Anda di halaman 1dari 89

Edit Bahan Rapat 7 Juli 2021

Draft
Standar Kompetensi
Apoteker (SKA)

Pengurus Pusat
Ikatan Apoteker Indonesia
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masalah kesehatan di Indonesia saat ini menghadapi tiga hal besar yaitu
penyakit infeksi yang belum sepenuhnya dapat dikendalikan, sementara
penyakit denegeratif semakin meningkat dan kompleks, serta potensi
kembalinya penyakit lama yang sebelumnya telah terkendali (reemerging).
Pengelolaan masalah kesehatan tersebut memerlukan dukungan seluruh
tenaga kesehatan, termasuk tenaga kefarmasian yang memiliki
kompetensi memberikan pelayanan kefarmasian untuk mengatasi
penyebab penyakit atau mengendalikan faktor risiko agar tidak jatuh
dalam komplikasi.

Ditambahkan:

Penyakit atau objek apoteker saat ini

diceritakan permasalahan bidang farmasi, kualitas atau kuantitas

Berapa jumlah merek obat, apotek, psikoterapika, obat tradisional

Tantangan farmasi ke depan

Berdasarkan Riskesdas tahun 2018, jumlah penyandang DM 1.017.290


orang, hipertensi 658.201 orang dan data terkait dislipidemia disebutkan
bahwa sekitar 28.8% penduduk usia ≥15 tahun memiliki kadar kolesterol
total diatas 200 mg/dL; 72.8% memiliki kadar LDL diatas 100 mg/dL;
24.4% memiliki kadar HDL kurang dari 40 mg/dL, dan 27.9% memiliki
kadar trigliserida di atas 150 mg/dL. Merujuk pada Profil Kesehatan 2019
tercatat jumlah kasus infeksi malaria sebanyak 250.644 kasus, demam
berdarah dengue sebanyak 138.127 kasus, filariasis sebanyak 10.758
kasus kronis, chikunguya sebanyak 5.042 kasus dan Leptospirosis
sebanyak 920 kasus. Penatalaksanaan seluruh kasus tersebut
memerlukan obat-obatan, alat kesehatan, serta bahan medis habis pakai,
baik untuk diagnostik maupun untuk penatalaksanaan. Pelayanan
kesehatan yang diberikan di berbagai fasilitas kesehatan dengan berbagai
pelayanan yang diberikan, menuntut tersedianya apoteker yang
terstandar.

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,


kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, dalam rangka
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur
kesejahteraan, sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945. Kesehatan sebagai hak azasi manusia harus
diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai upaya pelayanan
kesehatan yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat, termasuk di
dalamnya pelayanan kefarmasian yang ditujukan kepada individu,
kelompok dan masyarakat.

Pelayanan Kesehatan oleh apoteker tentunya harus didukung oleh jumlah


apoteker yang cukup serta kemampuan dan kompetensi yang sesuai
dengan bidang praktiknya. Data dari Komite Farmasi Nasional
menunjukkan saat ini apoteker yang memiliki STRA sejumlah 92.078 yang
terdiri dari 19.938 apoteker laki-laki dan 72.140 apoteker perempuan.
Para apoteker tersebut melakukan praktik kefarmasian di bidang industri,
distribusi, dan pelayanan.

Bila kita melihat distribusi sarana kefarmasian, data dari Profil Kesehatan
2019 (Kemenkes) menunjukkan bahwa sarana pelayanan kesehatan,
sarana kefarmasian dan alat kesehatan di Indonesia meliputi 3.685
industri kefarmasian dan alat kesehatan, 45.978 sarana distribusi
kefarmasian dan alat kesehatan, 2.877 rumah sakit, 30.099 apotek,
10.134 puskesmas, serta 9.205 klinik kesehatan. Sarana industri dan alat
kesehatan serta sarana distribusi kefarmasian dan alat kesehatan masih
terpusat di pulau Jawa dan Sumatera. Sedangkan sarana kefarmasian
lainnya tersebar cukup merata di seluruh wilayah Republik Indonesia.

Dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 98


ayat (2) disebutkan bahwa setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan
kewenangan dilarang mengadakan, menyimpan, mengolah,
mempromosikan, dan mengedarkan obat dan bahan yang berkhasiat obat.
Pada pasal 108 ayat (1) disebutkan bahwa praktik kefarmasian meliputi
pembuatan, termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas
resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan
obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Keluasan praktik apoteker, mulai dari pembuatan, penyaluran, pelayanan


serta pengembangan obat, bahan obat, obat tradisional, kosmetika, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai, serta pengamanan sediaan
farmasi, narkotika dan psikotropika di berbagai sarana pelayanan
kesehatan dan sarana kefarmasian tentunya memerlukan penyebaran
apoteker yang kompeten dalam bidangnya di seluruh wilayah Republik
Indonesia yang sangat luas.

Badan Kesehatan Dunia WHO menetapkan bahwa untuk pelayanan


Kesehatan maka ratio apoteker : penduduk adalah 1 : 10.000. Hal ini
berarti kebutuhan Apoteker di pelayanan Kesehatan minimal sebanyak
27.000 yang berarti ratio ini secara perhitungan sudah memenuhi
ketentuan. Namun bila kita melihat pada kenyataan yang ada, Puskesmas
yang memiliki Apoteker masih pada kisaran 30 % dari jumlah Puskesmas.
Sedangkan jika kita melihat pada kebutuhan Apoteker di Rumah Sakit,
dengan berdasar pada jumlah tempat tidur dan juga ketentuan bahwa
ratio apoteker : pasien untuk rawat jalan adalah 1 : 50 dan ratio apoteker :
pasien rawat inap adalah 1 : 35 ini berarti rata-rata kebutuhan Apoteker
untuk Rumah Sakit adalah pada kisaran 12 orang, maka kebutuhan
apoteker di Rumah Sakit masih belum terpenuhi. Dengan demikian dapat
dilihat bahwa untuk 52.315 sarana pelayanan Kesehatan yang ada,
jumlah apoteker masih belum memenuhi ketentuan yang ada.

Melihat hal-hal tersebut di atas, terkait dengan kebutuhan apoteker maka


masalah yang terlihat adalah jumlah apoteker belum memenuhi
kebutuhan dan pendistribusian apoteker belum merata.

Masalah ini tentunya mendorong Perguruan Tinggi Farmasi melakukan


pengembangan Pendidikan dengan menyesuaikan kebutuhan pengguna
serta mendorong para lulusan mampu praktik profesional dan mandiri
pada berbagai bidang praktik.

Dalam pelaksanaan praktik kefarmasian, seorang apoteker harus didasari


kewenangan dan tingkat kompetensi yang sesuai dengan ketentuan pada
Undang-undang Nomor 36 tahun 2014 pasal 62 ayat (1) yang
menyebutkan tenaga kesehatan, dalam menjalankan praktik, harus
dilakukan sesuai dengan kewenangan yang didasarkan pada kompetensi
yang dimilikinya. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu disusun suatu
standar kompetensi yang menjadi batasan kemampuan minimal seorang
apoteker, baik berupa pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
profesional yang harus dikuasai dan dimiliki, untuk dapat melakukan
kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri.

Adanya standar kompetensi sangat bermanfaat bagi berbagai pihak,


antara lain bagi Perguruan Tinggi Farmasi dalam menyusun Capaian
Pembelajaran. Dengan adanya Capaian Pembelajaran yang disusun
mengacu pada standar kompetensi, maka Perguruan Tinggi Farmasi akan
melakukan proses pembelajaran yang terstandar, sehingga pengembangan
dan mutu pendidikan akan searah dengan kebutuhan pengguna lulusan.

B. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009, tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang RI nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.
3. Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2014, tentang Tenaga Kesehatan.
4. Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 1998 tentang Pengamanan
Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian
6. Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia (KKNI).
7. Peraturan Presiden Nomor 90 tahun 2017 tentang Konsil Tenaga
Kesehatan Indonesia.
8. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1176/MENKES/PER/VIII/2010
tentang Industri Kosmetik
9. Peraturan Menteri Kesehatan No. 006 Tahun 2012 tentang Industri
Dan Usaha Obat Tradisional
10. Peraturan Menteri Kesehatan No. 16 Tahun 2013 tentang Industri
Farmasi
11. Peraturan Menteri Kesehatan No. 03 tahun 2015 tentang Peredaran,
Penyimpanan, Pemusnahan, Dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika,
Dan Prekursor Farmasi
12. Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 44
tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
13. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1148 tahun 2011 tentang Perizinan
PBF yang telah diubah melalui Peraturan Menteri Kesehatan No. 34
Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 30 tahun 2016
14. Peraturan Menteri Kesehatan No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentang
Registrasi, Izin Praktek, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian yang telah
diubah melalui Peraturan Menteri Kesehatan No. 31 Tahun 2016
15. Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefamasian di Rumah Sakit
16. Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefamasian di Apotek
17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 tahun 2017, tentang
Keselamatan Pasien.
18. Peraturan Menteri Kesehatan No. 26 tahun 2020 tentang Standar
Pelayanan Kefamasian di Puskesmas.
19. CPOB, CPOTB, CDOB, dan lainnya.

C. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud :
1. Sebagai pedoman bagi Apoteker dalam memberikan praktik
kefarmasian yang terukur, terstandar dan berkualitas di fasilitas
pelayanan kesehatan
2. Tersusunnya standar kompetensi Apoteker sebagai bagian Standar
Profesi Apoteker.

Tujuan :
1. Sebagai referensi dalam penyusunan kewenangan Apoteker untuk
menjalankan praktik.
2. Sebagai referensi dalam penyusunan kurikulum pendidikan profesi
apoteker.
3. Sebagai referensi dalam penyelenggaraan program pengembangan
keprofesian berkelanjutan Apoteker.

D. MANFAAT
1. Bagi Apoteker
a. Pedoman dalam pelaksanaan praktik
b. Alat ukur kemampuan diri
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai acuan dalam penyusunan kurikulum dan pengembangan
pengajaran, mendorong konsistensi dalam menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan, serta menetapkan kriteria pengujian dan
instrumen/alat ukur pengujian.
3. Bagi Pemerintah/Pengguna
Menjadi acuan bagi pemerintah/pengguna dalam perencanaan
pegawai, rekrutmen dan seleksi pegawai, pengangkatan/penempatan
dalam jabatan, penilaian kinerja, remunerasi/insentif dan disinsentif
serta kebutuhan pendidikan dan pelatihan dalam memenuhi
peningkatan/pengembangan kompetensi Apoteker.
4. Bagi Organisasi Profesi
Menjadi acuan untuk mengatur keanggotaan, tata kelola organisasi,
merancang dan menyelenggarakan program pengembangan
keprofesian berkelanjutan yang sesuai dengan kebutuhan terhadap
praktik kefarmasian serta menjadi acuan untuk menilai kompetensi
Apoteker lulusan luar negeri.
5. Bagi Masyarakat
Tersedianya acuan untuk mendapatkan karakteristik Apoteker yang
dapat memenuhi kebutuhan praktik kefarmasian di Indonesia.

E. DAFTAR ISTILAH
1. Apoteker adalah lulusan program studi pendidikan profesi apoteker
dan telah mengucapkan sumpah apoteker sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2. Praktik kefarmasian adalah pembuatan dan pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusian sediaan famasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai, pelayanan farmasi klinis, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetik.
3. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan
Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.
4. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan
kosmetika.
5. Fasilitas Kesehatan adalah sarana yang digunakan untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
6. Fasilitas Kefarmasian adalah sarana dan/atau tempat melaksanakan
praktik kefarmasian yang terdiri atas fasilitas produksi, fasilitas
distribusi atau penyaluran, dan fasilitas pelayanan kefarmasian.
7. Fasilitas Produksi adalah sarana dan/atau tempat melaksanakan
praktik kefarmasian dalam bidang pembuatan dan/atau produksi
termasuk pengembangan obat, obat tradisional, kosmetik, dan bahan
baku.
8. Fasilitas Distribusi atau Penyaluran adalah sarana dan/atau tempat
melaksanakan praktik kefarmasian dalam bidang distribusi atau
penyaluran sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai.
9. Fasilitas Pelayanan Kefarmasian adalah sarana dan/atau tempat
melaksanakan praktik kefarmasian di apotek, instalasi farmasi rumah
sakit, puskesmas, klinik, toko obat, atau sejenisnya.
10. Organisasi profesi Apoteker yang selanjutnya disebut organisasi
profesi adalah wadah untuk berhimpun Apoteker.
11. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang kesehatan.
BAB II
SISTEMATIKA STANDAR KOMPETENSI

Standar Kompetensi Apoteker terdiri atas 6 (enam) area kompetensi yang


disusun berdasarkan peran, fungsi, tugas dan tanggungjawab apoteker dalam
praktik kefarmasian. Masing-masing area kompetensi dilengkapi dengan
beberapa komponen kompetensi. Selanjutnya setiap area kompetensi
ditetapkan batasannya dalam pernyataan kompetensi inti dan dijabarkan lebih
lanjut dalam pernyataan kemampuan yang diharapkan pada akhir pendidikan.

Susunan Standar Kompetensi Apoteker Indonesia digambarkan sebagai


berikut.

Area Kompetensi

Komponen Kompetensi

Komponen Inti

Kemampuan yang diharapkan pada akhir


pembelajaran

Daftar Pokok Bahasan


Daftar Masalah Untuk
pencapaian
Daftar Keterampilan
kompetensi
Daftar Praktik Kefarmasian

Gambar 2.1.
Struktur Standar Kompetensi Apoteker

Standar Kompetensi Apoteker dilengkapi dengan Daftar Pokok Bahasan, Daftar


Masalah, Daftar Keterampilan, dan Daftar Praktik Keapotekeran dengan fungsi
utama sebagai acuan bagi institusi pendidikan farmasi dalam mengembangkan
kurikulum pendidikan profesi apoteker di institusi masing-masing.

Daftar Pokok Bahasan memuat berbagai pokok bahasan yang menjadi bahan
kajian dalam proses pembelajaran untuk mencapai 6 (enam) area kompetensi
apoteker. Materi tersebut dapat diuraikan lebih lanjut sesuai bidang ilmu yang
terkait dan dipetakan sesuai struktur kurikulum masing-masing institusi.

Daftar Masalah memuat berbagai masalah yang dihadapi oleh apoteker dalam
melaksanakan praktik profesi baik masalah-masalah terkait sediaan farmasi
yang dihadapi oleh individu, komunitas dan masyarakat yang membuat
mereka membutuhkan kemampuan apoteker maupun masalah-masalah yang
berasal dari pribadi apoteker. Mahasiswa pendidikan profesi apoteker perlu
dipaparkan pada berbagai masalah tersebut dan difasilitasi untuk belajar
menanganinya.

Daftar Keterampilan berisi berbagai keterampilan yang harus dikuasai oleh


apoteker untuk melaksanakan praktik kefarmasian beserta tingkat
kemampuan yang diharapkan. Daftar ini berfungsi sebagai acuan bagi institusi
pendidikan profesi apoteker untuk menentukan materi pembelajaran beserta
sarana dan prasarana pendukungnya.

Daftar Praktik Kefarmasian memuat berbagai aktivitas yang dilayankan oleh


apoteker untuk memenuhi kebutuhan klien terkait dengan penyediaan dan
atau penggunaan sediaan farmasi beserta tingkat kemampuan yang
diharapkan. Daftar ini berfungsi sebagai acuan bagi institusi pendidikan
profesi apoteker untuk mengidentifikasi isi kurikulum.
BAB III
STANDAR KOMPETENSI

A. AREA KOMPETENSI

Standar Kompetensi Apoteker terdiri atas 6 (enam) area kompetensi yang


disusun berdasarkan peran, tugas dan tanggungjawab apoteker, mengacu
pada empat domain kompetensi dalam A Global Competency Framework
(FIP, 2012). Area kompetensi apoteker tersebut meliputi:
1. Profesionalisme
2. Mawas diri dan pengembangan diri
3. Komunikasi efektif
4. Landasan ilmiah ilmu farmasi, biomedik, humaniora, dan kesehatan
masyarakat
5. Keterampilan apoteker
6. Pengelolaan praktik kefarmasian

Area kompetensi apoteker dikelompokkan dalam 3 aspek yaitu:


A. Aspek kemampuan personal dan profesional, meliputi:
1. Profesionalisme
2. Mawas diri dan pengembangan diri
3. Komunikasi efektif
B. Aspek intelektualitas, kemampuan berfikir kritis, analitis, dan
kreatif, yaitu:
1. Landasan ilmiah ilmu farmasi, biomedik, humaniora, dan
kesehatan masyarakat
C. Aspek kompetensi teknis, yang terdiri dari:
1. Keterampilan apoteker
2. Pengelolaan praktik kefarmasian

Ketiga kelompok area kompetensi beserta seluruh area kompetensi pada


tiap kelompok merupakan suatu kesatuan kemampuan apoteker yang
harus diterapkan secara kontekstual dalam pengelolaan praktik
kefarmasian secara holistik dan komprehensif dalam tatanan pelayanan
kesehatan.

Kelompok kemampuan personal dan profesional mencakup 3 (tiga) area


kompetensi sebagai landasan praktik kefarmasian yaitu profesionalisme,
mawas diri dan pengembangan diri, serta komunikasi efektif. Kelompok
intelektualitas, kemampuan berfikir kritis, analitis, dan kreatif memberikan
landasan ilmiah yang mendukung kemampuan teknis yang dimiliki oleh
apoteker. Sedangkan kemampuan dalam kelompok area kompetensi teknis
memungkinkan apoteker mampu mengelola masalah obat dan sediaan
farmasi lainnya pada tingkat individu atau masyarakat. Secara
keseluruhan area kompetensi beserta penjabarannya digunakan secara
komprehensif oleh apoteker dalam menghadapi klien/pasien dan
masyarakat.

Kompetensi apoteker dibangun dengan fondasi profesionalisme, mawas diri


dan pengembangan diri, komunikasi efektif, ditunjang oleh pilar landasan
ilmiah ilmu farmasi, biomedik, humaniora dan kesehatan masyarakat,
serta keterampilan yang dimiliki oleh apoteker untuk menghasilkan
pengelolaan praktik kefarmasian yang optimal. Susunan area kompetensi
digambarkan dalam gambar 3.1 berikut.

Gambar 3.1 Susunan Kompetensi Apoteker

Masing-masing area kompetensi dilengkapi dengan komponen kompetensi.


Selanjutnya tiap area kompetensi dilengkapi dengan deskripsi kompetensi
inti serta penjabaran kompetensi dari masing-masing area kompetensi.
Untuk memberikan konteks yang tepat dalam penerapan seluruh area
kompetensi, penjabaran area kompetensi dilengkapi dengan empat daftar
yaitu daftar pokok bahasan, daftar masalah, daftar keterampilan, serta
daftar praktik kefarmasian.
B. KOMPONEN KOMPETENSI

1. Area Profesionalisme
a. Berke-Tuhan-an Yang Maha Esa
b. Berperilaku profesional
c. Bermoral, beretika, dan berdisiplin
d. Berperilaku sadar dan taat hukum
e. Berperilaku sesuai etik profesi
f. Berwawasan sosial budaya
g. Pengembangan jiwa kepemimpinan

2. Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri


a. Penerapan internalisasi diri
b. Aktualisasi belajar sepanjang hayat
c. Peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi baru
d. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
e. Pengembangan jiwa kewirausahaan

3. Area Komunikasi Efektif


a. Berkomunikasi dengan klien, pasien dan keluarga
b. Berkomunikasi dengan masyarakat
c. Berkomunikasi dengan mitra kerja (teman sejawat dan profesi lain)

4. Area Landasan Ilmiah Ilmu Farmasi, Biomedik, Humaniora, dan


Kesehatan Masyarakat
a. Ilmu Farmasi: kimia medisinal, farmakognosi, kimia farmasi,
farmasetika, biofarmasetika, farmakokinetik, farmakogenomik,
farmakoterapi, pharmaceutical care, kimia klinik, informasi obat,
medication safety, farmakovigilans, pengobatan berbasis bukti
(evidence-based medicines), dan responding to symptoms
b. Ilmu Biomedik: biologi, anatomi, fisiologi, patologi, mikrobiologi,
imunologi, biokimia, bioteknologi, dan farmakologi
c. Ilmu Humaniora: sosiologi, ilmu budaya, ilmu perilaku, dan
manajemen farmasi
d. Ilmu Kesehatan Masyarakat: epidemiologi, ekonomi kesehatan,
promosi kesehatan, kebijakan kesehatan, kesehatan lingkungan,
serta kesehatan dan keselamatan kerja

5. Area Keterampilan Apoteker


a. Produksi sediaan farmasi
b. Pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai (BMHP)
c. Distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai (BMHP)
d. Pengamanan narkotika, psikotropika, precursor (perlu dilengkapi di
penjabaran)
e. Pengelolaan sediaan farmasi critical, high alert medication,
sitostatika, serta kelompok bahan berbahaya dan beracun (perlu
dilengkapi di penjabaran)
f. Pelayanan sediaan farmasi untuk perorangan (pharmaceutical care
for person)
g. Pelayanan sediaan farmasi untuk masyarakat (pharmaceutical cara
for community)

6. Area Pengelolaan Praktik Kefarmasian


a. Optimalisasi praktik kefarmasian di fasilitas produksi, distribusi,
dan pelayanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai (di penjabaran ditambahkan pelayanan individu dan
komunitas, serta program pemerintah)
b. Pengelolaan sumber daya di fasilitas produksi, distribusi, dan
pelayanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai
c. Pengelolaan organisasi di fasilitas produksi, distribusi, dan
pelayanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai

C. PENJABARAN KOMPETENSI

1. Profesionalisme

Kompetensi Inti
Mampu melaksanakan praktik kefarmasian secara profesional sesuai
dengan nilai dan prinsip Berke-Tuhan-an Yang Maha Esa, hukum, etik,
disiplin, sosial budaya dalam konteks lokal, nasional, maupun global
dalam mengelola masalah produksi, distribusi dan pelayanan
kefarmasian.

Lulusan apoteker mampu:


a. Menerapkan agama sebagai nilai moral dari sikap dan perilaku
sebagai individu dalam menjalankan praktik kefarmasian.
b. Memahami dan mematuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dalam praktik kefarmasian.
c. Menjunjung tinggi sikap profesional dan kode etik profesi dalam
melaksanakan praktik kefarmasian.
d. Memiliki dan menerapkan sikap peduli, peka, empati, dan
menghargai setiap pihak yang terlibat dalam praktik kefarmasian.
e. Menjelaskan dan mempertanggungjawabkan setiap keputusan dan
tindakan yang dilakukan terkait praktik kefarmasian.
f. Menghargai dan melindungi privasi setiap pemangku kepentingan
dalam praktik kefarmasian.
g. Memahami batas kemampuan dan kewenangan dalam menjalankan
praktik kefarmasian.
h. Mengupayakan kinerja terbaik dalam melaksanakan praktik
kefarmasian.
i. Menggunakan pendekatan sosial dan budaya sebagai salah satu
perangkat untuk mendapatkan hasil terbaik dalam praktik
kefarmasian.
j. Melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan tim dan antar tim
yang terlibat dalam praktik kefarmasian.

2. Mawas Diri dan Pengembangan Diri

Kompetensi Inti
Mampu melakukan refleksi diri, menyadari keterbatasan diri,
mengatasi masalah personal, dan belajar sepanjang hayat untuk
meningkatkan pengetahuan dan kompetensi profesi secara
berkesinambungan, serta bekerjasama untuk menghasilkan pemikiran
kreatif dalam melaksanakan praktik kefarmasian. 

Lulusan apoteker mampu:


a. Melakukan evaluasi diri untuk mengidentifikasi keterbatasan
kemampuan dalam menjalankan praktik kefarmasian.
b. Terbuka untuk bekerjasama dengan berbagai pihak yang saling
melengkapi dalam praktik kefarmasian.
c. Mempertahankan ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam bidang
farmasi melalui pendidikan berkelanjutan yang sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kefarmasian dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
d. Terbuka menerima masukan dari berbagai pihak dan berkomitmen
menindaklanjuti untuk perbaikan diri demi peningkatan kualitas
praktik kefarmasian.
e. Mengidentifikasi dan mengembangkan potensi kewirausahaan
secara mandiri maupun berkolaborasi untuk meningkatkan
kemanfaatan hasil praktik kefarmasian.

3. Komunikasi Efektif

Kompetensi Inti
Mampu menggunakan prinsip-prinsip komunikasi secara verval dan
non verbal untuk mengumpulkan data, menggali informasi,
menyampaikan ide, pertukaran informasi, dengan empati dan
mempertimbangkan keragaman sosial budaya, memanfaatkan berbagai
media komunikasi dalam mengembangkan jejaring untuk
meningkatkan efektifitas dan manfaat praktik kefarmasian.

Lulusan apoteker mampu:


a. Memahami dan menggunakan berbagai teknik komunikasi verbal
dan non verbal untuk melakukan pengumpulan data, penggalian
informasi, penyampaian ide, dan pertukaran informasi.
b. Memilih dan memanfaatkan jenis media yang sesuai dengan sasaran
dan tujuan komunikasi dalam praktik kefarmasian.
c. Menggunakan keragaman sosial budaya sebagai salah satu
perangkat dalam membangun komunikasi dengan seluruh
pemangku kepentingan dalam praktik kefarmasian.
d. Mengidentifikasi kebutuhan informasi dan merumuskan bentuk
komunikasi yang sesuai dengan sasaran dan tujuan komunikasi
dalam praktik kefarmasian.
e. Menggunakan empati dalam berkomunikasi dengan seluruh
pemangku kepentingan dalam praktik kefarmasian.

4. Landasan Ilmiah Ilmu Farmasi, Biomedik, Humaniora, dan


Kesehatan Masyarakat

Kompetensi Inti
Mampu menguasai dan memanfaatkan ilmu dan teknologi farmasi,
ilmu biomedik dasar, ilmu humaniora, dan ilmu kesehatan masyarakat
untuk mengelola masalah obat dan kesehatan secara komprehensif di
tingkat individu dan masyarakat.

Lulusan apoteker mampu:


a. Menguasai teori, metode serta aplikasi dari ilmu dan teknologi
bidang farmasi yang mencakup: (perlu dikelompokan lagi)
● fisika, kimia dasar, kimia organik, untuk…
● matematika, statistika, biostatistik untuk…
● biologi molekular, anatomi dan fisiologi, patologi, patofisiologi,
mikrobiologi, parasitologi, imunologi, biokimia, farmakologi,
toksikologi untuk…
● farmasi fisika, formulasi dan teknologi farmasi, kimia medisinal,
farmakognosi, kimia farmasi, biofarmasetika, farmakokinetik,
farmakogenomik, farmakoterapi, bioteknologi farmasi, kimia
klinik, informasi obat untuk…, ilmu herbal dan kosmetika
● sosio farmasi, farmakovigilans, manajemen farmasi, undang-
undang dan regulasi farmasi, etik profesi, administrasi farmasi
untuk…
● farmakoepidemiologi, dan komunikasi profesional untuk…
b. Menguasai prinsip-prinsip farmasetik, perhitungan kefarmasian,
farmakoekonomi, terapeutik klinik, asuhan kefarmasian
(pharmaceutical care), farmakovigilans, keamanan pengobatan
(medication safety), pengobatan berbasis bukti (evidence-based
medicine), responding to symptoms, evaluasi literatur dan desain
penelitian, serta penerapannya dalam mengelola masalah sediaan
farmasi secara holistik di tingkat perorangan maupun masyarakat.
c. Menguasai prinsip-prinsip manajemen sumber daya, manajemen
organisasi, teknik komunikasi, teknologi informasi dan komunikasi
serta penerapannya dalam mengelola praktik kefarmasian.

5. Keterampilan Apoteker

Kompetensi Inti:
Mampu melakukan prosedur teknis/klinis dengan menerapkan prinsip-
prinsip dalam pedoman pengadaan, pembuatan, pengelolaan,
penyaluran, serta pelayanan sediaan farmasi untuk menjamin mutu,
khasiat, kemananan, akses, ketersediaan serta kecukupan pada tingkat
perorangan maupun masyarakat.
Lulusan apoteker mampu: (urutannya disesuaikan kembali)
Yang di area 5 lebih cocok ditempatkan di area 6 dgn susunan
sesuai dgn komponen
Area 5 diisi dgn farmatical skill dalam 3 ranah: produksi, distribusi
dan pelayanan dgn mengacu kepada 3 prinsip yaitu kualitas, efikasi,
dan keamanan
a. Melaksanakan pengadaan obat sesuai prinsip dan prosedur yang
berlaku untuk menjamin ketersediaan dan kecukupan sediaan
farmasi pada tingkat perorangan maupun masyarakat
1) Menyusun rencana pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan
dan bahan medis habis pakai untuk memenuhi kebutuhan
fasilitas pelayanan kefarmasian, obat program pemerintah,
penanggulangan wabah/bencana alam.
2) Mengevaluasi dan menetapkan pemasok untuk pengadaan
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.
3) Merancang prosedur, melaksanakan dan mengevaluasi
pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai.
b. Melaksanakan pembuatan sediaan farmasi sesuai prinsip dan
prosedur yang berlaku untuk menjamin mutu, khasiat, keamanan,
akses, ketersediaan serta kecukupan sediaan farmasi.
1) Merancang prosedur, melaksanakan dan mengevaluasi studi
praformulasi dan studi stabilitas sediaan farmasi.
2) Memilih bahan aktif, menetapkan bentuk sediaan dan rute
pemberian obat, merancang komponen formulasi dan prosedur
pembuatan, memilih bahan dan merancang kemasan sediaan
farmasi dalam berbagai bentuk sediaan.
3) Merancang prosedur, menyiapkan bahan, peralatan dan ruang
produksi, melaksanakan produksi sediaan farmasi non steril dan
steril dalam berbagai bentuk sediaan (padat, cair, setengah
padat, gas) sesuai standar yang ditetapkan.
4) Menetapkan parameter mutu dan spesifikasi bahan baku (bahan
aktif terapetik, bahan penolong, bahan kemasan), merancang
prosedur, melaksanakan, dan mengevaluasi hasil pengujian
mutu, serta menetapkan kelayakan mutu bahan baku.
5) Menetapkan parameter mutu dan spesifikasi produk, merancang
prosedur, dan melaksanakan pengujian mutu selama proses
produksi, produk antara dan produk akhir, mengevaluasi dan
menetapkan kesesuaian hasil pengujian mutu dengan spesifikasi
yang dikehendaki, serta menetapkan kelayakan mutu produk.
6) Melaksanakan pengemasan hasil produksi sesuai standar yang
ditetapkan, serta menyajikan informasi sesuai standar, termasuk
cara penyimpanan dan lama penyimpanan (ED) produk.
7) Merancang prosedur, melaksanakan penyiapan bahan, produk,
sarana-prasarana steril, menetapkan parameter mutu, dan
memastikan pencapaian mutu.
8) Melakukan pencatatan dan mendokumentasikan seluruh proses
perancangan, produksi, dan pengujian mutu sesuai standar dan
kebutuhan.
9) Mengidentifikasi dan menangani limbah produksi sesuai
ketentuan.
10) Merancang prosedur, melaksanakan dan mengevaluasi serta
memastikan penerapan sistem mutu.
11) Meluluskan/Menolak Bahan Baku, Produk antara dan
Produk Jadi.
c. Melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai sesuai prinsip dan prosedur yang berlaku
untuk menjamin mutu, khasiat, serta keamanan sediaan farmasi.
1) Merancang prosedur, melaksanakan, dan mengevaluasi
penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai termasuk produk kembalian/produk retur.
2) Memilih metode, merancang prosedur, melaksanakan, dan
mengevaluasi penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai.
3) Merancang prosedur, melaksanakan, dan mengevaluasi
penyimpanan sediaan farmasi (terutama penyimpanan Cold
Chain Product), alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.
4) Merancang prosedur, melaksanakan pengemasan ulang dan
pelabelan kembali bahan obat pada tingkat distribusi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
5) Merancang prosedur pengelolaan stok dan sistem rotasi yang
efektif berbasis sistem informasi untuk memastikan ketersediaan
dan efektifitas jumlah stok sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai
6) Merancang prosedur, melaksanakan, dan mengevaluasi
pengelolaan sediaan farmasi critical, high alert medication (HAM),
sitostatika, radiofarmaka dan sediaan farmasi kelompok bahan
berbahaya dan beracun.
7) Merancang prosedur, melaksanakan, dan mengevaluasi tindakan
pengamanan, pencegahan serta penanganan kejadian penyalah-
gunaan narkotika, psikotroika dan prekursor.
8) Merancang prosedur, melaksanakan, dan mengevaluasi tindakan
pencegahan dan penanganan kejadian terkait tumpahan bahan.
9) Merancang prosedur, melaksanakan, dan memonitor sediaan
farmasi yang rusak dan kedaularsa.
d. Melaksanakan penyaluran sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai sesuai prinsip dan prosedur yang baik
untuk menjamin mutu, khasiat, keamanan, akses, ketersediaan
serta kecukupan sediaan farmasi.
1) Mengevaluasi dan menetapkan kualifikasi pelanggan untuk
penyaluran sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai.
2) Merancang prosedur, melakukan, dan mengevaluasi pelayanan
permintaan pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai berdasarkan analisis resiko, kewajaran
jumlah dan frekuensi.
3) Memilih metode transportasi, merancang prosedur, melakukan,
dan mengevaluasi penyaluran sediaan farmasi, alat kesehatan
dan bahan medis habis pakai.
4) Merancang prosedur, melakukan penyaluran sediaan farmasi
berupa Cold Chain Product untuk memastikan mutu tetap
terjaga.
5) Merancang prosedur, melakukan, dan mengevaluasi penyaluran
bahan, alat, peralatan dan perlengkapan steril siap pakai serta
memastikan sterilitasnya tetap terjaga.
6) Menentukan kriteria, merancang prosedur sesuai tata laksana
yang ditetapkan, melakukan, dan mengevaluasi penarikan
produk yang harus dimusnahkan dengan memperhatikan
keamanan, sifat bahan dan dampaknya pada lingkungan.
e. Melaksanakan pelayanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai sesuai prinsip dan prosedur yang baik
dengan melibatkan pasien untuk menjamin mutu, khasiat, serta
keamanan pada tingkat perorangan maupun masyarakat
1) Merancang prosedur, melakukan, dan mengevaluasi pelayanan
kefarmasian berpusat kepada indovidu (Person Centered Care)
2) Memverifikasi permintaan obat dengan resep dokter,
menyiapkan, dan menyerahkan sediaan farmasi, serta
memberikan informasi dan edukasi kepada pasien dan atau
keluarganya.
3) Merancang prosedur, melakukan, dan mengevaluasi proses
pencampuran (compounding) sediaan farmasi:
a) Pencampuran sediaan farmasi non steril, rekonstitusi sirup
kering
b) Rekonstitusi sediaan injeksi, pencampuran aseptik sediaan
injeksi (i.v ad mixture)
c) Penyiapan sediaan sitostatika dan radiofarmaka
d) Pengemasan ulang dan pelabelan kembali sediaan farmasi.
4) Memverifikasi permintaan obat tanpa resep, mengidentifikasi
kebutuhan pasien dengan cara memastikan adanya gejala yang
perlu ditangani (responding to symptoms), serta memutuskan
tindakan yaitu memberikan sediaan farmasi bila minor ailment
atau merujuk ke dokter bila ada alarm signs.
5) Mengevaluasi kewajaran jumlah dan permintaan obat
dengan/tanpa resep
6) Menyerahkan sediaan farmasi kepada pasien disertai pemberian
informasi dan edukasi tentang:
a) Aturan penggunaan dan lama pemakaian.
b) Cara penggunaan obat-obat dengan device spesifik: tablet
bukal dan sublingual, tablet effervescent, sediaan dengan
pelepasan terkendali, inhaler dan nebulizer, pen insulin,
suppositoria, obat tetes dan salap mata.
c) Cara penyimpanan yang benar
7) Menetapkan parameter klinis, merencanakan, dan melakukan
pengukuran parameter klinis untuk mengevaluasi pencapaian
target terapi dan mengidentifikasi kemungkinan adanya efek
samping dan efek lain yang tidak dikehendaki
8) Merencanakan, melakukan dan mengevaluasi promosi terkait
sediaan farmasi dan kesehatan:
a) Cara memperoleh, menggunakan, menyimpan, dan
membuang obat yang baik dan benar.
b) Mendorong kepatuhan penggunaan sediaan farmasi.
c) Mempromosikan penggunaan obat secara rasional.
d) Mendorong pengembalian obat dan sediaan farmasi lainnya
yang tidak terpakai, tidak dikehendaki atau kedaluwarsa agar
dapat dimusnahkan secara aman.
e) Mempromosikan perilaku gaya hidup sehat.
f. Melaksanakan pemastian mutu pelayanan kefarmasian untuk
menjamin mutu, khasiat, serta keamanan pada tingkat perorangan
maupun masyarakat
1) Menerapkan prinsip manajemen mutu (QA dan QC) serta prinsip
manajemen risiko mutu (QRM)
2) Menerapkan strategi manajemen risiko produksi
3) Menyusun regulasi internal organisasi (kebijakan, pedoman,
panduan & SPO) terkait dengan produksi sediaan farmasi
4) Melakukan kontrol kualitas dan memastikan monitoring mutu
diterapkan sesuai kebutuhan
5) Menerapkan prinsip penjaminan mutu pada proses inspeksi diri,
audit dan pembuatan Corrective Action dan Preventive Action
(CAPA).
6) Menangani keluhan dan obat kembalian dengan menerapkan
prinsip penjaminan mutu.
7) Melakukan pencatatan dan membuat dokumentasi seluruh
proses

6. Pengelolaan Praktik Kefarmasian

Kompetensi Inti:
Mampu mengelola pelaksanaan praktik kefarmasian yang bertanggung
jawab pada lingkup produksi, distribusi dan pelayanan kefarmasian
sesuai ketentuan melalui upaya penjaminan mutu, kemananan, dan
kemanfaatan ketersediaan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
dan masyarakat.

Lulusan apoteker mampu:


a. Menginterpretasi data dan informasi dari berbagai sumber informasi
yang sahih untuk menetapkan masalah obat pada tingkat
individu /perorangan maupun masyarakat.
b. Menganalisis, mengevaluasi, dan menetapkan tindakan dan/atau
solusi masalah-masalah produksi, pengadaan. dan pendistribusian
sediaan farmasi untuk menjamin mutu, keamanan, kemanfaatan,
ketersediaan serta kecukupan sediaan farmasi.
c. Menganalisis, mengevaluasi, dan menetapkan tindakan dan/atau
solusi masalah obat pada tingkat individu/perorangan maupun
masyarakat.
d. Merencanakan perubahan pola pikir, sikap dan perilaku, serta
modifikasi gaya hidup untuk mengoptimalkan penggunaan obat
pada pada berbagai kelompok masyarakat, umur, agama, jenis
kelamin, etnis, dan budaya.
e. Mengelola keterlibatan pasien, keluarga, dan masyarakat secara
berkelanjutan dalam menyelesaikan masalah penggunaan obat.
f. Mengidentifikasi indikator keberhasilan pengobatan, memonitor
perkembangan, mengevaluasi, memperbaiki, dan mengubah terapi
dengan tepat.
g. Berkontribusi secara aktif dalam sistem pelayanan kesehatan dan
pengembangan kebijakan kesehatan.
h. Mengusulkan pengelolaan masalah obat individu dan masyarakat
dalam konteks Jaminan Kesehatan Nasional.
i. Menerapkan prinsip pengelolaan sumber daya secara efektif, efisien
dan berkesinambungan.
j. Menerapkan manajemen mutu terpadu dalam pelayanan obat pada
pelayanan kesehatan.
k. Mengelola dokumentasi dan evaluasi praktik keapotekeran.
BAB IV
DAFTAR POKOK BAHASAN, MASALAH,
KETERAMPILAN, DAN PRAKTIK KEAPOTEKERAN

A. DAFTAR POKOK BAHASAN

Daftar Pokok Bahasan memuat berbagai pokok bahasan yang digunakan


sebagai bahan kajian dalam proses pembelajaran untuk mencapai 6 (enam)
area kompetensi apoteker. Materi ini merupakan penerjemahan standar
kompetensi menjadi bahan ajar di institusi pendidikan profesi apoteker.

Penyusunan daftar pokok bahasan berdasarkan area kompetensi. Pokok-


pokok bahasan pada masing-masing area kompetensi dapat diuraikan lebih
lanjut sesuai bidang ilmu yang terkait untuk membangun kurikulum
sesuai struktur kurikulum masing-masing institusi pendidikan profesi
apoteker.
Perlu dikelompokan secara sistematis
Area 1,2,3 adalah soft skill dan 4,5,6 adalah hard skill spesifik apoteker
1. Area Kompetensi 1: Profesionalisme
a. Agama dalam membentuk sikap profesional
b. Landasan kewarganegaraan dalam membangun sikap tanggung
jawab
c. Pharmaceutical care
d. Hukum Kesehatan
e. Regulasi terkait kefarmasian
f. Etik dan disiplin Apoteker
g. Psikologi kesehatan
h. Dasar-dasar ilmu sosial
i. Berbagai pendekatan dalam memecahkan masalah

2. Komunikasi Efektif
a. Keterampilan komunikasi (Communication skills)
b. Ilmu budaya
c. Psikologi kesehatan
d. Kolaborasi interprofesional (IPE)
e. Komunikasi terapetik
f. Literasi Teknologi Informasi
g. Person centered care

3. Mawas Diri dan Pengembangan Diri


a. Reflective learning
b. Manajemen diri
c. Berpikir kritis
d. Berfikir analitis
e. Berfikir kreatif
f. Ketrampilan dalam memecahkan masalah (Problem-based learning)
g. Ketrampilan komunikasi
h. Ilmu Kesehatan masyarakat
i. Ilmu Kefarmasian
j. Humanistic learning
k. Metodologi penelitian
l. Kolaborasi interprofesional (IPE)

4. Landasan Ilmiah
a. Ilmu alam dasar (basic natural sciences)
b. Ilmu biomedik dasar
c. Ilmu kefarmasian (Literasi Sains Farmasi )
d. Manajemen dan organisasi
e. Ilmu Kesehatan masyarakat
f. Literasi Teknologi Informasi
g. Literasi Humaniora
h. Ilmu Herba dan Kosmetik

5. Keterampilan Apoteker
a. Keterampilan Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi
1) Regulasi kefarmasian
2) Farmakope Indonesia, Farmakope Herbal, dan Kompendium
3) Pharmacy Quality System
4) CPOB, CPOTB, CPKB
5) CDOB
6) CPAKB (BMHP)
7) Manajemen farmasi (SDM, finansial, informasi, infrastruktur)
8) Pengelolaan sediaan farmasi dan alkes
9) Farmakoepidemiologi
10) Farmakovigilans termasuk kosmetovigilans, Monitoring Efek
Samping Obat Tradisional (MESOT) dan Monitoring Efek
Samping Kosmetika (MESKOS)
11) Registrasi Obat, Obat Tradisional, Suplemen Kosehatan
Kosmetika, dan Obat Kuasi
12) Supply chain management
13) Emergency response
14) Manajemen bencana
15) Kolaborasi interprofesional (IPE)

b. Keterampilan Pelayanan Sediaan Farmasi


1) Regulasi kefarmasian
2) Regulasi tentang sistem kesehatan
3) Good Pharmacy Practice
4) Kompendium
5) Compounding dan Dispensing
6) Farmakoterapi
7) Farmakovigilans termasuk kosmetovigilans, Monitoring Efek
Samping Obat Tradisional (MESOT) dan Monitoring Efek
Samping Kosmetika (MESKOS)
8) Responding to the symptoms
9) Komunikasi Efektif
10) Bentuk Sediaan Farmasi
11) Alat Kesehatan
12) Ilmu Kesehatan Masyarakat
13) Manajemen Farmasi
14) Evidence based medicine
15) Person centered care pharmacist
16) Medication Therapy Management
17) Etik dan Disiplin Apoteker
18) Rational drug use
19) Farmakoekonomi
20) Pengelolaan sediaan farmasi dan alkes
21) Farmakoepidemiologi
22) Emergency response (incl. Basic life support)
23) Kolaborasi interprofesional (IPE)

6. Pengelolaan Praktik Kefarmasian


a. GMP : CPOB, CPOTB, CPKB
b. GDP : CDOB
c. GPP : Good Pharmacy Practice
d. Manajemen farmasi
e. Dokumentasi
f. Supply Chain Management
g. Kepemimpinan (Leadership)
h. Manajemen mutu
i. Manajemen risiko
j. Etik dan Disiplin Apoteker
k. Teamwork
===== batas pembahasan 7 Juli 2021 ====
B. DAFTAR MASALAH

Daftar Masalah memuat berbagai masalah yang dihadapi oleh apoteker


dalam melaksanakan praktik profesi, baik masalah terkait obat dan
sediaan farmasi lainnya yang dihadapi oleh individu, komunitas atau
masyarakat maupun masalah yang bersumber dari diri pribadi apoteker.
Mahasiswa pendidikan profesi apoteker perlu dipaparkan pada berbagai
masalah tersebut dan difasilitasi untuk belajar menangani masalah-
masalah tersebut.

Bagian pertama dari daftar masalah memuat berbagai masalah


pasien/klien untuk memperoleh obat dan sediaan farmasi lainnya dalam
upaya menjaga kesehatan dan kualitas hidup. Dalam mengelola masalah
terkait penggunaan obat dan sediaan farmasi lainnya, apoteker bekerja
berdasarkan permintaan atau keluhan pasien/klien.

Bagian kedua berisi daftar masalah yang dihadapi oleh apoteker dalam
praktik keapotekeran. Permasalahan tersebut dapat berasal dari diri
pribadi apoteker, pemahaman tentang regulasi dan pedoman praktik dalam
bidang pekerjaannya, tempat kerja atau tempat praktik, hubungan dengan
profesi kesehatan yang lain maupun pihak-pihak lain yang terkait.

1. Daftar Masalah Obat

a. Masalah Kebutuhan Pasien/Klien Untuk Mengatasi Gangguan


Ringan
1) Hidung pilek
2) Ingus encer
3) Bersin
4) Hidung gatal
5) Hidung tersumbat
6) Hidung perdarahan
7) Telinga sakit
8) Telinga mengeluarkan kotoran
9) Telinga berair
10) Mata berair
11) Mata merah
12) Mata mengeluarkan kotoran
13) Mata cekung
14) Mata bintilan
15) Gigi sakit/nyeri
16) Gusi bengkak
17) Sakit kepala bagian depan
18) Bagian wajah sakit
19) Kepala pusing
20) Batuk kering
21) Batuk berdahak/ batuk produktif
22) Batuk anjang
23) Batuk terpingkal pingkal
24) Dada sakit
25) Dada rasa terbakar
26) Tenggorokan sulit menelan
27) Tenggorokan nyeri
28) Tenggorokan gatal
29) Nafas mengi
30) Nafas pendek
31) Perut kembung
32) Perut sakit terus menerus
33) Kolik perut
34) Perut sakit berpindah pindah
35) Perut panas
36) Perut kram
37) Perut kanan bawah sakit
38) Mual
39) Muntah
40) Diare
41) Feses seperti rendaman beras
42) Feses ada lendir
43) Feses ada darah
44) Kehilangan nafsu makan
45) Berat badan menurun
46) Rasa gatal di anus
47) Rasa terbakar di anus
48) Perut bagian bawah sakit
49) Bengkak di anus
50) Kulit berair
51) Kulit berwarna merah
52) Kulit terasa sakit
53) Kulit bintik lepuh
54) Kulit bintik merah
55) Kulit gatal
56) Kulit borok
57) Kulit bercak putih
58) Kulit luka
59) Kulit luka bakar
60) Badan demam
61) Badan lesu
62) Digigit serangga

b. Masalah Ketidaktepatan Pemilihan Obat Dan Pengaturan Rejimen


Dosis Untuk Pasien
1) Pilihan zat aktif obat tidak sesuai
2) Obat digunakan tanpa indikasi yang benar
3) Dosis obat terlalu tinggi
4) Dosis obat terlalu rendah
5) Dosis toksik karena salah htung
6) Kombinasi obat berpotensi menimbulkan interaksi obat dengan
obat
7) Obat tidak dapat diabsorpsi dengan baik karena berinteraksi
dengan makanan
8) Pemberian obat mengabaikan kontra indikasi yang dapat terjadi
9) Pemberian obat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan
10) Peresepan polifarmasi berpotensi menimbulkan masalah terkait
obat
11) Bentuk sediaan obat tidak tepat sehingga tidak efektif
12) Bentuk sediaan dan rute pemberian obat menyulitkan pasien
13) Jarak waktu pemberian terlalu pendek sehingga terlewat
14) Pengobatan terlalu panjang sehingga menimbulkan ketidakpatuhan
15) Pasien merasa sudah sembuh sehingga menghentikan pengobatan
16) Pasien menghentikan pengobatan karena mengalami efek samping
atau masalah terkait obat
17) Ketidakpatuhan pengobatan karena ketidaktahuan pasien
18) Obat salut selaput diracik sehingga rasa/bau tidak tertutupi
19) Obat dengan pelepasan terkendali diracik sehingga terjadi
pelepasan obat secara cepat
20) Suspensi mengalami caking dalam penyimpanan dan sulit dikocok
21) Salep/krim mengalami craking dalam penyimpanan sehingga rusak
22) Krim pecah karena ditambah dengan bahan yang tidak
tercampurkan
23) Solution terpisah
24) Obat berubah warna dalam penyimpanan
25) Teknik penggunaan obat inhaler keliru
26) Penggunasalahan obat

c. Masalah Ketersediaan Produk Obat Dan Sediaan Farmasi Lainnya


1) Mendapatkan obat palsu
2) Menghentian pengobatan karena bentuk sediaan obat tidak
nyaman
3) Rejimen dosis tidak lengkap karena kekosongan obat
4) Kosong obat karena salah perencanaan
5) Obat rusak saat transportasi
6) Obat kadaluwarsa dilayankan
7) Narkotika hilang dalam penyimpanan
8) Alternatif penggantian obat kosong tidak sesuai zat aktif dan
indikasi
9) Kekurangan anggaran karena salah perencanaan
10) Obat berlebih karena Teknik penyimpanan
11) Pengendalian kekosongan tidak terkendali karena sistem informasi
tidak akurat
12) Pembelian dari jalur tidak resmi
13) Obat terbuang di tempat sampah umum
14) Obat sisa diperdagangkan
15) Perdagangan psikotropika di kalangan remaja
16) Pembuatan obat illegal
17) Obat harus diracik menggunakan obat jadi karena tidak tersedia
bahan baku
18) Pembuatan, penyimpanan, dan penditribusian sediaan farmasi,
tidak sesuai standar
19) Rekonstitusi obat steril dilakukan di fasilitas yang tidak terstandar
karena biaya mahal
20) Petugas terpapar karena handling sitostatika dilakukan dengan
fasilitas dan APD tidak terstandar

d. Masalah Kebutuhan Informasi dan Edukasi Terkait Obat Dan


Sediaan Farmasi Lainnya
1) Perburukan penyakit kronis karena ketidakpatuhan pengobatan
2) Perawatan lanjutan karena salah minum obat
3) Penggunaan kembali sisa obat tanpa memperhatikan kualitas obat
4) Kejadian efek samping berulang
5) Penggunaan antibiotika atau obat keras lainnya berdasarkan
anjuran teman/atau keluarga
6) Penghentian minum obat karena kepercayaan jamu lebih aman
7) Takut ginjjalnya rusak jika minum obat jangka lama
8) Peningkatan morbiditas karena stigma pengobatan
9) Takut minum obat karena efek samping
10) Kejadian efek samping serius karena kepatuhan pengobatan
11) Tidak mau vaksinasi karena menyebabkan efek samping
12) Kepercayaan obat injeksi lebih manjur dari tablet
13) Risiko paparan karena sitostatika oral digerus oleh keluarga karena
diminta
14) Over dosis karena obat slow release dihancurkan sebelum diminum
15) Over dosis karena bentuk sediaan patch digores saat penempelan
ditubuh
16) Under dosis narkotika karena tidak melakukan konversi dosis pada
pengobatan paliatif
17) Penolakan menjalani kemoterapi karena takut efek samping
18) Penolakan penggunaan insulin flexpen karena takut jarum
19) Pasien menyimpan obat di kulkas karena tidak paham pengertian
suhu sejuk, suhu dingin
20) Pasien menyimpan obat di tempat yang terkena sinar matahari

2. Daftar Masalah Apoteker

a. Profesionalisme
1) Melakukan pelayanan resep dengan telaah terbatas tanpa
melibatkan pasien
2) Menyampaikan informasi tidak lengkap tentang batas kedaluwarsa,
cara penyimpanan, cara penggunaan, cara menentukan obat rusak,
takaran obat yang tepat
3) Menyerahkan obat dengan teknik/device khusus (a.l. inhaler, tablet
sublingual, salep mata, tetes mata, supositoria, pen insulin) tanpa
disertai petunjuk penggunaan yang tepat sehingga terjadi
kesalahan dalam penggunaannya
4) Menyerahkan obat yang tidak terjamin mutunya, tanpa
kelengkapan label petunjuk penggunaan, penyimpanan, tanggal
kadaluwarsa
5) Melakukan praktik mengikuti SPO yang tidak pernah dievaluasi
dan diperbarui
6) Tidak melengkapi prosedur operasional standar sebagai pedoman di
tempat kerja
7) Pembuatan standar praktik/prosedur tidak berdasarkan referensi
8) Pemilihan pemasok tanpa kriteria legalitas dan telaah integritas
9) Melakukan penerimaan obat dari distributor tidak menggunakan
prosedur dan kriteria standar
10) Melakukan perencanaan dengan metode konsumsi pada respon
disaster
11) Penyediaan obat life saving tidak konsisten dengan pertimbangan
kerugian finansial
12) Penyediaan alat penyimpanan obat tidak sesuai standar karena
pertimbangan ekonomis
13) Penyediaan APD seadanya dan tidak lengkap dengan pertimbangan
insiden jarang terjadi
14) Dokumentasi pelaksanaan CDOB/CPOB/CPOTB ataupun praktik
pelayanan belum sepenuhnya dilakukan dengan tertib
15) Tidak melakukan supervisi terhadap staf
16) Melakukan stok opname setahun sekali dengan pertimbangan repot
17) Melakukan pencatatan, pelaporan pemusnahan obat tidak sesuai
standar
18) Kemampuan mengenali sumber informasi yang terpercaya,
melakukan penelusuran informasi, dan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi (ICT) masih rendah
19) Kallibrasi timbangan atau perlengkapan lain yang mempengaruhi
ketepatan dan kualitas obat

b. Etik dan Disiplin Profesi


1) Tidak mempedulikan pasien
a) Tidak menggunakan standar praktik
b) Tidak melakukan assessment pasen
c) Tidak melakukan dokumentasi praktik kefarmasian
d) Tidak melakukan telaah dokumentasi praktik kefarmasian
2) Tidak mengutamakan kepentingan pasien pada pengambilan
keputusan profesional
a) Tidak menggunakan sumber informasi yang terbaik
b) Dipengaruhi oleh kepentingan komersial
c) Dipengaruhi kepentingan pribadi
d) Tidak mampu merespon kondisi emergensi
3) Tidak menghargai pasien, keluarga pasien dan juga rekan profesi
kesehatan lain
a) Tidak menghargai kultur, nilai, dan kepercayaan orrang lain
b) Tidak berperilaku sopan
c) Tidak meminta persetujuan pasien atas keputusan profesional
yang diambil
d) Tidak menjaga rahasia pasien
e) Melanggar batasan profesional yang ada
4) Tidak mendorong pasien untuk terlibat dalam terapi obat yang
dijalani
a) Tidak berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, pasien,
keluarga pasien dalam proses terapi obat
b) Tidak melaksanakan komunikasi efektif dengan tenaga
kesehatan lain, pasien, keluarga pasien dalam proses terapi obat
c) Memaksakan instruksi kepada pasien dalam proses terapi obat,
dan tidak menghormati hak pasien untuk menolak proses terapi
obat yang disarankan apoteker
d) Tidak melakukan telaah apabila ada pasien yang menolak proses
terapi obat yang disarankan apoteker
5) Tidak memperhatikan kompetensi yang dimiliki
a) Tidak melakukan introspeksi diri
b) Tidak memperbarui atau meningkatkan kompetensi sebagai
tindak lanjut introspeksi diri
c) Tidak mau menerima atau merespon dengan baik kritik dan
saran orang lain
6) Tidak jujur dan tidak menunjukkan integritas
a) Menyalahgunakan wewenang
b) Tidak mencegah timbulnya konflik kepentingan
c) Tidak melakukan sikap yang tepat dan tidak berpihak kepada
selain pasien
d) Tidak mematuhi standar
e) Tidak memegang komitmen
7) Tidak bertanggung jawab
a) Tidak melatih karyawan/staf
b) Tidak menjamin atau memastikan kompetensi staf yang
membantu pekerjaan apoteker
c) Tidak menciptakan kondisi kerja yang wajar
d) Tidak menyelesaikan masalah yang muncul di lingkungan kerja
8) Melakukan praktik kefarmasian menggunakan STRA atau SIPA
atau SERKOM yang tidak sah atau masa berlaku telah habis
9) Membiarkan pelayanan kefarmasian berjalan tanpa kehadirannya
10) Enggan menggunakan atribut appoteker saat praktik
11) Melayani pembelian obat tanpa resep di luar kewenangan apoteker
12) Data pasien diserahkan pihak ketiga untuk marketing
13) Bertengkar dengan sejawat
14) Merendahkan sejawat atau tim Kesehatan lain

c. Hukum
1) Pengetahuan tentang permasalahan legal dan etik terkait pelayanan
obat tidak memadai
2) Menjual obat palsu
3) Memperoleh suplai sediaan farmasi dari penyalur yang tidak jelas
4) Melayankan obat kadaluwarsa
5) Membuat obat tanpa ijin
6) Memperdagangkan psikotropika tanpa resep
C. DAFTAR KETERAMPILAN

Dalam melaksanakan praktik kefarmasian, lulusan pendidikan apoteker


harus menguasai pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku
profesional apoteker. Keterampilan apoteker perlu dilatihkan dari sejak
awal sampai akhir pendidikan secara berkesinambungan.

Masing-masing keterampilan dilengkapi dengan tingkat kemampuan yang


harus dicapai pada akhir pendidikan apoteker mengacu pada piramida
Miller (knows, knows how, shows how, does).

Gambar 4.1. Tingkat kemampuan menurut Piramida Miller. Dikutip dari


Miller, 1990.

Berikut deskripsi tingkat keterampilan apoteker.

● Tingkat Kemampuan 1 (Knows): Mengetahui dan menjelaskan.


Lulusan apoteker menguasai pengetahuan teoritis termasuk aspek
farmasetik, klinis, sosial, dan administratif ketrampilan ini sehingga
dapat menjelaskan kepada pasien, teman sejawat, dan profesi lainnya
tentang prinsip/prosedur, tujuan yang ingin dicapai, dan masalah yang
mungkin timbul terkait penggunaan sediaan farmasi. Keterampilan ini
dapat dicapai melalui perkuliahan, praktikum, diskusi, latihan,
penugasan, dan belajar mandiri, penilaiannya dapat dilakukan
menggunakan ujian tulis.

● Tingkat Kemampuan 2 (Knows How): Pernah melihat dan di-


demonstrasikan.
Lulusan apoteker menguasai pengetahuan teoritis dari keterampilan ini
dengan penekanan pada pharmaceutical reasoning ability dan problem
solving serta berkesempatan untuk mengamati keterampilan tersebut
dalam bentuk demonstrasi dan atau pelaksanaan langsung pada
pasien/masyarakat. Penilaian dapat dilakukan menggunakan ujian
tulis dalam bentuk pilihan berganda atau penyelesaian kasus secara
tertulis atau lisan.

● Tingkat Kemampuan 3 (Shows How): Mampu melakukan di bawah


supervisi.
Lulusan apoteker menguasai pengetahuan teoritis ketrampilan ini serta
penerapannya dalam praktik termasuk aspek farmasetik, klinis, sosial
dan administratif, berkesempatan untuk mengamati keterampilan
tersebut dalam bentuk demonstrasi dan atau pelaksanaan langsung
pada pasien/masyarakat, serta berlatih keterampilan tersebut
menggunakan alat peraga atau simulasi dengan pemeran terstandar.
Penilaian dapat menggunakan studi kasus, OSCE (Objective Structured
Clinical Examination), OSATS (Objective Structured Assessment of
Technical Skills.

● Tingkat Kemampuan 4 (Does): Mampu melakukan secara mandiri.


Lulusan apoteker mampu memperlihatkan keterampilan ini dengan
menunjukkan penguasaan seluruh teori, prinsip, prosedur, teknik dan
langkah-langkah, kemungkinan penyimpangan dan pengendaliannya.
Penilaian dilakukan menggunakan penilaian berbasis ketrampilan kerja
(workbased assessement) antara lain buku log, portofolio, mini-CEX
(mini clinical exercise), mini-PAT (mini peer assessment tool).

Dengan demikian tingkat keterampilan tertinggi yang dicapai pada saat


lulus pendidikan apoteker adalah tingkat 4 Mampu melakukan secara
mandiri. Keterampilan apoteker di dalam standar kompetensi ini dapat
ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan yang
diselenggarakan oleh organisasi profesi ataulembaga lain yang diakreditasi
oleh organisasi profesi. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
diselenggarakan untuk menyerap perkembangan ilmu dan teknologi
kefarmasian.
Tabel 4.1
Matriks Tingkat Keterampilan, Metode Pembelajaran, dan Metode Penilaian
Untuk Setiap Tingkat Keterampilan

Kriteria Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3 Tingkat 4


Pengelolaan Mampu
praktek melakukan
kefarmasian secara
mandiri
Mampu melakukan di bawah
supervisi
Memahami pharmaceutical reasoning dan
problem solving
Mengetahui teori dan keterampilan
Metode Menerapkan
pembelajara pada atau
n kepentingan
pasien
Simulasi dengan alat peraga
atau pemeran standar
Observasi dan demonstrasi
Kuliah, diskusi, penugasan, belajar mandiri
Metode Ujian tulis Penyelesaian OSCE Portofolio,
penilaian kasus secara work-based
tertulis atau assesment
lisan

Daftar keterampilan apoteker memuat keterampilan apoteker di berbagai


bidang, meliputi keterampilan di bidang produksi sediaan farmasi,
pengelolaan dan pendistribusian sediaan farmasi dan alat kesehatan, serta
pelayanan sediaan farmasi dan alat kesehatan.

1. Daftar Keterampilan Bidang Produksi Sediaan Farmasi

Tabel 4.2
Keterampilan Dasar Pembuatan Sediaan Farmasi

Tingkat
No Keterampilan
Kemampuan
1 Pemilihan jenis penimbangan 4
2 Penimbangan bahan padat dalam berbagai bobot 4
3 Penimbangan bahan cair dalam berbagai bobot 4
4 Penimbangan bahan semi padat dalam berbagai 4
bobot
5 Pemilihan peralatan volumetrik 4
6 Pengukuran volume cairan dalam berbagai satuan 4
7 Pengecilan/reduksi ukuran partikel bahan padat 4
8 Pengayakan partikel padat 4
9 Pengeringan bahan cair/lembap 4
10 Pencampuran bahan padat – padat 4
11 Pencampuran bahan padat – cair 4
12 Pencampuran bahan padat – setengah padat 4
13 Pencampuran bahan cair – setengah padat 4
14 Pengenceran bahan padat 4
15 Pengenceran bahan cair 4
16 Pengenceran bahan setengah padat 4
17 Pelelehan lemak/bahan padat/bahan setengah padat 4
18 Pelarutan bahan padat ke dalam cairan 4
19 Penyaringan larutan untuk memperoleh cairan 4
jernih/filtrate
20 Penyaringan campuran untuk memisahkan kristal 4
dari cairan
21 Sterilisasi bahan/peralatan/perlengkapan dengan 4
teknik sterilisasi panas kering
22 Sterilisasi bahan/peralatan/perlengkapan dengan 4
teknik sterilisasi panas basah
23 Sterilisasi bahan/peralatan/perlengkapan dengan 4
teknik sterilisasi filtrasi

Tabel 4.3
Keterampilan Dasar Pengukuran Parameter Mutu Sediaan Farmasi

Tingkat
No Keterampilan
Kemampuan
1 Penetapan pH 4
2 Penetapan kekentalan dan penentuan tipe aliran 4
3 Penetapan laju sedimentasi dan derajat flokulasi 4
4 Penetapan ukuran partikel dan distribusi ukuran 4
partikel
5 Penetapan bobot jenis cairan 4
6 Penetapan bobot jenis serbuk 4
7 Penetapan indeks bias 4
8 Penetapan jarak lebur/ suhu lebur 4
9 Penetapan susut pengeringan 4
10 Penetapan rotasi optiek 4
11 Penetapan sifat hablur 4
12 Penetapan kadar air 4
13 Pengukuran dimensi tablet 4
14 Pengukuran kerapatan serbuk ruahan 4
15 Pengukuran kerapatan serbuk mampat 4
16 Pengukuran volume terpindahkan 4
17 Pengukuran isi minimum 4
18 Analisis senyawa menggunakan metode kromatografi 4
kertas
19 Analisis senyawa menggunakan metode kromatografi 4
lapis tipis
20 Analisis senyawa menggunakan metode kromatografi 4
kolom
21 Analisis senyawa menggunakan metode kromatografi 4
gas
22 Analisis senyawa menggunakan metode kromatografi 4
cair
23 Penentuan daya hambat mikroba 4
24 Identifikasi senyawa dengan metode reaksi kimia 4
25 Identifikasi senyawa dengan metode reaksi kristal 4
26 Identifikasi senyawa dengan spektrofotometri Uv-Vis 4
27 Identifikasi senyawa dengan spektrofotometri infra 4
merah
28 Identifikasi senyawa dengan spektrofotometri massa 2
29 Penetapan kadar senyawa menggunakan metode 4
titrasi
30 Penetapan kadar senyawa menggunakan metode 4
spektrofotometri UV-Vis
31 Penetapan kadar senyawa menggunakan metode 4
kromatografi lapis tipis (KLT)
32 Penetapan kadar senyawa menggunakan metode 4
kromatografi cair (HPLC)
33 Penetapan kadar senyawa menggunakan metode 4
kromatografi gas (GC)
34 Penetapan kadar senyawa menggunakan metode 4
densitometri
35 Penentuan kalibrasi instrumen 2
36 Verifikasi alat timbang 4
Tabel 4.4
Keterampilan Perancangan Sediaan Farmasi

Tingkat
No Keterampilan
Kemampuan
1 Penelusuran data dan informasi terkait karakteristik 4
dan standar mutu bahan aktif terapetik dari
kompendium dan sumber informasi terpercaya
lainnya
2 Penelaahan dan interpretasi karakteristik fisika 4
kimia dan biologi, serta standar mutu bahan aktif
terapetik
3 Penelusuran data dan informasi terkait karakteristik 4
dan standar mutu bahan penolong/ eksipien dari
kompendium dan sumber informasi terpercaya
lainnya
4 Penelaahan dan interpretasi karakteristik fisika 4
kimia dan biologi, serta standar mutu bahan
penolong/eksipien
5 Penelusuran data dan informasi terkait karakteristik 4
dan standar mutu bahan pengemas, dari
kompendium dan sumber informasi terpercaya
lainnya
6 Penelaahan dan interpretasi karakteristik fisika 4
kimia dan biologi, serta standar mutu bahan
pengemas
7 Penelusuran data dan informasi terkait persyaratan, 4
standar mutu dan ketentuan tentang
produk/sediaan farmasi dari kompendium dan
sumber informasi terpercaya lainnya
8 Penelaahan dan interpretasi persyaratan, standar 4
mutu dan ketentuan lain terkait produk/sediaan
farmasi
9 Penelaahan dan interpretasi pedoman penggunaan 4
alat/peralatan, pengukuran, atau pengujian untuk
merencanakan prosedur kerja
10 Pengukuran pH sebagai parameter studi 4
praformulasi
11 Interpretasi hasil pengukuran pH sebagai parameter 4
studi praformulasi
12 Penentuan konstanta ionisasi asam/basa sebagai 4
parameter studi praformulasi
13 Interpretasi hasil penentuan konstanta ionisasi 4
asam/basa sebagai parameter studi praformulasi
14 Penentuan lipofilisitas sebagai parameter studi 4
praformulasi
15 Interpretasi hasil penentuan lipofilisitas sebagai 4
parameter studi praformulasi
16 Penentuan karakteristik kristal sebagai parameter 4
studi praformulasi
17 Interpretasi hasil penentuan karakteristik kristal 4
sebagai parameter studi praformulasi
18 Penentuan ukuran partikel, bentuk partikel, dan 4
distribusi ukuran partikel sebagai parameter studi
praformulasi
19 Interpretasi hasil penentuan ukuran , bentuk 4
partikel, dan distribusi ukuran partikel sebagai
parameter studi praformulasi
20 Penentuan higroskopisitas sebagai parameter studi 4
praformulasi
21 Interpretasi hasil penentuan higroskopisitas sebagai 4
parameter studi praformulasi
22 Penentuan kelarutan sebagai parameter studi 4
praformulasi
23 Interpretasi hasil penentuan kelarutan sebagai 4
parameter studi praformulasi
24 Penentuan laju pelarutan (disolusi) sebagai 4
parameter studi praformulasi
25 Interpretasi hasil penentuan laju pelarutan (disolusi) 4
sebagai parameter studi praformulasi
26 Penentuan kekentalan dan tipe aliran sebagai 4
parameter studi praformulasi
27 Interpretasi hasil penentuan viskositas dan sifat alir 4
sebagai parameter studi praformulasi
28 Penentuan profil spektrum serapan ultraviolet dan 4
atau spektrum serapan infra merah bahan aktif
sebagai parameter studi praformulasi
29 Interpretasi hasil pengamatan profil spektrum 4
serapan ultraviolet dan atau spektrum serapan infra
merah bahan aktif sebagai parameter studi
praformulasi
30 Penentuan kadar/kemurnian bahan aktif sebagai 4
parameter studi praformulasi
31 Interpretasi hasil penetapan kadar/kemurnian bahan 4
aktif sebagai parameter studi praformulasi
32 Penentuan stabilitas fisika, kimia, mikrobiologi, 4
terapi, toksikologi sebagai parameter studi
praformulasi
33 Interpretasi hasil uji stabilitas fisika, kimia, 4
mikrobiologi, terapi, toksikologi sebagai parameter
studi praformulasi
34 Pengisian formulir pencatatan data hasil pencarian 4
informasi dan data hasil studi praformulasi
35 Verifikasi hasil pengisian formulir pencatatan data 4
hasil pencarian informasi dan data hasil studi
praformulasi
36 Penetapan bentuk sediaan dan rute pemberian 4
berdasarkan data karakteristik bahan aktif dan
tujuan pengobatan
37 Penetapan komponen formulasi sediaan farmasi 4
berdasarkan data dan ketentuan regulasi
38 Pelaksanaan studi stabilitas fisika sediaan farmasi 4
39 Pelaksanaan studi stabilitas kimia sediaan farmasi 4
40 Pelaksanaan studi stabilitas mikrobiologi sediaan
farmasi
41 Pelaksanaan studi stabilitas terapi sediaan farmasi 4
42 Pelaksanaan studi stabilitas toksikologi sediaan 4
farmasi
43 Penelaahan hasil studi stabilitas untuk menghitung 4
waktu paruh sediaan farmasi
44 Penetapan kondisi penyimpanan sediaan farmasi 4
berdasarkan data hasil studi stabilitas
45 Penetapan batas kedaluwarsa (Expiration Date/ED) 4
sediaan farmasi berdasarkan data hasil studi
stabilitas
46 Perancangan kemasan sediaan farmasi beserta label 4
berdasarkan data dan ketentuan regulasi
47 Perancangan brosur/ leaflet berdasarkan data dan 4
ketentuan regulasi termasuk perancangan konsep
iklan yang sesuai dengan ketentuan
48 Penyusunan prosedur pembuatan sediaan padat 4
berdasarkan pedoman (CPOB)
49 Penyusunan prosedur pembuatan sediaan cair 4
berdasarkan pedoman (CPOB)
50 Penyusunan prosedur pembuatan sediaan semi 4
padat berdasarkan pedoman (CPOB)
51 Penyusunan prosedur pembuatan sediaan steril 4
berdasarkan pedoman (CPOB)
52 Penyusunan prosedur pembuatan (compounding) 4
sediaan extemporaneous
53 Penetapan lama penyimpanan (Beyond Used 4
Date/BUD) sediaan extemporaneous
54 Penetapan spesifikasi bahan baku berdasarkan data, 4
standar mutu dan ketentuan regulasi
55 Penetapan spesifikasi produk antara berdasarkan 4
data, standar mutu dan ketentuan regulasi
56 Penetapan spesifikasi produk ruahan berdasarkan 4
data, standar mutu dan ketentuan regulasi
57 Penetapan spesifikasi produk jadi berdasarkan data, 4
standar mutu dan ketentuan regulasi
58 Penetapan spesifikasi bahan pengemas berdasarkan 4
data, standar mutu dan ketentuan regulasi
59 Penyusunan prosedur evaluasi bahan baku 4
berdasarkan data dan ketentuan regulasi
60 Penyusunan prosedur evaluasi produk berdasarkan 4
data dan ketentuan regulasi
61 Penyusunan prosedur evaluasi bahan pengemas 4
berdasarkan data dan ketentuan regulasi
62 Penyusunan prosedur uji stabilitas sediaan sesuai 4
karakteristik bahan dan ketentuan regulasi
63 Penyusunan sistem pemastian mutu untuk 4
kualifikasi ruang
64 Penyusunan sistem pemastian mutu untuk 4
kualifikasi alat/peralatan/mesin
65 Penyusunan sistem pemastian mutu untuk 4
kualifikasi pemasok? bahan baku
66 Penyusunan sistem pemastian mutu untuk validasi 4
proses pengolahan
67 Penyusunan sistem pemastian mutu untuk validasi 4
proses pengemasan
68 Penyusunan sistem pemastian mutu untuk validasi 4
proses pembersihan
69 Penyusunan sistem pemastian mutu untuk validasi 4
metode analisis
70 Penyusunan sistem pemastian mutu untuk kalibrasi 4
71 Penyusunan sistem pemastian mutu untuk in 4
process control (IPC) dan produk ruahan
72 Penyusunan sistem pemastian mutu untuk 4
pengawasan mutu (QC)
73 Penyusunan sistem pemastian mutu penanganan 3
masalah/kejadian yang tidak diinginkan (trouble
shooting)
74 Penentuan parameter mutu pada pengujian mutu 4
bahan baku
75 Penentuan parameter mutu pada pengujian mutu 4
selama proses produksi (IPC)
76 Penentuan parameter mutu pada pengujian mutu 4
produk antara
77 Penentuan parameter mutu pada pengujian mutu 4
produk jadi
Tabel 4.5
Keterampilan Pembuatan/Produksi Sediaan Farmasi

Tingkat
No Keterampilan
Kemampuan
1 Penyiapan lembar kerja sesuai formula 4
2 Penghitungan kebutuhan bahan sesuai formula 4
3 Penyiapan kebutuhan bahan sesuai formula 4
4 Penyiapan ruang dan peralatan produksi sesuai data 4
dan ketentuan regulasi
5 Penimbangan dan pengukuran bahan baku pada 4
proses produksi sediaan farmasi
6 Penghalusan bahan padat pada proses produksi 4
sediaan farmasi
7 Pencampuran bahan pada proses produksi sediaan 4
padat
8 Pencampuran bahan pada proses produksi sediaan 4
semi padat
9 Pelarutan bahan baku padat pada proses produksi 4
sediaan farmasi
10 Pencampuran bahan pada proses produksi sediaan 4
cair
11 Penyaringan larutan bahan / sediaan cair pada 4
proses produksi sediaan farmasi
12 Penyiapan bahan pensuspensi pada proses produksi 4
sediaan farmasi
13 Penyiapan emulgator pada proses produksi sediaan 4
farmasi
14 Pencampuran bahan 2 fase pada proses produksi 4
sediaan farmasi
15 Pencampuran bahan 2 fase yang tidak tercampurkan 4
pada proses produksi sediaan farmasi
16 Pelelehan dan pencampuran basis pada proses 4
produksi sediaan farmasi
17 Pembuatan granul pada proses produksi sediaan 4
farmasi
18 Pengeringan granul pada proses produksi sediaan 4
farmasi
19 Pengempaan tablet pada proses produksi sediaan 4
padat
20 Penyalutan tablet dengan penyalut gula pada proses 4
produksi sediaan padat
21 Penyalutan tablet dengan penyalut film pada proses 4
produksi sediaan padat
22 Pengisian serbuk ke dalam cangkang kapsul pada 4
proses produksi sediaan padat
23 Pengerjaan sterilisasi fisik – teknik panas kering pada 4
proses produksi sediaan steril
24 Pengerjaan sterilisasi fisik – teknik panas basah pada 4
proses produksi sediaan steril
25 Pengerjaan sterilisasi fisik – teknik filtrasi pada 4
proses produksi sediaan steril
26 Pencampuran secara aseptis pada proses produksi 4
sediaan steril
27 Pengisian produk sediaan farmasi ke dalam kemasan 4
primer
28 Validasi prospektif proses pengolahan 4
29 Validasi konkuren proses pengolahan 4

Tabel 4.6
Keterampilan Pengujian Mutu Sediaan Farmasi

Tingkat
No Keterampilan
Kemampuan
1 Identifikasi bahan baku dengan metode 4
spektrofotometri UV-Vis
2 Identifikasi bahan baku dengan metode 4
spektrofotometri infra merah
3 Identifikasi bahan baku dengan metode spektrometri 2
massa
4 Identifikasi bahan baku dengan reaksi kimia 4
5 Identifikasi bahan baku dengan metode kromatografi 4
lapis tipis
6 Identifikasi bahan baku dengan metode kromatografi 4
cair
7 Identifikasi bahan baku dengan metode kromatografi 4
gas
8 Penetapan kadar/kemurnian bahan baku dengan 4
metode titrasi
9 Penetapan kadar/kemurnian bahan baku dengan 4
metode spetrofotometri UV Vis
10 Penetapan kadar/kemurnian bahan baku dengan 4
metode kromatografi lapis tipis
11 Penetapan kadar/kemurnian bahan baku dengan 4
metode kromatografi cair
12 Penetapan kadar/kemurnian bahan baku dengan 4
metode kromatografi gas
13 Pengujian potensi bahan baku antibiotika 4
14 Pengujian laju alir granul/serbuk (flowability testing) 4
15 Pengujian kerapuhan tablet (friability testing) 4
16 Pengujian kekerasan tablet (hardness testing) 4
17 Pengujian waktu hancur tablet (disintegration testing) 4
18 Pengujian kadar air 4
19 Penetapan kadar bahan aktif dalam sediaan padat 4
20 Penetapan kadar bahan aktif dalam sediaan semi 4
padat
21 Penetapan kadar bahan aktif dalam sediaan cair 4
22 Pengujian keseragaman sediaan: keragaman bobot 4
atau keseragaman kandungan
23 Pengujian kejernihan sediaan cair/larutan? 4
24 Pengujian warna 🡪 organoleptis? sediaan cair 4
25 Pengujian disolusi sediaan padat 4
26 Pengujian disolusi sediaan semi padat 4
27 Interpretasi hasil uji disolusi 4
28 Pengujian disolusi terbanding sediaan farmasi 4
29 Interpretasi hasil uji disolusi terbanding 4
30 Pengujian bioavailabilitas sediaan farmasi 3
31 Interpretasi hasil uji bioavailabilitas sediaan farmasi 4
32 Pengujian bioekivalensi sediaan farmasi 3
33 Interpretasi hasil uji bioekivalensi sediaan farmasi 4
34 Pengujian stabilitas sediaan farmasi 4
35 Pengujian batas mikroba dengan uji enumerasi 4
36 Pengujian batas mikroba dengan uji mikroba spesifik 4
37 Pengujian potensi antibiotik/antimikroba 4
38 Pengujian efektivitas pengawet 4
39 Pengujian sterilitas produk steril 4
40 Pengujian pirogen dengan LAL test 4
41 Pengujian kebocoran kemasan produk akhir 4
42 Evaluasi change control 3
43 Penentuan kualifikasi desain 3
44 Penentuan kualifikasi instalasi 3
45 Penentuan kualifikasi operasional 3
46 Penentuan kualifikasi kinerja 3
47 Validasi metode analisis 4
48 Validasi pembersihan (cleaning validation) 4
49 Pengambilan sampel bahan awal 4
50 Pengambilan sampel bahan pengemas 4
51 Penanganan hasil produk OOS (Out of Specification) 4
52 Pengisian lembar kerja/work sheet form dan formulir 4
pencatatan data lainnya
53 Verifikasi lembar kerja/work sheet form dan formulir 4
pencatatan data lainnya
54 Pembuatan purified water untuk produksi 4
55 Pembuatan Water for Injection (WFI) untuk produk 4
steril
56 Regenerasi resin penukar ion pada proses 2
pengolahan air
57 Pengolahan limbah padat 4
58 Pengolahan limbah cair 4
59 Pengolahan limbah beta lactam 4
60 Penanganan limbah B3 4
61 Analisis uji Chemical Oxygen Demand (COD) dari air 4
limbah
62 Analisis uji Biological Oxygen Demand (BOD) dari air 4
limbah
63 Analisis uji Total Organic Carbon (TOC) dari air 4
limbah
64 Penentuan jumlah partikel di ruangan produksi 4

Tabel 4.7
Keterampilan Pemastian Mutu Sediaan Farmasi

Tingkat
No Keterampilan
Kemampuan
1 Interpretasi hasil pengujian mutu terhadap 4
spesifikasi yang direncanakan
2 Identifikasi penyebab ketidak-sesuaian parameter 4
mutu terhadap spesifikasi yang direncanakan
3 Penetapan usulan/ rekomendasi tindak-lanjut hasil 4
pengujian mutu
4 Pelaksanaan sistem penjaminan mutu untuk 4
validasi/kalibrasi alat/peralatan
5 Pelaksanaan sistem penjaminan mutu untuk validasi 4
ruang
6 Pelaksanaan sistem penjaminan mutu untuk validasi 4
proses pengolahan
7 Pelaksanaan sistem penjaminan mutu untuk 4
menangani masalah/kejadian yang tidak diinginkan
(trouble shooting)
8 Pengisian lembar kerja/work sheet form dan form 4
pencatatan data lainnya
9 Verifikasi Pengisian lembar kerja/work sheet form 4
dan form pencatatan data lainnya
10 Pelaksanaan sistem penjaminan mutu untuk 4
validasi/kalibrasi alat/peralatan
11 Pelaksanaan sistem penjaminan mutu untuk validasi 4
ruang
12 Pelaksanaan sistem penjaminan mutu untuk validasi 4
proses
13 Pelaksanaan sistem penjaminan mutu untuk 4
menangani masalah/kejadian yang tidak diinginkan
(trouble shooting)
14 Pengisian lembar kerja/work sheet form dan form 4
pencatatan data lainnya
15 Verifikasi Pengisian lembar kerja/work sheet form 4
dan form pencatatan data lainnya
16 Penentuan uji selektivitas dan spesifisitas pada 4
validasi metode
17 Penentuan uji linearitas pada validasi metode 4
18 Penentuan uji akurasi pada validasi metode 4
19 Penentuan uji presisi pada validasi metode 4
20 Penentuan uji rentang/range pada validasi metode 4
21 Penentuan uji reprodusibilitas/ruggednes pada 4
validasi metode
22 Penentuan uji reliabilitas/robustnes pada validasi 4
metode
23 Validasi retrospektif proses pengolahan 3

2. Daftar Keterampilan Bidang Distribusi Sediaan Farmasi

Tabel 4.8
Keterampilan Pengelolaan Dan Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, Bahan Medis Habis Pakai

Tingkat
No Keterampilan
Keterampilan
A Perencanaan
1 Penetapan metode perhitungan kebutuhan sediaan 4
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai
2 Perhitungan kebutuhan berdasarkan ABC VEN 4
3 Perhitungan kebutuhan berdasarkan epidemiologi 4
4 Pertimbangan kebutuhan menggunakan metode 4
Evidence Base Medicine
5 Perhitungan persediaan (stok opname) 4
6 Pertimbangan obat LASA dengan merek yang sudah 4
ada dalam stok
7 Analisis faktor terjadinya kekosongan 4
8 Pengendalian persediaan dengan metoda Min-Max 4
dan pergerakan obat
9 Penyusunan rencana pengadaan sediaan farmasi, 4
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
Penyusunan anggaran pengadaan sediaan farmasi, 4
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
10 Analisis rencana usulan pengadaan sediaan farmasi, 4
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
B Pengadaan
11 Verifikasi kelengkapan dokumen administrasi 4
pemasok: ijin pemasok, apoteker penanggungjawab
12 Verifikasi kelengkapan jaminan mutu produk: 4
registrasi, surat izin edar
13 Verifikasi kelengkapan jaminan mutu produk: 4
BA/BE dan bukti uji klinis
14 Verifikasi kelengkapan jaminan mutu produk: CoA 4
(sertifikat analisis)
15 Verifikasi kelengkapan jaminan mutu produk: 4
dokumen CPOB, MSDS (Lembar data keselamatan
bahan)
16 Penetapan pemasok 4
17 Penetapan metode dan prosedur pengadaan sediaan 4
obat, obat tradisional, kosmetika
18 Penetapan metode dan prosedur pengadaan sediaan 4
obat live-saving, obat emergensi, obat program
pemerintah
19 Penetapan metode dan prosedur pengadaan sediaan 4
obat narkotika, psikotropika
20 Penetapan metode dan prosedur pengadaan bahan 4
baku
21 Penetapan metode dan prosedur pengadaan alat 4
kesehatan
22 Penetapan metode dan prosedur pengadaan bahan 4
medis habis pakai
23 Penetapan sistem rantai pasok 4
24 Penyusunan surat pesanan untuk pengadaan 4
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai
25 Verifikasi surat pesanan sediaan farmasi, alat 4
kesehatan, dan bahan medis habis pakai
C Penerimaan
26 Verifikasi kesesuaian penerimaan menggunakan 4
daftar periksa
27 Verifikasi urutan penerimaan dengan benar 4
28 Verifikasi penerimaan CCP sesuai ketentuan 4
29 Pembuatan berita acara dan lampiran penerimaan 4
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai
30 Verifikasi berita acara dan lampiran penerimaan 4
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai
31 Pembuatan dokumentasi penolakan sediaan farmasi, 4
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang
tidak memenuhu persyaratan
32 Verifikasi dokumentasi penolakan sediaan farmasi, 4
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
33 Pembuatan berita acara pengembalian barang (retur) 4
34 Verifikasi berita acara pengembalian barang 4
D Penyimpanan
35 Penetapan tempat dan metode penyimpanan 4
berdasarkan pertimbangan bentuk sediaan
36 Penetapan tempat dan metode penyimpanan 4
berdasarkan pertimbangan aspek legal
37 Penetapan tempat dan metode penyimpanan 4
berdasarkan pertimbangan farmakologi
38 Penetapan tempat dan metode penyimpanan 4
berdasarkan pertimbangan keamanan
39 Penetapan cara penyimpanan sediaan farmasi 4
berdasarkan data hasil studi stabilitas
40 Pelabelan obat High alert 4
41 Pelabelan obat LASA 4
42 Mapping suhu ruang penyimpanan 4
43 Perencanaan monitoring suhu penyimpanan 4
44 Penerapan monitoring suhu penyimpanan 4
45 Pengendalian kondisi ruang penyimpanan: suhu, 4
kelembaban, cahaya
46 Pengajuan sarana dan fasilitas untuk penyimpanan 4
47 Penetapan penyimpanan troli obat emergensi 4
E Pendistribusian
Analisis kewajaran Pesanan dan Penetapan 4
Kualifikasi Pelanggan
48 Identifikasi alat/cara transportasi yang dibutuhkan 4
49 Pemilihan metode distribusi 4
50 Pendistribusian sediaan farmasi secara UDD 4
51 Pendistribusian floor stock 4
52 Pendistribusian sediaan farmasi berdasarkan resep 4
53 Verifikasi pencatatan stok 4
54 Pengawasan mutu produk dalam proses 4
pendistribusian
55 Pengendalian mutu kondisi sarana transportasi 4
F PENARIKAN
56 Identifikasi kebutuhan penarikan sediaan farmasi 4
57 Penetapan sistem penarikan sediaan farmasi 4
58 Pengambilan data distribusi sediaan farmasi 4
59 Perancangan prosedur penarikan sediaan farmasi 4
60 Pengelolaan resiko 3
61 Penyampaian informasi resiko penarikan sediaan 4
farmasi ke pihak-pihak terkait
62 Pelaksanaan penarikan sediaan farmasi 4
63 Dokumentasi penarikan sediaan farmasi 4
G PEMUSNAHAN
64 Penetapan kriteria sediaan rusak dan atau 4
kedaluwarsa yang akan dimusnahkan
65 Identifikasi sediaan yang akan dimusnahkan 4
66 Pemilihan metode pemusnahan sediaan farmasi 4
67 Pengelolaan proses pemusnahan sediaan farmasi 4
68 Pembuatan laporan dan berita acara pemusnahan 4
sediaan psikotropika
69 Pembuatan laporan dan berita acara pemusnahan 4
sediaan narkotika
H INSPEKSI DIRI
Penyusunan program inspeksi diri 4
Pelaksanaan inspeksi diri 4
Tindak lanjut dan monev hasil inspeksi diri 4

3. Daftar Keterampilan Pelayanan Sediaan Farmasi


Tabel 4.9
Keterampilan Farmasi Klinik

Tingkat
No Keterampilan
Keterampilan
A ASESMEN
1 Riwayat penggunaan obat pasien 4
2 Riwayat alergi, eso obat 4
3 Riwayat putus rejimen obat pasien 4
4 Rekonsiliasi riwayat obat dan obat yang sedang 4
digunakan
5 Identifikasi ketepatan indikasi 4
6 Identifikasi ketepatan pemilihan obat 4
7 Identifikasi ketepatan kombinasi obat 4
8 Identifikasi ketepatan dosis 4
9 Identifikasi ketepatan rute pemberian 4
10 Identifikasi ketepatan frekuensi pemberian 4
11 Identifikasi ketepatan waktu pemberian 4
12 Identifikasi ketepatan lama pemberian 4
13 Identifikasi ketepatan durasi pengobatan 4
14 Identifikasi polifarmasi 4
15 Identifikasi diskrepensi obat 4
16 Identifikasi over dosis 4
17 Identifikasi under dosis 4
18 Identifikasi alergi obat, obat tradisional, kosmetika, 4
suplemen kesehatan dan kosmetika
19 Identifikasi efek samping obat, obat tradisional, 4
kosmetika, suplemen kesehatan dan kosmetika
20 Identifikasi interaksi obat-obat termasuk obat - obat 4
tradisional dan obat - suplemen kesehatan
21 Identifikasi interaksi obat-kondisi tubuh termasuk 4
obat tradisional dan suplemen kesehatan dengan
tubuh
22 Identifikasi interaksi obat-makanan termasuk obat 4
tradisional dan suplemen kesehatan dengan
makanan
23 Identifikasi interaksi obat dan bahan alat kesehatan 4
24 Identifikasi kepatuhan minum obat dengan MMS 4
(Morisky Medication Score)
25 Identifikasi penggunaan obat berlebih 4
26 Identifikasi penggunaan obat kurang dari rejimen 4
27 Identifikasi penggunasalahan obat 4
B Kalkulasi Dosis Obat
28 Kalkulasi BMI, IBW, BSA 4
29 Kalkulasi klirens kreatinin 4
30 Kalkulasi loading dose, maintenance dose 3
31 Kalkulasi dosis obat berdasarkan berat badan 4
32 Kalkulasi dosis obat berdasarkan klirens kreatinin 4
33 Kalkulasi dosis obat pada obesitas 4
34 Kalkulasi dosis berdasarkan BSA (Body Surface Area) 4
C Edukasi dan Konseling
35 Edukasi penggunaan obat mandiri 4
36 Konseling obat pasien anak 4
37 Konseling obat kepada keluarga/carer 4
38 Konseling obat dengan teknik penggunaan khusus 4
(inhaler, nebuliser, patch, tetes mata, salep mata,
suppositoria, ovula)
39 Konseling efek samping obat, obat tradisional, 4
suplemen kesehatan, kosmetika dan obat kuasi
D Pemantauan Terapi Obat
40 Pembacaan tanda vital 4
41 Pembacaan skala nyeri 4
42 Pembacaan hasil laboratorium 4
43 Interpretasi hasil laboratorium 3
44 Pembacaan ECG sederhana 4
45 Observasi perubahan fisik 4
46 Penggunaan POCT 4
47 Penggunaan tensimeter 4
E PELAYANAN INFORMASI OBAT
48 Penelusuran referensi terkait farmasetik obat 4
49 Pemilihan pedoman farmakoterapi 4
50 Critical appraisal referensi (primer, sekunder, tersier) 4
51 Perancangan informasi obat manual 4
52 Penggunaan aplikasi interaksi obat elektronik 4
53 Perancangan informasi obat dengan media elektronik 4
Pelaporan efek samping obat 4
54 Penggunaan aplikasi laporan efek samping obat 4
55 Dokumentasi PIO (pelayanan informasi obat) 4
F KETERAMPILAN KHUSUS FARMASI KLINIK
56 Switching obat dari bentuk garam ke bentuk basa 3
(chloroquine, caffeine), bentuk sediaan slow release
ke regular dan sebaliknya
57 Konversi antar bentuk sediaan obat (morphine oral 3
ke iv dan sebaliknya) atau antar golongan dari morfin
ke fentanyl)
58 Konversi antar golongan famakologi (dari morfin ke 3
fentanyl)
59 Perancangan rejimen obat berdasarkan kadar obat 3
dalam darah
60 Konseling sitostatika dalam kemoterapi 3
61 Konseling obat rejimen kompleks 3

Tabel 4.10
Keterampilan Dispensing Sediaan Farmasi

Tingkat
No Keterampilan
Keterampilan
A TELAAH RESEP
1 Penelaahan permintaan obat mandiri 4
2 Pembacaan resep manual 4
3 Pembacaan resep obat racikan atau kombinasi obat 4
jadi
4 Pembacaan resep elektronik 4
5 Analisis kelengkapan dan legalitas resep 4
6 Identifikasi obat tidak stabil/rusak karena suhu 4
7 Identifikasi obat tidak stabil/rusak karena cahaya 4
8 Identifikasi obat tidak stabil/rusak karena 4
kelembaban
9 Identifikasi inkompatibilitas obat dengan obat 4
10 Identifikasi inkompatibilitas obat dengan dengan 4
pelarut
11 Kesetaraan zat aktif obat dari berbagai bentuk 4
garamnya
12 Kesetaraan zat aktif obat dari berbagai bentuk 4
sediaan
B KALKULASI DOSIS
13 Kalkulasi dosis dewasa 4
14 Kalkulasi dosis anak 4
15 Kalkulasi BMI, IBW, BSA 4
16 Kalkulasi dosis lazim obat pada anak 4
17 Kalkulasi dosis obat pada anak dengan gangguan 4
ginjal
18 Kalkulasi dosis obat pada obese 4
19 Kalkulasi dosis dengan BSA 4
20 Kalkulasi konsentrasi bentuk obat dalam sediaan 4
sirup
21 Kalkulasi konsentrasi bentuk obat dalam sediaan 4
injeksi
22 Kalkulasi konsentrasi bentuk obat dalam sediaa 4
infus
23 Kalkulasi konsentrasi bentuk obat dalam sediaan 4
unguentum
24 Kalkulasi konsentrasi bentuk obat dalam bentuk 4
sediaan solution
25 Kalkulasi kecepatan pemberian obat injeksi 4
26 Kalkulasi kecepatan pemberian obat infus 4
27 Kalkulasi kesetaraan obat dari bentuk garam ke 4
bentuk basa (chloroquine, caffeine), bentuk sediaan
slow release ke regular dan sebaliknya
C COMPOUNDING
28 Kalkulasi volume untuk rekonstitusi obat, dilusi 4
29 Kalkulasi volume untuk rekonstitusi dilusi 4
30 Kalkulasi Beyond used date (syrup, pulvis, pulveres, 4
solution, infus, salep, krim, injeksi)
31 Penggunaan mortar-stamper untuk peracikan 4
32 Penggunaan timbangan halus untuk menimbang 4
bobot 50 mg
33 Penggunaan timbangan halus untuk menimbang 4
bobot < 50 mg
34 Pengunaan gelas ukur untuk pengukuran volume 4
sirup/solution
35 Peracikan pulvis terbagi merata/homogeny 4
36 Peracikan pulveres terbagi merata/homogen 4
37 Peracikan unguentum 4
38 Peracikan solution 4
39 Peracikan syrup 4
40 Dilusi obat pada penggunaan nebulizer 4
41 Penggunaan mesin pengisi kapsul 4
42 Penggunaan mesin pulveres 4
D ETIKET, LABEL, DAN KEMASAN
43 Merubah aturan pakai terhadaan kekuatan obat 4
44 Design dan buat label obat per oral 4
45 Design dan buat label obat injeksi 4
46 Design dan buat label obat pemakaian luar 4
47 Design dan buat label obat topical 4
48 Pilih kemasan obat terlindung cahaya, suhu tinggi 4
E KONTROL KUALITAS
49 Dobel cek obat risiko tinggi (controlled drug, high 3
alert, life saving)
50 Kontrol kualitas obat racikan 4
51 Kontrol akhir antara obat, resep, kondisi pasien, 4
aturan pakai, kemasan obat, informasi penyimpanan
52 Kontrol kualitas pencampuran sediaan nutrisi 4
parenteral
F PENYERAHAN OBAT, BMHP, ALAT KESEHATAN
53 Pembuatan apograph
54 Penyerahan obat 4
55 Penyerahan obat risiko tinggi 4
56 Informasi instruksi penggunaan obat 4
57 Informasi fungsi obat 4
58 Edukasi waktu minum obat 4
59 Edukasi cara simpan obat 4
60 Edukasi cara simpan injeksi insulin 4
61 Edukasi cara buang sediaan farmasi secara utuh 4
(tablet, cairan)
62 Edukasi cara buang obat yang mengandung 4
antibiotik
63 Edukasi cara buang obat B3, narkotika 4
64 Edukasi teknik penggunaan obat tetes mata, salep 4
mata, tetes telinga, tetes hidung
65 Edukasi teknik penggunaan obat suppositoria, ovula 4
66 Edukasi teknik penggunaan tablet hisap, tablet 4
bukal, tablet sublingual
67 Edukasi teknik penggunaan obat irigasi hidung, 4
nebuliser, inhaler, MDI, bentuk sediaan patch
68 Edukasi teknik penggunaan injeksi insulin 4
69 Edukasi kepatuhan waktu penggunaan obat 4
70 Edukasi risiko ketidakpatuhan penggunaan obat 4
sesuai instruksi
71 Edukasi penggunaan obat dengan risiko resistensi 4
72 Edukasi risiko obat dengan jendela terapi sempit 4
73 Edukasi risiko obat dengan jendela terapi sempit 4
74 Edukasi efek samping obat secara umum 4
75 Edukasi efek samping obat serius 4
Edukasi pelaporan Efek Samping Obat, Obat 4
Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Obat Kuasi
76 Edukasi risiko jika terlambat minum obat 4
77 Edukasi risiko jika obat dihentikan tanpa konsultasi 4
G KETERAMPILAN KHUSUS DISPENSING
78 Interpretasi protokol obat 3
79 Interpretasi permintaan nutrisi parenteral total 3
80 Kalkulasi dosis obat dengan jendela terapi sempit 3
81 Kalkulasi klirens kreatinin 4
82 Kalkulasi loading dose, maintenance dose 3
83 Konversi antar bentuk sediaan obat (morphine oral 3
ke iv dan sebaliknya) atau antar golongan dari morfin
ke fentanyl)
84 Perubahan zat aktif obat, bentuk sediaan obat, 3
frekuensi pemberian, rute pemberiaan, durasi
penggunaan
85 Konversi antar golongan famakologi (dari morfin ke 3
fentanyl)
86 Ekstrapolasi dosis pada perubahan faktor 3
farmakokinetik (absorbsi, Vd, t ½)
87 Identifikasi kompatibilitas obat dengan wadah, iv line 3
(paclitaxel, docetaxel, etoposide harus non pvc, nitrat
harus dengan gelas)
88 Compounding obat bersifat hazard (B3) 3
89 Penggunaan LAF/BSC untuk rekonstitusi/dilusi obat 3
90 Tindakan teknik aseptis untuk rekonstitusi obat 3
steril
91 Rekonstitusi dan dilusi obat parenteral 3
92 Rekonstitusi dan dilusi obat bersifat hazard 3

Tabel 4.11
Keterampilan Responding To Symptoms

Tingkat
No Keterampilan
Keterampilan
1 Telusur data basis pasien 4
2 Telusur keluhan 4
3 Telusur riwayat penyakit pasien 4
4 Telusur riwayat pengobatan pasien 4
5 Telusur kebiasaan atau gaya hidup 4
6 Pengamatan fisik 4
7 Pengamatan mata berair 4
8 Pengamatan mata merah 4
9 Pengamatan mata merah 4
10 Pengamatan telinga mengeluarkan cairan 4
11 Pengamatan nafas pendek 4
12 Pengamatan pada turgor kulit tangan 4
13 Pengamatan kulit mengalami alergi 4
14 Pengamatan kulit terinfeksi 4
15 Pengamatan kulit mengalami radang 4
16 Penggunaan termometer pengukur suhu 4
17 Penggunaan tensimeter 4
18 Penggunaan oksimeter 4
19 Komunikasi Efektif 4
20 Menetapkan terjadinya minor sympthom 4
21 Menetapkan terjadinya alarm sign 4
22 Menetapkan treatment time scale 4
D. DAFTAR PRAKTIK KEAPOTEKERAN

Dalam melaksanakan praktik kefarmasian, lulusan pendidikan apoteker


perlu memiliki kemampuan untuk menyelesaikan berbagai masalah terkait
sediaan farmasi yang dihadapi apoteker dalam melaksanaan praktik
profesi.

Daftar praktik keapotekeran disusun untuk menjadi acuan bagi institusi


pendidikan apoteker agar apoteker yang dihasilkan memiliki kemampuan
untuk mengidentifikasi masalah dengan tepat, dan melakukan penanganan
secara tepat dari awal sampai tuntas dalam rangka pengelolaan masalah
praktik profesi apoteker.

Tingkat kemampuan yang harus dicapai pada saat lulus:


● Tingkat Kemampuan 1: Mengenali dan menjelaskan.
Lulusan apoteker mampu mengenali dan menjelaskan gambaran
masalah praktik kefarmasian yang dihadapi, mengetahui cara yang
tepat untuk mengumpulkan informasi mengenai masalah tersebut, dan
menentukan tindakan yang paling tepat untuk menyelesaikan masalah
tersebut, termasuk merujuk/berkonsultasi ke pihak yang lebih ahli.
● Tingkat Kemampuan 2: Menetapkan masalah.
Lulusan apoteker mampu mengidentifikasi dan menetapkan secara
tepat masalah dan faktor penyebab masalah secara tepat berdasarkan
hasil penelusuran data dan informasi maupun hasil pemeriksaan,
pengukuran dan atau pengujian.
● Tingkat Kemampuan 3: Menetapkan masalah dan tindak lanjut
pengelolaan masalah.
Lulusan apoteker mampu menetapkan masalah berdasarkan hasil
penelusuran data/informasi dan hasil pemeriksaan/pengukuran/
pengujian dan memberikan usulan pengelolaan masalah, termasuk
merujuk atau berkonsultasi ke pihak yang lebih ahli.
● Tingkat Kemampuan 4: Menetapkan masalah dan melakukan tindak
lanjut pengelolaan masalah secara mandiri.
Lulusan apoteker mampu menetapkan masalah berdasarkan hasil
penelusuran data/informasi dan hasil pemeriksaan/pengukuran/
pengujian serta melakukan tindakan secara mandiri sesuai tugas yang
dipercayakan pada saat pendidikan dan pada saat penilaian
kemampuan.
Daftar praktik kefarmasian meliputi 3 (tiga) ranah praktik kefarmasian
yaitu pengelolaan praktik apoteker dalam bidang produksi sediaan farmasi,
pengelolaan praktik apoteker dalam bidang distribusi sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai, serta pengelolaan praktik
apoteker dalam bidang pelayanan sediaan farmasi dan alat kesehatan,
disertai tingkat kemampuan yang harus dicapai pada akhir pendidikan
apoteker.

Tabel 4.12
Praktik Kefarmasian Bidang Produksi Sediaan Farmasi

Tingkat
No Jenis Praktik Kefarmasian
Kemampuan
1 Perancangan formulasi sediaan padat 4
2 Perancangan formulasi sediaan semi padat 4
3 Perancangan formulasi sediaan cair 4
4 Perancangan formulasi sediaan steril 4
5 Pengembangan produk dalam skala laboratorium 4
6 Pengembangan produk dalam skala pilot (upscaling) 4
7 Pengembangan produk dalam skala komersial 4
8 Pengembangan uji bioavailabilitas dan bioekivalensi 4
(BABE) secara in vivo
9 Pengembangan uji disolusi terbanding 4
10 Pengujian bahan aktif/active pharmaceutical 4
ingredients
11 Pengujian bahan tambahan 4
12 Pengujian bahan kemas 4
13 Pengujian produk antara sediaan padat 4
14 Pengujian produk antara sediaan semi padat 4
15 Pengujian produk antara sediaan cair 4
16 Pengujian produk akhir sediaan padat 4
17 Pengujian produk akhir sediaan semi padat 4
18 Pengujian produk akhir sediaan cair 4
19 Pengujian produk akhir sediaan steril 4
20 Kalibrasi, kualifikasi dan validasi 4
21 Penanganan keluhan konsumen, obat kembalian dan 4
penarikan obat jadi
22 Pelaksanaan K3 4
23 Registrasi obat jadi 4
24 Manajemen resiko mutu (QRM) 4
25 Analisis Corective Action Preventive Action (CAPA) 4
26 Sertifikasi CPOB 4
27 Pembuatan rancang bangun fasilitas 4
28 Pelaksanaan PQR (Product Quality Review)/APR 4
(Annual Product Review)
29 Pelaksanaan pharmacovigilance 4
30 Pemastian mutu 4
31 Sanitasi dan higiene 4
32 Audit mutu 4
33 Dokumentasi 4

Tabel 4.13
Praktik Kefarmasian Bidang Distribusi Sediaan Farmasi

Tingkat
No Jenis Praktik Kefarmasian
Kemampuan
1
2
3
4
5
6

Tabel 4.14
Praktik Kefarmasian Bidang Pelayanan Sediaan Farmasi Di Rumah Sakit

Tingkat
No Jenis Praktik Kefarmasian
Kemampuan
A PELAYANAN PASIEN RAWAT JALAN (AMBULATORY
CARE)
Telaah Administratif Resep
1 Telaah kelengkapan dan legalitas resep pasien 4
manual
2 Telaah kelengkapan penulisan resep elektronik 4
3 Telaah kelengkapan dan legalitas resep narkotika, 4
psikotropika
Telaah Farmasetis
4 Analisis kesesuaian bentuk sediaan dengan 4
kemampuan pasien
5 Analisis kelayakan perubahan bentuk sediaan 4
6 Analisis stabilitas obat terhadap perubahan bentuk 4
sediaan tablet, kapsul, syrup, unguentum
7 Analisis stabilitas obat terhadap proses transportasi 4
8 Kalkulasi/Penetapan Beyond Used Date sediaan utuh 4
yang terbuka, obat dengan pengenceran, solution,
pulveres
9 Analisis kebutuhan kemasan untuk menjaga 4
stabilitas
Telaah Klinis Rejimen Obat
10 Riwayat penggunaan obat, jamu, makanan tambahan 4
sebelumnya (rutin, akut) dan atau sedang digunakan
11 Riwayat alergi, efek samping serius terhadap riwayat 4
putus obat
12 Analisis duplikasi, interaksi, diskrepensi riwayat 4
pengobatan dibanding obat dalam resep
13 Interpretasi indikasi obat terhadap keluhan pasien 4
dan diagnosis dalam dokter
14 Kalkulasi IBW terhadap BMI>25 untuk menghitung 4
dosis berdasarkan BB
15 Interpretasi dosis terhadap usia/berat badan dan 4
kondisi klinis pasien
16 Interpretasi dosis terhadap gangguan fungsi organ 4
17 Interpretasi dosis terhadap fase dosis titrasi 3
18 Analisis interaksi terhadap obat dengan polifarmasi 4
dan atau obat dengan interaksi tinggi
19 Analsis kepatuhan pasien dengan menghitung obat 4
yang tersisa terhadap rejimen yang seharusnya
20 Rekonsiliasi riwayat obat, obat yang sedang 4
digunakan dengan perencanaan pengobatan
Labeling
21 Merancang label obat dengan kelengkapan nama 4
penulis resep, nama obat, jumlah, aturan pakai,
kadaluwarsa
22 Merancang kelengkapan instruksi penggunaan, 4
instruksi penyimpanan, informasi berupa peringatan
khusus atau informasi tambahan lain
23 Menetapkan jenis label untuk pemakaian obat dalam 4
atau obat luar
Filling
24 Menghitung jumlah BMHP dan alkes sesuai dengan 4
kebutuhan pemberian obat
25 Kalkulasi jumlah obat/bahan baku yang diperlukan 4
terhadap dosis
26 Menimbang dengan timbangan halus/kasar yang 4
sesuai terhadap berat obat/bahan pembuat obat
pulveres, unguentum
27 Mengukur volume pelarut atau solution dengan gelas 4
ukur yang tepat sesuai volume yang diukur
28 Melakukan penipisan dosis jika berat bahan pulveres 4
kurang dari 50mg
29 Melakukan kesetaraan bobot obat racikan pulveres 4
dengan jendela terapi sempit
30 Pengemasan dengan proteksi cahaya jika obat 4
sensitive dengan cahaya
31 Pemberian silika gel atau pengering lain jika obat 4
sensitive terhadap kelembaban
32 Pengemasan yang dapat menjaga suhu sesuai 4
stabilitas obat
33 Pemberian tambahan label berupa symbol khusus 4
jika obat High Alert atau hazardous
Kontrol Akhir
34 Membaca ulang dan membandingkan dengan fisik 4
obat yang telah disediakan tentang permintaan obat,
bmhp, alkes meliputi nama, kekuatan, bentuk
sediaan, aturan pakai, durasi pemberian
35 Memastikan perubahan informasi atau rejimen dalam 4
resep terpenuhi oleh obat, BMHP dan alkes yang
terlah disiapkan
36 Memastikan kemasan dapat melindungi stabilitas 4
dan keamanan obat, bmhp dan alkes
37 Melakukan dobel cek independen jika obat High Alert 4
Penyerahan Obat, BMHP, Alkes
38 Memastikan benar pasien dengan identitas minimal 4
nama, tgl lahir, no rekam medis jika resep obat
39 Menyerahan obat satu persatu dengan instruksi yang 4
mengikuti berupa identitas obat, jumlah, aturan
penggunaan, syarat penyimpanan
40 Memberikan tambahan informasi tertulis jika 4
pemahaman pasien tidak memungkinkan dan alamat
jika ada keluhan atau kesulitan menggunakan obat
41 Melakukan dobel cek dengan pasien jika obat High 4
Alert
Konseling Obat
42 Kepatuhan untuk obat kronis baru pertama 4
menggunakan
43 Kepatuhan untuk obat dengan rejimen kompleks dan 4
Riwayat putus obat
44 Teknik penggunaan untuk obat dengan alat bantu 4
dalam penggunaan disertai visualitas teknologi tepat
guna
45 Jadwal penggunaan obat dengan rejimen kompleks 4
dan keterbatasan kemandirian pasien
46 Kepatuhan rejimen untuk obat jendela terapi 4
sempit / potensial interkasi mayor
47 Kepatuhan dengan obat berisiko cepat resisten, 4
potensial komplikasi
B PASIEN DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS (BUTA,
TULI)
48 Perancangan informasi yang melekat pada obat
secara tertulis dengan bahasa yang
dimengerti/diterima
49 Komunikasi secara tertulis dalam proses asesmen,
penyerahan dan konseling
C PASIEN RAWAT INAP
Asesmen Pengobatan
50 Riwayat Pengobatan, jamu, makanan tambahan 4
secara rutin digunakan
51 Instruksi pengobatan post operasi cito dari operator 4
dan anestesi
52 Pengobatan dengan riwayat ketidakpatuhan 4
53 Riwayat pengobatan dengan rejimentassi kompleks 4
54 Riwayat pengobatan kronis dengan polimorbiditas 4
55 Riwayat pengobatan dari luar negeri terhadap 4
ketersediaan di Indonesia
56 Riwayat pengobatan dengan dosis tapering up/down 4
57 Pengobatan dengan Riwayat efek samping serius 4
58 Rekonsiliasi obat rutin dengan perubahan dosis 4
59 Rekonsiliasi obat dengan polifarmasi 4
60 Rekonsiliasi pengobatan baru pertama dirawat inap 4
terhadap Riwayat pengobatan dari IGD, obat rujukan
fasyankes/poliklinik dan Riwayat pengobatan rutin
61 Riwayat ketidakpatuhan karena rejimentasi kompleks 4
62 Riwayat ketidakpatuhan karena aksesabilitas obat 4
63 Riwayat ketidakpatuhan karena efek samping obat 4
64 Telusur Riwayat keluhan utama, kondisi klinis, data 4
laboratorium, data imejing, data obyektif pendukung
lain
65 Riwayat kebiasaan social pasien ((aktifitas harian, 4
keyakinan, riwayat kebiasaan penggunaan (alcohol,
rokok, jamu, suplemen makanan ) pertimbangan
pengambilan keputusan jika mendapat masalah
kesehatannya))
Identifikasi dan Penetapan Masalah
66 Identifikasi dan Penetapan Masalah indikasi obat 4
terhadap kondisi rawat inap
67 Identifikasi masalah efektifitas pilihan obat 4
68 Identifikasi masalah efektifitas pilihan obat terhadap 4
gangguan fungsi organ
69 Identifikasi masalah efektifitas pilihan obat pada 4
sawar otak
70 Identifikasi masalah efektifitas kombinasi pengobatan 4
Identifikasi masalah under dose/over dose 4
71 Identifikasi masalah dosis obat dengan jendela terapi 4
sempit
72 Identifikasi masalah obat yang berisiko fatal (High 4
Alert Medicine)
73 Identifikasi masalah under dose obat terhadap 4
gangguan fungsi organ
74 Identifikasi masalah over dose obat terhadap 4
gangguan fungsi organ
75 Identifikasi masalah terkait efektifitas dosage form 4
76 Identifikasi masalah kompatibilitas antara obat 4
injeksi dan pelarut
77 Identifikasi masalah konsentrasi obat yang efektif 4
78 Identifikasi masalah risiko obat injeksi yang 4
menyebabkan kerusakan jaringan
79 Identifikasi masalah keamanan pengobatan terkait 4
interaksi antara obat-obat
80 Identifikasi masalah keamanan pengobatan terkait 4
interaksi antara obat-makanan
81 Identifikasi masalah keamanan pengobatan terkait 4
interaksi antara obat dengan selang infus atau NGT
82 Identifikasi masalah stabilitas obat setelah 4
rekonstitusi
83 Identifikasi masalah keamanan pengobatan terkait 4
efek samping
84 Identifikasi masalah keamanan pengobatan terkait 4
intoksikasi
85 Identifikasi masalah kepatuhan pengobatan (akses, 4
social, belief, pengetahuan, ketersediaan)
86 Identifikasi masalah kemandirian penggunaan obat 4
87 Perencanaan Penyelesaian Masalah
88 Tambahan obat karena indikasi 4
89 Alternatif pilihan lebih efektif berdasarkan pedoman 3
90 Alternatif pilihan obat efektif pada sawar otak 3
91 Penghentian obat karena durasi terlalu lama 4
92 Penghentian obat karena efek samping 4
93 Penghentian obat karena interaksi serius 4
94 Perancangan rejimen dengan loading, maintenance 3
dose
95 Penyesuaian dosis obat terhadap Tindakan 4
hemodialysis
96 Penyesuaian dosis obat terhadap gangguan fungsi 3
organ
97 Penyesuaian dosis terhadap penetrasi sawar obat 3
98 Perancangan jadwal penggunaan obat rejimen terbaru 4
99 Perubahan bentuk sediaan pertimbangan factor 4
farmakokinetik
100 Perubahan bentuk sediaan karena kenyamanan 4
pasien
101 Perubahan bentuk sediaan karena stabilitas obat 4
102 Rekonsiliasi obat rutin, obat selama dirawat dan obat 4
paska rawat inap
103 Edukasi dan informasi jadwal minum obat terbaru 4
104 Edukasi dan informasi jadwal minum obat dengan 4
rejimen kompleks
105 Edukasi dan informasi obat yang digunakan seumur 4
hidup
106 Edukasi dan informasi teknik penggunaan obat 4
107 Edukasi dan infomasi teknik penggunaan obat 4
dengan alat khusus
108 Edukasi dan informasi obat dengan riwayat efek 4
samping
Pemantauan Obat
109 Obat dengan rejimen komplek 4
110 Obat dengan perubahan rejimen baru 4
111 Obat dalam proses tapering up/tapering down 4
112 Obat dengan potensial efek samping tinggi 4
113 Obat dengan Teknik penggunaan khusus 4
114 Obat injeksi dengan interaksi Y site 4
115 Obat dengan jendela terapi sempit 4
116 Obat dengan jendela terapi sempit terhadap 4
gangguan fungsi organ
117 Obat dengan jendela terapi sempit dengan albumin 4
rendah
118 Obat dengan potensial interaksi mayor 4
119 Obat dengan hemodialisis terjadwal 4
C PASIEN RAWAT INTENSIF DEWASA
Asesmen pengobatan
120 Pengobatan akut rujukan dari rawat inap dengan 4
kondisi kriteria masuk icu
121 Pengobatan akut dari igd dengan perburukan dari 4
riwayat pengobatan kronis / rujukan dari fasyankes
lain
122 Pengobatan dengan instruksi post operasi cito dari 4
operator dan anestesi
123 Pengobatan dengan riwayat ketidakpatuhan 4
pengobatan kronis
124 Pengobatan akut dengan polimorbiditas 4
125 Riwayat pengobatan dengan rejimentassi kompleks 4
126 Riwayat pengobatan kronis dengan polimorbiditas 3
126 Riwayat pengobatan dari luar negeri tanpa perawatan 3
fasyankes local sebelumnya
128 Riwayat pengobatan dengan dosis tapering up/down 3
129 Pengobatan dengan Riwayat efek samping serius 4
130 Rekonsiliasi obat rutin, obat igd/ranap dengan 4
perubahan dosis di icu
131 Rekonsiliasi obat rawat inap, instruksi pos operasi 3
dan instruksi rawat intensive
132 Masalah kepatuhan karena aksesabilitas obat, efek 4
samping
133 Telusur Riwayat keluhan utama dan kondisi klinis, 4
data laboratorium, data imejing, data obyektif
pendukung lain
134 Kebiasaan social pasien ((aktifitas harian, keyakinan, 4
riwayat kebiasaan penggunaan (alcohol, rokok, jamu,
suplemen makanan ) pertimbangan pengambilan
keputusan jika mendapat masalah kesehatannya))
Identifikasi & Penetapan Masalah
135 Masalah indikasi obat karena perubahan kondisi 3
klinis
136 Masalah efektifitas pilihan obat dengan 3
polimorbiditas
137 Masalah efektifitas kombinasi pengobatan untuk 3
indikasi sama
138 Masalah efektifitas dosis/rejimen (under dose, over 3
dose) dengan dosis titrasi
139 Masalah efektifitas dosis/rejimen (under dose, over 3
dose) pada kondisi syok
140 Masalah efektifitas dosis/rejimen under dose pasien 3
dengan gangguan fungsi organ
141 Masalah efektifitas dosis/rejimen over dose pasien 3
dengan nasogastric tube, penurunan kesadaran
142 Masalah terkait efektifitas dosage form terhadap rute 3
nasogastric tube
143 Masalah keamanan pengobatan terkait interaksi 3
dengan polifarmasi rute injeksi
144 Masalah keamanan pengobatan terkait efek samping 3
dengan polifarmasi
145 Masalah keamanan pengobatan terkait intoksikasi 3
146 Masalah kepatuhan pengobatan (akses, social, belief, 3
pengetahuan, ketersediaan)
147 Masalah keterlibatan keluarga/carer terhadap 4
kemandirian penggunaan obat
Perencanaan Penyelesaian Masalah
148 Usulan Tambahan obat terhadap indikasi karena 3
perubahan kondisi klinis
149 Usulan Alternatif pilihan lebih efektif berdasarkan 3
pedoman yang diikuti
150 Usulan Penghentian obat karena durasi terlalu lama 4
151 Usulan Penghentian obat karena efek samping yang 3
muncul
152 Usulan Penghentian obat karena kontra indikasi 3
absolut dengan perubahan kondisi klinis
153 Usulan penghentian obat karena interaksi serius 3
154 Perancangan rejimen dengan loading, maintenance 3
dose pada obat dengan t1/2 pendek
155 Perubahan dosis karena Tindakan dialisis 3
156 Perancangan jadwal minum obat pertimbangan 3
interaksi dan perubahan factor farmakokinetik
157 Perubahan bentuk sediaan pertimbangan factor 3
farmakokinetik
158 Perubahan bentuk sediaan karena kenyamanan 3
pasien
159 Perubahan bentuk sediaan karena stabilitas obat, 3
perubahan rute pengobatan
160 Perubahan jalur injeksi/infus karena interaksi obat 4
dalam Y-site, rute infus maupun bolus
161 Edukasi dan informasi jadwal minum obat 4
162 Edukasi dan informasi jadwal minum obat dengan 3
rejimen kompleks
163 Edukasi dan informasi obat yang digunakan seumur 4
hidup
164 Edukasi dan informasi teknik penggunaan obat 3
dengan dosis titrasi
165 Edukasi dan infomasi teknik penggunaan obat 4
dengan alat khusus
166 Edukasi dan informasi obat dengan Riwayat efek 3
samping serius
Pemantauan Terapi Obat
167 Obat dengan rejimen komplek 3
168 Obat dengan perubahan rejimen baru 3
169 Obat dalam proses de-eskalasi 3
170 Obat dalam proses tapering up/tapering down 3
171 Obat dengan Tindakan dialisis 3
172 Obat dengan potensial efek samping tinggi 4
173 Obat dengan Teknik penggunaan khusus 4
174 Obat injeksi dengan interaksi Y site 4
175 Obat dengan jendela terapi sempit 3
176 Obat dengan jendela terapi sempit terhadap 3
gangguan fungsi organ
177 Obat dengan jendela terapi sempit dengan albumin 3
rendah
178 Obat dengan potensial interaksi mayor 3
179 Obat dengan hemodialisis terjadwal 3
D PASIEN PEDIATRI
Telaah Administratif Resep
180 Telaah kelengkapan dan legalitas resep pasien anak 4
manual
181 Telaah kelengkapan penulisan resep anak secara 4
elektronik
182 Telaah kelengkapan dan legalitas resep narkotika, 4
psikotropika
183 Telaah Farmasetis
184 Analisis kesesuaian bentuk sediaan dengan 4
kemampuan anak menggunakan obat
185 Analisis kelayakan perubahan ke bentuk sediaan 4
racikan serbuk atau sirup
186 Analisis stabilitas obat terhadap perubahan bentuk 4
sediaan tablet, kapsul, sirup
187 Analisis stabilitas obat terhadap proses transportasi 4
188 Kalkulasi/penetapan Beyond Used Date sediaan utuh 4
yang terbuka, obat dengan pengenceran, solution,
pulveres
189 Analisis kebutuhan kemasan untuk menjaga 4
stabilitas
Telaah Klinis
190 Riwayat penggunaan obat, vitamin, makanan
tambahan sebelumnya (rutin, akut) dan atau sedang
digunakan
191 Riwayat alergi, efek samping serius terhadap riwayat
putus obat
192 Analisis duplikasi, interaksi, diskrepensi riwayat
pengobatan dibanding obat dalam resep
193 Interpretasi indikasi obat terhadap keluhan pasien
dan diagnosis dokter
194 Kalkulasi IBW terhadap BMI>25 untuk menghitung
dosis berdasarkan BB
195 Kalkulasi dan interpretasi terhadap dosis lazim
terhadap usia/berat badan/BSA dan kondisi klinis
pasien
196 Kalkulasi dosis terhadap gangguan fungsi organ
197 Kalkulasi dosis terhadap dosis titrasi
198 Kalkulasi kebutuhan sumber energi berdasarkan BEE
untuk nutrisi parenteral
199 Identifikasi obat yang kontra indikasi terhadap 4
neonatus dan anak di bawah 5 tahun
200 Analisis interaksi terhadap obat dengan polifarmasi 4
dan atau obat dengan interaksi tinggi
201 Analisis kepatuhan pasien dengan menghitung obat 4
yang tersisa terhadap rejimen yang seharusnya
202 Rekonsiliasi Riwayat obat, obat yang sedang 4
digunakan dengan perencanaan pengobatan
Labeling
203 Merancang label obat dengan kelengkapan nama
penulis resep, nama obat, jumlah, aturan pakai,
kadaluwarsa
204 Merancang kelengkapan instruksi penggunaan,
instruksi penyimpanan, informasi berupa peringatan
khusus atau informasi tambahan lain
205 Merancang kelengkapan kandungan karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, mineral untuk TPN, instruksi
penggunaan, instruksi penyimpanan, kadaluwarsa,
informasi berupa peringatan khusus atau informasi
tambahan lain
Filling
206 Kalkulasi jumlah obat/bahan baku yang diperlukan 4
sesuai dosis
207 Menimbang dengan timbangan halus/kasar yang 4
sesuai terhadap berat obat/bahan pembuat obat
pulveres, syrup
208 Melakukan penipisan dosis jika berat bahan pulveres 4
kurang dari 50mg
209 Mengukur volume pelarut atau solution dengan gelas 4
ukur yang tepat sesuai volume yang diukur
210 Melakukan kesetaraan bobot obat racikan pulveres 4
dengan jendela terapi sempit
211 Melakukan rekonstitusi dan dilusi untuk peracikan 4
obat suntik dan TPN dengan Teknik aseptik
212 Menghitung jumlah BMHP dan alkes sesuai dengan
kebutuhan untuk proses pemberian obat
213 Pengemasan dengan proteksi cahaya jika obat 4
sensitive dengan cahaya
214 Pemberian silika gel atau pengering lain jika obat 4
sensisitf terhadap kelembaban
215 Pengemasan yang dapat menjaga suhu sesuai 4
stabilitas obat
216 Pemberian tambahan label berupa symbol khusus 4
jika obat High Alert atau hazardous
Kontrol Akhir
217 Membaca ulang resep dan membandingkan dengan 4
fisik obat yang telah disediakan tentang permintaan
obat, bmhp, alkes meliputi nama, kekuatan, bentuk
sediaan, aturan pakai, durasi pemberian.
218 Membandingkan kesesuain resep dengan obat 4
injeksi/TPN yang telah direkonstitusi dengan
memastikan kelengkapan informasi dalam label :
nama obat, komponen TPN, konsentrasi, kecepatan
pemberian, cara simpan, kadaluwarsa, tmabahn
informasi untuk diperhatikan
219 Memastikan perubahan informasi atau rejimen dalam 4
resep terpenuhi oleh obat, BMHP dan alkes yang
terlah disiapkan
220 Memastikan kemasan dapat melindungi stabilitas 4
dan keamanan obat, bmhp dan alkes
221 Melakukan dobel cek independen jika obat High Alert 4
Penyerahan
222 Memastikan benar pasien dengan identitas minimal 4
nama, tgl lahir, no rekam medis jika resep obat
223 Menyerahan obat satu persatu dengan instruksi yang 4
mengikuti berupa identitas obat, jumlah, aturan
penggunaan, syarat penyimpanan kepada
keluarga/carer
224 Memberikan tambahan informasi tertulis jika 4
pemahaman pasien tidak memungkinkan dan alamat
jika ada keluhan atau kesulitan menggunakan obat
225 Melakukan dobel cek dengan pasien/keluarga jika 4
obat High Alert
Konseling Obat
226 Kepatuhan untuk obat kronis baru pertama 4
menggunakan
227 Kepatuhan untuk obat dengan rejimen kompleks dan 4
Riwayat putus obat
228 Teknik penggunaan untuk obat dengan alat bantu 4
dalam penggunaan disertai visualitas teknologi tepat
guna
229 Jadwal penggunaan obat dengan rejimen kompleks 4
dan keterbatasan kemandirian pasien
230 Kepatuhan rejimen untuk obat jendela terapi 4
sempit / potensial interkasi mayor
231 Kepatuhan dengan obat berisiko cepat resisten, 4
potensial komplikasi
E PASIEN REMAJA

F PASIEN GERIATRI
Telaah Administratif Resep
Telaah kelengkapan dan legalitas resep manual 4
untuk geriatric
Telaah kelengkapan penulisan resep elektronik untuk 4
geriatric
Telaah kelengkapan dan legalitas resep narkotika, 4
psikotropika, OTT untuk geriatri
Telaah Farmasetis
Analisis kesesuaian bentuk sediaan dengan 4
kemampuan pasien
Analisis kelayakan perubahan bentuk sediaan untuk 4
geriatric
Analisis stabilitas obat terhadap perubahan bentuk 4
sediaan tablet, kapsul, syrup, unguentum
Analisis stabilitas obat terhadap proses transportasi 4
Kalkulasi/Penetapan Beyond Used Date sediaan utuh 4
yang terbuka, obat dengan pengenceran, solution,
pulveres
Analisis kebutuhan kemasan untuk menjaga 4
stabilitas
Telaah Klinis Rejimen Obat
Analisis kemandirian dengan kriteria Beers 4
Riwayat penggunaan obat, jamu, makanan tambahan
sebelumnya (rutin, akut) dan atau sedang digunakan
Riwayat alergi, efek samping serius terhadap riwayat 4
putus obat
Analisis duplikasi, interaksi, diskrepensi riwayat 4
pengobatan dibanding obat dalam resep
Interpretasi indikasi obat terhadap keluhan pasien 4
dan diagnosis dalam dokter
Kalkulasi IBW terhadap BMI>25 untuk menghitung 4
dosis berdasarkan BB
Interpretasi dosis terhadap usia/berat badan dan 4
kondisi klinis pasien
Interpretasi dosis terhadap gangguan fungsi organ 4
Interpretasi dosis terhadap fase dosis titrasi 3
Analisis interaksi terhadap obat dengan polifarmasi 4
dan atau obat dengan interaksi tinggi
Analsis kepatuhan pasien dengan menghitung obat 4
yang tersisa terhadap rejimen yang seharusnya
Rekonsiliasi Riwayat obat, obat yang sedang 4
digunakan dengan perencanaan pengobatan
Labeling
Merancang label obat dengan kelengkapan nama 4
penulis resep, nama obat, jumlah, aturan pakai,
kadaluwarsa
Merancang kelengkapan instruksi penggunaan, 4
instruksi penyimpanan, informasi berupa peringatan
khusus atau informasi tambahan lain
Menetapkan jenis label untuk pemakaian obat dalam 4
atau obat luar
Filling
Menghitung jumlah BMHP dan alkes sesuai dengan 4
kebutuhan pemberian obat
Kalkulasi jumlah obat/bahan baku yang diperlukan 4
terhadap dosis
Menimbang dengan timbangan halus/kasar yang 4
sesuai terhadap berat obat/bahan pembuat obat
pulveres, unguentum
Mengukur volume pelarut atau solution dengan gelas 4
ukur yang tepat sesuai volume yang diukur
Melakukan penipisan dosis jika berat bahan pulveres 4
kurang dari 50 mg
Melakukan kesetaraan bobot obat racikan pulveres 4
dengan jendela terapi sempit
Pengemasan dengan proteksi cahaya jika obat 4
sensitive dengan cahaya
Pemberian silika gel atau pengering lain jika obat 4
sensitive terhadap kelembaban
Pengemasan yang dapat menjaga suhu sesuai 4
stabilitas obat
Pemberian tambahan label berupa symbol khusus 4
jika obat High Alert atau hazardous
Kontrol Klinis
Membaca ulang dan membandingkan dengan fisik 4
obat yang telah disediakan tentang permintaan obat,
bmhp, alkes meliputi nama, kekuatan, bentuk
sediaan, aturan pakai, durasi pemberian
Memastikan perubahan informasi atau rejimen dalam 4
resep terpenuhi oleh obat, BMHP dan alkes yang
terlah disiapkan
Memastikan kemasan dapat melindungi stabilitas 4
dan keamanan obat, bmhp dan alkes
Melakukan dobel cek independen jika obat High Alert 4
Penyerahan
Memastikan benar pasien dengan identitas minimal 4
nama, tgl lahir, no rekam medis jika resep obat
Menyerahan obat satu persatu dengan instruksi yang 4
mengikuti berupa identitas obat, jumlah, aturan
penggunaan, syarat penyimpanan
Memberikan tambahan informasi tertulis jika 4
pemahaman pasien tidak memungkinkan dan alamat
jika ada keluhan atau kesulitan menggunakan obat
Melakukan dobel cek dengan pasien jika obat High 4
Alert
Konseling
Kepatuhan untuk obat kronis baru pertama 4
menggunakan
Kepatuhan untuk obat dengan rejimen kompleks dan 4
Riwayat putus obat
Tekinik penggunaan untuk obat dengan alat bantu 4
dalam penggunaan disertai visualitas teknologi tepat
guna
Jadwal penggunaan obat dengan rejimen kompleks 4
dan keterbatasan kemandirian pasien
Kepatuhan rejimen untuk obat jendela terapi 4
sempit / potensial interkasi mayor
Kepatuhan dengan obat berisiko cepat resisten, 4
potensial komplikasi
G Kemoterapi Anak
Telaah administrative Resep
Telaah dan dobel cek kelengkapan dan legalitas 4
resep manual maupun elektronik untuk kemoterapi
pada anak
Telaah kecocokan sitostatika oral maupun injeksi, 3
kekuatan, rute, frekuensi antara resep dan fase
dalam protocol
Telaah kelengkapan dan legalitas obat premedikasi, 3
narkotika, psikotropika, obat lain yang menyertai
Telaah kelengkapan premedikasi dan rehidrasi, alkes 3
yang diperlukan dalam proses pemberiaan obat
dalam resep dan protocol
Identifikasi Sitostatika oral untuk indikasi kemoterapi 3
atau indikasi lain
Telaah Farmasetis
Analisis kesesuaian bentuk sediaan oral dengan 4
kemampuan penggunaan dan kenyamanan pasien
Analisis kelayakan perubahan bentuk sediaan 3
sitostatika oral untuk diracik selain syrup dengan
dosis pecahan
Pemilihan jenis pelarut berdasarkan kompatibilitas 3
dan stabilitas sitostatika oralyang diracik
Telahaan kecukupan volume rekonstitusi dan dilusi 3
berdasarkan standar konsentrasi sitostatika, batasan
volume, fungsi organ pertimbangan klinis lain
Analisis stabilitas rekonstitusi maupun dilusi dan 4
sifat fisikokimia sitostatika injeksi maupun per oral
Kalkulasi volume pelarut maupun pengencer sesuai 3
target konsentrasi
Pemilihan jenis bahan wadah yang tidak 3
menimbulkan interaksi dengan sitostatika syrup dan
ukuran alat kesehatan sesuai kuantitas yang diukur
untuk sitostatika injeksi
Kalkulasi alat Kesehatan, bmhp yang diperlukan 3
untuk rekonstitusi maupun dilusi sitostatika
Analisis stabilitas obat terhadap proses transportasi 4
Kalkulasi/Penetapan Beyond Used Date sediaan utuh 3
yang terbuka, obat setelah rekonstitusi, obat setelah
dilusi dengan persyaratan yang mengikuti
Analisis kebutuhan kemasan untuk menjaga 3
stabilitas setelah rekonstitusi
Telaah Klinis
Riwayat penggunaan obat, jamu, makanan tambahan 4
sebelumnya (rutin, akut) dan atau sedang digunakan
Riwayat alergi, efek samping serius terhadap riwayat 4
putus sitostatika
Analisis duplikasi, interaksi, diskrepensi riwayat 4
penggunaan sitostatika dibanding obat dalam resep
Interpretasi indikasi obat selain sitostatika terhadap 3
keluhan pasien dan diagnosis yang telah ditegakkan
Interpretasi hasil laboratorium sebagai data baseline 3
atau sebagai dasar penghitungan dosis selanjutnya
karena keamanan
Kalkulasi IBW terhadap BMI>25 untuk menghitung 4
dosis sitostatika berdasarkan BB
Kalkulasi dosis sitostatika terhadap usia/berat 4
badan/BSA dan kondisi klinis pasien
Interpretasi dosis sitostatika terhadap gangguan 3
fungsi organ
Kalkulasi dosis sitostatika sesuai fase dalam 2
protocol , fungsi organ, efek sampign, dosis titrasi
Analisis interaksi terhadap obat dengan polifarmasi 3
dan atau obat dengan interaksi tinggi
Analisis kepatuhan pasien dengan menghitung obat 4
yang tersisa dan kehadiran sesuai jadwal terhadap
rejimen yang seharusnya
Rekonsiliasi riwayat sitostatikan, obat yang sedang 4
digunakan dengan perencanaan pengobatan sesuai
siklus/fase dalam protokol
Labeling
Merancang label obat dengan kelengkapan nama 4
penulis resep, nama obat, jumlah, aturan pakai,
konsentrasi (jika injeksi), kadaluwarsa
Merancang kelengkapan instruksi penggunaan, 4
instruksi penyimpanan, informasi berupa peringatan
khusus atau informasi tambahan lain
Menetapkan jenis label untuk pemakaian obat dalam 4
atau obat luar
Filling
Mencuci tangan, menggunakan APD sesuai standar 4
dan prosedur
Pembuatan dokumentasi prosedur sebagai arahan 3
langkang-langkah persiapan dan atau
rekonstitusi/dilusi
Sitostatika oral dan profilaksis atau obat penyerta 4
disiapkan dengan menggunakan APD
Menghitung jumlah BMHP dan alkes sesuai dengan 4
jumlah kebutuhan pemberian obat parenteral
Sitostatika, pelarut disiapkan dengan menghitung 4
jumlah sediaan sesuai dosis, pencatan no batch, tgl
kadaluwarsa
Melakukan teknik aseptic yang tepat dalam 2
rekonstitusi dan dilusi dalam BSC dan cleanroom
standar
Pemberian label langsung ke produk, kemasan 3
primer, alat transportasi sesuai SPO
Pengemasan dengan proteksi cahaya jika obat 4
sensitive dengan cahaya
Pengemasan yang dapat menjaga suhu sesuai 4
stabilitas obat
Pemberian tambahan label berupa symbol khusus 4
jika obat High Alert atau hazardous
Kontrol Akhir
Membaca ulang dan membandingkan dengan fisik 3
obat yang telah disediakan tentang permintaan obat,
bmhp, alkes meliputi nama, kekuatan, bentuk
sediaan, aturan pakai, durasi pemberian
Memastikan perubahan informasi atau rejimen dalam 3
resep terpenuhi yaitu obat, BMHP dan alkes yang
terlah disiapkan
Cek visual tentang homogenitas larutan, bebas 4
partikel, warna sesuai
Melakukan dobel cek independen sitostatika hasil 4
rekonstitusi dengan kelengkapan labelnya
Memastikan kemasan dapat melindungi stabilitas 4
dan keamanan obat, bmhp dan alkes
Penyerahan
Memastikan benar pasien dengan identitas minimal 4
nama pasien, tgl lahir, no rekam medis
Menyerahan obat satu persatu dengan instruksi yang 4
mengikuti berupa identitas obat, jumlah, aturan
penggunaan, lama pemberian, syarat penyimpanan
Memberikan tambahan informasi tertulis jika 4
pemahaman pasien atau Carer tidak memungkinkan
dan alamat jika ada keluhan atau kesulitan
menggunakan obat
Melakukan dobel cek dengan keluarga/carer saat 4
serah terima
Konseling
Sitostatika oral tentang, fungsi, cara penggunaan, 3
potensial eso, tindakan yang disarankan jika
terlambat waktu minum, apd yang diperlukan, cara
simpan, kadaluwarsa, pembuangan limbah
Teknik penggunaan stiotatika oral jika kesulitan 3
menelan dan pasien tidak mandiri
Jadwal penggunaan obat pencegah efek samping 3
dalam rejimen kemoterapi
Kepatuhan rejimen untuk sampai selesai selesai dan 3
outcome yang diharapkan
Pemantauan Terapi Obat
Kepatuhan penggunaan sesuai rejimen 3
Keluhan selama proses penggunaan 3
Observasi tempat injeksi untuk obat potensial 3
merusak jaringan
Interpretasi data laboratorium sebagai maniestasi 3
efek samping yang muncul
Pembuangan limbah sitostatika 4
H KEMOTERAPI PASIEN DEWASA
Telaah Administratif Resep
Telaah dan dobel cek kelengkapan dan legalitas 4
resep manual maupun elektronik untuk kemoterapi
dewasa
Telaah kecocokan sitostatika oral maupun injeksi, 3
kekuatan, rute, frekuensi antara resep dan fase
dalam protocol
Telaah kelengkapan dan legalitas obat premedikasi, 3
narkotika, psikotropika, obat lain yang menyertai
Telaah kelengkapan premedikasi dan rehidrasi, alkes 3
yang diperlukan dalam proses pemberiaan obat
dalam resep dan protocol
Identifikasi sitostatika oral untuk indikasi kemoterapi 3
atau indikasi lain
Telaah Farmasetis
Analisis kesesuaian bentuk sediaan dengan 4
kemampuan penggunaan dan kenyamanan pasien
Analisis kelayakan perubahan bentuk sediaan 3
sitostatika dan rute pemberian
Pemilihan jenis pelarut berdasarkan kompatibilitas 3
dan stabilitas sitostatika
Telahaan kecukupan volume rekonstitusi dan dilusi 3
berdasarkan standar konsentrasi sitostatika, batasan
volume, fungsi organ pertimbangan klinis lain
Analisis stabilitas rekonstitusi maupun dilusi dan 4
sifat fisikokimia sitostatika
Kalkulasi volume pelarut maupun pengencer sesuai 3
target konsentrasi
Pemilihan jenis bahan yang tidak menimbulkan 3
interaksi dengan sitostatika dan ukuran alat
kesehatan sesuai kuantitas yang diukur
Kalkulasi alat Kesehatan, bmhp yang diperlukan 3
untuk rekonstitusi maupun dilusi sitostatika
Analisis stabilitas obat terhadap proses transportasi 4
Kalkulasi/Penetapan Beyond Used Date sediaan utuh 3
yang terbuka, obat setelah rekonstitusi, obat setelah
dilusi dengan persyaratan yang mengikuti
Analisis kebutuhan kemasan untuk menjaga 3
stabilitas
Telaah Klinis Rejimen Obat
Riwayat penggunaan obat, jamu, makanan tambahan 4
sebelumnya (rutin, akut) dan atau sedang digunakan
Riwayat alergi, efek samping serius terhadap riwayat 4
putus sitostatika
Analisis duplikasi, interaksi, diskrepensi riwayat 4
pengobatan dibanding obat dalam resep
Interpretasi indikasi obat terhadap keluhan pasien 3
dan diagnosis yang telah ditegakkan
Interpretasi hasil laboratorium sebagai data baseline 3
atau sebagai dasar penghitungan dosis selanjutnya
karena keamanan
Kalkulasi IBW terhadap BMI>25 untuk menghitung 4
dosis sitostatika berdasarkan BB
Interpretasi dosis sitostatika terhadap usia/berat 4
badan/BSA dan kondisi klinis pasien
Interpretasi dosis sitostatika terhadap gangguan 3
fungsi organ
Kalkulasi dosis sitostatika sesuai fase dalam 2
protocol , fungsi organ, efek sampign, dosis titrasi
Analisis interaksi terhadap obat dengan polifarmasi 3
dan atau obat dengan interaksi tinggi
Analisis kepatuhan pasien dengan menghitung obat 4
yang tersisa dan kehadiran sesuai jadwal terhadap
rejimen yang seharusnya
Rekonsiliasi Riwayat obat, obat yang sedang 4
digunakan dengan perencanaan pengobatan
Labeling
Merancang label obat dengan kelengkapan nama 4
penulis resep, nama obat, jumlah, aturan pakai,
konsentrasi (jika injeksi), kadaluwarsa
Merancang kelengkapan instruksi penggunaan, 4
instruksi penyimpanan, informasi berupa peringatan
khusus atau informasi tambahan lain
Menetapkan jenis label untuk pemakaian obat dalam 4
atau obat luar
Filling-Compunding
Mencuci tangan, menggunakan APD sesuai standar 4
dan prosedur
Pembuatan dokumentasi prosedur sebagai arahan 3
langkah-langkah persiapan dan atau
rekonstitusi/dilusi
Sitostatika oral dan profilaksis atau obat penyerta 4
disiapkan dengan menggunakan APD
Menghitung jumlah BMHP dan alkes sesuai dengan 4
jumlah kebutuhan pemberian obat parenteral
Sitostatika, pelarut disiapkan dengan menghitung 4
jumlah sediaan sesuai dosis, pencatan no batch, tgl
kadaluwarsa
Melakukan teknik aseptic yang tepat dalam 2
rekonstitusi dan dilusi dalam BSC dan cleanroom
standar
Pemberian label langsung ke produk, kemasan 3
primer, alat transportasi sesuai SPO
Pengemasan dengan proteksi cahaya jika obat 4
sensitive dengan cahaya
Pengemasan yang dapat menjaga suhu sesuai 4
stabilitas obat
Pemberian tambahan label berupa symbol khusus 4
jika obat High Alert atau hazardous
Kontrol Akhir
Membaca ulang dan membandingkan dengan fisik 3
obat yang telah disediakan tentang permintaan obat,
bmhp, alkes meliputi nama, kekuatan, bentuk
sediaan, aturan pakai, durasi pemberian
Memastikan perubahan informasi atau rejimen dalam 3
resep terpenuhi yaitu obat, BMHP dan alkes yang
terlah disiapkan
Cek visual tentang homogenitas larutan, bebas 4
partikel, warna sesuai
Melakukan dobel cek independen sitostatika hasil 4
rekonstitusi dengan kelengkapan labelnya
Memastikan kemasan dapat melindungi stabilitas 4
dan keamanan obat, bmhp dan alkes
Penyerahan
Memastikan benar pasien dengan identitas minimal 4
nama, tanggal lahir, no rekam medis
Menyerahan obat satu persatu dengan instruksi yang 4
mengikuti berupa identitas obat, jumlah, aturan
penggunaan, lama pemberian, syarat penyimpanan
Memberikan tambahan informasi tertulis jika 4
pemahaman pasien tidak memungkinkan dan alamat
jika ada keluhan atau kesulitan menggunakan obat
Melakukan dobel cek dengan saat serah terima 4
Konseling
Konseling sitostatika oral tentang, fungsi, cara 3
penggunaan, potensial eso, tindakan yang disarankan
jika terlambat waktu minum, apd yang diperlukan,
cara simpan, kadaluwarsa, pembuangan limbah
Teknik penggunaan sitostatika oral jika kesulitan 3
menelan dan pasien tidak mandiri
Jadwal penggunaan obat pencegah efek samping 3
dalam rejimen kemoterapi
Kepatuhan rejimen untuk sampai selesai selesai dan 3
outcome yang diharapkan
Pemantauan Terapi
Kepatuhan penggunaan sesuai rejimen 3
Keluhan selama proses penggunaan 3
Observasi tempat injeksi untuk obat potensial 3
merusak jaringan
Interpretasi data laboratorium sebagai maniestasi 3
efek samping yang muncul
Pembuangan limbah sitostatika 4

PASIEN HEMODIALISIS

PASIEN BEDAH

OBAT ENDOKRIN

OBAT INTENSIF CARE


FARMASI NUKLIR

Tabel 4.15
Praktik Kefarmasian Di Luar Rumah Sakit

Tingkat
No Jenis Praktik Keapotekeran
Kemampuan
A RESPONDING TO SYMPTOMS
Asesmen
1 Penelusuran keluhan
2 Penelusuran riwayat penyakit
3 Penelusuran riwayat pengibatan
4 Penelusuran gaya hidup
5 Pengamatan fisik sederhana
Penetapan Masalah
6 Penetapan keluhan
7 Identifikasi ada/tidaknya warning syndroms
Penetapan Solusi
8 Penetapan tindaklanjut: pemberian obat atau dirujuk
9 Rancangan pengobatan
KIE Obat

KIE Non Obat

Monitoring, Evaluasi, Tindak Lanjut

Dokumentasi
B PENGELOLAAN OBAT PROGRAM PEMERINTAH (TB,
HIV, MALARIA, IMUNISASI, VITAMIN A, VAKSIN
POLIO)
Interpretasi epidemiologi penderita TBC terhadap 3
jumlah kebutuhan
Interpretasi epidemiologi ODHA 3
Interpretasi epidemiologi penderita malaria 3
Interpretasi epidemiologi anak yang dengan imunisasi 3
Perhitungan jumlah kebutuhan berdasarkan 4
epidemiologi, standar rejimen TBC fase intensif, fase
lanjutan, fase sisipan
Perhitungan kebutuhan obat program HIV/AIDS lini 4
pertama, lini kedua
Kalkulasi waktu dan periode pengadaan berdasarkan 4
metode konsumsi
Perencanaan Obat program malaria profilaksis dan 4
pengobatan
Identifikasi syarat simpan obat program 4
Pemilahan obat program berdasarkan farmakologi 4
Pembuatan daftar obat program berdasarkan 4
sensitifitas suhu, cahaya bentuk sediaan
Penyimpanan obat berdasarkan suhu dingin, suhu 4
kamar, terlindung cahaya
Monitoring suhu penyimpanan obat, vaccine 4
Penempatan obat berdasarkan First In atau First 4
Expired
Pengambilan obat berurutan berdasarkan yang 4
pertama masuk atau yang expired dulu
Design sistem distribusi obat program 4
Edukasi masyarakat tentang fungsi, manfaat, risiko 4
endemik
Edukasi pentingnya kepatuhan penggunaan obat 4
Edukasi masalah ketidakpatuhan terhadap masalah 4
kesehatan
Monitoring KIFI paska vaksinasi 4

C PENGELOLAAN OBAT BENCANA


Kalkulasi jenis dan tingkat keparahan bencana dan
kompetensi layanan
Ekstrapolasi insiden morbiditas disaster terhadap 3
porsi kontribusi pelayanan kefarmasian
Identifikasi kebutuhan bencana banjir, gempa,
gunung berapi,
Identifikasi obat, alkes, BMHP untuk akut respon 4
bencana pre hospital
Identifikasi obat, alkes, BMHP untuk akut respon 4
bencana intra hospital
Pengelolaan obat bencana non alam, bencana alam 3
Komunikasi dengan komandan klinis tentang rejimen 4
obat standar
Penetapan standar kualitas obat, alkes, BMHP untuk 4
kejadian bencana
Identifikasi alkes sesuai kualitas dan ukuran yang 4
diperlukan respon bencana
Kalkulasi stok obat, alkes, BMHP untuk kejadian 4
bencana
Kalkulasi kebutuhan obat, alkes, BMHP untuk 4
kejadian bencana
Identifikasi sumber pendanaan dan donasi obat, 4
alkes, BMHP untuk kejadian bencana
Pembelian obat, alkes, BMHP ke distributor 4
tertunjuk
Pengadaan obat, alkes, BMHP dari dinas kesehatan 4
Negosiasi dengan donatur terkait donasi 3
sumber/distributor dan komitmen
Identifikasi distributor donasi :legalitas, komitmen 4
pengiriman, sumber pengadan obat, BMHP, alkes
Buat SPO penerimaan obat donasi 4
Identifikasi obat ; zat aktif, warna, kondisi fisik utuh 4
kemasan, informasi produk, kadaluwarsa, syarat
penyimpanan obat donasi
Identifikasi alkes : ukuran, pabrik, keutuhan 4
kemasan, kelengkapan informasi
Cek dokumen pengiriman barang, faktur, jumlah, 4
spesifikasi, harga
Pembuatan buku/daftar padanan zat aktif obat, 4
alkes, bmhp
Penetapan penerimaan obat bantuan dengan ceklis 4
terhadap, ukuran, warna, kemasan, ED, kejelasan
informasi dalam kemasan
Penetapan Gudang khusus donasi sesuai standar 4
suhu, keamanan, cahaya
Penyimpanan obat berdasarkan farmakologi 4
Mobilisasi relawan dengan latar belakang kesehatan 4

D OBAT PROGRAM HAJI


Kalkulasi persentasi morbiditas yang memerlukan 4
obat dari jumlah masyarakat untuk menunaikan Haji
Kalkulasi obat akut, life saving dan jenis alkes 4
maupun bahan habis pakai
Adaptasi/updated rejimentasi (ISPA, diare, iritasi 4
mata, trauma, alergi, roboransia, gangguan kulit,
sembelit, anxiety, )
Mengadakan tempat penyimpanan obat, alat 4
kesehatan sesuai standar
Komunikasi, informasi, edukasi 4

E OBAT EMERGENSI (INTOKSIKASI, LIFE SAVING,


ANTI BISA ULAR, TETANUS, SUICIDE, LOGAM
BERAT, LAPEN)
Pengelolaan antidotum karena intoksisitas 3
organophosphate
Pengelolaan antidotum karena intoksisitas logam 3
berat
Pengelolaan antidotum karena intoksisitas methanol 3
Pengelolaan antidotum karena intoksisitas obat 3
untuk bunuh diri
Pengelolaan antidotum karena gigitan ular berbisa 3
Pemberian bantuan hidup dasar masayrakat karena 4
serangan jantung mendadak
Pencarian/identifikasi sumber ketersediaan 4
antidotum
Pencarian referensi/pedoman terkait penatalaksaan 4
intoksikasi
Critical appraisal referensi/pedoman 4
Diskusi dengan KFT tentang penetapan 3
pedoman/prosedur antidotum
Pembuatan prosedur tetap bentuk alur proses 4
pemberian antidotum
Networking dengan pusat racun/pelayanan informasi 3
obat
Kalkulasi standar stok tetap sebagai stok minimal 4
Pengadaan antidotum dari distributor resmi tepilih 4
atau Gudang farmasi pemerintah
Pembuatan kelengkapan dokumen pengadaan Special 3
Access Scheme (SAS) untuk antidotum yg tidak
tersedia di Indonesia
Penetapan lokasi dan keamana penyimpanan 4
antidotum
Dispensing antidotum dalam batas waktu yang 4
ditetapkan
Edukasi pelatalaksanaan antidotum di pelayanan igd 4

F PROMOSI BEBAS ROKOK


Searching literatur terbaru tentang rokok dan 4
dampaknya
Merancang informasi berhenti merokok standar 4
berdasarkan usia, pekerjaan
Membuat informasi interaktif dalam media social 4
tema tanpa rokok menyehatkan
Membuat klinik konseling henti rokok 4
Evaluasi kepatuhan rokok dengan survei, FGD 4

G PENGGUNAAN OBAT BIJAK DI MASYARAKAT


Melakukan wawancara/diskusi terfokus (FGD) 4
dengan kelompok masyarakat untuk mengidentifikasi
kebutuhan masyarakat
Melakukan telaah data dan menetapkan masalah 4
terkait penggunaan obat pada kelompok masyarakat
tersebut
Melakukan telaah data/informasi dan menyiapkan 4
informasi terkait penggunaan obat sesuai kebutuhan
Melakukan promosi dan edukasi kepada masyarakat 4
terkait:
o cara yang tepat untuk memperoleh obat sesuai
ketentuan perundang-undangan
o penggunaan sediaan farmasi yang rasional
o cara yang tepat dalam menyimpan obat dan
sediaan fatmasi lainnya
o cara yang tepat untuk membuang sediaan farmasi
yang rusak/kedaluwarsa dan bahan-bahan
berbahaya
Melakukan promosi kepada masyarakat tentang 4
risiko yang dapat terjadi akibat penyalahgunaan obat
(drug abuse) atau penggunaan obat yang tidak tepat
(drug misuse)
Melakukan promosi kesehatan untuk membangun 4
kesadaran akan kesehatan, pencegahan dan
pengendalian penyakit, dan gaya hidup sehat sesuai
kebutuhan

Anda mungkin juga menyukai