Anda di halaman 1dari 3

TUGAS KELOMPOK 2

KELAS TPHP-B

MATA KULIAH ILMU SOSIAL DAN BUDAYA

ARTIKEL MENGENAI KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT


PETERNAK

DISUSUN OLEH:
NURUL ADELIA (2111121019)

DEWI WAHYUNI (2111121021)

RAJA DARMAWULAN (2111121023)

RANI SYAHPUTRI SIMBOLON (2111121026)

SISKA AGUSTINA (2111121029)

ATIQAH DETARICA AZURA (2111121031)

DINI AMELIA PUTRI (2111122002)

ZYAINATUL ARSYAH (2111122004)

MAULINA DELOVI GENIA (2111122006)

DIAMPU OLEH

BAPAK GALUH SIDARTA PUJIRAHARJO S.Sos, M.Si

TP: 2021/2022

UNIVERSITAS ANDALAS
Mayoritas masyarakat yang tinggal di pedesaan di Indonesia adalah masyarakat petani
dimana di dalamnya termasuk mereka yang berkecimpung di bidang peternakan. Peternakan itu
sendiri ialah suatu kegiatan mengembangbiakkan atau membudidayakan hewan ternak guna
mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut. Kegiatan peternakan bersifat fleksibel,
tergantung jenis hewan ternak yang dikembangbiakkan. Untuk hewan ternak yang tergolong
mamalia, pada umumnya diternakkan di daerah dataran tinggi. Hal ini dilakukan karena di
daerah dataran tinggi memiliki pasokan makanan berupa rerumputan yang lebih banyak
dibandingkan dengan daerah dataran rendah. Sedangkan untuk mengembangbiakkan hewan
ternak berupa unggas, umumnya dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di daerah dataran
rendah, karena unggas lebih cocok dikembangbiakkan di daerah dataran rendah yang memiliki
suhu lebih tinggi dibandingkan dengan daerah dataran tinggi.
Di Indonesia masih sedikit sumber daya manusia yang berorientasi untuk menghasilkan
ternak sesuai permintaan pasar. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan yang dimiliki
dalam dunia peternakan.Contohnya masyarakat kurang mengetahui cara beternak sapi dengan
benar. Akibatnya, masih sedikit kelompok tani ternak sapi yang bisa mengembangkan sistem dan
usaha agribisnis berbasis sapi yang baik. Masalah sosial seperti ini umumnya terjadi di wilayah
pedesaan. Peternak sapi di desa masih menggunakan metode tradisional sehingga menyebabkan
pertumbuhan sapi sangat lamban dan juga peternak kesulitan mencari lokasi yang bagus untuk
digunakan beternak karena sebagian besar sudah mulai dialihfungsikan.
Peternakan dapat dibedakan menjadi 3 yaitu peternakan ekstensif, intensif, dan semi
intensif. Dalam peternakan ekstensif, hewan dibiarkan berkeliaran dan mencari makan sendiri,
kadang di lahan yang luas, dan kadang dengan pengawasan agar tidak dimangsa. Dalam
peternakan intensif, terutama peternakan pabrik yang umum di negara-negara maju, hewan
dikandangkan dalam gedung berkepadatan tinggi, makanannya dibawa dari luar, dan hidupnya
diatur agar memiliki produksi dan efisiensi tinggi. Sedangkan pada peternakan semi intensif
adalah penggabungan antara peternakan ekstensif dan intensif.
Metode-metode yang diterapkan dalam kegiatan peternakan ini tentunya berpengaruh
terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat terutama di bidang sosial dan budaya. Metode
ekstensif umumnya masih diterapkan oleh masyarakat pedesaan. Metode ini tidak ditujukan
untuk kegiatan peternakan dalam skala besar, sehingga interaksi di antara masyarakat tentunya
dapat berjalan dengan maksimal. Namun berbeda dengan metode intensif. Metode ini diterapkan
untuk kegiatan peternakan dalam skala besar, sehingga peternakan yang dilakukan dengan
metode ini dilakukan di daerah yang jauh dari kawasan penduduk dan hanya melibatkan sedikit
proses sosial di lingkungan masyarakat.
Saat ini, kegiatan peternakan semakin disoroti, terutama di bidang pengolahan hasil
peternakan itu sendiri. Di era industri 4.0 atau industri disrupsi (disruption), hasil olahan ternak 
diciptakan dan dibuat segala sesuatunya menjadi lebih cepat, smart, dan efisien. Permintaan
bahan daging dan unggas terus mengalami peningkatan seiring pertumbuhan penduduk dunia,
sehingga harus ada inovasi untuk menghasilkan bahan pangan dengan jumlah besar dalam waktu
yang cepat. Hal ini tentunya membutuhkan sumber daya manusia yang mumpuni di bidang ini.
Hal ini menggiring opini kami bahwa peternakan di indonesia masih banyak dilakukan
secara tradional, hal ini biasa dilakukan para peternak di desa pedalaman, mereka kurang
memahami cara beternak dengan baik.Tentunya hal ini sangat disayangkan dengan kemajuan
teknologi saat ini sangat memungkinkan menggunakan teknologi untuk meningkatkan kualitas
peternakan.
Salah satu contoh masyarakat beternak sapi dan kambing, masyarakat memberi makan
kambing dengan rumput, namun adanya ilmu mengenai fermentasi makanan untuk hewan ternak
dari batang pisang.Hal ini seharusnya bisa dicontoh para peternak pedalaman, karena ini bisa
dijadikan pakan alternatif jika rumput sudah jarang ditemukan.Nutrisi yang ada di dalam batang
pisang antara lain, protein, asam amino,vitamin B, asam nukleat, glikosida, karbohidrat dan
pati.Kegunaan fermentasi pada makanan hewan ternak antara lain menjadikan sumber pakan
yang ramah lingkungan, membuat kotoran hewan ternak yang dihasilkan berkurang bau yang
menyengat.Hal ini diharapkan di era industri 4.0 ini, bidang peternakan secara perlahan mulai
mengalami perubahan. Hal ini sesuai dengan dasar filosofi pengembangan teknologi atau inovasi
bahwa inovasi akan diterima oleh suatu masyarakat apabila inovasi tersebut mempunyai nilai
basis sosial budaya yang relatif identik dengan nilai sosial budaya yang ada di masyarakat
setempat.

Anda mungkin juga menyukai