Anda di halaman 1dari 10

Adilla Dwi Nur Yadika, Khairun Nisa Berawi, Syahrul Hamidi Nasution | Pengaruh Stunting terhadap Perkembangan Kognitif

dan Prestasi Belajar

Pengaruh Stunting terhadap Perkembangan Kognitif dan Prestasi Belajar

Adilla Dwi Nur Yadika1, Khairun Nisa Berawi2, Syahrul Hamidi Nasution3
1
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2
Bagian Fisiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
3
Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Stunting adalah kondisi dimana tinggi badan anak lebih pendek dari anak dengan usia yang sama, dengan nilai Z-score tinggi
badan menurut umur (TB/U) berdasarkan standar pertumbuhan mencapai kurang dari -2 standar deviasi (SD). Pada tahun
2017, 22,2% balita di dunia mengalami stunting. Stunting merupakan masalah gizi utama di Indonesia dengan prevalensi
sebesar 29,6% pada tahun 2017. Stunting dapat disebabkan oleh tidak adekuatnya asupan makanan bergizi, riwayat ASI
eksklusif, berat badan lahir rendah, dan riwayat infeksi. Stunting dapat berdampak terhadap perkembangan motorik dan
verbal, peningkatan penyakit degeneratif, kejadian kesakitan dan kematian. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa
terdapat pengaruh stunting terhadap perkembangan kognitif dan prestasi belajar anak yang dapat menurunkan
produktivitas kerja sehingga pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kemiskinan di
suatu negara. Tujuan dari tinjauan pustaka ini adalah untuk meninjau pengaruh stunting terhadap perkembangan kognitif
dan prestasi belajar. Peninjauan dilakukan dengan mencari referensi yang sesuai. Berdasarkan peninjauan, didapatkan hasil
bahwa terdapat pengaruh stunting terhadap perkembangan kognitif dan prestasi belajar. Pada kondisi stunting dapat
terjadi gangguan pada proses pematangan neuron otak serta perubahan struktur dan fungsi otak yang dapat menyebabkan
kerusakan permanen pada perkembangan kognitif. Kondisi ini menyebabkan kemampuan berpikir dan belajar anak
terganggu dan pada akhirnya menurunkan tingkat kehadiran dan prestasi belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh stunting terhadap perkembangan kognitif dan kecerdasan.

Kata kunci: Stunting, Perkembangan Kognitif, Prestasi Belajar

The Effects of Stunting on Cognitive Development and Learning Achievement


Abstract
Stunting is a condition where a child's height is shorter than a child of the same age, with the Z-score height according to
age (TB/U) based on growth standards reaching less than -2 standard deviations (SD). In 2017, 22.2% children under five
years in the world are stunting. Stunting is a major nutritional problem in Indonesia with a prevalence of 29.6% in 2017.
Stunting can be caused by inadequate nutritional intake, history of exclusive breastfeeding, low birth weight, and history of
infection. Stunting can affect motor and verbal development, increase the risk of degenerative diseases, the incidence of
morbidity and death. Various studies have shown that there are some effects of stunting on children's cognitive
development and learning achievement that can reduce their work productivity so that it can ultimately inhibit economic
growth and increase poverty in a country. The purpose of this literature review was to review the effects of stunting on
cognitive development and learning achievement. The review was done by finding suitable references. The result was there
were some effects of stunting on cognitive development and learning achievement. In stunting condition can occur
disruption in the process of brain neuron maturation and changes in brain structure and function that can cause permanent
damage to the cognitive development. This condition can cause interfere the children's ability to think and learn and
ultimately reduce the level of attendance and learning achievement. Thus it can be concluded that there are some effects
of stunting on cognitive development and intelligence.

Keywords: Stunting, Cognitive Development, Learning Achievement

Korespondesi: Adilla Dwi Nur Yadika, Alamat Jl. Timbai Palapa X Raya No. 001, Gunung Terang, Langkapura, Bandar
Lampung, HP 08117900092, e-mail nuryadikaa@gmail.com

Pendahuluan pertumbuhan mencapai kurang dari -2


Stunting adalah masalah gizi kronis standar deviasi (SD).2
pada balita yang ditandai dengan tinggi badan Pada tahun 2017, 22,2% atau 150,8
anak yang lebih pendek dari anak dengan usia juta balita di dunia mengalami stunting.
yang sama.1 Menurut World Health Prevalensi stunting di Indonesia pada tahun
Organization (WHO), stunting adalah kondisi 2017 sebesar 29,6% dan mengalami
dimana nilai Z-score tinggi badan menurut peningkatan dari tahun 2016 yaitu 27,5%.1
umur (TB/U) berdasarkan standar Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Majority | Volume | Nomor | September 2019 | 273
Adilla Dwi Nur Yadika, Khairun Nisa Berawi, Syahrul Hamidi Nasution | Pengaruh Stunting terhadap Perkembangan Kognitif
dan Prestasi Belajar
tahun 2013, prevalensi balita di Indonesia akumulasi ketidakcukupan nutrisi yang
yang mengalami stunting adalah 37,2% (8,9 berlangsung lama sejak masa kehamilan
juta), dengan 19,2% anak pendek dan 18,0% sampai anak berusia 24 bulan.8 Keadaan
sangat pendek.3 Provinsi Lampung menempati tersebut diperparah dengan kejar tumbuh
peringkat keenam pada tingkat nasional. (catch up growth) yang tidak terimbangi
Menurut Profil Dinas Kesehatan Provinsi secara adekuat.2
Lampung tahun 2015, prevalensi status gizi Pada tahun 2017, balita di dunia yang
balita berdasarkan indikator TB/U di menderita stunting berjumlah sekitar 22,2%
kabupaten/kota di Provinsi Lampung pada atau 150,8 juta balita.1 Menurut UNICEF, pada
tahun 2013 untuk kategori sangat pendek tahun 2013, 1 dari 4 balita mengalami stunting
adalah sebesar 20,6% dan pada tahun 2007 secara global.9 Pada tahun 2010, prevalensi
sebesar 22,6%.4 anak pendek secara global adalah sebesar 171
Menurut World Health Organization, juta anak, dimana 167 juta anak tinggal di
stunting dapat menyebabkan perkembangan negara berkembang.10 Prevalensi stunting di
kognitif atau kecerdasan, motorik, dan verbal Indonesia pada tahun 2017 sebesar 29,6% dan
berkembang secara tidak optimal, mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu
peningkatan risiko obesitas dan penyakit 27,5%.1 Menurut Riset Kesehatan Dasar
degeneratif lainnya, peningkatan biaya (Riskesdas) 2013, prevalensi balita yang
kesehatan, serta peningkatan kejadian menderita stunting di Indonesia mencapai
kesakitan dan kematian.1 Anak yang memiliki 37,2% (8,9 juta), dengan 19,2% anak pendek
tingkat kecerdasan yang tidak maksimal akibat dan 18,0% sangat pendek. Prevalensi stunting
stunting pada akhirnya dapat menghambat ini mengalami peningkatan dari tahun 2010
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan dan 2007, yaitu sebesar 35,6% dan 36,8%.
kemiskinan, dan memperlebar ketimpangan di Satu dari tiga anak balita di Indonesia memiliki
suatu negara.5 tinggi di bawah rata-rata.5 Pada tahun 2013, di
Perkembangan kognitif merupakan Indonesia, prevalensi stunting tertinggi
aspek yang berfokus pada keterampilan terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur
berpikir, termasuk belajar, pemecahan (51,7%), dan prevalensi terendah terdapat di
masalah, rasional, dan mengingat yang sangat Provinsi Kepulauan Riau (26,3%).3 Provinsi
berpengaruh terhadap keberhasilan siswa di Lampung menduduki peringkat keenam pada
sekolah.6 Berdasarkan penelitian oleh Solihin tingkat nasional untuk masalah stunting.
(2013) melalui uji korelasi diketahui bahwa Menurut Profil Dinas Kesehatan Provinsi
tinggi badan balita menurut umur (TB/U) Lampung tahun 2015, prevalensi status gizi
berhubungan positif dengan tingkat balita berdasarkan indikator TB/U di
perkembangan kognitif, dimana diperoleh r kabupaten/kota di Provinsi Lampung pada
sebesar 0.272 dan p-value sebesar 0.020. tahun 2013 untuk kategori sangat pendek
Penelitian ini menyatakan bahwa balita yang yaitu sebesar 20,6% dan pada tahun 2007
lebih tinggi memiliki tingkat perkembangan sebesar 22,6%, serta kategori pendek sebesar
kognitif yang semakin tinggi.7 Tinjauan 16,1% pada 2007.4
pustaka ini bertujuan untuk meninjau WHO mendeskripsikan stunting
pengaruh stunting terhadap perkembangan sebagai kegagalan dalam pencapaian
kognitif dan prestasi belajar. pertumbuhan linier yang disebabkan oleh
kondisi kesehatan yang tidak optimal atau gizi
Isi yang kurang. Stunting dapat disebabkan oleh
Stunting (kerdil) adalah suatu kondisi tidak adekuatnya konsumsi makanan bergizi
dimana balita memiliki panjang atau tinggi yang mengandung protein, kalori, dan
badan yang kurang jika dibandingkan dengan vitamin, terutama vitamin D. Sementara itu,
usianya.1 Menurut Kementerian Kesehatan penelitian di Nepal menunjukkan bahwa bayi
Republik Indonesia, balita stunting memiliki dengan berat badan lahir rendah mempunyai
nilai Z-score kurang dari -2SD atau standar risiko yang lebih tinggi untuk menjadi
deviasi (stunted) dan kurang dari -3SD stunting.11 Penelitian oleh Al‐Ansori (2013)
(severely stunted).3 Menurut Bloem, stunting menemukan bahwa faktor risiko kejadian
merupakan suatu bentuk kegagalan stunting pada anak usia 12–24 bulan adalah
pertumbuhan (growth faltering) akibat status ekonomi keluarga, riwayat ISPA, dan
Majority | Volume | Nomor | September 2019 | 274
Adilla Dwi Nur Yadika, Khairun Nisa Berawi, Syahrul Hamidi Nasution | Pengaruh Stunting terhadap Perkembangan Kognitif
dan Prestasi Belajar
kurangnya asupan protein. Faktor lingkungan fisik, kognitif, dan psikososial. Aryastami
memberi pengaruh terhadap kejadian (2017) menyebutkan bahwa stunting memiliki
stunting hingga 90% dan pengaruh faktor dampak terhadap menurunnya intelektualitas
keturunan sebesar 10%. Riset WHO dan kemampuan kognitif anak.15 Menurut
menyatakan bahwa peran lingkungan seperti Santrock, perkembangan kognitif
kesadaran masyarakat untuk memberikan bedampingan dengan proses pertumbuhan
asupan gizi yang adekuat pada 1000 hari secara genetik atau kematangan fisik anak.
pertama kehidupan bayi akan sangat Melalui penelitian oleh Solihin (2013) melalui
mempengaruhi seorang anak untuk bisa uji korelasi diketahui bahwa tinggi badan
tumbuh tinggi.12 Penelitian oleh Fikadu pada balita menurut umur berhubungan positif
2014 di Ethiopia Selatan membuktikan bahwa dengan tingkat perkembangan kognitif,
balita yang tidak memperoleh ASI eksklusif dimana diperoleh r sebesar 0.272 dan p-value
selama 6 bulan memiliki risiko tinggi untuk sebesar 0.020. Hal ini berarti bahwa balita
mengalami stunting. Riskesdas (2013) yang lebih tinggi memiliki tingkat
menyatakan bahwa kejadian stunting pada perkembangan kognitif yang semakin tinggi.7
balita dipengaruhi oleh pendapatan dan Penelitian lain dilakukan oleh Pantaleon
pendidikan orang tua yang rendah.13 (2015) dengan sampel penelitian sebanyak
Menurut WHO, dalam jangka pendek, 100 anak berusia 6-23 bulan yang terdiri dari
stunting dapat menyebabkan peningkatan 50 baduta stunting dan 50 baduta tidak
kejadian kesakitan dan kematian, tidak stunting. Melalui analisis data menggunakan
optimalnya perkembangan kognitif atau uji chi-square dan regresi logistik dengan
kecerdasan, motorik, dan verbal, serta confident interval (CI) 95%, didapatkan hasil
peningkatan biaya kesehatan. Dampak jangka bahwa anak yang stunting lebih banyak
panjang dari stunting yaitu postur tubuh yang memiliki perkembangan kognitif kurang (12%)
tidak optimal saat dewasa, peningkatan risiko jika dibandingkan dengan anak yang tidak
obesitas dan penyakit degeneratif lainnya, stunting (8%). Sementara itu, berdasarkan
menurunnya kesehatan reproduksi, tidak hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0,505 yang
optimalnya kapasitas belajar dan performa berarti tidak terdapat hubungan yang
saat masa sekolah, dan tidak maksimalnya signifikan antara stunting dengan
produktivitas dan kapasitas kerja.1 Anak yang perkembangan kognitif anak di bawah dua
memiliki tingkat kecerdasan yang tidak tahun.16
maksimal akibat stunting pada akhirnya dapat Dalam Makalah Utama Bidang 5
menghambat pertumbuhan ekonomi, Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi XI 2018
meningkatkan kemiskinan, dan memperlebar oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
ketimpangan di suatu negara.5 disebutkan bahwa stunting di awal kehidupan
Menurut Papalia, perkembangan seorang anak dapat menyebabkan kerusakan
kognitif adalah pola perubahan dalam permanen pada perkembangan kognitif, yang
kemampuan mental yang meliputi diikuti dengan perkembangan motorik dan
kemampuan belajar, pemusatan perhatian, intelektual yang kurang optimal sehingga
berfikir, kreatifitas, dan bahasa.13 Menurut cenderung dapat menimbulkan konsekuensi
Hanushek dan Woessmann, perbaikan gizi terhadap pendidikan, pendapatan, dan
pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 produktivitas pada masa dewasa sehingga
HPK) yaitu sejak janin dalam kandungan berpotensi menurunkan pertumbuhan
hingga usia 2 tahun merupakan kunci untuk ekonomi.14 Pendapat lain dikemukakan oleh
menurunkan kejadian stunting, meningkatkan Chang et al. (2002) bahwa stunting
kemampuan kognitif dan memperbaiki berhubungan dengan perkembangan kognitif
capaian pendidikan yang pada akhirnya dapat yang terlihat pada kemampuan aritmatika,
memicu pertumbuhan ekonomi.14 mengeja, membaca kata dan membaca
WHO menyatakan bahwa selain komprehensif sehingga anak stunting
mengalami gangguan pertumbuhan, anak mencapai pendidikan lebih rendah jika
stunting juga mengalami keterlambatan dibandingkan dengan anak-anak normal.
perkembangan. Istiany dan Rusilanti (2013) Penelitian Kar et al. (2007) mengemukakan
menjelaskan bahwa perkembangan pada bahwa anak kurang gizi yang tercermin dalam
balita dapat dinilai dari tiga hal, yaitu secara keadaan stunting memiliki masalah pada
Majority | Volume | Nomor | September 2019 | 275
Adilla Dwi Nur Yadika, Khairun Nisa Berawi, Syahrul Hamidi Nasution | Pengaruh Stunting terhadap Perkembangan Kognitif
dan Prestasi Belajar
pemusatan perhatian, memori, pembelajaran (balita) merupakan masa kritis dari
dan kemampuan visuospasial. Stunting tidak perkembangan dan pertumbuhan dalam siklus
hanya berpengaruh pada perkembangan hidup manusia, dimana anak mengalami
kognitif pada tahap tertentu, tetapi juga pada pertumbuhan fisik yang paling pesat dan masa
tahap yang lebih tinggi sehingga menghasilkan ini juga disebut masa emas perkembangan
gangguan kognitif jangka panjang.7 otak. Oleh karena itu, baik buruknya status gizi
Meskipun terdapat sedikit tindak lanjut balita akan berdampak langsung pada
penelitian sejak masa anak-anak hingga usia pertumbuhan dan perkembangan kognitif dan
dewasa, bukti substansial menunjukkan psikomotorik anak. Menurut Administrative
adanya hubungan antara stunting dengan Committee on Coordination/Subcommittee on
kemampuan kognitif yang lambat atau kinerja Nutrition, terdapat keterkaitan antara stunting
sekolah pada anak-anak dari negara-negara dengan berat badan rendah, perkembangan
berpendapatan rendah dan menengah. motorik dan mental yang buruk dalam usia
Sebuah analisis data longitudinal dari Filipina, kanak-kanak dini, serta prestasi kognitif dan
Jamaika, Peru, dan Indonesia, bersama prestasi sekolah yang buruk dalam usia kanak-
dengan data baru dari Brazil dan Afrika kanak lanjut. Kekurangan gizi pada masa
Selatan, menunjukkan bahwa anak stunting kanak-kanak dapat mempengaruhi fungsi
berusia 12-36 bulan diperkirakan mengalami susunan syaraf pusat (SSP) dan
kinerja kognitif yang lebih rendah dan atau pengembangan struktural SSP serta
nilai yang dicapai di sekolah menjadi lebih pengembangan sistem neurotransmitter.20
rendah.17 Anak dengan kondisi stunting
Stunting merupakan gangguan mengalami pertumbuhan rangka yang lambat
pertumbuhan yang dapat mengindikasikan dan pendek akibat tidak terpenuhinya
adanya gangguan pada organ‐organ tubuh, kebutuhan gizi dan meningkatnya kesakitan
dimana salah satu organ yang paling cepat dalam waktu yang lama. Prevalensi anak
mengalami kerusakan pada gangguan gizi stunting dan kurus meningkat pada tahun ke-2
ialah otak.18 Otak merupakan pusat syaraf dan ke-3 kehidupan.21 Otak manusia
yang sangat berpengaruh terhadap respon mengalami perubahan struktural dan
anak untuk melihat, mendengar, berpikir, dan fungsional yang sangat pesat antara minggu
melakukan gerakan. Hal ini sejalan dengan ke-24 sampai minggu ke-42 setelah konsepsi
pendapat Almatsier yang mengatakan bahwa dan berlanjut saat setelah lahir hingga usia 2
kekurangan gizi dapat mengakibatkan atau 3 tahun, dengan periode tercepat pada
gangguan fungsi otak secara permanen.10 usia 6 bulan pertama kehidupan. Pada proses
Sementara itu, menurut Grantham-McGregor, perkembangan anak dengan gizi yang tidak
anak stunting memiliki ukuran kepala yang adekuat, dapat terjadi perubahan struktur dan
lebih kecil sehingga berpengaruh terhadap fungsi otak.22
volume otak dan daya berpikir, akan tetapi Prestasi belajar menurut Kamus Besar
dalam penelitian ini tidak dilakukan Bahasa Indonesia adalah penguasaan
pengukuran terhadap lingkar kepala balita.17 pengetahuan atau keterampilan yang
Ernawati (2014) menyatakan bahwa dikembangkan oleh mata pelajaran, yang
status gizi yang baik merupakan hal penting secara lazim dapat terlihat dari nilai tes atau
untuk perkembangan dan kematangan neuron angka nilai yang diberikan guru. Menurut
otak. Anak stunting akan memiliki rasa ingin Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
tahu yang lebih rendah dan kelemahan anak yang menderita stunting memiliki risiko
motorik karena terdapat gangguan pada perkembangan kognitif, motorik, dan verbal
proses pematangan fungsi otot. Menurut yang kurang optimal dan dapat berdampak
penelitian oleh Sutiari dan Wulandari (2011) pada menurunnya kapasitas belajar dan
mengenai hubungan status gizi lahir dengan prestasi belajar di sekolah. Menurunnya
pertumbuhan dan perkembangan menyatakan kapasitas belajar dan performa anak pada
bahwa defisiensi nutrisi yang terjadi sampai masa sekolah dapat mengakibatkan
usia 2 tahun dapat mengurangi sel otak produktivitas dan kinerja saat anak dewasa
sebanyak 15-20%.19 juga menjadi tidak optimal. Hal ini merupakan
Boggin (1999) menyatakan bahwa masa dasar penanggulangan stunting harus menjadi
ketika anak berada di bawah umur lima tahun prioritas untuk kemajuan sumber daya
Majority | Volume | Nomor | September 2019 | 276
Adilla Dwi Nur Yadika, Khairun Nisa Berawi, Syahrul Hamidi Nasution | Pengaruh Stunting terhadap Perkembangan Kognitif
dan Prestasi Belajar
manusia Indonesia. Anak yang menderita maka prestasi belajar anak akan turun sebesar
stunting terdeteksi memiliki kepercayaan diri 0.444. Setelah dilanjutkan dengan uji t
yang rendah dan berisiko memunculkan didapatkan hasil bahwa stunting memiliki
masalah keluarga terutama ketika menginjak dampak yang sangat signifikan terhadap
usia remaja.23 Berdasarkan penelitian oleh prestasi belajar anak, yang ditandai dengan
Rahmaningrum (2017) pada siswa SMP nilai t hitung dari variabel stunting sebesar
Muhammadiyah 1 Kartasura, didapatkan hasil 6.053 dengan signifikasi 0.00. Penelitian oleh
dari 12 orang stunting, 11 orang memiliki Yustika (2006) pada siswa SD di Kecamatan
kemampuan kognitif kurang dan 1 orang Samalantan, menunjukkan bahwa terdapat
berkemampuan kognitif baik. Sementara itu, hubungan yang signifikan antara stunting
untuk 40 orang tidak stunting, 25 orang dengan prestasi belajar anak sekolah (p<0.05).
memiliki kemampuan kognitif baik dan 15 Stunting menyebabkan kemampuan berpikir
orang kurang. Melalui uji chi-square, diperoleh dan belajar siswa terganggu dan akhirnya
nilai p sebesar 0,001 (p<0,05) dan Odds Ratio menurunkan tingkat kehadiran dan prestasi
(OR) sebesar 18,333, yang menunjukkan belajar.18
hubungan bermakna antara stunting dan Penelitian oleh Gunawan (2018) pada
kemampuan kognitif remaja di SMP 232 responden anak dengan 103 anak
Muhammadiyah 1 Kartasura. Anak yang stunting (44%) dan 129 anak tidak stunting
menderita stunting juga mudah cemas dan (56%) menyatakan terdapat hubungan antara
rentan mengalami depresi.24 stunting dengan prestasi belajar diuji dengan
Penelitian oleh Arfines (2017) uji t tidak berpasangan dan didapatkan nilai
menyatakan bahwa hanya Z-score untuk TB/U t=-0,788 dengan nilai p=0,215. Hasil uji ini
(parameter stunting) dan tingkat konsentrasi menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan
anak yang memiliki hubungan signifikan rerata prestasi belajar antara responden
dengan rata-rata pengetahuan (parameter stunting dan tidak stunting (p=0,215 >
prestasi belajar) dengan kekuatan hubungan α=0,05).26 Penelitian oleh Muchlis mengenai
linier yang lemah dengan r=0.177 untuk hubungan status gizi dengan prestasi belajar
parameter stunting dan hubungan yang lebih 93 siswa Sekolah Dasar Negeri 063 di Pesisir
kuat untuk konsentrasi belajar dengan Sungai Siak Kecamatan Rumbai Pesisir Kota
pengetahuan dimana r=0.510. Apabila dilihat Pekanbaru melalui uji statistik chi-square
arah kekuatan hubungan yang positif, dapat memberikan hasil tidak terdapat hubungan
diinterpretasikan bahwa semakin tinggi Z- status gizi dengan prestasi belajar anak
score TB/U maka akan semakin tinggi pula dengan p-value 0,771.27 Demikian pula dengan
prestasi belajarnya. Hasil analisis chi-square penelitian oleh Nirmala et al. mengenai
memperlihatkan bahwa tidak terdapat hubungan status stunting dan prestasi belajar
variabel yang secara statistik berhubungan pada siswa siswi kelas 4, 5, dan 6, di SD Negeri
dengan prestasi belajar anak. Berdasarkan 1 Mawasangka Kecamatan Mawasangka
analisis bivariat menurut kekuatan korelasi, Kabupaten Buton Tengah, dengan sampel 36
konsentrasi belajar memiliki kekuatan yang anak stunting dari 98 anak. Berdasarkan hasil
lebih besar dibandingkan stunting. Dengan uji statistik dengan menggunakan uji Mann
tingkat kepercayaan 95%, sekitar 51% variasi Whitney didapatkan nilai p= 0,694 dengan
tinggi rendahnya tingkat pengetahuan anak tingkat kepercayaan 95%, yang menyatakan
ditentukan oleh konsentrasi belajarnya, bahwa tidak terdapat hubungan bermakna
sedangkan 18% ditentukan oleh status gizi antara status stunting dan prestasi belajar.28
pendek. Hal ini berarti bahwa prestasi belajar Sebuah penelitian di Filipina mengenai
anak dipengaruhi oleh banyak faktor.25 riwayat stunting pada usia 2 tahun pertama
Berdasarkan penelitian oleh Picauly kehidupan berkaitan dengan efek pada
(2013) yang berjudul Analisis Determinan dan pencapaian sekolah hingga masa dewasa.
Pengaruh Stunting terhadap Prestasi Belajar Terkait dengan pencapaian pada usia dewasa,
Anak Sekolah di Kupang dan Sumba Timur, analisis data dari Indonesian Family Life Survey
NTT diketahui bahwa setiap kenaikan status (IFLS) tahun 2007 mengungkapkan bahwa
gizi TB/U anak sebesar 1 SD maka prestasi terdapat perbedaan antara pendapatan
belajar anak akan naik sebesar 0.444 dan berdasarkan tinggi badan pekerja, dimana
penurunan status gizi TB/U anak sebesar 1 SD kenaikan 10 cm pada tinggi badan
Majority | Volume | Nomor | September 2019 | 277
Adilla Dwi Nur Yadika, Khairun Nisa Berawi, Syahrul Hamidi Nasution | Pengaruh Stunting terhadap Perkembangan Kognitif
dan Prestasi Belajar
berhubungan dengan peningkatan Kekurangan gizi pada masa lampau akan
pendapatan sebesar 7,5% pada laki-laki dan menyebabkan perubahan metabolisme di
13% pada wanita.29 Hal ini menegaskan dalam otak terutama jika terjadi saat golden
pentingnya gizi anak sejak usia dini, mengingat period (3 tahun) pertumbuhan dan
stunting berkaitan erat dengan produktivitas perkembangan otak anak. Hal ini akan
di kemudian hari.25 menyebabkan ketidakmampuan otak untuk
Penelitian lain dilakukan oleh Sa’adah berfungsi normal.33
(2014) terhadap 120 siswa kelas 1-5 Sekolah Sejumlah penelitian pada hewan
Dasar Negeri 01 Guguk Malintang Kota Padang memperlihatkan bahwa malnutrisi prenatal
Panjang mengenai hubungan status gizi dan pasca natal dini pada tikus menimbulkan
dengan prestasi belajar. Berdasarkan uji banyak perubahan dalam struktur otak hewan
analisis dengan chi-square, didapatkan p= tersebut, walaupun perubahan ini akan
0,020 (p < 0,05) untuk status gizi wasting dan membaik apabila tikus diberi makan kembali.
p = 0,005 (p < 0,05) untuk status gizi stunting. Akan tetapi, beberapa perubahan menjadi
Hal ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan permanen meliputi penurunan jumlah myelin
antara status gizi dengan prestasi belajar, baik dan jumlah dendrit kortikal dalam medulla.34
status gizi wasting maupun stunting.30 Hasil Perubahan pada struktur otak ini
penelitian ini didukung oleh penelitian menyebabkan gangguan fungsi dan
Ijarotimi dan Ijadunola di Nigeria, yang kemampuan otak. Penurunan jumlah mielin
menemukan bahwa anak dengan kekurangan akan menyebabkan perubahan kecepatan
gizi akan mengalami perubahan pada otak dalam mengolah informasi. Sementara
metabolisme yang berdampak pada itu, penurunan jumlah dendrit kortikal dapat
kemampuan kognitif dan kemampuan otak. mengganggu proses penerimaan impuls
Hal ini diakibatkan karena kurangnya asupan neural dari neuron lain.33
nutrisi pada anak seperti kekurangan energi Penelitian terhadap hewan coba yang
protein akan berefek pada fungsi hipokampus kekurangan zat besi ditemukan bahwa
dan korteks otak dalam membentuk dan terdapat perubahan efek biokimia, dimana
menyimpan memori.31 terjadi penurunan metabolisme oksidatif
Penelitian oleh Sorhaindo dan Feinstein dalam hipokampus dan korteks frontal serta
di London menyatakan bahwa terdapat pengurangan massa otak. Hal ini
hubungan antara status gizi dengan prestasi mengakibatkan kelainan pada struktur dan
belajar. Dalam penelitiannya, ditemukan fakta fungsi hipokampus dan striatum, yang
bahwa gizi buruk yang dialami anak akan berujung pada terjadinya gangguan
mempengaruhi sistem imun sehingga anak pengolahan memori.30
lebih mudah menderita penyakit infeksi. Salah satu tanda perkembangan otak
Keadaan tersebut dapat mempengaruhi adalah IQ (Intelligence Quotient) atau
kehadiran anak di sekolah sehingga anak kecerdasan intelektual, yang dalam dunia
cenderung tertinggal dalam proses pendidikan bermanfaat untuk mengetahui
pembelajaran dan mempengaruhi hasil prestasi belajar yang dapat dicapai oleh
belajar. Disamping itu, status gizi kurang individu.35 Penelitian oleh Pradita (2009)
menyebabkan perkembangan otak yang tidak mengenai hubungan stunting dengan skor IQ
sempurna yang akan menyebabkan gangguan pada 30 sampel untuk masing-masing subjek
pada perkembangan kognitif, perkembangan stunting dan normal/non stunting siswa-siswi
IQ, dan kemampuan belajar yang pada sekolah dasar berumur 9-12 tahun
akhirnya berpengaruh terhadap prestasi menyatakan bahwa stunting dapat
belajar siswa.32 menyebabkan terganggunya kemampuan
Keadaan kurang gizi yang yang lebih kognitif dikarenakan terlambatnya dan tidak
berat dan kronis tidak hanya mengganggu maksimalnya pertumbuhan dan
pertumbuhan (stunting), tetapi juga perkembangan otak. Pada subjek stunting,
menyebabkan jumlah sel dalam otak nilai IQ tertinggi hanya pada kategori “di atas
berkurang dan terjadi ketidakmatangan serta rata-rata”, sedangkan pada subjek non
ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam stunting nilai tertinggi dicapai pada kategori
otak. Keadaan ini dapat berpengaruh “sangat superior”.36
terhadap perkembangan kecerdasan anak.
Majority | Volume | Nomor | September 2019 | 278
Adilla Dwi Nur Yadika, Khairun Nisa Berawi, Syahrul Hamidi Nasution | Pengaruh Stunting terhadap Perkembangan Kognitif
dan Prestasi Belajar
Menurut Chang et al., anak-anak yang dan tidak stunting usia 7-12 tahun di SD
menderita stunting lebih banyak mengalami Negeri Buara 04 Kecamatan Ketanggungan
kesulitan belajar dan mendapatkan nilai yang Kabupaten Brebes.40 Penelitian ini sejalan
lebih rendah di bidang matematika, dengan penelitian lain oleh Mohammad
pengejaan, membaca dan pamahaman bahasa (2011) yaitu tidak terdapat hubungan yang
daripada anak-anak non stunting, tanpa bermakna antara status gizi dengan prestasi
menghiraukan latar belakang sosial belajar, dimana prestasi belajar anak tidak
ekonomi.37 Lebih besarnya kesulitan belajar hanya dipengaruhi oleh status gizi tetapi juga
yang dialami oleh anak-anak stunting oleh faktor stimulasi dari orang tua dan sarana
berhubungan erat dengan prestasi sekolah yang tersedia.41
yang lebih buruk dan skor IQ yang lebih
rendah. Penelitian oleh Grantham et al. (2008) RINGKASAN
di sejumlah negara berkembang mengenai 1. Stunting adalah kondisi dimana balita
stunting menunjukkan bahwa stunting memiliki panjang atau tinggi badan
berhubungan erat dengan lambatnya yang kurang jika dibandingkan
pemahaman, kemajuan sekolah, dan skor IQ usianya, dengan nilai Z-score kurang
yang lebih rendah daripada non stunting.38 dari -2SD atau standar deviasi
Hasil penelitian oleh Pradita (2009) (stunted) dan kurang dari -3SD
berdasarkan hasil uji statistik independent t (severely stunted).
test, terdapat hubungan yang signifikan antara 2. Pada kondisi stunting dapat terjadi
stunting dengan skor IQ. Skor IQ pada anak gangguan pada proses pematangan
dengan kondisi stunting lebih rendah neuron otak serta perubahan struktur
dibandingkan dengan anak-anak non stunting dan fungsi otak.
dimana p=0,004 (p<0,05). Sementara itu, 3. Stunting di awal kehidupan seorang
untuk hubungan antara tingkatan stunting anak dapat menyebabkan kerusakan
(early, moderate, severe) dengan skor IQ permanen pada perkembangan
melalui uji statistik one way ANOVA kognitif yang diikuti dengan
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang perkembangan motorik dan
signifikan secara statistik antara tingkatan intelektual yang kurang optimal
stunting dengan skor IQ dimana p=0,129 sehingga cenderung dapat
(p>0,05), yang berarti anak dengan stunting menimbulkan konsekuensi terhadap
berat (severe) belum tentu memiliki skor IQ pendidikan, pendapatan, dan
yang lebih rendah dibandingkan dengan anak produktivitas pada masa dewasa
yang menderita stunting ringan (early).36 sehingga berpotensi menurunkan
Berdasarkan penelitian oleh Puspitasari pertumbuhan ekonomi.
(2011) pada anak berusia 9-12 tahun yang 4. Stunting sebagai salah satu indikator
bersekolah di daerah Kismantoro, subyek yang gizi yang tidak adekuat memiliki
mengalami stunting berisiko 9,226 kali lebih dampak yang sangat signifikan
besar untuk memiliki nilai IQ dibawah rata- terhadap prestasi belajar anak.
rata dibandingkan subyek yang berstatus gizi Stunting menyebabkan kemampuan
normal.39 Menurut penelitian Solihin (2013), berpikir dan belajar anak terganggu
kondisi stunting pada balita juga dapat dan pada akhirnya menurunkan
menurunkan IQ sebesar 5-11 poin.7 Pendapat tingkat kehadiran dan prestasi belajar
tersebut didukung oleh pernyataan UNICEF anak.
bahwa anak dengan kondisi stunting memiliki 5. Terdapat hubungan yang signifikan
rata-rata IQ 11 poin lebih rendah antara stunting dengan IQ sebagai
dibandingkan rata-rata anak yang tidak salah satu tanda perkembangan otak,
stunting.40 dimana skor IQ pada anak stunting
Sementara itu, penelitian oleh lebih rendah dibandingkan dengan
Yunitasari (2012) dengan sampel 35 anak anak non stunting. Sementara itu,
stunting dan 35 anak tidak stunting tidak terdapat hubungan yang
menunjukkan nilai signifikasi p=0,937 (p>0,05) signifikan antara tingkatan stunting
yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan (early, moderate, severe) dengan skor
intelligence quotient (IQ) antara anak stunting IQ.
Majority | Volume | Nomor | September 2019 | 279
Adilla Dwi Nur Yadika, Khairun Nisa Berawi, Syahrul Hamidi Nasution | Pengaruh Stunting terhadap Perkembangan Kognitif
dan Prestasi Belajar
9. Djauhari T. Gizi dan 1000 HPK. Jurnal
SIMPULAN Ilmu Kesehatan dan Kedokteran
Stunting merupakan suatu bentuk Keluarga. 2017; 13(2):127.
kegagalan pertumbuhan akibat 10. Mitra. Permasalahan anak pendek
ketidakcukupan gizi yang berlangsung lama (stunting) dan intervensi untuk
sejak masa kehamilan sampai usia 2 tahun. mencegah terjadinya stunting (suatu
Terdapat pengaruh stunting terhadap kajian kepustakaan). Jurnal Kesehatan
perkembangan kognitif dan prestasi belajar Komunitas. 2015; 2(6):255–7.
dimana selain mengalami gangguan 11. Paudel R, Upadhyaya T, Pahari DP.
pertumbuhan, anak dengan kondisi stunting People's perspective on access to health
juga mengalami gangguan dalam proses care services in a rural district of Nepal.
pematangan otak sehingga berdampak JNMA J Nepal Med Assoc [internet].
terhadap perkembangan kognitif yang pada 2012 [disitasi tanggal 27 Agustus 2019];
akhirnya dapat menurunkan prestasi belajar. 52(185):20–4. Tersedia dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed
DAFTAR PUSTAKA /23279768
1. Kementerian Kesehatan Republik 12. Widanti YA. Prevalensi, faktor risiko,
Indonesia. Situasi balita pendek dan dampak stunting pada anak usia
(stunting) di Indonesia. Jakarta: Pusat sekolah. Jurnal Teknologi dan Industri
Data dan Informasi Kementerian Pangan. 2017; 1(1):26.
Kesehatan Republik Indonesia. 2018. 13. Ni’mah K, Siti RN. Faktor yang
2. Margawati A, Astri MA. Pengetahuan berhubungan dengan kejadian stunting
ibu, pola makan dan status gizi pada pada balita. Jurnal Media Gizi Indonesia.
anak stunting usia 1-5 tahun di 2015; 10(1):14.
Kelurahan Bangetayu, Kecamatan 14. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Genuk, Semarang. Jurnal Gizi Indonesia. Widyakarya nasional pangan dan gizi XI
2018; 6(2):82. 2018: Penguatan koordinasi
3. Kementerian Kesehatan Republik pembangunan pangan dan gizi dalam
Indonesia. Situasi balita pendek. penurunan stunting. Jakarta: Lembaga
Jakarta: Pusat Data dan Informasi Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2018.
Kementerian Kesehatan Republik 15. Aryastami NK, Ingan T. Kajian kebijakan
Indonesia. 2016. dan penanggulangan masalah gizi
4. Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi stunting di Indonesia. Penelitian
Lampung. Profil kesehatan Provinsi Kesehatan. 2017; 45(4):234.
Lampung tahun 2015. Bandar Lampung: 16. Pantaleon MG, Hamam H, Indria LG.
Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Stunting berhubungan dengan
Lampung. 2016. perkembangan motorik anak di
5. Sekretariat Wakil Presiden Republik Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta.
Indonesia. 100 kabupaten/kota prioritas Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia. 2015;
untuk intervensi anak kerdil (stunting). 3(1):12–5.
Jakarta: Sekretariat Wakil Presiden 17. Grantham-McGregor S. Developmental
Republik Indonesia. 2017. potential in the first 5 years for child in
6. Basri H. Kemampuan kognitif dalam developing countries. Lancet. 2007;
meningkatkan efektivitas pembelajaran 369:60-70.
ilmu sosial bagi siswa sekolah dasar. 18. Picauly I, Sarci MT. Analisis determinan
Jurnal Penelitian Pendidikan. 2018. dan pengaruh stunting terhadap
7. Solihin RD. Kaitan antara pertumbuhan prestasi belajar anak sekolah di Kupang
dengan perkembangan kognitif dan dan Sumba Timur NTT. Jurnal Gizi dan
motorik pada anak usia prasekolah di Pangan. 2013; 8(1):55–62.
Kabupaten Bogor [tesis]. Bogor: Institut 19. Sutiari NK, Dewa AR. Hubungan status
Pertanian Bogor. 2013. gizi waktu lahir dengan pertumbuhan
8. Onis M, Fransesco B. Childhood dan perkembangan anak usia
stunting: a global perspective. J Matern prasekolah di Desa Peguyungan Kota
Child Nutr. 2016; 12(Suppl 1):12-26.
Majority | Volume | Nomor | September 2019 | 280
Adilla Dwi Nur Yadika, Khairun Nisa Berawi, Syahrul Hamidi Nasution | Pengaruh Stunting terhadap Perkembangan Kognitif
dan Prestasi Belajar
Denpasar. Jurnal Ilmu Gizi. 2011; 29. Sohn K. The height premium in
2(2):109–17. Indonesia. Econ Hum Biol. 2015; 16:1–
20. Georgieff MK. Nutrition and the 15.
developing brain: nutrient priorities and 30. Sa’adah RH, Rahmatina B, Susila S.
measurement. Am J Clin Nutr. 2007; Hubungan status gizi dengan prestasi
85(Suppl):S614S–20. belajar siswa Sekolah Dasar Negeri 01
21. Hizni A, Madarina J, Indria LG. Status Guguk Malintang Kota Padangpanjang.
stunted dan hubungannya dengan Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3):
perkembangan anak balita di wilayah 460–4.
pesisir Pantai Utara Kecamatan 31. Ijarotimi OS, Ijadunolo KT. Evaluation of
Lemahwungkuk Kota Cirebon. Jurnal energy and micronutrients intake with
Gizi Klinik Indonesia. 2010; 6(3):131–6. learning achievement at Nigerian.
22. Ningrum EW, Tin U. Hubungan antara Journal of Nutrition. 2007; 3(4): 250-3.
status gizi stunting dan perkembangan 32. Sorhaindo A, Feinstein L. Relationship
balita usia 12-59 bulan. Prosiding between child nutrition and school
Seminar Nasional dan Presentasi Hasil- outcomes. London: Center for Research
Hasil Penelitian Pengabdian on the Wider Benefits of Learning
Masyarakat; 2017 Nov 29; Purwokerto. Institute of Education. 2006.
Indonesia: STIKES Harapan Bangsa 33. Khomsan A. Ekologi masalah gizi,
Purwokerto. 2017. pangan, dan kemiskinan. Bandung:
23. Erfanti DO, Djatnika S, Kusnandi R. The Alfabeta. 2012.
relationship of psychosocial dysfunction 34. Hodgkin GE. Nutrition and academic
and stunting of adolescents in Suburban achievement. California: Department of
Indonesia. Open Journal of Medical Nutrition and Dietetics. 2009.
Psychology. 2016; 5(4):57-65. 35. Mangiwa R, Wunguow H, Pangemanan
24. Rahmaningrum, ZN. Hubungan antara D. Kemampuan intelligence quotient
status gizi (stunting dan tidak stunting) (IQ) mahasiswa Fakultas Kedokteran
dengan kemampuan kognitif remaja di Universitas Sam Ratulangi. Jurnal e-
Sukoharjo Jawa Tengah. Surakarta: Biomedik (eBM). 2014; 2(3):1.
Universitas Muhammadiyah Surakarta. 36. Pradita R. Hubungan stunting dengan
2017. skor IQ anak usia sekolah dasar keluarga
25. Arfines P, Fithia DP. Hubungan stunting miskin di Kabupaten Klaten [skripsi].
dengan prestasi belajar anak sekolah Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
dasar di daerah kumuh, Kotamadya 2009.
Jakarta Pusat. Penelitian Kesehatan. 37. Chang SM, Walker SP, Grantham-
2017; 45(1):47–9. McGregor S, Powell CA. Early childhood
26. Gunawan G, Jeanette IC, Rocky W. stunting and later fine motor abilities.
Hubungan stunting dengan prestasi Dev Med Child Neurol [internet]. 2010
belajar anak sekolah dasar di [disitasi tanggal 28 Agustus 2019];
Kecamatan Tikala Manado. Jurnal e- 52(9):831–6. Tersedia dari:
Clinic (eCl). 2018; 6(2):147–51. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed
27. Muchlis. Hubungan status gizi dengan /20345956/
prestasi belajar siswa Sekolah Dasar 38. Grantham-McGregor S. Development
Negeri 063 di Pesisir Sungai Siak potential in the first 5 years for children
Kecamatan Rumbai Pesisir Kota in developing countries. PMC [internet].
Pekanbaru. Jom FK. 2015; 3:1-10. 2008 [disitasi tanggal 28 Agustus 2019];
28. Idwan WI, Yusran S, Nirmala F. 369(9555):60-70. Tersedia dari:
Hubungan status stunting dan prestasi https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed
belajar pada siswa siswi kelas 4, 5, dan /20345956/
6, di SD Negeri 1 Mawasangka 39. Erfanti DO, Djatnika S, Kusnandi R. The
Kecamatan Mawasangka Kabupaten relationship of psychosocial dysfunction
Buton Tengah tahun 2017. JIMKESMAS. and stunting of adolescents in Suburban
2018; 3:1-9. Indonesia. Open Journal of Medical
Psychology. 2016; 5(4):57-65.
Majority | Volume | Nomor | September 2019 | 281
Adilla Dwi Nur Yadika, Khairun Nisa Berawi, Syahrul Hamidi Nasution | Pengaruh Stunting terhadap Perkembangan Kognitif
dan Prestasi Belajar
40. Yunitasari L. Perbedaan intelligence
quotient (IQ) antara anak stunting dan
tidak stunting umur 7-12 tahun di
sekolah dasar. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 2012; 1(2):586–95.
41. Mohamad A. Hubungan kesegaran
jasmani, hemoglobin, status gizi, dan
makan pagi terhadap prestasi belajar.
Jurnal Media Ilmu Keolahragaan
Indonesia. 2011; 1 (2).

Majority | Volume | Nomor | September 2019 | 282

Anda mungkin juga menyukai