TUGAS BESAR
ANALISIS PERENCANAAN STRUKTUR MENGGUNAKAN SISTEM
STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK) DAN
DUAL SYSTEM (FRAME-WALL)
NRP : 10111910010030
KELAS :A
DOSEN PENGAJAR :
Prof. Ir. Muhammad Sigit Darmawan, M.Eng.Sc., Ph.D., IPM., ASEAN Eng.
Tujuan:
Melalui tugas ini mahasiswa diharapkan mampu menggunakan fasilitas yang terdapat di program SAP
2000 untuk melakukan analisa struktur dengan memakai sistem struktur rangka pemikul momen
khusus (SRPMK) dan Dual System (Frame-Wall). Mahasiswa diharapkan dapat
membandingkan perilakustruktur memakai kedua sistem struktur tersebut dan memberikan
rekomendasi sistem struktur yang terbaik diantara kedua sistem tsb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan Laporan Tugas Rekayasa Bangunan Gedung Tinggi. Laporan ini merupakan
tugas besar yang harus dipenuhi dari mata kuliah Rekayaasa Bangunan Gedung Tinggi
Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Rekayasa Pengelolaan dan Pemeliharaan Bangunan
Sipil.
Dalam menyelesaikan Laporan Tugas Rekayasa Bangunan Gedung Tinggi ini tidak lepas
dari bantuan, dukungan, dan perhatian berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
terima kasih kepada:
2. Ibu dan Ayah yang selalu berjuang dan mendukung untuk keberhasilan pendidikan
penulis hingga saat ini serta senantiasa selalu berdoa.
3. Bapak Prof. Ir. Muhammad Sigit Darmawan, M.Eng.Sc., Ph.D selaku dosen
pengampu mata kuliah Rekayasa Bangunan Gedung Tinggi yang telah memberikan
pembelajaran yang sangat berguna dalam progress pengerjaan laporan tugas ini.
Penulis
Gedung merupakan salah satu unsur penting dalam hal pengembangan suatu daerah. Dalam
pembangunan sebuah gedung harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan kondisi
lingkungan sekitar. Untuk itu perlu dilakukan perencanaan yang sesuai dengan fungsi gedung
dan wilayah yang akan dibangun serta harus menghitung berapa besar kebutuhan material yang
diperlukan. Salah satu jenis gedung adalah apartemen
Apartemen merupakan fasilitas hunian yang menunjang kebutuhan banyak orang sehingga
diperlukan perencanaan struktur dengan baik dan tepat serta sesuai dengan kebutuhan.
Diharapkan struktur apartemen mampu menahan beban-beban seperti beban gempa
dikarenakan Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap gempa. Oleh karena itu,
perencanaan struktur gedung juga harus efisien dengan struktur mampu menahan beban sesuai
dengan fungsi bangunan dan beban dari luar.
Pada tugas besar ini, akan dilakukan perencanaan structural gedung dengan beton bertulang
setinggi 8 lantai dengan menggunakan system struktur rangka pemikul momen khusus
(SRPMK) dan dual system (Frame-wall). Dan membandingkan perilaku struktur menggunakan
kedua system struktur tersebur dan merekomendasikan system struktur yang terbaik dari
keduanya
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut:
Tujuan dalam penulisan laporan Rekayasa Struktur Gedung Tinggi antara lain:
Manfaat yang diharapkan dari laporan Rekayasa Struktur Gedung Tinggi antara lain:
Menurut SNI 1726-2019, sistem rangka pemikul momen adalah sistem struktur rangka
yang elemen-elemen struktur dan sambungannya menahan beban-beban lateral melalui
mekanisme lentur. Dalam perencanaan bangunan gedung tahan gempa, telah ditetapkan dalam
Standar Nasional Indonesia Tata Cara Perencanaan Ketahan Gempa untuk Bangunan Gedung
(SNI 1726 – 2019), bahwa sistem rangka pemikul momen dibagi dalam 3 kelas yaitu:
Menurut SNI 1726-2019, sistem ganda adalah sistem struktur dengan rangka ruang
lengkap untuk memikul beban gravitasi, sedangkan tahanan terhadap gempa disediakan oleh
kombinasi sistem rangka pemikul momen dan dinding geser atau kombinasi sistem rangka
pemikul momen dan rangka bresing.
Dalam permodelan struktur bangunan ini perlu dilakukan input data material pada program
bantu SAP2000. Data yang dimasukkan antara lain yaitu data material elemen struktur beton
bertulang dan data material baja tulangan. Input data material dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
Dalam permodelan struktur bangunan ini perlu dilakukan input data material pada program
bantu SAP2000. Data beban terdiri dari beban gravitasi yang terdiri dari beban sendiri struktur,
beban hidup, beban mati tambahan, dan beban angin.
Dan aada juga beban kombinasi untuk metode ultimit struktur, komponen struktur dan
elemen fondasi harus dirancang sedemikian rupa hingga rencananya sama atau melebihi
pengaruh beban terfaktor. Berdasarakan SNI 1726 - 2019 Pasal 4.2.2.1, kombinasi pembebanan
terfaktor yaitu sebagai berikut:
a. 1.4D
b. 1D + 1L
c. 1.2D + 1.6L
d. 1.2D + 1.6L + 0.5Lr
Permodelan bangunan dirancang sebagai dual system (frame-wall). Model unformed shape
dengan 3D view struktur bangunan ini dapat dilihat seperti di bawah ini yang merupakan
capture picture dari program bantu SAP2000.
Nilai T (waktu getar alami struktur) dibatasi oleh waktu getar alami fundamental untuk
mencegah penggunaan struktur yang terlalu fleksibel dengan perumusan:
Ta = Ct x h_n^x
= 0.965
Taatas = Cu x Ta
Berdasarkan SNI 1726 tahun 2019 pasal 7.8.2, nilai koefisien Cu ditentukan seperti
dibawah ini:
Tmax = Ct x Tmin
= 1,4 x 0,965
= 1,351 detik
Berdasarkan SNI 1726:2019 Pasal 7.8.1.1, nilai koefisien respon seismic (Cs) dapat
Dimana:
a. Cs = koefisien respons seismic
b. Wt = berat seismic efektif
a. Nilai Cs
SDS = 0.645
R=8
Ie = 1
Karena nilai S1 didapatkan 0.565 dimana tidak sama dengan atau lebih besar dari
0.6g, maka nilai Cs harus tidak kurang dari:
𝐶s min = 0.04 SDS 𝐼e ≥ 0.01
𝐶s min = 0.04 × 0.645 × 1 ≥ 0.01
𝐶s min = 0.0284 ≥ 0.01
Untuk nilai T < TL, nilai Cs tidak perlu melebihi nilai berikut:
Cs max = 𝑆𝐷1𝑇 𝑥 𝑅𝐼
Cs max = 0.5651.188 𝑥 8𝐼
Cs max = 0,0678
Didapatkan kesimpulan bahwa Cs min < Cs max < Cs. maka, digunakan nilai Cs max
yaitu 0.067 untuk sumbu X dan 0.068 untuk sumbu Y.
Berdasarkan SNI 1726:2019 Pasal 7.9.1.4.1, apabila kombinasi respons untuk gaya
geser dasar hasil analisis ragam (Vt) kurang dari 100 % dari gaya geser (V) yang
dihitung melalui metode statik ekivalen, maka gaya tersebut harus dikalikan dengan
V/Vt. Berdasarakan hasil perhitungan didapatkan V/Vt < 1 sehingga diperlukan
pembesaran skala gempa.
Vtx ≥ 100% V
11583,076 ≥ 100% 11368,51039
11583,076 > 11368,51
Berdasarkan pada SNI 1726:2019 Pasal 7.9.1.1, Analisis harus dilakukan untuk
menentukan ragam getar alami untuk struktur. Analisis harus menyertakan jumlah ragam yang
cukup untuk mendapatkan partisipasi massa ragam terkombinasi sebesar 100 % dari massa
struktur. Sebagai alternatif, diizinkan untuk memasukkan jumlah ragam yang minimum untuk
mencapai massa ragam terkombinasi paling sedikit 90 % dari massa aktual dalam masing-
masing arah horizontal ortogonal dari respons yang ditinjau oleh model.
Berdasarkan hasil analisa pada SAP2000, didapatkan partisipasi massa sebagai berikut:
Berdasarkan SNI 1726 tahun 2019 pasal 7.12.1, simpangan antar tingkat izin harus
berdasarkan berikut ini:
Nilai T (waktu getar alami struktur) dibatasi oleh waktu getar alami fundamental untuk
mencegah penggunaan struktur yang terlalu fleksibel dengan perumusan:
Ta = Ct x h_n^x
= 0.610
Taatas = Cu x Ta
Berdasarkan SNI 1726 tahun 2019 pasal 7.8.2, nilai koefisien Cu ditentukan seperti
dibawah ini:
Berdasarkan SNI 1726:2019 Pasal 7.8.1.1, nilai koefisien respon seismic (Cs) dapat
Dimana:
a. Cs = koefisien respons seismic
b. Wt = berat seismic efektif
Untuk control gaya gempa dasar seismic ditentukan koefisien respon seismic (Cs)
berdasarkan SNI 1726 tahun 2019 Pasal 7.8.1.1 berikut ini:
a. Nilai Cs
SDS = 0.645
REKAYASA BANGUNAN GEDUNG TINGGI – VC 191841 | 25
R=7
Ie = 1
Karena nilai S1 didapatkan 0.565 dimana tidak sama dengan atau lebih besar dari
0.6g, maka nilai Cs harus tidak kurang dari:
𝐶s min = 0.04 SDS 𝐼e ≥ 0.01
𝐶s min = 0.04 × 0.645 × 1 ≥ 0.01
𝐶s min = 0.0284 ≥ 0.01
Untuk nilai T < TL, nilai Cs tidak perlu melebihi nilai berikut:
Cs max = 𝑆𝐷1/𝑇 𝑥 𝑅/𝐼
Cs max = 0,565/0,85378 x 7/1
Cs max = 0,0788
Didapatkan kesimpulan bahwa Cs min < Cs max < Cs. maka, digunakan nilai Cs max
yaitu 0.067 untuk sumbu X dan 0.068 untuk sumbu Y.
Berdasarkan SNI 1726:2019 Pasal 7.9.1.4.1, apabila kombinasi respons untuk gaya
geser dasar hasil analisis ragam (Vt) kurang dari 100 % dari gaya geser (V) yang
dihitung melalui metode statik ekivalen, maka gaya tersebut harus dikalikan dengan
V/Vt. Berdasarakan hasil perhitungan didapatkan V/Vt < 1 sehingga diperlukan
pembesaran skala gempa.
Vtx = 15083,622 kN
Vty = 14223,561 kN
Berdasarkan pada SNI 1726:2019 Pasal 7.9.1.1, Analisis harus dilakukan untuk
menentukan ragam getar alami untuk struktur. Analisis harus menyertakan jumlah ragam yang
cukup untuk mendapatkan partisipasi massa ragam terkombinasi sebesar 100 % dari massa
struktur. Sebagai alternatif, diizinkan untuk memasukkan jumlah ragam yang minimum untuk
mencapai massa ragam terkombinasi paling sedikit 90 % dari massa aktual dalam masing-
masing arah horizontal ortogonal dari respons yang ditinjau oleh model.
Berdasarkan hasil analisa pada SAP2000, didapatkan partisipasi massa sebagai berikut:
Berdasarkan SNI 1726 tahun 2019 pasal 7.12.1, simpangan antar tingkat izin harus
berdasarkan berikut ini:
4.4.1 Balok
4.4.2 Kolom
4.4.3 Pelat
Berdasarkan perencanaan struktur gedung dengan dinding geser, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Dalam perencanaan tulangan dan evaluasi kinerja struktur digunakan kombinasi beban
dengan gempa vertikal.
2. Berdasarkan perhitungan kontrol gaya geser dasar seismik yang telah dilakukan
didapatkan Desain periode fundamental yaitu untuk gempa SRMPK sebesar 1,188 dan
untuk gempa Dual System sebesar 0,85
3. Hasil kinerja struktur antara dual system dan SRPMK adalah sebagai berikut:
a. Periode struktur SRPMK lebih besar daripada periode pada struktur dual system.
b. Pada gaya geser dinamis berdasarkan output pada SAP2000 struktur SRPMK
memiliki gaya geser lebih besar daripada gaya geser pada struktur dual system.
Sedangkan pada gaya geser statis struktur dual system memiliki nilai gaya geser
dasar yang lebih besar daripada struktur SRPMK.
c. Simpangan antar lantai pada struktur SRPMK lebih besar daripada struktur dengan
dual system.