Sinyal Manchester juga dikenal sebagai sinyal split-phasc. Aliran data sinyal
Manchester ditunjukkan pada Gambar 1-1(c). Ketika bit data adalah "1", amplitudo
sinyal pada waktu 1/2 bit pertama adalah level tegangan positif dan waktu 1/2 bit
lainnya adalah level tegangan negatif. Ketika bit data adalah "0", amplitudo sinyal
pada awalnya adalah 1/2 waktu bit dari level tegangan negatif dan timc 1/2 bit lainnya
adalah level tegangan positif. Sinyal encode jenis ini memiliki keunggulan memori,
oleh karena itu bandwidth yang dibutuhkan lebih besar dibandingkan dengan sinyal
encode lainnya. Hal ini dapat diterapkan ke jaringan seperti Ethernet. Dari gambar 1-
1, bandingkan sinyal data, sinyal clock dan data setelah pengkodean, kita tahu bahwa
untuk mendapatkan data pengkodean Manchester, kita perlu "XNOR" sinyal data dan
sinyal clock.
gambar 1-6 atau lihat gambar DCS 1-3 pada modul DCT-17600-01.
2. Atur frekuensi generator fungsi ke sinyal TTL 2 kHz dan hubungkan sinyal
ini ke CLK 1/P pada gambar DCS1-3 dan CLK di kiri bawah. Setelah
itu sambungkan Data O/P di kiri bawah ke Data I/P pada gambar DCS1-
3. Kemudian amati bentuk gelombang CLK 1/P, Data 1/P, TP1, TP2,
TP3, TP4, TPS dan AMI O/P dengan menggunakan osiloskop, dan catat
hasil pengukuran pada tabel 1-7.
3. Berdasarkan sinyal input pada tabel 1-7, ulangi : langkah 2 dan catat
hasil pengukuran pada tabel 1-7.
4. Atur frekuensi generator fungsi ke sinyal TTL 2 I:Hz dan hubungkan
sinyal ini ke I/P CLK pada gambar DCS1-3. Kemudian atur frekuensi lain
dari generator fungsi ke 1 kHz TTL si znal dan hubungkan sinyal ini ke
Data 1/ P pada gambar DCS1-3. Kemudian amati bentuk gelombang CLK
1/P, Data I/P, TP1, TP2, TP3, TP4, TP5 dan AMI O/P dengan
menggunakan osiloskop, dan catat hasil pengukuran pada tabel 1-8.
5. Berdasarkan sinyal input pada tabel 1-8, ulangi langkah 4 dan catat
hasil pengukuran pada tabel 1-8.
Eksperimen 4: Pengkodean sinyal Manchester
1. Untuk mengimplementasikan rangkaian encode sinyal Manchester seperti
pada gambar 1-7 atau mengacu pada gambar DCS1-4 pada modul DCT-
17600-01.
2. Atur frekuensi generator fungsi ke sinyal TTL 2 kHz dan hubungkan sinyal
ini ke CLK 1/P pada gambar DCS1-4 dan CLK di kiri bawah. Setelah itu
hubungkan Data O/P di kiri bawah ke Data 1/P pada gambar DCS1-4.
Kemudian amati bentuk gelombang CLK I/P, Data 1/P dan Manchester O/
P dengan menggunakan osiloskop, dan catat hasil pengukuran pada tabel
1-9.
3. Berdasarkan sinyal input pada tabel 1-9, ulangi langkah 2 dan catat
hasil pengukuran pada tabel 1-9.
4. Atur frekuensi generator fungsi ke sinyal TTL 2 kHz dan hubungkan
sinyal ini ke CLK 1/P pada gambar DCS1-4. Kemudian atur frekuensi lain
dari generator fungsi ke sinyal TTL 1 kHz dan hubungkan sinyal ini ke
I/P Eata pada gambar DCS1-4. Kemudian amati bentuk gelombang CLK
1/P, Data I/P dan Manchester O/P dengan menggunakan osiloskop, dan
catat hasil pengukuran pada tabel 1-10.
5. Menurut sinyal input pada tabel 1-10, ulangi langkah 4 dan catat hasil
pengukuran pada tabel 1-10.
Tabel 1.7 Hasil Pengukuran AMI Signal Encode
Sinyal Masukan
Bentuk Gelombang Sinyal Keluaran
Frekuensi (CLK I/P)
CLK I/P Data I/P
TP1 TP2
TP3 TP4
100Hz
TP5 AMI O/P
Tabel 1.7 Hasil Pengukuran AMI Signal Encode. (Lanjutan)
Sinyal Masukan
Bentuk Gelombang Sinyal Keluaran
Frekuensi (CLK I/P)
CLK I/P Data I/P
TP1 TP2
500Hz
TP3 TP4
Sinyal Masukan
Bentuk Gelombang Sinyal Keluaran
Frekuensi
CLK I/P Data I/P CLK I/P Data I/P
TP1 TP2
100Hz 50Hz
TP3 TP4
Sinyal Masukan
Bentuk Gelombang Sinyal Keluaran
Frekuensi
CLK I/P Data I/P CLK I/P Data I/P
TP1 TP2
500Hz 250Hz
TP3 TP4
2K
3K
5K
8K
Tabel 1.10 Hasil Pengukuran Manchester Signal Encode
2 KHz 1 KHz
3 KHz 1,5
KHz
5 KHz 2,5
KHz
8 KHz 4 KHz