Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN KANKER HATI

Disusun Oleh:
Nurfadilah ( 01925030 )

YAYASAN JAYA HUSADA


AKADEMI KEPERAWATAN HUSADA KARYA JAYA
2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Penyayang, Kami panjatkan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan “Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Keluarga dengan
Kanker Hati.” Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan Laporan Pendahuluan ini
masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun penulisannya.

Dalam proses penyusunan Laporan Pendahuluan ini, tentu saja saya mengalami banyak
permasalahan. Namun berkat arahan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya Laporan
Pendahuluan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini, saya
mengucapkan terima kasih kepada yaitu Bapak Riski Pebrian Pratama,S.Kep.,M.Kes yang
telah membimbing kami dalam proses penyusunan laporan ini.

Jakarta,24 Oktober 2021

Penulis
KONSEP DASAR

A. Konsep Dasar Keluarga


1. Pengertian Keluarga
Menururt UU No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Perkembangan Keluarga Sejahtera, keluarga adalah inti terkecil dari masyrakat
yang terdiri dari suami-isteri,atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan
anaknya, atau ibu dan anaknya. Ketiga pengertian tersebut mempunyai persamaan
bahwa dalam keluarga terdapat ikatan perkawinan dan berhubungan darah yang
tinggal bersama dalam satu atap (serumah) dengan pernah masing-masing serta
ketertarikan emosional (Dalam Ali: 2010).

Menurut Friedman (2010), keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan
oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya
sebagai bagian dari keluarga. Dan Suprahitno mendefinisikan keluarga adalah
individual yang terdapat ikatan perkawinan dan hubungan darah yang tinggal
bersama dalam satu atap (Serumah) dengan peran masing-masing serta keterkaitan
emosional.

2. Tipe-Tipe Keluarga
Perkembangan tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang
mengelompokan. Menurut Suprajitno (2004) secara tradisional keluarga di
kelompokan menjadi dua, yaitu:
a. Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah,
ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b. Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah anggota lain
yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenenk, paman-bibi)
Namun, dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa
individualis, pengelompokan tipe keluarga selain kedua diatas berkembang
menjadi:
a. Keluarga bentukan kembali (Dyadic Family) adalah keluarga baru yang
terbentuk daro pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.
Keadaan ini di Indonesia juga menjadi tren karena adanya pengaruh gaya
hidup barat yang zaman dahulu jarang seklai ditemui sehingga seorang yang
telah bercerai atau ditinggal pasangannya cenderung hidup sendiri untuk
membesarkan anak-anaknya.
b. Orang tua tunggal (Single Parent Family) adalah keluargayang terdiri dari
salah satu orang tua dengan anak-anaknya akibat perceraian atau ditinggal
pasangannya.
c. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (The Unmarried Teenage Mother)
d. Orang dewasa (laki-laki atau peremuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah
menikah (The Single Adult Living Alone). Kecenderunagn di Indonesia juga
meningkat dengan tidak mau direpotkan oleh pasangan atau anaknya kelak
jika telah menikah. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (The
Non Married Heterosexsual Cohabiting Familly). Biasanya dapat dijumpai
pada daerah kumuh perkotaan (besar), tetapi pada akhirnya mereka dinikahkan
oleh pemerintah daerah (kabupaten atau kota) meskipun usia pasangan
tersebut telah tua demi status anak-anaknya. Keluarga yang dibentuk oleh
pasangan yang berjenis kelamin sama (Gay and Lesbian Family).

3. Tugas Keluarga
Dalam sebuh keluarga ada beberapa tugas yang diambilnya:
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
b. Memelihara sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
c. Pembagian tugas masing-masing sesuai dengan kedudukannya masing-masing
d. Sosialisasi antar anggota keluarga
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas
h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga (Mubarak dkk,
2012)

4. Funsi Keluarga
Menurut Ali (2010) fungsi keluarga sebagai berikut:
a. Fungsi ekonomi, yaitu diharapkan menjadi keluarga yang produktif yang
mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memanfaatkan sumber
daya keluarga.
b. Funsi mendapat status sosial, yaitu keluarga yang dapat dilihat dan
dikategorikan strata sosialnya oleh keluarga lain yang berada disekitarnya
c. Fungsi pendidikan, yaitu keluarga yang mempunyai peran dan tanggung jawab
yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi kehidupan
dewasanya.
d. Fungsi sosialisasi bagi anaknya, yaitu orang tua atau keluarga diharapkan
mampu menciptakan kehidupan sosial yang mirip dengan luar rumah.
e. Fungsi pemenuhan kesehatan, yaitu keluarga diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan kesehatan yang primer dalam rangka melindungi dan mencegah
terhadap penyakityang mungkin dialami keluarga.
f. Fungsi religious, yaitu merupakan tempat belajar tentang agama dan
mengamalkan ajaran keagamaan
g. Fungsi rekreasi, yaitu keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan
yang dapat mengurangi ketegangan akibat berada di luar rumah.
h. Fungsi reproduksi, bukan hanya menggembangkan keturunan, tetapi juga
merupakan tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal
(menyeluruh) diantaranya seks yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks
bagi anak dan yang lainnya.
i. Fungsi afeksi, yaitu keluarga merupakan tempat yang utama untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial sebelum anggota keluarga berada diluar rumah.

5. Struktur Keluarga
Menururt Mubarak (2012), struktur keluarga terdiri dari:
a. Struktur Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila : jujur, terbuka,
melibatkan emosi, konflik selesai da nada hirati kekuatan, komunikasi
keluarga bagi pengirim : mengemukakan pesan, jelas dan berkualitas, meminta
dan menerima umpan balik. Penerima : mendengarkan pesan, memberikan
umpan balik dan valid.
b. Struktur Peran
Yang dimaksud struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan
sesuai posisi social yang diberikan. Jadi pada struktur peran bisa bersifat
formal atau informa.
c. Struktur Kekuatan
Yang dimaksud adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol atau
mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain, Legitimate Power (hak),
Referent Power (ditiru), Expert Power (keahlian), Reward Power (hadiah),
Coertive Power (paksa) dan Affektif Power.
d. Struktur Nilai dan Norma
Nilai adalah system ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga
dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima
pada lingkungan sosial tertentu berarti disini adalah lingkungan keluarga dan
lingkungan masyarakat sekitar keluarga.

6. Tahap Perkembangan Keluarga


Menurut (Mubarak, dkk, 2012), perkembangan keluarga adalah proses perubahan
yang teradi pada system keluarga meliputi: perubahan pola interaksi dan
hubungan antara anggotanya disepanjang waktu. Setiap tahapnya keluarga
memiliki tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat
dilalui dengan sukses, tingkat perkembangan keluarga ditandai oleh umur anak
yang tertua.
a. Tahap I pasangan baru atau keluarga Baru (Beginning Family)
Keluarga baru dimulai pada saat suami dan isteri membentuk keluarga melalui
perkawinan yang sah dan meningalkan keluarga masing-masing. Suami dan
isteri yang membentuk keluarga baru perlu mempersiapkan kehidupan yang
baru dan dengan keluarga dan kelompok sosial pasangan masing-masing
belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan
pasangannya. Tugas perkembangan pada tahap ini:
1) Membina hubungan intim dan kepuasan bersama
2) Menetapkan tujuan bersama
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
4) Merencanakan anak KB
5) Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk
menjadi orang tua.
b. Tahap II kelahiran anak pertama (Child Bearing)
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran
anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan (2,5 tahun).
Kelahiran bayi pertama memberi perubahan yang besar dalam keluarga,
sehingga pasangan harus beradaptasi dengan peran uyntuk memenuhi
kebutuhan bayi. Seiring dengan kelahiran bayi, pasangan merasa diabaikan
karena perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi. Suami merasa belum siap
menjadi ayah atau sebaliknya isteri belum siap menjadi ibu (Mubarak, 2012).
Tugas perkembangan:
1) Persiapan menjadi orang tua
2) Membagi peran dan tanggung jawab
3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang
menyenangkan
4) Mempersiapkan biaya atau dana Child Bearing
5) Memfasilitaskan role learning anggota keluarga
6) Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita
7) Mengadakan kebiasaan agama secara rutin
c. Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (Families with preschool)
Tahap ini dimulais aat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak
berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi terhadap kebutuhan dan
minat anak prasekolah dalam meningkatkan pertumbuhannya. Orang tua
mempunyai peran untuk menstimulasi perkembangan individual anak
khususnya kemandirian anak agar tugas perkembangan anak pada fase ini
tercapai. Tugas perkembangan keluarga:
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti: kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang
lain juga harus terpenuhi
4) Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam maupun diluar
keluarga (Keluarga lain dan lingkungan sekitar)
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang anak
d. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with school children)
Tahap ini dimulai pada saat anak tertua memasuki sekolah pada usia 6 tahun
dan berakhir pada usia 12 tahun. Selain aktivitas di sekolah, masing-masing
anak memiliki aktivitas dan minat sendiri. Pada tahap ini keluarga (orang tua)
perlu belajar berpisah dengan anak, memberi kesempatan pada anak untuk
bersosialisasi baik aktivitas di sekolah maupun di luar sekolah. Tugas
perkembangan keluarga:
1) Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan, semangat
belajar
2) Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam perkawinan
3) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual
4) Menyediakan aktivitas untuk anak
5) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti degan mengikutsertakan anak
e. Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teeagers)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir usia
19 atau 20 tahun yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya.
Tujuan keluarga adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab
serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih
dewasa. tugas perkemangan keluarga:
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat
remaja yang sudah bertambah dewasa dan mengingkat otonominya
2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara naka, dan orang tua, hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
4) Perubahan system peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
f. Tahai VI keluarga dengan anak dewasa (launching center families)
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Tujuan utama
pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan
dalam melepas anak untuk hidup sendiri. Keluarga mempersiapkan anaknya
yang tertua untuk membentuk keluarga sendiri dan tetap membantu anak
terakhir untuk lebih mandiri. Orang tua akan merasa kehilangan peran dalam
merawat anak dan merasa kosong karena anak-anak sudah tidak tinggal
serumah lagi. Untuk mengatasi keadaan ini orang tua perlu melakukan
aktivitas kerja, meningkatkan peran sebagai pasangan dan tetap memelihara
hubungan dengan anak. Tugas perkembangan keluarga:
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu orang tua suami atau isteri yang sedang sakit dan memasuki
masa tua
4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anaknya
5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga
6) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-
anaknya
g. Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families)
Tahapan ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pension atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa
pasangan fase ini dirasa sulit karena masalah lanjut usia, perpisahan dengan
anak dan perasaan gagal sebagai orang tua. Tugas perkembangan keluarga :
1) Memeprtahankan kesehatan
2) Mempunyai lebih banyak waktu dam kebebasan dalam arti mengolah
minat sosial dan waktu santai
3) Memulihkan hubungan antara generasi muda tua
4) Keakraban dengan pasangan
5) Memelihara hubungan/kontak dengan anak keluarga
6) Persiapan masa tua atau pension dan meningkatkan keakraban pasangan
h. Tahap VIII keluarga lanjut usia
Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai pada saat salah satu pasangan
pension, berlanjut salah satu pasangan meninggal sampai keduanya
meninggal. Hal ini merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena
berbagai proses stressor dan kehilangan yang harus dialami keluarga. Stressor
tersebut adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan
sosial, kehilang pekerjaan serta perasaan menurunnya produktivitas dan fungsi
kesehatan. Lanjut usia umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal dirumah
sendiri dari pada tinggal bersama anaknya. Orang tua juga perlu melakukan
file review dengan mengenang pengalaman kehiduoan dan keberhasilan di
masa lalu agar orang tua merasakan bahwa hidupnya berkualitas dan berarti.
Tugas perkembangan keluarga:
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik
dan pendapatan
3) Mempertahankan keakraban suami isteri dan saling merawat
4) Mempertahankan hubugan dengan anak dan sosial masyarakat
5) Melakukan file review
6) Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan kematian

7. Tugas keluarga di Bidang Kesehatan


Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di
bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi:
a. Mengenali masalah kesehatan keluarga, orang tua perlu mengenal keadaan
kesehatan dan perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil
apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak lagsung menjadi perhatian
orang tua/keluarga. Apabila menyadsri adanya perubahan keluarga, perlu
dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar
perubahannya.
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini
merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang sesuai
dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang
mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.
Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar
masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga
mempunyai keterbatasan dapat meminta bantua kepada orang lain di
lingkungan tinggal keluarga agar memperoleh bantuan
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Sering kali keluarga
telah mengambil tindakam yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki
keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian,
anggota keluarga lanjutan atau perawatan kesehatan perlu memperoleh
tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.
Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau dirumah apa
bila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk
pertolongan pertama.
d. Memodifikasi lingkungan untuk menjamin kesehatan keluarga
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga. (Ali,
2010)
B. Konsep Dasar Kanker Hati
1. Pengertian Kanker Hati
Menurut WHO, kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar
penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang
digunakan adalah tumor ganas dan neoplasma. Salah satu fitur mendefinisikan
kanker adalah pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang tumbuh
melampaui batas normal, dan yang kemudian dapat menyerang bagian sebelah
tubuh dan menyebar ke organ lain.

Menurut National Cancer Institute(2009), kanker adalah suatu istilah


untuk penyakit di mana sel-sel membelah secara abnormal tanpa kontrol dan
dapat menyerang jaringan di sekitarnya.

Kanker hati adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan
fibrosis hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilangnya
sebagian besar fungsi hepar. ( Gips& Willson :1989 )

Kanker hati adalah penyakit gangguan pada hati yang disebabkan karna
hepatis kronik dalam jangka panjang yang menyebabkan gangguan pada
fungsi hati. ( Ghofar , Abdul : 2009 )

Kanker hepar atau kanker hati (hepatocellular carcinoma) adalah suatu


kanker yang timbul dari hati. Ia juga dikenal sebagai kanker hati primer atau
hepatoma. Hati terbentuk dari tipe-tipe sel yang berbeda (contohnya,
pembuluh-pembuluh empedu, pembuluh-pembuluh darah, dan sel-sel
penyimpan lemak). Bagaimanapun, sel-sel hati (hepatocytes) membentuk
sampai 80% dari jaringan hati. Jadi, mayoritas dari kanker-kanker hati primer
(lebih dari 90 sampai 95%) timbul dari sel-sel hati dan disebut kanker
hepatoselular (hepatocellular cancer) atau Karsinoma (carcinoma).

Ca Hepar atau yang biasa disebut kanker hati adalah Tumor ganas primer
pada hati yang berasal dari sel parenkim atau epitel saluran empedu atau
metastase dari tumor jaringan lainnya dan kanker hati terjadi apabila sel
kanker berkembang pada jaringan hati.

2. Klasifikasi Kanker Hati


Ca Hepar atau kanker hati dapat digolongkan beberapa type yaitu :
1.      Kanker Hati Primer
·         Cholangio Carcinoma – kanker yang berawal dari saluran empedu
·         Hepatoblastoma – pada umumnya menyerang anak-anak atau anak yang
mengalami pubertas
·         Angiosarcoma – kanker yang jarang terjadi, bermula di pembuluh darah
yang ada pada hati.
·         Hepatoma (HCC) – berawal di hepatosit dan dapat menyebar ke organ yang
lain. Laki- laki dua kali lebih rawan terkena penyakit ini dibandingkan wanita.
2. Kanker Hati Sekunder
         Kanker hati sekunder dapat muncul dari kanker hati primer pada organ-organ

lain. Tetapi, pada umumnya bersumber dari perut, pankreas, kolon, dan rektum.
Kanker hepar memiliki beberapa stadium perkembangan yaitu;
-  Stadium 1, kanker berukuran tidak lebih dari 2 cm dan belum menyebar. Stadium
ini pasien kanker hepar dapat beraktivitas dan hidup secara normal,
- Stadium 2, kanker mempengaruhi pembuluh darah di hepar atau terdapat lebih
dari satu tumor di hepar.
- Stadium 3A, kanker berukuran lebih dari 5 cm dan telah menyebar ke pembuluh
darah di dekat hepar,
- Stadium 3B, kanker telah menyebar ke organ terdekat seperti lambung namun
belum mencapai limfonodus,
- Stadium 3C, kanker berada dalam berbagai ukuran dan telah mencapai
limfonodus,
- Stadium 4, kanker telah menyebar ke organ yang jauh dari hepar misal paru-paru.
Saat stadium ini pasien kanker hepar sudah tidak dapat beraktivitas lagi (Fong,
2002; Bruix dan Sherman., 2005).

3. Etiologi
Kanker hati ( karsinoma hepatoseluler ) disebabkan adanya infeksi
hepatis B kronis yang terjadi dalam jangka waktu lama.(ghofar, Abdul : 2009)

Penyebab kanker hepar secara umum adalah infeksi virus hepatitis B dan
C, cemaran aflatoksin B1, sirosis hati, infeksi parasit, alkohol serta faktor
keturunan. (Fong, 2002).

Infeksi virus hepatitis B dan C merupakan penyebab kanker hepar yang


utama didunia, terutama pasien dengan antigenemia dan juga mempunyai
penyakit kronik hepatitis. Pasien laki-laki dengan umur lebih dari 50 tahun
yang menderita penyakit hepatitis B dan C mempunyai kemungkinan besar
terkena kanker hepar. (Tsukuma dkk., 1993; Mor dkk., 1998).

Faktor resiko penyebab kanker hati :

a. Tidur terlalu malam dan bangun terlalu siang


b. Tidak buang air di pagi hari
c. Pola makan yang terlalu berlebihan
d. Tidak makan pagi
e. Terlalu banyak mengkonsumsi obat – obatan
f. Terlalu banyak mengkonsumsi bahan pengawet, zat tambahan, zat
pewarna, pemanis buatan.
g. Minyak goreng yang tidak sehat. Sedapat mungkin kurangi
penggunaan
h. minyak goreng saat menggoreng makanan
i. Alkohol
j. Keturunan
k. Hepatis B, C

C. Tanda dan Gejala


1. Mual dan muntah
Salah satu gejala hepatoma atau kanker liver yang mungkin muncul
adalah mual dan muntah. Hal ini bisa terjadi tanpa pemicu sebelumnya. Oleh
sebab itu, jika Anda tiba-tiba merasa mual dan ingin muntah tanpa sebab,
mungkin sudah saatnya untuk memeriksakan kondisi ke dokter.

2. Terjadi pembengkakan
Salah satu gejala yang mungkin muncul pada pasien kanker hati adalah
munculnya pembengkakan. Bukan di sembarang tempat, pembengkakan ini
muncul di perut kanan bagian atas.

Hal ini menandakan bahwa organ liver atau hati Anda membengkak dan
berukuran lebih besar. Selain menyebabkan pembengkakan, gejala kanker
liver ini juga dapat menimbulkan rasa sakit yang akan dialami oleh pasien.

3. Sakit kuning
Perubahan warna kulit, bagian putih mata, dan kuku yang menguning
adalah gejala umum dari penyakit kuning (jaundice). Kondisi ini terjadi akibat
penumpukan garam empedu di kulit karena hati sudah tidak berfungsi dengan
baik.

Biasanya gejala ini muncul disertai dengan munculnya rasa gatal di kulit.
Selain itu, beberapa orang dengan kondisi ini mengalami perubahan warna
urine menjadi pucat atau keputihan.

Bila dilihat secara keseluruhan, gejala kanker liver ini hampir serupa
dengan kanker empedu (kolangiokarsinoma). Hanya saja, gejala jaundice akan
muncul lebih dulu pada orang yang memiliki kanker empedu.

4. Perdarahan
Salah satu ciri atau gejala dari kanker hati primer ini adalah terjadinya
perdarahan. Kondisi ini bisa ditunjukkan dengan mudahnya tubuh Anda
mengeluarkan darah di saat-saat tertentu.

Sebagai contoh, Anda mengalami muntah darah, muncul banyak lebam


pada tubuh, keluar banyak darah pada luka yang tidak parah, atau gusi dan
gigi berdarah saat menggosok gigi.

5. Benjolan di perut
Munculnya benjolan keras atau pembengkakan di area bawah tulang
rusuk bagian sisi kanan, menjadi awal tanda kanker hati. Benjolan ini kadang
tidak menimbulkan rasa sakit, tapi akan membuat Anda merasa tidak nyaman.
Jika rasa sakit muncul di area perut kiri atas, itu artinya kanker hati sudah
menyebabkan limpa membengkak.

Gejala kanker hati metastasis


Sementara itu, kanker liver yang terjadi akibat persebaran dari kanker
yang terjadi di organ tubuh lainnya mungkin ditunjukkan dengan kondisi yang sedikit
berbeda, tapi dengan gejala yang sedikit mirip dengan sebelumnya, termasuk:

1. Berat badan turun drastis


Pasien kanker liver yang terjadi karena kanker di organ tubuh lainnya
menyebar bisa ditandai dengan hilangnya berat badan yang cukup signifikan.
Kondisi ini juga disertai dengan hilangnya nafsu makan.

2. Penumpukan cairan
Gejala kanker hati yang mungkin muncul akibat metastatis adalah
adanya penumpukan cairan atau ascites di dalam perut. Kondisi ini dapat
menyebabkan perut terasa kembung, sehingga memicu rasa mual dan muntah
yang mungkin Anda alami.

Selain itu, hal ini juga dapat mengganggu nafsu makan penderita kanker
hati, sehingga tubuh tidak mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan dan terjadi
penurunan berat badan secara drastis.

Selain menimbulkan gangguan pencernaan, cairan yang terus menumpuk


bisa memasuki paru-paru dan menyebabkan masalah pernapasan, seperti napas
tersengal-sengal.

3. Kelelahan
Kelelahan merupakan gejala umum yang dialami semua pasien kanker.
Namun, kelelahan akibat penyakit kanker berbeda dengan kelelahan biasa
yang akan hilang jika Anda sudah beristirahat. Kelelahan akibat kanker
biasanya menetap selama 6 hingga 12 bulan.
4. Payudara membesar pada pria, testis mengecil atau gejala langka lain
Pada kasus tertentu, kanker liver dapat menimbulkan gejala langka,
seperti ginekomastia (payudara pria membesar), testis mengecil dan
hipoglikemia (gula darah rendah). Kondisi tersebut terjadi karena fungsi hati
untuk memproduksi hormon-hormon tertentu mengalami gangguan.

D. Patofisiologi
Kanker hati terjadi akibat kerusakan pada sel – sel parenkim hati yang
biasa secara langsung disebabkan oleh primer penyakit hati atau secara tidak
langsung oleh obstruksi aliran empedu atau gangguan sirkulasi hepatik yang
menyebabkan disfungsi hati. Sel parenkim hati akan bereaksi tehadap unsur –
unsur yang paling toksik melalui penggantian glikogen dengan lipid sehingga
terjadi infiltrasi lemak dengan atau tanpa nekrosis atau kematian sel. Keadaan
ini sering disertai dengan infiltrasisel radang dan pertumbuhan jaringan
fibrosis. Regenerasi sel dapat terjadi jika proses perjalanan penyakit tidak
terlampau toksik bagi sel –sel hati. Sehingga terjadi pengecilan dan fibrosis
selanjutnya akan menjadi kanker hati.

Berdasarkan etiologi dapat dijelaskan bahwa Virus Hepatitis B dan


Hepatitis C, kontak dengan racun kimia tertentu (misalnya : ninil klorida,
arsen), kebiasaan merokok, kebiasaan minum minuman keras (pengguna
alkohol), aftatoksik atau karsinogen dalam preparat herbal, dan Nitrosamin
dapat menyebabkan terjadinya peradangan sel hepar.

Beberapa sel tumbuh kembali dan membentuk nodul yang menyebabkan


percabangan pembuluh hepatik dan aliran darah pada porta yang dapat
menimbulkan hipertensi portal. Hipertensi portal terjadi akibat meningkatnya
resistensi portal dan aliran darah portal karena tranmisi dari tekanan arteri
hepatik ke sistem portal. Dapat menimbulkan pemekaran pembuluh vena
esofagus, vena rektum superior dan vena kolateral dinding perut. Keadaan ini
dapat menimbulkan perdarahan (hematemesis melena). Perdarahan yang
bersifat masif dapat menyebabkan anemia, perubahan arsitektur vaskuler hati
menyebabkan kongesti vena mesentrika sehingga terjadi penimbunan cairan
abnormal dalam perut (acites) menimbulkan masalah kelebihan volume
cairan .

Pada waktu yang bersamaan peradangan sel hepar memacu proses


regenerasi sel-sel hepar secara terus menerus (fibrogenesis) yang
mengakibatkan gangguan kemampuan fungsi hepar yaitu gangguan metabolik
protein, yang menyebabkan produksi albumin menurun (hipoalbuminenia),
sehingga tidak dapat mempertahankan tekanan osmotik koloid. Tekanan
osmotik koloid yang rendah mengakibatkan terjadinya acites dan oedema.
Kedua keadaan ini dapat menyebabkan masalah kelebihan volume cairan.
Metabolisme protein menghasilkan produk sampingan berupa amonia bila
kadarnya meningkat dalam darah dapat menimbulkan kerusakan saraf pusat
(SSP) yang dapat menimbulkan rangsangan mual dan ensefalopati hepatik.

Kerusakan sel hepar juga mempengaruhi terganggunya metabolisme


karbohidrat. Sel hati tidak mampu menyimpan glikogen sedangkan pemakaian
tetap bahkan meningkat akibat proses radang, menyebabkan depot glikogen di
hati menurun. Kurangnya asupan (perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan)
akibat anoreksia menyebabkan turunnya produksi energi sehingga timbul
gejala lemas, perasaan sepat lelah yang dapat mengganggu aktivitas.
Peradangan hati menyebabkan pembesaran pada hati yang menimbulkan
nyari. Nyeri yang tidak dapat ditoleransi menimbulkan penurunan nafsu
makan, asupan berkurang menyebabkan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.

Berdasarkan sumber lain patofisiologi Ca. Hepar ada yang menjelaskan bahwa :
1. Hepatoma 75 % berasal dari Sirosis hati yang lama / menahun.
Khususnya yang disebabkan oleh alkoholik dan post nekrotik.
2. Pedoman diagnostik yang paling penting adalah terjadinya kerusakan
yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Pada penderita sirosis hati
yang disertai pembesaran hati mendadak.
3. Tumor hati yang paling sering adalah metastase tumor ganas dari
tempat lain. Matastase ke hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50 %
kematian akibat kanker. Hal ini benar, khususnya untuk keganasan
pada saluran pencernaan, tetapi banyak tumor lain juga
memperlihatkan kecenderungan untuk bermestatase ke hati, misalnya
kanker payudara, paru-paru, uterus, dan pankreas.
4. Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui
Sampai penyebaran tumor yang sangat luas, sehingga tidak dapat
dilakukan reseksi lokal lagi.

E. Pencegahan
Kanker hati tidak dapat dicegah, tetapi Anda bisa melakukan sejumlah langkah di
bawah ini untuk menurunkan risiko terserang kanker hati:
 Menjaga berat badan ideal
 Menghindari konsumsi minuman beralkohol dan merokok
 Menggunakan alat pelindung diri saat terpapar bahan kimia
 Melakukan hubungan seksual yang aman
 Menjauhi NAPZA
 Melakukan vaksinasi hepatitis B
F. Komplikasi
Kanker hati dapat menimbulkan sejumlah komplikasi, baik akibat
penekanan kanker hati terhadap organ lain, peningkatan kadar hormon yang
diproduksi kanker, maupun kegagalan fungsi hati. Beberapa komplikasi tersebut
adalah:
 Anemia atau kekurangan sel darah merah
 Perdarahan, seperti mimisan atau gusi mudah berdarah
 Asites yang sangat besar hingga menekan pernapasan
 Peritonitis, jika asites dibiarkan terlalu lama
 Penyumbatan pada saluran empedu
 Hipertensi portal yang dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah
esofagus (varises esofagus)
 Sindrom hepatorenal atau penyakit ginjal akibat kerusakan pada hati
 Ensefalopati hepatik atau kerusakan otak akibat kerusakan hati
Selain itu, sel kanker hati juga dapat menyebar (metastasis) ke organ lain. Tumbuhnya
kanker di organ lain dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan tambahan,
tergantung pada lokasi kanker yang baru.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Darah lengkap : SGOT, SGPT, LDH, CPK, Alkali Fostatase.
2. Radiologi
- Pemeriksaan barium esofagus
- Foto rongent abdomen
- Arteriografi pembuluh darah seliaka.
- Laparoskopi : Melihat perbedaan permukaan hati antara lobus kanan dengan kiri
sehingga jika ada kelainan akan terlihat jelas.
- Biobsi hati : Menentukan perubahan anatomis pada jaringan hati
- Ultrasonografi : Memperlihatkan ukuran – ukuran organ abdomen.

H. Penatalaksaan Medis

1.      Non Bedah .
a.       Terapi Radiasi
Tujuan : Mengurangi  nyeri dan gangguan rasa nyaman, gejala
anoreksia, panas dan kelemahan.
Pelaksanaan metode radiasi meliputi :
·         Penyuntikan
anti bodi berlabel isotop radio aktif  secara intravena
yang secara spesifik akan menyerang antigen yang berkaitan dengan
tumor.
·         Penempatan sumber radiasi perkutan intensitas tinggi untuk terapi
radiasi interstisil.
b.      Kemoterapi
Tujuan :  Untuk memperbaiki kualitas hidup pasien dan
memperpanjang kelangsungan hidupnya.
Bentuk terapi ini juga dapat dilakukan sebagai terapi ajuan setelah
dilakukan reseksi tumor hati. Kemoterapi sistemik dan kemoterapi
infus regional merupakan dua metode yang digunakan untuk
memberikan preparat antineoplastik kepada pasien tumor primer dan
metastasis hati.
Untuk memberikan kemoterapi dengan kosentrasi yang tinggi
kedalam hati melalui arteri hepatika dipasang pompa yang dapat
ditanam. Metode ini menghasilkan pemberian obat dengan cara infus
yang kontinyu, dapat di andalkan dan terkontrol yang dapat
dilaksanakan sendiri dirumah.
c.       Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di rumah
Tujuan :
·         Membantupasien dan keluarganya untuk mengatasi gejala yang dapat
terjadi serta prognosis penyakit tersebut
·         Untuk
mengidentifikasi dan mengimplementasikan strategi penanganan
rasa nyeri serta pendekatan terhadap penanganan masalah yang dapat terjadi.
d.      Drainase Bilier Perkutan
Digunakan untuk melakukan pintasan saluran empedu yang tersumbat
oleh tumor hati, pankreas atau saluran empedu pada pasien tumor yang
dianggap beresiko. Dengan bantuan fluroskopi, sebuah kateter dimasukan
melalui dinding abdomen dengan melewati lokasi obstruksi kedalam
deudenum. Sebagai hasil prosedur ini pasiem merasa lebih nyaman, dan
kualitas hidup hidup serta kelangsungan hidupnya meningkat. Selama
beberapa hari setelah dipasang kateter tersebut dibuka untuk drainase
eksternal. Cairan empedu yang mengalir keluar di observasi dengan ketat
untuk mengetahui jumlah , warna dan adanya darah serta debris.
Kepada pasien dan keluarganya diberitahukan tentang strategi
penatalaksanaan dan peranan mereka dalam kemoterapi. Mereka diminta
untuk mengkaji sendiri dan melaporkan komlikasi serta efek samping
kemoterapi yang akan digunakan. Oleh karena itu, mereka harus mendapatkan
informasi yang benar tentang kerja kemoterapi dan efek yang di kehendaki
serta yang tidak di kehendaki. Perawat harus menekankan pentingnya
kunjungan tindak lanjut untuk memungkinkan pengkajian yang sering
terhadap respon pasien dan tumor yang diderita setelah dilakukan kemoterapi,
kondisi tempat pompa di pasang dan terjadinya efek yang bersifat toksik.
Pasien didorong untuk melanjutkan kembali semua aktivitas rutinya untuk
menghindari aktivitas yang dapat merusak pompa tersebut.
2.      Penatalaksanaan Pembedahan
Lobektomi hepatik dapat dilakukan jika tumor hepatik primer adalah
setempet atau jika tempat primer dapat dieksisi secara keseluruhan dan
metastasis dapat di batasi. Dengan kemampuan kapasitas pada regenerasi sel-
sel hepar, 90% hepar telah dapat diangkat dengan berhasil. Adanya sirosis
menyebabkan keterbatasan kemampuan hepar untuk beregenerasi.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Konsep Dasar Askep Keluarga


1. Pengertian Askep Keluarga
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai tatanan
pelayanan kesehatan, dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar menusia, dengan
metodologi proses keperawatan, berpedoman pada standar praktik keperawatan
dilandasi etik dan etika keperawatan dalam wewenang serta tanggung jawab
keperawatan. Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks
dengan menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga
dan individu sebagai anggota keluarga (Mubarak, 2012).

2. Tujuan Keperawatan Keluarga


Tujuan umum dari keperawatan keluarga adalah dapat meningkatkan keluarga
dalam mengatasi masalah kesehatan secara mandiri
Tujuan khusus:
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
b. Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga
c. Melakuikan tindkaan keperawatan kesehatan kepada anggota keluarga yang
sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh, dana tau yang membutuhkan
bantuan/asuhan keperawatan.
d. Memelihara lingkungan (fisik, psikis, dan sosial) sehingga dapat menunjang
peningkatan kesehatan keluarga
e. Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyrakat misalnya: puskesmas,
puskesmas pembantu, kartu sehat, dan posyandu untuk memperoleh pelayanan
kesehatan
3. Tahap-Tahap proses Keperawatan Keluarga
Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling bergantung satu sama lainnya dan
bersifat dinamis dan disusun secara sistematis untuk menggambarjan
perkembangan dari tahap yang lain.
a. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian (mubakarak, 2012) adalah tahapan dimasa seorang perawat
mengambil informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang
dibinanya. Secraa garis besar data dasar yang dipergunakan mengkaji status
keluarga:
1) struktur dan karakteristik keluarga
2) sosial, ekonomi, budaya
3) faktor lingkungan
4) riwayat kesehatan dan medis dari setiap anggota keluarga
5) psikososial keluarga
yang termasuk dalam tahap pengkajian adalah:
1) pengumpulan data
tahap-tahap ini dilakukan dengan cara:
a) wawancara, yang berkaitan dengan hal-hal yang tidak diketahui, baik
aspek fisik, mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan lingkungan dan
sebagainya.
b) Pengamatan, pengamatan terhadap hal-hal yang tidak perlu ditanyakan,
karena sudah dianggap cukup melalui pengamatan saja, diantaranya
yang berkaitan dengan lingkungan fisik, misalnya ventilasi,
penerangan, kebersihan dan sebagainya.
c) Studi dokumentasi, studi berkiatan dengan perkembangan kesehatan
anak. Diantaranya melalui Kartu Menuju Sehat (KMS), kartu keluarga
dan catatan-catatan kesehatan lainnya.
d) Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap anggota keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan dan keperawatan, berkaitan dengan
keadaan fisik. Misalnya: kehamilan, kelainan organ tubuh, dan tanda-
tanda penyakit.
Pada tahap ini hal-hal yang dikaji dalam keluarga adalah : (Mubarak,
2012)
a) Data umum : nama kepala keluarga, alamat, pekerjaan dan pendidikan
kepala keluarga, komposisi keluarga yang terdiri dari nama, jenis
kelamin, hubungan dengan KK, umur, pendidikan, dan status imunisasi
dari masing-masing anggota keluarga serta genogram, tipe keluarga,
suku bangsa, agama, status sosial ekonomi keluarga, aktivitas rekreasi
keluarga
b) Riwayat tahap perkembangan keluarga
Mencakup tahap perkembangan keluarga saat ini tahap perkembangan
keluarga inti
c) Pengkajian lingkungan
Mencakup karakteristik rumah, karakteristik tetangga, mobilitas
geografis keluarga (kebiasaan keluarga berpindah tempat),
perkumpulan keluarga dan inteeraksi dengan masyarakat serta system
pendukung keluarga
d) Struktur keluarga: mencakup komunitas keluarga, struktur kekuatan
keluarga, struktur peran serta nilai dan norma keluarga
e) Fungi keluarga
Mencakup fungsi afektif (gambaran diri keluarga, perasaan saling
memiliki dukungan keluarga, sikap keluarga saling mengargai) fungsi
sosial, fungsi keperawatann kesehatan, fungai reproduksi dan fungsi
ekonomi.
f) Stress dan Koping Keluarga
Meliputi stressor jangka pendek, kemampuan keluarga berespon
terhadap situasi atau stressor, stategi koping yang digunakan dan
stategi adaptasi difungsional
g) Pemeriksaan fiisk
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode
yang digunakan padapemeriksaan, tidak berbeda dengan pemeriksaan
fisik klinis.
h) Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada
2) Pengolahan Data
Data yang akan disusun dalam table, grafiik, genogram, gambar, dan lain-
lain untuk memudahkan analisis.

Laki-laki Perempuan Klien Sakit

Meninggal Menikah Pisah

Cerai Cerai Anak Angkat

Aborsi Kembar Tinggal Serumah

Gambar 3.1 Genogram (Ali Zaidin, 2010)


3) Analisa Data
Setelah ditabulasi data dapat ditarik kesimpulan tentang permasalahan
yang ada
4) Perumusan Masalah
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah yang terjadi sekaligus
dapat dirumuskan yang selanjutnya dilakukan intervensi. Namun demikian
masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin dapat diatasi sekaligus.
Oleh karena itu diperlukan prioritas masalah.
5) Prioritas Masalah
Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan
menurut Abraham H. Maslow (dalam Mubarak, 2012):
a) Keadaan yang mengancam kehidupan
b) Keadaan yang mengancam kesehatan.
c) Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.
Menurut Bailon dan Maglaya dalam Ali (2010) menyebutkan susunan
skala prioritas yang dapat disimak dalam table adalah sebagai berikut :
Table 3.1 : Skala prioritas Masalah
No Kriteria Bobot
1 Sifat Masalah 1
Skala : Tidak/Kurang sehat 2
Ancaman Kesehatan 3
Keadaan Sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2
Skala : Mudah 2
Sebagian 1
Tidak Dapat 0
3 Potensi maslaah untuk di cegah 1
Skala : Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1
Skala : Masalah berat harus ditangani 2
Masalah tidak perlu segera ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 0
Skoring:
a) Tentukan skor setiap kriteria
b) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan bobot
c) Jumlah skor tertinggi untuk semua kriteria adalah 5, sama dengan
seluruh bobot
Skala
x Bobot
angka tertinggi
d) Jumlah skor untuk semua kriteria
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas menurut
Mubarak (2012):
a) Kriteria yang pertama yaitu sifat masalah, bobot yang lebih berat
diberikan pada tidak/kurang sehat karena yang pertama memerlukan
tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga
b) Untuk kriteria kedua, yaitu untuk kemungkinan masalah dapat diubah
perawat perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai
berikut:
(1) Pengetahuan yang ada sekarang teknologi dan tindakan yang
menangani masalah
(2) Sumber daya keluarga: dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga
(3) Sumber daya perawat : dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan
dan waktu
(4) Sumber daya masyarakat : dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam
masyarakat dan sokongan masyarakat.
c) Kriteria ketiga, yaitu potensia masalah dapat dicegah, faktor-faktor
yang perlu diperhatikan adalah:
(1) Masalah yang berhubungan dengan penyakit
(2) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu maslah
itu ada
(3) Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindkaan yang tepat dalam
memperbaiki masalah
(4) Adanya kelompok high risk atau kelompok yang sangat peka
menambah potensi untuk mencegah masalah
d) Kriteria keempat, yaitu menonjolkan masalah perawat perlu menilai
persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut.
b. Diagnose keperawatan keluarga
Menurut (Mubarak dkk, 2012), diagnose keperawatan keluarga sebagai
berikut:
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat
5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan
c. Rencana Tindakan Keperawatan Keluarga
Mubarak (2012) menyatakan perencanaan keperawatan keluarga adalah
sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaksanakan dalam
memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi.
Intervensi masalah keperawatan yang mungkin timbul pada keluarga sesuai
tugas keluarga sebagai etiologinya, dengan anggotanya keluarga yang
menderita kanker hati :
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kanker hati.
a) Gali pengetahuan keluarga mengenal kanker hati
b) Berikan penjelasan secara sederhana tentang pengertian, penyebab,
tanda, dan gejala kanker hati.
c) Bantu keluarga untuk mengenal tanda dan gejala kanker hati yang
terdapat pada anggota keluarga.
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi kanker hati.
a) Diskusikan bersama keluarga akibat kanker hati apabila tidak ditangani
b) Jelaskan alternative tindakan yang dapat dipilih untuk mengatasi
masalah kanker hati.
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dengan
masalah kanker hati.
a) Kaji sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang mengalami kanker hati.
b) Jelaskan tetang cara perawatan kanker hati seperti teratur dalam
minum obat dan tidak menyudai minum obat tanpa seizing dari dokter.
c) Mendemostrasikan cara perawatan penyakit kanker hati pada keluarga
dengan tepat yaitu dengan memisahkan alat makan dengan anggota
keluarga yang tidak menderita kanker hati, mencuci alat makan dengan
bersih.
d) Jelaskan pentingnya nutrisi bagi penderita kanker hati untuk proses
kesembuhan.
4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan yang sehat untuk
mencegah penularan kanker hati.
a) Beri penjelasan tentang pengaruh lingkungan dengan kanker hati
tentang ventilasi yang buruk, kurangnya pencahayaan dan kondisi
ruangan yang lembab dapat menjadi tempat berkembangbiaknya
bakteri.
b) Jelaskan pada keluarga tentang cara memodifikasi lingkungan untuk
mencegah kanker hati dengan penataan tempat tidur.
5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
guna memelihara kesehatan.
a) Beri penjelasan pada keluarga, macam-macam faisilitas kesehatan
yang ada
b) Kaji tingkat kepercayaan keluarga pada pelayanan kesehatan
c) Diskusikan bersama keluarga manfaat mendatangi fasilitas kesehatan
d. Tahap Pelaksanaan Keperawatan Keluarga
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga
dimana perawat mendapat kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga
dalam mengadakan perbaikan kearah perilaku hidup sehat. Tindakan
keperawatan keluarga mencakup hal-hal dibawah ini:
1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi, mengidentifikasi
kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, serta mendorong sikap emosi
yang sehat terhadap masalah.
2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
dengan cara mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukan
tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, dan
mendiskusikan konsekuensi setiap tindakan.
3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit
dengan cara mendemostrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan
fasilitas yang ada dirumah. Dan mengawasi keluarga melakukan
perawatan.
4) Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi
sehat dengan menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
dan melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
5) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan cara
mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga dan
membantu keluarga cara menggunakan fasilitas tersebut.
Kesulitan dalam tahap pelaksanaan dapat diakibatkan oleh berbagai faktor
yang berasal dari petugas, antara lain:
1) Petugas cenderung menggunakan satu pola pendekatan atau petugas kaku
dan kurang fleksibel.
2) Petugas kurang memberikan penghargaan atau perhatian terhadap faktor-
faktor sosial budaya.
3) Petugas kurang mampu dalam mengambil tindakan atau menggunakan
bermacam-macam teknik dalam mengatasi masalah yang rumit. (Mubarak
dkk, 2012)
e. Evaluasi Keperawatan
Langkah-langkah dalam mengevaluasi pelayanan keperawtan yang diberikan
menurut Mubarak (2012), baik kepada individu maupun keluarga adalah
sebagai berikut:
1) Tentukan garis besar masalah kesehatan yang dihadapi dan bagaimana
keluarga mengatasi masalah tersebut
2) Tentukan bagaimana rumusan tujuan perawatan yang akan dicapai
3) Tentukan kriteria dan standar untuk evaluasi. Kriteria dapat berhubungan
dengan sumber-sumber proses atau hasil, bergantung kepada dimensi
evaluasi yang diinginkan
4) Tentukan metode atau teknik evaluasi yang sesuai serta sumber-sumber
data yang diperlukan
5) Bandingkan keadaan yang nyata (sesudah perawatan) dengan kriteria dan
standar untuk evaluasi
6) Identifikasi penyebab atau alatasan penampilan yang tidak optimal atau
pelaksanaan yang kurang memuaskan
7) Perbaiki tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai, perlu ditentukan
alasan kemungkinan tujuan tidak realistic, tindakan tidak tepat, atau
kemungkinan ada faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi.
Evaluasi proses keperawatan ada dua yaitu evaluasi kuantitatif dan evaluasi
kualitatif.
1) Evaluasi Kuantitatif
Evaluasi kuantitatif dilaksanakan dalam kuantitas, jumlah pelayanan, atau
kegiatan yang telah dikerjakan. Misalnya jumlah keluarga yang dibina atau
jumlah imunisasi yang telah diberikan evaluasi kuantitatif sering
digunakan dalam kesehatan karena lebih mudah dikerjakan bila
dibandingkan dengan evaluasi kuantitatif. Pada evaluasi kuantitatif jumlah
kegiatan dianggap dapat memberikan hasil yang memuaskan.
2) Evaluasi Kualitatif
Evaluasi kualitas merupakan evaluasi mutu yang dapat difokuskan pada
salah satu dari tiga dimensi yang saling berkaitan.
a) Struktur atau sumber: evaluasi struktur atau sumber terkait dengan
tenaga manusia atau bahan-bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan
kegiatan. Upaya keperawatan yang terkait antara lain:
(1) Kecakapan dan kualifikasi perawat
(2) Minat atau dorongan
(3) Waktu dan tenaga yang digunakan
(4) Macam dan banyaknya peralatan yang digunakan
(5) Dana yang tersedia
b) Proses: evaluasi proses berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan untuk mencapai tujuan. Misalnya, mutu penyuluhan
kesehatan yang diberikan kepada keluarga lansia dengan masalah
nutrisi.
c) Hasil
Evaluasi ini difokuskan kepada bertambahnya kesanggupan keluarga
dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan.
Evaluasi sebagai proses dipusatkan pada pencapaian tujuan dengan
memperhatikan keberhasilan dari tindakan keperawatan yang telah
diberikan. Evaluasi dapat dipuatkan pada tiga dimensi yaitu:
a) Efisiensi atau tepat guna, evaluasi ini dikaitkan dengan sumber daya
yang digunakan misalnya uang, waktu, tenaga, atau bahan.
b) Kecocokan (appropriateness), evaluasi ini dikaitkan dengan adanya
kesesuaian antara tindakan keperawatan yang dilakukan dengan
pertimbangan professional.
c) Kecukupan (adequacy), evaluasi ini dikaitkan dengan kelengkapan
tindkaan keperawatan yang dilakukan untuk mecapai tujuan atau hasil
yang diinginkan.
Hasil dari perawatan klien dapat diukur melalui tiga bidang:
a) Keadaan fisik, keadaan fisik dapat diobservasi melalui suhu tubuh
yang turun, berat badan naik, dan perubahan tanda klinik.
b) Psikologis sikap, seperti perasaan cemas berkurang, keluarga bersikap
positif terhadap petugas kesehatan.
c) Pengetahuan tentang perilaku, misalnya keluarga dapat menjalankan
petunjuk yang diberikan keluarga, dapat menjelaskan manfaat dari
tindakan keperawatan.
Tahap evaluasi dapat dilakukan pula secara formatif dan sumatif. Evaluasi
formattif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan
keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan
pada akhir asuhan keperawatan.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Kanker Hati


 Pengkajian
1. Identitas
- Usia : Biasanya menyerang dewasa dan orang tua
- Jenis kelamin : Kanker hati sering terjadi pada laki – laki dari pada
perumpuan.
- Pekerjaan : Dapat ditemukan pada orang dengan aktivitas yang berlebihan
2. Riwayat Kesehatan
- Keluhan utama : Keluhan pasien pada waktu dikaji.
- Riwayat penyakit dahulu : Pasien dahulu pernah menderita penyakit apa
dan bagaimana pengobatanya.
- Riwayat penyakit sekarang
- Riwayat penyakit keluarga
3. Data fokus terkait perubahan pola fungsi
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya pada kerusakan atau gangguan
hati menurut doengoes, 1999 adalah :
- Aktivitas : Klien akan mengalami kelelahan , kelemahan, malaise
- Sirkulasi : Bradikardi akibat hiperbilirubin berat, akterik pada sclera, kulit dan
membran mukosa.
- Eliminasi: Warna urin gelap ( seperti teh ), diare feses warna tanah liat.
- Makanan dan cairan : Anoreksia, berat badan menurun, perasaan mual dan
muntah, terjadi peningkatan edema, asites.
- Neurosensori : Peka terhadap rangsangan, cenderung tidur, asteriksis
- Nyeri / Kenyamanan : Kram abdomen, nyeri tekan pada abdomen kuadran
kanan atas, mialgia, sakit kepala, gatal – gatal.
- Keamanan : Urtikaria, demam, eritema, splenomegali, pembesaran nodus
servikal posteior
- Seksualitas : Perilaku homoseksual aktif atau biseksual pada wanita dapat
meningkatkan faktor resiko.
4. Pemeriksaan fisik
Menurut Doengoes, 1999 hasil pemeriksaan fisik pada pasien kanker hati adalah:
1. Tanda – tanda vital : Tekanandarahmeningkat, nadi
bradikardial, suhumeningkat, pernafasan
meningkat.
2. Mata : Skera ikterik
3. Mulut : Mukosa kering, bibir pucat.
4. Abdomen : Terdapat nyeritekanpada kuadran
kanan atas,pembesaranhati, asites,
permukaan teraba ireguler.
5. Kulit : Gatal – gatal ( pruritus )
6. Ekstremitas :Mengalami kelemahan, peningkatan edema.
5. Pemeriksaan penunjang
Hasil :
1. Laboratorium:
500 mg/dl, HbsAg positf dalam serum, Kalium, Kalsium.≥ Darah lengkap ; SGOT,
SGPT, LDH, CPK, Alkali Fostatase.
· AST / SGOT meningkat Nn ( 10 – 40 unit (4,8 -19 U/L)
· ALT / SGPT meningkat Nn ( 5 – 35 unit (2,4 – 17 U/L)
· LDH meningkat Nn (165 – 400 unit (80 – 192 U/L)
· Alkali Fostatase meningkat Nn ( 2 -5 unit (20 – 90 IU/L)
· Albumin menurun Nn ( 3,5 – 5,5 g/dl (35-55 g/L)
· Globulin meningkat Nn ( 1,5 – 3,0 g/dl (15-30g/L)
3. Pemeriksaan radiologi
- Pemeriksaan barium esofagus : Menunjukkan peningkatan tekanan portal.
- Foto rongent abdomen : Pada penderita kanker hati akan terlihat perubahan
ukuran hati.
- Arteriografi pembuluh darah seliaka : Untuk melihat hati dan pankreas.
- Laparoskopi : Melihat perbedaan permukaan hati antara lobus kanan
dengan kiri sehingga jika ada kelainan akan terlihat jelas.
- Biobsi hati : Menentukan perubahan anatomis pada jaringan hati
- Ultrasonografi : Memperlihatkan ukuran – ukuran organ abdomen.
 Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan diet yang tidak adekuat,ketidakmampuan untuk memproses/mencerna
makanan,anorexia,mual dan muntah.
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan natrium/masukan
cairan ,penurunan protein plasma ,malnutrisi.
c. Resiko pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
akibat pengumpulan cairan intra abdomen (asites).
d. Nyeri berhubungan dengan tegangnya dinding perut (asites).
e. Resiko terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan
pruritus,edema dan asites.

 Fokus Intervensi dan Rasional


Diagnosa I
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diet
yang tidak adekuat ,ketidakmampuan untuk memproses/mencerna makanan ,anorexia,
mual dan muntah.
Mandiri :
 Dorong klien untuk makan,libatkan orang terdekat ,dan pilih makanan yang disukai
klien.
 Berikan makanan sedikit tapi sering
 Berikan perawatan mulut sebelum makan
 Timbang BB tiap hari
 Tambahkan garam bila diizinkan

Kolaborasi:
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diit TKTP,KH,rendah lemak
 Kolaborasi pemberian obat penambah nafsu makan,anti mual/muntah.
 Awasi pemeriksaan lab : glukosa serum,albumin,protein total,ammonia.

Diagnosa II
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan natrium/masukan cairan,
penurunan protein plasma,malnutrisi.
Mandiri:
 Batasi asupan Na+ dan cairan jika diintruksikan.
 Ukur intake dan output,timbang BB tiap hari ,dan catat peningkatan BB> 5 kg/hari
 Awasi TD,CVP,dan catat DVJ
 Kaji derajat pitting edema
 Ukur lingkar abdomen
 Dorong untuk tirah baring bila ada asites

Kolaborasi:
 Awasi albumin serum dan e- (k+ dan Na+)
 Batasi Na+ dan cairan sesuai indikasi
 Berikan diuretik = furosemide (lasix),spirolaktan

Diagnosa III
Resiko pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru akibat
pengumpulan cairan intra abdomen (asites)
Mandiri:
 Awasi frekuensi ,kedalaman dan upaya pernapasan
 Pertahankan kepala TT tinggi
 Ubah posisi dengan sering ,dorong napas dalam,dan Latihan
 Selidiki perubahan tingkat kesadaran
 Monitor TTV tiap 2 jam
 Anjurkan klien untuk banyak istirahat

Kolaborasi :
 Awasi seri AGD,Ro dada
 Berikan O2 sesuai indikasi
 Siapkan untuk prosedur parasentesis

Diagnosa IV
TUJUAN :
- Mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan
sesuai indikasi nyeri.
- Melaporkan penghilangan nyeri maksimal / kontrol dengan pengaruh minimal
pada AKS.
INTERVENSI :
 Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi , frekwensi, durasi dan intensitas ( 0-
10) dan tindakan penghilang rasa nyeri misalkan berikan posisi yang duduk
tengkurap dengan dialas bantal pada daerah antara perut dan dada.
 Berikan tindakan kenyamanan dasar misalnya reposisi, gosok punggung.
 Kaji tingkat nyeri.
RASIONAL :
 Memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan / keefektifan intervensi
misalnya : nyeri adalah individual yang digabungkan baik respons fisik dan
emosional.
 Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian.
 Kontrol nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada AKS.

Diagnosa V
TUJUAN :
- Mengedentifikasi fiksi intervensi yang tepat untuk kondisi kusus.
- Berpartisipasi dalam tehnik untuk mencegah komplikasi / meningkatkan
penyembuhan.
INTERVENSI :
 Kaji kulit terhadap efek samping terapi kanker. Perhatikan kerusakan atau
perlambatan penyembuhan.
 Mandikan dengan air hangat dan sabun.
 Dorong pasien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit yang kering
dari pada menggaruk.
 Balikkan / ubah posisi dengan sering.
 Anjurkan pasein untuk menghindari krim kulit apapun ,salep dan bedak
kecuali seijin dokter.
RASIONAL :
 Efek kemerahan atau reaksi radiasi dapat terjadi dalam area radiasi dapat
terjadi dalam area radiasi. Deskuamasi kering dan deskuamasi kering, ulserasi.
 Mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit.
 Membantu mencegah friksi atau trauma fisik.
 Untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit/ jaringan
yang tidak perlu

Dapat meningkatkan iritasi atau reaksi secara nyata.


 Evaluasi
Setelah dilakukan implementasi keperawatan, maka hal yang perlu di evaluasi dari
tindakan yang telah kita lakukan yaitu :
1. Kebutuhan akan nutrisi dapat terpenuhi
2. Nyeri yang dirasakan klien dapat berkurang
3. Klien dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan tubuh
4. Klien dapat turut berpartisipasi dalam tehnik untuk mencegah komplikasi.
DAFTRA PUSTAKA

https://www.kemkes.go.id/article/view/20072900002/termasuk-silent-killer-hepatitis-
bisa-dicegah-dan-diobati.html
https://www.alodokter.com/komunitas/topic/apkah-pnyakit-keturunan
https://www.sehatq.com/artikel/gen-dari-orangtua-dapat-picu-penyakit-hati
https://www.alodokter.com/kanker-hati/komplikasi
https://hellosehat.com/kanker/kanker-hati/gejala-kanker-hati/
https://www.alodokter.com/kanker-hati/pencegahan

Anda mungkin juga menyukai