Bandar Lampung,
Asisten.
( )
NPM.
I. JUDUL PERCOBAAN
1. Mengetahui dan mengamati bentuk kode NRZ, RZ, Bi-Phase, Manchester, dan
Duo-Binary pada sistem transmisi Baseband.
2. Mengkonversi nilai biner kedalam bentuk kode NRZ, RZ, Bi-Phase,
Manchester dan Duo-Binery
Transmisi Data adalah proses pengangkutan informasi dari satu titik ke titik lain
didalam suatu jaringan. Komunikasi data adalah proses pengiriman dan penerimaan
data atau informasi dari dua atau lebih device yang terhubung dalam sebuah jaringan..
Transmisi data sinyal digital adalah sinyal yang sifatnya pulsa. Sinyal ini merupakan
serangkaian pulsa teganangan yang ditransmisikan melalui suatu media. Transmisi
digital merupakan proses pemindahan sinyal digital. Sinyal digital mengandung data-
data dalam bentuk biner. Untuk pengiriman jarak jauh, transmisi digital memerlukan
alat repeater. Transmisi digital adalah pengiriman informasi melalui media
komunikasi fisik dalam bentuk sinyal digital. Sinyal analog harus didigitalkan
sebelum dikirim. Alat pengulang menerima sinyal digital, memulihkan kembali pola
jajaran byte, dan mentransmisi ulang sinyal yang baru.
Contoh paling umum dari sinyal digital adalah text atau character string. Informasi
yang disajikan dalam bentuk text lebih nyaman untuk dimengerti oleh manusia. Oleh
karena itu, data binary yang ditransmisikan melalui sinyal digital akan diproses untuk
ditampilkan dalam bentuk text. Data telah dirancing sedemikian rupa sehingga
karakter dapat direpresentasikan oleh pola byte dari data. Digunakan byte parity
untuk menentukan letak kesalahan dalam pengiriman data. Secara prinsip, signaling
secara digital memiliki keunggulan dibanding signaling secara analog. Transmisi
digital lebih murah dan lebih terbebas dari noise. Oleh karena adanya redaman dari
kekuatan sinyal pada frekuensi yang tinggi, pulsa menjadi lebih bundar dan lebih
kecil. Redaman ini mengurangi proses kehilangan informasi yang terkandung
menggunakan modem (Modulator – Demodulator). Mpdem engubah sinyal binary
menjadi sinyal analog dengan melakukan encoding data dalam frekuensi yang
membawanya. Hasil sinyal konversinya menempati spektrum dari frekuensi tertentu
di tengah-tengah frekuensi yang membawanya. Modem merubah data digital yang
berasal dari perangkat komputer menjadi data analog yang selanjutnya disalurkan
melalui kabel telepon.
Pada sistem komunikasi, sinyal yang diterima akan selalu berbeda dari sinyal yang
dikirim. Pada sinyal analog, hal ini berarti dihasilkan variasi modifikasi random yang
menurunkan kualitas sinyal. Pada sinyal digital, yaitu terjadinya bit error artinya
binary “1” akan menjadi “0” dan sebaliknya.
Masalah pertama dan kedua dapat diatasi dengan menggunakan sinyal dengan
kekuatan yang mencakup dan amplifier dan repeater. Masalah ketiga, digunakan
teknik untuk meratakan atenuasi melalui suatu band frekuensi dan amplifier yang
memperkuat frekuensi tinggi daripada frekuensi rendah. Terjadi akibat kecepatan
sinyal yang melalui medium berbeda-beda sehingga tiba pada penerima dengan
waktu yang berbeda. Hal ini merupakan hal yang kritis bagi data digital yang
dibentuk dari sinyal-sinyal dengan frekuensi-frekuensi yang berbeda -bedasehingga
menyebabkan intersymbol interference.
Contoh atenuasi dapat dilihat gambar 3.1 yang menggambarkan atenuasi tanpa
equalisasi (perataan) dimana dapat dilihat frekuensi-frekuensi tinggi mengalami
pelemahan yang lebih besar daripada frekuensi-frekuensi rendah. Sedangkan gambar
3.2 menunjukkan efek dari equalisasi.
Line Coding merupakan salah satu tipe coding yang digunakan untuk meningkatkan
kinerja suatu sistem. Jenis-jenis dari Line Coding:
a. Unipolar Line Coding
Unipolar Line Coding adalah kode yang menggunakan hanya menggunakan
hanya satu non-zero dan satu zero level tegangan yaitu untuk logika 0 memiliki
level zero dan untuk logika 1 memiliki level non-zero. Implementasi unipolar
line coding merupakan pengkodean sederhana akan tetapi terdapat dua
permasalahan utama yaitu akan muncul komponen DC dan tidak adanya
sinkronisasi untuk sekuensial data panjang baik untuk logika 1 atau 0.
Penggunaan kode ini memiliki sinkronisasi sempurna, untuk kode balik bit
dilakukan dengan perubahan 2 sinyal, kecepatan pulsa adalah 2x kecepatan
kode NRZ dan diperlukan bandwidth sekuensial bit yang lebih lebar.
Sebagai awal sebuah bit data dapat digunakan level non-zero.
- Manchester
Pada kode Manchester terjadi inversi level sinyal pada saat sinyal bit
berada di tengah interval, kondisi ini digunakan untuk dua hal yaitu
sinkronisasi dan bit representasi. Kondisi logika 0 merupakan representasi
sinyal transisi dari positip ke negatip dan kondisi logika 1 merupakan
representasi sinyal transisi dari negatip ke positip serta memiliki
kesempurnaan sinkronisasi.
Selalu terjadi transisi pada setiap tengah (middle) bit, dan kemungkinan
satu transisi pada akhir setiap bit. Baik untuk sekuensial bit bergantian
(10101), tetapi terjadi pemborosan bandwidth untuk kondisi jalur berlogika
1 atau berlogika 0 untuk waktu yang panjang, kode digunakan untuk IEEE
802.3 (Ethernet).
- Diferensial Manchester
Pada kode Diferensial Manchester inversi level sinyal pada saat berada di
tengah interval sinyal bit digunakan untuk sinkronisasi, ada dan tidaknya
tambahan transisi pada awal interval bit berikutnya merupakan identifikasi
bit, dimana logika 0 jika terjadi transisi dan logika 1 jika tidak ada transisi,
memiliki kesempurnaan sinkronisasi.
Baik untuk jalur berlogika 1 pada waktu yang panjang, tetapi terjadi
pemborosan bandwidth untuk kondisi jalur berlogika 0 untuk waktu yang
panjang, kode digunakan untuk IEEE 802.5 (Token Ring).
Gambar 3.4 menunjukan contoh format pengkodean bit biner data ke dalam
metode pengkodean dalam bentuk diagram pulsa, yaitu pengkodean biner
ke unipolar NRZ (Non-Return Zero), biner ke format polar NRZ, dari biner
ke unipolar RZ (Return Zero), dari biner dikodekan ke bipolar RZ (Return
Zero) dan dari biner ke kode manchester.
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1. 1 buah laptop
2. Software MATLAB
V. PROSEDUR PERCOBAAN
5.1 Biphase
1. Membuka Software MATLAB
2. Memasukkan source code berikut ini:
function UNRZ(h)
h=[1 0 0 0 1];
clf;
n=1;
l=length(h);
h(l+1)=1;
while n<=length(h)-1;
t=n-1:0.001:n;
if h(n) == 0
if h(n+1)==0
y=(t>n);
else
y=(t==n);
end
d=plot(t,y);grid on;
title('Line code UNIPOLAR NRZ');
set(d,'LineWidth',2.5);
hold on;
axis([0 length(h)-1 -1.5 1.5]);
disp('zero');
else
if h(n+1)==0
%y=(t>n-1)-2*(t==n);
y=(t<n)-0*(t==n);
else
%y=(t>n-1)+(t==n-1);
y=(t<n)+1*(t==n);
end
%y=(t>n-1)+(t==n-1);
d=plot(t,y);grid on;
title('Line code UNIPOLAR NRZ');
set(d,'LineWidth',2.5);
hold on;
axis([0 length(h)-1 -1.5 1.5]);
disp('one');
end
n=n+1;
end
5.2 NRZ
1. Membuka Software MATLAB
2. Memasukkan source code berikut ini:
function PNRZ(h)
h=[1 0 0 0 1];
clf;
n=1;
l=length(h);
h(l+1)=1;
while n<=length(h)-1;
t=n-1:0.001:n;
if h(n) == 1
if h(n+1)==0
y=-(t<n)+(t==n);
else
y=-(t<n)-(t==n);
end
d=plot(t,y);grid on;
title('Line code POLAR NRZ');
set(d,'LineWidth',2.5);
hold on;
axis([0 length(h)-1 -1.5 1.5]);
disp('zero');
else
if h(n+1)==0
y=(t<n)+1*(t==n);
else
y=(t<n)-1*(t==n);
end
d=plot(t,y);grid on;
title('Line code POLAR NRZ');
set(d,'LineWidth',2.5);
hold on;
axis([0 length(h)-1 -1.5 1.5]);
disp('one');
end
n=n+1;
end
5.3 Manchaster
1. Membuka Software MATLAB
2. Memasukkan source code berikut ini:
function MANCHESTER(h)
h=[1 0 0 0 1];
clf;
n=1;
h=~h;
l=length(h);
h(l+1)=1;
while n<=length(h)-1;
t=n-1:0.001:n;
if h(n) == 1
if h(n+1)==0
y=-(t<n)+2*(t<n-0.5)-1*(t==n);
else
y=-(t<n)+2*(t<n-0.5)+1*(t==n);
end
d=plot(t,y);grid on;
title('Line code MANCHESTER');
set(d,'LineWidth',2.5);
hold on;
axis([0 length(h)-1 -1.5 1.5]);
disp('one');
else
if h(n+1)==0
y=(t<n)-2*(t<n-0.5)-1*(t==n);
else
y=(t<n)-2*(t<n-0.5)+1*(t==n);
end
%y=(t>n-1)+(t==n-1);
d=plot(t,y);grid on;
title('Line code MANCHESTER');
set(d,'LineWidth',2.5);
hold on;
axis([0 length(h)-1 -1.5 1.5]);
disp('zero');
end
n=n+1;
end
VI. DATA HASIL
VI.1 Percobaan Line Code Unipolar NRZ
Dapat dilihat pada Gambar 6.1 Data Hasil Percobaan Line Code Unipolar
NRZ pada MATLAB. Bahwa pada skema grafik Unipolar Non-Return to Zero
(NRZ) hanya terdapat satu level tegangan yaitu untuk logika 1 akan
dinyatakan dalam tengangan positif. Pada Gambar 6.1 dapat kita lihat bahwa
pada sebelah kanan terdapat source code yang kita dapatkan pada praktikum
ini dengan nilai masukan h nya diubah sesuai dengan 2 digit NPM masing-
masing praktikan. Nilai masukan h pada source code ini merupakan 17
dengan bilang biner 1 0 0 0 1. Sedangkan pada tab bagian kiri merupakan
grafik dari hasil percobaan Unipolar NRZ pada MATLAB. Jika kita melihat
grafik, maka grafik sesuai dengan nilai biner pada source code yaitu 1 0 0 0 1.
Dimana disaat logika 1 maka hasilnya akan positif atau +1 sedangkan disaat
logika 0 maka hasilnya akan 0 atau zero level. Dan perubahan warna yang
terjadi pada grafik menunjukan perubahan setiap bit.
VI.2 Percobaan Line Code Polar NRZ
Dapat dilihat pada Gambar 6.2 Data Hasil Percobaan Line Code Polar NRZ
pada MATLAB. Bahwa pada grafik merupakan skema dari NRZ-L atau Non-
Return to Zero Level pada Polar. Yang mana pada NRZ-L ini untuk logika 0
dinyatakan dalam tegangan positif dan logika 1 dinyatakan dalam tegangan
negatif. Pada gambar, bagian kanan merupakan source code yang kita
dapatkan pada praktikum ini dengan nilai masukan h nya diubah sesuai
dengan 2 digit NPM masing-masing praktikan. Nilai masukan h pada source
code ini merupakan 17 dengan bilang biner 1 0 0 0 1. Sedangkan pada bagian
kiri merupakan grafik dari hasil percobaan NRZ-L pada MATLAB. Jika kita
melihat grafik, maka grafik sesuai dengan nilai biner pada source code yaitu 1
0 0 0 1. Dimana disaat logika 1 maka hasilnya akan negatif atau -1 sedangkan
disaat logika 0 maka hasilnya akan positif atau +1. Dan perubahan warna
yang terjadi pada grafik menunjukan perubahan setiap bit.
VI.3 Percobaan Line Code Manchester
Dapat dilihat pada Gambar 6.3 Data Hasil Percobaan Line Code Manchester
pada MATLAB. Bahwa pada grafik merupakan skema dari Manchester. Yang
mana pada Manchester akan terjadi inversi level sinyal pada saat sinyal bit
berada di tengah interval dengan logika 0 akan terjadi transisi positif ke
negatif dan logika 1 akan terjadi transisi negatif ke positif. Pada gambar,
bagian kanan merupakan source code yang kita dapatkan pada praktikum ini
dengan nilai masukan h nya diubah sesuai dengan 2 digit NPM masing-
masing praktikan. Nilai masukan h pada source code ini merupakan 17
dengan bilang biner 1 0 0 0 1. Sedangkan pada bagian kiri merupakan grafik
dari hasil percobaan Manchester pada MATLAB. Jika kita melihat grafik,
maka grafik sesuai dengan nilai biner pada source code yaitu 1 0 0 0 1.
Dimana disaat logika 1 maka akan terjadi transisi ke positif sedangkan disaat
logika 0 akan terjadi transisi ke negatif. Dan perubahan warna yang terjadi
pada grafik menunjukan perubahan setiap bit.
VII. PEMBAHASAN
Berdasarkan data hasil 6.1 Percobaan Line Code Unipolar NRZ diketahui bahwa
dengan nilai biner 1 0 0 0 1 maka akan didapatkan grafik yang mana disaat logika
bernilai 1 maka hasil yang didapatkan adalah positif, yang mana pada percobaan
didapatkan nilai +1. Sedangkan disaat logika bernilai 0 maka hasil yang
didapatkan adalah 0 atau zero level. Oleh karena itu, maka hasil yang didapatkan
pada simulasi sesuai dengan teori yang telah dijelaskan.
Berdasarkan data hasil 6.2 Percobaan Line Code Polar NRZ diketahui bahwa
skema menunjukan grafik pada NRZ-L yang mana pada percobaan ini nilai biner
yang digunakan adalah 1 0 0 0 1. Disaat nilai logika bernilai 1 maka hasil yang
didapatkan adalah negatif, dimana pada percobaan ini didapatkan hasil -1.
Sedangkan disaat nilai logika bernilai 0 maka hasil yang didapatkan adalah
positif, dimana pada percobaan ini didapatkan hasil +1. Pada NRZ-L Polar ini,
memiliki skema grafik yang mirip dengan NRZ pada Unipolar, yang mana
perbedaanya dapat dilihat dari level sinyal yang didapat. Pada NRZ-L Polar, level
sinyal yang didapat adalah 2 nilai level yaitu positif dan negatif. Sedangkan pada
NRZ Unipolar hanya level sinyal positif atau negatif dan nilai 0 atau zero level.
Oleh karena itu, maka hasil yang didapatkan pada simulasi sesuai dengan teori
yang telah dijelaskan.
Berdasarkan data hasil 6.3 Percobaan Line Code Manchester diketahui bahwa
dengan nilai biner 1 0 0 0 1 maka akan didapatkan grafik yang mana disaat nilai
logika bernilai 0 maka akan terjadi transisi positif ke negatif, sedangkan disaat
nilai logika bernilai 1 maka akan terjadi transisi negatif ke positif. Manchester
memiliki skema grafik yang tidak berbeda jauh dengan skema grafik NRZ-L
Polar, tetapi pada Manchester inversi terjadi di tengah interval. Oleh karena itu,
maka hasil yang didapatkan pada simulasi sesuai dengan teori yang telah
dijelaskan.
Pada aplikasi baseband terdapat tapilan grafik dengan menu yang telah disesuai
kan. Menu Simulation menunjukan simulasi apa saja yang ingin kita coba untuk
di simulasi kan. Pada menu Simulation terdapat Just Data, Tx Code, Tx Filter,
Full Tx, Straight, Noise dan Full Channel.
Gambar 7.2 Menu Input
Menu ini merupakan menu Simulation yang mana kita dapat menentukan input
yang ingin disimulasikan, seperti Random Data, Exponential Runs, PRBS Length
7, 75% Zeros, 75% Ones, All Zeros dan All Ones. Pada simulasi ini kita
menggunakan Random Data.
Dan menu dibawahnya merupakan filter yang akan disimulasikan. Seperti High
Pass Filter dan juga Low Pass Filter pada transmisi sinyal. Selain filter, terdapat
juga noise dan multipath yang mempengaruhi hasil transmisi sinyal.
1. Berdasarkan Percobaan Line Code Unipolar NRZ, dapat kita ketahui bahwa
pada unipolar hanya terdapat satu non-zero level yaitu disaat logika bernilai 1
maka hasilnya akan positif yang mana pada percobaan ini bernilai +1 dan satu
zero level yaitu disaat logika bernilai 0 maka hasilnya akan 0.
2. Berdasarkan Percobaan Line Code Polar NRZ dapat kita ketahui bahwa NRZ
yang digunakan pada percobaan merupakan NRZ-L yang disaat logika bernilai
1 maka hasilnya akan negatif dan disaat logika bernilai 0 maka hasilnya akan
positif.
3. Berdasarkan Percobaan Line Code Menchester, dapat kita ketahui bahwa
inversi level sinyal tejadi pada saat sinyal bit berada di tengah interval yang
mana disaat logika bernilai 0 maka akan terjadi transisi dari positif ke negatif
dan disaat logika bernilai 1 maka akan terjadi transisi dari negatif ke positif.
4. Berdasarkan percobaan NRZ Unipolar dan percobaan NRZL Polar., maka
dapat kita lihat perbedaan pada grafik NRZ Unipolar yang mana logika 1
dinyatakan 0 dan logika 0 dinyatakan dengan positif, sedangkan pada grafik
NRZ-L Polar logika 1 dinyatakan dengan negatif atau pada percobaan
didapatkan nilai -1 dan disaat logika 0 dinyatakan dengan positif atau pada
percobaan didapatkan nilai +1.
5. Berdasarkan percobaan Line Code Polar NRZ dan Percobaan Line Code
Manchester, maka dapat kita lihat perbedaan yang didapatkan pada Polar
NRZ disaat logika 0 didapatkan hasil negatif yang mana pada percobaan ini
didapatkan nilai -1, sedangkan pada Manchester terjadi transisi dari positif ke
negatif yang mana pada percobaan ini didaptkan nilai +1.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Zuhal, Komunikasi Data dan Interface, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Keduyaan Indonesia, 2013.
[2] J.Siburian, April 2013, “Makalah Transmisi Data,” Jurnal Institut Teknologi
Bandung vol. 3, no. 1, pp. 21-28.