Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGERTIAN LOGIKA

Dosen pengampu : Jusmawati S.Pd.,M.Pd

OLEH

NAMA : KURNIAWATI BUTON

NIM : C1C120027

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

’
Assalamualikum Warahmatullahi Wabarakatuh.segala puji bagi Allah SWT, yang telah
memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga
penulis dapat meneyeselaikan makalah mata kuliah Logika dengan judul “ PENGERTIAN
LOGIKA” Kemudian shalawat serta salam kita sampaikan kepada nabi besar kita Muhammad
’ dan sunnah untuk keselamatan
SAW. yang telah meberikan pedoman hidup yakni Al-Quran
umat di dunia.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.

Demikian makalah ini penulis susun, apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dan
banyak terdapat kekurangan, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Makassar , 04 FebruarI 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ….………………………………………..


KATA PENGANTAR ………………………………………..
DAFTAR ISI ………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ………………………………………..
B. Rumusan masalah ………………………………………..
C. Tujuan ………………………………………..
D. Manfaat………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian logika...........................................
B. Objek dari logika..................................................
C. Pembagian logika dari segi jenis, metode dan kualitas logika............
D. Sejarah perkembangan logika.................................
E. Hukum mempelajari logika.......................................
F. Manfaat mempelajari logika .........................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ………………………………………
B. Saran ………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA…………………………..
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata logika atau logis sangat akrab dengan kita. Kita sering berbicara tentang
prosedur yang logis sebagai lawan dari prosedur yang tidak logis, penjelasan yang logis
sebagai lawan dari penjelasan yang tidak logis, pikiran yang logis sebagai lawan dari
pikiran yang tidak logis, tindakan yang logis sebagai lawan dari tindakan yang tidak logis.
Dalam contoh-contoh tersebut kata logis dipakai dalam arti yang sama dengan masuk akal,
dapat dimengerti.

Untuk mengerti apa sesungguhnya logika, kita harus mempelajarinya secara teratur
dan sistematis. Mempelajari logika berarti mempelajari metode-metode dan prinsip-prinsip
yang dipakai untuk membedakan penalaran yang tepat (valid) dari penalaran yang tidak
tepat (valid). Itu tidak berarti bahwa mempelajari logika merupakan satu-satunya cara yang
membuat orang bernalar secara tepat. Akan tetapi, orang yang telah mempelajari logika
lebih mungkin bernalar secara tepat daripada kalau tidak mempelajari logika.

Logika tidak memberikan jaminan bahwa kita akan selalu sampai pada kebenaran
karena kepercayaan-kepercayaan yang menjadi titik tolak kita kadang -kadang salah.
Namun dengan mengikuti prinsip-prinsip yang tepat, kita perlu mengulang kesalahan-
kesalahan yang pernah kita lakukan.
B. Rumusan Masalah
a. Apa Pengertian logika?
b. Apa sajakah objek dari logika?
c. Bagaimana pembagian logika dari segi jenis, metode dan kualitas logika?
d. Bagaimanakah sejarah perkembangan logika?
e. Bagaimana hukum mempelajari logika?
f. Apakah manfaat mempelajari logika?

C. Tujuan
a. Mengetahui dan memahami definisi ilmu logika baik dari segi etimologi dan terminologi
ilmu logika,
b. Mengetahui dan memahami objek kajian ilmu logika baik dari pengertian dan macam-
mcam objek kajian ilmu logika
c. Mengetahui dan memahami pembagian atau macam-macam ilmu logika dari segi jenis,
metode dan tingkatan ilmu logika
d. Mengetahui dan memahami sejarah perkembangan dan pertumbuhan awal dari ilmu
logika sampai keluar dari wilayah asalnya (Yunani)
e. Mengetahui dan memahami pendapat sebagian ulama’ mengenai hokum mempelajari
ilmu logika dan mampu bersikap netral dari paham radikal dari ilmu logika.
f. Mengetahui dan memahami manfaat dari ilmu logika yang berguna dalam kehidupan
sehari-hari.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Logika

Secara etimologi Logika berasal dari Bahasa Yunani Logos yang berarti “kata” atau


“pikiran yang benar” (Hasbullah Bakry : 1981, 15). Disisi lain mengatakan, Logika berasal
dari bahasa Latin yakni kata Logos yang berarti “perkataan” atau “sabda” (K. Prent C.M, J.
Adisubrata, dan W.J.S Poerwadarminta: 1969, hlm. 501). Menurut Poedjawijatana,
logika adalah “filsafat berpikir”. Yang berpikir itu manusia dan berpikir itu merupakan
tindakan manusia. Tindakan ini mempunyai tujuan, yaitu untuk tahu (Poedjawijatana, 1992:
9). Menurut K. Bertens dalam Suraijaya mengatakan bahwa Logika adalah ilmu yang
menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita (Suraijaya, 2005: 23). Dalam buku Logic and
Language of Education, Logika disebut sebagai penyelidikan tentang dasar-dasar dan
metode-metode berpikir (GeorgeF. Kneller: 1996, hlm. 13).

Sedangkan dalam bahasa Arab , Logika disebut Ilmu Mantiq dari kata


dasar Nataqa yang berarti berbicara atau berucap (Ahmad Warson Munawwir, Al-
Munawwir: 1984, hlm. 1531, Al-Ma’luf,1986, hlm. 816). Menurut Ibnu Khaldun, bahwa
Ilmu Mantiq (logika) merupakan undang-undang yang dapat dipergunakan untuk
mengetahui pernyataan yang benar dari pernyataan yang salah (Ibnu Khaldun: 2000, hlm.
474).

Prof. Thaib Thohir A. Mu’in mendefinisikan Ilmu Mantiq sebagai ilmu yang
dipergunakan untuk menggerakkan pikiran kepada jalan yang lurus dalam memperoleh
suatu kebenaran (Thaib Thahir A. Mu’in: 1966, hlm. 16). Tidak ketinggalan Irving M. Copi
juga mendefinisikan bahwa logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum-
hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah
(Irving M. Copi: 1978, hlm. 3).

Logika merupakan bagian dari filsafat yang memperbicangkan hakikat ketepatan, cara
meyusun pikiran yang dapat menggambarkan ketepatan pengetahuan. Logika tidak
mempersoalkan kebenaran sesuatu yang dipikirkan tetapi membatasai diri pada ketetapan
susunan berpikir menyangkut pengetahuan. Jadi, Logika mempersyaratkan kebenaran,
bukan wacana kebenarannya. Dan bidang perhatian dan tugas logika adalah menyelidiki
penalaran yang tepat, lurus, dan semestinya sehingga dapat dibedakan dari penalaran yang
tidak tepat.

Demikian bahwa Logika merupakan salah satu disipilin ilmu yang menitikberatkan
pada berpikir atau bernalar dengan teliti dan teratur dengan tujuan untuk mengetahui dan
memperoleh suatu kebenaran serta membedakan pernyatan benar dan pernyataan yang
salah. Bisa juga Logika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari aturan-aturan dan cara
berpikir serta mengatur penelitian hukum-hukum akal manusia yang mana hasilnya dapat
menyampaikan pikiran atau pikiran mencapai kebenaran serta mengetahui mana yang salah.

B. Objek Kajian Logika

Dalam pembahasan sebelumnya logika memperbicangkan hakikat dan menyelidiki


penalaran yang tepat, lurus, dan semestinya sehingga dapat dibedakan dari penalaran yang
tidak tepat. Logika menyelidiki, menyaring dan menilai pemikiran dengan cara serius dan
terpelajar serta bertujuan mendapatkan kebenaram, terlepas dari segala kepentingan dan
keinginan perorangan. Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek.

Sebelum mengetahui lebih lanjut objek kajian logika alangkah baiknya mengetahui
maksud dari objek itu sendiri. Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan atau sasaran dari
penelitian atau pembentukan pengetahuan. Dilihat dari segi objeknya, objek logika ada dua
yaitu objek material (Mantiq Al-Maddi) dan objek formal (Mantiq As-Suwari). Objek
material adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan
pengetahuan, yang diselidiki, dipandang, atau disorot oleh suatu disiplin ilmu. Sedangkan
objek formal adalah sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau
pementukan pengetahuan itu, atau dari sudut pandang apa objek materia itu disoroti
(Surajiyo, 1005: 11).

Oleh karena yang berpikir itu manusia, maka yang menjadi objek atau lapangan
penyelidikan logika secara materia (sebagai sasaran umum) ialah manusia itu sendiri. Tetapi
manusia ini disoroti dari sudut tertentu (secara khusus) sebagai objek forma, ialah budinya
(Poedjawijatana, 1992: 14). Cara pemikiran dalam objek-objek logika secara radikal dibagi
menjadi dua. Cara pertama disebut berpikir deduktif (umum ke khusus) dipergunakan dalam
Logika Forma yang mempelajari dasar-dasar persesuaian (tidak adanya pertentangan) dalam
pemikiran dengan  mempergunakan hukum-hukum, rumus-rumus dan patokan – patokan
yang benar. Cara kedua, berpikir induktif (khusus ke umum) dipergunakan dalam Logika
Materia, yang mempelajari dasar-dasar persusaian pikiran dengan kenyataan. Logika Materia
menilai hasil pekerjaan Logika Forma dan menguji benar tidaknya dengan kenyataan
empiris.

Secara garis besar, objek bahasan - bahasan logika (mabahis ilm al-mantiq), dapat
dikelompokkan menjadi tiga aspek, yaitu bahasan ‘kata-kata’ (al-alfadh), bahasan proposisi
(al-qadliyah) dan bahasan pemikiran atau penalaran (al-istidlal). Sesuai dengan objek
bahasan logika, pertama-tama yang harus dipelajari adalah bahasan kata-kata, kemudian
bahasan proposisi dan diakhiri bahasan penalaran. Karena tidak mungkin seseorang dapat
melakukan penalaran atau berpikir tanpa mengetahui proposisi suatu kegiatan berpikir,
begitu juga tidak mungkin mengetahui proposisi berpikir tanpa mengetahui kata-kata yang
sesuai. Tujuan yang paling utama dari pelajaran ilmu mantiq (logika) adalah tentang al-
istidlal (penalaran), tetapi sesungguhnya penalaran itu tersusun dari beberapa kata-kata.

C. Pembagian Logika
a. Logika dilihat dari jenisnya,
Dalam jenisnya, logika terbagi menjadi dua macam, yaitu logika formal dan
logika material. Mungkin sama dalam pembagian pada objek logika, namun terdapat
perbedaan dalam pengertiannya.
1. Logika Formal, logika yang mempelajari azas-azas, aturan-aturan atau hokum-hukum
berpikir yang harus ditaati agar orang dapar berpikir dengan benar dan mencapai
kebenaran.
2. Logika Material, logika yang mempelajari langsung pekerjaan akal serta menilai
hasil-hasil logika  formal dan mengujinya dengan kenyataan-kenyataan praktis yang
sesungguhnya (Hasbulllah Bakry, 1970: 17).
b. Logika dilihat dari metodenya,
Dalam pembagian ini didasarkan pada pola berpikir ilmiah manusia yaitu berpikir
logika tradisional dan berpikir logika modern.
1. Logika Tradisional (al-mantiq al-qadim), logika Aristoteles yang bersifat deduktif,
artinya berpikir dari keputusan yang bersifat umum untuk mendapatkan kesimpulan
yang bersifat khusus.  Menurut Yuyun S. Suriasumantri, logika deduktif adalah cara
berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat
khusus, penarikan ini dinamakan Silogismus.
2. Logika Modern (al-mantiq al-hadis), logika yangbersifat induksi, artinya berpikir dari
berangkat dari peristiwa yang bersifat khusus untuk mendapatkan kesimpulan yang
bersifat umum. Menurut  Yuyun S. Suriasumantri, logika induksi adalah cara berpikir
dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang
bersifat individual (khusus).
c. Logika dilihat dari kualitasnya,
Bila dilihat dari aspek kualitas  kemampuan  orang berpikir, maka logika itu dapat
dikelompokkan menjadi dua tingkatan, yaitu logika naturalis dan logika artifisialis atau
logika ilmiah.
1. Logika Naturalis (al-mantiq al-fitri), logika yang berdasarkan kemampuan akal
pikiran bawaan manusia sejak lahir. Akal manusia yang normal dapat berkerja secara
spontan sesuai dengan hukum-hukum logika dasar. Bagaimanapun rendahnya
intelegensi seseorang, ia pasti dapat membedakan sesuatu itu adalah berbeda dengan
sesuatu lain, dan bahwa  dua kenyataan yang bertentangan tidaklah sama.
Kemampuan berlogika naturalis pad tiap-tiap orang berbeda-beda tergantung dari
tingkatan pengetahuannya.
2. Logika Artifisialis atau Ilmiah (al-mantiq al-shuri), logika yang bertugas
membantu al-mantiq al-fitri dan mengatasi kenyataan yang tidak dapat
ditanggulangi al-mantiq al-fitri guna menyusun hokum, patokan dan rumus berpikir
lurus. Logika ini memperluas, memperhalus, mempertajam serta menunjukkan jalan
pemikiran agar akal dapat bekerja lebih teliti, efisien, mudah dan aman. Logika ini
yang menjadi pembahasan logika sekarang ini (Mundiri, 1993:13-14).

D. Sejarah Logika

Menurut sejarah, dasar-dasar ilmu mantik (logika) sudah dipelajari semenjak zaman
Luqman Hakim atau zaman Nabi Daud As. Dari Luqman hakim turun kepada filosof
Benduples, kemudian turun kepada filosof Sabqarates dan Baqrates, lalu turun kepada
Aflathun, dan akhirnya sampai kepada filosof Aristoteles yang dikenal sebagai bapak
logika. Logika merupakan cabang dari llmu filsafat, maka sejarah lahirnya logika tidak bisa
lepas dari bagaimana filsafat itu muncul. Filsafat pertama kali muncul di yunani, yaitu pada
abad ke 6 SM. Pada waktu itu orang -orang Yunani mulai kritis terhadap alam sekitar dan
mulai memikirkan segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Merekalah orang-orang yang
berusaha keras menganalisis dan menyusun kaidah-kaidah berpikir agar terhindar dari
kesalahan dalam membuat kesimpulan.

Sejarah singkat logika dari masa pertumbuhannya hingga kurun perkembangannya.

a. Dunia Yunani Tua


Menurut sebagian kisah sejarah Zeno dari Citium (±340-265) disebutkan bahwa
yang pertama kali menggunakan istilah logika adalah tokoh Stoa. Meskipun demikian,
akar logika sudah terdapat dalam pikiran dialektis para filsuf mazhab Elea. Mereka
telah melihat masalah identitas dan perlawanan asas dalam realitas. Tetapi kaum Sofis-
lah yang menjadikan pikiran manusia sebagai titik pemikiran secara eksplisit.
Sokrates (470-399) dengan metodenya ironi dan maieutika, de
facto mengembangkan metode induktif. Dalam metode ini dikumpulkan contoh dan
peristiwa konkret untuk kemudian dicari ciri umumnnya. Plato mengumumkan metode
Sokrates tersebut menjadi teori ide, yaitu teori Dinge an sich. Menurut Plato, ide adalah
bentuk mulyajadi atau model yang bersifat umum dan sempurna yang
disebut prototypa, sedangkan benda individual duniawi hanya merupakan bentuk tiruan
yang tidak sempurna, yang disebut ectypa. Gagasan plato ini banyak memberikan dasar
pada logika, terutama pada masalah ideogenesis dan masalah penggunaan bahasa dalam
pemikiran. Akan tetapi logika yang ilmiah sesungguhnya baru terwujud berkat karya
Aristoteles (384-322). Ia-lah Ahli pikir yang mempelopori perkembangan logika sejak
awal lahirnya. Ia menghimpun dasar -dasar ilmu mantiq agar tidak punah sebab sulitnya
ilmu ini. Maka dari itu ia dipandang sebagai peletak ilmu mantiq (logika) dalam
sejarah.
Karya Aristoteles tentang logika, kemudian diberi nama To Organon  oleh
muridnya yang bernama Andronikos dan Rhodos. Karya Aristoteles
mencakup: Kategoria (mengenai logika istilah dan predikasi), Peri Hermeneis (tentang
logika proposisi), Analytica Protera ( tentang silogisme dan pemikiran), Analytica
Hystera (tentang pembuktian), Topica ( tentang metode berdebat), Peri Sophistkoon
Elechoon ( tentang kesalahan berpikir). Pola ini hingga kini masih digunakan oleh
kebanyakan penulis jika berbicara tentang logika.
Setelah masa Aristoteles, logika diteruskan oleh muridnya, yaitu Theopratus dan
Porphyrius. Keduanya berperan penting dalam kemajuan logika. Theopratus memimpin
aliran peripatetic (warisan gurunya). Ia menyumbangkan pemikiran tentang pengertian
yang mungkin dan sifat asasi dari setiap kesimpulan (harus mengikuti pangkal terlemah
dalam berpikir). Maksud dari pengertian yang mungkin adalah pengertian yang tidak
mengandung kontradiksi atau pertentangan dalam dirinya. Sedangkan Porphyrtius
adalah ahli pikir dari Iskandariyah yang amat terkenal dalam bidang logika. Ia telah
menambahkan satu bagian baru dalam pelajaran baru dalam logika, yaitu eisagogy.
Eisagogy membahas tentang lingkungan zat dan sifat di dalam alam yang sering disebut
klasifikasi.
b. Dunia Abad Pertengahan
Pada mulanya, yaitu pada tahun 1141, pembahasan logika hanya berkisar pada
karya Aristoteles yang berjudul Kategoria dan Peri Hermeneias. Karya Aristoteles
tersebut bersama Eisagogen karya Porphyrius biasa disebut logika lama. Baru sesudah
tahun 1141, keempat karya Aritoteles lainnya dikenal lebih luas  oleh masyarakat.
Keempat karya tersebut disebut dengan logika baru. Logika lama dan logika baru
kemudian disebut sebagai logika antik. Di dalam logika ini ditunjuk pentingnya
pendalaman tentang suposis, untuk menerangkan kesesatan logis, dan tekanan terletak
pada ciri-ciri term sebagai simbol tata bahasa dari konsep -konsep.
Pada abad XIII-XV berkembanglah logika modern. Tokohnya adalah Petrus
Hispanus, Roger Bacon, W. Ockham, dan Raymond Lullus yang menemukan metode
logika baru yang disebut Ars Magna, yakni semacam aljabar pengertian dengan tujuan
untuk membuktikan kebenaran-kebenaran tertinggi.
Abad pertengahan mencatat bebagai pemikiran yang sangat penting bagi
perkembangan logika. Karya Boethius yang orisinil di bidang silogisme hipotesis
berpengaruh bagi perkembangan teori konsekuensi yang merupakan salah satu hasil
terpenting dari logika. Munculnya teori suposisi, adanya diskusi tentang universalia,
munculnya logika hubungan, penyempurnaan teori silogisme, penggarapan logika
modal, dan yang lainnya penyempurnaan teknis.
c. Dunia Modern
Logika Aristoteles, selain mengalami perkembangan yang murni, juga dilanjutkan
oleh sebagian pemikir, tetapi dengan penekanan-penekanan yang berbeda. Meskipun
mengikuti tradisi Aristoteles, Thomas Hobbes (1588-1679) dan John Locke (1632-
1704) doktrin-doktrinnya dalam logika sangat dikuasai oleh paham nominalisme.
Pemikiran dipandang sebagai suatu proses manipulasi tanda -tanda verbal dan mirip
operasi-operasi dalam matematika. Kedua tokoh ini memberikan interpretasi tentang
kedudukan bahasa di dalam pengalaman.
Diantara tokoh lain yang berperan dalam perkembangan logika pada era ini
adalah Francis Bacon (London, 1620) dengan karyanya Novum Organum yang
membahas tentang logika fisika induktif murni, Rene Decartes (1637) dengan
karyanya Discours de la Methode yang membahas tentang logika matematika deduktif
murni, Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) dengan rencana calculus universalnya
yang  mendasari munculnya logika simbolis, John Stuart Mill (1806 -1873) dengan
karyanya System of Logic yang membahas tentang logika induktif dan Henry Newman
(1870) dengan karyanya Essay i Aid of a Grammar of Assent yang meganalisis
fenomenologis yang tajam tentang pikiran manusia.
Selama abad ke-20, banyak karya dalam bidang logika memfokuskan perhatian
pada formalitas sistem logika dan pada pertanyaan tentang kekomplitan dan konsistensi
sistem-sistem tersebut. Suatu teori yang terkenal, yang dikemukakan oleh Kurt Goedel
(1906-1978), menyatakan bahwa dalam sistem formal apa pun yang memadai bagi
sejumlah teori terdapat suuatu formula yang tidak dapat ditentukan, yaitu semacam
formula, bukan formula itu bukan juga negasinya yang dapat di asalkan dari aksioma-
aksioma dari sistem itu. Perkembangan -perkembangan lain mencakup logika multi
nilai dan formalisasi logika modal. Yang paling mutakhir, logika berandil besar bagi
teknologi dengan menyediakan fondasi konseptual bagi sirkuit elektronik komputer-
komputer digital.
d. Perkembangan Logika dalam Islam
Logika mulai berkembang dalam dunia islam sejak adanya kegiatan
penerjemahan buku-buku oleh para ilmuan Islam. Pada saat itu upaya untuk
mengembangkan logika terlihat dari upaya beberapa penerjemah yang menyalin buku-
buku karya Aristoteles kedalam bahasa arab. Diantara tokoh yang berperan adalah
Johana bin Pafk yang menyalin buku Aristoteles menjadi Manqulatul Assyarat li
Aristu, Ibn Sikkit Jakub Al-Nahwi yang memberi komentar dan tambahan dalam
bukunya Ishlah Fil Mantiq, Jakub bin Ishaq Al-Kindi menyalin bagian-bagian logika
Aristoteles dan memberi komentar satu persatu.[
Al-Farabi juga telah melakukan penerjemahan secara menyeluruh karya
Aristoteles. Ia menguasai bahasa Yunani tua (Greek), sehingga mampu mengulas dan
mengomentari karya Aristoteles. Oleh karena itu ia disebut sebagai guru kedua
Aristoteles.
Ahli pikir muslim yang juga ikut mengembangkan logika adalah Abu Abdillah al-
Khawarizmi, yang telah menciptakan aljabar serta buku Mafaatihul Ulum fil
Mantiqi yang berisi komentar tentang logika.
Ibnu Sina juga membahas tentang logika sebagaimana terdapat pada salah satu
bagian  bukunya yaitu As-Syifa. Ia juga membahas secara spesifik tentang logika pada
bukunya yang berjudul Isyarat Wal Tanbibat fil-Mantiqi.
Pada abad ke-14 muncul reaksi terhadap ilmu logika orang yang belajar logika
dianggap terlalu memuja akal dalam mencari kebenaran. Ahmad Ibnu Taimiah
menentang logika melalui karyanya yang berjudul Fasbibtu ahlil-Iman fil-roddi ‘ala
Mantiqi Yunani (ketangkasan pendukung keimanan menangkis logika Yunani). Adapun
Sa’aduddin Al-Taftazani (1322-1389M) mengharamkan bagi orang yang mempelajari
logika.
Setelah runtuhnya kejayaan Islam di Andalusia pada pertengahan abad ke-15,
perkembangan logika semakin meredup. Hingga abad ke-20 hanya beberapa tokoh saja
yang mahir dalam logika,seperti Ibnu Khaldun, Al-Duwani, dan Al-Akhdari. Diantara
karya logika yang banyak dipakai sebagai pelajaran dasar logika di dunia Islam,
termasuk Indonesia adalah karya Al-Akhdari, yaitu Sullam Al-Munauraqi fil
Mantiqi. Namun demikian jiwa semangat untuk mempelajari logika mulai bangkit lagi
pada abad ke-20 dengan munculnya gerakan pembaharuan Islam di Mesir yang
dipelopori oleh Jamaluddin Al-Afgani dan Muhammad Abduh.

E. Hukum Mempelajari Logika


Ulama’ berselisih pendapat tentang hukum mempelajari logika ada beberapa pendapat,
yaitu:
1. Melarang (Haram) mempelajari logika. Yang mengatakan demikian adalah Imam an-
Nawawi dan Imam Ibn al-Shalah.
2. Memperbolehkan (jawaz) mempelajari logika.
 Ada sekelompok ulama’ yang berpendapat demikian, diantaranya Imam Al-Ghazali
sambil mengatakan bahwa orang yang tidak mengerti logika, maka ilmunya kurang
kuat terutama ketika dibutuhkan, karrena tidak adanya kaidah-kaidah yang
memperkuatkannya.
 Pendapat yang masyhur dan shahih adalah merinci (tafshil), artinya bila orang yang
menyibukkan diri mempelajari logika adalah pandai dan cerdas, serta mengerti
kitab Al-Qur’an dan Sunna, maka bagi dia diperbolehkan, tetapi bila tidak
demikian, maka dia tidak boleh
3. Fardhu Kifayah mempelajari logika. Pendapat demikian dikemukakan oleh Imam Al-
Sanusi dalam Al-Mukhtasar, logika (ilmu mantiq) yang murni tidak ada perselisihan
tentang bolehnya mempelajari logika, bahkan tidak jauh dari kebenaran lagi pula
mempelajari logika termasuk fardhu kifayah, artinya bila dalam suatu daerah sudah ada
seorang yang belajar, maka hukumnya mereka telah gugur kewajibannya, tetapi bila
tidak ada seseorangpun yang mengerti logika, maka seluruh penduduk di daerah itu
dosa semua.

F. Manfaat Mempelajari Logika
Banyak sekali kegunaan dan kentungan yang kita peroleh jika kita mempelajari logika,
diantara manfaat itu ialah :
1. Membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan
kebenaran dan menghindari kekeliruan.
2. Mendidik manusia bersikap objektif, tegas, dan berani; suatu sikap yang dibutuhkan
dalam segala suasana dan tempat.
3. Melatih kekuatan akal pikiran dan perkembangannya dengan latihan dan selalu
membahas dengan metode-metode berpikir.
4. Dapat meletakkan sesuatu tepat pada tempatnya dan melaksanakan pekerjaan tepat
pada waktunya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Logika merupakan salah satu disipilin ilmu yang menitikberatkan pada berpikir atau
bernalar dengan teliti dan teratur dengan tujuan untuk mengetahui dan memperoleh suatu
kebenaran serta membedakan pernyatan benar dan pernyataan yang salah.
Pemikiran manusia adalah objek materia logika. Patokan-patokan atau hukum-hukum
berpikir benar adalah objek formal logika.
Logika dari jenisnya terbagi menjadi dua, yaitu logika formal dan logika material.
Bila dilihat dari metodenya logika pula terbagi menjadi dua, yaitu logika tradisional dan
logika modern. Serta dilihat dari kualitasnya logika terbagi menjadi dua pula, yaitu logika
naturalis dan logika artifisialis atau logika ilmiah.
Aristoteles adalah ahli pikir yang mempelopori perkembangan logika sejak awal
lahirnya. Ia menghimpun dasar – dasar ilmu mantiq agar tidak punah sebab sulitnya ilmu
ini. Maka dari itu ia dipandang sebagai peletak ilmu mantiq (logika) dalam sejarah.
Dalam mempelajari logika ada tiga pendapat menyikapi hokum mempelajari logika,
yaitu melarang (haram), memperbolehka (jawaz) dan fardhu kifayah.
Diantara kegunaan dari logika adalah membantu manusia berpikir lurus, efisien,
tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan.
B. Saran

Demi terciptanya pemahaman dan penerapan yang baik terhadap logika dalam
kehidupan sehari-hari, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaanya yaitu:
1. Pahami pengertian atau definisi dari logika secara baik dan benar, jangan sampai keliru
menafsirkan apa itu logika.
2. Jangan belajar teori logika saja, tetapi kita harus bisa membuat contohnya yang
dihubungkan dengan penerapan dikehidupan sehari-hari.
3. Berpikir bukan mengharuskan pemikir memiliki inisiatif, tetapi berpikir adalah
membiarkan sesuatu menjadi tampak sebagaimana adanya, tanpa memaksakan kategori-
kategori kita sendiri pada sesuatu tersebut
DAFTAR PUSTAKA

Jusmawati S.pd.,M.pd

Achmadi, Asmoro. 1995. Filsafat Umum. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Maran, Rafael Raga. 2007. Pengantar Logika. Jakarta: Grasindo.

Masdi. 2009. Daros Logika. Kudus: STAIN PRESS.

Mundiri. 2000. Logika. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Poespoprodjo, W. 1999. Logika Scientifica. Bandung: Pustaka Grafika.

Surajiya, dkk. 2006.  Dasar-Dasar Logika. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai