Piutang :
Akun (rekening) piutang muncul (ada/terdapat) dalam neraca suatu perusahaan karena penjualan
dilakukan secara kredit (pembayaran secara cicilan/mengangsur) atau pembayaran dilakukan dengan
tenggang waktu tertentu oleh pembeli (debitur). Karena pembayaran dilkakukan dengan tenggang
waktu maka pihak penjual atau kreditur harus bertindak hati hati terhadap calon pembeli. Perlu
dipertimbangkan tingkat kelayakan dari calon pembeli tersebut, yaitu harus diperhitungkan tingkat
probabilitas kemampuan bayar dari calon debitur tersebut. Meskipun indicator pprobabilitas
kemampuan bayar calon debitur sulit untuk dihitung secara pasti namun tetap diukur meskipun secara
kasar dengan tolok ukur sederhana yaitu 5 C’ (character, capacity, capital, colleteral, condition). Caracter
dapat diartikan sebagai sifat sifat dasar yang melekat pada sesorang; informasi ini dapat diperoleh
dengan wawancara ringan maupun detail kepada yang bersangkutan. Bagi orang yang berpengalaman
berhubungan dengan orang lain hal itu mudah untuk dilakukan namun bagi orang yang belum pernah
atau masih sedikit pengalaman tentang hal tersebut maka validitas hasil masih perlu diperdalam lagi.
Oleh karena itu diperlukan orang orang yang banyak pengalaman dan pengetahuan tentang sifat sifat
orang lain yang diperoleh dari wawancara. Capacity, merupakan kemampuan (skill) sesorang pada
bidang tertentu yang bisa ‘ditunjukkan’ kepada orang lain (bila perlu dengan bukti : tertulis dan atau
dengan tindakan) sehingga orang lain tersebut menjadi yakin bahwa orang yang bersangkutan memang
benar benar memiliki skill atau kemampuan di bidang tertentu, terutama kemampuan yang relevan
dengan hal berkaitan dengan inti persoalan kredit yang diajukan oleh calon debitur. Capital, merupakan
sumberdaya dapat berupa (man; money; method/mechine; material; market) yang dimiliki atau dikuasai
oleh calon debitur. Colleteral atau jaminan, merupakan assets yang dapat dijaminkan atas transaksi yang
akan dilakukan oleh calon debitur, dan assets tersebut dapat diapakai sebagai ganti atas transaksi yang
ingkar janji oleh debitur. Condition, merupakan keadaan atau situasi yang terjadi dan akan terjadi
(politik, social/budaya, ekonomi, kesehatan dan keamaan) yang dapat mempengaruhi keberlangsungan
dan keberlanjutan transaksi (investasi) bagi (calon) debitur. Kreteria 5 C’ tersebut dikemas menjadi satu
yaitu probabilitas kemampuan bayar bagi calon debitu. Jika probabilitas yang diperoleh memenuhi
kreteria yang telah ditetapkan maka transaksi kredit tersebut layak dilaksanakan. Sebaliknya bila tidak
atau dibawah stadar kreteria yang ditetapkan maka transaksi kredit tidak layak dilaksanakan.
Teori Ekspektasi (teori harapan matematis dapat membantu untuk menghitung secara sederhana
mengenai kemungkinan hasil (diterima) atau gagal (ditolak) nya suatu transaksi kredit.
E = Jumlah perkalian antara Probabilita untuk mendapatkan hasil (pi) dengan hasil yang diharapkan
Maka nilai pukul rata harapan memperoleh hasil (E) = (d1 x p1) + (d2 x p2) + (d3 x p3)
P(A) = p + q
q = (1 – p)
Peristiwa A = probabilitas terjadinya peristiwa A (+) dengan probabilitas tidak terjadinya peristiwa A
Contoh :
Transaksi senilai Rp50 jt (harga jual) dengan harga pokok Rp40 jt. Jika seorang calon pembeli dengan
sistim kredit mempunyai probabilitas kemampuan bayar 0,70 apakah transaksi tersebut layak untuk
dilaksanakan?
E = 0,70 (50-40) + 0,30 (-40) = 7 – 12 = - 5 (negatip) ; maka transaksi kredit tidak layak dilaksanakan.
Pada tangkat probabilitas berapa minimal agar transaksi tersebut di atas dapat atau layak dilaksanakan?
0 = 50 p – 40
P = 0,80
Transaksi layak dilaksanakan jika probabilitas bayar calon debitur di atas 0,80
Akun (rekening) piutang harus dikelola dengan baik dan benar karena bebarapa alasan :
1. Jumlah piutang pada umumnya relative besar, maka jumlah yang besar mempunyai potensi
kekeliruan yang menjadi masalah (salah catat, sulit atau tidak tertagih) yang besar pula.
2. Piutang merupakan assets (kekayaan) yang berada dipihak (orang) lain sehingga dapat berakibat
uncontrollable bagi perusahaan (pemilik piutang), oleh karena itu kehati hatian terhadap
kebijakan penjualan kredit perlu dilakukan agar piutang benar benar dapat terbayar.
3. Meskipun pada mulanya telah dilakukan berbagai pertimbangan dan tingkat kehati hatian yang
tinggi namun tingkat kesadaran dan kemampuan debitur sewaktu waktu bisa berubah menjadi
enggan atau tidak membayar hutangnya dengan segera, lebih lebih bilamana keadaan ekonomi
4. Piutang mempunyai konsekuensi adanya biaya khusus yaitu biaya modal, biaya administrasi
kredit, biaya piutang tak tertagih dan biaya diskon (bila ada).
Mengingat piutang mempunyai tingkat resiko yang cukup tinggi, maka penjualan sebaiknya diupayakan
sistim pembayarannya dilakukan dengan tunai meskipun persaingan cukup tajam, hal ini sangat
bergantung pada produk yang dipasarkan dan fungsi marketing yang handal. Namun demikian bilamana
penjualan tidak bisa dilakukan dengan sistim tunai dan harus dilakukan dengan sistim cicilan (kredit)
maka perlu dilakukan analysis tingkat kelayakannya. Analisis bisa dilakukan dengan menggunakan
Receivable turn over (perputaran piutang) = 360 / Collection period (periode penarikan), atau :
n/30 = penjualan dibayar untuk (selama) 30 hari; maka perputaran piutang = 360/30 = 12 x
n/60 = penjualan dibayar untuk (selama) 60 hari; maka perputaran piutang = 360/60 = 6 x
n/90 = penjualan dibayar untuk (selama) 90 hari; maka perputaran piutang = 360/90 = 4 x
Contoh :
Penjualan yang telah dicapai oleh suatu Perusahaan (sistim tunai) mencapai Rp 50 juta;
Perusahaan akan mengganti sistim pembayarannya dengan n/60 (neto 60 hari) dengan harapan
penjualan dapat meningkat menjadi Rp72 jt. Apakah penjualan dengan sistim n/60 dapat atau layak
dilaksanakan, jika diketahui : Profit margin = 15%; Biaya modal = 10 %; Biaya administrasi kredit 0,50%
dari total penjualan; dan biaya piutang tak tertagih 0,50% dari piutang rata rata.
Benefit (manfaat) :
Pengorbanan :
Dana yang dibutuhkan (harga pokok) = 85%* x 12jt = 10,2 jt (*85% = 100% – 15%)
Maka :
Net benefit = 3,3 jt – 1,432 jt = 1,868 jt ( positip ) ; Kesimpulan Penjualan dengan n/60 di atas layak.
Perpuitaran Piutang menjadi indicator dari efektivitas kebijakan piutang; hal itu menunjukkan bahwa
penjualan dengan sistim kredit bisa dilakukan bilamana perputaran piutangnya lebih besar dari standar
perputaran yang ada (ditetapkan), misalnya penjualan dengan sistim n/60 berarti perputaran minimal
yang harus dicapai sebesar enam kali ( 6 kali ) bila kurang dari enam kali maka investasi atau penjualan
dengan sistim kredit (n/60) tidak efektif, perlu tindakan korektif misalnya intensifikasi penarikan piutang,
dan atau lebih selektif untuk memberikan layanan jual dengan sistim kredit kepada (calon) pelanggan.
Terdapat alasan mengapa perputaran piutang harus sama atau lebih besar dari standar perputaran
piutang yang ada (ditetapkan), yaitu “kerugian” yang harus diperhitungkan oleh perushaan. Kerugian
atas rendahnya perputaran piutang dapat bersumber dari adanya tambahan biaya modal dan tambahan
biaya lainnya (biaya administrasi kredit, dan biaya piutang tak tertagih). “Kerugian” tersebut kadang
terabaikan oleh pihak manajemen yang kurang teliti, yang kadang masih adanya toleransi keterlambatan
pembayaran piutang oleh pelanggan (debitur) dengan tidak memberikan sanksi apapunterhadap
Penjualan dengan sistim n/60 sebesar Rp12.000.000.000,- ternyata dari hasil evaluasi perputan piutang
hanya mencapai empat kali (4 kali). Jika diketahui Profit Margin sebesar 10% dan Biaya modal 8% maka
Perputaran piutang seharusnya (n/60) = 6 kali, maka jumlah rata rata piutang =12.000.000.000 / 6 =
2.000.000.000,-. Ternyata perputaran piutang riil hanya mencapai empat kali (4 kali) berarti rata rata
piutang sebesara 12.000.000.000,- / 4 = 3.000.000.000,- berarti ada penambahan rata rata piutang
sebesar = 3.000.000.000,- - 2.000.000.000,- = 1.000.000.000,- Hal ini akan Nampak di Neraca, akun
piutang seharusnya 2.000.000.000,- menjadi riilnya 3.000.000.000,- tambahan piutang ini bersumber
dari dana yang ada di neraca sebelah kredit yang mempunyai konsekuensi biaya modal (cost of capital).
Kasus di atas ada penambahan piutang sebesar 1 milyar (harga jual), sehingga harga pokoknya = 1 milyar
kali biaya modal (92%) = 920 juta. Dan besarnya biaya modal = 8 % x 920 juta =Rp 73.600.000,-
Besarnya biaya modal ini yang merupakan kerugian (tambahan) atas berkurangnya perputaran piutang
dari seharusnya enam (6) kali menjadi empat (4) kali belum termasuk tambahan biaya administrasi
“Investasi” pada akun piutang tidak hanya persoalan kehati hatian terhadap calon debitur (pelanggan)
saja melainkan juga perlu diperhatikan aspek administrasi dan pada aspek pengumpulan atau penarikan
piutang termasuk penerimaan kas dari hasil pengumpulan atau penarikan piutang tersebut. Ketelitian,
kebenaran dan kelengkapan dokumen penjualan (kredit) dan pembayaran piutang dari pelanggan
menjadi dasar validitas catatan piutang. Secara periodic atau waktu tertentu piutang perlu dilakukan
konfirmasi dan klarifikasi antara catatan perusahaan dengan catatan pelanggan untuk mengetahui
kebenaran perubahan catatan atas transaksi piutang yang sekaligus untuk mengecek kebenaran
penarikan atau pengumpulan piutang oleh petugas penagih pada waktu tertentu (per atau pada periode
tertentu).