Anda di halaman 1dari 6

Frans Kaisiepo

Kelahiran: 10 Oktober 1921, Pulau Biak


Meninggal: 10 April 1979, Jayapura
Kebangsaan: Indonesia
Tempat pemakaman: Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, Jakarta
Anak: Suzanah Kaisiepo, Kartini
Orang tua: Alberthina, Albert Kaisiepo
Jabatan sebelumnya: Governor of Irian Jaya (1964–1973), Governor of Papua (1964–1973)

Pahlawan berikutnya berasal dari Irian. Namanya diabadikan menjadi nama Bandar Udara Frans
Kaisiepo di Biak, di salah satu kapal yaitu KRI Frans Kaisiepo, dan wajahnya pun tertera dalam mata
uang Rp10.000,00.Pada usia 24 tahun, ia mengikuti kursus Pamong Praja di Jayapura yang salah satu
pengajarnya adalah Soegoro Atmoprasodjo, yang merupakan mantan guru Taman Siswa. Sejak
bertemu dengan beliau, jiwa kebangsaan Frans Kaisiepo semakin tumbuh dan kian bersemangat untuk
mempersatukan wilayah Irian ke dalam NKRI.
Atas jasa dan perjuangannya selama mempertahankan keutuhan bangsa Indonesia, Pemerintah RI
menganugerahi gelar Pahlawan Nasional.

Silas Papare (1918-1978),


Kelahiran: 18 Desember 1918, Serui
Meninggal: 7 Maret 1973, Serui
Lahir: 18 Desember 1918; Serui, Papua
Penghargaan sipil: Pahlawan Nasional
Anak: Grace Rumansia Papare, Musa Papare
Orang tua: Dorkas Mangge, Musa Papare
seorang politikus pemberani yang berasal dari
daerah ujung timur Indonesia.
1. Beliau membentuk Komite Indonesia
Merdeka (KIM) hanya sekitar sebulan
setelah Indonesia merdeka. Tujuan
KIM yang dibentuk pada bulan
September 1945 ini adalah untuk
menghimpun kekuatan dan mengatur
gerak langkah perjuangan dalam
membela dan mempertahankan
proklamasi 17 Agustus 1945.
2. Bulan Desember di tahun yang sama,
Silas Papare bersama Marthen Indey
dianggap mempengaruhi Batalyon
Papua bentukan Sekutu untuk
memberontak terhadap Belanda.
Akibatnya mereka berdua ditangkap
Belanda dan dipenjara di Holandia (Jayapura). Setelah keluar dari penjara,
3. Silas Papare mendirikan Partai Kemerdekaan Irian, namun karena Belanda tidak senang, ia
kemudian ditangkap dan kembali dimasukkan penjara hang ada di Biak. Setelah keluar dari
penjara, partai ini kemudian diundang oleh pemerintah RI ke Yogyakarta, Silas Papare pun
pergi ke sana,
4. dan bersama dengan teman-temannya membentuk Badan Perjuangan Irian di Yogyakarta.
Sepanjang tahun 1950-an ia berusaha keras agar Papua menjadi bagian dari Republik
Indonesia. Tahun 1962 ia mewakili Irian Barat duduk sebagai anggota delegasi RI dalam
Perundingan New York antara Indonesia-Belanda dalam upaya penyelesaian masalah Papua.
Akhirnya berdasarkan “New York Agreement”, Belanda akhirnya setuju untuk
mengembalikan Papua ke Indonesia.

Marthen Indey (1912–1986)


Kelahiran: Maret 1912, Depapre
Meninggal: 17 Juli 1986, Jayapura
Orang tua: Indey
Anak: Frans Marcelino Charles Engelbert Indey, Fikena Soroway lndey
adalah seorang anggota polisi Hindia Belanda pada masa
sebelum kedatangan Jepang ke Indonesia.
1. beliau kerap berinteraksi dengan tahanan politik
Indonesia yang dibuang Belanda ke Papua. Beliau
bahkan pernah berencana bersama anak buahnya
untuk memberontak terhadap Belanda di Papua,
namun gagal.
2. Antara tahun 1945- 1947, ketika Indey masih
menjadi pegawai pemerintah Belanda dengan
jabatan sebagai Kepala Distrik, beliau kembali
menyiapkan sebuah rencana pemberontakan
bersama-sama kaum nasionalis yang ada di
Papua. Meskipun sekali lagi, pemberontakan ini
harus gagal dilaksanakan.
3. Kemudian sejak tahun 1946 Marthen Indey
menjadi Ketua Partai Indonesia Merdeka (PIM),
beliau kembali memimpin sebuah aksi protes
yang didukung oleh 12 delegasi kepala suku untuk menentang keinginan Belanda yang ingin
memisahkan Papua dari Indonesia.
4. Indey juga mulai terangterangan menghimbau anggota militer yang bukan orang Belanda agar
melancarkan perlawanan terhadap Belanda. Akibat aktivitas politiknya yang kian berani ini,
pemerintah Belanda menangkap dan memenjarakan Indey.
5. pada tahun 1962, ketika Marthen Indey telah dibebaskan dari penjara, beliau menyusun
kekuatan gerilya sambil menunggu kedatangan tentara Indonesia yang akan diterjunkan ke
Papua dalam rangka operasi Trikora. Saat perang usai, ia berangkat ke New York untuk
memperjuangkan masuknya Papua ke wilayah Indonesia di PBB, hingga akhirnya Papua
(Irian) benar-benar telah menjadi bagian dari Republik Indonesia.

Opu Daeng Risaju


Kelahiran: 1880, Palopo
Meninggal: 10 Februari 1964, Palopo
Orang tua: Opu Daeng Mawellu dengan Muhammad Abdullah to Barengseng
Kebangsaan: Indonesia

Nama kecil Opu Daeng Risaju adalah Famajjah. Nama


Opu menunjukkan gelar kebangsawanan di kerajaan Luwu.
Dengan demikian Opu Daeng Risaju merupakan keturunan
dekat dari keluarga Kerajaan Luwu. Sejak kecil,
Opu Daeng Risaju mulai aktif di organisasi Partai Syarekat
Islam Indonesia (PSII) di Palopo. PSII cabang Palopo
resmi dibentuk pada tanggal 14 januari 1930 melalui suatu
rapat akbar yang bertempat di Pasar Lama Palopo
(sekarang Jalan Landau).Pemerintah kolonial Belanda
menjatuhkan hukuman penjara kepada Opu Daeng Risaju
selama 13 bulan.
1. Pada masa revolusi di Luwu Opu Daeng Risaju banyak melakukan mobilisasi terhadap
pemuda dan memberikan doktrin perjuangan kepada pemuda. Tindakan Opu Daeng Risaju ini
membuat NICA berupaya untuk menangkapnya. Opu Daeng Risaju ditangkap dalam
persembunyiannya.Kemudian ia dibawa ke Watampone dengan cara berjalan kaki sepanjang
40 km. Opu Daeng Risaju ditahan di penjara Bone dalam satu bulan tanpa diadili kemudian
dipindahkan ke penjara Sengkang dan dari sini dibawa ke Bajo. Selama di penjara Opu Daeng
mengalami penyiksaan yang kemudian berdampak pada pendengarannya, ia menjadi tuli
seumur hidup.
Setelah pengakuan kedaulatan RI tahun 1949, Opu Daeng Risaju pindah ke Pare-Pare mengikuti
anaknya Haji Abdul Kadir Daud yang waktu itu bertugas di Pare- Pare. Sejak tahun 1950 Opu Daeng
Risaju tidak aktif lagi di PSII, ia hanya menjadi sesepuh dari organisasi itu. Pada tanggal 10 Februari
1964, Opu Daeng Risaju meninggal dunia. Beliau dimakamkan di pekuburan raja-raja Lokkoe di
Palopo

H. Agus Salim
Kelahiran: 8 Oktober 1884, Koto Gadang
Meninggal: 4 November 1954, Jakarta
Pasangan: Zainatun Nahar (m. ?–1954)
Anak: Maria Zenibiyang, Islam Basari, Violet Hanisah, LAINNYA
Pendidikan: Koning Willem III School te Batavia (1903), Europeesche Lagere School

Menurut keterangan Adam Malik, nama Haji Agus Salim


pertama kali menonjol di luar negeri ketika diadakan konferensi
buruh sedunia di Jenewa pada tanggal 30 Mei 1929.
1. Pada kabinet Syahrir I Agus salim tidak duduk dalam
jajaran kabinet, ia ditugasi saat itu sebagai penasihat
menteri luar negeri Ahmad Subardjo, sebagai menteri
luar negeri pertama yang dimiliki oleh bangsa Indonesia
setelah proklamasi kemerdekaannnya.
2. Baru, pada kabinet Syahrir II yang dibentuk pada tanggal
12 Maret 1946 Agus salim ditunjuk sebagai menteri luar
negeri muda, dengan sutan syahrir yang langsung
merangkap jadi menteri luar negeri.
3. Misi diplomatik RI yang di pimpin H. Agus salim ke
beberapa negara Arab, beranggotakan juga Muhammad
Rasyidi, Nazir Pamuntjak, abdul Kadir dan
A.R.Baswedan. Akibat usaha ini negara-negara Islam
mengakui Republik Indonesia secara de jure. Pada
tanggal 10 Juni 1947 Haji Agus Salim menanda-tangani
persahabatan antara Republik Indonesia dan Mesir di
Kairo.Delegasi Republik Indonesia kemudian
melanjutkan perjalanan menuju ke Republik Siria.
Perjanjian diplomatik dengan suriah itu juga mengakui secara de jure adanya Republik
Indonesia. Perjanjian ini ditandatangani pada tanggal 2 Juli 1947.
Agus Salim merupakan seorang ahli diplomasi yang namanya dikenal dunia. Berkat peran aktifnya
dalam mempertahankan dan menunjukan eksistensi Republik Indonesia di mata masyarakat
internasional, Agus Salim kemudian digelari sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1961 melalui SK
Presiden: Keppres No. 657

Kabinet Ali Sastroamijoyo I (31 Juli 1953-12 Agustus 1955)


Program pokok dari Kabinet Ali Sastroamijoyo
I: Meningkatkan keamanan dan kemakmuran
Menyelenggarakan Pemilu dengan segera
Pembebasan Irian Barat secepatnya Pelaksanaan
politik bebas-aktif Peninjauan kembali
persetujuan KMB. Penyelesaian pertikaian
politik.
Dalam menjalankan fungsinya, kabinet ini berhasil melakukan suatu prestasi
yaitu:
1. Merampungkan persiapan pemilu yang akan diselenggarakan 29 September 1955
2. Menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika (KAA) pada tahun 1955Konferensi Asia-Afrika
pada tahun 1955 memiliki pengaruh dan arti penting bagi solidaritas dan perjuangan
kemerdekaan bangsa-bangsa Asia- Afrika dan juga membawa akibat yang
lain,seperti;Berkurangnya ketegangan dunia
3. Pada masa pemerintahan kabinet Ali Sastroamidjojo I, Menteri Perekonomian Mr. Iskaq
Cokrohadisuryo memperkenalkan sistem ekonomi yang dikenal dengan sistem Ali-Baba.
Sistem ekonomi Ali-baba diperuntukan menggalang kerjasama ekonomi antara pengusaha
pribumi yang diidentikkan dengan Ali dan penguaha Tionghoa yang diidentikkan dengan
Baba.
Pelaksanaan sistem ekonomi Ali-Baba tidak berjalan sebagaimana mestinya. Para pengusaha pribumi
akhirnya hanya dijadikan sebagai alat bagi para pengusaha Tionghoa untuk mendapatkan kredit dari
pemerintah. Kabinet Ali ini juga sama seperti kabinet terdahulu mengalami permasalahan mengatasi
pemberontakan di daerah seperti DI/TII di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh. Terjadinya
Peristiwa 27 Juni 1955, yaitu peristiwa yang menunjukkan adanya kemelut dalam tubuh TNI-AD
memperburuk usaha peningkatan keamanan negara.

Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955-3 Maret 1956)


Program pokok dari Kabinet Burhanuddin
Harahap adalah: Mengembalikan kewibawaan
pemerintah, yaitu mengembalikan kepercayaan
Angkatan Darat dan masyarakat kepada
pemerintah,Melaksanakan pemilihan umum
menurut rencana yang sudah ditetapkan dan
mempercepat terbentuknya parlemen baru,
Masalah desentralisasi, inflasi, pemberantasan
korupsi, Perjuangan pengembalian Irian Barat
Politik Kerjasama Asia-Afrika berdasarkan
politik luar negeri bebas aktif.

Kabinet Burhanuddin Harap ini mencatatkan sejumlah keberhasilan dalam menjalankan fungsinya,
seperti:
1. Keberhasilan menyelenggarakan Pemilu pada 29 September 1955 untuk memilih anggota
DPR dan 15 Desember untuk memilih Dewan Konstituante.
2. Membubarkan Uni Indonesia-Belanda
3. Menjalin hubungan yang harmonis dengan Angkatan Darat
4. Bersama dengan Polisi Militer melakukan penangkapan para pejabat tinggi yang terlibat
korupsi
Pemilu yang dilakukan pada tahun 1955 menghasilkan 4 partai besar di Parlemen yaitu, PNI, NU,
Masyumi, dan PKI. Pemilu itu diikuti oleh 27 dari 70 partai yang lolos seleksi. Kabinet ini mengalami
ganggung ketika kebijakan yang diambil berdampak pada banyaknya mutasi dalam lingkungan
pemerintahan yang dianggap menimbulkan ketidaktenangan. Kabinet ini sendiri mengembalikan
mandatnya kepada Presiden Soekarno ketika anggota Parlemen yang baru kurang memberikan
dukungan kepada kabinet (Noer, 1983).

Kabinet Djuanda (9 April 1957-5 Juli 1959)


Program pokok dari Kabinet Djuanda dikenal
sebagai Panca Karya yaitu:Membentuk Dewan
Nasional,Normalisasi keadaan RI,Melancarkan
pelaksanaan Pembatalan KMB,Perjuangan pengembalian Irian
Jaya,Mempergiat/mempercepat proses Pembangunan
Presiden Soekarno juga pernah mengusulkan dibentuknya Dewan Nasional ini sebagai langkah awal
demokrasi terpimpin (Kahin, 1952).Pada masa kabinet Juanda, terjadi pergolakan-pergolakan di
daerah-daerah yang menghambat hubungan antara pusat dan daerah. Untuk mengatasinya;
1. diadakanlah Musyawarah Nasional atau Munas di Gedung Proklamasi Jalan Pegangsaan
Timur No. 56 tanggal 14 September Munas tersebut membahas beberapa hal, yaitu masalah
pembangunan nasional dan daerah, pembangunan angkatan perang, dan pembagian wilayah
Republik Indonesia.
2. Munas selanjutnya dilanjutkan dengan musyawarah nasional pembangunan (MUNAP) pada
bulan November 1957 (Hapsari, 2015).
3. Keberhasilan Kabinet Karya yang paling menguntungkan kedaulatan Indonesia dengan
dikeluarkannya Deklarasi Djuanda yang mengatur batas wilayah kepulauan Indonesia.
Kemudian dikuatkan dengan peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang No. 4 prp.
Tahun 1960 tentang perairan Indonesia. Pasca Deklarasi Djuanda, perairan Indonesia
bertambah luas sampai 13 mil yang sebelumnya hanya 9 mil (Kardiman, 2015).
Sebelum deklarasi Djuanda, wilayah negara Republik Indonesia mengacu pada Ordonansi Hindia
Belanda 1939, yaitu Teritoriale Zeeën en Maritieme Kringen Ordonantie 1939 (TZMKO 1939).
Dalam peraturan zaman Hindia Belanda ini, pulau-pulau di wilayah Nusantara dipisahkan oleh laut di
sekelilingnya dan setiap pulau hanya mempunyai laut di sekeliling sejauh 3 mil dari garis pantai. Ini
berarti kapal asing boleh dengan bebas melayari laut yang memisahkan pulau-pulau tersebut (Kahin,
1952).

ABDUL HARIS NASUTION


Kelahiran: 3 Desember 1918, Kotanopan
Meninggal: 6 September 2000, Jakarta
Pasangan: Johanna Sunarti (m. ?–2000)
Tempat pemakaman: Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, Jakarta
Anak: Ade Irma Suryani Nasution, Hendrianti Saharah Nasution

PERAN JENDAL A.H NASUTON ADALAH


1.Berjuang mempertahankan kemerdekaan bersama
Divisi Siliwangi
2.Memberantas pemberontakan PKI di madiun pada
1948
3.Menjadi
 Wakil panglima besar 1948
 Panglima komando jawa 1948-1949
 KSAD 1949-1952 & 1955-1962
 Menko polkam 1959-1966
 Ketua MPRS 1966-1972
Nasution menikah dengan Johanna Sunarti pada 30 Mei 1947
di Ciwidey, Bandung,bersamanya ia memiliki dua anak
perempuan, yakni Hendrianti Saharah Nasution dan Ade Irma
Suryani Nasution. Ade Irma tewas dalam peristiwa G30S.
Istrinya meninggal pada tahun 2010 dalam usia 87.Nasution
sendiri meninggal pada 6 September 2000 di Jakarta setelah
menderita stroke dan kemudian koma. Ia dimakamkan di
Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan
ADAM MALIK BATUBARA

Kelahiran: 22 Juli 1917, Kota Pematang Siantar


Meninggal: 5 September 1984, Bandung
Kebangsaan: Indonesia
Pendidikan: Hollandsch-Inlandsche School
Pasangan: Nelly Adam Malik (m. 1942–1984)
Jabatan sebelumnya: Wakil Presiden Republik Indonesia (1978–1983),
LAINNYA
Anak: Otto Malik, Antarini Malik, Imron Malik, Ilham Malik, Budisita
Malik

1. Mewakili indonesia saat adanya deklarasi bangkok


2. Aktif bergerilya dalam gerakan pemuda memperjuangkan kemerdekaan
3. Pada masa mudanya, ia sudah aktif ikut pergerakan nasional memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia, antara lain melalui pendirian Kantor Berita Antara yang berkantor pada waktu itu
di Buiten Tijgerstraat 38 Noord Batavia (Jl. Pinangsia II Jakarta Utara) kemudian pindah JI.
Pos Utara 53 Pasar Baru, Jakarta Pusat. Sebagai Direktur diangkat Mr. Soemanang, dan
Adam Malik menjabat Redaktur merangkap Wakil Direktur.
4. Karier Adam Malik di dunia internasional terbentuk ketika diangkat menjadi Duta Besar luar
biasa dan berkuasa penuh untuk negara Uni Soviet dan Polandia. Pada tahun 1962, ia menjadi
Ketua Delegasi Republik Indonesia untuk perundingan Indonesia dengan Belanda mengenai
wilayah Irian Barat di Washington D.C, Amerika Serikat. Yang kemudian pertemuan tersebut
menghasilkan Persetujuan Pendahuluan mengenai Irian Barat.

Anda mungkin juga menyukai