perkembangan mode)

Capaian Pembelajaran

Pada akhir fase E. peserta didik mampu mendeskripsikan


A. ekosistem mode dan overview fashion industry, gaya, dan selera sesuai dengan perkembangan
fashion dan tren; serta
B. memahami karya desainer dan konsep sustainable fashion (dunia industri dan perkembangan
mode).

Pakaian merupakan kebutuhan pokok yang harus dimiliki oleh manusia untuk melindungi tubuh dari
cuaca dingin dan terik matahari. Akan tetapi, fungsi dari pakalan tidak hanya berhenti di sana.
Perkembangan teknologi telah membuat pakaian memiliki nilai lebih dibanding hanya dengan sebagai
alat pelindung diri. Pakalan telah menjadi tren yang secara dinamis terus berubah sepanjang waktu. Hal
ini menyebabkan budaya belanja makin meningkat demi memenuhi kebutuhan bergaya dengan busana.
Makin meningkat budaya belanja, makin meningkat pula produksi busana yang pada akhirnya
meningkatkan kuantitas limbah dari produksi industri busana. Oleh karena itu, sustainable fashion hadir
sebagai solusi untuk menjaga kelestarian lingkungan dari dampak berbahaya yang dihasilkan oleh
industri ini. Simak bab ini untuk mengetahui lebih lanjut mengenal perkembangan fashion dan tren serta
pemahaman tentang sustainable fashion.

A. Ekosistem Mode dan Overview Fashion Industry, Gaya, dan Selera Sesuai dengan
Perkembangan Fashion dan Tren

Fashion merupakan kombinasi atau perpaduan dari style dengan desain yang cenderung dipilih,
diterima, digemari, dan digunakan oleh sebagian masyarakat sebagai upaya mendapatkan kenyamanan
dan membuat penampilan terlihat lebih baik. Pakaian dahulu dianggap sebagai kebutuhan pokok saja.
Akan tetapi, lambat laun pakaian berkembang menjadi sebuah tren gaya hidup. Ekosistem mode, gaya,
dan selera pada akhirnya akan terus berubah secara dinamis mengikuti perkembangan fashion dan tren
yang ada.
Benua Eropa dan Amerika dikenal sebagai kiblat tren berbusana yang sangat populer di dunia.
Perkembangan fashion dari era ke era juga dipengaruhi oleh banyak hal termasuk fenomena-fenomena
sosial, politik, dan budaya yang terjadi pada masa itu. dijelaskan perkembangan fesyen dan tren dari era
ke era.

1. Tahun 1920 (Melindrosa)


Tahun 1920 dianggap sebagai awal dari kebangkitan kaum wanita dalam mencapai kebebasan
dan kemerdekannya sekaligus memasuki era baru tren busana dunia yang lahir dengan konsep
dan pandangan yang berbeda. Amerika pada saat itu memainkan peran penting sebagai salah
satu pusat mode dunia yang mengubah gaya berpakaian menjadi lebih praktis dibanding dengan
gaya berbusana dulu yang cenderung pada gaya victorian. Pada era melindrosa, rok yang pada
gaya victorian cenderung mengembang justru dibuat pendek sebatas betis atau lutut dengan
potongan yang lurus dan tidak mengikuti lekuk tubuh. Pada gaun juga dibuat low waisted yang
jahitannya ditempatkan di bawah pinggang atau pinggul.

2. Tahun 1930 (Calca Comprida)


Gaya berbusana pada era ini cenderung longgar, tebal, dan tertutup karena saat itu Amerika
Serikat sedang mengalami masalah sosial dan politik sehingga perubahan gaya berbusana
menjadi lebih casual dan tidak glamor seperti sebelumnya.

3. Tahun 1940 (War and Working Class)


Pada saat itu, perang dunia ke-2 secara tidak langsung memengaruhi tren busana karena pabrik-
pabrik pakaian yang semula memproduksi baju digunakan untuk sarana senjata. Oleh karena itu,
kemudian muncul produk sintetis seperti stocking dan pakaian dalam yang terbuat dari nilon.
Model pakaian yang ada saat itu bernuansa navy yang dikombinasikan dengan tren berbusana
era 1930. Tren penggunaan ikat kepala untuk penutup rambut juga sangat terkenal di era ini.
Pada era ini juga tren berpakaian ala buruh pria juga banyak diadaptasi sebagai gaya buruh
wanita, tetapi masih memiliki sentuhan yang feminin.

4. Tahun 1950 Awal (New Look)


Pada era ini, berakhirnya masa perang dunia ke-2 membuat pabrik tekstil memproduksi pakalan
lagi dengan berbagai macam jenis kain sintesis. Model pakaian yang ada pada era ini adalah tren
penggunaan spandek, kaos ketat panjang. dan topi dengan bagian pelindung yang lebar.

5. Tahun 1950 Akhir (Pin Up)


Pada era ini, tren berbusana juga dihiasi dengan model baju yang cenderung lebih ringan dan
semi terbuka, namun terkesan modis. Konon, tren ini banyak dipengaruhi oleh lagu-lagu Elvis
Presley yang bernuansa rock and roll dan juga gaya berbusana Merlyn Monroe.

6. Tahun 1960 (Futurismo)


Tren futurismo dianggap sebagai era depan dalam dunia mode, Model busana pada era ini lebih
didominasi oleh busana busana minimalis dengan motif garis atau bintik yang mengesankan dan
arti teknologi tinggi pada zamannya.

7. Tahun 1960 (Camiseta)


Selain futurismo, era ini juga dibarengi dengan munculnya gerakan pemuda yang menentang
pemerintah sehingga tren berbusana saat itu juga didominasi oleh anak muda. Celana jeans dan
kaos oblong yang dalam Bahasa Spanyol berarti camiseta menjadi populer.

8. Tahun 1960 (Hippie)


Kata hippie menggambarkan sebuah komunitas remaja yang rebellious dan antikemapanan.
Hippie sendiri muncul pada saat berkecamuknya perang Vietnam yang berkepanjangan dengan
kondisi politik yang ramai dan memunculkan gerakan antipemerintah yang dikenal dengan
hippie. Gaya berpakaian hippie identik dengan pakaian yang longgar dan dekat dengan alam,
seperti t-shirt tie dye, celana jeans, tunik longgar, terusan vintage, best dengan detail fringe,
headband, serta aksesori tumpuk berupa gelang dan kalung.

9. Tahun 1970 (Disco)


Era ini terkenal dengan musik diskonya yang melegenda. Gaya berbusana pun mencirikan
budaya disko dengan model pakaian yang didominasi dengan penggunaan celana pendek ketat,
hot pants, sepatu beralas rata, dan celana komprang.

10. Tahun 1970 (Punk)


Selain tren disko, pada era ini juga muncul gaya berbusana yang dikenal dengan sebutan punk.
Tren ini berasal dari Inggris yang kemudian merebak luas ke seluruh penjuru dunia. Rambut
spike hitam, baju berwarna hitam dengan pernak-pernik berbahan metal tajam, dan make up
yang mencolok menjadi ciri khas gaya berbusana punk.

11. Tahun 1980 (New Wave)


Era ini masih banyak dipengaruhi oleh gaya punk, namun jauh lebih dapat diterima masyarakat.
Kepopuleran kaos dan celana jeans di kalangan remaja begitu terasa. Terlebih lagi pada masa ini
musik menjadi bagian penting dari gaya berbusana urbana yang sangat booming.

12. Tahun 1980 (Madonna and Aerobic)


Era ini ditandai dengan berkembangnya teknologi portable seperti radio dan tape compo. Oleh
karena itu, gaya berbusana outdoor yang bernuansa olahraga terutama aerobik menjadi sangat
populer. Tren pemakaian legging sebagai perpaduan celana juga mulai banyak dipopulerkan
kaum wanita.
13. Tahun 1980 (Yuppie)
Yupple merupakan singkatan dari young urban professional atau young upwardly mobile
professional. Tren berbusana Yuppie muncul ketika banyak wanita yang menapaki dunia karier
yang memengaruhi lahirnya model baju untuk wanita karier dan independen. Gaya berbusana
Yuppie dikenal dengan pakaian kantoran yang rapi dan minimalis seperti perpaduan antara jas
dengan rok atau celana panjang dari kain.

14. Tahun 1990 (Grunge)


Gaya berbusana grunge pertama kali dikenalkan oleh Alice in Chains, Nirvana, dan Pearl Jam
yang baru saja membuat gebrakan besar dalam dunia musik pada akhir 1980 dan awal 1990.
Tahun 1990 dianggap sebagai tahun terburuk dalam sejarah industri busana, bahkan dianggap
sebagai the decade has forgotten. Gaya grunge sendiri didefinisikan dengan tampilan
berantakan yang menggabungkan gaya punk dengan gaya pakaian kaum pekerja. Celana jeans
yang terbuat dari kain denim, kaos. perpaduan kemeja flanel bermotif kotak-kotak, rambut
gondrong, dan berantakan menjadi ciri khas dari gaya berbusana grunge.

15. Tahun 1990 (Mix Up)


Gaya busana tahun 1960 dan 1970 berkembang lagi pada tahun ini dengan pakaian floral dan
gaya hippie. Perpaduan celana jeans bercorak dan jaket jeans menjadi salah satu ciri khas
busana era ini. Selain itu, gaun baby doll, t-shirt kedodoran, pakaian olahraga, sweatshirt, model
baju ala baseball dan basket, serta sweater dengan perpaduan sepatu sneakers atau keds juga
mewarnai era mix up.

16. Tahun 2000 (New Millenia)


Nuansa berpakaian pada era ini adalah serba silver atau abu-abu yang dianggap sebagai warna
yang memberikan banyak perubahan bagi perkembangan fesyen. Nuansa futuristik, tetapi tetap
glamor menjadi awal dari perkembangan fesyen tahun 2000-an.

17. Tahun 2000 (Emo)


Pada era ini juga didominasi dengan gaya busana emo yang dikenalkan oleh anak muda. Ciri
khas dari gaya berbusana emo yaitu outfit serba gothic, hitam, eye shadow hitam, dan tatanan
rambut lurus ke samping hingga hampir menutupi mata.

18. Tahun 2000 (Indie)


Sepintas gaya berbusana indie mirip dengan budaya grunge, punk, dan hippie. Padahal budaya
indie sebenarnya lebih menitikberatkan pada simbol pertentangan budaya konservatif yang
berkembang. Tren berbusana berupa celana jeans ketat, kaos berbentuk v-neck, dan sepatu
kanvas warna dengan sepatu warna-warni.

19. Tahun 2010 (Hipster)


Pada era ini muncul pop culturel yang dikenal dengan hipster yang banyak terinspirasi pada
model baju tunawisma di Amerika Serikat. Budaya hipster menekankan pada kegiatan self-
sustaining dan do it yourself. Ciri khas dari gaya berbusana hipster yaitu penggunaan skinny
jeans yang dibuat dari bahan denim atau chino pants dengan warna krem, merah, putih, dan
biru laut. Penggunaan kaca mata plastik dengan bingkai cukup besar serta aksesori bernuansa
vintage juga mewarnai gaya berbusana hipster.

B. Memahami Karya Desainer dan Konsep Sustainable Fashion (Dunia Industri dan
Perkembangan Mode)

Sustainable fashion merupakan sebuah konsep dan pola pikir yang bertanggung jawab dengan
mempertimbangkan dampak lingkungan, sosial, dan ekonomi pada keseluruhan daur hidup pakaian
yang meliputi aspek praproduksi, proses produksi, distribusi, dan pascaproduksi. Fokus utama dari
konsep sustainable adalah meminimalisasi dampak negatif dari operasional bisnis terhadap lingkungan
serta meningkatkan kapasitas dan kesejahteraan pelaku bisnis dan masyarakat pendukungnya.
Sustainable fashion sering dikaitkan dengan slow fashion dan merupakan solusi dari fast fashion.

Fast fashion merupakan istilah dalam mempresentasikan fenomena industri fashion yang cepat
berubah mengikuti tren dan tingkat konsumerisme pasar tinggi mengakibatkan laju roda produksi
bergerak cepat dengan mengeksploitasi sumber daya yang tersedia. Industri fast fashion menekankan
pada konteks biaya murah, fleksibilitas dalam konsep desain dan kualitas, serta kecepatan dalam
memenuhi permintaan pasar. Fast fashion sangat berdampak buruk bagi lingkungan. Hal ini karena
perubahan tren yang sangat cepat dan kualitas produk yang tidak baik mengakibatkan masa pakai
produk fesyen terbilang singkat. Pada akhirnya, pakaian yang sudah tidak terpakai akan menjadi limbah.
Limbah produksi juga bukan hanya berasal dari pakaian yang sudah tidak terpakai lagi, tetapi meliputi
seluruh hasil limbah selama siklus produksi hingga menjadi barang jadi.

Adapun slow fashion merupakan sebuah konsep yang mempromosikan nilai-nilai keberlanjutan
dan etis dalam memproduksi atau mengonsumsi produk fashion. Gerakan gerakan ini meliputi mendaur
ulang pakaian atau kain sisa produksi, mendesain ulang, memberi produk dari produsen kecil menengah,
membeli pakaian bekas, meminimalisasi budaya konsumtif, menghargai lingkungan, dan menjunjung
tinggi nilai-nilai etis. Salah satu prinsip yang ditawarkan pada konsep slow fashion ialah mendesain ulang
atau mendaur ulang produk agar keberlanjutan daur hidup pakaian menjadi lebih lama. Sebagai contoh,
kain perca sisa produksi dapat dimanfaatkan untuk menjadi produk lain dibanding dengan harus
berakhir menjadi sampah.

Konsep dari sustainable fashion ini juga harus dipahami dan diterapkan oleh desainer pakaian.
Desainer merupakan salah satu aktor dalam pembuatan produk fesyen sehingga perannya dalam
menciptakan produk yang sustainable sangat dibutuhkan. Di bawah ini merupakan konsep-konsep
sustainable fashion yang harus dipahami oleh para desainer dalam menciptakan produk fesyen yang
sustainable.

1. Ethical Fashion
Seorang desainer harus memahami dan memperhatikan tentang pakaian yang etis. Ethical
fashion mengacu pada pakalan yang mempertimbangkan dampak produksi dan perdagangan
terhadap lingkungan dan orang-orang yang terlibat dalam pembuatan pakaian, Seorang fesyen
desainer juga harus berupaya untuk mengurangi limbah dalam proses produksinya dan
memanfaatkan limbah produksi untuk barang lain. Tidak hanya itu, kondisi pekerja di industri ini
juga harus diperhatikan. Isu tentang sweatshop pada pabrik garmen yang menempatkan
pekerjanya pada tempat yang kurang layak dengan tuntutan yang tinggi dan upah di bawah
standar. Oleh karena itu, ethical fashion juga berfokus pada keadilan sistem upah dan kondisi
tempat kerja.

2. Eco Label
Eco label atau label ramah lingkungan dapat digunakan untuk mengidentifikasikan sustainable
fashion. Hal ini dapat memudahkan konsumen untuk mencari pakaian yang diproduksi secara
ramah lingkungan. Ada beberapa istilah yang digunakan untuk label pakaian ramah lingkungan,
yaitu eco, green, natural, organic, dan sustainable. Akan tetapi, beberapa masyarakat
berpendapat bahwa pencantuman label tidak cukup transparan, apakah industri fesyen benar-
benar menggunakan bahan ramah lingkungan atau bebas sweatshop. Oleh karena itu,
diperlukan sertifikasi dari organisasi yang terpercaya, seperti Fair Trade, SA8000, The WWW,
The Carbon Trust, dan The Oeko-Tex 100.

3. Quality and Durability


Kualitas dan daya tahan merupakan prinsip sustainable fashion. Bahan yang memiliki daya tahan
lama tentu saja memiliki kualitas yang baik juga. Sebuah produk pakalan yang memiliki kualitas
yang baik, meskipun dipakal berulang kali akan tetap terlihat baik. Pakaian yang seperti ini akan
bertahan lama dan mengurangi budaya belanja karena kebutuhan. Hal ini tidak sama dengan
kualitas pakaian yang buruk dan memiliki masa pakai yang singkat. Pada akhirnya pakaian
dengan kualitas yang buruk akan berakhir menjadi sampah atau limbah. Oleh karena itu,
seorang desainer fesyen yang sangat memperhatikan sustainable fashion pasti akan berhati-hati
dalam memilih bahan untuk produknya.

4. Timeless
Salah satu kriteria sustainable fashion adalah timeless. Timeless diartikan sebagai pakaian yang
dapat dipakai dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena itu, seorang fesyen desainer tidak
memproduksi pakaian berdasarkan tren atau musim, tetapi berdasarkan kualitas. Fesyen
desainer juga harus menunjukkan bagaimana padu padan pakaian sebagai alternatif penampilan
yang dibutuhkan konsumennya. Padu padan fesyen saat ini juga menjadi tren bisnis ritel dan
menjadi keharusan untuk meningkatkan layanan pelanggan dan meningkatkan penjualan.

5. Lokal and Tradisional


Salah satu konsep dari sustainable fashion ialah mengurangi biaya dan dampak lingkungan yang
diakibatkan oleh transportasi. Oleh karena itu, penggunaan bahan-bahan lokal dan pemasaran
lokal sangat baik dilakukan. Selain itu, bisnis lokal juga akan meningkatkan lapangan kerja di
komunitas lokal. Teknik pembuatan produk secara tradisional juga dapat menjadi strategi untuk
mode lambat yang menawarkan sudut pemasaran yang berbeda seperti menambahkan rasa
estetika, Desain sustainable fashion menciptakan dan menambahkan item yang unik seperti
kerajinan tangan yang mencerminkan identitas diri. Dalam hal ini, seorang fesyen desainer juga
harus mampu menambahkan unsur keterampilan dan keteknikan tradisional untuk menambah
value pada busana ciptaannya.

6. Recycling and Upcycling


Recycling didasarkan pada konversi bahan dari produk yang ada untuk membuat produk lain
yang berbeda. Adapun upcycling dimaksudkan sebagai usaha mengubah pakaian dengan
menerapkan perubahan estetika sehingga menjadi pakaian yang baru dan menarik. Keduanya
merupakan strategi yang mendukung sirkulasi material yang dapat mengurangi penimbunan
limbah fesyen. Seorang fesyen desainer dapat turut mengurangi limbah industri busana dengan
menerapkan recycling dan upycling Recycling dan upcycling tidak membatasi penggunaan kain
tertentu, tetapi berdasarkan pada ketersediaan bahan yang tidak terpakai.

7. Zero Waste and Modular Structures


Zero waste dilakukan untuk menghilangkan limbah kain dalam fase pemotongan pola. Metode
ini merupakan proses pembuatan pakalan tanpa limbah. Dalam hal ini, seorang fesyen desainer
harus memikirkan masalah estetika dan fungsional pakaian secara bersamaan. Adapun modular
structures merupakan usaha pembongkaran dan pemasangan kembali dengan cepat. Konsep ini
menawarkan personalisasi produk melalui modifikasi. Dalam hal ini, konsumen dapat memilih
detail sesuai dengan warnanya atau bahan sesuai dengan minatnya. Kelebihan lain dari modular
structures lalah bagian pakaian yang mudah kotor, dapat dilepas, dan dicuci secara terpisah. Hal
ini dapat memperpanjang usia produk dengan adanya komponen pakaian yang dapat
digabungkan kembali untuk mengganti komponen baru tanpa kehilangan fungsionalitas
utamanya.

Anda mungkin juga menyukai