Kehidupan Manusia Purba Yang Hidup Pada Masa Pra Aksara
Kehidupan Manusia Purba Yang Hidup Pada Masa Pra Aksara
2. PITHECANTROPUS MOJOKERTENSIS
1. Homo Mojokertensis
2. Homo Robustus
3. Homo Sapiens
Ardipithecus
ras manusia yang hidup enam juta tahun lalu di kawasan Afar, Ethiopia. 'Ardi', demikian
nama yang diberikan oleh para peneliti, dikumpulkan dari berbagai tulang manusia yang
ditemukan di wilayah itu selama lima belas tahun terakhir. Manusia ini tingginya 1, 20
meter dan beratnya 50 kilogram. Bentuk tangan, kaki, dan badan menunjukkan bahwa ia
merangkak dan memanjat pohon, tapi juga terkadang berjalan di atas kedua kaki. Dari
bentuk rahang, para ilmuwan menyimpulkan cara hidup Ardi tidaklah agresif. Menurut
ilmuwan, penemuan ini mengubah teori yang berlaku selama ini mengenai asal usul
manusia.
Homo antecessor
A. Zaman Batu
1. Zaman Paleotikum (zaman batu tua)
Zaman batu tua (palaeolitikum), Disebut demikian sebab alat-alat batu buatan
manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat
dari sudut mata pencariannya periode ini disebut masa berburu dan meramu
makanan tingkat sederhana. Pendukung kebudayaan ini adalah Homo Erectus
yang terdiri.
B. Zaman Logam
Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping
alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya
menjadi alat-alat yang diinginkannya. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam,
yaitu dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan
lilin yang disebut acire perdue. Periode ini juga disebut masa perundagian karena
dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan
tangan. Zaman logam ini dibagi atas:
1. Zaman Tembaga
Orang menggunakan tembaga sebagai alat kebudayaan. Alat kebudayaan ini
hanya dikenal di beberapa bagian dunia saja. Di Asia Tenggara (termasuk
Indonesia) tidak dikenal istilah zaman tembaga.
2. Zaman Perunggu
Pada zaman ini orang sudah dapat mencampur tembaga dengan timah dengan
perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras.
3. Zaman Besi
Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang
menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik
peleburan tembaga maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas
yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.
Zaman logam di Indonesia didominasi oleh alat-alat dari perunggu sehingga
zaman logam juga disebut zaman perunggu. Alat-alat besi yang ditemukan pada
zaman logam jumlahnya sedikit dan bentuknya seperti alat-alat perunggu, sebab
kebanyakan alat-alat besi, ditemukan pada zaman sejarah.
Antara zaman neolithicum dan zaman logam telah berkembang kebudayaan
megalithicum, yaitu kebudayaan yang menggunakan media batu-batu besar
sebagai alatnya, bahkan puncak kebudayaan megalithicum justru pada zaman
logam.
2. Dolmen
3. Sarkofagus
Sarkofagus adalah suatu tempat
untuk menyimpan jenazah.
Sarkofagus umumnya dibuat dari
batu. Kata "sarkofaus" berasal dari
bahasa Yunani σάρξ (sarx,
"daging") dan φαγεῖνειν
(phagein,"memakan"), dengan
demikian sarkofagus bermakna
"memakan daging".
Sarkofagus sering disimpan di atas
tanah oleh karena itu sarkofagus
seringkali diukir, dihias dan dibuat dengan teliti. Beberapa dibuat untuk dapat berdiri
sendiri, sebagai bagian dari sebuah makam atau beberapa makam sementara beberapa
yang lain dimaksudkan untuk disimpan di ruang bawah tanah. Di Mesir kuno,
sarkofagus merupakan lapisan perlindungan bagi mumi keluarga kerajaan dan
kadang-kadang dipahat dengan alabaster
Sarkofagus - kadang-kadang dari logam atau batu kapur – juga digunakan oleh orang
Romawi kuno sampai datangnya agama Kristen yang mengharuskan mayat untuk
dikubur di dalam tanah
4. Kubur batu
Berupa peti-peti kubur yang terbuat dari batu dan tidak
ditanam dalam tanah, tapi diletakkan di atas tanah
lapang. Bentuknya bisa persegi panjang atau kubus,
dengan ketinggian berkisar 150 cm di atas tanah. Pada
bagian atapnya dipahat aneka ragam hias yang
menggambarkan wajah pria, dewa-dewa maupun atap
rumah.
Menurut kepercayaan setempat di masa itu, orang wafat
harus ‘dipulangkan' ke alam baka sebagaimana
posisinya dalam rahim. Hingga mereka tidak berbaring
telentang, tapi dibuat dalam kondisi seperti janin, yaitu
meringkuk atau disebut foetal position.
5. Waruga
Waruga adalah kubur atau makam
leluhur orang Minahasa yang terbuat dari
batu dan terdiri dari dua bagian. Bagian
atas berbentuk segitiga seperti bubungan
rumah dan bagian bawah berbentuk kotak
yang bagian tengahnya ada ruang.
6. Punden Berundak-undak
Punden berundak-undak adalah beberapa
balok batu yang disusun secara
berundak-undak. Satu buah balok batu
berukuran 40 x 40 cm. Panjangnya
sekitara enam meter. Pada lapisan bawah
disusunlah balok sebanyak delapan buah.
Pada lapisan kedua disusun pula balok
batu sebanyak tujuh buah, pada lapisan
ketiga disusun enam buah, pada lapisan
ke empat disusun sebanyak lima buah dan seterusnya. Hingga pada puncaknya
diletakkan sebuah balok.
Punden berundak-undak berfungsi sebagai tempat mengadakan saji-sajian bagi
masyarakat purba yang masih beragama animisme dan dinamisme. Dengan tujuan
untuk menolak bahaya atau semacam bencana seperti gempa bumi, angin rebut,
penyakit menular dan sebagainya. Dan juga bisa sebagai meminta rahmat dari sang
ESA. Seperti minta hujan, minta kesuburan tanah
dan sebagainya
7. Arca
Arca adalah patung yang dibuat dengan tujuan
utama sebagai media keagamaan dalam memuja
tuhan atau dewa-dewinya. Arca berbeda dengan
patung pada umumnya, yang merupakan hasil seni yang dimaksudkan sebagai sebuah
keindahan. Oleh karena itu, membuat sebuah arca tidaklah sesederhana membuat
sebuah patung.Dalam agama Hindu, arca adalah sama dengan Murti (Dewanagari):,
atau murthi, yang merujuk kepada citra yang menggambarkan Roh atau Jiwa
Ketuhanan (murta). Berarti "penubuhan", murti adalah perwujudan aspek ketuhanan
(dewa-dewi), biasanya terbuat dari batu, kayu, atau logam, yang berfungsi sebagai
sarana dan sasaran konsentrasi kepada Tuhan dalam pemujaan. Menurut kepercayaan
Hindu, murti pantas dipuja sebagai fokus pemujaan kepada Tuhan setelah roh suci
dipanggil dan bersemayam didalamnya dengan tujuan memberikan persembahan atau
sesaji. Perwujudan dewa atau dewi, baik sikap tubuh, atribut, atau proporsinya harus
mengacu kepada tradisi keagamaan yang bersangkutan
Kehidupan Sosial
o Jumlah penduduk semakin bertambah. Kepadatan penduduk bertambah, pertanian
dan peternakan semakin maju, mereka memiliki pengalaman dalam bertani dan
berternak mereka mengenal cara bercocok tanam yang sederhana.
o Mereka memiliki pengetahuan tentang gejala alam dan musim, mereka mulai
dapat memperkirakan peristiwa alam dan memperhitungkan musim tanam dan
musim panen.
o Dengan diterapkan sistem persawahan maka pembagian waktu dan kerja semakin
diketatkan.
o Dalam masyarakat muncul golongan undagi, mereka merupakan golongan yang
terampil untuk melakukan perkerjaan seperti pembuatan rumah kayu, gerobak,
maupun benda logam. Pertanian tetap menjadi usaha utama masyarakat.
o Dari segi sosial, kehidupan masyarakat zaman ini semakin teratur. Contohnya :
ada pembagian kerja yang baik berdasarkan kemampuan yang dimiliki masing-
masing individu.
o Pembagian kerja semakin komplek dimana perempuan tidak hanya bekerja di
rumah tetapi juga berdagang di pasar.