Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN

PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN BETON BERTULANG DI


KECAMATAN WAY LIMA KABUPATEN PESAWARAN

Oleh :

Ananda Wirawan Tritama Harahap 1715011050


Muhammad Isfan Arif 1715011041
Muhammad Krisna Triandana 1755011023
Noval Suryatama 1715011061

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS
LAMPUNG BANDAR
LAMPUNG
2021
Laporan Pendahuluan Pembangunan Jembatan Beton bertulang di
Kecamatan Way Lima Kab. Pesawaran

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jembatan merupakan suatu bagian dari jalan raya yang berfungsi untuk

menghubungkan jalan yang terputus karena adanya rintangan seperti sungai,

danau, lembah, jurang, laut, dan jalan raya. Jembatan dibagi menjadi

beberapa tipe yaitu jembatan rangka beton bertulang, jembatan cable stayed,

jembatan beton, jembatan gantung, dan sebagainya.

Jembatan sebagai sarana transportasi yang penting bagi masyarakat,

terutama dalam bidang perekonomian di Indonesia yaitu guna memperlancar

hubungan antara pusat produksi dengan daerah pemasaran. Seiring

berjalannya waktu, berkembangnya sektor industri suatu daerah membuat

transportasi semakin sibuk dan ramai, sedangkan sarana transportasi itu

sendiri kurang memadai. Hal ini yang membuat kelancaran transportasi

menurun sehingga menghambat kegiatan perekonomian di suatu daerah.

Minimnya pembangunan jembatan penyebrangan antar desa menyebabkan

terisolasinya beberapa daerah. Oleh karena itu, untuk meningkatkan

perekonomian di Kabupaten Pesawaran perlu adanya pembangunan

jembatan penyebrangan yang dapat memudahkan masyarakat melakukan

PT. SUSUKAN PROYEK 1


Laporan Pendahuluan Pembangunan Jembatan Beton bertulang di
Kecamatan Way Lima Kab. Pesawaran

perjalanan. Pembangunan Jembatan Beton bertulang di Kecamatan Way

Lima merupakan solusi yang digunakan sebagai penghubung dari satu desa

ke desa lainnya yaitu sebagai fasilitas warga setempat. Dengan adanya

pembangunan jembatan diharapkan roda perekonomian akan berjalan

dengan baik dan lancar.

1.2 Maksud dan Tujuan

1.4.1 Maksud

Maksud perencanaan ini adalah sebagai petunjuk bagi konsultan

perencanaan yang memuat masukan, asas, kriteria, output dan proses

yang harus dipenuhi dan diperhatikan serta diinterpretasikan ke

dalam pelaksanaan tugas perencanaan. Dengan penugasan ini

diharapkan seluruh pihak dapat melaksanakan tanggung jawabnya

dengan baik untuk menghasilkan output yang memadai dan

diharapkan memenuhi kriteria teknis bangunan yang layak dari segi

mutu dan biaya.

1.4.2 Tujuan

Tujuan dari perencanaan ini adalah untuk mendapatkan suatu

pedoman tahapan pelaksaan yang sistematis sehingga memudahkan

kontrol dan evaluasi pada masing-masing tahapan tersebut serta

untuk mendapatkan suatu produk desain pekerjaan berupa rancangan

Perencanaan Pembangunan Jembatan Beton bertulang di Kecamatan

Way Lima yang berkualitas dan mempunyai struktural yang sesuai

dengan fungsi bangunan tersebut.


Laporan Pendahuluan Pembangunan Jembatan Beton bertulang di
Kecamatan Way Lima Kab. Pesawaran

1.3 Lokasi Kegiatan

Lokasi kegiatan Penyusunan DED adalah sebagai berikut :

Lokasi kegiatan Pembangunan Jembatan Beton bertulang di Kecamatan

Way Lima Kabupaten Pesawaran, Lampung, dengan titik koordinat 5˚S,

105˚E.

Gambar di bawah ini menunjukkan peta lokasi kegiatan DED

Gambar 1.1 Peta Lokasi Kegiatan

1.4 Lingkup Kegiatan

Untuk mencapai maksud dan tujuan penyusunan DED, maka kegiatan yang

akan dilakukan secara umum meliputi :

1.4.1 Pengumpulan Data Sekunder

1. Pengumpulan Data Lokasi Eksisting

2. Pengumpulan Data Hidrologi

3. Pengumpulan Peta Geologi Lokasi Pekerjaan

1.4.2 Pengumpulan Data Sekunder

Data primer diperoleh dari hasil survei lapangan yang meliputi :

1. Survei Pendahuluan; meliputi kegiatan pengamatan langsung

kondisi dan permasalahan di lokasi kegiatan sehingga dapat


Laporan Pendahuluan Pembangunan Jembatan Beton bertulang di
Kecamatan Way Lima Kab. Pesawaran

ditentukan titik-titik pengujian dan pengukuran sesuai dengan

kondisi lapangan.

2. Survei Geodesi/ Topografi yang meliputi kegiatan berikut:

 Penetuan lokasi desain rencana

 Mengamati kondisi topografi

 Membuat dokumentasi pengukuran

 Penggambaran peta hasil pengukuran

3. Survei Geoteknik / Penyelidikan Tanah, meliputi :

 Pengujian Bor Mesin

 Pengujian Sondir

 Pengujian sampel tanah di laboratorium

1.4.3 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data yang dilakukan meliputi :

1. Analsis Data Pengukuran Topografi

2. Pembuatan Peta Situasi

3. Analisis Geoteknik

1.4.4 Penyusunan Sistem Perencanaan (Planning)

1. Perumusan rencana desain Jembatan Struktur Beton bertulang Way

Lima berdasarkan hasil pengolahan analisis data sekunder dan data

survey.

2. Penyusunan layout perencanaan gedung dan desain alternatif.

1.4.5 Desain Rinci

1. Tata letak bangunan sesuai dengan kondisi dan hasil penyelidikan

lapangan
Laporan Pendahuluan Pembangunan Jembatan Beton bertulang di
Kecamatan Way Lima Kab. Pesawaran

2. Menentukan dimensi bangunan sipil, posisi timbunan dan daerah

galian serta gambar detail lengkap dengan keterangan - keterangan

dan potongan.

3. Perhitungan keamanan struktur

4. Pemeriksaan hasil perhitungan dan dimensi konstruksi dan jika

terjadi perubahan maka dilakukan perhitungan ulang sampai

diperoleh hasil yang optimal

5. Perhitungan biaya pembangunan konstruksi

1.4.6 Pelaporan

1. Laporan Pendahuluan

2. Laporan Antara

3. Laporan Akhir
Laporan Pendahuluan Pembangunan Jembatan Beton bertulang di
Kecamatan Way Lima Kab. Pesawaran

BAB II
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

2.1 Pendekatan

Untuk dapat melaksanakan suatu pekerjaan dengan hasil yang baik, maka

sebelumnya perlu dibuat suatu pendekatan teknis agar dapat dilaksanakan

secara sistematis dan praktis, sehingga tercapai sasaran efisiensi biaya, mutu

dan waktu kerja. Seperti telah dijelaskan didalam Kerangka Acuan Kerja

(TOR), maka di dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Konsultan akan

menggunakan standar – standar perencanaan berikut :

 Standar Nasional Indonesia (SNI) 1729-2015 tentang Spesifikasi Untuk

Bangunan Beton bertulang Struktural

 Standar Nasional Indonesia (SNI) 1727-2013 tentang Beban Minimum

Untuk Perencanaan Gedung dan Struktur Lainnya

 Standar Nasional Indomesia (SNI) 1726-2012 tentang Tata Cara

Perancangan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan

Non Gedung

 Peraturan Standar Sarana dan Perasarana Kemendikbud 2007

 Peaturan Menteri No. 8 Tahun 2016 tentang Pedoman Analisis Harga

Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum

PT. SUSUKAN PROYEK 6


2.2 Metodologi

RMK merupakan dokumen yang disusun oleh penyedia jasa dan disetujui

oleh pengguna jasa untuk diterapkan oleh keduanya sebagai sistem

manajemen mutu selama pelaksanaan pekerjaan. Format penyusunan RMK

sesuai dengan petunjuk yang diberikan yaitu Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum Nomor. 04/PRT/M/2009 Tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM)

Kementerian Pekerjaan Umum.

Gambar 3.1. Penampang melintang jembatan balok T.

Gambar 3.2. Penampang memanjang jembatan balok T.

2.3 Permodelan Struktur

Model struktur jembatan yang digunakan jembatan Beton bertulang balok T

yang divariasikan mutu beton sesuai ketentuan BMS-92. Jembatan

diasumsikan 2 lajur dengan lebar 6,25 m untuk masing -masing lajur

sehingga total jalur lalu lintas pada jembatan adalah 12,5 m. Data struktur

desain jembatan adalah sebagai berikut :


1. Tipe jembatan = Jembatan beton balok T bertulang

2. Lantai jembatan = Beton K 350

3. Gelagar memanjang = Beton K 350

4. Diafragma = Beton K 350

5. Abutment = Beton K 350

6. Pilar = Beton K 350

7. Pondasi = Tiang Pancang

8. Bentang jembatan = 12,5 meter

9. Lebar lajur lalu lintas = 2 x 3,5 meter

10. Lebar trotoar = 2 x 1 meter

2.4 Peraturan-Peraturan yang Digunakan

1. Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung (beta

version, 2002).

2. Standar pembebanan untuk jembatan (RSNI T – 02 – 2005).

3. Perencanaan struktur Beton bertulang untuk jembatan (Departemen

Pekerjaan Umum Direktorat Bina Jendral Bina Marga, 2008).

4. Analisa kecepatan arus bebas kendaraan metode MKJI 1997.

2.5 Pengumpulan Data Hidrologi dan Analisis Hidrologi

Untuk merencanakan besarnya curah hujan rancangan dan debit banjir kala

ulang tertentu untuk penentuan desain hidrolis bangunan jembatan kereta

api yang tepat sehingga diperoleh penanganan struktur yang ideal. Dengan

batasan-batasan tersebut di atas maka analisa hidrologi merupakan metode


untuk keseimbangan air/neraca air sedemikian rupa sehingga perencanaan

dan penanganan permasalahan badan jalan KA akibat oleh sistem drainase

dapat diatasi Adapun tahapan analisis hidrologi dijabarkan sebagai berikut :

 Penentuan agihan hujan

 Uji kecocokan sebaran

 Penentuan persamaan regresi

 Penentuan Curah Hujan Rancangan

 Penentuan debit banjir rancangan

1. Hujan Rerata

Hujan rerata merupakan wilayah yang dihitung dari hujan titik dari

beberapa stasiun penakar hujan yang berpengaruh terhadap daerah

aliran sungai. (Bambang Triatmodjo, 1997). Salah satu metode

yang digunakan untuk menghitung hujan wilayah/daerah adalah

metode Thiesen. Cara diperoleh dengan cara membuat poligon

yang memotong tegak lurus pada tengah-tengah garis hubung dua

pos penakar hujan, persamaannya adalah sebagai berikut :

…………………………………………….… (2.35)

di mana :

= nilai hujan rata-rata data (mm)

x = curah hujan (mm)

n = jumlah data

2. Analisis Sebaran Cs dan Ck

Sebelum menentukan metode yang sesuai untuk analisa hujan

rancangan terlebih dahulu ditentukan besarnya nilai sebaran Cs dan


Ck (Bambang Triatmodjo, 1997). Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada rumus sebagai berikut :

………………………………...(2.36)

dimana Cs adalah koefisien skewness, std(x) adalah standar

deviasi, x adalah nilai rata-rata, dan n adalah jumlah data.

(Bambang Triatmodjo, 1997).

3. Hujan Rancangan Meskipun telah diuji Cs dan Ck, namun metode

yang digunakan tergantung dari hasil diskusi dengan Direksi

menghendaki analisa dengan berbagai macam metode. (CD.

Soemarto, 1994).

a. Metode Gumbel

Metode Gumbel diciptakan oleh E.J. Gumbel pada tahun 1941.

Dalam metode ini data yang akan diolah diasumsikan

mempunyai sebaran tertentu yang disebut sebaran Gumbel.

Langkah-langkah pengerjaan perhitungan hujan atau debit

rancangan dengan metode Gumbel ini adalah:

 Mengumpulkan hujan atau debit harian maksimum tahunan

dan menyusunnya dalam suatu tabel data. Hujan atau debit

harian maksimum tahunan adalah hujan atau debit harian

tertinggi dalam tahun tertentu.

 Mencari nilai rata-rata dan standar deviasi dari data.

 Menghitung hujan atau debit rancangan dengan rumus:

……...………….…….(2.37)
di mana :

= curah hujan rencana dengan periode ulang T

= rata-rata data

YT = reduced variates yang nilainya dihitung berdasarkan

rumus:

………………………….(2.38)
T = kala ulang

Yn = reduced mean yang nilainya berdasarkan jumlah data

Std(R) = standar deviasi dari data

Sn = reduced standard deviation

b. Metode Log Pearson II

Metode ini disebut Log Pearson III karena metode ini

melibatkan tiga parameter dalam proses perhitungannya.

Ketiga parameter tersebut adalah harga rata-rata data ( ),

standar deviasi data (std(R)), dan koefisien kemencengan (Cs),

Menurut Bambang Triatmodjo, 1997, langkah-langkah

pengerjaan perhitungan hujan atau debit rancangan dengan

metode Log Pearson III ini adalah:

 Mengumpulkan hujan atau debit harian maksimum tahunan

dan menyusunnya dalam suatu tabel data

 Mencari nilai log dari masing-masing data

 Mencari nilai rata-rata, standar deviasi, dan koefisien

kemencengan dari log data


 Menghitung log hujan atau debit rancangan dengan rumus:

…….….. (2.39)

 Menghitung hujan atau debit rancangan dengan rumus:

……………………..………(2.40)

4. Analisa Debit Banjir


Rencana

Metode yang digunakan untuk analisa debit banjir rencana

tergantung dari jumlah data debit dan data hujan . Untuk

perencanaan kapasitas tampungan sungai yang melintasi jembatan

KA, maka metode yang kami usulkan untuk dipakai adalah metode

empiris, metode regresi dan metode matematis, kecuali data debit

debit lengkap (lebih dari 10 tahun). Untuk keperluan

pengalihragaman data hujan ke besaran debit banjir (hidrograf

banjir) dengan metode hidrograf satuan, diperlukan data hujan

jamjaman. Distribusi hujan jam-jaman dapat diperoleh dari catatan

stasiun hujan otomatis. Namun demikian, pada daerah studi

maupun di DAS terdekat tidak tersedia data hujan jam-jaman. Oleh

sebab itu, hujan jam-jaman akan diperkirakan berdasarkan

karakteristik hujan secara umum. Menurut hasil penyelidikan Van

Breen di Indonesia, hujan harian terkonsentrasi selama 4 jam

dengan jumlah hujan sebesar 90% dari jumlah hujan selama 24

jam, dengan distribusi 10%, 40%, 40% dan 10%.

Adapun perhitungan debit rancangan dapat dilakukan dengan

beberapa metode yaitu metode rasional, metode weduwen dan

metode hidrograf satuan sintetik Nakayasu serta lainnya. Tetapi


sebelum dilakukan perhitungan, perlu diketahui terlebih dahulu

struktur hirarki sungai pada DAS yang bersangkutan.

a. Metode Nakayasu

 Perhitungan distribusi hujan rencana

 Menurut hasil penyelidikan Van Breen di Indonesia, hujan

harian terkonsentrasi selama 4 jam dengan jumlah hujan

sebesar 90% dari jumlah hujan selama 24 jam, dengan

distribusi 10%, 40%, 40% dan 10%.

 Waktu Konsentrasi (Tg)

Panjang sungai L, sehingga waktu konsentrasi dihitung

dengan rumus : Tg = 0,4 + 0,058 L

 Satuan Waktu dari Curah Hujan

Satuan waktu dari curah hujan dihitung dengan rumus :

Tr = (0,5 sampai 1 ) Tg dan pada umumnya untuk DAS di

Indonesia diambil Tr = 0,75 Tg

 Waktu Permulaan Banjir Sampai Puncak Hidrograf Banjir

dan Debit Puncak Banjir

 Waktu permulaan banjir sampai puncak hidrograf banjir

dihitung dengan rumus :

Tp = Tg + 0.8 Tr

 Debit puncak banjir dihitung dengan rumus :


 Debit banjir pada 0 < T < Tp Pada saat 0 < T < Tp , kurva

hidrograf banjir mempunyai bagian lengkung naik dan

debitnya dihitung dengan rumus:

 Waktu dari puncak hidrograf banjir sampai 0.3 debit puncak

banjir dihitung dengan rumus : T0,3 = 2 Tg

Pada saat Tp < T < (Tp + T0.3) ; kurva hidrograf banjir

mempunyai lengkung turun dengan debit banjir dihitung

menggunakan rumus :

 Waktu dari 0.3 debit puncak banjir sampai 0,09 debit

puncak banjir dihitung dengan rumus : T0.09 = 1.5 T0.3

Pada saat (Tp + T0.3) < T < (Tp + 2,5 T0.3) ; kurva hidrograf

banjir mempunyai lengkung turun dengan debit banjir

dihitung menggunakan rumus :

 Waktu setelah 0,09 debit puncak banjir dihitung dengan

rumus:

Pada saat T > (Tp + 2,5 T0.3) ; kurva hidrograf banjir

mempunyai lengkung turun dengan debit banjir dihitung

menggunakan rumus:
-Data hujan tiap stasiun
-Luas daerah tangkapan
-Data Sedimentasi

Uji Konsistensi

Hujan Titik (Point Rainfall)

Hujan Rerata Daerah (Area Rainfall)

Hujan Maksimum yang Mungkin terjadi (PMP)


Analisa Status (Cs dan Ck)

Hujan Rerata Daerah (Area Rainfall)

Tidak

Uji Kesesuaian
Distribusi Frekuensi

Ya
Distribusi Hujan Jam-Jam

Analisis Debit Banjir Rencana

LAPORAN PENDUKUNG HIDROLOGI & HIDROMETRI

Bagan Alir Analisis Hidrologi


2.6 Pembebanan pada Jembatan

Dalam merencanakan suatu jembatan peraturan pembebanan yang

digunakan mengacu kepada RSNI-T-02-2005.

 Aksi Permanen

Aksi permanen adalah beban yang berasal dari sifat bahan yang

digunakan dan beban yang bekerja sepanjang waktu, cara jembatan

dibangun dan bangunan lain yang menempel pada jembatan. Beban-

beban yang termasuk dalam aksi permanen adalah sebagai berikut :

 Berat Sendiri

2.6.1 Beban Mati Tambahan

2.6.2 Pengaruh Penyusutan dan Rangkak

 Aksi Transien

Aksi transien adalah semua beban bekerja pada waktu yang pendek

namun sering terjadi. Beban ini berasal dari berat kendaraan-

kendaraan yang bergerak/lalu-lintas dan beban dari pejalan kaki yang

dianggap sebagai beban pada jembatan sebagai berikut:

2.6.3 Beban Lalu Lintas

Beban lalu lintas merupakan beban hidup, arah vertikal dan

horizontal akibat aksi kendaraan terhadap jembatan. Beban lalu

lintas untuk perencanaan jembatan terdiri dari:

1) Lajur lalu lintas

Lajur lalu lintas rencana harus mempunyai lebar 2,75 m.

Jumlah maksimum lajur lalu lintas yang digunakan untuk

berbagai lebar jembatan dapat dilihat dalam tabel. Lajur lalu


lintas rencana harus disusun sejajar dengan sumbu

memanjang jembatan.

Tabel 2. Jumlah Lajur Lalu Lintas Rencana (RSNI T-02-


2005)

2) Beban Lajur (D)

Tabel 3. Faktor Beban Akibat Beban Lajur “D”

Beban lajur (D) terdiri dari beban tersebar merata (BTR)

yang digabung dengan beban garis (BGT) seperti yang

terlihat pada Gambar sebagai berikut.


Gambar 3.2. Beban lajur D.

(Sumber : Standar Pembebanan untuk Jembatan RSNI T-02-2005)

Penyebaran beban (D) pada arah melintang harus disusun

pada arah melintang sedemikian rupa sehingga

menimbulkan momen maksimum. Penyusunan Komponen-

komponen BTR dan BGT dari beban D pada arah melintang

harus sama. Penempatan beban ini dilakukan dapat dilihat

pada gambar berikut.

Gambar 3.3. Penyebaran pembebanan arah melintang

(Sumber : Standar Pembebanan untuk Jembatan RSNI T-02-2005)


3) Beban Truk (T)

Tabel 6. Faktor Beban Akibat Pembebanan Truk “T”

Gambar 3.4. Pembebanan Truk “T” (500 kN).

(Sumber : Standar Pembebanan untuk Jembatan RSNI T-02-2005)

4) Faktor Beban Dinamis (FBD)

Faktor beban dinamis (FBD) merupakan interaksi antara

kendaraan yang bergerak dengan jembatan. Besarnya FBD

tergantung pada frekuensi dasar dari suspensi

kendaraan, biasanya antara 2 sampai 5 Hz untuk kendaraan

berat, dan frekuensi dari getaran lentur jembatan. Faktor

beban dinamis untuk BGT pada beban lajur “D” tergantung

pada panjang bentang, sebagai berikut :

1. Bentang (L) < 50 m ; FBD = 0,4

2. 50 = bentang (L) = 90 m ; FBD = 0,525 – 0,0025 L

3. Bentang (L) > 90 m ; FBD = 0,3


5) Gaya Rem

Bekerjanya gaya-gaya diarah memanjang jembatan akibat

gaya rem dan traksi harus ditinjau untuk kedua jurusan lalu

lintas. Pengaruh ini diperhitungkan senilai dengan gaya rem

sebesar 5% dari beban lajur D yang dianggap ada pada

semua jalur lalu lintas tanpa dikalikan dengan faktor beban

dinamis dan dalam satu jurusan.

Tabel 4. Faktor Beban Akibat Gaya Rem

6) Aksi Lingkungan

Aksi lingkungan terdiri dari pengaruh temperatur, angin,

banjir, gempa, dan penyebab-penyebab alamiah lainnya.

2.7 Beton

Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah

tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum, yang disyaratkan dengan

atau tanpa prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua

material bekerja bersama- sama dalam menahan gaya yang bekerja.

2.7.1 Kekuatan Nominal Beton

Menurut aturan “ perencanaan struktur Beton bertulang untuk

jembatan” tahun 2008 halaman 2 – 3, kekuatan nominal beton terdiri

dari :
1) Kuat tekan

Kuat tekan beton non prategang pada umur 28 hari, fc’ harus ≥

20 MPa dan sedangkan untuk beton prategang 30 MPa.

2) Kuat Tarik

Kuat tarik langsung dari beton, fctbisa diambil dari ketentuan:

0,33 √fc’ pada umur 28 hari, dengan perawatan standar atau

dihitung secara probabilitas statistik dari hasil pengujian.

2.7.2 Tegangan Ijin

Menurut “perencanaan struktur Beton bertulang untuk jembatan”

tahun 2008 halaman 2-4 tegangan ijin beton terbagi atas :

1) Tegangan ijin tekan pada kondisi layan

Tegangan tekan ijin, layan = 0,45 √fc’ (untuk semua kombinasi

beban)

2) Tegangan ijin tekan pada kondisi beban sementara

Tegangan ijin tekan pada kondisi beban sementara atau kondisi

transfer gaya prategang untuk komponen beton prategan

Tegangan tekan ijin penampang beton = 0,60 √fct’

Dimana:

fct’ adalah kuat tekan beton initial pada saat transfer gaya

prategang

3) Tegangan ijin tarik pada kondisi batas

layan Tegangan tarik ijin penampang beton:

 Beton tanpa tulangan : 0,15 √fc’


 Beton prategang penuh : 0,5 √fc’

4) Tegangan ijin tarik pada kondisi transfer gaya prategang

Tegangan ijin tarik pada kondisi transfer gaya prategang untuk

komponen beton prategang Tegangan tarik yang diijinkan pada

saat transfer gaya prategang:

 0,25 √fct’ (selain di perletakan)

 0,5 √fct’ (di perletakan)

2.8 Data Struktur

Perencanaan Balok T Menurut “perencanaan struktur Beton bertulang untuk

jembatan” tahun 2008 halaman 4 – 36 tegangan ijin beton terdiri dari:

Gambar 3.5. Balok T dalam momen positif dan negative

1) Balok T dan Balok T semu

Untuk menentukan balok T semu atau sebenarnya perlu digunakan

pemeriksaan terlebih dahulu tiggi blok tekan beton, a dengan asumsi

awal tinggi blok tekan memotong flens.

a=
setelah a asumsi diperoleh, selanjutnya diperiksa apakah a memotong

flens atau badan penampang balok:

a. Jika a (asumsi) ≤ hf , maka dianalisis sebagai balok T semu ( balok

persegi

b. Jika a (asumsi) >hf, maka dianalisis sebagai balok T sebenarnya.

Lebar efektif sayap balok T berdasarkan SNI adalah nilai terkecil dari

persyaratan sebagai berikut:

 bf = L/4, dimana L adalah panjang bentang balok tersebut

 bf = bw+ 16 hf

 bf = bw+ Sodimana So adalah jarak bersih antara balok dengan balok

sebelahnya

Sedangkan lebar efektif balok L (balok yang hanya mempunyai pelat

pada satu sisi saja) tidak boleh lebih dari:

 bf = bw+ L/12

 bf = bw+ 6 hf

 bf = bw+ So/2

Gambar 3.6. Lebar efektif balok dengan sayap

2) Balok T Tulangan Tunggal

a. Keruntuhan balans (seimbang)

Keruntuhan balans atau seimbang terjadi bila regangan maksimum

pada serat terluar pada daerah tekan beton telah mencapai ٤cu=
0,003 dan bersamaan dengan itu tulangan beton bertulang mencapai

regangan leleh beton bertulang ٤s = ٤y. Keruntuhan balans ini

digunakan untuk memeriksa penampang apakah keruntuhan tarik

(under reinforced) atau keruntuhan tekan (over reinforced).

Persamaan untuk keseimbangan gopel gayanya adalah sebagai

berikut:

b. Keruntuhan tarik (Under reinforced)

Keruntuhan tarik terjadi bila keruntuhan dimulai dengan tulangan

tarik beton bertulang mengalami leleh terlebih dahulu. Persamaan

untuk keseimbangan gopel gayanya adalah sebagai berikut:

Jika a ≥hf, maka balok dianalisis sebagai balok T jika tidak cukup

dianalisi sebagai balok persegi, perhitungan dilanjutkan dengan

menghitung momen nominal balok T:


Mn = Ccw (d - 0,5 a) + Ccf (d - 0,5 hf )

c. Keruntuhan tekan (over reinforced)

Keruntuhan tekan terjadi bila keruntuhan dimulai dengan

keruntuhan dimulai dengan kehancuran pada daerah tekan beton

terlebih dahulu. Hal ini terjadi bila tulangan tarik beton bertulang

lebih banyak dari luas tulangan balans, Asbyang dihitung pada pers

atau regangan beton bertulang, ٤s <٤y.keruntuhan tekan bersifat

getas sehingga tidak disarankan merencanakan dengan kondisi

keruntuhan tekan. Keseimbangan gopel gaya:

Selanjutnya untuk menghitung momen nominal sama seperti

menghitung momen dalam kondisi keruntuhan tarik, yaitu:

Mn = Ccw ( d – 0,5 a ) + Ccf ( d – 0,5 hf )

2.9 Data Transportasi

Data Jalan yang digunakan adalah jalan nasional yang beruas jalan Nasional

fleksibel pavement.

 Kapasitas Jalan

Kapasitas (Capasity) merupakan arus maximum yang dapat

dipertahankan pada suatu bagian jalan pada waktu tertentu. Atau daya

tampung suatu segmen jalan terhadap arus lalu litas dan pada waktu
tertentu (SMP/Jam). Korelasi Antara Volume dan Capasity yaitu DS

(Degree of Saturation ) / Derajat Kejenuhan.

DS =

DS = Degree of saturation (derajat kejenuhan)

V = Kecepatan

C = Kapasitas

Rumus kapasitas jalan :

C = Co × Fcw × FCsp × FCsf × FCcs

Co = Kapasitas dasar (smp/jam)

FCw = Faktor pengaruh lebar lajur

FCsp = Faktor pengaruh pemisah arah

FCsf = Faktor pengaruh hambatan samping

FCcs = Faktor pengaruh ukuran kota

 Volume Lalu Lintas

Volume Lalu lintas / Arus Lalu lintas (V) adalah jumlah kendaraan

bermotor yang melewati suatu titik pengamatan pada segmen jalan pada

waktu tertentu. Satuan : (kend/jam) atau (SMP/jam).

 Running Time

Running Time atau Time mean speed (TMS), yaitu rata-rata kecepatan

dari seluruh kendaraan yang melewati suatu titik pada jalan selama

periode waktu tertentu.

 Analisis kecepatan arus bebas kendaraan metode MKJI 1997

 Lebar jalan 11 m

 Lebar jalur lalu lintas efektif perlajur 5,5 m


 Kelas hambatan samping sedang

 Jumlah penduduk

Kecepatan arus bebas:

Kendaraan Berat (HV)

FV = (FVo + FVw) x FFVsf x FFVcs

Kendaraan Ringan (LV)

FV = (FVo + FVw) x FFVsf x FFVcs

Sepeda Motor (MC)

FV = (FVo + FVw) x FFVsf x FFVcs

 Travel Time

Travel Time atau Space mean speed (SMS), yaitu rata-rata kecepatan

kendaraan yang menempati suatu segmen atau bagian jalan pada

interval waktu tertentu.

Jarak tempuh KFC-Kantor Pos (Pos 1 ke Pos 2) adalah 265 m.

Waktu tempuh:

 Kendaraan Berat (HV)

t =

 Kendaraan Ringan (LV)

t =

 Sepeda Motor (MC)

t =
2.10 Metode Pengumpulan Data

Perencanaan suatu pekerjaan diperlakukan tahapan – tahapan atau

metodologi yang jelas untuk melakukan hasil yang ingin di capai sesuai

dengan tujuan yang ada. Berdasarkan data – data yang di peroleh dan diolah

sehingga diketahui sifat dan karakteristik yang ada , kemudian dilakukan

analisa untuk pemecahan masalah dari data tersebut.

Tahap pengumpulan data merupakan sarana pokok untuk penyelesaian suatu

masalah secara ilmiah. Data – data yang dikumpulkan meliputi data primer

dan data sekunder. Adapun hal – hal yang diperhatikan dalam pengumpulan

data adalah:

1. Jenis data

2. Tempat diperolehnya data

3. Jumlah data yang diperlukan

 Data Primer

Data tanah yang diperoleh secara langsung dari Laboratorium

Mekanika Tanah. Data tanah, diperoleh dari sampel lokasi

kemudian dilakukan pengujian di Laboratorium Mekanika Tanah ,

meliputi:

 Data bor Mesin

 Soil properties

 Engineering properties

 Data Bore Log


 Data Sekunder

Data yang diperoleh melalui studi literatur sebagai data pendukung

dan pelengkap yaitu mengumpulkan referensi dari bahan kuliah

maupun buku – buku umum, serta data – data yang diperlukan dari

instansi terkait.
BAB III
STRUKTUR ORGANISASI

A. Deskripsi Pekerjaan dan Struktur Organisasi

1. Informasi Pengguna Jasa

Pengguna Jasa : Program Studi Teknik Sipil Universitas Lampung

Alamat : Jalan Prof. Dr. Ir. Sumantri Brojonegoro, RW. No:

1, Gedong Meneng, Kec. Rajabasa, Kota Bandar

Lampung, Lampung

Nama Pekerjaan : DED Perencanaan Jembatan Beton bertulang di

Kecamatan Way Lima Kabupaten Pesawaran

Tanggal Kontrak : 2 Oktober 2021

Waktu Pelaksanaan : 180 (Seratus Delapan Puluh) hari kalender

2. Informasi Penyedia Jasa

Penyedia Jasa : PT. SUSUKAN PROYEK

Ketua Tim : Ananda Wirawan Tritama Harahap

Alamat Kantor : Jalan Zainal Abidin Pagar Alam, Bandar Lampung

Nomor Telp/Fax : 0821-1020-8000

Alamat E-mail : pt.susukanproyek@gmail.com


B. Tugas dan Tanggung Jawab

Adapun uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang masing masing

personil dalam team konsultan (penyedia jasa) adalah sebagai berikut :

1. Team Leader

Nama : Ananda Wirawan Tritama Harahap

Tempat, Tanggal Lahir : Padang Sidempuan, 12 Juli 1999

Pendidikann : S1 Teknik Sipil, Universitas Lampung,

2021 Keahliah : Ahli Utama Perencana Jembatan

Masa Penugasan : 3 bulan

Uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang adalah sebagai berikut:

 Mengkoordinir seluruh tenaga ahli dan tenaga pendukung

dalam pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan kerangka acuan kerja,

baik dibidang manajerial maupun teknis.

 Menyiapkan rencana kerja konsultan, serta mengontrol

pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan jadwal rencana kerja.

 Mengadakan hubungan dengan pihak pengguna jasa (direksi)

dan instansi lain yang terkait guna menunjang kegiatan pekerjaan,

baik melalui diskusi maupun rapat.

 Menyusun rencana kegiatan dan penjaminan mutu hasil kegiatan

 Menyusun laporan bulanan, laporan pendahuluan, laporan

interim dan laporan akhir serta mengawasi penyusunan laporan

lainnya

 Bertanggung jawab menyeluruh mengenai kualitas seluruh hasil

pelaksanaan pekerjaan konsultan dan laporan yang disajikan


2. Ahli Transportasi

Nama : Muhammad Isfan Arif

Tempat, Tanggal Lahir : Branti Raya, 29 Mei 1999

Pendidikann : S1 Teknik Sipil, Universitas Lampung,

2021 Keahliah : Ahli Madya Transportasi

Masa Penugasan : 3 bulan

Uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang adalah sebagai berikut:

 Melaksanakan survei pendahuluan untuk dapat mengidentifikasi

secara visual kondisi yang ada.

 Menginvetarisasi temuan permasalahan yang ada di lapangan

untuk dipersiapkan langkah penanganannya.

 Berkoordinasi dengan ahli geodesi untuk menentukan lokasi

penyelidikan tanah

 Mengawasi proses pengujian mekanika tanah

 Memastikan proses pengujian mekanika tanah sesuai dengan

standart pengujian yang berlaku

 Mengawasi proses pengambilan sampel hasil pengujian tanah

 Merumuskan hasil pengujian lapangan dan pengujian

laboratorium

 Menghitung dan menganalisis struktur pondasi jembatan yang

sesuai dengan sifat fisis dan mekanis tanah di lokasi kegiatan

3. Ahli Mekanika Tanah

Nama : Muhammad Krisna Triandana

Tempat, Tanggal Lahir : Bandar Lampung, 04 Januari 1998


Pendidikann : S1 Teknik Sipil, Universitas Lampung,

2021 Keahliah : Ahli Tanah Geoteknik

Masa Penugasan : 3 bulan

Uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang adalah sebagai berikut:

 Melaksanakan survei pendahuluan untuk dapat mengidentifikasi

secara visual kondisi yang ada.

 Menginvetarisasi temuan permasalahan yang ada di lapangan

untuk dipersiapkan langkah penanganannya.

 Berkoordinasi dengan ahli geodesi untuk menentukan lokasi

penyelidikan tanah

 Mengawasi proses pengujian mekanika tanah

 Memastikan proses pengujian mekanika tanah sesuai dengan

standart pengujian yang berlaku

 Mengawasi proses pengambilan sampel hasil pengujian tanah

 Merumuskan hasil pengujian lapangan dan pengujian

laboratorium

 Menghitung dan menganalisis struktur pondasi jembatan yang

sesuai dengan sifat fisis dan mekanis tanah di lokasi kegiatan

4. Ahli Manajemen Konstruksi

Nama : Noval Suryatama

Tempat, Tanggal Lahir : Pesawaran, 15 November 1999


Pendidikann : S1 Teknik Sipil, Universitas Lampung,

2021 Keahliah : Ahli Madya Manajemen Konstruksi

Masa Penugasan : 3 bulan

Uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang adalah sebagai berikut:

 Mencari informasi mengenai Harga Satuan bahan maupun upah

untuk lokasi setempat.

 Membuat analisa harga satuan termasuk memperkirakan harga

bahan, upah kerja, sewa peralatan dan data logistik lainnya.

 Menghitung volume pekerjaan dan menyusun Rencana Anggaran

 Biaya pelaksanaan konstruksi.

 Berkoordinasi dengan tenaga ahli lainnya untuk kelancaran

tugasnya

C. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi pelaksana kegiatan DED Jembatan Struktur Beton

bertulang Way Umpu dapat dilihat pada tabel dan gambar di bawah ini.

Tabel 3.1 Daftar Personil DED Jembatan Beton bertulang di Kecamatan


Klumbayan Barat

(Segmen 1)

No Nama Personil Posisi/Jabatan Lama


Penugasan
1 Ananda Wirawan Team Leader 3 Bulan
Tritama Harahap
2 Muhammad Isfan Arif Ahli Transportasi 3 Bulan
3 Muhammad Krisna Ahli Mekanika Tanah 3 Bulan
Triandana
4 Noval Suryatama Ahli Manajemen Konstruksi 3 Bulan
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI

4.1 Umum

Pada suatu pelaksanaan pekerjaan yang baik, dibutuhkan rencana operasi

pelaksanaan secara umum agar dapat terlaksana secara sistematis dan

praktis. Selain itu, dibutuhkan juga pendekatan teknik meliputi rencana

operasi pelaksanaan pekerjaan, analisis kebutuhan personil, analisis

kebutuhan peralatan, dan fasilitas-fasilitas lainnya. Pada Perencanaan

jembatan beton balok T bertulang membutuhkan data sekunder dan data

primer meliputi dari data struktur, data transport, data struktur dari

bangunan rencana jembatan, dan pembebanan untuk struktur bangunan

jembatan beton balok T bertulang.

4.2 Lokasi Perencanaan

Lokasi kegiatan pembangunan Jembatan Beton bertulang di Kecamatan

Way Lima, Kabupaten Pesawaran, Lampung, dengan titik koordinat

5˚S,105˚E.
Laporan Pendahuluan Pembangunan Jembatan Beton bertulang di Kecamatan Way Lima

Gambar. 4.1. Lokasi Pembangunan Jembatan Beton bertulang di Kecamatan Way Lima

PT. OMEGA 35
Laporan Pendahuluan Pembangunan Jembatan Beton bertulang di
Kecamatan Way Lima Kab. Pesawaran

4.3 Waktu Pelaksanaan

Perencaan jembatan Beton bertulang balok T, selama 180 Hari terhitung dari

2 Oktober 2021 sampai dengan 2 Maret 2021.

PT. SUSUKAN PROYEK 36


BAB V
KEMAJUAN PEKERJAAN DAN RENCANA KERJA

5.1 Kemajuan Pekerjaan

Pada bab ini, akan diuraikan tentang kemajuan pelaksanaan pekerjaan yang

akan dilaksanakan Konsultan dan rencana kegiatan untuk menyelesaikan

tugasnya. Kegiatan tersebut meliputi : pola kerja, sistematika pengumpulan

data, analisis permasalahan, pemecahan masalah, kontribusi masing-masing

tenaga ahli dalam setiap kegiatan dan laporan. Sampai dengan penyusunan

laporan pendahuluan ini, kemajuan pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh

konsultan adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan Administrasi

2. Pekerjaan Persiapan

3. Pengumpulan Data Sekunder

4. Pemahaman Terhadap Studi Terdahulu

5. Penyusunan Rencana Kegiatan

6. Koordinasi dengan Instansi Terkait

Sementara itu, untuk kegiatan lapangan, konsultan sedang melaksanakan

kegiatan survei dan pengukuran topografi.


5.2 Rencana Kerja Selanjutnya

Berdasarkan jadwal kegiatan yang telah disusun oleh konsultan perencana,

kegiatan yang akan dilaksanakan sampai dengan penyusunan laporan antara,

adalah sebagai berikut :

1. Penyelesaian Survei Topografi

2. Analisis Hasil Pengukuran Topografi

3. Survei dan Investigasi Mekanika Tanah

4. Analisis Survei dan Investigasi Mekanika Tanah

5. Perhitungan hidrologi dan hidrolika sungai

6. Analisis Perhitungan Struktur Jembatan

7. Penentuan Alternatif Desain Jembatan

Secara lengkap, jadwal pelaksanaan pekerjaan Penyusunan DED Perencanaan

Pembangunan Jembatan Beton bertulang di Kecamatan Way Lima dapat

dilihat pada Tabel Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan (Bar Chart) berikut ini
Laporan Pendahuluan Pembangunan Jembatan Beton bertulang di Kecamatan Way Lima

PT. SUSUKAN PROYEK 39

Anda mungkin juga menyukai