DISUSUN OLEH :
ABDI IRAWAN, ANNA
LAURA GINTING, LADYS
ELISA PAKPAHAN,
NURUL KHAIRIAH
TK-4A
BAB I
PENDAHULUAN
LINE CODING
Line coding merupakan metoda untuk merubah simbol dari sumber ke dalam
bentuk lain untuk ditransmisikan . Line coding merubah pesan-pesan digital
ke dalam deretan simbol baru (ini merupakan proses encoding) . Decoding
bekerja kebalikannya yaitu merubah kembali deretan yang sudah dikodekan
(encoded sequence) menjadi pesan aslinya
Dapat dimanfaatkan untuk proses sinkronisasi antara pengirim dan penerima (sistem tidak
memerlukan jalur terpisah untuk clock)
Pada contoh di atas, setiap 2 bit data dikodekan ke dalam 4 level simbol
Jadi bit rate akan menjadi dua kali dari bit baud rate .
Berdasarkan level sinyal yang digunakan, line coding dapat dikatagorikan sbb.:
.
Karakteristik Line Coding
1. Unipolar
Pengkodean saluran jenis polar tunggal atau unipolar adalah suatu pengkodean yang
paling sederhana. Pengkodean unipolar hanya menggunakan sebuah level tegangan
atau satu polaritas untuk menyatakan dua posisi bilangan biner yaitu yaitu 0V (bila
tidak ada tegangan) dan +V untuk menyatakan data biner 0 dan 1. Pengkodean
unipolar mempunyai sedikit dua persoalan, yakni komponen DC dan sinkronisasi.
o Komponen DC
Apabila amplitudo rata-rata dari sinyal unipolar tidak nol (1), maka hal ini
disebut dengan komponen DC (dengan frekuensi nol). Dan apabila sinyal
berisi komponen DC, maka tidak dapat disalurkan ke media tertentu yang
mana kebanyakan media tidak dapat menangani komponen DC.
o Sinkronisasi
Bila sinyal tidak bervariasi, maka penerima tidak dapat membedakan mana
yang awal dan mana yang akhir dari tiap-tiap bit. Inilah masalah sinkronisasi
dari pengkodean unipolar, yang memungkinkan aliran datanya terdiri dari
deretan panjang logika 1 atau 0. Pengkodean digital menggunakan perubahan
level tegangan untuk mengindikasikan adanya perubahan bit. Perubahan
sinyal juga memberikan indikasi bahwa satu bit telah berakhir dan dimulai
bit berikutnya.
Adapun contoh gambar dari pengkodean polar tunggal (unipolar), yaitu pada
Gambar 1.
o Bipolar
Jenis pengkodean bipolar yaitu pengkodean dengan menggunakan 3 (tiga) buah level
tegangan, yaitu: –V, 0V, dan +V untuk menyatakan data biner. Bit logika 0 akan bernilai
level tegangan nol dan bit logika 1 direpresentasikan terjadi pembalikan tegangan baik
positif ke negatif maupun dari negatif ke positif. Ada 2 (dua) contoh pengkodean bipolar
yaitu bipolar Alternate Mark Inversion (AMI) dan 2BIQ (Gambar 2).
Gambar 2. Bipolar
Bipolar Alternate Mark Inversion (AMI) adalah jenis pengkodean bipolar yang paling
sederhana dengan menggunakan level tegangan 0V untuk menyatakan data biner 0,
sedangkan data biner 1 dinyatakan dengan level tegangan –V dan +V secara bergantian.
Sesuai dengan namanya yaitu alternate mark inversion, yang mana kata mark sendiri berasal
dari istilah dalam telegrafi yang artinya 1. Jadi, artinya AMI adalah alternate 1 inversion
atau pembalikan 1 yang berganti-ganti. Dengan kata lain, tegangan nol direpresentasikan
sebagai bit 0. Bit 1 adalah representasi oleh tegangan positif dan tegangan negatif yang
berganti-ganti, misalnya 1 pertama tegangannya positif, lalu 1 kedua tegangannya negatif,
berikutnya 1 ketiga positif lagi dan 1 keempat negatif dan seterusnya seperti diperlihatkan
pada gambar berikut ini (Gambar 3)
.
Ada variasi lain dari bipolar AMI, yaitu yang disebut Pseudoternary, dimana bit 0
yang berganti-ganti antara tegangan positif dan negatif. Dengan cara seperti diatas maka
AMI pertama, mempunyai komponen DC nol, kedua urutan bit 1 nya yang panjang
masih sinkron. Pada bipolar AMI tidak memiliki mekanisme sikronisasi untuk bit 0 yang
panjang. Ada 2 (dua) variasi bipolar AMI yang telah dikembangkan untuk memecahkan
masalah sinkronisasi urutan 0, khususnya untuk transmisi yang jaraknya jauh. Pertama
yang digunakan di Amerika Utara, yaitu yang disebut Bipolar 8 Zero Subtitution (B8ZS).
Dan yang kedua yaitu yang digunakan di Eropa dan Jepang, yang disebut dengan High
Density Bipolar 3 atau (HDB3). Kedua-duanya merupakan adaptasi dari bipolar AMI
yang dimodifikasi dari bentuk aslinya dalam rangka mengatasi permasalahan urutan bit 0
yang panjang.
2. 2B1Q
Pengkodean 2B1Q digunakan untuk pengkodean dua data biner. Data “00” dinyatakan
dengan level tegangan -23 V, data “11” dinyatakan dengan level tegangan +1V, data
“01” dinyatakan dengan level tegangan -21 V, data “10” dinyatakan dengan tegangan +3
V.
c. Polar
Pengkodean polar menggunakan menggunakan 2 (dua) buah level tegangan yaitu –V
dan +V. Pengkodean saluran dalam kelompok polar, dibagi-bagi lagi menjadi beberapa
jenis yaitu:
Jenis pengkodean polar menggunakan 2 (dua) buah level tegangan yaitu –V dan +V
(tegangan positif dan negatif) untuk menyatakan data biner dengan nilai 0 dan 1. Bagan
klasifikasi pengkodean saluran jenis polar digambarkan sebagai berikut ini. Perbedaan
dari masing-masing jenis pengkodean saluran dari kelompok polar ini dapat dijelaskan
sebagai berikut (Gambar 5)
Pada materi kali ini yang akan kita bahas adalah NRZ dan RZ
Kelemahan:
a. Tidak ada informasi timing di dalam bentuk sinyal sehingga sinkronisasi bisa hilang bila
muncul deretan 0 yang panjang
a. NRZ-L
Unip
olar
NRZ
-L
Pol
ar
NR
Z-L
Unip
olar
NRZ
Unip
-M
olar
NRZ
-S
power
density
0.
2
0.
0.
0.
0.
1.
-
2
4
6
8
2 NR
Spektrum NRZ0
1
Z
0.
2
0.
4
0.
6
0.
8
1
T
f
1.
2
1.
4
1.
6
1.
8
2
2. Return to Zero (RZ)
Bit "1" dinyatakan oleh “high signal” selama setengah perioda bit dan dinyatakan
oleh “low signal” pada seengah perioda bit berikutnya
Kelemahan
◦ Bandwidht yang diperlukan dua kali NRZ
◦ Sulit mengambil informasi clock bila ada deretan nol yang panjang
◦ Mengandung komponen DC
Pengkodean saluran jenis Return to Zero (RZ) menggunakan level –V dan +V dengan
transisi di pertengahan bit data biner. Data biner 0 dinyatakan dengan transisi dari level –
V menuju 0V, sedangkan data biner 1 dinyatakan dengan transisi dari level 0V menuju
+V. Contoh pengkodean saluran jenis RZ ditunjukkan pada gambar berikut ini (Gambar
7).
BAB III
KESIMPULAN
Return to Zero Seperti pada NRZ dimana signal positif menyatakan bit
”1” dan negatif menyatakan bit ”0”, tetapi signal tersebut baik yang positif
maupun yang negatif akan kembali ke posisi netral ”nol”, ditengah durasi
waktu bit. Transisi signal ditengah durasi waktu bit ini dipakai untuk
sinkronisasi. Kelemahan sistem ini adalah diperlukan 2 signal yang berubah
baik bit ”1” maupun bit ”0” ditengah interval sehingga mengakibatkan
bandwidth akan bertambah besar.