Anda di halaman 1dari 14

PENGKODEAN

SINYAL DIGITAL
OLEH :
- ANNISA RAHMADAYANTI
- MUAMMAR HAFIDZ
- RADITYA SATRIA GANTARA
- VITO SENAPUTRA L
Tujuan
untuk menjamin bahwa pada akhirnya pesan
dapat diterima sesuai dengan pesan yang
dikirimkan oleh pengirim baik dari sisi
reliabilitas maupun dari integritas data.
Sinyal Digital
merupakan deretan pulsa voltage terputus-putus yang berlainan
dan masing-masing memiliki ciri-ciri tersendiri.
Setiap pulsa merupakan sebuah elemen sinyal, Elemen sinyal
merupakan data yang ditransmisikan melalui pengkodean bit
data, dimana
Biner 0 = Level Voltage Negatif
Biner 1 = Level Voltage Positif
Ketentuan Dalam Pengkodean
Unipolar : Semua elemen-elemen sinyal dalam bentuk yang sama.
Polar : Satu state logic dinyatakan oleh tegangan positif dan sebaliknya
oleh tegangan negatif.
Rating Data : Rating data transmisi data dalam bit per second.
Durasi atau panjang suatu bit Waktu yang dibutuhkan pemancar untuk
memancarkan bit.
Rating modulasi : Rating dimana level sinyal berubah dan diukur dalam
bentuk baud=elemen-elemen sinyal per detik.
Tanda dan ruang : Biner 1 dan biner 0 berturut-turut
Format-Format Pengkodean Sinyal
Digital
Unipolar Line Coding
Polar Line Coding :
Non Return To Zero
Level NRZ
Invers NRZ
Return To Zero
Manchester
Differential Manchester
Bipolar Line Coding
ASCII
Unipolar Line Coding
Kode ini hanya menggunakan satu non-zero dan satu zero level tegangan, yaitu
untuk logika 0 memiliki level zero dan untuk logika 1 memiliki level non-zero.
Polar Line Coding
Kode ini menggunakan dua buah level tegangan untuk
non-zero guna merepresentasikan kedua level data, yaitu satu
positip dan satu negatip. Dalam pengkodean polar terdapat 4
macam jenis kode polar yaitu sebagai berikut :
Non Return To Zero
Terdapat dua jenis kode NRZ yang meliputi:
Level-NRZ, level sinyal merupakan representasi dari bit, yaitu untuk logika 0
dinyatakan dalam tegangan positif dan untuk logika 1 dinyatakan dalam tegangan
negatif.
Invers-NRZ, merupakan kode dengan ciri invers level tegangan merupakan nilai bit
berlogika 1 dan tidak ada tegangan merupakan nilai bit berlogika 0. Untuk logika 1
dalam sederetan data memungkinkan adanya sinkronisasi.
Return To Zero
Dalam kode ini, level sinyal merupakan representasi dari bit, yaitu untuk logika
0 dinyatakan dalam tegangan negatip dan untuk logika 1 dinyatakan dalam
tegangan positip
Sinyal harus kembali zero untuk separuh sinyal berdasarkan interval dari setiap
bit, artinya bila waktu untuk satu bit logika 1 adalah 4 detik maka pernyataan
logika 1 dengan level tegangan positip adalah 2 detik dan 2 detik berikutnya
level tegangan kembali ke nol volt (zero).
Manchester
Dalam kode ini, terjadi inversi level sinyal pada saat sinyal bit berada di tengah
interval, kondisi ini digunakan untuk dua hal yaitu sinkronisasi dan bit
representasi.
Kondisi logika 0 merupakan representasi sinyal transisi dari positip ke negatip
dan kondisi logika 1 merupakan representasi sinyal transisi dari negatip ke
positip serta memiliki kesempurnaan sinkronisasi.
Selalu terjadi transisi pada setiap tengah (middle) bit, dan kemungkinan satu
transisi pada akhir setiap bit.
Memiliki Kesempurnaan sinkronisasi
Differensial Manchester
Pada kode Diferensial Manchester inversi level sinyal pada saat berada di
tengah interval sinyal bit digunakan untuk sinkronisasi
Ada dan tidaknya tambahan transisi pada awal interval bit berikutnya
merupakan identifikasi bit, dimana logika 0 jika terjadi transisi dan logika 1 jika
tidak ada transisi
Memiliki kesempurnaan sinkronisasi
Bipolar Line Coding
Kode bipolar menggunakan dua level tegangan yaitu non-zero dan zero guna
menunjukan level dua jenis data, yaitu untuk logika 0 ditunjukan dengan level
zero, untuk logika 1 ditunjukan dengan pergantian level tegangan positip dan
negatip.
jika bit pertama berlogika 1 maka akan ditunjukan dengan amplitudo positip, bit
kedua akan ditunjukan dengan amplitudo negatip, bit ketiga akan ditunjukan
dengan amplitudo positip dan seterusnya.
ASCII (American Standard Code for Information Interchange)

Sebuah standar Amerika untuk menunjuk sebuah karakter, standar ini dapat digunakan
untuk membuat kode sejumlah 128 buah karakter.
Setiap kode ASCII dinyatakan dalam bilangan heksa
Pemanfaatan kode ASCII dalam transmisi data adalah dengan menambahkan 1(satu)
bit lagi sehingga kode karakter menjadi 8 bit
Penambahan satu bit pariti ini dimanfaatkan untuk menguji apakah data berupa
karakter terkirim dengan benar atau tidak
Dalam menentukan paritas, kita dapat menentukan apakah menggunakan paritas
genap atau paritas ganjil.
Bit pariti akan menjadi bit MSB kode ASCII, sehingga dengan penambahan 1 bit setiap
karakter akan membentuk jumlah logika 1(satu) pada kode tersebut. Jika
menginginkan kode dengan paritas ganjil maka jumlah logika 1(satu) harus ganjil,
demikian pula sebaliknya.
Misal ditanyakan berapa
kode huruf b dalam heksa
berdasarkan kode ASCII,
maka jawabnya dilihat
pada tabel dari kolom = 110
dan dari baris diperoleh
0010 sehingga diperoleh
kode 110 0010 = 62 dalam
heksa.

Anda mungkin juga menyukai