Anda di halaman 1dari 13

Paper Ilmiah

LINE CODING

Mata Kuliah : Teknik Transmisi


Dosen Pengampu : Ir. Elisma, M.Eng
Kelas : 3-TNK
Nama/NIM : Muhammad Arfi Taftanzani/171344019
Muhammad Nurkholis Wildan/171344020
Muhammad Rausyi Fikri/171344021

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


D4 – Teknik Telekomunikasi

Teknik Elektro

2019
Daftar Isi
Kata Pengantar ..................................................................................................................................... 3
A. PENDAHULUAN ........................................................................ Error! Bookmark not defined.
a. Penguraian Definisi ................................................................... Error! Bookmark not defined.
b. Fokus Masalah .......................................................................... Error! Bookmark not defined.
c. Latar Belakang .......................................................................... Error! Bookmark not defined.
B. PEMBAHASAN ........................................................................... Error! Bookmark not defined.
a. 4G (Fourth Generation)............................................................. Error! Bookmark not defined.
i. Sejarah LTE ........................................................................... Error! Bookmark not defined.
ii. Definisi LTE .......................................................................... Error! Bookmark not defined.
iii. Arsitektur Jaringan LTE ........................................................ Error! Bookmark not defined.
iv. Bagian Perangkat LTE ........................................................... Error! Bookmark not defined.
v. QoS (Quality of Service) pada Jaringan LTE ........................ Error! Bookmark not defined.
vi. Teknologi Pendukung LTE.................................................... Error! Bookmark not defined.
vii. Permasalahan dalam Penerapan Sistem Jaringan LTE di Indonesia .... Error! Bookmark not
defined.
a. Regulasi ................................................................................. Error! Bookmark not defined.
b. Infrastruktur ........................................................................... Error! Bookmark not defined.
C. PENUTUP..................................................................................................................................... 13
a. Kesimpulan ............................................................................... Error! Bookmark not defined.
Kata Pengantar

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum wr, wb. Pada hakikatnya, manusia diciptakan untuk
mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Bahkan soal ilmu ada dua pepatah yang
menyinggung hal ini. Pepatah pertama menyinggung soal cari ilmu sejauh-
jauhnya tidak peduli berapa langkah kaki melangkah. Dan pepatah kedua
menyinggung soal tidak peduli umur manusia, selama masih hidup masih ada
kewajiban untuk mencari ilmu dalam kondisi apapun
“Carilah Ilmu Walaupun Sampai Ke Negeri Cina”.
“Tuntutlah Ilmu dari Ayunan Sampai Ke Liang Lahat.”
Paper ini penulis buat untuk menyajikan pembahasan mengenai Line
Coding. Selain paper ini dibuat untuk berbagi ilmu kepada pembaca, namun
paper ini juga untuk memenuhi tugas mata kuliah “Teknik Transmisi” di
semester 5 ini.
Dalam penulisan paper ini penulis rasa tidak jauh dari kekurangan
akibat dari kesalahan yang dilakukan penulis secara tidak sengaja. Maka dari
itu penulis sangat terbuka apabila ada kritik dan saran yang ingin disampaikan.
Sekian, Wassalamualaikum wr.wb.

Penulis
1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1.2. Tujuan
1.3. Fokus Masalah
- Apa itu Line Coding?
- Apa saja tujuan dari adanya Line Coding?
- Apa saja jenis-jenis Line Coding?

2. PEMBAHASAN

2.1. Definisi Line Coding


Line coding merupakan metode untuk mengubah deretan informasi biner yang
berasal dari suatu sumber menjadi bentuk lain yang nantinya akan ditransmisikan
melalui suatu kanal transmisi atau bisa juga mengubah pesan-pesan digital ke dalam
suatu deretan symbol baru yang dikenal dengan proses encoding. Hal ini juga
memiliki kebalikannya yaitu proses decoding yang berarti proses mengubah kembali
deretan sinyal yang telah dikodekan (encoded sequence) menjadi sinyal aslinya.
2.2. Tujuan Line Coding
Pengkodean data (Line Coding) sesuai dengan definisi diatas tentunya
memiliki tujuan diantaranya sebagai berikut ini:
- Dapat merekayasa suatu spectrum dari sinyal digital dengan tujuan
menyesuaikan dengan media transmisi yang digunakan
- Dapat meningkatkan data rate
- Dapat digunakan untuk menghilangkan komponen sinyal DC/sinyal dengan
frekuensi 0. Hal ini bertujuan agar meminimalisir komponen DC yang tidak
mengandung informasi tetapi menghaburkan daya pancar
- Dapat digunakan untuk pendeteksian kesalahan (error) pada transmisi sinyal
digital dengan menggunakan beberapa teknik line coding
- Dapat dimanfaatkan dalam proses sinkronisasi disisi penerima dan pengirim

2.3.Pertimbangan Memilih Line Code


Line coding memiliki tuuan yang telah dijelaskan pada pembahasan
sebelumnya. Tentunya, dalam mengetahui tujuan tersebut dapat disinggung pula
beberapa karakteristik dari line coding yang harus diperhatikan diantaranya sebagai
berikut ini.
- Clocking
- Error Detection
- Transmission Bandwidth
- Signal Interference and Noise Immunity
- Cost and Complexity

2.4. Jenis-jenis Line Coding


2.4.1. Berdasarkan Durasi
- NRZ (Non Return to Zero)
Bit “1” dinyatakan oleh “high signal” selama perioda bit.
Bit "0" dinyatakan oleh “low signal” selama perioda bit
Kekurangan:
 Tidak ada informasi timing di dalam bentuk sinyal sehingga sinkronisasi
bisa hilang bila muncul deretan 0 yang panjang.
 Spektrum NRZ mengandung komponen DC

Beberapa Jenis NRZ:

 NRZ-L (Non-Return-to-Zero-Level) : Level konstan selama perioda bit.


 NRZ-I : (Non-Return-to-Zero-Invert on ones): bit “1” dikodekan dalam
bentuk transisi sinyal (dari high-ke-low atau low-ke-high) sedangkan “0”
dikodekan dengan tidak adanya transisi sinyal.
 NRZ-M (Non-Return-to-Zero-Mark): level berubah bila ada bit “1” .
 NRZ-S (Non-Return-to-Zero-Space): level berubah bila adabit “0”
 Keterangan: NRZ bisa unipolar maupun polar.
- RZ (Return to Zero)
Bit "1" dinyatakan oleh “high signal” selama setengah perioda bit dan
dinyatakan oleh “low signal” pada setengah perioda bit berikutnya.
Pengkodean ini memungkinkan pengambilan informasi clock bila ada deretan
“1” yang panjang.
Kelemahan
 Bandwidth yang diperlukan dua kali NRZ
 Sulit mengambil informasi clock bila ada deretan “0” yang panjang
 Mengandung komponen DC

2.4.2. Berdasarkan Voltage Level


- Unipolar
Unipolar yaitu suatu signaling dimana dimana suatu bit biner 1
direpresentasikan sebagai level high positif (+A volts) dan bit biner 0
direpresentasikan sebagai level zero (0 volts). Unipolar menggunakan level +v,
0. Pengkodean ini juga dikenal sebagai on-off keying (OOK).
Terdapat dua jenis pengkodean ini diantaranya sebagai berikut ini:
o Unipolar NRZ
Karakteristik : Bandwidth sempit, Significant dc component, Tidak
terdapat komponen clock, Easy to generate
o Unipolar RZ
Karakteristik : Large bandwidth, Significant dc component, Clock
component present, More difficult to generate

Dalam kasus yang sama ( Unipolar NRZ and Unipolar RZ ) tidak memiliki
kemampuan untuk deteksi error dan codes

- Bipolar
Pada pengkodean ini terdapat Ts yang menunjukkan interval setengah lebar
pulsa. COntoh dari pengkodean ini adalah Menchester dimana suatu biner 1
direpresentasikan sebagai setangah pulsa positif diikuti dengan setengah pulsa
negative. Sedangkan biner 0 direpresentasikan sebagai setengah pulsa negative
diikuti dengan setengah pulsa negative. Pengkodean ini bersifat transparan,
memungkinkan terjadi ekstraksi clock pada sisi penerima, memiliki Bandwidth
yang relatif besar pada type coding NRZ. Pengkodean ini digunakna pada IEEE
802.3 Ethernet LANs dan dikenal juga sebagai split-phase signaling.
 Bipolar RZ or Alternate Mark Inversion (AMI)
uses three voltage levels to represent the binary 1’s and 0’s.
 A binary 0 is represented by a zero level.
 A binary 1 is represented by alternating positive and negative pulses
(i.e. the alternating mark rule).
 This alternating pulse polarity gives bipolar signalling an error
detection capability and also produces a spectral null at 0 Hz.
 There is no clock component present but clock extraction is
possible through rectification.
 Bipolar signalling is not transparent, but several techniques have
been developed to address this deficiency.
 Also known as pseudoternary signalling.
 Bipolar (pseudoternary) menggunakan level +v, 0, -v

- Polar
Signalling dengan Polar terjadi ketika bit 1 direpresentasikna sebagai suatu
level positif (+A volts) dan bit 0 direpresentasikan sebagai suatu level negative
(-A volts). Dengan demikian, Polar (antipodal) menggunakan level +V, dan -V
Terdapat dua jenis diantaranya:
 Polar NRZ
 Polar RZ

2.4.3. Berdasarkan Format


- HDBn
 HDB2
- HDB3
Sinyal kode HDB3 Merupakan sinyal bipolar, tiga keadaan dinyatakan
sebagai “B+” , “B-” , dan “0” yang berbasis kode AMI. Pada pengkodean ini
sinyal yang bukan merupakan data “0” empat bit berturut-turut,“1” pada sinyal
kode biner dikodekan secara bergantian menjadi “B+”, dan “B-”pada sinyal
HDB3. Jumlah bit “0” berurutan yang diperbolehkan maksimum 3. Jumlah bit
“0” berurutan sebanyak 4 bit “0000”, diganti menjadi "000V“ atau "B00V“ .
"V" ( pulsa Violation) adalah pulsa yang menyalahi aturan AMI
mengenai perubahan polaritas yang berurutan (“V+” atau “V-”) secara
bergantian. “B" ( pulsa bipolar) dengan polaritas sebagai “B+” atau “B-” yang
selalu berlawanan dengan polaritas pulsa sinyal HDB3 sebelumnya.
Aturan penggunaan "000V" atau "B00V" adalah sbb:
 Bit “0” dikodekan sebagai suatu pulsa valid ( yaitu B + atau B-) yang
berdasarkan aturan AMI atau bit “0”:
o B00V" If there has been an even number of pulses (of either polarity)
since the last “V”, then the first bit is a pulse (“B+“ atau “B-”).
o "000V" If there has been an odd number of pulses (of either polarity)
since the last intentional “V”, then the first bit is a “0”.
o Bit “0” kedua dan bit “0” ketiga pada sinyal biner selalu dikodekan
sebagai “0” pada sinyal HDB3.
o Bit “0” keempat (terakhir) pada sinyal biner, pada sinyal HDB3 selalu
dikodekan sebagai “V” dengan polaritas selalu berlawanan dengan
polaritas “V” sebelumnya (“V+”, atau “V-”).

- CMI (Coded Mark Inversion)


 Berbasis AMI
 Digunakan pada transmisi kecepatan tinggi.
 Bit “1” dikirimkan sesuai dengan aturan AMI yaitu bila ada dua “1”
berurutan maka pulsa yang menyatakan keduanya harus berbeda polaritas
(dikodekan sebagai “+V” atau “-V” selama satu perioda penuh).
 Bit “0” dinyatakan oleh pulsa dengan setengah perioda pulsa pertama
dinyatakan oleh tegangan negatif sedangkan setengah perioda pulsa
berikutnya dinyatakan oleh tegangan positif.
 Kode CMI memiliki karakteristik berikut:
o Menghilangkan spektrum sinyal pada frekuensi yang sangat rendah
o Clock dapat direcovery dengan mudah
o Bandwidth lebih lebar daripada AMI

- Manchester
 Bit “1” dinyatakan oleh pulsa yang setengah prioda pertamanya memiliki
level high dan setengah perioda sisanya memiliki level low.
 Bit “0” dinyatakan oleh pulsa yang setengah perioda pertamanya memiliki
level low dan setengah perioda sisanya memiliki level high. Jadi setiap bit
dinyatakan oleh pulsa-pulsa yang berganti level pada pertengahan bit.
 Karakteristik Manchester coding:
o Timing recovery mudah
o Bandwidth lebar
- Differensial Manchester
 Setiap bit dinyatakan oleh pulsa-pulsa yang berubah level di pertengahan bit.
 Bit “1” dikodekan dengan tidak adanya transisi level di awal bit.
 Bit “0” dikodekan dengan adanya transisi level di awal perioda bit
3. PENUTUP

3.1.Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai