Anda di halaman 1dari 24

LABORATORIUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021

LEMBAR ASISTENSI PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI

Judul Percobaan : Metode Transmisi Baseband Data


Nama Praktikan (NPM) : Hana Yunus Putri (1955031007)
Nama Asisten (NPM) : Muhyddin Aprizandy (1815031080)
Kelompok : 3 (Tiga)
No Catatan Tanggal TTD
1. Diperbaiki bagian yang 31 Oktober 2021
dikomentari dan dilengkapi
sesuai koreksinya, komentarnya
jangan dihapus, cukup di
‘Resolve’

Bandar Lampung,
Asisten.

( )
NPM.
I. JUDUL PERCOBAAN

METODE TRANSMISI BASEBAND DATA

II. TUJUAN PERCOBAAN

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui dan mengamati bentuk kode NRZ, RZ, Bi-Phase, Manchester, dan
Duo-Binary pada sistem transmisi Baseband.
2. Mengkonversi nilai biner kedalam bentuk kode NRZ, RZ, Bi-Phase,
Manchester dan Duo-Binery

III. TEORI DASAR

Transmisi Data adalah proses pengangkutan informasi dari satu titik ke titik lain
didalam suatu jaringan. Komunikasi data adalah proses pengiriman dan penerimaan
data atau informasi dari dua atau lebih device yang terhubung dalam sebuah jaringan..
Transmisi data sinyal digital adalah sinyal yang sifatnya pulsa. Sinyal ini merupakan
serangkaian pulsa teganangan yang ditransmisikan melalui suatu media. Transmisi
digital merupakan proses pemindahan sinyal digital. Sinyal digital mengandung data-
data dalam bentuk biner. Untuk pengiriman jarak jauh, transmisi digital memerlukan
alat repeater. Transmisi digital adalah pengiriman informasi melalui media
komunikasi fisik dalam bentuk sinyal digital. Sinyal analog harus didigitalkan
sebelum dikirim. Alat pengulang menerima sinyal digital, memulihkan kembali pola
jajaran byte, dan mentransmisi ulang sinyal yang baru.

Contoh paling umum dari sinyal digital adalah text atau character string. Informasi
yang disajikan dalam bentuk text lebih nyaman untuk dimengerti oleh manusia. Oleh
karena itu, data binary yang ditransmisikan melalui sinyal digital akan diproses untuk
ditampilkan dalam bentuk text. Data telah dirancing sedemikian rupa sehingga
karakter dapat direpresentasikan oleh pola byte dari data. Digunakan byte parity
untuk menentukan letak kesalahan dalam pengiriman data. Secara prinsip, signaling
secara digital memiliki keunggulan dibanding signaling secara analog. Transmisi
digital lebih murah dan lebih terbebas dari noise. Oleh karena adanya redaman dari
kekuatan sinyal pada frekuensi yang tinggi, pulsa menjadi lebih bundar dan lebih
kecil. Redaman ini mengurangi proses kehilangan informasi yang terkandung
menggunakan modem (Modulator – Demodulator). Mpdem engubah sinyal binary
menjadi sinyal analog dengan melakukan encoding data dalam frekuensi yang
membawanya. Hasil sinyal konversinya menempati spektrum dari frekuensi tertentu
di tengah-tengah frekuensi yang membawanya. Modem merubah data digital yang
berasal dari perangkat komputer menjadi data analog yang selanjutnya disalurkan
melalui kabel telepon.

Transmisi analog adalah suatu upaya mentransmisi sinyal analog tanpa


memperhatikan muatannya. Sinyal-sinyal dapat mewakili data analog atau data
digital. Untuk jarak yang jauh dipakai amplifier yang akan menambah kekuatan
sinyal sehingga menghasilkan distorsi yang terbatas. Transmisi analog merupakan
proses pemindahan sinyal analog tanpa mengurangi kontennya sama sekali. Sinyal
dapat berupa data analog (data suara) ataupun data digital (data luaran modem).
Untuk pengiriman jarak jauh, transmisi analog membutuhkan alat penguat (amplifier)
untuk meningkatkan energi dalam sinyal. Dampak buruknya adalah amplifier juga
meningkatkan noise yang terdapat pada sinyal. Dengan deminikan, sinyal yang
dikirim akan lebih tidak jelas. Contoh sinyal analog adalah sinyal telepon, sinyal
televisi, dan sinyal radio. Sinyal dgital memiliki nila diskrit, contohnya text dan
integers. Audio merupakan contoh sinyal analog. Suara manusia ditransmisikan
dengan frekuensi sekitar 100Hz-7kHz. Suara manusia memiliki tingkat densitas suara
sebesar 25 dB.

Boarband digunakan untuk mentransmisikan sinyal analog. Apabila data dalam


bentuk sinyal digital, maka harus dimodulasi menjadi sinyal analog. Media yang
digunakan berupa kabel coaxial broadband menggunakan media frekuensi radio atau
satelit. Data dari beberapa terminal dapat menggunakan satu saluran, tapi memiliki
frekuensi yang berbeda sehingga pada saat bersaman dapat dikirmkan berbagai jenis
data melalui beberapa frekuensi. Keuntungan dari metode broadband adalah:

1. Kapasitas pengiriman atau yang tinggi karena memiliki beberapa sinyal


transmisi
2. Untuk sistem broadband non kabel wilayah jangkauannya akan lebih luas dan
biaya nya lebih murah.

Pada sistem komunikasi, sinyal yang diterima akan selalu berbeda dari sinyal yang
dikirim. Pada sinyal analog, hal ini berarti dihasilkan variasi modifikasi random yang
menurunkan kualitas sinyal. Pada sinyal digital, yaitu terjadinya bit error artinya
binary “1” akan menjadi “0” dan sebaliknya.

Kelemahan pada sistem komunikasi dapat berupa atenuasi. Atenuasi merupakan


kekuatan sinyal akan melemah karena jarak yang jauh melalui medium transmisi
apapun. Tiga pertimbangan untuk perancangan transmisi adalah:

1. Sinyal yang diterima harus mempunyai kekuatan yang cukup sehingga


penerima dapat mendeteksi dan mengartikan sinyal tersebut.
2. Sinyal harus mencapai suatu level yang cukup tinggi daripada noise agar
diterima tanpa error
3. Atenusi adalah fungsi dari frekuensi

Masalah pertama dan kedua dapat diatasi dengan menggunakan sinyal dengan
kekuatan yang mencakup dan amplifier dan repeater. Masalah ketiga, digunakan
teknik untuk meratakan atenuasi melalui suatu band frekuensi dan amplifier yang
memperkuat frekuensi tinggi daripada frekuensi rendah. Terjadi akibat kecepatan
sinyal yang melalui medium berbeda-beda sehingga tiba pada penerima dengan
waktu yang berbeda. Hal ini merupakan hal yang kritis bagi data digital yang
dibentuk dari sinyal-sinyal dengan frekuensi-frekuensi yang berbeda -bedasehingga
menyebabkan intersymbol interference.
Contoh atenuasi dapat dilihat gambar 3.1 yang menggambarkan atenuasi tanpa
equalisasi (perataan) dimana dapat dilihat frekuensi-frekuensi tinggi mengalami
pelemahan yang lebih besar daripada frekuensi-frekuensi rendah. Sedangkan gambar
3.2 menunjukkan efek dari equalisasi.

Gambar 3.1 Atenuasi Untuk Channel Suara [1]

Gambar 3.2 Distorsi Delay Untuk Channel Suara [1]

Line Coding merupakan salah satu tipe coding yang digunakan untuk meningkatkan
kinerja suatu sistem. Jenis-jenis dari Line Coding:
a. Unipolar Line Coding
Unipolar Line Coding adalah kode yang menggunakan hanya menggunakan
hanya satu non-zero dan satu zero level tegangan yaitu untuk logika 0 memiliki
level zero dan untuk logika 1 memiliki level non-zero. Implementasi unipolar
line coding merupakan pengkodean sederhana akan tetapi terdapat dua
permasalahan utama yaitu akan muncul komponen DC dan tidak adanya
sinkronisasi untuk sekuensial data panjang baik untuk logika 1 atau 0.

Gambar 3.3 Diagram Pulsa Kode Unipolar [3]

b. Polar Line Coding


Polar Line Coding adalah kode dalam komunikasi data yang menggunakan dua
buah level tegangan untuk non-zero guna merepresentasikan kedua level data,
yaitu satu positif dan satu negatif. Permasalahan yang muncul adalah adanya
tegangan DC pada jalur komunikasi, untuk penkodean polar terdapat 4 macam
jenis kode polar seperti:
- Non Return to Zero (NRZ)
Terdapat dua jenis kode NRZ meliputi:
a. Level NRZ
Level sinyal merupakan representasi dari bit, yaitu untuk logika 0
dinyatakan dalam tegangan positip dan untuk logika 1 dinyatakan
dalam tegangan negatip. Kelemahan kode ini memiliki sinkronisasi
rendah untuk serial data yang panjang baik untuk logika 1 dan 0.
b. Invers NRZ
Kode dengan ciri invers level tegangan, memiliki nilai logika 1 apabila
ada perubahan level tegangan dari tegangan negatif ke tegangan positif
atau dari tegangan positif ke tegangan negatif dan berlogika 0 apabila
tidak ada perubahan level tegangan.

Untuk logika 1 dalam sederetan data memungkinkan adanya sinkronisasi,


walaupun demikian untuk sekuensial yang panjang untuk data berlogika 0
tetap terdapat permasalahan.
- Return to Zero (RZ)
Kode RZ level sinyal merupakan representasi dari bit, yaitu untuk logika 0
dinyatakan dalam tegangan negatip dan untuk logika 1 dinyatakan dalam
tegangan positip, dan sinyal harus kembali zero untuk separuh sinyal
berdasarkan interval dari setiap bit, artinya bila waktu untuk satu bit baik
logika 1 atau logika 0 sama dengan 1 detik maka pernyataan logika 1
dengan level tegangan positip adalah 0,5 detik dan 0,5 detik berikutnya
level tegangan kembali ke nol volt (zero). Demikian juga untuk pernyataan
logika 0 level tegangan negatip adalah 0,5 detik dan 0,5 detik berikutnya
level tegangan kembali ke nol volt (zero).

Penggunaan kode ini memiliki sinkronisasi sempurna, untuk kode balik bit
dilakukan dengan perubahan 2 sinyal, kecepatan pulsa adalah 2x kecepatan
kode NRZ dan diperlukan bandwidth sekuensial bit yang lebih lebar.
Sebagai awal sebuah bit data dapat digunakan level non-zero.

- Manchester
Pada kode Manchester terjadi inversi level sinyal pada saat sinyal bit
berada di tengah interval, kondisi ini digunakan untuk dua hal yaitu
sinkronisasi dan bit representasi. Kondisi logika 0 merupakan representasi
sinyal transisi dari positip ke negatip dan kondisi logika 1 merupakan
representasi sinyal transisi dari negatip ke positip serta memiliki
kesempurnaan sinkronisasi.

Selalu terjadi transisi pada setiap tengah (middle) bit, dan kemungkinan
satu transisi pada akhir setiap bit. Baik untuk sekuensial bit bergantian
(10101), tetapi terjadi pemborosan bandwidth untuk kondisi jalur berlogika
1 atau berlogika 0 untuk waktu yang panjang, kode digunakan untuk IEEE
802.3 (Ethernet).

- Diferensial Manchester
Pada kode Diferensial Manchester inversi level sinyal pada saat berada di
tengah interval sinyal bit digunakan untuk sinkronisasi, ada dan tidaknya
tambahan transisi pada awal interval bit berikutnya merupakan identifikasi
bit, dimana logika 0 jika terjadi transisi dan logika 1 jika tidak ada transisi,
memiliki kesempurnaan sinkronisasi.
Baik untuk jalur berlogika 1 pada waktu yang panjang, tetapi terjadi
pemborosan bandwidth untuk kondisi jalur berlogika 0 untuk waktu yang
panjang, kode digunakan untuk IEEE 802.5 (Token Ring).

Gambar 3.4 menunjukan contoh format pengkodean bit biner data ke dalam
metode pengkodean dalam bentuk diagram pulsa, yaitu pengkodean biner
ke unipolar NRZ (Non-Return Zero), biner ke format polar NRZ, dari biner
ke unipolar RZ (Return Zero), dari biner dikodekan ke bipolar RZ (Return
Zero) dan dari biner ke kode manchester.

Gambar 3.4 Pengkodean Bit Biner (Line-Code) [3]

c. Bipolar Line Coding


Bipolar Line Coding adalah kode yang menggunakan dua level tegangan yatu
non-zero dan zero guna menunjukkan level dua jenis data, yaitu untuk logika 0
ditunjukkan dengan level 0, untuk logika 1 ditunjukkan dengan pergantian level
tegangan positif dan negatif. Jika bit pertama berlogika 1 maka akan
ditunjukkan dengan amplitudo positif, bit kedua di tunjukkan dengan amplitudo
negatif, bit ketiga akan ditunjukkan dengan amplitudo positif dan seterusnya.
Gambar 3.5 Diagram Pulsa Kode Bipolar [3]
IV. ALAT DAN BAHAN

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:

1. 1 buah laptop
2. Software MATLAB

V. PROSEDUR PERCOBAAN

Adapun prosedur percobaan dari praktikum percobaan ini adalah:

5.1 Biphase
1. Membuka Software MATLAB
2. Memasukkan source code berikut ini:
function UNRZ(h)
h=[1 0 0 0 1];
clf;
n=1;
l=length(h);
h(l+1)=1;
while n<=length(h)-1;
t=n-1:0.001:n;
if h(n) == 0
if h(n+1)==0
y=(t>n);
else
y=(t==n);
end
d=plot(t,y);grid on;
title('Line code UNIPOLAR NRZ');
set(d,'LineWidth',2.5);
hold on;
axis([0 length(h)-1 -1.5 1.5]);
disp('zero');
else
if h(n+1)==0
%y=(t>n-1)-2*(t==n);
y=(t<n)-0*(t==n);
else
%y=(t>n-1)+(t==n-1);
y=(t<n)+1*(t==n);
end
%y=(t>n-1)+(t==n-1);
d=plot(t,y);grid on;
title('Line code UNIPOLAR NRZ');
set(d,'LineWidth',2.5);
hold on;
axis([0 length(h)-1 -1.5 1.5]);
disp('one');
end
n=n+1;
end

5.2 NRZ
1. Membuka Software MATLAB
2. Memasukkan source code berikut ini:
function PNRZ(h)
h=[1 0 0 0 1];
clf;
n=1;
l=length(h);
h(l+1)=1;
while n<=length(h)-1;
t=n-1:0.001:n;
if h(n) == 1
if h(n+1)==0
y=-(t<n)+(t==n);
else
y=-(t<n)-(t==n);
end
d=plot(t,y);grid on;
title('Line code POLAR NRZ');
set(d,'LineWidth',2.5);
hold on;
axis([0 length(h)-1 -1.5 1.5]);
disp('zero');
else
if h(n+1)==0
y=(t<n)+1*(t==n);
else
y=(t<n)-1*(t==n);
end
d=plot(t,y);grid on;
title('Line code POLAR NRZ');
set(d,'LineWidth',2.5);
hold on;
axis([0 length(h)-1 -1.5 1.5]);
disp('one');
end
n=n+1;
end
5.3 Manchaster
1. Membuka Software MATLAB
2. Memasukkan source code berikut ini:
function MANCHESTER(h)
h=[1 0 0 0 1];
clf;
n=1;
h=~h;
l=length(h);
h(l+1)=1;
while n<=length(h)-1;
t=n-1:0.001:n;
if h(n) == 1
if h(n+1)==0
y=-(t<n)+2*(t<n-0.5)-1*(t==n);
else
y=-(t<n)+2*(t<n-0.5)+1*(t==n);
end
d=plot(t,y);grid on;
title('Line code MANCHESTER');
set(d,'LineWidth',2.5);
hold on;
axis([0 length(h)-1 -1.5 1.5]);
disp('one');
else
if h(n+1)==0
y=(t<n)-2*(t<n-0.5)-1*(t==n);
else
y=(t<n)-2*(t<n-0.5)+1*(t==n);
end
%y=(t>n-1)+(t==n-1);
d=plot(t,y);grid on;
title('Line code MANCHESTER');
set(d,'LineWidth',2.5);
hold on;
axis([0 length(h)-1 -1.5 1.5]);
disp('zero');
end
n=n+1;
end
VI. DATA HASIL
VI.1 Percobaan Line Code Unipolar NRZ

Gambar 6.1 Data Hasil Percobaan Line Code Unipolar NRZ

Dapat dilihat pada Gambar 6.1 Data Hasil Percobaan Line Code Unipolar
NRZ pada MATLAB. Bahwa pada skema grafik Unipolar Non-Return to Zero
(NRZ) hanya terdapat satu level tegangan yaitu untuk logika 1 akan
dinyatakan dalam tengangan positif. Pada Gambar 6.1 dapat kita lihat bahwa
pada sebelah kanan terdapat source code yang kita dapatkan pada praktikum
ini dengan nilai masukan h nya diubah sesuai dengan 2 digit NPM masing-
masing praktikan. Nilai masukan h pada source code ini merupakan 17
dengan bilang biner 1 0 0 0 1. Sedangkan pada tab bagian kiri merupakan
grafik dari hasil percobaan Unipolar NRZ pada MATLAB. Jika kita melihat
grafik, maka grafik sesuai dengan nilai biner pada source code yaitu 1 0 0 0 1.
Dimana disaat logika 1 maka hasilnya akan positif atau +1 sedangkan disaat
logika 0 maka hasilnya akan 0 atau zero level. Dan perubahan warna yang
terjadi pada grafik menunjukan perubahan setiap bit.
VI.2 Percobaan Line Code Polar NRZ

Gambar 6.2 Data Hasil Percobaan Line Code Polar NRZ

Dapat dilihat pada Gambar 6.2 Data Hasil Percobaan Line Code Polar NRZ
pada MATLAB. Bahwa pada grafik merupakan skema dari NRZ-L atau Non-
Return to Zero Level pada Polar. Yang mana pada NRZ-L ini untuk logika 0
dinyatakan dalam tegangan positif dan logika 1 dinyatakan dalam tegangan
negatif. Pada gambar, bagian kanan merupakan source code yang kita
dapatkan pada praktikum ini dengan nilai masukan h nya diubah sesuai
dengan 2 digit NPM masing-masing praktikan. Nilai masukan h pada source
code ini merupakan 17 dengan bilang biner 1 0 0 0 1. Sedangkan pada bagian
kiri merupakan grafik dari hasil percobaan NRZ-L pada MATLAB. Jika kita
melihat grafik, maka grafik sesuai dengan nilai biner pada source code yaitu 1
0 0 0 1. Dimana disaat logika 1 maka hasilnya akan negatif atau -1 sedangkan
disaat logika 0 maka hasilnya akan positif atau +1. Dan perubahan warna
yang terjadi pada grafik menunjukan perubahan setiap bit.
VI.3 Percobaan Line Code Manchester

Gambar 6.3 Data Hasil Percobaan Line Code Manchester

Dapat dilihat pada Gambar 6.3 Data Hasil Percobaan Line Code Manchester
pada MATLAB. Bahwa pada grafik merupakan skema dari Manchester. Yang
mana pada Manchester akan terjadi inversi level sinyal pada saat sinyal bit
berada di tengah interval dengan logika 0 akan terjadi transisi positif ke
negatif dan logika 1 akan terjadi transisi negatif ke positif. Pada gambar,
bagian kanan merupakan source code yang kita dapatkan pada praktikum ini
dengan nilai masukan h nya diubah sesuai dengan 2 digit NPM masing-
masing praktikan. Nilai masukan h pada source code ini merupakan 17
dengan bilang biner 1 0 0 0 1. Sedangkan pada bagian kiri merupakan grafik
dari hasil percobaan Manchester pada MATLAB. Jika kita melihat grafik,
maka grafik sesuai dengan nilai biner pada source code yaitu 1 0 0 0 1.
Dimana disaat logika 1 maka akan terjadi transisi ke positif sedangkan disaat
logika 0 akan terjadi transisi ke negatif. Dan perubahan warna yang terjadi
pada grafik menunjukan perubahan setiap bit.
VII. PEMBAHASAN

Pada percobaan Metode Transmisi Baseband Data, praktikan akan melakukan


pretest sebelum praktikum dimulai, dimana pretest dilakukan selama 20 menit.
Pada praktikum ini, dijelaskan secara detail dan mudah dimengerti mengenai
pengertian dari Transmisi Data yang mana kita diberi pengertian secara spesifik
mengenai Baseband dan Boardband , Pengertian pada setiap alur dari diagram
block Sistem Komunikasi Digital dan Line Coding mengenai jenis-jenis nya
seperti unipolar, polar, NRZ-L, NRZ-I, Manchester dan Differensial Manchester
serta Bipolar dan Multilevel Line Coding. Dimana disela pemaparan mengenai
materi, terdapat sesi tanya jawab antara asisten dengan praktikan. Kemudian
praktikan akan memulai simulasi pada MATLAB sesuai dengan source code yang
sudah diberikan pada modul percobaan 1.

Berdasarkan data hasil 6.1 Percobaan Line Code Unipolar NRZ diketahui bahwa
dengan nilai biner 1 0 0 0 1 maka akan didapatkan grafik yang mana disaat logika
bernilai 1 maka hasil yang didapatkan adalah positif, yang mana pada percobaan
didapatkan nilai +1. Sedangkan disaat logika bernilai 0 maka hasil yang
didapatkan adalah 0 atau zero level. Oleh karena itu, maka hasil yang didapatkan
pada simulasi sesuai dengan teori yang telah dijelaskan.

Berdasarkan data hasil 6.2 Percobaan Line Code Polar NRZ diketahui bahwa
skema menunjukan grafik pada NRZ-L yang mana pada percobaan ini nilai biner
yang digunakan adalah 1 0 0 0 1. Disaat nilai logika bernilai 1 maka hasil yang
didapatkan adalah negatif, dimana pada percobaan ini didapatkan hasil -1.
Sedangkan disaat nilai logika bernilai 0 maka hasil yang didapatkan adalah
positif, dimana pada percobaan ini didapatkan hasil +1. Pada NRZ-L Polar ini,
memiliki skema grafik yang mirip dengan NRZ pada Unipolar, yang mana
perbedaanya dapat dilihat dari level sinyal yang didapat. Pada NRZ-L Polar, level
sinyal yang didapat adalah 2 nilai level yaitu positif dan negatif. Sedangkan pada
NRZ Unipolar hanya level sinyal positif atau negatif dan nilai 0 atau zero level.
Oleh karena itu, maka hasil yang didapatkan pada simulasi sesuai dengan teori
yang telah dijelaskan.

Berdasarkan data hasil 6.3 Percobaan Line Code Manchester diketahui bahwa
dengan nilai biner 1 0 0 0 1 maka akan didapatkan grafik yang mana disaat nilai
logika bernilai 0 maka akan terjadi transisi positif ke negatif, sedangkan disaat
nilai logika bernilai 1 maka akan terjadi transisi negatif ke positif. Manchester
memiliki skema grafik yang tidak berbeda jauh dengan skema grafik NRZ-L
Polar, tetapi pada Manchester inversi terjadi di tengah interval. Oleh karena itu,
maka hasil yang didapatkan pada simulasi sesuai dengan teori yang telah
dijelaskan.

Gambar 7.1 Simulasi Baseband

Pada aplikasi baseband terdapat tapilan grafik dengan menu yang telah disesuai
kan. Menu Simulation menunjukan simulasi apa saja yang ingin kita coba untuk
di simulasi kan. Pada menu Simulation terdapat Just Data, Tx Code, Tx Filter,
Full Tx, Straight, Noise dan Full Channel.
Gambar 7.2 Menu Input

Menu ini merupakan menu Simulation yang mana kita dapat menentukan input
yang ingin disimulasikan, seperti Random Data, Exponential Runs, PRBS Length
7, 75% Zeros, 75% Ones, All Zeros dan All Ones. Pada simulasi ini kita
menggunakan Random Data.

Gambar 7.3 Menu Pengkondingan pada Transmitter

Kemudian setelah menu tersebut, terdapat menu-menu sebagai berikut. Yang


mana bertujuan untuk menentukan pengkodingan sinyal yang akan di
transmisikan. Terdapat menu Pre-Coding, Coding, Modulation dan Tx Filter.
Kemudian menu Coding merupakan menu untuk menentukan Line Coding yang
akan disimulasikan. Pada menu Coding terdapat None, Differential, Manchester,
Diff. Manchester, 4B5B dan 4B5B NRZ. Kemudian terdapat menu Modulation
untuk menentukan modulasi yang akan digunakan dengan pilihan pada aplikasi
adalah Unipolar (N)RZ, Unipolar (N)RZI, Polar (N)RZ, Polar (N)RZI, AMI,
MLT3, HBD3 dan 4-PAM. Yang mana pada simulasi ini kita menggunakan
differesial pada pre-coding, Manchester pada coding, dengan modulasi nya polar
NRZI sebesar 100% dan dengan filter steep cutoff sebesar 4 kHz.

Gambar 7.4 Menu Filter pada Transmisi Sinyal

Dan menu dibawahnya merupakan filter yang akan disimulasikan. Seperti High
Pass Filter dan juga Low Pass Filter pada transmisi sinyal. Selain filter, terdapat
juga noise dan multipath yang mempengaruhi hasil transmisi sinyal.

Gambar 7.5 Menu Filter pada sisi Receiver

Kemudian, selanjutnya terdapat menu Rx Filter merupakan filter yang akan


digunakan pada sisi receiver untuk mengetahui pengaruh filtering pada receiver.
Yang mana pada simulasi ini kita menggunakan filter steep cutoff sebesar 4 kHz.
Pada Gambar 7.1 Simulasi Baseband digunakan datanya merupakan Random
Data, coding dengan Manchester dan Modulation nya Polar (N)RZI maka
didapatkan grafik pada Gambar 7.1. Dapat kita lihat bahwa grafik sesuai dengan
teori Manchester, dimana pada Manchester inversi level sinyal terjadi pada saat
sinyal bit berada di tengah interval.
VIII. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan Percobaan Line Code Unipolar NRZ, dapat kita ketahui bahwa
pada unipolar hanya terdapat satu non-zero level yaitu disaat logika bernilai 1
maka hasilnya akan positif yang mana pada percobaan ini bernilai +1 dan satu
zero level yaitu disaat logika bernilai 0 maka hasilnya akan 0.
2. Berdasarkan Percobaan Line Code Polar NRZ dapat kita ketahui bahwa NRZ
yang digunakan pada percobaan merupakan NRZ-L yang disaat logika bernilai
1 maka hasilnya akan negatif dan disaat logika bernilai 0 maka hasilnya akan
positif.
3. Berdasarkan Percobaan Line Code Menchester, dapat kita ketahui bahwa
inversi level sinyal tejadi pada saat sinyal bit berada di tengah interval yang
mana disaat logika bernilai 0 maka akan terjadi transisi dari positif ke negatif
dan disaat logika bernilai 1 maka akan terjadi transisi dari negatif ke positif.
4. Berdasarkan percobaan NRZ Unipolar dan percobaan NRZL Polar., maka
dapat kita lihat perbedaan pada grafik NRZ Unipolar yang mana logika 1
dinyatakan 0 dan logika 0 dinyatakan dengan positif, sedangkan pada grafik
NRZ-L Polar logika 1 dinyatakan dengan negatif atau pada percobaan
didapatkan nilai -1 dan disaat logika 0 dinyatakan dengan positif atau pada
percobaan didapatkan nilai +1.
5. Berdasarkan percobaan Line Code Polar NRZ dan Percobaan Line Code
Manchester, maka dapat kita lihat perbedaan yang didapatkan pada Polar
NRZ disaat logika 0 didapatkan hasil negatif yang mana pada percobaan ini
didapatkan nilai -1, sedangkan pada Manchester terjadi transisi dari positif ke
negatif yang mana pada percobaan ini didaptkan nilai +1.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Zuhal, Komunikasi Data dan Interface, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Keduyaan Indonesia, 2013.

[2] J.Siburian, April 2013, “Makalah Transmisi Data,” Jurnal Institut Teknologi
Bandung vol. 3, no. 1, pp. 21-28.

[3] Suprianto, Oktober, “Digital Transmission (Line Coding),” Jurnal Teknologi


Energi UDA, vol. 8, no. 4, pp. 12-20

Anda mungkin juga menyukai