Anda di halaman 1dari 14

Biografi Frans Kaisiepo, Aktivis Kemerdekaan di Wilayah Irian

 Profil Frans Kaisiepo   

Nama Lengkap : Frans Kaisiepo


Tempat Lahir : Biak, Papua

Tanggal Lahir : Senin, 10 Oktober 1921

Meninggal : 10 April 1979 (umur 57)  Jayapura, Papua,

Zodiac : Balance

Agama : Kristen Protestan

Warga Negara : Indonesia

Istri : Anthomina Arwam

Gelar : Pahlawan Nasional


   Biografi Frans Kaisiepo   
Frans Kaisiepo adalah pria kelahiran Wardo, Biak, Papua pada 10 Oktober 1921. Pahlawan
Nasional yang satu ini punya jasa besar khususnya terhadap kehidupan masyarakat di Papua
sebab ia pernah menyandang status sebagai Gubernur Papua ke-4. Ia jugalah yang berada di
belakang asal-usul nama Irian. Jasa lain yang masih diingat publik adalah keikutsertaannya
dalam Konferensi Malino di tahun 1946. Ia memang sejak lama ikut serta dalam gerakan
Kemerdekaan Republik Indonesia. 

Ia sudah antusias bahkan saat masih berusia belia. Sempat suatu waktu sang pendiri PKII
bernama Silas Papare ditangkap oleh Belanda. Ia kemudian bersama beberapa rekan
berinisiatif untuk menyatukan wilayah Irian agar menjadi bagian dari Indonesia. Ia sangat
anti dengan Pemerintahan Belanda saat itu. Bahkan ia sempat meminta sang putra bernama
Markus Kaisiepo untuk mengganti nama sekolah dari yang semula disebut Papua
Bestuurschool menjadi Irian Bestuurschool. 

Menurutnya, nama Irian memiliki arti besar terutama kaitannya dengan semangat persatuan
masyarakat agar tidak mudah untuk takluk di tangan Belanda. Ia dan beberapa teman sangat
antusias menjelang presiden memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia. Ini dibuktikannya
dengan memperdengarkan lagu kebangsaan beberapa hari menjelang proklamasi, tepatnya
pada 14 Agustus 1945. Ia juga merupakan salah satu dari pahlawan TRIKORA. Ia berjasa di
dalam pembentukan Partai Indonesia merdeka pada 10 Juli 1946.

ng menjabat sebagai ketua saat itu adalah Lukas Rumkofen. Ia pun kemudian diutus untuk
pergi menghadiri Konferensi Malino 1946. Itu merupakan peristiwa penting dalam sejarah
hidupnya sebab dalam konferensi tersebut, ia merupakan satu-satunya perwakilan dari Irian.
Disana ia menyuarakan aspirasinya agar nama Papua diganti menjadi Irian. Hanya berselang
1 tahun, Belanda mencoba melakukan penekanan sehingga perang pun pecah di Biak, Irian.
Kaisiepo merupakan salah satu tokoh penting dalam pergerakan tersebut. Sikap antinya
terhadap Belanda kembali ditunjukkan dengan menolak dipilih sebagai wakil Belanda di
Konferensi Meja Bundar. 

Atas sikap kerasnya itu, ia kemudian ditahan dalam periode yang cukup lama, mulai dari
1954 – 1961. Penahanan tersebut tidak menyurutkan semangatnya. Bahkan ia kembali
menemukan jati diri dengan menjadi pendiri Partai Politik Irian pada 1971. Misi utama dari
pembentukan partai tersebut adalah agar supaya wilayah nugini bisa bersatu dengan
Indonesia. Pada periode ini sempat terjadi peristiwa penting termasuk TRIKORA (Tiga
Komando Rakyat). Frans Kaisiepo menghembuskan nafas terakhir pada 10 April 1979,
kemudian raganya disemayamkan di Taman Makam Pahlawan Cendrawasih di Biak.

   Pendidikan Frans Kaisiepo   

 Sekolah Rakyat pada 1928–1931


 LVVS Korido pada 1931–1934
 Sekolah Guru Normalis di Manokwari pada 1934–1936
 Bestuur Course pada March – August 1945
 Bestuur School / Pamong Praja pada 1952–1954

   Karir Frans Kaisiepo   

 Pendiri, Partai Indonesia Merdeka, 1946


 Anggota Delegasi RI, Konferensi Malino, Sulawesi Utara, 1946
 Anggota, Kepemimpinan Hakim Tertinggi, Dewan Pertimbangan Agung RI, 1972
 Gubernur Papua, 1964-1973

   Penghargaan Frans Kaisiepo   

 Gelar Pahlawan Nasional Indonesia

Demikian biografi Frans Kaisiepo sosok pahlawan nasional Indonesia dari Papua. Frans yang
terlibat dalam Konferensi Malino tahun 1946 membicarakan pembentukan Republik
Indonesia Serikat sebagai wakil dari Papua. Semoga kisah pahlawan diatas dapat memberikan
inspirasi kepada penerus bangsa Indonesia terkhusus kepada masyarakat Papua.
BIOGRAFI SILAS PAPARE

SILAS PAPARE

Nama         : Silas Ayari Donari Papare


Lahir : di Serui, Papua, 18 Desember 1918
Meninggal : di Serui, Papua, 7 Maret 1973 (umur 54 tahun)
Agama : Kristen Protestan
Keluarga :
•      Isteri (Ny. Regina Aibui)
•      Anak (9 orang) 
Pendidikan :
•      Volschool
•      Sekolah Juru Rawat (lulus tahun 1935)
Organisasi :
•      Komite Indonesia Merdeka (KIM)
•      Partai Kemerdekaan Indonesia Irian (PKII)
•      Badan Perjuangan Irian
•      Kompi Irian 17
•      Biro Irian
Jabatan :
•      Pendiri Partai Kemerdekaan Indonesia Irian (PKII)
•      Pendiri Badan Perjuangan Irian
•      Delegasi Indonesia dalam Perjanjian New York (15 Agustus 1962)
•      Pembentuk Komite Indonesia Merdeka (KIM)
Prestasi :
•      Salah satu kapal perang milik TNI AL mendapat kehormatan menggunakan nama KRI Silas
Papare yaitu sebuah korvet kelas Parchim, yang dibuat untuk Volksmarine/AL Jerman Timur
pada akhir 70-an. Penamaan menurut Pakta Warsawa adalah Project 133
•      Atas jasa dan perjuangannya, Pemerintah RI menganugerahi gelar Pahlawan Nasional
berdasarkan SK Presiden RI No. 077/TK/Tahun 1993 tanggal 14 September 1993.
•      Pada 5 April 1945, Silas mendapat penghargaan dari pemerintah kolonial Belanda berupa
Bintang Perunggu, yang diberikan oleh Koningin Wilhelmina
•      Berkat pertolongannya kepada tentara Sekutu melawan Jepang di Irian Jaya, ia kembali
memperoleh penghargaan dari bagian OPS Perang Pasifik dari Biro Intelijen tentara Sekutu
yang ditandatangani oleh GA Willongbym Mayor Jenderal USA (US ARMY) pada 31
Oktober 1945
•      Nama Beliau juga diabadikan sebagai nama Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Politik (STISIPOL)
Silas Papare, yang berada di Jalan Diponegoro. Sedangkan di kota Nabire, nama Silas Papare
dikenang dalam wujud nama jalan.

Peran :
•      Mendirikan Partai Kemerdekaan Indonesia Irian (PKII). Akibatnya, Silas kembali ditangkap
oleh Belanda dan dipenjarakan di Biak. Namun, Silas berhasil melarikan diri menuju
Yogyakarta.
•      Pada Oktober 1949 di Yogyakarta, Silas Papare membentuk Badan Perjuangan Irian
•      Ditunjuk menjadi salah seorang delegasi Indonesia dalam Perjanjian New York pada tanggal
15 Agustus 1962 yang mengakhiri perseteruan antara Indonesia dan Belanda perihal Irian
Barat
•      Pada 29 September 1945, Silas Papare dengan bimbingan ex Digulis Harjono dan Suprapto
membentuk Komite Indonesia Merdeka ( KIM )
•      Membentuk Kompi Irian 17 di Markas Besar Angkatan Darat untuk mendukung politik
Pemerintah di forum Internasional dalam usaha pengembalian Irian Barat ke pangkuan
Republik Indonesia pada tahun 1951.
•      Membentuk Biro Irian di Jakarta pada tahun 1945 dan Silas Papare ditetapkan sebagai
Komisaris I (Keppres RI No. 53 tahun 1945 tanggal 17 Pebruari 1954). Membentuk Propinsi
Irian Barat di Jakarta sebagai pemerintah tandingan Pemerintah Belanda di Irian Barat.
•      Merupakan pelopor/penganjur/teladan atas anjurannya “I Love Indonesia”, cinta tanah air
Indonesia nasionalisme yang mulia dikembangkan di Bumi Irian.
•      Pada 25 Desember 1945, Silas dan beberapa kawannya berupaya mengajak pemuda-pemuda
Irian yang tergabung dalam Batalyon Papua untuk bergabung dan memberontak terhadap
Belanda. Meski sayangnya, rencana tersebut bocor ke telinga Belanda, sehingga Silas Papare
ditangkap dan dipenjarakan di Serui, Jayapura.
    Profil Marthen Indey    

Nama Lengkap : Marthen Indey

Alias : Marthen

Profesi : Pahlawan Nasional

Agama : Kristen

Tempat Lahir : Doromena, Jayapura, Papua 

Tanggal Lahir : Kamis, 14 Maret 1912

Meninggal : Doromena, 17 Juli 1986 pada umur 74 tahun)

Zodiac : Pisces

Warga Negara : Indonesia

    Biografi Marthen Indey    


Marthen Indey adalah seorang Pahlawan Nasional kelahiran Papua. Ia dilahirkan pada 16
Maret 1912 di Doromena, Jayapura, Papua. Sebelumnya ia pernah mengabdi untuk Belanda
sebagai polisi, namun pada akhirnya berbalik arah dan justru memberikan dukungan kepada
Rakyat Indonesia. Ini terjadi setelah ia mendapatkan kesempatan bertemu dengan beberapa
tokoh politik yang ditahan di Digul. Salah satu tokoh tersebut bernama Sugoro Atmoprasojo. 

Ia diberikan tugas untuk menjaga para tahanan politik. Disanalah perkenalannya dengan
orang-orang penting tersebut terjadi. Itu pada akhirnya membuat ia sadar bahwa ia adalah
bagian dari NKRI dan harus bertempur melawan penjajah. Seiring dengan terbakarnya jiwa
patriotisme di dalam dirinya, ia berusaha untuk menangkap aparat dari pemerintah Belanda.
Namun sayangnya usaha tersebut tidak berjalan mulus. Meski begitu, ia sama sekali tidak
patah arang. Tahun 1944 ia pulang dari tempat pengungsian di Australia. Ia kemudian
diberikan tugas oleh sekutu untuk memberikan pelatihan kepada Anggota Batalyon Papua. 
Pasukan tersebut dipersiapkan pemerintah untuk melawan tentara Jepang. Hanya berselang
setahun, ia kemudian dipercayai jabatan sebagai Kepala Distrik Arso Yamai dan Waris dalam
kurun waktu sekitar 2 tahun. Waktu itu juga ia manfaatkan untuk berhubungan dengan para
pejuang Indonesia yang sempat menghabiskan masa-masa penahanan di Digul. Ia bertemu
mereka supaya bisa merencanakan pemberontakan terhadap pemerintahan Belanda. Hanya
saja, Belanda terlebih dahulu sudah mengetahui, jadi rencana itupun praktis batal. 

Dalam perjalanan karirnya, ia juga pernah bergabung dengan Komite Indonesia Merdeka
(KIM) yang berubah nama menjadi Partai Indonesia Merdeka (PIM). Disana ia ia sempat
menjadi ketua dan posisi tersebut dimanfaatkannya untuk menyampaikan tentangan kepada
Belanda. Ia memprotes ide Belanda untuk melepaskan Irian Barat dari Indonesia. Atas protes
tersebut, Marthen Indey dinilai salah oleh Belanda dan dimasukkan ke dalam penjara selama
3 tahun. Ia adalah tokoh di balik Piagam Kota Baru yang di dalamnya tercantum soal niatan
masyarakat Papua untuk tetap bersatu dengan Indonesia.

Karena piagam itulah ia lantas diminta untuk melakukan perundingan di New York terkait
penyatuan Irian Barat dengan Indonesia. Perundingan tersebut memberikan hasil positif
karena mereka akhirnya mengijikan Irian Barat untuk bersatu dengan Indonesia dan namanya
diubah menjadi Irian Jaya sejak saat itu. Untuk menghormati jasanya, ia diminta untuk
bergabung di MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara) untuk periode 1963 –
1968. Marthen wafat 17 juli 1986 saat usianya menginjak 74 tahun. Ia pun dianugerahkan
gelar Pahlawan Nasional pada 14 September 1993.

   Pendidikan Marthen Indey   

 Sekolah Polisi di Sukabumi, Jawa Barat


 Sekolah Pelayaran
 Sekolah Dasar

   Karir Marthen Indey   

 Kontrolir diperbantukan pada Residen Jayapura dan berpangkat Mayor Tituler, 1963-
1983
 Anggota MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara) mewakili Irian Jaya,
1963-1968
 Ketua PIM (Partai Indonesia Merdeka)
 Kepala Distrik Arso Yamai dan Waris
 Anggota Polisi Hindia Belanda

   Penghargaan Marthen Indey   

 Pahlawan Nasional

Demikian penjelasan biografipahlawan.com tentang Marthen Indey dari papua yang telah


membela rakyat indonesia melawan penjajah. Semoga kisah diatas membuat anda lebih
mementingkan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri.
Biografi Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Beliau lahir di Yogyakarta 12 April 1912
dengan nama Bendoro Raden Mas Dorodjatun di Ngasem, Ia adalah salah seorang Sultan
yang pernah memimpin di Kasultanan Yogyakarta (1940-1988) dan Gubernur Daerah
Istimewa Yogyakarta yang pertama setelah kemerdekaan Indonesia. Ia pernah menjabat
sebagai Wakil Presiden Indonesia yang kedua antara tahun 1973-1978. Ia juga dikenal
sebagai Bapak Pramuka Indonesia, dan pernah menjabat sebagai Ketua Kwartir Nasional
Gerakan Pramuka. Hamengkubuwana IX adalah putra dari Sri Sultan Hamengkubuwana VIII
dan Raden Ajeng Kustilah. Di umur 4 tahun Hamengkubuwana IX tinggal pisah dari
keluarganya.

Dia memperoleh pendidikan di HIS di Yogyakarta, MULO di Semarang, dan AMS di


Bandung. Pada tahun 1930-an beliau berkuliah di Rijkuniversiteit (sekarang Universiteit
Leiden), Belanda (“Sultan Henkie”). Hamengkubuwana IX dinobatkan sebagai Sultan
Yogyakarta pada tanggal 18 Maret 1940 dengan gelar “Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun
Kanjeng Sultan Hamengkubuwana Senapati-ing-Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama
Khalifatullah ingkang Jumeneng Kaping Sanga”. Ia merupakan sultan yang menentang
penjajahan Belanda dan mendorong kemerdekaan Indonesia.
Selain itu, dia juga mendorong agar pemerintah RI memberi status khusus bagi Yogyakarta
dengan predikat “Istimewa”. Sebelum dinobatkan, Sultan yang berusia 28 tahun bernegosiasi
secara alot selama 4 bulan dengan diplomat senior Belanda Dr. Lucien Adam mengenai
otonomi Yogyakarta. Di masa Jepang, Sultan melarang pengiriman romusha dengan
mengadakan proyek lokal saluran irigasi Selokan Mataram. Sultan bersama Paku Alam IX
adalah penguasa lokal pertama yang menggabungkan diri ke Republik Indonesia. Sultan
pulalah yang mengundang Presiden untuk memimpin dari Yogyakarta setelah Jakarta
dikuasai Belanda dalam Agresi Militer Belanda I. Peranan Sultan Hamengkubuwana IX
dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 oleh TNI masih tidak singkron dengan versi Soeharto.
Menurut Sultan, beliaulah yang melihat semangat juang rakyat melemah dan menganjurkan
serangan umum. Sedangkan menurut Pak Harto, beliau baru bertemu Sultan malah setelah
penyerahan kedaulatan. Sultan menggunakan dana pribadinya (dari istana Yogyakarta) untuk
membayar gaji pegawai republik yang tidak mendapat gaji semenjak Agresi Militer ke-2.

Sejak 1946 beliau pernah beberapa kali menjabat menteri pada kabinet yang dipimpin
Presiden Soekarno. Jabatan resminya pada tahun 1966 adalah ialah Menteri Utama di bidang
Ekuin. Pada tahun 1973 beliau diangkat sebagai wakil presiden. Pada akhir masa jabatannya
pada tahun 1978, beliau menolak untuk dipilih kembali sebagai wakil presiden dengan alasan
kesehatan. Namun, ada rumor yang mengatakan bahwa alasan sebenarnya ia mundur adalah
karena tak menyukai Presiden Soeharto yang represif seperti pada Peristiwa Malari dan
hanyut pada KKN.
Beliau ikut menghadiri perayaan 50 tahun kekuasaan Ratu Wilhelmina di Amsterdam,
Belanda pada tahun 1938 Minggu malam 2 Oktober 1988, ia wafat di George Washington
University Medical Centre, Amerika Serikat dan dimakamkan di pemakaman para sultan
Mataram di Imogiri, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, Indonesia. Sultan Hamengku
Buwana IX tercatat sebagai Gubernur terlama yang menjabat di Indonesia antara 1945-1988
dan Raja Kesultanan Yogyakarta terlama antara 1940-1988.
Biografi Sultan Syarif Kasim II

Syarif Kasim lahir di Siak Sri Indra Pura-Riau pada 1 Desember 1893 dan wafat pada
23 April 1968 di Rumbai,Pekanbaru-Riau pada usia 74 tahun.

Ayah dari Syarif Kasim II yakni Sultan Assyaidin hasyim I Abdul jalil Syaifuddin
wafat pada tahun 1908.Setelah ayah nya wafat , Syarif Kasim II di nobatkan sebagai Sultan
Kerajaan Siak Indrapura, yg pada saat itu beliau baru berusia 16 tahun.

Karena beliau belum cukup umur dan tengah menjalani dan menempuh pendidikan di
batavia maka Syarif Kasim II di nobatkan sebagai sultan kerajaan Siak Indrapura pada
tanggal 13 maret 1915 dengan gelar Sultan Asyaidis Syarif Kasim Sani Abdul Jalil
Syaifuddin.

Sultan Syarif Kasim II merupakan seorang pendukung perjuangan kemerdekaan


Indonesia. Tidak lama setelah proklamasi beliau menyatakan bahwa kesultanan siak sebagai
bagian wilayah indonesia dan dia menyumbangkan sebagian besar harta kekayaannya
sejumlah 13 juta gulden untuk pemerintah republik ( setara dengan 151 juta gulden atau €69
uero pada tahun 2011). Beliau bersama Sultan Serdang berusaha membujuk Raja-raja di
sumatra timur lainnya untuk turut memihak kepada republik indonesia.

Di bawah kepemimpinan Sultan Syarif Kasim II, Kerajaan siak menjadi ancaman bagi
pemerintah Hindia belanda.Karena secara terang-terangan Sultan Syarif Kasim II
menunjukkan penentangannya kepada penjajah.

Dengan Lantang Sultan Syarif Kasim II menolak Sri ratu belanda sebagai pemimpin
tertinggi para raja di kepulauan nusantara termasuk siak. 

Sultan Syarif Kasim amat sadar akan pentingnya pendidikan sebagai tonggak
perubahan bagi suatu kaum, karena itu beliau mencoba mencerdaskan rakyatnya dengan
mendirikan sekolah-sekolah di siak. Dan bagi putra-putri yg cerdas dan berprestasi akan
mendapat beasiswa untuk menempuh pendidikan ke medan dan batavia.
Orang-orang menghormati Sultan Syarif Kasim bukan saja hanya karena kedudukan
beliau sebagai raja , tetapi juga karena perkataan dan perbuatan beliau bersifat
menyatu.Seperti beliau tidak hanya mendukung NKRI dg maklumat dan pernyataan politik
saja tetapi juga tindakan atau perbuatan nyata dengan menyumbangkan harta nya dalam
jumlah yg sangat besar kepada negara. Dan juga beliau tidak hanya menyayangi rakyatnya
dalam bentuk perkataan tetapi juga dg perbuatan nyata yaitu dengan mencerdaskan rakyatnya
dengan menyediakan fasilitas sekolah-sekolah.
Pada peringatan/haul kematian beliau yg ke-19 , beliau mendapat gelar pahlawan nasional.

Penetapannya tanggal 6 november 1998 melalui keputusan presiden No.109/TK/1998


yg di tandatangani BJ Habibie. Sultan Syarif Kasim II juga mendapat tanda kehormatan
bintang mahaptra Adipradana.

Untuk mengenang jasa-jasanya pemerintah provinsi riau mengabdikan nama beliau


pada bandara International di Pekanbaru dengan nama Sultan Syarif Kasim II yg semula
bernama bandar udara simpang tiga.

Bandara ini merupakan adalah tempat pertama kali Sultan Syarif Kasim II melakukan
pendaratan perdana dan meresmikannya pada tahu 1943 bersama dg permaisuri Tengku
Agung Sultanah Latifah dan pembesar pemerintahan belanda.
  Profil Ismail Marzuki    

Nama Lengkap : Ismail Marzuki


Tempat Lahir : Batavia, Indonesia
Tanggal Lahir : Senin, 11 Mei 1914
Meninggal : Jakarta, 5 Januari 1958 (umur 44)

Makam : TPU Karet Bivak, Jakarta


Istri : Eulis Zuraidah
Agama : Islam
Zodiac : Taurus
Warga Negara : Indonesia

    Biografi Ismail Marzuki    


Ismail Marzuki atau Bang Maing sapaan akrapnya adalah putra Betawi, lahir pada 11 Mei
1914 di Kwitang, Senen, Batavia atau Jakarta Sekarang ini. Beliau merupakan komponis
besar yang telah menciptakan lebih dari 200 lagu. Lagu-lagunya yang melegenda diantaranya
sepasang mata bola, Rayuan pulau kelapa yang merupakan lagu penutup siaran TVRI pada
jaman Orde Baru, Indonesia Pusaka, dan masih banyak lagi. Pada biografi Ismail Marzuki
disebutkan, bahwa ibunya meninggal saat usianya masih tiga bulan sehingga sosok ibu
digantikan oleh Anie Haminah, kakak kandungnya yang berumur sebelas tahun diatasnya.

Masa pendidikan Ismail Marzuki dimulai dengan belajar di HIS Idenburg, Menteng sampai
kelas 7, berlanjut ke MULO di jalan Menjangan, Jakarta. Selepas mendapat ijazah MULO
dan kemampuan berbahasa Inggris dan Belanda, ia bekerja di Socony servie Station untuk
beberapa saat hingga kemudian pindah ke perusahaan dagang KK Nies. Ia senang bekerja
pada perusahaan yang merekam piringan hitam dan menjual alat-alat music, karena disinilah
bakatnya dibidang music bisa tersalurkan. Dalam biografi Ismail Marzuki disebutkan,
hobinya dengan music terpupuk dengan baik saat usia sekolah ayahnya membelikan alat
music seperto harmonica, mandolin dan lainnya. Dengan alat music tersebut ia aktif
mengasah kemampuannya bermain music dan mampu menciptakan lagu pada usia 17 tahun
dengan judul O Sarinah.
Karir bermusik Ismail Marzuki dimulai sejak ia bergabung dengan perkumpulan orkes Lief
Java dibawah pimpinan Hugo Dumas pada tahun 1936. Di grup inilah kemampuannya terus
terasah dan meningkat dengan pesat. Kreatifitasnya dalam mengaransemen lagu dengan
genre yang beragam, lagu Barat, Irama Keroncong dan Langgam Melayu sangat diapresiasi.
Ia orang pertama yang mengganti harmonium pompa dalam langgam melayu dengan
instrument akordean. Mengikuti karirnya dalam biografi Ismail Marzuki sungguh menarik.
Pada tahun 1937 beberapa lagu Bang maing seperti O Sarinah, Ali Baba Rumba, dan Olhe
Lheu Dari Kotaradja direkam dalam piringan hitam dan mendapat sambutan yang sangat
antusias dari para penggemar music. Pada tahun 1938, Ia membawakan lagu bertajuk Duduk
Termenung untuk mengisi suara dalam film Terang Bulan, karena Rd. Muchtar selaku
pemerannya tidak dapat menyanyikannya. Sukses di dunia film, Ia diundang dalam
serangkaian pementasan di Singapura dan Malaysia. Pada tahun 1939, Ia menciptakan lagu
berjudul Als De Orchideen Bloeien yang mampu memukau hati penggemar diseluruh tanah
air hingga melintas ke negeri Belanda.

Menelaah lebih dalam biografi Ismail Marzuki, kita jadi mengetahui kalau Ia adalah seorang
pejuang kemerdekaan melalui syair lagu. Lagu-lagu yang Ia ciptakan mampu membakar
semangat perlawanan rakyat pribumi terhadap para penjajah. Ia menggubah lagu Indonesia
Pusaka dan Bisikan Tanah air yang berujung pada pemanggilan dirinya oleh Kenpetai, karena
lagunya yang disiarkan secara luas melalui radio dianggap memprovokasi rakyat untuk
melawan penjajah Jepang. Ia menciptakan mars Gagah Perwira untuk memberi semangat
perjuangan kepada para pasukan Peta (Pembela Tanah Air). Sedangkan lagu Rayuan Pulau
Kelapa, Ia ciptakan pada tahun 1944.

Pada biografi Ismail Marzuki, sisi kehidupan pribadinya terungkap, kalau Ia menikah dengan
Eulis Zuraidah. Ia memiliki anak angkat bernama Rachmi Aziah, sedangkan sampai akhir
hayatnya Ia tidak dikaruniai anak kandung yang terlahir dari Rahim istrinya. Tahun 1956, Ia
menulis lagu berjudul Inikah Bahagia saat sedang sakit. Menjalani masa sakit selama dua
tahun hingga akhirnya pada tanggal 25 Mei 1958 Ia meninggal dunia dalam usia 44 tahun.
Namanya terkenang sepanjang masa dan terabadikan lewat Pusat Kebudayaan dan Sastra di
Salemba Jakarta Pusat dengan nama Taman Ismail Marzuki. Ia dianugerahi sebagai salah satu
Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan SK Presiden No 089/TK/ tahun 2004.

    Penghargaan Ismail Marzuki    

 Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden No 089/TK/ tahun 2004


 Namanya diabadikan sebagai pusat seni dan kebudayaan Taman Ismail Marzuki
(TIM), 1968
Biografi - Opu Daeng Risadju

Nama Lengkap : Opu Daeng Risadju

Alias : Fammajah

Profesi : Pahlawan Nasional

Agama : Islam

Tempat Lahir : Palopo

Tanggal Lahir : Minggu, 0 -1 1880

Warga Negara : Indonesia

Suami : Muhammad Daud


Anak : Abdul Kadir Daud
BIOGRAFI

Opu Daeng Risaju ketika kecil dikenal sebagai Famajjah. Ia dilahirkan di Palopo pada tahun
1880, dari hasil perkawinan antara Opu Daeng Mawellu dengan Muhammad Abdullah to
Barengseng. Nama Opu Daeng Risaju merupakan symbol kebangsawanan kerajaan Luwu.
Opu mendapatkan gelar ini ketika ia sudah menikah dengan suaminya, H Muhammad Daud. 

Walaupu tidak pernah mendapat pendidikan formal seperti sekolah Belanda, Opu sejak kecil
sudah banyak belajar tentang ilmu agama dan budaya. Ia memang seorang yang “buta huruf”
latin, namun ia banyak belajar tentang Al-Qur’an, Fiqh, nahwu, sharaf, dan balaghah. Karena
beliau hidup di lingkungan bangswan, beliau juga belajar nilai-nilai moral dan tingkah laku. 
Pada tahun 1927, Opu memulai karir organisasi politik dengan menjadi anggota Partai
Sarekat Islam Indonesia (PSII) cabang Pare-Pare. Dari keaktifannya sebagai anggota, Opu
kemudian terpilih sebagai ketua PSII Wilayah Tanah Luwu Daerah Palopo pada tanggal 14
Januari 1930.  Dalam masa kepemimpinannya di PSII, Opu berjuang dengan agama sebagai
landasannya. Karena perjuangannya, ia mendapat simpati dan dukungan yang besar dari
rakyat.

Karena dukungan dari rakyat yang sangat besar, pihak Belanda mulai menahan Opu agar
tidak melanjutkan perjuangannya di PSII. Pihak Belanda yang bekerja sama dengan
controleur afdeling Masamba menganggap Opu menghasut rakyat dan melakukan tindakan
provolatif agar rakyat tidak lagi percaya kepada pemerintah. Akhirnya, Opu diadili dan
dicabut gelar kebangsawanannya. Tidak hanya itu, tekanan juga diberikan kepada suami dan
pihak keluarga Opu agar menghentikan kegiatannya di PSII.  Setelah berbagai ancaman dari
pihak Belanda untuk Opu agar ia menghentikan kegiatan di PSII, Opu akhirnya dipenjara
selama 14 bulan pada tahun 1934.

Opu kembali aktif pada masa Revolusi. Opu dan pemuda Sulawesi Selatan berjuang melawan
NICA yang kembali ingin menjajah Indonesia.  Karena keberaniannya dalam melawan
NICA, Opu menjadi buronan nomor satu selama NICA  di Sulawesi Selatan. Akhirnya Opu
pun tertangkap di Lantoro sehingga ia dibawa ke Watampone dengan berjalan 40 km. Akibat
penyiksaan dari Belanda dan Ketua Ditrik Bajo saat itu, ia menjadi tuli dan dijadikan tahanan
luar. Opu wafat pada tanggal 10 Februari 1964. Ia dimakamkan di perkuburan raja-raja
Lokkoe di Palopo. 

Riset dan analisa oleh Nastiti Primadyastuti

KARIR

 Anggota SI cabang Pare-Pare


 Ketua PSII Wilayah Tanah Luwu Palopo

PENGHARGAAN

 Pahlawan Nasional dan Tanda Kehormatan Bintang Maha Putra Adipradana.

Anda mungkin juga menyukai