Anda di halaman 1dari 6

JIM FKep Volume IV No.

1 2018

SIKAP PERAWAT TENTANG PENATALAKSANAAN SYOK HIPOVOLEMIK

NURSES’ ATTITUDE OF HYOVOVOLEMIC SYOK MANAGEMENT

Yelli Marvitra1; Halimuddin2


1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
2
Bidang Keilmuan Keperawatan Gawat Darurat Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
e-mail: yellimarvitrah22@gmail.com; halimuddin.ners@gmail.com

ABSTRAK
Sikap perawat tentang penatalaksanaan syok hipovolemik harus lah dimiliki oleh perawat meliputi Sikap
afektif (emosi), tindakan (keterampilan) dan pengetahuan dalam melakukan penatalaksanaan pada pasien
dengan syok hipovolemik. Syok hipovolemik adalah syok yang sering dijumpai, yang disebabkan oleh
penurunan volume intravaskular yang di akibatkan oleh kehilangan cairan eksternal. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui sikap perawat tentang penatalaksanaan syok hipovolemik. Jenis penelitian adalah
Deskriptif kuantitatif dengan desain cross sectional. Tempat penelitian di ruang instalasi gawat darurat di
RSU Meuraxa Kota Banda Aceh. Alat pengumpulan data kuesioner skala likert dan multiple choise. Sampel
penelitian adalah total sampling 31 perawat instalasi gawat darurat. Hasil penelitian di instalasi gawat darurat
didapat bahwa sikap afektif perawat tentang penatalaksanaan syok hipovolemik berada pada kategori baik
sebanyak 23 orang (74,2%), keterampilan perawat tentang penatalaksanaan syok hipovolemik berada pada
katagori baik sebanyak 22 orang (71%), sedangkan pengetahuan perawat tentang penatalaksanaan syok
hipovolemik berada pada katagori baik sebanyak 23 orang (74,2%) .

Kata Kunci : Sikap, Syok Hipovolemik, Penatalaksanaan.

ABSTRACT
The nurse's attitude about managing hypovolemic shock must be owned by the nurse including affective
attitude (emotion), actions (skills) and knowledge in performing management in patients with hypovolemic
shock. Hypovolemic shock is a common shock, caused by a decrease in intravascular volume resulting from
external fluid loss. The purpose of this study is to determine the attitude of nurses about the management of
hypovolemic shock. The research type is descriptive quantitative with cross sectional design. Place of study
in emergency room at Meuraxa Hospital of Banda Aceh City. Literary data collection tool likert scale and
multiple choise. The sample was total sampling of 31 emergency department nurses. The results of the study
at the emergency department showed that the nurse's affective attitude about the management of hypovolemic
shock was in the good category as many as 23 people (74.2%), the nurse's skill about hypovolemic shock
management was in the good category of 22 people (71%), about the management of hypovolaemic shock is
in the good category as many as 23 people (74.2%).

Keywords : Attitude, Hypovolemic Shock, Management.

13
JIM FKep Volume IV No. 1 2018

PENDAHULUAN dan bahkan kematian. Perawat harus


Salah satu kasus kegawat daruratan memberikan intervensi yang tepat atau
yang memerlukan tindakan segera adalah manajemen kegawat daruratan untuk
syok. Syok merupakan gangguan sirkulasi mengatasi syok hipovolemik (Dewi &
yang diartikan sebagai tidak adekuatnya Rahayu, 2010, p.93-96).
transpor oksigen ke jaringan yang disebabkan Keadaan pasien dengan syok
oleh gangguan hemodinamik. Berdasarkan hipovolemik dengan berbagai kasus seperti
bermacam-macam sebab dan kesamaan kehilangan darah, diare, dehidrasi, bahkan
mekanisme terjadinya, syok dapat pasien dengan kasus luka bakar yang apabila
dikelompokkan menjadi empat macam yaitu tidak ditangani segera dengan cepat dan tepat
syok hipovolemik, syok distributif, syok akan berakibat fatal dan bisa menyebabkan
obstruktif, dan syok kardiogenik (Hardisman, kematian. Berdasarkan latar belakang di atas
2013, p.179). maka rumusan masalah dalam penelitian ini
Menurut WHO dalam (Diantoro, 2014, adalah bagaimanakah gambaran sikap perawat
p.2) angka kematian akibat diare yang disertai tentang penatalaksanaan syok hipovolemik di
syok hipovolemik pada balita di Brazil ruang instalasi gawat darurat RSU Meuraxa
mencapai 800.000 jiwa. Sebagian besar Kota Banda Aceh.
penderita meninggal karena tidak mendapat Berdasarkan latar belakang diatas maka
penanganan pada waktu yang tepat. penulis tertarik untuk mengidentifikasikan
Sedangkan insiden diare yang menyebabkan gambaran sikap perawat tentang penata
syok hipovolemik pada balita di Indonesia laksanaan syok hipovolemik di ruang instalasi
6,7%. Lima provinsi dengan insiden diare gawat darurat RSU Meuraxa Kota Banda
tertinggi adalah Aceh (10,2%), Papua (9,6%), Aceh tahun 2017.
DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%),
dan Banten (8,0%) (Riskesdas, 2013). Data METODE
yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Jenis penelitian yang digunakan adalah
Daerah Meuraxa Kota Banda Aceh, jumlah Deskriptif kuantitatif dengan desain cross
pasien dengan kasus syok hipovolemik sectional. Tempat penelitian di ruang instalasi
sebanyak 38 pasien (0,38%), syok septik gawat darurat di RSU Meuraxa Kota Banda
sebanyak 20 pasien (0,20%), syok Aceh. Alat pengumpulan data kuesioner skala
kardiogenik sebanyak 8 pasien (0,8%), dan likert dan multiple choise. Sampel adalah total
syok anafilaktik sebanyak 4 pasien (0,4%), sampling 31 perawat instalasi gawat darurat.
dari Januari sampai Desember tahun 2016. Pengumpulan data dilakukan dengan
(RSU Meuraxa, 2016). mengisi kuesioner yang menilai tentang sikap
Penatalaksanaan syok hipovolemik afektif (emosi), tindakan (keterampilan) dan
tidak terlepas dari penerapan algoritma ABC, pengetahuan merupakan hal yang harus
dimana perawat gawat darurat berperan untuk dimiliki oleh perawat dalam melakukan
menangani gangguan airway, breathing dan penatalaksanaan pada pasien dengan syok
circulation segera. Sebagai perawat, harus hipovolemik.
mengenal dan mempunyai kemampuan atau
HASIL
kecakapan untuk menangani kondisi ini, di Berdasarkan hasil penelitian yang telah
setiap tempat/ruangan. Perawat IGD, haruslah dilakukan terhadap 31 perawat, didapatkan
mempunyai sikap yang tanggap dalam hasil sebagai berikut :
melakukan tindakan medis, perawat IGD
perlu membekali dirinya dengan pengetahuan Tabel 1. Usia
yang baik tentang syok hipovolemik agar 95% convidence
interval
dapat menangani syok hipovolemik dengan Mean Median Modus SD Min Max
Lower Upper
cepat dan tepat untuk menghindari komplikasi
30,77 30 30 3,72 26 39 29,4 32,13

14
JIM FKep Volume IV No. 1 2018

Berdasarkan tabel 1 dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan tabel 6 dapat disimpulkan bahwa
dari 31 usia perawat instalasi gawat darurat dari 31 perawat didapatkan 22 perawat
rata-rata 30,77 tahun dengan standar deviasi (74,2%) dengan katagori baik.
3,72 tahun.
Tabel 7. Pengetahuan
Tabel 2. Jenis Kelamin Kategori f %
Jenis Kelamin f % Baik 23 74,2
Laki-laki 18 58,1 Kurang 8 25,8
Perempuan 13 41,9 Jumlah 31 100
Total 31 100 Berdasarkan tabel 7 dapat disimpulkan
Berdasarkan tabel 2 dapat disimpulkan bahwa bahwa dari jumlah 31 perawat didapatkan 23
dari 31 perawat didapatkan jenis kelamin perawat (74,2%) dengan kategori baik.
laki-laki sebanyak 18 pasien (58,1%).
PEMBAHASAN
Tabel 3. Pendidikan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Pekerjaan f % distribusi tertinggi sikap afektif perawat
D III Keperawatan 24 77,4 tentang penatalaksanaan syok hipovolemik
S1 Keperawatan 1 3,2 mayoritas berada pada kategori baik sebanyak
Ners 6 19,4 23 orang (74,2%). Adapun wujud dari afektif
Jumlah 31 100 (emosi), seperti : amarah, kesedihan, rasa
Berdasarkan tabel 3 dapat disimpulkan bahwa takut, empati, cinta terkejut dan malu (Azwar,
dari 31 perawat didapatkan pendidikan 2005, p.64). Berpijak dari penjelasan tersebut
sebanyak 24 perawat (77,4%). maka apabila perawat mampu menampilkan
wujud afektif yang positif di depan pasien
Tabel 4. Lama Bekerja maka perawat pun dinilai mampu memberikan
Kategori f % pelayanan yang baik, begitu pula sebaliknya.
> 2 tahun 9 29 Dari hasil penelitian (mundakir, 2006,
< 2 tahun 22 71 p.6) perawat yang mempunyai afektif yang
Jumlah 31 100
baik mampu memahami apa yang sedang
Berdasarkan tabel 4 dapat disimpulkan
dialami oleh pasien serta mengekpresikannya
bahwa dari 31 perawat didapatkan 22 dan mencoba melakukan sesuatu sebagai
perawat (71%) lama bekerja di bawah 2
bentuk kepeduliannya. Jika perawat memiliki
tahun.
hal tersebut maka lebih mudah untuk
Tabel 5. Sikap Afektif memasuki kehidupan seorang pasien sehingga
Kategori f % pasien lebih mudah dalam menerima tindakan
Baik 23 74,2 asuhan keperawatan yang diberikan oleh
Kurang 9 25,8 perawat.
Jumlah 31 100 Dari hasil penelitian Rahmadhani
Berdasarkan tabel 5 dapat disimpulkan (2014, p.38) terkait tentang afektif perawat,
bahwa dari 31 perawat didapatkan 23 mendapatkan gambaran afektif perawat
perawat (74,2%) dengan katagori baik. terhadap perawatan pasien kritis di ruang ICU
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit I
Tabel 6. Tindakan & II sudah pada kategori baik dengan
Kategori f % persentase 71,4 %. adanya perawat yang
Baik 22 74,2 belum sepenuhnya berperilaku empati
Kurang 9 25,8 khususnya pada pasien kritis, di karenakan
Jumlah 31 100 perawat hanya berfokus untuk memenuhi
kebutuhan pasien secara fisiologis namun

15
JIM FKep Volume IV No. 1 2018

mengesampingkan asuhan keperawatan dari segala isinya termasuk manusia dan


aspek lain, yaitu pemenuhan kebutuhan pasien kehidupannya. Pengetahuan mencakup
secara psikologi. Berdasarkan hasil penelitian penalaran, penjelasan dan pemahaman
ini maka diperoleh bahwa afektif perawat sedangkan sikap akan mengarah pada
tentang penatalaksanaan syok hipovolemik tindakan seseorang (Notoatmodjo,2012, p.77).
sudah baik, hal ini disebabkan karena perawat
sudah mengetahui dan menerapkan sikap Hasil penelitian ini maka diperoleh bahwa
afektifnya sehingga memudahkan dalam tindakan perawat tentang penatalaksanaan
melakukan tindakan keperawatan. syok hipovolemik sudah baik, hal ini
Untuk menghasilkan perawatan yang disebabkan karena perawat sudah mempunyai
berkualitas tinggi perlu tenaga kerja keterampilan klinis, mengikuti pelatihan-
keperawatan dengan keterampilan klinis yang pelatihan serta seminar sehingga mampu
berkualitas. Hasil penelitian menunjukkan menerapkan keterampilan klinisnya sehingga
bahwa distribusi tertinggi tindakan perawat memudahkan dalam melakukan tindakan
tentang penatalaksanaan syok hipovolemik keperawatan.
mayoritas berada pada kategori baik sebanyak Hasil penelitian menunjukkan bahwa
22 orang (71,0%). Keterampilan tindakan distribusi tertinggi pengetahuan perawat
klinis merupakan aspek penting dari praktik tentang penatalaksanaan syok hipovolemik
keperawatan. Hal tersebut sesuai dengan mayoritas berada pada kategori baik sebnyak
penelitian yang dilakukan oleh Mangkunegara 23 orang (74,2%). Hal tersebut sesuai dengan
(2011, p.67) menyatakan keterampilan pendapat Notoatmodjo (2010, p.121) yang
merupakan kecakapan yang berhubungan menyatakan bahwa pengetahuan adalah
dengan tugas yang dimiliki, berupa situasi dan keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep
kondisi keluarga, tingkat sosial seseorang dan pemahaman yang dimiliki oleh manusia
dalam kehidupan bermasyarakat. Perilaku tentang dunia dan segala isinya termasuk
juga dapat diartikan sebagai semua kegiatan manusia dan kehidupannya. Pengetahuan
atau aktifitas manusia baik yang dapat diamati mencakup penalaran, penjelasan dan
langsung maupun yang tidak dapat diamati pemahaman manusia tentang segala sesuatu.
oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2012, p.26). Juga mencakup praktek atau kemampuan
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori teknis dalam memecah berbagai persoalan
yang menyatakan bahwa pengetahuan hidup yang belum dibuktikan secara
merupakan hasil dari pengindraan terhadap sistematis.
suatu objek tertentu, pengetahuan atau Pengetahuan merupakan hasil dari tau,
kognitif merupakan domain yang sangat dan ini terjadi setelah orang melakukan
tinggi untuk terbentuknya tindakan seseorang pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
(overbehavior) (Notoatmodjo, 2012, p.77). Tingkatan dalam pengetahuan ada enam
Penelitian ini diperkuat oleh (Eriawan, 2003, antara lain tahu (know), memahami
p.77), bahwa selain tingkat pendidikan faktor (comprehention), aplikasi (application),
yang paling berpengaruh bagi perawat dalam sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation).
melaksanakan tindakan keperawatan adalah Kedalaman pengetahuan yang ingin kita
pengalaman kerja. Karena itu dari pengalaman ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan
dan penelitian terbukti perilaku yang dengan tingkatan-tingkatan diatas
didasari oleh pengetahuan akan lebih baik (Notoatmodjo, 2011, p.73).
dari pada ilmu yang tidak didasari oleh Salah satu penyebab baiknya
pengetahuan. Pengetahuan merupakan pengetahuan perawat tentang pengetahuan
pangkal dari sikap, keseluruhan pemikiran, penatalaksanaan syok hipovolemik karena
gagasan, ide, konsep dan pemahaman yang rata-rata umur perawat 26-35 tahun
dimiliki oleh manusia tentang dunia dan merupakan dewasa awal. Sehingga

16
JIM FKep Volume IV No. 1 2018

pengetahuan tentang penatalaksanaan syok mudah menerima informasi, dan pada


hipovolemik menjadi lebih baik, serta juga akhirnya semakin banyak pula pengetahuan
disebabkan oleh faktor pengalaman kerja yang dimilikinya (Bachtiar, 2008, p.75).
mempegaruhi pengetahuan perawat dalam Semakin tinggi tingkat pendidikan
penanganan pasien syok hipovolemik. maka daya serapnya terhadap informasi
Penjelasan ini di dukung oleh teori bahwa semakin baik. Selain itu tingkat pendidikan
pengalaman merupakan sumber pengetahuan yang semakin tinggi, semakin baik pula pola
atau pengalaman itu merupakan suatu cara pikirnya. Pola pikir yang baik menyebabkan
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan seseorang mempunyai kemampuan dalam hal
oleh karena pengalaman yang diperoleh dapat analisis yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan
memecahkan permasalahan yang dihadapi teori yang mengatakan pengetahuan
pada masa lalu (Notoatmodjo, 2005, p.9). merupakan salah satu domain yang sangat
Tingkat pengetahuan perawat tidak penting untuk terbentuknya tindakan
semuanya mempunyai pengetahuan dengan seseorang, sebab perilaku di dasari oleh
katagori baik dikarenakan perbedaan tingkat pengetahuan dan kesadaran lebih baik dari
pendidikan. Pengetahuan seorang perawat pada perilaku yang tidak didasari oleh
bervariasi tergantung tingkat pendidikan yang pengetahuan, (Notoatmodjo, 2012, p.75).
dimiliki. Hal ini berkaitan dengan Hasil penelitian ini maka diperoleh
perkembangan dari ilmu keperawatan, bahwa pengetahuan perawat tentang
kedalaman dan luasnya ilmu pengetahuan penatalaksanaan syok hipovolemik sudah
mempengaruhi kemampuan perawat untuk baik, hal ini disebabkan karena perawat sudah
berpikir kritis dalam melakukan tindakan mempunyai pengetahuan klinis, memperoleh
keperawatan. Hasil tersebut sesuai dengan informasi mengenai penatalaksanaan penyakit
pendapat yang mengatakan pengetahuan di dan pengalaman dilapangan, dapat
bagi menjadi dua yaitu pengetahuan secara meningkatkan potensi diri sehingga mampu
normal yang di dasarkan dari jenjang menerapkan keterampilan klinisnya sehingga
pendidikan rendah ke jenjang pendidikan memudahkan dalam melakukan tindakan
yang lebih tinggi dan didapakan dari hasil keperawatan.
pembelajaran, dan pengetahuan informal
dimana pengetahuan ini di dapat dari KESIMPULAN
lingkungan luar pendidikan yaitu media Bahwa sikap afektif perawat tentang
massa, elektrolik, dan dari orang lain di penatalaksanaan syok hipovolemik berada
sekitar lingkungan nya, (Notoatmodjo, 2012, pada kategori baik sebanyak 23 orang
p.74). (74,2%), keterampilan perawat tentang
Pendidikan terbentuk dipengaruhi oleh penatalaksanaan syok hipovolemik berada
beberapa faktor yang dapat digolongkan pada katagori baik sebanyak 22 orang (71%),
menjadi faktor internal dan faktor eksternal. sedangkan pengetahuan perawat tentang
Faktor internal antara lain umur dan penatalaksanaan syok hipovolemik berada
intelegensi, sedangkan faktor eksternal yaitu, pada katagori baik sebanyak 23 orang
pendidikan, lingkungan, pengalaman, (74,2%).
informasi dan orang yang dianggap penting. Bagi perawat di instalasi gawat darurat
Pendidikan sebagai faktor eksternal Rumah Sakit Umum Meuraxa Kota Banda
pembentuk pengetahuan. Semakin rendah Aceh sebagian besar perawat secara
pendidikan seseorang maka menghambat keseluruhan sudah baik dan dapat
perkembangan sikap seseorang terhadap meningkatkan lagi sikap afektif, tindakan dan
penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang pengetahuannya dalam memberikan
baru diperkenalkannya. Sebaliknya semakin pelayanan khususnya pada pasien dengan
tinggi pendidikan seseorang maka semakin syok hipovolemik.

17
JIM FKep Volume IV No. 1 2018

REFERENSI madiyahYogyakartahttp://thesis.umy.
Azwar, S. (2005). Sikap Manusia : Teori dan ac.id/datapublik dikases pada tanggal
Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka 15 Mai 2017
Pelajar. Mundakir. (2006). Komunikasi Keperawatan
Bachtiar, A. (2008). “hubungan tingkat Aplikasi Dalam Pelayanan.
pengetahuan agama tentang islam Yogyakarta : Graha Ilmu.
dengan sikap perilaku seks remaja di Mangkunegara, A.P. (2011). Manajemen
madrasah Aliyah negeri III malang” Sumber Daya Manusia Perusahaan.
jurnal kesehatan volume 6/no.1/2008 : Bandung: Rosda
23-32. Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan,
Diantoro, D.G., (2014). Syok Hipovolemik. Teori dan Aplikasinya.. Jakarta : PT
RSUD Margono Soekarjo. Diakses Rineka Cipta.
dari jurnal. unsrittomohon.ac.id/in-
dex.php/jurnalprint/article/download/
119/109, pada tanggal 15 Mai
2017.Dewi, E., & Rahayu, S. (2010).
Kegawat Daruratan Syok
Hipovolemik. ISSN 1979-2697, Vol.
2.No.2. Halaman 93-96.Di akses dari
http://journal.ums./index.php/BIK/arti
cle/download/3799/2459. Pada tang-
gal 12 Mai 2017.
Eriawan, D.R. (2003), Hubungan Tingkat
Pengetahuan Perawat dengan
Tindakan Keperawatan Pada Pasien
Pasca Operasi Dengan “GENERAL
AENESTHESIA” Di Ruang
Pemulihan IBS RSD dr. Soebandi
Jember. Diakses dari
http://repository.unej.ac.id/.../Riezky
%20Dwi%20 Eriawan % 20
%20082310101011_1.pdf.Pada tang-
gal 14 Mai 2017.
Hardisman. (2013). Memahami Patofisiologi
dan Aspek Klinis Syok
Hipovolemik:UpdatedanPenyegar.htt
p://jurnal.fk.unand.ac.id/images/articl
es /vol2/no3/178182.pdf Diakses
tanggal 12 Mai 2017.
Notoatmodjo,S. (2010). Metodologi Penelitian
Kesehatan.. Jakarta : PT Rineka
Cipta.
Notoatmodjo,S.(2011).Kesehatan Masyarakat
Ilmu dan Seni.. Jakarta : PT Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehetan
dan Perilaku Kesehatan.. Jakarta : PT
Rineka Cipta.
Rahmadhani, N. (2014). Gambaran Perilaku
Empati Perawat Terhadap Perawatan
End Of Life Pasien Kritis Di Ruang
ICU RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Unit I & II, Skripsi
Keperawatan, Universitas Muham-

18

Anda mungkin juga menyukai