Anda di halaman 1dari 15

LOGIKA (SARAN BERFIKIR ILMIAH)

Disusun Oleh:

Kelompok 8

Della Puspita (2220502041)

Mita Apriani (2220502060)

Dosen Pengampu:

Maisaroh, M. Pd

PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN RADEN FATAH PALEMBANG

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb

Alhamdulillah, segala puji syukur kehadiran Allah SWT Tuhan semesta alam yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah
kepada jujungan umat Islam Nabi Muhammad SAW, sehingga kami dapat menyelesaikan
masalah yang berjudul “LOGIKA (SARAN BERFIKIR ILMIAH)” ini tepat
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan
memahami secara mendalam tentang Logika (Saran Berfikir Ilmiah) bagi pembaca,
pendengar dan juga penyusun.

Terimakasih kepada Ibu Maisaroh, M. Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat
Ilmu, yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai bidang studi yang kami tekuni. Terwujudnya makalah ini tidak terlepas bantuan dan
dukungan narasumber sehingga kami dapat menyesuaikan makalah ini. Kami menyadari
makalah ini terdapat kekurangan dan kekhilafan dan masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, penyusun mengharapkan saran dan kritik konstruktif yang
membangun dari semua pembaca/pendengar guna menjadi acuan untuk kesempurnaan
makalah dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini bisa menambah wawasan bagi
pembaca/pendengar dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu
pengetahuan.

Wassalamu’alaikum wr. wb
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 3

A. LATAR BELAKANG...................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 5

A. Istilah Logika .................................................................................................................. 5

B. Sejarah Perkembangan Logika ....................................................................................... 6

C. Pengertian, Proposisi, dan Penalaran .............................................................................. 8

D. Silogisme......................................................................................................................... 9

E. Teori .............................................................................................................................. 10

BAB III ................................................................................................................................. 10

Kesimpulan ....................................................................................................................... 10

Daftar Pustaka……..……………………………………………….……………………………………………………………..…………11
BAB I

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Menurut pendapat kami pengertian Logika adalah tentang bagaimana seseorang


mampu untuk berfikir dengn lurus dan membedakan penalaran yang betul dari penalaran
yang salah atau yang dapat membimbing manusia ke arah berfikir secara benar sehingga
terhindar dari berfikir secara keliru yang menghasilkan kesimpulan salah

Logika adalah bidang pengetahuan yang mempelajari tentang asas, atur Lan dan
prosedur penalaran yang benar. Dengan istilah lain logika seba atau cara untuk memperoleh
pengetahuan yang benar. Maka logika gai jalana menipakan ketentuan formal untuk
memperoleh pengetahuan yang benar.Dalam filsafat ada pemahaman bahwa pengetahuan
yang tepat itu belum tentu benar, tetapi pengetahuan yang benar itu pasti tepat.

Dalam sejarah perkembangannya, ilmu logika mengenal dua istilah.sain logika


tradisional dan logika modern. Logika tradisional adalah logika yang menekankan pada
analisis bahasa, bercorak deduktif, dan secara historis memang temuan filosof
klasik.Sedangkan logika modern merupakan mo difikasi dan revisi oleh filosof modern,
bercorak induktif dan diperkaya dengan simbol-simbol, termasuk simbol matematis.

Pada bagian berikut, secara berturut-turut akan dikemukakan tentang pengertian


logika, serta aspek-aspek yang menjadi bahan kajian logika, seperti pengkajian tentang
hakikat pengertian, proposisi, analogi, silogisme, dan lain-lainnya.¹

¹ Buku Filsafat Ilmu dari Drs,A.Susanto,M.pd.Hal.143


BAB II
PEMBAHASAN

A. Istilah Logika

1. Pengertian Logika

Istilah logika diambil dari bahasa Yunani logikos, yang berarti 'mengenai
sesuatu yang diutarakan, mengenai suatu pertimbangan akal (pikiran), mengenai kata,
mengenai percakapan, atau berkenaan dengan bahasa Qa Hendrik Rapat, 2005) 52).
Dalam bahasa Latin logika disebut dengan log berarti perkataan atau sabda (Mundiri,
2003: 8), Orang Arab biasanya menyebut logika ini dengan kata mantul, yang diambil
dari kata "nataga Kata 'manta lasim digunakan dengan berkata arau berucap. Istilah
'mantiq juga diartikan sebagai hukum yang memelihara hati nurani dari kesalahan
dalam berpikir

Podjawijatna (1966: 15) menjelaskan bahwa logika merupakan kajian filsafat


yang mengkaji manusia yang biasanya dikenal dengan filsafat budi, di mana budi di
sini adalah akal sebagai alat penyelidikan dalam mengambil suatu tindakan atau
kepurusan.

Dalam buku Logic and Language of Education, George F. Kneller (1966 13)
mengemukakan bahwa logika disebut sebagai "penyelidikan rentang dasar-dasar dan
metode berpikir benar (correct reason). Sedangkan Poedjawiyatna (2004: 9) menyebut
logika dengan istilah 'filsafat berpikir'. Berpikir, menurut Poedjawijatna, merupakan
tindakan manusia untuk mencari tahu atau pengetahuan. Alex Lanur OFM. (2004: 7)
memberikan batasan logika dengan ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir
lurus (repat). Sedangkan Irving M. Copi (1978: 3) menyatakan, 'logika adalah ilmu
yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan
penalaran yang betul dari penalaran yang salah'

Hampir sejalan dengan definisi logika yang diberikan Irving, selanjutnya W.


Poespoprodjo (1999: 178) memberikan definisi logika sebagai berikut: "Logika
menunjukkan, meletakkan, menguraikan, dan juga membuktikan hukum-hukum dan
aturan-aturan yang akan menjaga kita agar tidak terjerumus dalam kekeliruan
(kesesatan)."
Sementara Richard Jeffrey mengartikan logika sebagai "logic is the science of
deduction. It's aims to provide systematic means for telling wether given conchision
do or do not follow from given premises, Le for selling wether inferences are valid or
mid Logika menurut Jeffrey adalah pengetahuan deduksi, yang dirujukan untuk
menguraikan makna secara sistematis sehingga dapat diketahui apakah perlu diambil
suanu konklusi, keputusan yang tepat atau tidak.

Menurut Cecep Sumarna (2004: 73-74) logika adalah cara penarikan


kesimpulan, atau pengkajian untuk berpikir secara shahih Ada dua cara penarikan
kesimpulan, yaitu a) deduktif, yaitu cara penarikan dari hal hal yang bersifat umum
menjadi kasus yang bersifat khusus, sedangkan b) induktif, vaitu sebagai penarikan
kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat
umum.

Dengan memerhatikan definisi definisi logika yang dikemukakan oleh para


ahli tersebut di atas, maka pada umumnya memiliki persamaan, bahwa yang disebut
dengan logka adalah cabang filsafat yang membahas tentang asas-asas, aturan-aturan,
dan prosedur dalam mencapai pengetahuan yang benar, yang dapat
dipertanggungjawabkan secara rasional.².

B. Sejarah Perkembangan Logika

Bertrand Russel dalam bukunya "Hatory of Western Philonopley (1974: 206)


menjelaskan buliwa kata logika untuk pertama kali dipergunakan oleh Zeno dar
Citium.Rusel juga menjelaskan bahwa Socrates, Plato, dan Aristoteles merupakan
perintis lahirnya ilmu logika. Berbeda Russel, K. Bertens (1989 117-138) menyatakan
bahwa logika pertama muncul pada masa Cicero (abad ke-1 SM) yang dimaknai
sebagai 'sent berdelsar, selain itu pada masa Aristoteles baru dikenal kata 'analitika'
yang bertugas menyelidiki argumen animen yang bertitik tolak dari keputusan
keputusan yang benar.

Herman Soewandi, lebih mendalam menyoroti logika dan bingkai sejarah


Soewandi mengemukakan bahwa secara historis, logika telah ber kembang sejak abad
ke-17 sampai abad ke-20 sekarang ini, di mana spesifikasi masing-masing periode
tersebut memiliki kekhasan tersendiri. Pada abad ke 17 cara kerja logika baru muncul
setelah renaissance di Eropa, yakni corak berpikir logika deduksi dan induksi.
Tokohnya yang sangat terkenal adalah Rene Descartes dan Francis Bacon. Pada abad
ke-18 sering disebut sebagai masa abad pencerahan (enlightenment), di mana Barat
telah menemukan ten hesar dengan keyakinannya pada otak manusia yang tidak
terbatas, sehing melahirkan para ilmuwan seperti Isac Newton, Adam Smith,
Montesquieu, JJ. Rousseau, Immanuel Kant, David Home, dan lain-lain.

Abad ke-19 merupakan masa pertentangan antara deduktif dan induktif yang
cukup menarik, seperti yang dibahas oleh Whewell (deduktif) dan Mill
(induktif).Pada abad ini, filsafat ilmu muncul dan mulai membangun paradigmanya
sendiri. Whewell mencoba mencari hubungan antara konsep konsep dan ide-ide
secara logis, seperti teorinya tentang perjalanan cahaya pada garis lurus, panas bentuk
dari energi, aksi akan melahirkan reaksi. Sementara pada abad ke-20.Estella M.
Philips menggabungkan pemikiran deduktif dan induktif yang dikenal dengan deduco
hypothetico verificative.³

² Buku Filsafat Ilmu dari Drs,A.Susanto,M.pd.Hal.144-145

³ Buku Filsafat Ilmu dari Drs,A.Susanto,M.pd.Hal.145-146


C. Pengertian, Proposisi, dan Penalaran

Ada tiga aspek penting dalam memahami logika ini, agar mempunyai pengertian
tentang penalaran yang merupakan suatu bentuk pemikiran.Ketiga aspek tersebut
adalah pengertian, proposisi, dan penalaran.

1. Pengertian

Pengertian adalah tanggapan atau gambaran yang dibentuk oleh akal budi tentang
kenyataan yang dipahami, atau merupakan hasil pengetahuan ma nusia mengenai
realitas.Pengertian-pengertian tentang kenyataan itu disebut kata. Dengan kata lain, kata
adalah tanda lahiriah untuk menyatakan pengertian dan barangnya. Sedangkan bagian dari
suatu kalimat yang berfungi sebagai subjek atau predikat.Menurut isinya, pengertian dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Kolektif dan distributif. Kolektif maksudnya pengertian yang isinya mencakup


barang-barang atau orang secara koleksi atau sekumpulan, misalnya selusin piring,
sekelompok pemuda, dan sebagainya.Sedangkan distributif adalah kebalikan dari
kolektif, yaitu pengertian yang terpisah-pisah, yang menunjukan bahwa barang atau
orang tersebut terpisah pisah sebagai sendiri sendiri atau satu per satu.

b. Konkret dan abstrak Pengertian yang konkret adalah pengertian vang


memperlihatkan kenyataan atau realitas sebagai pokok subjek yang berdiri sendiri,
misalnya dikatakan 'Ini gelas kaca'. Pernyataan gelas kaca ini menunjuk kenyataan
dengan sifat kaca.Sedangkan pengertian yang abstrak ialah pengertian yang
memperlihatkan sifat tanpa memper lihatkan subjeknya.

c. Menyindir dan terus terang. Yang dimaksud dengan menyindir (connota tive) talah
menyatakan sesuatu dengan secara tidak langsung dan tidak terus terang. Penggunaan
kalimat atau pernyataan menyindir ini dipakai untuk menyatakan sesuatu hal kepada
orang lain agar tidak menyinggung perasaan orang tersebut. Pernyataan ini biasanya
ditujukan atau dipakai untuk mengoreksi atau mengajak orang lain untuk
memperbaiki sikap nya atau perilakunya yang salah atau tidak tepat.⁴

⁴ Buku Filsafat Ilmu dari Drs,A.Susanto,M.pd.Hal.147


2. Proposisi

Proposisi atau pernyataan adalah rangkaian dari pengertian-pengertian yang


dibentuk oleh akal budi atau merupakan pernyataan mengenai hubungan yang
terdapat di antara dua buah term.Kedua term tersebut terdiri dari subjek dan
predikat.Subjek adalah term pokok dalam proposisi, dan predikar ada lah rerm yang
menyebut sesuatu mengenai subjek.

Menurut Poespoprodjo (1999: 178), proposisi dapat dibedakan ke dalam dua


bentuk atau golongan, proposisi kategoris dan proposisi hipoteris. Pro posisi kategoris
adalah proposisi yang menerangkan identitas atau kebedaan dua konsep
objektif.Identitas yang diterangkan dapat formal atau objektif, dapat uruh atau
parsial.Setiap proposisi kategoris biasanya mengandung tiga unsur, yaitu subjek atau
hal yang diterangkan, predikat atau hal yang menerangkan, dan kopula atau hal yang
mengungkapkan hubungan antara subjek dan predikat.

Adapun proposisi hipoteris adalah proposisi yang antara bagian-bagian nya


terdapat hubungan depedensi (ketergantungan), oposisi (berlawanan), dan
kesamaan.

3. Penalaran

Penalaran adalah suatu proses berpikir yang menghasilkan pengetahuan. Agar


buah pengetahuan yang berdasarkan penalaran itu mempunyai bobot kebenaran, maka
proses berpikir perlu dan harus dilakukan dengan suatu cara atau metode tertentu.
Dalam penalaran proposisi proposisi yang menjadi dasar penyimpulan disebut premis,
sedang kesimpulannya disebut konklusi.

C. Silogisme

1. Pengertian Silogism

Silogisme adalah suatu bentuk pemikiran kesimpulan secara deduktif dan tidak
langsung yang mana kesimpulannya ditarik dari dua premis yang tersedia sekaligus.Dengan
kata lain, silogisme adalah setiap penyimpulan, di mana dari dua premis disimpulkan suatu
keputusan (konklusi).Dus premis yang dimaksud adalah premis mayor dan premis minor.⁵
2. Macam-Macam Silogisme

Ada dua macam silogisme, yaitu silogisme kategoris dan silogisme


hipotesis.Silogisme kategoris adalah silogisme yang premis-premis dan konklusinya
berupa kategoris.Contoh silogisme kategoris adalah sebagai berikut.

Setiap manusia dapat mati (premis mayor)

Ahmad adalah manusia (premis minor)

Jadi Ahmad dapat mati (kesimpulan)

Sedangkan silogisme hipotesis adalah silogisme yang premis mayornya


berupa keputusan kondisional. Keputusan kondisional atau keputusan bersyarat
adalah keputusan yang dinyatakan dengan pernyataan jika...., maka Sebagai contoh
dalam pemakaian silogisme hipotesis ini ialah: 'Jika hari hujan, maka aku tidak pergi'.

D.Teori

1. Definisi Teori dan Ilmu

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan tidak dapat terlepas dari teori teori
yang mendukung terhadap ilmu tersebut, teori adalah model atau kerangka pikiran
yang menjelaskan fenomena alami atau fenomena sosial tertentu.Teori dirumuskan,
dikembangkan, dan dievaluasi menurut metode alamiah.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996), teori diartikan sebagai


pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa. aa-
aashukum umum yang menjadi dasar suatu kesenian atau ilmu pengetahuan, aturan,
cara dan pendapat untuk melakukan sesuai. Menurut Mario (2005) teori adalah
jendela untuk mengamati gejala yang ada.dan berdasarkan data empiris dari lapangan
yang berhad dikumpulkan dianalisis, dan disintesiskan.

Kita menyadari bahwa banyak fakta-fakta alam yang tidak dapat diamati
secara langsung, baik karena gejala itu tidak dapat kita tangkap, at kar merinya sangat
kecil, maupun karena hal itu sudah lama terjadi dan tak akan berulang kembali.
Namun, yang jelas bahwa semua jala in la perti is gejala lainnya yang dapat diaman
lika kita ingin memahami alam maka gejala-gejala yang secara largung tidak dapat
kita tangkap dangan inders kita yang terbatas ini harus dijaring dengan cara lain, dan
cans vang bisa dilakukan adalah dengan berteori.

Dengan melakukan kegiatan berteori rersebut manusia dapat mengembakan


ilmu pengetahuan,. Proses keilmuan adalah cara memperoleh pengetahuan secara
sistematis tentang suatu sistem. Perolehan sistematis ini umumnya berupa metode
ilmiah, dan sistem tersebut umumnya adalah alam semesta.Dalam pengertian ini, ilmu
sering disebut sebagai sains.

Sedangkan ilmu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996) adalah


pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-
metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala- gejala tertentu di
bidang pengetahuan itu. .

2. Bagaimana Teori Berkembang

Permulaan ilmu dapat disusur sampai pada permulaan manusia.Tak diragukan


lagi bahwa manusia purba telah menemukan hubungan yang bersifat⁶ empiris yang
memungkinkan mereka untuk mengerti keadaan dunia.Usaha mula-mula di bidang
keilmuan tercatat dalam lembaran sejarah dilakukan oleh bangsa Mesir, di mana
banjir sungai Nil yang terjadi setiap tahun ikut menyebabkan berkembangnya sistem
almanak, geometris, dan kegiatan survel.Keberhasilan ini kemudian diikuti oleh
bangsa Babylonis dan Hindu yang memberikan sumbangan-sumbangan berharga
meskipun tidak seintensif kegiatan bangsa Mesir.Setelah itu muncul bangsa Yunani
yang menitikberatkan pada pengorganisasian ilmu di mana mereka bukan saja
menyumbangkan perkembangan ilmu dengan astronomi, kedokteran, dan lain-lain.

George J. Mouly mengelompokkan perkembangan ilmu pengetahuan menjadi tiga


bagian, yaitu animisme, ilmu empiris, dan ilmu teoritis.Secara singkat penjelasan
ketiga bagian tersebut adalah sebagai berikut.

a. Animisme

Pida fase ini manusia percaya pada mitos Mirologi kuno penuh dengan
bermacam-macam dewa dan dewi yang kelihatannya memainkan peranan penting
dalam kehidupan manusia primint.Sampai saat ini kepercayaan kepada yang bersifat
gaib belum sepenuhnya berlalu bahkan pada beberapa golongan yang beradab.Bukan
hal yang aneh bagi orang modern untuk percaya hantu, iblis dan berbagai makhluk
halus untuk menerangkan suatu kejadian yang belum mampu untuk dijelaskan, seperti
kepercayaan pada kucing hitam, ayam cemani, angka 13, dan lain-lain.

b. Ilmu Empiris

Ilmu empiris ini mempunyai banyak ragam yang berlainan disebabkan karena
hasil pengamatan yang berbeda-beda, seperti pengalaman, klasifikasi.kuantifikasi,
penemuan hubungan hubungan, dan perkataan kebenaran.Pertama, pengalaman jelas
kiranya bahwa tolak ukur ilmu pada tahap paling permulaan adalah pengalaman,
apakah itu hujan, badai, gerhana.atau keteraturan lain yang terlihat sehari-hari. Pada
tahap ini ilmu harus berurusan pada pengalaman dan kritik pada pengalaman.

Kedua, klasifikasi. Prosedur yang paling dasar untuk mengubah data terpisah
menjadi dasar fungsional adalah klasifikasi, makin persis klasifikasi dibuat makin
jelas arti yang dibawanya dan akan makin spesifik dasar yang membentuk klasifikasi
tersebut.

Ketiga, kuantifikasi. Tahap pertama dalam perkembangan ilmu adalah


pengumpulan dan penjelasan pengalaman, di mana kemudian segera menyebabkan
adanya kebutuhan untuk mengkuantifikasikan objek tersebut,karena meskipun
observasi kualitatif mungkin sudah cukup memuaskan namun kuantifikasi dapat
memberikan ketelitian yang diperlukan bagi klasifikasi dalam ilmu.

Keempat, penemuan hubungan hubungan.Lewat berbagai klasifikasi yang


berbeda-beda, sering terjadi bahwa kita melihat adanya hubungan fungsional antara
aspek-aspek komponennya. Mengklasifikasikan anak anak berdasarkan jenis kelamin
dan kekuatan jasmani secara bersamaan umpamanya, kemungkinan menyebabkan kita
akan melihat hubungan bahan anak laki-laki cenderung untuk lebih kuat dibanding
anak perempuan..

Kelima, perkiraan kebenaran.Ilmu umumnya menaruh perhatian kepada


hubungan yang lebih fundamental daripada hubungan yang hamo tampak pada
kulitnya saja.Suatu peristiwa sering terjadi sedemikian rumit nya sehingga hubungan-
hubungan yang mungkin terdapat tampak menjadi kabur.Oleh karena itu, perlu untuk
menganalisis kejadian tersebut dengan memerhatikan unsur-unsur yang bersifat dasar
dengan tujuan untuk menentukan secara lebih jelas hubungan-hubungan dari berbagai
aspeknya.

c. Ilmu Teoretis

Tingkat paling akhir dari ilmu adalah ilmu teoretis, di mana hubungan dan
gejala yang ditemukan dalam ilmus empiris diterangkan dengan dasar suatu kerangka
pemikiran sebab musabab sebagai langkah untuk meramalkan dan menentukan cara
untuk mengontrol kegiatan agar hasil yang diharapkan dapat dicapai. Ilmu teoretis
dapat memperpendek proses untuk sampai dalam memecahkan masalah. Jika
seseorang mengerti apa sebab terjadinya sesuatu, maka dia dapat mengalihkan
pengetahuan dalam pemecahan masalah lain yang serupa. Ilmu teoretis mempunyai
kelebihan yang nyata dalam merangsang penelitian dan dalam memberikan hipotesis
yang ber harga.Pada ilmu fisika misalnya, di mana teori telah berkembang dengan
cukup (berdasarkan penemuan-penemuan empiris yang terdahulu) di mana teori ini
sekarang dapat meramalkan dan mengarahkan penemuan fakta fakta empiris.⁷

⁵ Buku Filsafat Ilmu dari Drs,A.Susanto,M.pd.Hal.148

⁶ Buku Filsafat Ilmu dari Drs,A.Susanto,M.pd.Hal.150

⁷Buku Filsafat Ilmu dari Drs,A.Susanto ,M.pd.Hal.153


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Logika merupakan suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala tempat dan
suasana ,karena logika mendidik manusia bersifat objektif ,tegas dan berani
Logika juga mempelajari hukum yang digunakan untuk mmebedakan penalaran
antara yang benar dengan yang salah. Mempelajari ilmu logika sangat
bermanfaat untuk setiap orang,karena manusia diciptakan oleh tuhan dengan
disertai akal agar mampu berpikir logis dan sesuai dengan fakta yang ada dalam
masyarakat.Logika harus dipakai oleh semua orang dalam setiap pemikirannya
,karena dengan logika manusia diarahkan untuk berpikir cerdas,objektif,tajam
dan benar.Selain itu, logika juga mampu meningkatkan cinta terhadap
kebenaran,serta menghindari kekeliruan.
DAFTAR PUSTAKA

Drs, A.Susanto,M.Pd., 2010, Filsafat Ilmu, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai