Anda di halaman 1dari 8

NASKAH VIDEO ROLEPLAY KOMUNIKASI PER TELEPON

Kelompok 8
Mata Kuliah Kolaborasi dan MK Kepemimpinan & Manajemen Keperawatan

Mahasiswa Profesi Ners FIK UI 2019/2020


Annisa Imania 1506758304 Nurul Miftahul Jannah 1506690183
Annisa Kurniasih 1506735928 Pipin Nurul Fitriana 1506735811
Emilza Maizar 1706107232 Shafa Dwi Andzani 1506690063
Lessy Alfiani S.F. 1506690214 Silvy Tamara Winata 1506689755
Nurma Rizqiana 1506690164 Siti Nurkholifah 1506728094
Nurul Aini Sabbichiyyah 1506735212 *kontribusi setiap anggota kelompok sama*

Narator:
Assalamualaikum Wr.Wb.
Saya X dari kelompok 8 sebagai Narator pada video kolaborasi kesehatan ini.
Perkenalan di akhir video saja (via running text). Kalimat lead harus to the point
membahas judul video. Komunikasi merupakan salah satu komponen penting dalam
kolaborasi antar tenaga kesehatan. Kolaborasi kesehatan merupakan proses interaksi dan
hubungan antar profesi yang bekerja bersama dalam tujuan yang sama dengan
melibatkan rasa hormat dan kepercayaan (Morley et al, 2017). Slusser et al (2019)
menekankan 4 elemen penting dalam menjalankan kolaborasi kesehatan, yaitu: (1)
koordinasi (bekerja untuk mencapai tujuan yang sama); (2) kerja sama (berkontribusi
pada tim, menghargai antar anggota tim); (3) pengambilan keputusan bersama
(dengan negosiasi, komunikasi, keterbukaan, dan kepercayaan); (4) kemitraan
(hubungan yang terbuka dan terdapat rasa respect antar profesi).

Video ini menampilkan kolaborasi tim kesehatan khususnya dalam bentuk komunikasi
melalui telepon antara perawat dengan tenaga medis pada kasus klien Ibu hamil dengan
Covid-19. Selain menampilkan peran informasional melalui telfon, juga akan
ditampilkan pula peran interpersonal dan decisional seorang Ners dalam menangani
kasus tersebut. Selamat menyaksikan 

Kasus
Pada 14 Juni 2020, Ibu X, berusia 28 tahun, hamil 37 minggu dengan status gravida
G2P1A0 masuk RS X dengan keluhan batuk dan gatal pada perut dan didapatkan hasil
pemeriksaan swab (+). Pasien dipindahkan ke ruang rawat inap isolasi lantai 5 kamar
501 bed A. Sehari perawatan tanggal 15 Juni 2020, pasien mengalami desaturasi dan
mengeluh sesak. RR 25x/menit, 110x/menit, Suhu 38,5°C, SaO2 95%, kesadaran
compos mentis. Pasien telah diberikan PCT tablet 500 mg 2 jam yang lalu namun suhu
masih 38,3°C. Saat ini klien terpasang nasal kanul 3L/ menit, hasil AGD masih
menunggu.  konsisten untuk semua teks mau pasien atau klien

ALUR CERITA terdiri dari 11 scene


Scene 1: Pasien  nama scene tidak perlu disebutkan narator ya nanti
*Adegan pasien merasa sesak, RR meningkat dan memanggil perawat melalui bel*

Scene 2: Pasien, Perawat Pelaksana 1


PP 1 : Selamat sore, Bu. Perkenalkan saya Ners X, perawat ibu sore ini. Ibu boleh
sebutkan nama dan tanggal lahirnya? (sambil melihat gelang pasien untuk
verifikasi identitas). Ada yang bisa saya bantu, Bu?  ini sudah tahu pasien
sesak, sebaiknya tidak berkata demikian
Pasien : Saya merasa sesak Ners dan agak menggigil... *batuk, terengah-engah
napasnya*
PP 1 kemudian melakukan pengkajian sistem respirasi, didapatkan: suara nafas ronchi
di kedua basal paru, tidak ada retraksi dinding dada, RR 25x/menit. PP juga melakukan
pemeriksaan TTV, didapatkan TD: 120/80 mmHg, Nadi 110x/menit, Suhu 38,3°C,
SaO2 95%.
PP 1 berkata dalam hati: Ibu ini sekitar 3 jam (tadi di atas disebut 2 jam) yang lalu
sudah diberikan PCT 500 mg tablet, kok masih febris ya?
PP 1 kemudian mengkaji tanda kekurangan volume cairan, didapatkan bibir pasien agak
kering, CRT < 2 detik, turgor kulit baik, haluan urin pada urine bag kateter didapatkan
volume urine 200mL warna kuning agak pekat, balance cairan dalam 5 jam -150mL.
PP 1 : Bu, posisinya setengah duduk yuk dan miring kiri supaya sesaknya
berkurang. (PP kemudian memposisikan pasien dengan semifowler 30° dengan
miring kiri)
PP 1 : Ibu, apakah sudah lebih nyaman?
Pasien : Iya Ners, sedikit lebih enak napasnya. (PP 1 ini perawat D3 atau Ners ya?
Mengapa disebut Ners? Jika PP1 ini Ners juga, mengapa metodenya tim?)
PP 1 : Baik Ibu, saya coba periksa DJJ bayinya ya, Bu.
Pasien : Iya Ners.
*Adegan Ners memeriksa DJJ, didapatkan DJJ 140x/menit*
PP 1 : Ibu sudah ada rasa kontraksi perutnya?
Pasien : Belum Ners, masih lembek rasanya.
PP 1 : Baik Ibu karena Ibu masih demam, saya coba kompres hangat selama 15
menit di bagian paha dalam dan leher supaya demamnya turun. Bagaimana,
Bu?
Pasien : Boleh Ners
*Setelah 15 menit kompres, diperiksa suhu turun menjadi 38,1°C*
PP 1 : Baik Ibu kompresnya sudah selesai. Ibu tingkatkan minumnya dengan air
hangat ya karena Ibu masih demam dan kekurangan cairan. Kekurangan cairan
bisa bikin Ibu makin demam. Tingkatin minumnya ya, Bu (sambil tersenyum)
Pasien : Iya Ners. Terima kasih banyak.

Scene 3: PP 1, Katim
PP 1 : Sore Ners.
Katim : Selamat sore Ners X, ada apa? (PP 1 ini perawat D3 atau Ners ya? Mengapa
disebut Ners? Jika PP1 ini Ners juga, mengapa metodenya tim?)
PP 1 : Saya ingin melaporkan kondisi pasien saya Ners. Ibu X di bed 501A.
Katim : Oh iya, Ners. Ada apa?
PP 1 :
S: Saat ini Ibu X mengalami demam dan sesak napas Ners.
B: Ibu X, 1 hari perawatan dengan dx medis pneumonia sars cov. Status
gravida G2P1A0, hamil 37 minggu. Tidak ada riwayat penyakit jantung dan
paru. Hasil AGD masih menunggu. Hasil lab terakhir tanggal 14 Juni 2020
Hb: 13,1; Ht: 32; Leukosit: 10,2 ribu; Trombosit: 278 ribu. Sudah diberikan
PCT tablet 500 mg jam 11 (3 jam yang lalu) tapi saat ini masih demam,
belum ada his, DJJ 140x/menit.
A: Dilakukan pengkajian didapatkan pasien terpasang nasal kanul 3L/menit.
suara napas ronchi di kedua basal paru, tidak ada retraksi dinding dada, RR
25x/menit (apakah ini A?). Untuk masalah keperawatan pola napas tidak
efektif, saya berikan posisi semi-fowler lateral kiri 30° dan pasien
mengatakan napasnya lebih enak, namun RR tetap 25x/menit, saturasi 95-
96%. Pasien belum diresepkan untuk inhalasi Ners.
Kemudian, masalah keperawatan kedua untuk hipertermi, bibir pasien agak
kering, CRT <2 detik, turgor kulit baik, haluan urin pada urine bag kateter
didapatkan volume urine 200mL warna kuning agak pekat, balance cairan
dalam 5 jam -150mL. saya sudah melakukan kompres hangat 15 menit di
paha dalam dan leher ners namun suhu masih 38,3°. Kemudian, TD: 120/80
mmHg, Nadi 110x/menit, Ners.
R: Sepertinya kita perlu berkolaborasi dengan dokter Ners karena nasal kanul
perlu diganti menjadi simple mask Ners dan pasien perlu diberikan terapi
inhalasi.
Katim : Baik Ners, terima kasih banyak laporannya, sudah saya catat, saya coba
konsultasi ke DPJP dulu ya. Ini pasien dokter X ya? Jangan tanya ini, Katim
harus hafal siapa DPJP klien kelolaannya
PP 1 : Iya, Ners. Ini nomor dokter X yang baru Ners, kemarin katanya ganti nomor.
Katim : Oh iya, terima kasih Ners. Ners di sini dulu ya agar mendengarkan langsung
intervensi kolaborasi perawat dengan dokter yang akan diberikan ke pasien.
(Contoh komunikasi untuk fungsi perencanaan)
PP 1 : Baik, Ners.

Scene 4: Katim, dokter


*Katim menghubungi Dokter X*
Dokter : Halo, selamat sore.
Katim : Sore Dok, saya Ners X dok ingin melaporkan kondisi pasien.
Dokter : Iya Ners, ada apa?
Katim :
S: Saya ingin melaporkan kondisi pasien Ibu X di bed 501 A saat ini
mengalami demam dan sesak napas.
B: Ibu X (28th) di rawat sejak tgl 14 Juni 2020 saat ini 1 hari perawatan dengan
dx medis pneumonia sars cov. Status gravida G2P1A0, hamil 37 minggu.
Tidak ada riwayat penyakit jantung dan paru. Hasil AGD masih menunggu.
Hasil lab terakhir tanggal 14 Juni 2020 Hb: 13,1; Ht: 32; Leukosit: 10,2 ribu;
Trombosit: 278 ribu. Sudah diberikan PCT tablet 500 mg jam 11 (3 jam yang
lalu)tapi saat ini masih demam, belum ada his, DJJ 140x/menit
A: dilakukan pengkajian didapatkan pasien terpasang nasal kanul 3L/menit.
suara nafas ronchi di kedua basal paru, tidak ada retraksi dinding dada, RR
25x/menit. Bibir pasien agak kering, CRT < 2 detik, turgor kulit baik, haluan
urin pada urin bag kateter didapatkan volume urin 200mL warna kuning agak
pekat, balance cairan dalam 5 jam -150mL. Sudah diberikan posisi semi fowler
lateral kiri untuk mengurangi tekanan abdomen dok dan pasien mengatakan
nafasnya lebih enak. Untuk febrisnya sudah dilakukan kompres hangat 15
menit di paha dalam dan leher. Namun, TTV pasien masih abnormal dok
dengan Suhu 38,3°C, SaO2 rentang 95-96%. Untuk tensi: 120/80 mmHg, Nadi
110x/menit dok. Persingkat A
R: Karena pasien masih sesak dan SaO2 95%, bagaimana jika pemakaian nasal
kanul diganti dengan simple mask sambil menunggu hasil AGD? Lalu,
bagaimana jika pasien diberikan inhalasi ventolin dok? Kemudian karena suhu
tubuh belum juga turun, apakah perlu ganti terapi Dok?
*Katim PP bersiap menulis hasil komunikasi dengan dokter*
Dokter : Baik terima kasih Ners atas laporannya. Untuk demamnya terapi lanjut saja
Ners diberikan lagi saja PCT tablet 500 mg. Kemudian pemberian oksigen saya
setuju diganti dengan simple mask 5L/Menit, dan untuk inhalasi tolong berikan
ventolin 2,5 mg ya Ners. Kemudian, karena kondisi janin stabil dari DJJ dan
belum ada his, tolong observasi terus ya Ners.
Katim : Baik Dok, saya ulang ya. Untuk demam terapi lanjut diberikan kembali PCT
tablet 500mg. Terapi oksigen diganti dengan simple mask 5L/menit, inhalasi
ventolin 2,5mg. Lanjut observasi kondisi ibu dan janin. Begitu Dok?
Dokter : Iya benar Ners. Sebentar lagi saya menuju ruangan, Ners.
Katim : Baik Dok, terima kasih.
Dokter : Iya sama-sama, Ners.

Scene 5: PP, Katim


Katim : Oke, berdasarkan hasil kolaborasi dengan dokter X, terapi lanjut diberikan
kembali PCT drip 500mg. Terapi oksigen diganti dengan simple mask
5L/menit, inhalasi ventoli 2,5mg. Lanjut observasi kondisi ibu dan janin ya
Ners. Coba lakukan CTG Ners agar bisa lebih diketahui kondisi janinnya
(contoh komunikasi untuk fungsi pengorganisasian)
PP1 : Baik Ners, saya coba validasi kembali ya Ners. terapi lanjut diberikan
kembali PCT tablet 500mg. Terapi oksigen diganti dengan simple mask
5L/menit, inhalasi ventoli 2,5mg. Lanjut observasi ibu, dan observasi janin
melalui CTG ya ners?
Katim : Iya benar Ners.
PP 1 : baik terima kasih banyak Ners.
Katim : sama sama Ners. Semangat terus Ners! (contoh komunikasi untuk fungsi
pengarahan)
PP 1 : Hehe iya Ners selalu semangatt
*Katim membuat laporan Tubakon* ini maksudnya apa? Apakah tulbakon dibuat
laporan tertulis?

Scene 6: setelah diberikan terapi, observasi kembali. PP1, pasien


PP1 : Sore Ibu. Bagaimana perasaannya sekarang?
Pasien : Alhamdulillah sudah merasa lebih enak Ners, tadi juga bisa batuk keluar
dahaknya.
PP1 : Alhamdulillah, dahaknya warna apa bu?
Pasien : Kuning Ners, kentel banget. Saya banyakin minum air anget juga enak Ners
jadi gampang ngeluarin dahak. Terus sekarang udah gak menggigil, udah
keringetan.
PP1 : Alhamdulillah coba saya periksa lagi ya bu
Pasien : Iya Ners.
*Hasil pemeriksaan ronchi di basal kanan paru berkurang. RR: 18x/menit. Suhu:
37,7℃, saturasi rentang 98-99%. Bibir tidak kering, turgor kulit baik, crt <2detik.
Haluan urin di urine bag volume 200mL/6jam warna kuning tidak pekat. Balance cairan
3 jam -50ml, hasil CTG DJJ normal rentang 138-140x/menit, belum ada his*
PP 1 : Alhamdulillah ibu demamnya sudah turun ya suhunya sekarang 37,7℃ tapi
masih kategori demam nih Bu, ditingkatin lagi minumnya ya Bu. Kadar
oksigen di darahnya juga sudah 98% Bu, bagus sekali. Dan untuk kondisi janin
Ibu tidak ada masalah, DJJ normal rentang 138-140x/menit, dan belum ada
kontraksi ya kalau dari hasil pemeriksaan CTG.
Pasien : Alhamdulillah saya tenang Ners, jujur saya khawatir banget kondisi hamil
pertama saya malah dirawat di RS karena Covid. Saya takut ada apa-apa sama
bayi saya Ners, anak pertama Ners.
PP1 : Saya mengerti Ibu merasa khawatir. Wajar sekali khawatir dalam kondisi
pandemi ini, Bu. Tapi, Alhamdulillah bayi ibu kuat karena ibunya juga kuat.
Buktinya nih walaupun ibu sedang di rawat, hasil pemeriksaan bayi ibu bagus
semua kok. Ibu juga harus semangat ya biar cepet sembuh, karena kalau
khawatir berlebihan nanti bisa berdampak ke bayinya, Ibu ikutan stres nanti.
Pasien : Iya ya, Ners..
PP1 : Ibu biasanya kalau khawatir ngapain?
Pasien : Saya biasanya dengerin murotal Ners biar tenang.
PP1 : Oh sekarang gak ada ya Bu murotalnya.
Pasien : Iya ners, saya mau minta suami saya bawain Ners, boleh di bawa ke ruangan
gak Ners speaker murotalnya?
PP1 : Boleh Ibu. Kalo gitu nanti saya hubungi suami Ibu. Sekarang, saya ajarin
teknik relaksasi nafas dalam mau Bu biar lebih tenang?
Pasien : Boleh Ners.
PP1 : Oke baik Ibu sekarang rileks, jangan ada yang kaku badannya, otot-ototnya
lemasin. Sekarang pejamin matanya. Tarik nafas dari hidung, tahan sebentar
buang dari mulut.. lakukan lagi Bu.. Iya bagus Ibu.. Sekarang boleh buka
matanya.
*Pasien membuka mata.*
PP1 : Bagaimana rasanya Bu?
Pasien : Lebih tenang Ners, enak.
PP1 : Alhamdulillah... Kalau gitu, ada lagi yang bisa saya bantu Bu?
Pasien : Sudah Ners, terima kasih banyak ya.
PP1 : Iya Bu, sama-sama. Saya tinggal ya Bu, kalau ada apa-apa pencet saja belnya.
Pasien : Iya Ners.

Scene 7: Katim, PP1


Katim : Ners, bagaimana kondisi Ibu X?
PP1 : Sudah saya berikan terapi dan Alhamdulillah membaik Ners. Ronchi di basal
kanan paru berkurang. RR: 18x/menit. Suhu: 37,7, saturasi rentang 98-99%.
Pasien bisa batuk warna dahak kuning kental. Bibir tidak kering, turgor kulit
baik, CRT <2detik. Haluaran urin di urine bag volume 200mL warna kuning
tidak pekat. Balance cairan 3 jam -50ml, hasil CTG DJJ normal rentang 138-
140x/menit, belum ada his. Pasien juga mengeluh cemas Ners, saya sudah ajari
relaksasi napas dalam tadi dan pasien merasa lebih tenang.
Katim : Bagus sekali Ners X kerjanya! Semoga perawat lain di sini bisa termotivasi
dari Ners X ya supaya bisa punya semangat kerja seperti Ners X.
PP1 : Hehe Ners saya jadi malu, terima kasih banyak Ners. Lalu, pasien
mengatakan jika ingin membawa speaker murotal ke ruangan karena katanya
dengan mendengarkan murotal jadi lebih tenang. Boleh kan ya Ners?
Katim : Boleh Ners, tapi nanti diberi tahu saja supaya mengatur volume speaker-nya
tidak terlalu besar, khawatir pasien lain nanti merasa terganggu.
PP1 : Baik Ners.
Katim : Oke ners jangan lupa dicatat dengan lengkap di CPPT ya.
PP1 : Siap Ners.

Scene 8: Keluarga, PP
*PP1 menelepon suami Ibu X untuk memberi tahu kondisi Ibu X*
Suami : Halo assalamualaikum.
PP : Waalaikumsalam selamat sore pak. Saya ners X. Benar dengan bapak X
suami dari Ibu X?
Suami : Oh iya benar Ners. Gimana Ners kondisi istri saya?
PP : Tadi sempat demam dan sesak napas Pak, tapi sekarang kondisinya sudah
stabil. Janinnya juga dalam kondisi baik Pak
Suami : Alhamdulillah, saya kepikiran terus Ners, apalagi gak bisa lihat langsung
kondisi istri saya.
PP : Demam adalah proses normal dari infeksi Pak, tidak perlu khawatir juga
karena demamnya sudah teratasi. Dan untuk sesaknya juga sudah berkurang,
Ibu X sudah bisa mengeluarkan dahak
Suami : Alhamdulillah...
PP : Ibu X berkata pada saya ingin dibawakan speaker murotal Pak.
Suami : Oh iya Ners, saya mau bawakan kemarin lupa, nanti saya bawa Ners.
PP : Baik Pak, nanti dititip saja di depan ya Pak, nanti akan diambil oleh perawat
sif selanjutnya.
Suami : Iya Ners... Lalu, untuk istri saya apakah sudah ada tanda melahirkan Ners?
PP : Saat ini belum ada kontraksi Pak, tapi minta tolong untuk dibawakan untuk
persiapan lahirannya Ibu X ya Pak, seperti baju bayi. Karena Ibu X sudah
cukup bulan, jika kondisinya semakin membaik akan diusahakan tetap lahiran
normal, tapi jika kondisi ibu tidak memungkinkan dan harus caesar saya tetap
membutuhkan persetujuan dari Bapak sebagai suaminya. Sekarang mau lahiran
dengan cara apapun, yang terpenting ibu dan bayinya sama-sama selamat Pak..
Suami : Iya Ners... Saya percaya dengan Ners dan Dokter yang merawat istri saya,
jika memang harus sesar saya gak apa-apa Ners, nanti saya tanda tangan Ners.
PP : Baik Pak, ada lagi yang ingin ditanyakan?
Suami : Sudah Ners. terima kasih banyak.
PP : Iya sama-sama Pak.

Scene 9: Karu, Katim


Karu : Sore Ners. Bagaimana kondisi pasien saat ini?
Katim : Selamat sore Ners. Saat ini pasien dengan EWS merah 2 pasien, kuning 4
pasien, dan hijau 2 pasien Ners. Tadi sekitar pukul 2 siang, Ibu X mengalami
perburukan, yaitu demam dan sesak nafas, lalu saya sudah melaporkan ke
Dokter X dan sekarang sudah membaik kondisinya, janinnya juga baik Ners.
Hasil TTV terakhir Ibu X RR: 18x/menit. Suhu: 37,7, saturasi rentang 98-99%.
Pasien bisa batuk warna dahak kuning kental. Bibir tidak kering, turgor kulit
baik, CRT <2detik. Haluan urin di urine bag volume 200mL warna kuning
tidak pekat. Balance cairan 3 jam -50ml, hasil CTG DJJ normal rentang 138-
140x/menit, belum ada his. Ada cemas tapi sudah di intervensi relaksasi napas
dalam juga oleh Ners X dan sudah merasa tenang sekarang. Ini laporannya
Ners sudah saya catat.
*Karu melihat dokumen tubakon* Ini maksudnya apa ya? Apakah ada dokumentasi
tulbakon?
Karu : Oke, bagus sekali Ners. Lanjutkan monitoring dan observasi untuk pasiennya
ya.
Katim : Baik Ners, siap.

Penutup
Narator : “Demikianlah video mengenai komunikasi per telepon dengan profesi medis
dan menggunakan metode manjemen keperawatan tim”

Berdasarkan video tadi dapat disimpulkan jika Komunikasi yang efektif pada sebuah
tim kolaborasi dapat meningkatkan kualitas asuhan dan pelayanan kepada pasien.
Penelitian yang dilakukan oleh Reni (2010), mengungkapkan bahwa Komunikasidalam
kolaborasi merupakan unsur penting untuk meningkatkan kualitas perawatan dan
keselamatan pasien. American Nurses Association (2010) juga menyatakan bahwa
komunikasi efektif digunakan sebagai standar praktik keperawatan profesional.
Kompetensi professional dalam praktek keperawatan tidak hanya psikomotor dan
keterampilan diagnostik klinis, tetapi jugakemampuan dalam keterampilaninterpersonal
dan komunikasi dengan pasien maupun dengan profesi lain (Rokhmah &Anggorowati,
2017). Perawat dengan profesi lain akan membangun suatu komunikasi dengan
melibatkan pasien dan atau keluarga dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan
sesuai dengan kebutuhan pasien. Lewin dan Reeves (2011), dalam hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa hubungan interprofesional yang terjalin secara baik, adanya
komunikasi terbuka serta interaksi yang baik antar profesional akan meningkatkan
interprofessional collaborative care yang akan berdampak pada kepuasan kerja dan
outcome perawatan pasien selama dirawat. Sejalan dengan penelitian Chang, Ma, Chiu,
Lin, dan Lee (2009), yang menyatakan bahwa lingkungan praktik yang sehat akan
mempengaruhi outcomes pasien dan meningkatkan hubungan kerja sama yang baik
antar tenaga kesehatan (Sulistyowati, Kristina, & Santoso, 2017).

Sepertinya penutup di atas tidak menyimpulkan isi video ya. Ada baiknya dibuat saja 1
slide berisi penutup terkait judul video, seperti:
- Komunikasi per telfon merupakan salah satu peran dalam peran informasional Ners
dalam memberikan askep selain peran interpersonal dan decisional
- Hal yang harus diperhatikan dalam komunikasi per telfon: SBAR, tulbakon,
- Komunikasi perlu selalu ditingkatkan dalam menjalankan 5 fungsi manajemen sejak
perencanaan, pengorganisasian, pengaturan ketenagaan, pengarahan, dan
pengendalian saat memberikan asuhan keperawatan klien Ibu hamil dengan Covid-
19

Tolong ditambahin lagi analisis buat fungsi dan peran manajemen ya gais
Referensi
Rokhmah, N. A., & Anggorowati. (2017). Komunikasi efektif dalam praktek kolaboras
interprofesi sebagai upaya meningkatkan kualitas pelayanan. Journal of Health
Studies, 1(1), 65-71.
Sulistyowati, A. D., Kristina, T. N., & Santoso, A. (2017). Efektivitas penerapan
Bedside Interprofessional Rounds (BIR) untuk meningkatkan hubungan
interpersonal perawat dan dokter. Universitas Diponegoro, 1-8.

Anda mungkin juga menyukai