“GEOMETRI FRAKTAL”
DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULATAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia Nyalah penulis dapat menyelesaikan rekayasa ide tentang geometri fraktal ini
.Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai bentuk penyelesaian tugas dari mata kuliah
geometri eucid dan non-euclid. Rekayasa ide ini telah penulis susun dengan maksimal.
Penulis menyadari bahwa rekayasa ide ini masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang penulis miliki sangat kurang. Oleh karena itu , penulis harapkan kepada
para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga materi yang ada dalam
rekayasa ide ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi para pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Fraktal adalah bentuk apa saja yang jikalau bagian-bagian dari bentuk itu
diperbesar akan terkuak rincian yang sebanyak-banyaknya seperti bagian fraktal
keseluruhannya. Berbeda dengan garis lurus yang biasa kita gambar, fraktal tidaklah
mudah dibuat dengan goresan tangan.
Secara umum fraktal bentuknya tidak teratur (tidak halus), merupakan bentuk
yang tidak berdasarkan linearitas, jadi bukan termasuk benda yang terdefinisikan oleh
geometri tradisional. Fraktal memiliki detil yang tak hingga dan dapat memiliki
struktur serupa diri pada tingkat perbesaran yang berbeda. Pada banyak kasus, sebuah
fraktal bisa dihasilkan dengan cara mengulang suatu pola, biasanya dalam proses
rekursif atau iteratif.
PEMBAHASAN
Sadar atau tidak, selama ini telah tertanam pengertian geometri dari suatu
bentuk berdasarkan gagasan yang dicetuskan oleh Euclid dari Alexandria (300 SM) dan
Descartes dari Perancis (permulaan abad 16). Euclid membuat aksioma bahwa garis
adalah ”panjang yang tak bertebal”. Dari aksioma ini kemudian dapat dibuat aturan
-aturan logika konsisten yang dapat menerangkan tentang titik, garis lurus, dan bentuk-
bentuk sederhana. Descartes memajukan gagasan bahwa alam raya ini seharusnya dapat
diukur melalui tiga buah garis yang tegak lurus satu sama lain. Dengan tiga garis lurus
ini lokasi benda apa saja dapat diketahui dengan tepat. Sebagai konsekuensinya, semua
benda dapat dilihat sebagai suatu susunan raksasa dari kubus-kubus yang sangat kecil.
Gagasan ini telah membentuk suatu pandangan ilmiah modern mengenai dunia.
Berdasarkan kesimpulan logis dari pandangan di atas, Sir Isaac Newton dan
Baron Gottfried von Leibnitz menemukan kalkulus diferensial. Dalam diferensial
kalkulus semua bentuk lengkung atau kurva berubah menjadi lurus, sehingga
persamaan linier dapat digunakan untuk kurva. Leibnitz mengajukan gagasan bahwa
semua kurva terdiri dari segmen-segmen yang kecil tidak berhingga yang disebutnya
sebagai ”garis-garis tangen atau diferensial ”. Jika sisi suatu kurva diperbesar akan
semakin terlihat seperti sebuah garis lurus.
Kalkulus memberikan suatu ”limit” untuk proses pembesaran ini yaitu : kurva
akan menyerupai garis lurus pada perbesaran yang tidak hingga. Hingga saat ini semua
orang menggunakan teknik ”diferensiasi” dan kebalikannya, yaitu ’integrasi” untuk
merumuskan dan memahami kejadian alam. Walaupun tidak diketahui apakah gagasan
Leibnitz itu benar, semua orang tetap bersandar dan percaya bahwa sebuah kurva tidak
lebih dan tidak bukan terdiri dari sejumlah tak berhingga segmen-segmen garis lurus.
Pencarian kebenaran akan hal ini terus memperdebatkan antara ”limit” ketika
perbesaran ” mendekati’ tidak berhingga dan apa yang terjadi ketika terjadi perbesaran
yang tak berhingga.
Pada tahun 1872 Karl Theodor Wilhelm Weierstrass, seorang jenius jerman
menemukan contoh fungsi dengan sifat yang tidak intuitif yaitu kontinyu di manapun
namun tidak terdiferensiasi di manapun-grafik dari fungsi tersebut akan disebut fraktal
di masa sekarang. Perdebatan dimulai ketika pada tahun 1875 ketika Karl Weirstrass,
menjelaskan bahwa kurva kontinyu tidak dapat dideferensiasi, dengan demikian jelas
tidak ada garis-garis tangen.
Dalam setiap langkah hanya ¼ dari luas daerah berisi saja yang diambil, dan ¾
bagian sisanya atau sebagian besar masih tetap berisi. Berapapun banyaknya proses
pelubangan yang dilakukan akan tetap didapatkan luas daerah berisi yang lebih besar
dari luas yang diambil setiap kalinya. Jadi luas bentuk ini tidak akan pernah mencapai
nol.
Di tahun 1904 Helge von Koch, tidak puas dengan definisi Weierstrass yang
sangat abstrak dan analitis, memberikan definisi yang lebih geometris untuk fungsi
yang mirip. Ia menemukan bentuk yang terkenal dengan Garis Pantai Koch. Koch
memulai pembentukan garis pantai matematisnya dengan sebuah garis kemudian di atas
garis tersebut dibangun sebuh segitiga sama sisi dengan panjang sisi 1/3 dari garis yang
pertama. Kemudian pada setiap segmen garis dibangun lagi segitiga sama sisi dengan
panjang sisi 1/3 dari segment garis. Proses ini dilakukan terus hingga kepengulangan
yang tidak berhingga.
Ide mengenai kurva-kurva serupa diri dikembangkan lebih jauh oleh Paul
Pierre Lévy, yang mengenalkan kurva fraktal baru bernama kurva Lévy C dalam
tulisannya pada tahun 1938 berjudul Plane or Space Curves and Surfaces Consisting of
Parts Similar to the Whole.
Georg Cantor memberi contoh tentang berbagai himpunan bagian dari garis
riil dengan sifat yang tidak wajar-himpunan Cantor tersebut juga sekarang dikenal
sebagai fraktal. Fungsi teriterasi di bidang kompleks telah diselidiki pada akhir abad 19
dan awal abad 20 oleh Henri Poincaré, Felix Klein, Pierre Fatou, dan Gaston Julia.
Namun tanpa bantuan grafika komputer modern, mereka tidak dapat melihat keindahan
visual benda-benda yang mereka temukan. Dalam usahanya untuk memahami benda-
benda seperti himpunan Cantor, matematikawan seperti Constantin Carathéodory dan
Felix Hausdorff menggeneralisasi konsep intuitif dimensi agar memungkinkan nilai
nonbulat. Ini termasuk bagian dari gerakan di pertengahan awal abad kedua puluh yang
bertujuan menciptakan teori himpunan deskriptif, yaitu kelanjutan dari arah riset Cantor
yang dapat mengklasifikasi himpunan titik-titik pada ruang Euclid. Definisi dimensi
Hausdorff secara alami adalah geometris, walaupun didasarkan pada perkakas dari
analisis matematis. Pendekatan ini digunakan oleh beberapa orang termasuk
Besicovitch, yang berbeda dengan investigasi logis yang membangun sebagian besar
teori himpunan deskriptif masa 1920-an dan 1930-an. Kedua bidang tersebut ditelusuri
selama beberapa waktu setelahnya, terutama oleh para spesialis.
Bransley, seorang pakar fraktal ternama saat ini, enggan mendefinisikan apa
itu fraktal. Dia hanya mengatakan bahwa fraktal adalah subset (sub himpunan) dari
sebuah set (himpunan). Set biasanya dari geometri euclidean yang sederhana seperti
bentuk segibanyak, lingkaran, kubus, bola, sedangkan subset berbentuk yang sangat
”rumit”.
Secara teoritis, dimensi ini telah diperluas termasuk dimensi keempat dan
dimensi-dimensi yang lebih tinggi yang sulit untuk dibayangkan. Dengan memperluas
karya dari Hausdroff, Besicovitch memajukan gagasan bahwa sebuah bentuk
sebenarnya dapat memiliki ”dimensi pecahan”, seperti misalnya 1.5 atau 2.3. Dimensi
kurva-kurva seperti segitiga Sierspinski dan garis pantai Koch harus dinyatakan dengan
dimensi pecahan. Dengan demikian, tingkah laku yang ganjil dari kurva-kurva tersebut
dapat dijelaskan. Dimensi pecahan ini dapat dihitung dengan tepat berdasarkan
pengukuran dari sebuah kurva.
Jika ada dua bentuk yang memilki dimensi pecahan yang berbeda misalnya
1.26 dan 1.46, maka tidak dapat dikatakan bahwa bentuk yang pertama ”memiliki
panjang yang tak berhingga lebih panjang” atau ”mengisi luasan yang kecil tak
berhingga lebih banyak” dari yang kedua. Untuk lebih mudah dipahami, hal itu hanya
dapat dinyatakan bahwa dimensi bentuk itu ”lebih dekat dengan dua dimensi”. Lebih
lanjut lagi dapat dikatakan sampai seberapa jauh bentuk itu ”mengisi bidang”.
Fraktal juga bisa dikelompokkan berdasarkan keserupa diriannya. Ada tiga tingkat
keperupa dirian pada fraktal:
Serupa diri secara persis-Ini adalah keserupa dirian yang paling kuat. Fraktalnya
terlihat sama persis pada berbagai skala. Fraktal yang didefinisikan oleh sistem fungsi
teriterasi biasanya bersifat serupa diri secara persis.
Serupa diri secara lemah-Ini adalah keserupa dirian yang tidak terlalu ketat.
Fraktalnya terlihat mirip (tapi tidak persis sama) pada skala yang berbeda. Fraktal jenis
ini memuat salinan dirinya sendiri dalam bentuk yang terdistorsi maupun rusak.
Serupa diri secara statistik-Ini adalah keserupadirian yang paling lemah. Fraktalnya
memiliki ukuran numeris atau statistik yang terjaga pada skala yang berbeda.
Kebanyakan definisi fraktal yang wajar secara trivial mengharuskan suatu bentuk
keserupa dirian statistik. Dimensi fraktal sendiri adalah ukuran numeris yang nilainya
terjaga pada berbagai skala. Fraktal acak adalah contoh fraktal yang serupa diri secara
statistik, tapi tidak serupa diri secara persis maupun lemah.
Perlu dicatat bahwa tidak semua benda yang serupa diri adalah fraktal-
misalnya garis riil (garis Euclid lurus) bersifat serupa diri, tapi argumen bahwa benda-
benda Euclid adalah fraktal merupakan minoritas. Mandelbrot berargumen bahwa
definisi “fraktal” sepatutnya menyertakan tidak hanya fraktal “sebenarnya”, namun
juga benda-benda Euclid tradisional, karena bilangan irasional di garis bilangan
memiliki sifat-sifat kompleks dan tidak berulang.
Benda-benda yang mendekati fraktal bisa ditemukan dengan mudah di alam. Benda-
benda tersebut menunjukkan struktur fraktal yang kompleks pada skala tertentu.
Contohnya adalah awan, gunung, jaringan sungai, dan sistem pembuluh darah. Pohon
dan pakis, juga merupakan contoh fraktal di alam dan dapat dimodel pada komputer
menggunakan algoritma rekursif. Sifat rekursifnya bisa dilihat dengan mudah-ambil
satu cabang dari suatu pohon dan akan terlihat bahwa cabang tersebut adalah miniatur
dari pohonnya secara keseluruhan (tidak sama persis, tapi mirip). Berikut adalah contoh
fraktal, baik yang alami maupun yang dimodel dengan komputer.
Secara umum fraktal bentuknya tidak teratur (tidak halus), jadi bukan
termasuk benda yang terdefinisikan oleh geometri tradisional. Ini berarti bahwa fraktal
cenderung memiliki detail yang signifikan, terlihat dalam skala berapapun; saat ada
keserupa dirian, ini bisa terjadi karena memperbesar fraktal tersebut akan menunjukkan
gambar yang mirip. Himpunan-himpunan tersebut biasanya didefinisikan dengan
rekursi.
Multi-platform
Linux.
Windows
Mac
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Geometri Fraktal adalah perluasan dari geometri Euclidus yang menjelaskan
secara konsepsional mengenai perilaku objek-objek monster yang berada dimana-mana
seperti bentuk-bentuk penjalaran halilintar, jaringan saraf, jaringan pembulu darah,
jaringan sungai, pola percabangan pohon, percabangan perakaran, turbulensi fluida,
media berpori seperti jaringan spon, jaringan makluk hidup, keramik, batuan maupun
tanah dan untuk semua objek alam lainnya. Tokoh-tokoh pencetus Gometri Fraktal yaitu
Mandelbrot, Waclaw Sierpinski, Von Koch, dan David Hilbert. Aplikasi geometri ini
dapat dilihat pada pengubinan, gambar di alam, dan batik fractal.
3.2 Saran
Bagi pembaca disarankan agar makalah ini dapat dijadikan sebagai media
pembelajaran dalam rangka peningkatan pemahaman tentang Geometri Fraktal. Dan bagi
penulis-penulis lain diharapkan agar makalah ini dapat dikembangan lebih lanjut guna
menyempurnakan makalah yang telah dibuat sebelumnya.