Anda di halaman 1dari 10

KEHIDUPAN MANUSIA PURBA YANG HIDUP

PADA MASA PRA-AKSARA

- Pengetian Pra –aksara


Masa pra aksara atau biasa disebut masa prasejarah adalah masa kehidupan manusia
sebelum mengenal tulisan. Manusia yang diperkirakan hidup pada masa pra aksara
adalah manusia purba. Pada masa ini, kita tidak dapat mengetahui sejarah serta
kebudayaan manusia melalui tulisan. Satu-satunya sumber untuk mengetahui kehidupan
manusia purba hanya melalui peninggalan-peninggalan mereka yang berupa fosil, alat-
alat kehidupan, dan fosil tumbuh-tumbuhan maupun hewan yang hidup dan berkembang
pada masa itu.

- Jenis-jenis manusia purba di


1. PITECHANTROPUS (PITHECANTROPUS ERECTUS)

Fosil Pithecanthropus adalah fosil manusia


yang paling banyak ditemukan di
Indonesia, yaitu di Mojokerto,
Kedungtrubus, Trinil, Sangiran,
Sambungmacan, dan Ngandong. Bentuk
tubuh Pithecanthropus tidak setegap
Meganthropus. Tingginya kira-kira 165-
180 cm. Fosil Pithecanthropus Erectus
saat saling dihubungkan membentuk
sebuah kerangka yang mirip kera. Maka
Pithecan thropus Erectus berarti manusia kera yang berjalan tegak.

2. PITHECANTROPUS MOJOKERTENSIS

Fosil Pithecanthropus Mojokertensis


ditemukan oleh Von Koenigswald di desa
Perning, Lembah Bengawan Solo Mojokerto,
Jawa Timur pada lapisan Pleistosen Bawah.
Temuan tersebut berupa fosil anak-anak
berusia sekitar 5 tahun. Makhluk ini
diperkirakan hidup sekitar 2,5 sampai 2,25 juta
tahun yang lalu. Pithecanthropus
Mojokertensis berbadan tegap, mukanya
menonjol ke depan dengan kening yang tebal dan tulang pipi yang kuat.
3. PITHECANTROPUS SOLOENSIS

Fosil Homo soloensis ditemukan di


Ngandong, Blora, di Sangiran dan
Sambung Macan, Sragen, oleh Ter Haar,
Oppenoorth, dan Von Koenigswald pada
tahun 1931—1933 dari lapisan Pleistosen
Atas. Homo Soloensis diperkirakan hidup
sekitar 900.000 sampai 300.000 tahun
yang lalu. Volume otaknya mencapai 1300
cc. Menurut Von Koenigswald makhluk
ini lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan Pithecanthropus Erectus.
Diperkirakan makhluk ini merupakan evolusi dan Pithecanthropus Mojokertensis.
Oleh sebagian ahli, Homo Soloensis digolongkan dengan Homo Neanderthalensis
yang merupakan manusia purba jenis Homo Sapiens dari Asia, Eropa, dan Afrika
berasal dari lapisan Pleistosen Atas.

4. MEGANTROPUS DAN HOMO


1. Meganthropus Paleojavanicus
Fosil Meganthropus Paleojavanicus
ditemukan oleh Von Koenigswald di
Sangiran, lembah Bengawan Solo pada
tahun 1936-941. Fosil ini berasal dari
lapisan Pleistosen Bawah. Meganthropus
memiliki badan yang tegap dan rahang yang
besar dan kuat. Mereka hidup dengan cara
mengumpulkan makanan (food gathering)
makanan mereka utamanya berasal dari
tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan.
Sebagian ahli menganggap bahwa
Meganthropus sebenarnya merupakan Pithecanthropus dengan badan yang besar.

1. Homo Mojokertensis

Kaum Homo Mojokertensis (manusia kera dari


Mojokerto)
Fosilnya ditemukan di Perning (Mojokerto) Jawa Timur tahun 1936 - 1941.Fosil
kaum homo yang ini ditemukan Von Koenigswald..

2. Homo Robustus

arti dari Robustus itu sendiri adalah manusia


kera yang besar dan kuat tubuhnya
ditemukan tahun 1936 di Sangiran lembah
Sungai Bengawan Solo.Fosil kaum homo
yang ini ditemukan Von Koenigswald..

3. Homo Sapiens

jenis aum homo yang ini telah


memiliki bentuk tubuh yang
sama dengan manusia sekarang
dan juga memiliki sifat seperti
manusia sekarang tetapi masih
memiliki Kehidupan yang sangat
sederhana, dan tentunya hidup mengembara(nomaden)

- JENIS-JENIS MANUSIA PURBA DILUAR INDONESIA

Ardipithecus
ras manusia yang hidup enam juta tahun lalu di kawasan Afar, Ethiopia. 'Ardi', demikian
nama yang diberikan oleh para peneliti, dikumpulkan dari berbagai tulang manusia yang
ditemukan di wilayah itu selama lima belas tahun terakhir. Manusia ini tingginya 1, 20
meter dan beratnya 50 kilogram. Bentuk tangan, kaki, dan badan menunjukkan bahwa ia
merangkak dan memanjat pohon, tapi juga terkadang berjalan di atas kedua kaki. Dari
bentuk rahang, para ilmuwan menyimpulkan cara hidup Ardi tidaklah agresif. Menurut
ilmuwan, penemuan ini mengubah teori yang berlaku selama ini mengenai asal usul
manusia.

Homo antecessor

hidup sebelum manusia Neanderthals dan


Homo Sapiens, diduga datang ke gua-gua
Atapurca setelah mengalami migrasi dari
Afrika dan melewati Timur Tengah, Italia
utara dan kemudian Prancis.

A. Zaman Batu
1. Zaman Paleotikum (zaman batu tua)
Zaman batu tua (palaeolitikum), Disebut demikian sebab alat-alat batu buatan
manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat
dari sudut mata pencariannya periode ini disebut masa berburu dan meramu
makanan tingkat sederhana. Pendukung kebudayaan ini adalah Homo Erectus
yang terdiri.

2. Zaman Mesolitikum (Zaman batu modya)


Pada Zaman batu tengah (mesolitikum), alat-alat batu zaman ini sebagian sudah
dihaluskan terutama bagian yang dipergunakan. Tembikar juga sudah dikenal.
Periode ini juga disebut masa berburu dan meramu makanan tingkat lanjut.
Pendukung kebudayaan ini adalah homo sapiens (manusia sekarang), yaitu ras
Austromelanosoide (mayoritas) dan Mongoloide (minoritas).

3. Zaman Neolitikum (Zaman batu muda)


Alat-alat batu buatan manusia Zaman batu baru (Neolithicum) sudah diasah
atau dipolis sehingga halus dan indah. Di samping tembikar tenun dan batik juga
sudah dikenal. Periode ini disebut masa bercocok tanam. Pendukung kebudayaan
ini adalah homo sapiens dengan ras Mongoloide (mayoritas) dan ras
Austromelanosoide (minoritas).

4. Zaman Megalitikum (Zaman batu besar)


Megalit adalah batu besar yang digunakan untuk membangun struktur atau
monumen. Megalitik adalah struktur yang dibuat oleh batu besar. Megalit berasal
dari kata dalam bahasa Yunani μέγας megas berarti besar, dan λίθος lithos
berarti batu. Kebudayaan Megalitikum bukanlah suatu zaman yang berkembang
tersendiri, melainkan suatu hasil budaya yang timbul pada zaman Neolitikum dan
berkembang pesat pada zaman logam. Setiap bangunan yang diciptakan oleh
masyarakat tentu memiliki fungsi.
Contohnya hasil kebudayaan zaman megalitikum: kapak persegi, kapak lonjong,
Menhir , Dolmen, Kubur batu, Waruga, Sarkofagus, Punden Berundak

B. Zaman Logam
Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping
alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya
menjadi alat-alat yang diinginkannya. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam,
yaitu dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan
lilin yang disebut acire perdue. Periode ini juga disebut masa perundagian karena
dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan
tangan. Zaman logam ini dibagi atas:
1. Zaman Tembaga
Orang menggunakan tembaga sebagai alat kebudayaan. Alat kebudayaan ini
hanya dikenal di beberapa bagian dunia saja. Di Asia Tenggara (termasuk
Indonesia) tidak dikenal istilah zaman tembaga.

2. Zaman Perunggu
Pada zaman ini orang sudah dapat mencampur tembaga dengan timah dengan
perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras.

3. Zaman Besi
Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang
menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik
peleburan tembaga maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas
yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.
Zaman logam di Indonesia didominasi oleh alat-alat dari perunggu sehingga
zaman logam juga disebut zaman perunggu. Alat-alat besi yang ditemukan pada
zaman logam jumlahnya sedikit dan bentuknya seperti alat-alat perunggu, sebab
kebanyakan alat-alat besi, ditemukan pada zaman sejarah.
Antara zaman neolithicum dan zaman logam telah berkembang kebudayaan
megalithicum, yaitu kebudayaan yang menggunakan media batu-batu besar
sebagai alatnya, bahkan puncak kebudayaan megalithicum justru pada zaman
logam.

- Alat Peninggalan Budaya pada masa Megalitikum


1. Menhir
Menhir adalah batu tunggal (monolith) yang
berasal dari periode Neolitikum (6000/4000 SM-
2000 SM) yang berdiri tegak di atas tanah. Istilah
menhir diambil dari bahasa Keltik dari kata men (batu) dan hir (panjang). Menhir
biasanya didirikan secara tunggal atau berkelompok sejajar di atas tanah.
Diperkirakan benda prasejarah ini didirikan oleh manusia prasejarah untuk
melambangkan phallus, yakni simbol kesuburan untuk bumi.
Menhir adalah batu yang serupa dengan dolmen dan cromlech, merupakan batuan
dari periode Neolitikum yang umum ditemukan di Perancis, Inggris, Irlandia,
Spanyol dan Italia. Batu-batu ini dinamakan juga megalith (batu besar) dikarenakan
ukurannya. Mega dalam bahasa Yunani artinya besar dan lith berarti batu. Para
arkeolog mempercayai bahwa situs ini digunakan untuk tujuan religius dan memiliki
makna simbolis sebagai sarana penyembahan arwah nenek moyang.

2. Dolmen

Dolmen adalah meja batu tempat


meletakkan sesaji yang dipersembahkan
kepada roh nenek moyang. Di bawah dolmen
biasanya sering ditemukan kubur batu.
Dolmen yang merupakan tempat pemujaan
misalnya ditemukan di Telagamukmin,
Sumberjaya, Lampung Barat. Dolmen yang
mempunyai panjang 325 cm, lebar 145 cm,
tinggi 115 cm ini disangga oleh beberapa
batu besar dan kecil. Hasil penggalian tidak menunjukkan adanya sisa-sisa
penguburan. Benda-benda yang ditemukan di antaranya adalah manik-manik dan
gerabah. pada umumnya dolmen banyak ditemukan di Jawa Timur dan Sumatera
Selatan

3. Sarkofagus
Sarkofagus adalah suatu tempat
untuk menyimpan jenazah.
Sarkofagus umumnya dibuat dari
batu. Kata "sarkofaus" berasal dari
bahasa Yunani σάρξ (sarx,
"daging") dan φαγεῖνειν
(phagein,"memakan"), dengan
demikian sarkofagus bermakna
"memakan daging".
Sarkofagus sering disimpan di atas
tanah oleh karena itu sarkofagus
seringkali diukir, dihias dan dibuat dengan teliti. Beberapa dibuat untuk dapat berdiri
sendiri, sebagai bagian dari sebuah makam atau beberapa makam sementara beberapa
yang lain dimaksudkan untuk disimpan di ruang bawah tanah. Di Mesir kuno,
sarkofagus merupakan lapisan perlindungan bagi mumi keluarga kerajaan dan
kadang-kadang dipahat dengan alabaster
Sarkofagus - kadang-kadang dari logam atau batu kapur – juga digunakan oleh orang
Romawi kuno sampai datangnya agama Kristen yang mengharuskan mayat untuk
dikubur di dalam tanah

4. Kubur batu
Berupa peti-peti kubur yang terbuat dari batu dan tidak
ditanam dalam tanah, tapi diletakkan di atas tanah
lapang. Bentuknya bisa persegi panjang atau kubus,
dengan ketinggian berkisar 150 cm di atas tanah. Pada
bagian atapnya dipahat aneka ragam hias yang
menggambarkan wajah pria, dewa-dewa maupun atap
rumah.
Menurut kepercayaan setempat di masa itu, orang wafat
harus ‘dipulangkan' ke alam baka sebagaimana
posisinya dalam rahim. Hingga mereka tidak berbaring
telentang, tapi dibuat dalam kondisi seperti janin, yaitu
meringkuk atau disebut foetal position.

5. Waruga
Waruga adalah kubur atau makam
leluhur orang Minahasa yang terbuat dari
batu dan terdiri dari dua bagian. Bagian
atas berbentuk segitiga seperti bubungan
rumah dan bagian bawah berbentuk kotak
yang bagian tengahnya ada ruang.

6. Punden Berundak-undak
Punden berundak-undak adalah beberapa
balok batu yang disusun  secara
berundak-undak. Satu buah balok batu
berukuran 40 x 40 cm.  Panjangnya
sekitara enam meter. Pada lapisan bawah
disusunlah balok sebanyak delapan buah.
Pada lapisan kedua disusun pula balok
batu sebanyak tujuh buah, pada lapisan
ketiga disusun enam buah, pada lapisan
ke empat disusun sebanyak lima buah dan seterusnya. Hingga pada puncaknya
diletakkan sebuah balok.
Punden berundak-undak berfungsi sebagai tempat mengadakan saji-sajian bagi
masyarakat purba yang masih beragama animisme dan dinamisme. Dengan tujuan
untuk menolak bahaya atau semacam bencana seperti gempa bumi, angin rebut,
penyakit menular dan sebagainya. Dan juga bisa sebagai meminta rahmat dari sang
ESA. Seperti minta hujan, minta kesuburan tanah
dan sebagainya

7. Arca
Arca adalah patung yang dibuat dengan tujuan
utama sebagai media keagamaan dalam memuja
tuhan atau dewa-dewinya. Arca berbeda dengan
patung pada umumnya, yang merupakan hasil seni yang dimaksudkan sebagai sebuah
keindahan. Oleh karena itu, membuat sebuah arca tidaklah sesederhana membuat
sebuah patung.Dalam agama Hindu, arca adalah sama dengan Murti (Dewanagari):,
atau murthi, yang merujuk kepada citra yang menggambarkan Roh atau Jiwa
Ketuhanan (murta). Berarti "penubuhan", murti adalah perwujudan aspek ketuhanan
(dewa-dewi), biasanya terbuat dari batu, kayu, atau logam, yang berfungsi sebagai
sarana dan sasaran konsentrasi kepada Tuhan dalam pemujaan. Menurut kepercayaan
Hindu, murti pantas dipuja sebagai fokus pemujaan kepada Tuhan setelah roh suci
dipanggil dan bersemayam didalamnya dengan tujuan memberikan persembahan atau
sesaji. Perwujudan dewa atau dewi, baik sikap tubuh, atribut, atau proporsinya harus
mengacu kepada tradisi keagamaan yang bersangkutan

- Corak Kehidupan pada Masa Pra-aksara


a. Masa berburu dan mengumpulkan makanan
(Food Gathering)
Masa berburu dan mengumpulkan makanan (food gathering and hunting period)
adalah masa dimana cara manusia purba mengumpulkan makanan-makanan yang
dibutuhkan mereka untuk bertahan hidup adalah dengan berburu dan mengumpulkan
makanan yang tersedia dari alam (sungai, danau, laut, dan hutan-hutan yang ada di
sekitar tempat bermukim mereka pada saat itu). Masa Berburu dan Mengumpulkan
makanan terjadi pada masa Paleolithikum (zaman batu tua), yang berbarengan
dengan kala Pleistosen yang terjadi sejak 2 juta tahun yang lalu. Masa berburu dan
mengumpulkan makanan berlangsung selama 600.000 tahun.

b. Masa bercocok tanam dan Bertenak


(food Producing)
Kehidupan bercocok tanamnya dikenal dengan berhuma, yaitu teknik
bercocok tanam dengan cara membersihkan hutan dan menanaminya. Setelah
tanah tidak subur maka mereka akan berpindah ke tempat lain yang masih
subur dan melakukan hal yang sama seperti sebelumnya. Hal ini dilakukan
secara berulang-ulang. Pada perkembangannya mulai menetapkan kehidupan
bercocok tanam pada tanah-tanah persawahan.
☼ Telah tinggal menetap di suatu tempat, mereka tinggal di sekitar huma
tersebut, dengan cara bercocok tanam dan memelihara hewan-hewan jenis
tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa mereka telah hidup menetap Hal ini
juga menunjukkan bahwa manusia telah dapat menguasai alam lingkungan.
☼ Dengan hidup menetap, merupakan titik awal dan perkembangan kehidupan
manusia untuk mencapai kemajuan. Dengan hidup menetap, akal pikiran
manusia mulai berkembang dan mengerti akan perubahan-perubahan hidup
yang terjadi.
☼  Jumlah anggota kelompoknya semakin besar sehingga membuat kelompok-
kelompok perkampungan, meskipun mereka masih sering berpindah-pindah
tempat tinggal.
☼  Populasi penduduk meningkat. Usia rata-rata manusia masa ini 35 tahun.
☼  Muncul kegiatan kehidupan perkampungan, oleh karena itu di buat peraturan,
untuk menjaga ketertiban kehidupan masyarakat.
☼  Diangkat seorang pemimpin yang berwibawa, kuat, dan disegani untuk
mengatur para anggotanya.
☼  Mereka hidup bergotong royong, sehingga mereka saling melengkapi, saling
membantu, dan saling berinteraksi dalam upaya memenuhi kebutuhan
hidupnya.

c. Masa Perundagian (Masa Kemahiran teknik)

Kehidupan Sosial
o Jumlah penduduk semakin bertambah. Kepadatan penduduk bertambah, pertanian
dan peternakan semakin maju, mereka memiliki pengalaman dalam bertani dan
berternak mereka mengenal cara bercocok tanam yang sederhana.
o Mereka memiliki pengetahuan tentang gejala alam dan musim, mereka mulai
dapat memperkirakan peristiwa alam dan memperhitungkan musim tanam dan
musim panen.
o Dengan diterapkan sistem persawahan maka pembagian waktu dan kerja semakin
diketatkan.
o Dalam masyarakat muncul golongan undagi, mereka merupakan golongan yang
terampil untuk melakukan perkerjaan seperti pembuatan rumah kayu, gerobak,
maupun benda logam. Pertanian tetap menjadi usaha utama masyarakat.
o Dari segi sosial, kehidupan masyarakat zaman ini semakin teratur. Contohnya :
ada pembagian kerja yang baik berdasarkan kemampuan yang dimiliki masing-
masing individu.
o Pembagian kerja semakin komplek dimana perempuan tidak hanya bekerja di
rumah tetapi juga berdagang di pasar.

Anda mungkin juga menyukai