Kelompok 8
Mata Kuliah Kolaborasi dan MK Kepemimpinan & Manajemen Keperawatan
Narator:
Assalamualaikum Wr.Wb.
Saya X dari kelompok 8 sebagai Narator pada video kolaborasi kesehatan ini.
Perkenalan di akhir video saja (via running text). Kalimat lead harus to the point
membahas judul video. Komunikasi merupakan salah satu komponen penting dalam
kolaborasi antar tenaga kesehatan. Kolaborasi kesehatan merupakan proses interaksi dan
hubungan antar profesi yang bekerja bersama dalam tujuan yang sama dengan
melibatkan rasa hormat dan kepercayaan (Morley et al, 2017). Slusser et al (2019)
menekankan 4 elemen penting dalam menjalankan kolaborasi kesehatan, yaitu: (1)
koordinasi (bekerja untuk mencapai tujuan yang sama); (2) kerja sama (berkontribusi
pada tim, menghargai antar anggota tim); (3) pengambilan keputusan bersama
(dengan negosiasi, komunikasi, keterbukaan, dan kepercayaan); (4) kemitraan
(hubungan yang terbuka dan terdapat rasa respect antar profesi).
Video ini menampilkan kolaborasi tim kesehatan khususnya dalam bentuk komunikasi
melalui telepon antara perawat dengan tenaga medis pada kasus klien Ibu hamil dengan
Covid-19. Selain menampilkan peran informasional melalui telfon, juga akan
ditampilkan pula peran interpersonal dan decisional seorang Ners dalam menangani
kasus tersebut. Selamat menyaksikan
Kasus
Pada 14 Juni 2020, Ibu X, berusia 28 tahun, hamil 37 minggu dengan status gravida
G2P1A0 masuk RS X dengan keluhan batuk dan gatal pada perut dan didapatkan hasil
pemeriksaan swab (+). Pasien dipindahkan ke ruang rawat inap isolasi lantai 5 kamar
501 bed A. Sehari perawatan tanggal 15 Juni 2020, pasien mengalami desaturasi dan
mengeluh sesak. RR 25x/menit, 110x/menit, Suhu 38,5°C, SaO2 95%, kesadaran
compos mentis. Pasien telah diberikan PCT tablet 500 mg 2 jam yang lalu namun suhu
masih 38,3°C. Saat ini klien terpasang nasal kanul 3L/ menit, hasil AGD masih
menunggu. konsisten untuk semua teks mau pasien atau klien
Scene 3: PP 1, Katim
PP 1 : Sore Ners.
Katim : Selamat sore Ners X, ada apa? (PP 1 ini perawat D3 atau Ners ya? Mengapa
disebut Ners? Jika PP1 ini Ners juga, mengapa metodenya tim?)
PP 1 : Saya ingin melaporkan kondisi pasien saya Ners. Ibu X di bed 501A.
Katim : Oh iya, Ners. Ada apa?
PP 1 :
S: Saat ini Ibu X mengalami demam dan sesak napas Ners.
B: Ibu X, 1 hari perawatan dengan dx medis pneumonia sars cov. Status
gravida G2P1A0, hamil 37 minggu. Tidak ada riwayat penyakit jantung dan
paru. Hasil AGD masih menunggu. Hasil lab terakhir tanggal 14 Juni 2020
Hb: 13,1; Ht: 32; Leukosit: 10,2 ribu; Trombosit: 278 ribu. Sudah diberikan
PCT tablet 500 mg jam 11 (3 jam yang lalu) tapi saat ini masih demam,
belum ada his, DJJ 140x/menit.
A: Dilakukan pengkajian didapatkan pasien terpasang nasal kanul 3L/menit.
suara napas ronchi di kedua basal paru, tidak ada retraksi dinding dada, RR
25x/menit (apakah ini A?). Untuk masalah keperawatan pola napas tidak
efektif, saya berikan posisi semi-fowler lateral kiri 30° dan pasien
mengatakan napasnya lebih enak, namun RR tetap 25x/menit, saturasi 95-
96%. Pasien belum diresepkan untuk inhalasi Ners.
Kemudian, masalah keperawatan kedua untuk hipertermi, bibir pasien agak
kering, CRT <2 detik, turgor kulit baik, haluan urin pada urine bag kateter
didapatkan volume urine 200mL warna kuning agak pekat, balance cairan
dalam 5 jam -150mL. saya sudah melakukan kompres hangat 15 menit di
paha dalam dan leher ners namun suhu masih 38,3°. Kemudian, TD: 120/80
mmHg, Nadi 110x/menit, Ners.
R: Sepertinya kita perlu berkolaborasi dengan dokter Ners karena nasal kanul
perlu diganti menjadi simple mask Ners dan pasien perlu diberikan terapi
inhalasi.
Katim : Baik Ners, terima kasih banyak laporannya, sudah saya catat, saya coba
konsultasi ke DPJP dulu ya. Ini pasien dokter X ya? Jangan tanya ini, Katim
harus hafal siapa DPJP klien kelolaannya
PP 1 : Iya, Ners. Ini nomor dokter X yang baru Ners, kemarin katanya ganti nomor.
Katim : Oh iya, terima kasih Ners. Ners di sini dulu ya agar mendengarkan langsung
intervensi kolaborasi perawat dengan dokter yang akan diberikan ke pasien.
(Contoh komunikasi untuk fungsi perencanaan)
PP 1 : Baik, Ners.
Scene 8: Keluarga, PP
*PP1 menelepon suami Ibu X untuk memberi tahu kondisi Ibu X*
Suami : Halo assalamualaikum.
PP : Waalaikumsalam selamat sore pak. Saya ners X. Benar dengan bapak X
suami dari Ibu X?
Suami : Oh iya benar Ners. Gimana Ners kondisi istri saya?
PP : Tadi sempat demam dan sesak napas Pak, tapi sekarang kondisinya sudah
stabil. Janinnya juga dalam kondisi baik Pak
Suami : Alhamdulillah, saya kepikiran terus Ners, apalagi gak bisa lihat langsung
kondisi istri saya.
PP : Demam adalah proses normal dari infeksi Pak, tidak perlu khawatir juga
karena demamnya sudah teratasi. Dan untuk sesaknya juga sudah berkurang,
Ibu X sudah bisa mengeluarkan dahak
Suami : Alhamdulillah...
PP : Ibu X berkata pada saya ingin dibawakan speaker murotal Pak.
Suami : Oh iya Ners, saya mau bawakan kemarin lupa, nanti saya bawa Ners.
PP : Baik Pak, nanti dititip saja di depan ya Pak, nanti akan diambil oleh perawat
sif selanjutnya.
Suami : Iya Ners... Lalu, untuk istri saya apakah sudah ada tanda melahirkan Ners?
PP : Saat ini belum ada kontraksi Pak, tapi minta tolong untuk dibawakan untuk
persiapan lahirannya Ibu X ya Pak, seperti baju bayi. Karena Ibu X sudah
cukup bulan, jika kondisinya semakin membaik akan diusahakan tetap lahiran
normal, tapi jika kondisi ibu tidak memungkinkan dan harus caesar saya tetap
membutuhkan persetujuan dari Bapak sebagai suaminya. Sekarang mau lahiran
dengan cara apapun, yang terpenting ibu dan bayinya sama-sama selamat Pak..
Suami : Iya Ners... Saya percaya dengan Ners dan Dokter yang merawat istri saya,
jika memang harus sesar saya gak apa-apa Ners, nanti saya tanda tangan Ners.
PP : Baik Pak, ada lagi yang ingin ditanyakan?
Suami : Sudah Ners. terima kasih banyak.
PP : Iya sama-sama Pak.
Penutup
Narator : Demikianlah video mengenai komunikasi per telepon dengan profesi medis
dan menggunakan metode manjemen keperawatan tim”
Berdasarkan video tadi dapat disimpulkan jika Komunikasi yang efektif pada sebuah
tim kolaborasi dapat meningkatkan kualitas asuhan dan pelayanan kepada pasien.
Penelitian yang dilakukan oleh Reni (2010), mengungkapkan bahwa Komunikasidalam
kolaborasi merupakan unsur penting untuk meningkatkan kualitas perawatan dan
keselamatan pasien. American Nurses Association (2010) juga menyatakan bahwa
komunikasi efektif digunakan sebagai standar praktik keperawatan profesional.
Kompetensi professional dalam praktek keperawatan tidak hanya psikomotor dan
keterampilan diagnostik klinis, tetapi jugakemampuan dalam keterampilaninterpersonal
dan komunikasi dengan pasien maupun dengan profesi lain (Rokhmah &Anggorowati,
2017). Perawat dengan profesi lain akan membangun suatu komunikasi dengan
melibatkan pasien dan atau keluarga dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan
sesuai dengan kebutuhan pasien. Lewin dan Reeves (2011), dalam hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa hubungan interprofesional yang terjalin secara baik, adanya
komunikasi terbuka serta interaksi yang baik antar profesional akan meningkatkan
interprofessional collaborative care yang akan berdampak pada kepuasan kerja dan
outcome perawatan pasien selama dirawat. Sejalan dengan penelitian Chang, Ma, Chiu,
Lin, dan Lee (2009), yang menyatakan bahwa lingkungan praktik yang sehat akan
mempengaruhi outcomes pasien dan meningkatkan hubungan kerja sama yang baik
antar tenaga kesehatan (Sulistyowati, Kristina, & Santoso, 2017).
Sepertinya penutup di atas tidak menyimpulkan isi video ya. Ada baiknya dibuat saja 1
slide berisi penutup terkait judul video, seperti:
- Komunikasi per telfon merupakan salah satu peran dalam peran informasional Ners
dalam memberikan askep selain peran interpersonal dan decisional
- Hal yang harus diperhatikan dalam komunikasi per telfon: SBAR, tulbakon,
- Komunikasi perlu selalu ditingkatkan dalam menjalankan 5 fungsi manajemen sejak
perencanaan, pengorganisasian, pengaturan ketenagaan, pengarahan, dan
pengendalian saat memberikan asuhan keperawatan klien Ibu hamil dengan Covid-
19
Tolong ditambahin lagi analisis buat fungsi dan peran manajemen ya gais
Referensi
Rokhmah, N. A., & Anggorowati. (2017). Komunikasi efektif dalam praktek kolaboras
interprofesi sebagai upaya meningkatkan kualitas pelayanan. Journal of Health
Studies, 1(1), 65-71.
Sulistyowati, A. D., Kristina, T. N., & Santoso, A. (2017). Efektivitas penerapan
Bedside Interprofessional Rounds (BIR) untuk meningkatkan hubungan
interpersonal perawat dan dokter. Universitas Diponegoro, 1-8.