Anda di halaman 1dari 5

V.

KONSEP TEKNOLOGI 

PENGERTIAN TEKNOLOGI 
Secara etimologi, kata teknologi berasal dari perpaduan dua buah akar kata 
yaitu ‘techne atau ‘techton’ dan ‘logops’, keduanya berasal dari bahasa Yunani.
Akar  kata yang pertama pada mulanya berarti ‘keterampilan’, dengan arti yang
sama dalam  bahasa sansekerta padanannya disebut ‘taksan’ dan dalam bahasa
Arab disebut  ‘taskhir’ lalu dalam bahasa Latin disebut ‘tegere’ atau jika ditinjau dari
sudut karyanya  kata tersebut sepadan dengan kata ‘art’ (seni) yang kemudian
digunakan dalam  bahasa Inggris sebagai ‘fine art’. Oleh karena itu ketika Plato
hendak menjelaskan  tentang seni, ia menggunakan kedua kata dalam bahasa
Yunani ”techne” dan  ”poesis” secara berdampingan . kata ”poiein” sendiri berarti
pengetahuan membuat  atau mencipta ”seni puitis”. Tidak heran sampai pada
pertengahan abad ke-17 kata  ”science” (sains) dari bahasa Latin ”scinetia” masih
bersenyawa dengan seni yang  memiliki arti sebagai komunikasi puitis dari persepsi
kreatif mengenai berita atau  cerita tentang ketertiban baru. Sedangkan kata yang
kedua (logos) berarti kata  ”pikiran” atau ”alasan”. Perpaduan kedua akar kata
”tekton” dan ”logos” tersebut  menjadi ”teknologi” memiliki arti sebagai ilmu tentang
keterampilan yang pada  mulanya yang memiliki keberhimpitan wilayah dengan
wilayah seni dan wilayah  sains. 
Defenisi tentang teknologi yang masih relavan dengan penggunaan pada 
masa kini adalah kecerdasan pengalaman praktis dari pengetahuan tentang 
ketertiban alam semesta yang dapat diwujudkan dalam bentuk dunia kebendaan
dan  atau dunia kecerdasan sendiri. Sebagai contoh, Fredderick Ferre (1988) 
memberikan contoh dialog antara teknologi yang berpaham kebendaan dan 
kecerdasan, seperti dimuat pada tabel 1. 

PERKEMBANGN TEKNOLOGI 
Teknologi berkembang sejak dulu kala seiring dengan kemajuan peradaban
manusia.  Pada awalnya teknologi berhubungan dengan tugas eksploitasi dan
pengolahan  sumber daya alam berupa materi dan energi seperti kapak, tombak,
panah dan 
peralatan lain yang bersifat kebendaan, sedang cara-cara pembuatan rumah,
perahu  teropong makanan, minuman, obat-obatan dan cara-cara lain yang bersifat
kecerdasan. Spektrum jenis teknologi sekarang membentang dalam Tabel 1. Dialog
argumentatif antara paham kebendaan dan paham kecerdasan  tentang
Teknologi  
Paham bahwa teknologi Paham bahwa teknologi berkaitan 
berkaitan  dengan produk berciri dengan produk berciri kecerdasan
kebendaan

1. Kemajuan teknologi dicirikan oleh 1. Kemajuan teknologi dicirikan oleh 


penggunaan bahan/material yang  penggunaan cara (metode) baru 
diproses dalam kegiatan industri/  (software). Misalnya cara bercocok 
pertanian untuk meningkatkan  tanam dari dua kali setahun menjadi 
volume dan ragam produk berupa  tiga kali dalam setahun guna 
perangkat keras (hardware)  meningkatkan volume produksi. 

2. Perubahan pola tanam tidak lain 2. Sebuah perangkat keras (hardware) 


merupakan realitas kebendaan.  tidak semata-mata bersifat  kebendaan
Mulai dari penunjang kesuburan  tetapi terkandung  didalamnya sebuah
(pupuk), pemberantasan hama  upaya cerdas  untuk mewujudkan
(pestisida), persiapan media  tumbuh tujuannya,  sehingga faktor
(tanah), pengeturan suhu,  bahan/material tidak  bersifat esensial
kelembaban dan lainnya  merupakan melainkan  kecerdasanlah yang esensial
sarana kecerdasan  yang berakhir dalam  upaya perwujudan teknologi.
dengan materi.

semua aspek kehidupan dan penghidupan manusia, apabila diurutkan bentangan 


tersebut mancakup: 
a. Teknologi eksploitasi: Berburu, menangkap ikan , memetik, bertani, menambang 
dan menyadap energi, dll. 
b. Teknologi pengolahan : Merebus, memanggang, fermentasi, melebur bahan, dan 
mengkonversi energi, dll. 
c. Teknologi transportasi: Menjinakkan hewan liar, membuat rakit, perahu , kapal, 
mobil, pesawat udara, jalan, jembatan, dll. 
d. Teknologi kenyamanan: Membuat pakaian, pagar, perabot rumah, tungku  pemanas,
meramu obat-obatan, dll. 
e. Teknologi peningkatan potensi manusia: Membuat peralatan berburu, petani, 
menangkap ikan dan mempertahankan diri, dll.
Jenis teknologi yang disampaikan itu merupakan fokus pengembangan 
teknologi dewasa ini dan masa datang. Jenis tersebut dapat dipilah-pilah sebagai 
berikut dan dibahas lebih lengkap pada bab selanjutnya. 
1. Teknologi material/bahan 
2. Bioteknologi 
3. Teknologi transformasi  
Meskipun pada awalnya beberapa aspek kehidupan dan penghidupan
manusia  dapat tercakup oleh bentangan tugas teknologi mulai dari eksplorasi,
eksploitasi,  pengolahan mengenai materi, energi dan informasi. Itupun manusia
masih belum  merasa puas, dengan hasil yang dicapainya, sehingga tidak hanya
kecerdasan  artifisial berbaris semi konduktor dan menjelang penggunaan super
konduktor yang  terus dikembangkan, tetapi mulai menuntut upaya memanipulasi
kecerdasan  genetical berbaris rekayasa untaian DNA/RNA. 
Mengantisipasi kenyataan perkembangan teknologi dewasa ini dan dimasa 
datang, maka timbul masalah bagaimana cara penguasaan, pemanfaatan dan 
pengendaliannya agar kemajuan teknologi tidak menjadi bumerang bagi 
kelangsungan hidup manusia. 

PERKEMBANGAN TINGKAT KEPUASAN 


Alam sendiri telah mengisyaratkan bahwa semua fenomena alami yang 
berlangsung selalu memenuhi suatu azas yang dikenal sebagai azas aksi terkecil. 
Aksi terkecil dapat berupa penggunaan waktu tersingkat, jarak perpindahan
terpendek  atau penggunaan energi terhemat. Penggunaan teknologi dalam suatu
tugas minimal  melibatkan waktu dan energi. Khusus bagi penggunaan energi dalam
suatu proses,  maka tingkat efisiensi merupakan ukuran kualitas dalam proses
tersebut. Oleh karena  itu efisiensi berkaitan erat dengan tingkat kepuasan dalam
pemanfaatan energi.  Sehubungan dengan pemenuhan tingkat kepuasan, maka
kualitas teknologi selalu  ditingkatkan untuk mempertinggi nilai efisiensinya. Nilai
efisiensi tersebut menurut  Rizal Astrawinata (1991) dapat didekati dengan data
mengenai daya keluaran yang  terdiri atas : 
a. Daya yang terkandung dalam produk
b. Daya yang terbuang melalui aliran limbah 
c. Daya yang hilang melalui pertukaran kalor dengan lingkungan 
d. Daya yang terdaur ulang 
e. Daya yang termusnahkan karena proses irreversibel. 
Adapun mengenai data daya masukan yang terdiri atas : 
a. Daya yang terkandung dalam bahan baku 
b. Daya yang terbawa oleh fluida kerja, arus listrik, arus panas, penjalaran gelombang 
mekanik, dan lain-lain. 
Hukum kekekalan energi menghendaki ”Daya masukan = Daya keluaran”, 
maka efisiensi dapat dinyatakan dengan : Hasil bagi dari ”daya yang terkandung 
dalam produk” dengan ”daya masukan ke dalam produk”. Nilai dari hasil bagi
tersebut  selalu lebih kecil dari 1 (satu), karena selalu ada pelepasan energi menjadi
energi  panas, energi bunyi, percikan energi atau material, dan lain-lain. Pelepasan
energi  merupakan energi yang tidak dapat digunakan kembali dalam proses yang
sedang  diamati. Seperti misalnya energi pembakaran bensintidak semua energi
menjadi  energi gerak sehingga sepeda motor dapat dikendarai, akan tetapi
terdapat  pelepasan energi yang menjadi deru panasnya, panas badan mesin dan
semburan  gas buangnya. 
Seiring dengan bertambahnya waktu, daya yang hilang atau termusnahkan 
karena proses irreversibel akan menumpuk atau akan mengakumulasi menjadi
energi  yang tidak terbarukan (nonrenewable energy) atau energi yang tidak dapat
digunakan  kembali, hal ini dalam termodinamika dengan proses spontan dan
disertai dengan  pembesaran atau bertambahnya kuantitas entropi (kesetimbangan
termodinamika)  alam semesta. Akibatnya energi yang masih dapat digunakan
semakin menipis oleh  karena tidak ada jalan lain demi kelangsungan hidup
manusia, energi harus dihemat  dan teknologi proses harus mempertinggi efisiensi
penggunaan energi. Keadaan  inilah yang memotivasi manusia untuk selalu
mempertinggi kualitas teknologi dewasa  ini dan dimasa depan. 
Suatu proses tidak hanya penggunaan energi yang menjadi masalah, akan 
tetapi produk sampingan yang berupa bahan buangan yang berbentuk cair, padat
dan  gas merupakan masalah besar yang harus pula ditangani agar dampaknya
terhadap 
lingkungan dapat dikurangi. Penanganan hal ini juga menjadi tugas teknologi
proses  terutama dalam pengolahan limbah sebelum dilepas ke lingkungan oleh
karena jenis  material limbah yang berbeda akan membutuhkan penanganan yang
berbeda pula. Hal yang lain kemudian adalah kita dapat juga memodifikasi produk
sampingnya  menjadi bahan yang bernilai ekonomi. 
Perkembangan teknologi terus berlangsung dalam mempertinggi nilai
efisiensi,  mereduksi produk samping berupa bahan buangan atau limbah dengan
cara  mengolahnya sebelum dibuang. Apabila pengembangan teknologi tidak
diupayakan,  maka laju degradasi kualitas lingkungan akan semakin besar, artinya
kerusakan  semakin parah dan kondisi ini tidak boleh dibiarkan, harus dapat
direduksi. Pada  keadaan demikian timbul pertanyaan sebagai berikut : 
a. Apakah degradasi kualitas lingkungan yang sekarang berlangsung adalah akibat 
kesalahan penerapan teknologi atau karena ketidaksiapan umat manusia dalam 
memprediksi akibat yang mungkin ditimbulkannya. 
b. Untuk mengatasi masalah degradasi kualitas lingkungan tersebut, langkah apa  yang
harus ditempuh. Apakah melakukan kecerdasan artifisial atau menerapkan 
kecerdasan genetikal, atau mungkin metode lain. 
Pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu dijawab termasuk pertanyaan lain yang 
berkaitan, perlu didiskusikan agar dapat memperdalam materi kuliah ini dan juga 
untuk memenuhi tuntutan keberlangsungan serta kepuasan hidup manusia. 

PENDEKATAN PEMIKIRAN 
Jenis-jenis teknologi yang dikembangkan umat manusia adalah implementasi 
praktis dari kecerdasan manusia sehingga Frederick Ferre (1988) menyebutkan 
bahwa nilai-nilai yang dimiliki manusia apakah yang baik maupun yang buruk
terbawa  dan tercermin dalam produk teknologi yang dihasilkannya, atau paling tidak
tercermin  dalam penggunaan dan perawatan barang-barang teknologi yang
dimilikinya. Hal lain  yang berkaitan dengan teknologi dengan metodologi praktisnya
akan terus  mengalami penyempurnaan dan bahkan dapat berjalan diluar kontrol
manusia yang  melewati batas nilai-nilai luhur budaya, sehingga muncul efek
samping sebagai akibat 
dari hasil rekayasa manusia dan reaksi berantai dengan alam dan manusia tidak 
dapat menghindarinya. 
Menurut Aroef M. (1996) bahwa konsep kebijakan manajemen
pengembangan  teknologi memerlukan tahapan yaitu: 
1) Memilih jenis-jenis teknologi yang akan dipergunakan dari jenis yang sudah 
dikenal/dikuasai. 
2) Mengasimilasikannya satu sama lain atau dengan teknologi maju yang
terjangkau. 3) Mengambangkan hasil asimilasi tersebut lebih lanjut dengan proses
inovasi. 4) Komersialisasi hasil asimilasi.  
Sedangkan pendapat Iskandar, U. (1996) bahwa teknologi yang akan
dikembangkan  dapat ditinjau dari empat komponen yaitu:  
1) Teknologi yang dapat meningkatkan kekuasaan dan kemampuan pengendalian 
(Technoware). 
2) Teknologi yang dapat meningkatkan kemampuan pemanfaatan suber daya 
(humanware). 
3) Teknologi yang dapat mengorganisasikan kegiatan untuk mecapai target 
(organware). 
4) Teknologi yang dapat meningkatkan kepastian dari efisiensi (infoware).  

Program pengembangannya, atau manajemen perubahan pengusaan 


teknologi, juga dapat melalui 4 tahap yaitu:  
1) Tahap adopsi teknologi yang kualitas produksinya dikontrol oleh pihak pentransfer 
(perakitan dengan komponen dan suku cadang yang diimpor). 
2) Tahap subtitus sebagian dengan pengurangan impor komponen dan suku cadang 
yang kualitas produknya dikontrol dengan tolak ukur dan indikator hasil rumusan 
para ahli Indonesian sediri. 
3) Tahap pengembangan awal dari teknologi yang sudah dikuasai pada tahap adopsi 
dan subtitusi.  
4) Tahap pengembangan lanjutan untuk menemukan teknologi maju. 
Oleh karenanya, berdasar pada dua pendapat tersebut, Taufik, TA. (1996) 
memandang bahwa istilah manajemen teknologi sebaiknya disempunakan menjadi
Manajemen Teknologi dan Inovasi (MTI).  
Pada prinsipnya MTI berkembang dalam menunjang kegiatan bisnis 
didasarkan pada pendekatan kesisteman dan dalam suasana yang sarat dengan 
bobot pragmatis. Orientasi komersial menuntut setiap organisasi bisnis
memfokuskan  manajemen seluruh kegiatannya pada wilayah pragmatisnya.
Sehingga setiap  organisasi bisnis akan mampu mendekatkan pola pendekatan
masing-masing yang  paling sesuai dengan kondisi dinamik, kontekstual, situasional
dari banyak faktor  ekternal dan internal. Karena MTI bukan semata-mata mencakup
proses-proses  sistematik perencanaan, pengorganisasian, implementasi dan
pengendalian, tetapi  meluas pula kearah proses-proses konsultasi, komunikasi,
koordinasi, kolaborasi dan  mediasi internal dan eksternal organisasi. 

Anda mungkin juga menyukai