Anda di halaman 1dari 8

Kul MKeu8

Modal Kerja (lanjutan)

Piutang :

Akun (rekening) piutang muncul (ada/terdapat) dalam neraca suatu perusahaan karena penjualan

dilakukan secara kredit (pembayaran secara cicilan/mengangsur) atau pembayaran dilakukan dengan

tenggang waktu tertentu oleh pembeli (debitur). Karena pembayaran dilkakukan dengan tenggang

waktu maka pihak penjual atau kreditur harus bertindak hati hati terhadap calon pembeli. Perlu

dipertimbangkan tingkat kelayakan dari calon pembeli tersebut, yaitu harus diperhitungkan tingkat

probabilitas kemampuan bayar dari calon debitur tersebut. Meskipun indicator pprobabilitas

kemampuan bayar calon debitur sulit untuk dihitung secara pasti namun tetap diukur meskipun secara

kasar dengan tolok ukur sederhana yaitu 5 C’ (character, capacity, capital, colleteral, condition). Caracter

dapat diartikan sebagai sifat sifat dasar yang melekat pada sesorang; informasi ini dapat diperoleh

dengan wawancara ringan maupun detail kepada yang bersangkutan. Bagi orang yang berpengalaman

berhubungan dengan orang lain hal itu mudah untuk dilakukan namun bagi orang yang belum pernah

atau masih sedikit pengalaman tentang hal tersebut maka validitas hasil masih perlu diperdalam lagi.

Oleh karena itu diperlukan orang orang yang banyak pengalaman dan pengetahuan tentang sifat sifat

orang lain yang diperoleh dari wawancara. Capacity, merupakan kemampuan (skill) sesorang pada

bidang tertentu yang bisa ‘ditunjukkan’ kepada orang lain (bila perlu dengan bukti : tertulis dan atau

dengan tindakan) sehingga orang lain tersebut menjadi yakin bahwa orang yang bersangkutan memang

benar benar memiliki skill atau kemampuan di bidang tertentu, terutama kemampuan yang relevan

dengan hal berkaitan dengan inti persoalan kredit yang diajukan oleh calon debitur. Capital, merupakan

sumberdaya dapat berupa (man; money; method/mechine; material; market) yang dimiliki atau dikuasai

oleh calon debitur. Colleteral atau jaminan, merupakan assets yang dapat dijaminkan atas transaksi yang

akan dilakukan oleh calon debitur, dan assets tersebut dapat diapakai sebagai ganti atas transaksi yang
ingkar janji oleh debitur. Condition, merupakan keadaan atau situasi yang terjadi dan akan terjadi

(politik, social/budaya, ekonomi, kesehatan dan keamaan) yang dapat mempengaruhi keberlangsungan

dan keberlanjutan transaksi (investasi) bagi (calon) debitur. Kreteria 5 C’ tersebut dikemas menjadi satu

yaitu probabilitas kemampuan bayar bagi calon debitu. Jika probabilitas yang diperoleh memenuhi

kreteria yang telah ditetapkan maka transaksi kredit tersebut layak dilaksanakan. Sebaliknya bila tidak

atau dibawah stadar kreteria yang ditetapkan maka transaksi kredit tidak layak dilaksanakan.

Teori Ekspektasi (teori harapan matematis dapat membantu untuk menghitung secara sederhana

mengenai kemungkinan hasil (diterima) atau gagal (ditolak) nya suatu transaksi kredit.

E = Jumlah perkalian antara Probabilita untuk mendapatkan hasil (pi) dengan hasil yang diharapkan

pada tingkat probabilitas tersebut.

Probabilias untuk mendapatkan hasil d1 adalah p1

Probabilitas untuk mendapatkan hasil d2 adalah p2

Probabilitas untuk mendapatkan hasil d3 adalah p3

Maka nilai pukul rata harapan memperoleh hasil (E) = (d1 x p1) + (d2 x p2) + (d3 x p3)

Atau rumus tersebut dapat dituliskan : E = jumlah (di x pi)

di= hasil yang diharapkan;

pi = probabilitas terjadinya peristiwa yang diharapkan;

qi= probabilitas tidak terjadinya peristiwa yang diharapkan;

P(A) = p + q

q = (1 – p)
Peristiwa A = probabilitas terjadinya peristiwa A (+) dengan probabilitas tidak terjadinya peristiwa A

Contoh :

Transaksi senilai Rp50 jt (harga jual) dengan harga pokok Rp40 jt. Jika seorang calon pembeli dengan

sistim kredit mempunyai probabilitas kemampuan bayar 0,70 apakah transaksi tersebut layak untuk

dilaksanakan?

E = 0,70 (50-40) + 0,30 (-40) = 7 – 12 = - 5 (negatip) ; maka transaksi kredit tidak layak dilaksanakan.

Pada tangkat probabilitas berapa minimal agar transaksi tersebut di atas dapat atau layak dilaksanakan?

E = p (50-40) + (1-p) (-40) = 10 p – 40 + 40 p

0 = 50 p – 40

P = 0,80

Transaksi layak dilaksanakan jika probabilitas bayar calon debitur di atas 0,80

Akun (rekening) piutang harus dikelola dengan baik dan benar karena bebarapa alasan :

1. Jumlah piutang pada umumnya relative besar, maka jumlah yang besar mempunyai potensi

kekeliruan yang menjadi masalah (salah catat, sulit atau tidak tertagih) yang besar pula.

2. Piutang merupakan assets (kekayaan) yang berada dipihak (orang) lain sehingga dapat berakibat

uncontrollable bagi perusahaan (pemilik piutang), oleh karena itu kehati hatian terhadap

kebijakan penjualan kredit perlu dilakukan agar piutang benar benar dapat terbayar.

3. Meskipun pada mulanya telah dilakukan berbagai pertimbangan dan tingkat kehati hatian yang

tinggi namun tingkat kesadaran dan kemampuan debitur sewaktu waktu bisa berubah menjadi
enggan atau tidak membayar hutangnya dengan segera, lebih lebih bilamana keadaan ekonomi

atau pasar kurang mendukung (pasar sedang lesu).

4. Piutang mempunyai konsekuensi adanya biaya khusus yaitu biaya modal, biaya administrasi

kredit, biaya piutang tak tertagih dan biaya diskon (bila ada).

Mengingat piutang mempunyai tingkat resiko yang cukup tinggi, maka penjualan sebaiknya diupayakan

sistim pembayarannya dilakukan dengan tunai meskipun persaingan cukup tajam, hal ini sangat

bergantung pada produk yang dipasarkan dan fungsi marketing yang handal. Namun demikian bilamana

penjualan tidak bisa dilakukan dengan sistim tunai dan harus dilakukan dengan sistim cicilan (kredit)

maka perlu dilakukan analysis tingkat kelayakannya. Analisis bisa dilakukan dengan menggunakan

“Analisis Benefit and Cost ratio” (B/C ratio).

Efektifitas piutang dapat diukur dengan menghitung tingkat perputaran piutang :

Receivable turn over (perputaran piutang) = 360 / Collection period (periode penarikan), atau :

Receivable turn over (perputaran piutang) = net sales / rata-rata piutang

n/30 = penjualan dibayar untuk (selama) 30 hari; maka perputaran piutang = 360/30 = 12 x

n/60 = penjualan dibayar untuk (selama) 60 hari; maka perputaran piutang = 360/60 = 6 x

n/90 = penjualan dibayar untuk (selama) 90 hari; maka perputaran piutang = 360/90 = 4 x

Contoh :

Penjualan yang telah dicapai oleh suatu Perusahaan (sistim tunai) mencapai Rp 50 juta;
Perusahaan akan mengganti sistim pembayarannya dengan n/60 (neto 60 hari) dengan harapan

penjualan dapat meningkat menjadi Rp72 jt. Apakah penjualan dengan sistim n/60 dapat atau layak

dilaksanakan, jika diketahui : Profit margin = 15%; Biaya modal = 10 %; Biaya administrasi kredit 0,50%

dari total penjualan; dan biaya piutang tak tertagih 0,50% dari piutang rata rata.

Jawab : (analisis B/C ratio)

Benefit (manfaat) :

Tambahan keuntungan atas tambahan penjualan : (72-50) jt x 15% = 3,30 juta

Pengorbanan :

Perputaran piutang = 360/60 = 6 x

Rata rata piutang = net sales / perputaran piutang = 72 jt / 6 = 12 jt (harga jual)

Dana yang dibutuhkan (harga pokok) = 85%* x 12jt = 10,2 jt (*85% = 100% – 15%)

Maka :

Biaya modal = 10% x 10,2 jt ………………..…… = 1,02 jt

Biaya administrasi kredit = 0,50% x 72 jt …….. = 0,36 jt

Biaya piutang tak tertagih = 0,5% x 10,2jt…. = 0,052jt

Jumlah biaya ………………………………………………=1,432 jt

Net benefit = 3,3 jt – 1,432 jt = 1,868 jt ( positip ) ; Kesimpulan Penjualan dengan n/60 di atas layak.

Perpuitaran Piutang menjadi indicator dari efektivitas kebijakan piutang; hal itu menunjukkan bahwa

penjualan dengan sistim kredit bisa dilakukan bilamana perputaran piutangnya lebih besar dari standar
perputaran yang ada (ditetapkan), misalnya penjualan dengan sistim n/60 berarti perputaran minimal

yang harus dicapai sebesar enam kali ( 6 kali ) bila kurang dari enam kali maka investasi atau penjualan

dengan sistim kredit (n/60) tidak efektif, perlu tindakan korektif misalnya intensifikasi penarikan piutang,

dan atau lebih selektif untuk memberikan layanan jual dengan sistim kredit kepada (calon) pelanggan.

Terdapat alasan mengapa perputaran piutang harus sama atau lebih besar dari standar perputaran

piutang yang ada (ditetapkan), yaitu “kerugian” yang harus diperhitungkan oleh perushaan. Kerugian

atas rendahnya perputaran piutang dapat bersumber dari adanya tambahan biaya modal dan tambahan

biaya lainnya (biaya administrasi kredit, dan biaya piutang tak tertagih). “Kerugian” tersebut kadang

terabaikan oleh pihak manajemen yang kurang teliti, yang kadang masih adanya toleransi keterlambatan

pembayaran piutang oleh pelanggan (debitur) dengan tidak memberikan sanksi apapunterhadap

pelanggan (debitur) yang terlambat.

Contoh sebuah kerugian akibat rendahnya perputaran piutang :

Penjualan dengan sistim n/60 sebesar Rp12.000.000.000,- ternyata dari hasil evaluasi perputan piutang

hanya mencapai empat kali (4 kali). Jika diketahui Profit Margin sebesar 10% dan Biaya modal 8% maka

berapa rugi atas peenurunan perputaran piutang tersebut?

Perputaran piutang seharusnya (n/60) = 6 kali, maka jumlah rata rata piutang =12.000.000.000 / 6 =

2.000.000.000,-. Ternyata perputaran piutang riil hanya mencapai empat kali (4 kali) berarti rata rata

piutang sebesara 12.000.000.000,- / 4 = 3.000.000.000,- berarti ada penambahan rata rata piutang

sebesar = 3.000.000.000,- - 2.000.000.000,- = 1.000.000.000,- Hal ini akan Nampak di Neraca, akun

piutang seharusnya 2.000.000.000,- menjadi riilnya 3.000.000.000,- tambahan piutang ini bersumber

dari dana yang ada di neraca sebelah kredit yang mempunyai konsekuensi biaya modal (cost of capital).
Kasus di atas ada penambahan piutang sebesar 1 milyar (harga jual), sehingga harga pokoknya = 1 milyar

kali biaya modal (92%) = 920 juta. Dan besarnya biaya modal = 8 % x 920 juta =Rp 73.600.000,-

Besarnya biaya modal ini yang merupakan kerugian (tambahan) atas berkurangnya perputaran piutang

dari seharusnya enam (6) kali menjadi empat (4) kali belum termasuk tambahan biaya administrasi

kredit dan biaya piutang tak tertagih.

“Investasi” pada akun piutang tidak hanya persoalan kehati hatian terhadap calon debitur (pelanggan)

saja melainkan juga perlu diperhatikan aspek administrasi dan pada aspek pengumpulan atau penarikan

piutang termasuk penerimaan kas dari hasil pengumpulan atau penarikan piutang tersebut. Ketelitian,

kebenaran dan kelengkapan dokumen penjualan (kredit) dan pembayaran piutang dari pelanggan

menjadi dasar validitas catatan piutang. Secara periodic atau waktu tertentu piutang perlu dilakukan

konfirmasi dan klarifikasi antara catatan perusahaan dengan catatan pelanggan untuk mengetahui

kebenaran perubahan catatan atas transaksi piutang yang sekaligus untuk mengecek kebenaran

penarikan atau pengumpulan piutang oleh petugas penagih pada waktu tertentu (per atau pada periode

tertentu).

Anda mungkin juga menyukai