Anda di halaman 1dari 473

LAPORAN TUGAS AKHIR

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG


RUSUNAWA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
(UNNES) DI SEKARAN GUNUNG PATI SEMARANG

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Menempuh Ujian Akhir

Program Strata Satu (S-1) Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Semarang

Oleh :

JONI VIRNANDA NIM : C.131.15.0100


FIFI NUR AMALIA NIM : C.131.15.0107

YAYASAN ALUMNI UNIVERSITAS DIPONEGORO


FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SEMARANG
2019
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG
RUSUNAWA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DI SEKARAN
GUNUNG PATI SEMARANG
1 1 2 2
Joni Virnanda , Fifi Nur Amalia , , Anik Kustirini , Trias Widorini

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Semarang


Jl. Soekarno Hatta, Tlogosari , Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
Email : Jonivir97@gmail.com,Fifiamalia36@yahoo.com.

ABSTRAK
Tugas akhir ini dimaksudkan untuk merencanakan Gedung Rusunawa Universitas
Negeri Semarang (UNNES). Rusunawa atau rumah susun sederhana sewa yang merupakan
bangunan bertingkat yang dibangun dalam satu lingkungan tempat hunian yang memiliki
wc dan dapur yang menyatu, dengan cara membayar sewa tiap bulannya kepada
pengembangnya. Perencanaan ini dibatasi pada perencanaan struktur dari Gedung, yaitu
struktur Atap (Kuda-kuda) dan beton bertulang (plat lantai, balok, kolom, tangga, lift, dan
perencanaan pondasi). Perencanaan Gedung terletak pada jenis tanah sedang dengan
kedalaman tanah keras 2,5 m. Analisis perhitungan struktur gedung menggunakan bantuan
“SAP 2000” dengan tujuan mempercepat perhitungan. Sedangkan penggambaran
menggunakan program Autocad. Analisis beban gempa menggunakan metode static
ekivalen dengan Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Rumah dan Gedung
SNI-1726-2012. Tata Cara perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung mengacu
pada SNI 03-2847-2002, untuk perhitungan struktur rangka atap mengacu pada SNI 03-
1729-2002. Mutu bahan untuk penulangan struktur beton bertulang dengan kuat tekan
(F’c) = 25 MPa, untuk Fy plat, balok, kolom, pondasi = 240 MPa, untuk profil kuda – kuda
baja menggunakan Bj 37 ( ijin = kgcm). Hasil yang diperoleh pada perencanaan
Gedung adalah sebagai berikut : Struktur rangka kuda – kuda baja menggunakan profil
2C.150.130.20.2,30 dengan alat sambung baut dan pelat buhul 10x50 mm. ketebalan plat
atap 12 cm dengan tulangan tumpuan D10 - 150 dan tulangan lapangan D10 – 150. Untuk
ketebalan Plat lantai 12 dengan tulangan tumpuan D10 - 150 dan tulangan lapangan D10 –
150. Ketebalan plat tangga dan bordes 18 cm dengan tulangan pokok D16 dan tulangan
bagi D10. Balok dengan type B1 25x50, B2 25x40, B1K 30 x 70, BA 15 x 40, BD 20x40,
BDA 15x40, BR 20x40 menggunakan tulangan pokok D19, Tulangan Sengkang D10.
Untuk balok type BA1 15x30 dan BA2 15x20 menggunakan tulangan pokok D16,
Tulangan Sengkang D10. Kolom dengan type K1 40x70, K2 40x60 menggunakan
tulangan pokok D25 dan tulangan Sengkang D13. Kolom dengan type KT 25x25, K3
30x30, K4 30x50 menggunakan tulangan pokok D19 dan tulangan Sengkang D13. Kolom
dengan type KL 20x40 menggunakan tulangan pokok D16 dan tulangan Sengkang D10.
Pondasi sumuran type P1 diameter sumuran 200 cm, kedalama 700 cm dengan tulangan
pokok D25, tulangan geser D16. Pondasi sumuran type P2 diameter sumuran 100 cm,
kedalama 700 cm dengan tulangan pokok D19, tulangan geser D16.

Kata Kunci : Rusunawa, Struktur Gedung, Perencanaan, SAP 2000


This final project is intended to plan the Rusunawa Building Semarang State
University (UNNES). Rusunawa or simple flats for rent which is a multi-storey building
built in a residential environment that has an integrated toilet and kitchen, by paying rent
each month to the developer. This plan is limited to the structural design of the building,
namely the roof structure (easel) and reinforced concrete (floor plates, beams, columns,
stairs, elevators, and foundation planning). Building planning is located on medium soil
type with hard soil depth of 2.5 m. Analysis of building structure calculations using the
help of "SAP 2000" with the aim of speeding up calculations. While the depiction using
the Autocad program. Earthquake load analysis using the static equivalent method with the
Earthquake Resilience Planning Guidelines for Homes and Buildings SNI-1726-2012. The
procedure for calculating Concrete Structures for Buildings refers to SNI 03-2847-2002,
for calculation of roof truss structures refer to SNI 03-1729-2002. The quality of material
for reinforcing reinforced concrete structures with compressive strength (F'c) = 25 MPa,
for Fy plates, beams, columns, foundations = 240 MPa, for profiles of steel horses using Bj
37 (σijin = 0.528 kgcm). The results obtained in the building planning are as follows:
Structure of steel horses using 2C.150.130.20.2.30 profile with bolt and 10 x 50 mm gusset
connecting tools. thickness of the roof plate 12 cm with reinforcement reinforcement D10-
150 and reinforcement pitch D10-150. For thickness of the 12th floor plate with
reinforcement reinforcement D10-150 and reinforcement field D10-150. thickness of the
ladder plate and borders 18 cm with principal reinforcement D16 and reinforcement for
D10. Beam with type B1 25x50, B2 25x40, B1K 30 x 70, BA 15 x 40, BD 20x40, BDA
15x40, BR 20x40 use the principal reinforcement D19, Sengkang D10. For beam type BA1
15x30 and BA2 15x20 use the principal reinforcement D16, Reinforcement Sengkang
D10. Columns of type K1 40x70, K2 40x60 use reinforcement of D25 and Sengkang D13.
Columns with type KT 25x25, K3 30x30, K4 30x50 use the principal reinforcement D19
and reinforcement Sengkang D13. Column with type KL 20x40 uses the principal
reinforcement D16 and reinforcement Sengkang D10. Pound foundation type P1 wells
diameter 200 cm, depth 700 cm with D25 main reinforcement, shear reinforcement D16.
Suming wells type P2 wells diameter of 100 cm, deep 700 cm with principal reinforcement
D19, shear reinforcement D16.

Keywords: Rusunawa, Building Structure, Planning, SAP 2000


KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan karunia
dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul
“Perencanaan Struktur Gedung Rusunawa Universitas Negeri Semarang (Unnes) Di
Sekaran Gunung Pati Semarang” dengan baik. Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi
persyaratan menempuh Ujian Akhir Program Strata Satu (S-1) Fakultas Teknik Jurusan
Sipil Universitas Semarang.
Penyelesaian penyusunan Tugas Akhir ini tidak lepas dari bimbingan dan
dukungan semua pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan
terimakasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kelancaran dalam menyelesaikan
tugas akhir ini.
2. Orang tua penyusun yang telah memberikan dukungan, memotivasi serta
memfasilitasi dalam menyelesaikan tugas akhir.
3. Bapak Purwanto, ST, MT selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Semarang.
4. Ibu Ir. Diah Setyati B, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil, Universitas Semarang.
5. Ibu Anik Kustirini, ST, M.Si selaku pembimbing utama yeng telah memberikan
motivasi, nasehat, dukungan dan arahan.
6. Ibu Trias Widorini, ST, M.ENG selaku pembimbing kedua yang telah memberikan
motivasi, nasehat, dukungan dan arahan.
7. Seluruh dosen, staf dan kariawan Jurusan Teknik Sipil Universitas Semarang atas jasa-
jasanya selama kami berada di bangku kuliah untuk menuntut ilmu.
8. Kepada saudara dan teman-teman yang selalu memberikan semangat dan membantu
secara langsung maupun tidak langsung kepada Penyusun.
9. Semua pihak yang banyak membantu dan member dorongan sampai selesainya Tugas
Akhir ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyusun Tugas Akhir ini masih
banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca. Penulis berharap agar Tugas Akhir ini dapat bermanfaat.
Semarang, 2019

Penyusun
HALAMAN MOTTO

Sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain

"Man jadda wajada"

„‟Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah „‟
(HR.Turmudzi)

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling
taqwa di antara kalian..” (QS. Al-Hujurat: 13)

“Berlomba-lombalah dalam berbuat baik..” (QS. Al-Baqarah: 148 atau QS. Al-
Maidah: 41)

"Al-qur'an adalah sumber ilmu pengetahuan"

Allah mencintai pekerjaan yang apabila bekerja ia menyelesaikannya dengan


baik
(H.R Thabrani)

Orang yang menuntut ilmu berarti menuntut rahmat : orang yang menuntut ilmu
berarti menjalankan rukun islam dan pahala yang di berikan kepadanya sama
dengan para nabi
( H.R Dailani dari anas r.a)

“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan


kesanggupannya”

Jadikanlah ilmu berguna bagi diri sendiri dan orang lain


HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
MOTTO ............................................................................................................ v
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv

BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2.Perumusan Masalah ................................................................ 2
1.3.Batasan Masalah ..................................................................... 2
1.4.Maksud dan Tujuan ................................................................. 3
1.5.Ruang Lingkup Pekerjaan ....................................................... 3
1.6.Lokasi Perencanaan................................................................. 3
1.7.Sistematika Penyusunan Laporan ........................................... 4

BAB II.TINJAUAN PUSTAKA


2.1.Tinjauan Umum ...................................................................... 6
2.2.Landasan Teori ........................................................................ 7
2.3.Mutu Bahan ............................................................................. 8
2.4.Konsep Perencanaan Struktur ................................................. 8
2.4.1. Desain terhadap Beban Lateral (Gempa) .................... 8
2.4.1.1. Analisis Struktur terhadap Gempa ................ 9
2.4.1.2. Pemilihan Cara Analisis ............................... 10
2.4.2. Denah dan Konfigurasi Bangunan .............................. 11
2.5.Konsep Pembebanan ............................................................... 11
2.5.1. Jenis-Jenis Beban ........................................................ 11
2.5.2. Beban-Beban pada Struktur ........................................ 12
2.6.Perilaku Material dan Element Struktur.................................. 26
2.6.1. Beton ........................................................................... 26
2.6.2. Baja ............................................................................. 26
2.6.3. Perencanaan Pelat Lantai ............................................ 27

vi
2.6.4. Perencanaan Balok ...................................................... 33
2.6.5. Perencanaan Kolom .................................................... 48
2.6.6. Perencanaan Tangga ................................................... 55
2.6.7. Perencanaan Lift ......................................................... 60
2.7.Struktur Bawah ....................................................................... 61
2.7.1. Perencanaa pondasi ...................................................... 61

BAB III. METODOLOGI


3.1. Pengumpulan Data ................................................................. 64
3.1.1. Data Primer ................................................................. 64
3.1.2. Data Sekunder ............................................................. 64
3.2. Metode Analisis ..................................................................... 66
3.3. Rencana Teknis Pelaksanaan Studi ....................................... 67
3.3.1. Tahap Pelaksanaan Studi ............................................ 67
3.3.2. Bagan Alir ................................................................... 69

BAB IV. PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS


4.1. Perencanaan Atap .................................................................. 70
4.2. PedomanPerhitunganAtap ..................................................... 70
4.3. PerhitunganAtap .................................................................... 71
4.3.1. Perhitungan Gording ................................................. 72
4.3.2. Kombinasi Pembebanan Gording .............................. 77
4.3.3. Perhitungan Trackstang ............................................. 81
4.3.4. Perhitungan Ikatan Angin .......................................... 83
4.3.5. Perencanaan Kuda-Kuda ........................................... 83
4.3.6. Data - data Kuda-Kuda .............................................. 84
4.3.7. Pembebanan Kuda - Kuda ......................................... 88
4.3.7.1. Akibat Beban Mati ....................................... 88
4.3.7.2. Akibat Berat Plafond .................................... 93
4.3.7.3. Akibat Berat Sendiri Kuda - Kuda ............... 95
4.3.7.4. Akibat Beban Hidup ..................................... 95
4.3.7.5. Akibat Beban Angin ..................................... 96
4.3.8. Kontrol Desain Kuda – Kuda Utama ......................... 103

vii
4.3.9. Cek lendutan Rangka Kuda – Kuda Utama ............... 103
4.3.10. Perhitungan Perencanaan Sambungan Baut pada Plat
Buhul ......................................................................... 103
4.3.11. Perhitungan Perencanaan Baut .................................. 110
4.3.12. Perhitungan Perencanaan Plat Kopel pada batang
Tekan ........................................................................ 112
4.4. Perhitungan Pelat Atap .......................................................... 118
4.4.1. Data Teknis Pelat Atap Rencana ............................... 119
4.4.2. Mementukan Tebal Pelat Atap .................................. 119
4.4.3. Pembebanan Pada pelat ............................................. 120
4.4.4. Perhitungan Momen pada Tumpuan dan Lapangan . 121
4.4.5.Pemilihan Tulangan ...................................................... 131
4.5 Perhitungan Pelat Lantai ....................................................... 134
4.5.1. Data Teknis Pelat Lantai Rencana ............................. 134
4.5.2. Menentukan Tebal Pelat ............................................ 136
4.5.3. Pembebanan Pada pelat ............................................. 137
4.5.4. Perhitungan Momen pada Tumpuan dan Lapangan .. 137
4.5.5. Pemilihan Tulangan ................................................... 156
4.6 Perhitungan Struktur Portal Balok dan Kolom .................... 158
4.6.1. Data Teknis Portal ..................................................... 159
4.6.2. Menentukan Dimensi ................................................. 159
4.6.3. Pembebanan Portal .................................................... 160
4.6.4. Beban Gempa pada Bangunan ................................... 164
4.6.5. Menentukan Momen pada Portal ............................... 197
4.6.6. Menghitung Tulangan Balok ..................................... 197
4.6.7. Menghitung Tulangan Kolom ................................... 285
4.7 Perencanaan Tangga ............................................................ 315
4.7.1. Perencanaan Dimensi Tangga .................................. 315
4.7.2. Pembebanan Tangga ................................................ 316
4.7.3. Perhitungan Tulangan Tangga ................................. 319
4.8 Perencanaan Lift .................................................................. 322
4.8.1. Spesifikasi Lift ......................................................... 322
4.8.2. Perencanaan Konstruksi Lift ..................................... 325

viii
4.8.3. Pembebanan Balok Pengatrol ................................... 325
4.8.4. Pembebanan Balok Perletakan ................................. 325
4.8.5. Pembebanan Pelat Mesin.......................................... 325
4.8.6. Pembebanan Pelat Landasan .................................... 326
4.9. Perhitungan Pondasi ............................................................ 327
4.9.1. Perencanaan pondasi ................................................ 327
4.9.2. Data perencanaan pondsi .......................................... 328
4.9.2.1. Interpretasi Hasil pengujian lapngan ........... 332
4.9.3. Perhitungan Pondasi ................................................. 332
4.9.3.1. Perhitungan kapasitas dukung Tanah ........... 332
4.9.3.2. Penulangan Pile Cap ..................................... 336
4.9.3.3. Penulangan Pondasi Sumuran ...................... 346

BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan ............................................................................ 353
5.2. Saran ...................................................................................... 354
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 LokasiProyek ............................................................................ 4


Gambar 2.1 Peta Percepatan Respons Spektral Periode 0,2 detik (Ss) ........ 21
Gambar 2.2 Peta Percepatan Respons Spektral Periode 1 detik (S1) ........... 21
Gambar 2.3 SpektrumResponsPercepatanDesain ........................................ 23
Gambar 2.4 Diagram tegangan (fc) – regangan (e) BetonTekan ................. 26
Gambar 2.5 Diagram tegangan (fc) – regangan (e) Baja Tarik .................... 27
Gambar 2.6 Detail Penulangan Pelat ............................................................ 32
Gambar 2.7 Kurva Alinyemen ..................................................................... 49
Gambar 2.8 Desain Kolom Sentris ............................................................... 51
Gambar 2.9 Desain Kolom Eksentris ........................................................... 52
Gambar 3.1 BaganMetodologiRencanaPenyusunan TA .............................. 69
Gambar 4.1 Tampak Atas Rencana Kuda-Kuda .......................................... 71
Gambar 4.2 PemodelanKuda - Kuda ............................................................ 71
Gambar 4.3 PemodelanBebanMati ............................................................... 73
Gambar 4.4 Pembebanan Beban Mati .......................................................... 74
Gambar 4.5 Pemodelan Beban Hidup .......................................................... 75
Gambar 4.6 Pembebanan Beban Hidup........................................................ 76
Gambar 4.7 Pemodelan Beban Angin .......................................................... 76
Gambar 4.8 Pembebanan Beban Angin........................................................ 77
Gambar 4.9 Peletakan Treckstang ................................................................ 82
Gambar 4.10 Mutu Baja Bj 37 ....................................................................... 84
Gambar 4.11 Load Combination 1,4DL ......................................................... 85
Gambar 4.12 Load Combination 1,2DL + 0,5LL........................................... 86
Gambar 4.13 Load Combination 1,2DL + 1,6LL........................................... 86
Gambar 4.14 Load Combination 1,2DL + 1,6LL + 0,8W.............................. 87
Gambar 4.15 Load Combination 1,2DL + 1,3W + 0,5LL.............................. 87
Gambar 4.16 Load Combination 0,9DL ± 1,3W ............................................ 88
Gambar 4.17 Letak Pembebanan Pada Atap .................................................. 89
Gambar 4.18 Input Beban Atap P1 ................................................................ 89
Gambar 4.19 Input Beban Atap P2 ................................................................ 90
Gambar 4.20 Input Beban Atap P3 ................................................................ 91

x
Gambar 4.21 Input Beban Atap P4 ................................................................ 92
Gambar 4.22 Input Beban Atap P5 ................................................................ 93
Gambar 4.23 Display Beban Mati .................................................................. 93
Gambar 4.24 Input Beban Plafond ................................................................. 94
Gambar 4.25 Display Beban Plafond ............................................................. 94
Gambar 4.26 Input Beban Hidup ................................................................... 95
Gambar 4.27 Display Beban Hidup ............................................................... 95
Gambar 4.28 Input Beban Angin Tekan P1 ................................................... 96
Gambar 4.29 Input BebanAnginHisap P1 ...................................................... 97
Gambar 4.30 Input Beban Angin Tekan P2 ................................................... 98
Gambar 4.31 Input Beban Angin Hisap P2 .................................................... 98
Gambar 4.32 Input Beban Angin Tekan P3 ................................................... 99
Gambar 4.33 Input BebanAnginHisap P3 ...................................................... 100
Gambar 4.34 Input Beban Angin Tekan P4 ................................................... 100
Gambar 4.35 Input BebanAnginHisap P4 ...................................................... 101
Gambar 4.36 Input Beban Angin P5 .............................................................. 102
Gambar 4.37 Display Beban Angin Tekan dan Hisap ................................... 102
Gambar 4.38 Kerangka Kuda - Kuda Utama dan Profil yang Digunakan ..... 103
Gambar 4.39 Hasil lendutan dari SAP 2000.v.14 kombinasi 1,4D ................ 103
Gambar 4.40 Hasil lendutan dari SAP 2000.v.14 .......................................... 104
Gambar 4.41 HasilLendutandari SAP 2000.v.14kombinasi 1,2DL+1,6LL ... 104
Gambar 4.42 HasilLendutandari SAP 2000.v.14kombinasi 1,2DL+1,6LL
+0,8W ....................................................................................... 105
Gambar 4.43 HasilLendutandari SAP 2000.v.14kombinasi 1,2DL+1,3W
+0,5LL ...................................................................................... 105
Gambar 4.44 Hasil lendutan dari SAP 2000.v.14 Kombinasi 0,9DL + 1,3W 106
Gambar 4.45 Penempatan Jarak Baut Satuan Dalam mm .............................. 111
Gambar 4.46 KemungkinanKeruntuhanGeser Blok ...................................... 115
Gambar 4.47 Pemasangan Pelat Kopel .......................................................... 117
Gambar 4.48 Perspektif Struktur Pelat Atap .................................................. 118
Gambar 4.49 Tampak Atas Plat Lantai .......................................................... 119
Gambar 4.50 Skema Penulangan Pelat ........................................................... 121
Gambar 4.51 Tampak Atas Plat atap .............................................................. 123

xi
Gambar 4.52 Detail Penulangan Plat ............................................................. 132
Gambar 4.53 Perspektif Struktur Pelat Lantai ................................................ 133
Gambar 4.54 Tampak Atas Plat Lantai .......................................................... 135
Gambar 4.55 Denah Plat Lantai Type A1 ...................................................... 139
Gambar 4.56 Denah Plat Lantai Type A2 ..................................................... 140
Gambar 4.57 Denah Plat Lantai Type A3 ..................................................... 141
Gambar 4.58 Denah Plat Lantai Type A4 ..................................................... 142
Gambar 4.59 Denah Plat Lantai Type B ........................................................ 144
Gambar 4.60 Denah Plat Lantai Type C ........................................................ 145
Gambar 4.61 Denah Plat Lantai Type D ....................................................... 146
Gambar 4.62 Denah Plat Lantai Type E........................................................ 147
Gambar 4.63 Denah Plat Lantai Type F ........................................................ 148
Gambar 4.64 Detail Penulangan Pelat Lantai................................................. 157
Gambar 4.65 Perspektif Rangka Portal Struktur Beton ................................. 158
Gambar 4.66 Beban Pelat Atap ...................................................................... 161
Gambar 4.67 Beban Pelat Lantai .................................................................... 162
Gambar 4.68 Beban Pada Balok Atap ............................................................ 162
Gambar 4.69 Beban Pada Balok ..................................................................... 163
Gambar 4.70 Peta Wilayah Gempa Indonesia ................................................ 168
Gambar 4.71 Gambar Response Spectrum Titik Koordinat........................... 176
Gambar 4.72 Spektrum Respon gempa desain ............................................... 176
Gambar 4.73 Respons Spektrum Gempa Wilayah Gunung pati
Semarang untuk Kondisi Tanah sedang ................................... 177
Gambar 4.74 Input pada program SAP terhadap respon spectrum ................ 179
Gambar 4.75 Structure Output Analysis Program SAP ................................. 183
Gambar 4.76 Structure Output Analysis Program SAP Base Reactions ........ 184

Gambar 4.77 SimpanganLantaiAtap Lift (ᵹlift = 0,0119 m ) Gempa arahX ... 186
Gambar 4.78 Simpangan Lantai Atap(ᵹatap= 0,0112 m ) Gempa arah X........ 186
Gambar 4.79 Simpangan Lantai 5 (ᵹ5 = 0,0094 m ) Gempa arah X ............... 187
Gambar 4.80 Simpangan Lantai 4 (ᵹ4 = 0,0072 m) Gempa Arah X ................ 187
Gambar 4.81 Simpangan Lantai 3 (ᵹ3= 0,0043 m) Gempa Arah X ................ 188
Gambar 4.82 Simpangan Lantai 2 (ᵹ2= 0,0015 m ) Gempa ArahX ................ 188

xii
Gambar 4.83 Simpangan Lantai 1 (ᵹ1 = 0 m) Gempa Arah X ......................... 189
Gambar 4.84 Penentuan Antar Simpangan .................................................... 190
Gambar 4.85 Simpangan Lantai Atap Lift (ᵹlift = 0,0036 m) Gempa
Arah Y ...................................................................................... 192
Gambar 4.86 Simpangan Lantai Atap (ᵹatap= 0,0034 m) Gempa Arah Y ..... 193
Gambar 4.87 Simpangan Lantai 5 (ᵹ5 = 0,0028 m) Gempa Arah Y ................ 193
Gambar 4.88 Simpangan Lantai 4 (ᵹ4= 0,0021 m) Gempa Arah Y ................ 193
Gambar 4.89 Simpangan Lantai 3 (ᵹ3 = 0,0013 m) Gempa Arah Y ............... 194
Gambar 4.90 Simpangan Lantai 2 (ᵹ2 = 0,0005 m)Gempa Arah Y ................. 194
Gambar 4.91 Simpangan Lantai 1 (ᵹ1 = 0 m) Gempa Arah Y ......................... 194
Gambar 4.92 Penulangan Balok B1 ............................................................... 207
Gambar 4.93 Penulangan Balok B2 ............................................................... 218
Gambar 4.94 Penulangan Balok B1K ........................................................... 228
Gambar 4.95 Penulangan Balok BA ............................................................. 238
Gambar 4.96 Penulangan Balok BA1 ............................................................ 248
Gambar 4.97 Penulangan Balok BA2 ........................................................... 258
Gambar 4.98 Penulangan Balok BD .............................................................. 267
Gambar 4.99 Penulangan Balok BDA ........................................................... 277
Gambar 4.100 Penulangan Balok BR ............................................................... 285
Gambar 4.101 Penulangan Kolom K1 ............................................................. 290
Gambar 4.102 Penulangan Kolom K2 ............................................................. 295
Gambar 4.103 Penulangan Kolom K3 ............................................................. 299
Gambar 4.104 Penulangan Kolom K4 ............................................................. 303
Gambar 4.105 Penulangan Kolom KT ............................................................. 308
Gambar 4.106 Penulangan Kolom KL ............................................................. 314
Gambar 4.106 Rencana Tangga ....................................................................... 316
Gambar 4.107 Pemodelan SAP Tangga ........................................................... 318
Gambar 4.108 Detail Tangga ........................................................................... 321
Gambar 4.109 Denah Lift ................................................................................. 322
Gambar 4.110 Pit Lift ...................................................................................... 323
Gambar 4.111 Ruang Mesin Lift ...................................................................... 324
Gambar 4.112 Denah Pondasi .......................................................................... 327
Gambar 4.113 Beban Pada Pondasi P1 ............................................................ 330

xiii
Gambar 4.114 Beban Pada Pondasi P2 ............................................................ 330
Gambar 4.115 Input pada Program SAP Terhadap Respon Spectrum ............. 331
Gambar 4.116 Potongan Pile cap P1 ............................................................... 337
Gambar 4.117 Grafik Broms Ultimate Lateral Resistance P1 (Das, 2004) ..... 339
Gambar 4.118 Potongan Pile Cap P2 ............................................................... 342
Gambar 4.119 Grafik Broms Ultimate Lateral Resistance P2 (Das,2004) ...... 344
Gambar 4.120 Pondasi Sumuran P1 ................................................................. 349
Gambar 4.120 Pondasi Sumuran P2 ................................................................. 352

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Berat Sendiri Material Konstruksi ............................................ 13


Tabel 2.2 Berat Sendiri Komponen Gedung ............................................ 13
Tabel 2.3 Beban Hidup Pada Lantai Bangunan ........................................ 14
Tabel 2.4 Faktor Reduksi Beban Hidup ................................................... 14
Tabel 2.5 Kategori RisikountukBebanGempa .......................................... 16
Tabel 2.6 FaktorKeutamaanGempa .......................................................... 19
Tabel 2.7 Klasifikasi Situs ........................................................................ 19
Tabel 2.8 KoefisienuntukbalasataspadaPeriode yang Dihitung ............... 24
Tabel 2.9 Nilai Parameter Periode ............................................................ 24
Tabel4.1 TabelRekapHasilPerhitunganMomen ....................................... 77
Tabel 4.2 Tabel Rekap Kombinasi Pembebanan ...................................... 78
Tabel 4.3 .................................................................................................. 108
Tabel4.4 Skema Penulangan PelatAtap ................................................... 122
Tabel4.5 Rekapitulasi Momen Yang Menentukan .................................. 125
Tabel4.6 Diameter Batang dalam mm2 per meter lebar Pelat .................. 132
Tabel4.7 Skema Penulangan Pelat Lantai ............................................... 138
Tabel4.8 Rekapitulasi Tabel Pelat A ....................................................... 143
Tabel4.9 Momen Pelat yang dihasilkan................................................... 149
Tabel4.10 Diameter Batang dalam mm2 per meter Lebar Pelat ................ 156
Tabel 4.11 Kategori Risiko Bangunan Gedung dan Non Gedung
untukBeban Gempa (SNI 1726 : 2012) .................................... 164
Tabel4.12 Faktor Keutamaan Gempa ( SNI 1726 : 2012 ) ........................ 167
Tabel4.13 Klasifikasi Situs ........................................................................ 169
Tabel4.14 Faktor Koefisien Kitus Fa......................................................... 170
Tabel4.15 Faktor Koefisien Kitus Fv ........................................................ 171
Tabel4.16 Nilai Hasil Test Penetrasi Standar Rata-Rata (N) .................... 171
Tabel4.17 Kategori desain Seismik Berdasarkan Parameter
ResponsPercepatan pada Periode Pendek................................. 174
Tabel4.18 Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter
ResponsPercepatan Pada Periode 1 Detik ................................ 174
Tabel4.19 Kategori Sistem Penahan Gaya Gempa .................................... 175

xv
Tabel4.20 Spektrum respon untuk WilayahGempa 2 ................................ 177
Tabel4.21 Simpangan Antara Lantai Ijin, ........................................ 189
Tabel4.22 Perhitungan Penulangan Tumpuan Balok B1 ........................... 205
Tabel4.23 Perhitungan Penulangan Lapangan Balok B1 .......................... 205
Tabel4.24 Perhitungan Penulangan Geser Balok B1 ................................. 206
Tabel4.25 Perhitungan Penulangan Torsi Balok B1 ................................. 207
Tabel4.26 Perhitungan Penulangan Tumpuan Balok B2 ........................... 215
Tabel4.27 Perhitungan Penulangan Lapangan Balok B2 .......................... 216
Tabel4.28 Perhitungan Penulangan Geser Balok B2 ................................. 216
Tabel4.29 Perhitungan Penulangan Torsi Balok B2 ................................. 217
Tabel4.30 Perhitungan Penulangan Tumpuan Balok B1K ........................ 226
Tabel4.31 Perhitungan Penulangan Tulangan Ujung Bebas Balok B1K .. 226
Tabel4.32 Perhitungan Penulangan Geser Balok B1K .............................. 227
Tabel4.33 Perhitungan Penulangan Torsi Balok B1K ............................... 227
Tabel4.34 Perhitungan Penulangan Tumpuan Balok BA .......................... 236
Tabel4.35 Perhitungan Penulangan Lapangan Balok BA ......................... 236
Tabel4.36 Perhitungan Penulangan Geser Balok BA ................................ 237
Tabel4.37 Perhitungan Penulangan Torsi Balok BA ................................. 237
Tabel4.38 Perhitungan Penulangan Tumpuan Balok BA1 ........................ 246
Tabel4.39 Perhitungan Penulangan Lapangan Balok BA1 ....................... 246
Tabel4.40 Perhitungan Penulangan Geser Balok BA1 .............................. 247
Tabel4.41 Perhitungan Penulangan Torsi Balok BA1 ............................... 247
Tabel4.42 Perhitungan Penulangan Tumpuan Balok BA2 ........................ 256
Tabel4.43 Perhitungan Penulangan Lapangan Balok BA2 ....................... 256
Tabel4.44 Perhitungan Penulangan Geser Balok BA2 .............................. 257
Tabel4.45 Perhitungan Penulangan Torsi Balok BA2 ............................... 257
Tabel4.46 Perhitungan Penulangan Tumpuan Balok BD .......................... 266
Tabel4.47 Perhitungan Penulangan Lapangan Balok BD ......................... 266
Tabel4.48 Perhitungan Penulangan Geser Balok BD ................................ 266
Tabel4.49 Perhitungan Penulangan Torsi Balok BD ................................. 267
Tabel4.50 Perhitungan Penulangan Tumpuan Balok BDA ....................... 275
Tabel4.51 Perhitungan Penulangan Lapangan Balok BDA ...................... 276
Tabel4.52 Perhitungan Penulangan Geser Balok BDA ............................. 276

xvi
Tabel4.53 Perhitungan Penulangan TorsiBalok BDA ............................... 276
Tabel4.54 Perhitungan Penulangan Utama KolomK1 ............................. 289
Tabel4.55 Perhitungan Penulangan Geser Kolom K1 ............................... 289
Tabel4.56 Perhitungan Penulangan Utama Kolom K2 ............................ 294
Tabel4.57 Perhitungan Penulangan Geser Kolom K2 ............................... 294
Tabel4.58 Perhitungan Penulangan Utama Kolom KT ............................ 307
Tabel4.59 Perhitungan Penulangan Geser Kolom KT .............................. 308
Tabel4.60 Perhitungan Penulangan Utama Kolom KL ............................ 312
Tabel4.61 Perhitungan Penulangan Geser Kolom KL .............................. 313
Tabel4.62 Data Momen Hasil Pembebanan .............................................. 318
Tabel4.63 Data Hasil PenulanganTangga.................................................. 320
Tabel4.64 Data Hasil PenulanganBordes .................................................. 320
Tabel4.65 Spesifikasi Lift Penumpang (Hyunday elevator) ...................... 324

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengan keterbatasan lahan yang ada dimuka Bumi, dan seiring bertambah
banyaknya manusia yang menempati lahan tersebut, tentunya akan menambah
kepadatan pemukiman, maka untuk mengurangi kepadatan pemukim tersebut harus
dilakukan pembangunan kearah vertikal. (Fariz, 2011). Tidak hanya pemukiman
penduduk yang dibangun secara vertikan tetapi bangunan sarana prasarana juga
dibangun secara vertikal seperti Rumah sakit, Perkantoran, Pasar, dll. Untuk itu
negara-negara termasuk Indonesia melakukan pembangunan secarara vertikal dan
tentunya tak luput dari keindahan bangunan tersebut, yang menampilkan berbagai
macam bentuk, dari yang beraturan sampai yang tidak beraturan. Bangunan-
bangunan yang dibangun secara vertikal tentunya memerlukan ilmu yang memadai
dan ditunjang dengan penguasaan aplikasi computer agar dapat merancang dan
membangun bangunan tersebut dengan baik, benar dan mudah.
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitaslah yang mampu merancang
dan membangun bangunan secara vertical dengan baik, benar dan mudah.
Universitas Semarang adalah salah satu perguruan tinggi swasta yang berusaha
untuk mencetak SDM-SDM berkualitas yang mampu bersaing di dunia industri
yang begitu ketat. Tugas Akhir merupakan salah satu mata kuliah yang wajib di
tempuh seluruh Mahasiswa untuk menyelesaikan tahap semester akhir pada
perguruan tinggi program studi Strata Satu (S1) Jurusan Teknik Sipil Universitas
Semarang.
Tugas Akhir ini merupakan salah satu cara untuk mencetak SDM-SDM
berkualitas. Berbekal dari materi yang didapat selama perkuliahan serta
pengalaman yang didapat saat Kerja Praktek (KP) dan Kuliah Kerja Lapangan
(KKL). Dengan adanya pengalaman tersebut diharapkan Mahasiswa mampu
merencanakan suatu konstruksi gedung dengan benar sesuai dengan ilmu yang
didapat selama mengikuti perkuliahan. Untuk itu dalam menyusun Tugas Akhir ini
diperlukan penyusunan proposal untuk kemudian disetujui dan disahkan sehingga
dapat menjadi arahan dan pedoman penyusunan Laporan Tugas Akhir.
Judul Tugas Akhir yang dipilih Penulis Berjudul Perencanaan Struktur Gedung

1
Rusunawa Universitas Negeri Semarang (Unnes) Di Sekaran Gunung Pati
Semarang.
Universitas Negeri Semarang adalah Instansi pendidikan negeri yang telah diminati
di Jawa Tengah. Seiring bertambahnya zaman semakin meningkat persentase
jumlah mahasiswa baru di Universitas Negeri Semarang maka dari itu meningkat
juga keuangan yang terjadi di Universitas Negeri Semarang. Dengan adanya
keuangan yang semakin meningkat di Universitas Negeri Semarang, maka
Universitas Negeri Semarang membangun dan mengembangkan Rusunawa.
Rusunawa adalah Rumah Susun Sederhana Sewa yaitu bangunan bertingkat yang
dibangun dalam satu lingkungan tempat hunian yang memiliki wc dan dapur yang
menyatu, dengan cara membayar sewa tiap bulannya kepada pengembangnya.
Dengan adanya Rusunawa baru maka Universitas Negeri Semarang telah
membantu program Pemerintah yaitu program peremajaan kota atau pembangunan
kota terpadu. Rusunawa merupakan alternatif pilihan untuk mahasiswa Universitas
Negeri Semarang sebagai tempat tinggal sementara dan unuk perumahan di kota
yang diakibatkan adanya keterbatasan lahan yang ada dimuka Bumi, dan seiring
bertambah banyaknya manusia yang menempati lahan tersebut.
Dalam laporan ini penyusun menguraikan tentang perencanaan struktur
bawah dan struktur atas serta tetap mencantumkan intisari bangunan yaitu elemen-
elemen struktur.

1.2 Perumusan Masalah


Perencanaan Struktur Gedung Rusunawa Universitas Negeri Semarang
(Unnes) Di Sekaran Gunung Pati Semarang adalah bagaimana merencanakan suatu
gedung dengan data yang ada untuk memenuhi standart pembangunan gedung
dengan mempertimbangkan aspek arsitektural, fungsional, kestabilan struktur,
ekonomi dan kemudahan dalam pelaksanaan, sehingga gedung dapat memenuhi
kebutuhan sesuai fungsi yang diharapkan.

1.3 Batasan Masalah


Perencanaan gedung dalam laporan Tugas Akhir ini pembahasannya
dibatasi hanya pada struktur utamanya saja dengan tidak mengabaikan pembahasan

2
lain yang dapat menunjang proses perencanaan struktur. Untuk itu, selain
permasalahan struktur utama pembahasan lain dibuat secukupnya.

1.4 Maksud dan Tujuan


Maksud dari Perencanaan Struktur Gedung Rusunawa Universitas Negeri
Semarang (Unnes) Di Sekaran Gunung Pati Semarang adalah untuk memenuhi
kebutuhan perumahan yang diakibatkan dengan adanya keterbatasan lahan serta
harga lahan yang mahal di Kota Semarang.
Tujuan dari Perencanaan Struktur Gedung Rusunawa Universitas Negeri
Semarang (Unnes) Di Sekaran Gunung Pati Semarang adalah :
1. Pemenuhan kebutuhan tempat tinggal terutama untuk Mahasiswa Universitas
Negeri Semarang (UNNES) dan masyarakat Semarang yang belum memiliki
rumah tinggal, membantu program Pemerintah yaitu program peremajaan kota
atau pembangunan kota terpadu.
2. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang bersumber dari
hidup yang layak.
3. Dapat merencanakan bangunan gedung bertingkat, lima lantai yang konstruksi/
strukturnya sesuai dengan kondisi di lapangan.

1.5 Ruang Lingkup Pekerjaan


Perencanan ini mencakup pembahasan dari tahap pra-desain, perencanaan,
konstruksi (analisis dan perhitungan struktur).

1.6 Lokasi Perencanaan


Lokasi Perencanaan Struktur Gedung Rusunawa Universitas Negeri
Semarang (Unnes) Di Sekaran Gunung Pati Semarang terletak di Jl. Ampel Gading,
Kelurahan Kota Madya, Gunung Pati Semarang.
Sebelah Timur : Jl. Sekaran Raya
Sebelah Selatan : Rusunawa Putri UNNES
Sebelah Barat : Jl. Sekargading Barat
Sebelah Utara : Perum. Citra Gading

3
LOKASI

Gambar 1.1 Lokasi Proyek


Sumber : Google Map

1.7 Sistematika Penyusunan Laporan


Sistematika pembahasan dalam penyusunan laporan tugas akhir ini adalah
sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan
Pada bab ini berisikan Judul Tugas Akhir, Bidang Ilmu, Latar Belakang,
Perumusan dan Batasan Masalah, Maksud, Tujuan dan Manfaat
Perencanaan, Lokasi Proyek, serta Sistematika Penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka


Pada bab ini berisikan landasan teori berdasarkan studi pustaka.
Mencakup tinjauan umum, aspek-aspek perencanaan dan perancangan
analisis pembebanan struktur yang merupakan landasan teori yang
digunakan sebagai dasar teoritis untuk analisis selanjutnya.

BAB III Metodologi


Pada bab ini berisikan pendekatan metode yang digunakan dalam
analisis studi, dan metodologi yang digunakan dalam mengerjakan

4
Tugas Akhir. Metodologi yang digunakan meliputi pengumpulan
data,metode analisis dan perumusan masalah.

BAB IV Perhitungan Struktur


Pada bab ini berisikan perhitungan struktur atas meliputi : struktur atap,
struktur pelat, struktur balok dan kolom dengan perhitungan gempa serta
struktur bawah yaitu pondasi.

BAB V Penutup
Pada bab ini berisikan Kesimpulan dan Saran yang bisa diberikan dari
hasil Perencanaan Struktur Gedung Rusunawa Universitas Negeri
Semarang (Unnes) Di Sekaran Gunung Pati Semarang.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum


Dalam melakukan sebuah proses perencanaan perlu ditetapkan kriteria –
kriteria yang akan digunakan sebagai tolok ukur kelayakan pelaksanaan
pembangunan. Beberapa kriteria yang dimaksud adalah :

1. Serviceability (kemampuan layanan)


Kriteria ini merupakan kriteria dasar yang sangat penting.Struktur yang
direncanakan harus mampu memikul beban secara aman tanpa mengalami
kelebihan tegangan maupun deformasi yang melebihi batas.

2. Nilai Efisiensi Bangunan


Kriteria efisiensi ini mencakup tujuan desain struktur serta kemudahan
untuk pelaksanaannya, yang meliputi banyaknya material yang digunakan,
waktu pelaksanaan, tenaga kerja, dan lain-lain.Selain itu proses perencanaan
struktur yang ekonomis didapatkan dengan membandingkan besarnya
pemakaian bahan pada kondisi tertentu dengan hasil yang berupa kemampuan
untuk memikul beban. Nilai efisiensi yang tinggi merupakan tolok ukur
kelayakan perencanaan yang baik.

3. Pemilihan Konstruksi dan Metode Pelaksanaan


Pemilihan konstruksi yang sesuai dengan kebutuhan serta metode
pelaksanaan yang akan dilakukan mempengaruhi nilai kelayakan sebuah
pembangunan. Kriteria ini mempunyai ruang lingkup yang sangat luas,
diantaranya pemilihan peralatan, waktu pelaksanaan, biaya dan sumber daya
manusia yang diperlukan.

4. Harga/biaya
Disamping dari kriteria – kriteria tersebut diatas terdapat sebuah kriteria
yang sangat penting untuk diperhatikan. Kriteria tersebut adalah biaya yang

6
dibutuhkan dalam proses pembangunan. Nilai pemakaian biaya yang efisien
tidak terlepas dari efisiensi bahan dan kemudahan pelaksanaan.

5. Estetika
Dalam pembuatan suatu bangunan harus memperhatikan dalam segi
estetika.Yang dimaksud estetika bukan hanya keindahannya saja tapi juga
melihat fungsi dari bangunan maupun ruangan yang ada sehingga dapat
mendesain dengan baik tanpa meninggalkan segi estetikannya.

2.2 Landasan teori


Ketentuan – ketentuan dalam Perencanaan Struktur Gedung Lima Lantai
Yang Difungsikan Untuk Rusunawa Dilokasi Sekarang Gunungpati Semarang
menggunakan pedoman yang digunakan sebagai acuan, yaitu :
a. Standart Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI
03-2847 Beton 2002)
Dalam tugas akhir ini meliputi perencanaan :
1. Modulus elastisitas beton (Ec)
2. Kuat perlu (U)
3. Faktor reduksi kekuatan (φ)
4. Faktor (β1)
b. Standart Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk bangunan gedung
(SNI_03_1729_2002)
Dalam tugas akhir ini meliputi perencanaan :
1. Modulus elastisitas baja (Es)
2. Mutu baja
3. Tegangan-tegangan baja (tegangan ijin, tegangan geser, tegangan leleh,
tegangan putus)
4. Ketentuan-ketentuan mengenai sambungan.
c. Standart perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung
(SNI_03_1726_2012).
Dalam tugas akhir ini meliputi perencanaan :
1. Cara-cara analisis gempa
2. Koefisien gempa dasar ©

7
3. Faktor keutamaan (I)
4. Faktor jenis struktur (K)
5. Wilayah / zone gempa
d. Peraturan pembebanan Indonesia untuk gedung 1987.
Dalam tugas akhir ini meliputi perencanaan :
1. Berat sendiri bahan bangunan
2. Beban hidup lanati gedung
3. Koefisien reduksi beban hidup
4. Beban angin

2.3 Mutu Bahan


Mutu bahan yang digunakan dalam perencanaan struktur gedung ini adalah
beton fc’ = 25 MPa, fc’ = 30 MPa, dan fc’ = 35 MPa. Ec = 23500 MPa untuk
struktur secara umum. Baja tulangan menggunakan mutu baja fy = 390 MPa, Es =
200000 MPa untuk tulangan pokok dan fy = 240 MPa untuk tulangan sengkang.

2.4 Konsep Perencanaan Struktur


Konsep Perencanaan Struktur merupakan dasar teori perencanaan dan
perhitungan struktur, yang meliputi desain terhadap beban lateral (gempa) dan
metode analisis struktur yang digunakan .
2.4.1 Desain terhadap Beban Lateral (Gempa)
Kerak bumi tidak statis, ia selalu bergerak konstan. Menurut teori
geologi tentang tektonik lempengan, permukaan bumi terdiri dari beberapa
lempengan batuan tebal yang mengapung diatas matel bumi yang cair.
Lempengan-lempengan tektonik baru di bentuk terus-menerus sepanjang
lembah yang curam di dasar laut dimana bahan cair dari interior bumi
didorong ke atas sehingga samudra baru membentuk tepi lempengan
samudra yang menyebabkan continental drift, yaitu lempengan-lempengan
samudra didorong terhadap lempengan kontinental. Pada pertemuan ini,
lempengan akan terkunci di tempat tersebut sehingga pergeseran lempengan
dapat dicegah. Tekanan terbentuk disepanjang tepi lempengan sehingga
peleset yang mendadak karena pantulan elastik atau terjadi patahan batuan
sehingga menghasilkan pelepasan energi regangan mendadak. Akibatnya

8
adalah terjadi patahan pada kerak bumi bagian atas sepanjang arah tertentu,
dan terbentuklah sesar. Sebagian energi dalam bentuk gelombang dijalarkan
kesemua arah. Gerak gelombang inilah yang dikenal sebagai gempa. Di sini
jelas bahwa suatu sesar yang menderita gempa di masa lalu mungkin sekali
akan mengalami gangguan yang sama dikemudian hari (Wolfgang,2001).
Untuk itu, dalam mendesain suatu struktur, kestabilan terhadap
beban gempa (lateral) adalah hal terpenting karena gaya lateral
mempengaruhi desain elemen – elemen vertikal dan horisontal struktur.
Mekanisme dasar untuk menjamin kestabilan terhadap beban gempa
(lateral) diperoleh dengan menggunakan hubungan kaku untuk memperoleh
bidang geser kaku yang dapat memikul beban lateral. Beban gempa
mempunyai efek dinamis yang menjadikan analisisnya lebih kompleks.
Tinjauan ini dilakukan untuk mendesain elemen – elemen struktur agar
elemen – elemen tersebut kuat menahan gaya gempa.
2.4.1.1 Analisis Struktur terhadap Gempa
Metode analisis yang dapat digunakan untuk
memperhitungkan pengaruh beban gempa terhadap struktur adalah
sebagai berikut :

1. Metode Analisis Statis Ekuivalen


Merupakan analisis sederhana untuk menentukan pengaruh
gempa tetapi hanya digunakan pada bangunan sederhana dan
simetris, penyebaran kekakuan massa menerus, dan ketinggian
tingkat kurang dari 40 meter. Analisis statis prinsipnya
menggantikan beban gempa dengan gaya – gaya statis ekuivalen
bertujuan menyederhanakan dan memudahkan perhitungan, dan
disebut Metode Beban Statik ekuivalen, yang mengasumsikan
besarnya gaya gempa berdasar hasil perbandingan antara
perkalian suatu konstanta akibat tanah dan keutamaan gedung
serta massa dengan faktor reduksi maksimum yang tergantung
dari bahan yang digunakan.

9
2. Metode Analisis Dinamis

Analisis dinamis dilakukan untuk evaluasi yang akurat dan


mengetahui perilaku struktur akibat pengaruh gempa yang
sifatnya berulang. Analisis dinamis perlu dilakukan pada struktur
– struktur bangunan dengan karakteristik sebagai berikut :

 Gedung – gedung dengan konfigurasi struktur sangat tidak


beraturan.
 Gedung – gedung dengan loncatan – loncatan bidang muka
yang besar.
 Gedung – gedung dengan kekakuan tingkat yang tidak
merata.
 Gedung – gedung dengan ketinggian lebih dari 40 meter.
Metode ini ada dua jenis yaitu Analisis Respon Dinamik
Riwayat Waktu yang memerlukan rekaman percepatan gempa
rencana dan Analisis Ragam Spektrum Respon dimana respon
maksimum dari tiap ragam getar yang terjadi didapat.

2.4.1.2 Pemilihan Cara Analisis


Pemilihan metode analisis untuk perencanaan struktur
ditentukan berdasarkan konfigurasi struktur dan fungsi bangunan
berkaitan dengan tanah dasar dan wilayah kegempaan.Untuk
struktur bangunan kecil dan tidak bertingkat, elemen struktural dan
non struktural tidak perlu didesain khusus terhadap gempa, tetapi
diperlukan detail struktural yang baik.Untuk struktur bangunan
beraturan digunakan metode Analisis Beban Statik Ekuivalen.Untuk
struktur bangunan yang tidak beraturan harus dianalisis
menggunakan analisis dinamis yaitu metode Analisis Ragam
Spektrum Respon atau metode Analisis Riwayat Waktu.
Semua analisis tersebut pada dasarnya untuk memperoleh
respon maksimum yang terjadi akibat pengaruh percepatan gempa
yang dinyatakan dengan besarnya perpindahan (Displacement)
sehingga besarnya gaya – gaya dalam yang terjadi pada struktur
dapat ditentukan lebih lanjut untuk keperluan perencanaan.

10
2.4.2 Denah dan Konfigurasi Bangunan
Dalam mendesain struktur perlu direncanakan terlebih dulu denah
struktur setiap lantai bangunan, sehingga penempatan balok dan kolom
sesuai dengan perencanaan ruang.

2.5 Konsep Pembebanan


Dalam perencanaan suatu bangunan tentunya ada umur rencana bangunan,
dimana selama umur rencananya struktur harus dapat menerima berbagai macam
kondisi pembebanan yang mungkin terjadi.
Kesalahan dalam menganalisis beban merupakan salah satu penyebab utama
kegagalan struktur.Mengingat hal tersebut, sebelum melakukan analisis dan desain
struktur, perlu adanya gambaran yang jelas mengenai perilaku dan besar beban
yang bekerja pada struktur beserta karakteristiknya.
Beban – beban yang bekerja pada struktur bangunan dapat berupa
kombinasi dari beberapa beban yang terjadi secara bersamaan. Untuk memastikan
bahwa suatu struktur bangunan dapat bertahan selama umur rencananya, maka pada
proses perancangan dari struktur perlu ditinjau beberapa kombinasi pembebanan
yang mungkin terjadi.
2.5.1 Jenis – jenis beban
Dalam menjalankan fungsinya setiap sistem struktur harus mampu
menahan atau menerima pengaruh – pengaruh dari luar yang harus dipikul
untuk selanjutnya diteruskan ke tanah dasar melalui pondasi.
Pengaruh dari luar yang bekerja pada struktur dapat dinyatakan
sebagai besaran gaya dengan intensitas yang dapat diukur. Intensitas
pengaruh dari luar pada struktur disebut beban atau gaya luar, dimana cara
bekerjanya serta besarnya diatur dalam peraturan atau standar pembebanan
yang berlaku.
Selain pengaruh dari luar yang dapat diukur sebagai besaran gaya
seperti berat sendiri struktur, beban akibat hunian, pengaruh angin atau
getaran gempa, tekanan hidrostatik air dan tekanan tanah, terdapat juga
pengaruh – pengaruh luar yang tidak dapat diukur sebagai gaya dengan
contoh antara lain pengaruh penurunan pondasi pada struktur bangunan atau
pengaruh temperatur pada elemen struktur.

11
Secara umum beban atau gaya luar yang bekerja pada struktur dapat
dibedakan menjadi beban statik dan beban dinamik yaitu seperti yang
diuraikan dibawah ini :

Beban Mati:
- Beban akibat berat sendiri struktur
- Beban akibat berat elemen bangunan

Beban Hidup:
- Beban hunian atau penggunaan (akibat
Beban orang,peralatan,kendaraan)
Statik - Beban akibat air hujan
- Beban pelaksanaan atau konstruksi

Beban Khusus:
- Pengaruh penurunan pondasi
- Pengaruh tekanan tanah atau tekanan air
- Pengaruh temperature/suhu

Beban Dinamik Bergetar:


- Beban akibat getaran gempa atau angin
- Beban akibat getaran mesin
Beban
Dinamik
Beban Dinamik Kejut:
- Beban akibat ledakan atau benturan
- Beban akibat getaran mesin
- Beban akibat pengereman kendaraan

2.5.2 Beban – beban pada struktur


1. Beban statis
Beban statis adalah beban yang bekerja secara terus menerus pada
suatu struktur bangunan.Beban statis juga diasosiasikan dengan beban-
beban yang secara perlahan-lahan timbul serta mempunyai variabel
besaran yang bersifat tetap (steady states). Maka jika suatu beban
mempunyai perubahan intensitas yang berjalan cukup perlahan
sedemikian rupa sehingga pengaruh waktu tidak dominan, maka beban
tersebut dapat di kelompokkan sebagai beban static (static load)
deformasi dari sebuah struktur akibat beban statik akan mencapai

12
puncaknya jika beban ini mencapai nilai maksimum. Beban statis pada
umumnya dapat dibagi menjadi beban mati, beban hidup dan beban
khusus yaitu beban yang terjadi akibat penurunan pondasi atau efek
temperature.
a. Beban mati
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung
yang bersifat tetap.Beban mati pada struktur bangunan ditentukan
oleh berat jenis bahan bangunan.
Menurut Pedoman Perencanaan Pembebanan Indonesia untuk
Rumah dan Gedung tahun 1987 beban mati pada struktur dibagi
menjadi 2 yaitu beban mati akibat material konstruksi dan beban
mati akibat komponen gedung.
Tabel 2.1 Berat Sendiri Material Konstruksi
Baja 7850 kg/ m 3

2400 kg/ m 3
Beton Bertulang
Sumber : Pedoman Perencanaan Pembebanan Indonesia untuk Rumah dan
Gedung 1987

Tabel 2.2 Berat Sendiri Komponen Gedung


Beban Mati Besar Beban
Adukan semen per cm tebal 21 kg/m 3
Dinding pasangan 1/2 bata 250 kg/m2
Kaca setebal 12 mm 30 kg/m2
Langit – langit + penggantung 18 kg/m2
Lantai ubin semen portland 24 kg/m2
Spesi per cm tebal 21 kg/m2
Atap genteng, usuk, reng 50 kg/m2
Sumber : Pedoman Perencanaan Pembebanan Indonesia untuk Rumah dan
Gedung 1987
2. Beban Hidup
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat
penghunian atau penggunaan suatu gedung.

13
Tabel 2.3 Beban Hidup Pada Lantai Bangunan
Beban Hidup Lantai Bangunan Besar Beban
Lantai kantor, toko 250 kg/m2
Lantai dan tangga rumah tinggal 200 kg/m2
Lantai untuk ruang pertemuan 400 kg/m2
Balkon – balkon yang menjorok bebas keluar 300 kg/m2
Tangga dan bordes untuk kantor, toko 300 kg/m2
Beban hidup pada atap 100 kg/m2
Beban hidup pada bagian atap yang tidak dapat dicapai dan dibebani
oleh orang, harus diambil yang paling menentukan di antara dua
macam beban berikut :

a. Beban terbagi rata per m2 bidang datar berasal dari beban hujan
sebesar (40-0,8α) kg/m2 , dengan α = sudut kemiringan atap (º).
Beban tersebut tidak perlu diambil ≥ 20 kg/m2 dan tidak perlu
ditinjau bila α ≥ 50º.
b. Beban terpusat dari seorang pekerja pemadam kebakaran dengan
peralatannya minimum 100 kg.
Sumber : Pedoman Perencanaan Pembebanan Indonesia untuk Rumah dan
Gedung 1987

Untuk reduksi beban dapat dilakukan dengan mengalikan beban hidup


dengan suatu koefisien reduksi yang nilainya tergantung pada
penggunaan bangunan. Besarnya koefisien reduksi beban hidup untuk
perencanaan portal ditentukan sebagai berikut :
Tabel 2.4 Faktor Reduksi Beban Hidup
Koefisien
Penggunaan gedung Perencanaan Peninjauan
portal gempa
Perumahan / Penghunian
- Rumah tinggal
- Asrama 0,75 0,30
- Hotel
- Rumahsakit
Pendidikan :
- Sekolah 0,90 0,50
- Ruang kuliah

14
Perdagangan :
- Toko
0,80 0,80
- Toserba
- Pasar
Industry :
- Pabrik 1,00 0,90
- Bengkel
Tempat kendaraan :
- Garasi 0,90 0,50
- Gedung parkir
Gang dan tangga :
- Perumahan/penghunian 0,75 0,30
- Pendidikan,kantor 0,75 0,50
- Pertemuan umum 0,90 0,50
- Perdagangan
- Penyimpanan
- Industry
- Tempat kendaraan
Sumber : Pedoman Perencanaan Pembebanan Indonesia untuk Rumah dan
Gedung 1987

3. Beban Dinamis
Beban dinamis adalah suatu beban yang mempunyai perubahan
intensitas yang bervariasi secara tepat terhadap waktu.Beban dinamis ini
bekerja secara tiba-tiba pada struktur.Pada umumnya, beban ini tidak
bersifat tetap (unsteady-state) serta mempunyai karakteristik besaran
dan arah yang berubah dengan cepat. Deformasi pada struktur akibat
beban dinamik ini juga akan berubah-ubah secara cepat. Beban dinamis
terdiri dari beban gempa dan beban angin.
3.1. Beban gempa
Gempa rencana ditetapkan sebagai gempa dengan kemungkinan
terlewati besarannya selama umur struktur bangunan 50 tahun adalah
sebesar 2%. Gempa rencana akan menyebabkan struktur bangunan

15
gedung mencapai kondisi di ambang keruntuhan tetapi masih dapat
berdiri, sehingga dapan mencegah jatuhnya korban jiwa. Berbagai
katagori resiko bangunan gedung dan struktur lainnya untuk beban
gempa menurut SNI 03-1726-2012 pasal 4.1.2.Tergantung pada
probabilitas terjadinya keruntuhan struktur gedung Selama umur
rencana tersebut yang diharapkan.Pengaruh gempa rencana terhadapnya
harus dikalikan dengan suatu faktor keutamaan gempa menurut SNI 03-
1726-2012 Pasal 4.1.2.

Tabel 2.5 Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung


gedung untuk beban gempa
Kategori
Jenis Pemanfaatan
Risiko
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko
rendah terhadap jiwa manusia pada saat terjadi
kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk,
antara lain:
- Fasilitas pertanian, perkebunan, peternakan, dan I
perikanan
- Fasilitas sementara
- Gudang penyimpanan
- Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang
termasuk dalam kategori risiko I,II,III,IV termasuk,
tapi tidak dibatasi untuk :
- Perumahan
- Rumah toko dan rumah kantor
- Pasar II
- Gedung perkantoran
- Gedung apartemen/ rumah susun
- Pusat perbelanjaan/ mall
- Bangunan industri
- Fasilitas manufaktur

16
- Pabrik
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko
tinggi terhadap jiwa manusia pada saat terjadi
kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk :
- Bioskop
- Gedung pertemuan
- Stadion
- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit
bedah dan unit gawat darurat
- Fasilitas penitipan anak
- Penjara
- Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan non gedung, tidak termasuk kedalam
kategori risiko IV, yang memiliki potensi untuk
menyebabkan dampak ekonomi yang besar dan/atau
gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat
sehari-hari bila terjadi kegagalan, termasuk, tapi
tidak dibatasi untuk :
- Pusat pembangkit listrik biasa
- Fasilitas penanganan air
- Fasilitas penanganan limbah
- Pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung yang tidak termasuk
dalam kategori risiko IV, (termasuk tetapi tidak
dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses,
III
penanganan, penyimpanan, penggunaan atau
tempat pembuangan bahan bakar berbahaya,
bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya, atau
bahan yang mudah meledak) yang mengandung
bahan beracun atau peledak dimana jumlah
kandungan bahannya melebihi nilai batas yang
disyaratkan oleh instansi yang berwenang dan
cukup menimbulkan bahaya bagi masyarakat

17
jika terjadi kebocoran.
Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai
fasilitas yang penting, termasuk, tetapi tidak
dibatasi untuk :
- Bangunan-bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya
yang memiliki fasilitas bedah dan unit gawat
darurat
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan
kantor polisi, serta garansi kendaraan darurat
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi,
angin badai, dan tempat perlindungan darurat
lainnya
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat
operasi dan fasilitas lainnya untuk tanggap
darurat
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik
lainnya yang dibutuhkan pada saat keadaan
darurat
- Struktur tambahan (termasuk menara
telekomunikasi, tangki penyimpanan bahan
IV
bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik,
tangki air pemadam kebakaran atau struktur
rumah atau struktur pendukung air atau material
atau peralatan pemadam kebakaran) yang
disyaratkan untuk beroperasi pada saat keadaan
darurat.
Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk
mempertahankan fungsi struktur bangunan lain
yang masuk ke dalam kategori risiko IV.
Sumber : SNI 03-1726-2012

18
Tabel 2.6 Faktor Keutamaan Gempa
Kategori risiko Faktor keutamaan gempa, Ie
I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,50
Sumber : Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur
Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2012)
3.1.1. Klasifikasi Situs untuk desain Seismik (SNI 03-1726-2012)
Dalam perumusan kriteria desain seismik suatu bangunan di
permukaan tanah atau penentuan amplifikasi besaran
percepatan gempa puncak dari batuan dasar ke permukaan
tanah untuk suatu situs tersebut harus iklasifikasikan terlebih
dahulu dengan rumusan sebagai berikut :

N=

di : Tebal setiap lapisan antara kedalaman 0 sampai 30 meter


Ni : Tahanan penetrasi standart 60% energi (N) yang terukur
dilapangan.
∑ = di + d2 + d3 + d4 + d5

∑ =

Profile tanah di situs harus diklasifikasikan sesuai dengan


SNI 03-1726-2012 Pasal 5.3, berdasarkan profile tanah
lapisan 30 meter paling atas.

Tabel 2.7Klasifikasi Situs


Kelas situs ῡ, (m/detik) N atau Nch Su (Kpa)
SA (batuan keras) >1500 N/A N/A
Sb (batuan) 750 sampai 1500 N/A N/A
Sc (tanah keras 350 sampai 750 >50 ≥100
sangat padat dan
batuan lunak)
SD (tanah sedang) 175 sampai 350 15 sampai 50 sampai

19
50 100
SE (tanah lunak) < 175 < 15 < 50
Atau setiap profil tanah yang mengandung
lebih dari 3 m tanah dengan karakteristik
sebagai berikut:
1. Indeks Plastisitas. PI > 20,
2. Kadar air, w ≥40%,
3. Kuat geser niralir ŝn < 25 kPa

SF (tanah khusus Setiap profil lapisan tanah yang memiliki


yang salah satu atau lebih dari karakteristik berikut:
membutuhkan  Rawan dan berpotensi gagal atau
investigasi runtuh akibat beban gempa seperti
geoteknik spesifik- mudah likuifaksi, lempung sangat
situs yang sensitive, tanah terementasi lemah
mengikuti pasal  Lempung sangat organik dan/atau
6.10.1 gambut(ketebalan H > 3 m)
 Lempung berplastisis sangat tinggi
(ketebalan H 7.5 m dengan indeks
Plastisitas PI > 75)
 Lpaisan lempung lunak / setengah
teguh dengan ketebalan H > 35m
dengan Su< 50 kPa

CATATAN: N/A = Tidak dapat dipakaiSumber : SNI 03-1726-2012

3.1.2. Wilayah Gempa dan Spektrum Respon (SNI 03-1726-


2012 Pasal 6)
Penentuan respons spectral percepatan gempa maksimum
diperlukan suatu faktor amplikasi seismic pada periode 0,2
detik (Ss) dan periode 1 detik (S1) untuk menentukan
percepatan respons spectral ditentukan berdasarkan pada
zonasi gempa seperti gambar 2.1 dan gambar 2.2.

20
Gambar 2.1Peta Percepatan Respons Spektral Periode 0,2 detik (Ss)

Gambar 2.2Peta Percepatan Respons Spektral Periode 1 detik (S1)

Faktor amplikasi getaran terkait percepatan paada getaran periode pendek


(Fa) dan faktor amplikasi terkait percepatan yang mewakili getaran periode 1
detik (Fv). Parameter spektrum respons percepatan pada periode pendek (Sms) dan
periode 1 detik (SmI) yang disesuaikan dengan pengaruh klasifikasi situs harus
ditentukan dengan rumusan sebagai berikut :
Sms = Fa x Ss
SMI= Fv x S1

Dimana :
Ss : Parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk
periode pendek.
S1 : Parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk
periode 1 detik.

21
Koefisien situs Fad an Fv ditentukan berdasarkan SNI 03-1726-2012 pasal 6.2
(Tabel 4 dan table 5). Setelah nilai Fad an Fv ditentukan, maka dilanjutkan
dengan menghitung parameter percepatan spektral desain untuk periode pendek
(Sps) dan pada periode 1 detik (Sp1) ditentukan dengan perumusan sebagai
berikut :
Sps= SMs

Sp1= SM1

Dalam menentuka kurva spectrum respons desain harus dikembangkan dengan


mengacu SNI 03-1726-2012 pasal 6.4 Gambar 2.3 dan mengikuti ketentuan di
bawah ini :
1. Untuk periode yang lebih kecil dari To, spectrum respons percepatan desain ,
Sdsharus diambil dari persamaan :
Sa= SDs x

2. Untuk periode lebih bessar dari atau sama dengan Todan lebih kecil dari atau
sama dengan Ts1spektrum respons percepatan desain SDsdiambil dari
persamaan :
Sa= SDs
3. Untuk lebih besar dari Ts1spektrum respons percepatan desain Sdsdiambil
berdasarkan persamaan :
S a=

Dimana :
SDs : parameter respons spektral percepatan desain pada periode
pendekSDI : Parameter respons spektral percepatan desain pada
periode 1 detik
T : periode getar fundamental struktur.

22
Gambar 2.3.Spektrum Rospons Percepatan Desain

Dimana :
To= 0,2

Ts=

3.1.3. Periode Fundemental Pendekatan (SNI 03-1726-2012 Pasal


7.8.2.1)
Periode fundeamental pendekatan 9Tc), dalam detik, harus
ditentukan dari persamaan berikut :
Tmaks = Cu. Ta
Denagan :
Ta= Ct .h3/4

Dimana :
h = Ketinggian struktur, dalanm (m), diatas dasar sampai tingkat tertinggi
struktur.
Cu = koefisien untuk batas atas pada periode yang dihitung, ditentukan
berdasarkan table 14 SNI 1726-2012.

23
Ct = nilai parameter periode ditentukan berdasarkan table 15 pada SNI
1726-2012.
Tabel 2.8.Koefisien untuk Balas Atas pada Periode yang Dihitung
Parameter percepatan respons
spektrum desain pada 1 detik SD1 Koefisien Cu

1,4
0,3 1,4
0,2 1,5
0,15 1,6
0,1 1,7
Sumber : SNI 1726 – 2012

Tabel 2.9.Nilai Parameter Periode


Tipe struktur C1 X
Sistem rangka pemikul momen dimana
rangka memikul 100 persen gaya gempa
yang disyaratkan dan tidak dilingkupi atau
dihubungkan dengan komponen yang lebih
kaku dan akan mencegah rangka dari
defleksi jika dikenai gempa
Rangka baja pemikul momen 0,0724 0,8
Rangka beton pemikul momen 0,0466 0,9
Rangka baja dengan bresing eksentris 0,0731 0,75
Rangka baja dengan bresing terkekang 0,0731 0,75
terhadap tekuk
Semua sistem struktur lainnya 0,0488 0,75
Sumber : SNI 1726-2012

3.1.4. Geser Dasar Seismik (SNI 03-1726-2012 Pasal 7.8.1)


Geser dasar seismic (V) dalam arah yang ditetapkan harus ditentukan
sesuai dengan persamaan berikut :
V = C a. w

24
Dimana :
Ca : Koefisien respons seismic yang ditentukan sesuai pasal 7.8.1.1
W : berat seismic efektif menurut pasal 7.7.2.

3.1.5. Persyaratan Simpangan Antar lantai (SNI 03-1726-2012 Pasal


7.12.1)
Simpangan antar lantai tingkat desain ( a) Seperti didapat dari tabel
16 untuk semua tinngkat.

1 =

= 0,020 x hn
Dimana :
Cd: faktor amplifikasi defleksi
le: Faktor keutaman
: Simpangan antar lantai yang diijinkan
1: Simpangan antar lantai tingkat desain
hsx : Tinggi tingkat di bawah tingkat x, dinyatakan dalam millimeter
(mm).
δe : Perpindahan elastis yang dihitung akibat gaya gempa desain
tingkat kekuatan.
1. Faktor Reduksi Kekuatan Bahan (Strength Reduction Factors)
Faktor reduksi kekuatan bahan merupakan suatu bilangan yang
bersifat mereduksi kekuatan bahan dengan tujuan untuk mendapatkan
kondisi paling buruk jika pada saat pelaksanaan nanti terdapat
perbedaan mutu bahan yang ditetapkan sesuai standart bahan yang
ditetapkan dalam perencanaan sebelumnya. Besarnya faktor reduksi
kekuatan bahan yang digunakan tergantung dari pengaruh atau gaya
yang bekerja pada suatu elemen struktur sesuai SNI 03-2847-2002.

2. Distribusi dan Penyaluran Beban Pada Struktur


Penyaluran beban merata dari pelat lantai ke balok induk dan balok
anak mengikuti pola garis leleh pelat lantai.Untuk memudahkan
perhitungan dalam analisa struktur, maka pada balok anak dilakukan
perataan beban, dimana momen maksimum free body dari beban
25
trapesium dan beban segitiga pelat lantai disamakan dengan momen dari
beban merata segiempat.Kemudian untuk penyaluran beban terpusat
dari balok anak ke balok induk diambil dari reaksi perletakan balok
anak yang menentukan di lokasi tersebut.Selanjutnya beban dari balok
induk disalurkan ke kolom dan diteruskan ke pondasi.

2.6. Perilaku Material dan Element Struktur


2.6.1 Beton
Kuat tekan beton biasanya didapat dari pengujian kuat tekan benda uji
berbentuk silinder berukuran tinggi 30 cm diameter 15 cm. Gambar 2.2
menunjukkan bentuk parabolic dari kurva atau diagram tegangan (f’c) –
regangan (e) untuk benda uji beton berbentuk silinder. Modulus young atau
modulus elastisitas beton (Ec) bias diambil sebesar 4730 f’c MPa, dimana
f’c merupakan kuat tekan beton dalam MPa. Nilai regangan beton pada
tegangan maksimum kira-kira 0,002 untuk semua mutu beton.Bentuk
penurunan percabangan kurva tegangan – regangan bervariasi sesuai
tulangan melintang yang terpasang.

(a) (b)

Gambar 2.4 Diagram tegangan (f’c) – regangan (e) beton tertekan :


(a) Diagram fc-e beton sebenarnya. (b) Diagram fc-e beton yang diidealiskan.
2.6.2 Baja
Menurut SNI 03-2847-2002, tulangan yang dapat digunakan pada
elemen beton bertulang dibatasi hanya pada baja tulangan dan kawat baja
saja. Belum ada peraturan yang mengatur penggunaan tulangan lain, selain
dari baja tulangan atau kawat baja tersebut.
Baja tulangan yang ada di pasaran ada 2 jenis, yaitu baja tulangan polos
(BJTP) dan baja ulir/deform (BJTD). Tegangan leleh (fy) untuk tulangan

26
polos minimal 240 Mpa (BJTP-24) dan Tegangan leleh (fy) untuk tulangan
ulir/deform minimal 300 Mpa (BJTD-30) (Ali Asroni,2010).
Hubungan antara tegangan regangan sebenarnya untuk material baja
yang didapat dari pengujian tarik diperlihatkan pada Gambar 2.3 untuk
keperluan desain biasanya dipergunakan Diagram fc-e yang sudah di
idealiskan dengan bentuk garis bilinear seperti pada gamber b. Nilai
modulus young atau modulus elastisitas baja (Es) besarnya dapat diambil
sekitar 0,2 x 106 MPa untuk semua mutu baja. Berbeda dengan material
beton yang bersifat gets, baja merupakan material yang bersifat daktail.
Selain itu baja mempunyai sifat elastic dan plastis, dari diagram fc-e terlihat
jelas batas antara sifatelastis dan plastis dari baja, yaitu pada titik leleh
bahan.

Gambar 2.5 Diagram tegangan (fc) – regangan (e) baja tertarik :


(a) Diagram fc-e baja yang sebenarnya. (b) Diagram fc-e baja yang di
idealiskan.
2.6.3 Perencanaan Pelat Lantai
Pelat adalah bidang tipis yang menahan beban transversal dengan aksi
lentur ke masing-masing tumpuan/balok. Bentuk plat berupa panel
segiempat dan panel tidak beraturan. Perhitungan plat dikembangkan dari
metode numerik untuk menghitung berbagai macam bentuk plat.
Jenis / Tipe-Tipe Pelat :
1. Pelat slab
Pelat dengan penebalan pada kepala kolom caitaal. Pelat tanpa balok.
menumpu beban yang ringan dan bentang yang pendek. Pelat digunakan
Apartement, hotel dengan tebal 12-25 cm, bentang 4,5 – 7 m.
2. Flat Plate

27
Pelat ini tebalnya sama tanpa drop panel dan tanpa cavital. Pelat bisa
digunakan sebagai plafond langsung untuk keperluan estetika. Tebal
pelat 12-25 cm dengan bentang 4,5 – 7 m.
3. Pelat lantai grid 2 arah
Pelat ini dengan balok grid/bersilang rapat pada dua arah dengan plat
tipis, mengurangi berat sendiri pelat. Bentang 9 – 12 m.
4. Pelat sistem lajur
Pelat ini mengutamakan ketinggian lantai. Dengan sistem balok lajur
(band beam) dengan balok lurus menyambung pada kolom dan balok
dibuat lebih lebar kearah lebarnya. (b > h)

h
b

5. Pelat sistem pelat dan balok


Pelat jenis ini adalah pelat yang ditumpu pada balok (monolit) dengan
bentang balok 3 – 6 m. Tebal pelat dihitung sesuai fungsi pelat, sesuai
keamanannya. Pelat ini banyak dipakai karena bagian bawah pelat bisa
di plafond atau tidak diplafond. Beban lantai besar bisa digunakan untuk
pelat beraturan dan tak beraturan untuk fungsi estetika.
1. Desain Metode Pelat dan Balok
Dalam perencanaan ini menggunakan model pelat sistem pelat dan balok

lx
ly

hf 5 𝑊𝑦. 𝑙𝑦
38 𝐸. 𝐼
5 𝑊𝑥. 𝑙𝑥
38 𝐸. 𝐼

28
Beban luar ditahan momen arah x dan y. Tidak mengitung efek torsi/puntir.
Defleksi pada titik silang lendutan sama.
Arah y lendutan

.
.

Arah x lendutan
sama

5 .
38 .
W = Wx + Wy

x,y = anak bentang pelat

Wx,Wy = beban luar pelat / beban yang bekerja pada pelat

ly, ly = bentang pelat

Kesimpulan :

l
1. Bentang pendek ( x) menerima beban > bentang panjang ( y). l
2. Sehingga tulangan pelat dipasang lebih dulu pada bentang pendek.
3. Gaya pelat yang bekerja menentukan aksi satu arah (one way slab) dan
dua arah (two way slab).

2. Ratio / Perbandingan Bentang Pelat

ly = bentang panjang
lx = bentang pendek
Rasio desain pelat dengan dua arah (two way slab)
desain pelat dengan satu arah (one way slab)

3. Menentukan Tebal Pelat (h)


Desain satu arah (one way slab)
a. 2 tumpuan sederhana

Ln
 h min =

29
Ln
Ln

b. Tumpuan jepit dengan satu


Lnujung menerus

Ln
 h min =
Ln
Ln menerus
c. Tumpuan jepit 2 ujung
Ln

Ln
Ln
Ln
 h min =
Ln

d. Tumpuan kantilever
Ln

Ln
 h min =

4. Momen
Letak dan besaran momen tergantung dari bentuk serta panjang bangunan.
Berikut ini contoh perhitungan momen :

TP ex tengah TP int

Lu
L

M-interior = .

M-eksterior = .

M-tengah = .

5. Pembebanan Pelat
Wu = 1,2 DL + 1,6 LL + B Gempa
LL = beban hidup diambil sesuai fungsi pelat
DL = beban mati lihat contoh/aturan di PBI
30
Ln = bentang bersih (tepi balok – tepi)
L = bentang bersih (as balok – as balok)

Contoh DL (beban mati)


Berat pelat = 0,12 x 1 x 1 x 2400 = 288 kg/m2
Spesi = 0,01 x 1 x 1 x 2100 = 21 kg/m2
Tegel = 0,01 x 1 x 1 x 2400 = 24 kg/m2
Plafond = 18 kg/m2 +
DL = 351kg/m2
LL (beban hidup) di ambil sesuai fungsi pelat yaitu sebagai gedung sekolah.
LL = 250 kg/m2

6. Prosentasi Tulangan (ρ)


.
ρb = ( ) tulangan balance/seimbang

ρmax = 0,75 ρb  tulangan maksimal/over


ρmin =  tulangan kurang

ρ = .

= 0,3 ρb s/d 0,5 ρb

ρ = tulangan direncanakan / di desain.


Catatan : pelat tipis tulangan banyak defleksi / lentur besar, maka tebal pelat
maksimal.

7. Arah Desain / Perencanaan


1. ρmin < ρ < ρmax  ρ < ρb  runtuh tarik/lentur
2. ρmin < ρb < ρmax  ρ = ρb  runtuh tarik/lentur
3. ρmin >ρ>ρmax  ρ > ρmax  runtuh tekan/geser/mendadak.
Catatan : dalam desain kita arahkan 1 dan 2  runtuh lentur.

8. Hitung Momen Nominal (Mn) Dan Momen Batas/Ultimit (Mu)


.
Mn = . . . 5

31
Mu = Ø Mn atau
Mu = As.fy.(h - 0,5α)
Keterangan :
b = lebar pelat 1m
α = tinggi balok tegangan
h = tebal pelat
9. Hitung Luas Tulangan (As)
As =  max

As min (Tul min)


As = ρ rencana . b . h
Catatan : setelah As diketahui hasilnya maka cari hasilnya pada tabel
penulangan pelat.

10. Gambar Sket Tulangan yang Didesain


As ex As int

As tengah

11. Gambar Detail Penulangan


1
5 L -14 L
L -14 L
5
1

I I

POT I-I

Gambar 2.6Detail Penulangan Pelat

32
Catatan : Untuk desain 2 arah (two way slab) yang berbeda hanya
menentukan tebal pelat (h).

2.6.4 Perencanaan Balok


Prinsip balok design / Perencanaan :
a. Balok Anak atau Balok Segiempat
Untuk perhitungan desain balok anak harus menghitung isi tulangan yang di
butuhkan agar desain menjadi aman. Tulangan yang harus di hitung adalah :
- Tulangan Tarik (+)
- Tulangan Tekan (-)
- Tulangan susut
- Tulangan sengkang/begel.

b. Balok Induk Tengah (Balok T)


Untuk perhitungan desain balok induk tengah / Balok T harus menghitung
isi tulangan yang di butuhkan agar desain menjadi aman. Tulangan yang
harus di hitung adalah :
- Tulangan Tarik (+) Cek tulangan tumpuan dan tulangan lapangan
- Tulangan Tekan (-)
- Tulangan geser / begel
- Tulangan torsi / puntir.

c. Balok Induk Tepi (Balok L)


Untuk perhitungan desain balok induk tepi / Balok L harus menghitung isi
tulangan yang di butuhkan agar desain menjadi aman. Tulangan yang harus
di hitung adalah :
- Tulangan Tarik (+) Cek tulangan tumpuan dan tulangan lapangan
- Tulangan Tekan (-)
- Tulangan geser / begel
- Tulangan torsi / puntir.

33
PRINSIP DESAIN BALOK SEGIEMPAT TULANGAN TUNGGAL
1. Analisis penampang balok dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui
dimensi usur-unsur penampang balok yang terdiri dari : jumlah dan ukuran
tulangan baja (As), lebar balok (b), tinggi efektif (d), tinggi total (h), mutu
beton (fc’), mutu baja (fy), momen (Mu) dari hasil analisis, sedangkan yang
akan dicari adalah kekuatan balok dalam bentuk (Mn).
2. Penampang hasil desain tidak kaku
3. Perbandingan b dan d  b : d = 0,4 s/d 0,6

Contoh desain tulangan tunggal :


Rumus mencari b, d, As dari perencanaan.
Fc  diketahui
Fy  diketahui
Mu  dari hasil analisis struktur

1. Mn = . . .

Mu = MD = Ø Mn
Mn =
. .
2. ( )( )

5.  5
. .
3. . ( )

5 

5 .

. 5

. 5

34
4. As = ρ . b . d =.........mm2
Dengan tabel diperoleh diameter tulangan

.
.
.
As = dari jumlah tulangan yang dihitung
b = hasil perhitungan

. .( )

Mn > Mn yang diperlukan


Mu > Mu yang diperlukan Aman

35
BAGAN ALIR DESAIN TULANGAN TUNGGAL

𝑚𝑢𝑙𝑎𝑖

𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡: 𝐵 𝑑 𝐸𝑠 𝑓𝑦 𝑓𝑐’ 𝑀𝑢

𝐸𝑐 . . ..

85 𝑓𝑐 ′ 𝛽 3 𝐸𝑠
𝜌𝑏 .
𝑓𝑦 3 𝐸𝑠 𝑓𝑦

𝜌 5 𝜌𝑏

𝑤 𝜌 . 𝑓𝑦/𝑓𝑐′

𝑅 𝑤. 𝑓𝑐 ′ 59 . 𝑤

𝑀𝑢
𝑑 √
𝑃𝑅

𝐴𝑠 𝜌. 𝑏. 𝑑

𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘
𝑑 ≈ 𝑑 𝑎𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖

𝑃𝐼𝐿𝐼𝐻 𝐵𝐴𝐽𝐴 𝑇𝑈𝐿𝐴𝑁𝐺𝐴𝑁

𝑀𝑢 ⋯

𝑆𝐸𝐿𝐸𝑆𝐴𝐼

36
PRINSIP DESAIN BALOK SEGIEMPAT TULANGAN RANGKAP
b
c

a
d
Qn

h
d'
T T

Desain balok segiempat tulangan rangkap yang sering di gunakan :


1. Tentukan fc dan fy
Hitung Mu dan Mneg
2. b,d desain dengan syarat b:d = 0,4 s/d 0,6
3. Hitung sebagai balok tulangan tunggal
85
( ) ( ) 85

. .
.
.
As = luas dari jumlah tulangan
b = hitungan desain
4. Momen

. ( )



8

As tarik direduksi sesuai Rasio momen


 panah Mpositif pada tulangan tunggal


.

37
.


.

Periksa kapasitas tampang (kuat rencana)


85. ′ 5
. .

85 .
85. 5. . 3 5 3 5.
Misal : d1 = 50mm As’ = 402 mm2
b =300mm As = 1005 mm2
fc =22,5 Mpa
Es = 200000 Mpa = 2,105 Mpa
Asal persamaan kuadrat a
T = As.fy T = es  Cc = T
es = As.fy Cc = es
5
5 3 5

5
5 3 5

5 3 5 5 3 5
5

5 5 3 5
5 5 3 5
3 8
3 8

Nilai a diambil positif

38
Regangan tulangan tarik

3 ⋯

Regangan tulangan tekan


85 ′
3 ⋯

. ⋯

′ ′ ′ ′
85 ( )

Cek kesetimbangan cc + es = T
5
5

5 5
5
5 3 5 5 3 5 .5 3 933
. 39 95

3 933 39 95 /
′ ′ ′
85 ( )

39
BAGAN ALIR DESAIN TULANGAN RANGKAP

MULAI

INPUT: B, H, dc, Ds, Fc’, Fy, Mu, Mneg

85 𝑓𝑐 ′ 𝛽 3 𝐸𝑠
𝜌𝑏
𝑓𝑦 3 𝐸𝑠 𝑓𝑦

𝜌𝑚𝑖𝑛
𝑓𝑦
𝜌𝑚𝑎𝑥 5 𝜌𝑏

As = B.D

n = As / (π . Ds2 / 4)

As = n (π . Ds2 / 4)

𝐴𝑠 𝑓𝑦
𝑎
85 𝑓𝑐 ′ 𝛽 . 𝐵

Mmaks = Ø As fy (D-a/2)
Ya Tidak
Mu ≤ Mmaks

Penampang Penampang
tulangan tunggal tulangan rangkap

As = (Mu/Maks) As Ø Mn2 = Mneg

Ø Mn2< Mneg

𝑀𝑛 Ø Mn2 = Mneg
𝐴𝑠’
𝑓𝑦 𝐷 𝑑𝑐
As = As + As

Analisis kapasitas Selesai


momen

40
PRINSIP DESAIN BALOK T DAN L

be=6hf+bw be=16hf+bw

hf
bw Ln bw
L

Balok T lebar efektif

ambil terkecil

Balok L

5 ambil terkecil

Desain balok T dan L


1. qn ≤ hf  desain balok  dengan bw = be

2. qn pada badan balok di desain sebagai balok T, L

41
I.
be
0,003
c

(d-a/2)
hf
d

As
s = y T
bw

Kesetimbangan C = T atau C-T = 0


.
85 .
85 . .

85 .

. ( )

Karena 

85 3
( )( )
3

42
II.
be
c=0,003 0,85 fc 0,85 fc
c1
cw

(d-a/2)

(d-a/2)
d

As
s > y T1 T2
bw Teg Flens Teg Web
Mn 1 Mn 2

T1 = Asf . fy Asf = luas tulangan kondisi leleh


ef = 0,85 fc . hf (be-bw)
Kesetimbangan dala T1 = ef
85 .

. hf)

Bagian Web (badan)


85 . . 
Keseimbangan Dalam (internal)

85 . .

.( )

. ( ) .( )

43
III. Kondisi Seimbang
be
c=0,003 0,85 fc 0,85 fc
c1 cw

a
eb

(d-hf/2)

(d-a/2)
hf
d

As s = y T1=Asf' fy T2=(As-As')fy
bw

Kesetimbangan horisontal

. 85 85
. 85 .

85 ( )( )

3
85 ( )( )
3
5
5

IV. Perencanaa tulangan akibat geser dan puntir beban geser


Pada perencanaan kuat geser menurut pedoman SNI 03-2847-02 pasal
13.1.1, kekuatan penampang yang mengalami geser kecuali untuk
komponen struktur lentur tinggi, harus didasarkan pada
Vu ≥ Vn

44
Vn ditentukan persamaan sebagai berikut :
Vn = Vc + Vs
a. Perencanaan tulangan akibat geser
Tentukan besarnya gaya geser terfaktor Vu, pada penampang yang
ditinjau, serta tentukan pula faktor reduksi  untuk perencanaan geser
dan puntir. Besarnya faktor reduksi  berdasarkan SNI 03-2847-02 pasal
11.3.2.3. yaitu =0,75.
V = Vu = .........(gaya lintang)
Vn =  ( = 5)

 Vc =  √ ′bd

Vu < Vc / 2  tidak perlu tulangan geser dipakai tulangan praktis


 Cek penampang :

 Vs max = 0,6 √ bd

 Vs = Vu -  Vc
 Vs < Vs max ..........OK!
 Jika Vu < Vc  perlu tulangan geser minimum
.
Av.min = .

S=.............<d/2
Dengan s = jarak antar tulangan geser dalam arah memanjang
(mm)
 Jika Vu > Vc perlu tulangan geser
. .
S=
.

Dengan Av = luas penampang 2 kali tulangan geser (mm2)


Syarat :
S < d/4 (pada daerah sendi plastis y = d)
S < d/2 (pada daerah diluar sendi plastis y=2h)

b. Perencanaan tulangan akibat kombinasi geser dan puntir


Vu = ......(gaya lintang)
Tu =.........(gaya torsi)

45
Tn = (=0,6)

√ ′
Tc = x b x h2 x 106

Ts = Tn -  Tc
Tsmax = 4 Tc
Tc < Tu diperlukan tulangan torsi
Ts <Tsmax  ukuran balok memenuhi syarat
.
( ). ( )
. .
Tentukan diameter tulangan sengkang dan jarak s berdasarkan SNI 03-
2847-02 pasal 13.6(6(1) dan 13.5(4(1), dimana nilai s tidak boleh
melebihi dari nilai dibawah ini :
 Akibat torsi = Smin = Ph/8 atau 300 mm
 Akibat geser = Smin = d/2 atau 600 mm

46
BAGAN ALIR DESAIN BALOK T, L, 
MULAI

INPUT : bef, d, dc, fc’, fy’, M

ASUMSI a = hf

𝑀
𝐴𝑠 𝑎
𝑓𝑦 𝑑

ρ = As / (b.d)

𝐴𝑠. 𝑓𝑦
𝑎
85 𝑓𝑐 ′ 𝛽 . 𝐵
Balok-T
𝑎<hf 𝑎>hf

85 𝑓𝑐 ′ 𝑏 𝑏𝑤 𝑓 Sebagai balok
𝐴𝑠𝑓
𝑓𝑦 biasa/persegi 

ØMn1 = Øasf . fy (d-hf/2)

ØMn2 = Mn – ØMn1

Tentukan 𝑎

𝑀𝑛
𝐴𝑠 𝐴𝑠 𝑎
𝑓𝑦 𝑑

𝐴𝑠 𝐴𝑠𝑓 𝑓𝑦
𝑎𝑏
85 𝑓𝑐 ′ . 𝑏𝑤

𝑎𝑏 𝑎 As = Asf + (As-Asf)

SELESAI

47
2.6.5 Perencanaan Kolom

Berdasarkan Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan


gedung SNI03-1726-2002. Kolom adalah elemen tekan dan termasuk dalam
struktur utama dari bangunan yang berfungsi untuk memikul beban vertikal
yang diterimanya.

√ ′

.
. .

. .

35 . .

Faktor ѱ (derajad hambatan kolom) pada satu ujung kolom


menggunakan persamaan berikut :

∑( . ⁄ )
∑( . ⁄ )

Satu dari dua nilai disebut A, yang lain disebut B. Faktor panjang
efektif k didapat dengan titik perpotongan antara A dan B dengan nomograf
tengah adalah k.

48
Gambar 2.7. Kurva Alinyemen untuk Portal Tak Bergoyang dan Portal
Bergoyang

Sumber : Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03-
2847-2002

Selain menggunakan Kurva Alinyemen, nilai k (faktor panjang efektif


kolom) dihitung melalui persamaan :

1. Bila Portal bergoyang

a. Kedua kolom terjepit balok :

Jika ѱm < 2

Jika ѱm ≥ 2

9√

b. Salah satu kolom terjepit

3 ѱm

2. Bila Portal tak bergoyang

5 ѱA + ѱB) ≤ 1

49
85 5 ѱmin

Didalam penentuan jenis kolom yang dipakai dan kelangsingan kolom


dapat dilakukan melalui persamaan :

r = 0,3 . h
.
3 ( ) (tergolong kolom pendek)

Eksentrisitas pembebanan dinyatakan :

emin = 15 + (0,03 . h)

Untuk kolom panjang perlu dipertimbangkan bahaya tertekuknya


batang kolom. Besar tekuk atau kapasitas tekan (Pc) dirumuskan :

.
.

. .

√ ′

. .

Pembesaran momen s dapat ditentukan jika :

Berlaku rumus berikut :


Dimana:

( )

50
Pu = beban vertikal dalam lantai yang ditinjau

Sehingga momen desain yang digunakan harus dihitung dengan rumus :

Perhitungan gaya-gaya dalam berupa momen, gayageser, gaya normal


maupun torsi pada kolom menggunakan program SAP 2000 V.14. Dari hasil
output gaya-gaya dalam tersebut kemudian digunakan untuk menghitung
kebutuhan tulangan pada kolom.

1. Perencanaaan Tulangan Memanjang /Pokok

a. Beban sentris

Garis Sumbu

Gambar 2.8 Desain Kolom Sentris


 Menentukan dimensi kolom, mutu bahan, dan gaya yang bekerja
pada kolom tersebut
 Rasio tulangan kolom ( didapat dari diagram interaksi)

min = 0,01

=r. > min

 Menghitung luas penampang kolom bruto (Ag)

. [ . . . ]

 Menentukan beban aksial kolom

51

. 85 [ 85 . . . ]

. . .

 Luas tulangan yang diperlukan


.
. .

Jumlah tulangan ( ⁄ . )

b. Beban eksentris

P
e

P
e

Garis Sumbu
Gambar 2.9Desain Kolom Eksentris
 Menentukan dimensi kolom, mutu bahan, dan gaya yang bekerja
pada kolom tersebut
 Eksentrisitas kolom

emin = 15 + (0,03 . h)

 Menghitung luasan tulangan

.

. .

52
⁄ . .

Jika As perlu >As

 Menghitung jarak garis netral Cb, regangan dan tegangan baja

′ ′ ′ ′
3.( ) , maka .

′ ′
, maka

 Menentukan nilai Pb

[ ′ ]
85 . . . . .

85 . ′

 Apabila tidak berarti [keruntuhan tekan (compression failure)]

. . ′
. . .
( ) * . .
+ 8

 Apabila ya berarti [keruntuhan tarik (tension failure)]

85. . . 85.
85 . ′
. [√( 38) ( 38)]
5.

Chek penampang

Ф. Pn > Pu

MR = Ф Pn.e Aman untuk digunakan

2. Tulangan Geser Kolom

Berdasarkan taat cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung


SNI 03-28476-2002, perencanaan penampang terhadap geser harus
didasarkan pada:

53
Keterangan :

Vn = Gaya geser nominal (N)

Vu = Gaya geser ultimate yang terjadi (N)

Kuat geser maksimum untuk komponen struktur (SNI 03-2847-2002


pasal 13.3.2.2) yaitu:

√ ′
( ). . .
.

′.
3.
3√ . . √( )

√ ′. .
3

Dimana:

Vn = kuat geser nominal (N)

Ø = faktor reduksi

f’c = kuat tekan beton (Mpa)

b = lebar penampang kolom (mm)

d = tinggi efektif penampang kolom (mm)

Pu = gaya aksial yang terjadi (N)

Agr = luas penampang kolom (mm2)

Jika:

(Vn – Vc) < Vs, maka penampang cukup

(Vn – Vc) ≥ Vs, maka penampang harus diperbesar

Vu < Ø Vc, maka tidak perlu tulangan geser

Vu ≥ Ø Vc, maka perlu tulangan geser

Langkah perhitungan

54
 Menentukan dimensi kolom, mutu bahan, dan gaya yang bekerja pada
kolom

 Menghitung nilai SNI 03-2847-2002 pasal 13.5.6(9)

( 3. ) √ . .

√ ′ . .
3

Vs < Vs mak, maka penampang cukup

Vu < Ø Vc, maka tidak perlu tulangan geser

Vu ≥ Ø Vc, maka perlu tulangan geser

 Luasan tulangan sengkang kolom SNI 03-2847-2002 pasal 13.5.5.3

5√ ′. .

.
3

2.6.6 Perencanaan Tangga


1. Plat tanggadan plat bordes (denganteori plat)
a. Data PerencanaanTangga

Tinggiantarlantai, lebar tang (ℓ), mutubeton (fc), mutubaja


(fy),tinggilantaibordes (T), panjangbordes.

b. MenghitungUkuranOptrede (o) danAntrede (a)

Kemiringantangga

Tan α = , syaratkemiringan 25° < α < 45°

2 . o + a = 65

55
c. MenghitungTebalPelatTangga

L =√

Tebalpelattangga h = . L . (0,4 + )

h’ = + . cos α

d. MenentukanPembebanan Plat

= 1,2 + 1,6 + Beban Gempa

= bebanhidupdiambilsesuaifungsi plat

= bebanmati

e. MenentukanBesaranmomenpada plat

MtumpuandanMlapangan yang didapatdarihasilanalisis SAP

f. Menentukanmomen nominal (Mn) danmomenbatas (Mu)

.
Mn= .fy .b .d2 . (1 – 0,59 )

Mu = . Mnatau

Mu = . . (d – 0,5a)

g. ArahPerencanaan :

→ → runtuh Tarik / lentur

→ = → runtuh Tarik / lentur

→ → runtuhtekan / geser /
mendadak

Sehinggaperencanaandiarahkanke 1dan 2

h. Menentukanluastulangan (As)

As = .
→ max
. ⁄

56
= (tulangan min)

= . b .h

Setelahmendapatkanluasan, lihattableuntukmenentukan diameter


danjaraktulangan yangdirencanakan.

2. Balokbordesmenggunakanbalokpersegitulanganrangkap
 Menentukannilai fc, fydansudahmenghitung Mu dan
 Menentukan b dan d di desaindengansyaratb : d = 0,4 s/d 0,6
 Menghitungsebagaitulangantunggaldahulu

.
= [ .( )( )] → = 0,85

= 0,75 .

= → memenuhibaloktulangantunggal

As = . b .d = …….mm² (tabel tulangan)

.
a= . .

As = luasdarijumlahtulangan

b = hitungdesain

 PerhitunganMomen

= As .fy .( )

= =ɸ. → momenpositif

=ɸ. → momen negative

As’ = = .
= ………. mm²
.

As’ = tulangantekan

As Tarik direduksi sesuai rasio momen

57
Momen positif padatul. Tunggal

As = .
= ……… mm² (tabletulangan)
( )

.
= .
= ……..

= .
= ………

- tulangan tekan belum leleh

 Periksa kapasitas tampang (kuatrencana) :

.
= As’ .600 .

= 0,85 .ab

 Solusi dengan persamaan abc :

√ ²
=

√ ² √ ²
= =

Nilai a → diambil yang positif

 Regangan tulangan tarik :

 Regangan tulangan tekan :

= ……….

= . = …………. Mpa

 Subsitusi = dan ke persamaan :

= 0,85 ’ ( )+ ( )

= =ɸ.

58
Atau dicek kesetimbangan

T = As .fy

+ = T (jika sama berarti setimbang dipenuhi)

= 0,85 ( )+

= =ɸ.

 PerencanaanTulanganakibatgeser

Tentukan besarnya gaya geser terfakto r , pada penampang yang


ditinjau, sertatentukan pula factor reduksi ɸ untuk perencanaan geser
dan puntir. Besarnya factor reduksi ɸ berdasarkan SNI 03-2847-02
pasal 11.3.2.3 yaitu ɸ = 0,75

V = Vu = ………… (gayalintang)

Vn = → ( ɸ = 0,75

ɸ .Vc = ɸ . .√ . b .d

Vu ɸ .Vc / 2 → tidak perlu tulangan geser → dipakaitul. Praktis

Vu ɸ Vc /2 → perlu tulangan geser

 Cek Penampang :

ɸ Vs max = 0,6 . . √ . b .d

ɸ Vs = Vu – Vc

ɸ Vs Vs max ……… OK!

 Jika Vu . Vc → perlu tulangan geser minimum

.
. = .
D

S = ………… d/2

59
dengan s = jarak antar tulangan geser dalam arah memanjang (mm)

 Jika Vu ɸ .Vc → perlu tulangan geser

. .
S=
.

Dengan = luas penampang 2 kaki tulangan geser (mm²)

Syarat :

S < d / 4 (pada daerah sendi plastis y = d )

S < d / 2 ( pada daerah diluar sendi plastis y = 2h)

2.6.7. Perencanaan Lift


1. Kapasitas dan Jumlah Lift
Kapasitas dan jumlah lift akan disesuaikan dengan perkiraan
jumlah pemakai lift, mengingat dari segi manfaat dan efesiensi biaya,
serta dilihat dari kelayakan dan besarnya bangunan.
2. Perencanaan Konstruksi
a. Mekanikal
Secara mekanikal perencnaan konstruksi lift tidak direncanakan
disini karena sudah direncanakan di pabrik dengan spesifikasi
tertentu, sebagai dasar perencanaan konstruksi dimana lift tersebut
akan diletakkan.
b. Konstruksi ruang dan tempat lift
Lift terdiri dari tiga komponen utama, yaitu :
1) Mesin dengan kabel penarik serta perangkat lainnya.
2) Trace / traksi / kereta penumpang yang digunakan untuk
mengangkut penumpang dengan pengimbangan.
3) Ruangan dan landasan serta konstruksi penumpang untuk mesin,
kereta, beban dan pengimbangannya.

Ruangan dan landasan lift direncanakan berdasarkan kriteria sebagai


berikut :

60
1) Ruangan dan tempat mesin lift diletakkan pada lantai teratas
bangunan. Oleh karenanya perlu dibuat dinding penutup mesin
yang memenuhi syarat yang dibutuhkan mesin dan kenyamanan
pemakai gedung.
2) Mesin lift dengan beban – beban (q) sama dengan jumlah dari
berat penumpang, berat sendiri, berat traksi, dan berat
pengimbangannya yang ditumpukkan pada balok portal.
3) Ruang terbawah diberi kelonggaran untuk menghindari tumbukan
antara lift dan lantai dasar. Ruang terbawah ini juga direncanakan
sebbagai tumpuan yang menahan lift pada saat maintenance.
3. Spesifikasi Lift yang dipakai
Lift penumpang yang digunakan adalah merek Hyundai tipe
Gearless Elevator, dengan spesifikasi sebagai berikut ;
1) Dapat memuat penumpang 17 orang.
2) Dapat menahan beban 1150 Kg.
3) Kecepatan = 120 m/detik.
4) Berat lift = 10 kN.
2.7 Struktur Bawah

2.7.1 Perencanaan Pondasi

Pondasi merupakan struktur bawah yang berfungsi untuk meletakkan


bangunan atas tanah dan meneruskan beban dari struktur atas ke tanah dasar.
Beberapa persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh pondasi antara lain
(Sardjono, 1984) :

1. Terhadap Tanah Dasar


 Pondasi harus mempunyai bentuk, ukuran dan struktur demikian rupa
sehingga tanah dasar mampu memikuk gaya-gaya yang bekerja.
 Penurunan yang terjadi tidak boleh terlalu besar atau tidak merata.
 Bangunan tidak boleh bergeser atau mengguling.
2. Terhadap Struktur Pondasi

Struktur pondasi harus cukup kuat sehingga tidak pecah gaya yang bekerja.

Dalam merencanakan stuktur bawah dari konstruksi bangunan dapat


digunakan beberapa macam tipe pondasi, pemilihan tipe pondasi didasarkan
pada hal-hal sebagai berikut (Sardjono, 1984) :

 Fungsi bangunan atas

61
 Besarnya beban dan berat dari bangunan atas
 Keadaan tanah dimana bangunan tersebut akan didirikan
 Jumlah biaya yang dikeluarkan
3. Pemilihan Bentuk Pondasi
Pmilihan bentuk pondasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Suryono,
2000) :
1). Pondasi Dangkal
2). Pondasi Tiang atau Pondasi Tiang Apung (floating pile foundation)
3). Tiang Pancang (pile drieven foundation)
4). Tiang baja atau tiang beton yang dicor ditempat.
Berdasarkan data tanah diketahui bahwa tanah keras terdapat pada
kedalaman 2 m. dalam perencanaan gedung rusunawa ini digunakan
pondasi sumuran, keuntungan pemakaian pondasi sumuran, antara lain :
(Hardiyatmo, 2013)
 Pembangunannya tidak menyebabkan getaran dan pengembangan
tanah, seperti pada pemancangan pondasi tiang pancang.
 Penggalian tidak mengganggu tanah disekitarnya.
 Biaya pelaksanaan umumnya relative rendah, berhubungan alat yang
dipakai adalah alat ringan.
 Kondissi – kondisi tanah atau batu pada dasar sumuran sering dapat
diperiksa dan diuji secara fisik.
 Alat gali tidak banyak menimbulkan suara.
4. Pondasi Sumuran
 Tekanan konstruksi ke tanah < daya dukung tanah pada dasar sumuran.
 Aman terhadap penurunan yang berlebihan, gerusan air dan longsoran
tanah.
 Diameter sumuran 1,50 meter.
 Cara galian terbuka tidak disarankan.
 Kedalaman dasar pondasi sumuran harus dibawah gerusan maksimum.
 Biasanya digunakan sebagai pengganti pondasi tiang pancang apabila
laisan pasir tebalnya > 2,00 m dan lapisan pasirnya cukup padat.
4.1. Perhitungan Daya Dukung Pondasi Sumuran
Dengan menggunkaan metode LCPC, 1991 diperoleh :
Qe = Ah x qc x Kc
Keterangan :
Qe = Daya dukung ujung tiang (Kg)
Ah = luas Penampang ujung tiang (cm²)
qc = Nilai konus (Kg /cm²)
Kc = faktor nilai konus
Qs = As x Fs
Keterangan :
Qs = daya dukung lekatan (Kg)

62
As = Luas selimut tiang (cm²)
Fs =Tahanan dinding (Kg/cm²)
Nilai Fs dapat dicari dengan persamaan 2.115.
Fs = 0,0012 x qc
Qult = Qe + Qs
Qall =
Keterangan :
Qult = Daya dukung batas (Kg)
Sf = Angka keamanan (biasanya diambil Sf = 3)

63
BAB III
METODOLOGI

Metodologi diartikan sebagai studi sistematis kualitatif atau kuantitatif dengan


berbagai metode dengan teknis analisis. Beberapa analisis ilmiah diterapkan melalui
analisis kualitatif dan dapat pula menggunakan analisis kuantitatif. Kedua analisis tersebut
digunakan untuk saling melengkapi dan saling mengkoreksi sejauh mana ketepatan
analisisnya.

3.1 Pengumpulan Data


Data yang dijadikan bahan acuan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini
dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) menurut jenis datanya, yaitu data primer dan
data sekunder.
3.1.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan
penelitian secara langsung baik di wilayah pembangunan maupun disekitar
lokasi pembangunan, yang nantinya dipergunakan sebagai sumber dalam
perancangan struktur. Pengamatan langsung di lapangan tersebut, meliputi:
1. Kondisi lokasi Gedung Lima Lantai Yang Difungsikan Untuk Rusunawa
Dilokasi Sekarang Gunungpati Semarang.
2. Kondisi bangunan-bangunan lain yang telah ada
3.1.2 Data Sekunder
Data yang dijadikan bahan acuan dalam penyusunan Laporan Tugas
Akhir, dimana data tersebut diperoleh dari instansi tertentu yang digunakan
langsung sebagai sumber dalam Perencanaan Pembangunan Gedung Lima
Lantai Yang Difungsikan Untuk Rusunawa Dilokasi Sekarang Gunungpati
Semarang. Klasifikasi data yang menunjang penyusunan Laporan Tugas
Akhir adalah literature-literatur penunjang, grafik, tabel dan peta-petayang
berkaitan erat dengan proses perancangan studi.
Secara garis besar data yang dibutuhkan dalam perancangan dan
perhitungan struktur utama gedung ini adalah :
1. Deskripsi umum bangunan

64
Deskripsi umum bangunan meliputi fungsi bangunan dan lokasi yang akan
didirikan, Fungsi bangunan berkaitan dengan perencanaan pembebanan
sedangkan lokasi bangunan adalah untuk mengetahui keadaan tanah dan
lokasi bangunan yang akan didirikan sehingga bisa direncanakan struktur
bangunan bawah yang akan dipakai.
2. Denah dan sistem struktur bangunan
Yang dimaksud sistem bangunan struktur meliputi rencana struktur yang
akan direncanakan, seperti atap, portal dan lain-lain sebagainya yang
berfungsi sebagai perhitungan perencanaan yang lebih lanjut. Sedangkan
rencana denah tersebut di atas merupakan studi awal yang berkaitan
dengan perencanaan posisi dan kondisi bangunan, seperti dinding, letak
lift, letak tangga, dan lain-lain sebagainya.
3. Wilayah gempa bangunan sekitar
Merencanakan suatu bangunan membutuhkan ketelitian dalam perhitungan
pembebanan. Salah satunya pembenanan yang diakibatkan oleh gempa.
Oleh karena itu perlu diketahui wilayah gempa dari struktur yang akan
dibangun. Menurut data yang ada struktur Gedung Lima Lantai Yang
Difungsikan Untuk Rusunawa Dilokasi Sekarang Gunungpati Semarang.
yang akan dibangun termasuk wilayah zone 2.
4. Data tanah berdasarkan penyelidikan tanah
Data tanah berfungsi untuk merencanakan struktur bangunan bawah yang
akan digunakan (pondasi). Data tanah tersebut meliputi:
a. Sondir
Untuk mengetahui kedalaman tanah keras dilokasi tersebut berdasarkan
nilai conusresistance (qc)
b. Soil test
Digunakan untuk mengetahui nilai berat jenis tanah (γ).
c. Direct shear test
Data Direct shear test digunakan untuk mengetahui nilai kohesi tanah
(c) dan untuk mengetahui sudut geser tanah (ɸ).
Nilai-nilai yang diperoleh dari penyelidikan tanah tersebut di atas
digunakan untuk menghitung daya dukung pondasi yang diijinkan
untuk dipikul pondasi.

65
3.2 Metode Analisis

Pada bagian sub bab ini diuraikan secara garis besar langkah-langkah (metode
yang digunakan) dalam perenncanaan bangunan dan perancangan strukturnya.
Langkah-langkah yang dimaksud meliputi komponen bangunan non-struktural
(atap), komponan bangunan struktur utama portal dan struktur pondasi.
1) Langkah perencanaan dan perancangan komponen non-struktural (atap)
a) Tentukan denah dan konfigurasi atap beserta sistem strukturnya.
b) Estimasi dimensi elemen strukturnya.
c) Tentukan beban yang bekerja pada struktur.
d) Analisis struktur bangunan atap.
e) Desain elemen struktur termasuk detail joint dan perletakan serta alat
sambungnya.
2) Langkah perencanaan dan perancangan kompoan struktural (pelat, balok, dan
kolom) :
a) Kumpulkan data perencanaan.
b) Kumppulkan data beban.
c) Lakukan perhitungan struktur sebagai berikut:
1. Tentukan denah dan konfigurasi bangunan berikut sistem strukturnya.
2. Tentukan daktilitas struktur yang akan datang.
3. Tentukan faktor jenis struktur.
4. Tentukan batas dimensi dari komponen struktur (pelat, balok, kolom).
5. Hitung pelat lantai.
6. Rencanakan balok portal.
7. Rencanakan kolom portal.
8. Tentukan penulangan pada portal.
3) Langkah-langkah dalam perencanaan dan perancangan pondasi sub structure
(struktur bawah) :
a) Analisis dan penentuan parameter tanah.
b) Pemilihan jenis pondasi.
c) Analisis beban yang bekerja pada pondasi.
d) Estimasi dimensi pondasi.
e) Perhitungan daya dukung pondasi.

66
f) Desain pondasi.
Langkah-langkah tersebut di atas merupakan acuan dalam menyelesaikan
analisis perhitungan. Dengan demikian diharapkan langkah-langkah tersebut dapat
terlaksana dengan runtut, sehingga penyusunan Laporan Tugas Akhir dapat berjalan
dengan lancar.
3.3 Rencana Teknis Pelaksanaan Studi
Penyusunan Tugas Akhir “Struktur Gedung Rusunawa Universitas Negeri
Semarang (Unnes) Di Sekaran Gunung Pati Semarang” dibatasi dalam waktu 6 bulan. Oleh
karenanya, untuk dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini tepat pada waktunya
diperlukan perencanaan kerja yang tepat.

3.3.1 Tahap Pelaksanaan Studi

Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir yang akan dilakukan meliputi


berbagai tahapan, diantaranya :
a. Persiapan dan perijinan
Sebagai langkah awal dilakukan perrsiapan dan perijinan yaitu persiapan
dan perijinan dalam pengajuan pembuatan Tugas Akhir menurut bidang
ilmu masing-masing (dalam hal ini adalah bidang ilmu struktur). Pada
langkah ini, hal yang perlu dilakukan adalah permohonan soal (tugas) yang
diberikan pembimbing utama.
b. Studi literatur
Studi literatur meliputi hal-hal yang berkaitan dengan struktur/konstruksi
bangunan gedung. Struktur bangunan gedung yang dimaksud adalah
struktur untuk yang tidak menutup kemungkinan untuk pembahasan lain
yang menunjang.
c. Survei Lapangan
Survei dilakukan rangka memperoleh data, baik data primer lapangan
maupun data sekuder dari Universitas Negeri Semarang.
d. Kompilasi data
Tahapan ini merupakan tahapan pengumpulan data yang dibutuhkan untuk
melengkapi laporan. Data tersebut adalah data masukan yang siap
dianalisis.

67
e. Analisis data
Berdasarkan data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mangetahui
apakah perencanaan bangunan tersebut telah sesuai/layak.
f. Penyusunan laporan
Diharapkan pada tahapan ini telah sampai pada hasil analisis, sehigga
dapat diambil suatu simpulan dan dapat memberikan rekomendasi
walaupun bersifat sementara.
g. Penyusunan laporan
Tahapan ini merrupakan tahap akhir dalam pelaksanaan studi, lengkap
dengan simpulan akhir dan direkomendasi.

68
3.3.2 Bagan Alir
Dalam pembuatan laporan ini diharapkan dapat memperoleh hasil yang
diinginkan dan selesai tepat pada waktunya. Secara sistematis rencana
penyusunan (bagan alir) dapat dilihat dalam gambar 3.1 berikut ini.

MULAI

OBSERVASI LAPANGAN

STUDI PUSTAKA

METODOLOGI

KOMPILASI DATA :

- DATA TANAH
- SITE PLAN
- DATA PERENCANAAN
- BENTUK STRUKTUR

ANALISIS TANAH ANALISIS PEKERJAAN


STRUKTUR ATAS

PEMILIHAN TIPE PONDASI


ANALISIS PEKERJAAN
STRUKTUR BAWAH
RENCANA PONDASI
DENGAN SAP

GAMBAR RENCANA

PENYUSUNAN LAPORAN

SELESAI

Gambar 3.1 Bagan Metodologi Rencana Pelaksanaan/Penyusunan Tugas Akhir

69
BAB IV
PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS
4.1 PERENCANAAN ATAP
Perencanaan atap adalah hal pertama yang dihitung dalam merencanakan sebuah
struktur bangunan gedung.Pada perencanaan struktur gedung ini rangka atap yang
digunakan adalah kuda-kuda baja konvensional menggunakan bentuk atap sudut untuk
bagian penutup atap.Mutu baja yang digunakan dalam perencaan ini adalah baja mutu BJ
37 dengan profil siku dan gording dengan profil kanal sebagai pendukung
atap.Perencanaan konstruksi atap ini berdasarkan atas beban-beban yang bekerja sesuai
dengan pedoman standar perhitungan atap di Indonesia.

4.2 PEDOMAN PERHITUNGAN ATAP


Dalam perencanaan atap, adapun pedoman yang dipakai, sebagai berikut:
1. Pedoman Perencanaan Pembangunan Untuk Rumah dan Gedung (PPPURG
1987)
2. Gunawan, Rudy. 1988. Tabel Profil Kontruksi Baja. Penerbit Kanisius :
Yogyakarta
3. Setiawan, Agus. 2013. Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD.
Penerbit Erlangga : Jakarta.
4. SNI 03- 1729- 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan
Gedung.
5. Sunggono. 1984. Teknik Sipil. Penerbit Nova : Bandung.

70
4.3 PERHITUNGAN ATAP

Gambar 4.1 Tampak Atas Rencana Kuda-Kuda

Sumber : Aplikasi AutoCad

KUDA-KUDA UTUH BENTANG 17 m

Gambar 4.2 Permodelan Kuda-Kuda

Sumber : Dokumentasi pribadi

71
Dalam Perencanaan atap , pedoman yang kami pakai :
1) Tata Cara Perencanaan Struktur BajaUntuk Bangunan Gedung (SNI 03 – 1729 –
2012)
2) Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung 1987 (PPURGI
1987)

4.3.1 Perhitungan Gording


1) Data perencanaan gording profil 2C.150.130.20.2.3
H = 150 mm = 15 cm Ix = 496cm⁴
bf = 130mm = 13cm Iy = 351cm⁴
tf = 20mm = 2,0 cm Zx= 66,1cm4
tw= 2,3 mm = 0,23cm Zy= 54 cm4
q = 11,0 kg/m

a. Perencanaan jarak gording

Cos = Sin = + (1,129)

Cos 15° = Sin 15°= + (1,129)

r = y = Sin 15° 11,181 + (1,129)

r = 11,181 m y = 4,023 m
b. Jarak gording rencana (g) = 1,20 m
c. Gording yang dibutuhkan (g’) = = + 3 = 13 Buah

d. Jarak gording sebenarnya ( = = = 1,20 m

2) Perhitungan Pembebanan
Bentang Kuda-kuda = 17,00 m
Jarak Kuda-kuda = 5,00 m
Jarak Gording = 1,20 m
Sudut kemiringan atap = 15°
Sambungan = Baut
Mutu Baja = BJ 37
fy = 240 Mpa

72
fu = 370 Mpa
E = 200.000 Mpa
G = 80.000 Mpa
Poisson ratio (m) = 30 %
Koefisien Muai (at) = 1.2 x 10-6
(pasal 5.1.3, SNI 03- 1729- 2012, hal 9)
Peregangan Minimum = 20%
(tabel 5.3, SNI 03- 1729- 2012, hal 11)
Penutup atap sirapbitumen = 11 kg/m²
Berat Per Unit Volume = 7850 Kg/m³
(PPURG 1987, hal 5 )
Plafong gypsumboard + penggantung = 11 + 7 = 18 kg/m²
(PPURG 1987, hal 6 )
Beban hidup Gording = 100 Kg
(PPURG 1987, hal 7 )
Tekanan tiup angin = 25 kg/m²
(PPURG 1987, hal 18 )
Beban Mati

Gambar 4.3 Pemodelan Beban Mati


Sumber : dokumentasi pribadi

73
1. Berat gording Channel 2C.150.130.20.2.3 = 11,0 kg/m
2
2. Berat atap = 11 kg/m x 1,20 m = 13,2 kg/m
3. Berat trackstang (10% x 5,50) = 0,55 kg/m
q total = 24,750 kg/m

qx = q . sin α = 24,750sin 15˚ = 6,405 kg/m


qy = q . cos α = 24,750 cos 15˚ = 23,906 kg/m

15⁰

Qx = 6,405 kg/m

Qy =23,906 kg/m

Gambar 4.4 Pembebanan Beban Mati


Sumber : dokumentasi pribadi

( ) ( )

( ) ( )

(Teknik Sipil, hal 68)

74
Beban Hidup
Beban hidup adalah beban terpusat dan terjadi karena beban manusia yang
bekerja pada pekerjaan atap dengan berat P = 100 kg.

Gambar 4.5 Pemodelan Beban Hidup


Sumber : dokumentasi pribadi
Px = P .sin α = 100 sin 15˚ = 25,882 kg/m
Py = P .cos α = 100 cos 15˚ = 96,593 kg/m

75
p =100 kg/m

Py = 96,583
kg/m
Px = 25,882 kg/m

Gambar 4.6 Pembebanan Beban Hidup


Sumber : dokumentasi pribadi

(4 )
( )
( )
( )

(Teknik Sipil, hal 68)


Beban Angin

Beban angin adalahbeban yang timbul dari hembusan anginyang diasumsikan


pada daerah dataran dengan besaranminimumW = 25 kg/m2
(PPPURG 1987, hal 18 )

Gambar 4.7 Pemodelan Beban Angin


Sumber : dokumentasi pribadi

76
Koefisien angin tekan = ((0,002 . 150) – 0,4) = - 0,37
Koefisien angin hisap = - 0,4
(PPPURG 1987, hal 21 )
Beban angin tekan (Wt) = 0,2 .25 . 1,20 =6 kg/m
Beban angin hisap (Wh) = -0,4 . 25 . 1,20 = -12 kg/m

w = 25 kg/m2

Gambar 4.8 Pembebanan Beban Angin


Sumber : dokumentasi pribadi

Karena beban angin bekerja tegal lurus sumbu y, sehingga hanya ada My

( ) ( )

( ) ( )

(Teknik Sipil, hal 68)

Tabel 4.1 Tabel Rekap Hasil Perhitungan Momen


Beban Angin (W)
Beban Mati(D) Beban Hidup
Momen (kgm)
(kgm) (kgm)
Tekan Hisap
Mx 20,016 - -
My 74,706 120,729 18,75 -37,5
Sumber : Data pribadi

4.2.1 Kombinasi pembebanan Gording


1. U = 1,4 D
Ux = 1,4 (20,016) = 28,023 kg.m
Uy = 1,4 (74,706) = 104,589 kg.m

77
2. U = 1,2 D + 0,5 La
Ux = 1,2 (20,016) + 0,5 (32,352) = 40,196 kg.m
Uy =1,2 (74,706) + 0,5 (120,729) = 150,012 kg.m
3. U = 1,2 D + 1,6 La
Ux = 1,2 (20,016) + 1,6 (32,352) = 75,783 kg.m
Uy =1,2 (74,706) + 1,6 (120,729) = 282,814 kg.m
4. U = 1,2 D + 1,6 La + 0,8 W
Ux = 1,2 (20,016) + 1,6 (32,352) + 0,8 (18,75) = 90,783 kg.m
Uy = 1,2 (74,706) + 1,6 (120,729)+ 0,8 (-37,5) = 252,814 kg.m
5. U = 1,2 D + 1,3 W + 0,5 La
Ux = 1,2 (20,016) + 1,3 (18,75) + 0,5 (32,352) = 64,571 kg.m
Uy = 1,2 (74,706) + 1,3 (-37,5) + 0,5 (120,729) = 101,262 kg.m
6. U = 0,9 D ± 1,3 W
Ux = 0,9 (20,016) + 1,3 (18,75) = 42,390 kg.m
= 0,9 (20,016) – 1,3 (18,75) = -6,361 kg.m
Uy = 0,9 (74,706) + 1,3 (-37,5) = 18,485 kg.m
= 0,9 (74,706) – 1,3( –37,5) = 115,986 kg.m

(pasal 6.2.2, SNI 03- 1727- 2012, hal 11-12)

Tabel 4.2 Tabel Rekap Kombinasi Pembebanan


No Kombinasi Beban Arah x (kg.m) Arah y (kg.m)
1 U = 1,4 D 28,023 104,589
2 U = 1,2 D + 0,5 La 40,196 150,012
3 U = 1,2 D + 1,6 La 75,783 282,814
4 U = 1,2 D + 1,6 La + 0,8 W 90,783 252,814
5 U = 1,2 D + 1,3 W + 0,5 La 64,571 101,262
6 U = 0,9 D ± 1,3 W 42,390 18,485
-6,361 115,986
Sumber : Data pribadi

78
Jadi momen maksimum yang diperhitungkan dari tabeldiatas adalah:
Mux = 90,783 kg.m = 90,783.104 N.mm
Muy = 282,814 kg.m = 282,814.104 N.mm

Kontrol Terhadap Tegangan


Digunakan profile bajalip channels on front to front arrangement
2C.150.130.20.2.3dengan data-data sebagai berikut :
Ix = 496 cm4 = 496.104 mm4
Iy = 351 cm4 = 351.104 mm4
Zx = 66,1 cm4 = 66,1.103 mm4
Zy = 54 cm4 = 54.103 mm4
Menurut Ir. Ruddi Gunawan

1. Cek Kelangsingan Elemen


Perbandingan lebar terhadap tebal (λ)
(Tabel 7.5-1 SNI 03-1729- 2002, hal 31)

= 28,261

= 32,275
√ √ 4

= 40,344
√ √ 4

karena : λ < λp < λr………… Termasuk penampag kompak


(pasal 8.2.3, SNI 03-1729- 2002, hal 36)

2. Kontrol Momen Terhadap Tahanan Momen Nominal


Kapasitas Tahanan Momen Sayap

( )
( 4)

( 4)

⁴ ………OK

79
Kapasitas Tahanan Momen Sayap

4

4 4
( )
………..OK

Untuk mengatasi masalah puntir maka sumbu lemah pada gording (Mny) dapat
dibagi 2 sehingga :

⁴ ⁴
( 4) ⁴
0,198 + 0,156 = 0,354 …………. OK

Kontrol Lendutan

Digunakan profile profile baja2C.150.130.20.2.3 dengan data-data sebagai


berikut :
Ix = 496 cm4 = 496.104 mm4
Iy = 351 cm4 = 351.104 mm4
E = 2 x 106 kg/cm2
I Mpa = 10 kg/cm2

1. Akibat Beban mati

80
2. Akibat Beban Hidup

3. Akibat Beban Angin

4. Lendutan Kombinasi
Fx Total = + + = 0,171 cm
Fy Total = + + 0,499 cm

Syarat Lendutan

( )

( √ )

Profil Aman Terhadap Lendutan ……… OK


(SNI 03-1729-2002,hal 15)

4.3.3 Perhitungan Trekstang Gording


Batang tarik (Trekstang) berfungsi untuk menggurangi lendutan gording
sekaligus untuk mengurangi tegangan lendutan yang timbul. Beban-beban yang
dipikul oleh trekstang yaitu beban-beban yang sejajar bidang atap maka gaya yang
bekerja adalah gaya tarik. Trekstang yang akan dipakai sebanyak 1 (satu) buah

81
tepat pada tengah bentang gording. Dimana, diketahui data trekstang adalah sebagai
berikut :
Beban merata terfaktor pada gording (qx) = 6,405 kg/m
Beban terpusat terfaktor pada gording (px) = 25,882 kg/m
Lx = (5 m / 2) = 2,5 m
Tegangan leleh baja (Fy) = 240 Mpa
Tegangan ultimit/tarik putus baja (Fu) = 370 Mpa

Gambar 4.9 Peletakan treckstang

1. Pembebanan Trekstang
P total = (qx . Lx) + Px
= (6,405 kg/m x 2,5 m) + 25,882 kg/m
= 41,895 kg

2. Dimensi Trekstanng

Fbr = 125% . Fn = 1,25 . = 0,0325 cm²

82
Fbr = ¼ .π .d² , dimana :

4 4
d=√ =√ = 0,204 cm
4

Maka batang tarik yang dipakai adalah ⁄ 8 mm

4.3.4 Perhitungan Ikatan Angin

Ikatan angin hanya bekerja menahan gaya normal (axial) tarik saja. Adapun cara
kerjanya adalah apabila salah satu ikatan ikatan angi bekerja sebagai batang tarik, maka
yang lainnya tidak menahan gaya apa-apa. Sebaliknya apabila arah angin berubah, maka
secara bergantian batang tersebut bekerja sebagai batang tarik.

Β = arc tan (1,20 x 3) / 5

= 36

Nx =w

( )
N = = = 111,246 kg

Fbr = 125% . Fn = 1,25 . = 0,0875 cm²

Fbr = ¼ .π .d² , dimana :

4 4
d=√ =√ = 0,334 cm
4

Maka ikatan angina yang dipakai adalah ⁄ 10 mm

4.3.5 Perencanaan kuda-kuda

Pada perencanaan kuda-kuda, tahapan dalam perencanaan meliputi : data-


data teknis, pembebanan kuda-kuda, dan control kekuatan profil kuda-kuda.

83
4.3.6 Data-data Kuda-kuda

Bentang Kuda-kuda = 17,00 m


Jarak Kuda-kuda = 5,00 m
Jarak Gording = 1,20 m
Sudut kemiringan atap = 15°
Sambungan = Baut
Berat Gording = 2C.150.130.20.2,30
= 11,0 kg/m
Mutu Baja = BJ 37
fy = 240 Mpa
fu = 370 Mpa
E = 200.000 Mpa
G = 80.000 Mpa
Poisson ratio (m) = 30 %
Koefisien Muai (at) = 1.2 x 10-6
(pasal 5.1.3, SNI 03- 1729- 2012, hal 9)

Gambar 4.10 Mutu Baja Bj 37


Sumber : Data Pribadi Program SAP

84
Peregangan Minimum = 20%
(tabel 5.3, SNI 03- 1729- 2012, hal 11)
Penutup atap sirapbitumen = 11 kg/m²
Berat Per Unit Volume = 7850 Kg/m³
(PPURG 1987, hal 5 )
Plafong gypsumboard + penggantung = 11 + 7 = 18 kg/m²
(PPURG 1987, hal 6 )
Beban hidup Gording = 100 Kg
(PPURG 1987, hal 7 )
Tekanan tiup angin = 25 kg/m²
(PPURG 1987, hal 18 )

Gambar 4.11 Load Combination 1,4DL


Sumber : Data Pribadi Program SAP

85
Gambar 4.12 Load Combination 1,2DL + 0,5LL
Sumber : Data Pribadi Program SAP

Gambar 4.13 Load Combination 1,2DL + 1,6LL


Sumber : Data Pribadi Program SAP

86
Gambar 4.14 Load Combination 1,2DL + 1,6LL + 0,8W
Sumber : Data Pribadi Program SAP

Gambar 4.15 Load Combination 1,2DL + 1,3W + 0,5LL


Sumber : Data Pribadi Program SAP

87
Gambar 4.16 Load Combination 0,9DL ± 1,3W
Sumber : Data Pribadi Program SAP

4.3.7 Pembebanan Kuda-Kuda

Pembebanan kuda-kuda meliputi beban mati berupa beban penutup atap,


gording dan beban plafond dengan penggantungnya.Beban hidup berupa beban
pekerja yang bekerja pada buhul kuda-kuda, kemudian beban angin yang
diklasifikasikan dengan daerah jauh dari laut atau pantai, dan daerah yang dekat
dengan laut, pantai atau perbukitan.

4.3.7.1 Akibat beban mati

a. Akibat berat penutup atap dan Berat gording

Beban permanen yang bekerja pada kuda-kuda akibat dari benda yang berada
diatasnya berupa atap yang diasumsikan dengan menggunakan penutup sirapbitumen
dan rangkanya seperti usuk dan reng disimbulkan dengan (BA). Sedangkan beban
gording adalah Beban permanen yang timbul dari berat profil baja yang difungsikan
sebagai gording dimana dalam perhitungan digunakan gording baja profil lip channels
in front to front arrangement 2C.150.130.20.2,30 dengan Berat jenis 11,0 kg/m.

88
Gambar 4.17 Load Letak Pembebanan Pada Atap
Sumber : Data Pribadi
BA = Bj penutup atap x (½ . 2,75 + 2,50) x (½ . 5,00 + ½ . 5,00)

= 11 kg/m² x 3,875 m x 5,00 m

= 213,125 kg/join

BG = Berat jenis gording x (½ . 5 + ½ . 5)

= 11,0 kg/m x 5 m

= 55 kg/join

P1 = BA + B G

= 213.125 + 55

= 225,5 kg/join

Gambar 4.18 Input Beban Atap P1


Sumber : Data Pribadi Program SAP

89
BA = Bj penutup atap x (½ . 2,75 + ½ . 2,75) x (½ . 5,00 + ½ . 5,00)

= 11 kg/m² x 2,75 m x 5,00 m

= 151,25kg/join

BG = Berat jenis gording x (½ . 5,00 + ½ . 5,00)

= 11,0 kg/m x 5,00 m

= 55 kg/join

P2 = BA + B G

= 151,25 + 55

= 206,25 kg/join

Gambar 4.19 Input Beban Atap P2


Sumber : Data Pribadi Program SAP

BA = Bj penutup atap x (½ . 2,75 + ½ . 6,00) x (½ . 5,00 + ½ . 5,00)

= 11 kg/m² x 4,375 m x 5,00 m

= 240,625 kg/join

BG = Berat jenis gording x (½ . 5 + ½ . 5)

90
= 11,0 kg/m x 5 m

= 55 kg/join

P3 = BA + B G

= 240,625 + 55

= 295,625 kg/join

Gambar 4.20 Input Beban Atap P3


Sumber : Data Pribadi Program SAP

BA = Bj penutup atap x (½ . 3 + 0,50) x (½ . 5,00 + ½ . 5,00)

= 11 kg/m² x 2 m x 5,00 m

= 110 kg/join

BG = Berat jenis gording x (½ . 5 + ½ . 5)

= 11,0 kg/m x 5 m

= 55 kg/join

P4 = BA + B G

= 110 + 55

= 165 kg/join

91
Gambar 4.21 Input Beban Atap P4
Sumber : Data Pribadi Program SAP

BA = Bj penutup atap x (½ . 3 +½ . 3) x (½ . 5,00 + ½ . 5,00)

= 11 kg/m² x 3 m x 5,00 m

= 165 kg/join

BG = Berat jenis gording x (½ . 5 + ½ . 5)

= 11,0 kg/m x 5 m

= 55 kg/join

P5 = BA + B G

= 165 + 55

= 220 kg/join

92
Gambar 4.22 Input Beban Atap P5
Sumber : Data Pribadi Program SAP

Gambar 4.23 Display Beban Mati


Sumber : Data Pribadi Program SAP

4.3.7.2. Akibat Berat Plafond

Berat yang timbul akibat adanya berat dari plafond yang digantungkan pada dasar kuda-
kuda. Beban tersebut dapat dijadikan beban merata pada batang bagian bawah kuda-kuda
atau dijadikan beban titik pada setiap join bagian bawah kuda-kuda.

Pembebanan pada bentang sisi kiri 5,00 dan sisi kanan 5,00 m

Bp = Berat jenis plafond x (½ .3,40 + ½ . 3,40) x (½ . 5,00 + ½ . 5,00)

= 18 kg/m² x 3,40 m x 5,00 m

93
= 306 kg/join

½ Bp = ½ .306 kg/join

= 153 kg/join

Gambar 4.24 Input Beban Plafond


Sumber : Data Pribadi Program SAP

Gambar 4.25 Display Beban Plafond


Sumber : Data Pribadi Program SAP

94
4.3.7.3.Akibat Berat Sendiri Kuda-Kuda

Beban permanen yang timbul dari berat profil baja yang difungsikan sebagai kuda-
kuda. Beban terhitung secara manual dalam Program SAP, dalam perencanaan ini
menggunakan profil baja double Angel. Pada pembebanan akibat berat sendiri
disimpulkan dengan huruf (BK)

4.3.7.4. Akibat Beban Hidup


Beban hidup adalah beban terpusat yang terjadi karena beban manusia yang bekerja
pada saat pemasangan rangka atap dan pemasangan penutup atap dengan berat
minimum pertitik buhul diambil P = 100 kg, namun beban ini dalam analisa
perhitungan tidak dibebankan pada semua titik buhul yang ada, namun hanya beberapa
titik buhul, sesuai dengan jumlah pekerja dan tukang yang dibutuhkan saat pekerjaan
pemasangan rangka atap dan penutup atap.

Gambar 4.26 Input Beban Hidup


Sumber : Data Pribadi Program SAP

Gambar 4.27 Display Beban Hidup


Sumber : Data Pribadi Program SAP

95
4.3.7.5. Akibat Beban Angin

Beban angina adalah beban yang timbul dari hembusan anginn yang diasimsiikan pada
daerah perbukitan atau jauh dari kawasan pantai dengan besaran minimum W = 25
kg/m² pada keadaan normal, berikut gambar pemodelan dari beban angina.

Dalam analisa perhitungan, beban angina disederhanakan menjadi dua arah pembebanan
arah vertikal dan arah horizontal.Berikut gambar penyederhanaan beban angina untuk
analisa perhitungan.

a. Beban Angin P1
 Akibat Angin Tekan 1
Koefisien angina tekan (Cw+) = 0,02ά – 0,4
= 0,02 (15) – 0,4
= - 0,1
 0,1
W. tekan = Cw + W x ( ½ . 2,75 + 2,5) x ( ½ .5 + ½.5)
= 0,1 x 25 kg/m² x 3,875 m x 5 m
= 48,438 kg/join
P Tekan = 48,438kg/join
PtV1 = 48,438x cos 15 = 46,788 kg/join
PtH1 = 48,438x sin 15 = 12,537 kg/join

Gambar 4.28 Input Beban Angin Tekan P1


Sumber : Data Pribadi Program SAP

96
 Akibat Angin Hisab
Coefisien angin hisap (Cq -) untuk semua sudut adalah -0,40
(PPPURG, hal 21)

W hisap = Cq x W x (½. 2,75 + 2,50) x (½ . 5+ ½ .5 )

= - 0,4 x 25 kg/m² x 3,875 m x 5 m


= -193,75 kg/join

P Hisap =- 193,75 kg/join

PhV1 = -193,75 x cos 15 = -187,148 kg/join


PhH1 = -193,75 x sin 15 = -50,146 kg/join

Gambar 4.29 Input Beban Angin Hisap P1


Sumber : Data Pribadi Program SAP

b. Beban Angin P2
 W tekan = Cw+ x W x (½ . 2,75 + ½ . 2,75) x (½ . 5,00 + ½ . 5,00)

= 0,1 x 25 kg/m² x 2,75 m x 5,00 m

= 35,375 kg/join

P tekan = 35,375 kg/join

97
PtV2 = 35,375 x cos 15 = 34,170 kg/join

PtH2 = 35,375 x sin 15 = 9,158 kg/join

Gambar 4.30 Input Beban Angin Tekan P2


Sumber : Data Pribadi Program SAP
 Akibat angin hisap
W hisap = Cq x W x (½ . 2,75 + ½ . 2,75) x (½ . 5. + ½ . 5)
= - 0,4 x 25 kg/m² x 2,75 x 5,00 m
= -137,5 kg/join
P hisap = -137,5 kg/join
PhV2 = -137,5 x cos 15 = -132,815 kg/join

PhH2 =-137,5x sin 15 = -35,589 kg/join

Gambar 4.31 Input Beban Angin Hisap P2


Sumber : Data Pribadi Program SAP

98
c. Beban Angin P3
 Akibat Angin Tekan
W. tekan = Cw + W x ( ½ . 2,75 + ½ . 6,00) x ( ½ .5 + ½.5)
= 0,1 x 25 kg/m² x 4,375 m x 5 m
= 54,688 kg/join
P Tekan = 54,688kg/join
PtV3 = 54,688x cos 15 = 52,825 kg/join
PtH3 = 54,688x sin 15 = 14,134 kg/join

Gambar 4.32 Input Beban Angin Tekan P3


Sumber : Data Pribadi Program SAP

 Akibat Angin Hisab


W hisap = Cq x W x (½. 2,75 + ½ . 6,00) x (½ . 5+ ½ .5 )
= - 0,4 x 25 kg/m² x 4,375m x 5 m
= -218,75 kg/join
P Hisap =-218,75kg/join
PhV3 = -218,75x cos 15 = 211,296 kg/join
PhH3 = -218,75 x sin 15 = -59,617 kg/join

99
Gambar 4.33 Input Beban Angin Hisap P3
Sumber : Data Pribadi Program SAP

d. Beban Angin P4
 Akibat Angin Tekan
W. tekan = Cw + W x ( ½ . 3 + 0,50) x ( ½ .5 + ½.5)
= 0,1 x 25 kg/m² x 2 m x 5 m
= 25 kg/join
P Tekan = 25 kg/join
PtV4 = 25 x cos 15 = 24,148 kg/join
PtH4 = 25 x sin 15 = 6,471 kg/join

Gambar 4.34 Input Beban Angin Tekan P4


Sumber : Data Pribadi Program SAP

100
 Akibat Angin Hisab
W hisap = Cq x W x (½. 3 + 0,5) x (½ . 5+ ½ .5 )
= - 0,4 x 25 kg/m² x 2 m x 5 m
= -100 kg/join
P Hisap = -100 kg/join
PhV4 = -100 x cos 15 = -96,592 kg/join
PhH4 = -100 x sin 15 = -25,882 kg/join

Gambar 4.35 Input Beban Angin Hisap P4


Sumber : Data Pribadi Program SAP

e. Beban P5

PhV3 = PtV1 + PhV1

= 24,148 kg + (-96,592 kg)

= - 72.444 kg

PhH3 = PtH1 + PhH1

=6,471 kg + (-25,882 kg)

= -19.411 kg

101
Gambar 4.36 Input Beban Angin P5
Sumber : Data Pribadi Program SAP

Gambar 4.37 Display Beban Angin Tekan dan Hisap


Sumber : Data Pribadi Program SAP

102
4.3.8. Desain Kuda – Kuda Utama
1. Perhitungan lendutan ijin kuda – kuda utama

Gambar 4.38 Kerangka kuda - kuda utama dan profil yang digunakan
Sumber : Data Pribadi Program SAP

Dan perhitungan yang menggunakan Aplikasi SAP 2000.v.14, maka didapatkan gaya
batang maksimal, reaksi tumpuan, dan lendutan yang terjadi pada rangka kuda – kuda
tersebut yang disebabkan oleh berbagai kombinasi pembebanan.

4.3.9. Cek Lendutan Rangka Kuda – Kuda Utama

Dari perhitungan analisis yang menggunkaan Aplikasi SAP 2000 V.14 didapat lendutan
terbesar yang terjadi pada join object / element 34, dengan besarnya lendutan tiap
kombinasi adalah sebagi berikut :

 Kombinasi 1,4 D

Gambar 4.39. Hasil lendutan dari SAP 2000.v.14 kombinasi 1,4D

Sumber : Data Pribadi Program SAP

103
δ Join object 3 =√

=√
= 1,7094mm
 Kombinasi 1,2DL + 0,5LL

Gambar 4.40. Hasil lendutan dari SAP 2000.v.14


kombinasi1,2DL + 0,5LL

Sumber : Data Pribadi Program SAP

δ Join object 3 =√

=√
= 2,5911mm
 Kombinasi 1,2DL + 1,6LL

Gambar 4.41. Hasil lendutan dari SAP 2000.v.14


kombinasi1,2DL + 1,6LL

Sumber : Data Pribadi Program SAP

104
δ Join object 3 =√

=√
= 1,8255mm
 Kombinasi 1,2DL + 1,6LL + 0,8W

Gambar 4.42. Hasil lendutan dari SAP 2000.v.14


kombinasi1,2DL + 1,6LL + 0,8W
Sumber : Data Pribadi Program SAP

δ Join object 3 =√

=√
= 1,8096mm

 Kombinasi 1,2DL + 1,3W + 0,5LL

Gambar 4.43. Hasil lendutan dari SAP 2000.v.14

Kombinasi 1,2DL + 1,3W + 0,5LL


Sumber : Data Pribadi Program SAP

105
δ Join object 3 =√

=√
= 1,2382mm
 Kombinasi 0,9DL + 1,3W

Gambar 4.44. Hasil lendutan dari SAP 2000.v.14 Kombinasi 0,9DL + 1,3W
Sumber : Data Pribadi Program SAP

δ Join object 3 =√

=√
= 1,073mm

Perhitungan lendutan diatas, lendutan terbesar terjadi pada kombinas 1,2DL +


0,5LLdimana sebesar 2,5911mm, maka :

δ (Lendutan ijin) = L/360 = 5000/360 = 13,889 mm


δ (Lendutan ijin) > δ (Lendutan yang terjadi)
13,889 mm >2,5911mm ………………. Ok

4.3.10. Perhitungan Perencanaan Sambungan Baut pada Plat Buhul


Dari hasil analisis menggunakan SAP2000.v.14 dipilih gaya batang (p aksial) terbesar
yang bekerja pada rangka batang kuda – kuda utama.
Perhitungan jumlah baut yang dibutuhkan dihitung pertitik buhul pada rangka batang
kuda – kuda utama. Perhitungan ini berpedoman pada buku dari “Agus Setiawan,
Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD (berdasarkan SNI 03-1729-2002)

106
Dimana diketahui :
Tu = beban tarik terfaktor (kg).
Ag = Luas penampang kotor (mm²).
An = luas penampang netto (mm²).
Ae = Luas penampang efektif (mm²).
Rn = Tahanan baut (kg0.
Ø = factor tahanan 0,90 (kondisi leleh) ; 0,75 (kondisi fraktur).
db = Diameter baut pada daerah tak berulur (mm).
tp = tebal plat (mm).
fu = Kuat tarik putuh terendah dari baut atau plat.
Fub = Kuat tarik baut pada tahanan geser (Mpa).
fup = kuat tarik baut pada tahanan tumpu (Mpa).
m = jumlah bidang geser.
rI = 0,50 untuk baut tanpa ulir pada bidang geser.
r2 = 0,40 untuk baut dengan ulir pada bidang geser.
Ip = Lebar plat.

107
108
a. Perhitungan Perencanaan Sambungan
Gaya aksial terbesar yang bekerja (Tu) = -10.839,5 kg (dari Program SAP2000)
Digunakan :
Plat profil baja L.50.50.5dengan plat buhul penyambung ukuran 10 x50 mm
Dengan mutu baja masing – masing BJ 37, dimana :
- Fy = 240 Mpa
- Fu = 370 Mpa

Baut penyambung dengan mutu baut A325, dimana

- Db = 16 mm
- fub = 825 Mpa

Pelat tengah (10 x 50 mm) menentukan dalam perhitungan kekuatan :

Ag = tp x Ip = 10 mm x 50 mm = 500 mm²

An = [Ag – 2 . (db + 2) . tp]

= [500 - 2 .(16 + 2 ) .10] = 140 mm²

Max An = 0,85 . Ag = 0,85 x 500 = 425 mm²

Ae = An = 140 mm²

b. Tahanan Nominal Pelat (Ø . Tn) :

Leleh : Ø.Tn = Ø.fy.Ag = 0,9 . (240) . (500) = 72.000 kg

Fraktur : Ø.Tn = Ø.fu.Ae = 0,75 . (370) . (140) = 38.850 kg

CEK kekuatan tahanan pelat (Ø . Tn) terhadap beban aksial terfaktor (Tu) yang
terjadi :

Ø.Tn > Tu

(38.850 kg) >(10.839,5kg) ……….. OK

Maka digunakan pelat 10 x 50 mm dengan mutu baja BJ37 untuk pelat pengambung
atau pelat buhul.

109
4.3.11. Perhitungan Perencanaan Baut
Digunakan baut dengan mutu A325, dimana :
- db = 16 mm
- fub = 825 Mpa
- fup = 370 Mpa
- m =2
- tp = 10 mm
a. Tahanan Nominal Baut (Ø.Rn)
Geser : Ø.Rn = Ø.0,5.fub.m.Ab = 0,75.(0,5).(825).(2).(1/4 .π.16²)
= 124.344 N/baut
= 12.434,4 kg/baut
Tumpu : Ø.Rn = Ø.2,4.db.tp.fup= 0,75.(2,4).(16).(10).(370)
= 106.560 N/baut
= 10.656 kg/baut
Maka untuk perhitungan jumlah baut yang dibutuhkan digunakan Tahanan
Nominal geser = 12.434,4 kg/baut.
b. Perhitungan perencanaan jumlah baut yang dibutuhkan
Frame 8
Dimana :
- Digunakan profil L 50.50.5
- Plat buhul penyambung 10 x 50 mm
- Db = 16 mm
- Gaya batang yang diperhitungkan, Tu : 10.839,5kg
- Tahanan nominal baut (Ø.Rn) : 10.656 kg/baut
- Ʃ baut diperlukan =

= 1,02baut 2baut
c. Pemasangan penempatan jarak baut
Dimana diketahui :
- S = Jarak antara titik pusat baut dengan baut
- S1 = Jarak antara titik pusat baut dengan ujung terluar pelat
3db< S < 15 tp atau 200 mm

110
3. 16 mm< S < 15.10 mm atau 200 mm
48 mm < S <150 mm atau 200 mm
S = 60 mm
1,5db< S1 < (4tp + 100 mm) atau 200 mm
1,5. 16 mm < S1 < ( 4. 10 mm + 100 mm) atau 200 mm
24 mm< S1 <140 mm atau 200 mm
S1 = 50 mm

Gambar 4.45 penempatan jarak baut satuan dalam mm

Cek Keruntuhan Geser Blok :

Gambar 4.46 kemungkinann keruntuhan geser blok

Anv = [110 – 1,5 .(16 + 2)].(10) = 830 mm²

0,6.fu. Anv = 0,6. (370) . (830) = 18.426 kg

Ant = [50 – 0,5 . (16 + 2)]. (10) = 410 mm²

Fu . Ant = 370. 410 = 15.170 kg


111
Karena 0,6.fu. Anv >Fu .Ant , maka kondisi geser fraktur tarik menentukan :

Ø.Rbs = 0,6.fu. Anv + fy.Agr

Rbs =Ø. (0,6.fu. Anv + fy.Agr)

= 0,75.((0,6).(370).(830) + (240).(50).(10))

= 22.819,5 kg

d. Cek terhadap gaya yang diterima

Ø.Rbs > Tu

22.819,5 kg >10.839,5kg …………… OK

Maka digunakan jarak antara baut ke baut (S) = 60 mm, dan jarak antara titik pusat baut
dengan tepi baja (S1) = 50 mm

Maka digunakan jarak antara baut ke baut (S) = 60 mm, dan jarak antara titik pusat baut
dengan tepi baja (S1) = 50 mm, Karena batang kuda – kuda menggunkaan satu jenis saja,
kemudian baut penyambung dan pelat buhul / plat penyambung yang digunakan sama dan
gaya terbesar adalah 10.839,5kg hanya menggunakan 2 baut dalam perhitungan analisa,
maka semua batang disamakan menggunakan 2 baut dan dengan jarak yang sama dalam
perhitungan analisa, berikut table baut yang dibutuhkan setiap batang:

4.3.12. Perhitungan Perencanaan Plat Kopel pada Batang Tekan

Diketahui tegangan tekan terbesar (Nu) adalah 10.839,5 kg terjadi bada batang 8 dengan
panjang 2,75 m, digunakan profile L 50.50.5. dengan mutu baja Bj 37 dan plat kopel
menggunakan baja dengan mutu Bj 37.Tumpuan dianalisiskan dengan sendi – sendi.

Perhitungan ini dianalisiskan sebagai komponen struktur tekan tersusun, dimana komponen
struktur tekan tersusun itu sendiri adalah komponen tekan yang tersusun dari dua atau lebih
profil, yang disatukan dengan menggunkan plat kopel.Analisiss kekuatannya harus
dihitung terhadap sumbu bahan dan sumbu bebas bahan. Sumbu bahan adalah sumbu yang
memotong semua elemen komponen struktur tersebut, sedangkan sumbu bebas bahan
adalah sumbu yang sama sekali tidak, atau hanya memotong sebagian dari elemen
komponen struktur tersebut. Berikut analisis perhitungannya.

Data Profile L 50.50.5

Ag = 480 mm²

ex = 14,0 mm

112
ey =14,0 mm

Ix = 11,0 x 104mm⁴

Iy = 11,0 x 104mm⁴

rx = 15, 1 mm

ry = 15,1 mm

Penyelesaian :

a. Periksa kelangsingan penampang

Flen = 10

12,97
√ √ 4

= 10 <12,97(Penampang tidak kompak)

Web = Tidak ada syarat

Kondisi tumpuan sendi – sendi, k = 1,0

Dicoba menggunakan 5 buat pelat kopel :

L1 = 687,5

λ1 = < 60 …………. Ok

Arah sumbu bahan (sumbu x) :

λx = 182,12

λx = (182,12) >1,2 x λ1= (1,2x53,1=63,72) ……. OK

Arah sumbu bebas bahan (sumbu y) :

Iy = 2 (λy + Ag( ey+ tp/2)²)

Iy = 2 ( 53,1x104 +480 (14,0 +10/2)2) = 1.408.560 mm4

Aprofil = 480 mm2


113
4
ry =√ =√ = 54,171 mm
4

λy =
4

Kelangsingan edeal :

λiy =√

λiy =√ 73,46

λiy = (73,46) > x 1,2 x λ1 (1,2 x 53,1 = 63,72) …… Ok

karena λy < λx > λiy maka tekuk terjadi pada sumbu bahan ( x ) :

4
λcx = √ = √ = 2,01
4

0,25< λcx> 1,2 Wx = 1,25 x λcx2

= 1,25 x 2,012

= 5,05

4 4
λcy = √ = √ = 0,81
4

Nn = Ag x Fcr

4
= Ag x

<1

= 0,60< 1 ……………. Ok

b. Periksa terhadap tekuk lentur torsi

Nclt = Ag x Fclt

114
4
Fclt =( ) √ ( )

Fcrz =

G = = 86.956 Mpa
( ) ( )

J =2 * ( ) + 7.916mm4

y0 = ex 11,5mm

x0 =0

r02 = 4
132,29mm2

Fcrz = 10.840Mpa
4

H = 0,0004

4 4
= = = 1,28

4
Fcry = 187,5Mpa

4 4 4
Fclt =( ) √ (
4 4 )

=22.350.625x 1,3371167x10-5

= 298,86Mpa

Nclt = Ag x Fclt

= 480 x 298,86= 14,3452 ton

Nclt<Nn

14,3452ton< ton ( jadi tekuk torsi menentukan)

Nclt = 0,85 x 14,3452 = 12,20

115
<1

< 1 ……….. OK

c. Perhitungan dimensi plat kopel

Syarat kekakuan plat kopel adalah harus dipenuhinya :

I1 = Imin = 11,0 x 104mm4

L1 = 687,5 mm

a = 2e + tp = (2 x 14,0) + 10 = 24 mm

Ip xa


Ip x 24 mm

Ip 38.400 mm4

BilaIp = 2 x , dengan tebal pelat (t = 10 mm), diperoleh :

Ip = 38.400 mm4

= 38.400 mm4

4
h =√

h = 28,456 mm ≈ 50 mm

Maka digunakan plat kopel 10 x 50 mm dengan panjang 50 +10 = 60 mm

116
Gambar 4.47 Pemasangan pelat kopel
Sumber data pribadi

117
4.4 Perhitungan Pelat Atap
Sistem penulangan direncanakan sama dan dibagi setiap segmen.

Gambar 4.48 Perspektif Struktur Pelat Atap


Sumber : Data Tugas Akhir (program SAP)

Pedoman Perhitungan Pelat


Dalam perencanaan pelat atap, pedoman yang dipakai:
1. Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung (PPPURG
1987)
2. SNI 03-2847-2012. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung.
3. Kusuma, Gideon. 1993. Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang. Penerbit
Erlangga : Jakarta.
4. Sunggono. 1984. Teknik Sipil. Penerbit Nova : Bandung.

118
4.4.1 Data Teknis Pelat Atap Rencana:
 Material beton
f.c = 25 Mpa
Berat per unit volume = 2.400 Kg/m3
Modulus elastisitas = 23.500 Mpa
√ √
(SNI -03 -2847 -2012, pasal 10.5(1), hal 54 )
 Material tulangan
Fy = 240 Mpa
Berat per unit volume = 7.850 kg/m3
Modulus elastisitas = 200.000 Mpa
Menentukan syarat-syarat batas dan bentang pelat atap

Gambar 4.49 Tampak Atas Plat Lantai


Sumber : dokumen pribadi (program Autocad)
Plat 1 Lx = 500 cm, Ly = 550 cm dengan kode A
Plat 2 Lx = 500 cm, Ly = 600 cm dengan kode B
Keterangan: Sisi bentang pendek ( Lx )
Sisi bentang panjang ( Ly )
< 2  menggunakan plat lantai dua arah (two way slab)

< 2  menggunakan plat lantai dua arah (two way slab)

4.4.2 Menentukan tebal plat atap


Perencanaan pelat dalam menentukan tebal diambil dari bentang pelat yang lebih
pendek (lx) dari luasan pelat terbesar. Pada lantai atap memiliki 2 tipe pelat dengan luasan

119
dan pembebanan yang berbeda. Dengan menggunakan asumsi pelat 2 arah. Asumsi
menggunakan beton konvensional dengan perhitungan bahwa setiap plat dibatasi oleh
balok.

( )

4
( )

cm
( Maka tebal plat lantai yang digunakan yaitu 12 cm )
(SNI -03 -2847 - 2012, pasal 11.5(3(3), hal 66 )
Data beban yang bekerja pada pelat
Beban mati
Berat jenis beton bertulang = 2.400 Kg/m3
Lapisan kedap air = 5 cm
Berat jenis lapisan kedap air = 200 Kg/m2
Berat jenis air hujan = 1.000 Kg/m3
Tinggi air tergenang = 10 cm
( PPPURG 1987, hal 5 dan 6 )
Beban hidup
Beban hidup atap minimal = 100 Kg/m2
( PPPURG 1987, hal 7 )
4.4.3 Pembebanan Pada Pelat
1. Beban mati (WD)
Berat plat lantai = 2400 x 0,12 = 288 Kg/m2
Lapisan kedap air = 0,05 x 200 = 10 Kg/m2
Berat air hujan = 0,1 x 1000 = 100 Kg/m2
Total pembebanan (WD) = 398 Kg/m2
2. Beban hidup (WL)
Beban hidup atap minimal = 100 Kg/m2
3. Kombinasi pembebanan
a. Sebagai lantai atap
WU = 1,2 WD + 1,6 WL

120
= 1,2 (398) + 1,6 (100)
= 637,6 Kg/m2  6,376 KN/m2
4.4.4 Perhitungan Momen pada Tumpuan dan Lapangan
Penulangan pelat model A menggunakan skema VI sedangkan pelat model A2
menggunakan skema V dengan skema dari diagram momen penulangan. Momen
penulangan persatuan panjang terhadap beban terbagi rata.
(Buku Gideon jilid 4, hal 26.)

121
Tabel 4.4 Skema Penulangan Pelat Atap

PELAT A2

PELAT A1

Gambar 4.50 Skema Penulangan Pelat


Sumber : Buku struktur beton bertulang (Gideon Kusuma)
Momen yang dihasilkan Pada Pelat Atap Gedung Rusunawa
- Pelat atap A.1 (Skema VI-Buku Gideon Tabel 4.2b)

122
Ly
=1,1
Lx
Didapat dari tabel

Ly Ly
=1,0 =1,2
Lx Lx
kℓx = 31 kℓx = 45
kℓy = 39 kℓy = 37
ktx = 91 ktx = 102

Interpolasi
1,1  1,0
Koef . ℓx = 31+ x (45 – 31) = 38
1,2  1,0
1,1  1,0
Koef . ℓy = 39 + x (37 – 39) = 38
1,2  1,0
1,1  1,0
Koef . tx = 91+ x (102 – 91) = 96,5
1,2  1,0

Momen Yang Menentukan

M = 0,001 . Wu . lx2 . koef

M  x = 0,001 x 6,376 x 5,002 x 38 = 6,057 kNm

M  y = 0,001 x 6,376 x 5,002 x 38 = 6,057 kNm

M tx = 0,001 x 6,376 x 5,002 x 96,5 = 15,360 kNm

1
M ty = x Mℓx = 0,5 x 6,057 = 3,0285 kNm
2

- Pelat atap A.2 (Skema V-Buku Gideon Tabel 4.2b)

Ly
=1,1
Lx
Didapat dari tabel
Ly Ly
= 1,0 =1,2
Lx Lx
kℓx = 33 kℓx = 40
kℓy = 24 kℓy = 20
ktx = 69 ktx = 76
Interpolasi

123
1,1  1,0
Koef . ℓx = 33 + x (40 – 33) = 36,5
1,2  1,0
1,1  1,0
Koef . ℓy = 24 + x (20 – 24) = 22
1,2  1,0
1,1  1,0
Koef . tx = 69 + x (76 – 69) = 72,5
1,2  1,0

Momen Yang Menentukan

M = 0,001 . Wu . lx2 . koef

M  x = 0,001 x 6,376 x 5,002 x 36,5 = 5,81 kNm

M  y = 0,001 x 6,376 x 5,002 x 22 = 3,50 kNm

M tx = 0,001 x 6,376 x 5,002 x 72,5 = 11,54 kNm

1
M x = x Mℓx = 0,5 x 5,81 = 2,905 kNm
2

- Pelat Atap B (Skema VI Buku Gideon Tabel 4.2b)


Menentukan syarat-syarat batas dan bentang pelat atap

Gambar 4.51 Tampak Atas Plat atap


Sumber : Data Tugas Akhir (program Autocad)

Ly
= 1,2
Lx

124
Didapat dari tabel
Ly
=1,2
Lx
kℓx = 45
kℓy = 37
ktx = 102

Momen Yang Menentukan


M = 0,001 . Wu . lx2 . koef
M  x = 0,001 x 6,376 x 5,002 x 45 = 7,17 kNm
M  y = 0,001 x 6,376 x 5,002 x 37 = 5,9 kNm
M tx = 0,001 x 6,376 x 5,002 x 102 = 16,26 kNm
1
M ty = x Mℓx = 0,5 x 7,17 = 3,59 kNm
2
Tabel 4.5. Rekapitulasi Momen Yang Menentukan
Momen yang menentukan
Nama Koefisien momen
Lx Ly Ly/lx (kNm)
Pelat
Klx Kly ktx kty Mlx Mly Mtx Mty
A.1 5 5,5 1,1 38 38 96,5 - 6,057 6,057 15,360 3,0285
A.2 5 5,5 1,1 36,5 22 72,5 - 5,81 3,50 11,54 2,905
B 5 6 1,2 45 37 102 - 7,17 5,9 16,26 3,59
Maksimum 7,17 6,057 16,26 3,59
Sumber : Buku struktur beton bertulang (Gideon Kusuma)

Perhitungan Momen pada Tumpuan dan Lapangan


- Lapangan Bentang pendek ( Mx )
Tebal selimut beton = 4 cm, dipakai tulangan Ø10 mm
Mx = 7,17 kNm (diambil momen max pada bentang pendek)
Rasio tulangan minimum
 min (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
4 4
 min = = 4
= 0,0058

Rasio tulangan seimbang (ρbalance)


 balance (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 10.4(3))

125
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 butir 12.2(7(3)) faktor β1 harus diambil sebesar 0,85
untuk beton dengan nilai kuat tekan f’c lebih kecil daripada atau sama dengan 30
MPa. Untuk beton dengan nilai kuat tekan diatas 30 MPa, β1 harus direduksi
seebesar 0,05 untuk setiap kerelebihan 7 MPa diatas 30 MPa, tetapi β1 tidak boleh
kurang dari 0,65.
Jadi, untuk f’c 25 MPa diambil β1 yaitu 0,85

( )

( )
= 0,054
Rasio tulangan maksimum
(Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
= 0,75 x
= 0,75 x 0,054
= 0,0405

dx
h

Tinggi Efektif Pelat


Øtp
dx = h – p – = 12 – 4 – 0,5 = 7,5 cm = 0,075 m
2
Mu Mx 7,17
= = = 1.274,67 kN/m2  (ditabel tidak ada)
bd 2
b.dx 2 1 0,075 2
 Dari data tabel didapat :
Mu
= 1.200   = 0,0051
bd 2
Mu
= 1.300   = 0,0056
bd 2
Interpolasi :
1.274,67  1.200
 int = 0,0051 + x (0,0056 – 0,0051)
1.300  1.200
= 0,0055

126
 int = 0,0046 <  min = 0,0055 <  max = 0,0405
“Rasio memenuhi syarat”
A x = ρint x b x d
= 0,0055 x 100 x 7,5 = 4,125 cm2 = 412,5 mm2

- Lapangan Bentang Panjang ( My )

Tebal selimut beton = 4 cm, dipakai tulangan Ø10 mm


My = 6,057 kNm (diambil momen max pada bentang panjang)
Rasio tulangan minimum
 min (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
4 4
 min = = 4
= 0,0058

Rasio tulangan seimbang (ρbalance)


 balance (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 10.4(3))
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 butir 12.2(7(3)) faktor β1 harus diambil sebesar 0,85
untuk beton dengan nilai kuat tekan f’c lebih kecil daripada atau sama dengan 30
MPa. Untuk beton dengan nilai kuat tekan diatas 30 MPa, β1 harus direduksi
seebesar 0,05 untuk setiap kerelebihan 7 MPa diatas 30 MPa, tetapi β1 tidak boleh
kurang dari 0,65.
Jadi, untuk f’c 25 MPa diambil β1 yaitu 0,85

( )

( )
= 0,054
Rasio tulangan maksimum
(Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
= 0,75 x
= 0,75 x 0,054
= 0,0405

127
dy
h

Øtp
dy = h – p – Øtp - = 12 – 4 – 1 – 0,5 = 6,5 cm = 0,065 m
2
Mu My 6,057
= = = 1.433,6 kN/m2  (ditabel tidak ada)
bd 2
b.d 2
1  0,065 2

 Dari data tabel didapat :


Mu
= 1.400   = 0,0060
bd 2
Mu
= 1.500   = 0,0065
bd 2
Interpolasi :
1.433,6  1.400
 int = 0,0060 + x (0,0065 – 0,0060)
1.500  1.400
= 0,0062
 int = 0,0062 >  min = 0,0058 <  max = 0,0405
“Rasio memenuhi syarat”
A y = ρ int x b x d
= 0,0062 x 100 x 6,5 = 4,03 cm2 = 403 mm2

- Tumpuan Bentang Pendek ( Mtx )


Tebal selimut beton = 4 cm, dipakai tulangan Ø10 mm
Mtx = 16,26 kNm (diambil momen max pada tumpuan x)
Rasio tulangan minimum
 min (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
4 4
 min = = 4
= 0,0058

Rasio tulangan seimbang (ρbalance)


 balance (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 10.4(3))
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 butir 12.2(7(3)) faktor β1 harus diambil sebesar 0,85
untuk beton dengan nilai kuat tekan f’c lebih kecil daripada atau sama dengan 30

128
MPa. Untuk beton dengan nilai kuat tekan diatas 30 MPa, β1 harus direduksi
seebesar 0,05 untuk setiap kerelebihan 7 MPa diatas 30 MPa, tetapi β1 tidak boleh
kurang dari 0,65.
Jadi, untuk f’c 25 MPa diambil β1 yaitu 0,85

( )

( )
= 0,054
Rasio tulangan maksimum
(Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
= 0,75 x
= 0,75 x 0,054
= 0,0405

Øtp
d=h–p– = 12 – 4 – 0,5 = 7,5 cm = 0,075 m
2
Mu Mtx 16,26
= = = 2.890,67 kN/m2  (ditabel tidak ada)
bd 2
bd 2
1 0,075 2
 Dari data tabel didapat :
Mu
= 2.800   = 0,0126
bd 2
Mu
= 3.000   = 0,0135
bd 2
Interpolasi: :
2.890,67  2.800
 int = 0,0126 + x (0,0135 – 0,0126)
3.000  2.800
= 0,0130
 min = 0,0058 <  int = 0,0130 <  max = 0,0405
“Rasio memenuhi syarat”
Atx = ρint x b x d
= 0,0058 x 100 x 7,5 = 4,35 cm2 = 435 mm2

129
- Tumpuan bentang panjang ( Mty )
Tebal selimut beton = 4 cm, dipakai tulangan Ø10 mm
Mty = 3,59 kNm (diambil momen max pada tumpuan y)
Rasio tulangan minimum
 min (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
4 4
 min = = 4
= 0,0058

Rasio tulangan seimbang (ρbalance)


 balance (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 10.4(3))
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 butir 12.2(7(3)) faktor β1 harus diambil sebesar 0,85
untuk beton dengan nilai kuat tekan f’c lebih kecil daripada atau sama dengan 30
MPa. Untuk beton dengan nilai kuat tekan diatas 30 MPa, β1 harus direduksi
seebesar 0,05 untuk setiap kerelebihan 7 MPa diatas 30 MPa, tetapi β1 tidak boleh
kurang dari 0,65.
Jadi, untuk f’c 25 MPa diambil β1 yaitu 0,85

( )

( )
= 0,054
Rasio tulangan maksimum
(Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
= 0,75 x
= 0,75 x 0,054
= 0,0405

Øtp
d=h–p– = 12 – 4 – 0,5 = 7,5 cm = 0,075 m
2

130
Mu Mty 3,59
= = = 638,22 kN/m2  (ditabel tidak ada)
bd 2
bd 2
1 0,075 2
 Dari data tabel didapat :
Mu
= 600   = 0,0025
bd 2
Mu
= 700   = 0,0030
bd 2

Interpolasi: :
638,22  600
 int = 0,0025 + x (0,0030 – 0,0025)
700  600
= 0,0027
 min = 0,0058 >  int = 0,0027 <  max = 0,0405
“Rasio tidak memenuhi syarat, dipakai  min ”

Aty = ρmin x b x d
= 0,0058 x 100 x 7,5 = 4,35 cm2 = 435 mm2

4.4.5 Pemilihan Tulangan


Resume Kebutuhan Luas Penampang Tulangan
1) Lapangan bentang pendek = Alx = 412,5 mm²
2) Lapangan bentang panjang = Aly = 403 mm²
3) Tumpuan bentang pendek = Atx = 435 mm²
4) Tumpuan bentang panjang = Aty = 435 mm²

Sedangakan untuk mencari tulangan pada pelat lantai dibantu dengan tabel
13a, buku Gideon jilid 1 pada halaman 58.

131
Tabel 4.6 Diameter Batang dalam mm2 per meter lebar Pelat

Sumber : buku struktur beton bertulang (Gideon Kusuma)


Dalam menentukan diameter dan jumlah tulangan disesuaikan dengan perencanaan
yang dibuat. Adapun hasil dari perhitungan tulangan, sebagai berikut:

Lapangan bentang pendek  A  x = 412,5 mm2


Jarak maks = S max = 1,5 x h
= 1,5 x 12 = 18 cm = 180 mm
Dipakai Ø 10– 150 → A tabel = 524 mm2 > A  x = 412,5 mm2
Jarak antar tulangan 150 mm (S max memenuhi syarat)

Lapangan bentang panjang  A  y = 403 mm2


Jarak maks = S max = 1,5 x h
= 1,5 x 12 = 18 cm = 180 mm
Dipakai Ø 10 – 150 → A tabel = 524 mm2 > A  y = 403 mm2
Jarak antar tulangan 150 mm (S max memenuhi syarat)

Tumpuan bentang pendek  Atx = 435 mm2


Jarak maks = S max = 1,5 x h
= 1,5 x 12 = 18 cm = 180 mm
Dipakai Ø 10 – 150 → A tabel = 524 mm2 > Atx = 435 mm2
Jarak antar tulangan 150 mm ( S max memenuhi syarat)

132
Tumpuan bentang panjang  Aty = 435 mm2
Jarak maks = S max = 1,5 x h
= 1,5 x 12 = 18 cm = 180 mm
Dipakai Ø 10– 150 → A tabel = 524 mm2 > Aty = 435 mm2
Jarak antar tulangan 200 mm (S max memenuhi syarat)

Gambar 4.52 Detail penulangan pelat


Sumber : Data pribadi (Program Autocad)

133
4.5 Perhitungan Pelat Lantai
Pada sistem perencanaan pelat direncanakan sama dari lantai 1 – 5 dengan tumpuan
berupa jepit ataupun bebas. Sistem penulangan direcanakan sama pada tiap-tiap lantai.

Gambar 4.53 Perspektif Struktur Pelat Lantai


Sumber : dokumen pribadi (program SAP)

Pedoman Perhitungan Pelat


Dalam perencanaan pelat lantai, pedoman yang dipakai:
1. Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung (PPPURG
1987)
2. SNI 03-2847-2012. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung.
3. Kusuma, Gideon. 1993. Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang. Penerbit
Erlangga : Jakarta.
4. Sunggono. 1984. Teknik Sipil. Penerbit Nova : Bandung.

4.5.1 Data teknis pelat lantai rencana:


Material beton
f.c = 25 Mpa
Berat per unit volume = 2.400 Kg/m3
Modulus elastisitas = 23.500 Mpa

134
√ √
(SNI -03 -2847 -2002, pasal 10.5(1), hal 54 )
Material tulangan
Fy = 240 Mpa
Berat per unit volume = 7.850 kg/m3
Modulus elastisitas = 200.000 Mpa

Menentukan syarat-syarat batas dan bentang pelat lantai

Gambar 4.54 Tampak Atas Plat Lantai


Sumber :dokumen pribadi (program Autocad)

Plat A Lx = 500 cm, Ly = 550 cm dengan kode A


Plat B Lx = 500 cm, Ly = 600 cm dengan kode B
Plat C Lx = 400 cm, Ly = 400 cm dengan kode C
Plat D Lx = 400 cm, Ly = 500 cm dengan kode D
Plat E Lx = 400 cm, Ly = 550 cm dengan kode E
Plat F Lx = 400 cm, Ly = 600 cm dengan kode F
Keterangan: Sisi bentang pendek ( Lx )
Sisi bentang panjang ( Ly )

< 2  menggunakan plat lantai dua arah (two way slab)

< 2  menggunakan plat lantai dua arah (two way slab)


4
< 2  menggunakan plat lantai dua arah (two way slab)
4

135
< 2  menggunakan plat lantai dua arah (two way slab)
4

< 2  menggunakan plat lantai dua arah (two way slab)


4

< 2  menggunakan plat lantai dua arah (two way slab)


4

4.5.2 Menentukan Tebal Plat Lantai


Perencanaan pelat dalam menentukan tebal diambil dari bentang pelat yang lebih
pendek (lx) dari luasan pelat terbesar.Pada lantai 1 sampe 5 memiliki 3 type pelat dengan
luasan yang berbeda.Dengan menggunakan asumsi pelat 2 arah, dan menggunakan standar
pelat dengan ketebalan 12 cm. Asumsi menggunakan beton konvensional dengan
perhitungan bahwa setiap plat dibatasi oleh balok.

( )

4
( )

cm
( Maka tebal plat lantai yang digunakan yaitu 12 cm )
(SNI -03 -2847 -2002, pasal 11.5(3(3), hal 66 )
Data beban yang bekerja pada pelat
Beban mati
Berat jenis beton bertulang = 2.400 Kg/m3
Berat jenis Baja = 7.850 Kg/m3
Berat jenis lapisan lantai = 1.800 Kg/m3
Penutup lantai = 24 Kg/m2
Tebal lapisan lantai =3 cm
Dinding pasangan batako = 200 Kg/m2 (dengan lubang)
Berat plafond 11+7 = 18 Kg/cm
( PPPURG 1987, hal 5 dan 6 )
Beban hidup
Bangunan Rusunawa = 250 Kg/m2
( PPPURG 1987, hal 12 )

136
4.5.3 Pembebanan Pada Pelat
4. Beban mati (WD)
Berat plat lantai = 2.400 x 0,12 = 288 Kg/m2
Berat spaci lantai = 0,03 x 1.800 = 54 Kg/m2
Penutup lantai = 24 Kg/m2
Berat plafond = 18 Kg/m2
Total pembebanan (WD) = 384 Kg/m2
5. Beban hidup (WL)
Beban hidup gedung = 250 Kg/m2
Total pembebanan (WL) = 250 Kg/m2
6. Kombinasi pembebanan
WU = 1,2 WD + 1,6 WL
= 1,2 (384) + 1,6 (250)
= 860,8Kg/m2  8,608 KN/m2

4.5.4 Perhitungan Momen pada Tumpuan dan Lapangan


Penulangan pelat dengan skema dari diagran momen penulangan.Momen
penulangan persatuan panjang terhadap beban terbagi rata.Buku Gideon jilid 4, hal
32.

137
Tabel 4.7 Skema Penulangan Pelat Lantai

Sumber : buku struktur beton bertulang (Gideon Kusuma)

138
Momen yang dihasilkan Pada Pelat Lantai Gedung Rusunawa
- Pelat A.1 (Skema III-Buku Gideon Tabel 4.2b)

Gambar 4.55Denah Plat Lantai Type A1


Sumber :dokumen pribadi (program Autocad)

Ly
=1,1
Lx
Didapat dari tabel
Ly Ly
=1,0 =1,2
Lx Lx
kℓx = 30 kℓx = 41
kℓy = 30 kℓy = 27
ktx = 68 ktx= 84
kty = 68 kty = 74

Interpolasi
1,1  1,0
Koef .ℓx = 30 + x (41 – 30) = 35,5
1,2  1,0
1,1  1,0
Koef .ℓy = 30 + x (27 – 30) = 28,5
1,2  1,0
1,1  1,0
Koef .tx = 68 + x (84 – 68) = 76
1,2  1,0
1,1  1,0
Koef .ty = 68 + x (74 – 68) = 71
1,2  1,0

139
Momen Yang Menentukan
M = 0,001 .Wu .lx2 .koef
M  x = 0,001 x 8,608x 5,002x 35,5= 7,64 kNm
M  y = 0,001 x 8,608x 5,002 x 28,5= 6, 14 kNm
M tx = 0,001 x 8,608 x 5,002 x 76 = 16,16 kNm
M ty = 0,001 x 8,608 x 5,002 x 71= 15,28 kNm

- Pelat A.2 ( Skema IX-Buku Gideon Tabel 4.2b)

Gambar 4.56Denah Plat Lantai Type A2


Sumber : dokumen pribadi (program Autocad)

Ly
=1,1
Lx
Didapat dari tabel
Ly Ly
= 1,0 = 1,2
Lx Lx
kℓx = 28 kℓx = 37
kℓy = 25 kℓy = 21
ktx = 60 ktx = 70
kty = 54 kty = 55

Interpolasi
1,1  1,0
Koef .ℓx = 28 + x (37 – 28) = 32,5
1,2  1,0

140
1,1  1,0
Koef .ℓy = 25 + x (21 – 25) = 21,5
1,2  1,0
1,1  1,0
Koef .tx = 60 + x (70 –60) = 65
1,2  1,0
1,1  1,0
Koef .ty = 54 + x (55 – 54) = 56,5
1,2  1,0

Momen Yang Menentukan


M = 0,001 .Wu .lx2 .koef
M  x = 0,001 x 8,608 x 5,002x 32,5 = 7 kNm
M  y = 0,001 x 8,608 x 5,002x 21,5 = 4,63 kNm
M tx = 0,001 x 8,608 x 5,002x 65 = 13,99 kNm
M ty = 0,001 x 8,608 x 5,002x 56,5 = 12,16 kNm
- Pelat A.3 ( Skema II Buku Gideon Tabel 4.2b)

Gambar 4.57Denah Plat Lantai TypeA3


Sumber : dokumen pribadi (program Autocad)
Ly
=1,1
Lx
Didapat dari table
Ly Ly
= 1,0 = 1,2
Lx Lx
kℓx = 25 kℓx = 34
kℓy = 25 kℓy = 22
ktx = 51 ktx = 63
kty = 51 kty = 54

141
Interpolasi
1,1  1,0
Koef .ℓx = 25 + x (34 – 25) = 29,5
1,2  1,0
1,1  1,0
Koef .ℓy = 25 + x (22 – 25) = 23,5
1,2  1,0
1,1  1,0
Koef .tx = 51 + x (63 – 51) = 57
1,2  1,0
1,1  1,0
Koef .ty = 51 + x (54 – 51) = 52,5
1,2  1,0

Momen Yang Menentukan


M = 0,001 .Wu .lx2 .koef
M  x = 0,001 x 8,608 x 5,002x 29,5 = 6,35 kNm
M  y = 0,001 x 8,608 x 5,002x 23,5 = 5,06 kNm
Mtx = 0,001 x 8,608 x 5,002x 57 = 12,27 kNm
2
M ty = 0,001 x 8,608 x 5,00 x 52,5 = 11,3 kNm
- Pelat A.4 ( Skema V Buku Gideon Tabel 4.2b)

Gambar 4.58 Denah Plat LantaiType A4


Sumber : dokumen pribadi (program Autocad)

Ly
=1,1
Lx
Didapat dari tabel

142
Ly Ly
= 1,0 =1,2
Lx Lx
kℓx = 33 kℓx = 40
kℓy = 24 kℓy = 20
ktx = 69 ktx = 76

Interpolasi
1,1  1,0
Koef . ℓx = 33 + x (40 – 33) = 36,5
1,2  1,0
1,1  1,0
Koef . ℓy = 24 + x (20 – 24) = 22
1,2  1,0
1,1  1,0
Koef .tx = 69 + x (76 – 69) = 72,5
1,2  1,0

Momen Yang Menentukan

M = 0,001 .Wu .lx2 .koef

M  x = 0,001 x 8,608x 5,002x 36,5 = 7,86 kNm

M  y = 0,001 x 8,608x 5,002 x 22 = 4,74 kNm

M tx = 0,001 x 8,608x 5,002 x 72,5 = 15,6 kNm

1
M x = x Mℓx = 0,5 x 7,86 = 3,93 kNm
2

Tabel 4.8.Rekapitulasi Tabel Pelat A


Momen yang menentukan
Nama Koefisien momen
lx Ly Ly/lx (kNm)
Pelat
Klx Kly ktx kty Mlx Mly Mtx Mty
A1 5 5,5 1,1 35,5 28,5 76 71 7,64 6,14 16,16 15,28
A2 5 5,5 1,1 32,5 21,5 65 56,5 7 4,63 13,99 12,16
A3 5 5,5 1,1 29,5 23,5 52 52,5 6,35 5,06 12,27 11,3
A4 5 5,5 1,1 36,5 22 72,5 - 7,86 4,74 15,6 3,93
Maksimum 7,86 6,14 16,16 15,28

143
- Pelat 2 (Skema II Buku Gideon Tabel 4.2b)

Gambar 4.59Denah Plat Lantai TypeB


Sumber :dokumen pribadi (program Autocad)

Ly
= 1,2
Lx
Didapat dari tabel
Ly
=1,2
Lx
kℓx = 34
kℓy = 22
ktx = 63
kty = 54

Momen Yang Menentukan


M = 0,001 .Wu .lx2 .koef
M  x = 0,001 x 8,608x 5,002x 34= 7,32 kNm
M  y = 0,001 x 8,608x 5,002x 22 = 4,73kNm
M tx = 0,001 x 8,608x 5,002x 63 = 13,56kNm
2
M ty = 0,001 x 8,608x 5,00 x 54= 11,62kNm

144
- Pelat 3( Skema II Buku Gideon Tabel 4.2b)

Gambar 4.60Denah Plat Lantai TypeC


Sumber :dokumen pribadi (program Autocad)

Ly
= 1,0
Lx
Didapat dari tabel
Ly
=1,0
Lx
kℓx = 25
kℓy = 25
ktx = 51
kty = 51
Momen Yang Menentukan
M = 0,001 .Wu .lx2 .koef
M  x = 0,001 x 8,608x 4,002 x25= 3,45 kNm
M  y = 0,001 x 8,608x 4,002x 25= 3,45 kNm
M tx = 0,001 x 8,608x 4,002 x51 = 7,03 kNm
M ty = 0,001 x 8,608x 4,002x51 = 7,03 kNm

145
- Pelat 4 ( Skema II Buku Gideon Tabel 4.2b)

Gambar 4.61 Denah Plat Lantai TypeD


Sumber : dokumen pribadi (program Autocad)

Ly
=1,25
Lx
Didapat dari tabel
Ly Ly
= 1,2 = 1,4
Lx Lx
kℓx = 34 kℓx = 42
kℓy = 22 kℓy = 18
ktx = 63 ktx = 72
kty = 54 kty = 55

Interpolasi
1,25  1,2
Koef .ℓx = 34 + x (42 – 34) = 36
1,4  1,2
1,25  1,2
Koef .ℓy = 22 + x (18 – 22) = 21
1,4  1,2
1,25  1,2
Koef .tx = 63 + x (72 – 63) = 65,25
1,4  1,2
1,25  1,2
Koef .ty = 54 + x (55 – 54) = 54,25
1,4  1,2

146
Momen Yang Menentukan
M = 0,001 .Wu .lx2 .koef
M  x = 0,001 x 8,608 x4,002x 36= 4,96 kNm
M  y = 0,001 x 8,608 x4,002x 21= 2,89 kNm
M tx = 0,001 x 8,608 x 4,002x 62,5 = 8,61 kNm
M ty = 0,001 x 8,608 x4,002x 54,25 = 7,47 kNm

- Pelat 5 ( Skema II Buku Gideon Tabel 4.2b)

Gambar 4.62 Denah Plat Lantai TypeE


Sumber : dokumen pribadi (program Autocad)

Ly
=1,375
Lx
Didapat dari tabel
Ly Ly
= 1,2 = 1,4
Lx Lx
kℓx = 34 kℓx = 42
kℓy = 22 kℓy = 18
ktx = 63 ktx = 72
kty = 54 kty = 55

Interpolasi
1,375  1,2
Koef .ℓx = 34 + x (42 – 34) = 41
1,4  1,2

147
1,375  1,2
Koef .ℓy = 22 + x (18 – 22) = 18,5
1,4  1,2
1,375  1,2
Koef .tx = 63 + x (72 – 63) = 70,88
1,4  1,2
1,375  1,2
Koef .ty = 54 + x (55 – 54) = 54,88
1,4  1,2

Momen Yang Menentukan


M = 0,001 .Wu .lx2 .koef
M  x = 0,001 x 8,608 x 4,002 x 41 = 5,65 kNm
M  y = 0,001 x 8,608 x4,002x 18,5= 2,55 kNm
Mtx = 0,001 x 8,608 x 4,002x 70,88= 9,76 kNm
M ty = 0,001 x 8,608 x4,002x 54,88 = 7,56 kNm

- Pelat 6 ( Skema II Buku Gideon Tabel 4.2b)

Gambar 4.63Denah Plat Lantai TypeF


Sumber : dokumen pribadi (program Autocad)

Ly
=1,5
Lx
Didapat dari tabel
Ly Ly
= 1,4 = 1,6
Lx Lx
kℓx = 42 kℓx = 49
kℓy = 18 kℓy = 15

148
ktx = 72 ktx = 78
kty = 55 kty = 54

Interpolasi
1,5  1,4
Koef .ℓx = 42 + x (49 – 42) = 45,5
1,6  1,4
1,5  1,4
Koef .ℓy = 18 + x (15 – 18) = 16,5
1,6  1,4
1,5  1,4
Koef .tx = 72 + x (78 – 72) = 75
1,6  1,4
1,5  1,4
Koef .ty = 55 + x (54 – 55) = 54,5
1,6  1,4

Momen Yang Menentukan


M = 0,001 .Wu .lx2 .koef
M  x = 0,001 x 8,608 x 4,002 x 45,5= 6,26 kNm
M  y = 0,001 x 8,608 x4,002x 16,5 = 2,27 kNm
Mtx = 0,001 x 8,608 x 4,002x 75= 10,32 kNm
M ty = 0,001 x 8,608 x4,002x 54,5 = 7,51 kNm

Tabel 4.9 Momen Pelat yang dihasilkan


Momen yang menentukan
Nama Koefisien momen
lx Ly Ly/lx (kNm)
Pelat
Klx Kly ktx kty Mlx Mly Mtx Mty
A 5 5,5 1,1 36,5 28,5 76 71 7,86 6,14 16,16 15,28
B 5 6 1,2 34 22 63 54 7,32 4,73 13,56 11,62
C 4 4 1,0 25 25 51 51 3,45 3,45 7,03 7,03
D 4 5 1,25 36 21 65,25 54,25 4,96 2,89 8,61 7,47
E 4 5,5 1,375 41 18,5 70,88 54,88 5,65 2,55 9,76 7,56
F 4 6 1,5 45,5 16,5 75 54,5 6,26 2,27 10,32 7,51
Maksimum 7,86 6,14 16,16 15,28
Sumber : Data pribadi

149
Perhitungan penulangan pelat lantai Momen pada Tumpuan dan Lapangan

Lapangan Bentang pendek ( Mx )


Tebal selimut beton = 4 cm, dipakai tulangan Ø10 mm
Mx = 7,86kNm (diambil momen max pada bentang pendek x)
Rasio tulangan minimum
 min (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
4 4
 min = = 4
= 0,0058

Rasio tulangan seimbang (ρbalance)


 balance (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 10.4(3))
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 butir 12.2(7(3)) faktor β1 harus diambil sebesar 0,85
untuk beton dengan nilai kuat tekan f’c lebih kecil daripada atau sama dengan 30
MPa. Untuk beton dengan nilai kuat tekan diatas 30 MPa, β1 harus direduksi
seebesar 0,05 untuk setiap kerelebihan 7 MPa diatas 30 MPa, tetapi β1 tidak boleh
kurang dari 0,65.
Jadi, untuk f’c 25 MPa diambil β1 yaitu 0,85

( )

( )
= 0,054

Rasio tulangan maksimum


(Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
= 0,75 x
= 0,75 x 0,054
= 0,0405
(tabel 7, Gideon Kusuma)

150
dx
h

Tinggi Efektif Pelat


Øtp
dx = h – p – = 12 – 4– 0,5= 7,5 cm= 0,075m
2
Mu Mx 7,86
= = = 1.397,33 kN/m2  (ditabel tidak ada)
bd 2
b.dx 2
1 0,075 2
 Dari data tabeldidapat :
Mu
= 1.300   = 0,0056
bd 2
Mu
= 1.400   = 0,0060
bd 2
Interpolasi :
1.397,33  1.300
 int = 0,0056 + x (0,0060 – 0,0056)
1.400  1.300
= 0,0060
 min= 0,0058>  int= 0,0060<  max= 0,0405
“Rasio memenuhi syarat”
A x = ρintx b x d
= 0,0060 x 100 x 7,5 = 4,5 cm2 =450 mm2

Lapangan Bentang Panjang ( My )

Tebal selimut beton = 4 cm, dipakai tulangan Ø10 mm


My = 6,14kNm (diambil momen max pada bentang panjang y)
Rasio tulangan minimum
 min (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
4 4
 min = = 4
= 0,0058

Rasio tulangan seimbang (ρbalance)


 balance (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 10.4(3))

151
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 butir 12.2(7(3)) faktor β1 harus diambil sebesar 0,85
untuk beton dengan nilai kuat tekan f’c lebih kecil daripada atau sama dengan 30
MPa. Untuk beton dengan nilai kuat tekan diatas 30 MPa, β1 harus direduksi
seebesar 0,05 untuk setiap kerelebihan 7 MPa diatas 30 MPa, tetapi β1 tidak boleh
kurang dari 0,65.
Jadi, untuk f’c 25 MPa diambil β1 yaitu 0,85

( )

( )
= 0,054
Rasio tulangan maksimum
(Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
= 0,75 x
= 0,75 x 0,054
= 0,0405
(tabel 7, Gideon Kusuma)

dy
h

Øtp
dy = h – p – Øtp - = 12 – 4 –1,0 – 0,5 = 6,5 cm = 0,065 m
2
Mu My 6,14
= = = 1.453,26 kN/m2  (ditabel tidak ada)
bd 2
b.d 2
1  0,065 2
 Dari data tabeldidapat :
Mu
= 1.400   = 0,0060
bd 2
Mu
= 1.500   = 0,0065
bd 2
Interpolasi :
1.453,26  1.400
 int = 0,0060 + x (0,0065 – 0,0060)
1.500  1.400
= 0,0063

152
 min = 0,0058<  int= 0,0063 <  max= 0,0405
“Rasio memenuhi syarat”
A y = ρint x b x d
= 0,0063 x 100 x 6,5 = 4,10 cm2= 410 mm2

Tumpuan Bentang Pendek ( Mtx )


Tebal selimut beton = 4 cm, dipakai tulangan Ø10 mm
Mtx = 16,16kNm (diambil momen max pada tumpuan x)
Rasio tulangan minimum
 min (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
4 4
 min = = 4
= 0,0058

Rasio tulangan seimbang (ρbalance)


 balance (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 10.4(3))
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 butir 12.2(7(3)) faktor β1 harus diambil sebesar 0,85
untuk beton dengan nilai kuat tekan f’c lebih kecil daripada atau sama dengan 30
MPa. Untuk beton dengan nilai kuat tekan diatas 30 MPa, β1 harus direduksi
seebesar 0,05 untuk setiap kerelebihan 7 MPa diatas 30 MPa, tetapi β1 tidak boleh
kurang dari 0,65.
Jadi, untuk f’c 25 MPa diambil β1 yaitu 0,85

( )

( )
= 0,054
Rasio tulangan maksimum
(Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
= 0,75 x
= 0,75 x 0,054
= 0,0405
(tabel 7, Gideon Kusuma)

153
Øtp
d=h–p– = 12 – 4– 0,5 = 7,5 cm = 0,075 m
2
Mu Mtxa 16,16
= = = 2.872,89 kN/m2  (ditabel tidak ada)
bd 2
bd 2
1  0,075 2
 Dari data tabeldidapat :
Mu
= 2.800   = 0,0126
bd 2
Mu
= 3.000   = 0,0135
bd 2
Interpolasi: :
2.872,89  2.800
 int = 0,0126 + x ( 0,0135 – 0,0126)
3.000  2.800
= 0,0129
 min = 0,0058 <  int= 0,0129<  max= 0,0405
“Rasio memenuhi syarat”
Atx = ρmin x b x d
= 0,0058 x 100 x 7,5 = 4,35 cm2= 435 mm2

Tumpuan bentang panjang ( Mty )


Tebal selimut beton = 4 cm, dipakai tulangan Ø10 mm
Mty = 15,28kNm (diambil momen max pada tumpuan y)
Rasio tulangan minimum
 min (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
4 4
 min = = 4
= 0,0058

Rasio tulangan seimbang (ρbalance)


 balance (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 10.4(3))
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 butir 12.2(7(3)) faktor β1 harus diambil sebesar 0,85
untuk beton dengan nilai kuat tekan f’c lebih kecil daripada atau sama dengan 30
MPa. Untuk beton dengan nilai kuat tekan diatas 30 MPa, β1 harus direduksi

154
seebesar 0,05 untuk setiap kerelebihan 7 MPa diatas 30 MPa, tetapi β1 tidak boleh
kurang dari 0,65.
Jadi, untuk f’c 25 MPa diambil β1 yaitu 0,85

( )

( )
= 0,054
Rasio tulangan maksimum
(Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
= 0,75 x
= 0,75 x 0,054
= 0,0405
(tabel 7, Gideon Kusuma)

Øtp
d=h–p– = 12 – 4– 0,5 = 7,5 cm = 0,075 m
2

Mu Mty 15,28
= = = 2.716,45 kN/m2  (ditabel tidak ada)
bd 2
b.d 2 1  0,075 2
 Dari data tabeldidapat :
Mu
= 2.600   = 0,0116
bd 2
Mu
= 2.800   = 0,0126
bd 2
Interpolasi :
2.716,45  2.600
 int = 0,0116 + x (0,0126 – 0,0116)
2.700  2.600
= 0,0126
 min = 0,0058 >  int= 0,0126<  max= 0,0405
“Rasio memenuhi syarat”

155
Aty = ρ min x b x d
= 0,0058 x 100 x 7,5 = 4,35 cm2 = 435 mm2

4.5.5. Pemilihan Tulangan


Resume Kebutuhan Luas Penampang Tulangan
5) Lapangan bentang pendek = Alx = 450mm²
6) Lapangan bentang panjang = Aly = 410mm²
7) Tumpuan bentang pendek = Atx = 435mm²
8) Tumpuan bentang panjang = Aty = 435mm²

Sedangakan untuk mencari tulangan pada pelat lantai dibantu dengan tabel
13a, buku Gideon jilid 1 pada halaman 58.

Tabel 4.10Diameter Batang dalam mm2 per meter lebar Pelat

Sumber : buku struktur beton bertulang (Gideon Kusuma)


Dalam menentukan diameter dan jumlah tulangan disesuaikan dengan
perencanaan yang dibuat. Adapun hasil dari perhitungan tulangan, sebagai berikut:

Lapangan bentang pendek  A  x = 450mm2


Jarak maks = S max = 1,5 x h
= 1,5 x 12 = 18 cm = 180 mm
Dipakai Ø 10– 150 → A tabel = 524 mm2>A  x = 450 mm2
Jarak antar tulangan 150 mm (S max memenuhi syarat)
Lapangan bentang panjang  A  y = 410mm2

156
Jarak maks = S max = 1,5 x h
= 1,5 x 12 = 18 cm = 180 mm
Dipakai Ø 10– 150 → A tabel = 524 mm2>A  y = 410 mm2
Jarak antar tulangan 150 mm (S max memenuhi syarat)

Tumpuan bentang pendek  Atx = 435mm2


Jarak maks = S max = 1,5 x h
= 1,5 x 12 = 18 cm = 180 mm
Dipakai Ø 10– 150 → A tabel = 524 mm2>Atx = 435 mm2
Jarak antar tulangan 150 mm (S max memenuhi syarat)
Tumpuan bentang panjang  Aty = 435mm2
Jarak maks = S max = 1,5 x h
= 1,5 x 12 = 18 cm = 180 mm
Dipakai Ø 10– 150 → A tabel = 524 mm2>Aty = 435 mm2
Jarak antar tulangan 150 mm (S max memenuhi syarat)

Gambar 4.64.Detail Penulangan Pelat Lantai

Sumber : Data pribadi (program autocad)

157
4.6. Perhitungan Struktur Portal Balok dan Kolom

Gambar 4.65 Perspektif Rangka Portal Struktur Beton


Sumber : Data Tugas Akhir (program SAP)

Pedoman Perhitungan Balok dan Kolom


Dalam perencanaan Balok dan Kolom, pedoman yang dipakai:
1. Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung (PPPURG
1987)
2. SNI 03-1726-2012. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung.
3. SNI 03-2847-2012. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung.
4. Kusuma, Gideon. 1993. Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang. Penerbit
Erlangga : Jakarta.
5. Sunggono. 1984. Teknik Sipil. Penerbit Nova : Bandung
.

158
4.6.1. Data Teknis Portal
 Material beton
Berat per unit volume = 2400 Kg/m3
f.c ( kolom ) = 25 Mpa
Modulus elastisitas = 23500 Mpa
√ √
(SNI -03 -2847 -2002, pasal 10.5(1), hal 54 )
f.c ( balok ) = 25 Mpa
Modulus elastisitas = 23500 Mpa
√ √
(SNI -03 -2847 -2002, pasal 10.5(1), hal 54 )
 Material tulangan
Besi ulir , Fy = 240 Mpa
Fu = 370 Mpa
Besi polos , Fy = 240 Mpa
Fu = 370 Mpa
Berat per unit volume = 7850 kg/m3
Modulus elastisitas = 200000 Mpa
Menentukan Syarat-syarat Batas dan Panjang Bentang
Balok dianggap ditumpu bebas pada kedua tepinya, dengan panjang bentang
600 cm.
4.6.2. Menentukan Dimensi
1. Pada perencanaan dimensi balok menggunakan acuan dengan asumsi awal, 1/10
dari jarak kolom.
B1 = 25 x 50 cm BA2 = 15 x 20 cm
B2 = 25 x 40 cm BD = 20 x 40 cm
B1K = 30 x 70 cm BDA = 15 x 40 cm
BA = 15 x 40 cm BR = 20 x 40 cm
BA1 = 15 x 30 cm

159
Pada perencanaan dimensi kolom dengan menyesuaikan beban yang terjadi dengan
asumsi awal.
K1 = 40 x 70 cm KT = 25 x 25cm
K2 = 40 x 60 cm KL = 20 x 40cm
K3 = 30 x 30 cm
K4 = 30 x 50 cm

4.6.3. Pembebanan Portal


Sesuai dengan Peraturan Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung
(PPPURG 1987), ada empat pembebanan yang ditinjau dalam portal, yaitu beban mati,
beban hidup, beban angin dan beban gempa. Sesuai dengan kegunaannya, diperoleh beban
sebagai berikut :
Beban Pada Pelat Atap
7. Beban mati (WD)
Lapisan kedap air = 0,05 x 200 = 10 Kg/m2
Berat plafond = 18 Kg/m2
Total pembebanan (WD) = 28 Kg/m2
8. Beban hidup (WL)
Beban hidup atap minimal = 100 Kg/m2
Total pembebanan (WL) = 100 Kg/m2
9. Beban air hujan (WL)
Berat air hujan = 0,1 x 1000 = 100 Kg/m2
Total pembebanan (WL) = 100 Kg/m2

160
Gambar 4.66 Beban Pelat Atap
Sumber : Data Tugas Akhir (program SAP)

Beban Pada Pelat Lantai


1. Beban mati (WD)
Berat spaci lantai = 0,03 x 1.800 = 54 Kg/m2
Penutup lantai = 24 Kg/m2
Berat plafond = 18 Kg/m2
Total pembebanan (WD) = 96 Kg/m2
2. Beban hidup (WL)
Beban hidup gedung = 250 Kg/m2 (PPURG 1987)
Total pembebanan (WL) = 250 Kg/m2

161
Gambar 4.67 Beban PelatLantai
Sumber : Data Tugas Akhir (program SAP)

Beban Pada Balok Atap


Berat kuda-kuda = 1572 kg.m (data terlampir SAP 2000)
Total pembebanan (WD) = 1572 Kg/m2

Gambar 4.68 Beban Pada Balok Atap


Sumber : Data Tugas Akhir (program SAP)

162
Beban Pada Balok
Dinding pasangan batako = 200 Kg/m2 (dengan lubang) x 4 m = 800 Kg/m
Total pembebanan (WD) = 800 Kg/m2

Gambar 4.69 Beban Pada Balok


Sumber : Data Tugas Akhir (program SAP)

Beban Gempa (Quake Load)


Analisis struktur terhadap beban gempa mengacu pada standart
perencanaan ketahanan gempa untuk rumah dan gedung (SNI-1726-2012).
Analisis struktur terhadap beban gempa pada gedung dilakukan dengan
metode analisis respon dinamik bangunan gedung yang merupakan sistem
rangka pemikul momen khusus (SRPMK). Besarnya beban gempa nominal
ada struktur bangunan dihitung dengan rumus :
V = Cs x W
Dimana :
V = beban gempa

163
W = berat bangunan
C = koefisien respon gempa

4.6.4. Beban Gempa Pada Bangunan


Dari tabel faktor keutamaan bangunan (SNI-1726-2012), besarnya
faktor keutamaan struktur (I) untuk gedung perkuliahan diambil sebesar I =
1,0

Tabel 4.11 Kategori Risiko Bangunan Gedung dan Non Gedung untuk
Beban Gempa (SNI 1726 : 2012)
Kategori
Jenis Pemanfaatan
Risiko
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko rendah terhadap
jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak
dibatasi untuk, antara lain:
- Fasilitas pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan I
- Fasilitas sementara
- Gudang penyimpanan
- Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam
kategori risiko I,II,III,IV termasuk, tapi tidak dibatasi untuk :
- Perumahan
- Rumah toko dan rumah kantor
- Pasar
- Gedung perkantoran II
- Gedung apartemen/ rumah susun
- Pusat perbelanjaan/ mall
- Bangunan industri
- Fasilitas manufaktur
- Pabrik

164
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko tinggi terhadap
jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak
dibatasi untuk :
- Bioskop
- Gedung pertemuan
- Stadion
- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit
gawat darurat
- Fasilitas penitipan anak
- Penjara
- Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan non gedung, tidak termasuk kedalam kategori
risiko IV, yang memiliki potensi untuk menyebabkan dampak
ekonomi yang besar dan/atau gangguan massal terhadap
kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi kegagalan,
termasuk, tapi tidak dibatasi untuk :
- Pusat pembangkit listrik biasa
- Fasilitas penanganan air
- Fasilitas penanganan limbah
- Pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam
kategori risiko IV, (termasuk tetapi tidak dibatasi untuk
fasilitas manufaktur, proses, penanganan, penyimpanan,
penggunaan atau tempat pembuangan bahan bakar
berbahaya, bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya, atau III
bahan yang mudah meledak) yang mengandung bahan
beracun atau peledak dimana jumlah kandungan bahannya
melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh instansi yang
berwenang dan cukup menimbulkan bahaya bagi
masyarakat jika terjadi kebocoran.

165
Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas
yang penting, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk :
- Bangunan-bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki
fasilitas bedah dan unit gawat darurat
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi,
serta garansi kendaraan darurat
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai,
dan tempat perlindungan darurat lainnya
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan
fasilitas lainnya untuk tanggap darurat
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang
dibutuhkan pada saat keadaan darurat
- Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi,
tangki penyimpanan bahan bakar, menara pendingin,
struktur stasiun listrik, tangki air pemadam kebakaran atau
struktur rumah atau struktur pendukung air atau material IV
atau peralatan pemadam kebakaran) yang disyaratkan untuk
beroperasi pada saat keadaan darurat.
Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk
mempertahankan fungsi struktur bangunan lain yang masuk ke
dalam kategori risiko IV.

166
Tabel 4.12 Faktor Keutamaan Gempa ( SNI 1726 : 2012 )
Kategori resiko Faktor keutamaan gempa, Ie
I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,5

Dari hasil evaluasi awal untuk analisis struktur terhadap beban gempa
dengan menggunakan SNI Gempa 2012, didapatkan data-data perencanaan
sebagai berikut:
 Lokasi bangunan termasuk kelas situs SD (kondisi tanah sedang) dengan
nilai N =
 Bangunan digunakan sebagai gedung fasilitas pendidikan dengan
kategori resiko IV dengan Faktor Keutamaan Gempa (Ie) = 1,0

Kombinasi Pembebanan untuk Analisa
Dalam analisa pembebanan dalam bangunan struktur untuk ruang
perkuliahan ini menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus
(SRPMK) menggunakan kombinasi beban tetap dan beban sementara, Oleh
karena itu pembebanan yang digunakan adalah :
 Kombinasi Pembebanan Tetap : 1,2D + 1,6L
 Kombinasi Pembebanan Sementara :
1. 1,4 D
2. 1,2 D + 1,6L + 0,5 (Lr atau R)
3. 1,2 D + 1,6 (Lr atau R) + (L atau 0,5 W)
4. 1,2 D + 1,0 W + L + 0,5 (Lr atau R)
5. 1,2 D + 1,0 E + L
6. 0,9 D + 1,0 W
7. 0,9 D + 1,0 E
(Menurut SNI-1726 -2012)

167
Menentukan Parameter Percepatan Gempa (SS, S1)

Pada diagram respon spectra wilayah kota Semarang menunjukan parameter


SS dan S1 sebagai berikut :

Gambar 4.70 Peta Wilayah Gempa Indonesia

168
Menentukan Kelas Situs (SA – SF)

Menurut SNI Gempa 2012, klasifikasi tabel tanah ditetapkan sebagai


tanah keras, tanah sedang, tanah lunak apabila untuk lapisan maksimum 30
meter paling atas dipenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam table jenis-
jenis tanah sebagai berikut :

Tabel 4.13 klasifikasi Situs

Kelas situs ῡ, (m/detik) N atau Nch Su (Kpa)


SA (batuan keras) >1500 N/A N/A
Sb (batuan) 750 sampai 1500 N/A N/A
Sc (tanah keras sangat 350 sampai 750 >50 ≥100
padat dan batuan lunak)
SD (tanah sedang) 175 sampai 350 15 sampai 50 50 sampai 100
SE (tanah lunak) < 175 < 15 < 50
Atau setiap profil tanah yang mengandung lebih dari
3 m tanah dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Indeks Plastisitas. PI > 20,
2. Kadar air, w ≥40%,
3. Kuat geser niralir ŝn < 25 kPa

SF (tanah khusus yang Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah satu
membutuhkan investigasi atau lebih dari karakteristik berikut:
geoteknik spesifik-situs  Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh
yang mengikuti pasal akibat beban gempa seperti mudah likuifaksi,
6.10.1 lempung sangat sensitive, tanah terementasi
lemah
 Lempung sangat organik dan/atau
gambut(ketebalan H > 3 m)
 Lempung berplastisis sangat tinggi (ketebalan
H 7.5 m dengan indeks Plastisitas PI > 75)
 Lpaisan lempung lunak / setengah teguh

169
dengan ketebalan H > 35m dengan Su< 50
kPa

Sumber SNI-1726-2012

Tabel 4.14 Faktor Koefisien Kitus Fa

Parameter respons spektral percepatan gempa (MCEg)


Kelas situs
terpetakan pada periode pendek, T=0.2 detik, Ss
Ss≤0.25 Ss=0.5 Ss=0.75 Ss=1.0 Ss≥1.25
SA 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8
SB 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
SC 1.2 1.2 1.1 1.0 1.0
SD 1.6 1.4 1.2 1.1 1.0
SE 2.5 1.7 1.2 0.9 0.9
SF SSb
Sumber : SNI-1726-2012
(a) Untuk nilai antara S, dapat dilakukan dengan interpolasi, didapatkan interpolasi
1,0988
(b) SS= Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons
sifat spesifik, lihat pasal 6.10.1.

170
Tabel 4.15 Faktor Koefisien Situs Fv

Parameter respons spektral percepatan gempa (MCEg)


Kelas situs
terpetakan pada periode pendek, T=1 detik, S1
S1≤0.1 Ss=0.2 S1=0.3 S1=0.4 S1≥0.5
SA 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8
SB 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
SC 1.7 1.6 1.5 1.4 1.3
SD 2.4 2.0 1.8 1.6 1.5
SE 3.5 3.2 2.8 2.4 2.4
SF SSh
Sumber : SNI-1726-2012
(a) Untuk nilai antara S1, dapat dilakukan dengan interpolasi linier 1,62
(b) SS= Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons
sifat spesifik, lihat pasal 6.10.1.

Tabel 4.16 Nilai Hasil Test Penetrasi Standar Rata-Rata (N)


Kedalaman Di (m) Nspt Di/Nspt
0-2 2 60 0,03333
2 - 10 8 60 0,13333
10 - 12 2 37,5 0,05333
12 - 16 4 40 0,10000
16 - 20 4 52.5 0,07619
20 - 22 2 10 0.20000
22 - 24 2 18 0,11111
24 - 26 2 25 0,08000
26 - 30 4 27,5 0,14545
Jumlah 30 0,93274
Sumber : Hasil test laboratorium Universitas Diponegoro

171
Profil tanah yang mengandung beberapa lapisan tanah dan/atau batuan yang
nyata berbeda. Nilai untuk lapisan tanah 30m paling atas ditentukan sesuai dengan
perumusan berikut:


Ń=

ti = tebal setiap lapisan kedalaman 0 sampai 30 meter;

Ni = tahanan penetrasi standart 60 persen energi (N60) yang terukur


langsung di lapangan tanpa koreksi.

∑ = d1+d2+d3+d4+d5+d6+d7+d8+d9 = 2+8+2+4+4+2+2+2+4 = 30 m

4 4 4
∑ = 4 4
4
= 0,93274

N= = 32,16
4

Berdasarkan klarifikasi situs diatas, untuk kedalaman 30 meter dengan nilai test
penetrasi standar rata-rata (N) = 32,16 (N = 15 sampai 50), maka tanah dilokasi
termasuk kelas situs SD ( tanah sedang ).

Menentukan koefisien-koefisien Situs dan parameter-Paarameter Respon


Spektral Percepatan Gempa maksimum yang diperhitungkan Risiko
Tartarget (MCER)
Untuk penentuan respons spektral percepatan gempa MCER di permukaan
tanah, diperlukan suatu faktor ampilifikasi seismik pada periode 0.2 detik dan
pada periode 1 detik. Faktor ampilifikasi meliputi faktor ampilifikasi getaran
terkait percepatan pada getaran periode pendek 0.2 detik dan faktor amplifikasi
terkait percepatan yang mewakili getaran periode 1 detik. Untuk menghitung nilai
Sms dan Sm1 menggunakan perumusan sebagai berikut:

172
SMS = Fa x Ss
=1,0988 x 1,003 = 1,102
SM1 = Fv x S1
= 1,62 x 0,339 = 0,584
Kemudian dengan didapat nilai SMS, Sm1 langkah selanjutnya adalah mencari
harga SDS,SD1 menggunakan rumus empiris sebagai berikut;
SDS = 2/3 SMS
= 2/3 x 1,102 = 0,735
SD1 = 2/3 SM1
= 2/3 x 0,584 = 0,389

Faktor Spektrum Respon desain


Bila spektrum respons desain diperlukan oleh tata cara ini dan prosedur
gerak tanah dari spesifik situs tidak digunakan, maka kurva soektrum respons
desain harus dikembangkan dengan mengacu pada gambar spektrum respon
gempa desain dan ketentuan dibawah ini :

To = 0,2 Ts =

4
= 0,2 =

= 0,106 detik = 0,530 detik

a. Untuk periode yang lebih kecil dari To, spektrum respons percepatan desain,
Sa harus diambil dari persamaan:

Sa = SDS (0,4+0,6 )

= 0,735 (0,4+0,6 )

= 0,382
b. Untuk periode lebih besar dari atau sama dengan To dan lebih kecil dari atau
sama dengan; Ts, spektrum respons percepatan desain, Sa, sama dengan SDS

173
c. untuk periode lebih besar dariTs, Spektrum respons percepatan desain, Sa,
diambil berdasarkan persamaan;
Sa = SD1 / To
= 0,389/ 0,106= 3,670
Kategori Desain Seismik

Kategori desain seismik dapat dilihat dari tabel parameter respons


percepatan pada periode pendek.

Tabel 4.17 Kategori desain Seismik Berdasarkan Parameter Respons


Percepatan pada Periode Pendek

Kategori resiko
Nilai SDS
I atau II atau III IV
SDS< 0.167 A A
0.167 ≤ SDS< 0.33 B C
0.33 ≤ SDS< 0.50 C D
0.50 ≤ SDS D D

Table 4.18 Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respons


Percepatan Pada Periode 1 Detik
Kategori resiko
Nilai SD1
I atau II atau III IV
SD1< 0.067 A A
0.067 ≤ SD1< 01.33 B C
0.133 ≤ SD1< 0.20 C D
0.20 ≤ SD1 D D

Harga
SDS = 0,735 (0,50<SDS)=> Kategori Resiko Tipe D
SD1 = 0,389 (0,20<SD1)=> Kategori Resiko Tipe D

174
Tabel4.19 Kategori Sistem Penahan Gaya Gempa
Sistem Koefisien Faktor Faktor Batasan sistem struktur dan
penahan- modifikasi kuat-lebih pembesara batasan tinggi struktur (m)c
gaya gempa respons,Ra sistem,Ω0 n defleksi, Kategori desain seismik
g
Cdb B C Dd Ed Fd
5.Rangka 8 3 5½ TB TB TB TB TB
beton
bertulang
pemikul
momen
khusus

Desain gedung direncanakan sebagai SistemRangka Pemikul Momen


Khusus (SRPMK) dimana sistem struktur gedung direncanakan sebagai sistem
struktur yang pada dasarnya memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi
secara lengkap. Dimana beban lateral akibat gempa dipikul rangka pemikul
momen terutama melalui mekanisme lentur. Dimana nilai faktor daktilitas
maksimum dan faktor reduksi maksimum tersebut tidak melebihi ketentuan
sebagai berikut :
- Faktur Reduksi Gempa dengan Koefisien Modifikasi respons Struktur
Rangka Pemikul Momen Khusus / SRPMK (Portal Daktail / Sway
Spesial) ( R ) = 8,0
- Faktor Pembesaran Defleksi ( Cd ) = 5,5
- I = 1,0

Faktor reduksi untuk perhitungan beban gempa


Scale factor = I/R x 9,81
= 1,0/8 x 9,81
= 1,226

175
Keterangan:
SC = Scale Factor (dalam meter)
I = Faktor keutamaan Gempa
R = Faktor Reduksi Gempa
9,81 = Koefisien grafitasi

Gambar 4.71 Gambar Response Spectrum Titik Koordinat


Sumber : Google map 2019

Gambar 4.72 Spektrum Respon gempa desain


Sumber : puskim.pu.go.id

176
Spectrum Respons Desain SNI 2012 Kota Semarang (Gunung Pati) – kelas
situs SD (tanah Sedang)

Gambar 4.73Respon Spektrum Gempa wilayah Gunung Pati Semarang


untuk kondisi tanah sedang

Table 4.20 Spektrum respon untuk Wilayah Gempa 2

Percepatan
Periode Getar
respon Spektra
T (detik)
Sa(g)
0 0,294
0,106 0,735
0,530 0,735
0,530 0,618
0,630 0,533
0,730 0,469
0,830 0,419
0,930 0,378
1,130 0,317
1,230 0,293
1,330 0,272
1,430 0,255
1,530 0,239
1,630 0,225
1,730 0,213

177
1,830 0,202
1,930 0,192
2,030 0,183
2,130 0,183
2,230 0,167
2,330 0,160
2,430 0,154
2,530 0,148
2,630 0,138
2,730 0,133
2,830 0,129
2,930 0,129
3,030 0,124
3,130 0,121
3,230 0,117
3,330 0,114
3,430 0,110
3,530 0,107
3,630 0,104
3,730 0,102
3,830 0,099
4,000 0,097

178
Gambar 4.74 Input pada program SAP terhadap respon spectrum

Distribusi Beban Gempa Analisis Respon Dinamik

Untuk struktur gedung tidak beraturan, pengaruh Gempa Rencana terhadap


struktur gedung tersebut harus ditentukan melalui analisis respons dinamik 3
dimensi. Untuk mencegah terjadinya respons struktur gedung terhadap
pembebanan gempa yang mencegah terjadinya respons struktur gedung terhadap
pembebanan gempa yang dominan dalam rotasi, dari hasil analisis vibrasi bebas
3D, paling tidak gerak ragam pertama (fundamental) harus dominan dalam
translasi.

Daktilitas struktur gedung tidak beraturan harus ditentukan yang


repsentatatif mewakili daktilitas struktur 3D, tingkat daktilitas tersebut dapat
dinyatakan dalam factor reduksi gempa R representative, yang nilainya dapat

179
dihitung sebagai nilai rata-rata berbobot dengan gaya geser dasar yang dipikul
oleh struktur.
Untuk pembebanan pada joint special dapat dilakukan dengan rumus:
Massa =

Dimana:
W = berat lantai dari bangunan gedung
g = gravitasi (980kg.dt2/cm)

Analisis Respon Dinamik Riwayat Waktu

Bila diinginkan, perhitungan respons dinamik struktur gedung tidak


beraturan terhadap pengaruh Gempa Rencana, dapat dilakukan dengan metode
analisis dinamik 3 dimensi berupa analisis respon dinamik linier dan non-linier
riwayat waktu dengan suatu ekselerogram gempa yang diangkakan sebagai
gerakan tanah masukan. Berhubung gerakan tanah akibat gempa pada suatu
lokasi tidak mungkin dapat diperkirakan dengan tepat, maka sebagai gempa
masukan dapat juga dipakai gerakan tanah yang disimulasikan. Parameter-
parameter yang menentukan gerakan tanah yang disimulasikan ini antara lain
terdiri dari waktu getar premodinan tanah, konfigurasi spectrum respons, jangka
waktu gerakan dan intensitas gempanya.

180
181
182
Gambar 4.75 Structure Output Analysis Program SAP

Pemeriksaan Time Period (Periode Fundamental)


Tc = 0,847869 (data SAP2000 modal period and frequencies)
Cu = 1,4 ( Tabel 14 SNI Gempa 2012)
Ct = 0,0466 ( Tabel 15 SNI gempa 2012)
x = 0,9( Tabel 15 SNI gempa 2012)
hn = 22,50 m ( Program Autocad)

T = Ctx hnx
= 0,0466 x 22,500,9
= 0,76798

Cek
T Tc T . Cu
0,76798 0,847869 0,76798 x 1,4
0,76798 0,847869 1,075172 …………… OK

183
Perbandingan Geser Dasar Statis dan Geser Dasar Dinamis

Gambar 4.76 Structure Output Analysis Program SAP Base Reactions

184
Data diambil dari program SAP2000 :
SX = 215038,29 kg (GlobalFX)
SY = 186507,51kg (GlobalFY)
DX = 200387,74kg (GlobalFX)
DY = 195915,4kg (GlobalFY)

Cek :
Global FX
85% x SX DX
85% x 215038,29kg 200387,74kg
182782,5465kg 200387,74kg ……… OK

Global FY
85% x SY DY
85% x 186507,51kg 195915,4kg
158531,3835kg 195915,4kg……… OK

185
Pemeriksaan Simpangan Antara Lantai (Tory Drift)
4.2.14.1. Pemeriksaan simpangan antara lantai arah X sebagai berikut :

Gambar4.77 Simpangan lantai ataplift (ᵹlift = 0,0119 m ) Gempa arah X

Gambar 4.78 Simpangan Lantai Atap (ᵹatap= 0,0112 m ) Gempa arah X

186
Gambar 4.79 Simpangan lantai 5 (ᵹ5= 0,0094 m ) Gempa arah X

Gambar 4.80 Simpangan Lantai 4 (ᵹ4 = 0,0072 m) Gempa Arah X

187
Gambar 4.81 Simpangan Lantai 3 (ᵹ3= 0,0043m) Gempa Arah X

Gambar 4.82 Simpangan Lantai 2 (ᵹ2=0,0015m ) Gempa Arah X

188
Gambar 4.83 Simpangan Lantai 1 (ᵹ1 = 0m) Gempa Arah X

Tabel 4.21 Simpangan Antara Lantai Ijin,

189
Gambar 4.84 Penentuan Antar Simpangan

A. Pemeriksaan simpangan antar lantai arah X


1. Simpangan antara lantai ataplift dan lantai atap
- (dlift- datap) =(0,0119 – 0,0112) = 0,0007 m
- Tinggi Tingkat : H = 2,5 m
- Pembesaran d=Defleksi : Cd = 5,5
- Faktor Keutamaan Gempa : Ie = 1,0
- Simpangan antara lantai yang diijinkan untuk gedung dengan
kriteria resiko II : = 0,020 . H
Jadi simpangan yang diperbesar : = ((dlift– datap). Cd/ Ie =
(0,0007).5,5/1,0 = 0,00385 m
Story drift = 0,00385 m < 0,020.(2,5) = 0,05m (memenuhi syarat)

2. Simpangan antara lantai atap dan lantai 5


- (datap - d5) = (0,0112 – 0,0094) = 0,0018 m
- Tinggi Tingkat : H = 4 m
- Pembesaran d = Defleksi : Cd = 5,5
- Faktor Keutamaan Gempa : Ie = 1,0
- Simpangan antara lantai yang diijinkan untuk gedung dengan
kriteria resiko II : = 0,020 . H

190
Jadi simpangan yang diperbesar : = ((datap– d5). Cd/ Ie =
(0,0018).5,5/1,0 = 0,0099 m
Story drift = 0,0099 m < 0,020.(4) = 0,08 m (memenuhi syarat)

3. Simpangan antara lantai 5 dan lantai 4


- (d5 – d4) = (0,0094 – 0,0072) = 0,0022 m
- Tinggi Tingkat : H = 4 m
- Pembesaran d = Defleksi : Cd = 5,5
- Faktor Keutamaan Gempa : Ie = 1,0
- Simpangan antara lantai yang diijinkan untuk gedung dengan
kriteria resiko II : = 0,020 . H
Jadi simpangan yang diperbesar : = ((d5– d4). Cd/ Ie =
(0,0022).5,5/1,0 = 0,0121 m
Story drift = 0,0121 m < 0,020.(4) = 0,08 m (memenuhi syarat)

4. Simpangan antara lantai 4 dan lantai 3


- (d4 - d3) = (0,0072 – 0,0043) = 0,0029 m
- Tinggi Tingkat : H = 4 m
- Pembesaran d = Defleksi : Cd = 5,5
- Faktor Keutamaan Gempa : Ie = 1,0
- Simpangan antara lantai yang diijinkan untuk gedung dengan
kriteria resiko II : = 0,020 . H
Jadi simpangan yang diperbesar : = ((d4– d3). Cd/ Ie =
(0,0029).5,5/1,0 = 0,01595 m
Story drift = 0,01595 m < 0,020.(4) = 0,08 m (memenuhi syarat)

5. Simpangan antara lantai atap lift dan lantai atap


- (d3 - d2) = (0,0043 – 0,0015) = 0,0028 m
- Tinggi Tingkat : H = 4 m
- Pembesaran d = Defleksi : Cd = 5,5

191
- Faktor Keutamaan Gempa : Ie = 1,0
- Simpangan antara lantai yang diijinkan untuk gedung dengan
kriteria resiko II : = 0,020 . H
Jadi simpangan yang diperbesar : = ((d3– d2). Cd/ Ie =
(0,0028).5,5/1,0 = 0,0154 m
Story drift = 0,0154 m < 0,020.(4) = 0,08 m (memenuhi syarat)

6. Simpangan antara lantai atap lift dan lantai atap


- (d2 - d1) = (0,0015 – 0) = 0,0015 m
- Tinggi Tingkat : H = 4 m
- Pembesaran d = Defleksi : Cd = 5,5
- Faktor Keutamaan Gempa : Ie = 1,0
- Simpangan antara lantai yang diijinkan untuk gedung dengan
kriteria resiko II : = 0,020 . H
Jadi simpangan yang diperbesar : = ((d2– d1). Cd/ Ie =
(0,0015).5,5/1,0 = 0,00825 m
Story drift = 0,00825 m < 0,020.(4) = 0,08 m (memenuhi syarat)
4.2.14.2. Pemeriksaan simpangan antara lantai arah Y sebagai berikut :

Gambar 4.85 Simpangan Lantai Atap Lift (ᵹlift= 0,0036 m) Gempa Arah Y

192
Gambar 4.86 Simpangan Lantai Atap (ᵹatap= 0,0034m) Gempa Arah Y

Gambar 4.87 Simpangan Lantai 5 (ᵹ5 = 0,0028 m) Gempa Arah Y

Gambar 4.88 Simpangan Lantai 4(ᵹ4= 0,0021 m) Gempa Arah Y

193
Gambar 4.89 Simpangan Lantai 3 (ᵹ3 =0,0013m) Gempa Arah Y

Gambar 4.90 Simpangan Lantai 2 (ᵹ2 = 0,0005 m) Gempa Arah Y

Gambar 4.91 Simpangan Lantai 1 (ᵹ1 = 0 m) Gempa Arah Y

194
B. Pemeriksaan simpangan antar lantai arah Y
1. Simpangan antara lantai atap lift dan lantai atap
- (dlift - datap) = (0,0036 – 0,0034) = 0,0002 m
- Tinggi Tingkat : H = 2,5 m
- Pembesaran d = Defleksi : Cd = 5,5
- Faktor Keutamaan Gempa : Ie = 1,0
- Simpangan antara lantai yang diijinkan untuk gedung dengan
kriteria resiko II : = 0,020 . H
Jadi simpangan yang diperbesar : = ((dlift– datap). Cd/ Ie =
(0,0002).5,5/1,0 = 0,0011 m
Story drift = 0,0011 m < 0,020.(2,5) = 0,05 m (memenuhi syarat)

2. Simpangan antara lantai atap dan lantai 5


- (datap - d5) = (0,0034 – 0,0028) = 0,0006 m
- Tinggi Tingkat : H = 4 m
- Pembesaran d = Defleksi : Cd = 5,5
- Faktor Keutamaan Gempa : Ie = 1,0
- Simpangan antara lantai yang diijinkan untuk gedung dengan
kriteria resiko II : = 0,020 . H
Jadi simpangan yang diperbesar : = ((datap– d5). Cd/ Ie =
(0,0006).5,5/1,0 = 0,0033 m
Story drift = 0,0033 m < 0,020.(4) = 0,08 m (memenuhi syarat)

3. Simpangan antara lantai 5 dan lantai 4


- (d5 - d4) = (0,0028 – 0,0021) = 0,0007 m
- Tinggi Tingkat : H = 4 m
- Pembesaran d = Defleksi : Cd = 5,5
- Faktor Keutamaan Gempa : Ie = 1,0
- Simpangan antara lantai yang diijinkan untuk gedung dengan
kriteria resiko II : = 0,020 . H

195
Jadi simpangan yang diperbesar : = ((d5– d4). Cd/ Ie =
(0,0007).5,5/1,0 = 0,00385 m
Story drift = 0,00385 m < 0,020.(4) = 0,08 m (memenuhi syarat)

4. Simpangan antara lantai atap lift dan lantai atap


- (d4 - d3) = (0,0021 – 0,0013) = 0,0008 m
- Tinggi Tingkat : H = 4 m
- Pembesaran d = Defleksi : Cd = 5,5
- Faktor Keutamaan Gempa : Ie = 1,0
- Simpangan antara lantai yang diijinkan untuk gedung dengan
kriteria resiko II : = 0,020 . H
Jadi simpangan yang diperbesar : = ((d4– d3). Cd/ Ie =
(0,0008).5,5/1,0 = 0,0044 m
Story drift = 0,0044 m < 0,020.(4) = 0,08 m (memenuhi syarat)

5. Simpangan antara lantai 3 dan lantai 2


- (d3 - d2) = (0,0013 – 0,0005) = 0,0008 m
- Tinggi Tingkat : H = 4 m
- Pembesaran d = Defleksi : Cd = 5,5
- Faktor Keutamaan Gempa : Ie = 1,0
- Simpangan antara lantai yang diijinkan untuk gedung dengan
kriteria resiko II : = 0,020 . H
Jadi simpangan yang diperbesar : = ((d3– d2). Cd/ Ie =
(0,0008).5,5/1,0 = 0,0044 m
Story drift = 0,0044 m < 0,020.(4) = 0,08 m (memenuhi syarat)

6. Simpangan antara lantai atap lift dan lantai atap


- (d2 - d1) = (0,0005 – 0) = 0,0005 m
- Tinggi Tingkat : H = 4 m

196
- Pembesaran d = Defleksi : Cd = 5,5
- Faktor Keutamaan Gempa : Ie = 1,0
- Simpangan antara lantai yang diijinkan untuk gedung dengan
kriteria resiko II : = 0,020 . H
Jadi simpangan yang diperbesar : = ((d2– d1). Cd/ Ie =
(0,0005).5,5/1,0 = 0,00275 m
Story drift = 0,00275 m < 0,020.(4) = 0,08 m (memenuhi syarat)

4.6.5. Menentukan Momen pada Portal


Untuk menentukan momen, perhitungan dilakukan menggunakan bantuan program
aplikasi komputer (SAP 2000 v.14). Hasil momen yang didapat sesuai dengan data
masukan.
Untuk menetukan sengkang jika nilai Vu < Ø Vc maka tanpa menggunakan
tulangan geser, untuk mencari jarak minimal jika hasil seperti diatas maka menggunakan
pedoman S = d/2 atau jarak maksimal 600 mm. (buku Gideon jilid 1 – grafik dan tabel
perencanaan beton bertulang hal.129)
Hasil momen berbentuk tabel terlampir sebagai lampiran.

4.6.6. Menghitung Tulangan Balok


1. Balok B1 (25 x 50 cm) Lantai 1
Panjang balok (L) = 6000 mm
Lebar balok (b) = 250 mm
Tinggi balok (h) = 500 mm
Tebal penutup beton ( ) = 40 mm
Diameter tulangan utama = D19 mm
Diameter tulangan sengkang = D10 mm
Fc = 25 Mpa
Fy = 240 Mpa (tulangan pokok)
Fy = 240 Mpa (tulangan sengkang)
Mu (+) = 32,661KNm

197
Mu (-) = 65,323KNm
Vu = 60,433 KN
Tu = 0,81KNm

tinggi efektif balok


Øtp
d = h – p – φseng -
2
= 50 – 4 – 1,0 – 0,95
= 44,05 cm = 0,4405 m

Rasio tulangan minimum


 min (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
4 4
 min = = 4
= 0,0058

Rasio tulangan seimbang (ρbalance)


 balance (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 10.4(3))
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 butir 12.2(7(3)) faktor β1 harus diambil sebesar 0,85
untuk beton dengan nilai kuat tekan f’c lebih kecil daripada atau sama dengan 30
MPa. Untuk beton dengan nilai kuat tekan diatas 30 MPa, β1 harus direduksi
seebesar 0,05 untuk setiap kerelebihan 7 MPa diatas 30 MPa, tetapi β1 tidak boleh
kurang dari 0,65.
Jadi, untuk f’c 25 MPa diambil β1 yaitu 0,85

( )

( )
= 0,054

Rasio tulangan maksimum


(Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
= 0,75 x

198
= 0,75 x 0,054
= 0,0405
(tabel 7, Gideon Kusuma)

 Tulangan Tumpuan

Misal tulangan pokok D19, tulangan sengkang D10, penutup beton= 4cm
Mu (-) = 65,323KNm
Mu 65,323
= = 1347,20 kN/m2 (ditabel tidak ada)
bd 2
0,25 x0,4405 2

 Dari data tabel didapat :


Mu
= 1300  = 0,0056
bd 2

Mu
= 1400  = 0,0060
bd 2

Interpolasi :

 int = 0,0056+ 1347,20  1300 x ( 0,0060 – 0,0056 )


1400  1300

= 0,0058

 min = 0,0058 =  int= 0,0058 <  max = 0,0405


“Rasio memenuhi syarat”
Ata = ρ int x b x d

= 0,0058 x 25 x 44,05 = 6,3858 cm2= 638,58 mm2

Dipilih tulangan tumpuan atas 5D19


Atab = 5 . 1/4 . π . D2
= 5 . ¼ . 3,14 . 192
= 1416,925 mm2
Atab= 1416,925 mm2> Ata = 638,58 mm2
“Memenuhi”

199
Kontrol jarak b min
b min = 2 (p+ φsk) + J tp x φTP + Pmin (J tp – 1)
= 2 (4+1) + 5 x 1,9 + 1 (5 – 1)
= 23,5 cm < b = 25 cm ===>“memenuhi”

Tulangan tumpuan bawah dipakai 50% dari tulangan atas


Atb = 50% . As terpasang
= 50% . 1416,925 = 708,4625 mm2
Dipilih tulangan tumpuan bawah 3D19
Atab = 3 . 1/4 . π . D2
= 3 . ¼ . 3,14 . 192
= 850,155 mm2
Atab= 850,155 mm2> Atb = 708,4625 mm2
“Memenuhi”

 Tulangan Lapangan

Misal tulangan pokok D19, tulangan sengkang D10, penutup beton= 4 cm


Mu (+) = 32,661KNm

Mu 32,661
= = 673,28kN/m2 (ditabel tidak ada)
b.d 2
0,25 x0,4405 2

 Dari data tabel didapat :


Mu
= 600  = 0,0025  c
=0,034
bd 2 d

Mu
= 700  = 0,0030  c =0,039
bd 2 d

Interpolasi :

 int = 0,0025+ 673,28 - 600 x (0,0030 – 0,0025)


700  600

200
= 0,0029

 min = 0,0058 >  int= 0,0029 <  max = 0,0405


“Rasio tidak memenuhi syarat, maka digunakan  min”
Periksa nilai c terhadap ht
c 673,28 - 600
int = 0,034+ x (0,039 – 0,034)
d 700  600
= 0,0677

c = c int x d = 0,0677x 44,05 = 2,982cm


d

c = 2,982cm < ht = 12 cm

“garis netral didalam flens ==> c < ht, perhitungan dengan balok T”

Alap = ρminx b x d

= 0,0058 x 25 x 44,05 = 6,388 cm2= 638,8 mm2

Dipilih tulangan lapangan bawah5D19


Atab = 5 . 1/4 . π . D2
= 5 . ¼ . 3,14 . 192
= 1416,925 mm2
Atab =1416,925 mm2> Alap = 638,58 mm2
“Memenuhi”

b min = 2 (p + φsk) + J tp x φTP + Pmin (J tp – 1)


= 2 (4 +1) + 5 x 1,9 + 1 (5 – 1)
= 23,5 cm < b = 25 cm ===>“memenuhi”

Tulangan atas lapangan dipakai 50% dari tulangan bawah


Alap = 50% . As terpasang
= 50% . 1416,925 = 708,4625 mm2
Dipilih tulangan lapangan atas 3D19

201
Alap = 3 . 1/4 . π . D2
= 3 . ¼ . 3,14 . 192
= 850,155 mm2
Atab= 850,155 mm2> Alap = 708,4625 mm2
“Memenuhi”

 Perhitungan Tulangan Akibat Geser


Vu = 60,433 KN(Data SAP) = 60433 N
Untuk f’c = 25 Mpa diketahui Øⱴc = 1/6 x 0,6 x √
= 1/6 x 0,6 x √
= 0,5 MPa

(Buku Gideon, Tabel 8.2.a, hal. 115)


60433
ⱴua = Vu = = 0,549 MPa
bxd 250 x 440,5
ⱴua = 0,549 Mpa > Øⱴc = 0,5 Mpa
“memenuhi syarat” ==> tulangan sengkang diperhitungkan
Øⱴs = ⱴua – Øⱴc
= 0,549 – 0,5 = 0,049 Mpa
Kebutuhan jarak tumpuan tulangan sengkang
4
y= = = 267,76 mm
4

b.x. y 250 x267,76


As min = = = 92,97 mm2
3xfy 3x 240

Øvs. 0,049
Aseng = xyxb= x267,76 x250 = 22,78 mm2
Øxfy 0,6 x240
Dipakai As min = 92,97 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)

S = d = 44,05 = 22,025 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –100 = 1570 mm2 >92,97 mm2=>“Memenuhi”

202
Dipakai sengkang pada tumpuanD10 – 100

Kebutuhan jarak lapangan tulangan sengkang


4
y= = = 267,76 mm
4

b.x. y 250 x267,76


As min = = = 92,97 mm2
3xfy 3x 240

Øvs. 0,049
Aseng = xyxb= x267,76 x250 = 22,78 mm2
Øxfy 0,6 x240
Dipakai As min = 92,97 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)

S = d = 44,05 = 22,025 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –150 = 1047 mm2 >92,97 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada lapanganD10 – 150

 Perhitungan Tulangan Akibat Torsi


Tu = 0,81KNm = 810.000 N.mm

Ct =
44
=

= 0,0036
Gaya geser yang terjadi :
Vu = 60,433 KN = 60433 N
Momen torsi beton tanpa sengkang bersama gaya geser :
√ ∑
Tc =
√ ( )


=
√ ( )

= 3385206,48N.mm
ØTc = 0,6 x 3385206,48
= 2031123,89 N.mm

203
Syarat penggunaan tulangan torsi :
(TU < ØTc) maka dibutuhkan tulangan torsi.
Besar gaya torsi maksimum :
Ø Ts = ØTc – Tu
= 2031123,89- 810000
= 1221123,89
Besar gaya torsi maksimum yang dapat ditahan sengkang
Ø Ts maks = 4 . ØTc
= 4 . 2031123,89
= 8124495,55
Karena (Ø Ts < Ø Ts maks) syarat terpenuhi.
Untuk tulangan sengkang tertutup ;
bI = b – 2 (p + 0,5 . Ø tp)
= 250 – 2(40 + 0,5 . 10)
= 160 mm
hI = h – 2 (p + 0,5 . Ø tp)
= 500– 2(40 + 0,5 . 10)
= 410 mm
ɑ = 0,66 + 0,33 (h/b)
= 0,66 + 0,33 (500/250)
= 1,32
Tulangan torsi yang dibutuhkan ;
( )
At = .
4 ( )
= .
4 4

= 111,64 mm2
Dipilih tulangan memanjang 2D19
Atab = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 192
= 566,77 mm2

204
Atab= 566,77 mm2> At= 111,64mm2
“Memenuhi”

Tabel 4.22 Perhitungan Penulangan Tumpuan Balok B1

Tabel 4.23 Perhitungan Penulangan Lapangan Balok B1

205
Tabel 4.24 Perhitungan Penulangan Geser Balok B1

206
Tabel 4.25 Perhitungan Penulangan Torsi Balok B1

Gambar 4.92 Penulangan Balok B1

2. Balok B2 (25 x 40 cm) Lantai 1


Panjang balok (L) = 5000 mm
Lebar balok (b) = 250 mm

207
Tinggi balok (h) = 400 mm
Tebal penutup beton ( ) = 40 mm
Diameter tulangan utama = D19 mm
Diameter tulangan sengkang = D10 mm
Fc = 25 Mpa
Fy = 240 Mpa (tulangan pokok)
Fy = 240 Mpa (tulangan sengkang)
Mu (+) = 17,728KNm
Mu (-) = 35,457KNm
Vu = 48,849 KN
Tu = 0,928KNm

tinggi efektif balok


Øtp
d = h – p – φseng -
2
= 40 – 4 – 1,0 – 0,95
= 34,05 cm = 0,3405 m

Rasio tulangan minimum


 min (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
4 4
 min = = 4
= 0,0058

Rasio tulangan seimbang (ρbalance)


 balance (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 10.4(3))
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 butir 12.2(7(3)) faktor β1 harus diambil sebesar 0,85
untuk beton dengan nilai kuat tekan f’c lebih kecil daripada atau sama dengan 30
MPa. Untuk beton dengan nilai kuat tekan diatas 30 MPa, β1 harus direduksi
seebesar 0,05 untuk setiap kerelebihan 7 MPa diatas 30 MPa, tetapi β1 tidak boleh
kurang dari 0,65.
Jadi, untuk f’c 25 MPa diambil β1 yaitu 0,85

208
( )

( )
= 0,054

Rasio tulangan maksimum


(Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
= 0,75 x
= 0,75 x 0,054
= 0,0405
(tabel 7, Gideon Kusuma)

 Tulangan Tumpuan

Misal tulangan pokok D19, tulangan sengkang D10, penutup beton= 4 cm


Mu (-) = 35,457KNm
Mu 35,457
= = 1223,29 kN/m2 (ditabel tidak ada)
bd 2
0,25 x0,3405 2

 Dari data tabel didapat :


Mu
= 1200  = 0,0051
bd 2

Mu
= 1300  = 0,0056
bd 2

Interpolasi :

 int = 0,0051+ 1223,29  1200 x (0,0056 – 0,0051)


1300  1200

= 0,0052

 min = 0,0058 >  int= 0,0052<  max = 0,0405

209
“Rasio tidak memenuhi syarat, maka digunakan  min”
Ata = ρminx b x d

= 0,0058 x 25 x 34,05 = 4,93725 cm2= 493,725 mm2

Dipilih tulangan tumpuan atas 4D19


Atab = 4 . 1/4 . π . D2
= 4 . ¼ . 3,14 . 192
= 1133,54 mm2
Atab= 1133,54 mm2> Ata = 493,725 mm2
“Memenuhi”
Kontrol jarak b min
b min = 2 (p + φsk) + J tp x φTP + Pmin (J tp – 1)
= 2 (4 +1) + 4 x 1,9 + 1 (4 – 1)
= 20,6 cm < b = 25 cm ===>“memenuhi”

Tulangan tumpuan bawah dipakai 50% dari tulangan atas


Atb = 50% . As terpasang
= 50% . 1133,54 = 566,77 mm2
Dipilih tulangan tumpuan bawah 3D19
Atab = 3 . 1/4 . π . D2
= 3 . ¼ . 3,14 . 192
= 850,155 mm2
Atab= 850,155 mm2> Atb = 566,77 mm2
“Memenuhi”

 Tulangan Lapangan

Misal tulangan pokok D19, tulangan sengkang D10, penutup beton= 4 cm


Mu (+) = 17,728KNm
Mu 17,728
= 2
= 611,626kN/m2 (ditabel tidak ada)
b.d 2 0,25 x0,3405

210
 Dari data tabel didapat :
Mu
= 600  = 0,0025  c
=0,034
bd 2 d

Mu
= 700  = 0,0030  c
=0,039
bd 2 d

Interpolasi :

 int = 0,0025+ 611,626 - 600 x (0,0030 – 0,0025)


700  600

= 0,0026

 min = 0,0058 >  int= 0,0026<  max = 0,0405


“Rasio tidak memenuhi syarat, maka digunakan  min”
Periksa nilai c terhadap ht
c 611,626 - 600
int = 0,034+ x (0,039 – 0,034)
d 700  600
= 0,0346

c = c int x d = 0,0346 x 34,05 = 1,178cm


d

c = 1,178cm < ht = 12 cm

“garis netral didalam flens ==> c < ht, perhitungan dengan balok T”

Alap = ρminx b x d

= 0,0058 x 25 x 34,05 = 4,938 cm2= 493,8 mm2

Dipilih tulangan lapangan bawah 4D19


Atab = 4 . 1/4 . π . D2
= 4 . ¼ . 3,14 . 192
= 1133,54 mm2
Atab= 1133,54 mm2> Alap = 493,8 mm2
“Memenuhi”
Kontrol jarak b min

211
b min = 2 (p + φsk) + J tp x φTP + Pmin (J tp – 1)
= 2 (4 +1) + 4 x 1,9 + 1 (4 – 1)
= 20,6 cm < b = 25 cm ===>“memenuhi”

Tulangan atas lapangan dipakai 50% dari tulangan bawah


Alap = 50% . As terpasang
= 50% . 1133,54= 566,77 mm2
Dipilih tulangan lapangan atas 3D19
Alap = 3 . 1/4 . π . D2
= 3 . ¼ . 3,14 . 192
= 850,155 mm2
Atab= 850,155 mm2> Alap = 566,77 mm2
“Memenuhi”
 Perhitungan Tulangan Akibat Geser
Vu = 48,849 KN (Data SAP) = 48849 N
Untuk f’c = 25 Mpa diketahui Øⱴc = 1/6 x 0,6 x √
= 1/6 x 0,6 x √
= 0,5 MPa

(Buku Gideon, Tabel 8.2.a, hal. 115)


48849
ⱴua = Vu = = 0,574 MPa
bxd 250 x340,5
ⱴua = 0,574 Mpa > Øⱴc = 0,5 Mpa
“memenuhi syarat” ==> tulangan sengkang diperhitungkan
Øⱴs = ⱴua – Øⱴc
= 0,574 – 0,5 = 0,074 Mpa
Kebutuhan jarak tumpuan tulangan sengkang
4
y= = = 322,3 mm
4

212
b.x. y 250 x322,3
As min = = = 111,91 mm2
3xfy 3x 240

Øvs. 0,074
Aseng = xyxb= x322,3x250 = 41,41 mm2
Øxfy 0,6 x240
Dipakai As min = 111,91 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)

S = d = 34,05 = 17,025 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –100 = 1570 mm2 >111,91 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada tumpuan D10 – 100

Kebutuhan jarak lapangan tulangan sengkang


4
y= = = 322,3 mm
4

b.x. y 250 x322,3


As min = = = 111,91 mm2
3xfy 3x 240

Øvs. 0,074
Aseng = xyxb= x322,3x250 = 41,41 mm2
Øxfy 0,6 x240
Dipakai As min = 111,91 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)

S = d = 34,05 = 17,025 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –150 = 1047 mm2 >111,91 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada lapangan D10 – 150

 Perhitungan Tulangan Akibat Torsi


Tu = 0,928KNm = 928000 N.mm

Ct =
4
= 4

= 0,0034
Gaya geser yang terjadi :

213
Vu = 48,849 KN = 48849 N
Momen torsi beton tanpa sengkang bersama gaya geser :
√ ∑
Tc =
√ ( )

√ 4
=
√ ( )

= 3107198,658 N.mm
ØTc = 0,6 x 3107198,658
= 1864319,195 N.mm
Syarat penggunaan tulangan torsi :
(TU <ØTc) maka dibutuhkan tulangan torsi.
Besar gaya torsi maksimum :
Ø Ts = ØTc –Tu
= 1864319,195 –928000
= 936319,195
Besar gaya torsi maksimum yang dapat ditahan sengkang
Ø Ts maks = 4 . ØTc
= 4 . 1864319,195
= 7457276,78
Karena (Ø Ts < Ø Ts maks) syarat terpenuhi.
Untuk tulangan sengkang tertutup ;
bI = b – 2 (p + 0,5 . Ø tp)
= 250 – 2(40 + 0,5 . 10)
= 160 mm
hI = h – 2 (p + 0,5 . Ø tp)
= 400– 2(40 + 0,5 . 10)
= 310 mm
ɑ = 0,66 + 0,33 (h/b)
= 0,66 + 0,33 (400/250)
= 1,19

214
Tulangan torsi yang dibutuhkan ;
( )
At = .
( )
= . 4

= 103,56 mm
Dipilih tulangan memanjang 2D19
Atab = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 192
= 566,77 mm2
Atab= 566,77 mm2> At= 103,56mm2
“Memenuhi”

Tabel 4.26 Perhitungan Penulangan Tumpuan Balok B2

215
Tabel 4.27 Perhitungan Penulangan Lapangan Balok B2

Tabel 4.28 Perhitungan Penulangan Geser Balok B2

216
Tabel 4.29 Perhitungan Penulangan Torsi Balok B2

217
Gambar 4.93 Penulangan Balok B2

3. Balok B1K (30 x 70 cm) Lantai 1


Panjang balok (L) = 1800 mm
Lebar balok (b) = 300 mm
Tinggi balok (h) = 700 mm
Tebal penutup beton ( ) = 40 mm
Diameter tulangan utama = D19 mm
Diameter tulangan sengkang = D10 mm
Fc = 25 Mpa
Fy = 240 Mpa (tulangan pokok)
Fy = 240 Mpa (tulangan sengkang)
Mu (+) = 42,258KNm
Mu (-) = 84,517KNm
Vu = 50,711 KN
Tu = 0,913KNm

218
tinggi efektif balok
Øtp
d = h – p – φseng -
2
= 70 – 4 – 1,0 – 0,95
= 64,05 cm = 0,6405 m

Rasio tulangan minimum


 min (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
4 4
 min = = 4
= 0,0058

Rasio tulangan seimbang (ρbalance)


 balance (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 10.4(3))
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 butir 12.2(7(3)) faktor β1 harus diambil sebesar 0,85
untuk beton dengan nilai kuat tekan f’c lebih kecil daripada atau sama dengan 30
MPa. Untuk beton dengan nilai kuat tekan diatas 30 MPa, β1 harus direduksi
seebesar 0,05 untuk setiap kerelebihan 7 MPa diatas 30 MPa, tetapi β1 tidak boleh
kurang dari 0,65.
Jadi, untuk f’c 25 MPa diambil β1 yaitu 0,85

( )

( )
= 0,054

Rasio tulangan maksimum


(Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
= 0,75 x
= 0,75 x 0,054
= 0,0405
(tabel 7, Gideon Kusuma)

219
 Tulangan Tumpuan

Misal tulangan pokok D19, tulangan sengkang D10, penutup beton= 4 cm


Mu (-) = 84,517KNm
Mu 84,517
= = 686,73 kN/m2 (ditabel tidak ada)
bd 2
0,30 x0,6405 2

 Dari data tabel didapat :


Mu
= 600  = 0,0025
bd 2

Mu
= 700  = 0,0030
bd 2

Interpolasi :

 int = 0,0025+ 686,73  600 x (0,0030 – 0,0025)


700  600

= 0,0029

 min = 0,0058 >  int= 0,0029<  max = 0,0405


“Rasio tidak memenuhi syarat, maka digunakan  min”
Ata = ρminx b x d

= 0,0058 x 30 x 64,05 = 11,1447 cm2= 1114,47 mm2

Dipilih tulangan tumpuan atas 5D19


Atab = 5 . 1/4 . π . D2
= 5 . ¼ . 3,14 . 192
= 1416,925 mm2
Atab= 1416,925 mm2> Ata = 1114,47 mm2
“Memenuhi”
Kontrol jarak b min
b min = 2 (p + φsk) + J tp x φTP + Pmin (J tp – 1)
= 2 (4 +1) + 5 x 1,9 + 1 (5 – 1)
= 23,5 cm < b = 30 cm ===>“memenuhi”

220
Tulangan tumpuan bawah dipakai 50% dari tulangan atas
Atb = 50% . As terpasang
= 50% . 1416,925 = 708,4625 mm2
Dipilih tulangan tumpuan bawah 3D19
Atab = 3 . 1/4 . π . D2
= 3 . ¼ . 3,14 . 192
= 850,155 mm2
Atab= 850,155 mm2> Atb = 708,4625 mm2
“Memenuhi”

 Tulangan Ujung Bebas

Misal tulangan pokok D19, tulangan sengkang D10, penutup beton= 4 cm


Mu (+) = 42,258KNm
Mu 42,258
= = 343,36 kN/m2 (ditabel tidak ada)
b.d 2
0,30 x0,6405 2

 Dari data tabel didapat :


Mu
= 300  = 0,0013  c =0,017
bd 2 d

Mu
= 400  = 0,0017  c
=0,022
bd 2 d

Interpolasi :

 int = 0,0013+ 343,36 - 300 x (0,0017 – 0,0013)


400  300

= 0,0015

 min = 0,0058 >  int= 0,0015<  max = 0,0405


“Rasio tidak memenuhi syarat, maka digunakan  min”
Periksa nilai c terhadap ht

221
c 343,36 - 300
int = 0,017+ x (0,022 – 0,017)
d 400  300
= 0,019

c = c int x d = 0,019 x 64,05 = 1,217cm


d

c = 1,217cm < ht = 12 cm

“garis netral didalam flens ==> c < ht, perhitungan dengan balok T”

Auba = ρminx b x d

= 0,0058 x 30 x 64,05 = 11,1447 cm2= 1114,47 mm2

Dipilih tulangan ujung bebas atas 5D19


Atab = 5 . 1/4 . π . D2
= 5 . ¼ . 3,14 . 192
= 1416,925 mm2
Atab= 1416,925 mm2> Auba = 1114,47 mm2
“Memenuhi”
Kontrol jarak b min
b min = 2 (p + φsk) + J tp x φTP + Pmin (J tp – 1)
= 2 (4 +1) + 5 x 1,9 + 1 (5 – 1)
= 23,5 cm < b = 30 cm ===>“memenuhi”

Tulangan ujung bebas bawah dipakai 50% dari tulangan atas


Aubb = 50% . As terpasang
= 50% . 1416,925 = 708,4625 mm2
Dipilih tulangan ujung bebas bawah 3D19
Atab = 3 . 1/4 . π . D2
= 3 . ¼ . 3,14 . 192
= 850,155 mm2
Atab= 850,155 mm2> Aubb = 708,4625 mm2
“Memenuhi”

222
 Perhitungan Tulangan Akibat Geser
Vu = 50,711 KN (Data SAP) = 50711 N
Untuk f’c = 25 Mpa diketahui Øⱴc = 1/6 x 0,6 x √
= 1/6 x 0,6 x √
= 0,5 MPa

(Buku Gideon, Tabel 8.2.a, hal. 115)


50711
ⱴua = Vu = = 0,564 MPa
bxd 300 x640,5
ⱴua = 0,564 Mpa > Øⱴc = 0,5 Mpa
“memenuhi syarat” ==> tulangan sengkang diperhitungkan
Øⱴs = ⱴua – Øⱴc
= 0,564 – 0,5 = 0,064 Mpa
Kebutuhan jarak tumpuan tulangan sengkang
4
y= = = 102,13 mm
4

b.x. y 300 x102,13


As min = = = 42,554 mm2
3xfy 3x 240

Øvs. 0,064
Aseng = xyxb= x102,13x300 = 13,62 mm2
Øxfy 0,6 x240
Dipakai As min = 42,554 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)

S = d = 64,05 = 32,025 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –100 = 1570 mm2 >42,554 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada tumpuan D10 – 100

Kebutuhan jarak ujung bebas tulangan sengkang


4
y= = = 102,13 mm
4

223
b.x. y 300 x102,13
As min = = = 42,554 mm2
3xfy 3x 240

Øvs. 0,064
Aseng = xyxb= x102,13x300 = 13,62 mm2
Øxfy 0,6 x240
Dipakai As min = 42,554 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)

S = d = 64,05 = 32,025 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –150 = 1047 mm2 >42,554 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada ujung bebasD10 – 150

 Perhitungan Tulangan Akibat Torsi


Tu = 0,913KNm = 913000 N.mm

Ct =
4
=

= 0,003
Gaya geser yang terjadi :
Vu = 50,711 KN = 50711 N
Momen torsi beton tanpa sengkang bersama gaya geser :
√ ∑
Tc =
√ ( )


=
√ ( )

= 7348376,5 N.mm
ØTc = 0,6 x 7348376,5
= 4409025,9 N.mm
Syarat penggunaan tulangan torsi :
(TU < ØTc) maka dibutuhkan tulangan torsi.
Besar gaya torsi maksimum :

224
Ø Ts = ØTc – Tu
= 4409025,9– 913000
= 3496025,9
Besar gaya torsi maksimum yang dapat ditahan sengkang
Ø Ts maks = 4 . ØTc
= 4 . 21729605,22
= 17636103,6
Karena (Ø Ts < Ø Ts maks) syarat terpenuhi.
Untuk tulangan sengkang tertutup ;
bI = b – 2 (p + 0,5 . Ø tp)
= 300 – 2(40 + 0,5 . 10)
= 210 mm
hI = h – 2 (p + 0,5 . Ø tp)
= 700– 2(40 + 0,5 . 10)
= 610 mm
ɑ = 0,66 + 0,33 (h/b)
= 0,66 + 0,33 (700/300)
= 1,43
Tulangan torsi yang dibutuhkan ;
( )
At = .
( )
= . 4 4

= 294,21 mm
Dipilih tulangan memanjang 2D19
Atab = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 192
= 566,77 mm2
Atab= 566,77 mm2> At= 294,21 mm2
“Memenuhi”

225
Tabel 4.30 Perhitungan Penulangan Tumpuan Balok B1K

Tabel 4.31 Perhitungan Penulangan Tulangan Ujung Bebas Balok B1K

Tabel 4.32 Perhitungan Penulangan Geser Balok B1K

226
Tabel 4.33 Perhitungan Penulangan Torsi Balok B1K

227
Gambar 4.94 Penulangan Balok B1K

4. Balok BA (15 x 40 cm) Lantai 1


Panjang balok (L) = 5000 mm
Lebar balok (b) = 150 mm
Tinggi balok (h) = 400 mm
Tebal penutup beton ( ) = 40 mm
Diameter tulangan utama = D19 mm
Diameter tulangan sengkang = D10 mm
Fc = 25 Mpa
Fy = 240 Mpa (tulangan pokok)
Fy = 240 Mpa (tulangan sengkang)
Mu (+) = 2,074KNm
Mu (-) = 4,147KNm
Vu = 4,942 KN
Tu = 0,001KNm

228
tinggi efektif balok
Øtp
d = h – p – φseng -
2
= 40 – 4 – 1,0 – 0,95
= 34,05 cm = 0,3405 m

Rasio tulangan minimum


 min (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
4 4
 min = = 4
= 0,0058

Rasio tulangan seimbang (ρbalance)


 balance (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 10.4(3))
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 butir 12.2(7(3)) faktor β1 harus diambil sebesar 0,85
untuk beton dengan nilai kuat tekan f’c lebih kecil daripada atau sama dengan 30
MPa. Untuk beton dengan nilai kuat tekan diatas 30 MPa, β1 harus direduksi
seebesar 0,05 untuk setiap kerelebihan 7 MPa diatas 30 MPa, tetapi β1 tidak boleh
kurang dari 0,65.
Jadi, untuk f’c 25 MPa diambil β1 yaitu 0,85

( )

( )
= 0,054

Rasio tulangan maksimum


(Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
= 0,75 x
= 0,75 x 0,054
= 0,0405
(tabel 7, Gideon Kusuma)

229
 Tulangan Tumpuan

Misal tulangan pokok D19, tulangan sengkang D10, penutup beton= 4 cm


Mu (-) = 4,147KNm
Mu 4,147
= = 238,46 kN/m2 (ditabel tidak ada)
bd 2
0,15 x0,3405 2

 Dari data tabel didapat :


Mu
= 200  = 0,0008
bd 2

Mu
= 300  = 0,0013
bd 2

Interpolasi :

 int = 0,0008+ 238,46  200 x (0,0013 – 0,0008)


300  200

= 0,0010

 min = 0,0058 >  int= 0,0010<  max = 0,0405


“Rasio tidak memenuhi syarat, maka digunakan  min”

Ata = ρ minx b x d

= 0,0058 x 15 x 34,05 = 2,963 cm2= 296,3 mm2

Dipilih tulangan tumpuan atas 2D19


Atab = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 192
= 566,77 mm2
Atab= 566,77 mm2> Ata = 296,3 mm2
“Memenuhi”
Kontrol jarak b min
b min = 2 (p + φsk) + J tp x φTP + Pmin (J tp – 1)
= 2 (4 +1) + 2 x 1,9 + 1 (2 – 1)

230
= 14,8 cm < b = 15 cm ===>“memenuhi”

Tulangan tumpuan bawah dipakai 50% dari tulangan atas


Atb = 50% . As terpasang
= 50% . 566,77 = 283,385 mm2
Dipilih tulangan tumpuan bawah 2D19
Atab = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 192
= 566,77 mm2
Atab= 566,77 mm2> Atb = 283,385 mm2
“Memenuhi”

 Tulangan Lapangan

Misal tulangan pokok D19, tulangan sengkang D10, penutup beton= 4 cm


Mu (+) = 2,074KNm
Mu 2,074
= = 119,26kN/m2 (ditabel tidak ada)
b.d 2
0,15 x0,3405 2

 Dari data tabel didapat :


Mu
= 100  = 0,0004  c =0,006
bd 2 d

Mu
= 200  = 0,0008  c =0,011
bd 2 d

Interpolasi :

 int = 0,0004+ 119,26 - 100 x (0,0008 – 0,0004)


200  100

= 0,00048

 min = 0,0058 >  int= 0,00048<  max = 0,0405


“Rasio tidak memenuhi syarat, maka digunakan  min”
Periksa nilai c terhadap ht

231
c 119,26 - 100
int = 0,006+ x (0,011 – 0,006)
d 200  100
= 0,007

c = c int x d = 0,007 x 34,05 = 0,24 cm


d

c = 0,24cm < ht = 12 cm

“garis netral didalam flens ==> c < ht, perhitungan dengan balok T”

Alap = ρminx b x d

= 0,0058 x 15 x 34,05 = 2,963 cm2= 296,3 mm2

Dipilih tulangan lapangan bawah 2D19


Atab = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 192
= 566,77 mm2
Atab= 566,77 mm2> Alap = 296,3 mm2
“Memenuhi”

b min = 2 (p + φsk) + J tp x φTP + Pmin (J tp – 1)


= 2 (4 +1) + 2 x 1,9 + 1 (2 – 1)
= 14,8 cm < b = 15 cm ===>“memenuhi”

Tulangan atas lapangan dipakai 50% dari tulangan bawah


Alap = 50% . As terpasang
= 50% . 566,77 = 283,385 mm2
Dipilih tulangan lapangan atas 2D19
Alap = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 192
= 566,77 mm2
Atab= 566,77 mm2> Alap = 283,385 mm2
“Memenuhi”

232
 Perhitungan Tulangan Akibat Geser
Vu = 4,942 KN (Data SAP)= 4942 N
Untuk f’c = 25 Mpa diketahui Øⱴc = 1/6 x 0,6 x √
= 1/6 x 0,6 x √
= 0,5 MPa

(Buku Gideon, Tabel 8.2.a, hal. 115)


4942
ⱴua = Vu = = 0,597 MPa
bxd 150 x340,5
ⱴua = 0,597 Mpa > Øⱴc = 0,5 Mpa
“memenuhi syarat” ==> tulangan sengkang diperhitungkan
Øⱴs = ⱴua – Øⱴc
= 0,597 – 0,5 = 0,097 Mpa
Kebutuhan jarak tumpuan tulangan sengkang

y= = = 406,2 mm

b.x. y 150 x 406,2


As min = = = 84,625 mm2
3xfy 3x 240

Øvs. 0,097
Aseng = xyxb= x406,2 x150 = 41,05 mm2
Øxfy 0,6 x240
Dipakai As min = 84,625 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)

S = d = 34,05 = 17,025 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –100 = 1570 mm2 >84,625 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada tumpuan D10 – 100

Kebutuhan jarak lapangan tulangan sengkang

y= = = 406,2 mm

233
b.x. y 150 x 406,2
As min = = = 84,625 mm2
3xfy 3x 240

Øvs. 0,097
Aseng = xyxb= x406,2 x150 = 41,05 mm2
Øxfy 0,6 x240
Dipakai As min = 84,625 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)

S = d = 34,05 = 17,025 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –150 = 1047 mm2 >84,625 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada lapangan D10 – 150

 Perhitungan Tulangan Akibat Torsi


Tu = 0,001KNm = 1000 N.mm

Ct =
4
= 4

= 0,0057
Gaya geser yang terjadi :
Vu = 4,942 KN = 4942 N
Momen torsi beton tanpa sengkang bersama gaya geser :
√ ∑
Tc =
√ ( )

√ 4
=
√ ( )

= 160861,5 N.mm
ØTc = 0,6 x 160861,5
= 96516,9 N.mm
Syarat penggunaan tulangan torsi :
(TU < ØTc) maka dibutuhkan tulangan torsi.
Besar gaya torsi maksimum :
Ø Ts = ØTc – Tu

234
= 96516,9 - 1000
= 95516,9
Besar gaya torsi maksimum yang dapat ditahan sengkang
Ø Ts maks = 4 . ØTc
= 4 . 96516,9
= 386067,6
Karena (Ø Ts < Ø Ts maks) syarat terpenuhi.
Untuk tulangan sengkang tertutup ;
bI = b – 2 (p + 0,5 . Ø tp)
= 150 – 2(40 + 0,5 . 10)
= 60 mm
hI = h – 2 (p + 0,5 . Ø tp)
= 400– 2(40 + 0,5 . 10)
= 310 mm
ɑ = 0,66 + 0,33 (h/b)
= 0,66 + 0,33 (400/150)
= 1,54
Tulangan torsi yang dibutuhkan ;
( )
At = .
( )
= . 4 4

= 17,94 mm
Dipilih tulangan memanjang 2D19
Atab = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 192
= 566,77 mm2
Atab= 566,77 mm2> At= 9,96 mm2
“Memenuhi”

235
Tabel 4.34 Perhitungan Penulangan Tumpuan Balok BA

Tabel 4.35 Perhitungan Penulangan Lapangan Balok BA

236
Tabel 4.36 Perhitungan Penulangan Geser Balok BA

Tabel 4.37 Perhitungan Penulangan Torsi Balok BA

237
Gambar 4.95 Penulangan Balok BA

5. Balok BA1 (15 x 30 cm) Lantai 1


Panjang balok (L) = 3000 mm
Lebar balok (b) = 150 mm
Tinggi balok (h) = 300 mm
Tebal penutup beton ( ) = 40 mm
Diameter tulangan utama = D16 mm
Diameter tulangan sengkang = D10 mm
Fc = 25 Mpa
Fy = 240 Mpa (tulangan pokok)
Fy = 240 Mpa (tulangan sengkang)

238
Mu (+) = 1,315KNm
Mu (-) = 2,629KNm
Vu = 3,264 KN
Tu = 0,139KNm

tinggi efektif balok


Øtp
d = h – p – φseng -
2
= 30 – 4 – 1,0 – 0,8
= 24,2 cm = 0,242 m

Rasio tulangan minimum


 min (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
4 4
 min = = 4
= 0,0058

Rasio tulangan seimbang (ρbalance)


 balance (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 10.4(3))
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 butir 12.2(7(3)) faktor β1 harus diambil sebesar 0,85
untuk beton dengan nilai kuat tekan f’c lebih kecil daripada atau sama dengan 30
MPa. Untuk beton dengan nilai kuat tekan diatas 30 MPa, β1 harus direduksi
seebesar 0,05 untuk setiap kerelebihan 7 MPa diatas 30 MPa, tetapi β1 tidak boleh
kurang dari 0,65.
Jadi, untuk f’c 25 MPa diambil β1 yaitu 0,85

( )

( )
= 0,054

Rasio tulangan maksimum


(Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
= 0,75 x

239
= 0,75 x 0,054
= 0,0405
(tabel 7, Gideon Kusuma)

 Tulangan Tumpuan

Misal tulangan pokok D16, tulangan sengkang D10, penutup beton= 4 cm


Mu (-) = 2,629KNm
Mu 2,629
= = 299,27 kN/m2 (ditabel tidak ada)
bd 2
0,15 x0,242 2

 Dari data tabel didapat :


Mu
= 200  = 0,0008
bd 2

Mu
= 300  = 0,0013
bd 2

Interpolasi :

 int = 0,0008+ 299,27  200 x (0,0013– 0,0008)


300  200

= 0,0013

 min = 0,0058 >  int= 0,0013<  max = 0,0405


“Rasio tidak memenuhi syarat, maka digunakan  min”

Ata = ρ minx b x d

= 0,0058 x 15 x 24,2 = 2,1054 cm2= 210,54 mm2

Dipilih tulangan tumpuan atas 2D16


Atab = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 162
= 401,92 mm2
Atab= 401,92 mm2> Ata = 210,54 mm2
“Memenuhi”

240
Kontrol jarak b min
b min = 2 (p + φsk) + J tp x φTP + Pmin (J tp – 1)
= 2 (4 +1) + 2 x 1,6 + 1 (2 – 1)
= 14,2 cm < b = 15 cm ===>“memenuhi”

Tulangan tumpuan bawah dipakai 50% dari tulangan atas


Atb = 50% . As terpasang
= 50% . 401,92 = 200,96 mm2
Dipilih tulangan tumpuan bawah 2D 16
Atab = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 162
= 401,92 mm2
Atab= 401,92 mm2> Atb = 200,96 mm2
“Memenuhi”

 Tulangan Lapangan

Misal tulangan pokok D16, tulangan sengkang D10, penutup beton= 4 cm


Mu (+) = 1,315KNm
Mu 1,315
= = 149,7kN/m2 (ditabel tidak ada)
b.d 2
0,15 x0,242 2

 Dari data tabel didapat :


Mu
= 100  = 0,0004  c
=0,006
bd 2 d

Mu
= 200  = 0,0008  c
=0,011
bd 2 d

Interpolasi :

 int = 0,0004+ 149,7 - 100 x (0,0008 – 0,0004)


200  100

= 0,0006

241
 min = 0,0058 >  int= 0,0006<  max = 0,0405
“Rasio tidak memenuhi syarat, maka digunakan  min”
Periksa nilai c terhadap ht
c 149,7 - 100
int = 0,006+ x (0,011 – 0,006)
d 200  100
= 0,009

c = c int x d = 0,009 x 24,2 = 0,22 cm


d

c = 0,22cm < ht = 12 cm

“garis netral didalam flens ==> c < ht, perhitungan dengan balok T”

Alap = ρminx b x d

= 0,0058 x 15 x 24,2 = 2,1054 cm2= 210,54 mm2

Dipilih tulangan lapangan bawah 2D16


Atab = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 162
= 401,92 mm2
Atab= 401,92 mm2> Alap = 210,54 mm2
“Memenuhi”

b min = 2 (p + φsk) + J tp x φTP + Pmin (J tp – 1)


= 2 (4 +1) + 2 x 1,6 + 1 (2 – 1)
= 14,2 cm < b = 15 cm ===>“memenuhi”

Tulangan atas lapangan dipakai 50% dari tulangan bawah


Alap = 50% . As terpasang
= 50% . 401,92 = 200,96 mm2
Dipilih tulangan lapangan atas 2D16
Alap = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 162

242
= 401,92 mm2
Atab= 401,92 mm2> Alap = 200,96 mm2
“Memenuhi”

 Perhitungan Tulangan Akibat Geser


Vu = 3,264 KN (Data SAP) = 3264 N
Untuk f’c = 25 Mpa diketahui Øⱴc = 1/6 x 0,6 x √
= 1/6 x 0,6 x √
= 0,5 MPa

(Buku Gideon, Tabel 8.2.a, hal. 115)


3264
ⱴua = Vu = = 0,590 MPa
bxd 150 x 242
ⱴua = 0,590 Mpa > Øⱴc = 0,5 Mpa
“memenuhi syarat” ==> tulangan sengkang diperhitungkan
Øⱴs = ⱴua – Øⱴc
= 0,590 – 0,5 = 0,090 Mpa
Kebutuhan jarak tumpuan tulangan sengkang

y= = = 228,81 mm

b.x. y 150 x228,81


As min = = = 47,67 mm2
3xfy 3x 240

Øvs. 0,090
Aseng = xyxb= x228,81 x150 = 21,45 mm2
Øxfy 0,6 x240
Dipakai As min = 47,67 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)

S = d = 24,2 = 12,1 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –100 = 1570 mm2 >47,67 mm2=>“Memenuhi”

243
Dipakai sengkang pada tumpuan D10 – 100

Kebutuhan jarak lapangan tulangan sengkang

y= = = 228,81 mm

b.x. y 150 x228,81


As min = = = 47,67 mm2
3xfy 3x 240

Øvs. 0,090
Aseng = xyxb= x228,81 x150 = 21,45 mm2
Øxfy 0,6 x240
Dipakai As min = 47,67 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)

S = d = 24,2 = 12,1 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –150 = 1047 mm2 >47,67 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada lapangan D10 – 150

 Perhitungan Tulangan Akibat Torsi


Tu = 0,139KNm = 139000 N.mm

Ct =
4
=

= 0,0053
Gaya geser yang terjadi :
Vu = 3,264 KN = 3264 N
Momen torsi beton tanpa sengkang bersama gaya geser :
√ ∑
Tc =
√ ( )


=
√ ( )

= 1351350,74 N.mm
ØTc = 0,6 x 1351350,74
= 810810,444 N.mm

244
Syarat penggunaan tulangan torsi :
(TU < ØTc) maka dibutuhkan tulangan torsi.
Besar gaya torsi maksimum :
Ø Ts = ØTc – Tu
= 810810,444 - 139000
= 671810,444
Besar gaya torsi maksimum yang dapat ditahan sengkang
Ø Ts maks = 4 . ØTc
= 4 . 810810,444
= 3243241,776
Karena (Ø Ts < Ø Ts maks) syarat terpenuhi.
Untuk tulangan sengkang tertutup ;
bI = b – 2 (p + 0,5 . Ø tp)
= 150 – 2(40 + 0,5 . 10)
= 60 mm
hI = h – 2 (p + 0,5 . Ø tp)
= 300– 2(40 + 0,5 . 10)
= 210 mm
ɑ = 0,66 + 0,33 (h/b)
= 0,66 + 0,33 (300/150)
= 1,32
Tulangan torsi yang dibutuhkan ;
( )
At = .
( 444)
= . 4

= 151,47 mm
Dipilih tulangan memanjang 2D16
Atab = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 162
= 401,92 mm2

245
Atab= 401,92 mm2> At= 151,47 mm2
“Memenuhi”
Tabel 4.38 Perhitungan Penulangan Tumpuan Balok BA1

Tabel 4.39 Perhitungan Penulangan Lapangan Balok BA1

246
Tabel 4.40 Perhitungan Penulangan Geser Balok BA1

Tabel 4.41 Perhitungan Penulangan Torsi Balok BA1

247
Gambar 4.96 Penulangan Balok BA1

6. Balok BA2 (15 x 20 cm) Lantai 1


Panjang balok (L) = 2000 mm
Lebar balok (b) = 150 mm
Tinggi balok (h) = 200 mm
Tebal penutup beton ( ) = 40 mm
Diameter tulangan utama = D16 mm
Diameter tulangan sengkang = D10 mm
Fc = 25 Mpa
Fy = 240 Mpa (tulangan pokok)
Fy = 240 Mpa (tulangan sengkang)
Mu (+) = 1,723KNm
Mu (-) = 3,446KNm
Vu = 3,256 KN
Tu = 0,130KNm

248
tinggi efektif balok
Øtp
d = h – p – φseng -
2
= 20 – 4 – 1,0 – 0,8
= 14,2 cm = 0,142 m

Rasio tulangan minimum


 min (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
4 4
 min = = 4
= 0,0058

Rasio tulangan seimbang (ρbalance)


 balance (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 10.4(3))
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 butir 12.2(7(3)) faktor β1 harus diambil sebesar 0,85
untuk beton dengan nilai kuat tekan f’c lebih kecil daripada atau sama dengan 30
MPa. Untuk beton dengan nilai kuat tekan diatas 30 MPa, β1 harus direduksi
seebesar 0,05 untuk setiap kerelebihan 7 MPa diatas 30 MPa, tetapi β1 tidak boleh
kurang dari 0,65.
Jadi, untuk f’c 25 MPa diambil β1 yaitu 0,85

( )

( )
= 0,054

Rasio tulangan maksimum


(Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
= 0,75 x
= 0,75 x 0,054
= 0,0405
(tabel 7, Gideon Kusuma)

249
 Tulangan Tumpuan

Misal tulangan pokok D16, tulangan sengkang D10, penutup beton= 4 cm


Mu (-) = 3,446KNm
Mu 3,446
= = 1139,33 kN/m2 (ditabel tidak ada)
bd 2
0,15 x0,142 2

 Dari data tabel didapat :


Mu
= 1100  = 0,0047
bd 2

Mu
= 1200  = 0,0051
bd 2

Interpolasi :

 int = 0,0047+ 1139,33  1100 x (0,0051– 0,0047)


1200  1100

= 0,0049

 min = 0,0058 >  int= 0,0049<  max = 0,0405


“Rasio tidak memenuhi syarat, maka digunakan  min”

Ata = ρ minx b x d

= 0,0058 x 15 x 14,2 = 1,2354 cm2= 123,54 mm2

Dipilih tulangan tumpuan atas 2D16


Atab = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 162
= 401,92 mm2
Atab= 401,92 mm2> Ata = 123,54 mm2
“Memenuhi”
Kontrol jarak b min
b min = 2 (p + φsk) + J tp x φTP + Pmin (J tp – 1)
= 2 (4 +1) + 2 x 1,6 + 1 (2 – 1)

250
= 14,2 cm < b = 15 cm ===>“memenuhi”

Tulangan tumpuan bawah dipakai 50% dari tulangan atas


Atb = 50% . As terpasang
= 50% . 401,92 = 200,96 mm2
Dipilih tulangan tumpuan bawah 2D 16
Atab = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 162
= 401,92 mm2
Atab= 401,92 mm2> Atb = 200,96 mm2
“Memenuhi”

 TulanganLapangan

Misal tulangan pokok D19, tulangan sengkang D10, penutup beton= 4 cm


Mu (+) = 1,723KNm
Mu 1,723
= = 569,67kN/m2 (ditabel tidak ada)
b.d 2
0,15 x0,142 2

 Dari data tabel didapat :


Mu
= 500  = 0,0021  c =0,028
bd 2 d

Mu
= 600  = 0,0025  c =0,034
bd 2 d

Interpolasi :

 int = 0,0021 + 569,67 - 500 x (0,0025 – 0,0021 )


600  500

= 0,0024

 min = 0,0058 >  int= 0,0024<  max = 0,0405


“Rasio tidak memenuhi syarat, maka digunakan  min”

251
Periksa nilai c terhadap ht
c 569,67 - 500
int = 0,028+ x (0,034 – 0,028)
d 600  500
= 0,032

c = c int x d = 0,032 x 14,2 = 0,46 cm


d

c = 0,46cm < ht = 12 cm

“garis netral didalam flens ==> c < ht, perhitungan dengan balok T”

Alap = ρminx b x d

= 0,0058 x 15 x 14,2 = 1,2354 cm2= 123,54 mm2

Dipilih tulangan lapangan bawah 2D16


Atab = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 162
= 401,92 mm2
Atab= 401,92 mm2> Alap = 123,54 mm2
“Memenuhi”
b min = 2 (p + φsk) + J tp x φTP + Pmin (J tp – 1)
= 2 (4 +1) + 2 x 1,6 + 1 (2 – 1)
= 14,2 cm < b = 15 cm ===>“memenuhi”

Tulangan atas lapangan dipakai 50% dari tulangan bawah


Alap = 50% . As terpasang
= 50% . 401,92 = 200,96 mm2
Dipilih tulangan lapangan atas 2D16
Alap = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 162
= 401,92 mm2
Atab= 401,92 mm2> Alap = 200,96 mm2
“Memenuhi”

252
 Perhitungan Tulangan Akibat Geser
Vu = 3,256 KN (Data SAP) = 3256 N
Untuk f’c = 25 Mpa diketahui Øⱴc = 1/6 x 0,6 x √
= 1/6 x 0,6 x √
= 0,5 MPa

(Buku Gideon, Tabel 8.2.a, hal. 115)


3256
ⱴua = Vu = = 0,552 MPa
bxd 150 x142
ⱴua = 0,552 Mpa > Øⱴc = 0,5 Mpa
“memenuhi syarat” ==> tulangan sengkang diperhitungkan
Øⱴs = ⱴua – Øⱴc
= 0,552 – 0,5 = 0,052 Mpa
Kebutuhan jarak tumpuan tulangan sengkang

y= = = 94,20 mm

b.x. y 150 x94,20


As min = = = 19,625 mm2
3xfy 3x 240

Øvs. 0,052
Aseng = xyxb= x94,20 x150 = 5,11 mm2
Øxfy 0,6 x240
Dipakai As min = 19,625 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)

S = d = 14,2 = 7,1 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –100 = 1570 mm2 >19,625 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada tumpuan D10 – 100

Kebutuhan jarak lapangan tulangan sengkang

y= = = 94,20 mm

b.x. y 150 x94,20


As min = = = 19,625 mm2
3xfy 3x 240

253
Øvs. 0,052
Aseng = xyxb= x94,20 x150 = 5,11 mm2
Øxfy 0,6 x240
Dipakai As min = 19,625 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)

S = d = 14,2 = 7,1 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –150 = 1047 mm2 >19,625 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada lapangan D10 – 150

 Perhitungan Tulangan Akibat Torsi


Tu = 0,130KNm = 130000 N.mm

Ct =
4
=

= 0,0047
Gaya geser yang terjadi :
Vu = 3,256 KN = 3256 N
Momen torsi beton tanpa sengkang bersama gaya geser :
√ ∑
Tc =
√ ( )


=
√ ( )

= 847635,20 N.mm
ØTc = 0,6 x 847635,20
= 508581,12 N.mm
Syarat penggunaan tulangan torsi :
(TU < ØTc) maka dibutuhkan tulangan torsi.
Besar gaya torsi maksimum :
Ø Ts = ØTc – Tu
= 508581,12 - 130000
= 378581,12

254
Besar gaya torsi maksimum yang dapat ditahan sengkang
Ø Ts maks = 4 . ØTc
= 4 . 508581,12
= 2034324,48
Karena (Ø Ts < Ø Ts maks) syarat terpenuhi.
Untuk tulangan sengkang tertutup ;
bI = b – 2 (p + 0,5 . Ø tp)
= 150 – 2(40 + 0,5 . 10)
= 60 mm
hI = h – 2 (p + 0,5 . Ø tp)
= 200– 2(40 + 0,5 . 10)
= 110 mm
ɑ = 0,66 + 0,33 (h/b)
= 0,66 + 0,33 (200/150)
= 1,1
Tulangan torsi yang dibutuhkan ;
( )
At = .
( )
= . 4

= 123,123 mm2
Dipilih tulangan memanjang 2D16
Atab = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 162
= 401,92 mm2
Atab= 401,92 mm2> At= 61,57 mm2
“Memenuhi”

255
Tabel 4.42 Perhitungan Penulangan Tumpuan Balok BA2

Tabel 4.43 Perhitungan Penulangan Lapangan Balok BA2

256
Tabel 4.44 Perhitungan Penulangan Geser Balok BA2

Tabel 4.45 Perhitungan Penulangan Torsi Balok BA2

257
Gambar 4.97 Penulangan Balok BA2

7. Balok BD (20 x 40 cm) Lantai Atap


Panjang balok (L) = 5000 mm
Lebar balok (b) = 200 mm
Tinggi balok (h) = 400 mm
Tebal penutup beton ( ) = 40 mm
Diameter tulangan utama = D19 mm
Diameter tulangan sengkang = D10 mm
Fc = 25 Mpa
Fy = 240 Mpa (tulangan pokok)
Fy = 240 Mpa (tulangan sengkang)
Mu (+) = 6,097KNm
Mu (-) = 12,194KNm
Vu = 12,466 KN
Tu = 0,0007 KNm

258
tinggi efektif balok
Øtp
d = h – p – φseng -
2
= 40 – 4 – 1,0 – 0,95
= 34,05 cm = 0,3405 m

Rasio tulangan minimum


 min (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
4 4
 min = = 4
= 0,0058

Rasio tulangan seimbang (ρbalance)


 balance (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 10.4(3))
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 butir 12.2(7(3)) faktor β1 harus diambil sebesar 0,85
untuk beton dengan nilai kuat tekan f’c lebih kecil daripada atau sama dengan 30
MPa. Untuk beton dengan nilai kuat tekan diatas 30 MPa, β1 harus direduksi
seebesar 0,05 untuk setiap kerelebihan 7 MPa diatas 30 MPa, tetapi β1 tidak boleh
kurang dari 0,65.
Jadi, untuk f’c 25 MPa diambil β1 yaitu 0,85

( )

( )
= 0,054

Rasio tulangan maksimum


(Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
= 0,75 x
= 0,75 x 0,054
= 0,0405
(tabel 7, Gideon Kusuma)

259
 Tulangan Tumpuan

Misal tulangan pokok D19, tulangan sengkang D10, penutup beton= 4 cm


Mu (-) = 12,194KNm
Mu 12,194
= = 525,87 kN/m2 (ditabel tidak ada)
bd 2
0,20 x0,3405 2

 Dari data tabel didapat :


Mu
= 500  = 0,0021
bd 2

Mu
= 600  = 0,0025
bd 2

Interpolasi :

 int = 0,0021+ 525,87  500 x (0,0025– 0,0021)


600  500

= 0,0022

 min = 0,0058 >  int= 0,0022<  max = 0,0405


“Rasio tidak memenuhi syarat, maka digunakan  min”
Ata = ρminx b x d

= 0,0058 x 20 x 34,05 = 3,9498 cm2= 394, 98 mm2

Dipilih tulangan tumpuan atas 3D19


Atab = 3 . 1/4 . π . D2
= 3 . ¼ . 3,14 . 192
= 850,155 mm2
Atab= 850,155 mm2> Ata = 394, 98 mm2
“Memenuhi”
Kontrol jarak b min
b min = 2 (p + φsk) + J tp x φTP + Pmin (J tp – 1)
= 2 (4 +1) + 3 x 1,9 + 1 (3 – 1)
= 17,7 cm < b = 20 cm ===>“memenuhi”

260
Tulangan tumpuan bawah dipakai 50% dari tulangan atas
Atb = 50% . As terpasang
= 50% . 850,155 = 425,08 mm2
Dipilih tulangan tumpuan bawah 2D19
Atab = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 192
= 566,77 mm2
Atab= 566,77 mm2> Atb = 425,08 mm2
“Memenuhi”

 Tulangan Lapangan

Misal tulangan pokok D19, tulangan sengkang D10, penutup beton= 4 cm


Mu (+) = 6,097KNm
Mu 6,097
= = 262,94kN/m2 (ditabel tidak ada)
b.d 2
0,20 x0,3405 2

 Dari data tabel didapat :


Mu
= 200  = 0,0008  c =0,011
bd 2 d

Mu
= 300  = 0,0013  c =0,017
bd 2 d

Interpolasi :

 int = 0,0008 + 262,94 - 200 x (0,0013 – 0,0008)


300  200

= 0,0011

 min = 0,0058 >  int= 0,0011<  max = 0,0405


“Rasio tidak memenuhi syarat, maka digunakan  min”
Periksa nilai c terhadap ht
c 262,94 - 200
int = 0,011 + x (0,017– 0,011)
d 300  200

261
= 0,015

c = c int x d = 0,015 x 34,05 = 0,51cm


d

c = 0,51cm < ht = 12 cm

“garis netral didalam flens ==> c < ht, perhitungan dengan balok T”

Alap = ρminx b x d

= 0,0058 x 20 x 34,05 = 3,9498 cm2= 394,98 mm2

Dipilih tulangan lapangan bawah 3D19


Atab = 3 . 1/4 . π . D2
= 3 . ¼ . 3,14 . 192
= 850,155 mm2
Atab= 850,155 mm2> Alap = 394,98 mm2
“Memenuhi”

Kontrol jarak b min


b min = 2 (p + φsk) + J tp x φTP + Pmin (J tp – 1)
= 2 (4 +1) + 3 x 1,9 + 1 (3 – 1)
= 17,7 cm < b = 20 cm ===>“memenuhi”

Tulangan atas lapangan dipakai 50% dari tulangan bawah


Alap = 50% . As terpasang
= 50% . 850,155 = 425,08 mm2
Dipilih tulangan lapangan atas 2D19
Alap = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 192
= 566,77 mm2
Atab= 566,77 mm2> Alap = 425,08 mm2
“Memenuhi”

262
 Perhitungan Tulangan Akibat Geser
Vu = 12,466 KN (Data SAP) = 12466 N
Untuk f’c = 25 Mpa diketahui Øⱴc = 1/6 x 0,6 x √
= 1/6 x 0,6 x √
= 0,5 MPa

(Buku Gideon, Tabel 8.2.a, hal. 115)


12466
ⱴua = Vu = = 0,583 MPa
bxd 200 x340,5
ⱴua = 0,583 Mpa > Øⱴc = 0,5 Mpa
“memenuhi syarat” ==> tulangan sengkang diperhitungkan
Øⱴs = ⱴua – Øⱴc
= 0,583 – 0,5 = 0,083 Mpa
Kebutuhan jarak tumpuan tulangan sengkang

y= = = 355,9 mm

b.x. y 200 x355,9


As min = = = 98,86 mm2
3xfy 3x 240

Øvs. 0,083
Aseng = xyxb= x355,9 x200 = 41,03 mm2
Øxfy 0,6 x240
Dipakai As min = 98,86 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)

S = d = 34,05 = 17,025 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –100 = 1570 mm2 >98,86 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada tumpuan D10 – 100

Kebutuhan jarak lapangan tulangan sengkang

y= = = 355,9 mm

b.x. y 200 x355,9


As min = = = 98,86 mm2
3xfy 3x 240

263
Øvs. 0,083
Aseng = xyxb= x355,9 x200 = 41,03 mm2
Øxfy 0,6 x240
Dipakai As min = 111,91 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)

S = d = 34,05 = 17,025 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –150 = 1047 mm2 >98,86 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada lapangan D10 – 150

 Perhitungan Tulangan Akibat Torsi


Tu = 0,0007 KNm = 700 N.mm

Ct =
4
= 4

= 0,0043
Gaya geser yang terjadi :
Vu = 12,466 KN = 12466 N
Momen torsi beton tanpa sengkang bersama gaya geser :
√ ∑
Tc =
√ ( )

√ 4
=
√ ( )

= 130995,8 N.mm
ØTc = 0,6 x 3107198,658
= 78597,48 N.mm
Syarat penggunaan tulangan torsi :
(TU < ØTc) maka dibutuhkan tulangan torsi.
Besar gaya torsi maksimum :
Ø Ts = ØTc – Tu
= 78597,48 – 700
= 77897,48

264
Besar gaya torsi maksimum yang dapat ditahan sengkang
Ø Ts maks = 4 . ØTc
= 4 . 78597,48
= 314389,92
Karena (Ø Ts < Ø Ts maks) syarat terpenuhi.
Untuk tulangan sengkang tertutup ;
bI = b – 2 (p + 0,5 . Ø tp)
= 200 – 2(40 + 0,5 . 10)
= 110 mm
hI = h – 2 (p + 0,5 . Ø tp)
= 400– 2(40 + 0,5 . 10)
= 310 mm
ɑ = 0,66 + 0,33 (h/b)
= 0,66 + 0,33 (400/200)
= 1,32
Tulangan torsi yang dibutuhkan ;
( )
At = .
( 4 )
= . 4

= 10,095 mm2
Dipilih tulangan memanjang 2D19
Atab = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 192
= 566,77 mm2
Atab= 566,77 mm2> At= 45,8mm2
“Memenuhi”

265
Tabel 4.46 Perhitungan Penulangan Tumpuan Balok BD

Tabel 4.47 Perhitungan Penulangan Lapangan Balok BD

Tabel 4.48 Perhitungan Penulangan Geser Balok BD

266
Tabel 4.49 Perhitungan Penulangan Torsi Balok BD

Gambar 4.98 Penulangan Balok BD

267
8. Balok BDA (15 x 40 cm) Lantai Atap
Panjang balok (L) = 5000 mm
Lebar balok (b) = 150 mm
Tinggi balok (h) = 400 mm
Tebal penutup beton ( ) = 40 mm
Diameter tulangan utama = D19 mm
Diameter tulangan sengkang = D10 mm
Fc = 25 Mpa
Fy = 240 Mpa (tulangan pokok)
Fy = 240 Mpa (tulangan sengkang)
Mu (+) = 5,098KNm
Mu (-) = 0,279KNm
Vu = 0,014 KN
Tu = 0,033KNm

tinggi efektif balok


Øtp
d = h – p – φseng -
2
= 40 – 4 – 1,0 – 0,95
= 34,05 cm = 0,3405 m

Rasio tulangan minimum


 min (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
4 4
 min = = 4
= 0,0058

Rasio tulangan seimbang (ρbalance)


 balance (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 10.4(3))
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 butir 12.2(7(3)) faktor β1 harus diambil sebesar 0,85
untuk beton dengan nilai kuat tekan f’c lebih kecil daripada atau sama dengan 30
MPa. Untuk beton dengan nilai kuat tekan diatas 30 MPa, β1 harus direduksi

268
seebesar 0,05 untuk setiap kerelebihan 7 MPa diatas 30 MPa, tetapi β1 tidak boleh
kurang dari 0,65.
Jadi, untuk f’c 25 MPa diambil β1 yaitu 0,85

( )

( )
= 0,054

Rasio tulangan maksimum


(Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
= 0,75 x
= 0,75 x 0,054
= 0,0405
(tabel 7, Gideon Kusuma)

 Tulangan Tumpuan

Misal tulangan pokok D19, tulangan sengkang D10, penutup beton= 4 cm


Mu (-) = 0,279KNm
Mu 0,279
= = 16,05 kN/m2 (ditabel tidak ada)
bd 2
0,15 x0,3405 2

 Dari data tabel didapat :


Mu
=0  =0
bd 2

Mu
= 100  = 0,0004
bd 2

269
Interpolasi :

 int = 0 + 16,05  0 x (0,0004 – 0)


100  0

= 0,000064

 min = 0,0058 >  int= 0,000064<  max = 0,0405


“Rasio tidak memenuhi syarat, maka digunakan  min”

Ata = ρ minx b x d

= 0,0058 x 15 x 34,05 = 2,963 cm2= 296,3 mm2

Dipilih tulangan tumpuan atas 2D19


Atab = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 192
= 566,77 mm2
Atab= 566,77 mm2> Ata = 296,3 mm2
“Memenuhi”
Kontrol jarak b min
b min = 2 (p + φsk) + J tp x φTP + Pmin (J tp – 1)
= 2 (4 +1) + 2 x 1,9 + 1 (2 – 1)
= 14,8 cm < b = 15 cm ===>“memenuhi”

Tulangan tumpuan bawah dipakai 50% dari tulangan atas


Atb = 50% . As terpasang
= 50% . 566,77 = 283,385 mm2
Dipilih tulangan tumpuan bawah 2D19
Atab = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 192
= 566,77 mm2
Atab= 566,77 mm2> Atb = 283,385 mm2
“Memenuhi”

270
 Tulangan Lapangan

Misal tulangan pokok D19, tulangan sengkang D10, penutup beton= 4 cm


Mu (+) = 5,098KNm
Mu 5,098
= 2
= 293,14kN/m2 (ditabel tidak ada)
b.d 2 0,15 x0,3405

 Dari data tabel didapat :


Mu
= 200  = 0,0008  c =0,011
bd 2 d

Mu
= 300  = 0,0013  c =0,017
bd 2 d

Interpolasi :

 int = 0,0008 + 293,14 - 200 x (0,0013– 0,0008)


300  200

= 0,0012

 min = 0,0058 >  int= 0,0012<  max = 0,0405


“Rasio tidak memenuhi syarat, maka digunakan  min”
Periksa nilai c terhadap ht
c 293,14 - 200
int = 0,011+ x (0,017– 0,011)
d 300  200
= 0,016

c = c int x d = 0,016 x 34,05 = 0,5448 cm


d

c = 0,5448cm < ht = 12 cm

“garis netral didalam flens ==> c < ht, perhitungan dengan balok T”

Alap = ρminx b x d

= 0,0058 x 15 x 34,05 = 2,963 cm2= 296,3 mm2

Dipilih tulangan lapangan bawah 2D19

271
Atab = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 192
= 566,77 mm2
Atab= 566,77 mm2> Alap = 296,3 mm2
“Memenuhi”
b min = 2 (p + φsk) + J tp x φTP + Pmin (J tp – 1)
= 2 (4 +1) + 2 x 1,9 + 1 (2 – 1)
= 14,8 cm < b = 15 cm ===>“memenuhi”
Tulangan atas lapangan dipakai 50% dari tulangan bawah
Alap = 50% . As terpasang
= 50% . 566,77 = 283,385 mm2
Dipilih tulangan lapangan atas 2D19
Alap = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 192
= 566,77 mm2
Atab= 566,77 mm2> Alap = 283,385 mm2
“Memenuhi”
 Perhitungan Tulangan Akibat Geser
Vu = 0,014 KN (Data SAP) = 14 N
Untuk f’c = 25 Mpa diketahui Øⱴc = 1/6 x 0,6 x √
= 1/6 x 0,6 x √
= 0,5 MPa

(Buku Gideon, Tabel 8.2.a, hal. 115)


14
ⱴua = Vu = = 0,527 MPa
bxd 150 x340,5
ⱴua = 0,527 Mpa > Øⱴc = 0,5 Mpa
“memenuhi syarat” ==> tulangan sengkang diperhitungkan
Øⱴs = ⱴua – Øⱴc
= 0,527 – 0,5 = 0,027 Mpa

272
Kebutuhan jarak tumpuan tulangan sengkang

y= = = 128,1 mm

b.x. y 150 x128,1


As min = = = 26,69 mm2
3xfy 3x 240

Øvs. 0,027
Aseng = xyxb= x128,1x150 = 3,6 mm2
Øxfy 0,6 x240
Dipakai As min = 26,69 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)

S = d = 34,05 = 17,025 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –100 = 1570 mm2 >26,69 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada tumpuan D10 – 100

Kebutuhan jarak lapangan tulangan sengkang

y= = = 128,1 mm

b.x. y 150 x128,1


As min = = = 26,69 mm2
3xfy 3x 240

Øvs. 0,027
Aseng = xyxb= x128,1x150 = 3,6 mm2
Øxfy 0,6 x240
Dipakai As min = 26,69 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)

S = d = 34,05 = 17,025 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –150 = 1047 mm2 >26,69 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada lapangan D10 – 150

 Perhitungan Tulangan Akibat Torsi


Tu = 0,033KNm = 33000 N.mm

273
Ct =
4
= 4

= 0,0057
Gaya geser yang terjadi :
Vu = 0,014 KN = 14 N
Momen torsi beton tanpa sengkang bersama gaya geser :
√ ∑
Tc =
√ ( )

√ 4
=
√ ( )

= 2956315,92 N.mm
ØTc = 0,6 x 2956315,92
= 1773789,552 N.mm
Syarat penggunaan tulangan torsi :
(TU < ØTc) maka dibutuhkan tulangan torsi.
Besar gaya torsi maksimum :
Ø Ts = ØTc – Tu
= 1773789,552 - 33000
= 1740789,552
Besar gaya torsi maksimum yang dapat ditahan sengkang
Ø Ts maks = 4 . ØTc
= 4 . 1773789,552
= 7095158,208
Karena (Ø Ts < Ø Ts maks) syarat terpenuhi.
Untuk tulangan sengkang tertutup ;
bI = b – 2 (p + 0,5 . Ø tp)
= 150 – 2(40 + 0,5 . 10)
= 60 mm
hI = h – 2 (p + 0,5 . Ø tp)

274
= 400– 2(40 + 0,5 . 10)
= 310 mm
ɑ = 0,66 + 0,33 (h/b)
= 0,66 + 0,33 (400/150)
= 1,54
Tulangan torsi yang dibutuhkan ;
( )
At = .
( 4 )
= . 4 4

= 312,31 mm
Dipilih tulangan memanjang 2D19
Atab = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 192
= 566,77 mm2
Atab= 566,77 mm2> At= 312,31 mm2
“Memenuhi”

Tabel 4.50 Perhitungan Penulangan Tumpuan Balok BDA

275
Tabel 4.51 Perhitungan Penulangan Lapangan Balok BDA

Tabel 4.52 Perhitungan Penulangan Geser Balok BDA

Tabel 4.53 Perhitungan Penulangan Torsi Balok BDA

276
Gambar 4.99 Penulangan Balok BDA

9. Balok BR (20 x 40 cm) Lantai Atap


Panjang balok (L) = 5000 mm
Lebar balok (b) = 200 mm
Tinggi balok (h) = 400 mm
Tebal penutup beton ( ) = 40 mm
Diameter tulangan utama = D19 mm
Diameter tulangan sengkang = D10 mm
Fc = 25 Mpa
Fy = 240 Mpa (tulangan pokok)
Fy = 240 Mpa (tulangan sengkang)
Mu (+) = 25,292KNm
Mu (-) = 50,584KNm
Vu = 60,612 KN
Tu = 0,029 KNm

tinggi efektif balok

277
Øtp
d = h – p – φseng -
2
= 40 – 4 – 1,0 – 0,95
= 34,05 cm = 0,3405 m

Rasio tulangan minimum


 min (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
4 4
 min = = 4
= 0,0058

Rasio tulangan seimbang (ρbalance)


 balance (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 10.4(3))
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 butir 12.2(7(3)) faktor β1 harus diambil sebesar 0,85
untuk beton dengan nilai kuat tekan f’c lebih kecil daripada atau sama dengan 30
MPa. Untuk beton dengan nilai kuat tekan diatas 30 MPa, β1 harus direduksi
seebesar 0,05 untuk setiap kerelebihan 7 MPa diatas 30 MPa, tetapi β1 tidak boleh
kurang dari 0,65.
Jadi, untuk f’c 25 MPa diambil β1 yaitu 0,85

( )

( )
= 0,054
Rasio tulangan maksimum
(Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
= 0,75 x
= 0,75 x 0,054
= 0,0405
(tabel 7, Gideon Kusuma)

 Tulangan Tumpuan

Misal tulangan pokok D19, tulangan sengkang D10, penutup beton= 4 cm


Mu (-) = 50,584KNm

278
Mu 50,584
= = 2181,47 kN/m2 (ditabel tidak ada)
bd 2
0,20 x0,3405 2

 Dari data tabel didapat :


Mu
= 2000  = 0,0088
bd 2

Mu
= 2200  = 0,0097
bd 2

Interpolasi :

 int = 0,0088 + 2181,47  2000 x (0,0097– 0,0088)


2200  2000

= 0,0096

 min = 0,0058 <  int= 0,0096 <  max = 0,0405


“Rasio memenuhi syarat”
Ata = ρminx b x d

= 0,0058 x 20 x 34,05 = 3,9498 cm2= 394,98 mm2

Dipilih tulangan tumpuan atas 2D19


Atab = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 192
= 566,77 mm2
Atab= 566,77 mm2> Ata = 394,98mm2
“Memenuhi”
Kontrol jarak b min
b min = 2 (p + φsk) + J tp x φTP + Pmin (J tp – 1)
= 2 (4 +1) + 2 x 1,9 + 1 (2 – 1)
= 14,8 cm < b = 20 cm ===>“memenuhi”

Tulangan tumpuan bawah dipakai 50% dari tulangan atas


Atb = 50% . As terpasang

279
= 50% . 566,77 = 283,385 mm2
Dipilih tulangan tumpuan bawah 2D19
Atab = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 192
= 566,77 mm2
Atab= 566,77 mm2> Atb = 283,385 mm2
“Memenuhi”

 Tulangan Lapangan

Misal tulangan pokok D19, tulangan sengkang D10, penutup beton= 4 cm


Mu (+) = 25,292KNm
Mu 25,292
= = 1090,73kN/m2 (ditabel tidak ada)
b.d 2
0,20 x0,3405 2

 Dari data tabel didapat :


Mu
= 1000  = 0,0043  c = 0,057
bd 2 d

Mu
= 1100  = 0,0047  c
= 0,063
bd 2 d

Interpolasi :

 int = 0,0043+ 1090,73  1000 x (0,0047– 0,0043)


1100  1000

= 0,0046

 min = 0,0058 >  int= 0,0046<  max = 0,0405


“Rasio tidak memenuhi syarat, maka digunakan  min”
Periksa nilai c terhadap ht
c 1090,73  1000
int = 0,057 + x (0,063– 0,057)
d 1100  1000
= 0,062

280
c = c int x d = 0,062 x 34,05 = 2,11cm
d

c = 2,11cm < ht = 12 cm

“garis netral didalam flens ==> c < ht, perhitungan dengan balok T”

Alap = ρminx b x d

= 0,0058 x 20 x 34,05 = 3,9498 cm2= 394,98 mm2

Dipilih tulangan lapangan bawah 2D19


Atab = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 192
= 566,77 mm2
Atab= 566,77 mm2 > Alap = 394,98 mm2
“Memenuhi”
Kontrol jarak b min
b min = 2 (p + φsk) + J tp x φTP + Pmin (J tp – 1)
= 2 (2 +1) + 3 x 1,9 + 1 (2 – 1)
= 14,8 cm < b = 20 cm ===>“memenuhi”

Tulangan atas lapangan dipakai 50% dari tulangan bawah


Alap = 50% . As terpasang
= 50% . 566,77 = 283,385 mm2
Dipilih tulangan lapangan atas 2D19
Alap = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 192
= 566,77 mm2
Atab= 566,77 mm2> Alap = 283,385 mm2
“Memenuhi”
 Perhitungan Tulangan Akibat Geser
Vu = 60,612 KN (Data SAP) = 60612 N
Untuk f’c = 25 Mpa diketahui Øⱴc = 1/6 x 0,6 x √

281
= 1/6 x 0,6 x √
= 0,5 MPa

(Buku Gideon, Tabel 8.2.a, hal. 115)


60612
ⱴua = Vu = = 0,890 MPa
bxd 200 x340,5
ⱴua = 0,890 Mpa > Øⱴc = 0,5 Mpa
“memenuhi syarat” ==> tulangan sengkang diperhitungkan
Øⱴs = ⱴua – Øⱴc
= 0,890 – 0,5 = 0,390 Mpa
Kebutuhan jarak tumpuan tulangan sengkang

y= = = 1095,5 mm

b.x. y 200 x1095,5


As min = = = 304,3 mm2
3xfy 3x 240

Øvs. 0,390
Aseng = xyxb= x1095,5 x200 = 593,4 mm2
Øxfy 0,6 x240
Dipakai Aseng = 593,4 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)

S = d = 34,05 = 17,025 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –100 = 1570 mm2 >593,4 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada tumpuan D10 – 100

Kebutuhan jarak lapangan tulangan sengkang

y= = = 1095,5 mm

b.x. y 200 x1095,5


As min = = = 304,3 mm2
3xfy 3x 240

Øvs. 0,390
Aseng = xyxb= x1095,5 x200 = 593,4 mm2
Øxfy 0,6 x240
Dipakai Aseng = 593,4 mm2

282
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)

S = d = 34,05 = 17,025 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –150 = 1047 mm2 >593,4 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada lapangan D10 – 150

 Perhitungan Tulangan Akibat Torsi


Tu = 0,029 KNm = 29000 N.mm

Ct =
4
= 4

= 0,0043
Gaya geser yang terjadi :
Vu = 60,612 KN = 60612 N
Momen torsi beton tanpa sengkang bersama gaya geser :
√ ∑
Tc =
√ ( )

√ 4
=
√ ( )

= 381512,38 N.mm
ØTc = 0,6 x 381512,38
= 228907,428 N.mm
Syarat penggunaan tulangan torsi :
(TU < ØTc) maka dibutuhkan tulangan torsi.
Besar gaya torsi maksimum :
Ø Ts = ØTc – Tu
= 228907,428 – 29000
= 199907,428
Besar gaya torsi maksimum yang dapat ditahan sengkang
Ø Ts maks = 4 . ØTc
= 4 . 228907,428

283
= 915629,712
Karena (Ø Ts < Ø Ts maks) syarat terpenuhi.
Untuk tulangan sengkang tertutup ;
bI = b – 2 (p + 0,5 . Ø tp)
= 200 – 2(40 + 0,5 . 10)
= 110 mm
hI = h – 2 (p + 0,5 . Ø tp)
= 400– 2(40 + 0,5 . 10)
= 310 mm
ɑ = 0,66 + 0,33 (h/b)
= 0,66 + 0,33 (400/200)
= 1,32
Tulangan torsi yang dibutuhkan ;
( )
At = .
( 4 )
= . 4
2
= 25,90 mm
Dipilih tulangan memanjang 2D19
Atab = 2 . 1/4 . π . D2
= 2 . ¼ . 3,14 . 192
= 566,77 mm2
Atab= 566,77 mm2> At= 25,90 mm2
“Memenuhi”

284
Gambar 4.100 Penulangan Balok BR

4.6.7. Menghitung Tulangan Kolom


1. Kolom 40 x 70 cm (K1) Lantai 1
Ukuran Kolom = 400 x 700 mm
Diameter tulangan utama = D25 mm
Diameter tulangan sengkang = D13 mm
Selimut beton (p) = 40 mm
Mutu beton (Fc) = 25 Mpa
Mutu baja (Fy) = 240 Mpa
d = h – p – Øs - ⁄ ØD
= 700 – 40 – 13 – 12,5
= 634,5 mm
Pu = 1554,587 KN = 1554587 N
Mu1 = - 12,100 kNm = - 12100 Nm
Mu2 = 42,347 kNm = 42347 Nm
Vu = 8,562 kN = 8562 N
(Sumber : Perhitungan SAP 2000.v14 nilai terbesar)
Agr = 400 x 700 = 280000 mm2

285
Rasio tulangan minimum
 min (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
4 4
 min = = 4
= 0,0058

Rasio tulangan seimbang (ρbalance)


 balance (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 10.4(3))
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 butir 12.2(7(3)) faktor β1 harus diambil sebesar 0,85
untuk beton dengan nilai kuat tekan f’c lebih kecil daripada atau sama dengan 30
MPa. Untuk beton dengan nilai kuat tekan diatas 30 MPa, β1 harus direduksi
seebesar 0,05 untuk setiap kerelebihan 7 MPa diatas 30 MPa, tetapi β1 tidak boleh
kurang dari 0,65.
Jadi, untuk f’c 25 MPa diambil β1 yaitu 0,85

( )

( )
= 0,054

Rasio tulangan maksimum


(Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
= 0,75 x
= 0,75 x 0,054
= 0,0405
(tabel 7, Gideon Kusuma)

a. Perhitungan Tulangan Utama Kolom

et = Mu  42347  0,037 m = 37 mm
Pu 1554587

emin = 15 + 0,03 h = 15 + 0,03 x 700 = 36 mm

et > emin “ OK “

286
Sumbu vertical (K1)

Pu 1554587
K1 =   0,402
 * Agr * 0,85 * f ' c 0,65 * 280000 * 0,85 * 25

Sumbu horizontal (K2)


Pu et 1554587
K2 = x( )  x
37
 0,021
 * Agr * 0,85 * f ' c h 0,65 * 280000 * 0,85 * 25 700
Dari grafik didapat nilai (penulangan simetris 4 arah – gbr 6.2.C buku Gideon jilid
IV) r = 0,0001 untuk nilai β = 1,0

 =r.β
= 0,0001 x 1,0
= 0,0001
 min = 0,0058 >  = 0,0001 <  max = 0,0405
“Rasio tidak memenuhi syarat, maka digunakan  min”
Luasan tulangan yang diperlukan :
Ast =  min x Ag
= 0,0058 x 280000
= 1624 mm²
Dipilih tulangan 8D 25
As = 8 . 1/4 . π . D2
= 8 . ¼ . 3,14 . 252
= 3925 mm2
As= 3925 mm2> Ast = 1624 mm2
“Memenuhi”

b. Perhitungan Tulangan Geser Kolom


Vu = 8,562 KN = 8562 N
Pu = 1554,587 KN = 1554587 N
Pu √
Vc = (1  ). . b. d
14. Ag

287
1554587 √
= (1  ). . 400. 634,5
14. 280000
= 295376,3 N
Vu - Ø Vc
Vs =
Ø
8562 - 0,65. 295376,3
=
0,65
= -282203,99 N
Vs max = 2/3 . √ .b . d
= 2/3 . √ .400 . 634,5
= 846000 N
Karena Vs < 0, maka dipakai begel minimal dengan luas permeter panjang (y =
1000 mm)seperti berikut :
Kebutuhan jarak tumpuan tulangan sengkang
b.x. y 400 x1000
As min = = = 555,55 mm2
3xfy 3x 240

√ √ 4
Aseng = = = 520,83 mm2
4

Dipakai As min = 555,55 mm2


Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)

S = d = 63,45 = 31,725 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D13 –100 = 2655 mm2 >555,55 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada tumpuan D13 – 100

Kebutuhan jarak lapangan tulangan sengkang


b.x. y 400 x1000
As min = = = 555,55 mm2
3xfy 3x 240

√ √ 4
Aseng = = = 520,83 mm2
4

288
Dipakai As min = 555,55 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)

S = d = 63,45 = 31,725 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D13 –150 = 1771 mm2 >555,55 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada lapangan D13 – 150

Tabel 4.54 Perhitungan Penulangan Utama Kolom K1

Tabel 4.55 Perhitungan Penulangan Geser Kolom K1

289
Gambar 4.101 Penulangan Kolom K1

2. Kolom 40 x 60 cm (K2) Lantai 3


Ukuran Kolom = 400 x 600 mm
Diameter tulangan utama = D25 mm
Diameter tulangan sengkang = D13 mm
Selimut beton (p) = 40 mm
Mutu beton (Fc) = 25 Mpa
Mutu baja (Fy) = 240 Mpa
d = h – p – Øs - ⁄ ØD
= 600 – 40 – 13 – 12,5
= 534,5 mm
Pu = 1339,965 KN = 1339965 N
Mu1 = - 2,898 kNm = - 2898 Nm
Mu2 = 36,501 kNm = 36501 Nm
Vu = 2,342 kN = 2342 N
(Sumber : Perhitungan SAP 2000.v14 nilai terbesar)
Agr = 400 x 600 = 240000 mm2

Rasio tulangan minimum


 min (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))

290
4 4
 min = = 4
= 0,0058

Rasio tulangan seimbang (ρbalance)


 balance (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 10.4(3))
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 butir 12.2(7(3)) faktor β1 harus diambil sebesar 0,85
untuk beton dengan nilai kuat tekan f’c lebih kecil daripada atau sama dengan 30
MPa. Untuk beton dengan nilai kuat tekan diatas 30 MPa, β1 harus direduksi
seebesar 0,05 untuk setiap kerelebihan 7 MPa diatas 30 MPa, tetapi β1 tidak boleh
kurang dari 0,65.
Jadi, untuk f’c 25 MPa diambil β1 yaitu 0,85

( )

( )
= 0,054

Rasio tulangan maksimum


(Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
= 0,75 x
= 0,75 x 0,054
= 0,0405
(tabel 7, Gideon Kusuma)
a. Perhitungan Tulangan Utama Kolom

et = Mu  36501  0,037 m = 37 mm
Pu 1339965

emin = 15 + 0,03 h = 15 + 0,03 x 600 = 33 mm

et > emin “ OK “
Sumbu vertical (K1)

Pu 1339965
K1 =   0,404
 * Agr * 0,85 * f ' c 0,65 * 240000 * 0,85 * 25

291
Sumbu horizontal (K2)
Pu et 1339965
K2 = x( )  x
37
 0,02
 * Agr * 0,85 * f ' c h 0,65 * 240000 * 0,85 * 25 600
Dari grafik didapat nilai (penulangan simetris 4 arah – gbr 6.2.C buku Gideon jilid
IV) r = 0,0018 untuk nilai β = 1,0

 =r.β
= 0,0018 x 1,0
= 0,0018
 min = 0,0058 >  = 0,0018<  max = 0,0405
“Rasio tidak memenuhi syarat, maka digunakan  min”
Luasan tulangan yang diperlukan :
Ast =  min x Ag
= 0,0058 x 240000
= 1392 mm²
Dipilih tulangan 8D 25
As = 8 . 1/4 . π . D2
= 8 . ¼ . 3,14 . 252
= 3925 mm2
As= 3925 mm2> Ast = 1392 mm2
“Memenuhi”

b. Perhitungan Tulangan Geser Kolom


Vu = 2,342KN = 2342 N
Pu = 1339,965KN = 1339965 N
Pu √
Vc = (1  ). . b. d
14. Ag

1339965 √
= (1  ). . 400. 534,5
14. 240000
= 249219,38 N

292
Vu - Ø Vc
Vs =
Ø
2342 - 0,65. 249219,38
=
0,65
= -245616,30 N
Vs max = 2/3 . √ .b . d
= 2/3 . √ .400 . 534,5
= 712666,67 N
Karena Vs < 0, maka dipakai begel minimal dengan luas permeter panjang (y =
1000 mm) seperti berikut :
Kebutuhan jarak tumpuan tulangan sengkang
b.x. y 400 x1000
As min = = = 555,55 mm2
3xfy 3x 240

√ √ 4
Aseng = = = 520,83 mm2
4

Dipakai As min = 555,55 mm2


Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)

S = d = 53,45 = 26,725 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D13 –100 = 2655 mm2 >555,55 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada tumpuan D13 – 100

Kebutuhan jarak lapangan tulangan sengkang


b.x. y 400 x1000
As min = = = 555,55 mm2
3xfy 3x 240

√ √ 4
Aseng = = = 520,83 mm2
4

Dipakai As min = 555,55 mm2


Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)

293
S = d = 53,45 = 26,725 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D13 –150 = 1771 mm2 >555,55 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada lapangan D13 – 150

Tabel 4.56 Perhitungan Penulangan Utama Kolom K2

Tabel 4.57 Perhitungan Penulangan Geser Kolom K2

294
Gambar 4.102 Penulangan Kolom K2

3. Kolom 30 x 30 cm (K3) Lantai 1


Ukuran Kolom = 300 x 300 mm
Diameter tulangan utama = D19 mm
Diameter tulangan sengkang = D10 mm
Selimut beton (p) = 40 mm
Mutu beton (Fc) = 25 Mpa
Mutu baja (Fy) = 240 Mpa
d = h – p – Øs - ⁄ ØD
= 300 – 40 – 10 – 9,5
= 240,5 mm
Pu = 2,966 KN = 2966 N
Mu1 = 0 kNm = 0 Nm
Mu2 = 0,072 kNm = 72 Nm
Vu = 0 kN = 0N
(Sumber : Perhitungan SAP 2000.v14 nilai terbesar)
Agr = 300 x 300 = 90000 mm2

295
Rasio tulangan minimum
 min (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
4 4
 min = = 4
= 0,0058

Rasio tulangan seimbang (ρbalance)


 balance (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 10.4(3))
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 butir 12.2(7(3)) faktor β1 harus diambil sebesar 0,85
untuk beton dengan nilai kuat tekan f’c lebih kecil daripada atau sama dengan 30
MPa. Untuk beton dengan nilai kuat tekan diatas 30 MPa, β1 harus direduksi
seebesar 0,05 untuk setiap kerelebihan 7 MPa diatas 30 MPa, tetapi β1 tidak boleh
kurang dari 0,65.
Jadi, untuk f’c 25 MPa diambil β1 yaitu 0,85

( )

( )
= 0,054

Rasio tulangan maksimum


(Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
= 0,75 x
= 0,75 x 0,054
= 0,0405
(tabel 7, Gideon Kusuma)

a. Perhitungan Tulangan Utama Kolom

et = Mu  72  0,025 m = 25 mm
Pu 2966

emin = 15 + 0,03 h = 15 + 0,03 x 300 = 24 mm

et > emin “ OK “
Sumbu vertical (K1)

296
Pu 2966
K1 =   0,0024
 * Agr * 0,85 * f ' c 0,65 * 90000 * 0,85 * 25

Sumbu horizontal (K2)


Pu et 2966
K2 = x( )  x
25
 0,0002
 * Agr * 0,85 * f ' c h 0,65 * 90000 * 0,85 * 25 300
Dari grafik didapat nilai (penulangan simetris 4 arah – gbr 6.2.C buku Gideon jilid
IV) r = 0,0001 untuk nilai β = 1,0

 =r.β
= 0,0001 x 1,0
= 0,0001
 min = 0,0058 >  = 0,0001<  max = 0,0405
“Rasio tidak memenuhi syarat, maka digunakan  min”
Luasan tulangan yang diperlukan :
Ast =  min x Ag
= 0,0058 x 90000
= 522 mm²
Dipilih tulangan 4D 19
As = 4 . 1/4 . π . D2
= 4 . ¼ . 3,14 . 192
= 1133,54 mm2
As= 1133,54 mm2> Ast = 522 mm2
“Memenuhi”

b. Perhitungan Tulangan Geser Kolom


Vu = 0 KN = 0 N
Pu = Nu = 2,966 KN = 2966 N
Pu √
Vc = (1  ). . b. d
14. Ag

297
2966 √
= (1  ). . 300. 240,5
14. 90000
= 60266,53 N
Vu - Ø Vc
Vs =
Ø
0 - 0,65. 60266,53
=
0,65
= -60266,53 N
Vs max = 2/3 . √ .b . d
= 2/3 . √ .300 . 240,5
= 240500 N
Karena Vs < 0, maka dipakai begel minimal dengan luas permeter panjang (y =
1000 mm) seperti berikut :
Kebutuhan jarak tumpuan tulangan sengkang
b.x. y 300 x1000
As min = = = 416,67 mm2
3xfy 3x 240

√ √
Aseng = = = 390,625 mm2
4

Dipakai As min = 416,67 mm2


Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)

S = d = 24,05 = 12,025 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –100 = 1570 mm2 >416,67 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada tumpuan D10 – 100

Kebutuhan jarak lapangan tulangan sengkang


b.x. y 300 x1000
As min = = = 416,67 mm2
3xfy 3x 240

√ √
Aseng = = = 390,625 mm2
4

298
Dipakai As min = 416,67 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)

S = d = 24,05 = 12,025 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –150 = 1047 mm2 >416,67 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada lapangan D10 – 150

Gambar 4.103 Penulangan Kolom K3

4. Kolom 30 x 50 cm (K4) Lantai 1


Ukuran Kolom = 300 x 500 mm
Diameter tulangan utama = D19 mm
Diameter tulangan sengkang = D10 mm
Selimut beton (p) = 40 mm
Mutu beton (Fc) = 25 Mpa
Mutu baja (Fy) = 240 Mpa
d = h – p – Øs - ⁄ ØD
= 500 – 40 – 10 – 9,5
= 440,5 mm

299
Pu = 40,356 KN = 40356 N
Mu1 = - 24,886 kNm = - 24886 Nm
Mu2 = 3,479 kNm = 3479 Nm
Vu = 46,997 kN = 46997 N
(Sumber : Perhitungan SAP 2000.v14 nilai terbesar)
Agr = 300 x 500 = 150000 mm2
Rasio tulangan minimum
 min (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
4 4
 min = = 4
= 0,0058

Rasio tulangan seimbang (ρbalance)


 balance (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 10.4(3))
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 butir 12.2(7(3)) faktor β1 harus diambil sebesar 0,85
untuk beton dengan nilai kuat tekan f’c lebih kecil daripada atau sama dengan 30
MPa. Untuk beton dengan nilai kuat tekan diatas 30 MPa, β1 harus direduksi
seebesar 0,05 untuk setiap kerelebihan 7 MPa diatas 30 MPa, tetapi β1 tidak boleh
kurang dari 0,65.
Jadi, untuk f’c 25 MPa diambil β1 yaitu 0,85

( )

( )
= 0,054
Rasio tulangan maksimum
(Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
= 0,75 x
= 0,75 x 0,054
= 0,0405
(tabel 7, Gideon Kusuma)

300
a. Perhitungan Tulangan Utama Kolom

et = Mu  3479  0,086 m = 86 mm
Pu 40356

emin = 15 + 0,03 h = 15 + 0,03 x 500 = 30 mm

et > emin “ OK “
Sumbu vertical (K1)

Pu 40356
K1 =   0,02
 * Agr * 0,85 * f ' c 0,65 *150000 * 0,85 * 25

Sumbu horizontal (K2)


Pu et 40356
K2 = x( )  x
86
 0,0035
 * Agr * 0,85 * f ' c h 0,65 *150000 * 0,85 * 25 500
Dari grafik didapat nilai (penulangan simetris 4 arah – gbr 6.2.C buku Gideon jilid
IV) r = 0,004 untuk nilai β = 1,0

 =r.β
= 0,004 x 1,0
= 0,004
 min = 0,0058 >  = 0,004<  max = 0,0405
“Rasio tidak memenuhi syarat, maka digunakan  min”
Luasan tulangan yang diperlukan :
Ast =  min x Ag
= 0,0058 x 150000
= 870 mm²
Dipilih tulangan 4D 19
As = 4 . 1/4 . π . D2
= 4 . ¼ . 3,14 . 192
= 1133,54 mm2
As= 1133,54 mm2> Ast = 870 mm2
“Memenuhi”

301
b. Perhitungan Tulangan Geser Kolom
Vu = 46,997 KN = 46997 N
Pu = Nu = 40,356 KN = 40356 N
Pu √
Vc = (1  ). . b. d
14. Ag

40356 √
= (1  ). . 300. 440,5
14.150000
= 112241,29 N
Vu - Ø Vc
Vs =
Ø
46997 - 0,65.112241,29
=
0,65
= -39938,2 N
Vs max = 2/3 . √ .b . d
= 2/3 . √ .300 . 440,5
= 440500 N
Karena Vs < 0, maka dipakai begel minimal dengan luas permeter panjang (y =
1000 mm) seperti berikut :
Kebutuhan jarak tumpuan tulangan sengkang
b.x. y 300 x1000
As min = = = 416,67 mm2
3xfy 3x 240

√ √
Aseng = = = 390,625 mm2
4

Dipakai As min = 416,67 mm2


Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)

S = d = 44,05 = 22,025 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –100 = 1570 mm2 >416,67 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada tumpuan D10 – 100

302
Kebutuhan jarak lapangan tulangan sengkang
b.x. y 300 x1000
As min = = = 416,67 mm2
3xfy 3x 240

√ √
Aseng = = = 390,625 mm2
4

Dipakai As min = 416,67 mm2


Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)

S = d = 44,05 = 22,025 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –150 = 1047 mm2 >416,67 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada lapangan D10 – 150

Gambar 4.104 Penulangan Kolom K4

5. Kolom 25 x 25 cm (KT) Lantai 1


Ukuran Kolom = 250 x 250 mm
Diameter tulangan utama = D19 mm
Diameter tulangan sengkang = D13 mm
Selimut beton (p) = 40 mm
Mutu beton (Fc) = 25 Mpa
Mutu baja (Fy) = 240 Mpa

303
d = h – p – Øs - ⁄ ØD
= 250 – 40 – 13 – 9,5
= 187,5 mm
Pu = 26,294 KN = 26294 N
Mu1 = - 0,981 kNm = - 981 Nm
Mu2 = 9,720 kNm = 9720 Nm
Vu = 3,405 kN = 3405 N
(Sumber : Perhitungan SAP 2000.v14 nilai terbesar)
Agr = 250 x 250 = 62500 mm2

Rasio tulangan minimum


 min (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
4 4
 min = = 4
= 0,0058

Rasio tulangan seimbang (ρbalance)


 balance (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 10.4(3))
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 butir 12.2(7(3)) faktor β1 harus diambil sebesar 0,85
untuk beton dengan nilai kuat tekan f’c lebih kecil daripada atau sama dengan 30
MPa. Untuk beton dengan nilai kuat tekan diatas 30 MPa, β1 harus direduksi
seebesar 0,05 untuk setiap kerelebihan 7 MPa diatas 30 MPa, tetapi β1 tidak boleh
kurang dari 0,65.
Jadi, untuk f’c 25 MPa diambil β1 yaitu 0,85

( )

( )
= 0,054

Rasio tulangan maksimum


(Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
= 0,75 x

304
= 0,75 x 0,054
= 0,0405
(tabel 7, Gideon Kusuma)

a. Perhitungan Tulangan Utama Kolom

et = Mu  9720  0,370 m = 370 mm


Pu 26294

emin = 15 + 0,03 h = 15 + 0,03 x 250 = 22,5 mm

et > emin “ OK “
Sumbu vertical (K1)

Pu 26294
K1 =   0,03
 * Agr * 0,85 * f ' c 0,65 * 62500 * 0,85 * 25

Sumbu horizontal (K2)


Pu et 26294
K2 = x( )  x
370
 0,05
 * Agr * 0,85 * f ' c h 0,65 * 62500 * 0,85 * 25 250
Dari grafik didapat nilai (penulangan simetris 4 arah – gbr 6.2.C buku Gideon jilid
IV) r = 0,006 untuk nilai β = 1,0

 =r.β
= 0,006 x 1,0
= 0,006
 min = 0,0058 >  = 0,006<  max = 0,0405
“Rasio tidak memenuhi syarat, maka digunakan  min”
Luasan tulangan yang diperlukan :
Ast =  min x Ag
= 0,0058 x 62500
= 362,5 mm²
Dipilih tulangan tumpuan bawah 4D 19
As = 4 . 1/4 . π . D2

305
= 4 . ¼ . 3,14 . 192
= 1133,54 mm2
As= 1133,54 mm2> Ast = 362,5 mm2
“Memenuhi”

b. Perhitungan Tulangan Geser Kolom


Vu = 3,405KN = 3405 N
Pu = Nu = 26,294 KN = 26294 N
Pu √
Vc = (1  ). . b. d
14. Ag

26294 √
= (1  ). . 250. 187,5
14. 62500
= 40236,4 N
Vu - Ø Vc
Vs =
Ø
3405 - 0,65. 40236,4
=
0,65
= -34997,9 N
Vs max = 2/3 . √ .b . d
= 2/3 . √ . 250. 187,5
= 156250 N
Karena Vs < 0, maka dipakai begel minimal dengan luas permeter panjang (y =
1000 mm) seperti berikut :
Kebutuhan jarak tumpuan tulangan sengkang
b.x. y 250 x1000
As min = = = 347,22 mm2
3xfy 3x 240

√ √
Aseng = = = 325,52 mm2
4

Dipakai As min = 347,22 mm2


Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)

306
S = d = 18,75 = 9,375 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang Ø13 –100 = 2655 mm2 >347,22 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada tumpuan φ13 – 100

Kebutuhan jarak lapangan tulangan sengkang


b.x. y 250 x1000
As min = = = 347,22 mm2
3xfy 3x 240

√ √
Aseng = = = 325,52 mm2
4

Dipakai As min = 347,22 mm2


Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)

S = d = 18,75 = 9,375 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D13 –150 = 1771 mm2 >347,22 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada lapangan D13 – 150

Tabel 4.58 Perhitungan Penulangan Utama Kolom KT

307
Tabel 4.59 Perhitungan Penulangan Geser Kolom KT

Gambar 4.105 Penulangan Kolom KT

6. Kolom 20 x 40 cm (KL) Lantai 1


Ukuran Kolom = 200 x 400 mm
Diameter tulangan utama = D16 mmKL = 20 x 40cm
Diameter tulangan sengkang = D10 mm
Selimut beton (p) = 40 mm

308
Mutu beton (Fc) = 25 Mpa
Mutu baja (Fy) = 240 Mpa
d = h – p – Øs - ⁄ ØD
= 400 – 40 – 10 – 8
= 342 mm
Pu = 133,390 KN = 133390 N
Mu1 = -6,898 kNm = -6898 Nm
Mu2 = 7,942 kNm = 7942 Nm
Vu = 88,321 kN = 88321 N
(Sumber : Perhitungan SAP 2000.v14 nilai terbesar)
Agr = 200 x 400 + 200 x 200
= 120000 mm2

Rasio tulangan minimum


 min (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
4 4
 min = = 4
= 0,0058

Rasio tulangan seimbang (ρbalance)


 balance (Menurut SNI 03-2847-2002 butir 10.4(3))
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 butir 12.2(7(3)) faktor β1 harus diambil sebesar 0,85
untuk beton dengan nilai kuat tekan f’c lebih kecil daripada atau sama dengan 30
MPa. Untuk beton dengan nilai kuat tekan diatas 30 MPa, β1 harus direduksi
seebesar 0,05 untuk setiap kerelebihan 7 MPa diatas 30 MPa, tetapi β1 tidak boleh
kurang dari 0,65.
Jadi, untuk f’c 25 MPa diambil β1 yaitu 0,85

( )

( )
= 0,054

309
Rasio tulangan maksimum
(Menurut SNI 03-2847-2002 butir 12.3(3))
= 0,75 x
= 0,75 x 0,054
= 0,0405
(tabel 7, Gideon Kusuma)

a. Perhitungan Tulangan Utama Kolom

et = Mu  7942  0,060 m = 60 mm
Pu 133390

emin = 15 + 0,03 h = 15 + 0,03 x 400 = 27 mm

et > emin “ OK “
Sumbu vertical (K1)

Pu 133390
K1 =   0,08
 * Agr * 0,85 * f ' c 0,65 *120000 * 0,85 * 25

Sumbu horizontal (K2)


Pu et 133390
K2 = x( )  x
60
 0,012
 * Agr * 0,85 * f ' c h 0,65 *120000 * 0,85 * 25 400
Dari grafik didapat nilai (penulangan simetris 4 arah – gbr 6.2.C buku Gideon jilid
IV) r = 0,0002 untuk nilai β = 1,0

 =r.β
= 0,0002 x 1,0
= 0,0002
 min = 0,0058 >  = 0,0002<  max = 0,0405
“Rasio tidak memenuhi syarat, maka digunakan  min”
Luasan tulangan yang diperlukan :
Ast =  min x Ag
= 0,0058 x 120000

310
= 696 mm²
Dipilih tulangan tumpuan bawah 12D 16
As = 12 . 1/4 . π . D2
= 12 . ¼ . 3,14 . 162
= 2411,52 mm2
As= 2411,52 mm2> Ast = 696mm2
“Memenuhi”

b. Perhitungan Tulangan Geser Kolom


Vu = 88,321KN = 88321 N
Pu = Nu = 133,390 KN = 133390 N
Pu √
Vc = (1  ). . b. d
14. Ag

133390 √
= (1  ). . 200. 342
14.120000
= 61525,73 N
Vu - Ø Vc
Vs =
Ø
88321 - 0,65. 61525,73
=
0,65

= 74352,73 N
Vs max = 2/3 . √ .b . d
= 2/3 . √ .200. 342
= 228000 N
Karena Vs > 0, maka dipakai begel minimal dengan luas permeter panjang (y =
1000 mm) seperti berikut :
Kebutuhan jarak tumpuan tulangan sengkang
b.x. y 200 x1000
As min = = = 277,78 mm2
3xfy 3x 240

√ √
Aseng = = 4
= 260,42 mm2

311
Dipakai As min = 277,78 mm2
Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)

S = d = 34,2 = 17,1 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –100 = 1570 mm2 >277,78 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada tumpuan D10 – 100

Kebutuhan jarak lapangan tulangan sengkang


b.x. y 200 x1000
As min = = = 277,78 mm2
3xfy 3x 240

√ √
Aseng = = = 260,42 mm2
4

Dipakai As min = 277,78 mm2


Jarak sengkang yang disyaratkan (sengkang minimum)

S = d = 34,2 = 17,1 cm
2 2
Dipakai tulangan sengkang D10 –150 = 1047 mm2 >277,78 mm2=>“Memenuhi”
Dipakai sengkang pada lapangan D10 – 150

Tabel 4.60 Perhitungan Penulangan Utama Kolom KL

312
Tabel 4.61 Perhitungan Penulangan Geser Kolom KL

313
Gambar 4.106 Penulangan Kolom KL

314
4.7. Perencanaan Tangga
4.7.1. Perencanaan Dimensi Tangga
Dilihat dari fungsi dan kegunaan serta kondisi gedung atau elevasi antar lantai, maka
struktur bangunan gedung ini menggunakan tangga sebagai alternatif lain selain lift
sebagai transportasi vertikal. Perencanaan tangga harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut. Menurut Diktat Konstruksi Bangunan Sipil menurut Ir. Supriono :
1. Tangga dengan ukuran lebar minimal 1,10 m dapat dinaiki 1 orang.
2. Tangga dengan ukuran lebar minimal 1,30 m dapat dinaiki 2 orang bersamaan
secara berdampingan.
3. Tangga dengan ukuran lebar minimal 1,90 m dapat dinaiki 3 orang atau lebih.
a. Tangga
Semua tangga direncanakan menggunakan pelat miring sebagai ibu tangga.

2 x o + a = 61 – 65
dimana : o = optrade (langkah naik)
a = antrede (langkah datar)
digunakan : o = 17,4 cm
a = 30 cm
2 x 17,4 + 30 = 64,8 (ideal 61-65)
Sudut kemiringan tangga α :
17,4
tan α =  0,58 ; α = 30,11°
30
Sehingga didapatkan :
Jumlah optrade = 400 / 17,4 = 23 buah
Direncanakan : Tinggi antar lantai = 400 cm
Lebar tangga = 118,8 cm
Lebar Bordes = 150 cm
Panjang Bordes = 300 cm
Tinggi optrade (o) = 17,4 cm
Lebar antrede (a) = 30 cm
Kemiringan (α) = 30,11°
Tebal plat tangga diambil (ht) = 18 cm

h’ = ht + o / 2 cos α = 18 + 17,4 / 2 cos 30,11o = 25,53  26 cm

315
Maka ekivalen tebal anak tangga = 0.2553 – 0,18 = 0,0753

Gambar 4.106 Rencana Tangga


Sumber : Data Tugas Akhir (program Autocad)

4.7.2. Pembebanan Tangga


Pelat Tangga
 Beban Mati (WD)
Berat sendiri = 2400 x 0,18 x 1,188 = 513,216 kg/m’
Berat adukan = 21 x 1,188 = 24,948 kg/m’
Berat keramik = 24 x 1,188 = 28,512 kg/m’
WD = 566,676 kg/m’

316
 Beban Hidup (WL)  250 kg/m2
WL = 250 kg/m2 x 1,188 = 297 kg/m’

Pelat Bordes
 Beban Mati (WD)
Berat sendiri = 2400 x 0,20 x 1,188 = 570,24 kg/m’
Berat adukan = 21 x 1,188 = 24,948 kg/m’
Berat keramik = 24 x 1,188 = 28,512 kg/m’
WD = 623,7 kg/m’
 Beban Hidup (WL)  250 kg/m2
WL = 250 kg/m2 x 1,188 = 297 kg/m’

Analisa Momen pada tangga dilakukan dengan bantuan SAP2000 v.12. Beban yang
diperhitungkan yaitu beban mati akibat berat sendiri dan beban hidup orang untuk
tangga. Beban mati tidak dihitung manual maka pada SAP2000 dengan memasukkan
nilai 0 untuk self weight multiplier pada saat pembebanan (load case). Kombinasi
pembebanan yang diperhitungkan adalah : 1,2 DL + 1,6 LL

Dimana : DL : dead load (beban mati)

LL : live load (beban hidup)

317
Gambar 4.107 Pemodelan SAP Tangga
Sumber : Data Tugas Akhir (Program SAP)

Hasil bidang M dari SAP2000 sebagai berikut :


Tabel 4.62 Data Momen Hasil Pembebanan
JENIS PLAT M max Tumpuan (kN/m) Lapangan (kN/m)
Plat Tangga Arah X 15,39 8,05
Arah Y 16,14 7,4
Plat Bordes Arah X -27,14 -15,84
Arah Y -27,61 -10,53

318
4.7.3. Perhitungan Tulangan Tangga
Pelat Tangga

Tebal plat tangga (h) = 180 mm

Tebal selimut beton (p) = 40 mm

Ø tulangan (asumsi) = 16 mm

Mutu baja (fy) = 240 Mpa

Mutu beton (fc`) = 25 Mpa

Tebal Efektif
Øtp
d =h–p–φ-
2
= 18 – 4 – 1,6 – 0,5
= 11,9 cm

Pelat Bordes

Tebal plat tangga (h) = 180 mm

Tebal selimut beton (p) = 40 mm

Ø tulangan (asumsi) = 16 mm

Mutu baja (fy) = 240 Mpa

Mutu beton (fc`) = 25 Mpa

Tebal Efektif
Tebal plat bordes diambil = 20 cm

Øtp
d =h–p–φ-
2
= 20 – 4 – 1,6 – 0,5
= 14 cm

319
Pada halaman berikutnya terdapat perhitungan penulangan pelat tangga dan bordes
dengan menggunakan program excel 2010 :
Tabel 4.63 Data Hasil Penulangan Tangga

Tabel 4.64 Data hasil penulangan Bordes

320
Gambar 4.108 Detail Tangga
Sumber : Data Tugas Akhir (Program Autocad)

321
4.8. Perhitungan Lift

Lift adalah alat mekanis yang digunakan sebagai alat transportasi vertical antar
lantai. Pada gedung 5 lantai Rusunawa Universitas Negeri Semarang (Unnes)
menggunkan 1 lift.
4.8.1. Spesifikasi Lift

Gambar 4.109 Denah Lift

Sumber : Data Tugas Akhir (program Autocad)

322
Gambar 4.110 Pit Lift

Sumber : Data Tugas Akhir (program Autocad)

323
Gambar 4.111 Ruang Mesin Lift

Sumber : Data Tugas Akhir (program Autocad)

Tabel 4.65. Spesifikasi Lift Penumpang (Hyunday elevator)


Capacity Clear Car (cm) Hoistway (cm)
Opening (cm) Internal External 1 Car 2 Car Dept
Person Kg Op CA x CB AxB X1 X2 Y
17 1190 110 200 x 210 x 240 200 250
135 145

M/C Room (cm) M/C Room


1 Car 2 Car Dept Reaction (kg) Speed Overhead Pit M/C Room
MX1 MX2 MY R1 R2 (m/min) (OH) (PP) Height MH
(cm)
225 450 270 8000 3500 105 400 270 250

324
Sumber : Hyundai Corp

4.8.2. Perencanaan Konstruksi Lift

Pada gedung 5 lantai Rusunawa Universitas Negeri Semarang (Unnes)


direncanakan lift dengan kapasitas 17 orang.

4.8.3. Pembebanan Balok Pengatrol

Balok pengatrol digunakan sebagai tambahan saat proses menaikan mesin lift ke
lantai atap sebelum diletakkan pada balok perletakan mesin. Balok pengatrol mesin lift
direncanakan diatas lantai atap.

Balok pengatrol mesin menerima beban terpusat dari berat mesin lift sebesar 1190 kg.

4.8.4. Pembebanan Balok Perletakan

Balok perletakan digunakan sebagai tumpuan mesin lift yang berada pada lantai
atap. Balok perletakan mesin lift penumpang menerima reaksi (beban lift +
Muatannya).

1. Balok Perletakan Lift


Harga reaksi perletakan mesin lift adalah :
R1 = 8000 kg R2 = 3500 kg
Selanjutnya beban dibagi merata pada balok :
R1 = 8000 kg : 2 m = 4000 kg/m
2 x R2 = 2 x 3500 kg : 2 m = 3500 kg/m

4.8.5. Pembebanan Pelat Mesin


1. Pelat Mesin Lift
A. Beban Mati
Berat sendiri beton bertulang = 288 m x 2400 = 288 kg/m²
Berat spesi lapisan lantai = 0,03m x 2100 kg/m³ = 63 kg/m²
Berat keramik = 0,5 cm x 28 kg/m²/cm = 14 kg/m²
Total Pembebanan (WD) = 365 kg/m²
(Tabel 1, PPPURG 1987, Hal 5 dan 6)
B. Beban Hidup

325
Berat Mesin (WL) = 1150 kg : (2 x 2,5) = 230 kg/m²
C. Kombinasi Pemebebanan
Wu = 1,2 WD + 1,6 WL
= 1,2 (365) + 1,6 ( 230)
= 646 kg/m² 6,46 kN/m²
(Pasal 11.2.1, SNI -03 -2847 -2002, Hal 59)

4.8.6. Pembebanan Pelat Landasan


1. Pelat Landasan Lift
A. Beban Mati
Beban sendiri beton bertulang = 0,12 m x 2400 = 228 kg/m²
Berat spesi lapisan lantai = 0,03 m x 2100 kg/m²/cm = 63 kg/m²
Berat Waterproofing = 0,005 m x 14 kg/m²/cm = 7 kg/m²
Total Pembebanan (WD) = 358 kg/m²
B. Beban hidup
Pit lift (WL) = 14000 kg : (2 x 2,5) = 2800 kg/m²
C. Kombinasi Pembebanan
Wu = 1,2 WD + 1,6 WL
= 1,2 (358) + 1,6 (2800)
= 4909,6 kg/m² 49,096 kN/m²

4.9. Perhitungan Pondasi

4.9.1. Perencanaan Pondasi

326
Gambar 4.112 Denah Pondasi

Sumber : Data Tugas Akhir (program Autocad)

Dalam merencanakan suatu struktur bawah dari konstruksi bangunan dapat


digunakan beberapa macam tipe pondasi, pemilihan type pondasi didasarkan pada hal – hal
sebagai berikut : (sardjono, 1984)

1. Fungsi bangunan atas


2. Besarnya beban dan berat bangunan atas
3. Keadaan tanah dimana bangunan tersebut akan didirikan
4. Jumlah biaya yang dikeluarkan
Berdasarkan data tanah diketahui bahwa tanah keras terdapat pada kedalaman 2,5
m, dalam perencanaan gedung rusunawa ini digunakan pondasi sumuran, keuntungan
pemakaian pondasi sumuran, antara lain :
1. Pembangunannya tidak menyebabkan getaran dan penggembungan tanah, seperti
pada pemancangan pondasi tiang pancang.
2. Penggalian tidak menggangu tanah di sekitarnya.
3. Biaya pelaksanaan umumnya relative rendah, berhubung alat yang dipakai adalah
alat ringan.
4. Kondisi – kondisi tanah atau batu dasar sumuran sering dapat diperiksa dan diuji
secara fisik.
5. Alat gali tidak banyak menimbulkan suara.

327
4.9.2. Data Perencanaan Pondasi
Perencanaan pondasi pada struktur gedung Rusunawa Universitas Negeri Semarang
(Unnes) ini menggunakan pondasi sumuran dengan spesifikasi teknis sebagai berikut :
1. Type P1 :
- Mutu beton (f’c) = 17,5 MPa => Pondasi Sumuran
= 30 MPa => Pile Cap
- Mutu Baja (fy) = 240 MPa
- Diameter = 200 cm
- Kedalaman sumuran = 700 cm dari muka tanah
- Luas penampang (As) = 31400 cm²
- Keliling = 628 cm

2. Type P2 :
- Mutu beton (f’c) = 17,5 MPa => Pondasi Sumuran
= 30 MPa => Pile Cap
- Mutu Baja (fy) = 240 MPa
- Diameter = 100 cm
- Kedalaman sumuran = 700 cm dari muka tanah
- Luas penampang (As) = 7850 cm²
- Keliling = 314 cm

4.9.2.1.Gaya – Gaya dari Perhitungan Program SAP 2000.v14


Pembebanan struktur adalah sebagai berikut :
Beban Pada Pelat Atap
10. Beban mati (WD)
Lapisan kedap air = 0,05 x 200 = 10 Kg/m2
Berat plafond = 18 Kg/m2
Total pembebanan (WD) = 28 Kg/m2

11. Beban hidup (WL)


Beban hidup atap minimal = 100 Kg/m2
Total pembebanan (WL) = 100 Kg/m2
12. Beban air hujan (WR)

328
Berat air hujan = 0,1 x 1000 = 100 Kg/m2
Total pembebanan (WR) = 100 Kg/m2
Beban Pada Pelat Lantai
3. Beban mati (WD)
Berat spaci lantai = 0,03 x 1.800 = 54 Kg/m2
Penutup lantai = 24 Kg/m2
Berat plafond = 18 Kg/m2
Total pembebanan (WD) = 96 Kg/m2
4. Beban hidup (WL)
Beban hidup gedung = 250 Kg/m2 (PPURG 1987)
Total pembebanan (WL) = 250 Kg/m2
5. Beban Pada Balok Atap
Berat kuda-kuda = 1572 kg.m (data terlampir SAP 2000)
Total pembebanan (WD) = 1572 Kg/m2
6. Beban Pada Balok
Dinding pasangan batako = 200 Kg/m2 (dengan lubang) x 4 m = 800 Kg/m
Total pembebanan (WD) = 800 Kg/m2

Pembebanan pada Pondasi P1 dan P2 :


1. P1 : Dead = 28 + 96 + 1572 + 800 = 2496 Kg/m2
Live = 100 + 250 = 350 Kg/m2
Rain = 100 Kg/m2
2. P2 : Dead = 96 Kg/m2
Live = 100 + 250 = 350 Kg/m2
Rain = 100 Kg/m2

329
Gambar 4. 113 Beban Pada Pondasi P1
Sumber : Data Tugas Akhir (program SAP)

Gambar 4. 114 Beban Pada Pondasi P2


Sumber : Data Tugas Akhir (program SAP)

1. Beban Gempa (E)


Beban gempa pada balok induk dapat dilihat pada bagian sub – bab tentang
Perhitungan Spektrum Gempa.
Pemodelan Struktur menggunakan program SAP 2000

330
Gambar 4. 115 Input pada Program SAP Terhadap Respon Spectrum
Sumber : Data Tugas Akhir (program SAP)

Berdasarkan analisis program SAP 2000.14 akibat kombinasi pemebanan didapat


nilai gaya dalam terbesar terdapat pada P1 join 39 dan P2 join 7, adapun gaya dalam
tersebut :

1. P1 => PU = 270054,65 Kg = 270,055 Ton


VU = 794,56 Kg = 0,795 Ton
MUX = 7348,19 Kgm = 7,349 Tonm
MUY = 7597,25 Kgm = 7,598 Tonm
2. P2 => PU = 32799,36 Kg = 32,800 Ton
VU = 95,278 Kg = 0,096 Ton
MUX = 116,56 Kgm = 0,117 Tonm
MUY = 3860,095 Kgm = 3,861 Tonm

331
4.9.2.1.Interprestasi Hasil Pengujian lapangan
1. Data Pengujian SPT (Soil Penetration Test)
Dengan analisis perhitungan rata – rata nilai NSPT sampai dengan kedalaman 30
m dapat dilihat perhitungannya pada table 4.1.
Tabel 4. 66 Hasil Uji SPT
Kedalaman di (m) Nspt di/Nspt
0–2 2 60 0,03333
2 – 10 8 60 0,013333
10 – 12 2 37,5 0,05333
12 – 16 4 40 0,10000
16 – 20 4 52,5 0,07619
20 – 22 3 10 0,20000
22 – 24 3 18 0,11111
24 – 26 3 25 0,08000
26 30 4 27,5 0,14545
Jumlah 30 0,93274


N=
∑ 4

2. Data Tanah
Hasil test laboratorium yang berupa data properties tanah disajikan dalam
bentuk tabel berikut ini :
Tabel 4. 67 Properties Tanah
Lapisan Berat Tanah Sudut Gesek Kohesi
(kg/cm³) Dalam (˚) (kg/cm²)
Lapisan 1 1,13 25,35 0,2286
Lapisan 2 1,23 4,85 0,048

4.9.3. Perhitungan Pondasi


4.9.3.1. Perhitungan Kapasitas Dukung Tanah
1. Terzaghi
qu = 1,3cNc + poNq + 0,3yBNy
Keterangan :

332
qu = Daya dukung ultimit untuk pondasi memanjang (kg/cm²)
c = Kohesi (kg/cm²)
Df = Kedalaman pondasi yang tertanam didalam tanah (cm)
y = Berat volume tanah (kg/cm³)
po = Df.y = Tekanan overburden pada dasar pondasi (kg/cm²)
Nc, Nq, Ny = Faktor – faktor kapasitas dukung Terzaghi
B = Lebar pondasi (cm)
Untuk mendapatkan faktor – faktor kapasitas dukung Tarzaghi maka digunakan
tabel koefisien Terzaghi seperti pada tabel berikut :

Tabel 4. 68 Koefisien Terzaghi


Ф Nc Nq Ny Nc’ Nq’ Ny’
0 5,7 1,0 0,0 5,7 1 0
5 7,3 1,6 0,5 6,7 1,4 0,2
10 9,6 2,7 1,2 8 1,9 0,5
15 12,9 4,4 2,5 9,7 2,7 0,9
20 17,7 7,4 5,0 11,8 3,9 1,7
25 25,1 12,7 9,7 14,8 5,9 3,2
30 37,2 22,5 19,7 19 8,3 5,7
34 52,6 36,5 23,7 23,7 11,7 9
35 57,8 41,4 25,2 25,2 12,6 10,1
40 95,7 81,3 34,9 34,9 20,5 18,8
45 172,3 173,3 51,2 51,2 53,1 37,7
48 2258,3 287,9 66,8 66,8 50,5 60,4
50 347,6 415,1 81,3 81,3 65,6 87,1
Dari uji tanah yang dlakukan, diketahui bahwa sudut geser pada tanah dasar untuk
pondasi yaitu 4,85˚, maka koefisien dapat dicari interpolasi dari tabel:
4,85  0
Nc = 5,7 + x (7,3 – 5,7) = 7,26
50
4,85  0
Nq = 1,0 + x (1,6 – 1,0) = 1,59
50
4,85  0
Ny = 0,0 + x (0,5 – 0,0) = 0,49
50

333
po = Df.y
= 700 x 1,23
= 861 kg/cm²
Tipe P1
qu = 1,3cNc + poNq + 0,3yBNy
qu = 1,3 x 0,048 x 7,26 + 861 x 1,59 + 0,3 x 1,23 x 200 x 0,49
= 1405,605 kg/cm²
Qall =
4
=

= 468,535 kg/cm² = 4685,35 Ton/m²


Tahanan Aksial = 4685,35 x (0,25 x 2²) = 14711,999 Ton
Tipe P2
qu = 1,3cNc + poNq + 0,3yBNy
qu = 1,3 x 0,048 x 7,26 + 861 x 1,59 + 0,3 x 1,23 x 100 x 0,49
= 1387,524 kg/cm²
Qall =
4
=

= 462,508 kg/cm² = 4625,08 Ton/m²


Tahanan Aksial = 4625,08 x (0,25 x 1²) = 3630,688 Ton

2. Mayerhof
Menggunakan data SPT
Keterangan :
qu = 40.N.Ap + 0,2.N.As
qu = Daya dukung ultimit untuk pondasi memanjang (Ton)
N = Harga N-NSP pada dasar tiang
Ap = Luas penampang ujung tiang (m²)
N = Harga rata-rata N-NSP pada tiang
As = Luas selimut tiang (m²)

334
Tipe P1
qu = 40.N.Ap + 0,2.N.As
= 40 x 32,16 x 3,14 + 0,2 x 32,16 x 43,96
= 4322,047 Ton/m²
Qall =
4 4
=

= 1440,682 Ton/m²
Tahanan Aksial = 1440,682 x (0,25 x 2²) = 4523,742 Ton

Tipe P2
qu = 40.N.Ap + 0,2.N.As
= 40 x 32,16 x 0,785 + 0,2 x 32,16 x 21,96
= 1151,070 Ton/m²
Qall =

= 383,69 Ton/m²
Tahanan Aksial = 383,69 x (0,25 x 1²) = 301,197 Ton

3. Berdasarkan Kekuatan Bahan


qu = A x f’c + As x fy
qu = daya dukung batas pondasi (ton)
A = Luas penampang beton (cm²)
As = Luas tulangan (cm²)
f’c = Tegangan ijin beton (kg/cm²)
fy = Tegangan ijin tulangan (kg/cm²)
Tipe P1
qu = A x f’c + As x fy
= 3,14 x 175 + 43,96 x 2400
qu = 106053,5 kg 106,054 Ton
Qall =
4
=

335
= 35,351 Ton/m²
Tahanan Aksial = 35,351 x (0,25 x 2²) = 111,003 Ton

Tipe P2
qu = A x f’c + As x fy
= 0,785 x 175 + 21,96x 2400
qu = 52841,375 kg 52,842 Ton
Qall =
4
=

= 17,614 Ton/m²
Tahanan Aksial = 17,614 x (0,25 x 1²) = 13,827 Ton

Tabel 4. 69 Rekapitulasi Daya Dukung


Metode Tahanan Aksial Daya Tahanan Aksial Daya
Dukung P1 Dukung P2
(Ton) (Ton)
Metode Terzaghi 14711,999 3630,688
Metode Mayerhof 4523,742 301,197
Berdasarkan kekuatan bahan 111,003 13,827
Syarat Pu < Qult
Daya dukung diambil sebesar = P1 = 14711,999 Ton
P2 = 3630,688 Ton
Maka :
P1 => 270,055 Ton < 14711,999 Ton (syarat terpenuhi)
P2 => 32,800 Ton < 3630,688 Ton (syarat terpenuhi)

1. Penulangan Pile Cap


Penulangan Pile Cap Tipe P1
Direncanakan pile cap dengan lebar 2000 mm dan tebal pelat 1000 mm

336
Gambar 4. 116 Potongan Pile Cap P1
Sumber : Data Tugas Akhir (program Outocad)

Tabel 4. 70 Keterangan potongan Pile Cap P1

Direncanakan dimensi penampang pile cap Seperti pada Gambar 4.31., yaitu:
B = 2000 mm
H = 2000 mm
T = 1000 mm
Berat sendiri pile cap adalah :
W1 = yb + Vp = 2,4 x 2 x 2 x 1 = 9,6 Ton

337
Berat sendiri tiang adalah :
W2 = λb + Vt = 2,4 x 3,14 x 1² x 6 = 45,216 Ton
a. Kontrol Gaya yang Bekerja pada Pondasi
Pu = 270,055 Ton
Berat pile cap ( W1) = 9,6 Ton
Berat tiang ( W2) = 45,216 Ton
Σ Pv = Pu + W1 + W2
= 270,055 + 9,6 + 45,216
= 324,871 Ton
Pijin = Pall = Q all = 14711,999 Ton
Pijin = 14711,999 Ton Σ Pv = 423,871 Ton …………. (OK)

b. Kontrol Gaya Lateral (Metode Broms)


Diketahui :
V = 0,795 Ton
D = 2000 mm
Maka :
Momen inersia adalah :
4
Ip = D4 = x 20004 = 78,5x1010 mm4
4 4

Modulus elastisitas adalah :


Ep = 4700 √ = 4700 √ = 25742,97 N/mm²
Modulus reaksi subgrade (Terzaghi) adalah :
nh = 0,003 N/mm³
Faktor kekakuan adalah :
4
T= √ =√ = 5836,2 mm 5,837 m

Dari perhitungan diatas didapat :


L=6m
T = 5,525 m
L = 6 m > T = 5,837 m
Kohesi (undrained) dari percobaan triaxial compression test :
Cu = 0,13 ton/m²
Mmaks = 7,598 ton.m

338
= = 7,306

Gambar 4. 117 Grafik Broms Ultimate Lateral Resistance P1 (Das, 2004)

Dari nilai yang diperoleh, dimasukkan ke dalam grafik broms pada

Gambar 4.117 diatas dengan cara menarik garis tegak lurus, sehingga
didapatkan nilai

Gaya lateral ijin adalah :


= 7,306

Hu = 7,306 x 0,13 x 2² = 3,8 Ton


Ha = = Ton

Dari perhitungan diatas didapat H = 0,795 Ton < Ha = Ton, maka gaya
lateral yang terjadi masih memenuhi syarat batas aman.
c. Perhitungan Tulangan Pile Cap
Direncanakan:
Bx = 2000 mm f’c = 30 MPa p = 40 mm
By = 2000 mm
Dtulangan = 25 mm fy = 240 MPa t = 1000 mm

339
Tulangan arah –y :
Muy = 7,598 Ton.m = 75980000 Nmm
Rn = Fk x Muy =1,4 x 75980000 = 106372000 Nmm

tinggi efektif pile cap


Øtp
d = h – p – φseng -
2
= 100 – 4 – 1,6 – 0,8
= 93,6 cm = 936 mm

Rn = ( )= ( ) = 0,19
4
m= = = 9,42

Maka
a) Mencari rasio tulangan
( )( )
[ √ ]

( 4 )( )
[ √ ] = 0,0008
4 4

4 4
min =[ ]=* + = 0,0058
4

b =( )( ) ( )( ) = 0,065
4 4

maks = 0,75 x b= 0,75 x 0,065 = 0,049


Karena < min < maks maka yang digunakan adalah min = 0,0058
b) Luas tulangan yang dibutuhkan
Ast = min xbxd
= 0,0008 x 2000 x 936
= 1498 mm²
Digunakan tulangan D16-125 mm (As = 1608 mm²)
Digunakan tulangan D25-175 mm (As = 2805 mm²)

Tulangan arah –x :
Mux = 7,349 tonm = 73490000 Nmm
Rn = Fk x Mux = 1,4 x 73490000 = 102886000 Nmm

340
tinggi efektif pile cap
Øtp
d = h – p – φseng -
2
= 100 – 4 – 1,6 – 0,8
= 93,6 cm = 936 mm

Rn = ( )= ( ) = 0,18
4
m= = = 9,42

Maka
a) Mencari rasio tulangan
( )( )
[ √ ]

( 4 )( )
[ √ ] = 0,00075
4 4

4 4
min =[ ]=* + = 0,0058
4

b =( )( ) ( )( ) = 0,065
4 4

maks = 0,75 x b= 0,75 x 0,065 = 0,049


Karena < min < maks maka yang digunakan adalah min = 0,0058
b) Luas tulangan yang dibutuhkan
Ast = min xbxd
= 0,00075 x 2000 x 936
= 1404 mm²
Digunakan tulangan D16-125 mm (As = 1608 mm²)
Digunakan tulangan D25-175 mm (As = 2805 mm²)

341
Penulangan Pile Cap Tipe P2
Direncanakan pile cap dengan lebar 1000 mm dan tebal pelat 800 mm

Gambar 4. 118 Potongan Pile Cap P2


Sumber : Data Tugas Akhir (program Outocad)

Tabel 4. 71 Keterangan potongan Pile Cap P2

Direncanakan dimensi penampang pile cap Seperti pada Gambar 4.31., yaitu:
B = 1000 mm
H = 1000 mm
T = 800 mm
Berat sendiri pile cap adalah :
W1 = yb + Vp = 2,4 x 1 x 1 x 0,8 = 1,92 Ton

342
Berat sendiri tiang adalah :
W2 = λb + Vt = 2,4 x 3,14 x 0,5² x 6 = 11,304 Ton
a. Kontrol Gaya yang Bekerja pada Pondasi
Pu = 32,800 Ton
Berat pile cap ( W1) = 1,92 Ton
Berat tiang ( W2) = 11,304 Ton
Σ Pv = Pu + W1 + W2
= 32,800 + 1,92 + 11,304 = 46,024 Ton
Pijin = Pall = Q all = 3630,688Ton
Pijin = 3630,688 Ton Σ Pv = 46,024 Ton (OK)

b. Kontrol Gaya Lateral (Metode Broms)


Diketahui :
V = 0,096 Ton
D = 1000 mm
Maka :
Momen inersia adalah :
4
Ip = D4 = x 10004 = 4,9x1010 mm4
4 4

Modulus elastisitas adalah :


Ep = 4700 √ = 4700 √ = 25742,97 N/mm²
Modulus reaksi subgrade (Terzaghi) adalah :
nh = 0,003 N/mm³
Faktor kekakuan adalah :
4 4
T= √ =√ = 3347,7 mm 3,348 m

Dari perhitungan diatas didapat :


L = 6,2 m
T = 3,348 m
L = 6,2 m > T = 3,348 m
Kohesi (undrained) dari percobaan triaxial compression test :
Cu = 0,13 ton/m²
Mmaks = 3,861 ton.m

343
= = 29,7

Gambar 4. 119 Grafik Broms Ultimate Lateral Resistance P2 (Das, 2004)

Dari nilai yang diperoleh, dimasukkan ke dalam grafik broms pada

Gambar 4.119. diatas dengan cara menarik garis tegak lurus, sehingga
didapatkan nilai

Gaya lateral ijin adalah :


= 20,1

Hu = 20,1 x 0,13 x 1² = 2,613 Ton


Ha = = Ton

Dari perhitungan diatas didapat H = 0,096 Ton < Ha = Ton, maka gaya
lateral yang terjadi masih memenuhi syarat batas aman.
c. Perhitungan Tulangan Pile Cap
Direncanakan:
Bx = 1000 mm f’c = 30 MPa p = 40 mm
By = 1000 mm
Dtulangan = 25 mm fy = 240 MPa t = 800 mm
Tulangan arah –y :
Muy = 3,861 Ton.m = 38610000 Nmm
Rn = Fk x Muy =1,4 x 38610000 = 54054000 Nmm

344
tinggi efektif pile cap
Øtp
d = h – p – φseng -
2
= 80 – 4 – 1,6 – 0,8
= 73,6 cm = 736 mm

4 4
Rn = ( )= ( ) = 0,18
4
m= = = 9,42

Maka
c) Mencari rasio tulangan
( )( )
[ √ ]

( 4 )( )
[ √ ] = 0,0008
4 4

4 4
min =[ ]=* + = 0,0058
4

b =( )( ) ( )( ) = 0,065
4 4

maks = 0,75 x b= 0,75 x 0,065 = 0,049


Karena < min < maks maka yang digunakan adalah min = 0,0058
d) Luas tulangan yang dibutuhkan
Ast = min xbxd
= 0,0008 x 1000 x 736
= 589 mm²
Digunakan tulangan D16-125 mm (As = 1608 mm²)
Digunakan tulangan D19-175 mm (As = 1620 mm²)

Tu;angan arah –x :
Mux = 0,117 tonm = 1170000 Nmm
Rn = Fk x Mux = 1,4 x 1170000 = 1638000 Nmm

tinggi efektif pile cap


Øtp
d = h – p – φseng -
2
= 80 – 4 – 1,6 – 0,8

345
= 73,6 cm = 736 mm

Rn = ( )= ( ) = 0,006
4
m= = = 9,42

Maka
c) Mencari rasio tulangan
( )( )
[ √ ]

( 4 )( )
[ √ ] = 0,00003
4 4

4 4
min =[ ]=* + = 0,0058
4

b =( )( ) ( )( ) = 0,065
4 4

maks = 0,75 x b= 0,75 x 0,065 = 0,049


Karena < min < maks maka yang digunakan adalah min = 0,0058
d) Luas tulangan yang dibutuhkan
Ast = min xbxd
= 0,00003 x 1000 x 736
= 23 mm²
Digunakan tulangan D16-125 mm (As = 1608 mm²)
Digunakan tulangan D19-175 mm (As = 1620 mm²)

2. Penulangan Pondasi Sumuran


Penulangan Pondasi Sumuran Tipe P1
1. Penulangan Tulangan Longitudinal
Pmax = 270,055 Ton
Mmax = 7,598 Tonm

tinggi efektif pile cap


Øtp
d = h – p – φseng -
2
= 200 – 4 – 2,5 – 0,5
= 193 cm = 1930 mm

346
RL = 0,85 f’c = 0,85 x 17,5 = 14,875 N/mm2

Mn = = = 9,5x107 N/mm2

K = = = 0,00086
4

F =1–√ =1 √ = 0,00086
4 4
Fmax = = = 0,46
4

4
As = F x bd x = 0,00086 x 2000 x 1930 x = 206 mm2
4

Digunakan diameter tulangan 25 mm ( Ast = 491 mm2)


Kebutuhan tulangan = = ≈ 36 buah (Ast = 17676 mm2)
4

2. Penulangan Tulangan Geser


Panjang tiang (L) =6m
Diameter tiang (D) = 2000 mm
Kuat tekan beton (f’c) = 17,5 MPa
Tegangan baja leleh (fy) = 240 MPa
Gaya Aksial Ultimit (Pu) = 2700,55 kN
Momen Ultimit (Mu) = 75,98 kNm
Factor reduksi ( ) = 0,6
Tebal selimut beton = 40 mm
Gaya geser ultimit kibat momen
Vu = Mu/L
= = 12,67 kN

Gaya geser ultimit akibat gaya lateral


Vu = Vi
= kN
Diambil gaya geser ultimit (Vu) = kN
Luas penampang tiang
Ag = 0,25 x x D2
= 0,25 x 3,14 x 20002
= 3140000 mm2
Tebal aquivalen penampang
b =√ =√ = 1772 mm

347
Lebar equivalent penampang
b = h = 1772 mm
Tebal efektif
d = h – d’ = 1772 – 40 = 1732 mm
Kuat geser yang disumbangkan beton

Vc =( ) ( )
4


=( ) ( )
4 4

= 2271,3 kN
Vu < Vc (Ok), maka digunakan tulangan geser minimum


= 4

= 1,931

Digunakan tulangan D10 (As = 79 mm2)

Jumlah sengkang per meter = 1931 : 79 = 24 buah

Jarak sengkang = 1000 : 24 ≈ 50 mm

Digunakan tulangan sengkang 10-50 mm

348
Gambar 4. 120 Pondasi Sumuran P1
Sumber : Data Tugas Akhir (program Outocad)

Tabel 4. 72 Keterangan Pondasi Sumuran P1

349
Penulangan Pondasi Sumuran Tipe P2

1. Penulangan Tulangan Longitudinal


Pmax = 32,800 Ton
Mmax = 3,861 Tonm

tinggi efektif pile cap


Øtp
d = h – p – φseng -
2
= 100 – 4 – 1,9 – 0,5
= 93,6 cm = 936 mm

RL = 0,85 f’c = 0,85 x 17,5 = 14,875 N/mm2

Mn = = = 4,9x107 N/mm2
4
K = = = 0,0038
4

F =1–√ =1 √ = 0,0038
4 4
Fmax = = = 0,46
4

4
As = F x bd x = 0,0038 x 1000 x 936 x = 221 mm2
4

Digunakan diameter tulangan 19 mm ( Ast = 248 mm2)


Kebutuhan tulangan = = ≈ 24 buah (Ast = 5952 mm2)
4

2. Penulangan Tulangan Geser


Panjang tiang (L) = 6,2 m
Diameter tiang (D) = 1000 mm
Kuat tekan beton (f’c) = 17,5 MPa
Tegangan baja leleh (fy) = 240 MPa
Gaya Aksial Ultimit (Pu) = 328 kN
Momen Ultimit (Mu) = 38,61 kNm
Factor reduksi ( ) = 0,6
Tebal selimut beton = 40 mm
Gaya geser ultimit kibat momen
Vu = Mu/L
= = 6,23 kN

350
Gaya geser ultimit akibat gaya lateral
Vu = Vi
= kN
Diambil gaya geser ultimit (Vu) = kN
Luas penampang tiang
Ag = 0,25 x x D2
= 0,25 x 3,14 x 10002
= 785000 mm2
Tebal aquivalen penampang
b =√ =√ = 886 mm
Lebar equivalent penampang
b = h = 886 mm
Tebal efektif
d = h – d’ = 886 – 40 = 846 mm
Kuat geser yang disumbangkan beton

Vc =( ) ( )
4


=( ) ( )
4

= 538,2 kN
Vu < Vc (Ok), maka digunakan tulangan geser minimum


= 4

= 0,966

Digunakan tulangan D10 (As = 79 mm2)

Jumlah sengkang per meter = 966 : 79 ≈ 21 buah

Jarak sengkang = 1000 : 21 ≈ 50 mm

Digunakan tulangan sengkang 10-50 mm

351
Gambar 4. 121 Pondasi Sumuran P2
Sumber : Data Tugas Akhir (program Outocad)

Tabel 4. 72 Keterangan Pondasi Sumuran P2

352
353
BAB V

PENUTUP

Dalam menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir tentang perencanaan struktur


Gedung Rusunawa Universitas Negeri Semarang (Unnes) ini masih banyak kekurangan.
Hal ini terjadi karena keterbatasan pengalaman serta pengetahuan dalam bidang perencaan
struktur. Sehingga perlu adanya kritik saran untuk meningkatkan kualitas tugas akhir ini
pada tahun selanjutnya.
Penyusun telah berusaha untuk menyelesaikan laporan ini dengan menyesuaikan
kriteria – kriteria perencanaan struktur gedung sesuai dengan pedoman peraturan
perencanaan struktur yang berlaku. Untuk menambah referensi penyusun mengenai dasar
perencanaan struktur penyusun selalu mengadakan kegiatan bimbingan tugas akhir pada
dosen. Untuk dapat mengetahui , serta mengoreksi dari hasil laporan tugas akhir ini.
Dengan penyususnan laporan tugas akhir ini, penyusun dapat mengaplikasikan ilmu
teknik sipil yang diperoleh selama kuliah dari semester awal sampai semester akhir. Serta
sebagai modal awal penyusun untuk terjun dalam dunia kerja bidang Teknik Sipil. Dalam
bagian akhir, penyusun memberikan beberapa kesimpulan dan saran mengenai tugas akhir
perencanaan struktur Gedung Rusunawa Universitas Negeri Semarang (Unnes).

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil penulis dari hasil desain struktur yang telah
dibahas pada bab sebelumnya adalah sebagai berikut :

1. Suatu struktur bangunan yang kokoh dan kuat serta efisien memerlukan suatu
perencanaan struktur yang tepat dengan menggunakan peraturan – peraturan
perencanaan secara tepat dan benar.
2. Perhitungan tulangan pada struktur kolom, balok, plat lantai menggunakan SAP
2000 versi 14.
3. Dalam perencanaan dan perhitungan struktur tahan gempa sesuai dengan peraturan
perencanaan struktur tahan gempa (SNI Gempa 2012), seluruh elemen pada gedung dapat
dibentuk menjadi suatu kesatuan sistem struktur. Pelat Lantai berfungsi untuk menahan
beban gravitasi dan menyalurkan ke balok, sementara kolom - kolom berfungsi untuk
menahan beban lateral seperti beban gempa. Kedua sistem tersebut digabungkan dan

353
didesain terhadap beban gempa dengan menggunakan analisis desain respon spectrum
gempa.
4. Perhitungan struktur pondasi menggunakan perhitungan manual dengan data
sondir, dan penyelidikan tanah dari laboratorium Universitas Diponegoro, akan
tetapi untuk nilai momen, gaya aksial berdasarkan perhitungan SAP 2000 versi 14.
5. Hasil analisis perhitungan momen, gaya batang, gaya torsi, serta frekuensi getaran
gempa dapat dilihat dari print out SAP 2000 terlampir.

5.2. Saran
Penulis juga bermaksud memberikan saran yang berkaitan dengan perencanaan
struktur bangunan gedung kepada perencana struktur bangunan gedung khususnya rekan –
rekan mahasiswa teknik sipil.
1. Sebelum merencanakan suatu struktur bangunan gedung hendaknya dilalui dengan
study kelayakan agar pada perhitungan struktur nantinya dapat diperoleh hasil
perencanaan yang memuaskan baik dari segi biaya , mutu maupun waktu.
2. Seorang perencana struktur hendaknya selalu mengikuti perkembangan peraturan
dan pedoman – pedoman standart dalam perencanaan struktur, sehingga bangunan
yang dihasilkan nantinya selalu memenuhi persyaratan yang terbaru (up to date)
seperti dalam hal peraturan perencanaan struktur tahan gempa, standart
perencanaan struktur beton, dan sebagainya.
3. Mencari sumber buku yang lebih banyak untuk menambah wawasan pengetahuan
mengenai dasar – dasar untuk merencanakan sebuah struktur gedung.
4. Untuk mendapatkan hasil akurat perhitungan disarankan penyusun tugas akhir
sudah menguasi mengenai program SAP 2000 14.
5. Menggunakan tabel atau atau grafik pembebanan untuk struktur gedung yang masih
berlaku.
Dalam penyususnan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
penyusun meminta kritik serta saran untuk menyempurnakan tugas akhir untuk masa yang
akan datang. Demikian kesimpulan dan saran yang dapat diambil selama penyusunan
laporan ini, semoga dapat bermanfaat dan berkenan untuk semua pihak khususnya
mahasiswa jurusan Teknik Sipil.

354
DAFTAR PUSTAKA

PPPURG, 1987, Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung


(SKBI -1.3.53.1987, UDC:624.042), Departemen Pekerjaan Umum.

Ir. Sunggono, V. Buku Teknik Sipil, Jakarta : Nova

Vis, W. C. dan Kusuma, Gideon H. 1993. Grafik dan Tabel Perhitungan Beton
Bertulang, Jakarta : Erlangga

Pamungkas Anugrah dan Harianti Erny. Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa,
Yogyakarta : Andi

Badan Standarisasi Nasional. 2003. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002.

Badan Standarisasi Nasional. 2003. Tata Cara Perhitungan Struktur Baja untuk
Bangunan Gedung SNI 03-1729-2002.

Badan Standarisasi Nasional. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk


Bangunan Gedung dan Non Gedung SNI-1726-20012.

http://www.puskim.pu.go.id/desain_spektra_indonesia_2010/
PRINT OUT SAP2000
LEMBAR ASISTENSI

Anda mungkin juga menyukai