(BAHASA INDONESIA)
Disusun oleh:
Kelompok 5
Puji syukur kita panjatkan kepada tuhan yang maha esa atas berkat dan rahmat-nyalah
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah bahsa Indonesia tentang penalaran deduktif dan
induktif.Makalah bahasa Indonesia ini telah kami susun dengan maksimal.Terlepas dari semua itu,
kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah pengantar manajem ini.Akhir kata kami berharap
semoga makalah pengantar manajemen tentang konsep kepemimpinan dalam manajemen ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
Kelompok 5
Daftar Isi
Judul
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik)
yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga
akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui
atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui.
Proses inilah yang disebut menalar.
Menurut Jujun Suriasumantri, Penalaran adalah suatu proses berfikir dalam menarik suatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan. Sebagai suatu kegiatan berfikir penalaran memiliki ciri-ciri
tertentu. Ciri pertama adalah proses berpikir logis, dimana berpikir logis diartikan sebagai kegiatan
berpikir menurut pola tertentu atau dengan kata lain menurut logika tertentu. Ciri yang kedua
adalah sifat analitik dari proses berpikirnya. Sifat analitik ini merupakan konsekuensi dari adanya
suatu pola berpikir tertentu.
Penalaran dibagi menjadi dua, yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif. Penalaran
deduktif dikembangkan oleh Aristoteles, Thales, Pythagoras, dan para filsuf Yunani lainnya dari
Periode Klasik (600-300 SM.). Aristoteles, misalnya, menceritakan bagaimana Thales menggunakan
kecakapannya untuk mendeduksikan bahwa musim panen zaitun pada musim berikutnya akan
sangat berlimpah. Karena itu ia membeli semua alat penggiling zaitun dan memperoleh keuntungan
besar ketika panen zaitun yang melimpah itu benar-benar terjadi.
Penalaran deduktif tergantung pada premisnya. Artinya, premis yang salah mungkin akan
membawa kita kepada hasil yang salah, dan premis yang tidak tepat juga akan menghasilkan
kesimpulan yang tidak tepat.
Alternatif dari penalaran deduktif adalah penalaran induktif. Perbedaan dasar di antara
keduanya dapat disimpulkan dari dinamika deduktif dengan progresi secara logis dari bukti-bukti
umum kepada kebenaran atau kesimpulan yang khusus; sementara dengan induksi, dinamika
logisnya justru sebaliknya. Penalaran induktif dimulai dengan pengamatan khusus yang diyakini
sebagai model yang menunjukkan suatu kebenaran atau prinsip yang dianggap dapat berlaku secara
umum.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang dapat di sampulkan untuk rumusan masalah
yaitu, apa perbedaan Penalaran Deduktif dan Induktif ?
1.3. Tujuan
Mengetahui apa perbedaan penalaran induktif dan penalaran deduktif. Serta makalah
ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Penalaran
A. Pengertian penalaran
Penalaran merupakan konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses
pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain
yang telah diketahui. Pernyataan itu terdiri atas pengertian-pengertian sebagai unsurnya yangantara
pengertian satu dengan yang lain ada batas-batas tertentu untuk menghindarkan kekaburan arti.
Penalaran memiliki arti yang berbeda-beda menurut para ahli, sepertiyang dikemukakan
oleh R. G. Sukadijo bahwa penalaran adalah suatu bentuk pemikiran. 21 Shadiq (2007: 3) menyatakan
definisi penalaran menurut Copi yaitu penalaran merupakan kegiatan, proses atau aktivitas berpikir
untuk menarik suatu kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru berdasarkan pada beberapa
pernyataan yang diketahui benar ataupun yang dianggap benar yang disebut premis. Sedangkan,
Suherman dan Winataputra berpendapat bahwa penalaran adalah proses berfikir yang dilakukan
dengan suatu cara untuk menarik kesimpulan. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil bernalar,
didasarkan pada pengamatan data-data yang ada sebelumnya dan telah diuji kebenaranya
B. Ciri-ciri penalaran
Proses berpikir logis
Diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut logika tertentu. Pemikiran yang
ditimbang secara obyektif dan didasarkan pada data yang sah.
Contohnya, kemampuan untuk menarik kesimpulan yang benar berdasarkan logika
dan bisa dibuktikan kesimpulan tersebut sesuai pengetahuan atau ilmu yang sudah
diketahui.
Bersifat analitik
Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan
langkah-langkah tertentu. Kegiatan penalaran tidak terlepas dari daya imajinatif
seseorang dalam merangkai, menyusun, dan menghubungkan petunjuk akal
pikirannya ke dalam pola, contohnya seperti melibatkan kemampuan untuk
menganalisis, menyusun, dan memahami informasi secara detail
Rasional
Sesuatu yang sedang dinalar menjadi suatu fakta atau kenyataan yang dapat
dipikirkan secara mendalam.Contoh, mengacu pada kemampuan untuk menggunakan
nalar atau akal pikiran secara logis dan berdasarkan fakta.
2.2. Penalaran Deduktif
Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif dibidani oleh filosof Yunani Aristoteles merupakan penalaran yang
beralur dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum menuju pada penyimpulan yang bersifat
khusus. Sang Bagawan Aristoteles (Van Dalen:6) menyatakan bahwa penalaran deduktif adalah, ”A
discourse in wich certain things being posited, something else than what is posited necessarily follows
from them”. pola penalaran ini dikenal dengan pola silogisme. Pada penalaran deduktif menerapkan
hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang
khusus.
Corak berpikir deduktif adalah silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif.
Dalam penalaran ini tedapat premis, yaitu proposisi tempat menarik kesimpulan. Untuk penarikan
kesimpulannya dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Penarikan kesimpulan secara
langsung diambil dari satu premis,sedangkan untuk penarikan kesimpulan tidak langsung dari dua
premis.
Contoh :
- Laptop adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
- DVD Player adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
kesimpulan —> semua barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
menarik Simpulan secara langsung ditarik dari satu premis. sedangkan menarik secara tidak
langsung merupakan kebalikan dari secara langsung dimana pada secara tidak langsung membutuhkan
2 buah premis sebagai datanya.
a. Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari
dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme
adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan.
Contohnya:
b. Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme
premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contoh :
Penalaran induktif adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap
yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus. Prosesnya disebut induksi.
Penalaran induktif dapat berbentuk generalisasi, analogi, atau hubungan sebab akibat.
Generalisasi adalah proses berpikir berdasarkan hasil pengamatan atas sejumlah gejala dan fakta
dengan sifat-sifat tertentu mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa itu. Analogi merupakan
cara menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan terhadap sejumlah gejala khusus yang
bersamaan. Hubungan sebab akibat ialah hubungan ketergantungan antara gejala-gejala yang
mengikuti pola sebab akibat, akibat sebab, dan akibat-akibat.
Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. Babi berdaun telinga berkembang biak
dengan melahirkan. Ikan paus berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Contoh kasus generalisasi :
Pemakaian bahasa Indonesia deseluruh daerah di indonesia dewasa ini belum dapat dikata
seragam. Perbedaan dalam struktur kalimat, lagu kalimat, ucapan terlihan dengan mudah. Pemakaian
bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah. Diungkapkan
persurat kabaran, radio, dan TV pemakaian bahasa indonesia belum lagi dapat dikatakan sudah terjaga
baik. Para pemuka kita pun pada umumnya juga belum memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia
yang terjaga baik. Fakta – fakta diatas menunjukan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu
ditingkatkan.
Generalisasi sempurna
Adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penimpulan diselidiki. Generalisasi
macam ini memberikan kesimpilan amat kuat dan tidak dapat diserang. Tetapi tetap saja yang belum
diselidiki.
Adalah generalisasi berdasarkan sebagian fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku
bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki.
Penalaran generalisasi bertolak dari satu atau sejumlah fakta (fenomena atau peristiwa) khusus yang
mempunyai kemiripan untuk membuat sebuah kesimpulan. Sejumlah peristiwa khusus dibuat dalam
bentuk kalimat, kemudian pada akhir paragraf diakhiri dengan kalimat yang berisi generalisasi dari
peristiwa. Peristiwa khusus yang disebutkan pada bagian awal.
b. Analogi
Adalah membandingkan dua hal yang banyak persamaanya. Kesimpulan yang diambil dengan
jalan analogi, yakni kesimpulan dari pendapat khusus dari beberapa pendapat khusus yang lain,
dengan cara membandingkan situasi yang satu dengan yang sebelumnya.
Dalam berfikir Analogis, kita meletakan suatu hubungan baru berdasarkan hubungan-hubungan
baru itu. Dan kita juga dapat menarik kesimpulan bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai
segi, ada persamaan pula dalam bidang yang lain. Pada pembentukan kesimpulan dengan jalan
analogi, jalan pikiran kita didasarkan atas persamaan suatu keadaan yang khusus lainnya. Karena pada
dasarnya hanya membandingkan persamaan – persamaan dankemudian dicari hubungannya. Maka
sering kesimpulan yang diambil tidak logis.
Dari penjabaran diatas, dapat dikatakan bahwa penalaran analogi adalah proses penyimpulan
berdasarkan fakta atau kesamaan data. Analogi juga dapat dikatakan sebagai proses membandingkana
dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik
suatu kesimpulan.
Contoh Analogi:
Kita banyak tertarik dengan planel mars, karena banyak persamaannya dengan bumi kita.
Mars dan Bumi menjadi anggota tata surya yang sama. Mars mempunyai atsmosfir seperti bumi.
Temperaturnya hampir sama dengan bumi. Unsur air dan oksigennya juga ada. Caranya mengelilingi
matahari menyebabkan pula timbulanya musim seperti bumi. Jika bumi ada mahluk. Tidaklah
mungkin ada mahluk hidup diplanet Mars.
Hubungan akibat sebab merupakan suatu proses berfikir dengan bertolak dari suatu peristiwa
yang dianggap sebagai akibat, kemudian bergerak menuju sebab-sebab yang mungkin telah
menimbulkan akibat tadi.
Contoh :
Bola biliar bergerak ketika didorong tongkat. (atau: Dari seratus bola biliar yang didorong tongkat,
semuanya bergerak.)
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa penalaran dalam prosesnya ada
2 macam yaitu penalaran Induksi dan penalaran Deduktif.
• Penalaran Induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau
sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus. Prosesnya disebut
Induksi. Dalam penalaran Induktif ini ada 3 jenis penalaran Induktif yaitu Generalisai, Analogi,
dan Hubungan sebab akibat ataupun hubungan akibat–sebab.
• Penalaran Deduktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau
sikap yang berlaku khusus berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum. Prosesnya disebut
Deduksi. Jenis penalaran Deduktif ini diantaranya ada Silogisme dan Entinem.
3.2. Saran
Daftar Pustaka