Pahlawan berikutnya berasal dari Irian. Namanya diabadikan menjadi nama Bandar Udara Frans
Kaisiepo di Biak, di salah satu kapal yaitu KRI Frans Kaisiepo, dan wajahnya pun tertera dalam mata
uang Rp10.000,00.Pada usia 24 tahun, ia mengikuti kursus Pamong Praja di Jayapura yang salah satu
pengajarnya adalah Soegoro Atmoprasodjo, yang merupakan mantan guru Taman Siswa. Sejak
bertemu dengan beliau, jiwa kebangsaan Frans Kaisiepo semakin tumbuh dan kian bersemangat untuk
mempersatukan wilayah Irian ke dalam NKRI.
Atas jasa dan perjuangannya selama mempertahankan keutuhan bangsa Indonesia, Pemerintah RI
menganugerahi gelar Pahlawan Nasional.
H. Agus Salim
Kelahiran: 8 Oktober 1884, Koto Gadang
Meninggal: 4 November 1954, Jakarta
Pasangan: Zainatun Nahar (m. ?–1954)
Anak: Maria Zenibiyang, Islam Basari, Violet Hanisah, LAINNYA
Pendidikan: Koning Willem III School te Batavia (1903), Europeesche Lagere School
Kabinet Burhanuddin Harap ini mencatatkan sejumlah keberhasilan dalam menjalankan fungsinya,
seperti:
1. Keberhasilan menyelenggarakan Pemilu pada 29 September 1955 untuk memilih anggota
DPR dan 15 Desember untuk memilih Dewan Konstituante.
2. Membubarkan Uni Indonesia-Belanda
3. Menjalin hubungan yang harmonis dengan Angkatan Darat
4. Bersama dengan Polisi Militer melakukan penangkapan para pejabat tinggi yang terlibat
korupsi
Pemilu yang dilakukan pada tahun 1955 menghasilkan 4 partai besar di Parlemen yaitu, PNI, NU,
Masyumi, dan PKI. Pemilu itu diikuti oleh 27 dari 70 partai yang lolos seleksi. Kabinet ini mengalami
ganggung ketika kebijakan yang diambil berdampak pada banyaknya mutasi dalam lingkungan
pemerintahan yang dianggap menimbulkan ketidaktenangan. Kabinet ini sendiri mengembalikan
mandatnya kepada Presiden Soekarno ketika anggota Parlemen yang baru kurang memberikan
dukungan kepada kabinet (Noer, 1983).