Program Strata Satu (S-1) Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Semarang
Oleh :
ABSTRAK
Tugas akhir ini dimaksudkan untuk merencanakan Gedung Rusunawa Universitas
Negeri Semarang (UNNES). Rusunawa atau rumah susun sederhana sewa yang merupakan
bangunan bertingkat yang dibangun dalam satu lingkungan tempat hunian yang memiliki
wc dan dapur yang menyatu, dengan cara membayar sewa tiap bulannya kepada
pengembangnya. Perencanaan ini dibatasi pada perencanaan struktur dari Gedung, yaitu
struktur Atap (Kuda-kuda) dan beton bertulang (plat lantai, balok, kolom, tangga, lift, dan
perencanaan pondasi). Perencanaan Gedung terletak pada jenis tanah sedang dengan
kedalaman tanah keras 2,5 m. Analisis perhitungan struktur gedung menggunakan bantuan
“SAP 2000” dengan tujuan mempercepat perhitungan. Sedangkan penggambaran
menggunakan program Autocad. Analisis beban gempa menggunakan metode static
ekivalen dengan Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Rumah dan Gedung
SNI-1726-2012. Tata Cara perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung mengacu
pada SNI 03-2847-2002, untuk perhitungan struktur rangka atap mengacu pada SNI 03-
1729-2002. Mutu bahan untuk penulangan struktur beton bertulang dengan kuat tekan
(F’c) = 25 MPa, untuk Fy plat, balok, kolom, pondasi = 240 MPa, untuk profil kuda – kuda
baja menggunakan Bj 37 ( ijin = kgcm). Hasil yang diperoleh pada perencanaan
Gedung adalah sebagai berikut : Struktur rangka kuda – kuda baja menggunakan profil
2C.150.130.20.2,30 dengan alat sambung baut dan pelat buhul 10x50 mm. ketebalan plat
atap 12 cm dengan tulangan tumpuan D10 - 150 dan tulangan lapangan D10 – 150. Untuk
ketebalan Plat lantai 12 dengan tulangan tumpuan D10 - 150 dan tulangan lapangan D10 –
150. Ketebalan plat tangga dan bordes 18 cm dengan tulangan pokok D16 dan tulangan
bagi D10. Balok dengan type B1 25x50, B2 25x40, B1K 30 x 70, BA 15 x 40, BD 20x40,
BDA 15x40, BR 20x40 menggunakan tulangan pokok D19, Tulangan Sengkang D10.
Untuk balok type BA1 15x30 dan BA2 15x20 menggunakan tulangan pokok D16,
Tulangan Sengkang D10. Kolom dengan type K1 40x70, K2 40x60 menggunakan
tulangan pokok D25 dan tulangan Sengkang D13. Kolom dengan type KT 25x25, K3
30x30, K4 30x50 menggunakan tulangan pokok D19 dan tulangan Sengkang D13. Kolom
dengan type KL 20x40 menggunakan tulangan pokok D16 dan tulangan Sengkang D10.
Pondasi sumuran type P1 diameter sumuran 200 cm, kedalama 700 cm dengan tulangan
pokok D25, tulangan geser D16. Pondasi sumuran type P2 diameter sumuran 100 cm,
kedalama 700 cm dengan tulangan pokok D19, tulangan geser D16.
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan karunia
dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul
“Perencanaan Struktur Gedung Rusunawa Universitas Negeri Semarang (Unnes) Di
Sekaran Gunung Pati Semarang” dengan baik. Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi
persyaratan menempuh Ujian Akhir Program Strata Satu (S-1) Fakultas Teknik Jurusan
Sipil Universitas Semarang.
Penyelesaian penyusunan Tugas Akhir ini tidak lepas dari bimbingan dan
dukungan semua pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan
terimakasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kelancaran dalam menyelesaikan
tugas akhir ini.
2. Orang tua penyusun yang telah memberikan dukungan, memotivasi serta
memfasilitasi dalam menyelesaikan tugas akhir.
3. Bapak Purwanto, ST, MT selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Semarang.
4. Ibu Ir. Diah Setyati B, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil, Universitas Semarang.
5. Ibu Anik Kustirini, ST, M.Si selaku pembimbing utama yeng telah memberikan
motivasi, nasehat, dukungan dan arahan.
6. Ibu Trias Widorini, ST, M.ENG selaku pembimbing kedua yang telah memberikan
motivasi, nasehat, dukungan dan arahan.
7. Seluruh dosen, staf dan kariawan Jurusan Teknik Sipil Universitas Semarang atas jasa-
jasanya selama kami berada di bangku kuliah untuk menuntut ilmu.
8. Kepada saudara dan teman-teman yang selalu memberikan semangat dan membantu
secara langsung maupun tidak langsung kepada Penyusun.
9. Semua pihak yang banyak membantu dan member dorongan sampai selesainya Tugas
Akhir ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyusun Tugas Akhir ini masih
banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca. Penulis berharap agar Tugas Akhir ini dapat bermanfaat.
Semarang, 2019
Penyusun
HALAMAN MOTTO
„‟Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah „‟
(HR.Turmudzi)
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling
taqwa di antara kalian..” (QS. Al-Hujurat: 13)
“Berlomba-lombalah dalam berbuat baik..” (QS. Al-Baqarah: 148 atau QS. Al-
Maidah: 41)
Orang yang menuntut ilmu berarti menuntut rahmat : orang yang menuntut ilmu
berarti menjalankan rukun islam dan pahala yang di berikan kepadanya sama
dengan para nabi
( H.R Dailani dari anas r.a)
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2.Perumusan Masalah ................................................................ 2
1.3.Batasan Masalah ..................................................................... 2
1.4.Maksud dan Tujuan ................................................................. 3
1.5.Ruang Lingkup Pekerjaan ....................................................... 3
1.6.Lokasi Perencanaan................................................................. 3
1.7.Sistematika Penyusunan Laporan ........................................... 4
vi
2.6.4. Perencanaan Balok ...................................................... 33
2.6.5. Perencanaan Kolom .................................................... 48
2.6.6. Perencanaan Tangga ................................................... 55
2.6.7. Perencanaan Lift ......................................................... 60
2.7.Struktur Bawah ....................................................................... 61
2.7.1. Perencanaa pondasi ...................................................... 61
vii
4.3.9. Cek lendutan Rangka Kuda – Kuda Utama ............... 103
4.3.10. Perhitungan Perencanaan Sambungan Baut pada Plat
Buhul ......................................................................... 103
4.3.11. Perhitungan Perencanaan Baut .................................. 110
4.3.12. Perhitungan Perencanaan Plat Kopel pada batang
Tekan ........................................................................ 112
4.4. Perhitungan Pelat Atap .......................................................... 118
4.4.1. Data Teknis Pelat Atap Rencana ............................... 119
4.4.2. Mementukan Tebal Pelat Atap .................................. 119
4.4.3. Pembebanan Pada pelat ............................................. 120
4.4.4. Perhitungan Momen pada Tumpuan dan Lapangan . 121
4.4.5.Pemilihan Tulangan ...................................................... 131
4.5 Perhitungan Pelat Lantai ....................................................... 134
4.5.1. Data Teknis Pelat Lantai Rencana ............................. 134
4.5.2. Menentukan Tebal Pelat ............................................ 136
4.5.3. Pembebanan Pada pelat ............................................. 137
4.5.4. Perhitungan Momen pada Tumpuan dan Lapangan .. 137
4.5.5. Pemilihan Tulangan ................................................... 156
4.6 Perhitungan Struktur Portal Balok dan Kolom .................... 158
4.6.1. Data Teknis Portal ..................................................... 159
4.6.2. Menentukan Dimensi ................................................. 159
4.6.3. Pembebanan Portal .................................................... 160
4.6.4. Beban Gempa pada Bangunan ................................... 164
4.6.5. Menentukan Momen pada Portal ............................... 197
4.6.6. Menghitung Tulangan Balok ..................................... 197
4.6.7. Menghitung Tulangan Kolom ................................... 285
4.7 Perencanaan Tangga ............................................................ 315
4.7.1. Perencanaan Dimensi Tangga .................................. 315
4.7.2. Pembebanan Tangga ................................................ 316
4.7.3. Perhitungan Tulangan Tangga ................................. 319
4.8 Perencanaan Lift .................................................................. 322
4.8.1. Spesifikasi Lift ......................................................... 322
4.8.2. Perencanaan Konstruksi Lift ..................................... 325
viii
4.8.3. Pembebanan Balok Pengatrol ................................... 325
4.8.4. Pembebanan Balok Perletakan ................................. 325
4.8.5. Pembebanan Pelat Mesin.......................................... 325
4.8.6. Pembebanan Pelat Landasan .................................... 326
4.9. Perhitungan Pondasi ............................................................ 327
4.9.1. Perencanaan pondasi ................................................ 327
4.9.2. Data perencanaan pondsi .......................................... 328
4.9.2.1. Interpretasi Hasil pengujian lapngan ........... 332
4.9.3. Perhitungan Pondasi ................................................. 332
4.9.3.1. Perhitungan kapasitas dukung Tanah ........... 332
4.9.3.2. Penulangan Pile Cap ..................................... 336
4.9.3.3. Penulangan Pondasi Sumuran ...................... 346
BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan ............................................................................ 353
5.2. Saran ...................................................................................... 354
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
x
Gambar 4.21 Input Beban Atap P4 ................................................................ 92
Gambar 4.22 Input Beban Atap P5 ................................................................ 93
Gambar 4.23 Display Beban Mati .................................................................. 93
Gambar 4.24 Input Beban Plafond ................................................................. 94
Gambar 4.25 Display Beban Plafond ............................................................. 94
Gambar 4.26 Input Beban Hidup ................................................................... 95
Gambar 4.27 Display Beban Hidup ............................................................... 95
Gambar 4.28 Input Beban Angin Tekan P1 ................................................... 96
Gambar 4.29 Input BebanAnginHisap P1 ...................................................... 97
Gambar 4.30 Input Beban Angin Tekan P2 ................................................... 98
Gambar 4.31 Input Beban Angin Hisap P2 .................................................... 98
Gambar 4.32 Input Beban Angin Tekan P3 ................................................... 99
Gambar 4.33 Input BebanAnginHisap P3 ...................................................... 100
Gambar 4.34 Input Beban Angin Tekan P4 ................................................... 100
Gambar 4.35 Input BebanAnginHisap P4 ...................................................... 101
Gambar 4.36 Input Beban Angin P5 .............................................................. 102
Gambar 4.37 Display Beban Angin Tekan dan Hisap ................................... 102
Gambar 4.38 Kerangka Kuda - Kuda Utama dan Profil yang Digunakan ..... 103
Gambar 4.39 Hasil lendutan dari SAP 2000.v.14 kombinasi 1,4D ................ 103
Gambar 4.40 Hasil lendutan dari SAP 2000.v.14 .......................................... 104
Gambar 4.41 HasilLendutandari SAP 2000.v.14kombinasi 1,2DL+1,6LL ... 104
Gambar 4.42 HasilLendutandari SAP 2000.v.14kombinasi 1,2DL+1,6LL
+0,8W ....................................................................................... 105
Gambar 4.43 HasilLendutandari SAP 2000.v.14kombinasi 1,2DL+1,3W
+0,5LL ...................................................................................... 105
Gambar 4.44 Hasil lendutan dari SAP 2000.v.14 Kombinasi 0,9DL + 1,3W 106
Gambar 4.45 Penempatan Jarak Baut Satuan Dalam mm .............................. 111
Gambar 4.46 KemungkinanKeruntuhanGeser Blok ...................................... 115
Gambar 4.47 Pemasangan Pelat Kopel .......................................................... 117
Gambar 4.48 Perspektif Struktur Pelat Atap .................................................. 118
Gambar 4.49 Tampak Atas Plat Lantai .......................................................... 119
Gambar 4.50 Skema Penulangan Pelat ........................................................... 121
Gambar 4.51 Tampak Atas Plat atap .............................................................. 123
xi
Gambar 4.52 Detail Penulangan Plat ............................................................. 132
Gambar 4.53 Perspektif Struktur Pelat Lantai ................................................ 133
Gambar 4.54 Tampak Atas Plat Lantai .......................................................... 135
Gambar 4.55 Denah Plat Lantai Type A1 ...................................................... 139
Gambar 4.56 Denah Plat Lantai Type A2 ..................................................... 140
Gambar 4.57 Denah Plat Lantai Type A3 ..................................................... 141
Gambar 4.58 Denah Plat Lantai Type A4 ..................................................... 142
Gambar 4.59 Denah Plat Lantai Type B ........................................................ 144
Gambar 4.60 Denah Plat Lantai Type C ........................................................ 145
Gambar 4.61 Denah Plat Lantai Type D ....................................................... 146
Gambar 4.62 Denah Plat Lantai Type E........................................................ 147
Gambar 4.63 Denah Plat Lantai Type F ........................................................ 148
Gambar 4.64 Detail Penulangan Pelat Lantai................................................. 157
Gambar 4.65 Perspektif Rangka Portal Struktur Beton ................................. 158
Gambar 4.66 Beban Pelat Atap ...................................................................... 161
Gambar 4.67 Beban Pelat Lantai .................................................................... 162
Gambar 4.68 Beban Pada Balok Atap ............................................................ 162
Gambar 4.69 Beban Pada Balok ..................................................................... 163
Gambar 4.70 Peta Wilayah Gempa Indonesia ................................................ 168
Gambar 4.71 Gambar Response Spectrum Titik Koordinat........................... 176
Gambar 4.72 Spektrum Respon gempa desain ............................................... 176
Gambar 4.73 Respons Spektrum Gempa Wilayah Gunung pati
Semarang untuk Kondisi Tanah sedang ................................... 177
Gambar 4.74 Input pada program SAP terhadap respon spectrum ................ 179
Gambar 4.75 Structure Output Analysis Program SAP ................................. 183
Gambar 4.76 Structure Output Analysis Program SAP Base Reactions ........ 184
Gambar 4.77 SimpanganLantaiAtap Lift (ᵹlift = 0,0119 m ) Gempa arahX ... 186
Gambar 4.78 Simpangan Lantai Atap(ᵹatap= 0,0112 m ) Gempa arah X........ 186
Gambar 4.79 Simpangan Lantai 5 (ᵹ5 = 0,0094 m ) Gempa arah X ............... 187
Gambar 4.80 Simpangan Lantai 4 (ᵹ4 = 0,0072 m) Gempa Arah X ................ 187
Gambar 4.81 Simpangan Lantai 3 (ᵹ3= 0,0043 m) Gempa Arah X ................ 188
Gambar 4.82 Simpangan Lantai 2 (ᵹ2= 0,0015 m ) Gempa ArahX ................ 188
xii
Gambar 4.83 Simpangan Lantai 1 (ᵹ1 = 0 m) Gempa Arah X ......................... 189
Gambar 4.84 Penentuan Antar Simpangan .................................................... 190
Gambar 4.85 Simpangan Lantai Atap Lift (ᵹlift = 0,0036 m) Gempa
Arah Y ...................................................................................... 192
Gambar 4.86 Simpangan Lantai Atap (ᵹatap= 0,0034 m) Gempa Arah Y ..... 193
Gambar 4.87 Simpangan Lantai 5 (ᵹ5 = 0,0028 m) Gempa Arah Y ................ 193
Gambar 4.88 Simpangan Lantai 4 (ᵹ4= 0,0021 m) Gempa Arah Y ................ 193
Gambar 4.89 Simpangan Lantai 3 (ᵹ3 = 0,0013 m) Gempa Arah Y ............... 194
Gambar 4.90 Simpangan Lantai 2 (ᵹ2 = 0,0005 m)Gempa Arah Y ................. 194
Gambar 4.91 Simpangan Lantai 1 (ᵹ1 = 0 m) Gempa Arah Y ......................... 194
Gambar 4.92 Penulangan Balok B1 ............................................................... 207
Gambar 4.93 Penulangan Balok B2 ............................................................... 218
Gambar 4.94 Penulangan Balok B1K ........................................................... 228
Gambar 4.95 Penulangan Balok BA ............................................................. 238
Gambar 4.96 Penulangan Balok BA1 ............................................................ 248
Gambar 4.97 Penulangan Balok BA2 ........................................................... 258
Gambar 4.98 Penulangan Balok BD .............................................................. 267
Gambar 4.99 Penulangan Balok BDA ........................................................... 277
Gambar 4.100 Penulangan Balok BR ............................................................... 285
Gambar 4.101 Penulangan Kolom K1 ............................................................. 290
Gambar 4.102 Penulangan Kolom K2 ............................................................. 295
Gambar 4.103 Penulangan Kolom K3 ............................................................. 299
Gambar 4.104 Penulangan Kolom K4 ............................................................. 303
Gambar 4.105 Penulangan Kolom KT ............................................................. 308
Gambar 4.106 Penulangan Kolom KL ............................................................. 314
Gambar 4.106 Rencana Tangga ....................................................................... 316
Gambar 4.107 Pemodelan SAP Tangga ........................................................... 318
Gambar 4.108 Detail Tangga ........................................................................... 321
Gambar 4.109 Denah Lift ................................................................................. 322
Gambar 4.110 Pit Lift ...................................................................................... 323
Gambar 4.111 Ruang Mesin Lift ...................................................................... 324
Gambar 4.112 Denah Pondasi .......................................................................... 327
Gambar 4.113 Beban Pada Pondasi P1 ............................................................ 330
xiii
Gambar 4.114 Beban Pada Pondasi P2 ............................................................ 330
Gambar 4.115 Input pada Program SAP Terhadap Respon Spectrum ............. 331
Gambar 4.116 Potongan Pile cap P1 ............................................................... 337
Gambar 4.117 Grafik Broms Ultimate Lateral Resistance P1 (Das, 2004) ..... 339
Gambar 4.118 Potongan Pile Cap P2 ............................................................... 342
Gambar 4.119 Grafik Broms Ultimate Lateral Resistance P2 (Das,2004) ...... 344
Gambar 4.120 Pondasi Sumuran P1 ................................................................. 349
Gambar 4.120 Pondasi Sumuran P2 ................................................................. 352
xiv
DAFTAR TABEL
xv
Tabel4.20 Spektrum respon untuk WilayahGempa 2 ................................ 177
Tabel4.21 Simpangan Antara Lantai Ijin, ........................................ 189
Tabel4.22 Perhitungan Penulangan Tumpuan Balok B1 ........................... 205
Tabel4.23 Perhitungan Penulangan Lapangan Balok B1 .......................... 205
Tabel4.24 Perhitungan Penulangan Geser Balok B1 ................................. 206
Tabel4.25 Perhitungan Penulangan Torsi Balok B1 ................................. 207
Tabel4.26 Perhitungan Penulangan Tumpuan Balok B2 ........................... 215
Tabel4.27 Perhitungan Penulangan Lapangan Balok B2 .......................... 216
Tabel4.28 Perhitungan Penulangan Geser Balok B2 ................................. 216
Tabel4.29 Perhitungan Penulangan Torsi Balok B2 ................................. 217
Tabel4.30 Perhitungan Penulangan Tumpuan Balok B1K ........................ 226
Tabel4.31 Perhitungan Penulangan Tulangan Ujung Bebas Balok B1K .. 226
Tabel4.32 Perhitungan Penulangan Geser Balok B1K .............................. 227
Tabel4.33 Perhitungan Penulangan Torsi Balok B1K ............................... 227
Tabel4.34 Perhitungan Penulangan Tumpuan Balok BA .......................... 236
Tabel4.35 Perhitungan Penulangan Lapangan Balok BA ......................... 236
Tabel4.36 Perhitungan Penulangan Geser Balok BA ................................ 237
Tabel4.37 Perhitungan Penulangan Torsi Balok BA ................................. 237
Tabel4.38 Perhitungan Penulangan Tumpuan Balok BA1 ........................ 246
Tabel4.39 Perhitungan Penulangan Lapangan Balok BA1 ....................... 246
Tabel4.40 Perhitungan Penulangan Geser Balok BA1 .............................. 247
Tabel4.41 Perhitungan Penulangan Torsi Balok BA1 ............................... 247
Tabel4.42 Perhitungan Penulangan Tumpuan Balok BA2 ........................ 256
Tabel4.43 Perhitungan Penulangan Lapangan Balok BA2 ....................... 256
Tabel4.44 Perhitungan Penulangan Geser Balok BA2 .............................. 257
Tabel4.45 Perhitungan Penulangan Torsi Balok BA2 ............................... 257
Tabel4.46 Perhitungan Penulangan Tumpuan Balok BD .......................... 266
Tabel4.47 Perhitungan Penulangan Lapangan Balok BD ......................... 266
Tabel4.48 Perhitungan Penulangan Geser Balok BD ................................ 266
Tabel4.49 Perhitungan Penulangan Torsi Balok BD ................................. 267
Tabel4.50 Perhitungan Penulangan Tumpuan Balok BDA ....................... 275
Tabel4.51 Perhitungan Penulangan Lapangan Balok BDA ...................... 276
Tabel4.52 Perhitungan Penulangan Geser Balok BDA ............................. 276
xvi
Tabel4.53 Perhitungan Penulangan TorsiBalok BDA ............................... 276
Tabel4.54 Perhitungan Penulangan Utama KolomK1 ............................. 289
Tabel4.55 Perhitungan Penulangan Geser Kolom K1 ............................... 289
Tabel4.56 Perhitungan Penulangan Utama Kolom K2 ............................ 294
Tabel4.57 Perhitungan Penulangan Geser Kolom K2 ............................... 294
Tabel4.58 Perhitungan Penulangan Utama Kolom KT ............................ 307
Tabel4.59 Perhitungan Penulangan Geser Kolom KT .............................. 308
Tabel4.60 Perhitungan Penulangan Utama Kolom KL ............................ 312
Tabel4.61 Perhitungan Penulangan Geser Kolom KL .............................. 313
Tabel4.62 Data Momen Hasil Pembebanan .............................................. 318
Tabel4.63 Data Hasil PenulanganTangga.................................................. 320
Tabel4.64 Data Hasil PenulanganBordes .................................................. 320
Tabel4.65 Spesifikasi Lift Penumpang (Hyunday elevator) ...................... 324
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Rusunawa Universitas Negeri Semarang (Unnes) Di Sekaran Gunung Pati
Semarang.
Universitas Negeri Semarang adalah Instansi pendidikan negeri yang telah diminati
di Jawa Tengah. Seiring bertambahnya zaman semakin meningkat persentase
jumlah mahasiswa baru di Universitas Negeri Semarang maka dari itu meningkat
juga keuangan yang terjadi di Universitas Negeri Semarang. Dengan adanya
keuangan yang semakin meningkat di Universitas Negeri Semarang, maka
Universitas Negeri Semarang membangun dan mengembangkan Rusunawa.
Rusunawa adalah Rumah Susun Sederhana Sewa yaitu bangunan bertingkat yang
dibangun dalam satu lingkungan tempat hunian yang memiliki wc dan dapur yang
menyatu, dengan cara membayar sewa tiap bulannya kepada pengembangnya.
Dengan adanya Rusunawa baru maka Universitas Negeri Semarang telah
membantu program Pemerintah yaitu program peremajaan kota atau pembangunan
kota terpadu. Rusunawa merupakan alternatif pilihan untuk mahasiswa Universitas
Negeri Semarang sebagai tempat tinggal sementara dan unuk perumahan di kota
yang diakibatkan adanya keterbatasan lahan yang ada dimuka Bumi, dan seiring
bertambah banyaknya manusia yang menempati lahan tersebut.
Dalam laporan ini penyusun menguraikan tentang perencanaan struktur
bawah dan struktur atas serta tetap mencantumkan intisari bangunan yaitu elemen-
elemen struktur.
2
lain yang dapat menunjang proses perencanaan struktur. Untuk itu, selain
permasalahan struktur utama pembahasan lain dibuat secukupnya.
3
LOKASI
BAB I Pendahuluan
Pada bab ini berisikan Judul Tugas Akhir, Bidang Ilmu, Latar Belakang,
Perumusan dan Batasan Masalah, Maksud, Tujuan dan Manfaat
Perencanaan, Lokasi Proyek, serta Sistematika Penulisan.
4
Tugas Akhir. Metodologi yang digunakan meliputi pengumpulan
data,metode analisis dan perumusan masalah.
BAB V Penutup
Pada bab ini berisikan Kesimpulan dan Saran yang bisa diberikan dari
hasil Perencanaan Struktur Gedung Rusunawa Universitas Negeri
Semarang (Unnes) Di Sekaran Gunung Pati Semarang.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4. Harga/biaya
Disamping dari kriteria – kriteria tersebut diatas terdapat sebuah kriteria
yang sangat penting untuk diperhatikan. Kriteria tersebut adalah biaya yang
6
dibutuhkan dalam proses pembangunan. Nilai pemakaian biaya yang efisien
tidak terlepas dari efisiensi bahan dan kemudahan pelaksanaan.
5. Estetika
Dalam pembuatan suatu bangunan harus memperhatikan dalam segi
estetika.Yang dimaksud estetika bukan hanya keindahannya saja tapi juga
melihat fungsi dari bangunan maupun ruangan yang ada sehingga dapat
mendesain dengan baik tanpa meninggalkan segi estetikannya.
7
3. Faktor keutamaan (I)
4. Faktor jenis struktur (K)
5. Wilayah / zone gempa
d. Peraturan pembebanan Indonesia untuk gedung 1987.
Dalam tugas akhir ini meliputi perencanaan :
1. Berat sendiri bahan bangunan
2. Beban hidup lanati gedung
3. Koefisien reduksi beban hidup
4. Beban angin
8
adalah terjadi patahan pada kerak bumi bagian atas sepanjang arah tertentu,
dan terbentuklah sesar. Sebagian energi dalam bentuk gelombang dijalarkan
kesemua arah. Gerak gelombang inilah yang dikenal sebagai gempa. Di sini
jelas bahwa suatu sesar yang menderita gempa di masa lalu mungkin sekali
akan mengalami gangguan yang sama dikemudian hari (Wolfgang,2001).
Untuk itu, dalam mendesain suatu struktur, kestabilan terhadap
beban gempa (lateral) adalah hal terpenting karena gaya lateral
mempengaruhi desain elemen – elemen vertikal dan horisontal struktur.
Mekanisme dasar untuk menjamin kestabilan terhadap beban gempa
(lateral) diperoleh dengan menggunakan hubungan kaku untuk memperoleh
bidang geser kaku yang dapat memikul beban lateral. Beban gempa
mempunyai efek dinamis yang menjadikan analisisnya lebih kompleks.
Tinjauan ini dilakukan untuk mendesain elemen – elemen struktur agar
elemen – elemen tersebut kuat menahan gaya gempa.
2.4.1.1 Analisis Struktur terhadap Gempa
Metode analisis yang dapat digunakan untuk
memperhitungkan pengaruh beban gempa terhadap struktur adalah
sebagai berikut :
9
2. Metode Analisis Dinamis
10
2.4.2 Denah dan Konfigurasi Bangunan
Dalam mendesain struktur perlu direncanakan terlebih dulu denah
struktur setiap lantai bangunan, sehingga penempatan balok dan kolom
sesuai dengan perencanaan ruang.
11
Secara umum beban atau gaya luar yang bekerja pada struktur dapat
dibedakan menjadi beban statik dan beban dinamik yaitu seperti yang
diuraikan dibawah ini :
Beban Mati:
- Beban akibat berat sendiri struktur
- Beban akibat berat elemen bangunan
Beban Hidup:
- Beban hunian atau penggunaan (akibat
Beban orang,peralatan,kendaraan)
Statik - Beban akibat air hujan
- Beban pelaksanaan atau konstruksi
Beban Khusus:
- Pengaruh penurunan pondasi
- Pengaruh tekanan tanah atau tekanan air
- Pengaruh temperature/suhu
12
puncaknya jika beban ini mencapai nilai maksimum. Beban statis pada
umumnya dapat dibagi menjadi beban mati, beban hidup dan beban
khusus yaitu beban yang terjadi akibat penurunan pondasi atau efek
temperature.
a. Beban mati
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung
yang bersifat tetap.Beban mati pada struktur bangunan ditentukan
oleh berat jenis bahan bangunan.
Menurut Pedoman Perencanaan Pembebanan Indonesia untuk
Rumah dan Gedung tahun 1987 beban mati pada struktur dibagi
menjadi 2 yaitu beban mati akibat material konstruksi dan beban
mati akibat komponen gedung.
Tabel 2.1 Berat Sendiri Material Konstruksi
Baja 7850 kg/ m 3
2400 kg/ m 3
Beton Bertulang
Sumber : Pedoman Perencanaan Pembebanan Indonesia untuk Rumah dan
Gedung 1987
13
Tabel 2.3 Beban Hidup Pada Lantai Bangunan
Beban Hidup Lantai Bangunan Besar Beban
Lantai kantor, toko 250 kg/m2
Lantai dan tangga rumah tinggal 200 kg/m2
Lantai untuk ruang pertemuan 400 kg/m2
Balkon – balkon yang menjorok bebas keluar 300 kg/m2
Tangga dan bordes untuk kantor, toko 300 kg/m2
Beban hidup pada atap 100 kg/m2
Beban hidup pada bagian atap yang tidak dapat dicapai dan dibebani
oleh orang, harus diambil yang paling menentukan di antara dua
macam beban berikut :
a. Beban terbagi rata per m2 bidang datar berasal dari beban hujan
sebesar (40-0,8α) kg/m2 , dengan α = sudut kemiringan atap (º).
Beban tersebut tidak perlu diambil ≥ 20 kg/m2 dan tidak perlu
ditinjau bila α ≥ 50º.
b. Beban terpusat dari seorang pekerja pemadam kebakaran dengan
peralatannya minimum 100 kg.
Sumber : Pedoman Perencanaan Pembebanan Indonesia untuk Rumah dan
Gedung 1987
14
Perdagangan :
- Toko
0,80 0,80
- Toserba
- Pasar
Industry :
- Pabrik 1,00 0,90
- Bengkel
Tempat kendaraan :
- Garasi 0,90 0,50
- Gedung parkir
Gang dan tangga :
- Perumahan/penghunian 0,75 0,30
- Pendidikan,kantor 0,75 0,50
- Pertemuan umum 0,90 0,50
- Perdagangan
- Penyimpanan
- Industry
- Tempat kendaraan
Sumber : Pedoman Perencanaan Pembebanan Indonesia untuk Rumah dan
Gedung 1987
3. Beban Dinamis
Beban dinamis adalah suatu beban yang mempunyai perubahan
intensitas yang bervariasi secara tepat terhadap waktu.Beban dinamis ini
bekerja secara tiba-tiba pada struktur.Pada umumnya, beban ini tidak
bersifat tetap (unsteady-state) serta mempunyai karakteristik besaran
dan arah yang berubah dengan cepat. Deformasi pada struktur akibat
beban dinamik ini juga akan berubah-ubah secara cepat. Beban dinamis
terdiri dari beban gempa dan beban angin.
3.1. Beban gempa
Gempa rencana ditetapkan sebagai gempa dengan kemungkinan
terlewati besarannya selama umur struktur bangunan 50 tahun adalah
sebesar 2%. Gempa rencana akan menyebabkan struktur bangunan
15
gedung mencapai kondisi di ambang keruntuhan tetapi masih dapat
berdiri, sehingga dapan mencegah jatuhnya korban jiwa. Berbagai
katagori resiko bangunan gedung dan struktur lainnya untuk beban
gempa menurut SNI 03-1726-2012 pasal 4.1.2.Tergantung pada
probabilitas terjadinya keruntuhan struktur gedung Selama umur
rencana tersebut yang diharapkan.Pengaruh gempa rencana terhadapnya
harus dikalikan dengan suatu faktor keutamaan gempa menurut SNI 03-
1726-2012 Pasal 4.1.2.
16
- Pabrik
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko
tinggi terhadap jiwa manusia pada saat terjadi
kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk :
- Bioskop
- Gedung pertemuan
- Stadion
- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit
bedah dan unit gawat darurat
- Fasilitas penitipan anak
- Penjara
- Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan non gedung, tidak termasuk kedalam
kategori risiko IV, yang memiliki potensi untuk
menyebabkan dampak ekonomi yang besar dan/atau
gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat
sehari-hari bila terjadi kegagalan, termasuk, tapi
tidak dibatasi untuk :
- Pusat pembangkit listrik biasa
- Fasilitas penanganan air
- Fasilitas penanganan limbah
- Pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung yang tidak termasuk
dalam kategori risiko IV, (termasuk tetapi tidak
dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses,
III
penanganan, penyimpanan, penggunaan atau
tempat pembuangan bahan bakar berbahaya,
bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya, atau
bahan yang mudah meledak) yang mengandung
bahan beracun atau peledak dimana jumlah
kandungan bahannya melebihi nilai batas yang
disyaratkan oleh instansi yang berwenang dan
cukup menimbulkan bahaya bagi masyarakat
17
jika terjadi kebocoran.
Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai
fasilitas yang penting, termasuk, tetapi tidak
dibatasi untuk :
- Bangunan-bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya
yang memiliki fasilitas bedah dan unit gawat
darurat
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan
kantor polisi, serta garansi kendaraan darurat
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi,
angin badai, dan tempat perlindungan darurat
lainnya
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat
operasi dan fasilitas lainnya untuk tanggap
darurat
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik
lainnya yang dibutuhkan pada saat keadaan
darurat
- Struktur tambahan (termasuk menara
telekomunikasi, tangki penyimpanan bahan
IV
bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik,
tangki air pemadam kebakaran atau struktur
rumah atau struktur pendukung air atau material
atau peralatan pemadam kebakaran) yang
disyaratkan untuk beroperasi pada saat keadaan
darurat.
Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk
mempertahankan fungsi struktur bangunan lain
yang masuk ke dalam kategori risiko IV.
Sumber : SNI 03-1726-2012
18
Tabel 2.6 Faktor Keutamaan Gempa
Kategori risiko Faktor keutamaan gempa, Ie
I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,50
Sumber : Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur
Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2012)
3.1.1. Klasifikasi Situs untuk desain Seismik (SNI 03-1726-2012)
Dalam perumusan kriteria desain seismik suatu bangunan di
permukaan tanah atau penentuan amplifikasi besaran
percepatan gempa puncak dari batuan dasar ke permukaan
tanah untuk suatu situs tersebut harus iklasifikasikan terlebih
dahulu dengan rumusan sebagai berikut :
∑
N=
∑
∑ =
19
50 100
SE (tanah lunak) < 175 < 15 < 50
Atau setiap profil tanah yang mengandung
lebih dari 3 m tanah dengan karakteristik
sebagai berikut:
1. Indeks Plastisitas. PI > 20,
2. Kadar air, w ≥40%,
3. Kuat geser niralir ŝn < 25 kPa
20
Gambar 2.1Peta Percepatan Respons Spektral Periode 0,2 detik (Ss)
Dimana :
Ss : Parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk
periode pendek.
S1 : Parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk
periode 1 detik.
21
Koefisien situs Fad an Fv ditentukan berdasarkan SNI 03-1726-2012 pasal 6.2
(Tabel 4 dan table 5). Setelah nilai Fad an Fv ditentukan, maka dilanjutkan
dengan menghitung parameter percepatan spektral desain untuk periode pendek
(Sps) dan pada periode 1 detik (Sp1) ditentukan dengan perumusan sebagai
berikut :
Sps= SMs
Sp1= SM1
2. Untuk periode lebih bessar dari atau sama dengan Todan lebih kecil dari atau
sama dengan Ts1spektrum respons percepatan desain SDsdiambil dari
persamaan :
Sa= SDs
3. Untuk lebih besar dari Ts1spektrum respons percepatan desain Sdsdiambil
berdasarkan persamaan :
S a=
Dimana :
SDs : parameter respons spektral percepatan desain pada periode
pendekSDI : Parameter respons spektral percepatan desain pada
periode 1 detik
T : periode getar fundamental struktur.
22
Gambar 2.3.Spektrum Rospons Percepatan Desain
Dimana :
To= 0,2
Ts=
Dimana :
h = Ketinggian struktur, dalanm (m), diatas dasar sampai tingkat tertinggi
struktur.
Cu = koefisien untuk batas atas pada periode yang dihitung, ditentukan
berdasarkan table 14 SNI 1726-2012.
23
Ct = nilai parameter periode ditentukan berdasarkan table 15 pada SNI
1726-2012.
Tabel 2.8.Koefisien untuk Balas Atas pada Periode yang Dihitung
Parameter percepatan respons
spektrum desain pada 1 detik SD1 Koefisien Cu
1,4
0,3 1,4
0,2 1,5
0,15 1,6
0,1 1,7
Sumber : SNI 1726 – 2012
24
Dimana :
Ca : Koefisien respons seismic yang ditentukan sesuai pasal 7.8.1.1
W : berat seismic efektif menurut pasal 7.7.2.
1 =
= 0,020 x hn
Dimana :
Cd: faktor amplifikasi defleksi
le: Faktor keutaman
: Simpangan antar lantai yang diijinkan
1: Simpangan antar lantai tingkat desain
hsx : Tinggi tingkat di bawah tingkat x, dinyatakan dalam millimeter
(mm).
δe : Perpindahan elastis yang dihitung akibat gaya gempa desain
tingkat kekuatan.
1. Faktor Reduksi Kekuatan Bahan (Strength Reduction Factors)
Faktor reduksi kekuatan bahan merupakan suatu bilangan yang
bersifat mereduksi kekuatan bahan dengan tujuan untuk mendapatkan
kondisi paling buruk jika pada saat pelaksanaan nanti terdapat
perbedaan mutu bahan yang ditetapkan sesuai standart bahan yang
ditetapkan dalam perencanaan sebelumnya. Besarnya faktor reduksi
kekuatan bahan yang digunakan tergantung dari pengaruh atau gaya
yang bekerja pada suatu elemen struktur sesuai SNI 03-2847-2002.
(a) (b)
26
polos minimal 240 Mpa (BJTP-24) dan Tegangan leleh (fy) untuk tulangan
ulir/deform minimal 300 Mpa (BJTD-30) (Ali Asroni,2010).
Hubungan antara tegangan regangan sebenarnya untuk material baja
yang didapat dari pengujian tarik diperlihatkan pada Gambar 2.3 untuk
keperluan desain biasanya dipergunakan Diagram fc-e yang sudah di
idealiskan dengan bentuk garis bilinear seperti pada gamber b. Nilai
modulus young atau modulus elastisitas baja (Es) besarnya dapat diambil
sekitar 0,2 x 106 MPa untuk semua mutu baja. Berbeda dengan material
beton yang bersifat gets, baja merupakan material yang bersifat daktail.
Selain itu baja mempunyai sifat elastic dan plastis, dari diagram fc-e terlihat
jelas batas antara sifatelastis dan plastis dari baja, yaitu pada titik leleh
bahan.
27
Pelat ini tebalnya sama tanpa drop panel dan tanpa cavital. Pelat bisa
digunakan sebagai plafond langsung untuk keperluan estetika. Tebal
pelat 12-25 cm dengan bentang 4,5 – 7 m.
3. Pelat lantai grid 2 arah
Pelat ini dengan balok grid/bersilang rapat pada dua arah dengan plat
tipis, mengurangi berat sendiri pelat. Bentang 9 – 12 m.
4. Pelat sistem lajur
Pelat ini mengutamakan ketinggian lantai. Dengan sistem balok lajur
(band beam) dengan balok lurus menyambung pada kolom dan balok
dibuat lebih lebar kearah lebarnya. (b > h)
h
b
lx
ly
hf 5 𝑊𝑦. 𝑙𝑦
38 𝐸. 𝐼
5 𝑊𝑥. 𝑙𝑥
38 𝐸. 𝐼
28
Beban luar ditahan momen arah x dan y. Tidak mengitung efek torsi/puntir.
Defleksi pada titik silang lendutan sama.
Arah y lendutan
.
.
Arah x lendutan
sama
5 .
38 .
W = Wx + Wy
Kesimpulan :
l
1. Bentang pendek ( x) menerima beban > bentang panjang ( y). l
2. Sehingga tulangan pelat dipasang lebih dulu pada bentang pendek.
3. Gaya pelat yang bekerja menentukan aksi satu arah (one way slab) dan
dua arah (two way slab).
ly = bentang panjang
lx = bentang pendek
Rasio desain pelat dengan dua arah (two way slab)
desain pelat dengan satu arah (one way slab)
Ln
h min =
29
Ln
Ln
Ln
h min =
Ln
Ln menerus
c. Tumpuan jepit 2 ujung
Ln
Ln
Ln
Ln
h min =
Ln
d. Tumpuan kantilever
Ln
Ln
h min =
4. Momen
Letak dan besaran momen tergantung dari bentuk serta panjang bangunan.
Berikut ini contoh perhitungan momen :
TP ex tengah TP int
Lu
L
M-interior = .
M-eksterior = .
M-tengah = .
5. Pembebanan Pelat
Wu = 1,2 DL + 1,6 LL + B Gempa
LL = beban hidup diambil sesuai fungsi pelat
DL = beban mati lihat contoh/aturan di PBI
30
Ln = bentang bersih (tepi balok – tepi)
L = bentang bersih (as balok – as balok)
ρ = .
31
Mu = Ø Mn atau
Mu = As.fy.(h - 0,5α)
Keterangan :
b = lebar pelat 1m
α = tinggi balok tegangan
h = tebal pelat
9. Hitung Luas Tulangan (As)
As = max
As tengah
I I
POT I-I
32
Catatan : Untuk desain 2 arah (two way slab) yang berbeda hanya
menentukan tebal pelat (h).
33
PRINSIP DESAIN BALOK SEGIEMPAT TULANGAN TUNGGAL
1. Analisis penampang balok dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui
dimensi usur-unsur penampang balok yang terdiri dari : jumlah dan ukuran
tulangan baja (As), lebar balok (b), tinggi efektif (d), tinggi total (h), mutu
beton (fc’), mutu baja (fy), momen (Mu) dari hasil analisis, sedangkan yang
akan dicari adalah kekuatan balok dalam bentuk (Mn).
2. Penampang hasil desain tidak kaku
3. Perbandingan b dan d b : d = 0,4 s/d 0,6
1. Mn = . . .
Mu = MD = Ø Mn
Mn =
. .
2. ( )( )
5. 5
. .
3. . ( )
5
5 .
. 5
. 5
√
34
4. As = ρ . b . d =.........mm2
Dengan tabel diperoleh diameter tulangan
.
.
.
As = dari jumlah tulangan yang dihitung
b = hasil perhitungan
. .( )
35
BAGAN ALIR DESAIN TULANGAN TUNGGAL
𝑚𝑢𝑙𝑎𝑖
𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡: 𝐵 𝑑 𝐸𝑠 𝑓𝑦 𝑓𝑐’ 𝑀𝑢
𝐸𝑐 . . ..
85 𝑓𝑐 ′ 𝛽 3 𝐸𝑠
𝜌𝑏 .
𝑓𝑦 3 𝐸𝑠 𝑓𝑦
𝜌 5 𝜌𝑏
𝑤 𝜌 . 𝑓𝑦/𝑓𝑐′
𝑅 𝑤. 𝑓𝑐 ′ 59 . 𝑤
𝑀𝑢
𝑑 √
𝑃𝑅
𝐴𝑠 𝜌. 𝑏. 𝑑
𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘
𝑑 ≈ 𝑑 𝑎𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖
𝑀𝑢 ⋯
𝑆𝐸𝐿𝐸𝑆𝐴𝐼
36
PRINSIP DESAIN BALOK SEGIEMPAT TULANGAN RANGKAP
b
c
a
d
Qn
h
d'
T T
. .
.
.
As = luas dari jumlah tulangan
b = hitungan desain
4. Momen
. ( )
′
⋯
8
′
⋯
.
37
.
′
.
′
′
85. ′ 5
. .
85 .
85. 5. . 3 5 3 5.
Misal : d1 = 50mm As’ = 402 mm2
b =300mm As = 1005 mm2
fc =22,5 Mpa
Es = 200000 Mpa = 2,105 Mpa
Asal persamaan kuadrat a
T = As.fy T = es Cc = T
es = As.fy Cc = es
5
5 3 5
5
5 3 5
5 3 5 5 3 5
5
5 5 3 5
5 5 3 5
3 8
3 8
38
Regangan tulangan tarik
3 ⋯
′
85 ′
3 ⋯
′
. ⋯
’
′ ′ ′ ′
85 ( )
Cek kesetimbangan cc + es = T
5
5
5 5
5
5 3 5 5 3 5 .5 3 933
. 39 95
3 933 39 95 /
′ ′ ′
85 ( )
39
BAGAN ALIR DESAIN TULANGAN RANGKAP
MULAI
85 𝑓𝑐 ′ 𝛽 3 𝐸𝑠
𝜌𝑏
𝑓𝑦 3 𝐸𝑠 𝑓𝑦
𝜌𝑚𝑖𝑛
𝑓𝑦
𝜌𝑚𝑎𝑥 5 𝜌𝑏
As = B.D
n = As / (π . Ds2 / 4)
As = n (π . Ds2 / 4)
𝐴𝑠 𝑓𝑦
𝑎
85 𝑓𝑐 ′ 𝛽 . 𝐵
Mmaks = Ø As fy (D-a/2)
Ya Tidak
Mu ≤ Mmaks
Penampang Penampang
tulangan tunggal tulangan rangkap
Ø Mn2< Mneg
𝑀𝑛 Ø Mn2 = Mneg
𝐴𝑠’
𝑓𝑦 𝐷 𝑑𝑐
As = As + As
40
PRINSIP DESAIN BALOK T DAN L
be=6hf+bw be=16hf+bw
hf
bw Ln bw
L
ambil terkecil
Balok L
5 ambil terkecil
41
I.
be
0,003
c
(d-a/2)
hf
d
As
s = y T
bw
85 .
. ( )
Karena
85 3
( )( )
3
42
II.
be
c=0,003 0,85 fc 0,85 fc
c1
cw
(d-a/2)
(d-a/2)
d
As
s > y T1 T2
bw Teg Flens Teg Web
Mn 1 Mn 2
. hf)
85 . .
Keseimbangan Dalam (internal)
85 . .
.( )
. ( ) .( )
43
III. Kondisi Seimbang
be
c=0,003 0,85 fc 0,85 fc
c1 cw
a
eb
(d-hf/2)
(d-a/2)
hf
d
As s = y T1=Asf' fy T2=(As-As')fy
bw
Kesetimbangan horisontal
. 85 85
. 85 .
85 ( )( )
3
85 ( )( )
3
5
5
44
Vn ditentukan persamaan sebagai berikut :
Vn = Vc + Vs
a. Perencanaan tulangan akibat geser
Tentukan besarnya gaya geser terfaktor Vu, pada penampang yang
ditinjau, serta tentukan pula faktor reduksi untuk perencanaan geser
dan puntir. Besarnya faktor reduksi berdasarkan SNI 03-2847-02 pasal
11.3.2.3. yaitu =0,75.
V = Vu = .........(gaya lintang)
Vn = ( = 5)
Vc = √ ′bd
Vs max = 0,6 √ bd
Vs = Vu - Vc
Vs < Vs max ..........OK!
Jika Vu < Vc perlu tulangan geser minimum
.
Av.min = .
S=.............<d/2
Dengan s = jarak antar tulangan geser dalam arah memanjang
(mm)
Jika Vu > Vc perlu tulangan geser
. .
S=
.
45
Tn = (=0,6)
√ ′
Tc = x b x h2 x 106
Ts = Tn - Tc
Tsmax = 4 Tc
Tc < Tu diperlukan tulangan torsi
Ts <Tsmax ukuran balok memenuhi syarat
.
( ). ( )
. .
Tentukan diameter tulangan sengkang dan jarak s berdasarkan SNI 03-
2847-02 pasal 13.6(6(1) dan 13.5(4(1), dimana nilai s tidak boleh
melebihi dari nilai dibawah ini :
Akibat torsi = Smin = Ph/8 atau 300 mm
Akibat geser = Smin = d/2 atau 600 mm
46
BAGAN ALIR DESAIN BALOK T, L,
MULAI
ASUMSI a = hf
𝑀
𝐴𝑠 𝑎
𝑓𝑦 𝑑
ρ = As / (b.d)
𝐴𝑠. 𝑓𝑦
𝑎
85 𝑓𝑐 ′ 𝛽 . 𝐵
Balok-T
𝑎<hf 𝑎>hf
85 𝑓𝑐 ′ 𝑏 𝑏𝑤 𝑓 Sebagai balok
𝐴𝑠𝑓
𝑓𝑦 biasa/persegi
ØMn2 = Mn – ØMn1
Tentukan 𝑎
𝑀𝑛
𝐴𝑠 𝐴𝑠 𝑎
𝑓𝑦 𝑑
𝐴𝑠 𝐴𝑠𝑓 𝑓𝑦
𝑎𝑏
85 𝑓𝑐 ′ . 𝑏𝑤
𝑎𝑏 𝑎 As = Asf + (As-Asf)
SELESAI
47
2.6.5 Perencanaan Kolom
√ ′
.
. .
. .
35 . .
∑( . ⁄ )
∑( . ⁄ )
Satu dari dua nilai disebut A, yang lain disebut B. Faktor panjang
efektif k didapat dengan titik perpotongan antara A dan B dengan nomograf
tengah adalah k.
48
Gambar 2.7. Kurva Alinyemen untuk Portal Tak Bergoyang dan Portal
Bergoyang
Sumber : Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03-
2847-2002
Jika ѱm < 2
Jika ѱm ≥ 2
9√
3 ѱm
5 ѱA + ѱB) ≤ 1
49
85 5 ѱmin
r = 0,3 . h
.
3 ( ) (tergolong kolom pendek)
emin = 15 + (0,03 . h)
.
.
. .
√ ′
. .
∑
∑
Dimana:
( )
50
Pu = beban vertikal dalam lantai yang ditinjau
a. Beban sentris
Garis Sumbu
min = 0,01
. [ . . . ]
51
′
. 85 [ 85 . . . ]
. . .
Jumlah tulangan ( ⁄ . )
b. Beban eksentris
P
e
P
e
Garis Sumbu
Gambar 2.9Desain Kolom Eksentris
Menentukan dimensi kolom, mutu bahan, dan gaya yang bekerja
pada kolom tersebut
Eksentrisitas kolom
emin = 15 + (0,03 . h)
.
′
. .
52
⁄ . .
′ ′ ′ ′
3.( ) , maka .
′ ′
, maka
Menentukan nilai Pb
[ ′ ]
85 . . . . .
85 . ′
. . ′
. . .
( ) * . .
+ 8
85. . . 85.
85 . ′
. [√( 38) ( 38)]
5.
Chek penampang
Ф. Pn > Pu
53
Keterangan :
√ ′
( ). . .
.
′.
3.
3√ . . √( )
√ ′. .
3
Dimana:
Ø = faktor reduksi
Jika:
Langkah perhitungan
54
Menentukan dimensi kolom, mutu bahan, dan gaya yang bekerja pada
kolom
( 3. ) √ . .
√ ′ . .
3
5√ ′. .
.
3
Kemiringantangga
2 . o + a = 65
55
c. MenghitungTebalPelatTangga
L =√
Tebalpelattangga h = . L . (0,4 + )
h’ = + . cos α
d. MenentukanPembebanan Plat
= bebanhidupdiambilsesuaifungsi plat
= bebanmati
e. MenentukanBesaranmomenpada plat
.
Mn= .fy .b .d2 . (1 – 0,59 )
Mu = . Mnatau
Mu = . . (d – 0,5a)
g. ArahPerencanaan :
→ → runtuhtekan / geser /
mendadak
Sehinggaperencanaandiarahkanke 1dan 2
h. Menentukanluastulangan (As)
As = .
→ max
. ⁄
56
= (tulangan min)
= . b .h
2. Balokbordesmenggunakanbalokpersegitulanganrangkap
Menentukannilai fc, fydansudahmenghitung Mu dan
Menentukan b dan d di desaindengansyaratb : d = 0,4 s/d 0,6
Menghitungsebagaitulangantunggaldahulu
.
= [ .( )( )] → = 0,85
= 0,75 .
= → memenuhibaloktulangantunggal
.
a= . .
As = luasdarijumlahtulangan
b = hitungdesain
PerhitunganMomen
= As .fy .( )
= =ɸ. → momenpositif
As’ = = .
= ………. mm²
.
As’ = tulangantekan
57
Momen positif padatul. Tunggal
As = .
= ……… mm² (tabletulangan)
( )
.
= .
= ……..
= .
= ………
.
= As’ .600 .
= 0,85 .ab
√ ²
=
√ ² √ ²
= =
= ……….
= . = …………. Mpa
= 0,85 ’ ( )+ ( )
= =ɸ.
58
Atau dicek kesetimbangan
T = As .fy
= 0,85 ( )+
= =ɸ.
PerencanaanTulanganakibatgeser
V = Vu = ………… (gayalintang)
Vn = → ( ɸ = 0,75
ɸ .Vc = ɸ . .√ . b .d
Cek Penampang :
ɸ Vs max = 0,6 . . √ . b .d
ɸ Vs = Vu – Vc
.
. = .
D
S = ………… d/2
59
dengan s = jarak antar tulangan geser dalam arah memanjang (mm)
. .
S=
.
Syarat :
60
1) Ruangan dan tempat mesin lift diletakkan pada lantai teratas
bangunan. Oleh karenanya perlu dibuat dinding penutup mesin
yang memenuhi syarat yang dibutuhkan mesin dan kenyamanan
pemakai gedung.
2) Mesin lift dengan beban – beban (q) sama dengan jumlah dari
berat penumpang, berat sendiri, berat traksi, dan berat
pengimbangannya yang ditumpukkan pada balok portal.
3) Ruang terbawah diberi kelonggaran untuk menghindari tumbukan
antara lift dan lantai dasar. Ruang terbawah ini juga direncanakan
sebbagai tumpuan yang menahan lift pada saat maintenance.
3. Spesifikasi Lift yang dipakai
Lift penumpang yang digunakan adalah merek Hyundai tipe
Gearless Elevator, dengan spesifikasi sebagai berikut ;
1) Dapat memuat penumpang 17 orang.
2) Dapat menahan beban 1150 Kg.
3) Kecepatan = 120 m/detik.
4) Berat lift = 10 kN.
2.7 Struktur Bawah
Struktur pondasi harus cukup kuat sehingga tidak pecah gaya yang bekerja.
61
Besarnya beban dan berat dari bangunan atas
Keadaan tanah dimana bangunan tersebut akan didirikan
Jumlah biaya yang dikeluarkan
3. Pemilihan Bentuk Pondasi
Pmilihan bentuk pondasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Suryono,
2000) :
1). Pondasi Dangkal
2). Pondasi Tiang atau Pondasi Tiang Apung (floating pile foundation)
3). Tiang Pancang (pile drieven foundation)
4). Tiang baja atau tiang beton yang dicor ditempat.
Berdasarkan data tanah diketahui bahwa tanah keras terdapat pada
kedalaman 2 m. dalam perencanaan gedung rusunawa ini digunakan
pondasi sumuran, keuntungan pemakaian pondasi sumuran, antara lain :
(Hardiyatmo, 2013)
Pembangunannya tidak menyebabkan getaran dan pengembangan
tanah, seperti pada pemancangan pondasi tiang pancang.
Penggalian tidak mengganggu tanah disekitarnya.
Biaya pelaksanaan umumnya relative rendah, berhubungan alat yang
dipakai adalah alat ringan.
Kondissi – kondisi tanah atau batu pada dasar sumuran sering dapat
diperiksa dan diuji secara fisik.
Alat gali tidak banyak menimbulkan suara.
4. Pondasi Sumuran
Tekanan konstruksi ke tanah < daya dukung tanah pada dasar sumuran.
Aman terhadap penurunan yang berlebihan, gerusan air dan longsoran
tanah.
Diameter sumuran 1,50 meter.
Cara galian terbuka tidak disarankan.
Kedalaman dasar pondasi sumuran harus dibawah gerusan maksimum.
Biasanya digunakan sebagai pengganti pondasi tiang pancang apabila
laisan pasir tebalnya > 2,00 m dan lapisan pasirnya cukup padat.
4.1. Perhitungan Daya Dukung Pondasi Sumuran
Dengan menggunkaan metode LCPC, 1991 diperoleh :
Qe = Ah x qc x Kc
Keterangan :
Qe = Daya dukung ujung tiang (Kg)
Ah = luas Penampang ujung tiang (cm²)
qc = Nilai konus (Kg /cm²)
Kc = faktor nilai konus
Qs = As x Fs
Keterangan :
Qs = daya dukung lekatan (Kg)
62
As = Luas selimut tiang (cm²)
Fs =Tahanan dinding (Kg/cm²)
Nilai Fs dapat dicari dengan persamaan 2.115.
Fs = 0,0012 x qc
Qult = Qe + Qs
Qall =
Keterangan :
Qult = Daya dukung batas (Kg)
Sf = Angka keamanan (biasanya diambil Sf = 3)
63
BAB III
METODOLOGI
64
Deskripsi umum bangunan meliputi fungsi bangunan dan lokasi yang akan
didirikan, Fungsi bangunan berkaitan dengan perencanaan pembebanan
sedangkan lokasi bangunan adalah untuk mengetahui keadaan tanah dan
lokasi bangunan yang akan didirikan sehingga bisa direncanakan struktur
bangunan bawah yang akan dipakai.
2. Denah dan sistem struktur bangunan
Yang dimaksud sistem bangunan struktur meliputi rencana struktur yang
akan direncanakan, seperti atap, portal dan lain-lain sebagainya yang
berfungsi sebagai perhitungan perencanaan yang lebih lanjut. Sedangkan
rencana denah tersebut di atas merupakan studi awal yang berkaitan
dengan perencanaan posisi dan kondisi bangunan, seperti dinding, letak
lift, letak tangga, dan lain-lain sebagainya.
3. Wilayah gempa bangunan sekitar
Merencanakan suatu bangunan membutuhkan ketelitian dalam perhitungan
pembebanan. Salah satunya pembenanan yang diakibatkan oleh gempa.
Oleh karena itu perlu diketahui wilayah gempa dari struktur yang akan
dibangun. Menurut data yang ada struktur Gedung Lima Lantai Yang
Difungsikan Untuk Rusunawa Dilokasi Sekarang Gunungpati Semarang.
yang akan dibangun termasuk wilayah zone 2.
4. Data tanah berdasarkan penyelidikan tanah
Data tanah berfungsi untuk merencanakan struktur bangunan bawah yang
akan digunakan (pondasi). Data tanah tersebut meliputi:
a. Sondir
Untuk mengetahui kedalaman tanah keras dilokasi tersebut berdasarkan
nilai conusresistance (qc)
b. Soil test
Digunakan untuk mengetahui nilai berat jenis tanah (γ).
c. Direct shear test
Data Direct shear test digunakan untuk mengetahui nilai kohesi tanah
(c) dan untuk mengetahui sudut geser tanah (ɸ).
Nilai-nilai yang diperoleh dari penyelidikan tanah tersebut di atas
digunakan untuk menghitung daya dukung pondasi yang diijinkan
untuk dipikul pondasi.
65
3.2 Metode Analisis
Pada bagian sub bab ini diuraikan secara garis besar langkah-langkah (metode
yang digunakan) dalam perenncanaan bangunan dan perancangan strukturnya.
Langkah-langkah yang dimaksud meliputi komponen bangunan non-struktural
(atap), komponan bangunan struktur utama portal dan struktur pondasi.
1) Langkah perencanaan dan perancangan komponen non-struktural (atap)
a) Tentukan denah dan konfigurasi atap beserta sistem strukturnya.
b) Estimasi dimensi elemen strukturnya.
c) Tentukan beban yang bekerja pada struktur.
d) Analisis struktur bangunan atap.
e) Desain elemen struktur termasuk detail joint dan perletakan serta alat
sambungnya.
2) Langkah perencanaan dan perancangan kompoan struktural (pelat, balok, dan
kolom) :
a) Kumpulkan data perencanaan.
b) Kumppulkan data beban.
c) Lakukan perhitungan struktur sebagai berikut:
1. Tentukan denah dan konfigurasi bangunan berikut sistem strukturnya.
2. Tentukan daktilitas struktur yang akan datang.
3. Tentukan faktor jenis struktur.
4. Tentukan batas dimensi dari komponen struktur (pelat, balok, kolom).
5. Hitung pelat lantai.
6. Rencanakan balok portal.
7. Rencanakan kolom portal.
8. Tentukan penulangan pada portal.
3) Langkah-langkah dalam perencanaan dan perancangan pondasi sub structure
(struktur bawah) :
a) Analisis dan penentuan parameter tanah.
b) Pemilihan jenis pondasi.
c) Analisis beban yang bekerja pada pondasi.
d) Estimasi dimensi pondasi.
e) Perhitungan daya dukung pondasi.
66
f) Desain pondasi.
Langkah-langkah tersebut di atas merupakan acuan dalam menyelesaikan
analisis perhitungan. Dengan demikian diharapkan langkah-langkah tersebut dapat
terlaksana dengan runtut, sehingga penyusunan Laporan Tugas Akhir dapat berjalan
dengan lancar.
3.3 Rencana Teknis Pelaksanaan Studi
Penyusunan Tugas Akhir “Struktur Gedung Rusunawa Universitas Negeri
Semarang (Unnes) Di Sekaran Gunung Pati Semarang” dibatasi dalam waktu 6 bulan. Oleh
karenanya, untuk dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini tepat pada waktunya
diperlukan perencanaan kerja yang tepat.
67
e. Analisis data
Berdasarkan data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mangetahui
apakah perencanaan bangunan tersebut telah sesuai/layak.
f. Penyusunan laporan
Diharapkan pada tahapan ini telah sampai pada hasil analisis, sehigga
dapat diambil suatu simpulan dan dapat memberikan rekomendasi
walaupun bersifat sementara.
g. Penyusunan laporan
Tahapan ini merrupakan tahap akhir dalam pelaksanaan studi, lengkap
dengan simpulan akhir dan direkomendasi.
68
3.3.2 Bagan Alir
Dalam pembuatan laporan ini diharapkan dapat memperoleh hasil yang
diinginkan dan selesai tepat pada waktunya. Secara sistematis rencana
penyusunan (bagan alir) dapat dilihat dalam gambar 3.1 berikut ini.
MULAI
OBSERVASI LAPANGAN
STUDI PUSTAKA
METODOLOGI
KOMPILASI DATA :
- DATA TANAH
- SITE PLAN
- DATA PERENCANAAN
- BENTUK STRUKTUR
GAMBAR RENCANA
PENYUSUNAN LAPORAN
SELESAI
69
BAB IV
PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS
4.1 PERENCANAAN ATAP
Perencanaan atap adalah hal pertama yang dihitung dalam merencanakan sebuah
struktur bangunan gedung.Pada perencanaan struktur gedung ini rangka atap yang
digunakan adalah kuda-kuda baja konvensional menggunakan bentuk atap sudut untuk
bagian penutup atap.Mutu baja yang digunakan dalam perencaan ini adalah baja mutu BJ
37 dengan profil siku dan gording dengan profil kanal sebagai pendukung
atap.Perencanaan konstruksi atap ini berdasarkan atas beban-beban yang bekerja sesuai
dengan pedoman standar perhitungan atap di Indonesia.
70
4.3 PERHITUNGAN ATAP
71
Dalam Perencanaan atap , pedoman yang kami pakai :
1) Tata Cara Perencanaan Struktur BajaUntuk Bangunan Gedung (SNI 03 – 1729 –
2012)
2) Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung 1987 (PPURGI
1987)
r = 11,181 m y = 4,023 m
b. Jarak gording rencana (g) = 1,20 m
c. Gording yang dibutuhkan (g’) = = + 3 = 13 Buah
2) Perhitungan Pembebanan
Bentang Kuda-kuda = 17,00 m
Jarak Kuda-kuda = 5,00 m
Jarak Gording = 1,20 m
Sudut kemiringan atap = 15°
Sambungan = Baut
Mutu Baja = BJ 37
fy = 240 Mpa
72
fu = 370 Mpa
E = 200.000 Mpa
G = 80.000 Mpa
Poisson ratio (m) = 30 %
Koefisien Muai (at) = 1.2 x 10-6
(pasal 5.1.3, SNI 03- 1729- 2012, hal 9)
Peregangan Minimum = 20%
(tabel 5.3, SNI 03- 1729- 2012, hal 11)
Penutup atap sirapbitumen = 11 kg/m²
Berat Per Unit Volume = 7850 Kg/m³
(PPURG 1987, hal 5 )
Plafong gypsumboard + penggantung = 11 + 7 = 18 kg/m²
(PPURG 1987, hal 6 )
Beban hidup Gording = 100 Kg
(PPURG 1987, hal 7 )
Tekanan tiup angin = 25 kg/m²
(PPURG 1987, hal 18 )
Beban Mati
73
1. Berat gording Channel 2C.150.130.20.2.3 = 11,0 kg/m
2
2. Berat atap = 11 kg/m x 1,20 m = 13,2 kg/m
3. Berat trackstang (10% x 5,50) = 0,55 kg/m
q total = 24,750 kg/m
15⁰
Qx = 6,405 kg/m
Qy =23,906 kg/m
( ) ( )
( ) ( )
74
Beban Hidup
Beban hidup adalah beban terpusat dan terjadi karena beban manusia yang
bekerja pada pekerjaan atap dengan berat P = 100 kg.
75
p =100 kg/m
Py = 96,583
kg/m
Px = 25,882 kg/m
(4 )
( )
( )
( )
76
Koefisien angin tekan = ((0,002 . 150) – 0,4) = - 0,37
Koefisien angin hisap = - 0,4
(PPPURG 1987, hal 21 )
Beban angin tekan (Wt) = 0,2 .25 . 1,20 =6 kg/m
Beban angin hisap (Wh) = -0,4 . 25 . 1,20 = -12 kg/m
w = 25 kg/m2
Karena beban angin bekerja tegal lurus sumbu y, sehingga hanya ada My
( ) ( )
( ) ( )
77
2. U = 1,2 D + 0,5 La
Ux = 1,2 (20,016) + 0,5 (32,352) = 40,196 kg.m
Uy =1,2 (74,706) + 0,5 (120,729) = 150,012 kg.m
3. U = 1,2 D + 1,6 La
Ux = 1,2 (20,016) + 1,6 (32,352) = 75,783 kg.m
Uy =1,2 (74,706) + 1,6 (120,729) = 282,814 kg.m
4. U = 1,2 D + 1,6 La + 0,8 W
Ux = 1,2 (20,016) + 1,6 (32,352) + 0,8 (18,75) = 90,783 kg.m
Uy = 1,2 (74,706) + 1,6 (120,729)+ 0,8 (-37,5) = 252,814 kg.m
5. U = 1,2 D + 1,3 W + 0,5 La
Ux = 1,2 (20,016) + 1,3 (18,75) + 0,5 (32,352) = 64,571 kg.m
Uy = 1,2 (74,706) + 1,3 (-37,5) + 0,5 (120,729) = 101,262 kg.m
6. U = 0,9 D ± 1,3 W
Ux = 0,9 (20,016) + 1,3 (18,75) = 42,390 kg.m
= 0,9 (20,016) – 1,3 (18,75) = -6,361 kg.m
Uy = 0,9 (74,706) + 1,3 (-37,5) = 18,485 kg.m
= 0,9 (74,706) – 1,3( –37,5) = 115,986 kg.m
78
Jadi momen maksimum yang diperhitungkan dari tabeldiatas adalah:
Mux = 90,783 kg.m = 90,783.104 N.mm
Muy = 282,814 kg.m = 282,814.104 N.mm
= 28,261
= 32,275
√ √ 4
= 40,344
√ √ 4
( )
( 4)
⁴
( 4)
⁴ ………OK
79
Kapasitas Tahanan Momen Sayap
4
⁴
4 4
( )
………..OK
Untuk mengatasi masalah puntir maka sumbu lemah pada gording (Mny) dapat
dibagi 2 sehingga :
⁴ ⁴
( 4) ⁴
0,198 + 0,156 = 0,354 …………. OK
Kontrol Lendutan
80
2. Akibat Beban Hidup
4. Lendutan Kombinasi
Fx Total = + + = 0,171 cm
Fy Total = + + 0,499 cm
Syarat Lendutan
( )
( √ )
81
tepat pada tengah bentang gording. Dimana, diketahui data trekstang adalah sebagai
berikut :
Beban merata terfaktor pada gording (qx) = 6,405 kg/m
Beban terpusat terfaktor pada gording (px) = 25,882 kg/m
Lx = (5 m / 2) = 2,5 m
Tegangan leleh baja (Fy) = 240 Mpa
Tegangan ultimit/tarik putus baja (Fu) = 370 Mpa
1. Pembebanan Trekstang
P total = (qx . Lx) + Px
= (6,405 kg/m x 2,5 m) + 25,882 kg/m
= 41,895 kg
2. Dimensi Trekstanng
82
Fbr = ¼ .π .d² , dimana :
4 4
d=√ =√ = 0,204 cm
4
Ikatan angin hanya bekerja menahan gaya normal (axial) tarik saja. Adapun cara
kerjanya adalah apabila salah satu ikatan ikatan angi bekerja sebagai batang tarik, maka
yang lainnya tidak menahan gaya apa-apa. Sebaliknya apabila arah angin berubah, maka
secara bergantian batang tersebut bekerja sebagai batang tarik.
= 36
Nx =w
( )
N = = = 111,246 kg
4 4
d=√ =√ = 0,334 cm
4
83
4.3.6 Data-data Kuda-kuda
84
Peregangan Minimum = 20%
(tabel 5.3, SNI 03- 1729- 2012, hal 11)
Penutup atap sirapbitumen = 11 kg/m²
Berat Per Unit Volume = 7850 Kg/m³
(PPURG 1987, hal 5 )
Plafong gypsumboard + penggantung = 11 + 7 = 18 kg/m²
(PPURG 1987, hal 6 )
Beban hidup Gording = 100 Kg
(PPURG 1987, hal 7 )
Tekanan tiup angin = 25 kg/m²
(PPURG 1987, hal 18 )
85
Gambar 4.12 Load Combination 1,2DL + 0,5LL
Sumber : Data Pribadi Program SAP
86
Gambar 4.14 Load Combination 1,2DL + 1,6LL + 0,8W
Sumber : Data Pribadi Program SAP
87
Gambar 4.16 Load Combination 0,9DL ± 1,3W
Sumber : Data Pribadi Program SAP
Beban permanen yang bekerja pada kuda-kuda akibat dari benda yang berada
diatasnya berupa atap yang diasumsikan dengan menggunakan penutup sirapbitumen
dan rangkanya seperti usuk dan reng disimbulkan dengan (BA). Sedangkan beban
gording adalah Beban permanen yang timbul dari berat profil baja yang difungsikan
sebagai gording dimana dalam perhitungan digunakan gording baja profil lip channels
in front to front arrangement 2C.150.130.20.2,30 dengan Berat jenis 11,0 kg/m.
88
Gambar 4.17 Load Letak Pembebanan Pada Atap
Sumber : Data Pribadi
BA = Bj penutup atap x (½ . 2,75 + 2,50) x (½ . 5,00 + ½ . 5,00)
= 213,125 kg/join
= 11,0 kg/m x 5 m
= 55 kg/join
P1 = BA + B G
= 213.125 + 55
= 225,5 kg/join
89
BA = Bj penutup atap x (½ . 2,75 + ½ . 2,75) x (½ . 5,00 + ½ . 5,00)
= 151,25kg/join
= 55 kg/join
P2 = BA + B G
= 151,25 + 55
= 206,25 kg/join
= 240,625 kg/join
90
= 11,0 kg/m x 5 m
= 55 kg/join
P3 = BA + B G
= 240,625 + 55
= 295,625 kg/join
= 11 kg/m² x 2 m x 5,00 m
= 110 kg/join
= 11,0 kg/m x 5 m
= 55 kg/join
P4 = BA + B G
= 110 + 55
= 165 kg/join
91
Gambar 4.21 Input Beban Atap P4
Sumber : Data Pribadi Program SAP
= 11 kg/m² x 3 m x 5,00 m
= 165 kg/join
= 11,0 kg/m x 5 m
= 55 kg/join
P5 = BA + B G
= 165 + 55
= 220 kg/join
92
Gambar 4.22 Input Beban Atap P5
Sumber : Data Pribadi Program SAP
Berat yang timbul akibat adanya berat dari plafond yang digantungkan pada dasar kuda-
kuda. Beban tersebut dapat dijadikan beban merata pada batang bagian bawah kuda-kuda
atau dijadikan beban titik pada setiap join bagian bawah kuda-kuda.
Pembebanan pada bentang sisi kiri 5,00 dan sisi kanan 5,00 m
93
= 306 kg/join
½ Bp = ½ .306 kg/join
= 153 kg/join
94
4.3.7.3.Akibat Berat Sendiri Kuda-Kuda
Beban permanen yang timbul dari berat profil baja yang difungsikan sebagai kuda-
kuda. Beban terhitung secara manual dalam Program SAP, dalam perencanaan ini
menggunakan profil baja double Angel. Pada pembebanan akibat berat sendiri
disimpulkan dengan huruf (BK)
95
4.3.7.5. Akibat Beban Angin
Beban angina adalah beban yang timbul dari hembusan anginn yang diasimsiikan pada
daerah perbukitan atau jauh dari kawasan pantai dengan besaran minimum W = 25
kg/m² pada keadaan normal, berikut gambar pemodelan dari beban angina.
Dalam analisa perhitungan, beban angina disederhanakan menjadi dua arah pembebanan
arah vertikal dan arah horizontal.Berikut gambar penyederhanaan beban angina untuk
analisa perhitungan.
a. Beban Angin P1
Akibat Angin Tekan 1
Koefisien angina tekan (Cw+) = 0,02ά – 0,4
= 0,02 (15) – 0,4
= - 0,1
0,1
W. tekan = Cw + W x ( ½ . 2,75 + 2,5) x ( ½ .5 + ½.5)
= 0,1 x 25 kg/m² x 3,875 m x 5 m
= 48,438 kg/join
P Tekan = 48,438kg/join
PtV1 = 48,438x cos 15 = 46,788 kg/join
PtH1 = 48,438x sin 15 = 12,537 kg/join
96
Akibat Angin Hisab
Coefisien angin hisap (Cq -) untuk semua sudut adalah -0,40
(PPPURG, hal 21)
b. Beban Angin P2
W tekan = Cw+ x W x (½ . 2,75 + ½ . 2,75) x (½ . 5,00 + ½ . 5,00)
= 35,375 kg/join
97
PtV2 = 35,375 x cos 15 = 34,170 kg/join
98
c. Beban Angin P3
Akibat Angin Tekan
W. tekan = Cw + W x ( ½ . 2,75 + ½ . 6,00) x ( ½ .5 + ½.5)
= 0,1 x 25 kg/m² x 4,375 m x 5 m
= 54,688 kg/join
P Tekan = 54,688kg/join
PtV3 = 54,688x cos 15 = 52,825 kg/join
PtH3 = 54,688x sin 15 = 14,134 kg/join
99
Gambar 4.33 Input Beban Angin Hisap P3
Sumber : Data Pribadi Program SAP
d. Beban Angin P4
Akibat Angin Tekan
W. tekan = Cw + W x ( ½ . 3 + 0,50) x ( ½ .5 + ½.5)
= 0,1 x 25 kg/m² x 2 m x 5 m
= 25 kg/join
P Tekan = 25 kg/join
PtV4 = 25 x cos 15 = 24,148 kg/join
PtH4 = 25 x sin 15 = 6,471 kg/join
100
Akibat Angin Hisab
W hisap = Cq x W x (½. 3 + 0,5) x (½ . 5+ ½ .5 )
= - 0,4 x 25 kg/m² x 2 m x 5 m
= -100 kg/join
P Hisap = -100 kg/join
PhV4 = -100 x cos 15 = -96,592 kg/join
PhH4 = -100 x sin 15 = -25,882 kg/join
e. Beban P5
= - 72.444 kg
= -19.411 kg
101
Gambar 4.36 Input Beban Angin P5
Sumber : Data Pribadi Program SAP
102
4.3.8. Desain Kuda – Kuda Utama
1. Perhitungan lendutan ijin kuda – kuda utama
Gambar 4.38 Kerangka kuda - kuda utama dan profil yang digunakan
Sumber : Data Pribadi Program SAP
Dan perhitungan yang menggunakan Aplikasi SAP 2000.v.14, maka didapatkan gaya
batang maksimal, reaksi tumpuan, dan lendutan yang terjadi pada rangka kuda – kuda
tersebut yang disebabkan oleh berbagai kombinasi pembebanan.
Dari perhitungan analisis yang menggunkaan Aplikasi SAP 2000 V.14 didapat lendutan
terbesar yang terjadi pada join object / element 34, dengan besarnya lendutan tiap
kombinasi adalah sebagi berikut :
Kombinasi 1,4 D
103
δ Join object 3 =√
=√
= 1,7094mm
Kombinasi 1,2DL + 0,5LL
δ Join object 3 =√
=√
= 2,5911mm
Kombinasi 1,2DL + 1,6LL
104
δ Join object 3 =√
=√
= 1,8255mm
Kombinasi 1,2DL + 1,6LL + 0,8W
δ Join object 3 =√
=√
= 1,8096mm
105
δ Join object 3 =√
=√
= 1,2382mm
Kombinasi 0,9DL + 1,3W
Gambar 4.44. Hasil lendutan dari SAP 2000.v.14 Kombinasi 0,9DL + 1,3W
Sumber : Data Pribadi Program SAP
δ Join object 3 =√
=√
= 1,073mm
106
Dimana diketahui :
Tu = beban tarik terfaktor (kg).
Ag = Luas penampang kotor (mm²).
An = luas penampang netto (mm²).
Ae = Luas penampang efektif (mm²).
Rn = Tahanan baut (kg0.
Ø = factor tahanan 0,90 (kondisi leleh) ; 0,75 (kondisi fraktur).
db = Diameter baut pada daerah tak berulur (mm).
tp = tebal plat (mm).
fu = Kuat tarik putuh terendah dari baut atau plat.
Fub = Kuat tarik baut pada tahanan geser (Mpa).
fup = kuat tarik baut pada tahanan tumpu (Mpa).
m = jumlah bidang geser.
rI = 0,50 untuk baut tanpa ulir pada bidang geser.
r2 = 0,40 untuk baut dengan ulir pada bidang geser.
Ip = Lebar plat.
107
108
a. Perhitungan Perencanaan Sambungan
Gaya aksial terbesar yang bekerja (Tu) = -10.839,5 kg (dari Program SAP2000)
Digunakan :
Plat profil baja L.50.50.5dengan plat buhul penyambung ukuran 10 x50 mm
Dengan mutu baja masing – masing BJ 37, dimana :
- Fy = 240 Mpa
- Fu = 370 Mpa
- Db = 16 mm
- fub = 825 Mpa
Ag = tp x Ip = 10 mm x 50 mm = 500 mm²
Ae = An = 140 mm²
CEK kekuatan tahanan pelat (Ø . Tn) terhadap beban aksial terfaktor (Tu) yang
terjadi :
Ø.Tn > Tu
Maka digunakan pelat 10 x 50 mm dengan mutu baja BJ37 untuk pelat pengambung
atau pelat buhul.
109
4.3.11. Perhitungan Perencanaan Baut
Digunakan baut dengan mutu A325, dimana :
- db = 16 mm
- fub = 825 Mpa
- fup = 370 Mpa
- m =2
- tp = 10 mm
a. Tahanan Nominal Baut (Ø.Rn)
Geser : Ø.Rn = Ø.0,5.fub.m.Ab = 0,75.(0,5).(825).(2).(1/4 .π.16²)
= 124.344 N/baut
= 12.434,4 kg/baut
Tumpu : Ø.Rn = Ø.2,4.db.tp.fup= 0,75.(2,4).(16).(10).(370)
= 106.560 N/baut
= 10.656 kg/baut
Maka untuk perhitungan jumlah baut yang dibutuhkan digunakan Tahanan
Nominal geser = 12.434,4 kg/baut.
b. Perhitungan perencanaan jumlah baut yang dibutuhkan
Frame 8
Dimana :
- Digunakan profil L 50.50.5
- Plat buhul penyambung 10 x 50 mm
- Db = 16 mm
- Gaya batang yang diperhitungkan, Tu : 10.839,5kg
- Tahanan nominal baut (Ø.Rn) : 10.656 kg/baut
- Ʃ baut diperlukan =
= 1,02baut 2baut
c. Pemasangan penempatan jarak baut
Dimana diketahui :
- S = Jarak antara titik pusat baut dengan baut
- S1 = Jarak antara titik pusat baut dengan ujung terluar pelat
3db< S < 15 tp atau 200 mm
110
3. 16 mm< S < 15.10 mm atau 200 mm
48 mm < S <150 mm atau 200 mm
S = 60 mm
1,5db< S1 < (4tp + 100 mm) atau 200 mm
1,5. 16 mm < S1 < ( 4. 10 mm + 100 mm) atau 200 mm
24 mm< S1 <140 mm atau 200 mm
S1 = 50 mm
= 0,75.((0,6).(370).(830) + (240).(50).(10))
= 22.819,5 kg
Ø.Rbs > Tu
Maka digunakan jarak antara baut ke baut (S) = 60 mm, dan jarak antara titik pusat baut
dengan tepi baja (S1) = 50 mm
Maka digunakan jarak antara baut ke baut (S) = 60 mm, dan jarak antara titik pusat baut
dengan tepi baja (S1) = 50 mm, Karena batang kuda – kuda menggunkaan satu jenis saja,
kemudian baut penyambung dan pelat buhul / plat penyambung yang digunakan sama dan
gaya terbesar adalah 10.839,5kg hanya menggunakan 2 baut dalam perhitungan analisa,
maka semua batang disamakan menggunakan 2 baut dan dengan jarak yang sama dalam
perhitungan analisa, berikut table baut yang dibutuhkan setiap batang:
Diketahui tegangan tekan terbesar (Nu) adalah 10.839,5 kg terjadi bada batang 8 dengan
panjang 2,75 m, digunakan profile L 50.50.5. dengan mutu baja Bj 37 dan plat kopel
menggunakan baja dengan mutu Bj 37.Tumpuan dianalisiskan dengan sendi – sendi.
Perhitungan ini dianalisiskan sebagai komponen struktur tekan tersusun, dimana komponen
struktur tekan tersusun itu sendiri adalah komponen tekan yang tersusun dari dua atau lebih
profil, yang disatukan dengan menggunkan plat kopel.Analisiss kekuatannya harus
dihitung terhadap sumbu bahan dan sumbu bebas bahan. Sumbu bahan adalah sumbu yang
memotong semua elemen komponen struktur tersebut, sedangkan sumbu bebas bahan
adalah sumbu yang sama sekali tidak, atau hanya memotong sebagian dari elemen
komponen struktur tersebut. Berikut analisis perhitungannya.
Ag = 480 mm²
ex = 14,0 mm
112
ey =14,0 mm
Ix = 11,0 x 104mm⁴
Iy = 11,0 x 104mm⁴
rx = 15, 1 mm
ry = 15,1 mm
Penyelesaian :
Flen = 10
12,97
√ √ 4
L1 = 687,5
λ1 = < 60 …………. Ok
λx = 182,12
λy =
4
Kelangsingan edeal :
λiy =√
λiy =√ 73,46
karena λy < λx > λiy maka tekuk terjadi pada sumbu bahan ( x ) :
4
λcx = √ = √ = 2,01
4
= 1,25 x 2,012
= 5,05
4 4
λcy = √ = √ = 0,81
4
Nn = Ag x Fcr
4
= Ag x
<1
= 0,60< 1 ……………. Ok
Nclt = Ag x Fclt
114
4
Fclt =( ) √ ( )
Fcrz =
G = = 86.956 Mpa
( ) ( )
J =2 * ( ) + 7.916mm4
y0 = ex 11,5mm
x0 =0
r02 = 4
132,29mm2
Fcrz = 10.840Mpa
4
H = 0,0004
4 4
= = = 1,28
4
Fcry = 187,5Mpa
4 4 4
Fclt =( ) √ (
4 4 )
=22.350.625x 1,3371167x10-5
= 298,86Mpa
Nclt = Ag x Fclt
Nclt<Nn
115
<1
< 1 ……….. OK
L1 = 687,5 mm
a = 2e + tp = (2 x 14,0) + 10 = 24 mm
Ip xa
⁴
Ip x 24 mm
Ip 38.400 mm4
Ip = 38.400 mm4
= 38.400 mm4
4
h =√
h = 28,456 mm ≈ 50 mm
116
Gambar 4.47 Pemasangan pelat kopel
Sumber data pribadi
117
4.4 Perhitungan Pelat Atap
Sistem penulangan direncanakan sama dan dibagi setiap segmen.
118
4.4.1 Data Teknis Pelat Atap Rencana:
Material beton
f.c = 25 Mpa
Berat per unit volume = 2.400 Kg/m3
Modulus elastisitas = 23.500 Mpa
√ √
(SNI -03 -2847 -2012, pasal 10.5(1), hal 54 )
Material tulangan
Fy = 240 Mpa
Berat per unit volume = 7.850 kg/m3
Modulus elastisitas = 200.000 Mpa
Menentukan syarat-syarat batas dan bentang pelat atap
119
dan pembebanan yang berbeda. Dengan menggunakan asumsi pelat 2 arah. Asumsi
menggunakan beton konvensional dengan perhitungan bahwa setiap plat dibatasi oleh
balok.
( )
4
( )
cm
( Maka tebal plat lantai yang digunakan yaitu 12 cm )
(SNI -03 -2847 - 2012, pasal 11.5(3(3), hal 66 )
Data beban yang bekerja pada pelat
Beban mati
Berat jenis beton bertulang = 2.400 Kg/m3
Lapisan kedap air = 5 cm
Berat jenis lapisan kedap air = 200 Kg/m2
Berat jenis air hujan = 1.000 Kg/m3
Tinggi air tergenang = 10 cm
( PPPURG 1987, hal 5 dan 6 )
Beban hidup
Beban hidup atap minimal = 100 Kg/m2
( PPPURG 1987, hal 7 )
4.4.3 Pembebanan Pada Pelat
1. Beban mati (WD)
Berat plat lantai = 2400 x 0,12 = 288 Kg/m2
Lapisan kedap air = 0,05 x 200 = 10 Kg/m2
Berat air hujan = 0,1 x 1000 = 100 Kg/m2
Total pembebanan (WD) = 398 Kg/m2
2. Beban hidup (WL)
Beban hidup atap minimal = 100 Kg/m2
3. Kombinasi pembebanan
a. Sebagai lantai atap
WU = 1,2 WD + 1,6 WL
120
= 1,2 (398) + 1,6 (100)
= 637,6 Kg/m2 6,376 KN/m2
4.4.4 Perhitungan Momen pada Tumpuan dan Lapangan
Penulangan pelat model A menggunakan skema VI sedangkan pelat model A2
menggunakan skema V dengan skema dari diagram momen penulangan. Momen
penulangan persatuan panjang terhadap beban terbagi rata.
(Buku Gideon jilid 4, hal 26.)
121
Tabel 4.4 Skema Penulangan Pelat Atap
PELAT A2
PELAT A1
122
Ly
=1,1
Lx
Didapat dari tabel
Ly Ly
=1,0 =1,2
Lx Lx
kℓx = 31 kℓx = 45
kℓy = 39 kℓy = 37
ktx = 91 ktx = 102
Interpolasi
1,1 1,0
Koef . ℓx = 31+ x (45 – 31) = 38
1,2 1,0
1,1 1,0
Koef . ℓy = 39 + x (37 – 39) = 38
1,2 1,0
1,1 1,0
Koef . tx = 91+ x (102 – 91) = 96,5
1,2 1,0
1
M ty = x Mℓx = 0,5 x 6,057 = 3,0285 kNm
2
Ly
=1,1
Lx
Didapat dari tabel
Ly Ly
= 1,0 =1,2
Lx Lx
kℓx = 33 kℓx = 40
kℓy = 24 kℓy = 20
ktx = 69 ktx = 76
Interpolasi
123
1,1 1,0
Koef . ℓx = 33 + x (40 – 33) = 36,5
1,2 1,0
1,1 1,0
Koef . ℓy = 24 + x (20 – 24) = 22
1,2 1,0
1,1 1,0
Koef . tx = 69 + x (76 – 69) = 72,5
1,2 1,0
1
M x = x Mℓx = 0,5 x 5,81 = 2,905 kNm
2
Ly
= 1,2
Lx
124
Didapat dari tabel
Ly
=1,2
Lx
kℓx = 45
kℓy = 37
ktx = 102
125
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 butir 12.2(7(3)) faktor β1 harus diambil sebesar 0,85
untuk beton dengan nilai kuat tekan f’c lebih kecil daripada atau sama dengan 30
MPa. Untuk beton dengan nilai kuat tekan diatas 30 MPa, β1 harus direduksi
seebesar 0,05 untuk setiap kerelebihan 7 MPa diatas 30 MPa, tetapi β1 tidak boleh
kurang dari 0,65.
Jadi, untuk f’c 25 MPa diambil β1 yaitu 0,85
( )
( )
= 0,054
Rasio tulangan maksimum
(Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
= 0,75 x
= 0,75 x 0,054
= 0,0405
dx
h
126
int = 0,0046 < min = 0,0055 < max = 0,0405
“Rasio memenuhi syarat”
A x = ρint x b x d
= 0,0055 x 100 x 7,5 = 4,125 cm2 = 412,5 mm2
( )
( )
= 0,054
Rasio tulangan maksimum
(Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
= 0,75 x
= 0,75 x 0,054
= 0,0405
127
dy
h
Øtp
dy = h – p – Øtp - = 12 – 4 – 1 – 0,5 = 6,5 cm = 0,065 m
2
Mu My 6,057
= = = 1.433,6 kN/m2 (ditabel tidak ada)
bd 2
b.d 2
1 0,065 2
128
MPa. Untuk beton dengan nilai kuat tekan diatas 30 MPa, β1 harus direduksi
seebesar 0,05 untuk setiap kerelebihan 7 MPa diatas 30 MPa, tetapi β1 tidak boleh
kurang dari 0,65.
Jadi, untuk f’c 25 MPa diambil β1 yaitu 0,85
( )
( )
= 0,054
Rasio tulangan maksimum
(Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
= 0,75 x
= 0,75 x 0,054
= 0,0405
Øtp
d=h–p– = 12 – 4 – 0,5 = 7,5 cm = 0,075 m
2
Mu Mtx 16,26
= = = 2.890,67 kN/m2 (ditabel tidak ada)
bd 2
bd 2
1 0,075 2
Dari data tabel didapat :
Mu
= 2.800 = 0,0126
bd 2
Mu
= 3.000 = 0,0135
bd 2
Interpolasi: :
2.890,67 2.800
int = 0,0126 + x (0,0135 – 0,0126)
3.000 2.800
= 0,0130
min = 0,0058 < int = 0,0130 < max = 0,0405
“Rasio memenuhi syarat”
Atx = ρint x b x d
= 0,0058 x 100 x 7,5 = 4,35 cm2 = 435 mm2
129
- Tumpuan bentang panjang ( Mty )
Tebal selimut beton = 4 cm, dipakai tulangan Ø10 mm
Mty = 3,59 kNm (diambil momen max pada tumpuan y)
Rasio tulangan minimum
min (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
4 4
min = = 4
= 0,0058
( )
( )
= 0,054
Rasio tulangan maksimum
(Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
= 0,75 x
= 0,75 x 0,054
= 0,0405
Øtp
d=h–p– = 12 – 4 – 0,5 = 7,5 cm = 0,075 m
2
130
Mu Mty 3,59
= = = 638,22 kN/m2 (ditabel tidak ada)
bd 2
bd 2
1 0,075 2
Dari data tabel didapat :
Mu
= 600 = 0,0025
bd 2
Mu
= 700 = 0,0030
bd 2
Interpolasi: :
638,22 600
int = 0,0025 + x (0,0030 – 0,0025)
700 600
= 0,0027
min = 0,0058 > int = 0,0027 < max = 0,0405
“Rasio tidak memenuhi syarat, dipakai min ”
Aty = ρmin x b x d
= 0,0058 x 100 x 7,5 = 4,35 cm2 = 435 mm2
Sedangakan untuk mencari tulangan pada pelat lantai dibantu dengan tabel
13a, buku Gideon jilid 1 pada halaman 58.
131
Tabel 4.6 Diameter Batang dalam mm2 per meter lebar Pelat
132
Tumpuan bentang panjang Aty = 435 mm2
Jarak maks = S max = 1,5 x h
= 1,5 x 12 = 18 cm = 180 mm
Dipakai Ø 10– 150 → A tabel = 524 mm2 > Aty = 435 mm2
Jarak antar tulangan 200 mm (S max memenuhi syarat)
133
4.5 Perhitungan Pelat Lantai
Pada sistem perencanaan pelat direncanakan sama dari lantai 1 – 5 dengan tumpuan
berupa jepit ataupun bebas. Sistem penulangan direcanakan sama pada tiap-tiap lantai.
134
√ √
(SNI -03 -2847 -2002, pasal 10.5(1), hal 54 )
Material tulangan
Fy = 240 Mpa
Berat per unit volume = 7.850 kg/m3
Modulus elastisitas = 200.000 Mpa
135
< 2 menggunakan plat lantai dua arah (two way slab)
4
( )
4
( )
cm
( Maka tebal plat lantai yang digunakan yaitu 12 cm )
(SNI -03 -2847 -2002, pasal 11.5(3(3), hal 66 )
Data beban yang bekerja pada pelat
Beban mati
Berat jenis beton bertulang = 2.400 Kg/m3
Berat jenis Baja = 7.850 Kg/m3
Berat jenis lapisan lantai = 1.800 Kg/m3
Penutup lantai = 24 Kg/m2
Tebal lapisan lantai =3 cm
Dinding pasangan batako = 200 Kg/m2 (dengan lubang)
Berat plafond 11+7 = 18 Kg/cm
( PPPURG 1987, hal 5 dan 6 )
Beban hidup
Bangunan Rusunawa = 250 Kg/m2
( PPPURG 1987, hal 12 )
136
4.5.3 Pembebanan Pada Pelat
4. Beban mati (WD)
Berat plat lantai = 2.400 x 0,12 = 288 Kg/m2
Berat spaci lantai = 0,03 x 1.800 = 54 Kg/m2
Penutup lantai = 24 Kg/m2
Berat plafond = 18 Kg/m2
Total pembebanan (WD) = 384 Kg/m2
5. Beban hidup (WL)
Beban hidup gedung = 250 Kg/m2
Total pembebanan (WL) = 250 Kg/m2
6. Kombinasi pembebanan
WU = 1,2 WD + 1,6 WL
= 1,2 (384) + 1,6 (250)
= 860,8Kg/m2 8,608 KN/m2
137
Tabel 4.7 Skema Penulangan Pelat Lantai
138
Momen yang dihasilkan Pada Pelat Lantai Gedung Rusunawa
- Pelat A.1 (Skema III-Buku Gideon Tabel 4.2b)
Ly
=1,1
Lx
Didapat dari tabel
Ly Ly
=1,0 =1,2
Lx Lx
kℓx = 30 kℓx = 41
kℓy = 30 kℓy = 27
ktx = 68 ktx= 84
kty = 68 kty = 74
Interpolasi
1,1 1,0
Koef .ℓx = 30 + x (41 – 30) = 35,5
1,2 1,0
1,1 1,0
Koef .ℓy = 30 + x (27 – 30) = 28,5
1,2 1,0
1,1 1,0
Koef .tx = 68 + x (84 – 68) = 76
1,2 1,0
1,1 1,0
Koef .ty = 68 + x (74 – 68) = 71
1,2 1,0
139
Momen Yang Menentukan
M = 0,001 .Wu .lx2 .koef
M x = 0,001 x 8,608x 5,002x 35,5= 7,64 kNm
M y = 0,001 x 8,608x 5,002 x 28,5= 6, 14 kNm
M tx = 0,001 x 8,608 x 5,002 x 76 = 16,16 kNm
M ty = 0,001 x 8,608 x 5,002 x 71= 15,28 kNm
Ly
=1,1
Lx
Didapat dari tabel
Ly Ly
= 1,0 = 1,2
Lx Lx
kℓx = 28 kℓx = 37
kℓy = 25 kℓy = 21
ktx = 60 ktx = 70
kty = 54 kty = 55
Interpolasi
1,1 1,0
Koef .ℓx = 28 + x (37 – 28) = 32,5
1,2 1,0
140
1,1 1,0
Koef .ℓy = 25 + x (21 – 25) = 21,5
1,2 1,0
1,1 1,0
Koef .tx = 60 + x (70 –60) = 65
1,2 1,0
1,1 1,0
Koef .ty = 54 + x (55 – 54) = 56,5
1,2 1,0
141
Interpolasi
1,1 1,0
Koef .ℓx = 25 + x (34 – 25) = 29,5
1,2 1,0
1,1 1,0
Koef .ℓy = 25 + x (22 – 25) = 23,5
1,2 1,0
1,1 1,0
Koef .tx = 51 + x (63 – 51) = 57
1,2 1,0
1,1 1,0
Koef .ty = 51 + x (54 – 51) = 52,5
1,2 1,0
Ly
=1,1
Lx
Didapat dari tabel
142
Ly Ly
= 1,0 =1,2
Lx Lx
kℓx = 33 kℓx = 40
kℓy = 24 kℓy = 20
ktx = 69 ktx = 76
Interpolasi
1,1 1,0
Koef . ℓx = 33 + x (40 – 33) = 36,5
1,2 1,0
1,1 1,0
Koef . ℓy = 24 + x (20 – 24) = 22
1,2 1,0
1,1 1,0
Koef .tx = 69 + x (76 – 69) = 72,5
1,2 1,0
1
M x = x Mℓx = 0,5 x 7,86 = 3,93 kNm
2
143
- Pelat 2 (Skema II Buku Gideon Tabel 4.2b)
Ly
= 1,2
Lx
Didapat dari tabel
Ly
=1,2
Lx
kℓx = 34
kℓy = 22
ktx = 63
kty = 54
144
- Pelat 3( Skema II Buku Gideon Tabel 4.2b)
Ly
= 1,0
Lx
Didapat dari tabel
Ly
=1,0
Lx
kℓx = 25
kℓy = 25
ktx = 51
kty = 51
Momen Yang Menentukan
M = 0,001 .Wu .lx2 .koef
M x = 0,001 x 8,608x 4,002 x25= 3,45 kNm
M y = 0,001 x 8,608x 4,002x 25= 3,45 kNm
M tx = 0,001 x 8,608x 4,002 x51 = 7,03 kNm
M ty = 0,001 x 8,608x 4,002x51 = 7,03 kNm
145
- Pelat 4 ( Skema II Buku Gideon Tabel 4.2b)
Ly
=1,25
Lx
Didapat dari tabel
Ly Ly
= 1,2 = 1,4
Lx Lx
kℓx = 34 kℓx = 42
kℓy = 22 kℓy = 18
ktx = 63 ktx = 72
kty = 54 kty = 55
Interpolasi
1,25 1,2
Koef .ℓx = 34 + x (42 – 34) = 36
1,4 1,2
1,25 1,2
Koef .ℓy = 22 + x (18 – 22) = 21
1,4 1,2
1,25 1,2
Koef .tx = 63 + x (72 – 63) = 65,25
1,4 1,2
1,25 1,2
Koef .ty = 54 + x (55 – 54) = 54,25
1,4 1,2
146
Momen Yang Menentukan
M = 0,001 .Wu .lx2 .koef
M x = 0,001 x 8,608 x4,002x 36= 4,96 kNm
M y = 0,001 x 8,608 x4,002x 21= 2,89 kNm
M tx = 0,001 x 8,608 x 4,002x 62,5 = 8,61 kNm
M ty = 0,001 x 8,608 x4,002x 54,25 = 7,47 kNm
Ly
=1,375
Lx
Didapat dari tabel
Ly Ly
= 1,2 = 1,4
Lx Lx
kℓx = 34 kℓx = 42
kℓy = 22 kℓy = 18
ktx = 63 ktx = 72
kty = 54 kty = 55
Interpolasi
1,375 1,2
Koef .ℓx = 34 + x (42 – 34) = 41
1,4 1,2
147
1,375 1,2
Koef .ℓy = 22 + x (18 – 22) = 18,5
1,4 1,2
1,375 1,2
Koef .tx = 63 + x (72 – 63) = 70,88
1,4 1,2
1,375 1,2
Koef .ty = 54 + x (55 – 54) = 54,88
1,4 1,2
Ly
=1,5
Lx
Didapat dari tabel
Ly Ly
= 1,4 = 1,6
Lx Lx
kℓx = 42 kℓx = 49
kℓy = 18 kℓy = 15
148
ktx = 72 ktx = 78
kty = 55 kty = 54
Interpolasi
1,5 1,4
Koef .ℓx = 42 + x (49 – 42) = 45,5
1,6 1,4
1,5 1,4
Koef .ℓy = 18 + x (15 – 18) = 16,5
1,6 1,4
1,5 1,4
Koef .tx = 72 + x (78 – 72) = 75
1,6 1,4
1,5 1,4
Koef .ty = 55 + x (54 – 55) = 54,5
1,6 1,4
149
Perhitungan penulangan pelat lantai Momen pada Tumpuan dan Lapangan
( )
( )
= 0,054
150
dx
h
151
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 butir 12.2(7(3)) faktor β1 harus diambil sebesar 0,85
untuk beton dengan nilai kuat tekan f’c lebih kecil daripada atau sama dengan 30
MPa. Untuk beton dengan nilai kuat tekan diatas 30 MPa, β1 harus direduksi
seebesar 0,05 untuk setiap kerelebihan 7 MPa diatas 30 MPa, tetapi β1 tidak boleh
kurang dari 0,65.
Jadi, untuk f’c 25 MPa diambil β1 yaitu 0,85
( )
( )
= 0,054
Rasio tulangan maksimum
(Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
= 0,75 x
= 0,75 x 0,054
= 0,0405
(tabel 7, Gideon Kusuma)
dy
h
Øtp
dy = h – p – Øtp - = 12 – 4 –1,0 – 0,5 = 6,5 cm = 0,065 m
2
Mu My 6,14
= = = 1.453,26 kN/m2 (ditabel tidak ada)
bd 2
b.d 2
1 0,065 2
Dari data tabeldidapat :
Mu
= 1.400 = 0,0060
bd 2
Mu
= 1.500 = 0,0065
bd 2
Interpolasi :
1.453,26 1.400
int = 0,0060 + x (0,0065 – 0,0060)
1.500 1.400
= 0,0063
152
min = 0,0058< int= 0,0063 < max= 0,0405
“Rasio memenuhi syarat”
A y = ρint x b x d
= 0,0063 x 100 x 6,5 = 4,10 cm2= 410 mm2
( )
( )
= 0,054
Rasio tulangan maksimum
(Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
= 0,75 x
= 0,75 x 0,054
= 0,0405
(tabel 7, Gideon Kusuma)
153
Øtp
d=h–p– = 12 – 4– 0,5 = 7,5 cm = 0,075 m
2
Mu Mtxa 16,16
= = = 2.872,89 kN/m2 (ditabel tidak ada)
bd 2
bd 2
1 0,075 2
Dari data tabeldidapat :
Mu
= 2.800 = 0,0126
bd 2
Mu
= 3.000 = 0,0135
bd 2
Interpolasi: :
2.872,89 2.800
int = 0,0126 + x ( 0,0135 – 0,0126)
3.000 2.800
= 0,0129
min = 0,0058 < int= 0,0129< max= 0,0405
“Rasio memenuhi syarat”
Atx = ρmin x b x d
= 0,0058 x 100 x 7,5 = 4,35 cm2= 435 mm2
154
seebesar 0,05 untuk setiap kerelebihan 7 MPa diatas 30 MPa, tetapi β1 tidak boleh
kurang dari 0,65.
Jadi, untuk f’c 25 MPa diambil β1 yaitu 0,85
( )
( )
= 0,054
Rasio tulangan maksimum
(Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
= 0,75 x
= 0,75 x 0,054
= 0,0405
(tabel 7, Gideon Kusuma)
Øtp
d=h–p– = 12 – 4– 0,5 = 7,5 cm = 0,075 m
2
Mu Mty 15,28
= = = 2.716,45 kN/m2 (ditabel tidak ada)
bd 2
b.d 2 1 0,075 2
Dari data tabeldidapat :
Mu
= 2.600 = 0,0116
bd 2
Mu
= 2.800 = 0,0126
bd 2
Interpolasi :
2.716,45 2.600
int = 0,0116 + x (0,0126 – 0,0116)
2.700 2.600
= 0,0126
min = 0,0058 > int= 0,0126< max= 0,0405
“Rasio memenuhi syarat”
155
Aty = ρ min x b x d
= 0,0058 x 100 x 7,5 = 4,35 cm2 = 435 mm2
Sedangakan untuk mencari tulangan pada pelat lantai dibantu dengan tabel
13a, buku Gideon jilid 1 pada halaman 58.
156
Jarak maks = S max = 1,5 x h
= 1,5 x 12 = 18 cm = 180 mm
Dipakai Ø 10– 150 → A tabel = 524 mm2>A y = 410 mm2
Jarak antar tulangan 150 mm (S max memenuhi syarat)
157
4.6. Perhitungan Struktur Portal Balok dan Kolom
158
4.6.1. Data Teknis Portal
Material beton
Berat per unit volume = 2400 Kg/m3
f.c ( kolom ) = 25 Mpa
Modulus elastisitas = 23500 Mpa
√ √
(SNI -03 -2847 -2002, pasal 10.5(1), hal 54 )
f.c ( balok ) = 25 Mpa
Modulus elastisitas = 23500 Mpa
√ √
(SNI -03 -2847 -2002, pasal 10.5(1), hal 54 )
Material tulangan
Besi ulir , Fy = 240 Mpa
Fu = 370 Mpa
Besi polos , Fy = 240 Mpa
Fu = 370 Mpa
Berat per unit volume = 7850 kg/m3
Modulus elastisitas = 200000 Mpa
Menentukan Syarat-syarat Batas dan Panjang Bentang
Balok dianggap ditumpu bebas pada kedua tepinya, dengan panjang bentang
600 cm.
4.6.2. Menentukan Dimensi
1. Pada perencanaan dimensi balok menggunakan acuan dengan asumsi awal, 1/10
dari jarak kolom.
B1 = 25 x 50 cm BA2 = 15 x 20 cm
B2 = 25 x 40 cm BD = 20 x 40 cm
B1K = 30 x 70 cm BDA = 15 x 40 cm
BA = 15 x 40 cm BR = 20 x 40 cm
BA1 = 15 x 30 cm
159
Pada perencanaan dimensi kolom dengan menyesuaikan beban yang terjadi dengan
asumsi awal.
K1 = 40 x 70 cm KT = 25 x 25cm
K2 = 40 x 60 cm KL = 20 x 40cm
K3 = 30 x 30 cm
K4 = 30 x 50 cm
160
Gambar 4.66 Beban Pelat Atap
Sumber : Data Tugas Akhir (program SAP)
161
Gambar 4.67 Beban PelatLantai
Sumber : Data Tugas Akhir (program SAP)
162
Beban Pada Balok
Dinding pasangan batako = 200 Kg/m2 (dengan lubang) x 4 m = 800 Kg/m
Total pembebanan (WD) = 800 Kg/m2
163
W = berat bangunan
C = koefisien respon gempa
Tabel 4.11 Kategori Risiko Bangunan Gedung dan Non Gedung untuk
Beban Gempa (SNI 1726 : 2012)
Kategori
Jenis Pemanfaatan
Risiko
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko rendah terhadap
jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak
dibatasi untuk, antara lain:
- Fasilitas pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan I
- Fasilitas sementara
- Gudang penyimpanan
- Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam
kategori risiko I,II,III,IV termasuk, tapi tidak dibatasi untuk :
- Perumahan
- Rumah toko dan rumah kantor
- Pasar
- Gedung perkantoran II
- Gedung apartemen/ rumah susun
- Pusat perbelanjaan/ mall
- Bangunan industri
- Fasilitas manufaktur
- Pabrik
164
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko tinggi terhadap
jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak
dibatasi untuk :
- Bioskop
- Gedung pertemuan
- Stadion
- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit
gawat darurat
- Fasilitas penitipan anak
- Penjara
- Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan non gedung, tidak termasuk kedalam kategori
risiko IV, yang memiliki potensi untuk menyebabkan dampak
ekonomi yang besar dan/atau gangguan massal terhadap
kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi kegagalan,
termasuk, tapi tidak dibatasi untuk :
- Pusat pembangkit listrik biasa
- Fasilitas penanganan air
- Fasilitas penanganan limbah
- Pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam
kategori risiko IV, (termasuk tetapi tidak dibatasi untuk
fasilitas manufaktur, proses, penanganan, penyimpanan,
penggunaan atau tempat pembuangan bahan bakar
berbahaya, bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya, atau III
bahan yang mudah meledak) yang mengandung bahan
beracun atau peledak dimana jumlah kandungan bahannya
melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh instansi yang
berwenang dan cukup menimbulkan bahaya bagi
masyarakat jika terjadi kebocoran.
165
Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas
yang penting, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk :
- Bangunan-bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki
fasilitas bedah dan unit gawat darurat
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi,
serta garansi kendaraan darurat
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai,
dan tempat perlindungan darurat lainnya
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan
fasilitas lainnya untuk tanggap darurat
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang
dibutuhkan pada saat keadaan darurat
- Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi,
tangki penyimpanan bahan bakar, menara pendingin,
struktur stasiun listrik, tangki air pemadam kebakaran atau
struktur rumah atau struktur pendukung air atau material IV
atau peralatan pemadam kebakaran) yang disyaratkan untuk
beroperasi pada saat keadaan darurat.
Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk
mempertahankan fungsi struktur bangunan lain yang masuk ke
dalam kategori risiko IV.
166
Tabel 4.12 Faktor Keutamaan Gempa ( SNI 1726 : 2012 )
Kategori resiko Faktor keutamaan gempa, Ie
I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,5
Dari hasil evaluasi awal untuk analisis struktur terhadap beban gempa
dengan menggunakan SNI Gempa 2012, didapatkan data-data perencanaan
sebagai berikut:
Lokasi bangunan termasuk kelas situs SD (kondisi tanah sedang) dengan
nilai N =
Bangunan digunakan sebagai gedung fasilitas pendidikan dengan
kategori resiko IV dengan Faktor Keutamaan Gempa (Ie) = 1,0
Kombinasi Pembebanan untuk Analisa
Dalam analisa pembebanan dalam bangunan struktur untuk ruang
perkuliahan ini menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus
(SRPMK) menggunakan kombinasi beban tetap dan beban sementara, Oleh
karena itu pembebanan yang digunakan adalah :
Kombinasi Pembebanan Tetap : 1,2D + 1,6L
Kombinasi Pembebanan Sementara :
1. 1,4 D
2. 1,2 D + 1,6L + 0,5 (Lr atau R)
3. 1,2 D + 1,6 (Lr atau R) + (L atau 0,5 W)
4. 1,2 D + 1,0 W + L + 0,5 (Lr atau R)
5. 1,2 D + 1,0 E + L
6. 0,9 D + 1,0 W
7. 0,9 D + 1,0 E
(Menurut SNI-1726 -2012)
167
Menentukan Parameter Percepatan Gempa (SS, S1)
168
Menentukan Kelas Situs (SA – SF)
SF (tanah khusus yang Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah satu
membutuhkan investigasi atau lebih dari karakteristik berikut:
geoteknik spesifik-situs Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh
yang mengikuti pasal akibat beban gempa seperti mudah likuifaksi,
6.10.1 lempung sangat sensitive, tanah terementasi
lemah
Lempung sangat organik dan/atau
gambut(ketebalan H > 3 m)
Lempung berplastisis sangat tinggi (ketebalan
H 7.5 m dengan indeks Plastisitas PI > 75)
Lpaisan lempung lunak / setengah teguh
169
dengan ketebalan H > 35m dengan Su< 50
kPa
Sumber SNI-1726-2012
170
Tabel 4.15 Faktor Koefisien Situs Fv
171
Profil tanah yang mengandung beberapa lapisan tanah dan/atau batuan yang
nyata berbeda. Nilai untuk lapisan tanah 30m paling atas ditentukan sesuai dengan
perumusan berikut:
∑
Ń=
∑
∑ = d1+d2+d3+d4+d5+d6+d7+d8+d9 = 2+8+2+4+4+2+2+2+4 = 30 m
4 4 4
∑ = 4 4
4
= 0,93274
N= = 32,16
4
Berdasarkan klarifikasi situs diatas, untuk kedalaman 30 meter dengan nilai test
penetrasi standar rata-rata (N) = 32,16 (N = 15 sampai 50), maka tanah dilokasi
termasuk kelas situs SD ( tanah sedang ).
172
SMS = Fa x Ss
=1,0988 x 1,003 = 1,102
SM1 = Fv x S1
= 1,62 x 0,339 = 0,584
Kemudian dengan didapat nilai SMS, Sm1 langkah selanjutnya adalah mencari
harga SDS,SD1 menggunakan rumus empiris sebagai berikut;
SDS = 2/3 SMS
= 2/3 x 1,102 = 0,735
SD1 = 2/3 SM1
= 2/3 x 0,584 = 0,389
To = 0,2 Ts =
4
= 0,2 =
a. Untuk periode yang lebih kecil dari To, spektrum respons percepatan desain,
Sa harus diambil dari persamaan:
Sa = SDS (0,4+0,6 )
= 0,735 (0,4+0,6 )
= 0,382
b. Untuk periode lebih besar dari atau sama dengan To dan lebih kecil dari atau
sama dengan; Ts, spektrum respons percepatan desain, Sa, sama dengan SDS
173
c. untuk periode lebih besar dariTs, Spektrum respons percepatan desain, Sa,
diambil berdasarkan persamaan;
Sa = SD1 / To
= 0,389/ 0,106= 3,670
Kategori Desain Seismik
Kategori resiko
Nilai SDS
I atau II atau III IV
SDS< 0.167 A A
0.167 ≤ SDS< 0.33 B C
0.33 ≤ SDS< 0.50 C D
0.50 ≤ SDS D D
Harga
SDS = 0,735 (0,50<SDS)=> Kategori Resiko Tipe D
SD1 = 0,389 (0,20<SD1)=> Kategori Resiko Tipe D
174
Tabel4.19 Kategori Sistem Penahan Gaya Gempa
Sistem Koefisien Faktor Faktor Batasan sistem struktur dan
penahan- modifikasi kuat-lebih pembesara batasan tinggi struktur (m)c
gaya gempa respons,Ra sistem,Ω0 n defleksi, Kategori desain seismik
g
Cdb B C Dd Ed Fd
5.Rangka 8 3 5½ TB TB TB TB TB
beton
bertulang
pemikul
momen
khusus
175
Keterangan:
SC = Scale Factor (dalam meter)
I = Faktor keutamaan Gempa
R = Faktor Reduksi Gempa
9,81 = Koefisien grafitasi
176
Spectrum Respons Desain SNI 2012 Kota Semarang (Gunung Pati) – kelas
situs SD (tanah Sedang)
Percepatan
Periode Getar
respon Spektra
T (detik)
Sa(g)
0 0,294
0,106 0,735
0,530 0,735
0,530 0,618
0,630 0,533
0,730 0,469
0,830 0,419
0,930 0,378
1,130 0,317
1,230 0,293
1,330 0,272
1,430 0,255
1,530 0,239
1,630 0,225
1,730 0,213
177
1,830 0,202
1,930 0,192
2,030 0,183
2,130 0,183
2,230 0,167
2,330 0,160
2,430 0,154
2,530 0,148
2,630 0,138
2,730 0,133
2,830 0,129
2,930 0,129
3,030 0,124
3,130 0,121
3,230 0,117
3,330 0,114
3,430 0,110
3,530 0,107
3,630 0,104
3,730 0,102
3,830 0,099
4,000 0,097
178
Gambar 4.74 Input pada program SAP terhadap respon spectrum
179
dihitung sebagai nilai rata-rata berbobot dengan gaya geser dasar yang dipikul
oleh struktur.
Untuk pembebanan pada joint special dapat dilakukan dengan rumus:
Massa =
Dimana:
W = berat lantai dari bangunan gedung
g = gravitasi (980kg.dt2/cm)
180
181
182
Gambar 4.75 Structure Output Analysis Program SAP
T = Ctx hnx
= 0,0466 x 22,500,9
= 0,76798
Cek
T Tc T . Cu
0,76798 0,847869 0,76798 x 1,4
0,76798 0,847869 1,075172 …………… OK
183
Perbandingan Geser Dasar Statis dan Geser Dasar Dinamis
184
Data diambil dari program SAP2000 :
SX = 215038,29 kg (GlobalFX)
SY = 186507,51kg (GlobalFY)
DX = 200387,74kg (GlobalFX)
DY = 195915,4kg (GlobalFY)
Cek :
Global FX
85% x SX DX
85% x 215038,29kg 200387,74kg
182782,5465kg 200387,74kg ……… OK
Global FY
85% x SY DY
85% x 186507,51kg 195915,4kg
158531,3835kg 195915,4kg……… OK
185
Pemeriksaan Simpangan Antara Lantai (Tory Drift)
4.2.14.1. Pemeriksaan simpangan antara lantai arah X sebagai berikut :
186
Gambar 4.79 Simpangan lantai 5 (ᵹ5= 0,0094 m ) Gempa arah X
187
Gambar 4.81 Simpangan Lantai 3 (ᵹ3= 0,0043m) Gempa Arah X
188
Gambar 4.83 Simpangan Lantai 1 (ᵹ1 = 0m) Gempa Arah X
189
Gambar 4.84 Penentuan Antar Simpangan
190
Jadi simpangan yang diperbesar : = ((datap– d5). Cd/ Ie =
(0,0018).5,5/1,0 = 0,0099 m
Story drift = 0,0099 m < 0,020.(4) = 0,08 m (memenuhi syarat)
191
- Faktor Keutamaan Gempa : Ie = 1,0
- Simpangan antara lantai yang diijinkan untuk gedung dengan
kriteria resiko II : = 0,020 . H
Jadi simpangan yang diperbesar : = ((d3– d2). Cd/ Ie =
(0,0028).5,5/1,0 = 0,0154 m
Story drift = 0,0154 m < 0,020.(4) = 0,08 m (memenuhi syarat)
Gambar 4.85 Simpangan Lantai Atap Lift (ᵹlift= 0,0036 m) Gempa Arah Y
192
Gambar 4.86 Simpangan Lantai Atap (ᵹatap= 0,0034m) Gempa Arah Y
193
Gambar 4.89 Simpangan Lantai 3 (ᵹ3 =0,0013m) Gempa Arah Y
194
B. Pemeriksaan simpangan antar lantai arah Y
1. Simpangan antara lantai atap lift dan lantai atap
- (dlift - datap) = (0,0036 – 0,0034) = 0,0002 m
- Tinggi Tingkat : H = 2,5 m
- Pembesaran d = Defleksi : Cd = 5,5
- Faktor Keutamaan Gempa : Ie = 1,0
- Simpangan antara lantai yang diijinkan untuk gedung dengan
kriteria resiko II : = 0,020 . H
Jadi simpangan yang diperbesar : = ((dlift– datap). Cd/ Ie =
(0,0002).5,5/1,0 = 0,0011 m
Story drift = 0,0011 m < 0,020.(2,5) = 0,05 m (memenuhi syarat)
195
Jadi simpangan yang diperbesar : = ((d5– d4). Cd/ Ie =
(0,0007).5,5/1,0 = 0,00385 m
Story drift = 0,00385 m < 0,020.(4) = 0,08 m (memenuhi syarat)
196
- Pembesaran d = Defleksi : Cd = 5,5
- Faktor Keutamaan Gempa : Ie = 1,0
- Simpangan antara lantai yang diijinkan untuk gedung dengan
kriteria resiko II : = 0,020 . H
Jadi simpangan yang diperbesar : = ((d2– d1). Cd/ Ie =
(0,0005).5,5/1,0 = 0,00275 m
Story drift = 0,00275 m < 0,020.(4) = 0,08 m (memenuhi syarat)
197
Mu (-) = 65,323KNm
Vu = 60,433 KN
Tu = 0,81KNm
( )
( )
= 0,054
198
= 0,75 x 0,054
= 0,0405
(tabel 7, Gideon Kusuma)
Tulangan Tumpuan
Misal tulangan pokok D19, tulangan sengkang D10, penutup beton= 4cm
Mu (-) = 65,323KNm
Mu 65,323
= = 1347,20 kN/m2 (ditabel tidak ada)
bd 2
0,25 x0,4405 2
Mu
= 1400 = 0,0060
bd 2
Interpolasi :
= 0,0058
199
Kontrol jarak b min
b min = 2 (p+ φsk) + J tp x φTP + Pmin (J tp – 1)
= 2 (4+1) + 5 x 1,9 + 1 (5 – 1)
= 23,5 cm < b = 25 cm ===>“memenuhi”
Tulangan Lapangan
Mu 32,661
= = 673,28kN/m2 (ditabel tidak ada)
b.d 2
0,25 x0,4405 2
Mu
= 700 = 0,0030 c =0,039
bd 2 d
Interpolasi :
200
= 0,0029
c = 2,982cm < ht = 12 cm
“garis netral didalam flens ==> c < ht, perhitungan dengan balok T”
Alap = ρminx b x d
201
Alap = 3 . 1/4 . π . D2
= 3 . ¼ . 3,14 . 192
= 850,155 mm2
Atab= 850,155 mm2> Alap = 708,4625 mm2
“Memenuhi”
Øvs. 0,049
Aseng = xyxb= x267,76 x250 = 22,78 mm2
Øxfy 0,6 x240
Dipakai As min = 92,97 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)
S = d = 44,05 = 22,025 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –100 = 1570 mm2 >92,97 mm2=>“Memenuhi”
202
Dipakai sengkang pada tumpuanD10 – 100
Øvs. 0,049
Aseng = xyxb= x267,76 x250 = 22,78 mm2
Øxfy 0,6 x240
Dipakai As min = 92,97 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)
S = d = 44,05 = 22,025 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –150 = 1047 mm2 >92,97 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada lapanganD10 – 150
Ct =
44
=
= 0,0036
Gaya geser yang terjadi :
Vu = 60,433 KN = 60433 N
Momen torsi beton tanpa sengkang bersama gaya geser :
√ ∑
Tc =
√ ( )
√
=
√ ( )
= 3385206,48N.mm
ØTc = 0,6 x 3385206,48
= 2031123,89 N.mm
203
Syarat penggunaan tulangan torsi :
(TU < ØTc) maka dibutuhkan tulangan torsi.
Besar gaya torsi maksimum :
Ø Ts = ØTc – Tu
= 2031123,89- 810000
= 1221123,89
Besar gaya torsi maksimum yang dapat ditahan sengkang
Ø Ts maks = 4 . ØTc
= 4 . 2031123,89
= 8124495,55
Karena (Ø Ts < Ø Ts maks) syarat terpenuhi.
Untuk tulangan sengkang tertutup ;
bI = b – 2 (p + 0,5 . Ø tp)
= 250 – 2(40 + 0,5 . 10)
= 160 mm
hI = h – 2 (p + 0,5 . Ø tp)
= 500– 2(40 + 0,5 . 10)
= 410 mm
ɑ = 0,66 + 0,33 (h/b)
= 0,66 + 0,33 (500/250)
= 1,32
Tulangan torsi yang dibutuhkan ;
( )
At = .
4 ( )
= .
4 4
= 111,64 mm2
Dipilih tulangan memanjang 2D19
Atab = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 192
= 566,77 mm2
204
Atab= 566,77 mm2> At= 111,64mm2
“Memenuhi”
205
Tabel 4.24 Perhitungan Penulangan Geser Balok B1
206
Tabel 4.25 Perhitungan Penulangan Torsi Balok B1
207
Tinggi balok (h) = 400 mm
Tebal penutup beton ( ) = 40 mm
Diameter tulangan utama = D19 mm
Diameter tulangan sengkang = D10 mm
Fc = 25 Mpa
Fy = 240 Mpa (tulangan pokok)
Fy = 240 Mpa (tulangan sengkang)
Mu (+) = 17,728KNm
Mu (-) = 35,457KNm
Vu = 48,849 KN
Tu = 0,928KNm
208
( )
( )
= 0,054
Tulangan Tumpuan
Mu
= 1300 = 0,0056
bd 2
Interpolasi :
= 0,0052
209
“Rasio tidak memenuhi syarat, maka digunakan min”
Ata = ρminx b x d
Tulangan Lapangan
210
Dari data tabel didapat :
Mu
= 600 = 0,0025 c
=0,034
bd 2 d
Mu
= 700 = 0,0030 c
=0,039
bd 2 d
Interpolasi :
= 0,0026
c = 1,178cm < ht = 12 cm
“garis netral didalam flens ==> c < ht, perhitungan dengan balok T”
Alap = ρminx b x d
211
b min = 2 (p + φsk) + J tp x φTP + Pmin (J tp – 1)
= 2 (4 +1) + 4 x 1,9 + 1 (4 – 1)
= 20,6 cm < b = 25 cm ===>“memenuhi”
212
b.x. y 250 x322,3
As min = = = 111,91 mm2
3xfy 3x 240
Øvs. 0,074
Aseng = xyxb= x322,3x250 = 41,41 mm2
Øxfy 0,6 x240
Dipakai As min = 111,91 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)
S = d = 34,05 = 17,025 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –100 = 1570 mm2 >111,91 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada tumpuan D10 – 100
Øvs. 0,074
Aseng = xyxb= x322,3x250 = 41,41 mm2
Øxfy 0,6 x240
Dipakai As min = 111,91 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)
S = d = 34,05 = 17,025 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –150 = 1047 mm2 >111,91 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada lapangan D10 – 150
Ct =
4
= 4
= 0,0034
Gaya geser yang terjadi :
213
Vu = 48,849 KN = 48849 N
Momen torsi beton tanpa sengkang bersama gaya geser :
√ ∑
Tc =
√ ( )
√ 4
=
√ ( )
= 3107198,658 N.mm
ØTc = 0,6 x 3107198,658
= 1864319,195 N.mm
Syarat penggunaan tulangan torsi :
(TU <ØTc) maka dibutuhkan tulangan torsi.
Besar gaya torsi maksimum :
Ø Ts = ØTc –Tu
= 1864319,195 –928000
= 936319,195
Besar gaya torsi maksimum yang dapat ditahan sengkang
Ø Ts maks = 4 . ØTc
= 4 . 1864319,195
= 7457276,78
Karena (Ø Ts < Ø Ts maks) syarat terpenuhi.
Untuk tulangan sengkang tertutup ;
bI = b – 2 (p + 0,5 . Ø tp)
= 250 – 2(40 + 0,5 . 10)
= 160 mm
hI = h – 2 (p + 0,5 . Ø tp)
= 400– 2(40 + 0,5 . 10)
= 310 mm
ɑ = 0,66 + 0,33 (h/b)
= 0,66 + 0,33 (400/250)
= 1,19
214
Tulangan torsi yang dibutuhkan ;
( )
At = .
( )
= . 4
= 103,56 mm
Dipilih tulangan memanjang 2D19
Atab = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 192
= 566,77 mm2
Atab= 566,77 mm2> At= 103,56mm2
“Memenuhi”
215
Tabel 4.27 Perhitungan Penulangan Lapangan Balok B2
216
Tabel 4.29 Perhitungan Penulangan Torsi Balok B2
217
Gambar 4.93 Penulangan Balok B2
218
tinggi efektif balok
Øtp
d = h – p – φseng -
2
= 70 – 4 – 1,0 – 0,95
= 64,05 cm = 0,6405 m
( )
( )
= 0,054
219
Tulangan Tumpuan
Mu
= 700 = 0,0030
bd 2
Interpolasi :
= 0,0029
220
Tulangan tumpuan bawah dipakai 50% dari tulangan atas
Atb = 50% . As terpasang
= 50% . 1416,925 = 708,4625 mm2
Dipilih tulangan tumpuan bawah 3D19
Atab = 3 . 1/4 . π . D2
= 3 . ¼ . 3,14 . 192
= 850,155 mm2
Atab= 850,155 mm2> Atb = 708,4625 mm2
“Memenuhi”
Mu
= 400 = 0,0017 c
=0,022
bd 2 d
Interpolasi :
= 0,0015
221
c 343,36 - 300
int = 0,017+ x (0,022 – 0,017)
d 400 300
= 0,019
c = 1,217cm < ht = 12 cm
“garis netral didalam flens ==> c < ht, perhitungan dengan balok T”
Auba = ρminx b x d
222
Perhitungan Tulangan Akibat Geser
Vu = 50,711 KN (Data SAP) = 50711 N
Untuk f’c = 25 Mpa diketahui Øⱴc = 1/6 x 0,6 x √
= 1/6 x 0,6 x √
= 0,5 MPa
Øvs. 0,064
Aseng = xyxb= x102,13x300 = 13,62 mm2
Øxfy 0,6 x240
Dipakai As min = 42,554 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)
S = d = 64,05 = 32,025 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –100 = 1570 mm2 >42,554 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada tumpuan D10 – 100
223
b.x. y 300 x102,13
As min = = = 42,554 mm2
3xfy 3x 240
Øvs. 0,064
Aseng = xyxb= x102,13x300 = 13,62 mm2
Øxfy 0,6 x240
Dipakai As min = 42,554 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)
S = d = 64,05 = 32,025 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –150 = 1047 mm2 >42,554 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada ujung bebasD10 – 150
Ct =
4
=
= 0,003
Gaya geser yang terjadi :
Vu = 50,711 KN = 50711 N
Momen torsi beton tanpa sengkang bersama gaya geser :
√ ∑
Tc =
√ ( )
√
=
√ ( )
= 7348376,5 N.mm
ØTc = 0,6 x 7348376,5
= 4409025,9 N.mm
Syarat penggunaan tulangan torsi :
(TU < ØTc) maka dibutuhkan tulangan torsi.
Besar gaya torsi maksimum :
224
Ø Ts = ØTc – Tu
= 4409025,9– 913000
= 3496025,9
Besar gaya torsi maksimum yang dapat ditahan sengkang
Ø Ts maks = 4 . ØTc
= 4 . 21729605,22
= 17636103,6
Karena (Ø Ts < Ø Ts maks) syarat terpenuhi.
Untuk tulangan sengkang tertutup ;
bI = b – 2 (p + 0,5 . Ø tp)
= 300 – 2(40 + 0,5 . 10)
= 210 mm
hI = h – 2 (p + 0,5 . Ø tp)
= 700– 2(40 + 0,5 . 10)
= 610 mm
ɑ = 0,66 + 0,33 (h/b)
= 0,66 + 0,33 (700/300)
= 1,43
Tulangan torsi yang dibutuhkan ;
( )
At = .
( )
= . 4 4
= 294,21 mm
Dipilih tulangan memanjang 2D19
Atab = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 192
= 566,77 mm2
Atab= 566,77 mm2> At= 294,21 mm2
“Memenuhi”
225
Tabel 4.30 Perhitungan Penulangan Tumpuan Balok B1K
226
Tabel 4.33 Perhitungan Penulangan Torsi Balok B1K
227
Gambar 4.94 Penulangan Balok B1K
228
tinggi efektif balok
Øtp
d = h – p – φseng -
2
= 40 – 4 – 1,0 – 0,95
= 34,05 cm = 0,3405 m
( )
( )
= 0,054
229
Tulangan Tumpuan
Mu
= 300 = 0,0013
bd 2
Interpolasi :
= 0,0010
Ata = ρ minx b x d
230
= 14,8 cm < b = 15 cm ===>“memenuhi”
Tulangan Lapangan
Mu
= 200 = 0,0008 c =0,011
bd 2 d
Interpolasi :
= 0,00048
231
c 119,26 - 100
int = 0,006+ x (0,011 – 0,006)
d 200 100
= 0,007
c = 0,24cm < ht = 12 cm
“garis netral didalam flens ==> c < ht, perhitungan dengan balok T”
Alap = ρminx b x d
232
Perhitungan Tulangan Akibat Geser
Vu = 4,942 KN (Data SAP)= 4942 N
Untuk f’c = 25 Mpa diketahui Øⱴc = 1/6 x 0,6 x √
= 1/6 x 0,6 x √
= 0,5 MPa
y= = = 406,2 mm
Øvs. 0,097
Aseng = xyxb= x406,2 x150 = 41,05 mm2
Øxfy 0,6 x240
Dipakai As min = 84,625 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)
S = d = 34,05 = 17,025 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –100 = 1570 mm2 >84,625 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada tumpuan D10 – 100
y= = = 406,2 mm
233
b.x. y 150 x 406,2
As min = = = 84,625 mm2
3xfy 3x 240
Øvs. 0,097
Aseng = xyxb= x406,2 x150 = 41,05 mm2
Øxfy 0,6 x240
Dipakai As min = 84,625 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)
S = d = 34,05 = 17,025 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –150 = 1047 mm2 >84,625 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada lapangan D10 – 150
Ct =
4
= 4
= 0,0057
Gaya geser yang terjadi :
Vu = 4,942 KN = 4942 N
Momen torsi beton tanpa sengkang bersama gaya geser :
√ ∑
Tc =
√ ( )
√ 4
=
√ ( )
= 160861,5 N.mm
ØTc = 0,6 x 160861,5
= 96516,9 N.mm
Syarat penggunaan tulangan torsi :
(TU < ØTc) maka dibutuhkan tulangan torsi.
Besar gaya torsi maksimum :
Ø Ts = ØTc – Tu
234
= 96516,9 - 1000
= 95516,9
Besar gaya torsi maksimum yang dapat ditahan sengkang
Ø Ts maks = 4 . ØTc
= 4 . 96516,9
= 386067,6
Karena (Ø Ts < Ø Ts maks) syarat terpenuhi.
Untuk tulangan sengkang tertutup ;
bI = b – 2 (p + 0,5 . Ø tp)
= 150 – 2(40 + 0,5 . 10)
= 60 mm
hI = h – 2 (p + 0,5 . Ø tp)
= 400– 2(40 + 0,5 . 10)
= 310 mm
ɑ = 0,66 + 0,33 (h/b)
= 0,66 + 0,33 (400/150)
= 1,54
Tulangan torsi yang dibutuhkan ;
( )
At = .
( )
= . 4 4
= 17,94 mm
Dipilih tulangan memanjang 2D19
Atab = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 192
= 566,77 mm2
Atab= 566,77 mm2> At= 9,96 mm2
“Memenuhi”
235
Tabel 4.34 Perhitungan Penulangan Tumpuan Balok BA
236
Tabel 4.36 Perhitungan Penulangan Geser Balok BA
237
Gambar 4.95 Penulangan Balok BA
238
Mu (+) = 1,315KNm
Mu (-) = 2,629KNm
Vu = 3,264 KN
Tu = 0,139KNm
( )
( )
= 0,054
239
= 0,75 x 0,054
= 0,0405
(tabel 7, Gideon Kusuma)
Tulangan Tumpuan
Mu
= 300 = 0,0013
bd 2
Interpolasi :
= 0,0013
Ata = ρ minx b x d
240
Kontrol jarak b min
b min = 2 (p + φsk) + J tp x φTP + Pmin (J tp – 1)
= 2 (4 +1) + 2 x 1,6 + 1 (2 – 1)
= 14,2 cm < b = 15 cm ===>“memenuhi”
Tulangan Lapangan
Mu
= 200 = 0,0008 c
=0,011
bd 2 d
Interpolasi :
= 0,0006
241
min = 0,0058 > int= 0,0006< max = 0,0405
“Rasio tidak memenuhi syarat, maka digunakan min”
Periksa nilai c terhadap ht
c 149,7 - 100
int = 0,006+ x (0,011 – 0,006)
d 200 100
= 0,009
c = 0,22cm < ht = 12 cm
“garis netral didalam flens ==> c < ht, perhitungan dengan balok T”
Alap = ρminx b x d
242
= 401,92 mm2
Atab= 401,92 mm2> Alap = 200,96 mm2
“Memenuhi”
y= = = 228,81 mm
Øvs. 0,090
Aseng = xyxb= x228,81 x150 = 21,45 mm2
Øxfy 0,6 x240
Dipakai As min = 47,67 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)
S = d = 24,2 = 12,1 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –100 = 1570 mm2 >47,67 mm2=>“Memenuhi”
243
Dipakai sengkang pada tumpuan D10 – 100
y= = = 228,81 mm
Øvs. 0,090
Aseng = xyxb= x228,81 x150 = 21,45 mm2
Øxfy 0,6 x240
Dipakai As min = 47,67 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)
S = d = 24,2 = 12,1 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –150 = 1047 mm2 >47,67 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada lapangan D10 – 150
Ct =
4
=
= 0,0053
Gaya geser yang terjadi :
Vu = 3,264 KN = 3264 N
Momen torsi beton tanpa sengkang bersama gaya geser :
√ ∑
Tc =
√ ( )
√
=
√ ( )
= 1351350,74 N.mm
ØTc = 0,6 x 1351350,74
= 810810,444 N.mm
244
Syarat penggunaan tulangan torsi :
(TU < ØTc) maka dibutuhkan tulangan torsi.
Besar gaya torsi maksimum :
Ø Ts = ØTc – Tu
= 810810,444 - 139000
= 671810,444
Besar gaya torsi maksimum yang dapat ditahan sengkang
Ø Ts maks = 4 . ØTc
= 4 . 810810,444
= 3243241,776
Karena (Ø Ts < Ø Ts maks) syarat terpenuhi.
Untuk tulangan sengkang tertutup ;
bI = b – 2 (p + 0,5 . Ø tp)
= 150 – 2(40 + 0,5 . 10)
= 60 mm
hI = h – 2 (p + 0,5 . Ø tp)
= 300– 2(40 + 0,5 . 10)
= 210 mm
ɑ = 0,66 + 0,33 (h/b)
= 0,66 + 0,33 (300/150)
= 1,32
Tulangan torsi yang dibutuhkan ;
( )
At = .
( 444)
= . 4
= 151,47 mm
Dipilih tulangan memanjang 2D16
Atab = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 162
= 401,92 mm2
245
Atab= 401,92 mm2> At= 151,47 mm2
“Memenuhi”
Tabel 4.38 Perhitungan Penulangan Tumpuan Balok BA1
246
Tabel 4.40 Perhitungan Penulangan Geser Balok BA1
247
Gambar 4.96 Penulangan Balok BA1
248
tinggi efektif balok
Øtp
d = h – p – φseng -
2
= 20 – 4 – 1,0 – 0,8
= 14,2 cm = 0,142 m
( )
( )
= 0,054
249
Tulangan Tumpuan
Mu
= 1200 = 0,0051
bd 2
Interpolasi :
= 0,0049
Ata = ρ minx b x d
250
= 14,2 cm < b = 15 cm ===>“memenuhi”
TulanganLapangan
Mu
= 600 = 0,0025 c =0,034
bd 2 d
Interpolasi :
= 0,0024
251
Periksa nilai c terhadap ht
c 569,67 - 500
int = 0,028+ x (0,034 – 0,028)
d 600 500
= 0,032
c = 0,46cm < ht = 12 cm
“garis netral didalam flens ==> c < ht, perhitungan dengan balok T”
Alap = ρminx b x d
252
Perhitungan Tulangan Akibat Geser
Vu = 3,256 KN (Data SAP) = 3256 N
Untuk f’c = 25 Mpa diketahui Øⱴc = 1/6 x 0,6 x √
= 1/6 x 0,6 x √
= 0,5 MPa
y= = = 94,20 mm
Øvs. 0,052
Aseng = xyxb= x94,20 x150 = 5,11 mm2
Øxfy 0,6 x240
Dipakai As min = 19,625 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)
S = d = 14,2 = 7,1 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –100 = 1570 mm2 >19,625 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada tumpuan D10 – 100
y= = = 94,20 mm
253
Øvs. 0,052
Aseng = xyxb= x94,20 x150 = 5,11 mm2
Øxfy 0,6 x240
Dipakai As min = 19,625 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)
S = d = 14,2 = 7,1 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –150 = 1047 mm2 >19,625 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada lapangan D10 – 150
Ct =
4
=
= 0,0047
Gaya geser yang terjadi :
Vu = 3,256 KN = 3256 N
Momen torsi beton tanpa sengkang bersama gaya geser :
√ ∑
Tc =
√ ( )
√
=
√ ( )
= 847635,20 N.mm
ØTc = 0,6 x 847635,20
= 508581,12 N.mm
Syarat penggunaan tulangan torsi :
(TU < ØTc) maka dibutuhkan tulangan torsi.
Besar gaya torsi maksimum :
Ø Ts = ØTc – Tu
= 508581,12 - 130000
= 378581,12
254
Besar gaya torsi maksimum yang dapat ditahan sengkang
Ø Ts maks = 4 . ØTc
= 4 . 508581,12
= 2034324,48
Karena (Ø Ts < Ø Ts maks) syarat terpenuhi.
Untuk tulangan sengkang tertutup ;
bI = b – 2 (p + 0,5 . Ø tp)
= 150 – 2(40 + 0,5 . 10)
= 60 mm
hI = h – 2 (p + 0,5 . Ø tp)
= 200– 2(40 + 0,5 . 10)
= 110 mm
ɑ = 0,66 + 0,33 (h/b)
= 0,66 + 0,33 (200/150)
= 1,1
Tulangan torsi yang dibutuhkan ;
( )
At = .
( )
= . 4
= 123,123 mm2
Dipilih tulangan memanjang 2D16
Atab = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 162
= 401,92 mm2
Atab= 401,92 mm2> At= 61,57 mm2
“Memenuhi”
255
Tabel 4.42 Perhitungan Penulangan Tumpuan Balok BA2
256
Tabel 4.44 Perhitungan Penulangan Geser Balok BA2
257
Gambar 4.97 Penulangan Balok BA2
258
tinggi efektif balok
Øtp
d = h – p – φseng -
2
= 40 – 4 – 1,0 – 0,95
= 34,05 cm = 0,3405 m
( )
( )
= 0,054
259
Tulangan Tumpuan
Mu
= 600 = 0,0025
bd 2
Interpolasi :
= 0,0022
260
Tulangan tumpuan bawah dipakai 50% dari tulangan atas
Atb = 50% . As terpasang
= 50% . 850,155 = 425,08 mm2
Dipilih tulangan tumpuan bawah 2D19
Atab = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 192
= 566,77 mm2
Atab= 566,77 mm2> Atb = 425,08 mm2
“Memenuhi”
Tulangan Lapangan
Mu
= 300 = 0,0013 c =0,017
bd 2 d
Interpolasi :
= 0,0011
261
= 0,015
c = 0,51cm < ht = 12 cm
“garis netral didalam flens ==> c < ht, perhitungan dengan balok T”
Alap = ρminx b x d
262
Perhitungan Tulangan Akibat Geser
Vu = 12,466 KN (Data SAP) = 12466 N
Untuk f’c = 25 Mpa diketahui Øⱴc = 1/6 x 0,6 x √
= 1/6 x 0,6 x √
= 0,5 MPa
y= = = 355,9 mm
Øvs. 0,083
Aseng = xyxb= x355,9 x200 = 41,03 mm2
Øxfy 0,6 x240
Dipakai As min = 98,86 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)
S = d = 34,05 = 17,025 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –100 = 1570 mm2 >98,86 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada tumpuan D10 – 100
y= = = 355,9 mm
263
Øvs. 0,083
Aseng = xyxb= x355,9 x200 = 41,03 mm2
Øxfy 0,6 x240
Dipakai As min = 111,91 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)
S = d = 34,05 = 17,025 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –150 = 1047 mm2 >98,86 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada lapangan D10 – 150
Ct =
4
= 4
= 0,0043
Gaya geser yang terjadi :
Vu = 12,466 KN = 12466 N
Momen torsi beton tanpa sengkang bersama gaya geser :
√ ∑
Tc =
√ ( )
√ 4
=
√ ( )
= 130995,8 N.mm
ØTc = 0,6 x 3107198,658
= 78597,48 N.mm
Syarat penggunaan tulangan torsi :
(TU < ØTc) maka dibutuhkan tulangan torsi.
Besar gaya torsi maksimum :
Ø Ts = ØTc – Tu
= 78597,48 – 700
= 77897,48
264
Besar gaya torsi maksimum yang dapat ditahan sengkang
Ø Ts maks = 4 . ØTc
= 4 . 78597,48
= 314389,92
Karena (Ø Ts < Ø Ts maks) syarat terpenuhi.
Untuk tulangan sengkang tertutup ;
bI = b – 2 (p + 0,5 . Ø tp)
= 200 – 2(40 + 0,5 . 10)
= 110 mm
hI = h – 2 (p + 0,5 . Ø tp)
= 400– 2(40 + 0,5 . 10)
= 310 mm
ɑ = 0,66 + 0,33 (h/b)
= 0,66 + 0,33 (400/200)
= 1,32
Tulangan torsi yang dibutuhkan ;
( )
At = .
( 4 )
= . 4
= 10,095 mm2
Dipilih tulangan memanjang 2D19
Atab = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 192
= 566,77 mm2
Atab= 566,77 mm2> At= 45,8mm2
“Memenuhi”
265
Tabel 4.46 Perhitungan Penulangan Tumpuan Balok BD
266
Tabel 4.49 Perhitungan Penulangan Torsi Balok BD
267
8. Balok BDA (15 x 40 cm) Lantai Atap
Panjang balok (L) = 5000 mm
Lebar balok (b) = 150 mm
Tinggi balok (h) = 400 mm
Tebal penutup beton ( ) = 40 mm
Diameter tulangan utama = D19 mm
Diameter tulangan sengkang = D10 mm
Fc = 25 Mpa
Fy = 240 Mpa (tulangan pokok)
Fy = 240 Mpa (tulangan sengkang)
Mu (+) = 5,098KNm
Mu (-) = 0,279KNm
Vu = 0,014 KN
Tu = 0,033KNm
268
seebesar 0,05 untuk setiap kerelebihan 7 MPa diatas 30 MPa, tetapi β1 tidak boleh
kurang dari 0,65.
Jadi, untuk f’c 25 MPa diambil β1 yaitu 0,85
( )
( )
= 0,054
Tulangan Tumpuan
Mu
= 100 = 0,0004
bd 2
269
Interpolasi :
= 0,000064
Ata = ρ minx b x d
270
Tulangan Lapangan
Mu
= 300 = 0,0013 c =0,017
bd 2 d
Interpolasi :
= 0,0012
c = 0,5448cm < ht = 12 cm
“garis netral didalam flens ==> c < ht, perhitungan dengan balok T”
Alap = ρminx b x d
271
Atab = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 192
= 566,77 mm2
Atab= 566,77 mm2> Alap = 296,3 mm2
“Memenuhi”
b min = 2 (p + φsk) + J tp x φTP + Pmin (J tp – 1)
= 2 (4 +1) + 2 x 1,9 + 1 (2 – 1)
= 14,8 cm < b = 15 cm ===>“memenuhi”
Tulangan atas lapangan dipakai 50% dari tulangan bawah
Alap = 50% . As terpasang
= 50% . 566,77 = 283,385 mm2
Dipilih tulangan lapangan atas 2D19
Alap = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 192
= 566,77 mm2
Atab= 566,77 mm2> Alap = 283,385 mm2
“Memenuhi”
Perhitungan Tulangan Akibat Geser
Vu = 0,014 KN (Data SAP) = 14 N
Untuk f’c = 25 Mpa diketahui Øⱴc = 1/6 x 0,6 x √
= 1/6 x 0,6 x √
= 0,5 MPa
272
Kebutuhan jarak tumpuan tulangan sengkang
y= = = 128,1 mm
Øvs. 0,027
Aseng = xyxb= x128,1x150 = 3,6 mm2
Øxfy 0,6 x240
Dipakai As min = 26,69 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)
S = d = 34,05 = 17,025 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –100 = 1570 mm2 >26,69 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada tumpuan D10 – 100
y= = = 128,1 mm
Øvs. 0,027
Aseng = xyxb= x128,1x150 = 3,6 mm2
Øxfy 0,6 x240
Dipakai As min = 26,69 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)
S = d = 34,05 = 17,025 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –150 = 1047 mm2 >26,69 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada lapangan D10 – 150
273
Ct =
4
= 4
= 0,0057
Gaya geser yang terjadi :
Vu = 0,014 KN = 14 N
Momen torsi beton tanpa sengkang bersama gaya geser :
√ ∑
Tc =
√ ( )
√ 4
=
√ ( )
= 2956315,92 N.mm
ØTc = 0,6 x 2956315,92
= 1773789,552 N.mm
Syarat penggunaan tulangan torsi :
(TU < ØTc) maka dibutuhkan tulangan torsi.
Besar gaya torsi maksimum :
Ø Ts = ØTc – Tu
= 1773789,552 - 33000
= 1740789,552
Besar gaya torsi maksimum yang dapat ditahan sengkang
Ø Ts maks = 4 . ØTc
= 4 . 1773789,552
= 7095158,208
Karena (Ø Ts < Ø Ts maks) syarat terpenuhi.
Untuk tulangan sengkang tertutup ;
bI = b – 2 (p + 0,5 . Ø tp)
= 150 – 2(40 + 0,5 . 10)
= 60 mm
hI = h – 2 (p + 0,5 . Ø tp)
274
= 400– 2(40 + 0,5 . 10)
= 310 mm
ɑ = 0,66 + 0,33 (h/b)
= 0,66 + 0,33 (400/150)
= 1,54
Tulangan torsi yang dibutuhkan ;
( )
At = .
( 4 )
= . 4 4
= 312,31 mm
Dipilih tulangan memanjang 2D19
Atab = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 192
= 566,77 mm2
Atab= 566,77 mm2> At= 312,31 mm2
“Memenuhi”
275
Tabel 4.51 Perhitungan Penulangan Lapangan Balok BDA
276
Gambar 4.99 Penulangan Balok BDA
277
Øtp
d = h – p – φseng -
2
= 40 – 4 – 1,0 – 0,95
= 34,05 cm = 0,3405 m
( )
( )
= 0,054
Rasio tulangan maksimum
(Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
= 0,75 x
= 0,75 x 0,054
= 0,0405
(tabel 7, Gideon Kusuma)
Tulangan Tumpuan
278
Mu 50,584
= = 2181,47 kN/m2 (ditabel tidak ada)
bd 2
0,20 x0,3405 2
Mu
= 2200 = 0,0097
bd 2
Interpolasi :
= 0,0096
279
= 50% . 566,77 = 283,385 mm2
Dipilih tulangan tumpuan bawah 2D19
Atab = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 192
= 566,77 mm2
Atab= 566,77 mm2> Atb = 283,385 mm2
“Memenuhi”
Tulangan Lapangan
Mu
= 1100 = 0,0047 c
= 0,063
bd 2 d
Interpolasi :
= 0,0046
280
c = c int x d = 0,062 x 34,05 = 2,11cm
d
c = 2,11cm < ht = 12 cm
“garis netral didalam flens ==> c < ht, perhitungan dengan balok T”
Alap = ρminx b x d
281
= 1/6 x 0,6 x √
= 0,5 MPa
y= = = 1095,5 mm
Øvs. 0,390
Aseng = xyxb= x1095,5 x200 = 593,4 mm2
Øxfy 0,6 x240
Dipakai Aseng = 593,4 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)
S = d = 34,05 = 17,025 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –100 = 1570 mm2 >593,4 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada tumpuan D10 – 100
y= = = 1095,5 mm
Øvs. 0,390
Aseng = xyxb= x1095,5 x200 = 593,4 mm2
Øxfy 0,6 x240
Dipakai Aseng = 593,4 mm2
282
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)
S = d = 34,05 = 17,025 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –150 = 1047 mm2 >593,4 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada lapangan D10 – 150
Ct =
4
= 4
= 0,0043
Gaya geser yang terjadi :
Vu = 60,612 KN = 60612 N
Momen torsi beton tanpa sengkang bersama gaya geser :
√ ∑
Tc =
√ ( )
√ 4
=
√ ( )
= 381512,38 N.mm
ØTc = 0,6 x 381512,38
= 228907,428 N.mm
Syarat penggunaan tulangan torsi :
(TU < ØTc) maka dibutuhkan tulangan torsi.
Besar gaya torsi maksimum :
Ø Ts = ØTc – Tu
= 228907,428 – 29000
= 199907,428
Besar gaya torsi maksimum yang dapat ditahan sengkang
Ø Ts maks = 4 . ØTc
= 4 . 228907,428
283
= 915629,712
Karena (Ø Ts < Ø Ts maks) syarat terpenuhi.
Untuk tulangan sengkang tertutup ;
bI = b – 2 (p + 0,5 . Ø tp)
= 200 – 2(40 + 0,5 . 10)
= 110 mm
hI = h – 2 (p + 0,5 . Ø tp)
= 400– 2(40 + 0,5 . 10)
= 310 mm
ɑ = 0,66 + 0,33 (h/b)
= 0,66 + 0,33 (400/200)
= 1,32
Tulangan torsi yang dibutuhkan ;
( )
At = .
( 4 )
= . 4
2
= 25,90 mm
Dipilih tulangan memanjang 2D19
Atab = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 192
= 566,77 mm2
Atab= 566,77 mm2> At= 25,90 mm2
“Memenuhi”
284
Gambar 4.100 Penulangan Balok BR
285
Rasio tulangan minimum
min (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
4 4
min = = 4
= 0,0058
( )
( )
= 0,054
et = Mu 42347 0,037 m = 37 mm
Pu 1554587
et > emin “ OK “
286
Sumbu vertical (K1)
Pu 1554587
K1 = 0,402
* Agr * 0,85 * f ' c 0,65 * 280000 * 0,85 * 25
=r.β
= 0,0001 x 1,0
= 0,0001
min = 0,0058 > = 0,0001 < max = 0,0405
“Rasio tidak memenuhi syarat, maka digunakan min”
Luasan tulangan yang diperlukan :
Ast = min x Ag
= 0,0058 x 280000
= 1624 mm²
Dipilih tulangan 8D 25
As = 8 . 1/4 . π . D2
= 8 . ¼ . 3,14 . 252
= 3925 mm2
As= 3925 mm2> Ast = 1624 mm2
“Memenuhi”
287
1554587 √
= (1 ). . 400. 634,5
14. 280000
= 295376,3 N
Vu - Ø Vc
Vs =
Ø
8562 - 0,65. 295376,3
=
0,65
= -282203,99 N
Vs max = 2/3 . √ .b . d
= 2/3 . √ .400 . 634,5
= 846000 N
Karena Vs < 0, maka dipakai begel minimal dengan luas permeter panjang (y =
1000 mm)seperti berikut :
Kebutuhan jarak tumpuan tulangan sengkang
b.x. y 400 x1000
As min = = = 555,55 mm2
3xfy 3x 240
√ √ 4
Aseng = = = 520,83 mm2
4
S = d = 63,45 = 31,725 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D13 –100 = 2655 mm2 >555,55 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada tumpuan D13 – 100
√ √ 4
Aseng = = = 520,83 mm2
4
288
Dipakai As min = 555,55 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)
S = d = 63,45 = 31,725 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D13 –150 = 1771 mm2 >555,55 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada lapangan D13 – 150
289
Gambar 4.101 Penulangan Kolom K1
290
4 4
min = = 4
= 0,0058
( )
( )
= 0,054
et = Mu 36501 0,037 m = 37 mm
Pu 1339965
et > emin “ OK “
Sumbu vertical (K1)
Pu 1339965
K1 = 0,404
* Agr * 0,85 * f ' c 0,65 * 240000 * 0,85 * 25
291
Sumbu horizontal (K2)
Pu et 1339965
K2 = x( ) x
37
0,02
* Agr * 0,85 * f ' c h 0,65 * 240000 * 0,85 * 25 600
Dari grafik didapat nilai (penulangan simetris 4 arah – gbr 6.2.C buku Gideon jilid
IV) r = 0,0018 untuk nilai β = 1,0
=r.β
= 0,0018 x 1,0
= 0,0018
min = 0,0058 > = 0,0018< max = 0,0405
“Rasio tidak memenuhi syarat, maka digunakan min”
Luasan tulangan yang diperlukan :
Ast = min x Ag
= 0,0058 x 240000
= 1392 mm²
Dipilih tulangan 8D 25
As = 8 . 1/4 . π . D2
= 8 . ¼ . 3,14 . 252
= 3925 mm2
As= 3925 mm2> Ast = 1392 mm2
“Memenuhi”
1339965 √
= (1 ). . 400. 534,5
14. 240000
= 249219,38 N
292
Vu - Ø Vc
Vs =
Ø
2342 - 0,65. 249219,38
=
0,65
= -245616,30 N
Vs max = 2/3 . √ .b . d
= 2/3 . √ .400 . 534,5
= 712666,67 N
Karena Vs < 0, maka dipakai begel minimal dengan luas permeter panjang (y =
1000 mm) seperti berikut :
Kebutuhan jarak tumpuan tulangan sengkang
b.x. y 400 x1000
As min = = = 555,55 mm2
3xfy 3x 240
√ √ 4
Aseng = = = 520,83 mm2
4
S = d = 53,45 = 26,725 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D13 –100 = 2655 mm2 >555,55 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada tumpuan D13 – 100
√ √ 4
Aseng = = = 520,83 mm2
4
293
S = d = 53,45 = 26,725 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D13 –150 = 1771 mm2 >555,55 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada lapangan D13 – 150
294
Gambar 4.102 Penulangan Kolom K2
295
Rasio tulangan minimum
min (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
4 4
min = = 4
= 0,0058
( )
( )
= 0,054
et = Mu 72 0,025 m = 25 mm
Pu 2966
et > emin “ OK “
Sumbu vertical (K1)
296
Pu 2966
K1 = 0,0024
* Agr * 0,85 * f ' c 0,65 * 90000 * 0,85 * 25
=r.β
= 0,0001 x 1,0
= 0,0001
min = 0,0058 > = 0,0001< max = 0,0405
“Rasio tidak memenuhi syarat, maka digunakan min”
Luasan tulangan yang diperlukan :
Ast = min x Ag
= 0,0058 x 90000
= 522 mm²
Dipilih tulangan 4D 19
As = 4 . 1/4 . π . D2
= 4 . ¼ . 3,14 . 192
= 1133,54 mm2
As= 1133,54 mm2> Ast = 522 mm2
“Memenuhi”
297
2966 √
= (1 ). . 300. 240,5
14. 90000
= 60266,53 N
Vu - Ø Vc
Vs =
Ø
0 - 0,65. 60266,53
=
0,65
= -60266,53 N
Vs max = 2/3 . √ .b . d
= 2/3 . √ .300 . 240,5
= 240500 N
Karena Vs < 0, maka dipakai begel minimal dengan luas permeter panjang (y =
1000 mm) seperti berikut :
Kebutuhan jarak tumpuan tulangan sengkang
b.x. y 300 x1000
As min = = = 416,67 mm2
3xfy 3x 240
√ √
Aseng = = = 390,625 mm2
4
S = d = 24,05 = 12,025 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –100 = 1570 mm2 >416,67 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada tumpuan D10 – 100
√ √
Aseng = = = 390,625 mm2
4
298
Dipakai As min = 416,67 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)
S = d = 24,05 = 12,025 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –150 = 1047 mm2 >416,67 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada lapangan D10 – 150
299
Pu = 40,356 KN = 40356 N
Mu1 = - 24,886 kNm = - 24886 Nm
Mu2 = 3,479 kNm = 3479 Nm
Vu = 46,997 kN = 46997 N
(Sumber : Perhitungan SAP 2000.v14 nilai terbesar)
Agr = 300 x 500 = 150000 mm2
Rasio tulangan minimum
min (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
4 4
min = = 4
= 0,0058
( )
( )
= 0,054
Rasio tulangan maksimum
(Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
= 0,75 x
= 0,75 x 0,054
= 0,0405
(tabel 7, Gideon Kusuma)
300
a. Perhitungan Tulangan Utama Kolom
et = Mu 3479 0,086 m = 86 mm
Pu 40356
et > emin “ OK “
Sumbu vertical (K1)
Pu 40356
K1 = 0,02
* Agr * 0,85 * f ' c 0,65 *150000 * 0,85 * 25
=r.β
= 0,004 x 1,0
= 0,004
min = 0,0058 > = 0,004< max = 0,0405
“Rasio tidak memenuhi syarat, maka digunakan min”
Luasan tulangan yang diperlukan :
Ast = min x Ag
= 0,0058 x 150000
= 870 mm²
Dipilih tulangan 4D 19
As = 4 . 1/4 . π . D2
= 4 . ¼ . 3,14 . 192
= 1133,54 mm2
As= 1133,54 mm2> Ast = 870 mm2
“Memenuhi”
301
b. Perhitungan Tulangan Geser Kolom
Vu = 46,997 KN = 46997 N
Pu = Nu = 40,356 KN = 40356 N
Pu √
Vc = (1 ). . b. d
14. Ag
40356 √
= (1 ). . 300. 440,5
14.150000
= 112241,29 N
Vu - Ø Vc
Vs =
Ø
46997 - 0,65.112241,29
=
0,65
= -39938,2 N
Vs max = 2/3 . √ .b . d
= 2/3 . √ .300 . 440,5
= 440500 N
Karena Vs < 0, maka dipakai begel minimal dengan luas permeter panjang (y =
1000 mm) seperti berikut :
Kebutuhan jarak tumpuan tulangan sengkang
b.x. y 300 x1000
As min = = = 416,67 mm2
3xfy 3x 240
√ √
Aseng = = = 390,625 mm2
4
S = d = 44,05 = 22,025 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –100 = 1570 mm2 >416,67 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada tumpuan D10 – 100
302
Kebutuhan jarak lapangan tulangan sengkang
b.x. y 300 x1000
As min = = = 416,67 mm2
3xfy 3x 240
√ √
Aseng = = = 390,625 mm2
4
S = d = 44,05 = 22,025 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –150 = 1047 mm2 >416,67 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada lapangan D10 – 150
303
d = h – p – Øs - ⁄ ØD
= 250 – 40 – 13 – 9,5
= 187,5 mm
Pu = 26,294 KN = 26294 N
Mu1 = - 0,981 kNm = - 981 Nm
Mu2 = 9,720 kNm = 9720 Nm
Vu = 3,405 kN = 3405 N
(Sumber : Perhitungan SAP 2000.v14 nilai terbesar)
Agr = 250 x 250 = 62500 mm2
( )
( )
= 0,054
304
= 0,75 x 0,054
= 0,0405
(tabel 7, Gideon Kusuma)
et > emin “ OK “
Sumbu vertical (K1)
Pu 26294
K1 = 0,03
* Agr * 0,85 * f ' c 0,65 * 62500 * 0,85 * 25
=r.β
= 0,006 x 1,0
= 0,006
min = 0,0058 > = 0,006< max = 0,0405
“Rasio tidak memenuhi syarat, maka digunakan min”
Luasan tulangan yang diperlukan :
Ast = min x Ag
= 0,0058 x 62500
= 362,5 mm²
Dipilih tulangan tumpuan bawah 4D 19
As = 4 . 1/4 . π . D2
305
= 4 . ¼ . 3,14 . 192
= 1133,54 mm2
As= 1133,54 mm2> Ast = 362,5 mm2
“Memenuhi”
26294 √
= (1 ). . 250. 187,5
14. 62500
= 40236,4 N
Vu - Ø Vc
Vs =
Ø
3405 - 0,65. 40236,4
=
0,65
= -34997,9 N
Vs max = 2/3 . √ .b . d
= 2/3 . √ . 250. 187,5
= 156250 N
Karena Vs < 0, maka dipakai begel minimal dengan luas permeter panjang (y =
1000 mm) seperti berikut :
Kebutuhan jarak tumpuan tulangan sengkang
b.x. y 250 x1000
As min = = = 347,22 mm2
3xfy 3x 240
√ √
Aseng = = = 325,52 mm2
4
306
S = d = 18,75 = 9,375 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang Ø13 –100 = 2655 mm2 >347,22 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada tumpuan φ13 – 100
√ √
Aseng = = = 325,52 mm2
4
S = d = 18,75 = 9,375 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D13 –150 = 1771 mm2 >347,22 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada lapangan D13 – 150
307
Tabel 4.59 Perhitungan Penulangan Geser Kolom KT
308
Mutu beton (Fc) = 25 Mpa
Mutu baja (Fy) = 240 Mpa
d = h – p – Øs - ⁄ ØD
= 400 – 40 – 10 – 8
= 342 mm
Pu = 133,390 KN = 133390 N
Mu1 = -6,898 kNm = -6898 Nm
Mu2 = 7,942 kNm = 7942 Nm
Vu = 88,321 kN = 88321 N
(Sumber : Perhitungan SAP 2000.v14 nilai terbesar)
Agr = 200 x 400 + 200 x 200
= 120000 mm2
( )
( )
= 0,054
309
Rasio tulangan maksimum
(Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
= 0,75 x
= 0,75 x 0,054
= 0,0405
(tabel 7, Gideon Kusuma)
et = Mu 7942 0,060 m = 60 mm
Pu 133390
et > emin “ OK “
Sumbu vertical (K1)
Pu 133390
K1 = 0,08
* Agr * 0,85 * f ' c 0,65 *120000 * 0,85 * 25
=r.β
= 0,0002 x 1,0
= 0,0002
min = 0,0058 > = 0,0002< max = 0,0405
“Rasio tidak memenuhi syarat, maka digunakan min”
Luasan tulangan yang diperlukan :
Ast = min x Ag
= 0,0058 x 120000
310
= 696 mm²
Dipilih tulangan tumpuan bawah 12D 16
As = 12 . 1/4 . π . D2
= 12 . ¼ . 3,14 . 162
= 2411,52 mm2
As= 2411,52 mm2> Ast = 696mm2
“Memenuhi”
133390 √
= (1 ). . 200. 342
14.120000
= 61525,73 N
Vu - Ø Vc
Vs =
Ø
88321 - 0,65. 61525,73
=
0,65
= 74352,73 N
Vs max = 2/3 . √ .b . d
= 2/3 . √ .200. 342
= 228000 N
Karena Vs > 0, maka dipakai begel minimal dengan luas permeter panjang (y =
1000 mm) seperti berikut :
Kebutuhan jarak tumpuan tulangan sengkang
b.x. y 200 x1000
As min = = = 277,78 mm2
3xfy 3x 240
√ √
Aseng = = 4
= 260,42 mm2
311
Dipakai As min = 277,78 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)
S = d = 34,2 = 17,1 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –100 = 1570 mm2 >277,78 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada tumpuan D10 – 100
√ √
Aseng = = = 260,42 mm2
4
S = d = 34,2 = 17,1 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –150 = 1047 mm2 >277,78 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada lapangan D10 – 150
312
Tabel 4.61 Perhitungan Penulangan Geser Kolom KL
313
Gambar 4.106 Penulangan Kolom KL
314
4.7. Perencanaan Tangga
4.7.1. Perencanaan Dimensi Tangga
Dilihat dari fungsi dan kegunaan serta kondisi gedung atau elevasi antar lantai, maka
struktur bangunan gedung ini menggunakan tangga sebagai alternatif lain selain lift
sebagai transportasi vertikal. Perencanaan tangga harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut. Menurut Diktat Konstruksi Bangunan Sipil menurut Ir. Supriono :
1. Tangga dengan ukuran lebar minimal 1,10 m dapat dinaiki 1 orang.
2. Tangga dengan ukuran lebar minimal 1,30 m dapat dinaiki 2 orang bersamaan
secara berdampingan.
3. Tangga dengan ukuran lebar minimal 1,90 m dapat dinaiki 3 orang atau lebih.
a. Tangga
Semua tangga direncanakan menggunakan pelat miring sebagai ibu tangga.
2 x o + a = 61 – 65
dimana : o = optrade (langkah naik)
a = antrede (langkah datar)
digunakan : o = 17,4 cm
a = 30 cm
2 x 17,4 + 30 = 64,8 (ideal 61-65)
Sudut kemiringan tangga α :
17,4
tan α = 0,58 ; α = 30,11°
30
Sehingga didapatkan :
Jumlah optrade = 400 / 17,4 = 23 buah
Direncanakan : Tinggi antar lantai = 400 cm
Lebar tangga = 118,8 cm
Lebar Bordes = 150 cm
Panjang Bordes = 300 cm
Tinggi optrade (o) = 17,4 cm
Lebar antrede (a) = 30 cm
Kemiringan (α) = 30,11°
Tebal plat tangga diambil (ht) = 18 cm
315
Maka ekivalen tebal anak tangga = 0.2553 – 0,18 = 0,0753
316
Beban Hidup (WL) 250 kg/m2
WL = 250 kg/m2 x 1,188 = 297 kg/m’
Pelat Bordes
Beban Mati (WD)
Berat sendiri = 2400 x 0,20 x 1,188 = 570,24 kg/m’
Berat adukan = 21 x 1,188 = 24,948 kg/m’
Berat keramik = 24 x 1,188 = 28,512 kg/m’
WD = 623,7 kg/m’
Beban Hidup (WL) 250 kg/m2
WL = 250 kg/m2 x 1,188 = 297 kg/m’
Analisa Momen pada tangga dilakukan dengan bantuan SAP2000 v.12. Beban yang
diperhitungkan yaitu beban mati akibat berat sendiri dan beban hidup orang untuk
tangga. Beban mati tidak dihitung manual maka pada SAP2000 dengan memasukkan
nilai 0 untuk self weight multiplier pada saat pembebanan (load case). Kombinasi
pembebanan yang diperhitungkan adalah : 1,2 DL + 1,6 LL
317
Gambar 4.107 Pemodelan SAP Tangga
Sumber : Data Tugas Akhir (Program SAP)
318
4.7.3. Perhitungan Tulangan Tangga
Pelat Tangga
Ø tulangan (asumsi) = 16 mm
Tebal Efektif
Øtp
d =h–p–φ-
2
= 18 – 4 – 1,6 – 0,5
= 11,9 cm
Pelat Bordes
Ø tulangan (asumsi) = 16 mm
Tebal Efektif
Tebal plat bordes diambil = 20 cm
Øtp
d =h–p–φ-
2
= 20 – 4 – 1,6 – 0,5
= 14 cm
319
Pada halaman berikutnya terdapat perhitungan penulangan pelat tangga dan bordes
dengan menggunakan program excel 2010 :
Tabel 4.63 Data Hasil Penulangan Tangga
320
Gambar 4.108 Detail Tangga
Sumber : Data Tugas Akhir (Program Autocad)
321
4.8. Perhitungan Lift
Lift adalah alat mekanis yang digunakan sebagai alat transportasi vertical antar
lantai. Pada gedung 5 lantai Rusunawa Universitas Negeri Semarang (Unnes)
menggunkan 1 lift.
4.8.1. Spesifikasi Lift
322
Gambar 4.110 Pit Lift
323
Gambar 4.111 Ruang Mesin Lift
324
Sumber : Hyundai Corp
Balok pengatrol digunakan sebagai tambahan saat proses menaikan mesin lift ke
lantai atap sebelum diletakkan pada balok perletakan mesin. Balok pengatrol mesin lift
direncanakan diatas lantai atap.
Balok pengatrol mesin menerima beban terpusat dari berat mesin lift sebesar 1190 kg.
Balok perletakan digunakan sebagai tumpuan mesin lift yang berada pada lantai
atap. Balok perletakan mesin lift penumpang menerima reaksi (beban lift +
Muatannya).
325
Berat Mesin (WL) = 1150 kg : (2 x 2,5) = 230 kg/m²
C. Kombinasi Pemebebanan
Wu = 1,2 WD + 1,6 WL
= 1,2 (365) + 1,6 ( 230)
= 646 kg/m² 6,46 kN/m²
(Pasal 11.2.1, SNI -03 -2847 -2002, Hal 59)
326
Gambar 4.112 Denah Pondasi
327
4.9.2. Data Perencanaan Pondasi
Perencanaan pondasi pada struktur gedung Rusunawa Universitas Negeri Semarang
(Unnes) ini menggunakan pondasi sumuran dengan spesifikasi teknis sebagai berikut :
1. Type P1 :
- Mutu beton (f’c) = 17,5 MPa => Pondasi Sumuran
= 30 MPa => Pile Cap
- Mutu Baja (fy) = 240 MPa
- Diameter = 200 cm
- Kedalaman sumuran = 700 cm dari muka tanah
- Luas penampang (As) = 31400 cm²
- Keliling = 628 cm
2. Type P2 :
- Mutu beton (f’c) = 17,5 MPa => Pondasi Sumuran
= 30 MPa => Pile Cap
- Mutu Baja (fy) = 240 MPa
- Diameter = 100 cm
- Kedalaman sumuran = 700 cm dari muka tanah
- Luas penampang (As) = 7850 cm²
- Keliling = 314 cm
328
Berat air hujan = 0,1 x 1000 = 100 Kg/m2
Total pembebanan (WR) = 100 Kg/m2
Beban Pada Pelat Lantai
3. Beban mati (WD)
Berat spaci lantai = 0,03 x 1.800 = 54 Kg/m2
Penutup lantai = 24 Kg/m2
Berat plafond = 18 Kg/m2
Total pembebanan (WD) = 96 Kg/m2
4. Beban hidup (WL)
Beban hidup gedung = 250 Kg/m2 (PPURG 1987)
Total pembebanan (WL) = 250 Kg/m2
5. Beban Pada Balok Atap
Berat kuda-kuda = 1572 kg.m (data terlampir SAP 2000)
Total pembebanan (WD) = 1572 Kg/m2
6. Beban Pada Balok
Dinding pasangan batako = 200 Kg/m2 (dengan lubang) x 4 m = 800 Kg/m
Total pembebanan (WD) = 800 Kg/m2
329
Gambar 4. 113 Beban Pada Pondasi P1
Sumber : Data Tugas Akhir (program SAP)
330
Gambar 4. 115 Input pada Program SAP Terhadap Respon Spectrum
Sumber : Data Tugas Akhir (program SAP)
331
4.9.2.1.Interprestasi Hasil Pengujian lapangan
1. Data Pengujian SPT (Soil Penetration Test)
Dengan analisis perhitungan rata – rata nilai NSPT sampai dengan kedalaman 30
m dapat dilihat perhitungannya pada table 4.1.
Tabel 4. 66 Hasil Uji SPT
Kedalaman di (m) Nspt di/Nspt
0–2 2 60 0,03333
2 – 10 8 60 0,013333
10 – 12 2 37,5 0,05333
12 – 16 4 40 0,10000
16 – 20 4 52,5 0,07619
20 – 22 3 10 0,20000
22 – 24 3 18 0,11111
24 – 26 3 25 0,08000
26 30 4 27,5 0,14545
Jumlah 30 0,93274
∑
N=
∑ 4
2. Data Tanah
Hasil test laboratorium yang berupa data properties tanah disajikan dalam
bentuk tabel berikut ini :
Tabel 4. 67 Properties Tanah
Lapisan Berat Tanah Sudut Gesek Kohesi
(kg/cm³) Dalam (˚) (kg/cm²)
Lapisan 1 1,13 25,35 0,2286
Lapisan 2 1,23 4,85 0,048
332
qu = Daya dukung ultimit untuk pondasi memanjang (kg/cm²)
c = Kohesi (kg/cm²)
Df = Kedalaman pondasi yang tertanam didalam tanah (cm)
y = Berat volume tanah (kg/cm³)
po = Df.y = Tekanan overburden pada dasar pondasi (kg/cm²)
Nc, Nq, Ny = Faktor – faktor kapasitas dukung Terzaghi
B = Lebar pondasi (cm)
Untuk mendapatkan faktor – faktor kapasitas dukung Tarzaghi maka digunakan
tabel koefisien Terzaghi seperti pada tabel berikut :
333
po = Df.y
= 700 x 1,23
= 861 kg/cm²
Tipe P1
qu = 1,3cNc + poNq + 0,3yBNy
qu = 1,3 x 0,048 x 7,26 + 861 x 1,59 + 0,3 x 1,23 x 200 x 0,49
= 1405,605 kg/cm²
Qall =
4
=
2. Mayerhof
Menggunakan data SPT
Keterangan :
qu = 40.N.Ap + 0,2.N.As
qu = Daya dukung ultimit untuk pondasi memanjang (Ton)
N = Harga N-NSP pada dasar tiang
Ap = Luas penampang ujung tiang (m²)
N = Harga rata-rata N-NSP pada tiang
As = Luas selimut tiang (m²)
334
Tipe P1
qu = 40.N.Ap + 0,2.N.As
= 40 x 32,16 x 3,14 + 0,2 x 32,16 x 43,96
= 4322,047 Ton/m²
Qall =
4 4
=
= 1440,682 Ton/m²
Tahanan Aksial = 1440,682 x (0,25 x 2²) = 4523,742 Ton
Tipe P2
qu = 40.N.Ap + 0,2.N.As
= 40 x 32,16 x 0,785 + 0,2 x 32,16 x 21,96
= 1151,070 Ton/m²
Qall =
= 383,69 Ton/m²
Tahanan Aksial = 383,69 x (0,25 x 1²) = 301,197 Ton
335
= 35,351 Ton/m²
Tahanan Aksial = 35,351 x (0,25 x 2²) = 111,003 Ton
Tipe P2
qu = A x f’c + As x fy
= 0,785 x 175 + 21,96x 2400
qu = 52841,375 kg 52,842 Ton
Qall =
4
=
= 17,614 Ton/m²
Tahanan Aksial = 17,614 x (0,25 x 1²) = 13,827 Ton
336
Gambar 4. 116 Potongan Pile Cap P1
Sumber : Data Tugas Akhir (program Outocad)
Direncanakan dimensi penampang pile cap Seperti pada Gambar 4.31., yaitu:
B = 2000 mm
H = 2000 mm
T = 1000 mm
Berat sendiri pile cap adalah :
W1 = yb + Vp = 2,4 x 2 x 2 x 1 = 9,6 Ton
337
Berat sendiri tiang adalah :
W2 = λb + Vt = 2,4 x 3,14 x 1² x 6 = 45,216 Ton
a. Kontrol Gaya yang Bekerja pada Pondasi
Pu = 270,055 Ton
Berat pile cap ( W1) = 9,6 Ton
Berat tiang ( W2) = 45,216 Ton
Σ Pv = Pu + W1 + W2
= 270,055 + 9,6 + 45,216
= 324,871 Ton
Pijin = Pall = Q all = 14711,999 Ton
Pijin = 14711,999 Ton Σ Pv = 423,871 Ton …………. (OK)
338
= = 7,306
Gambar 4.117 diatas dengan cara menarik garis tegak lurus, sehingga
didapatkan nilai
Dari perhitungan diatas didapat H = 0,795 Ton < Ha = Ton, maka gaya
lateral yang terjadi masih memenuhi syarat batas aman.
c. Perhitungan Tulangan Pile Cap
Direncanakan:
Bx = 2000 mm f’c = 30 MPa p = 40 mm
By = 2000 mm
Dtulangan = 25 mm fy = 240 MPa t = 1000 mm
339
Tulangan arah –y :
Muy = 7,598 Ton.m = 75980000 Nmm
Rn = Fk x Muy =1,4 x 75980000 = 106372000 Nmm
Rn = ( )= ( ) = 0,19
4
m= = = 9,42
Maka
a) Mencari rasio tulangan
( )( )
[ √ ]
( 4 )( )
[ √ ] = 0,0008
4 4
4 4
min =[ ]=* + = 0,0058
4
b =( )( ) ( )( ) = 0,065
4 4
Tulangan arah –x :
Mux = 7,349 tonm = 73490000 Nmm
Rn = Fk x Mux = 1,4 x 73490000 = 102886000 Nmm
340
tinggi efektif pile cap
Øtp
d = h – p – φseng -
2
= 100 – 4 – 1,6 – 0,8
= 93,6 cm = 936 mm
Rn = ( )= ( ) = 0,18
4
m= = = 9,42
Maka
a) Mencari rasio tulangan
( )( )
[ √ ]
( 4 )( )
[ √ ] = 0,00075
4 4
4 4
min =[ ]=* + = 0,0058
4
b =( )( ) ( )( ) = 0,065
4 4
341
Penulangan Pile Cap Tipe P2
Direncanakan pile cap dengan lebar 1000 mm dan tebal pelat 800 mm
Direncanakan dimensi penampang pile cap Seperti pada Gambar 4.31., yaitu:
B = 1000 mm
H = 1000 mm
T = 800 mm
Berat sendiri pile cap adalah :
W1 = yb + Vp = 2,4 x 1 x 1 x 0,8 = 1,92 Ton
342
Berat sendiri tiang adalah :
W2 = λb + Vt = 2,4 x 3,14 x 0,5² x 6 = 11,304 Ton
a. Kontrol Gaya yang Bekerja pada Pondasi
Pu = 32,800 Ton
Berat pile cap ( W1) = 1,92 Ton
Berat tiang ( W2) = 11,304 Ton
Σ Pv = Pu + W1 + W2
= 32,800 + 1,92 + 11,304 = 46,024 Ton
Pijin = Pall = Q all = 3630,688Ton
Pijin = 3630,688 Ton Σ Pv = 46,024 Ton (OK)
343
= = 29,7
Gambar 4.119. diatas dengan cara menarik garis tegak lurus, sehingga
didapatkan nilai
Dari perhitungan diatas didapat H = 0,096 Ton < Ha = Ton, maka gaya
lateral yang terjadi masih memenuhi syarat batas aman.
c. Perhitungan Tulangan Pile Cap
Direncanakan:
Bx = 1000 mm f’c = 30 MPa p = 40 mm
By = 1000 mm
Dtulangan = 25 mm fy = 240 MPa t = 800 mm
Tulangan arah –y :
Muy = 3,861 Ton.m = 38610000 Nmm
Rn = Fk x Muy =1,4 x 38610000 = 54054000 Nmm
344
tinggi efektif pile cap
Øtp
d = h – p – φseng -
2
= 80 – 4 – 1,6 – 0,8
= 73,6 cm = 736 mm
4 4
Rn = ( )= ( ) = 0,18
4
m= = = 9,42
Maka
c) Mencari rasio tulangan
( )( )
[ √ ]
( 4 )( )
[ √ ] = 0,0008
4 4
4 4
min =[ ]=* + = 0,0058
4
b =( )( ) ( )( ) = 0,065
4 4
Tu;angan arah –x :
Mux = 0,117 tonm = 1170000 Nmm
Rn = Fk x Mux = 1,4 x 1170000 = 1638000 Nmm
345
= 73,6 cm = 736 mm
Rn = ( )= ( ) = 0,006
4
m= = = 9,42
Maka
c) Mencari rasio tulangan
( )( )
[ √ ]
( 4 )( )
[ √ ] = 0,00003
4 4
4 4
min =[ ]=* + = 0,0058
4
b =( )( ) ( )( ) = 0,065
4 4
346
RL = 0,85 f’c = 0,85 x 17,5 = 14,875 N/mm2
Mn = = = 9,5x107 N/mm2
K = = = 0,00086
4
F =1–√ =1 √ = 0,00086
4 4
Fmax = = = 0,46
4
4
As = F x bd x = 0,00086 x 2000 x 1930 x = 206 mm2
4
347
Lebar equivalent penampang
b = h = 1772 mm
Tebal efektif
d = h – d’ = 1772 – 40 = 1732 mm
Kuat geser yang disumbangkan beton
√
Vc =( ) ( )
4
√
=( ) ( )
4 4
= 2271,3 kN
Vu < Vc (Ok), maka digunakan tulangan geser minimum
√
√
= 4
= 1,931
348
Gambar 4. 120 Pondasi Sumuran P1
Sumber : Data Tugas Akhir (program Outocad)
349
Penulangan Pondasi Sumuran Tipe P2
Mn = = = 4,9x107 N/mm2
4
K = = = 0,0038
4
F =1–√ =1 √ = 0,0038
4 4
Fmax = = = 0,46
4
4
As = F x bd x = 0,0038 x 1000 x 936 x = 221 mm2
4
350
Gaya geser ultimit akibat gaya lateral
Vu = Vi
= kN
Diambil gaya geser ultimit (Vu) = kN
Luas penampang tiang
Ag = 0,25 x x D2
= 0,25 x 3,14 x 10002
= 785000 mm2
Tebal aquivalen penampang
b =√ =√ = 886 mm
Lebar equivalent penampang
b = h = 886 mm
Tebal efektif
d = h – d’ = 886 – 40 = 846 mm
Kuat geser yang disumbangkan beton
√
Vc =( ) ( )
4
√
=( ) ( )
4
= 538,2 kN
Vu < Vc (Ok), maka digunakan tulangan geser minimum
√
√
= 4
= 0,966
351
Gambar 4. 121 Pondasi Sumuran P2
Sumber : Data Tugas Akhir (program Outocad)
352
353
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil penulis dari hasil desain struktur yang telah
dibahas pada bab sebelumnya adalah sebagai berikut :
1. Suatu struktur bangunan yang kokoh dan kuat serta efisien memerlukan suatu
perencanaan struktur yang tepat dengan menggunakan peraturan – peraturan
perencanaan secara tepat dan benar.
2. Perhitungan tulangan pada struktur kolom, balok, plat lantai menggunakan SAP
2000 versi 14.
3. Dalam perencanaan dan perhitungan struktur tahan gempa sesuai dengan peraturan
perencanaan struktur tahan gempa (SNI Gempa 2012), seluruh elemen pada gedung dapat
dibentuk menjadi suatu kesatuan sistem struktur. Pelat Lantai berfungsi untuk menahan
beban gravitasi dan menyalurkan ke balok, sementara kolom - kolom berfungsi untuk
menahan beban lateral seperti beban gempa. Kedua sistem tersebut digabungkan dan
353
didesain terhadap beban gempa dengan menggunakan analisis desain respon spectrum
gempa.
4. Perhitungan struktur pondasi menggunakan perhitungan manual dengan data
sondir, dan penyelidikan tanah dari laboratorium Universitas Diponegoro, akan
tetapi untuk nilai momen, gaya aksial berdasarkan perhitungan SAP 2000 versi 14.
5. Hasil analisis perhitungan momen, gaya batang, gaya torsi, serta frekuensi getaran
gempa dapat dilihat dari print out SAP 2000 terlampir.
5.2. Saran
Penulis juga bermaksud memberikan saran yang berkaitan dengan perencanaan
struktur bangunan gedung kepada perencana struktur bangunan gedung khususnya rekan –
rekan mahasiswa teknik sipil.
1. Sebelum merencanakan suatu struktur bangunan gedung hendaknya dilalui dengan
study kelayakan agar pada perhitungan struktur nantinya dapat diperoleh hasil
perencanaan yang memuaskan baik dari segi biaya , mutu maupun waktu.
2. Seorang perencana struktur hendaknya selalu mengikuti perkembangan peraturan
dan pedoman – pedoman standart dalam perencanaan struktur, sehingga bangunan
yang dihasilkan nantinya selalu memenuhi persyaratan yang terbaru (up to date)
seperti dalam hal peraturan perencanaan struktur tahan gempa, standart
perencanaan struktur beton, dan sebagainya.
3. Mencari sumber buku yang lebih banyak untuk menambah wawasan pengetahuan
mengenai dasar – dasar untuk merencanakan sebuah struktur gedung.
4. Untuk mendapatkan hasil akurat perhitungan disarankan penyusun tugas akhir
sudah menguasi mengenai program SAP 2000 14.
5. Menggunakan tabel atau atau grafik pembebanan untuk struktur gedung yang masih
berlaku.
Dalam penyususnan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
penyusun meminta kritik serta saran untuk menyempurnakan tugas akhir untuk masa yang
akan datang. Demikian kesimpulan dan saran yang dapat diambil selama penyusunan
laporan ini, semoga dapat bermanfaat dan berkenan untuk semua pihak khususnya
mahasiswa jurusan Teknik Sipil.
354
DAFTAR PUSTAKA
Vis, W. C. dan Kusuma, Gideon H. 1993. Grafik dan Tabel Perhitungan Beton
Bertulang, Jakarta : Erlangga
Pamungkas Anugrah dan Harianti Erny. Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa,
Yogyakarta : Andi
Badan Standarisasi Nasional. 2003. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002.
Badan Standarisasi Nasional. 2003. Tata Cara Perhitungan Struktur Baja untuk
Bangunan Gedung SNI 03-1729-2002.
http://www.puskim.pu.go.id/desain_spektra_indonesia_2010/
PRINT OUT SAP2000
LEMBAR ASISTENSI