BAB PENDEKATAN
3 DALAM PENCEMARAN
LINGKUNGAN
A. Pengertian
Pendekatan atau approach bukan bermakna jarak secara kebendaan.
Dalam bahasan ilmiah, kata pendekatan bisa dipahami sebagai cara
untuk menelaah suatu objek. Di dalam suatu pendekatan, terdapat
sudut pandang dan teori yang telah ada sesuai dengan disiplin ilmu
yang digunakan.
Sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya, pencemaran
lingkungan tersusun dan terstruktur atas beberapa disiplin ilmu. Oleh
karena itu, pendekatan di dalam permasalahan pencemaran lingkungan
pun bisa digunakan banyak pendekatan.
Sebagai ilustrasi sederhana bagaimana yang dimaksudkan dengan
pendekatan di sini disajikan pada Pada Gambar 3.1 di bawah ini.
Masalah
A Pencemaran C
Lingkungan
58 Pencemaran Lingkungan
1. Pendekatan A
Berarti menggunakan konsep dan teori kimia untuk mencarikan
solusi terhadap persoalan pencemaran lingkungan. Kimia yang
khusus dalam hal ini adalah kimia lingkungan. lebih detail tentang
kimia lingkungan akan dibicarakan pada Bab III.
4. Pendekatan B
Berarti permasalahan lingkungan yang tercemar itu, diteliti
dengan menggunakan konsep dan teori dari biologi. Dalam
perkembangannya biologi yang diterapkan terhadap persoalan
lingkungan ini telah membentuk disiplin ilmu baru pula seperti
Biologi Kelautan, dan lain sebagainya sesuai dengan fokus kajian
sub sistem lingkungan yang dikategori menurut ekosistem.
Penerapan biologi terhadap persoalan lingkungan hidup yang
tercemar pada suatu pemukiman akan lebih diarahkan pada
identifikasi mikrobiologi yang ada pada bahan tercemar, dan
pengaruhnya terhadap kesehatan manusia.
Solusi yang ditawarkan akan berikhtisar dalam lingkup biologi
pula. Seperti bagaimana tindakan manusia dalam mengantisipasi
masalah yang akan ditimbulkan oleh bahan pencemar tersebut.
Manusia sebagai makhluk hidup sesuai dengan sistem biologis
dalam tubuhnya mempunyai kerentanan terhadap penyakit yang
ditimbulkan oleh bakteri dan pathogen lainnya yang ada pada
lingkungan tercemar.
5. Pendekatan C
Kajian dari sudut pandang sosiologi akan lebih menitikberatkan pada
persoalan sosial. Terjadinya pencemaran pada lingkungan tempat
tinggal manusia berarti menunjukkan situasi sosial masyarakat di
situ. Perilaku sosial diteliti dan dijelaskan kemudian. Sikap dan
perilaku tidak peduli pada lingkungan lahir dan bekembang di
tengah masyarakat itu disebabkan oleh apa?
Solusi yang ditawarkan akan menghasilkan suatu keadaan ideal
di mana perilaku sosial masyarakat lebih peduli pada lingkungan
hidupnya. Solusi ini bisa diperoleh setelah melalui proses
identifikasi masalah sosial yang tidak mudah. Tapi bukan berarti
tidak bisa diterapkan.
60 Pencemaran Lingkungan
Contoh penerapan dan penjabaran langkah di atas, akan disajikan
di Subbab E Langkah dan Sistematika nantinya.
62 Pencemaran Lingkungan
Dalam menghadapi masalah, manusia mengembangkan banyak
cara. Pada prinsipnya cara itu terbagi atas 2 (dua) yaitu (1) cara ilmiah
dan (2) cara non ilmiah. Kedua cara itu selalu ditempuh oleh manusia
sejak dahulu. Cara ilmiah memenuhi persyaratan empiris yang teruji dan
bisa diterapkan. Cara ilmiah ini disebut juga dengan pendekatan ilmiah
(scientific research). Dalam hal ini, kita akan menerapkan pendekatan
ilmiah dari pencemaran lingkungan terhadap permasalahan lingkungan
hidup di pemukiman tempat tinggal.
Bahasan dalam bab ini, hanya sebagai salah satu contoh konkret
penerapan pendekatan keilmuan yang multidisipliner terhadap
permasalahan di lingkungan hidup. Karena ranah lingkungan hidup itu
luas dan kompleks, maka kita mengambil salah satu lingkungan yang
ada, yaitu lingkungan pemukiman yang tercemar di sub-bab berikut.
64 Pencemaran Lingkungan
3. Identifikasi masalah dan penetapan tujuan
Dari hasil pengamatan, sudah bisa dilakukan identifikasi masalah.
Identifikasi masalah ini terjabar dalam bentuk rincian pertanyaan,
seperti berikut.
a. Mengapa ada sampah di lingkungan tempat tinggal itu?
b. Apa sumber sampah pada lingkungan itu?
c. Bagaimana mengatasi masalah sampah pada lingkungan itu?
Tiga pertanyaan mendasar di atas adalah bentuk masalah yang
sudah dirinci dan teridentifikasi. Beberapa ahli metode penelitian
ada yang membedakan antara identifikasi masalah dengan
pertanyaan penelitian.
Jika pertanyaan penelitiannya adalah tiga hal di atas, maka
pertanyaan ini lahir dari hasil identifikasi masalah. Masalah yang
teridentifikasi lebih dahulu dari pertanyaan penelitian.
Sehingga pada contoh di atas, jika itu dianggap pertanyaan
penelitian, identifikasi masalahnya ialah (a) keberadaan sampah di
lingkungan tempat tinggal, (b) cara mengatasi agar sampah tidak
ada di lingkungan tempat tinggal.
Penetapan tujuan penelitian ialah memberikan batasan yang tegas
dan konsekuen terhadap permasalahan yang ada.
Dalam contoh ini, tujuan penelitian ialah:
a. Penyebab keberadaan sampah di lingkungan tempat tinggal.
b. Menentukan sumber sampah yang ada di lingkungan tempat
tinggal.
c. Menetapkan solusi agar lingkungan tempat tinggal menjadi
bebas sampah.
4. Studi literatur
Pada dasarnya studi literatur adalah upaya untuk membangun
kerangka teori yang akan mendukung pencapaian tujuan penelitian.
Lemahnya teori akan mempersulit capaian tujuan penelitian.
Dalam contoh di atas, selanjutnya dikumpulkan beberapa teori
tentang sampah di lingkungan tempat tinggal. Beberapa teori yang
terkait seperti pembagian jenis limbah atas dua yaitu (1) limbah
industri dan (2) limbah domestik.
66 Pencemaran Lingkungan
Gambar 3.2) maka jumlah timbulan sampah bisa dihitung sebagai
berikut.
T (timbulan sampah per hari) = 1 kg x 100 = 100 kg
Didapat data sementara bahwa tiap hari timbulan sampah adalah
100 kg. Sampah tersebut menumpuk di pinggir jalan hari demi
hari. Bisa diestimasi berapa volume sampah dalam 7 hari.
5. Hipotesis
Hipotesis adalah pendugaan sementara. Hipotesis menjadi vital
untuk sebuah penelitian kuantitatif yang lebih kepada pengujian
hipotesis.
Jika penelitian bertujuan untuk suatu pengujian hipotesis dalam
hal ini umpamanya ditegakkan hipotesis sebagai berikut.
a. H0: Tidak ada pengaruh status sosial ekonomi terhadap
pencemaran lingkungan di lingkungan tempat tinggal.
b. H1: Terdapat pengaruh status sosial ekonomi terhadap
pencemaran lingkungan di lingkungan tempat tinggal.
Langkah selanjutnya ialah mengoperasionalkan definisi terhadap
variabel yang ada. Pada contoh ini terdapat dua variabel penelitian
yaitu (1) variabel status sosial ekonomi dan (2) pencemaran
lingkungan di lingkungan tempat tinggal. Definisi operasional
adalah bagaimana agar masing-masing variabel di atas bisa
dilaksanakan/diproses dalam statistik.
Sehingga lahirlah beberapa definisi operasional dari variabel 1
seperti: (a) jumlah penghasilan per bulan, (2) tingkat pendidikan,
(3) jenis pekerjaan. Maksudnya ialah kriteria yang disebut sebagai
status sosial ekonomi dalam penelitian ini didasarkan atas tiga
definisi operasional itu.
Sedangkan variabel 2 berupa pencemaran lingkungan di lingkungan
tempat tinggal memiliki makna yang luas. Sama halnya dengan
status sosial ekonomi sebagai variabel 1. Oleh karena itu, variabel
2 ini pun perlu dibuat definisi operasionalnya.
Definisi operasional yang dimungkinkan dalam contoh ini adalah
(1) volume timbulan sampah yang berada di pinggir jalan pada
lingkungan pemukiman tempat tinggal di Jalan X, Kelurahan Y,
Kota Z.
68 Pencemaran Lingkungan
Tapi, penelitian gabungan atau mix research ini tidak harus dilakukan.
Bisa saja kualitatif saja atau kuantitatif saja. Hal ini tergantung
kepada ketertarikan seorang peneliti.
6. Pelaksanaan penelitian
Pada tahap ini peneliti telah mulai bekerja. Melakukan pencarian
data dengan berbagai teknik sesuai dengan jenis data yang akan
diperoleh.
Teknik perolehan data primer dilakukan baik berupa wawancara,
pengamatan maupun jejak pendapat. Data sekunder didapat dari
dokumentasi yang telah ada seperti profil kelurahan, jumlah
penduduk menurut tingkat status sosial dan lain sebagainya.
Apabila terjadi data yang berbeda antara data primer dengan data
sekunder maka peneliti akan menggunakan data primer. Bukan
sebaliknya.
7. Pengolahan data
Data hasil penelitian diolah menurut jenis penelitian. Jika pada uji
hipotesis dilakukan uji statistik, maka pada kualitatif digunakan
metode pengolahan data berupa grafik dan matrik atau tabulasi.
8. Analisis data hasil pengolahan
Sama halnya dengan di atas. Analisis terhadap hasil pengolahan
data pada intinya ialah mencoba menjawab pertanyaan penelitian
atau tujuan penelitian. Pada tahap ini, proses penelitian sudah
mulai mengerucut menuju pada penyimpulan.
Penarikan kesimpulan tergantung kepada jenis penelitian. Penelitian
kuantitatif akan menarik kesimpulan berdasarkan ada tidaknya
pengaruh antara status sosial ekonomi terhadap pencemaran di
lingkungan tempat tinggal.
Sementara penelitian kualitatif akan menjawab pertanyaan mengapa
sampah berada di lingkungan tempat tinggal, dari mana sumber
dan apa solusi mengatasinya.
Teknik analisis pada kualitatif bisa merujuk pada yang dikembangkan
oleh Miles and Hubberman (1994) yang mendesain penelitian
kualitatif dalam hal tahapan analisis data berupa empat tahapan
yaitu (1) data collect, (2) data display, (3) data reduction, dan (4)
conclusion. Inti tahapan ini adalah membuang data yang tidak
70 Pencemaran Lingkungan
Tapi dalam hal ini, penulis meletakkan bahwa apa yang disarankan
dari hasil penelitian ini sebagai rekomendasi. Sedangkan saran
bisa berupa hendaknya dilakukan penelitian serupa di tempat lain,
dengan jumlah populasi yang lebih banyak.
Rekomendasi penelitian ialah apa yang dianggap peneliti
berdasarkan hasil penelitiannya menjadi jawaban atas permasalahan
yang ada.
Dalam hal ini, direkomendasikan kepada pihak stakeholder seperti
berikut ini.
a. Adanya penerapan aturan di tingkat kelurahan, kecamatan,
kota/kabupaten tentang larangan membuang sampah di
tempat umum.
b. Perlunya dibentuk kelompok masyarakat berbasis partisipatif
dalam mengelola sampah di lingkungan tempat tinggalnya.
Peneliti lain ada yang menambahkan dengan implikasi di akhir
laporan hasil penelitian. Implikasi adalah suatu keadaan yang akan
terjadi apabila hasil penelitian berupa rekomendasi yang dibuat
dilaksanakan.
Dalam contoh hasil penelitian ini, implikasinya ialah:
a. Terbentuk kelompok masyarakat peduli lingkungan.
b. Pengadaan pelatihan dan pembinaan kelompok masyarakat
peduli lingkungan yang mengolah sampah menjadi barang
bernilai ekonomis.
F. Resume
Masalah manusia dengan lingkungan hidupnya selalu ada. Masalah
adalah ketidaksesuaian antara kenyataan dengan harapan. Kenyataan
yang ada pada lingkungan hidup manusia sering kali tidak selaras dengan
keinginan dan harapan.
Sebaliknya, masalah bisa terjadi juga karena keinginan dan
kebutuhan manusia selalu meningkat. Setiap peningkatan, menuntut
sesuatu yang lebih pada lingkungan, baik secara kualitatif, maupun
kuantitatif.
Lingkungan senantiasa berubah. Perubahan lingkungan terbagi
atas dua, yaitu
72 Pencemaran Lingkungan
BAB PERSPEKTIF KIMIA
4 TERHADAP PENCEMARAN
LINGKUNGAN
Kimia Pencemaran
Kimia Lingkungan Lingkungan
74 Pencemaran Lingkungan
sistematis diikuti dengan penurunan fungsi ekonomis dan sosial. Dalam
suatu rona lingkungan yang ada, dengan segala bentuk interaksinya di
situ pula lah terjadi proses dan reaksi kimia.
Dirujuk pendapat Sastrawijaya (1991) yang tegas menyatakan
bahwa pengaruh ilmu dan teknologi dalam masyarakat besar sekali, baik
itu masyarakat sekolah, lingkungan hidup desa atau kota, perkampungan
asrama maupun masyarakat dunia luas. Berbagai bahan yang perlu
dibahas ialah perihal air, sumber alam, minyak bumi, bahan makanan,
kimia nuklir, kesehatan, dan industri.
Semua topik hendaknya dihubungkan dengan kimia, mencakup
konsep-konsep pokok, keterampilan mental dan kerja laboratorium yang
diperlukan untuk memahami dan menghayati masalah yang relevan
dengan lingkungan hidup kita.
Penulis setuju dengan apa yang dikemukakan di atas. Sebagai
motivasi bagi kita semua, apa yang diperlihatkan lingkungan ke
kita sudah cukup banyak di sepanjang sejarah yang sarat dengan
permasalahan pencemaran lingkungan karena bahan kimia. Motivasi
tidak akan berarti apa-apa jika hanya sebatas informasi.
Paling tidak dengan mempelajari buku ini, kita mempunyai suatu
langkah awal dari sebuah wujud motivasi. Bisa dimulai dari diri sendiri.
Setiap kita berperan terhadap lingkungan hidup makro. Agaknya
slogan “think global and act localy” sangat cocok untuk dipahami dan
diterapkan. Berpikir tentang dunia boleh dan harus, tapi berbuatlah
sesuai kemampuan di tingkat level diri masing-masing. Karena jika
tidak berbuat untuk sesuatu di lingkungan mikro saja tidak bisa, maka
memikirkan dunia akan sia-sia. Justru mendatangkan stres.
Mari kita tanggapi peristiwa pencemaran lingkungan pada Tahun
2015 di negeri kita berupa krisis asap dan kabut (smog = smoke and fog).
Asbut adalah singkatan dari asap dan kabut. Kedua bahan ini sangat
berbahaya dalam jumlah besar. Di Indoensia terjadi lagi peristiwa
asbut ini di tahun 2015. Dilaporkan ada yang meninggal dunia dan
hampir setengah juta jiwa menderita gangguan pernapasan. Dampak
lain ialah kurangnya efektivitas tanaman melakukan fotosintesis yang
implikasinya ialah oksigen pun berkurang.
Tidak sedikit karbon sisa pembakaran yang dilepas ke atmosfer, dan
tentu akan berakibat langsung pada pemanasan global. Karbon adalah
C.
Resume
Kasus pencemaran lingkungan hidup tak akan lepas dari fokus
kajian kimia lingkungan. Karena dampak dari pencemaran lingkungan
itu dapat dilihat dari segi material yang dikandung bahan pencemar.
Bahan pencemar yang masuk ke lingkungan hidup karena aktivitas
manusia adalah bahan kimia. Unsur-unsur berbahaya terakumulasi pada
lingkungan hidup di mana manusia dan makhluk lain berada.
Masing-masing bahan kimia yang menyebabkan terjadinya
pencemaran pada komponen lingkungan. Selanjutnya, secara fokus
di bab berikutnya kita pelajari satu demi satu komponen lingkungan
yang dimaksud.
76 Pencemaran Lingkungan
BAB
5
PENCEMARAN TERHADAP
KOMPONEN LINGKUNGAN
A. Pencemaran Udara
Perkins (1974) mengemukakan bahwa pencemaran udara berarti
hadirnya suatu kontaminan dalam udara atmosfer seperti debu, asap
gas, kabut, bau-bauan dan uap dalam kuantitas yang banyak dengan sifat
dan lama berlangsungnya di udara, sehingga mendatangkan ganggungan
kepada manusia dan makhluk hidup lain.
Jika dikaitkan dengan pengertian pencemaran lingkungan yang telah
dipahami, berarti persoalannya terletak pada tiga aspek pokok, yaitu
78 Pencemaran Lingkungan
dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu
sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.
Dengan adanya baku mutu ini diharapkan akan terjadi kesamaan
pandang dalam memandang lingkungan, dan memang baku mutu ini
dimaksudkan untuk melindungi lingkungan dengan semakin banyaknya
kegiatan manusia.
Baku mutu udara dapat dibedakan atas baku mutu udara ambien
dan baku mutu udara emisi.
1. Baku mutu udara ambien
Adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan-bahan
pencemar untuk berada di udara dengan tidak menimbulkan
gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuh-tumbuhan atau benda
lainnya.
2. Baku mutu emisi
Adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan
pencemar untuk dikeluarkan dari sumber ke udara dengan tidak
mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien.
80 Pencemaran Lingkungan
CFC merupakan zat yang tidak mudah terbakar dan tidak
terlalu beracun. Satu buah molekul CFC memiliki masa hidup
50 hingga 100 tahun dalam atmosfer sebelum dihapuskan.
Oleh karena itu, jika terjadi konsentrasi CFC yang tinggi di
atmosfer akan sulit dihilangkan efeknya karena konsentrasi
itu bertahan lama di atmosfer.
Keberadaan CFC sebagai penyebab menipisnya lapisan
ozon mulai marak dibicarakan sejak tahun 1970-an.
Proses menipisnya lapisan ozon oleh CFC ini dikarenakan
kestabilannya untuk sampai di tingkat stratosfer.
Disebabkan radiasi ultraviolet dari sinar matahari, senyawa
CFC kemudian mengeluarkan atom-atom klorin sebagai
perusak ozon.
CFC banyak digunakan pada saat sekarang dalam kehidupan
manusia, seperti untuk pendingin ruangan (AC), media
pendingin pada lemari es (kulkas), bahan pelarut, bahan
dorong, dan proses pembuatan plastik.
Selain itu, CFC juga banyak digunakan sebagai blowing agent
dalam proses pembuatan foam (busa), sebagai cairan pembersih
(solvent), bahan aktif untuk pemadam kebakaran, bahan aktif
untuk fumigasi di pergudangan, pra pengapalan, dan produk-
produk pertanian dan kehutanan lainnya.
4) Karbon monoksida (CO)
Merupakan komponen gas yang tidak bewarna, tidak berasa
dan tidak berbau, serta tidak larut dalam air. Berat karbon
monoksida ialah sebesar 96,5% dari berat air.
Peristiwa pencemaran udara yang disebabkan oleh karbon
monoksida sebagai polutan, sering bersumber dari kegiatan
industri. Tapi juga dimungkinkan terjadi akibat kegiatan non
industri yang disebut domestik.
Penyebab terjadinya pelepasan CO (karbon monoksida) ke
udara ialah:
a) proses pembakaran bahan yang mengandung karbon
secara tidak sempurna;
82 Pencemaran Lingkungan
b. Bahan Pencemar Berbentuk Partikel Cair
1) Titik air atau kabut.
2) Kabut yang mengandung partikel cair.
Dampaknya dapat menyebabkan sesak napas dan jika terhirup
akan memenuhi rongga paru-paru pada makhluk hidup. Dampak
ini bisa terjadi saat itu juga atau beberapa waktu kemudian.
Walaupun wujudnya partikel cair, tapi tentu mengandung unsur
kimia yang sudah disajikan di atas.
c. Bahan Pencemar Berbentuk Partikel Padat
1) Partikel dalam bentuk padat dapat berupa debu atau abu yang
berasal dari bahan bakar kendaraan yang bercampur dengan
timbal (Pb). Biasanya bahan bakar kendaraan dicampur dengan
timbal.
Tujuan timbal dicampurkan dalam bahan bakar ialah untuk
mempercepat proses pembakaran agar mesin berjalan
sempurna.
Timbal (Pb) akan bereaksi dengan klor dan brom membentuk
partikel PbClBr. Partikel tersebut akan dikeluarkan melalui
knalpot ke udara.
2) Partikel kecil yang beterbangan ke udara karena peristiwa
pembakaran bahan-bahan anorganik oleh manusia, baik
domestik maupun industri.
Secara umum, penyebab yang utama ialah industri. Tapi,
aktivitas domestik juga tidak bisa dikatakan tidak mencemari
udara melalui pembakaran sampah dan kegiatan lainnya.
Dampak dari pencemaran udara yang disebabkan oleh partikel
padat ialah menyebabkan gangguan kesehatan pada makhluk
hidup terutama saluran pernapasan. Dampak terhadap
gangguan pernapasan ini, bisa terjadi saat itu juga, tapi juga
bisa terjadi beberapa saat kemudian.
84 Pencemaran Lingkungan
Di samping Tabel 5.1 di atas, Peave (1986) juga telah melaporkan
konsentrasi gas di dalam atmosfer bersih dan kering, yang disajikan
pada Lampiran 1. Udara dalam keadaan alamiah, tidak pernah terbebas
dari bahan-bahan kimia yang dianggap sebagai bahan berbahaya (dalam
jumlah yang melebihi baku mutu udara) seperti SO2 (Sulfurdioksida),
H2S (Hidrogen Sulfida) dan CO (karbon monoksida).
Senyawa tersebut di atas dilepaskan ke udara melalui proses
alamiah. Proses alamiah itu, seperti pembusukan dan pelapukan oleh
jasad renik (decomposer) dan aktivitas vulkanik.
Tetapi kita tidak menyebut senyawa kimia itu sebagai polutan
(bahan pencemar) dalam perspektif pencemaran lingkungan (pollution).
Karena itu adalah peristiwa alamiah.
Jika senyawa kimia tersebut dilepaskan oleh akibat aktivitas
manusia, barulah kita menyebutnya sebagai polutan. Walaupun dalam
kehidupan sehari-hari, sering disebut semua bahan berbahaya sebagai
polutan.
Untuk membedakan polutan dengan tidak polutan terhadap bahan
yang mengganggu manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya
itu, dapat ditentukan dengan jawaban atas pertanyaan “apakah manusia
mampu mengatur dan mengendalikan bahan berbahaya itu untuk
muncul atau tidak?”
Jika manusia mampu mengatur dan mengontrol suatu bahan
pencemar untuk mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan
maka itu adalah polutan. Tapi, apabila manusia tidak bisa mengatur
dan mengontrol munculnya suatu bahan pencemar dari proses alamiah
maka itu tidak bisa disebut sebagai polutan.
Bisakah kita mengatur terjadinya letusan gunung berapi?
Tidak
Larut Tidak bereaksi
dengan media
86 Pencemaran Lingkungan