Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI
AMI SINYAL ENCODE

Disusun Oleh :

Nama : Muhamad Akbar

NPM 062030331148

Kelas : 4 TD

Dosen Pembimbing : Sarjana, S.T.,M.Kom

PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

2022
LAPORAN PRAKTIKUM
ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI
AMI SINYAL ENCODE

LEMBAR PENGESAHAN

DISETUJUI UNTUK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

Oleh :

Dosen Pembimbing

Sarjana, S.T.,M.Kom
AMI SINYAL ENCODE

3.3.1 Tujuan
1. Agar dapat memahami dasar teori dan cara pengaplikasian baris kode
encoder.
2. Agar dapat memahami dasar teori encode dan struktur sirkuit AMI.

3.3.2 Dasar teori


Baris coding adalah bagian dasar dari proses coding. Sebelum sinyal PCM
dikirim ke modulator, kita dapat menggunakan jenis sinyal tertentu pada suatu
aplikasi. Ada 4 hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih suatu jenis digital
untuk membawa data biner, yaitu :
1. Jenis dari modulasi tersebut
2. Jenis dari proses demodulasinya
3. Batasan bandwidth, dan
4. Jenis dari penerimanya.

Bisa coding dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :


1. Kembali ke titik nol/Return-to-zero (RZ)
2. Tidak Kembali ke titik nol / Non-return-to-zero (RZ)
Baris coding RZ berfungsi untuk mengidentifikasi waktu bit tunggal
(biasanya setengah dari waktu bit tunggal), bentuk gelombangnya akan Kembali
ke 0V diantara data pulsa. Bentuk pulsanya dapat dilihat pada gambar 1-1 ( c ).
Baris coding NRZ berfungsi untuk mengidentifikasi waktu bit tunggal, bentuk
gelombangnya tidak akan Kembali ke 0V. bentuk pulsanya dapat dilihat pada
gambar 1-1 (a).
Berdasarkan karakteristiknya sinyalnya, bris coding juga dapat dibagi
menjadi dua jenis, yakni :
1. Sinyal Unipolar
2. Sinyal bipolar
Sinyal unipolar berfungsi mengidentifikasi macam-macam amplitude sinyal
antara tegangan positif +V dan 0V. Satu-satunya perbedaan antara sinyal unipolar
dan bipolar adalah macam=macam amplitude sinyal antara tegangan positif dan
negatif yaitu +V dan -V.
gambar 1-1 akan menunjukkan perbedaan dari setiap jenis baris sinyal code,
sinyal encoding akan kita bahas pada bab berikutnya.

DATA DIGITAL SINYAL DIGITAL


 Elemen sinyal adalah tiap pulsa dari sinyal digital. Data binary
ditransmisikan dengan meng-encode kan tiap bit data menjadi elemen-
elemen sinyal.
 Sinyal unipolar adalah semua elemen sinyal yang mempunyai tanda yang
sama, yaitu positif semua atau negative semua.
 Sinyal polar adalah elemen-elemen sinyal dimana salah satu logic
statenya diwakili oleh level tegangan positif dan yang lainnya oleh level
tegangan negatif .
 Durasi atau lebar suatu bit adalah waktu yang diperlukan oleh transmitter
untuk memancarkan bit tersebut.
 Modulation rate adalah kecepatan dimana level sinyal berubah,
dinyatakan dalam bauds atau elemen sinyal per detik.
 Istilah mark dan space menyatakan digit binary ‘I’ dan ‘0’.

Tugas-tugas receiver dalam mengartikan sinyal-sinyal digital :


 Receiver harus mengetahui timing dari tiap bit
 Receiver harus menentukan apakah level sinyal dalam posisi bit high (1)
atau low (0)
Tugas-tugas ini dilaksanakan dengan men-sampling tiap posisi bit pada tengah-
tengah interval dan membandingkan nilsinys dengan threshold.

Faktor yang menentukan sukses dari receiver dalam mengartikan sinyal yang
datang :
 Data rate (kecepatan data) : peningkatan data rate akan meningkatkan bit
error rate (kecepatan error dari bit).
 S/N : peningkatan S/N akan menurunkan bit error rate.
 Bandwidth : peningkatan bandwidth dapat meningkatkan data rate.
Lima factor yang perlu dinilai atau dibandingkan dari berbagai teknik komunikasi:
 Spektrum sinyal : desain sinyal yang bagus harus mengkonsentrasi
kekuatan transmisinya pada daerah tengah dari bandwidth transmisi, untuk
mengatasi distorsi dalam penerimaan sinyal digunakan disain kode yang
sesuai dengan bentuk dari spektrum sinyal trasnmisi.
 Clocking : menentukan awal dan akhir dari tiap posisi bit dengan
mekanisme synchronisasi yang berdasarkan pada sinyal transmisi.
 Deteksi error : dibentuk dalam skema fisik encoding sinyal.
 Interferensi sinyal dan kekebalan terhadap noise.
 Biaya dan kesulitan : semakin tinggi kecepatan pensinyalan untuk
memenuhi data rate yang ada, semakin besar biayanya.

MULTI LEVEL BINARY


Kode ini menggunakan lebih dari 2 level sinyal (contohnya : pada gambar 3.2,
bipolar-AMI dan psceudotenary.
 Bipolar-AMI yaitu suatu kode dimana binary ‘0’ diwakili dengan tidak
adanya line sinyal dan binary ‘I’I diwakili oleh suatu pulsa positif atau
negative .
 Pseudoternry yaitu suatu kode dimana binary ‘1’ diwakili oleh ketiadaan
line sinyal dan binary ‘0’ oleh pergantian pulsa-pulsa positif dan negatif .
1. Alternatif Mark Sinyal Encode
Alternate mark inversion (AM I) sinyal mirip dengan sinyal RZ
mengharapkan alterntf “1”, yang terbalik. Aliran data sinyal AMI
ditunjukkan pada Gambar 1-1 (1) . Bila bit data “ 1 “ yang terbalik. Aliran
data sinyal AMI ditunjukkan pada Gambar 1-1 (f) . Bila bit data “1”,
amplitude sinyal pertama pada 1/2 kali bit adalah tingkat tegangan positif
dan yang lainnya 1/2 waktu bit adalah 0 V: maka amplitude sinyal kedua
pada 1/2 waktu bit adalah Evel tegangan negative dan yang lain waktu 1/2
bit 0 V, oleh karena itu, satu-satunya perbedaan antara AMI dan RZ adalah
alternatif “1” yang terbalik. Bila bit data “0”, amplitudo sinyal 0 V. Jenis
encode yang umum digunakan oleh industry telepon yang pulsa coding
modulasi (PCM) .

Gambar 1-6 adalah diagram sirkuit dari AMI sinyal encode. Untuk
mendapatkan sinyal encode AMI, data dan sinyal clock harus melewati tahap
penyangga, yang terdiri dari sepasang transistor dan TIDAK gerbang. Setelah itu
kita perlu “DAN” output dari sinyal data dan sinyal clock, kemudian melewati
rangkaian pembagi dengan memanfaatkan jam sebagai pertukaran switch. Sinyal
terakhir adalah sinyal AMI. Bandwidth minimum AMI kurang dari UNI-RZ dan
BIP-RZ. Keuntungan tambahan dari AMI adalah kesalahan transmisi dapat
dideteksi dengan mendeteksi pelanggaran alternatif satu aturan.
Bipolar Alternate Mark Inversion (AMI) adalah jenis pengokodean bipolar
yang paling sederhana, sesuai dengan Namanya yaitu alternate mark inversion,
kata mark berasal dari istilah dalam telegrafi yang artinya I. Jadi artinya AMI
adalah alternate I inversion atau pembalikan I yang berganti-ganti. Dengan kata
lain, tegangan nol direpresentasikan sebagai bit 0. Bit 1 adalah representasi oleh
tegangan positif dan tegangan negative yang berganti-ganti, misalnya I pertama
tegangannya positif, lalu 1 kedua tegangannya negative berikutnya 1 ketiga positif
lagi dan 1 keempat negative dan seterusnya. AMI (Alternate Mark Inversion),
Suatu pendekatan biner multilevel dimana bilangan biner 0 diwakili oleh suatu
pulsa turun dan bilangan biner 1 diwakili oleh pulsa negative atau positif.
Pendekatan biner multilevel di mana 0 biner diwakili oleh kurangnya pulsa,
dan 1 biner diwakili oleh sebuah pulsa positif atau negative. Bilangan biner 1
harus berpolaritas (kutub) kebalikan dengan biner satu sebelumnya. 1 biner pulsa
harus alternatif dalam polaritas. Suatu pendekatan biner multilevel dimana
bilangan biner 0 diwakili oleh suatu pulsa turun dan bilangan biner multilevel
dimana bilangan biner 0 diwakili oleh suatu pulsa turun dan bilangan biner 1
diwakili oleh pulsa negative atau positif. Pendekatan biner multilevel di mana 0
biner diwakili oleh kurangnya pulsa, dan 1 biner diwakili oleh sebuah pulsa
positif atau negative. Bilangan biner 1 harus berpolaritas (kutub) kebalikan
dengan biner satu sebelumnya. 1 biner pulsa harus alternatif dalam polaritas.
Kelebihannya :
 Tidak ada kerugian dalam sinkronisasi jika Panjang tali (nol masih
bermasalah)
 Bandwidth rendah
 Tidak ada jaringan untuk komponen
 Tidak ada kerugian dalam sinkronisasi jika Panjang tali (nol masih
bermasalah)
 Mudah mendeteksi error.

Pengkodean bipolar AMI


Ada variasi lain bipolar AMI yaitu yang disebut Peudoternary, dimana bit 0
yang berganti-ganti antara tegangan positif dan negatif . Dengan cara seperti diatas
maka AMI pertama, mempunyai komponen DC nol, kedua urutan bit 1 nya yang
Panjang masih sinkron. Pada bipolar AMI tidak memiliki mekanisme sikronisasi
untuk bit 0 yang Panjang.
Ada dua variasi bipolar AMI yang telah dikembangkan untuk
memecahkan masalah sinkronisasi urutan 0, khususnya untuk transmisi yang
jaraknya jauh. Pertama yang digunakan di Amerika Utara, yaitu yang disebut
Bipolar 8 Zero Subtitution (B8ZS).
Kedua yaitu yang digunakan di Eropah dan jepang, yang disebut dengan
High Densitu Bipolar 3 atau (HDB3). Kedua duanya merupakan adaptasi dari
bipolar AMI yang dimodifikasi dari bentuk aslinya dalam rangka mengatasi
permasalahan urutan bit 0 yang Panjang.
Contoh Dari Bipolar AMI :
 Setiap 1 memperkenalkan transisi yang dapat digunakan untuk sinkronisasi
 Kesalahan deteksi mungkin untuk pulsa ditambahkan atau hilang tinggal.
 Sejak 1 sinyal alternatif dalam tegangan, tidak ada komponen dc.
 Bandwidth cukup kecil bahwa dalam pengkodean NRZ.
 Berjalan Panjang ini 0 tidak memungkinkan sinkronisasi.

1. Tiap bilangan 1 memulai transisi yang bisa dipakai sebagai sinkronisasi


2. Memungkinkan deteksi kesalahan untuk suatu pulsa naik atau turun
3. Setelah sinyal 1 berkebalikan pada tegangan, disini tidak ada komponen dc
4. Bandwidth yang cukup kecil dari pada encoding dengan NRZ.
5. Bilangan 0 yang Panjang tidak memperbolehkan sinkronisasi.

Untuk pengiriman data ber-rate rendah pada ISDN, Masalah ini akan diatasi
dengan digunakan. Pengkodean biner multilevel memiliki overhead :

a. Tiga level dapat direpresentasikan log 2 x 3 – 1,58 bit


b. Receiver diperlukan untuk membedakan sinyal yang memiliki level tinggi,
membutuhkan daya sinyal 3 dB lebih untuk 3 nilai sinyal yang
dibandingkan dengan probabilitas error yang sama.
c. Grafik kepadatan spectral menunjukkan bahwa bandwidth lebih kecil dari
pada NRZ.
Bipolar AMI Signal Encoding Biner Multilevel
 Digunakan lebih dari 2 level
 Zero (nol) menggambarkan tidak adanya line signal
 Satu menggambarkan positif atau negative sinyal
 Satu pulsa menggantikan dalam polaritas.

Bipolar with 8-Zeros Substitution (B8ZS) yaitu suatu kode dimana :


 Jika terjadi oktaf dari semua nol dan pulsa tegangan terakhir yang
mendahului oktaf ini adalah positif, maka 8 nol dari oktaf tersebut di-
encode sebagai 000+=0=+
 Jika terjadi oktaf dari semua nol dan pulsa tegangan terakhir yang
mendahului oktaf ini adalah negative, maka 8 nol dari oktaf tersebut di-
encode sebagai 000=+0+
 Penggantian Bipolar With 8 Zeros
 Didasarkan pada bipolar-AMI
 Jika octact pada semua zero dan pulsa terakhir tegangan yang terdahulu
adalah encode positif sebagai 000+-0-+
 Jika octct pada semua zero dan pulsa terakhir tegangan yang terdahului
adalah encode negative sebagai 000-+ -
 Karena dua pelanggaran pada kode AMI. Rangkaian filling harus cukup
menghasilkan transisi untuk sinkronisasi harus dapat diakui oleh receiver
dan diganti dengan yang asli Panjang sama dengan yang asli.
 Tidak ada komponen dc.
 Tidak ada rangkaian Panjang pada saluran sinyal level zero.
 Tidak ada penurunan pada kecepatan data.
 Kemampuan pendeteksian error

3.3.3 Peralatan
1. Modul DCTI-17600-01
2. Power Supply
3. Osiloskop
3.3.4 Langkah Percobaan
Percobaan 3 : AMI Sinyal Encode
1. Untuk menerapkan AMI sirkuit sinyal encode seperti yang
ditunjukkanpada gambar 1-6 atau lihat gambar DSC 1-3 Pada DCT-
17600-01 Modul.
2. Setel frekuensi generator fungsi untuk sinyal TTL 2 KHz dan
menghubungkan sinyal ini ke CLK I/P Pada gambar DCS 1-3 dan CLK di
bagian bawah kiri. Setelah itu menghubungkan data O/P di bagian bawah
kiri ke data I/P Pada gambar DCS 1-3. Kemudian amati pada bentuk
gelombang dari CLK I/P, data I/P, TPI, TP2, TP2, TP4, TP5, dan AMI O/P
dengan menggunakan osiloskop, dan catat hasilnya diukur dalam tabel 3-1.
3. Menurut sinyal masukan pada tabel 3-1, ulangi Langkah 2 dan mencatat
hasil pengukuran pada tabel 3-1
4. Setel frekuensi generator fungsi untuk sinyal TTL 2KHz dan
menghubungkan sinyal ini ke CLK I/P pada gambar DCS 1-3. Kemudian
megatur frekuensi lain dari generator fungsi untuk sinyal TTL 1 KHz dan
menghubungkan sinyal ini untuk data I/P pada gambar DCS 1-3. Amati
pada bentuk gelombang dari CLK I/P, data I/P, TP1, TP2, TP2, TP4, TP5
dan AMI O/P dengan menggunakan osiloslop, dan mencatat hasil
pengukuran pada tabel 3-2.
5. Menurut sinyal masukan dalam tabel 3-2, ulangi Langkah 4 dan mencatat
hasil pengukuran pada tabel 3-2

Anda mungkin juga menyukai