Anda di halaman 1dari 12

KONTRIBUSI HASIL HUTAN BUKAN KAYU

BAGI MASYARAKAT DI SEKITAR KAWASAN HUTAN


(Studi Kasus Desa Bukaka)

Anton C. Nugroho(1), Terry M. Frans(1), Reynold P. Kainde(1), Hengki D. Walangitan(1)


1
Program Studi Ilmu Kehutanan, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian
Universitas Sam Ratulangi, Manado

ABSTRACT

Particularly, the objectives of this research are to analyze between non-timber forest
product (NTFP) contribution and one of social economic aspect (education) of Bukaka
household farmers community. This study is located at Bukaka village, Kotabunan District of
Bolaang Mongondow Timur Regency, North Sulawesi. Technically, indepth interview was used
quastionaries method to 52 respondents which are taken from April to June 2014. However, the
outcome of this study shows that NTFP contributes to the household income 25,16 % (Rp.
13.552.654 annualy) including 41,67% species of flora and 58,33% of fauna speciesfrom 12
species in total which are used by household. In conclusion, contribution of NTFP is not
influenced by education level.

Keywords: Contributions NTFPs, Income, Socio-economic aspect, Bukaka Village.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kontribusi HHBK terhadap pendapatan dan
hubungan aspek sosial ekonomi (pendidikan) dengan rumah tangga tani masyarakat Desa
Bukaka. Lokasi penelitian terletak di Desa Bukaka Kecamatan Kotabunan Kabupaten Bolaang
Mongondow Timur Provinsi Sulawesi Utara. Penelitian ini menggunakan metode wawancara
dengan alat bantu kuisioner terhadap 52 responden yang dilaksanakan pada bulan April 2014
sampai dengan bulan Juni 2014. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa HHBK memberi
kontribusi terhadap pendapatan masyarakat Desa Bukaka sebesar 25,16 % atau sekitar Rp
13.552.654 per tahun dengan 41,67 % jenis flora dan 58,33 % jenis fauna HHBK dari 12 jenis
HHBK yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Kontribusi HHBK bagi keluarga di Desa Bukaka
tidak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan.

Kata Kunci :Kontribusi HHBK, Pendapatan, Aspek Sosial Ekonomi, Desa Bukaka.

1
1. PENDAHULUAN konsumtif oleh masyarakat hutan dengan
nilai uang.
1.1. Latar Belakang. Mengingat pemungutannya tidak
memerlukan izin yang rumit sebagaimana
Pembangunan kehutanan sebagai dalam pemungutan hasil hutan kayu
salah satu bagian dari pembangunan (timber), masyarakat hutan yang tinggal di
nasional, diarahkan untuk memberikan sekitar kawasan hutan, umumnya bebas
manfaat sebesar-besarnya bagi kemakmuran memungut dan memanfaatkan HHBK dari
rakyat secara berkelanjutan. Bagi dalam hutan. Masyarakat biasanya
masyarakat sekitar dan di dalam kawasan, memungut dan memanfaatkan HHBK baik
hutan merupakan sumber daya alam yang di dalam hutan produksi maupun hutan
dapat menyediakan kebutuhan dasar lindung, kecuali di dalam kawasan suaka
masyarakat seperti pangan, papan, obat- alam dan kawasan pelestarian alam. Oleh
obatan dan hasil hutan bukan kayu bagi karena itu, selain menjadi sumber devisa
keluarga. Bagi masyarakat modern hutan bagi negara, HHBK seperti rotan, daging
memiliki berbagai macam fungsi yakni binatang, madu, damar, gaharu, getah,
fungsi ekonomi, perlindungan, dan berbagai macam minyak tumbuhan, bahan
keindahan. obat-obatan, dan lain sebagainya merupakan
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) sumber penghidupan bagi jutaan masyarakat
atau Non Timber Forest Product (NTFP) hutan.
memiliki nilai yang sangat strategis. HHBK Desa Bukaka adalah desa yang
merupakan salah satu sumberdaya hutan berdekatan dengan kawasan hutan. Hampir
yang memiliki keunggulan komparatif dan semua penduduknya berprofesi sebagai
bersinggungan langsung dengan masyarakat petani ladang. Selain sebagai petani ladang,
di sekitar hutan. Kontribusi HHBK (rotan, sebagian besar masyarakatnya juga
damar, arang, getah-getahan, gaharu, dan menggantungkan hidup dari hasil hutan.
lain-lain) pada tahun 1999 tercatat sebesar Penelitian yang dilakukan di Desa
US $ 8,4 juta, kemudian meningkat menjadi Bukaka, Kecamatan Kotabunan Kabupaten
US $ 19,74 juta pada tahun 2002. Jumlah Bolaang Mongondow Timur ini untuk
tersebut belum termasuk kontribusi dari melihat seberapa besar kontribusi hasil
hasil perdagangan flora dan fauna yang tidak hutan bukan kayu bagi kehidupan
dilindungi sebesar US $ 61,3 ribu masyarakat khususnya masyarakat yang
kemudian meningkat menjadi US $ 3,34 juta tinggal disekitar kawasan Hutan Lindung
pada tahun 2003. Hasil ini terus meningkat (HL) Gunung Simbalang dan Kawasan
sejalan dengan permintaan pasar yang terus Hutan Prosuksi Terbatas (HPT) Gunung
meningkat secara signifikan (Hidayat, Surat.
2008). Keanekaragaman jenis hasil hutan
bukan kayu yang dimanfaatkan oleh 1.2. Tujuan Penelitian
masyarakat di sekitar hutan dimana sebagian Tujuan dari penelitian ini
ada yang dimanfaatkan secara konsumtif, adalah :
membuat para peneliti sering kesulitan 1). Menganalisis kontribusi hasil
untuk menilai secara tepat sejauh mana hutan bukan kayu terhadap
sebenarnya kontribusi hasil hutan kayu dan pendapatan masyarakat Desa
bukan kayu bagi kehidupan masyarakat. Bukaka yang tinggal di sekitar
Beberapa peneliti mencoba menyetarakan kawasan HL Gunung Simbalang
nilai HHBK yang dimanfaatkan secara dan HPT Gunung Surat.

2
2). Menganalisis hubungan aspek responden, dan dengan cara pengamatan di
sosial ekonomi dengan lapangan untuk mengetahui bagaimana cara
pendapatan HHBK rumah tangga responden memperoleh HHBK. Teknik ini
tani. dilakukan untuk mengetahui konsumsi
responden baik yang dipakai sendiri maupun
1.3. Manfaat Penelitian yang dijual yang bersumber dari hasil hutan
Manfaat yang diharapkan bukan kayu. Manfaat hasil hutan bukan kayu
dari penelitian ini yaitu untuk dapat berupa satwa, tumbuhan obat-obatan, buah-
memberikan gambaran mengenai buahan, rotan, damar, bunga, dan lain-lain.
kontribusi hasil hutan bukan kayu Pertanyaan yang diajukan kepada responden
bagi masyarakat Desa Bukaka yang yaitu mengenai jenis flora dan fauna yang
tinggal di sekitar kawasan HL dimanfaatkan oleh responden yang diperoleh
Gunung Simbalang dan HPT dalam periode satu tahun.
Gunung Surat. Selain wawancara dengan responden,
juga diperlukan data pendukung lain. Data
diperoleh dengan mencari informasi pada
2. METODOLOGI PENELITIAN instansi pemerintah, kelompok tani, lembaga
desa, kecamatan maupun kabupaten.
2.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah Desa 2.4. Populasi dan Teknik Penentuan
Bukaka Kecamatan Kotabunan Kabupaten Sampel
Bolaang Mongondow Timur Provinsi Populasi dalam penelitian adalah
Sulawesi Utara. Penelitian ini dilakukan jumlah masyarakat (Kepala Keluarga) di
selama 3 (tiga) bulan yaitu bulan April Desa Bukaka. Desa ini berdekatan dengan
2014 sampai dengan bulan Juni 2014. kawasan HL Gunung Simbalang dan HPT
Gunung Surat. Pengambilan sampel
2.2. Alat dan Bahan dilakukan secara proportionate stratified
Alat dan bahan yang digunakan random sampling dengan memperhatikan
dalam penelitian ini adalah : komputer, strata ekonomi dari masyarakat desa
kalkulator, tape recorder, kamera digital, dimaksud. Jumlah anggota sampel sering
peta Rupa Bumi Indonesia lembar 2417-11 dinyatakan dengan ukuran sampel
skala 1 : 50.000 (Badan Koordinasi Survey (Sugiyono, 2010). Pada penelitian ini
dan Pemetaan Nasional Edisi - I tahun dipakai taraf kepercayaan 95% dan
1991), Peta Perubahan Peruntukan Kawasan maksimum kesalahan (error) yang masih
Hutan Menjadi Bukan Kawasan Hutan diterima 10%. Penghitungan ukuran sampel
Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Menjadi menggunakan persamaan yang diberikan
Kawasan Hutan di Provinsi Sulawesi Utara, oleh Parel, Caldito, Ferner, De Guzman,
Skala 1 : 250.000 (Lampiran Keputusan Sinsioco, dan Tan., (1973), sebagai berikut :
Menteri Kehutanan Nomor : 434/Menhut- N z² p (1-p)
II/2013 tanggal 17 Juni 2013), Kuisioner n= ..........(1)
penelitian, dan alat tulis menulis. N d² +z² p (1-p)

2.3. Metode Penelitian Dimana :


Penelitian menggunakan metode n = jumlah responden yang akan diambil
wawancara dengan alat bantu kuisioner
untuk mendapatkan informasi dari

3
N = jumlah seluruh unit populasi (Nh1 atas, maksimum kesalahan yang masih bisa
diterima adalah 10%. Dengan demikian
+Nh2+Nh3 jumlah responden
maka jumlah responden dalam penelitian ini
ada masing-masing zona/cluster) adalah sebanyak 51,7 atau dibulatkan
menjadi 52 responden. Berdasarkan data
z = Nilai variabel random (dikehendaki
dari Kecamatan Kotabunan, Desa Bukaka
signifinance level 95%, maka terdiri dari 112 KK dimana setiap KK ini
dapat diklasifikasikan berdasarkan ekonomi
z=1,960)
dan tingkat kesejahteraannya menjadi 3
d = Maksimum error yang masih bisa bagian, yaitu Pra sejahtera sebanyak 12 KK,
sejahtera 100 KK dan diatas sejahtera (
diterima 10%, maka d=0,10
sejahtera I dan sejahtera II) sebanyak 0 KK ,
p = Proporsi perkiraan yang bisa sehingga dalam penelitian ini dapat di
stratifikasikan secara proporsional
dijangkau adalah 50%, sehingga
berdasarkan rumus (2) dan (3) masing-
p=0,5 masing cluster untuk keluarga Pra Sejahtera
sebanyak 6 responden dan keluarga
Jumlah responden pada masing-masing zona
sejahtera sebanyak 46 responden.
ditetapkan dengan persamaan sebagai
berikut :
2.5. Analisis Data
Nh1
Data yang diperoleh disusun dan
n1 = xn ……..(2)
diolah kemudian disajikan dalam bentuk
N
tabel dan diagram. Analisis data dalam
Dimana :
penelitian ini dilakukan secara deskriptif
n1 = jumlah sampel yang diambil pada berdasarkan tabel dan diagram yang
didapat.
kluster ke 1
Data yang telah diperoleh,
Nh1 = jumlah unit populasi pada cluster 1 dikumpulkan kemudian dianalisis sesuai
n = jumlah seluruh sampel yang dengan tujuan penelitian. Pemanfaatan
diambil berdasarkan rumus 1 hutan oleh responden khususnya yang
diperoleh dari hasil hutan bukan kayu dapat
Selanjutnya jumlah sampel untuk diketahui dengan menghitung harga
cluster/ zona 2 dan 3 dihitung sebagai perjenis flora dan fauna yang berlaku
berikut: dimasyarakat atau pasar.
Perhitungan kontribusi HHBK tiap jenis
Nh2 oleh responden dihitung dengan
n2 = xn ……..(3) menggunakan perhitungan nilai produksi
N yang dikemukakan oleh Ratnaningsih
(2006), sebagai berikut :
Nh3 Nilai produksi = Jumlah produksi x Harga produk
n3 = xn
N Selanjutnya dihitung jumlah kontribusi
HHBK setiap kelompok jenis yang
Jumlah Kepala Keluarga di Desa dimanfaatkan oleh responden.
Bukaka adalah 112 Kepala Keluarga sebagai
responden. Berdasarkan rumus tersebut di x=n1+n2+n3+n........ ……(5)

4
Untuk menghitung kontribusi HHBK
Dimana : semua kelompok jenis menggunakan
x = total kontribusi HHBK perkelompok persamaan yang diberikan oleh
jenis/tahun Ratnaningsih (2006), sebagai berikut:
n1, n2, n...... = Kontribusi HHBK
perkelompok jenis/tahun T =x1+x2+x3+n........ ……..(9)

Untuk mendapatkan kontribusi rata-rata Dimana :


perkelompok jenis HHBK (Ratnaningsih, T = total kontribusi HHBK semua jenis
2006) adalah sebagai berikut : masyarakat Desa pertahun
∑ xi x1, x2, x3, n.... = Kontribusi HHBK
M = ……(6) perjenis/tahun.
n
Untuk menganalisis hubungan aspek
Dimana : pendidikan dengan pendapatan HHBK
M =kontribusi HHBK rata-rata rumah tangga tani digunakan persamaan uji
perkelompok jenis/tahun Chi- Square yang diberikan oleh Wijayanto
∑ xi = total Kontribusi HHBK perkelompok (2010), sebagai berikut :
jenis/tahun
n = jumlah responden ( Fo - Fh) ²
X²= ∑ ……….(10)
Untuk menghitung standar deviasi Fh
(simpangan baku) dari kontribusi HHBK Dimana :
rata-rata per kelompok jenis/ tahun X² = Chi Square
menggunakan persamaan yang diberikan Fo = Frekuensi yang diobservasi
oleh Sudjana (1991), sebagai berikut : Fh = Frekuensi yang diharapkan
Untuk menentukan signifikan atau tidak
…….(7) signifikannya X² , di mana nilai X² tabel
dari daftar tabel Chi Square dengan tingkat
kepercayaan 95 % adalah α= 0,05, maka
Dimana : ketentuannya adalah :
σ = Standar deviasi untuk populasi 1. Jika X² hitung < X² tabel maka data
xi = nilai populasi tersebut signifikan
μ = rata-rata populasi 2. Jika X² hitung > X² tabel maka data
n = jumlah responden tersebut tidak signifikan.
Untuk menghitung Standar Error (SE)
adalah sebagai berikut: 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
σ
SE = …….(8) 3.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
n Desa Bukaka adalah salah satu desa
yang terletak di Kecamatan Kotabunan,
Dimana : Kabupaten Bolaang Mongondow Timur.
SE = standar error Desa ini terdiri dari dua dusun yaitu Dusun I
σ = standar deviasi dan Dusun II, dan berada pada ketinggian
n = jumlah responden sekitar 800 meter di atas permukaan laut
(dpl). Jarak dari Tutuyan (ibu kota
Kabupaten Bolaang Mongondow Timur)
5
adalah sekitar 16 km. Penduduk Desa (Vitex glabrata), Nantu (Palaquium
Bukaka berjumlah 371 jiwa dengan 112 obtusifolium), Aren (Arenga Pinata), Damar
Kepala Keluarga (KK) dengan kepadatan (Agathis), jenis-jenis bambu, jenis tumbuhan
penduduk 20,74 jiwa/km2. rotan seperti Rotan Batang (Daemonorops
Desa Bukaka merupakan salah satu robustus), Tohiti (Calamus inops), Rotan
desa yang berdekatan dengan Kawasan Daanan (Korthalsia celebica) (BPKH
Hutan Simbalang yang terdiri dari Hutan Wilayah VI, 2012).
Lindung (HL) Gunung Simbalang dan
Hutan Produksi Terbatas (HPT) Gunung 3.2.2. Potensi fauna
Surat. Kawasan hutan ini pertama kali Jenis satwa yang dapat dijumpai
ditunjuk sebagai kawasan hutan berdasarkan adalah Tupai (Ptilocercus lowii), Tikus
Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. Hutan (Rattus tiomanicus), Babi Hutan (Sus
250/Kpts-II/1984 tanggal 20 Desember 1984 barbatus), Ikan Sogili (Anguilla celebensis),
tentang Penunjukan Areal Hutan di Wilayah Anoa, dan lain-lain (BPKH Wilayah VI,
Propinsi Dati I Sulawesi Utara seluas 2012).
1.877.220 ha, termasuk didalamnya
Kawasan Hutan Simbalang. Perkembangan 3.3. Kontribusi Jenis Hasil Hutan
selanjutnya keberadaan kawasan hutan Bukan Kayu Responden
Simbalang dipertegas kembali dengan Dari 52 (lima puluh dua) responden
ditunjuk sebagai kawasan hutan dengan yang di wawancara oleh penulis, ada 2 (dua)
pembagian fungsi sebagai hutan lindung dan responden yang tidak memanfaatkan Hasil
hutan produksi terbatas melalui Keputusan Hutan Bukan Kayu (HHBK), dan untuk
Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. lebih jelasnya pemanfaatan HHBK apa saja
452/Kpts-II/99 tanggal 17 Juni 1999 tentang yang dimanfaatkan oleh responden dapat
Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan dilihat sebagai berikut.
Provinsi Sulawesi Utara.
Pada tahun 2013 seiring dengan 3.3.1. Gula Aren
perubahan Tata Ruang Provinsi keberadaan Gula aren atau yang biasa disebut
kawasan hutan ini dipertegas dengan gula merah dihasilkan dari nira pohon enau
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor. atau pohon aren (Arenga pinnata). Nira ini
434/Menhut-II/2013 tanggal 17 Juni 2013 diperoleh dari bunga jantan pohon enau dan
tentang Perubahan Peruntukan Kawasan diolah secara tradisional oleh sebagian
Hutan Menjadi Bukan Kawasan Hutan masyarakat Desa Bukaka menjadi gula aren
Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Menjadi atau gula merah. Di Desa Bukaka sendiri
Kawasan Hutan di Provinsi Sulawesi Utara. penyebaran pohon enau ini sering dijumpai
disekitar kawasan HPT Gunung Surat dan
3.2. Potensi Kawasan Hutan Simbalang HL Gunung Simabalang. Kontribusi gula
dan Kawasan Hutan Gunung Surat aren merupakan kontribusi paling tinggi bila
dibandingkan dengan jenis HHBK yang lain,
3.2.1. Potensi flora dimana 32 KK memanfaatkan nira untuk
Di dalam Kawasan Hutan Gunung dibuat gula aren.
Simbalang dan Gunung Surat terdapat jenis Dalam 1 (satu) tahun produksi,
pohon penghasil kayu seperti Boniok jumlah bulan yang efektif untuk proses
(Diospyros pilosanthera), Benuang pembuatan gula aren berkisar antara 9 bulan
(Octomeles sumatrana), Bayur sampai dengan 11 bulan. Hal ini disebabkan
(Pterospermum celebicum), Gopasa Putih oleh mayang pohon aren tidak berproduksi

6
sepanjang tahun. Tiap mayang pohon aren penghasil gaharu yang tumbuh secara alami
dapat berproduksi kira – kira sampai tiga di batang pohon gaharu yang banyak di
bulan. Responden biasanya memanfaatkan jumpai pada kawasan HL Gunung
pohon aren lebih dari 1 pohon untuk Simbalang. Gubal gaharu ini oleh responden
memperbanyak produksi. Pemasaran produk dimanfaatkan untuk dijual kembali dan
ini juga tidak sulit karena pembeli langsung biasanya dimanfaatkan untuk aktifitas
datang ke Desa Bukaka untuk membeli gula kebudayaan agama tertentu, sebagai parfum
aren atau dijual di pasar Kotabunan yang dan aroma terapi, atau bahkan sebagai
tidak jauh dari Desa Bukaka. Jumlah koleksi pribadi bagi sebagian orang. Jumlah
produksi gula aren pertahun mencapai responden yang memanfaatkan gaharu
33.204 kg. Dengan harga jual Rp 12.500 per adalah sebanyak 6 KK. Pengambilan gaharu
kg maka nilai yang didapat dari hasil oleh responden juga dilakukan sepanjang
penjualan gula aren responden adalah Rp tahun.
431.050.000. Dalam 1 bulan, pengambilan gaharu
dilakukan 1 sampai 2 kali. Pengambilan
3.3.2. Rotan gaharu membutuhkan waktu dan tenaga
Rotan termasuk dalam suku Palmae, ekstra sehingga hanya sedikit responden
digolongkan anak suku Lepidocaryoideae yang memanfaatkannya. Pengambilan
yang tumbuh subur di daerah tropis, rotan gaharu pertahun oleh responden mencapai
banyak tumbuh disekitar kawasan hutan 132 kg. Dengan harga jual Rp 350.000 per
Desa Bukaka terutama di kawasan HL kg, maka nilai yang didapat dari hasil
Gunung Simbalang. Di Desa Bukaka penjualan gaharu adalah sebesar Rp
pengambilan rotan oleh responden dilakukan 46.200.000. Di sisi lain dengan intensitas
sepanjang tahun. Dalam 1 bulan, intensitas pengambilan gaharu yang sering dilakukan
pengambilan rotan berkisar antara 2 sampai oleh masyarakat Desa Bukaka, maka
4 kali. Rotan yang dimanfaatkan berupa kelestarian dari pohon gaharu ini semakin
rotan batang (Daemonorops robustus) dan lama akan menyebabkan kepunahan bagi
rotan tohiti (Calamus inops) dengan kisaran spesies flora ini. Oleh karena itu perlu
diameter antara 2 cm sampai 4 cm dan adanya sosialisasi dan penanaman kembali
panjang minimal 4,25 m sesuai pesanan atau pengaturan dalam eksploitasi gubal
pembeli. Untuk penjualan hasil rotan, gaharu dari instansi terkait, terhadap jenis
pembeli langsung datang ke Desa Bukaka. flora ini, untuk mempertahankan
Jumlah responden yang memanfaatkan rotan kelestariannya.
adalah sebanyak 17 KK dan produksi rotan
pertahun oleh responden mencapai 10.356 3.3.4. Damar
ujung. Dengan harga jual Rp 3.500 per Damar biasanya dihasilkan dari
ujung tanpa memperhatikan jenisnya, maka pohon damar (Agathis sp) banyak dijumpai
nilai yang didapat dari hasil penjualan rotan di sekitar kawasan HL Gunung Simbalang
adalah sebesar Rp 36.246.000. terutama pada kawasan yang bertopografi
tinggi. Getah dari pohon damar ini
3.3.3. Gaharu menghasilkan resin damar yang disebut juga
Gaharu merupakan gumpalan (gubal) kopal. Damar biasanya digunakan untuk
yang terdapat diantara sel-sel kayu dengan pembuatan korek api, dupa, bahan plastik,
berbagai bentuk dan warna yang khas serta vernis dan sebagai lem untuk pembuatan
memiliki kandungan yang wangi. Gumpalan perahu. Bagi masyarakat Desa Bukaka,
ini berasal dari pohon atau bagian pohon damar dimanfaatkan oleh responden untuk

7
dijual kembali dan sebagian di pakai sendiri. tikus hutan dengan menggunakan senapan
Jumlah responden yang memanfaatkan angin. Tikus yang diburu pun adalah jenis
damar adalah sebanyak 3 KK. tikus ekor putih atau tikus buah.
Pemanfaatan damar oleh responden Dari data responden yang diperoleh,
pertahun dari kawasan hutan mencapai 252 sebanyak 6 KK memanfaatkan tikus hutan
kg. Dengan harga jual Rp 5.500 per kg maka untuk dijual. Adapun harga tikus hutan
nilai yang didapat dari hasil pemanfaatan perekor adalah Rp 15.000. Kontribusi tikus
Damar oleh responden adalah Rp 1.386.000. hutan pertahun bagi responden sebanyak
1200 ekor. Dengan harga jual Rp 15.000 per
3.3.5. Babi Hutan ekor, maka nilai yang didapat dari kontribusi
Babi hutan ditangkap dengan cara HHBK tikus hutan bagi responden adalah
memasang jerat atau dalam bahasa sebesar Rp 18.000.000.
daerahnya “dodeso”. Babi hutan juga
dianggap masyarakat desa setempat sebagai 3.3.7. Udang
hama, karena sering menyerang tanaman Di sekitar Desa Bukaka dialiri oleh
perkebunan masyarakat, oleh sebab itu babi tiga sungai besar yang berhulu dari HL
hutan diburu dan ditangkap untuk dijual. Gunung Simbalang. Sungai tersebut adalah
Karena seluruh penduduk Desa Bukaka Sungai Moyungkato, Sungai Garini dan
beragama Islam maka babi hutan ini tidak Sungai Buyat. Keberadaan ketiga sungai
dikonsumsi oleh masyarakat tetapi dijual ke tersebut memberi manfaat baik dari fauna
masyarakat di kecamatan Ratatotok yang terdapat didalamnya maupun bagi
Kabupaten Minahasa Tenggara, atau dijual pemenuhan kebutuhan air bagi masyarakat.
ke desa tetangga yakni Desa Paret Ketiga sungai besar ini pun mempunyai
Kecamatan Kotabunan Kabupaten Bolaang banyak cabang (anak sungai), sehingga
Mongondow Timur. keberadaan udang sungai banyak dijumpai
Responden yang memanfaatkan babi di ketiga anak sungai besar ini. Udang
hutan adalah sebanyak 6 KK. Rata– rata biasanya ditangkap dengan menggunakan
harga babi hutan perekor adalah Rp alat setrum atau dengan cairan pestisida
1.000.000 dan kontribusi babi hutan merek decis, tetapi belakangan ini
pertahun bagi responden sebanyak 72 ekor. penggunaan decis sudah dilarang oleh
Dengan harga jual Rp 1.000.000 per ekor, pemerintah desa setempat, karena bisa
maka nilai yang didapat dari kontribusi babi mencemari lingkungan dan tata air. Udang
hutan bagi responden adalah sebesar Rp juga dapat ditangkap dengan menggunakan
72.000.000. parang untuk mematikannya.
Jumlah responden yang
3.3.6. Tikus Hutan memanfaatkan udang sebagai lauk dan
Tikus hutan atau yang biasa disebut untuk dijual kembali yaitu sejumlah 20 KK.
oleh masyarakat tikus ekor putih juga Adapun harga udang perkilogram adalah Rp
dianggap hama oleh sebagian masyarakat 60.000 dan kontribusi HHBK udang
desa. Tikus hutan ini juga diburu untuk pertahun bagi responden sebanyak 834 kg.
dijual ke Desa Ratatotok Kabupaten Dengan harga jual Rp 60.000 per kg, maka
Minahasa Tenggara atau Desa Paret nilai yang didapat dari kontribusi udang bagi
Kecamatan Kotabunan Kabupaten Bolaang responden adalah sebesar Rp 50.000.000.
Mongondow Timur. Mereka menangkap
tikus hutan dengan cara memasang
perangkap atau juga dengan cara menembak

8
3.3.8. Belut bagi responden adalah sebesar Rp
Belut biasa disebut sogili oleh 16.800.000.
masyarakat Desa Bukaka dan sama halnya
dengan udang, keberadaan ketiga sungai 3.3.10. Anoa
besar dimaksud adalah tempat hidup yang Anoa atau yang biasa disebut sapi
bagus untuk sogili, sehingga sogili ini juga hutan masih bisa ditemukan di sekitar
mudah didapatkan pada ketiga anak sungai kawasan HL. Gunung Simbalang,
dimaksud. Sogili didapatkan menggunakan keberadaannya di buru oleh masyarakat
mata pancing dengan ikan hidup yang setempat, dan di manfaatkan dagingnya
berukuran kecil atau jeroan hewan lain untuk di konsumsi sendiri serta sebagian
sebagai umpan. Sogili juga bisa didapat kecil dijual.
dengan cara “balobe” istilah penangkapan Jumlah responden yang
secara manual oleh penduduk setempat baik memanfaatkan anoa atau sapi hutan adalah
menggunakan tangan kosong dan parang sebanyak 1 KK. Untuk mendapatkan anoa
(bateto). Sogili selain dimanfaatkan sebagai penduduk setempat menggunakan jerat dari
lauk pauk, juga dijual kembali oleh tali, sama halnya seperti menjerat babi
resoponden, bahkan ada orang cina pribumi hutan. Dengan harga jual anoa perekornya
yang merupakan langganan tetap responden adalah Rp 2.000.000 dan kontribusi anoa
selalu datang ke Desa Bukaka untuk pertahun bagi responden sebanyak 3 ekor,
membeli sogili ini. maka nilai yang didapat dari kontribusi
Untuk jumlah responden yang HHBK anoa bagi responden adalah sebesar
memanfaatkan sogili adalah sebanyak 6 KK. Rp 6.000.000.
Dengan harga jual sogili perkilogramnya
adalah Rp 40.000 dan kontribusi sogili 3.3.11. Tokek
pertahun bagi responden sebanyak 246 kg, Untuk mendapatkan tokek penduduk
maka nilai yang didapat dari kontribusi setempat berburu pada malam hari dengan
HHBK sogili bagi responden adalah sebesar bantuan penerangan senter dan tongkat yang
Rp 9.840.000. diujungnya diikatkan jala. Menurut
masyarakat setempat, tokek kerap ditemui
3.3.9. Ikan Kabos di pohon-pohon, pekarangan atau di rumah,
Ikan kabos atau yang biasa disebut terutama rumah yang berada di sekitar hutan
ikan gabus (Channa striata) merupakan atau juga di lokasi pekuburan dan tokek
ikan air tawar yang hidup liar di sungai- dipercaya bisa mengobati berbagai macam
sungai air tawar. Ikan jenis ini banyak penyakit kulit. Caranya tokek cukup
ditemukan di sekitar Desa Bukaka, terutama dibakar untuk dimakan dagingnya, atau
di anak sungai Moyongkato dan anak sungai digoreng kemudian diambil minyaknya
Garini. untuk obat luar atau gatal-gatal.
Jumlah responden yang Adapun jumlah responden yang
memanfaatkan ikan kabos sebagai lauk dan memanfaatkan tokek untuk dijual adalah
sebagian dijual kembali adalah sebanyak 11 sebanyak 2 KK. Dengan harga jual tokek
KK. Untuk mendapatkan ikan kabos sama perekornya adalah Rp 500.000 dan
halnya dengan cara mendapatkan udang. kontribusi tokek pertahun bagi responden
Kontribusi ikan kabos pertahun bagi sebanyak 30 ekor, maka nilai yang didapat
responden sebanyak 480 kg. Dengan harga dari kontribusi HHBK tokek bagi responden
jual Rp 35.000 per kg, maka nilai yang adalah sebesar Rp 15.000.000.
didapat dari kontribusi HHBK ikan kabos

9
3.3.12. Bambu Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
Bambu adalah tanaman jenis rumput- rata-rata responden berturut-turut adalah
rumputan dengan rongga dan ruas di sebagai berikut : gula aren sebesar Rp
batangnya, dimana pertumbuhannya sangat 8.289.423, babi hutan sebesar Rp
cepat dan banyak ditemukan di sekitar Desa 1.384.615, udang sebesar Rp 962.308,
Bukaka. Bambu dimanfaatkan oleh gaharu sebesar Rp 888.462, rotan sebesar
responden sebagai wadah untuk menampung Rp 697.038, tikus hutan sebesar Rp
air gula aren dan juga sebagai tangga yang 346.154, ikan kabos sebesar Rp 323.077,
dipasang pada pohon aren. Bambu juga tokek sebesar Rp 288.462, sogili sebesar
dimanfaatkan bagi sebagian responden Rp 189.231, anoa sebesar Rp 115.385
untuk pengikat anyaman/ kerajinan rotan. bambu sebesar Rp 41.846 dan damar
Selain dimanfaatkan sendiri oleh responden, sebesar Rp 26.654, dengan total pendapatan
bambu juga dijual ke penampung di HHBK per KK sebesar Rp 13.552.654,
Kotabunan, untuk selanjutnya dijual kembali dengan standar deviasi (simpangan baku)
sebagai tiang penyangga sementara dalam sebesar Rp 7.754.298 dan standar error
konstruksi bangunan ataupun dibuat pagar (SE) sebesar Rp 149.121, sehingga
rumah oleh sebagian responden. diperoleh nilai pendugaan total pendapatan
Jumlah responden yang HHBK per KK adalah sebesar Rp
memanfaatkan bambu adalah sebanyak 22 13.552.654 ± Rp. 149.121.
KK. Pemanfaatan bambu oleh responden
pertahun dari kawasan hutan mencapai 272 3.6. Kontribusi HHBK Terhadap
ujung. Dengan harga jual Rp 8.000 per Pendapatan Masyarakat Desa Bukaka
ujung maka nilai yang didapat dari hasil Kontribusi HHBK terhadap
pemanfaatan bambu oleh responden adalah pendapatan masyarakat juga berpengaruh
Rp 2.176.000. bagi masyarakat desa itu sendiri. Berikut
data jumlah produksi sektor pertanian,
3.4. Kontribusi HHBK Per jenis Bagi perkebunan dan peternakan Desa Bukaka.
Responden
Tabel 1. Produksi Sektor Pertanian,
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Perkebunan dan Peternakan Desa Bukaka
gula aren merupakan penyumbang tertinggi Rata-rata
Jenis Jumlah Harga/sat Jumlah pendapatan
bagi pendapatan responden dengan nilai No
Produksi produksi/tahun (Rp)
Jumlah (Rp)
KK KK/ jenis/
tahun (Rp)
sebesar Rp 431.050.000. Kemudian babi
hutan sebesar Rp 72.000.000, udang sebesar 1 2 3 4 5 6 7
1 112 14,142,857
Rp 50.040.000, gaharu sebesar Rp Jagung 792 ton 2,000,000 1,584,000,000
3 Cengkeh 15 ton 100,000,000 1,500,000,000 112 13,392,857
46.200.000, rotan sebesar Rp 36.246.000,
5 Kakao 39 ton 20,000,000 780,000,000 112 6,964,286
tikus hutan sebesar Rp 18.000.000, ikan 6 112
Pala 2 ton 50,000,000 100,000,000 892,857
kabos sebesar Rp 16.800.000 , tokek sebesar 4 112
Kopi 9.1 ton 10,000,000 91,000,000 812,500
Rp 15.000.000, sogili sebesar Rp 9.840.000, 2 112
Kelapa 16.9 ton 5,000,000 84,500,000 754,464
Anoa sebesar Rp 6.000.000, bambu sebesar 7 Sapi 35 ekor 10,000,000 350,000,000 112 3,125,000
Rp 2.176.000 dan damar sebesar Rp. 8 Ayam 815 ekor 30,000 24,450,000 112 218,304
1.386.000,-.
Jumlah 4,513,950,000 40,303,125

3.5. Kontribusi Rata Rata HHBK Sumber : Kotabunan Dalam Angka 2013.
Perjenis Bagi Responden

10
Dari tabel 3 di atas diketahui Hubungan aspek sosial ekonomi
pendapatan masyarakat Desa Bukaka dari dengan pendapatan HHBK dibatasi kepada
hasil pertanian, perkebunan dan peternakan aspek pendidikan formal, dalam hal ini
pertahun mencapai Rp 4.513.950.000. lamanya seseorang menempuh pendidikan
Setelah dirata-ratakan terhadap seluruh formal. Hubungan tingkat pendidikan
jumlah KK yang ada di Desa Bukaka dengan kontribusi pendapatan rumah tangga
diperoleh nilai Rp 40.303.125 per KK. tani dari aktifitas pemungutan HHBK di
Sedangkan hasil penelitian menunjukan analisis dengan menggunakan aplikasi Chi-
bahwa kontribusi HHBK bagi 52 KK Square dengan bantuan paket analisis SPSS
masyarakat Desa Bukaka adalah sebesar Rp versi 18.
704.738.000, dan dirata-ratakan diperoleh Hasil analisis hubungan antara tingkat
nilai Rp 13.552.654 per KK. Apabila pendidikan dengan kontribusi pendapatan
digabungkan antara hasil pertanian, rumah tangga tani disajikan pada table 2,
perkebunan dan peternakan serta kontribusi
HHBK terhadap pendapatan masyarakat Tabel 2. Hasil Chi-Square Hubungan
masing-masing KK Desa Bukaka adalah Pendapatan dengan Tingkat Pendidikan
sebesar Rp 53.855.779 per KK. Ini artinya, Rumah Tangga Tani dari HHBK.
kontribusi HHBK adalah sekitar 25,16 %
terhadap pendapatan masing-masing KK Value df Asymp. Sig. (2-sided)
masyarakat Desa Bukaka. Pearson Chi-Square 536.414a 528 0,390
Terkait dengan pemanfaatan HHBK
di Desa Bukaka diperoleh hasil dimana Likelihood Ratio 219.125 528 1

masyarakat Desa Bukaka memanfaatkan N of Valid Cases 52


HHBK sebanyak 5 jenis flora HHBK yang
terdiri dari gula aren, rotan, gaharu, damar
dan bambu serta 7 fauna HHBK yang terdiri a. 588 cells (100.0%) have expected count less than 5.
dari babi hutan, tikus hutan, udang, ikan The minimum expected count is .02.
kabos, anoa, tokek dan sogili, sehingga
masyarakat Desa Bukaka memanfaatkan 12 Berdasarkan hasil analisis Chi-
jenis HHBK atau sekitar 41,67 % flora Square pada tabel 16 diatas menunjukkan
HHBK dan sekitar 58,33 % fauna HHBK bahwa hasil analisis Chi-Square diperoleh
dari 12 jenis HHBK yang dimanfaatkan oleh nilai X² hitung > X² tabel dengan nilai
masyarakat. probabilitas p=0,390 > 0,05 yang berarti
bahwa hubungan faktor pendidikan dengan
3.7. Pemasaran HHBK pendapatan HHBK tidak signifikan, atau
Pemasaran HHBK yang dengan kata lain pendidikan formal rumah
dimanfaatkan oleh responden masyarakat tangga tani tidak mempengaruhi intensitas
Desa Bukaka selain di pakai sendiri, mereka dan aktifitas dari perolehan pendapatan
memasarkannya di pasar kotabunan untuk HHBK.
dipasarkan kembali di pasar tersebut. Pengumpulan HHBK masyarakat
Desa Bukaka adalah aktifitas ekonomi
3.8. Hubungan Aspek Sosial Ekonomi tradisional yang diduga bahwa faktor yang
dengan Pendapatan HHBK mempengaruhi intensitas pengambilan
Rumah Tangga Tani. HHBK dipengaruhi oleh kebiasaan turun
temurun, ketersediaan HHBK dan juga
dorongan ekonomi, dimana makin tinggi
dorongan ekonomi di lingkungan sekitar

11
semakin besar kemungkinan untuk DAFTAR PUSTAKA
pemungutan HHBK sebagai alternatif
pemenuhan ekonomi. Peluang-peluang BPKH Wilayah VI. 2012. Laporan
ekonomi yang ada juga mempengaruhi Pengukuran dan Pemasangan Tanda
pemungutan HHBK, karena makin tinggi Batas Definitif Kawasan Hutan
permintaan akan hasil HHBK makin tinggi Produksi Terbatas (HPT) Gunung
juga eksploitasi terhadap HHBK itu sendiri. Surat di Wilayah Kabupaten
Bolaang Mongondow Timur
4. KESIMPULAN DAN SARAN Provinsi Sulawesi Utara.

4.1. Kesimpulan Hidayat, M. 2008. Menggalakan Hasil


1. HHBK memberi kontribusi terhadap Hutan Bukan Kayu Sebagai Produk
pendapatan masyarakat Desa Bukaka Unggulan.
sebesar 25,16 % atau sekitar Rp
13.552.654 per tahun dengan 41,67 % Parel C.P., Caldito G.C, Ferner, De
jenis flora dan 58,33 % jenis fauna Guzman, Sinsioco, Tan R.H. 1973.
HHBK dari 12 jenis HHBK yang Sampling Design And
dimanfaatkan oleh masyarakat. Procedures.Icrisat Library.
2. Kontribusi HHBK bagi keluarga di
Desa Bukaka tidak dipengaruhi oleh Ratnaningsih, M. 2006. PDRB Hijau
tingkat pendidikan. (Produk Domestik Regional Bruto
4.2. Saran Hijau). Edisi Pertama. BPFE.
1. Budidaya HHBK belum seluruhnya Yogyakarta.
diketahui secara pasti, karena selama ini
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
masyarakat Desa Bukaka
Kuantitatif Kualitatif R& D.
memanfaatkan HHBK dari hutan alam
dan belum ada upaya untuk melakukan
Sudjana. 1991. In Statistika Bandung :
budidaya sehingga perlu dilakukan
Tarsito. http://vebrianaparmita.
upaya mendapatkan teknologi
wordpress.com/2013/10/06/bab-vi-
pembudidayaannya atau penelitian lain
pengukuran-penyimpangan-range-
terkait budidaya HHBK.
deviasi-varian.
2. Untuk memperbanyak data dan sebagai
bahan pembanding, agar dilakukan
Wijayanto, A. 2010. Uji Chi
penelitian sejenis pada kawasan hutan
Square.http//andiwijayanto.blog.epr
yang lain.
ints.undip.ac.id
/6796/1/chi-kuadrat.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai