Pengkajian komunitas merupakan suatu proses dan upaya untuk dapat mengenal masyarakat.
Warga masyarakat merupakan mitra dan berkontribusi terhadap keseluruhan proses. Tujuan
keperawatan dalam mengkaji komunitas adalah mengidentifikasi faktor-faktor (baik positif maupun
negatif) yang mempengaruhi kesehatan warga masyarakat agar dapat mengembangkan strategi
promosi kesehatan.
Hancock dan Minkler (1997), mengemukakan bahwa bagi profesional kesehatan yang peduli tentang
membangun masyarakat yang sehat, ada dua alasan dalam melakukan pengkajian kesehatan
komunitas, yaitu sebagai informasi yang dibutuhkan untuk perubahan dan sebagai pemberdayaan.
Saat melakukan pengkajian promosi kesehatan, perawat perlu menentukan prioritas. Hirarki Maslow
(1970) tentang kebutuhan merupakan metode yang sangat berguna untuk menentukan prioritas.
Hirarki tentang kebutuhan manusia mengatur kebutuhan dasar dalam lima tingkat.
Saat melakukan pengkajian promosi kesehatan, perawat perlu menentukan prioritas. Hirarki Maslow
(1970) tentang kebutuhan merupakan metode yang sangat berguna untuk menentukan prioritas.
Hirarki tentang kebutuhan manusia mengatur kebutuhan dasar dalam lima tingkat.
Diagram maslow
Tingkat pertama atau tingkat paling dasar mencakup kebutuhan seperti udara, air, dan
makanan.
Tingkat kedua mencakup kebutuhan keselamatan dan keamanan.
Tingkat ketiga mengandung kebutuhan dicintai dan memiliki.
Tingkat keempat mengandung kebutuhan dihargai dan harga diri.
Tingkat kelima adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri
Bradshaw (1972), secara umum mengunakan suatu taksonomi yang membedakan kebutuhan
kesehatan dan sosial menjadi empat tipe kebutuhan, yaitu:
Kebutuhan normatif - Didasarkan pada pertimbangan ahli profesional. Contohnya
perencanaan karir, keuangan, asuransi, dan liburan.
Kebutuhan yang dirasakan - Kebutuhan yang diidentifikasi sebagai apa yang mereka inginkan.
Tergantung pada kesadaran dan pengetahuannya
Kebutuhan yang dinyatakan - Kebutuhan yang dirasakan yang telah diubah menjadi
permintaan yang terungkap (demand), biasanya berupa keinginan. Kebutuhan ini bisa
bertentangan dengan kebutuhan normatif.
Pada promosi kesehatan perawat lebih banyak berperan sebagai fasilitator self-care
dibandingkan pemberi asuhan keperawatan. Proses pengkajian ditujukan untuk mengkaji klien,
termasuk individual client, keluarga atau komunitas dan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan
kekuatan serta sesuai dengan hasil (Roberta Hunt, 2005).
Proses dimulai dari pengkajian kualitas hidup, masalah kesehatan, masalah perilaku, faktor
penyebab, sampai keadaan internal dan eksternal. Output pengkajian ini adalah pemetaan
masalah perilaku, penyebabnya, dan lain-lain.
Proses pengkajian dalam promosi kesehatan dapat dilakukan dengan memberikan beberapa
pertanyaan, yaitu tentang:
1. Kebutuhan individu
Untuk seorang perawat pemberi promosi kesehatan yang bekerja dengan klien individu, ini
sangat penting untuk diketahui agar dapat meningkatkan partisipasi klien dalam proses
keperawatan.
2. Riwayat komunitas
Bagi perawat komunitas selain untuk mengidentifikasi kebutuhan mereka, bekerja dengan
kelompok atau komunitas pengetahuan tentang profil komunitas dapat menjadikan pengkajian
lebih sistematik daripada melakukan pengamatan subjektif.
3. Pandangan masyarakat
Perawat pemberi promosi kesehatan perlu mendengarkan pandangan masyarakat. Hal ini
penting untuk dilakukan karena:
Perawat perlu mendorong masyarakat lokal untuk terlibat secara langsung dalam
proses.
Perawat perlu memberi keyakinan bahwa perawat menyediakan informasi yang berguna
dalam memenuhi kebutuhan dalam aktivitas masyarakat.
Proses ini dapat dikatakan tidak berhasil jika masyarakat pasif dalam penyediaan informasi dan
tidak berpartisipasi secara langsung dalam proses promosi kesehatan. Untuk membuat
masyarakat mau berpartisipasi dalam proses promosi kesehatan, perawat dapat meminta
bantuan dengan cara melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat, seperti:
Tokoh yang memiliki pengetahuan tentang isu umum dalam masyarakat, misalnya guru;
Pemuka agama;
Tokoh yang penting dalam jaringan informal dan memiliki peranan dalam local
communication seperti shopkeepers dan bookmakers.
4. Bagaimana kita bisa mengidentifikasi kebutuhan promosi kesehatan? Dan dari mana saja
sumber-sumber yang dapat digunakan?
Data primer: secara langsung diambil dari objek/sasaran, baik perorangan, kelompok,
organisasi maupun masyarakat.
Data sekunder: data yang didapat tidak secara langsung dari objek/sasaran. Data yang
didapat sudah jadi, yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara/metode,
baik komersial maupun non komersial, misalnya melalui media cetak maupun elektronik.
Data epidemiologi
Data sosial ekonomi
Pandangan profesional
Informasi Kualitas Kehidupan: diperoleh dengan melihat data sekunder (Strata keluarga)
informasi ini hanya berfungsi sebagai latar belakang masalah saja.
Informasi tentang perilaku sehat: diperoleh dari kunjungan rumah atau di Posyandu
Informasi tentang faktor penyebab (predisposing, enabling dan reinforcing factors)
diperoleh melalui survei cepat etnografi (Rapid etnography assesment) yang dilakukan
oleh tingkatan kabupaten atau kota.
Informasi tentang faktor internal (tenaga, sarana, dana promosi kesehatan) dan
eksternal (peraturan, lingkungan di luar unit) diperoleh dari lapangan/tempat.
Dalam melakukan pengkajian dibutuhkan suatu metode yang bertujuan untuk mengumpulkan
data yang terdiri dari:
o Informant Interviews, informasi yang diperoleh dari informan adalah kunci melalui
wawancara atau focus group discussion sangat menolong dalam mengatasi masalah
o Participant Observation, kita dapat mengkaji data objektif berdasarkan orang, tempat dan
social system yang ada di komunitas. Informasi ini dapat membantu mengidentifikasi tren,
kestabilan dan perubahan yang memberi dampak kesehatan individu di komunitas.