Anda di halaman 1dari 20

PENERAPAN GEOMETRI FRAKTAL DAN L-SYSTEMS PADA BATIK GARUTAN

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Batik telah menjadi identitas yang khas bagi Indonesia, karena batik sendiri berasal dari
Indonesia, khususnya berasal dari Jawa, sebuah warisan budaya yang harus dilestarikan. Batik
dikenal karena keindahan motifnya yang beragam. Banyak sekali macam-macam motif batik
yang ada di Jawa, mulai dari Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Salah satunya adalah Batik Garutan yang sesuai dengan namanya berasal dari Garut,
Jawa Barat. Batik Garutan terkenal memiliki motif yang kental dengan unsur alam, flora dan
fauna. Selain itu motif Batik Garutan selalu menggunakan gambar dasar berbentuk geometri dan
menjadi dasar untuk para pembatik menentukan motif yang diingikan. Biasanya motif tersebut
memiliki arah diagonal yang mirip dengan bentuk belah ketupat. Disinilah letak keunikannya
dimana Batik Garutan menggabungkan unsur alam dan geometri dalam motifnya, menjadikan
kita lebih dekat dengan alam namun ada sentuhan unik dengan menambahkan motif geometri di
dalamnya.
Geometri fraktal adalah cabang ilmu matematika yang mempelajari tentang dimensi
fraktal. Berbeda dari geometri pada umumnya, sesuai dengan namanya, fraktal dalam bahasa
inggris yaitu fractal yang artinya “patah”, “rusak”, atau “tidak teratur”, karena itu geometri
fraktal tidak memiliki bentuk yang beraturan. Salah satu contohnya seperti himpunan
mandelbolt. Himpunan Mandelbolt terkenal dengan keindahannya yang membuat banyak orang
tertarik meski bukan dari kalangan matematika.
Sedangkan L-Systems yang merupakan bagian dari geometri fraktal, secara sederhana
adalah sebuah sistem yang membentuk berbagai model yang berhubungan dengan alam terutama
tumbuhan karena diciptakan oleh seorang botanis bernama Aristid Lindenmayer pada tahun
1986. Awalnya L-Systems dibuat untuk melihat perkembangan dari organisme mulitisel, lalu
aplikasi dari L-Systems meluas untuk memodelkan pertumbuhan pada tanaman yang lebih tinggi
dan percabangan yang kompleks. Karena itu L-Systems sangat dekat kaitannya dengan alam
namun dikembangkan lebih kompleks dengan menggunakan sebuah rumus yang memuat huruf
sebagai parameter dan akan menghasilkan suatu desain model.
Sehingga perpaduan antara geometri fraktal dan L-Systems disini sangat cocok untuk
membuat motif Batik Garutan yang pada dasarnya juga memiliki motif dasar yang sama yaitu
geometri dan alam. Batik ini cocok untuk dikreasikan lebih dalam dengan geometri fraktal dan
unsur alam pada L-Systems.
Disini akan ditunjukkan bagaimana untuk mengembangkan motif pada Batik Garutan
dengan menggunakan L-Systems dan menggabungkannya dengan fraktal sehingga tercipta
perpaduan yang menarik antara Batik Garutan dan batik fraktal. Serta menunjukkan peran
matematika dalam bidang seni.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu fraktal dan L-System?
2. Apa hubungan dan bagaimana fraktal dan L-System dapat diaplikasikan pada Batik
Garutan sehingga bisa padu satu sama lain?
3. Metode yang digunakan untuk menerapkan dan memodelkan fraktal dan L-System pada
Batik Garutan.

1.3. Tujuan Penelitian


Penelitian ini ditujukan untuk :
1. Meningkatkan kreatifitas dengan memadukan Batik Garutan dan batik fraktal secara
matematis.
2. Mengaplikasikan matematika dalam hal ini geometri fraktal dan L-Systems ke dalam
batik.

1.4. Manfaat Penelitian


Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah untuk memperdalam lagi tentang penerapan
geometri fraktal dan L-Systems dalam kehidupan dan bidang seni
BAB II. KAJIAN PUSTAKA

Geometri fraktal adalah geometri yang bekerja di antara Geometri Euclid dan geometri
yang ada pada umumnya dalam matematika. Sehingga dalam matematika, fraktal dapat
dikatakan sebagai himpunan bagian dari ruang euclid dengan dimensi fraktal yang melebihi
dimensi topologinya. Fraktal mempunyai ukuran yang berbeda-beda, salah satu contohnya
seperti yang telah diilustrasikan dalam Himpunan Mandelbrot.

Gambar 2.1. Himpunan Mandelbrot

Himpunan Mandelbolt dapat dikatakan salah satu dari bentuk keindahan matematika.
Dapat dilihat himpunan ini memiliki desain dan motif yang sangat indah sehingga menarik
banyak perhatian orang diluar subjeknya dalam matematika. Himpunan mandelbrot berasal dari
himpunan bilangan kompleks yang terikat dalam nilai abosolut. Nama mandelbrot berasal dari
Benoit B. Mandelbrot yang dikenal sebagai bapak dari fraktal, karena dia adalah orang yang
pertama kali menggunakan komputer grafis dalam menciptakan dan mengenalkan geometri
fraktal. Karena itu fraktal jika dibandingkan dengan cabang ilmu matematika lain merupakan
salah satu hal yang baru karena ditemukan dan diciptakan pada abad ke-20.
2.1. Fraktal
Benoit Mandelbrot pada tahun 1982 dalam bukunya yang berjudul “The Fractal
Geometry of Nature”, mendeskripsikan kata “Fractal” berasal dari bahasa latin frangere yang
berarti “untuk mematahkan, fragmen”. Bentuk geometris yang terbentuk dari fragmen yang
mungkin mirip, identik, berulang, atau acak adalah fraktal.
Oleh Bernoit Mandelbrot (1989), sebuah bentuk geometri atau benda alam dapat
dikatakan fraktal jika menggabungkan karakteristik ini :
a) Bagian-bagian yang memiliki bentuk atau struktur yang sama secara keseluruhan,
kecuali pada skala yang berbeda dan ada sedikit cacat.
b) Bentuknya sangat tidak beraturan pada skala apapun.
c) Mengandung ‘elemen beberda’ yang skalanya bervariasi dan mencangkup
jangankuan yang luas.

Fraktal pada dasarnya tidak terlalu berbeda dengan bentuk-bentuk geometri yang kita
kenal seperti persegi, lingkaran, segitiga, dan sebagainya. Tetapi fraktal tidak terbatas hanya
pada bentuk geometri tapi juga alam. Fraktal mempunyai sesuatu special yang tidak dimiliki oleh
bentuk-bentuk geometri pada umumnya. Salah satunya seperti yang telah disebutkan yaitu
bentuknya yang tidak beraturan.
dikutip dari Bernoit Mandelbrot, “awan bukanlah bola, gunung bukanlah kerucut, garis
pantai tidak mungkin melingkar, dan kulit kayu tidak mulus, tidak juga petir merambat dalam
garis lurus”. Karena itu fraktal juga dapat dikatakan sebagai intrerpretasi dari alam, karena alam
tidak memiliki bentuk yang teratur. Contohnya meski gunung terlihat seperti kerucut, tapi jika
melihat syarat sebuat bangun ruang dikatakan kerucut maka gunung bukanlah kerucut. Karena
itu fraktal ada untuk mendefiniskan lebih dalam bentuk-bentuk yang tidak beraturan yang ada di
alam.
Di alam, semua terbentuk dari fragmen dan menyebar. Bernoild Mandelbrot pernah
menjabarkan dan memberikan contoh tentang fraktal pada alam dalam sebuah acara yang
diselenggarakan oleh TED pada tahun 2010. Dia memberi contoh dengan bunga kol, bunga kol
itu kecil tapi ketika dipotong lagi dan lagi kita akan terus mendapatkan bunga kol yang sama.
Hal ini menunjukkan suatu hal yang disebut self-similar, yaitu kesamaan pada sendiri sendiri
secara keseluruhan satu sama lain. Tidak harus benar-benar persis satu sama lain, tetapi
mempunya tipe dan struktur yang sama. Hal ini yang akan dibahas lebih lanjut di poin
berikutnya.

Gambar 2.2. contoh fraktal di alam (awan, petir, pakis,dan bunga kol)

Kesamaan diri (self similiarity) pada fraktal


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, fraktal adalah objek yang mempunyai
kesamaan pada dirinya sendiri di berbagai skala. Lalu apa yang dimaksud dengan self-similar?
Dapat dilihat dari kata itu sendiri, self-similar atau kesamaan diri sendiri, dimana objek tersebut
mirip satu sama lain atau secara keseluruhan disemua skala. Jika kita perbesar objek tersebut,
komponen-komponen yang terdapat didalamnya mirip satu sama lain atau memiliki bentuk
yang sama dengan bentuk asli. Dan ini yang menjadi ciri khas dari fraktal. Tidak semua objek
yang memiliki kemiripan satu sama lain dalam dirinya disebut fraktal, tetapi semua fraktal
mempunya kemiripan ini, self similar.
Gambar 2.3 Self Similarity pada fraktal

Segitiga Sierpinski
Segitiga Sierpinski adalah salah satu contoh dari fraktal yang sangat terkenal, dinamakan
atas nama seorang matematikawan asal Polandia bernama Waclaw Sierpinski yang telah
menemukan dan mendalami segitiga ini.

Gambar 2.4. Segitiga Sierpinski


Dari Segitiga Sierpinski dapat dilihat self-similar yang ditunjukkan oleh segitiga ini.
Ketika kita melihat lebih dekat, kita dapat mengamati bahwa segitiga yang besar terdiri dari tiga
segitiga kecil yang memiliki ukuran panjang sisi setengah dari dari ukuran sisi aslinya dengan
bentuk yang mirip dengan segitiga yang besar. Dan dari segitiga ini, kita akan mendapati lagi
didalamnya terdapat 3 segitiga dengan skala yang lebih kecil dan bentuk yang mirip. Dan begitu
seterusnya. Sehingga didapat kesimpulan bahwa Segitiga Sierpinski dalam berbagai skala
dansetiap iterasi memiliki bentuk yang sama.

Koch Snowflake
Sama halnya dengan Segitiga Sierpinski, Koch Snowflake juga merupakan bentuk fraktal
yang terkenal dan popular. Koch Snowflake pertama kali muncul dalam bentuk buku oleh
Matematikawan Swedia, Niel Fabian Helge von Koch pada tahun 1906.

Gambar 2.5. Koch Snowflake dengan iterasi dalam jumlah besar

Proses pembentukan Koch Snowflake diawali dengan bentuk segitiga untuk iterasi 0.

Gambar 2.6.Generator atau iterasi 0 dari Koch Snowfloke


Kemudian di tengah-tengah setiap sisi segitiga diganti dengan segitiga dengan skala yang lebih
kecil. Lakukan hal ini berulang-ulang maka akan terbentuk

Gambar 2.7. Dari kiri ke kanan, iterasi 1 sampai 4 dari Koch Snowfloke

Setelah jumlah iterasi yang tidak terhingga, Koch Snowflake akan terlihat seperti yang ada pada
gambar 4.

2.2. L-System
L-Systems adalah sistem yang menuliskan kembali secara pararel yang asalnya
dikenalkan sebagai model perkembangan sebuah organisme multiseluler. L-System diciptakan
oleh Astrid Lindenmayer sebagai bentuk formalitas matematika untuk penalaran bagaimana
perkembangan organisme multiseluler dan lalu dikenal sebagai teori yang secara matematis
mengamati tentang pertumbuhan tanaman.
Awalnya L-System dikenalkan untuk mengenalkan keberadaan sel otomata, tetapi karena
adanya penambahan dan pemindahan sel-sel tersebut kemudian berkembang menjadi sistem
penulisan ulang (rewriting). Karena itu konsep utama dari L-Systems adalah menuliskan
kembali. Secara umum menulis ulang adalah teknik untuk mendefinisikan objek yang kompleks
dengan mengganti secara berurutan bagian dari objek yang sederhana di awal menggunakan
aturan penulisan ulang tertentu.
Perkembangan tanaman sebagai salah satu bentuk aplikasi proses dari penulisan ulang
(rewriting)
Bentuk aplikasi dari L-System yang paling umum digunakan yaitu untuk membuat model
dari perkembangan tanaman, hal inilah yang digunakan dalam matematika. Pada awalnya L-
System dipahami sebagai model matematika untuk menggambarkan pertumbuhan dan interaksi
sel dalam struktur tumbuhan. Tapi ketika aplikasi grafis dari L-System diusulkan, hal ini
digunakan untuk membuat model struktur tanaman yang lebih tinggi, seperti cabang, daun dan
tanaman itu sendiri.
Cara objek tersebut bergenerasi membuat L-System ideal atau cocok untuk memodelkan
tanaman dan pohon. Ada banyak tipe dari L-System, salah satunya adalah dalam konteks bebas,
L-System bebas konteks merupakan yang paling sederhana. Ada tipe L-System stokastik, tipe ini
dapat mewakili tanaman dan pohon lebih akurat dibandingkan dengan tipe lain. Namun pada
dasarnya masing-masing tipe dapat mewakili tanaman dan pohon.
Dalam bahasa pemograman (string), objek dalam L-System diturunkan menggunakan
aturan penulisan ulang (rewriting). Sistem penurunan dari suatu objek dengan menggunakan L-
System dapat dilakukan dengan memperlakukan simbol sebagai string untuk menurunkan dan
sebagai perintah kemudian menafsirkannya.

Pembuatan L-Systems
Setiap L-System diawali dengan sebuah pengaturan awal dari arah turtle yang disebut
dengan “aksioma” atau “axiom” dalam Bahasa Inggris. Diikutin oleh aturan-aturan yang
berlanjut atau menurun (rule) yang harus diikuti. Dari aturan-aturan (rule) ini akan merubah
perintah yang kita masukkan dalam bentuk simbol, memprogramnya ke dalam perintah lain.
Simbol-simbol yang digunakan dalam L-System akan menghasilkan atau
menggambarkan bagaimana pertumbuhan dan percabangan serta bagaimana objek tersebut
dimanipulasi melalui simbol tersebut. Pada dasarnya semua huruf dapat dijadikan sebagai simbol
untuk menggambarkan pertumbuhan, dan simbol “F” dan “f” adalah simbol yang sering
digunakan. Simbol ini yang menentukan, menuliskan dan memberi perintah bagaimana membuat
percabangan pada tanaman dan pohon. Selain simbol-simbol tersebut terdapat simbol penting
lainnya yang berperan memberi perintah arah yaitu “+” untuk ke arah kiri dan “-“ ke arah kanan,
selain itu “[ ]” untuk kembali ke titik sebelumnya.
Karena itu mengapa dinamakan dengan sistem penulisan ulang (rewriting system), karena
L-System menuliskan kembali perintah-perintah tersebut secara berulang-ulang dengan cara
diterasikan sehingga membentuk objek tanaman atau pohon.
Sebagai contoh sederhana dari pembuatan L-System dengan aksioma “F” dan aturan
F=F[+F][-F]F dengan sudut 30°

Gambar 2.8. Iterasi 1 hingga 4 dari aturan F = F[+F][-F]F dengan sudut 30°

Bisa dilihat bagaimana L-System memodelkan pertumbuhan tanaman dan pohon, dan hal
tersebut masih bentuk pemodelan sederhana. Dengan aksioma dan aturan yang lebih kompleks,
L-System dapat memodelkan berbagai pertumbuhan tanaman dan pohon yang lebih rumit seperti
gambar-gambar di bawah ini.

Gambar 2.9. Pemodelan tanaman dengan aksioma FX dengan aturan F = FF-[-F+F]+[+F-


F] dan X = FF+[+F]+[-F]
Gambar 2.10. Pemodelan tanaman dengan aksioma X dengan aturan X=F
[[X]+X]+F[+FX]-X dan F=FF

2.3. L-System dalam fraktal


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya L-System merupakan sebuah sistem pemodelan
untuk melihat perkembangan tanaman dan pohon. Namun pada dasarnya, L-System dapat
digunakan untuk memodelkan bentuk-bentuk fraktal yang lain selain pertumbuhan tanaman dan
pohon. Karena baik fraktal maupun pemodelan pertumbuhan tanaman dan pohon, keduanya
diterasikan secara berulang-ulang untuk mendapatkan model yang diinginkan.
Fraktal seperti Segitiga Sierpinski dan Koch Snowflake juga dapat dimodelkan dengan
menggunakan L-System dengan aksioma dan aturan tertentu.

Segitiga Sierpinski
Aksioma : F-G-G
Aturan 1 : F=F-G+F+G-F
Aturan 2 : G=GG
Sudut : 120°
Koch Snowflake
Aksioma : F++F++F
Aturan 1 : F=F-F++F-F
Aturan 2 : X=FF

Selain segitiga Sierpinski dan Koch Snowflake, banyak fraktal-fraktal lain yang dapat
dimodelkan oleh L-System. Seperti kurva red dragon, kurva gosper, es fraktal, dll. Dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.

Kurva Red Dragon


Aksioma : FA
Aturan 1 : A=A+BF+
Aturan 2 : B=-FA-B
Sudut : 90°

Gambar 2.11. Red Dragon Curve


Kurva Gosper
Aksioma :A
Aturan 1 : A=A-B--B+A++AA+B-
Aturan 2 : B=+A-BB--B-A++A+B
Sudut : 60°

Gambar 2.12. Gosper Curve


Es Fraktal
Aksioma : F+F+F+F
Aturan 1 : F=FF+F++F+F
Sudu : 90°

Gambar 2.13. Fractal Ice


2.4. Penerapan Fraktal dan L-System ke dalam Batik Garutan
Seperti namanya Batik Garutan, batik ini berasal dari daerah Garut, Jawa Barat. Motif
Batik Garutan berbentuk geometri sebagai ciri khas ragam hiasnya lalu dipadu dengan motif
fauna dan flora, karena itu mengapa batik ini dekat dengan nuansa alamnya. Dapat dilihat dari
gambar-gambar di bawah ini bagaimana motif dari Batik Garutan.

Gambar 2.13. Batik Garutan

Dari gambar Batik Garutan di atas, batik ini terlihat sederhana tapi batik ini memiliki
banyak filosofi dibaliknya. Tapi hal utama disini, kita dapat melihat bahwa Batik Garutan
memiliki banyak motif geometri yang dipadu edengan flora atau fauna. Karena ini mengapa
Batik Garutan cocok untuk dipadukan dengan Geometri Fraktal dan L-System. Kita bisa
mengembangkan motif-motif pada Batuk Garutan lebih kompleks dengan menggunakan Fraktal
dan L-Systems, menambahkan sentuhan matematika didalamnya.
Secara garis besar motif geomteri pada Batik Garutan akan menggunakan Fraktal dan
motif alamnya dalam hal ini motif flora dikembangkan lagi dengan L-System. Bentuk-bentuk
fraktal seperti Segitiga Sierpinski, Koch Snowflake, Red Dragon Curve, atau himpunan fraktal
Himpunan Mandelbrot dan Himpunan Julia disini dapat menjadi motif geometri dalam Batik
Garutan. Sedangkan motif flora dapat menggunakan L-System.

2.5. Transformasi Geometri


Dalam mendesain atau memodelkan khususnya geometri, Transformasi Geometri adalah
hal paling penting untuk diketahui. Karena dalam memodelkan, tentu geometri haruslah
bertransformasi untuk menghasilkan model atau desain yang diinginkan.
Transformasi merupakan pemetaan titik pada suatu bidang ke himpunan titik yang lain
pada bidang yang sama. Sedangkan transformasi geometri sendiri adalah perubahan posisi suatu
objek geometri dari posisi awal A(x,y) ke posisi lain A’(x’,y’). Terdapat 4 jenis transformasi
geometri, yaitu translasi (pergeseran atau perpindahan), refleksi (pencerminan), rotasi
(perputaran), dan dilatasi (perkalian). 4 jenis transfromasi ini yang pada dasarnya diterapkan
untuk memodelkan bentuk geometri.

Translasi (Pergeseran)
Translasi adalah pergeseran atau perpindahan suatu titik sepanjang garis lurus dengan
arah dan jarak tertentu. Yang berati titik A(x,y), titik x bergeser sejauh a dan titik y bergeser
sejauh b, sehingga diperoleh titik koordinat A’(x+a, y+b). Persamaan translasi dalam bentuk
matriks dapat dinyatakan sebagai berikut.
𝑥 𝑥𝑎
[x, y] = [𝑦] + [𝑦 ]
𝑏
Gambar 2.14. Translasi

Refleksi (Pencerminan)
Refleksi adalah memindahkan titik pada bagun geometri dengan menggunakan sifat objek
dan bayangan pada cermin datar. Selain itu refleksi juga dapat diartikan sebagai transformasi
yang memetakan misalkan titik A ke bayangan A’ terhadap bidang tersebut. Dilambangkan
dengan R.

Gambar 2.15. Refleksi


Matriks transformasi begantung pada sumbu yang digunakan sebagai acuan untuk melakukan
pencerminan objek.

Refleksi Pada R2
No Refleksi Bayangan Matriks
1 Terhadap sumbu-x (y=0) (x, -y) 1 0
[ ]
0 −1
2 Terhadap sumbu-y (x=0) (-x, y) −1 0
[ ]
0 1
3 Terhadap garis y = x (y,x) 0 1
[ ]
1 0
4 Terhadap garis y = -x (-y, -x) 0 −1
[ ]
−1 0
5 Terhadap titik O(0,0) (-x, -y) −1 0
[ ]
0 −1
6 Terhadap garis x = a (2a-x, y) 2𝑎 1 0 𝑎
[ ]−[ ][ ]
0 0 −1 𝑏
7 Terhadap garis y = b (x, 2b-y) 0 1 0 𝑎
[ ]−[ ][ ]
2𝑏 0 1 𝑏

Refleksi pada R3
No Refleksi Matriks
1 Terhadap sumbu x = 0 −1 0 0 𝑥𝑝
[0 1 0] [𝑦𝑝 ]
0 0 1 𝑧𝑝
2 Terhadap sumbu y = 0 1 0 0 𝑥𝑝
[0 −1 0] [𝑦𝑝 ]
0 0 1 𝑧𝑝
3 Terhadap sumbu z = 0 1 0 0 𝑥𝑝
[0 1 0 ] [𝑦𝑝 ]
0 0 −1 𝑧𝑝

Rotasi (perputaran)
Rotasi adalah perpindahan titik ke titik yang lain dengan cara terhadap sudut atau titik
yang dijadikan sebagai acuan atau pusat. Sudut adalah hal yang sangat penting dalam
merotasikan dan biasa dinotasikan dengan α. Jika objek diputar searah jarum jam maka bernikai
positif, dan jika diputar berlawanan arah jarum jam bernilai negatif, hal ini dikenal dengan
sisitem koordinasi tangan kiri. Sedangkan sistem koordinasi tangan kanan diterapkan dalam R 3,
karena dalam R3 memiliki satu variable yang tidak dimiliki oleh R2. Berbeda dengan sistem
koordinasi tangan kiri, sistem koordinasi tangan kanan objek yang dirotasi memiliki nilai postif
jika diputar berlawanan arah jaruh jam.

Gambar 2.16. Translasi

Sama halnya dengan refleksi, matriks pada rotasi bergantung pada titik atau sudut yang dijadikan
sebagai pusat rotasi.

Pada R2
No Rotasi Matriks
′ 𝑐𝑜𝑠𝛼 −𝑠𝑖𝑛𝛼 𝑎
1 Rotasi titik A(a,b) dengan pusat A[𝑎 ] = [ ][ ]
𝑏′ 𝑠𝑖𝑛𝛼 𝑐𝑜𝑠𝛼 𝑏
O(0,0) sebesar α
2 Rotasi titik A(a,b) dengan pusat 𝑎′ 𝑐𝑜𝑠𝛼 −𝑠𝑖𝑛𝛼 𝑎 − 𝑚 𝑚
A[ ] = [ ][ ]+[ ]
𝑏′ 𝑠𝑖𝑛𝛼 𝑐𝑜𝑠𝛼 𝑏 − 𝑛 𝑛
P(m,n) sebesar α
3 Rotasi titik A(a,b) dengan pusat ′ cos⁡(𝛼 + 𝛽) −𝑠𝑖𝑛(𝛼 + 𝛽) 𝑎
A[𝑎 ] = [ ][ ]
𝑏′ 𝑠𝑖𝑛(𝛼 + 𝛽) 𝑐𝑜𝑠(𝛼 + 𝛽) 𝑏
O(0,0) sebesar α kemudian sebesar β
4 Rotasi titik A(a,b) dengan pusat ′ 𝑐𝑜𝑠(𝛼 + 𝛽) −𝑠𝑖𝑛(𝛼 + 𝛽) 𝑎 − 𝑚 𝑚
A[𝑎 ] = [ ][ ]+[ ]
𝑏′ 𝑠𝑖𝑛(𝛼 + 𝛽) 𝑐𝑜𝑠(𝛼 + 𝛽) 𝑏 − 𝑛 𝑛
P(m,n) sebesar α

Pada R3
No Rotasi Matriks
1 Rotasi terhadapt sumbu x sebebsar 1 0 0 𝑥𝑝
Rx(α) = ⁡[0 𝑐𝑜𝑠𝛼 −𝑠𝑖𝑛𝛼 ] [𝑦𝑝 ]
0 𝑠𝑖𝑛𝛼 𝑐𝑜𝑠𝛼 𝑧𝑝
2 Rotasi terhadap sumbu y 𝑐𝑜𝑠𝛼 0 𝑠𝑖𝑛𝛼 𝑥𝑝
Ry(α) = ⁡[ 0 1 0 ] [𝑦𝑝 ]
−𝑠𝑖𝑛𝛼 0 𝑐𝑜𝑠𝛼 𝑧𝑝
3 Rotasi terhadap sumbu z 𝑐𝑜𝑠𝛼 −𝑠𝑖𝑛𝛼 0 𝑥𝑝
Ry(α) = ⁡[ 𝑠𝑖𝑛𝛼 𝑐𝑜𝑠𝛼 0] [𝑦𝑝 ]
1 0 1 𝑧𝑝

Dilatasi (perkalian)
Dilatasi adalah bentuk pembesaran atau pengecilan dari titik tertentu yang membentuk
sebuah bangun atau objek, atau secara sederhana kita dapat menyebutnya dengan perubahan
skala, karena terjadinya perubahan ukuran / skala pada bangun.

Gambar 2.17. Dilatasi


Adapun rumus umum dan matriksnya :
No Dilatasi Matriks
1 Dilatasi titik A(a,b) terhadap pusat 𝑚 0 𝑎
A’(a’,b’) = [ ][ ]
0 𝑚 𝑏
O(0,0) dengan skala m
𝑚 0 𝑎−𝑘
2 Dilatasi titik A(a,b) terhadap pusat A’(a’,b’) = [ ][ ] + [𝑘 ]
0 𝑚 𝑏−𝑙 𝑙
P(k,l) dengan skala m

Anda mungkin juga menyukai