Anda di halaman 1dari 11

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERMINTAAN PELAYANAN

KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI POLI GIGI PUSKESMAS TAMANGAPA

Factors that Relate to Demand of Dental and Oral Health Services at Dental Poly of
Puskesmas Tamangapa

Inayyah Nur Fitry, Nurhayani, Muhammad Yusran Amir


Departemen AKK Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
(inayahnfitry@gmail.com, nurhayanirahman@gmail.com, yus2010@yahoo.com, 085240955022)

ABSTRAK
Masalah kesehatan gigi dan mulut masih menjadi keluhan masyarakat Indonesia. Kesehatan
gigi dan mulut seringkali terlupakan ketika seseorang sedang menyusun agenda perawatan kesehatan.
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
sikap, keyakinan, pendapatan, kepemilikan asuransi, sarana prasarana, petugas kesehatan, dan
lokasi/jarak geografis permintaan terhadap pelayanan kesehatan gigi dan mulut di poli gigi Puskesmas
Tamangapa Kota Makassar. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional
study. Populasi pada penelitian ini sebanyak 1.444 orang yang pernah memanfaatkan pelayanan di poli
gigi Puskesmas Tamangapa. Pengambilan sampel menggunakan tekniksistematic random sampling,
diperoleh sampel sebanyak 90 orang. Hasil penelitian diperoleh variabel yang berhubungan dengan
permintaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di poli gigi Puskesmas Tamangapa adalah sikap
(p=0,046), sarana dan prasarana (p=0,019), dan lokasi/jarak geografis (p=0,044). Sedangkan variabel
yang tidak berhubungan yaitu umur (p=0,295), jenis kelamin (p=0,310), pendidikan (p=0,360),
pekerjaan (p=0,842), keyakinan (p=0,847), pendapatan (p=0,615), kepemilikan asuransi (p=0,279),
dan petugas kesehatan (p=0,733). Faktor yang berhubungan dengan permintaan pelayanan kesehatan
gigi dan mulut adalah sikap, sarana prasarana dan lokasi/jarak geografis. Sedangkan faktor yang tidak
berhubungan adalah umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, kepemilikan asuransi,
keyakinan, dan petugas kesehatan
Kata kunci: Permintaan, gigi, mulut, pelayanan kesehatan

ABSTRACT
Dental and oral health problems are currently still being Indonesia community complaints.
Dental and oral health is often forgotten when someone was drawing up the agenda of medical care.
This research aims to know the relationships between the factors of age, gender, education,
occupation, attitude, beliefs, income, ownership insurance, infrastructure, health workers, and
location with demand of dental and oral health services at dental poly of Puskesmas Tamangapa
Makassar City. This research is quantitative research using the design of cross sectional study. The
population in this study was 1.444 people ever utilizing the services at dental poly of Puskesmas
Tamangapa. The sampling was used simple random sampling technique, consist of 90 people. The
research obtained variables associated with the demand of dental and oral health services at dental
poly of Puskesmas Tamangapa is attitude (p=0,046), infrastructure (p=0,019), and
location/geographical distance (p=0,044). The variabels that are not related with the demand of
dental and oral health services at dental poly of Puskesmas Tamangapa is age (p=0,295), gender
(p=0,310), education (p=0,360), occupation (p=0.842), beliefs (p=0,847), income (p=0,615),
ownership insurance (p=0,279), and health workers (p=0,733). The factors that related with the
demand of dental and oral health services is attitude, infrastructure and location/geographic distance.
While unrelated factors are age, gender, education, occupation, income, insurance holdings,
confidence, and health workers.
Keywords: Demand, dental, oral, health services
PENDAHULUAN
Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan masyarakat Indonesia.
Kesehatan gigi dan mulut seringkali terlupakan apabila seseorang sedang menyusun agenda perawatan
kesehatan. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi nasional
masalah gigi dan mulut adalah 25,9%. Dari penduduk yang mempunyai masalah kesehatan gigi dan
mulut, persentase penduduk yang menerima perawatan medis gigi meningkat dari 29,7% pada tahun
2007 menjadi 31,1% pada tahun 2013. Sama halnya dengan Effective Medical Demand (EMD) yang
didefinisikan sebagai persentase penduduk dengan masalah gigi dan mulut dalam kurun waktu 12
bulan terakhir dan persentase penduduk yang menerima perawatan atau pengobatan gigi dari tenaga
medis gigi (dokter gigi spesialis, dokter gigi dan perawat gigi). Pada tahun 2007 persentase EMD,
yakni sebesar 6,9% dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 8,1%. Kebiasaan menyikat gigi yang
salah menjadi penyebab utama lebih dari 70% masyarakat Indonesia mengalami gigi berlubang. 1
Menurut Javalgi et.al yang dipaparkan Wirata menjelaskan bahwa salah satu faktor yang
memengaruhi permintaan pelayanan kesehatan antara lain adalah faktor aksesibilitas, faktor kedekatan
tempat pelayanan kesehatan dengan rumah tempat tinggal menjadi urutan pertama terhadap
pemanfaatan pelayanan kesehatan. 2 Menurut Sampeluna, ada empat faktor yang memengaruhi
perilaku konsumen dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan, yaitu faktor budaya (kebudayaan, sub-
budaya, dan kelas sosial), faktor sosial (kelompok acuan, keluarga, peran dan status), faktor pribadi
(umur dan tahap daur hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri), dan
faktor psikologis (motivasi, persepsi, pembelajaran, keyakinan dan sikap). 3
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jennyfer, bahwa variabel umur berpengaruh
positif, tetapi tidak signifikan terhadap pelayanan kesehatan di Kabupaten Toraja Utara. Hal ini
disebabkan mayoritas masyarakat lebih banyak menggunakan pelayanan kesehatan kuratif disebabkan
oleh semakin tua seseorang maka lebih meningkatkan permintaan terhadap pelayanan kesehatan
kuratif.4 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Asrul, penggunaan dan pemanfaatan jasa
pelayanan kesehatan di Kota Makassar dipengaruhi oleh beberapa variabel, diantaranya biaya atau
harga kunjungan dan kualitas layanan. Selain itu, pendapatan keluarga, jarak atau aksesibilitas biaya
atau harga obat alternatif dan jenis penyakit tidak memengaruhi secara signifikan terhadap
penggunaan jasa pelayanan kesehatan.5
Penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan telah diupayakan oleh pemerintah dengan
menyediakan puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Keberadaan
puskesmas sangat bermanfaat karena dapat digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Puskesmas
merupakan unit pelayanan kesehatan tingkat pertama, serta mendukung terwujudnya perubahan status
kesehatan masyarakat menuju peningkatan derajat kesehatan yang optimal. Peningkatan derajat
kesehatan hanya dapat dicapai apabila kebutuhan dan permintaan perseorangan, keluarga, kelompok,
dan masyarakat terhadap kesehatan dapat terpenuhi. Kebutuhan dan permintaan ini terdapat pada
pihak pemakai jasa pelayanan kesehatan atau terdapat pada masyarakat. 6
Dari 46 unit puskesmas yang ada di Kota Makassar, salah satu puskesmas dengan pelayanan
kesehatan gigi dan mulutnya masih rendah adalah Puskesmas Tamangapa. Hal ini dapat dilihat dari
data kunjungan di poli gigi Puskesmas Tamangapa pada tahun 2015 sebanyak 1.444 orang dari jumlah
penduduk sebanyak 11.123 jiwa, dengan persentase kunjungan hanya 12,98%. Sedangkan pada tahun
2014, jumlah kunjungan pasien di poli gigi Puskesmas Tamangapa adalah 1.503 orang dari jumlah
penduduk sebanyak 10.376 jiwa, atau dengan persentase kunjungan sebanyak 14,48%. Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor yang berhubungan
dengan permintaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan gigi dan mulut di poli gigi Puskesmas
Tamangapa Kota Makassar tahun 2017.

BAHAN DAN METODE


Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional study.
Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Tamangapa, yaitu Kelurahan Tamangapa pada
tanggal 18 Januari – 5 Februari 2017. Adapun jumlah populasi pada penelitian ini yakni sebanyak
1.444 orang. Populasi penelitian adalah semua pasien yang pernah memanfaatkan pelayanan di poli
gigi Puskesmas Tamangapa. Sampel pada penelitian ini sebanyak 90 orang yang diperoleh dengan
menggunakan probability sampling dengan teknik sistematic random sampling. Pengumpulan data
diperoleh dengan melakukan wawancara dengan responden menggunakan instrumen penelitian yakni
kuesioner dan data laporan kunjungan di poli gigi Puskesmas Tamangapa. Pengolahan data dilakukan
dengan menggunakan program SPSS dan kemudian disajikan dalam bentuk tabel disertai dengan
penjelasan dalam bentuk narasi. Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat dan bivariat
dengan uji chi square.

HASIL
Hasil penelitian memperlihatkan hubungan antara karakteristik responden, yakni umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, serta kepemilikan asuransi dengan permintaan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan gigi dan mulut di poli gigi Puskesmas Tamangapa.
Distribusi responden berdasarkan karakteristik umur dikategorikan menjadi 3 kelompok, yakni belum
produktif (<15 tahun), produktif (15 – 64 tahun), dan tidak produktif (> 64 tahun). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa paling banyak responden yang berusia produktif memanfaatkan pelayanan poli
gigi yakni sebanyak 29 orang (32,2%). Karakteristik responden menurut jenis kelamin menunjukkan
bahwa paling tinggi responden berjenis kelamin perempuan yang memanfaatkan pelayanan poli gigi
yakni sebesar 27 orang (30,0%) (Tabel 1).
Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan dibagi dalam 2 kategori yakni pendidikan
rendah yaitu responden yang tidak tamat SD sampai dengan tamat SMP dan pendidikan tinggi yaitu
responden yang tamat SMA sampai perguruan tinggi. Hasil kategori tersebut menunjukkan bahwa
paling tinggi responden dengan pendidikan rendah yang tidak memanfaatkan pelayanan poli gigi yakni
sebanyak 31 orang (34,4%). Pada karakteristik responden menurut status pekerjaan dibagi dalam dua
kategori yaitu kategori bekerja dan tidak bekerja. Hasil menunjukkan bahwa yang tidak memanfaatkan
pelayanan poli gigi paling banyak adalah responden yang tidak bekerja, yakni sebanyak 29 orang
(32,2%) (Tabel 1).
Karakteristik responden berdasarkan pendapatan menunjukkan bahwa paling tinggi responden
dengan kategori pendapatan kurang (< Rp2.250.000,-) yang tidak memanfaatkan pelayanan poli gigi
yakni sebanyak 34 orang (37,8%). Berdasarkan kepemilikan asuransi yang paling banyak
memanfaatkan pelayanan poli gigi adalah responden yang memiliki asuransi kesehatan, yakni
sebanyak 38 orang (42,2%) (Tabel 1).
Hasil penelitian selanjutnya memperlihatkan hubungan antara variabel sikap, keyakinan,
sarana prasarana, petugas kesehatan, dan lokasi/jarak geografis dengan permintaan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan gigi dan mulut di poli gigi Puskesmas Tamangapa. Distribusi responden
berdasarkan sikap terhadap pelayanan poli gigi yang paling banyak memanfaatkan pelayanan poli gigi
adalah kategori sikap yang positif yakni sebanyak 29 orang (32,2%). Selanjutnya, distribusi responden
berdasarkan keyakinan terhadap pelayanan poli gigi yang paling tinggi memanfaatkan pelayanan poli
gigi adalah responden yang berkeyakinan positif yakni sebanyak 38 orang (42,2%) (Tabel 2).
Distribusi responden berdasarkan sarana prasarana di poli gigi Puskesmas Tamangapa, yang
paling banyak tidak memanfaatkan pelayanan poli gigi Puskesmas Tamangapa adalah kategori
responden yang menilai baik yakni sebanyak 51 orang (56,7%). Distribusi responden berdasarkan
sikap petugas kesehatan di poli gigi Puskesmas Tamangapa, yang paling banyak tidak memanfaatkan
pelayanan poli gigi Puskesmas Tamangapa adalah kategori responden yang menilai baik yakni
sebanyak 48 orang (53,3%). Distribusi responden berdasarkan lokasi/jarak geografis tempat tinggalnya
dengan permintaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di poli gigi Puskesmas Tamangapa yang
paling tinggi memanfaatkan pelayanan poli gigi adalah kategori responden yang jarak tempat
tinggalnya dekat dari puskesmas yakni sebanyak 22 orang (24,4%) (Tabel 2).
Hasil uji analisis bivariat dengan menggunakan chi square menunjukkan bahwa hubungan
karakteristik responden yang terdiri atas umur (p=0,295), jenis kelamin (p=0,310), pendidikan
(p=0,360), pekerjaan (p=0,842), tingkat pendapatan (p=0,615), dan kepemilikan asuransi (p=0,279)
dengan permintaan masyarakat tidak berhubungan (Tabel 1). Selanjutnya, variabel sikap (p=0,046),
sarana prasarana (p=0,019), dan lokasi/jarak geografis (p=0,044) memliki hubungan dengan
permintaan masyarakat terhadap pelayanan poli gigi Puskesmas Tamangapa, sedangkan keyakinan
(p=0,847) dan petugas kesehatan (0,733) tidak memiliki hubungan dengan permintaan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut di poli gigi Puskesmas Tamangapa (Tabel 2).
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa untuk kategori umur yang paling banyak tidak
memanfaatkan pelayanan poli gigi di Puskesmas Tamangapa adalah kategori umur produktif. Hal ini
disebabkan karena pada kelompok usia produktif, sebagian besar responden memiliki pendapatan yang
cukup sehingga menyebabkan mereka lebih memilih untuk mendapatkan pelayanan gigi dan mulut
yang lebih maksimal di dokter gigi praktek ataupun di rumah sakit dibandingkan di poli gigi
Puskesmas Tamangapa. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara umur
dengan permintaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di poli gigi Puskesmas Tamangapa. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian Rumengan mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara umur dengan permintaan pelayanan kesehatan pada peserta BPJS Kesehatan di
Puskesmas Paniki Bawah Kecamatan Maranget Kota Manado. 7 Namun, hasil ini tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Nida’a yang mengatakan bahwa ada hubungan antara usia ibu hamil
dengan pemanfaatan pelayanan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas Sanrobone Kabupaten
Takalar.8
Hasil penelitian untuk variabel jenis kelamin menunjukkan bahwa jumlah responden berjenis
kelamin perempuan yang paling banyak tidak memanfaatkan pelayanan poli gigi di Puskesmas
Tamangapa. Hal ini disebabkan sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan dalam kategori
tersebut memiliki tingkat pendidikan yang rendah sehingga mereka kurang mengetahui seberapa
penting kesehatan gigi dan mulut untuk dirinya sendiri dan untuk keluarganya. Hasil peneitian
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan permintaan pelayanan kesehatan
gigi dan mulut di poli gigi Puskesmas Tamangapa. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Novianasari yang mengatakan bahwa tidak hubungan antara jenis kelamin dengan
permintaan pelayanan kesehatan di Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng. 9
Faktor pendidikan merupakan faktor yang secara tidak langsung turut serta mempengaruhi
kondisi sosial ekonomi keluarga sehingga juga akan mempengaruhi keluarga dalam pemanfaatan
pelayanan kesehatan. Seseorang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi maka akan memiliki
pemikiran yang lebih baik dalam mengolah informasi sehingga dapat mempengaruhi pengetahuannya
dalam suatu hal, termasuk dalam pemanfaatan pelayanan keehatan. 10 Berdasarkan hasil penelitian,
responden dengan pendidikan yang rendah tetapi tetap memanfaatkan pelayanan poli gigi di
Puskesmas Tamangapa lebih banyak dibandingkan dengan jumlah responden yang berpendidikan
tinggi dan memanfaatkan pelayanan poli gigi di Puskesmas Tamangapa. Hal ini disebabkan karena
responden yang berpendidikan rendah sebagian besar adalah peserta BPJS kesehatan yang terdaftar di
Puskesmas Tamangapa dan memiliki penghasilan yang kurang sehingga mau tidak mau mereka lebih
banyak memanfaatkan pelayanan di Puskesmas Tamangapa termasuk untuk pelayanan kesehatan gigi
dan mulutnya. Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak
mempengaruhi seseorang untuk melakukan permintaan terhadap pelayanan poli gigi di Puskesmas
Tamangapa. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni yang
mengatakan bahwa karakteristik pendidikan tidak berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan
kesehatan antara responden yang pendidikannya tinggi maupun yang pendidikannya rendah. 11
Hasil penelitian untuk variabel pekerjaan diketahui bahwa responden yang tidak bekerja lebih
banyak memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di poli gigi Puskesmas Tamangapa
dibandingkan responden yang bekerja. Hal ini disebabkan sebagian besar responden yang tidak
bekerja adalah ibu rumah tangga yang angka kerjanya yang lebih sedikit sehingga mereka lebih
memiliki kesediaan waktu yang lebih besar untuk melakukan kunjungan ke poli gigi Puskesmas
Tamangapa. Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa bekerja tidaknya seseorang tidak
mempengaruhi permintaannya terhadap pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas
Tamangapa. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rumengan yang
mengatakan bahwa pekerjaan tidak memiliki hubungan dengan permintaan terhadap pelayanan
kesehatan pada peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Paniki Bawah Kecamatan Maranget Kota
Manado.7
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap responden tentang pelayanan kesehatan gigi dan
mulut yang positif dan memanfaatkan pelayanan kesehatan di poli gigi Puskesmas Tamangapa adalah
yang paling banyak. Hal ini disebabkan karena responden menilai bahwa semakin besar risiko yang
dirasakan, semakin besar pula kemungkinan terlibat dalam sikap untuk mengurangi risiko itu sendiri.
Untuk mengurangi risiko tersebut, maka responden memilih memanfaatkan pelayanan Puskesmas
sebagai pemberi pelayanan kesehatan yang dipercaya mampu mengatasi masalah kesehatan yang
dialami. Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji chi square yang dilakukan menunjukkan bahwa
ada hubungan antara sikap dengan permintaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di poli gigi
Puskesmas Tamangapa. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasanah
bahwa ada hubungan antara sikap ibu hamil dengan pemanfaatan pelayanan Antenatal Caee (ANC) di
Puskesmas Antara Kota Makassar.12
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa keyakinan responden tentang pelayanan kesehatan
gigi dan mulut yang positif namun tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di poli gigi Puskesmas
Tamangapa adalah yang paling banyak. Hal ini disebabkan karena jauhnya jarak Puskesmas
Tamangapa dari tempat tinggal responden. Selain itu, jika timbul gejala sakit yang belum terlalu parah
masyarakat lebih untuk berobat sendiri dirumah atau membeli obat diwarung sekitar rumahnya. Hasil
analisis uji Chi Square yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara keyakinan
dengan permintaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di poli gigi Puskesmas Tamangapa. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Masita yang mengatakan bahwa tidak ada
hubungan antara keyakinan terhadap pelayanan kesehatan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan
pada masyarakat Desa Tanailadu di wilayah kerja Puskesmas Kenapa-Napa Kecamatan Mawasangka
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015.13
Pendapatan responden yang tergolong cukup namun tidak memanfaatkan pelayanan poli gigi
di Puskesmas Tamangapa adalah kategori yang paling banyak. Hal ini disebabkan karena masyarakat
mengetahui bahwa untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu adalah dengan cara
membayar. Masyarakat menilai bahwa pelayanan kesehatan gratis masih kurang baik sehingga
berdampak pada pemanfaatan pelayanan kesehatan yang rendah. Oleh sebab itu, masyarakat yang
memiliki pendapatan terggolong cukup lebih memilih untuk berkunjung ke tempat pelayanan
kesehatan gigi ataupun dokter gigi praktek yang dianggap lebih baik. Hasil analisis menggunakan uji
Chi Squaremenunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan dengan permintaan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut di poli gigi Puskesmas Tamangapa. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Napirah yang mengatakan bahwa ada hubungan antara pendapatan
dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Tambarana Kecamatan Poso
Pesisir Utara Kabupaten Poso.14
Hasil penelitian terkait kepemilikan asuransi menunjukkan bahwa yang memiliki asuransi
kesehatan namun tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di poli gigi Puskesmas
Tamangapa adalah yang paling banyak, karena kurangnya petugas kesehatan yang ada di poli gigi
Puskesmas Tamangapa sehingga responden harus mengantri cukup lama untuk mendapatkan
pelayanan. Hasil analisis menggunakan uji Chi Squaremenunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
kepemilikan asuransi dengan permintaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di poli gigi Puskesmas
Tamangapa. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Logen yang
menyatakan bahwa ada hubungan antara kepemilikan asuransi dengan pemanfaatan pelayanan
kesehatan oleh Pemulung di TPA Tamangapa Kota Makassar. 15
Hasil penelitian mengenai variabel sarana prasarana menunjukkan bahwa responden yang
menilai sarana prasarana baik adalah yang paling banyak memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi dan
mulut di poli gigi Puskesmas Tamangapa. Hal ini disebabkan karena jarak Puskesmas Tamangapa
lebih dekat dari rumah mereka. Selain itu, sebagian besar responden pada kategori tersebut
mendaftarkan fasiliitas kesehatan tingkat pertamanya di poli gigi Puskesmas Tamangapa. Hasil
analisis menggunakan uji Chi Squaremenunjukkan bahwa ada hubungan antara sarana dan prasana
dengan permintaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di poli gigi Puskesmas Tamangapa.
Berdasarkan hasil penelitian, sarana dan prasarana berkaitan dengan fasilitas kesehatan. Kenyamanan,
kebersihan, kerapihan, kelengkapan alat periksa dan ragam obat yang diberikan merupakan faktor
penting untuk menarik pasien yang dapat menjamin keberlangsungan berobat. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari yang menyatakan bahwa sarana dan
prasarana memiliki hubungan yang bermakna dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di UPTD
Puskesmas Langara Kecamatan Wawaonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan. 16
Berdasarkan hasil penelitian terkait petugas kesehatan dketahui bahwa responden yang menilai
sikap petugas kesehatan di poli gigi Puskesmas Tamangapa positif yang paling banyak memanfaatkan
pelayanan di poli gigi Puskesmas Tamangapa. Hal ini disebabkan karena mereka percaya dengan
kompetensi dokter gigi dan perawat gigi yang ada di poli gigi Puskesmas Tamangapa. Hasil analisis
menggunakan uji Chi Squaremenunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara petugas kesehatan
dengan permintaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di poli gigi Puskesmas Tamangapa.
Berdasarkan hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Tamangapa, petugas kesehatan gigi dinilai
berdasarkan sikapnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Petugas kesehatan dalam hal
ini dituntut untuk memberikan pelayanan yang baik sehingga masyarakat puas dengan sikap yang
ditunjukkan oleh petugas ksehatan di poli gigi Puskesmas Tamangapa Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara
petugas kesehatan dengan pelayanan kesehatan di UPTD Puskesmas Langara Kecamatan Wawaonii
Barat Kabupaten Konawe Kepulauan.16
Hasil penelitian mengenai lokasi/jarak geografis menunjukkan responden yang paling banyak
tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di poli gigi Puskesmas Tamangapa adalah responden yang
jarak tempat tinggalnya dekat. Hal disebabkan karena adanya faktor internal yang mempengaruhi
kurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan di poli gigi Puskesmas Tamangapa seperti motivasi dan
kepercayaan terhadap pelayanan yang diberikan, pengalaman pasien dari keluarga terhadap pelayanan
kesehatan dan kebutuhan terhadap pelayanan tersebut. Sedangkan, responden yang tempat tinggalnya
dalam kategori jauh namun tetap memanfaatkan pelayanan kesehatan di poli gigi Puskesmas
Tamangapa lebih sedikit karena masyarakat berpendapat bahwa pelayanan yang diberikan di poli gigi
Puskesmas Tamangapa cukup baik dan sarana transportasi yang mudah diakses. Hasil analisis
menggunakan uji Chi Squaremenunjukkan bahwa ada hubungan antara lokasi/jarak geografis dengan
permintaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di poli gigi Puskesmas Tamangapa. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Masita yang mengatakan bahwa ada hubungan
antara akses (jarak, waktu, dan sarana transportasi) terhadap pelayanan kesehatan dengan pemanfaatan
pelayanan kesehatan pada masyarakat Desa Tanailadu di wilayah kerja Puskesmas Kenapa-Napa
Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah. 13

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dan disesuaikan dengan tujuan penelitian, maka
kesimpulan yang dapat ditarik adalah variabel yang berhubungan dengan permintaan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan adalah variabel sikap, sarana dan prasarana, dan lokasi/jarak geografis.
Sedangkan faktor yang tidak berhubungan dengan permintaan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan gigi dan mulut di poli gigi Puskesmas Tamangapa adalah faktor umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, keyakinan, pendapatan, kepemilikan asuransi, dan petugas kesehatan. Saran
dalam penelitian ini adalah kepada Puskesmas Tamangapa adalah untuk lebih memperbaiki sistem
inventaris terutama pencatatan kunjungan pasien dan laporan tahunan puskesmas. Selain itu juga
diharapkan, pihak poli gigi Puskesmas Tamangapa agar lebih giat lagi melakukan promosi/penyuluhan
kesehatan terkait kesehatan gigi dan mulut serta lebih memperhatikan sarana dan prasarana yang ada
di poli gigi Puskesmas Tamangapa.

DAFTAR PUSTAKA
1. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI;
2013.
2. Wirata IN. Hubungan Aksessibilitas Terhadap Permintaan Pelayanan Preventif
Kesehatan. Jurnal Skala Husada [Online Journal]. 2013;10(2):184-189. [Diakses 8
Februari 2017]. Available at: http://poltekkes-denpasar.ac.id/files/JHS/V10N2/I
%20Nyoman%20Wirata1%20JHS%20V10N2.pdf.
3. Sampeluna N, Hamzah A. Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan di RSUD Lakipadada Kabupaten Tana Toraja [Skripsi]. Makassar: Unversitas
Hasanuddin; 2013.
4. MA Parung J. Analisis Permintaan Jasa Pelayanan Kesehatan Di Kabupaten Toraja
Utara[Skripsi]. Makassar: Universitas Hasanuddin; 2014.
5. Asrul A. Faktor Penentu Permintaan Layanan Kesehatan Pada Rumah Sakit Umum
Pemerintah Kota Makassar [Skripsi]. Makassar: Universitas Hasanuddin; 2012.
6. Herlina N. Gambaran dan Permintaan Pasien Terhadap Fasyankes Gigi Di Puskesmas
Kota Banjarmasin [Skripsi]. Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat; 2016.
7. Rumengan DS. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan Pada Peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Paniki Bawah Kecamatan
Mapanget Kota Manado [Skripsi]. Manado: Universitas Sam Ratulangi; 2015.
8. Nida'a A. Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care
Masyarakat Pesisir di Wilayah Kerja Puskesmas Sanrobone Kabupaten Takalar Tahun
2014 [Skripsi]. Makassar: Unversitas Hasanuddin; 2015.
9. Novianasari. Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Pelayanan Kesehatan pada Petani di
Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng [Skripsi]. Makassar: Unversitas
Hasanuddin; 2015.
10. Girma F, Jira C, Girma B. Health Services Utilization and Associated Factors in Jimma
Zone, South West Ethiopia. Ethiopian Journal of Health Sciences.2011;21(3).
11. Wahyuni NS. Faktor–Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan
kesehatan Di Puskesmas Sumber Rejo Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur
Tahun 2012[Skripsi]. Depok: Universitas Indonesia; 2012.
12. Hasana U, Amir MY. Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Antenatal Care di
Puskesmas Antara Kota Makassar [Skripsi]. Makassar: Universitas Hasanuddin; 2014.
13. Masita A. Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan pada
Masyarakat Desa Tanailadu di Wilayah Kerja Puskesmas Kenapa-Napa Kecamatan
Mawasangka Kabupaten Buton Tengan Tahun 2015 [Skripsi]. Kendari: Universitas
Haluleo; 2016.
14. Napirah MR. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tambarana Kecamatan Poso Pesisir Utara
KabupatenPoso [Skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro, 2016.
15. Logen Y. Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Oleh
Pemulung Di TPA Tamangapa [Skripsi]. Makassar: Universitas Hasanuddin; 2015.
16. Wulandari C, Ahmad L. Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan di UPTD Puskesmas Langara Kecamatan Wawaonii Barat Kabupaten Konawe
Kepulaun Tahun 2016 [Skripsi]. Kendari: Universitas Haluleo; 2016.
LAMPIRAN
Tabel 1. Hubungan Karakteristik Responden dengan Permintaan Pelayanan
Kesehatan Gigi dan Mulut di Poli Gigi Puskesmas Tamangapa Kota Makassar
Pemanfaatan Poli Gigi Total Uji X2
Karakteristik Responden Tidak
Memanfaatkan n % p
Memanfaatkan
Umur
7 5 12 13,3
Belum Produktif (< 15 tahun)
0,295
Produktif (15 – 64 tahun)
42 29 71 78,9
Tidak Produktif (> 64 tahun)
2 5 7 7,8
Jenis Kelamin
Laki-laki 21 12 33 36,7 0,310
Perempuan 30 27 57 63,3
Pendidikan
Tidak sekolah/tidak tamat SD 3 2 5 5,6
Tamat SD 16 6 22 24,4
0,360
Tamat SMP 12 15 27 30,0
Tamat SMA 12 8 20 22,2
Tamat Perguruan Tinggi 8 8 16 17,8
Pekerjaan
Tidak Bekerja
(IRT/Pensiunan) 28 23 51 56,7
PNS/TNI/Polri 8 4 12 13,3
0,842
Karyawan Swasta 6 4 10 11,1
Wiraswasta/Pedagang 6 7 13 14,4
Lain-lain (Buruh, tukang 3 1 4 4,4
bentor)
Pendapatan
< Rp2.250.000,- 34 24 58 64,4 0,615
>Rp2.250.000,- 17 15 32 35,6
Kepemilikan Asuransi
Memiliki 49 36 85 94,4 0,279
Tidak Memiliki 2 3 5 5,6
Sumber: Data Primer, 2017
Tabel 2. Hubungan Varibel Sikap, Keyakinan, Sarana Prasarana, Petugas Kesehatan,
dan Lokasi/Jarak Geografis dengan Permintaan Pelayanan Kesehatan Gigi
dan Mulut di Poli Gigi Puskesmas Tamangapa Kota Makassar
Pemanfaatan Poli Gigi Total Uji X2
Tidak
Karakteristik Responden
Memanfaatka Memanfaatkan n % p
n
Sikap
Positif 46 29 75 83,3 0,046
Negatif 5 10 15 16,7
Keyakinan
Baik 50 38 88 97,8 0,847
Kurang Baik 1 1 2 2,2
Sarana Prasarana
Baik 51 35 86 95,6 0,019
Kurang Baik 0 4 4 4,4
Petugas Kesehatan
Positif 48 36 84 93,3 0,733
Negatif 3 3 6 6,7

Lokasi/Jarak Geografis 29 32,2


Jauh 12 17 61 0,044
Dekat 39 22 67,8

Sumber: Data Primer, 2017

Anda mungkin juga menyukai