1. FRANS KAISIEPO
Frans Kaisiepo adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia yang berasal dari
1
menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia. Pencetus nama Irian Pada 10 Juli 1946,
Frans Kaisiepo yang juga pahlawan Trikora membentuk Partai Indonesia Merdeka.
Pada bulan yang sama mengikuti Konferensi Malino di Sulawesi Selatan sebagai salah
satu delegasi Indonesia. Ia tercatat sebagai satu-satunya putra Papua yang hadir
diperundingan yang penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Baca juga: Biografi
Dokter Sutomo: Pendiri Budi Utomo dan Kisah Cinta Beda Agama Pada konferensi
Malino, Frans Kaisiepo mengusulkan nama Irian sebagai pengganti nama Papua.
Irian berasal dari bahasa Biak yang berati semangat persatuan masyarakat
agar tidak mudah takluk di tangan Belanda. Ia juga menolak atas skenario usulan
pembentukan Negara Indonesia Timur. Frans Kaisiepo menjadi tokoh penting dalam
pergerakan anti Belanda. Di mana sebagai pencetus pergerakan melawan Belanda di
Biak pada 1948. Ditangkap Frans Kaisiepo pernah dijebloskan ke penjara oleh Belanda.
Ini dampak dari penolakan saat ditunjuk sebagai wakil Belanda untuk wilayah Nugini
dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Nederland, Belanda. Ia menolak dengan
alasan tidak mau didikte oleh Belanda. Ia ditahan sebagai tahanan politik mulai 1954
hingga 1961. Setelah keluar penjara, Kaisiepo mendirikan partai politik Irian. Di mana
dengan tujuan utama menggabungkan wilayah Nugini sebagai bagian Indonesia. Pada
waktu, ia juga membantu dan melindungi prajurit Indonesia yang menyelundup pada
masa Trikora.
Pada waktu itu merupakan salah satu masa yang penting dalam sejarah
Indonesia dengan dibentuknya Tiga Komando Rakyat (Trikora) oleh Presiden Soekarno
pada 19 Desember 1961. Hasil utama Trikora adalah Perjanjian New York pada 15
Agustus 1963 yang memaksa Belanda harus menyerahkan kekuasaan Irian Barat ke
Indonesia. Dikutip situs Kementerian Pendidikan Indonesia (Kemendikbud), Frans
Kaisiepo diangkat sebagai Gubernur Irian Jaya pada 1964. Ia berusaha agar Irian Jaya
bersatu kembali dengan bangsa Indonesia. Rakyat Papua memutuskan untuk
bergabung dengan Indonesia setelah diselenggara Penentuan Pendapat Rakyat
(Pepera).. Gelar pahlawan Frans Kaisiepo meninggal pada 10 April 1979. Ia
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cendrawasih, Jayapura. Pada 1993, Frans
Kaisiepo dikenang sebagai pahlawan nasional. Ini tertuang dalam Keputusan Presiden
Nomor 077/TK/1993. Pada 19 Desember 2016, Frans Kaisiepo diabadikan dalam uang
kertas rupiah pecahan Rp 10.000. Frans Kaisiepo juga diabadikan sebagai nama
bandara di Biak, dan nama kapal Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut
(AL).
2
2. MARTHEN INDEY
Pada akhir 1935, ia dikirim untuk menjadi anggota detasemen polisi Ambon di
Nugini. Selama di sana, ia terlibat dalam berbagai kampanye Belanda untuk
mematahkan perlawanan suku-suku lokal Papua. Kemudian, selama tahun 1940
sampai 1941, Indey bekerja di polisi kolonial klandestin untuk melacak pergerakan agen
Jepang di Manokwari. Diyakini agen Jepang ini tengah mengintai wilayah tersebut
untuk diinvasi dengan menyamar sebagai nelayan dan pekerja perkebunan. Pada
1941, sebagai anggota terpercaya polisi kolonial, Indey lebih bebas daripada
kebanyakan orang non-Eropa untuk berinteraksi dengan para tahanan politik. Bahkan,
Indey berteman dengan beberapa tahanan tersebut, seperti Sukarjo, Sugoro
Atmoprasodjo, dan Hamid Siregar. Pada Juli 1943, Indey bersama dengan 32 pegawai
3
sipil berlayar dari Teluk Tanah Merah ke Brisbane. Selama di sana, ia dan anggota
lainnya dilatih dalam taktik penerjun payung. Ia pun direkrut menjadi pasukan Sekutu
guna melancarkan serangan di Pasifik Selatan dan Filipina. Pada April 1944, saat
Jepang kalah, NICA, pemerintahan sipil Hindia Belanda, berniat membangun kembali
kontrol Belanda atas koloni. Indey dan pasukannya pun merencanakan untuk
menyerang Belanda di Nugini pada 25 Desember 1945. Sayangnya, rencana mereka
diketahui oleh Belanda. Indey, Sugoro, Silas Papare, dan Luksa Rumkorem pun
ditangkap dan dipenjarakan. Setelah bebas, pada Januari 1947, Indey melakukan
perjalanan ke Ambon untuk bergabung melawan Belanda di sana. Pada Maret 1947, ia
kembali ditangkap oleh Belanda dan dipenjara selama 4,5 tahun. Pada akhir 1950
sampai awal 1960, Indey tinggal di Jayapura. Kemudian pada 1962, ia terlibat dalam
infiltrasi profil tinggi pasukan komando Indonesia dari RPKAD atau Resimen Para
Komando Angkatan Darat yang mendarat di Nugini. Ia pun dikirim ke New York untuk
berpartisipasi dalam negosiasi yang menghasilkan Perjanjian New York, di mana Irian
Jaya bergabung ke Indonesia
Marthen Indey wafat pada 17 Juli 1986 di Jayapura. Berkat jasanya, ia pun
dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 14 September 1993. Namanya juga
dijadikan sebagai nama rumah sakit tentara di Jayapura.
4
3. SILAS PAPARE
Tamat sekolah, Silas Papare tidak langsung melanjutkan sekolah ketingkat yang
lebih tinggi. Namun membantu orangtuanya selama satu tahun Berkat masukan
orangtuanya, akhirnya Silas Papare melanjutkan sekolah dan masuk ke sekolah juru
rawat di Serui.
Meski selama menjadi juru rawat, Silas Papare tidak didukung dengan
pendidikan militer secara khusus, tetapi berkat penguasaan mendan yang bagus telah
dipercaya Belanda sebagai tenaga inteljen. Banyak prestasi yang diraih Silas Papare
selama bekerja sebagai inteljen Belanda. Pada masa pendudukan Sekutu dan
Belanda sesudah Perang Dunia ke II, Silas Papare diangkat menjadi tentara Sekutu
dengan pangkat sersan Persteklas. Sejak Sekutu meninggalkan Irian Jaya dan
digantikan oleh Belanda, Silas Papare tidak lagi menjadi tentara dankembali sebagai
tenaga medis. Akhri tahun 1945, Silas Papare diangkat sebagai Kepala Rumah Sakit
Zending di Serui.
5
dilaksanakan. Silas ditangkap dan dipenjara oleh Belanda. setelah bebas dia kembali
merencanakan pemberontakan lagi, namum kembali gagal. Ketika dipenjara ke Serui,
Silas bertemu dengan Dr Sam Ratulangi, Gubernur Sulawesi Selatan yang juga
diasingkan. November 1946, Silas mendirikan Partai Kemerdekaan Indonesia Irian
(PKII). Hal tersebut membuat dirinya kembali ditahan Belanda. Berkat kelihaiannya,
Silas berhasil melarikan diri ke Kota Yogyakarta dan membentuk Badan Perjuangan
Irian pada Oktober 1949. Cita-cita Silas Papare, yaitu mengakhiri kekuasaan Belanda
di tanah leluhurnya dan mempertahankan kemerdekaannya.
6
B.)ISMAIL MARZUKI/SASTRA DAN SENI
Siapa yang tidak pernah mendengar tembang Rayuan Pulau Kelapa, Sepasang Mata
Bola dan Halo Halo Bandung? Ya, tembang-tembang klasik dengan semangat
kebangsaan dan perjuangan di atas adalah karya Ismail Marzuki, salah satu komponis
besar Indonesia yang menghasilkan karya-karya luar biasa. Bahkan, karyanya masih
dinyanyikan hingga kini oleh para musisi Indonesia. Begitu pula namanya yang
diabadikan sebagai nama gedung kesenian di Jakarta. Pada hari ini, 107 tahun yang
lalu, tepatnya pada 11 Mei 1914, sang maestro musik Indonesia tersebut dilahirkan di
Jakarta. Melansir laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, Ismail Marzuki mendedikasikan
dirinya untuk Tanah Air lewat karya-karyanya.
Mengenal kembali siapa Ismail Marzuki menjadi langkah untuk menyelami tokoh-
tokoh sejarah. Sebab, karya-karyanya abadi dan tak terlupakan serta berperan besar
dalam kemajuan musik Indonesia.
Ismail Marzuki lahir dari keluarga sederhana. Ayahnya, Marzuki, hanya wiraswasta
kecil-kecilan di wilayah Kwitang, Senen, Jakarta Pusat. Sejak kecil, Ismail Marzuki tak
pernah sekalipun melihat senyum dan merasakan hangatnya kasih sayang seorang ibu.
Ia tumbuh besar dalam asuhan ayah. Maklum, ibunda tercinta meninggal tatkala ia
dilahirkan. Demikian pula dengan kedua kakaknya. Hanya ada ia dan ayahnya yang
tersisa di keluarga kecil itu. Dunia musik sudah menyelimuti hari-hari Ismail kecil. Sang
ayah yang juga seorang pemain rebana yang biasa dinamakan seni berdendang.
Sambil melantunkan kalimat zikir dan menabuh rebananya, suara Ismail Marzuki begitu
7
menggema. Ada pesona dengan gaya cengkoknya yang khas. Tak heran, dia biasa
tampil di acara sunatan, perayaan pengantin, cukuran anak, dan lain-lain. Ibarat
pepatah "buah jatuh tak jauh dari pohonnya", lewat sang ayahlah benih-benih bakat
Ismail Marzuki tumbuh. Kemampuan Ismail Marzuki akan dunia musik tidak datang
secara instan. Saat berusia 17 tahun, pria yang sering disapa Ma'ing ini mengasahnya
dengan berlatih. Pada 1923, ia bersama teman-temannya menjadi anggota
perkumpulan musik Lief Java yang sebelumnya bernama Rukun Anggawe Santoso.
Dari perkumpulan tersebut, bakatnya berkembang dengan baik sebagai instrumentalis,
penyanyi, penyair lagu dan juga mulai mengarang lagu-lagu.
Ia pun betah berlama-lama memutar seribu macam lagu pada gramofon dan
mendengarnya tanpa bosan. Jika sebagian orang hanya
mendengarkan lagu-lagu baru, Ismail Marzuki lebih suka
meresapi lagu selama puluhan kali dan berulang-ulang.
Bukan cuma musik Hollywood dan jazz, ia juga menjadikan
lagu-lagu daerah sebagai inspirasinya. Sebut saja lagu
daerah Maluku, Minahasa, Bugis, Melayu, Minang, tembang
Cianjuran, gambus, kroncong, serta lagu-lagu ciptaan
komponis agung bangsa Eropa dari Schubert, Mozart,
Schumann, Mendellshon dan lain sebagainya. Semuanya
menjadi sumber keindahan baginya. Semasa hidupnya, Ismail
Marzuki menghasilkan ratusan karya lagu, baik hasil
ciptaannya sendiri atau lagu yang ia aransemen ulang.
Beberapa di antaranya Oh Sarinah, Rayuan Pulau Kelapa,
Melancong di Bali, Halo-halo Bandung, Mars Arek-arek
Surabaya, Indonesia Tanah Pustaka, Gugur Bunga di Taman Bhakti, Sepasang Mata
Bola, Selamat Datang Pahlawan Muda, Selendang Sutra dan sebagainya.
Beruntung, ada sang istri, Eulis, dan Rahmi Asiah, anak adopsi mereka yang
selalu menghibur juga memberikan keceriaan tersendiri di bahtera rumah tangga Ismail
8
Marzuki. Di masa-masa tersebutlah, kesehatan pria tamatan sekolah belanda
Hollandsch Inlandsche School (HIS) ini mulai terganggu hingga akhirnya ia
mengundurkan diri dari kegiatan orkestra. Aktivitasnya pun hanya terbatas pada karya
komposisi saja. Rupanya, siang hari pada 25 Mei 1958, menjadi hari terakhir Ismail
Marzuki untuk bertatap muka dengan keluarga kecilnya. Usai makan siang, sang
komponis ini bercengkrama dengan Rahmi dan tak luput berbaring di pangkuan sang
istri seperti kebiasaannya yang sudah-sudah.
Eulis merasa Ismail Marzuki tertidur pulas. Dibelai rambut suaminya dengan
penuh kehangatan. Namun ia tidak bergerak, tak ada pula sepatah kata yang
diucapkan. Ia telah kembali ke pangkuan Tuhan Yang Maha Esa tanpa pamit, pesan
dan meninggalkan gejala apa pun. Ada duka yang mendalam bagi Eulis dan putrinya.
Ismail Marzuki meninggal pada usia 44 tahun. Ismail Marzuki dimakam di TPU Karet
Bivak, Jakarta. Pada batu nisannya dipahatkan lagu Rayuan Pulau Kelapa. Beberapa
puluh tahun setelahnya, pemerintah berniat untuk memindahkan makamnya ke Taman
Makan Pahlawan di Kalibata. Namun keluarga menolak dan menganggap jika hal
tersebut bukanlah kepentingan yang mendesak. Bagi pihak keluarga, di mana pun
jasadnya dikubur, karya abadi Ismail Marzuki tetaplah bertumpu di hati rakyat
Indonesia.
9
C.)SULTAN HAMENGKUBOWONO IX DAN
SULTAN SYARIF KARIM
1. SULTAN HAMENGKUBOWONO IX
Gusti Raden Mas Dorodjatun merupakan anak keturunan Sultan. Pada 18 Maret 1940,
beliau diangkat menjadi Raja Kesultanan Yogyakarta ke-9 dengan gelar “Ngarsa Dalem
Sampéyan Dalem Ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengkubuwana Sénapati ing Ngalaga
Abdurrahman Sayidin Panatagama Kalifatullah ingkang Jumeneng Kaping Sanga ing
Ngayogyakarta Hadiningrat”.
Sebagai Raja Kesultanan, beliau sangat menentang penjajah Belanda dan bertujuan
untuk mendorong Kemerdekaan Indonesia.
Beliau juga mendorong agar daerah yang ia pimpin, yaitu Yogyakarta agar mendapat
predikat “Istimewa” dengan cara bernegosiasi dengan Pemerintah Indonesia.
10
Akhirnya, Hamengkubuwono IX ikut berperan dengan menyumbangkan 6 juta Gulden
untuk Pemerintahan, kehidupan para pemimpin serta pegawai Pemerintahan yang lain.
Bersamaan dengan kejadian tersebut, para tokoh bangsa seperti Soekarno, Moh. Hatta
dan Sutan Syahrir ditangkap Belanda serta diasingkan ke Pulau Bangka.
Pihak Belanda pernah melakukan negosiasi dengan Hamengkubuwono IX untuk
bekerjasama, namun ditolak.
Selain itu, beliau juga memberikan tempat perlindungan bagi kesatuan-kesatuan TNI di
lingkungan keraton.
Pada saat di Amerika Serikat, pada tanggal 2 Oktober 1988, Sri Sultan
Hamengkubuwono IX menghembuskan nafas terakhirnya di George Washington
University Medical Center, Washington DC.
Itulah biografi singkat Sri Sultan Hamengkubuwono IX, sebagai keturunan darah
bangsawan, beliau tetap optimis dengan tujuannya untuk memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia dan menjadi Raja yang bijak.
(Sumber: Wikipedia)
11
2. SULTAN SYARIF KARIM II
12
Dia tidak hanya menyayangi rakyatnya dengan kata dan ungkapan, tetapi juga dengan
mencerdaskannya lewat penyediaan sekolah. Syarif mendukung perjuangan lewat
seruan di istana, tapi juga hadir dalam kancah perjuangan dengan bantuan yang
konkrit.
Pada saat peringatan hari kematiannya atau Haul ke 119, Sultan Syarif Kasim II
mendapatkan gelar pahlawan nasional.
Penetapannya tanggal 6 November 1998, melalui keputusan presiden nomor
109/TK/1998, yang di tanda tangani presiden BJ Habibie, Sultan Syarif Kasim II juga
mendapat tanda kehormatan bintang Mahaptra Adipradana
13
D.)PEREMPUAN PEJUANG (DAENG RISAJU)
Masa Perjuangan
Akhir Hayat
Pada masa Revolusi, Opu kembali aktif bersama pemuda Sulawesi Selatan
untuk melawan NICA yang ingin menjajah Indonesia. Karena keberaniannya melawan
NICA, Opu menjadi buronan Belanda di Sulawesi Selatan dan akhirnya menyiksa Opu
hingga ia menjadi tuli dan dijadikan tahanan luar. Opu menghembuskan nafas
terakhirnya pada tanggal 10 Februari 1964. Atas segala jasanya, Opu Daeng Risaju
diberikan gelar kehormatan sebagai Pahlawan Nasional.
14