Anda di halaman 1dari 6

Fida Nabila

20050404060

Perkembangan Fashion Pada Masa Ghotic


Pada dasarnya jika kita mendengar atau bahkan membaca tentang gothic, pasti pikirang kita
akan lagsung menuju kepada sesuatu serba hitam yang memiliki latar belakang musik – musik seram
yang mengandung alunan – alunan tentang kematian, kesesatan, kesakitan, dan kerusakan. Fashion
gothic adalah gaya pakaian yang di tandai dengan fitur gelap yang mencolok, misterius, mencolok, dan
eksotis. Gaya pakaian yang begitu mengerikan, gaya khas dari fashion gothic termasuk kulit yang di
pucatkan, bibir hitam, serta pakain yang hitam pula. Gothic banyak mengadaptasi dari gaya era Punk,
Victoria, dan Elizabeth.

Istilah gothic berasal dari nama nenek moyang bangsa jerman, visigoth, yang berkepercayaan
pagan. Orang – orang visigoth di kenal sebagai bangsa bar – bar yang pemberani. Tak heran jika mereka
menjadi musuh yang paling merepotkan tentara kerajaan romawi. Gaya seni rupa Gothic lahir pada abad
ke-13 di Eropa yang disebut abad pertengahan (abad 13 sampai abad 15). Pada abad ini gereja dibuat
dengan menara yang menjulang tinggi pada motif hias figure santa-santa berupa relief dan mozaic.
Ornamen yang berlebihan menghiasi pintu-pintu, tiang jendela dan dinding gereja, ini merupakan ciri
gaya Gothic.

Bentuk ornamen kebanyakan berupa relief dan ukiran. Patung patung gaya Gothic tidak sekaku
gaya Bizantium dan serba panjang, mungkin disesuaikan dengan tingginya gereja. Gereja-gereja
Cathedral Katolik saat ini masih mempertahankan dengan gaya Gothic. Hanya motif hiasan lebih
sederhana. Ted Polhemus menggambarkan busana gothic sebagai “profesi hitam beludru, renda,
fishnets, dengan aksesoris korset tali ketat, sarung tangan, stiletto dan perhiasan perak yang
menggambarkan tema-tema keagamaan atau gaib. Peneliti Maxim W . Furek mencatat “Goth adalah
pemberontakan terhadap mode disko tahun 1970-an dan protes terhadap warna-warna pastel dan
pemborosan tahun 1980-an. Rambut hitam, pakaian gelap dan berkulit pucat menjadi fashion wajib
untuk penikmat Gothic.
Fida Nabila
20050404060

Pakaian Perempuan dan Laki Laki Pada Masa Ghotik


Pada abad ke-13, terjadi perubahan perkembangan busana Eropa. Busana mulai
dilengkapi dengan bukaan pada bagian depan atau belakangnya yang dapat ditutup kembali.
Busana kaum lelaki saat itu menjadi semakin pendek, sehingga membuat mereka semakin
ringkas dan gesit, sedang busana perempuan menggunakan gaun dengan ekor dibelakangnya.
Selain itu pada abad ini hal-hal yang berbau mewah dan indah menjadi semakin marak
digunakan, menyebabkan busana-busana utamanya perempuan sangat dekoratif dan variatif.
Tak lupa tata warna sebagai ciri khas abad ini adalah warna-warna yang dapat
mengekspresikan suasana hati mereka, susunan warna kontras biasanya sering digunakan,
warna merah menandakan warna berkabung bagi kerabat raja Perancis. Meski warna-warna
kontras digemari, nyatanya timbul sebuah gejolak yang mengakibatkan timbulnya reaksi
terhadap warna-warna kontras. Akibatnya, hampir tiga abad kemudian warna-warna netral
seperti hitam menjadi pilihan busana. Bahkan di Istana Bourgondia dalam periode beberapa
puluh tahun hanya warna hitam, putih, dan abu-abu yang diperbolehkan. Masa warna-warna
cemerlang yang hidup dalam busana kemudian disebut sebagai masa Gotik. Pada masa ini
bahan tekstil menjadi semakin mewah, sedang bahan-bahan yang terbuat dari wol yang
sebelumnya berkembang mulai ditinggalkan dan diganti dengan sutera, taft, damast, beledru,
dan brokat.
Seabad kemudian, lelaki dan perempuan di Eropa mulai mengenal gaun luar yang ketat
atau disebut surcot. Namun agar dapat menggunakan surcot, orang harus merampingkan
badannya dengan menggunakan stagen ketat, atau lebih dikenal dengan corset. Dalam
pekembangannya busana lelaki setelahnya dikenal dengan sebutan pourpoint, atau jika
digambarkan semacam jas tutup yang pendek dan ketat pada pinggang dan pinggul dengan
bagian atas yang bidang, dilengkapi dengan lengan pof yang besar. Lengan pof besar dengan
bahu yang bidang dari puorpoint diperoleh dengan menggunakan bantalan-bantalan sekeliling
kerung lengan atau mahoitres.
Fida Nabila
20050404060

Busana yang tak kalah penting bagi kaum hawa pada periode Gotik adalah surcot
ouvert. Busana ini berbentuk jubah akbar tanpa lengan, kerung lengan berbentuk sangat besar
sehingga cotte hardie yang dikenakan di dalamnya bisa terlihat. Surcot ouvert yang
menggunakan bulu hewan sebagai hiasannya disebut sebagai hermelin. Pada bagian bawah
surcot ouvert berbentuk longgar dan panjang serta dilengkapi dengan ekor.

Sedangkan untuk busana laki-laki yang disebut ganacha dan journade. Ganacha adalah
jubah luar yang sangat bidang dan dihias dengan hermelin. Jounarde merupakan busana
dengan atau tanpa lengan, sependek pourpoint berbentuk lingkar, dan tanpa sabuk. Journade
ini banyak digunakan oleh laki-laki Italia, tak jarang juga digunakan sebagai busana ketika
menunggang kuda.
Fida Nabila
20050404060

Aksesoris dan Tatanan Rambut Pada Masa Gothic


Selain dalam segi busana yang dipakai oleh-orang pada masa Gotik, penggunaan hiasan
kepala atau tutup kepala juga menjadi ciri khas yang menarik, pada kaum laki-laki dikenal
chaperon, semacam tudung dengan ujungnya lancip (cornette), lubang wajah (visagere), dan
lubang bawah tudung (guleron).
Hiasan kepala perempuan saat itu juga tidak kalah menarik, karena pada abad-abad
tersebut perempuan menata rambutnya dengan belahan ditengah, bagian kanan-kiri rambut
kemudian dikepang dan diberi susunan sanggul dengan mempergunakan jala rambut (haarnet)
atau topi-topi pas kepala yang kecil, gaya ini dikenal dengan nama coiffe a cornes. Lalu
berkembang menjadi berbagai bentuk topi, yaitu disebut escoiffions dan hennin. Escoiffions
terbuat dari kain linnen yang dibentuk dan dikeraskan dengan kanji, yang dilapisi dengan kain
mahal dan ditaburi dengan permata. Hennin berbentuk topi panjang dan runcing (serupa topi
perayaan ulang tahun kalau digambarkan saat ini) yang berlapiskan kain mahal, dan acapkali
digunakan dengan sorban.
Fida Nabila
20050404060

Pada abad-abad pertengahan, khususnya masa Gotik yang melanda Eropa merupakan
mode yang banyak dipelopori oleh Perancis dan banyak diikuti negara-negara lain di Eropa, lalu
kemudian berasimilasi dengan local genius masyarakatnya. Namun busana-busano Gotik harus
berakhir sampai abad ke-16 dimana masa Renaisan mulai masuk ke Eropa.

Kain dan Corak yang Dipakai di Era Gothic


Pakaian khas gothic umumnya terdiri dari pakaian serba hitam yang tampak mewah. Bahan
utama untuk pakaian pakaian bertema Gothik adalah sutra, beludru, denim, kulit, renda,
organza, brokat, taffeta, dan lurex juga banyak digunakan. Tambahan pernak pernik bertema
gothic biasanya berfungsi sebagai dekorasi yang kini sangat sering digunakan dalam kostum
kostum atau busana bertema gothic modern. Untuk pilihan warna dan corak,  Hitam bukan satu-
satunya warna yang ada di subkultur Gothic. Merah tua, ungu, biru, cyan, dan putih adalah warna warna
lain yang biasa digunakan untuk menghias warna hitam sebagai dasarnya.
Fida Nabila
20050404060

Anda mungkin juga menyukai