Anda di halaman 1dari 10

Hubungan karies gigi dan dental fear pada remaja Malaysia: metode variabel

laten
Abstrak
Pendahuluan: Untuk menyelidiki peran geografi (tempat tinggal) sebagai moderator
hubungan antara karies gigi dan pengalaman perawatan dengan dental fear pada subjek
berusia 16 tahun yang tinggal di Malaysia.
Metode: Digunakan metode multi stage stratified sampling. Lima ratus tiga subjek usia 16
tahun dari sekolah menengah pemerintah berpartisipasi dalam penelitian ini. Kuisioner
memeriksa profil demografik pasien dan memeriksa dental fear mereka menggunakan Dental
Fear Survey (DFS). Pemeriksaan klinis terdiri dari DMFT sebagai ukuran hasil penyakit
karies gigi dan pengalaman perawatan oleh satu pemeriksa (ICC = 0,98). Structural equation
modelling memeriksa hubungan antara dental fear dengan penyakit karies gigi dan
pengalaman perawatan
Hasil: DMFT rata-rata yaitu 2,76 (SD 3,25). Komponen DM, MT, dan FT masing-masing
0,64 (SD 1,25), 0,14 (SD 0,56) dan 1,98 (SD 2,43). Remaja pedesaan memiliki jumlah gigi
lubang dan hilang yang lebih besar daripada remaja perkotaan. Nilai DFS rata-rata yaitu 40,8
(SD 12,4). Remaja pedesaan memiliki nilai rata-rata lebih tinggi gejala dental fear
dibandingkan dengan remaja perkotaan. Hubungan antara dental fear (DFS) dan penyakit
karies gigi dan pengalaman perawatan (DMFT) yaitu 0,29, p < 0,0001. Structural equation
model cocok sekali dengan data kasar (x2 = 9,20, df = 8, p = 0,34). Semua komponen DMFT
sangat berkaitan dengan kekuatan sama dari variabel laten unidimensional penyakit karies
gigi dan pengalaman perawatan. Kekuatan hubungan antara dental fear dan penyakit karies
gigi dan pengalaman perawatan bervariasi sesuai dengan tempat tinggal.
Kesimpulan: Kesimpulannya terdapat hubungan antara dental fear dan penyakit karies gigi
dan pengalaman perawatan pada remaja usia 16 tahun yang tinggal di Malaysia. Penelitian ini
menunjukkan bahwa dikotomi desa-kota berperan sebagai moderator dalam hubungan ini.
Kata kunci: DMFT, Dental fear, Remaja
Pendahuluan
Prevalensi gigi lubang pada orang Malaysia dewasa sebesar 90% dengan lebih dari 10 gigi
yang terkena. Selain itu, orang yang tinggal di pedesaan memiliki prevalensi pengalaman
lubang gigi aktif yang lebih besar daripada orang yang tinggal di perkotaan. Pengamatan ini

dianggap menakut-nakuti karena School Dental Service (SDS) di Malaysia telah ada sejak
tahun 1950-an dan pada tahun 1985 berkembang menjadi pelayanan kesehatan gigi
komprehensif bagi anak sekolah. Tujuan pelayanan ini yaitu untuk memastikan bahwa anak
sekolah giginya sehat pada akhir pendidikan sekolah mereka, dan untuk mencapai tujuan ini
SDS menyediakan pelayanan gigi tambahan sampai usia 17 tahun. SDS menawarkan
pelayanan pencegahan kesehatan mulut dan perawatan gigi. Aktivitas preventif dalam
sekolah meliputi edukasi kesehatan gigi, pameran gigi, program menyikat gigi, dan aplikasi
fissure sealant. Perawatan gigi meliputi skaling dan polishing, penambalan dan ekstraksi gigi.
Pemberian pelayanan kesehatan mulut dilakukan melalui klinik gigi sekolah yang terletak
dalam daerah sekolah atau tim gigi mobile yang menggunakan mobile dental unit atau mobile
dental clinic dalam bus atau karavan. Mobile dental unit umumnya digunakan dalam daerah
pedesaan.
Walaupun memiliki pelayanan kesehatan gigi yang dapat diakses, tetap ada prevalensi tinggi
lubang gigi pada dentin dan gigi yang hilang pada populasi dewasa khususnya di daerah
pedesaan. Apakah penjelasan yang mungkin untuk pengamatan ini? Apakah ini
mencerminkan berkurangnya aksesibilitas perawatan gigi yang berhubungan dengan tempat
tinggal? Mungkinkah ini berkaitan dengan anak Malaysia yang baru lulus sekolah yang
mengalami tidak hanya penghalang fisik (geografi), tapi juga psikologis (dental anxiety)
dalam mengakses perawatan gigi? Menggunakan kerangka faktor aksesibilitas Cohen, ini
memberi anggapan bahwa kemungkinan penghalang dalam mengakses perawatan gigi yaitu
dental anxiety yang berhubungan dengan pengalaman menakutkan perawatan gigi
sebelumnya. Mungkinkah anak Malaysia yang baru lulus sekolah menghindari perawatan
gigi karena dental fear? Dengan dukungan anjuran sebelumnya, survey kepuasan dengan SDS
diantara 438 remaja usia 16 tahun, Othman dan Jaafar menemukan bahwa ketakutan pada
perawatan gigi merupakan hal utama yang berhubungan dengan menghindari perawatan gigi
dan tidak diterimanya perawatan yang disediakan berhubungan dengan dental fear yang
ekstrim pada kelompok lain anak Malaysia sekolah dasar.
Hubungan antara pengalaman perawatan gigi yang menakutkan dan dental anxiety telah
diajukan dalam literatur dengan beberapa ahli teori yang mengusulkan bahwa terdapat pula
hubungan antara penyakit karies gigi dan perawatan dengan dental fear. Beberapa
menunjukkan hubungan positif, sementara yang lain menunjukkan hubungan negatif antara
dental fear dengan karies gigi dan pengalaman perawatan. Penjelasan yang mungkin
mengenai kurangnya persetujuan dalam semua penelitian sebelumnya yaitu mereka

menggunakan variabel kasar dalam analisis mereka tanpa mengatur pengukuran error. Hal ini
tidak

dapat

dihindari

akan

menghasilkan

hubungan

yang

lebih

rendah

karena

atenuasi/pelemahan. Pembuatan variabel laten dan penggunaan structural equation modelling


memungkinkan untuk menguji hubungan variabel asli dengan mengeluarkan sebagian
error. Sehingga, pengembangan metodologis positif dapat diperkenalkan untuk membantu
penelitian hubungan antara dental fear dengan karies gigi dan pengalaman perawatan.tidak
adanya
Walaupun dental fear sementara diteliti secara luas di seluruh dunia, sedikit penelitian yang
ada di Malaysia. Penting sekali untuk dalam SDS, beberapa usaha diarahkan pada menyadari
dan membantu anak yang khawatir mengenai giginya dan remaja yang mengatasi dental
anxiety mereka sehingga di masa yang akan datang mereka dapat mengakses pelayanan gigi
tanpa kekhawatiran dan ketakutan.
Selain itu, peran lokasi dalam penelitian penyakit gigi merupakan gambaran yang juga
diperiksa di Malaysia. Dinyatakan bahwa kemudahan mengakses dapat lebih menguntungkan
di daerah perkotaan dan bahwa tidak berkunjung dalam pelayanan gigi dalam kota akan lebih
sedikit dibandingkan dengan daerah pedesaan karena lokasi geografi. Karena itu, kurangnya
kunjungan ke rural dental clinic untuk perawatan preventif dan peningkatan kunjungan untuk
perawatan rasa sakit dapat mengakibatkan peningkatan dental fear. Akibatnya, hubungan
antara dental anxiety dengan penyakit karies gigi dan pengalaman perawatan dapat lebih
sedikit pada daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Karena itu, geografi
atau tempat tinggal dapat berperan sebagai moderator hubungan antara dental anxiety dengan
karies gigi dan pengalaman perawatan. Metodologi yang dipaparkan di atas dapat membantu
dalam hal ini. Karena itu, tujuannya yaitu memeriksa peran geografi (tempat tinggal) sebagai
moderator dalam hubungan antara karies gigi dan pengalaman perawatan dengan dental fear
pada anak usia 16 tahun di Malaysia.
Metode
Sampel
Peserta yaitu subjek berusia 16 tahun dari 3 kelompok suku utama: Malaysia, China, dan
India yang tinggal dan mengikuti sekolah di daerah kota dan desa di South-West District
Pulau Penang. Distrik ini cukup maju dan dikenal dengan produksi pertaniannya, dan
merupakan satu dari lima distrik administratif dari pulau tersebut dan wilayah Penang.
Daerah pedesaan mudah diakses lewat jalan., Penelitian menggunakan metode multi-stage

stratified sampling. Sekolah dibagi menjadi kota dan desa pada tahap pertama, menurut
klasifikasi departemen pendidikan lokal. Semua sekolah (dua kota dan empat desa) di SouthWest District dimasukkan. Dua sekolah tidak dimasukkan karena sebagian besar siswa
tinggal di distrik lain. Peserta yang orang tuanya telah menandatangani formulir persetujuan
untuk SDS dimasukkan dalam sampel akhir (98,5%). Namun, 24 peserta tidak dimasukkan
karena orang tua mereka tidak menyetujui perawatan gigi yang disediakan oleh SDS.
Terdapat 1564 anak dimana 675 tinggal di kota dan 889 tinggal di desa. Siswa Malaysia dan
China dibagi menurut jenis kelamin mereka dan dipilih dengan proportionate sampling dari
daftar kelas. Karena hanya ada 91 siswa India, maka semua dimasukkan dalam penelitian.
Jumlah sampel minimal dihitung berdasarkan single proportion formula dan prevalensi karies
usia tertentu dari Survey Kesehatan Mulut anak sekolah tahun 2007. Tambahan 20%
dimasukkan untuk meningkatkan tingkat respon. Perkiraan jumlah sampel minimum yang
dihitung sebesar 444. Perkiraan jumlah sampel terus meningkat untuk memasukkan semua
anak yang dipilih dari daftar kelas.
Kuisioner
Digunakan 20 soal Dental Fear Survey (DFS) Kleinknecht. Pengukuran terdiri dari tiga
faktor: menghindari perawatan gigi (prilaku), gejala somatik anxietas (psikologis), dan
kegelisahan yang disebabkan oleh stimulus gigi (perasaan), dengan tambahan satu pertanyaan
mengenai dental fear pada umumnya. Tiap soal dinilai dengan ukuran 5 poin Likert dengan
beban yang sama pada semua soal dengan nilai dimulai dari 20 (tidak ada dental fear) sampai
100 (dental fear ekstrim). Kuisioner dirubah menjadi Bahasa Melayu (versi Malaysia) dan
dirubah kembali menjadi bahasa Inggris. Kuisioner diisi sendiri dalam kelas.
Pemeriksaan gigi
Pemeriksaan menggunakan DMFT sebagai pengukur penyakit dan pengalaman perawatan.
Komponen D diartikan sebagai pengalaman lubang gigi yang tampak. Pengalaman lubang
gigi yang tampak meliputi karies pada pulpa (lubang yang parah) dan pada dentin, serta pada
enamel untuk meningkatkan pencatatan ambang batas penyakit. Pengalaman perawatan
diperiksa melalui komponen F dari DMFT sebagai indeks perawatan (F/DMFT%) juga
melalui komponen M (M/DMFT%). Sebelum pengumpulan data, dilakukan kalibrasi
pemeriksa dan pemeriksaan reliabilitas pemeriksa (satu pemeriksa). Nilai intra-class
corelation coeficient (ICC) sebesar 0,98. Pelatihan pemeriksa dilakukan di sekolah
kedokteran gigi oleh penguji. Saat survey, pemeriksaan berulang dilakukan pada 5% peserta

yang dilakukan setiap hari. Subsampel ini dipilih secara acak dengan ahli menulis kedokteran
gigi. Reliabilitas pemeriksa tinggi dengan nilai ICC 0,99.
Pemeriksaan gigi dialkukan setelah pengisian kuisioner selesaidi ruangan lain menggunakan
kursi dental portabel dan penerangan buatan standar portabel. Selama pengumpulan data,
terdapat dua ahli menulis kedokteran gigi.
Pertimbangan etis
Persetujuan etis diperoleh dari Komite Etis, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Malaya,
sebelum dilakukan penelitian. Izin untuk melakukan penelitian juga diperoleh dari
Kementrian Pendidikan, State School Director, dan kepala sekolah dari semua sekolah yang
ikut serta.
Metode statistik
Semua data dimasukkan dalam SPSS v15. Analisa yang dilakukan meliputi pemecahan
frekuensi variabel kategorikal, dan rata-rata (SD) statistik yang berasal dari variabel
kontinyu. Total skala nilai dianggap sebagai skala interval. Konsistensi internal sub-skala
dental fear diperiksa menggunakan Cronbachs alpha [menghindari perawatan gigi (0,71),
gejala somatik anxietas (0,70), dan kegelisahan karena stimulus gigi (0,90)]. Mann-Whitney
U-test dihitung untuk membandingkan nilai rata-rata. Structural equation model didesain
untuk memeriksa secara detail hubungan antara dental fear dengan penyakit karies gigi dan
pengalaman perawatan. Model tersebut terdiri dari dua faktor laten, yaitu penyakit karies gigi
dan pengalaman perawatan (dibagi dalam tiga variabel: jumlah gigi yang lubang, hilang, dan
ditambal) dengan dental fear (dibagi dalam tiga sub-skala: menghindari perawatan gigi;
gejala somatik dan stimulus gigi). Tiap dua set variabel membentuk error (gangguan),
memungkinkan korelasi disattenuated atau korelasi sebenarnya dapat diamati. Keberhasilan
menentukan tiap variabel dental fear dan penyakit karies gigi, serta variabel laten pengalaman
perawatan dapat diperiksa dengan mengecek beban faktor dari variabel laten pada indikator
mereka masing-masing. Perkiraan kesamaan nilai tersebut akan mendukung penggunaan cara
variabel laten dan tidak membutuhkan model tambahan untuk menjalankan indikator yang
berbeda. Perkiraan maximum likelihood digunakan untuk mempersiapkan perkiraan
parameter menggunakan AMOS v17 yang memungkinkan perhitungan solusi model dan
model selanjutnya yang sesuai untuk memeriksa efek penengah tempat tinggal remaja (kota
dan desa). Multi-group SEM diaplikasikan untuk menguji kesamaan grup kovarian antara
faktor laten dental fear dan pengalaman karies gigi untuk semua tempat tinggal. Uji ini

diaplikasikan dengan menjalankan unconstrained model dan constrained model (kovarian


diatur sama pada kedua grup) secara bersamaan dan membandingkan hasil statistik chisquare. Perbedaan kecil yang tidak signifikan antara nilai chi-square model keseluruhan akan
mengindikasikan persamaan antara pasangan grup (kota dan desa). Maximum likelihood
method memberikan petunjuk mengenai keseluruhan goodnes of fit meliputi keseluruhan Chi
square, Comparative Fit Index (CFI), dan Root Mean Square Error of Approximation
(RSMEA). Dua indeks terakhir masing-masing diatur >0,95 dan <0,06 sebagai indikasi data
kasar yang wajar dari model. Parameter perkiraan terbagi berdasarkan standar error akan
memberikan critical ratio (CR) yang bagi alpha level 0,05 akan menjadi kurang dari atau
sama dengan 1,96. Perkiraan bootstrap (2000 sampel diambil) dihitung untuk memperoleh
unbiased confidence interval untuk model akhir. Hal ini ditambahkan oleh Bollen-Stine
bootstrap procedure untuk menguji keseluruhan bias karena penggunaan maximum likehood
dalam peneliitian ini dengan sampel yang dapat menunjukkan distribusi yang tidak seimbang.
Karena itu, model Chi Square disesuaikan untuk kesalahan spesifikasi distribusional. Semua
uji statistik dilakukan dua sisi dan alpha diatur pada 0,05.
Analisis kekuatan menggunakan metode MacCullum Browne dan Sugawara dilakukan untuk
menentukan ukuran sampel yang sesuai yang dibutuhkan bagi model SEM dengan kekuatan
0,80 pada tingkat signifikansi 0,05 untuk menguji hipotesis perfect fit (null hypothesis Ha:
RMSEA = 0,00) dengan moderate fit (Ha: RMSEA = 0,06). Dengan derajat kebebasan diatur
pada 8 untuk model pengukuran, jumlah kasus dihitung kira-kira sebesar 520.
Hasil
Total 518 remaja berusia 16 tahun dipilih dari daftar sekolah yang dipilih. Namun, 15 peserta
tidak datang saat masa pengambilan data. Tingkat respon sebesar 97,1% dan 503 peserta
menyelesaikan kuisioner dan pemeriksaan oral. Terdapat lebih banyak peserta dari desa
dibandingkan dengan kota (1,5 : 1) sementara proporsi wanita (53,5%) dengan pria (46,5%)
hampir sama.
Nilai Dental Fear Survey antara 20 sampai 79; nilai rata-rata semua peserta sebesar 40,8 (SD
12,43). Tabel 1 memeriksa variasi nilai komponen rata-rata DFS berdasarkan tempat tinggal.
Terdapat perbedaan signifikan pada nilai rata-rata gejala somatik anxiety antara remaja yang
tinggal di desa (8,86 2,94) dan remaja yang tinggal di daerah kota (8,05 2,62). Tidak
terdapat perbedaan signifikan pada nilai rata-rata untuk menghindari perawatan gigi atau
dental anxiety yang disebabkan oleh stimulus gigi berdasarkan tempat tinggal.

Nilai rata-rata DMFT untuk semua remaja sebesar 2,76 (SD 3,25). Komponen DT, MT, dan
FT masing-masing 0,64 (SD 1,25), 0,14 (SD 0,56) dan 1,98 (SD 2,43). Komponen D
menyumbang 23,30% dan komponen M sebesar 5,40% dari nilai rata-rata DMFT. Komponen
F yang merupakan indeks perawatan sebesar 71,70%. Tabel 2 menunjukkan nilai rata-rata
gigi lubang (DT), gigi hilang (MT), dan gigi tambalan (FT) berdasarkan tempat tinggal.
Remaja desa memiliki nilai rata-rata DMFT yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja
kota. Untuk remaja kota, 13,10% dari DMFT berasal dari komponen D, 2,30% dari
komponen M, dan 83,70% dari komponen F. Dari remaja desa, 27,10% dari DMFT berasal
dari komponen D, 6,30% dari komponen M, dan 66,20% dari komponen F. Rata-rata DT dan
MT secara statistik lebih tinggi pada remaja desa daripada remaja kota.
The fit of structural equation model untuk total sampel sangat baik seperti ditunjukkan oleh
nilai chi-square kecil = 9,20, df = 8, p = 0,325; serta statistik fit: CFI = 0,997 dan RMSEA =
0,017; 95% CI: 0,000 sampai 0,057. Parameter perkiraan standar ditampilkan pada Tabel 3,
dan sama dengan beban faktor. Mereka menunjukkan variabel gigi lubang, gigi hilang dan
tambalan memiliki nilai eksplanatory yang sama untuk menggambarkan variabel laten
penyakit karies gigi dan pengalaman perawatan. Sebagai tambahan, kesamaan beban faktor
ini mendukung pandangan kami bahwa variabel laten ditentukan seragam oleh tiga indikator:
DT, MT, FT. Gejala somatik dan subskala menghindari perawatan gigi sangat berkaitan
dengan faktor laten dental fear. Variabel dental stimuli memiliki kaitan kurang erat.
Korelasi keseluruhan antara kedua variabel laten adalah 0,292, menunjukkan rasio kritis yang
tinggi (CR) sebesar 3,711 (p < 0,0001).
Prosedur boot strapping (Bollen-Stine) menunjukkan nilai p yang mirip yaitu 0,369 yang
berhubungan dengan maximum likehood chi square yang dilaporkan di atas (p = 0,325).
Hasil ini menunjukkan bahwa data kasar tidak menyimpang secara sistematik dari anggapan
distribusi normal.
SEM memungkinkan peneliti untuk memperbaiki parameter untuk diatur sama pada sampel
yang ditentukan. Untuk menguji kesamaan model fit pada dua kelompok geografis yaitu:
desa dan kota, ditemukan bahwa memaksa kovarian antara dental fear dengan pengalaman
karies gigi berdasarkan tempat tinggal memang menghasilkan nilai chi-square yang lebih
tinggi (perbedaan chi-square = 5,76, df = 1, p < 0,05). Ini menunjukkan bahwa terdapat
korelasi yang berbeda secara signifikan berdasarkan tempat tinggal remaja (Tabel 4).

Pada pemeriksaan ditemukan bahwa sampel dari desa menunjukkan korelasi yang signifikan
sebesar 0,308 (CR = 2,99, p= 0,003) antara penyakit karies gigi dan pengalaman perawatan
dengan dental fear, sementara pada remaja kota sebesar 0,163 (CR = 1,44, p = 0,150) yang
merupakan nilai yang tidak signifikan.
Diskusi
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti peran geografis (tempat tinggal) sebagai moderator
dalam hubungan antara penyakit karies gigi dan pengalaman perawatan dengan dental fear
pada anak usia 16 tahun yang tinggal di Malaysia. Structural equation model didesain untuk
memeriksa secara detail hubungan antara dental fear dengan penyakit karies gigi dan
pengalaman perawatan.
Nilai rata-rata penyakit karies gigi dan pengalaman perawatan yaitu 2,76 dengan 71,70% dari
DMFT terdiri dari tambalan gigi. Perbedaan prevalensi gigi lubang dan hilang dicatat antara
populasi kota dan desa. Remaja desa memiliki jumlah gigi yang lubang dan hilang yang lebih
besar. Sementara semua remaja memiliki gigi karies yang ditambal atau dicabut, terdapat
perbedaan dalam tingkat pengalaman perawatan. Perbedaannya, contoh dalam proporsi
DMFT yang ditunjukkan oleh komponen M pada remaja yang tinggal desa dengan yang
tinggal di kota menunjukkan bahwa selain perawatan restoratif, remaja yang tinggal di desa
juga memiliki intervensi bedah (pencabutan) yang lebih besar. Beberapa dukungan untuk
masalah ini dapat diambil dari perbandingan Indeks Perawatan yaitu 66,20% pada remaja
yang tinggal di pedesaan dibandingkan dengan 83,70% pada remaja yang tinggal di
perkotaan. Temuan ini menunjukkan bahwa intervensi restoratif di kota lebih besar
dibandingkan dengan di desa. Survey epidemiologi sebelumnya dari anak sekolah usia 16
tahun juga memberikan bukti tambahan karena perawatan karies gigi berbeda pada
hubungannya dengan adanya restorasi dan pencabutan gigi dalam populasi yang tinggal di
desa dengan yang tinggal di kota.
Remaja pedesaan lebih takut dengan perawatan gigi daripada remaja perkotaan. Penjelasan
yang mungkin dari peningkatan dental fear pada daerah pedesaan mungkin karena beragam
jenis perawatan gigi yang diterima dan/atau karena perbedaan jenis pelayanan gigi yang
tersedia. Contohnya, mobile dental unit menyediakan perawatan gigi pada sekolah di
pedesaan sementara pada sekolah di perkotaan, klinik gigi terletak dalam wilayah sekolah.
Selain itu, saat ditanyakan lebih dari sepertiga remaja desa tidak puas dengan pelayanan gigi
yang diberikan oleh mobile dental unit.

Terdapat temuan yang tak terduga yaitu kontribusi yang sama dari tiap komponen terhadap
variabel laten pengalaman karies. Penting untuk dicatat bahwa analisis ini menunjuk secara
khusus pada sifat hubungan antara tiap indikator, yaitu DT, MT, dan FT, serta bukan nilai
rata-rata tiap indikator. Kemungkinan bahwa tiap indikator memberikan kontribusi yang
sama yang membutuhkan replikasi dengan sampel lain, namun peneliti dapat memastikan
bahwa tiap aspek pemeriksaan klinis penting untuk dapat mengerti hubungan pengalaman
karies dengan faktor psikososial dan demografi lain.
Meskipun penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara penyakit karies gigi
dan pengalaman perawatan dengan dental fear, serta geografi yang berperan sebagai
moderator. Kekuatan model tampak masuk akal, karena tidak dipengaruhi secara luas oleh
naik-turunnya distribusi yang non-normal seperti ditunjukkan oleh prosedur bootstrapping.
Sementara arah efek dapat dipertanyakan oleh beberapa peneliti, tampaknya bagi kami tanpa
melihat arah efek, kami menunjukkan bukti kuat mengenai hubungan antara dental fear
dengan penyakit karies gigi dan pengalaman perawtan. Kekuatan hubungan antara sampel
kota dan desa tidak sama. Ditemukan bukti adanya hubungan yang kuat pada peserta dari
desa daripada peserta dari kota. Ini menunjukkan bahwa terdapat gradien sosial yang
berhubungan dengan pengalaman perawatan. Gagasan mengenai gradien sosial (dari kota ke
desa) dinyatakan dengan peningkatan proporsi DMFT yang terdiri dari gigi hilang pada
remaja yang tinggal di desa dibandingkan dengan peningkatan Indeks Perawatan pada remaja
yang tinggal di daerah perkotaan di Malaysia. Penggunaan multipel grup SEM
memungkinkan pengujian komprehensif konsistensi hubungan antara penyakit karies gigi dan
pengalaman perawatan dengan dental fear pada sampel remaja usia 16 tahun yang tinggal di
Malaysia.
Penelitian sebelumnya mengenai penyakit karies gigi dan pengalaman perawatan dengan
dental fear telah dihambat oleh kelemahan metodologis dalam perbaikan pengukuran error
dalam pemeriksaan penyakit dan psikologis. Penggunaan maximum likehood estimation
dalam structural equation framework memungkinkan pengujian simple disattentuated
correlational model antara dua konsep laten dalam data kasar kami. Kemampuan generalisasi
kekuatan hubungan antara DMFT dengan dental fear dapat tetap kuat walaupun penelitian ini
terbatas pada satu negara, karena efek ini kurang dipengaruhi oleh nilai rata-rata beragam
indikator yang terdiri dari variabel laten ini. Selain itu, dengan dukungan pendapat bahwa
tingkat fit sangat baik seperti ditunjukkan oleh nilai chi-square non-signifikan untuk uji

secara keseluruhan, dan sebagai tambahan, indeks fit masih masuk dalam batas yang
disarankan.
Kesimpulan
Structural equation model didesain untuk memeriksa secara detail hubungan antara dental
fear dengan penyakit karies gigi dan pengalaman perawatan, dengan geografi yang berperan
sebagai moderator. Temuan yang diperoleh menunjukkan lebih banyak bukti untuk
mendukung hubungan antara penyakit karies gigi dan pengalaman perawatan

dengan

geografi (lokasi) yang berperan sebagai moderator. Pekerjaan di masa depan membutuhkan
pengembangan model yang lebih kompleks untuk lebih mengerti mengenai dinamika dental
fear dan kemungkinan pengaruhnya pada karies gigi.
Tabel 1. Perbandingan nilai subskala rata-rata dental fear remaja berdasarkan tempat tinggal
Tabel 2. Perbandingan penyakit karies gigi dan pengalaman perawatan (DMFT) remaja
berdasarkan tempat tinggal
Tabel 3. Perkiraan parameter standar (maximum likelihood) beban faktor dari structural
equation model total sampel
Tabel 4. Perbandingan structural equation model

Anda mungkin juga menyukai